BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar dan Mengajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Banyak definisi tentang belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut: (a) Garry dan Kingsley mengatakan bahwa belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan; (b) Fanderzanden dan Pace menjelaskan bahwa belajar ialah perubahan yang relatif permanent dalam tingkah laku atau kemampuan yang merupakan hasil dari pengalaman.; (c) Belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Abdullah, 2011 dalam http://www.indoskripsi.hakekat-belajar.google.co.id tanggal 15 Oktober 2012). Skinner dalam Rizky (2005:6) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Menurut Mc Beach dalam Rizky (2005:6) bahwa belajar berarti membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan. Dijelaskan lagi oleh Morgan (dalam Rizky, 2005:6) bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience) 6 (http://www.kumpulan_makalah.pengertian-belajar.google.co.id yang diakses tanggal 23 Mei 2011) Menurut Fajar (2005:10) belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan aktif anak dalam membangun makna atau pemahaman, maka anak perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. artinya memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika anak menghadapi masalah sehingga anak mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Sedangkan menurut Afifudin dan Mawardi (2008:114) belajar adalah merupakan suatu proses yang menghasilkan adanya perubahan. Perubahan itulah yang kemudian disebut sebagai “ciri khas perbuatan belajar”. Ciri khas perbuatan belajar adalah adanya perubahan pada diri seseorang yang mana perubahan itu berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, keterampilan, nilai-nilai sikap, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu dan lain sebagainya. Wahid (2006:16) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak tetapi dapat juga perubahanperubahan yang tidak diamati. Perubahan itu bukan perubahan yang negatif tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan. Hal yang sama dinyatakan belajar itu suatu proses yang benarbenar bersifat internal, yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang. (Purwanto 2005:85). Ditambahkan pula oleh Santoso (2008:1) bahwa belajar adalah sebagai proses untuk memiliki suatu pengetahuan. Dalam pengertian ini belajar mengandaikan dua hal yaitu proses dan hasilnya. Proses diartikan sebagai perubahan internal dalam diri individu, dan sebetulnya perubahan inilah yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Belajar adalah perubahan dalam perilaku seseorang sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Menurut Sagala (2003:61) bahwa seseorang dianggap telah belajar sesuatu, jika dia menunjukan perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam bentuk sikap atau perilaku, kebiasaan dan pengalaman, misalnya dari tidak sopan menjadi sopan, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak mengerti menjadi menjadi mengerti. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2000:12) bahwa “Belajar adalah suatu perilaku pada saat belajar maka responnya menjadi baik, sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya akan menurun.” Dengan demikian belajar merupakan perubahan perilaku individu atau seseorang yang disebabkan oleh latihan yang berkesinambungan. Proses belajar mengajar merupakan kunci keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Menurut Sukmadinata (Sudrajat 2008:82) bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku individu. Sedangkan menurut Yamin (2008:17) bahwa “Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap.” Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yanga terjadi didalam kepribadian seseorang. Perubahan itu berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, daya pikir sebagai hasil pengalamannya sendiri berdasarkan interaksi dengan lingkungannya. Jika didalam proses belajar tidak terdapat perubahan di dalam diri siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar. 2.1.1.2 Mengajar Menurut Burton (Sagala, 2003:61) bahwa mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar mengajar.” Dalam proses belajar mengajar, guru bukan semata-mata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar mengajar lebih memadai. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang akan di ajarkan sebagai suatu pelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru (Sagala 2003:61). Proses pembelajaran atau pengajaran di kelas menurut Dunkin dan Biddle (Sagala, 2003:62) ada empat variabel interaksi yaitu (1) Variabel pertanda berupa pendidik, (2) variabel konteks berupa siswa, sekolah dan masyarakat, (3) Variabel proses berupa interaksi siswa dengan pendidik, (4) Variabel produk berupa perkembangan siswa dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Sehubungan dengan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan mengajar adalah upaya yang dilakukan guru untuk memberikan informasi, pengarahan kepada siswa melalui fasilitas belajar mengajar yang lebih memadai sehingga kemampuan siswa dalam pembelajaran lebih meningkat. 2.1.1.3 Hasil Belajar “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru” (Dimiyati dan Mudjiono, 1999:250). Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran atau tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, (Hamalik, 2006:30). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang dilihat dari tiga aspek yaitu dari segi kognitif, afektif dan psikomotor, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak jujur menjadi jujur. Sudjana (2001:22) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pendapat dimaksud adalah bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang akan turut menentukan capaian hasil belajar siswa nantinya. Oleh karena itu, semakin baik kualitas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maka akan semakin baik pula hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Purwanto (2008:46) bahwa “Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah digunakan”. