FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN KANKER DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA SAUMI LIL HAIRI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 ABSTRACT SAUMI LIL HAIRI. Factors Associated withEnergy and NutrientIntakeof Cancer Patientsat Cancer Hospital of Dharmais,Jakarta. Supervised by LILIK KUSTIYAH and RIRIN HARIANI. WHO (2003) reported that more than 10 million people suffering from cancer which rate of development was about 20% annually. In Indonesia, prevalence of cancer was 4.3 out of 1000 and it’s predicted that 12 million people are suffering from cancer each year (Riskesdas 2008). Shike (1996) stated that the result of cancer treatment (operation, chemotherapy, and/or radiation) was malnourished which about more than 40% patients of cancer. The objectiveof this studywas toanalyze factorsassociated withenergy and nutrients intake of cancer patients at Cancer Hospital of DharmaisJakarta. The study was conductedusinga cross-sectional design.The number of samplesin this studywere 63who were hospitalizedat least threedays and can consump which were served by hospital .Based on thesurvey showed that the most prevalent of cancer was breast cancer(19%) and there are 19 kind of tumors and cancers. More than half(60%) of samples had anormal nutritional status, 41% ofsamplescome tohospitalaims tocarry outthe chemotherapy, and 56% of samples were hospitalize during5-10 days. The averageadequacy level ofenergy andprotein were 50.1% and 44.9%, respectively.Furthermore, the adequacy level ofvitamin A, C, and E were 19.3%, 82%, and 8.2%, respectively. Based onlinearregressionanalysis showed thatperiod of hospitalizationand medication/treatment significantly influenced theenergy and protein intake by21.6% and 21.7%, respectively. Keywords:Cancer, intake, hospitalization, treatment RINGKASAN SAUMI LIL HAIRI. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat Gizi Pasien Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH DAN RIRIN HARIANI Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) adalah RS rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Salah satu masalah yang dihadapi oleh RSKD adalah rendahnya tingkat kecukupanenergi dan zat gizi pasien penderita kanker.Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizipasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan gizi dan statusgizi contoh), (2) Mengkaji jenis kanker; jenis pengobatan, lama perawatan, keluhan-keluhan, terapi diet terkait dengan jenis kanker, dankebiasaan makan contoh sebelum terdiagnosa kanker, (3) Mengkaji asupan energi dan zat gizi, ketersediaan makanan di Rumah Sakit, menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi, tingkat ketersediaan dengan kebutuhan energi dan zat gzi, dan tingkat asupan energi zat gizi terhadap ketersediaan makanan di Rumah sakit (4) Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi, lama perawatan, pengolahan pangan yang disukai, jenis pengobatan, status gizi dengan asupanenergi dan zat gizi, (5) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruhterhadap asupanenergi dan zat gizi contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta bulan Juni sampai Juli 2012. Contoh dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap kelas III, II, dan jamkesmas di RSKD sebanyak 63 orang yang mendapat pelayanan makanan dari Instalasi Gizi RSKD pada bulan Juni sampai Juli 2012. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui pengamatan, wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan konsumsiserta ketersediaan selama dua hari.Data primer meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuangizi, status gizi,keluhan, lama perawatan,jenis diet, kebiasaan makan, konsumsi, dan ketersediaan energi serta zat gizi dengan menggunakan metode food weighing dan recall 2 x 24 jam. Data sekunder, berat badan, tinggi badan, jenis kanker, pengobatan kanker, dan jenis diet.Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Data konsumsi makan dari hasil metode food weighing dan recall 2 x 24 jam dikonversi menjadi energi dan zat gizi dengan menggunakan softwareberupa nutrisurvey 2007 yang telah diperbarui. Pengolahan data dilakukan dengan editing, coding cleaning, entry dan analisis. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi, lama perawatan, pengolahan yang disukai, jenis pengobatan pengobatan,status gizi dengan asupanenergi dan zat gizi, digunakan uji korelasiSpearman.Untuk mengetahui besarnya pengaruh jenis pengobatan dan lama perawatan terhadap asupanenergi dan zat gizi digunakan analisis regreasi linear. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar contoh (62%) berjenis kelamin perempuan dan 60% contoh termasuk ke dalam kategori dewasa menengah. Sebagian besartingkat pendidikan contoh (40%) adalah lulusan SMA/sederajat dan 46% pekerjaan contoh adalahibu rumah tangga dan tidak bekerja.59%contoh memiliki pengetahuan gizi kurang dan60% contoh memiliki status gizi normal. Tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh yaitu kanker payudara (19%), kanker servik (17%),dan KNF (13%).Lebih dariseparuh contoh (56%)dirawat selama 5-10 hari. Hampir separuh contoh (41%) datang ke rumah sakit Kanker Dharmais bertujuan untuk melaksanakan pengobatan kemoterapi dan keluhan yang banyak dirasakan contoh adalah mual dan anoreksia (33%). Sebanyak68% contoh mendapatkan diet dengan makanan nasi biasa. Lebih dari dua pertiga (68%) menyukai pengolahan pangan yang digoreng danmenu yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah mie(41%). Sebanyak 63% mempunyai kebiasaan makan mengonsumsi lauk hewani berupa ikan dan 46% contoh mengonsumsi tahu.Sayur yang sering dikonsumsi contoh adalah sayur bayam (35%) dan buah yang paling sering dikonsumsi contoh adalah buah jeruk (25%). Selain air putih, sebanyak 38% contoh juga sering mengonsumsi teh. Kebutuhan rata-rata energi dan protein contoh masing-masing adalah sebesar 1779±181 kkal/hari dan 81±17 g/hari. Kecukupan vitamin A contoh lakilaki dan perempuan masing-masing adalah sebesar 600 RE/hari dan 500 RE/hari. Kecukupan vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh perempuan 75 mg/hari. Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar 15 mg/hari. Ketersediaaan rata-rata energi dan protein masing-masing adalah sebesar 1.589±35.3 kkal dan 61±5.2 g. Ketersediaanratarata vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 467±347 RE, 133±39.8mg, dan 2.2±0.5mg.Asupan energi dan protein masing-masing adalah sebesar 882±488 kkal dan 35±20 g. Asupan Vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 102±84 RE, 66±50 mg, dan 1.2±1.0 mg Tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar contoh masingmasing adalah sebesar 93% dan 92%dan tergolong kedalam kategori defisit.Tingkat kecukupan protein terhadap kebutuhan sebagian besar (92%)contoh tergolong defisit. Tingkat Konsumsi vitamin A dan E contoh dibandingkan dengan kecukupan tergolong defisit. Lebih dari separuh (51%)tingkat konsumsi vitamin C contoh tergolong cukup.Tingkat ketersediaan energi contoh sebagian besar berada dalam kategori normal (60%) dan sebagian besar tingkat ketersediaan dalam kategori defisit (75%). Lebih dari separuh asupan energi dan protein dibandingkan dengan ketersediaan contoh tergolong kategori defisit (>70%). Berdasarkan uji korelasi Spearman, ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi(r=0.48, p<0.05). Ada korelasi negatif antara lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05)dan protein(r=-0.337, p<0.05). Ada korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi (r=0.274, p<0.05)dan protein(r=0.351, p<0.05). Berdasarkan hasil uji regresi linear terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap asupan energi dan protein contoh, yaitu variabel lama perawatan dan jenis pengobatan. Pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan energi dan protein masing-masing adalah sebesar 21.6% dan 21.7%. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PASIEN KANKER DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA SAUMI LIL HAIRI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Judul Skripsi Nama NIM : Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat Gizi Pasien Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta : Saumi Lil Hairi : I14080068 Menyetujui : Dosen Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si. dr. Ririn Hariani, Sp. GK NIP. 19620507 198703 2 001 NIP. 19660128199102 2 001 Mengetahui : Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001 Tanggal Lulus: KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Asupan Energi dan Zat GiziPasien Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si selaku dosen pembimbing dan dr. Ririn HarianiSp.GK selaku pembimbing di RSKD yang senantiasa membimbing, menyemangati, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir Evy Damayanthi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing, menyemangati, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada penulis sejak awal kuliah hingga terselainya skripsi ini. 4. Kedua orang tua dan kakak-kakakuserta keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan serta semangat moral, spiritual, dan material. 5. Seluruh staf, karyawan dan pegawai Rumah Sakit Kanker Dharmais yang telah memberi ijin dan bantuannya dalam membimbing dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 6. Seluruh pasien rawat inap kelas III, II, dan jamkesmas yang telah bersedia dijadikan contoh dalam penelitian. 7. Teman-teman enumerator proyek FIS INA di Jakarta khususnya kak arce. Kakakku di DPM kak devi, kak enum, kak risma, dan kak hadi yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis. 8. Civitas Departement Gizi masyarakat: Tim dosen, tata usaha, karyawan, fotokopian, perpustakaan, GM 44, GM 45, GM 46, dan GM 47. 9. Teman-teman terbaik dan tersayang: Fachruddin, Triko, Tika, Egun, Asep, Agus, Rohadi, Yasmin, Laely, Azny, Nazhif, Besti, Taufik, Hafiz, Devi dan Sonia atas berbagi ilmu, motivasi, dukungan, bantuan, kebersamaan, keceriaan, semangat, serta kerja sama sejak awal masuk kuliah hingga saat ini. 10. Sahabat-sahabat serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca. Amin. Bogor, Maret 2013 Saumi Lil Hairi ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surantih, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada tanggal 01 April 1990. Penulis merupakan anak dari pasangan (alm) Hasril Hasan Basri BA dan Syamsunarti. Penulis merupakan anak terakhir dari delapan bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 08 Surantih pada tahun 2002. Pendidikan menengah pertama dilanjutkan di SMP Negeri 01 Sutera hingga tahun 2005. Pendidikan menengah atas ditempuh oleh penulis di SMA Negeri 1 Sutera hingga pada tahun 2008. Penulis melanjutkan perkuliahan di institut pertanian bogor (IPB) dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forces dan Ekoagrifarma periode 2008/2009. Pada periode 2009/2010 penulis melanjutkan kegiatan di organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) sebagai staff komisi satu. Penulis juga pernah menjadi anggota anggota klub kulinari dan gizi pada tahun 2010. Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaannya lainnya seperti Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI) periode 2010/2011 divisi Peduli Pangan dan Gizi (PPG). Selain itu, penulis turut aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian di IPB tingkat fakultas maupun departemen seperti seminar Herbal 2008/2009, Nutrition Fair 2009/2010, Open House mahasiswa baru tahun 2010, MPF dan MPD 2010. Festival Anak Sholeh (FAS) dan SENZATIONAL 2011, Lokakarya fakultas, pengabdian masyarakat dll. Penulis juga pernah menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul. “Pengembangan daerah entrepreneurship melalui usaha tahu kolostrum sebagai bahan makanan bergizi dan kerupuk susu sapi sebagai cemilan alternatif dari pemanfaatan limbah susu dalam rangka meningkatkan potensi masyarakat kampung joglo” pada tahun 2009 dan 2010. Pada bulan Juli-Agustus 2010 penulis pernah mengikuti kegiatan pengabdian Masyarakat “IPB Go Field” dengan membawa program “UKM pangan sehat” di Desa Joglo, Cisarua, Bogor. Penulis mengikuti Kuliiah Kerja Profesi (KKP) di Desa Rawa Dalam, Balongan, Indramayu pada bulan JuliAgustus 2011. Program yang dilaksanakan selama KKP diantaranya pendampingan posyandu, penyuluhan PUGS; PHBS; ayo melek gizi, serta kerja bakti lingkungan.Intership Dietetika dilakukan penulis pada bulan Februari-Maret 2012 di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta. Adapun topik yang dikaji x meliputi penyakit (Tumor maksila), penyakit bedah (Kss pedis dengan riwayat DM), dan penyakit anak (Leukemia Myeloid akut). Pada tahun yang sama penulis juga menjadi enumerator pada riset FIS INA (Comparison of Fluid Intake From Foods and Drinks by Using Three Different Instruments In Jakarta) yang didanai oleh DANONE. pada bulan April-Juni 2012. Penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa BBM dan Penulis juga tercatat menjadi asisten praktikum mata kuliah Konsultasi Gizi dan Analisis Zat Gizi Mikro pada tahun 2012. xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 Tujuan.................................................................................................... 2 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4 Kanker ................................................................................................... 4 Stadium Kanker ..................................................................................... 6 Berbagai macam kanker ........................................................................ 7 Terapi Kanker ........................................................................................ 7 Penyelenggaraan Makanan ................................................................... 9 Perencanaan Menu................................................................................ 9 Pengetahuan Gizi ................................................................................ 10 Konsumsi Pangan ................................................................................ 11 Kebutuhan Zat Gizi .............................................................................. 12 Diet pada pasien kanker ...................................................................... 13 Pelayanan Gizi di Rumah Sakit ............................................................ 14 Status Gizi ........................................................................................... 15 Fakor Lingkungan ............................................................................... 16 Malnutrisi dalam Kondisi Sakit ............................................................. 16 Metode penimbangan makanan food Weighing dan recall 24 jam....... 18 KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 20 METODE ................................................................................................... 22 Desain, Tempat, dan Waktu ................................................................. 22 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh................................................ 22 Jenis dan Cara Pengumpulan Data...................................................... 23 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 24 Definisi Operasional ............................................................................. 28 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 30 xii Gambaran Umum RS Kanker Dharmais ............................................. 30 Karakteristik Contoh............................................................................. 34 Jenis Kanker Contoh ............................................................................ 37 Lama Perawatan Contoh ....................................................................... 39 Jenis Pengobatan Kanker Contoh ........................................................ 40 Keluhan Contoh ................................................................................... 43 Jenis Diet Contoh................................................................................. 44 Kebiasaan Makan Contoh .................................................................... 47 Pengolahan pangan dan menu yang disukai contoh .................... 47 Kebiasaan konsumsi lauk hewani dan nabati contoh ................... 50 Kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh ............................... 51 Kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilan contoh ........ 52 Konsumsi Pangan Contoh .................................................................. 53 Kebutuhan energi dan zat Gizi contoh........................................... 53 Ketersediaan energi dan zat gizi dari rumah sakit ......................... 55 Tingkat ketersediaan makanan umah sakitterhadap kebutuhan .... 56 Asupan energi dan zat gizi darirumah sakit .................................. 56 Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi .......................................... 58 Tingkat Konsumsi terhadap Ketersediaan makanan rumah sakit ....... 62 Hubungan antar variabel ...................................................................... 64 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Konsumsi Energi dan Protein contoh ............................................................................... 67 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 69 Kesimpulan .......................................................................................... 69 Saran ................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71 LAMPIRAN ............................................................................................... 76 xiii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jenis dan cara pengumpulan data ....................................................... 24 2. Kategori status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ............... 25 3. Variabel penelitian dan pengkategoriannya.......................................... 25 4. Kategori Tingkat Kecukupan, Tingkat Ketersediaan, Tingkat Konsumsi terhadap Ketersediaan ....................................................... 27 5. Karakteristik contoh ............................................................................. 34 6. Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis kelamin ............... 38 7. Sebaran contoh berdasarkan lama dirawat di RSKD ........................... 39 8. Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan dan lama perawatan .. 40 9. Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan ....... 42 10. Sebaran contoh berdasarkan keluhan dan jenis pengobatan ............... 43 11. Sebaran contoh berdasarkan jenis diet ................................................ 44 12. Sebaran contoh berdasarkanjenis kanker dan jenis diet ...................... 46 13. Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan pengolahan pangan yang disukai ........................................................................................ 48 14. Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan menu yang sering dikonsumsi ........................................................................................... 49 15. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi lauk hewani dan nabati serta jumlah porsi setiap kali makan .......................................... 50 16. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi sayur dan buah serta jumlah porsi setiap kali makan .................................................... 51 17. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilan ................................................................................. 52 18. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan zat gizi menurut jenis kelamin ......................................................................... 53 19. Sebaran contoh berdasarkan kecukupan vitamin contoh dan jenis kelamin ............................................................................................... 54 20. Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi contoh makanan RSKD ..... 55 21. Kategori tingkat ketersediaan energi dan protein ................................ 56 22. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh dari makanan rumah sakit ........................................................ 57 xiv 23. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupanenergi dan zat gizi serta jenis pengobatan ......................................................................... 