link - Karya Tulis Ilmiah

advertisement
Tugas Refarat
HERPES GENITAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
dalam Menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Bagian Ilmu Penyakit Kulit Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Disusun Oleh:
AISYATUN
0607101010141
Pembimbing:
dr. Mainiadi, Sp.KK
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2011
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan bagi saya untuk dapat menyelesaikan
tugas jurnal ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah merubah perilaku umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Adapun tugas refrat ini merupakan salah satu kewajiban dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian ilmu Penyakit Kulit Kelamin
Fakultas Kedokteran UNSYIAH.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya lepada dr. Mainiadi, Sp.KK atas bimbingan dan motivasi yang telah
diberikan dalam penyusunan tugas makalah ini. Dan juga kepada seluruh teman
sejawat dokter muda yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Oktober 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................
3
2.1 Defenisi ...............................................................................................................
3
2.2 Epidemiologi................................................................................. ...................... 5
2.3 Etiologi..... ............................................................................................................
7
2.4 Patogenesis ...........................................................................................................
11
2.5 GejalaKlinis ..........................................................................................................
12
2.6 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................
12
2.7 Diagnosis .............................................................................................................
13
2.8 Diagnosis banding ................................................................................................
13
2.9 Penatalaksanaan ...................................................................................................
15
2.10 Pencegahan .........................................................................................................
15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................
16
3.1Kesimpulan..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas
berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes
genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat
menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan
seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1
biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV
dapat
menimbulkan
serangkaian
penyakit,
mulai
dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan
infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan
perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli
kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih
berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren.1
Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium
dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang
kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral
rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan
ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.
Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita
dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus
yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili
herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai
kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi
primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang
lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai
kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi
yang rekuren.2
Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada
karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang
pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk
mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara
prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang
mendapat infeksi subklinik.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan
gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan
cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe
2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.1
Gambar 1. Lesi Herpes di alat kelamin1
2.2 Epidemiologi
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada
faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya
ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi
sosial ekonomi terbelakang.2
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2
prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada
usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia
dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada
Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV2 adalah 5 % pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80%
pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA.3
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan
1990-an. Di inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS
meningkat enam kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter
yang dilakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes
genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970
menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung.2,3
Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria
disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita),
seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun
demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan
penyakitnya.
Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan
dengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau
dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan VHS-2
menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumlah
signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1.2
HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena
meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena
VHS-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang
pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes genitalis merupakan PMS
(Penyakit Menular Seksual) dengan gejala ulkus genital yang paling sering
dijumpai.2,4
2.3 Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),
yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada
sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.5
Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital
dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Herpes simplex virus tergolong
dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini
adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster
dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama.5
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama
melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga
menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang
memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari
vaginal atau anal seks.4
Gambar 2. Virus Herpes Simpleks3
2.4 Patogenesis
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah
grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada
infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai
hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae.5
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan
secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada
natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan
mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi
laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi
HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa.6
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui
droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh
hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi
serta menimbulkan kelainan pada kulit.5
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini
dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala
konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring
HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital
HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral.5,6
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan
mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi
rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga
kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik
atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan
beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir
selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro
genital.3,5
Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini
bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai
dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang
abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi
seluler dan keradangan.5,6
2.5 Gejala Klinis
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik.
Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi
awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun
infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa
di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan
infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2
agak susah dibedakan.5,6
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau
di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum,
bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.7
Gambar 3. Tempat yang umum terdapat lesi herpes genital5
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu
setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu.
Adapun gejalanya sebagai berikut :

Nyeri dan disuria

Uretral dan vaginal discharge

Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)

Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda (sign) :

Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta
tergantung pada tingkat infeksi.