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Evaluasi dimaksud untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar yang baik. 2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sudjana (2001:39) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut : a. Faktor Internal Faktor internal berasal dati dalam individu yang belajar yang meliputi faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik misalnya keadaan badan lemah, sakit atau kurang fit dan sebagainya, sedangkan faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi, minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu dan sebagainya. b. Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam, fisik, lingkungan, sarana fisik, dan non fisik, pengajar, serta model pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar mengajar. 2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.1.2.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekadar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan diri secara individu dan sumbangan dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru (Slavin, 2009:4). Jadi pembelajarn kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Chotimah (2009:3) bahwa Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: (1) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (2) anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (3) jika memungkinkan masingmasing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, (4) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu. 2.1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kolegannya. Pada dasarnya dalam model pembelajaran ini guru membagi satuan informasi pembelajaran yang besar menjadi komponenkomponen lebih kecil. Siswa dikelompokan menjadi kelompok - kelompok kecil heterogen yang dinamakan kelompok asal. Setiap siswa mempelajari materi pembelajaran yang menjadi bagiannya. Setelah setiap anggota kelompok mampu mempelajari materi pembelajaran di kelompok asal kemudian mereka bergabung mendiskusikan materi pembelajaran sejenis di kelompok ahli. Kelompok ahli merupakan kelompok yang mempelajari materi pembelajaran yang sama. Ciri khusus model pembelajaran ini adalah dibentuknya kelompok asal dan kelompok ahli (Sanjaya, 2010:87). Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, kemudian mereka kembali ke kelompok asal untuk membelajarkan materi pembelajaran kepada setiap anggota kelompok asal, sehingga setiap siswa memahami semua materi pembelajaran. Kegiatan selanjutnya, yakni presentasi kelas. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan guru bertindak sebagai fasilitator. Kunci model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah saling ketergantungan. Setiap siswa bergantung pada anggota kelompok untuk menyediakan informasi yang diperlukan. Dalam hal penguasaan materi pembelajaran yang lengkap dari setiap siswa dilakukan di kelompok ahli. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat dalam diri siswa bahwa mereka mampu untuk menjadi sumber belajar bagi temannya (Chotimah, 2006:70). 2.1.2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Chotimah (2009:71) bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut. a. Siswa lebih dapat berkonsentrasi pada proses pembelajaran karena materi pembelajaran yang ditugaskan terfokus. b. Siswa tidak terlalu menggantungkan kepada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan, kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. c. Dapat mengembangkan kemampuan menggungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. d. Dapat membantu siswa respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. e. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 2.1.2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Chotimah (2009:72) adalah sebagai berikut. a. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dalam hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali - kali penerapan model ini. b. Walaupun kemampuan kerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa, tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu, dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang bukan pekerjaan yang mudah. 2.1.3 Sistem Pencernaan Pada Manusia 2.1.3.1 Pengertian Sistem Pencernaan Sistem pencernaan adalah sistem yang berkenaan dengan memasukkan makanan, pengemasan atau pemprosesan makanan, baik secara mekanik maupun secara kimiawi serta eluminasi (pembuangan material sisa yang tertinggal) (Pratiwi, 2009:1) Sistem pencernaan makanan secara mekanik mengubah makanan dari bentuk yang kasar menjadi halus sehingga dapat memudahkan atau melumatkan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan sistem pencernaan makanan secara kimiawi yakni proses pencernaan makanan yang dibantu oleh enzim. Proses pencernaan makanan meliputi proses ingesti (makan), digesti (pencernaan), absorbsi (penyerapan), agesti atau defikasi (pembuangan sisa makanan yang tidak dicerna). Menurut Pratiwi, (2009:2) bahwa sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut : a. Menerima makanan b. Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan) c. Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah d. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh. 2.1.3.2 Struktur dan Fungsi Sistem Pencernaan Proses pencernaan pada manusia, makanan masuk kedalam tubuh untuk dicerna. Saluran pencernaan merupakan alat yang dilalui oleh bahan makanan, sedangkan kelenjar pencernaan adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu mencerna makanan. Saluran pencernaan makanan meliputi : rongga mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue), usus besar (kolon), anus. Gambar 1 Susunan Sistem Pencernaan Pada Manusia Sumber: Pratiwi (2009:2) a. Rongga Mulut Langkah awal proses pencernaan makanan adalah memasukan makanan kedalam rongga mulut. Rongga mulut adalah merupakan saluran pertama yang dilalui oleh makanan pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Proses mengunyah makanan adalah bagian dari pencernaan mekanik. Pencernaan mekanik adalah proses memecah makanan secara fisik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Hasil proses pencernaan secara mekanik akan dilanjutkan dengan proses pencernaan kimiawi. Proses kimiawi adalah proses perubahan susunan molekul makanan dengan bantuan kerja enzim. Enzim yang bekerja memecah molekul zat tepung disebut enzim amilase. Enzim amilase mengubah amilun menjadi zat gula yang disebut maltosa (Rahmini, 2007:23) Dijelaskan pula oleh Rahmini (2007:23) bahwa pada mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah. (1) Gigi, merupakan alat pencernaan mekanis fungsi gigi dalam pencernaan mekanis adalah mengubah struktur makanan menjadi lebih halus agar mudah ditelan dan memudahkan proses pencernaan selanjutnya. (2) Lidah, mempunyai fungsi utama sebagai indera pengecap, lidah berperan mengatur letak makanan dalam rongga mulut, membantu menelan makanan, dan membantu gigi mencerna makanan secara mekanis. (3) Kelenjar Ludah, menghasilkan ludah (saliva) yang sangat berperan dalam proses makanan secara kimiawi dimulut. Ludah mengandung air, lendir, garam, dan enzim ptialin. Enzim ptialin berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula (maltosa). Ludah berfungsi untuk memudahkan menelan dan membantu pencernaan makanan dimulut. Ludah yang berbentuk air untuk melarutkan makanan sedangkan yang berbentuk lendir untuk memudahkan penelanan. Ludah juga berfungsi sebagai pelindung selaput mulut terhadap panas, dingin, asam dan basah. Gambar 2 Susunan Bagian Mulut dan Gigi Manusia Sumber: Rahmini (2007:23) b. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dan lambung. Sebelum makanan masuk kedalam kerongkongan, makanan melewati tekak (faring). Di dalama kerongkongan makanan tidak mengalami pencernaan. Kerongkongna memiliki otot-otot melingkar. Pada waktu menelan makanan bagian kerongkongan yang berada tepat didepan makanan mengendur, sedangkan bagian kerongkongan yang tepat dibelakang makanan berkontraksi atau mengerut. Akibatnya makanan terdorong kedalam menuju lambung. Gerak dinding kerongkongan pada waktu menelan makanan disebut gerak peristatik, yaitu seperti gerak meremas-remas (Rahmini 2007:23). c. Lambung (ventrikulus) Lambung merupakan kantung besar yang terletak bagian atas rongga perut sebelah kiri.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim - enzim. Pada lambung terdapat enzim dan asam lambung. Enzim - enzim lambung antara lain pepsin dan renin. Enzim pepsin berasal dari pepsinogen yang telah diubah oleh asam lambung. Pepsi berfungsi mengubah protein menjadi pepton. Renin berfungsi mengumpulkan protein yang terdapat pada susu. Sedangkan asam lambung berfungsi membunuh bibit penyakit yang masuk bersama - sama dengan makanan. Gambar 3 Lambung Sumber: Rahmini (2007:24) d. Usus Halus (Intestinum Tenue) Usus halus (Intestinum tenue) merupakan saluran pencernaan yang panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terdiri dari usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum) dan usus penyerapan (ileum). Di dalam usus dua belas jari (duodenum) makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan senyawa kimia misalnya disakaridase, erepsinogen dan hormon. Pencernaan yang dilanjutkan ke usus kosong (jejunum) setelah melalui usus kosong zat - zat makanan sudah dalam bentuk siap diserap. Penyerapan zat zat makanan terjadi di usus penyerapan (ileum) (Rahmini, 2007:24). Gambar 4 Usus Halus Sumber: Rahmini (2007:24) e. Usus Besar (kolon) Usus besar (kolon) bagian terakhir saluran pencernaan. Usus besar memiliki diameter lebih besar dari usus halus yang panjangnya 1,5 meter dan memiliki diameter 6,5 cm. Fungsi utama usus besar adalah mengatur penyerapan air dan mineral yang terdapat dalam sisa - sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme yang membantu pembusukan sisa - sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas - gas yang berbau disebut tinja (feses) dikeluarkan melalui anus (Rahmini, 2007:24). Gambar 5 Usus Besar Sumber: Rahmini, (2007:24) f. Rektum dan Anus 1) Rektum Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. 2) Anus Anus merupakan lubang terakhir dari saluran pencernaan yang terdiri atas otot polos pada bagian dalamnya sedangkan bagian luarnya terdiri otot lurik. Kotoran yang dibentuk dari sisa makanan diporos anus pada akhirnya keluar melalui anus. Gambar 6 Rektum dan Anus Sumber: Rahmini (2007:24) 2.1.4 Gangguan Pada Sistem Pencernaan Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeks bakteri dan kelainan alat pencernaan. Menurut Rahmini (2007:24) bahwa diantara gangguan ini adalah diare, parotitis, konstipasi, tukak lambung, appendiksitis. (a) Diare, Penyebab diare antara lain ansiatas (stress) makanan tertentu atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare pada waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam - garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi. (b) Parotitis, merupakan peradangan pada selaput perut (peritoneum). Penyakit gondong yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air ludah dibagian bawah telinga, akibatnya kelenjar ludah menjadi bengkak dan membesar; (c) Tukak lambung, menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung di sebabkan oleh infeksi bakteri sejenis tertentu; (d) Appendiksitis, Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada umbai cacing. Penyakit ini disebut appendiksitis atau radang usus buntu. 2.2 Hipotesis Berdasarkan teori di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: jika materi sistem pencernaan pada manusia di belajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka hasil belajar siswa akan meningkat. 2.3 Indikator Kinerja Indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah minimal terdapat 11 siswa (70%) dari 15 siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Paguat yang mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70.