58 24. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein serta jenis kelamin ................................................................... 59 25. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin serta jenis kelamin ............................................................................... 59 26. Sebaran contoh berdasarkan tingkat tingkat kecukupan (%) energi dan protein serta pengobatan dan lama perawatan ............................ 60 27. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein serta jenis kelamin ................................................................... 61 28. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin A, C, dan E .......................................................................................... 62 29. Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi terhadap Ketersedian makanan dari rumah sakit ................................................ 62 30. Sebaran contoh berdasarkan kategori asupan energi dan protein Terhadap ketersedianmakanan rumah sakit serta jenis kelamin ......... 63 31. Hubungan antar variabel ...................................................................... 64 xv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Halaman Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizipasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta ................................................................................................. 21 2. Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat ..................................... 30 3. Instalasi gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais ........................................ 33 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Hubungan antar variabel ............................................................... 77 2. Uji regresi linear ............................................................................ 82 3. Surat ijin pengambilan data dan rincian biaya ................................ 82 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu sasaran pembangunan nasional yang selalu diupayakan dalam kemajuannya (Ahaditomo dalam Kosen 1997). Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 2002,tujuan pembangunan kesehatan adalah terciptanya harapan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu kesejahteraan penduduk. Perwujudan derajat kesehatan yang optimal, diharapkan dapat mencapai kehidupan penduduk yang produktif baik aspek sosial maupun aspek ekonomi. Salah satu permasalahan di bidang kesehatan dan merupakan ancaman di seluruh negara terutama di negara berkembang adalah peningkatan prevalensi penyakit kanker. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit kardiovaskular. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes 2009). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor lima di Indonesia setelah penyakit kardiovaskular, infeksi, pernafasan, dan pencernaan (Depkes 2010). Kanker merupakan penyakit yang diawali dengan adanya tumor yaitu pembengkakan pada tubuh akibat berkembangbiaknya sel-sel yang bersifat abnormal. Tumor yang bersifat ganas disebut kanker yang tumbuh menyebar secara tidak terkendali. Menurut Mangan (2003), kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyebabkan malnutrisi pada penderitanya.Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker tergantung pada jenis tumor, stadium,organ yang terlibat, terapi antikanker, kondisi non malignan yang menyertainya seperti diabetes melitus, penyakit saluran cerna dan lain-lain (Lutz1994). Pada penelitian multisenter terhadap dua belas jenis kanker, prevalensi penurunan berat badan sebesar 31%-40% pada penderita kanker payudara, kanker hematologik dan sarcoma; 54%-64% pada penderita kanker kolon, prostat dan paru lebih dari 80% pada penderita dengan kanker pankreas 2 dan lambung dan didapatkan penurunan berat badan paling berat. Terapi kanker juga berpengaruh terhadap status nutrisi penderita. Menurut Shike (1996), lebih dari 40% penderita yang mendapat terapi kanker (bedah, kemoterapi dan radiasi) mengalami malnutrisi. Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah multifaktorial. Secara umum penyebabnya dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu pertama, berkurangnya asupan makanan dan malabsorbsi dan yang kedua adanya gangguan proses metabolisme. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh pihak rumah sakit bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit sebagai upaya mempercepat kesembuhan pasien(Subandriyo & Santoso 1995). Salah satu cara meningkatkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah dengan melakukan terapi gizi. Menurut Trujiilo (2005), Ketika seseorang didiagnosis menderita kanker, maka gizi merupakan bagian dari terapi. Tujuan utama terapi gizi pada penderita kanker adalah mempertahankan atau meningkatkan status gizi sehingga dapat memperkecil terjadinya komplikasi meningkatkan efektivitas terapi kanker (operasi, kemoterapi, radiasi) kualitas hidup dan survival penderita. Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) adalah RS rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Salah satu masalah yang dihadapi oleh RSKD adalah rendahnya asupan energi dan zat gizi pasien penderita kanker. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien kanker di RSKD Jakarta. Tujuan Tujuan umum Secara umum tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Tujuan Khusus 1. Mengkaji karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan gizi dan status gizi contoh). 2. Mengkaji jenis kanker; jenis pengobatan, lama perawatan, keluhankeluhan, terapi diet terkait dengan jenis kanker, dan kebiasaan makan contoh. 3 3. Mengkaji asupanenergi dan zat gizi, ketersediaan makanan di rumah sakit, menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi, tingkat ketersediaan dengan kebutuhan energi dan zat gizi, dan tingkat konsumsi energi zat gizi terhadap ketersediaan makanan di rumah sakit. 4. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi, lama perawatan, pengolahan pangan yang disukai, jenis pengobatan, status gizi dengan asupan energi dan zat gizi. 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruhterhadap asupan energi dan zat gizi contoh. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan informasi tentang tingkat kecukupan energi dan zat gzi dan faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien kanker rawat inap terhadap makanan yang disajikan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta serta menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di bidang gizi klinik. Selain itu dapat juga menjadi bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam penyempurnaan kegiatan pelayanan makanan untuk pasien kanker khususnya, serta sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kanker Kanker adalah penyakit yang tidak menular yang berawal dari kerusakan materi genetik atau DNA sel. Satu sel saja di dalam tubuh yang mengalami kerusakan genetik sudah cukup untuk menghasilkan jaringan kanker atau neoplasma sehingga kanker disebut penyakit selular (Zakaria 2001). Kanker adalah suatu pertumbuhan maligan yang selnya memiliki sifat beriplikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambatan, bersifat invasif dan memiliki kemampuan untuk menyebar (metastasis). Apabila penyakit ini tidak ditangani sejak dini maka dapat bersifat fatal hingga menyebabkan kematian (Damayanthi 2008). Sementara itu Dalimartha (1999), menyebutkan bahwa sel kanker memiliki sifat umum diantaranya adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dan berlebihan, diferensiasi dari sel jaringan yang bersifat invasif, penyebaran atau metastatik, memiliki hereditas bawaan (gen spesifik), pergeseran metabolisme kearah pembentukan makromolekul dari nukleotida dan asam amino, serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel. Kanker menjadi berbahaya karena menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor, penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis dan menimbulkan gangguan sistematik lain sebagai akibat dari pertumbuhan sel kanker. Kebanyakan kanker bermula dari sel-sel epitel. Kanker-kanker Ini disebut karsinoma, selain itu, jauh lebih jarang terjadi adalah sarcoma yang bermula dari jaringan otot, jaringan lunak lain dan tulang. Karena jaringan-jaringan ini tidak memiliki sistem limfe, seperi organ sel-sel epitel, sarcoma ini tidak menyebabkan penyebaran ke kelenjer limfe. Namun, karena penyebarannya lewat darah, metastasis sarcoma dapat terjadi dimana-mana di dalam tubuh, khususnya pertama-tama di paru (Jong 2005). Menurut Corwin (2000), faktor risiko kanker dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor risiko perilaku, faktor risiko hormonal, dan faktor risiko yang diwariskan. Faktor risiko perilaku antara lain merokok, terpajan ke berbagai karsinogen misalnya asbestos atau tar batubara dan makanan yang banyak mengandung lemak serta daging yang diawetkan. Faktor risiko hormonal adalah esterogen. Esterogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker payudara dan endometrium. Kadar esterogen yang tinggi menyebabkan terjadinya menstruasi dini dan menopause lambat pada seorang 5 wanita yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker terutama kanker dari satu jenis adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Millner (2003), menyatakan bahwa 30-60% penyakit kanker berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan faktor genetik, jenis bahan makanan dan cara pengolahannya serta gaya hidup seseorag. Selain itu, konsumsi lemak tinggi, daging yang dibakar, kacangkacangan atau bijian yang mengandung alfatoksin, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok serta mengonsumsi makanan awetan kalengan yang banyak mengandung nitrit dapat meningkatkan terjadinya resiko penyakit kanker. Menurut Debra et al (2001), kanker merupakan pertumbuhan dari sel-sel tumor yang abnormal dan tidak terkontrol di dalam tubuh. Kanker berkembang dengan sangat lambat dan sulit untuk dideteksi. Subtansi yang berperan terhadap timbulnya kanker disebut dengan karsinogen. Suatu senyawa yang bersifat karsinogen memerlukan waktu yang lama untuk menjadi sel kanker, sehingga kanker bukan merupakan penyakit akut tetapi penyakit kronis yang bersifat menahun. Senyawa karsinogen yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah radiasi ultraviolet (manifesti kanker kulit), bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen (contohnya pestisida), alkohol, rokok, virus, hormon dan makanan. Senyawa-senyawa ini telah terbukti dapat menjadi manifesti timbulnya penyakit kanker jika terjadi kontak dengan tubuh dalam waktu yang lama. Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut : 1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus subtansi menetap dan menempel pada DNA sel. 2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi 3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor. 6 4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ-organ tubuh lain. 5. Pembalikan.Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah perkembanganya kanker untuk memblokir salah satu dari keempat tahap pertama. Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan dan kecemasan. Perdarahan atau pengelaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan putting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam air kemih. Perubahan kebiasan buang air besar. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan terus menerus. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang atau otak. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab. Kelelahan sering terjadi akibat gizi buruk, malnutrisi protein, dan gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia. Stadium Kanker Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang (corwin 2001). Sebuah prediktor secara kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan dan hasil laporan patologis (Nasca 2008). Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih terbatas dan stadium sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran 7 tumor), N (metastasis ke kelenjer getah benng regional), dan M ( ada atau tidak adanya metastasis jauh). Sistem TNM dikembangakan oleh gabungan The international Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008). Berbagai Macam Kanker Beberapa kategori kanker yaitu karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjer penghasil mucus, sel penghasil melamin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lacteal, limpa, berbagai kelenjer limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sum-sum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodkin (kanker kelenjer limfa dan limpa) dan limfoma malignum. Leukimia adalah kanker dalam darah dimana sum-sum tulang belakang memperoduksi sel darah putih secara abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker jarigan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin 2001). Terapi Kanker Secara umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan hidup dan mengatasi gejala yang berati memperbaiki kualitas hidup. Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk penyembuhan atau pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistematik yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika sel-sel pada saluran pencernaan terkena dan dapat menyababkan diare, konstipasi, ataupun mengambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat sementara karena sel-sel saluran cerna mengganti dirinya sendiri setiap tiga hari. Namun karena kemoterapi digunakan dalam waktu yang lama sehinggga dapat menyebabkan status gizi buruk. Tingkat keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan obat yang digunakan, respon individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetic, antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotic, serta 8 perubahan pola makan, sangat penting bagaimana mengatur efektivitas terkait dengan efek samping pengobatan (Grant 2008). Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari akselerator linear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumbersumber radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi. Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistematik, terapi radiasi berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan dengan mengkombinasikan dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan ) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008). Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk mengankat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi diet berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk mengonsumsi, dan mencerna makanan. Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010). Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun. Spesifitas dan daya ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespon secara lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi yang dimuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti: antibodi Berlabel Fluresesn, Stimulan imunitas, dan Antibody Peyerang. Selain itu, sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor 9 yang khas berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor yaitu menggunakan obat-obat secar spesifik menghambat faktor angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin 2001). Penyelenggaraan Makanan Menurut Mukrie et al. (1990), penyelengaraan makanan adalah suatu proses kegiatan manusia, alat dan dana untuk menghasilkan makanan yang layak dan bermutu. Dengan demikian konsep dari manajemen makanan meliputi pemecahan masalah dalam menyediakan makanan bagi konsumen. Makanan dipersiapkan dengan baik, bergizi, serta harga yang layak sehingga memuaskan konsumen merupakan hal yang pokok dalam setiap pelayanan makanan. Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan macam dan jumlah bahan makanan hingga proses penyediaan makanan matang bagi pasien dan karyawan di rumah sakit. Proses kegiatan meliputi 1) perencanaan anggaran belanja; 2) perencanaan menu; 3) perhitungan kebutuhan bahan makanan; 4) prosedur pembelian bahan makanan; 5) prosedur penerimaan bahan makanan; 6) prosedur penyimpanan bahan makanan; 7) teknik persiapan bahan makanan; 8) pengaturan pemasakan makanan; 9) cara pelayanan dan distribusi; 10) pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Depkes 2003). Langkah-langkah penyelenggaran makanan yaitu:1) perencanaan menu; 2) perencanaan kebutuhan bahan makanan;3) pembelian dan penerimaan bahan makanan;4) penyimpanan dan pengeluaran bahan makanan; 5) pengolahan makanan; 6) persiapan dan penilaian mutu makanan; 7) pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan makanaan (Depkes 2003). Perencanaan Menu Menu adalah kumpulan beberapa macam hidangan atau makanan yang disajikan untuk seseorang atau kelompok orang untuk setiap kali makan berupa hidangan pagi, hidangan siang, dan hidangan malam. Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang serasi bagi konsumen (Depkes 1990). Fungsi perencanaan menu yang baik menurut Subandriyo dan Santoso (1995) adalah : a) untuk memudahkan pelaksanaan dalam menjalankan tugas sehari-hari; b) secara garis besar dapat disusun hidangan yang mengandung zat zat gizi essensial yang dibutuhkan oleh tubuh; c) variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur, sehingga dapat menghindari kebosanan yang disebabkan pemakaian jenis bahan makanan dan jenis makanan yang sering terulang; d) menu dapat disusun sesuai dengan biaya 10 yang tersedia sehingga kekurangan uang belanja dapat dihindari atau harga makanan dapat dikendalikan; e) waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan sehemat mungkin; f) dengan perencanaan menu yang matang, bahan makanan kering dapat dibeli sekaligus untuk beberapa minggu, sehingga tenaga dan waktu dapat dihemat, tidak perlu mondar-mandir ke pasar. Faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan menu antara lain kebutuhan gizi bagi setiap penderita (pasien) tidak sama. Hal ini tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kadar hemoglobin dan hematokrit, serta jenis penyakit penderita. Disamping itu perlu diperhatikan variasi, kebiasaan makan dan sosial budaya penderita, iklim, musim keadaan pasar, tenaga, peralatan, dana yang tersedia, teknik dan cara pemasakan serat modifikasi menu (Subandriyo & Santoso 1995). Menurut Mukrie et al. (1990), dalam mengelola makanan institusi perlu diikuti prinsip-prinsip yang mendasar seperti tanggung jawab berkesinambungan yang harus dipertimbangkan, antara lain : a) menyediakan makanan sesuai dengan jumlah dan macam zat gizi yang diperlukan konsumen secara menyeluruh; b) memperhitungkan keinginan dan kepuasan konsumen secara menyeluruh; c) dipersiapkan dengan citra rasa yang tinggi, dilaksanakan dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang layak serta menjamin harga makanan yang dijangkau konsumen segala tingkat. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 1996). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007). Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya (Khomsan et al. 2009). Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan informal (Suhardjo 1989). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai 11 objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dll) (Khomsan et al. 2009). Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simboliknya. Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya. Orang yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya, orang yang semakin baik pengetahuan gizinya lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya sebagai dasar sebelum mengkonsumsi makanan tertentu (Khomsan et al. 2009). Menurut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka di sini dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut: baik: >80%, sedang: 60-80%, kurang: <60%. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seorang atau keluarga orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek gizi, tujuan konsumsi pangan adalah memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martatianto, 1989). Konsumsi pangan bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga, dan kebiasaan secara perorangan. Hal tersebut juga bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan (Almatsier 2003). Manusia memerlukan suatu susunan asupan makanan yang mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhannya agar dapat hidup sehat. Untuk merencanakan konsumsi pangan yang sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan diperlukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip perencanaan konsumsi pangan. Perencanaan konsumsi pangan yang baik tidak hanya memperhatikan kecukupan gizi tetapi juga harus memperhatikan daya beli dan selera konsumen serta hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan (Hardinsyah & Briawan 1994). Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. penilaian kualititatif dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat pola makan 12 serta frekuensi makan. Penilaian secara kuantitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya yang sering digunakan adalah cara invetaris, cara pendaftaran, cara recall dan penimbangan. Dalam mengkaji asupan makanan ada 3 tingkat kegiatan, yaitu 1) perhitungan asupan makanan, 2) perhitungan asupan zat gizi dan 3) membandingkan asupan zat gizi dengan kebutuhan gizi. Kegiatan tersebut memerlukan informasi penunjang antara lain status ekonomi; cara mempersiapkan makanan; pekerjaan dan aktifitas fisik pasien; dan kondisi pasien (Depkes 2003). Kandungan zat gizi makanan disusun dalam suatu daftar yang disebut daftar kandungan zat gizi bahan makanan (DKBM). DKBM Indonesia memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai jenis makanan baik mentah maupun masak (olahan) yang banyak dijumpai di Indonesia. Sebagian besar jenis pangan yang disajikan dalam DKBM ini dalam bentuk pangan mentah, DKBM ini memuat energi dan 10 jenis zat gizi yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin A, vitamin C, vitamin B1 dan termasuk di dalamnya kandungan air. Dalam menggunakan DKBM, komposisi zat gizi yang tercantum dalam DKBM dinyatakan dalam satuan 100 gram bahan makanan yang dapat dimakan (%BDD). Artinya bagian-bagian yang biasa tidak dimakan seperti kulit, akar, biji, tulang, cangkang dan sebagainya yang tidak lazim dikonsumsi tidak dianalisis (Hardinsyah dan Briawan, 1994). Kebutuhan Zat Gizi Kebutuhan zat gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan. Kekurangan/kelebihan konsumsi zat gizi dari kebutuhan, terutama bila berlangsung lama dalam jangka waktu yang berkesinambungan dapat membahayakan kesehatan, bahkan pada tahap selanjutnya dapat menimbulkan kematian (Hardinsyah & Martianto 1989). Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat relatif yaitu gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excrestion and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh (Supariasa, Bakrie & Fajar 2002). Menurut Almatsier (2003), kebutuhan energi dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik serta kondisi khusus seperti ibu hamil dan menyusui. Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah Angka Merabolisme Basal (AMB) dan 13 aktivitas fisik. Angka metabolisme basal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat juga dipengaruhi oleh jenis, berat ringanya penyakit dan faktor stress. salah satu cara mentukan AMB antara lain menggunakan rumus Harris Bennedict yaitu(AMB Laki-laki= 66 + (13,7 x Berat Badan ) + (5 x Tinggi Badan) – ( 6,8 x Umur), dan AMB Perempuan = 655 +(9,6 x Berat Badan ) + (1,8 x Tinggi Badan) - (4,7 x umur). Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang (individu) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat. Selain kebutuhan gizi menurut umur, gender, aktivitas fisik, dan kondisi khusus, dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan perubahan kebutuhan gizi karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik, dan kondisi abnormal lainnya (Almatsier, 2004). Diet pada Pasien Kanker Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pengecap, rasa cepat kenyang, mual penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004). Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan. a. Energi Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik memerlukan energi 2000 kkal. Atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan. Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat stress individual atau luasnya kerusakan jaringan (Babcock 2005). 14 b. Protein Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang negatif. Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 g/kg berat badan (Sutandyio dan Hariani 2006). c. vitamin dan mineral Vitamin dan mineral sebagai Kontrol protein dan metabolisme energi melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathway dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi (Babcok 2005). d. Cairan Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian metabolisme dan kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan dalam kemoterapi (Babcok 2005). Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Rumah sakit merupakan instansi penting dalam menyelenggarakan makanan kelompok. Rumah sakit sebagai salah satu komponen kegiatan dalam upaya penyembuhan penyakit, makanan yang disajikan di rumah sakit tidak jarang disajikan sebagai acuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGS) adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita (Almasier 2004). Proses pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan terdiri atas empat yaitu sesmen atau pengkajian gizi, perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan dan strategi, implementasi pelayanan gizi sesuai rencana, monitoring dan evaluasi pelayanan gizi (Almatsier 2004). Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan di rumah sakit bagi pasien rawat inap dan rawat jalan untuk memperoleh makanan yang sesuai guna mencapai syarat gizi yang 15 optimal (Subandriyo 1993). Untuk mencapai kondisi kesehatan pasien yang optimal, maka rumah sakit umumnya akan menyediakan makanan dengan kandungan nutrien yang baik dan seimbang menurut keadaan penyakit dan status gizi pasien, makanan dengan teksur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastrointestinal dan penyakit pasien, makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang; makanan yang bebas unsur aditif yang berbahaya, makanan dengan penampilan dan citarasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembaunya (Hartono 2000). Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi essensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kualitas atau kuantitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dsb. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier 2004). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (Utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Status gizi seseorang atau sekelompok orang tidak selalu sama dari masa ke masa karena merupakan interaksi dari berbagai faktor. Menurut Riyadi (2001), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Konsumsi pangan, salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pangan. Lebih lanjut, akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang. Status gizi yang optimal dapat dapat dicapai dengan keseimbangan atau antara asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan penyerapan gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi 16 oleh pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit infeksi maupun bukan infeksi (Hammond 2008). Status gizi dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (bodymass index). Indeks massa tubuh dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) dengan kudrat tinggi badan (m). Faktor Lingkungan Faktor lingkungan pasien meliputi kelas perawatan, waktu makan, konsistensi diet dan pengalaman melakukan konsultasi. Kelas Perawatan adalah ruang rawat inap yang digunakan penderita selama dirawat di rumah sakit. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang tersedia di rumah sakit dengan tarif yang berbeda sesuai dengan masing-masing kelas (Soeprapto 1985). Waktu pembagian makan yang tepat dan jam makan pasien serta jarak waktu makan yang sesuai antara makan pagi, makan siang dan makan malam dapat mempengaruhi habis tidaknya makanan yang disajikan. Bila jadwal pemberian makan tidak sesuai maka makanan yang disajikan tidak bisa langsung dikonsumsi sehingga pada saat makanan disajikan kepada pasien, makanan telah mengalami perubahan penampilan bentuk serta suhunya telah dingin (Muchatob 1991). Kondisi fisik orang sakit yang paling baik pada waktu bangun pagi, setelah istrirahat penuh dan dapat tidur nyenyak malam harinya. Oleh karena itu, makanan yang tu baik, diberikan waktu pagi perlu diperhatikan agar orang sakit dapat makan dalam jumlah yang cukup, sehingga juga waktu makan siang nafsu makan tidak begitu baik, ia tidak akan menjadi terlalu lemah. Hal ini beda dengan pendapat yang lazim di lingkungan keluarga, bahwa makan pagi cukup seadanya saja (Moehyi 1999). Penggolongan makanan di rumah sakit berdasarkan aspek kepadatannya sangat diperlukan dalam rangka menentukan standar makanan. Menurut kepadatannya makanan rumah sakit dapat digolongkan menjadi makanan biasa, makanan lunak, makanan saring dan makanan cair (Moehyi 1999). Malnutrisi dalam Kondisi Sakit Malnutrisi klinis dapat terjadi ketika seseorang pasien tidak dapat makan cukup melalui mulut, yang disebabkan karena beberapa faktor antara lain : 1. mual, tidak ada nafsu makan dan muntah disebabkan misalnya penyakit lambung, atau uremia, pengaruh obat 17 2. acuh tak acuh terhadap makanan, yang ditemui pada banyak keadaan fisik dan dalam beberapa keadaan emosional seperti takut, dendam, dan putus asa 3. rasa sakit, mengakibatkan kesukaran menelan seperti pada tonsilitis, radang tenggorokan, sesudah tonsilektomi, pada fraktur tulang wajah dan rahang 4. sukar bernafas, seperti pada asma dan bronkhitis. Hal ini disebabkan karena kemungkinan tidak dapat mengunyah, karena bila bernafas sulit maka menelan pun terhalang 5. kelemahan otot kunyah, yang dapat timbul pada paralisa (kelumpuhan) wajah dan juga pada beberapa keadaan gangguan saraf 6. pernah mengalami stroke, maka akan sulit mengunyah dan menelan Penyebab Malnutrisi pada Kanker Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah multifaktorial. Secara umum penyebabnya dikelompokkan menjadi dua kategori, yaituberkurangnya asupan makanan dan malabsorbsi serta adanya gangguan proses metabolisme (Shike, 1996). Bruera mengelompokkan penyebab cachexia pada penderita kanker sebagai berikut: 1. faktor psikologis dan susunan saraf pusat (keengganan makan, gangguan persepsi rasa kecap, stress psikologis); 2. efek tumor (obstruksi mekanis, pemakaian substrate/ nutrisi oleh tumor, produksi sitokin oleh sel tumor, lipid mobilizing factors); 3. efek yang berhubungan dengan terapi (kemoterapi, radiasi, bedah, nausea, stomatitis, xerostomia, nyeri, ileus); 4. efek yang berhubungan dengan penderita (peningkatan resting energy expenditure, gangguan proses metabolisme, produksi sitokin oleh makrofag, disfungsi autonomic, penurunan pengosongan lambung (Lutz et al 1999). Gangguan nutrisi akibat tindakan bedah tergantung pada letak tumor, luasnya reseksi saluran cerna dan ada tidaknya tindakan vagotomi. Operasi pada bagian saluran cerna seperti lidah, mandibula, faring, esophagus, lambung dapat menurunkan kemampuan menelan dan pencernaan makanan. Reseksi usus halus yang luas menyebabkan gangguan penyerapan nutrient, cairan dan elektrolit, reseksi pancreas dapat menyebabkan malabsorbsi dari lemak dan protein (Shike, 1996). Kemoterapi dapat menyebabkan nausea, vomiting, nyeri abdomen, mukositis, antineopalstik yang ileus sering diare dan malabsorbsi. menyebabkan simtom Beberapa preparat gastrointestinal (40%) antaralain cisplatin, doxorubicin, fluorouracil. Penggunaan obat analgesik opioid 18 dapat menyebabkan nausea, konstipasi dan gas distension pada usus halus dan usus besar sehingga menyebabkan malabsorbsi (narcotic bowel syndrome), penggunaan diuretik sering menyebabkan penurunan kadar zinc yang mengakibatkan penurunan rasa kecap (Walsh 1989). Radioterapi dapat memberikan reaksi akut dan delayed reaction (komplikasi ronis). Reaksi akut dapat terjadi dalam 3 hari sampai 1 minggu terapi, dapat berupa kesulitan menelan akibat edema dan mukositis orofaring menyebabkan disfagia dan odinofagia, penurunan produksi saliva dengan konsekuensi penurunan enzim (radiasi kepala leher), nausea vomiting, enteritis atau diare (radiasi daerah abdominal). Komplikasi akhir berupa keradangan mucosal persisten, fibrosis intestinal dan striktur (Shike 1996 ). Metode Penimbangan Makanan Food Weighingdan Recall 24 jam Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama satu hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. • Kelebihan metode penimbangan Data yang diperoleh lebih akurat dan teliti. • Kekurangan metode penimbangan a. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan b. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasan makan mereka. c. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil d. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden. Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan dalam secara teliti dengan mengunakan alat URT (sendok, gelas, piring). atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari (Supariasa 2002). 19 Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam diperlukan untuk memperkirakan kebiasan asupan zat gizi yang bervariasi setiap harinya (Gibson 2005) • Kelebihan metode recall 24 jam a. Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden. b. Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus. c. Cepat,sehinggga dapat mencakup banyak responden. d. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. • Kekurangan metode recall 24 jam a. Tidak dapat menggambarakan asupan makanan sehari-hari, bial hanya dilakukan recall sat hari. b. Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden, sehingga metode ini ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dia atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau pelupa. c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang diapkai menurut kebiasaan masyarakat. d. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. 20 KERANGKA PEMIKIRAN Asupan energi dan zat gizi contoh yang terdiagnosa kanker dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap asupan energi dan zat gizi contoh adalah: ketersediaan energi dan zat gizi, jenis diet, serta kebiasaan makan dan tingkat pengetahuan gizi contoh. Ketersediaan energi dan zat gizi ditentukan berdasarkan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Adapun kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh karakteristik contoh. Karakteristik contoh tersebut antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, berat badan, dan tinggi badan. Asupan energi dan zat gizi serta jenis kanker; keluhan, jenis pengobatan dan lama perawatan akan menentukan status gizi contoh.Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun mencegah kekambuhan. Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala sindrom kakesia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrient (Sutandyo dan Hariani 2006). Salah satu bentuk pelayanan gizi rumah sakit bagi penderita penyakit kanker rawat inap yaitu pemberian makanan dalam bentuk diet dengan memperhatikan kebutuhan energi dan zat gizi contoh. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat relatif yaitu gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excrestion and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh (Supariasaet al 2002). Menurut Almatsier (2003), kebutuhan energi dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik serta kondisi khusus seperti ibu hamil dan menyusui..Bagan kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. 21 Karakteristik contoh: - Usia - Jenis kelamin -Tingkat pendidikan - Jenis pekerjaan - Berat badan - Tinggi badan Kebutuhan energi dan zat gizi contoh Ketersediaan energi dan zat gizi di rumah akit Jenis diet Asupan energi dan zat gizi - Ketersediaan enteral dan parenteral - Ketersediaan luar rumah sakit - Jenis kanker - Keluhan - Jenis pengobatan - Lama perawatan Status gizi - Kebiasaan makan - Tingkat pengetahuan gizi Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berkaitan dengan asupan energi dan zat gizi pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta 22 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik contoh dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta pada bulanJuni sampai Juli 2012. Lokasi tersebut dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai rumah sakit berfungsi sebagai pusat rujukan penyakit kanker seluruh Indonesia dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan serta banyak menangani kasus kanker. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah SakitKanker Dharmais yang mendapat pelayanan makanan dari Instalasi Gizi Rumah Sakitpada bulan Juni sampai Juli 2012. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara non probability samples dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut : (1) usia ≥20 tahun; (2) telah dirawat minimal tiga hari; (3)mengonsumsi makanan yang disediakan dari rumah sakit;(4) kesadaran baik dan dapat berkomunikasi dengan baik;(5) bersedia menjadicontoh penelitian yang ditunjukan dengan penandatanganan informed concern.Penentuan jumlah sampel didasarkan pada populasi pasien pada bulan sebelum penelitian yaitu pada bulan Maret 2012. Pada bulan Maret 2012 terdapat populasi pasien rawat inap kanker sebanyak 284 pasien pada kelas II, III dan jamkesmas. Perhitungan sampel sebagai berikut : n= 𝑁𝑁 . 1+𝑁𝑁 (𝑑𝑑 2 ) 284 1 + 284 (0.12 ) = 74 keterangan : n = jumlah contoh 74 (diperoleh di perhitungan) N = jumlah populasi 284 orang (periode bulan Maret) d= tingkat kepercayaan (0.1) (Notoatmodjo 2005) 23 Jumlah contoh yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yaitu 74 orang. Contoh yang memenuhi kriteria inklusi hanya 74 orang. Kemudian dari 74 orang, hanya 63 orang contoh yang mempunyai data konsumsi yang lengkap. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari: 1. Karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,pengetahuan gizi dan status gizi. 2. Keluhan penyakit, lama perawatan, dankebiasaan makan sebelum terdiagnosa kanker. 3. Kebutuhan, ketersedian, dankonsumsi contoh. . Data sekunder terdiri darigambaran umum rumah sakit, gambaran umum instalasi gizi RSKD jenis kanker, jenis pengobatan, jenis diet,dan lama perawatan. Data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan)diperoleh dengan cara wawancara menggunakan alat bantu kuesioner.Data antropometri (berat badan dan tinggi badan) diperoleh dari buku rekam medis dan melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak dan microtoise. Data pengetahuan gizi contoh diperoleh melalui pengisian kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan. Data mengenai jenis kanker, jenis pengobatan, keluhan, jenis diet, dan lama perawatan diperoleh dari wawancara dan dari buku rekam medis contoh. Data kebutuhan energi dan zat gizi contoh ditentukan melalui perhitungan menggunakan rumus dengan mengacu pada data karakteristik contoh. Data konsumsi makancontoh dikumpulkan dengan menggunakan metode food weighing dan recall 2 x 24 jamdari makanan yang dikonsumsi contoh. Data ketersediaan energi dan zat gizi yang disajikan diperoleh dengan metode penimbangan dan melihat standar porsi di instalasi gizi. Data sekunder didapatkan dari data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais mengenai gambaran umum rumah sakit dan instalasi gizi. Selain itu data jenis diet, jenis kanker, pengobatan ataupun terapi kanker dan lama perawatan dikumpulkan dari hasil diagnosa dokter melalui rekam medis. Jenis dan cara pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada Tabel 1. 24 Tabel 1Jenis dan cara pengumpulan data No 1 Data - Usia - Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - jenis pekerjaan Jenis data Cara Pengumpulan Data Alat Primer Wawancara Kuesioner Berat badan dan tinggi badan sekunder 3 Jenis diet dan kebutuhan energi dan zat gizi Primer Wawancara/pengukuran Kuesioner 4 Keluhan dan lama perawatan Primer/sekunder Wawancara Kuesioner Primer Wawancara Kuesioner Sekunder Wawancara/ melihat dari buku rekam medis Buku rekam medis Primer Food weighing danrecall 2 x24 jam Timbangan digital dan kuesioner Primer dan Skunder Standar Porsi dan Perhitungan Kandungan Bahan Makan -- Sekunder Wawancara _ 5 6 7 8 9 Pengetahuan gizi dan kebiasaan makan Jenis kanker dan jenis pengobatan kanker Konsumsi energi dan zat gizi Ketersediaan energi dan zat gizi. Gambaran umum rumah sakit dan instalasi gizi Pengukuran timbangan injak dan rekam medis 2 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Status gizi contoh ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), dengan rumus sebagai berikut: IMT = BB/TB2 Keterangan : BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (m2) Indeks Massa Tubuh (IMT) dikelompokkan menjadi lima kategori menurut Depkes (1994) dalam Depkes (2005) yaitu dapat dilihat pada Tabel 2. 