Limfadenopati inguinal

Faringitis

Cervisitis7,8
Gambar 4. Predileksi lesi herpes6
a. Herpes genital primer7
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual
(termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval
yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala.
Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah
diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan
berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus
yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus
penis lebih jarang terlihat.
Gambar 5. Papul pustul dengan dasar eritem pada herpes genital7
b. Herpes genital rekuren6
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu
bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi
spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer.6,7
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam,
gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan
beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus
dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun.
HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka
akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul
luka di tempat terjadinya outbreaks.4,6
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes
progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan
imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi : Infeksi primer —- stadium
laten —- replikasi virus —- stadium rekuren.
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan
status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang
belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya
menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan
komplikasi.5,7
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes neonatal
Gambar 6. Lesi herpes pada penis5
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank
diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti
banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara
pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.8
A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang
terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan
eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum
korneum membentuk vesikel.6,8
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )5
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih
merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal
infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal
(vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau
krusta.2
Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya
hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus,
perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan
memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif
dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.4
2.7 Diagnosis
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda
dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka
(lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.6
Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun
hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan
menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka
yang dicurigai sebagai herpes.4,6
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium
yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan
penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat
dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang
timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine,
meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada
kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus
prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan
pada
neonatus
dapat
terjadi
lesi
kulit,
ensefalitis,
makrosefali
dan
keratokonjungtivitis.9
Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan
gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia
dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit
HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan
lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.8
2.8 Diagnosis Banding6,8

Ulkus durum : ulkus indolen dan teraba indurasi

Ulkus mole
: ulkus kotor, merah dan nyeri

Sifilis
: ulkus lebih besar, bersih dan ada indurasi

Balanopostitis : biasanya disertai tanda-tanda radang yang jelas

Skabies

Limfogranuloma venereum : ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan
: rasa gatal lebih berat, kebanyakan pada anak-anak
kelenjar inguinal.
2.9 Komplikasi
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan
yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya
tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung
parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa
terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler
biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2.
Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.7,8
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir
dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau
mata.(12) Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat
perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta
dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal
mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat
neurologis atau kelainan pada mata.
2.9 Penatalaksanaan
Non-Farmakologis
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :

Menjaga kebersihan lokal

Menghindari trauma atau faktor pencetus.

Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal
sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat.
Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan
membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual.
Farmakologis
Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:

Asiklovir (Zovirus)

Famsiklovir

Valasiklovir (Valtres)

Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam
selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan
asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi
lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.

Valasiklovir

Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir
lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg
valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir
200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode
awal.

Famsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif
menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir,
pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi
monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu
paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam)
sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi
peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat
ini di metabolisme dengan baik.10
2.10 Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.
Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat
terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus.
Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi
inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral
genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu:

Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes
genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.

Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.

Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow
up dengan tepat.

Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang
terinfeksi.

Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan
dalam pencegahan.11
2.11 Prognosis
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya
penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat
dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis
herpes genitalis.9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan
gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan
cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe
2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan.
Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel
pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadangkadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala
khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya
khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga
kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat
yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada
orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratama, A. 2010. Herpes Genital Penyakit menular Seksual. Diakses dari:
http://childrenhivaids.wordpress.com/2009/08/10/herpes-genitalispenyakit-menular-seksual/. .Diakses tanggal: 27 Oktober 2011.
2. Andrew, K. 2010. Herpes Genital.Diakses dari:
http://dermatology.cdlib.org/113/case_presentations/herpes2/khaddar.html.
Diakses tanggal: 27 Oktober 2011.
3. Kevin, L. 2010. Herpes Genital. Diakses dari:
http://qianlife.blogspot.com/2009_07_01_archive.html.Diakses tanggal: 27
Oktober 2011. (gbr viruuusssssss!
4. Shanty, B. 2009. Genital Herpes. Diakses dari:
http://www.emedicinehealth.com/genital_herpes/article_em.htm.Diakses
tanggal: 27 Oktober 2011.
5. Debby, J. 2010. Herpes Genital. Diakses dari:
http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html.Diakses
tanggal: 27 Oktober 2011.
6. Steven, P. 2010. Genital herpes. Diakses dari:
http://www.healthcentral.com/genital-herpes/introduction-000052_5145.html.Diakses tanggal: 27 Oktober 2011.
7. Jimmy, H.2010. Herpes.Diakses dari:
http://www.cdc.gov/std/herpes/stdfact-herpes.htm.Diakses tanggal: 27
Oktober 2011.
8. Gerald, F. 2010. Herpes genital. Diakses dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Herpes_genitalis.Diakses tanggal: 27 Oktober
2011.
9. John. T. 2010. Herpes genital. Diakses dari:
http://eczemapictures.net/herpes-genital.htm.Diakses tanggal: 27 Oktober
2011.
10. John, M. 2010. Treatment for Herpes genital. Diakses dari :
http://www.happy-with-herpes.com/new-herpes-treatments.html .Diakses
tanggal: 27 Oktober 2011.
11. Fernand, J. 2010. Herpes Genital Diakses dari: http://www.genital-wartshelp.org/genital_herpes_treatment/Treating_genital_herpes.html.Diakses
tanggal: 27 Oktober 2011.
Download