25 Tabel 2 Kategori status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategori Kurus tingkat berat Kurus tingkat ringan Normal Gemuk tingkat ringan Gemuk tingkat berat IMT < 17.00 kg/m2 2 17.00–18.49 kg/m 2 18.5 –24.9 kg/ m 25.00–27.00 kg/m2 > 27.00 kg/m2 Selanjutnya untuk variabel penelitian dan pengkategoriannya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Variabel penelitian dan pengkategoriannya No Variabel 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Tingkat Pendidikan 5. Pengetahuan gizi 6. Jenis kanker 7. Jenis pengobatan 8. Lama perawatan 9. Keluhan contoh 10. Jenis Diet 11. Kebiasaan makan Kategori/Kelompok 1. 2. 3. 1. 2. Dewasa awal (20-40 tahun) Dewasa menengah ( 41-65 tahun) Dewasa akhir (> 65 tahun) Laki-laki Perempuan 1. Wiraswasta 2. PNS 3. Karyawan 4. IRT/tidak bekerja 5. Lainnya 1. Perguruan Tinggi 2. SMA/sederajat 3. SMP/sederajat 4. SD/sederajat 5. Tidak sekolah 1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60%-80%) 3. Baik (>80%) 1. Kanker payudara 2. Kanker servix 3. Kanker nasofaring 4. Kanker Ovarium 5. dll 1. Kemoterapi 2. Radiasi 3. Operasi 4. Kombinasi 5. PKU 1.<5 hari 3.5 -10 hari 3.>10 hari 1. mual 2. muntah 3. Diare 4. Anorexia 5. Mual, anorexia 6. Keluhan lainnya 7. Tidak ada keluhan 1. Bubur 2. Nasi tim 3. Nasi biasa 4. Lainnya 1. Makanan yang disukai 2. Jumlah porsi Sumber/ Acuan (Papalia & Olds 2001). Sebaran contoh Sebaran contoh Sebaran contoh Khomsan (2000) Data RSK.Dharmais Rekam medis Sebaran contoh SGA Almatsier (2004) Almatsier (2004 26 Menurut Sutardjo (2004), kebutuhan energi contoh dihitung berdasarkan Angka Metabolisme Basal (AMB) yang dihitung menggunakan Rumus Harris Benedict sebagai berikut: a. AMB laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) b. AMB permpuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U) Keterangan :BB = Berat Badan Ideal (kg) BBI ditentukan menggunakan Rumus Brocca yaitu : BBI = [Tinggi Badan (cm) - 100] – 10% [Tinggi Badan (cm) - 100] TB = Tinggi Badan (cm) U = Umur (tahun) Semua pasien/contoh yang menjalani rawat inap mempunyai faktor aktifitas sebesar 1.2. Faktor stres untuk penyakit kanker sebesar 1.11.3.Kebutuhan protein pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wastingyang berat dianjurkan protein 1.5-2 g/kg berat badan (Sutandyio dan Hariani 2006). Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi dan kebutuhan karbohidrat sisa dari kebutuhan energi, protein, dan lemak. Data konsumsi makan dari hasil metode food weighing dan recall 2x 24 jam dikonversi menjadi energi dan zat gizi dengan menggunakansoftware nutrisurvey 2007. Asupan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan disebut tingkat dengan kecukupan. Perhitungan tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak ditentukan dengan membandingkan antara asupan dengan kebutuhan. Namun, tingkat kecukupan vitamin A, C, dan E ditentukan berdasarkan pembagian antara asupan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).Tingkat kecukupan energi dan zat gizi, menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes (1996) dikelompokkan menjadi 5 kategori dapat dilihat pada Tabel 4. Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan zat gizi dari makanan yang disajikan rumah sakit dengan kebutuhan energi total sehari dan zat gizi yang sesuai dengan syarat diet dari masing-masing jenis penyakit penyerta. Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi dikategorikan menjadi tiga dapat dilihat pada Tabel 4.Tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan energi dan zat gizi dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi dengan jumlah energi dan zat gizi makanan yang disediakan di rumah sakit. Tingkat konsumsi energi dan zat gizi dikategorikan menjadi empat (Direktorat Bina Gizi Masyarakat 27 1996) dapat dilihat pada Tabel 4.Tabel 4 merupakan tabel peubah dan kategoritingkat kecukupan, tingkat ketersediaan, serta tingkat konsumsi terhadap ketersedian menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat(1996). Tabel 4 KategoriTingkat Kecukupan, Tingkat Ketersediaan, Tingkat Konsumsi terhadap Ketersediaan .No Variabel 1 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi 2 Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan energi dan zat gizi 3 Tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan energi dan zat gizi 4 Tingkat kecukupan vitamin Kategori/Kelompok a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan) c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan) d.Normal (90-119% angka kebutuhan) e. Di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan). a.Defisit (<90% angka kebutuhan) b.Normal(90-119%angka kebutuhan) c.Lebih (≥120% angka kebutuhan) a. Defisit Tingkat Berat (< 70% ngka ketersediaan) b. Defisit Tingkat Sedang (70-79% angka ketersediaan) c Defisit Tingkat Ringan (80-89% angka ketersediaan) d.Normal(90-100%angka ketersediaan) a.(defisit)<77%AKG b. (cukup)≥77% AKG Sumber/ Acuan Direktorat Bina Gizi Masyarakat 1996 Direktorat Bina Gizi Masyarakat 1996 Direktorat Bina Gizi Masyaraka 1996 Gibson 2005 Analisis Data Pengolahan data dilakukan berupa editing, coding cleaning, entry dan analisis menggunakan microsoft excel 2007. Data deskriptif (persentase dan rata-rata) antara lain karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status gizi dan tingkat pengetahuan gizi),jeniskanker, keluhan, jenis pengobatan, kebiasaan makan, jenis diet, kebutuhan energi dan zat gizi pasien, konsumsi energi dan zat gizi pasien, tingkat kecukupan energi dan dan zat gizi, ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan energi dan zat gizi, tingkat konsumsi energi dan gizi terhadap kebutuhan energi dan protein, tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan energi dan zat gizi.Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows. 28 Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi, asupan energi dan zat gizi serta status gizi; pengetahuan gizi, lama perawatan, pengolahan pangan yang disukai, jenis pengobatan, status gizi dengan asupan energi dan zat gizi digunakan uji korelasi Spearman. Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh jenis pengobatan dan lama perawatan terhadap asupanenergi dan zat gizi digunakan analisis regreasi linear. Definisi Operasional Contoh adalah pasien kanker rawat inap yang bersedia menjadi contoh yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan baik laki-laki maupun perempuan di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitas medik dan atau pelayanan medik lainnya. Usia adalah umur contoh pada saat diwawancarai atau pada saat penelitian berlangsung. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang yang telah ditamatkan contoh. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang gizi yang diketahui contoh dengan cara menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi seimbang, dan fungsi zat gizi. Status gizi adalah keadaan kesehatan gizi contoh yang diperoleh berdasarkan rumus indeks massa tubuh (IMT) Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari suatu sel. Jenis penyakit kanker adalah spesifikasi penyakit kanker contoh yang telah diidentifikasi dan didiagnosis oleh dokter di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Lama perawatan adalah lamanya contoh dirawat di rumah sakit pada saat masuk rumah sakit sampai akhir pengamatan. Jenis pengobatanadalah berbagai macam tindakan pengobatan seperti kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi pengobatan yang sedang dijalani oleh contoh. Keluhan adalah merupakan gejala dan tanda yang dirasakan oleh contoh seperti mual, muntah, diare, anoreksia. Menu adalah susunan hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan. 29 Jenis dietadalah macam pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu kesembuhan pasien. Kebiasaan makan adalah frekuensi makan yang paling sering dan paling disukai oleh contoh sebelum terdiagnosa kanker. Kebutuhan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang diperlukan oleh seseorang agar hidup sehat. Ketersediaan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi dari makanan yang disajikan untuk contoh dalam satu hari rawat yang terdiri dari makan pagi, snack, makan siang, dan makan malam. Asupanenergi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Tingkat Kecukupan energi,protein, karbohidrat, dan lemakadalah perbandingan jumlah asupan energy, protein, karbohidrat, dan lemakdari diet rumah sakit terhadap kebutuhan energi dan zat gizi. Tingkat Kecukupan vitamin A, C, dan Eadalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi asupan vitamin A, C, dan E dari diet rumah sakit terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi terhadap kebutuhan adalah perbandingan jumlah energi dan zat gizi yang disediakan darimenu makanan yang disajikan oleh rumah sakit terhadap kebutuhanenergi dan zat gizi contoh. Tingkat konsumsi energi dan zat gizi terhadap ketersediaan adalah perbandingan jumlah asupan energi dan zat gizi dari rumah sakit terhadap ketersediaan jumlah energi dan zat gizi dari menu makanan yang disajikan. 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Kanker Dharmais Rumah sakit Kanker Dharmais berlokasi di JL. Let. Jend. S. Parman Kav 84-86, slipi, Jakarta Barat. Rs. Rumah Sakit Kanker Dharmais didirikan sebagai usulan dari mantan presiden RI, soeharto pada tahun 1993 sebagai rumah sakit rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Bangunan Rs kanker Dharmais didirikan di atas lahan seluas 38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan adalah 63.540 m2. Bangunan ini terdiri dari 7 blok bangunan, yaitu bangunan utama, bangunan asrama dan litbang, bangunan auditorium, bangunan penunjang, bangunan teknik dan dan umum, bangunan genset, bangunan rumah duka, tempat TPS dan incinerator, serta IPAL/STP. Bangunan utama terdiri dari 8 lantai dan ditambah 2 lantai 1,2,3,4,5, dan 8 sedangkan lantai lainnya masih dalam tahap persiapan pengembangan fisik. Gambar 2 Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat Rumah Sakit Kanker Dharmais berfungsi sebagai pusat kegiatan pelayanan medis pasien kanker serta pusat pendidikan dan pelatihan kanker, riset klinik, riset dasar dan pendidikan mengenai kanker sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasien kanker. Pelayanan medis ini bertujuan kuratif, paliatif, rehabilitatif, preventif, promotif dan edukatif. Pelayanan yang dilakukan meliputi bidang onkologi bedah, onkologi radiasi, onkologi medik, dan 31 bidang penunjang medik, dan bidang penunjang medik lainnya. RS. Kanker Dharmais memberikan pelayanan berupa: 1. Pengobatan segala jenis kanker dengan berbagai cara dan tujuan pengobatan. 2. Deteksi dini kanker dengan tes screening kanker disamping melakukan medical chek up. 3. Pencegahan kanker dengan melakukan penyuluhan mengenai berbagai kanker Rumah sakit Kanker Dharmais dituntut untuk selalu memantau perkembangan kanker baik secara nasional maupun internasional. Dengan demikian rumah sakit ini diharapkan dapat menciptakan peningkatan mutu pelayanan terhadap pasien kanker, penyelenggara pendidikan, penelitian, dan pengembangan masalah kanker. Penyelenggaraan kegiatan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Kanker Dharmais sesuai dengan SK Menkes No. 134 Tahun 1978, yang dibagi menjadi 4 kegiatan pokok, yaitu kegiatan pengadaan makanan, kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap, kegiatan penyuluhan/konsultasi, dan kegiatan penelitian pengembangan gizi terapan. Adapun tujuan pelayanan gizi di rumah sakit kanker dharmais adalah sebagai berikut: 1. Memberikan Pelayanan gizi dan tata boga secara profesional kepada pasien sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara optimal. 2. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan gizi dan tata boga di rumah sakit. 3. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan gizi rumah sakit. 4. Mengembangkan ilmu dan profesi gizi untuk menunjang pengobatan khususnya di bidang kanker. Pengadaan makanan adalah serangkaian kegiatan dimulai dari perencanaan macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan makanan hingga proses penyediaan makanan bagi pasien dan karyawan di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Proses kegiatan ini meliputi: Standarisasi Makanan di Rumah Sakit standarisasi Kebutuhan Makanan Diit Khusus Pasien Rawat Inap, dan standarisasi Makanan Formula, Menu, dan Perencanaan Kebutuhan Makanan. 32 Makanan yang diberikan di RS Kanker Dharmais diberikan dalam beberapa tahapan yang disesuaikan dengan aturan penuntun diit, kebutuhan secara umum, serta berdasarkan umur dan jenis kelamin pasien. Makanan biasa diberikan kepada penderita yang tidak memerlukan makanan khusus yang berhubungan dengan penyakitnya. Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu dan pada penyakit infeksi dengan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi. Makanan ini mudah dicerna, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu yang merangsang. Makanan saring diberikan kepada penderita sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk infeksi saluran pencernaan, dan kesukaran menelan. Makanan saring diberikan untuk jangka waktu pendek karena tidak memenuhi kebutuhan gizi terutama kalori dan vitamin. Makanan cair diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, dalam keadaan mual dan muntah dengan kesadaran menurun dan suhu badan sangat tinggi atau infeksi akut. Selain tahapan pemberian makanan yang telah dijelaskan, khusus pasien yang dirawat di ruang isolasi karena imunitas tubuhnya yang menurun ditempatkan di Ruang Isolasi Imunitas Menurun (RIIM) dan pasien HIV/AIDS atau karena perlakuan terapi yang harus dijalani yaitu terapi radiasi dan harus ditempatkan di Ruang Isolasi Radioterapi (RIRA), maka dalam tiap penyediaan makanannya terdapat sedikit perbedaan yaitu pada tahap penyajian dan distribusi makanan ke pasien tersebut. Perencanaan menu adalah suatu proses kegiatan menyusun sajian beberapa hidangan makanan menjadi satu rangkaian menu yang tujuannya adalah tersusunnya menu berdasarkan kebutuhan gizi pasien per hari, kebiasaan makan, macam dan jumlah orang yang dilayani, macam pelayanan yang diberikan, musim/iklim dan keadaan pasar, keuangan yang tersedia sehingga semua dapat tersusun dengan baik. perancanaan menu disusun oleh team yang terdiri dari Koordinator dan Pengawas Pengolahan dan Distribusi Makanan, Koordinator Pelayanan Gizi Rawat Inap, Ahli Gizi dan Pelaksana Ruangan, dan Penganggung Jawab Perbekalan. Pola Menu yang digunakan di Rumah Sakit Kanker Dharmais adalah siklus menu 31 hari untuk Makanan Utama sedangkan makanan snack menggunakan siklus 20 hari dan 31 hari. Perubahan siklus menu dilakukan 1 tahun sekali. Pengadaan bahan makanan merupakan salah satu tahapan dalam mengelola penyelenggaraan makanan. Pembelian bahan makanan juga merupakan langkah penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengawasan 33 harga makanan secara keseluruhan. Pengadaan bahan makanan di Rumah Sakit Kanker Dharmais terbagi menjadi dua kelompok bahan makanan yaitu kelompok bahan makanan kering dan kelompok bahan makanan basah. Bahan makanan kering dan basah didistribusikan oleh petugas gudang sesuai permintaan dari administrasi pengolahan berdasarkan rekapitulasi pengolahan dan pembagian makan pasien yang diminta sesuai jumlah pasien masing-masing kelas perawatan per waktu makan sesuai siklus menu yang berlaku. Distribusi makanan yang dipusatkan (sentralisasi) yaitu makanan tiap pasien langsung dibagikan pada masing-masing alat makan pasien di pusat penyelenggaraan makan. Cara pelayanan makan pasien adalah penyajian makanan bagi pasien dengan menggunakan alat makan tertentu atau alat makan lain sejenis yang dirancang untuk penyajian makanan pasien sesuai kelas perawatan. Gambar 3 Instalasi gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais 34 Karakteristik Contoh Karakteristik contoh dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan gizi, dan status gizi contoh. Karakteristik contoh tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik contoh Karakteristik contoh Total Kelompok Usia Dewasa Awal Dewasa Menengah Dewasa akhir Total Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Total Jenis pekerjaan Tidak Bekerja/IRT PNS Swasta Karyawan Lainnya Total Pengetahuan Gizi Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total Kategori status gizi (IMT) Kurus tingkat berat (<17.0) Kurus tingkat ringan (17-18.49) Normal (18.5-24.9) Gemuk tingkat ringan (25-27) Gemuk tingkat berat (> 27.0) Total Perempuan n % 39 62 Laki-laki n % 24 38 n 63 Total % 100 14 25 0 39 35.8 64.1 0 100 9 13 2 24 37.5 54.2 8.2 100 23 38 2 63 37 60 3.2 100 2 6 7 16 8 39 5.1 15.3 17.9 41.0 20.5 100 1 3 2 9 9 24 4.2 12.5 8.3 37.5 37.5 100 3 9 9 25 17 63 4.8 14 14 40 27 100 25 6 1 7 0 39 64.1 15.4 2.6 17.9 0 100 4 8 5 4 3 24 16.7 33.3 20.8 16.7 12.5 100 29 14 6 11 3 63 46 22 9.5 17 4.7 100 26 8 5 39 66.7 20.5 12.8 100 11 10 3 24 45.8 41.6 12.5 100 37 18 8 63 59 29 13 100 2 4 25 2 6 39 5.1 10.2 64.1 5.1 15.3 100 6 1 13 3 1 24 25 4.2 54.2 12.5 4.2 100 8 5 38 5 7 63 13 7.9 60 7.9 11 100 Setiap manusia mengonsumsi makanan dalam jumlah dan jenis yang berbeda. Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan salah satunya adalah jenis kelamin dan usia. Pada penelitian ini, usia dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu dewasa awal, dewasa menengah, dan dewasa akhir.Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 di atas, sebagian besar contoh (62%) dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Usia contoh berselang antara 21-70 tahun dengan rata-rata 44.7±10.5. Mayoritas contoh (60%) termasuk kategori dewasa menengah. Sebesar 8.2% contoh laki-laki 35 termasuk kedalam kategori dewasa akhir, sedangkan pada contoh perempuan tidak ada yang tergolong kedalam kategori dewasa akhir. Kejadian kanker umumnya terjadi setelah usia 30 tahun, seperti pada kanker payudara (Escott 2008).Menurut Jong (2004), semakin tua semakin besar kemungkinan timbulnya kombinasi dan timbunan mutasi di dalam inti sel, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker. Di seluruh dunia pada umumnya perbedaan insiden kanker bergantung pada usia, jenis kelamin, kelompok penduduk, tempat tinggal, dan faktor demografis lainnya. Semakin meningkatnya usia, semakin besar kemungkinan terjadinya kanker. Hal ini berlaku untuk kanker paru-paru, usus besar, payudara, lambung dan prostat. Bentuk-bentuk kanker ini sangat jarang terjadi pada orang berusia kurang dari tiga puluh tahun. Pada penelitian ini tingkat pendidikan contoh dikelompokkan menjadi lima tingkatpendidikan, yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, sebagian besar (40%) tingkat pendidikan contohadalah lulusan SMA/sederajat. Hanya 4.8% contoh yang tidak sekolah dan contoh yang tingkat pendidikan lulusan perguruan tinggi cukup besar yaitu Dibandingkan dengan contoh perempuan,kebanyakan sebesar 27%. contoh laki-laki merupakan lulusan SMA/sederajat dan perguruan tinggi (PT), yaitu sebesar 75%. Jenis pekerjaan contoh pada penelitian ini sangat bervariasi. Jenis pekerjaan contoh dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu tidak bekerja/ ibu rumah tangga, PNS, pegawai swasta, karyawan, dan pekerjaan lainnya.Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, sebagian besar pekerjaan contoh (46%) adalah IRT(ibu rumah tangga) dan tidak bekerja, hal ini sejalan dengan hasil penelitian, bahwa sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan.Kebanyakan contoh laki-laki (33%) bekerja sebagai Pegawai negeri Sipil (PNS) dibandingkan dengan contoh perempuan yang kebanyakan bekerja sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja (64.1%). Menurut Simon & Macmillan (1995), Semakin tinggi pendidikan seseorang ada kemungkinan seseorang memiliki pekerjaan yang berpenghasilan tinggi pula dan cenderung memiliki banyak variasi jenis pangan yang akan dikonsumsi. Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi dan makin banyak pula pengetahuan yang dimilki, selanjutnya akan mempermudah seseorang untuk memeriksa kesehatan dirinya, sehingga akan berdampak pada penurunan 36 penyakit kanker tersebut. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu penting bagi pasien. Pengetahuan contoh tentang gizi dan kesehatan merupakan segala sesuatu yang diketahui contoh tentang gizi dan kesehatan. Pertanyaan yang diajukan ke contoh berjumlah 20 pertanyaan berupa pilihan ganda yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, lebih dari separuh contoh (59%) baik contoh perempuan maupun laki-laki memiliki pengetahuan gizi kurang. Sebesar 13%contoh memiliki pengetahuan gizi berkategori baik, sisanya sebesar 29% contoh berkategori sedang. Rendahnya tingkat pengetahuan contoh mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu pendidikan, lingkungan, pengalaman, usia, dan penyakit yang diderita serta suasana rumah sakit yang mengakibatkan contoh mengalami penurunan konsentrasi. Pada penelitian ini fakor yang diduga mempengaruhi rendahnya tingkat pengetahuan gizi contoh adalah kondisi penyakit dan suasana rumah sakit. Menurut Khomsan et al (2009),Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simbolnya. Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin memperhatikan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi zat gizi makanan (Gibson 2005). Pada penelitian ini status gizi dikelompokkan menurut IMTmenjadi lima kategori, yaitu: kurus tingkat berat, kurus tingkat ringan, normal, gemuk tingkat ringan, dan gemuk tingkat berat. Tinggi badan dan berat badan diperoleh dengan melihat status rekam medis yang telah dilakukan pengukuran oleh perawat. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, lebih dari separuh contoh (60%) memiliki status gizi normal. Selanjutnya pada penelitian ini juga ditemukan contoh dengan status gizi kategori kurus tingkat berat sebesar 13% dan gemuk tingkat berat sebesar 11%. Baik contoh yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki sebagian besar status 37 gizinya juga berada dalam kategori normal.Banyaknya status gizi contoh yang berkategori normal, diduga pengukuran tinggi badan berat badan dilakukan pada awal masuk rumah sakit, sedangkan pada waktu pengamatan tidak dilakukan penimbangan ulang berat badan dan tinggi badan contoh. Berdasakan catatan rekam medis SGA (Subjective Global Assement) Rumah Sakit Kanker Dharmais, kebanyakan pasien mengalami penurunan berat badan setelah terdiagnosa kanker. Penimbangan berat badan pasien kanker perlu dilakukan sekurangkurangnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi gizi serta agar intervensi gizi dapat dilakukan dengan adekuat (Subandrio 2002). Jenis Kanker Contoh Kanker adalah suatu pertumbuhan maligan yang selnya memiliki sifat beriplikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambatan, bersifat invasif dan memiliki kemampuan untuk menyebar (metastasis). Apabila penyakit ini tidak ditangani sejak dini maka dapat bersifat fatal hingga menyebabkan kematian (Damayanthi 2008). Pada penelitain ini kategori kanker dan tumor dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan asal jaringan kanker, yaitu karsinoma, leukimia, limfoma, dan glioma. Menurut Corwin (2001), terdapat beberapa gejala kanker yang secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami seperti:kanker payudara dimana terdapat benjolan, penebalan kulit, perubahan bentuk, kulit menjadi merah, panas dan nyeri. Kanker servik mempunyai gejala adanya gangguan haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, dan sering menderita sakit perut mendadak. Pada kanker nasofaring, gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk dan meluas yang mengakibatkan mata juling, tuli dan bengkak di leher. Leukimia mempunyai gejala seperti pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, anemia, mual, muntah, dan demam.Berdasarkan hasil penelitian terdapat 19 jenis tumor dan kanker. Sebaran jenis kanker dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 6. 38 Tabel 6Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis kelamin Jenis kanker Jenis kelamin Perempuan Laki-laki n % n % Total n % a. Karsinoma : Kanker payudara 12 30.7 0 0 12 19.0 Kanker Servik 11 28.2 0 0 11 17.4 KNF(karsinoma nasofaring) 1 2.6 7 29.2 8 12.6 Kanker paru 3 7.7 1 4.2 4 6.3 Tumor esophagus 0 0 1 4.2 1 1.6 Kanker prostat 0 0 1 4.2 1 1.6 Kanker sigmoid 0 0 1 4.2 1 1.6 Kanker parotis 0 0 1 4.2 1 1.6 KSS lidah 1 2.6 2 8.3 3 4.8 Tumor Abdomen 2 5.1 1 4.2 3 4.8 Kanker kolon 3 7.7 3 12.5 6 9.5 Kanker rectum 2 5.1 0 0 2 3.2 KSS maksila 1 2.6 0 0 1 1.6 Tumor buli 0 0 1 4.2 1 1.6 KSS rongga mulut 0 0 1 4.2 1 1.6 b.Leukimia : AML 0 0 1 4.2 1 1.6 LGK 1 2.6 0 0 1 1.6 c. Limfoma : LNH 2 5.1 2 8.3 4 6.3 d. Glioma : Kanker parletar crenotomy 0 0 1 4.2 1 1.6 Total 39 100 24 100 63 100 *Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut, LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa asal kanker yang paling banyak adalah karsinoma sebanyak 15 jenis kanker, leukimia 2 jenis kanker, dan masing-masing satu jenis kanker untuk limfoma dan glioma.Tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh yaitu kanker payudarasebanyak 12 orang (19%), kanker servik11 orang (17.4%),dan karsinoma nasofaring (KNF) sebanyak 8 orang (12.6%). Berdasarkan jenis kelamin, kebanyakan pada contoh perempuan menderita kanker payudara (30.7%), dan serviks (28.2%). Pada contoh laki-laki kebanyakan menderita karsinoma nasofaring (29.2%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Jong (2004), bahwa diseluruh dunia, kanker leher rahim dan kanker payudara termasuk keganasan pada wanita yang paling sering muncul. Berdasarkan data WHO Global Burden of Disease 2004, di dunia kanker yang paling umum terjadi pada wanita adalah kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker pada wanita. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel 39 kanker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan kematian (Tapan 2005).Kanker serviks adalah suatu jenis kanker yang menyerang serviks uterus, yakni daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus), dan terletak di antara uterus dan vagina. Diseluruh dunia, kanker leher rahim dan kanker payudara termasuk keganasan pada wanita yang paling sering muncul. Kanker servik terutama ditemukan pada di golongan ekonomi lemah (Jong 2004). Kanker ketiga terbanyak yang ditemukan adalah karsinoma nasofaring (KNF) sebanyak 8 orang (13%). Banyak faktor penyebab kanker ini, selain infeksi virus, juga berperan faktor genetik dan kebiasaan makan. Penderita kanker ini umumnya berusia dewasa muda. Selain kanker payudara, servik, dan KNF, pada penelitian ini juga masih banyak ditemukan jenis kanker yang terdapat disaluran pencernaan seperti KSS lidah (4.8%), kanker kolon (9.5%), kanker rektum (3.2%), maupun disaluran pernapasan seperti kanker paru sebesar 6.3%. Lama Perawatan Contoh Perubahan lingkungan pada orang yang dirawat dalam waktu lama di rumah sakit dapat menyebabkan tekanan psikologis pada orang yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan hilangnya nafsu makan dan rasa mual terhadap makanan yang disajikan (Subandriyo 2000). Lama dirawat di rumah sakit dihitung sejak contoh masuk rumah sakit hingga saat dilakukan pengamatan. Lama perawatan contoh dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu <5 hari, 5-10 hari dan >10 hari. Sebaran pasien berdasarkan lama dirawat disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan lama dirawat di RSKD Lama dirawat < 5 hari 5-10 hari >10 hari Total n 5 35 23 63 % 7.9 56 36 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7, separuh contoh (56%) dirawat 5-10 hari. Sedangkan persentase terendah yaitu sebesar 7.9% dirawat kurang dari 5 hari. Sisanya sebanyak 36% contoh dirawat lebih dari 10 hari. Salah satu upaya untuk memperpendek hari perawatan dan mempercepat penyembuhan penyakit yaitu dengan adanya penyelenggaraan makanan yang dikelola pihak rumah sakit sehingga pasien memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya (Moehyi 1999).Banyaknya contoh yang dirawat lebih dari lima 40 hari dikarenakan penyakit kanker memerlukan pengobatan dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang seperti kemoterapi dan operasi. Jenis Pengobatan Kanker Contoh Penatalaksanaan pengobatan kanker dibedakan menjadi lima kelompok berdasarkan catatan medis dan alasan kunjungan ke rumah sakit yaitu, kemoterapi, radiasi, operasi, kombinasi, dan PKU (perbaikan keadaaan umum) atau pengobatan yang bersifat paliatif. Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan dan lama di rawat disajikan pada Tabel 8. Tabel 8Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan dan lama perawatan Jenis pengobatan < 5 hari n % Kemoterapi 2 40 Radiasi 0 0 Operasi 0 0 Kombinasi 2 40 PKU 1 20 Total 5 100 *perbaikan keadaan umum Lama dirawat 5-10 hari n % 14 40 3 8.6 9 25.7 5 14.3 4 11.4 35 100 Total >10 hari n % 10 43.5 2 8.7 7 30.4 2 8.7 2 8.7 23 100 n 26 5 16 9 7 63 % 41 7.9 25 14 11 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel8 di atas, hampir separuh contoh (41%) datang ke Rumah Sakit Kanker Dharmais bertujuan untuk melaksanakan pengobatan kemoterapi. Pengobatan terbanyak kedua adalah dengan operasi sebesar 25%. Pengobatan yang paling sedikit adalah pengobatan dengan radiasi yaitu sebanyak 7.9%. Selanjutnya sebanyak 43.5% contoh yang melaksanakan kemoterapi dirawat lebih dari 10 hari. Kebanyakan semua contoh yang melaksanakan pengobatan dirawat 5-10 hari. Kemoterapi adalah obat yang dibuat secara kimiawi yang bekerja menghambat atau mematikan mikroorganisme yang membuat sel-sel tumor. Kelemahan dan keterbatasan terapi ini adalah setiap sel sehat akan menerima racun sel dalam konsentrasi yang sama dan efek sampingnya bersifat sistematis dapat muncul dimanapun dan batasnya ditentukan oleh toleransi dari sel-sel sehat paling peka dimanapun dalam tubuh (Jong 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan contoh dan melihat catatan rekam medis kebanyakan contoh telah berulangulang melakukan kemoterapi. Penyinaran (radiasi) menghancurkan sel-sel yang membelah dengan cepat,tetapi penyinaran juga bisa merusak jaringan normal, terutama jaringan dimana sel-sel secara normal berkembangbiak dengan cepat. Dengan menentukan target penyinaran secara akurat akan melindungi sel-sel normal sebanyak mungkin. Sel-sel yang memiliki pasokan oksigen yang memadai lebih 41 mudah dirusak oleh penyinaran. Penyinaran tumor pada kepala dan leher sering menyebabkan peradangan selaput mukosa di hidung dan mulut, menyebabkan sakit dan luka terbuka (ulserasi). Penyinaran pada lambung atau perut sering menyebabkan peradangan lambung (gastritis) dan usus bagian bawah (enteritis), sehingga mengakibatkan terjadinya diare. Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik merupakan kombinasi dari pembedahan, penyinaran dan kemoterapi. Pembedahan atau penyinaran mengobati kanker yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran. Kadang penyinaran atau kemoterapi dilakukan sebelum pembedahan, untuk memperkecil ukuran tumor; atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker. Kemoterapi yang dikombinasikan dengan pembedahan, akan memperbaiki kesempatan harapan hidup pada penderita kanker usus besar, payudara atau kendung kemih yang telah menyebar ke kelenjar getah bening regional. Selanjutnya sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan disajikan pada tabel 9. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 9, diketahui bahwa contoh yang mengalami penyakit kanker sebagian besar menjalani pengobatan dengan cara kemoterapi. Pengobatan kemoterapi paling banyak dilakukan untuk mengobati jenis kanker payudara seperti terlihat pada Tabel 9 yaitu sebesar 19.2%, kanker servik sebesar 15.4%, dan karsinoma nasofaring sebesar 15.4%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh adalah kanker payudara, servik, dan KNF. Hampir separuh (40%) Pengobatan dengan cara radiasi dilakukan untuk mengobati penyakit kanker payudara. Sebagian besar (31.2%) pengobatan operasi dilakukan untuk mengobati penyakit kanker kanker servik, namun pada contoh kanker payudara juga banyak melakukan pengobatan dengan operasi, yaitu sebesar 25%. Selanjutnya untuk pengobatan dengan cara kombinasi sebagian besar dilakukan untuk mengobati penyakit KNF dan kanker kolon masing-masing sebesar 22.2%, sedangkan untuk Perbaikan Keadaan Umum (PKU) sebagian besar (28.6%) dilakukan untuk mengobati penyakit kanker paru.Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan secara rinci dapat dilihat pada tabel 9. 42 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan jenis pengobatan Jenis kanker a. Karsinoma -Kanker payudara -Kanker serviks -KNF -Kanker paru -KSS lidah -Kanker kolon -Kanker rectum -KSS maksila -KSS rongga mulut -Kanker prostat -Kanker sigmoid -Kanker parotis -Tumor abdomen -Tumor buli -Tumor esophagus b.Leukimia -AML -LGK c. Limfoma -LNH d.Glioma -Kanker parletar prost crenotomy Total Kemoterapi n % Radiasi n % Jenis pengobatan Operasi Kombinasi n % n % Total PKU n % n % 5 4 4 1 2 2 1 0 1 0 1 0 0 0 1 19.2 15.4 15.4 3.8 7.7 7.7 3.8 0 3.8 0 3.8 0 0 0 3.8 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 40 20 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 20 0 4 5 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 0 0 25 31.2 6.2 0 0 6.2 6.2 0 0 0 0 0 18.7 0 0 1 1 2 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11.1 11.1 22.2 11.1 0 22.2 0 0 0 11.1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 14.2 28.6 14.2 0 0 14.2 0 0 0 14.2 0 0 0 12 11 8 4 3 6 2 1 1 1 1 1 3 1 1 19.0 17.5 12.7 6.3 4.8 9.5 3.2 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 4.8 1.6 1.6 0 1 0 3.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 14.2 0 1 1 1.6 1.6 3 11.5 0 0 0 0 1 11.1 0 0 4 6.3 0 26 0 100 0 5 0 100 1 16 6.2 100 0 9 0 100 0 7 0 100 1 63 6.3 100 *Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut, LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin, PKU (perbaikan keadaan umum) 43 Menurut Peckenpaugh (2010), pengobatan operasi kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi radiasi. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi. Dari Tabel 9 juga dapat dilihat, bahwa contoh dengan kanker payudara dan kanker servik menjalani semua pengobatan kecuali dengan cara Perbaikan Keadaan Umum (PKU). Hal ini dikarenakan pada saat diwawancarai kebanyakan contoh terdiagnosa kanker sudah lama dan bersifat kronis, sehingga harus dilakukan pengobatan seperti kemoterapi dan operasi. Selajutnya contoh dengan KNF menjalani semua pengobatan kecuali dengan cara radiasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Jong (2004), bahwa penanganan penyakit KNF dilakukan dengan pembedahan. Keluhan Contoh Keluhan kanker itu dapat bermacam-macam dari tidak ada sampai banyak sekali. Dari keluhan ringan sampai keluhan berat. Keluhan itu tergantung dari lokasi tumor pada organ dan dari stadiumnya. Di samping itu ada pula keluhan karena ada komplikasi dan penyakit selular. Jenis keluhan yang dirasakan contoh dibedakan menjadi tujuh kelompok yaitu, mual, muntah, diare, anoreksia, mual dan anoreksia, keluhan lainnya, dan tidak ada keluhan. Sebaran contoh berdasarkan keluhan yang dirasakan dengan jenis pengobatan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10Sebaran contoh berdasarkan keluhan dan jenis pengobatan Keluhan Kemoterapi n % Mual 0 0 Muntah 1 3.8 DIare 2 7.7 Anoreksia 5 19.2 Mual,anoreksia 13 50 Keluhan ainnya 1 3.8 Tidak ada 4 15.3 keluhan Total 26 100 *perbaikan keadaan umum Jenis Pengobatan Radiasi Operasi Kombinasi n % n % n % PKU n % Total n % 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 60 40 0 0 0 2 0 3 4 0 7 0 12.5 0 18.7 25 0 43.7 0 1 1 2 2 0 3 0 11.1 11.1 22.2 22.2 0 33.3 1 1 1 2 0 1 1 14.3 14.3 14.3 28.6 0 14.3 14.3 1 5 4 15 21 2 15 1.6 7.9 6.3 24 33 3.2 24 5 100 16 100 9 100 7 100 63 100 Berdasarkan data yang disajikan padaTabel 10 di atas, keluhan yang banyak dirasakan contoh adalah mual dan anoreksia sebanyak 33%. Masingmasing sebesar 24% contoh merasakan anoreksia, dan tidak merasakan keluhan 44 apa-apa. Banyaknya contoh merasakan mual dan muntah disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah efek pengobatan kanker. Mual dan muntah dapat terjadi akibat kemoterapi, radioterapi pada saluran gastrointestinal, obat-obatan seperti penggunan obat-obat analgesic narkotik dan komplikasi penyakit seperti obstruksi gastrointestinal (Sukardja 2000). Menurut grant (2008), gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual, dan muntah, kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya asupan makan dan status gizi dapat terpengaruh. Mual dan muntah terutama terjadi setelah penyinaran otak atau perut bagian atas. Penyebabnya terletakdi otak sendiri dan pada selaput lendir lambung yang terangsang. Efek samping dari kemoterapi berlawan dengan efek samping penyinaran yang bersifat setempat, dimana efek dari pengobatan kemoterapi terjadi dimanapun. Keparahannya sangat bergantung pada sifat dan dosis serta lamanya pengobatan. Karena umumnya ditunjukkan pada sel yang tengah membelah dan yang paling mudah terkena efeknya adalah sum-sum tulang merah, kulit, selaput lendir, dan sel-sel kelamin (Jong 2004). Menurut Peckenpaugh (2010), operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi. Gejala umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umunya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi. Jenis Diet Contoh Sebaran contoh berdasarkan jenis diet dan konsistensi makanan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11Sebaran contoh berdasarkan jenis diet Jenis diet NB ( Nasi Biasa) TB (Tim Biasa) LB (Lunak Biasa) NRP (Nasi Rendah Protein) BS (Bubur Saring) Tim Rendah Serat Tim Rendah Purin Sum-sum NDH ( Nasi Diet Hati) Total n 43 6 5 2 2 1 1 2 1 63 % 68 9.5 7.9 3.2 3.2 1.6 1.6 3.2 1.6 100 45 Jenis diet adalah macam pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu kesembuhan pasien (Anggraeni 2012). Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 11di atas, lebih dari separuh contoh (68%) contoh mendapatkan diet dengan makananan Nasi Biasa (NB), dan diet kedua terbanyak yaitu sebanyak 6 orang (9.5%) mendapatkan diet Tim Biasa (TB). Menurut Almatsier (2005), Jenis diet untuk pasien penyakit kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanan. Oleh sebab itu, diet hendaknya disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat pengobatan. Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan secara oral, enteral, maupun parenteral.Selanjutnya sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan jenis diet disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 12, diketahui bahwa hampir semua contoh mendapatkan diet Nasi Biasa (NB), namun ada contoh yang tidak mendapatkan diet Nasi Biasa (NB) yaitu pada contoh KSS lidah yang mendapatkan diet bubur saring, kanker prostat diet Nasi Rendah Protein (NRP), dan AML yang mendapatkan diet Tim Biasa (TB). Untuk diet berupa Tim Biasa (TB), kebanyakan diberikan kepada contoh kanker servik (50%). Selanjutnya untuk diet Lunak Biasa (LB), kebanyakan diberikan kepada contoh yang mengalami KNF (60%). Nasi Rendah Protein (NRP) untuk kanker kolon (50%) dan prostat (50%), bubur saring untuk KSS lidah (100%), tim rendah serat untuk kanker kolon (100%), tim rendah purin untuk tumor buli (100%), sum-sum untuk KSS lidah (50%) dan tumor abdomen. Selanjutnya untuk diet Nasi Diet Hati (NDH) diberikan kepada contoh yang mengalami KNF. Adanya perbedaan diet yang diberikan kepada contoh disesuaikan dengan kondisi penyakit, keluhan serta riwayat penyakit atau adanya komplikasi penyakit, sehingga akan berdampak pada asupan makanan dan kesembuhan penyakit yang diderita oleh contoh. 46 Tabel 12Sebaran contoh berdasarkanjenis kanker dan jenis diet NB Jenis kanker a. Karsinoma -Kanker payudara -Kanker serviks -KNF -Kanker paru -KSS lidah -Kanker kolon -Kanker rectum -KSS maksila -KSS rongga mulut -Kanker prostat -Kanker sigmoid -Kanker parotis -Tumor abdomen -Tumor buli -Tumor esophagus b.Leukimia -AML -LGK c. Limfoma -LNH d.Glioma -Kanker parletar prost crenotomy Total *KeteranganNB=Nasi biasa TB LB NRP Jenis diet BS T.rendah serat n % T.rendah purin n % n % n % n % n % n % 12 7 3 3 0 4 1 1 1 0 1 1 2 0 1 27.9 16.3 6.7 6.7 0 9.3 2.3 2.3 2.3 0 2.3 2.3 4.6 0 2.3 0 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 16.6 16.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 60 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2.3 1 0 16.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 9.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 43 2.3 100 0 6 0 100 0 5 0 100 0 2 0 100 0 2 0 100 0 1 NRP= Nasi rendah protein T=Tim TB=Tim biasa Sum-sum Total NDH n % n % n % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 11 8 4 3 6 2 1 1 1 1 1 3 1 1 19.0 17.5 12.7 6.3 4.8 9.5 3.2 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 4.8 1.6 1.6 0 0 0 0 0 0 0 0 1.6 1.6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 6.3 0 100 0 1 0 100 0 2 0 100 0 1 0 100 1 63 6.3 100 BS=Bubur saring LB=Lunak biasa NDH= Nasi diet hati 46 47 Menurut Almatsier (2004), makanan biasa sama dengan makanan seharihari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus. Walau tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang saluran cerna. Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa. Sedangkan makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus dari pada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Makanan diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, pasien demam dengan kenaikkan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan kesulitan menguyah dan menelan. Kebiasaan Makan Contoh Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, dan sosial budaya (Suhardjo 2003). Menurut Atmaritaa (2005), kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Variasi makanan diperkirakan dapat mengurangi risiko terhadap penyakit dan pada beberapa kasus dapat mencegah penyakit. Kebiasan makan mencerminkan terjadinya kelebihan asupan dan penyakit akibat gizi. Pengolahan pangan dan menu yang paling disukai contoh Pada penelitian kali ini, pengolahan pangan yang disukai dikelompokkan menjadi tiga, yaitu digoreng, dipanggang, dan direbus. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 13, diketahui lebih dari separuh contoh (68%) menyukai pengolahan pangan yang digoreng. Menurut amatsier (2004),makanan yang digoreng memberi tekstur yang disukai dan memberi kelezatan khusus pada makanan.Selanjutnya sebesar 23% menyukai direbus dan 9.5% menyukai dipanggang. Salah satu faktor resiko kanker adalah faktor resiko perilaku makan, dimana makanan yang dipanggang cenderung bersifat karsinogenik (Corwin, 2000). Pada Tabel 13 diatas dapat dilihat, hanya 6 orang yang menyukai pegolahan pangan yang dipanggang yaitu contoh yang menderita kanker payudara (33.3%) dan masing-masing prostat dan kanker parletar post crenotomy. sebesar 16.6% pada kanker KNF 48 Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan pengolahan pangan yang disukai disajikan pada Tabel 13. Tabel13 Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dan pengolahan pangan yang disukai Pengolahan pangan yang disukai Digoreng Dipanggang Direbus Total n % n % n % n % Jenis kanker a. Karsinoma -Kanker payudara 6 13.9 2 33.3 4 28.6 12 19.0 -Kanker serviks 10 23.2 0 0 1 7.1 11 17.5 -KNF 5 11.6 1 16.6 2 14.3 8 12.7 -Kanker paru 3 6.9 0 0 1 7.1 4 6.3 -KSS lidah 3 6.9 0 0 0 0 3 4.8 -Kanker kolon 4 9.3 0 0 2 14.3 6 9.5 -Kanker rectum 2 4.6 0 0 0 0 2 3.2 -KSS maksila 1 2.3 0 0 0 0 1 1.6 -KSS rongga mulut 1 2.3 0 0 0 0 1 1.6 -Kanker prostat 0 0 1 16.6 0 0 1 1.6 -Kanker sigmoid 1 2.3 0 0 0 0 1 1.6 -Kanker parotis 0 0 0 0 1 7.1 1 1.6 -Tumor abdomen 2 4.6 0 0 1 7.1 3 4.8 -Tumor buli 0 0 0 0 1 7.1 1 1.6 -Tumor esophagus 0 0 1 16.6 0 0 1 1.6 b.Leukimia -AML 1 2.3 0 0 0 0 1 1.6 -LGK 1 2.3 0 0 0 0 1 1.6 c. Limfoma -LNH 3 6.9 0 0 1 7.1 4 6.3 d.Glioma -Kanker parletar crenotomy 0 0 1 16.6 0 0 1 6.3 Total 43 100 6 100 14 100 63 100 *Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut, LGK: Leukimia Granulositik, LNH; limfoma nonhodkin, Selanjutnya untuk menu yang sering dikonsumsi sebelum terdiagnosa kanker dikelompokkan menjadi lima, yaitu nasi goreng, nasi uduk, gado-gado, mie, dan menu lainnya. Sebaran contoh berdasarkan menu yang sering dikonsumsi dengan jenis kanker disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 14, diketahui bahwa menu yang paling sering dikonsumsi sebelum terdiagnosa kanker oleh contoh adalah mie sebesar 41% dan nasi goreng sebesar 36%, sedangkan menu yang jarang dikonsumsi oleh contoh adalah nasi uduk dan gado-gado masing-masing sebesar 6.3%. 49 Tabel 14Sebaran contoh berdasarkan jenis kanker dengan menu yang sering di konsumsi Menu yang sering dikonsumsi Jenis kanker a. Karsinoma -Kanker payudara -Kanker serviks -KNF -Kanker paru -KSS lidah -Kanker kolon -Kanker rectum -KSS maksila -KSS rongga mulut -Kanker prostat -Kanker sigmoid -Kanker parotis -Tumor abdomen -Tumor buli -Tumor esophagus b.Leukimia -AML -LGK c. Limfoma -LNH d.Glioma -Kanker parletar prost crenotomy Total Nasi goring n % Nasi uduk N % Gado-gado n % 6 1 4 2 0 3 0 1 0 0 1 0 1 0 1 26.1 4.3 17.3 8.7 0 13.0 0 4.3 0 0 4.3 0 4.3 0 4.3 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4.3 0 0 0 0 0 2 8.7 0 0 0 23 0 100 Mie Lainnya n % n % 7.7 15.4 11.5 3.8 7.7 11.5 7.7 0 3.8 3.8 0 3.8 7.7 3.8 0 3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 16.6 0 16.6 16.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 11 8 4 3 6 2 1 1 1 1 1 3 1 1 19.0 17.5 12.7 6.3 4.8 9.5 3.2 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 4.8 1.6 1.6 0 0 0 0 0 1 0 1.6 1 1 1.6 1.6 0 2 7.7 0 0 4 6.3 0 100 1 26 3.8 100 0 7 0 100 1 63 6.3 100 n % 0 66.7 33.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 3 1 2 3 2 0 1 1 0 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 100 3 Keterangan: KNF:karsinoma nasofaring, KSS: karsinoma sel skuamos, AML: Leukimia myeloid akut, total LGK: Leukimia Granulositik,LNH; limfoma nonhodkin 49 50 Berdasarkan tabel 14 diketahui juga, berdasarkan penggolongan jenis kanker, menu yang sering dikonsumsi contoh yang menderita kanker payudara, KNF, dan kanker paru adalah nasi goreng masing-masing sebesar 26.1%, 17.3%, 8.7, sedangkan contoh yang menderita kanker servik, KKS lidah, kanker rektum, dan tumor abdomen lebih sering mengonsumsi mie sebesar 15.4% untuk kanker servik dan masing-masing 7.7% untuk KSS lidah, kanker rektum, dan tumor abdomen. Berdasarkan hasil wawancara, banyaknya contoh yang mengonsumsi mie diduga pengolahan mie sangat praktis dan dari segi harga juga terjangkau, sedangkan untuk nasi goreng dikarenakan nasi goreng merupakan menu yang mudah ditemui dimana-mana. Kebiaasan konsumsi lauk hewani dan nabati contoh Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi lauk hewani dan nabati dikelompokkan menjadi tiga jenis pangan yang sering dikonsumsi yaitu ayam, ikan, daging untuk lauk hewani dan tahu, tempe, kacangan untuk lauk nabati, sedangkan konsumsi setiap kali makan untuk lauk nabati dan hewani sama yaitu dikelompokkan menjadi tiga yaitu < 1 porsi, 1 porsi, dan >1 porsi. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi laun hewani dan nabati serta jumlah porsi setiap kali makan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi lauk hewani nabati serta jumlah porsi setiap kali makan Konsumsi lauk hewani Ayam Ikan Daging Total Porsi < 1 porsi 1 porsi >1 porsi Total n 21 40 2 63 n 7 46 10 63 % 33 63 3.2 100 % 11 73 16 100 Konsumsi lauk nabati Tahu Tempe Kacangan Total Porsi < 1 porsi 1 porsi >1 porsi Total n 29 33 1 63 n 13 36 14 63 dan % 46 52 1.6 100 % 21 57 22 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 15 di atas, lebih dari separuh (63%) contoh mempunyai kebiasaan makan konsumsi lauk hewani berupa ikan dan setiap kali makan kebanyakan contoh mengonsumsi satu porsi sebanyak (73%). FernandezEsteveet al(1999), menyatakan konsumsi ikan akan melindungi seseorang terhadap penyakit kanker kolon, rektum, dan ovarium. Untuk golongan lauk nabati, 52%contoh mengonsumsi tempe dan hampir separuh (46%) contoh mengonsumsi tahu. Selanjutnya untuk porsi setiap kali makan lebih dari separuh (57%) contoh hanya mengonsumsi satu porsi setiap kali makan. Menurut almatsier (2004), Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari 51 untuk orang dewasa adalah sebanyak 100 gram atau dua potong ikan/daging/ayam sehari, sedangkan porsi lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe sehari. Tempe dapat diganti dengan tahu atau kacangkacangan kering. Kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi sayur dan buah contoh sangat bervariasi, sedangkan konsumsi setiap kali makan untuk sayur dan buah sama yaitu dikelompokkan menjadi tiga yaitu < 1 porsi, 1 porsi, dan >1 porsi. Berikut sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi laun hewani dan nabati disajikan pada Tabel 16. Tabel 16Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi sayur dan buah serta jumlah porsi setiap kali makan Konsumsi sayuran Wortel Bayam Kangkung Daun singkong Jagung Sawi Lainnya Total Porsi < 1 porsi 1 porsi >1 porsi Total n 13 22 9 4 4 4 7 63 n 28 34 1 63 % 21 35 14 6.3 6.3 6.3 11 100 % 44 54 1.6 100 Konsumsi buah Apel Jeruk Pisang Pepaya Mangga Melon Lainnya Total Porsi < 1 porsi 1 porsi >1 porsi Total n 8 16 11 14 7 5 2 63 n 16 32 15 63 % 12 25 17 22 11 7.9 3.2 100 % 25 50 24 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 16 di atas, dapat dilihat bahwa sayur yang sering dikonsumsi contoh adalah sayur bayam sebanyak 35% dan yang paling jarang dikonsumsi adalah daun singkong dan jagung serta sayuran lainnya seperti labu, selada, tauge dll. Buah yang paling sering dikonsumsi contoh sangat bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian, buah yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah buah jeruk yaitu sebanyak 25%, sedangkan buah yang paling sedikit dikonsumsi adalah buah lainnya seperti anggur, pear dll. Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga/orange seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa beta-karoten dari pada sayuran tidak berwarna. Vitamin A pada buah dan sayur mempunyai kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantung 52 kemih. Di samping itu betakaroten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru. Dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150-200 gram atau 11/2 -2 mangkok sehari. Buah pada umunya dimakan dalam bentuk mentah, buahan merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium, dan serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali apokat), dan kolesterol. Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200300 gram atau 2-3 potong sehari berupa papaya atau buah lain (Almatsier 2004). Kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilan contoh Pada penelitian kali ini kebiasaan konsumsi minuman selingan/cemilan sangat bervariasi. Adapun jenis minuman dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu, air putih, teh, kopi, susu, jus, dan minuman lainnya. Begitupun dengan selingan/cemilan dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu, gorengan, roti, biskuit, bakso, dan jenis lainnya. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilandisajikan pada Tabel 17. Tabel 17Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan konsumsi minuman dan selingan/cemilan Jenis minuman Air putih Teh Kopi Susu Jus Lainnya Total n 32 24 2 2 2 1 63 % 51 38 3.2 3.2 3.2 1.6 100 Jenis selingan/cemilan Gorengan Roti Biskuit Bakso Lainnya n 30 7 16 3 7 % 48 11 25 4.8 11 Total 63 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 17 di atas, dapat dilihat jenis minuman yang paling sering dikonsumsi contoh adalah air putih sebanyak 51%, dan konsumsi teh sebanyak 38%. Lamanya penyakit kanker yang diderita contoh, mengakibatkan contoh mulai menerapkan pola hidup sehat yang didapatkan dari rumah sakit maupun dari luar rumah sakit. Selanjutnya untuk kebiasan konsumsi selingan/cemilan, dari data yang disajikan dapat dilihat, hampir separuh (48%) contoh menyukai gorengan, sedangkan cemilan yang jarang dikonsumsi contoh adalah bakso sebesar 4.8%. dari hasil wawancara banyaknya contoh yang menyukai cemilan berupa gorengan dikarenakan dari segi harga sangat terjangkau dan rasanya yang gurih. 53 Konsumsi Pangan Contoh Kebutuhan energi dan zat gizicontoh Kebutuhan gizi adalah (Requirement), adalah banyak energi dan zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat. Pada keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik, dan kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara khusus (Anggraeni 2012). Pada penelitian kali ini perhitungan energi dihitung berdasarkan rumus Harris bennedict dengan faktor aktivitas sebesar 1.2 dan faktor stres/injuri/trauma untuk pasien kanker sebesar 1.2, sedangkan kebutuhan zat gizi lain disesuaikan dengan syarat diet dari jenis penyakit penyerta. Menurut syarat diet kanker kebutuhan protein sebesar 1.5 g/Kg BB. Kebutuhan lemak sebesar 15-20% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan zat gizi contoh disajikan pada Tabel 18. Tabel 18Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi contoh menurut jenis kelamin Zat Gizi Energi (kkal/hari Protein (g/hari) Lemak (g/hari) Karbohidrat (g/hari) Rata-rata Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Perempuan Laki-laki Rata-rata 1726±102.9 1866±241 1779±181 79±13.2 84±22 81±17 33±2.0 36±4.6 35±3.5 276±20.4 301±36.7 285±29.9 Kebutuhan energi dan protein orang sakit umumnya lebih rendah dari pada kebutuhan energi dan protein dalam kondisi sehat hal ini dikarenakan kondisi fisik dan penyakit yang di derita. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 18 di atas, kebutuhan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh lakilaki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Kebutuhan energi contoh berkisar antara 1415 hingga 2263 kkal/hari dengan rata-rata kebutuhan energi contoh adalah 1779±181 kkal/hari. Kebutuhan energi contoh laki-laki sebesar 1866±241 kkal/hari, lebih besar dari kebutuhan energi contoh perempuan, yaitu 1726±102.9 kkal/hari. Rata-rata kebutuhan protein contoh yaitu 81±17 g/hari, kebutuhan protein contoh laki-laki sebesar 84±22 g/hari dan contoh perempuan 78±13.2 g/hari. Selanjutnya untuk rata-rata kebutuhan lemak contoh yaitu 35±3.5 g/hari, kebutuhan lemak contoh laki-laki sebesar 36±4.6 g/hari dan contoh perempuan 33±2.0 g/hari. Sedangkan untuk rata-rata kebutuhan 54 karbohidrat contoh yaitu 285±29.9 g/hari, kebutuhan karbohidrat contoh laki-laki sebesar 303±36.7 g/hari dan contoh perempuan 277±20.4 g/hari. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), kebutuhan energi terbesar umumnya diperlukan untuk metabolisme basal karena berat badan dan luas permukaan tubuh. Pada kondisi sehat aktivitas yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan menyebabkan adanya perbedaan rata-rata yang nyata dalam metabolisme basal laki-laki dan perempuan sehingga kebutuhan energinya pun berbeda. Sedangkan pada kondisi sakit, perbedaan kebutuhan kebutuhan energi dan protein disamping disebabkan oleh perbedaan fisik seperti tinggi badan dan berat badan juga dipengaruhi oleh jenis penyakit dan berat ringannya penyakit Selanjutnya untuk kebutuhan vitamin A, C, dan vitamin E didasarkan pada angka kecukupan gizi (AKG) 2004. Kecukupan vitamin A, C dan vitamin E berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 19. Tabel 19Sebaran contoh berdasarkan kecukupan vitamindan jenis kelamin Zat Gizi Vitamin A (RE/hari) Vitamin C (mg/hari) Vitamin E (mg/hari) Kecukupan Energi dan Zat Gizi Perempuan Laki-laki 500 600 75 90 15 15 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 19di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan AKG 2004, kecukupan vitamin pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Kecukupan vitamin A contoh laki-laki sebesar 600 RE/hari dan contoh perempuan 500 Re/hari. Kecukupan vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh perempuan 75 mg/hari. Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar 15 mg/hari.Vitamin A merupakan zat gizi yang penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup. Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, antara lain berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya terang, diferesiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, serta pencegahan kanker dan penyakit jantung. Vitamin C dikatakan dapat mencegah dan menyembuhkan kanker,. Hal ini kemungkinan dikarenakan vitamin C dapat mencegah pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik, sedangkan vitamin E mempunyai fungsi utama sebagai antioksidan (Almatsier 2004). 55 Ketersediaan energi dan zat gizi dari rumah sakit Rumah sakit merupakan instansi penting dalam menyelenggarakan makanan kelompok. Rumah sakit sebagai salah satu komponen kegiatan dalam upaya penyembuhan penyakit, makanan yang disajikan di rumah sakit tidak jarang disajikan sebagai acuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGS) adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit yang diderita (Almasier 2004). Jumlah ketersediaan energi dan zat gizi pada penelitian ini diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing zat gizi yang dikonsumsi contoh selama dua hari pengamatan, kemudian dirata-ratakan. Rincian rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi contoh disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Rata-rata ketersediaan energi dan zat gizi contoh makanan dari RSKD Zat Gizi Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (g) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) Vitamin E (mg) Rata-Rata Ketersediaan Energi dan Zat Gizi Rata-rata 1589±35.3 61±5.2 42±5.5 242±15.1 467±347 133±39.8 2.2±0.5 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 20di atas, ketersediaaan energi seluruh contoh berkisar antara 1514 hingga 1640 kkal dengan rata-rata ketersediaan energi contoh sebesar 1589±35.3 kkal. Ketersediaan protein berkisar antara 48 hingga 73 g dengan rata-rata 61±5.2 g. Ketersediaan lemak berkisar antara 33 hingga 52 g dengan rata-rata 42±5.5 g. Ketersediaan karbohidrat berkisar antara 219 hingga 280 g dengan rata-rata 242±15.1 g. Ketersediaan vitamin A berkisar antara 144.2 hingga 1001 RE dengan rata-rata 461±347 RE. Ketersediaan Vitamin C berkisar antara 59 hingga 196 mg dengan rata-rata 133±39.8mg. Ketersediaan Vitamin E berkisar antara 1.3 hingga 3.1 mg dengan rata-rata 2.2±0.5mg. Menu yang baik merupakan menu yang memilki kandungan energi yang hampir sama antara satu menu dengan menu lainnya dalam satu kesatuan siklus menu (Depkes 2006). 56 Tingkat ketersediaan makanan rumah sakit terhadap kebutuhan Menurut Moehyi (1997), makanan yang disajikan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien karena makanan dapat berfungsi sebagai salah satu bentuk terapi, penunjang pengobatan dan tindakan medis. Kebutuhan fisiologis pertama dan sangat penting bagi tubuh adalah energi dan protein terutama bagi mereka yang sedang dalam proses penyembuhan. Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi pada peneitian kali ini diperoleh dengan cara membandingkan angka ketersediaan zat gizi yang disajikan di rumah sakit dengan kebutuhan contoh. Tingkat ketersediaan energi dan protein dikategorikanmenjadi defisit, normal dan lebih. Sebaran tingkat kategori ketersediaan energi dan protein disajikan pada Tabel 21. Tabel 21Kategori tingkat ketersediaan makanan rumah sakit terhadap kebutuhan energi dan protein Tingkat ketersediaan Defisit Normal Total Energi n 25 38 63 Protein % 40 60 100 n 47 16 63 % 75 25 100 Berdasarkan, hasil penelitian, rata-rata tingkat ketersediaan energi contoh sebesar 90.1±9.1(%) dan protein sebesar 77.8±15.5 (%). Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 21 di atas, tingkat ketersediaan energi contoh sebagian besar(60%) berada dalam kategori normal, sisanya sebanyak 40% berada dalam kategori defisit. Berbeda dengan tingkat ketersediaan energi, pada tingkat ketersediaan protein sebagian besar(75%), berada dalam kategori defisit sisanya sebanyak 25% berada dalam kategori normal. Hasil penelitian Silviani (2011) menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan energi contoh di RS Fatmawati 86% tergolong defisit dan 10% defisit protein. Sementara itu Primadahani (2006) menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan energi dan protein pada pasien penyakit dalam kelas III RS Cipto Mangunkusumo sebagian besar tergolong defisit. Adanya ketidaksesuaian ketersediaan protein dengan kebutuhan contoh diduga karena kurang tepatnya pemorsian makanan. Asupan energi dan zat gizi makanan dari rumah sakit Tujuan utama konsumsi makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Konsumsi makanan dikatakan cukup jika telah memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh. Pada penelitian ini asupan makanan dari rumah sakit contoh diamati selama dua hari dengan menggunakan metode food weighing dan food recall.Asupan zat gizi yang diamati pada penelitian ini adalah energi, protein, 57 karbohidrat, lemak, vitamin A, C. dan E. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 22 Tabel 22Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh dari makanan rumah sakit Zat Gizi Energi (kkal/hari Protein (g/hari) Lemak (g/hari) Karbohidrat (g/hari) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg/hari) Vitamin E (mg/hari) Rata-rata asupanenergi dan zat gizi Perempuan Laki-laki Rata-rata 874±481 896±509 882±488 33±21 37±20 35±75 25±18 25±15 25±17 130±68 136±82 132±73 105±80 98±91 102±84 62±45 72.2±58 66±50 1.3±1.1 1.1±0.9 1.2±1.0 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 22di atas, dapat dilihat bahwa secara umum asupan contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Asupan energi contoh berkisar antara 70 kkal hingga 1596 kkal dengan rata-rata sebesar 882±488. Asupan protein contoh berkisar antara 0.9 g hingga 75 g dengan rata-rata sebesar 35±20. Asupan lemak contoh berkisar antara 0.1 g hingga 65 g dengan rata-rata sebesar 25±17. Asupan karbohidrat contoh berkisar antara 14 g hingga 230 g dengan rata-rata sebesar 132±73.Asupan vitamin A contoh berkisar antara 0 hingga 379 RE dengan rata-rata sebesar 102±84. Asupanvitamin C contoh berkisar antara 0 mg hingga 195 mg dengan rata-rata sebesar 66±50. Asupan vitamin E contoh berkisar antara 0 mg hingga 6.02 mg dengan rata-rata sebesar 1.2±1.0. Pada penelitian ini terdapat beberapa contoh yang asupan energi dan zat gizinya sangat rendah sekali. Rendahnya asupan tersebut dikarenakan sewaktu dilakukan pengamatan ada beberapa contoh yang kondisi penyakitnya mengalami penurunan, sehingga berdampak pada asupan makan contoh serta ada juga contoh yang kebanyakan mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit dibandingkan mengonsumsi makanan dari rumah sakit. Asupan energi dan protein yang rendah selain dapat menghambat proses penyembuhan juga dapat menurunkan status gizi contoh. Seseorang yang tidak makan cukup pangan secara teratur dapat mengakibatkan tubuh kehilangan zat gizi yang diperlukan. Selanjutnya untuk melihat pengaruh pengobatan dengan asupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 23. Tabel23Sebaran contoh berdasarkan rata-rata asupan energi dan zat gizi serta jenis pengobatan 58 Asupan energi dan zat gizi Energi (kkal/hari) Protein (g/hari) Lemak(g/hari) Karbohidrat(g/hari) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg/hari Vitamin E (mg/hari) Kemoterapi 749.5±542 27.6±22.2 20.4±18.4 114.1±78.9 108.3±92.2 55.5±57.6 1.2±1.03 Radiasi 795.3±345.6 30.4±14.5 22.3±9.1 121.6±55.3 48.4±50.1 69.0±48.1 0.8±0.7 Jenis pengobatan Operasi Kombinasi 925.3±431.3 1126.9±374.0 37.1±17.7 44.1±13.3 28.9±18.5 28.8±9.56 132.8±62.4 170.9±69.9 105.6±88.8 124.2±75.1 66.5±43.0 69.3±42.5 1.32±1.3 1.43±1.06 PKU 1097±471.4 50±21.2 36.9±15.9 171.3±68.0 123.2±107.3 110.3±46.2 1.63±1.75 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 23 di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan asupan energi dan zat gizi tertinggi terjadi pada pengobatan dengan cara Perbaikan Keadaan Umum (PKU). Asupan energi tertinggi terjadi pada pengobatan kombinasi yaitu sebesar 1126.9±374.0 kkal dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 749.5±542 kkal. Asupan protein tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar 50±21.2 g dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 27.6±22.2 g. Asupan lemak tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar 36.9±15.9 g dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 20.4±18.4g. Asupan Karbohidrat tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar 171.3±68.0 g dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 114.1±78.9 g. Asupan vitamin A tertinggi terjadi pada pengobatan kombinasi yaitu sebesar 124.2±75.1 RE dan yang terendah pada pengobatan dengan radiasi sebesar 48.4±50.1 RE. Asupan vitamin C tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar 110.3±46.2 mg dan yang terendah pada pengobatan dengan kemoterapi sebesar 55.5±57.6 mg. Asupan vitamin E tertinggi terjadi pada pengobatan Perbaikan Keadaan Umum (PKU) yaitu sebesar1.63±1.75mg dan yang terendah pada pengobatan dengan radiasi sebesar 0.8±0.7mg. Tingginya asupan energi dan zat gizi contoh yang menjalani pengobatan dengan PKU dikarenakan pengobatan tersebut bersifat meringankan dan bertujuan memperbaiki kualitas hidup, mengatasi komplikasi yang terjadi, mengurangi atau meringankan keluhan. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi Pada keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik, dan kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara khusus (Anggraeni 2012). Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupanenergi dan zat proteinserta jenis kelamin disajikan pada Tabel 24. 59 Tabel 24Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupan energi dan proteinserta jenis kelamin Energi dan protein Energi Protein Rata-rata tingkat kecukupanenergi dan protein (%) Perempuan Laki-laki Rata-rata 51.2 ±43.9 48.2±27.1 50.1±27.9 43.9±28.8 46.6±29.6 44.9±28.9 kecukupan energi dan zat protein dihitung dengan membandingkan asupan jumlah energi dan protein dari makanan dengan kebutuhanenergi total sehari dan zat gizi.Berdasarkan Tabel 24, rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein baik contoh perempuan dan laki-laki tergolong defisit tingkat berat (<70%). Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupan vitamin danjenis kelamin disajikan pada Tabel 25. Tabel 25Sebaran contoh berdasarkan rata–rata tingkat kecukupan vitamin dan jenis kelamin Vitamin Vitamin A Vitamin C Vitamin E Rata-rata tingkat kecukupan vitamin (%) Perempuan Laki-laki Rata-rata 21.1±16.1 16.4±15.2 19.3±15.8 83.1±60.3 80.3±64.6 82.0±61.5 8.7±7.8 7.4±6.4 8.2±7.3 kecukupanvitamin dihitung dengan membandingkan asupan jumlah vitamin dari makanan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 25 di atas, rata-rata tingkat kecukupan vitamin A dan E contoh tergolong defisit (<77%), sedangkan rata–rata tingkat kecukupan vitamin C contoh tergolong cukup (≥77%). Cukupnya tingkat kecukupan vitamin C dibandingkan dengan vitamin yang lain dikarenakan pada waktu pengamatan kebanyakan menu pada ketersediaan makanan dari rumah sakit menyajikan sumber vitamin C seperti jeruk, pepaya. Begitupun pada waktu selingan di kelas II yang kebanyakan diberi jus jeruk dan tomat. Berdasarkan jenis kelamin secara umum dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.Rendahnya tingkat kecukupan contoh laki-laki tersebut dikarenakan kebutuhan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, sedangkan konsumsi pangannya rendah.Menurut Sutandyo dan Hariani (2006), pada pasien kanker diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien. Faktor yang menyebabkan defisiensi energi dan protein pada pasien kanker antara lain adalahpenurunan asupan makanan dan perubahan metabolisme. Metabolisme energi berkaitan dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Peningkatan metabolisme pada pasien kanker ini 60 dimungkinkan akibat dari ketidakmampuan tubuh beradaptasi dengan asupan makan yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan terapi gizi yang adekuat, seperti pemberian diet tinggi protein yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sintesis protein dan menurunkan degradasi protein tubuh akibat kanker. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan energi dan proteinserta pengobatan dan lama perawatan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26Sebaran contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan(%)energi dan protein serta pengobatan dan lama perawatan Jenis Pengobatan Kemoterapi Radiasi Operasi Kombinasi PKU* < 5 hari Energi Protein 68.2±6.5 64.6±2.2 0 0 0 0 68.3±7.7 62.3±3.0 75.9±0.0 73.0±0.0 Lama dirawat 5-10 hari Energi Protein 44.9±31.2 39.3±33.3 51.2±19.6 42.1±16.2 54.2±29.0 44.3±29.3 72.6±18.0 65.3±22.9 72.6±28.5 71.2±43.3 >10 hari Energi Protein 34.2±28.8 24.3±19.0 43 ±23.8 45.4±34.7 51.1±27.1 48.2±22.7 31.8±0.8 34.3±13.2 27.4±2.7 51.5±39.8 *perbaikan keadaan umum Pada Tabel 26 dapat dilihat, bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein contoh yang menjalani pengobatan di rumah sakit tergolong defisit tingkat berat (<70%), kecuali pada jenis pengobatan PKU yang mempunyai ratarata tingkat kecukupan energi dan protein tergolong defisit tingkat sedang (7079%). Pada perbandingan lama perawatan, rata-rata contoh yang menjalani perawatan kurang dari 5 hari mempunyai tingkat kecukupan energi dan protein lebih besar dibandingkan dengan contoh yang dirawat 5-10 hari dan lebih dari 10 hari. Menurut Moehyi (1999), salah satu upaya untuk memperpendek hari perawatan danmempercepat penyembuhan penyakit yaitu dengan adanya penyelenggaraan makanan yang dikelola pihak rumah sakit sehingga pasien memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya. Selanjutnya pengkategorian tingkat tingkat kecukupan energi dan protein contohdikategorikan menjadi lima kategori yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat sedang. Defisit tingkat ringan, normal, dan lebih. Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein serta jenis kelamin disajikan pada Tabel 27. Tabel 27Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein serta jenis kelamin Kategori tingkat kecukupan Perempuan n % Laki-laki n % Total n % 61 Energi Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Total Protein Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Total 25 4 7 3 39 64.1 10.2 17.9 7.7 100 16 5 2 1 24 66.7 20.8 8.3 4.1 100 41 9 9 4 63 65.1 14.3 14.3 6.3 100 34 1 1 3 39 87.1 2.6 2.6 7.7 100 19 1 2 2 24 79.2 4.2 8.3 8.3 100 53 2 3 5 63 84 3.2 4.7 7.9 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 27 di atas tingkat kecukupan energi sebagian besar (93%) contoh tergolong defisit, yaitu defisit tingkat berat sebesar 65%, tingkat sedang 14% dan defisit tingkat ringan sebesar 14%. Hanya 6.3% contoh yang memiliki tingkat kecukupan normal. Pada perbandingan antara contoh laki-laki maupun perempuan kebanyakan berada dalam kategori defisit berat yaitu 40% pada contoh perempuan dan sebanyak 25% pada contoh lakilaki. Tingkat kecukupan konsumsi protein dibandingkan dengan kebutuhan hampir sama dengan tingkat konsumsi energi dibandingakan dengan kebutuhan. Tingkat kecukupan protein sebagian besar (92%) contoh tergolong defisit, yaitu defisit tingkat berat sebesar 84%, defisit tingkat sedang 3.2%, dan tingkat ringan sebesar 4.7%. Hanya 6.3% contoh yang memiliki tingkat kecukupan normal. Pada perbandingan antara contoh laki-laki maupun perempuan kebanyakan berada dalam kategori defisit berat yaitu 54% pada contoh perempuan dan sebanyak 30% pada contoh laki-laki. Menurut Sutandyo dan Hariani (2006), pada pasien kanker diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien. Terjadi defiisensi energi dan protein pada pasien kanker disebabkan penurunan asupan makanan dan perubahan metabolisme. Metabolisme energi berkaitan dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Peningkatan metabolisme pada pasien kanker ini dimungkinkan akibat dari ketidakmampuan tubuh beradaptasi dengan asupan makan yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan terapi gizi yang adekuat, seperti pemberian diet tinggi protein yang berfungsi untuk dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein akibat kanker. Tingkat kecukupan konsumsi vitamin A, C dan E dibedakan menjadi menjadi dua kelompok yaitu defisit (<77%) dan cukup ≥( 77%). vitamin disajikan pada Tabel 28. Kategori tingkat kecukupan 62 Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan vitamin E Vitamin A Vitamin C Tingkat Kecukupan n % n % Defisit (<77%) 63 100 32 51 Cukup (≥ 77%) 0 0 31 49 Total 63 100 63 100 vitamin A, C, dan Vitamin E n % 63 100 0 0 63 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 28di atas. Asupan vitamin A dan E contoh dibandingkan dengan kebutuhan semua tergolong defisit. Tingkat konsumsi vitamin C contoh (51%) tergolong cukup, sisanya sebanyak 49% tergolong defisit. Banyak faktor yang menyebabkan contoh tidak mau makan antara lain karena tidak berselera, efek pengobatan, menu yang tidak menarik, lingkungan sekitar yang membuat tidak berselera, atau karena pasien itu sendiri mengalami gangguan pencernaan. Tingkat konsumsi terhadap ketersediaan makanan rumah sakit Menurut Almatsier (2004) zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Kekurangan satu atau lebih lebih zat-zat gizi yang esensial akan mengakibatkan timbulnya status gizi kurang. Bila keadaan ini terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit akan memperlambat proses penyembuhan, memperpanjang hari perawatan bahkan pada tahap lanjut dapat mengakibatkan kematian.Sebaran contoh berdasarkan kategori asupanenergi dan zat gizi terhadap ketersediaan RS (%), disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi terhadap ketersediaan makanan dari rumah sakit (%). Energi dan Zat Gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat Rata-rata asupan energi dan zat giziterhadap ketersediaan(%) Perempuan Laki-laki Rata-rata 54.8 ±30.0 56.6±31.8 55.5 ±30.0 55.1±33.4 60.5±33.6 57.2±33.3 63.1±45.4 59.2±37.5 61.5±42.3 52.6±27.4 56.7±33.8 54.2 ±29.8 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 29 di atas, diketahui bahwa rata-rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh terhadap ketersediaan di rumah sakit sebesar 50 sampai 60 persen. Secara keseluruhan contoh laki-laki mempunyai asupan energi dan zat gizi lebih besar bila dibandingkan dengan contoh perempuan. Dari Tabel 29 juga dapat dilihat, bahwa rata-rata asupan energi dan zat gizi terhadap ketersediaanmakanan dari rumah sakit contoh sebesar 44.%, protein sebesar 42.8%, lemak 38.8%, dan karbohidrat sebesar 45.8%. Banyaknya sisa asupan dikarenakan banyak faktor. Salah saktu faktor tersebut yaitu pada saat pengamatan contoh banyak mengalami keluhan seperti 63 mual dan anoreksia yang dikarenakan efek dari pengobatan kanker sehingga akan berdampak pada rendahnya asupan energi dan zat gizi contoh. Tingkat konsumsi terhadap ketersediaan zat gizi pada penelitian ini, dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu defisit tingkat berat, defisit tingkat sedang, defisit tingkat ringan dan normal. Kategori asupan energi dan zat gizi terhadap ketersediaan makananrumah sakit disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategoriasupan energi dan protein terhadap ketersedian makanan rumah sakitserta jenis kelamin. Tingkat konsumsi energi Energi Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Total Protein Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Total Perempuan n % Laki-laki n % n Total % 26 1 7 5 39 66.7 2.6 17.8 12.8 100 13 1 5 5 24 54.1 4.2 20.8 20.8 100 39 2 12 10 63 62 3.2 19 16 100 24 5 2 8 39 61.5 12.8 5.1 20.5 100 12 2 3 7 24 50 8.3 12.5 29.1 100 36 7 5 15 63 57 11 7.9 24 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 30 di atas, hampir seluruh contoh tergolong kategori defisit (ringan hingga berat). Lebih dari separuh (62%) contoh baik contoh laki-laki maupun perempuan tergolong kategori defisit tingkat ringan, sisanya sebanyak 3.2% tergolong defisit sedang, 19% tergolong defisit tingkat ringan dan sebanyak 16% tergolong normal. Selanjutnya tingkat konsumsi protein juga dikelompokkan menjadi empat kelompok. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 30 di atas, lebih dari separuh (57%) contoh tergolong kedalam kategori defisit tingkat berat. Sebanyak 11% tergolong kedalam kategori defisit tingkat sedang dan 7.9% tergolong kedalam defisit tingkat ringan. Berbeda dengan tingkat konsumsi energi, pada tingkat konsumsi protein jumlah contoh yang tergolong normal lebih banyak yaitu sebesar 24%. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan kebanyakan contoh lebih menyukai lauk hewani saja dibandingkan dengan nasi, dan sayuran. Menurut Khomsan (2003), bahwa faktor konsumsi obat juga berpengaruh terhadap konsumsi pangan, obat-obatan tertentu dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan. Pasien yang tidak mampu menghabiskan makanan yang disediakan rumah sakit dengan alasan mual, tidak nafsu makan, dan tidak cocok dengan rasa makanan rumah sakit. 64 Kanker dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang paling sering adalah akibat kekurangan gizi yang berat atau kakhesia. Pada penderita dengan kakhesia, penderita mengalami kurus kering dan lemah lunglai, seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang lama. Malnutrisi ada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung aupun tidak langsung. Pada 20% - 40% dari seluruh penderita kanker penyebab kematian adalah karena kelaparan. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Subandrio 2002). Hubungan antarVariabel Ada beberapa variabel penelitian yang dianalisis korelasinya dan hasilnya secara lengkap disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Hubungan antar variabel Variabel Pengetahuan gizi Lama perawatan Pengolahan pangan yang disukai Jenis pengobatan Tingkat pendidikan Status gizi Tingkat pendi dikan r= -0.48 p<0.05 _ _ _ − r=0.01 p>0.05 Asupan energi Asupan protein r=0.00 p>0.05 r=-0.337 p<0.05 r=-0.11 p>0.05 Asupan vitamin A r=0.09 p>0.05 r=-0.23 p>0.05 r=0.04 p>0.05 Asupan vitamin C r=-0.05 p>0.05 r=-0.03 p<0.05 r=0.10 p>0.05 Asupan vitamin E r=0.05 p>0.05 r=-0.03 p<0.05 r=0.13 p>0.05 r=0.04 p>0.05 r=-0.37 p<0.05 r=-0.13 p>0.05 r=0.274 p<0.05 r=-0.14 p>0.05 r=0.014 p>0.05 r=0.351 p<0.05 r=-0.10 p>0.05 r=0.049 p>0.05 r=0.03 p>0.05 r=-0.02 p>0.05 r=-0.02 p>0.05 r=0.28 p<0.05 r=0.09 p>0.05 r=-0.01 p>0.05 r=0.02 p>0.05 r=0.04 p>0.05 r=0.06 p>0.05 Hubungan antaratingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi serta asupan energi dan zat gizi Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi contoh (r=0.48, p<0.05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuanya. Hal ini dikarenakan dalam proses pendidikan yang didapatkan seseorang baik melalui formal, informal, dan nonformal akan berdampak pada pengetahuan yang pada akhirnya menjadi penentu utama perilaku. Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara 65 tingkat pendidikan dengan asupan energi (r=-0.14, p>0.05) asupan protein (r=0.01 p>0.05), asupan vitamin A (r=-0.02 p>0.05), asupan vitamin C (r=0.09 p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.04 p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan asupan energi dan zat gizi. Hubungan antara pengetahuan gizi denganasupan energi dan zat gizi contoh Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan asupan energi (r=0.048, p>0.05) asupan protein (r=-0.00 p>0.05), asupan vitamin A (r=0.09 p>0.05), asupan vitamin C (r=0.05 p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.05 p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan energi dan zat gizi. Tidak adanya hubungan antara variabel tersebut dikarenakan pengetahuan gizi merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi, Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi belum tentu diikuti dengan semakin baiknya konsumsi. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi, diantaranya adalah kesukaan, ketersediaan, dan daya beli. Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik belum tentu mengubah kebiasan makannya (Khomsan, 2000). Menurut Riyadi (1996), menyatakan faktor lain yang mempengaruhi konsumsi selain pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan cara pemanfaatan pangan yang sesuai dengan kesehatan. Terkadang seseorang mengabaikan pengetahuan gizi yang dimiliki dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Hubungan antara lama perawatan dengan asupan energi dan zat gizi contoh Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05), asupan protein (r=-0.337) p<0.05), asupan vitamin C (r=-0.03 p<0.05), dan asupan vitamin E (r=0.03 p<0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama perawatan, maka akan semakin rendah asupan energi dan protein contoh. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat lebih lama dirawat di suatu rumah sakitmudah menghafal menu yang disajikan rumah sakit. Akibatnya nafsu makan pasien hilang sebelum makanan disajikan (Moehyi 1997). 66 Hubungan antarapengolahan pangan yang disukai denganasupan energi dan zat gizi contoh Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) antara pengolahan pangan yang disukai contoh dengan asupan energi menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara pengolahan yang disukai dengan asupan energi (r=0.13, p>0.05) asupan protein (r=-0.11 p>0.05), asupan vitamin A (r=0.04 p>0.05), asupan vitamin C (r=0.10p>0.05), dan asupan vitamin E (r=0.02 p>0.05), Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara pengolahan yang disukai dengan asupan energi dan zat gizi. beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi, diantaranya adalah ketersediaan, dan daya beli, lama peraatan dan jenis pengobatan. Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan energi dan zat gizi contoh. Pengobatan utama penyakit kanker ditujukan untuk membinasakan selsel kanker dengan membunuhnya atau membuangnya. Hal ini dapat dilakukan dengan operasi atau pembedahan, penyinaran atau radiasi dan kemoterapy (uripi 2002). Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi (r=0.274 p<0.05) dan asupan protein (r=0.351 p<0.05), dan asupan vitamin C (r=0.28) p<0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi seseorang menjalani pengobatan kanker dengan pengaruh yang kecil ke tubuh, maka semakin tinggi konsumsi energi dan zat gizicontoh. Menurut Grant (2008) terapi kanker dapat mempengaruhi kebutuhan gizi secara signifikan dan berpengaruh terhadap sistem pencernaan, penyerapan dan metabolisme. Gejala yang timbul termasuk mual, muntah, perubahan rasa bau dan bau, disfagia, anoreksia, rasa nyeri dan kelelahan. Hubungan asupan energi dan zat gizi dengan status gizi contoh Status gizi merupakan keadan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan utilasi (utilization) zat gizi makanan dan status kesehatan (Riyadi 2001). Menurut Supariasa et al (2002), penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang atau kelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Hasil uji korelasi rank Spearman (Tabel 31) menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan energi(r=0.14 p>0.05), protein (r=0.49, p>0.05), asupan vitamin A (r=-0.02 p>0.05), asupan vitamin C (r=-0.01 p>0.05), dan asupan 67 vitamin E (r=0.06 p>0.05), dengan status gizi. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Seseorang dengan konsumsi yang cukup, belum tentu mempunyai status gizi yang baik. Staus gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Pada penelitian kali ini contoh hanya diamati selama dua hari pengamatan, sehingga belum bisa melihat pengaruh konsumsi terhadap status gizi. Dalam kondisi sakit kanker, jenis terapi, pengobatan, jenis kanker, stadium kanker, serta makanan dari luar mungkin dapat mempengaruhi status gizi seseorang dalam keadaaan sakit. Faktor-faktor yang Diduga Berpengaruh terhadap Asupan Energi dan Protein Contoh Walaupun data penelitian ini dikumpulkan hanya dalam satu waktu dengan desain cross sectional, namun dicoba untuk melakukan uji lebih lanjut (regresi linear) terhadap variabel yang berhubungan bermakna dengan asupan energi dan protein. Adapun tujuan dari uji regresi linear ini adalah untuk melakukan pendugaan terhadap variabel yang berpengaruh terhadap asupan energi dan protein. Selain itu, melalui uji regresi linear juga dapat ditentukan seberapa besar variabel-variabel yang diuji tersebut berpengaruh terhadap asupan energi dan protein. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman terdapat dua variabel yang berhubungan bermakna dengan asupan energi dan protein contoh, yaitu variabel lama perawatan dan jenis pengobatan. Berdasarkan hasil uji regresi linear faktor yang berpengaruh terhadap asupan energi adalah lama perawatan dan jenis pengobatan. Adapun hasil uji regresi linear tersebut dapat formulasikansebagai berikut: Y (asupan energi)=1326,4-297.5(lama perawatan)+75.8(jenis pengobatan) Nilai R square (R2) yang diperoleh adalah 0.216. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan energi adalah sebesar 21.6% (R2 X100%), sedangkan sisanya sebesar 78.4% mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam uji regresi linear yang didapat dan yang tidak diteliti dalam penelitian ini.Berdasarkan hasil uji regresi linear faktor yang berpengaruh terhadap asupan proteinadalah lama perawatan dan jenis pengobatan. Adapun hasil uji regresi linear tersebut dapat formulasikan sebagai berikut: Y (asupan protein) =52.7-10.2(lama perwatan)+4.5(jenis pengobatan) 68 Nilai R square (R2) yang diperoleh adalah (0.217). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan protein sebesar 21.7% (R2 X100%), sedangkan sisanya sebesar 78.3% mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam uji regresi linear yang didapat dan yang tidak diteliti dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 69 Sebagian besar contoh (62%) dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dan 60%contoh termasuk ke dalam kategori dewasa menengah. Sebagian besartingkat pendidikan contoh (40%) adalah lulusan SMA/sederajat dan 46% pekerjaan contoh adalahibu rumah tangga dan tidak bekerja.59% contoh memiliki pengetahuan gizi kurang dan60% contoh memiliki status gizi normal. Tiga jenis kanker yang paling banyak diderita contoh yaitu kanker payudara (19%), kanker servik (17%),dan KNF (13%). Lebih dariseparuh contoh (56%)dirawat selama 5-10 hari. Hampir separuh contoh (41%) datang ke rumah sakit Kanker Dharmais bertujuan untuk melaksanakan pengobatan kemoterapi dan keluhan yang banyak dirasakan contoh adalah mual dan anoreksia (33%). Sebanyak68% contoh mendapatkan diet dengan makanan nasi biasa. Lebih dari dua pertiga (68%) menyukai pengolahan pangan yang digoreng danmenu yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah mie(41%). Sebanyak 63% mempunyai kebiasaan makan mengonsumsi lauk hewani berupa ikan dan 46% contoh mengonsumsi tahu.Sayur yang sering dikonsumsi contoh adalah sayur bayam (34%) dan buah yang paling sering dikonsumsi contoh adalah buah jeruk (25%). Selain air putih, sebanyak 38% contoh juga sering mengonsumsi teh. Kebutuhan rata-rata energi dan protein contoh masing-masing adalah sebesar 1779±181 kkal/hari dan 81±17 g/hari. Kecukupan vitamin A contoh lakilaki dan perempuan masing-masing adalah sebesar 600 RE/hari dan 500 RE/hari. Kecukupan vitamin C contoh laki-laki sebesar 90 mg/hari dan contoh perempuan 75 mg/hari. Kecukupan vitamin E contoh laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar 15 mg/hari. Ketersediaaanrata-rata energi dan protein masing-masing adalah sebesar 1.589±35.3 kkal dan 61±5.2 g. Ketersediaanratarata vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 461±347 RE, 133±39.8mg, dan 2.2±0.5mg.Asupan energi dan protein masing-masing adalah sebesar 882±488 kkal dan 35±20 g. Asupan Vitamin A, C, dan E berturut-turut adalah 102±84 RE, 66±50 mg, dan 1.2±1.0 mg Tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar contohmasingmasing sebesar 93% dan 92% tergolong defisit.Tingkat kecukupan protein sebagian besar (92%)contoh tergolong defisit. Tingkat Konsumsi vitamin A dan E contoh dibandingkan dengan kecukupan tergolong separuh(51%)tingkat konsumsi vitamin C contoh defisit. Lebih dari tergolong cukup.Tingkat ketersediaan energi contoh sebagian besar berada dalam kategori normal (60%) 70 dan sebagian besar tingkat ketersediaan dalam kategori defisit (75%). Lebih dari separuh asupan energi dan protein dibandingkan dengan ketersediaan contoh tergolong kategori defisit (>70%). Berdasarkan uji korelasi Spearman, ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi(r=0.48, p<0.05). Ada korelasi negatif antara lama perawatan dengan asupan energi (r=-0.379, p<0.05)dan protein(r=-0.337, p<0.05). Ada korelasi positif antara jenis pengobatan dengan asupan energi (r=0.274, p<0.05)dan protein(r=0.351, p<0.05). Berdasarkan hasil uji regresi linear terdapat dua variabel yang diduga berpengaruh terhadap asupan energi dan protein contoh, yaitu variabel lama perawatan dan jenis pengobatan. Pengaruh variabel lama perawatan dan jenis pengobatan terhadap asupan energi dan protein masing-masing adalah sebesar 21.6% dan 21.7%. Saran 1. Perlunya upaya peningkatan konsumsimakan contoh antara lain dengan cara meningkatkan kualitas atribut makanan yang disajikan. 2. Perlunya konsultasi gizi baik kepada pasien dan/atau keluarga guna meningkatkan motivasi pasien dalam mengonsumsi makanan. Hal ini lebih lanjut diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. 3. Perlunya pengkajian tentang keberadaan hubungan antara stadium kanker dengan konsumsi contoh. DAFTAR PUSTAKA 71 Almatsier S. 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S. 2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S.2004.Penuntun Diet.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S. 2005.Penuntun Diet.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anggraeni AC. 2012. Asuhan Gizi (Nutritional Care Process). Yogyakarta: Dian Rakyat. Babcock M et al.2005.Nutritional Support in cancer And AIDS. Di dalam: NIX S, editor. Williams’ Basic Nutrition & Diet Theraoy. USA: Elseiver mosby. Corwin EJ. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Pendit BU, penerjemah; Pakaryaningsing, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktoran EGC. Terjemahan dari: Handbook of Pathophysiology. Damayanthi E.2002.Karakteristik bekatul padi (Oriyza sativa) awet serta aktivitas antioksidan dan pengobatan proliferasi sel kanker secara in vitro dari minyak dan fraksinya (Disertasi). Program pasca sarjana. studi ilmu pangan, Institut Pertanian Bogor. Debra Awet et al.2001. Diet, nutrition and cancer prevention: Where are we going from here. Journal of nutrition. (45):3121-3126. [Depkes] Departemen Kesehatan RI.1990. Pedoman Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Gizi di Rumah Sakit. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta. Soeprapto, A.S. 1985. Administrasi Rumah Sakit. CV Brata Jaya. Surabaya. [Depkes] Departemen Kesehatan RI.2003.Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. [Depkes] Departemen Kesehatan RI.2005.Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta:Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2009. Obesitas dan kurang aktivitas fisik menyumbang 30% kanker. http://www.depkes.go.id/index. [3 maret 2012]. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang di dunia menderita kanker. http://www.depkes.go.id/ [6 Maret 2012]. Escott, Sylvia.2008.Nutrition and diagnosis-Related Care. USA: Saunder Company. FernandezEsteveet al.1999. Fish consumption and cancer risk. Journal of nutrition. 70:85–90. 72 Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition Assesment. Oxford: Oxford University Press Grant,Barbara.2008.Medical NutritionTherapy for Cancer Prevention, treatment, and Recovery. Di dalam: Mahan LK, Escott Stump S, editor. Krause’s Food and Nutrition & Diet Therapy Edition 12. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier. Hammond.2008.Nutrition care. Di dalam : mahan LK, Stump SE, editor. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Saunder ELseiver Hardinsyah & D. Martianto. 1989.Menaksir kecukupan Energi dan Protein SertaPenilaian Menu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wisari. Hardinsyah & D. Briawan.1994.Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hartono, A. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit (Diagnosis, Konseling dan Preskripsi). EGC. Jakarta. Jong,Wim de. 2004.Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: ARCAN. Khomsan A. 2000.Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB. Khomsan A. 2007.Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan dan Dampak terhadap Status Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Khomsan A, Wigna W. 2009. Aspek Sosio-Budaya Gizi dan Sistem Pangan Suku Baduy.Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kosen S.1997.Bunga Rampai Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakrta: Departemen Kesehatan RI. Krinke UB.2005.Nutrition Through The Life Cycle.USA: Thomson & wadsworth. Lutz CA, Przytulski KR. 1994: Diet in Cancer. In: Nutrition and Diet Therapy. Editors: Lutz CA, Przytulski KR, FA. Davis. Co,. Philadelphia, pp 616 633. Mangan Y. 2005. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka. Millner JA. 2003. Incorporating basic nutritional science into health terventions for cancer prevention. Jounal of Nutrition. (133): 3820-3826. Muchatob, E.1991.Manajemen Pelayan Gizi Makanan Kelompok. Pusdiknakes. Jakarta: 73 Moehy, S.1997.Pengaturan Makan Penyakit. Jakarat: Gramedia. dan Diit Untuk Penyembuhan Moehy, S. 1999. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarat: Gramedia Pustaka Utama. Mukrieet al1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama dengan Akademi Gizi dan Departemen Kesehatan RI Jakarta. Nasca, Philip C. 2008.Fundamental Of Cancer Epidemiology. Canada: Jones and Barlett Publishers. Notoatmodjo, Soekidjo.2002.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarata: Rineka Cipta. Papalia DE & Olds SW. 2001.Human Development, Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. Pearce, E. 2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarat: Gramedia PustakaUtama. Peckenpaugh, Nancy J. 2010.Nutrition Essentials And Diet Therapy. USA: Saunders Elsevier. Primadhani. 2006. Konsumsi Energi dan Protein pada Penderita Penyakit Hati Rawat Inap di PERJANDR.Cipto Mangunkusumo (Skripsi).Jakarta: Institut Pertanian Bogor. Riyadi H. 1995.Metode Penelitian dan Pengukuran Status Gizi. Diktat Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Shike M 1996. Nutrition therapy for the Cancer Patient. In: Hematology / Oncology Clinic of North America 10:221 – 334. Simon, Machilan S. 1995.Nutrition and Fitness. New York: Macmilan Library Reference. Silviani F. 2012. Konsumsi Zat Gizi dan Daya Terima Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik Terhadap Makanan yang Disajikan RSUP Fatmawati. (Skripsi).Jakarta: Institut Pertanian Bogor. Sirait A et al. 2009.Hubungan kontrasepsi pil dengan tumor/kanker payudara di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 59(8). Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Dian Rakyat. Sediaoetama AD. 1996. Penyelenggaraan Boga. Jakarta : Bhratara. Makanan Institusi dan Soeprapto, A.S. 1985.Administrasi Rumah Sakit. Surabaya: CV Brata Jaya. Jasa 74 Subandriyo, V.U. 1993. Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit. Diktat yang tidak dipublikasikan, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Subandriyo, V.U. 2000. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian. Bogor. Subandriyo V U & Santoso H. 1995. Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Subandrio VU.2002.Menu untuk Penderita Kanker.Jakarta : Puspa Swara. Suhardjo.2003.Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Sukardja IDG. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press. Supariasaet al. 2002.Penilaian Status Gizi. Jakarat: Penerbit Buku Kedokteran EGC. SutandyoN, Hariani R. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tannock IF, Hill RP. 1998.The Basic Science of Oncology. Ed ke-3. Singapore: McGraw-Hill. Tapan E. 2005.Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex Media Komputindo. Trujillo EB, Bergerson ASL, Graf JC, Mechael M (2005): Cancer. In: The American Society for Parenteral and Enteral Nutrition Support Practice Manual. Van de Velve. CHJ, Bosman FT, Wagener DJTh. 1999. Onkologi. Arjono, penerjemah. Yogyakarta: Panitia Kanker RSUP DR. Sardjito. Terjemahan dari: Onkologie. Vogel VG. 2000. Breast cancer prevention: A review of current evidence. Cancer Journal for Clinicians 50(3):156-170. [WHO] World Health Organization. 2012. Cancer. http://www.who.int/cancer/en/ [5 Maret 2012]. Zakaria FR. 2001. Pangan dan Pencegahan kanker. Jurnal Teknologi Pangan dan gizi. FATETA. Institut Pertanian Bogor. 75 76 LAMPIRAN Lampiran 1 Hubungan antar variabel Hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupanenergi Peng_gizi Asupan_E 77 Spearman's rho Peng_gizi Correlation Coefficient 1.000 -.048 . .706 63 63 -.048 1.000 .706 . 63 63 Sig. (2-tailed) N Asupan_E Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Hubungan antara pengetahuan gizi dengan Asupanprotein asupan_P Spearman's rho asupan_P Correlation Coefficient 1.000 .004 . .975 63 63 Correlation Coefficient .004 1.000 Sig. (2-tailed) .975 . 63 63 Sig. (2-tailed) N Peng_gizi Peng_gizi N Hubunganantara lama perawatan dengan asupan energi. Lama_peraw asupan_E Spearman's asupan_E rho Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lama_perawatan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). atan 1.000 -.379** . .002 63 63 -.379** 1.000 .002 . 63 63 78 Hubunganantara lama perawatan dengan asupan protein asupan_P asupan_P Pearson Correlation Lama_perawatan ** 1 -.337 Sig. (2-tailed) N Lama_perawatan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .007 63 63 -.337** 1 .007 63 63 Hubungan antara asupanenergystatus gizi asupan_E Spearman's Konsumsi_E rho Correlation Coefficient status_gizi 1.000 .014 . .911 63 63 .014 1.000 .911 . 63 63 Sig. (2-tailed) N status_gizi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Hubungan antara asupan protein dengan status gizi status_gizi Spearman's status_gizi rho Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N asupan_P Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N asupan_P 1.000 -.090 . .485 63 63 -.090 1.000 .485 . 63 63 79 Hubungan antara pengolahan yang disukai dengan asupan energi Asupan_E Spearman's rho Asupan_E Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N Pengolahan_mak Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N Pengolahan_mak 1.000 .135 . .291 63 63 .135 1.000 .291 . 63 63 Hubungan antara pengolahan yang disukai dengan asupan protein Pengolahan_mak konsumsi_P Spearman's rho Pengolahan_mak Correlatio n 1.000 .116 . .364 63 63 .116 1.000 .364 . 63 63 Coefficient Sig. (2tailed) N konsumsi_P Correlatio n Coefficient Sig. (2tailed) N 80 Hubunganantara jenis pengobatan dengan asupan energi asupan_E Spearman's rho Asupan_E Correlation Coefficient Treatment .274 . .030 63 63 Correlation Coefficient .274* 1.000 Sig. (2-tailed) .030 . 63 63 Sig. (2-tailed) N Treatment * 1.000 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan protein Treatment Spearman's rho Treatment Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N asupan_P Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N asupan_P 1.000 .351** . .005 63 63 .351** 1.000 .005 . 63 63 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hubungan antara jenis pengobatan dengan asupan protein kode_tpdkan Spearman's rho kode_tpdkan Correlation Coefficient Peng_gizi 1.000 .481** . .000 63 63 ** 1.000 .000 . 63 63 Sig. (2-tailed) N Peng_gizi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). .481 81 Hubungan antara jenis tingkat pendidikan dengandengan asupanenergi kode_tpdkan Spearman's rho kode_tpdkan Correlation Coefficient 1.000 -.140 . .274 63 63 -.140 1.000 .274 . 63 63 Sig. (2-tailed) N Asupan_E Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) asupan_E N Hubungan antara jenis tingkat pendidikan dengandengan asupanprotein kode_tpdkan Spearman's rho kode_tpdkan Correlation Coefficient 1.000 -.102 . .427 63 63 -.102 1.000 .427 . 63 63 Sig. (2-tailed) N konsumsi_P Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) asupan_P N Hubungan antara jenis tingkat pendidikan dengandengan status gizi status_gizi Spearman's rho status_gizi Correlation Coefficient 1.000 .015 . .906 63 63 Correlation Coefficient .015 1.000 Sig. (2-tailed) .906 . 63 63 Sig. (2-tailed) N kode_tpdkan kode_tpdkan N 82 Hubungan antara beberapa variabel dengan asupan vitamin A, C, dan E Asupan Asupan Asupan vitamin A vitamin C vitamin Variabel E Pengetahuan gizi r=0.09 p>0.05 r=-0.05 p>0.05 r=0.05p>0.05 Lama perawatan r=-0.23 p>0.05 r=-0.03 p<0.05 r=-0.03 p<0.05 Pengolahan pangan yang r=0.04 p>0.05 r=0.10 p>0.05 r=0.13 p>0.05 disukai Jenis pengobatan r=0.03 p>0.05 r=0.28 p<0.05 r=0.02p>0.05 Tingkat pendidikan r=-0.02 p>0.05 r=0.09 p>0.05 r=0.04 p>0.05 Status gizi r=-0.02p>0.05 r=-0.01p>0.05 r=0.06p>0.05 Lampiran 10. Regresi linear Change Statistics Adjuste dR Model R R Square Square .465a 1 Std. Error of the .216 Estimate .148 Sig. F R Square Change Change 450.539 .216 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients .014 Std. Model 1 B (Constant) Error Beta t 1326.47 367.56 Sig. 3.609 .001 .663 .510 -297.525 97.921 -.370 -3.038 .004 Treatment 75.897 40.473 .223 1.875 .066 Peng_gizi -1.878 9 status_gizi Lama_pera watan Pengolahan _mak 9 36.602 55.173 .080 2.264 -.099 -.830 .410 23.312 71.676 .040 .325 .746 a. Dependent Variable: Asupan_E 83 Change Statistics Mode R l R 1 .466 Adjusted R Std. Error of the Square a .217 Square R Square Estimate .149 Change 18.88491 Sig. F Change .217 .014 Standardize Model 1 Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) 52.747 15.407 status_gizi -.842 2.313 -10.270 Treatment Peng_gizi Lama_perawat an Pengolahan_m ak Beta t Sig. 3.424 .001 -.044 -.364 .717 4.104 -.305 -2.502 .015 4.588 1.696 .322 2.704 .009 -.045 .095 -.057 -.474 .638 -.690 3.004 -.028 -.230 .819 a. Dependent Variable: Asupani_P Lampiran 3. Surat ijin Pengambilan data dan rincian biaya 84