ANALISA DAMPAK PENILAIAN ASET TETAP PADA PT INDOSPRING TBK ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penilaian aset tetap pada PT Indospring Tbk. dalam hal: (1) dampak perubahan metode historical cost menjadi metode fair value pada nilai aset tetap perusahaan, (2) perubahan perlakuan akuntansi dari metode historical cost menjadi metode fair value, (3) dampak perubahan metode historical cost menjadi metode fair value terhadap kinerja keuangan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT Indospring Tbk. yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa: (1) perubahan metode historical cost menjadi metode fair value meningkatkan nilai aset tetap perusahaan, (2) perubahan metode historical cost menjadi metode fair value menyebabkan perubahan perlakuan akuntansi perusahaan, (3) perubahan metode historical cost menjadi metode fair value mempengaruhi nilai rasio-rasio kinerja keuangan perusahaan. Kata kunci: aset tetap, metode historical cost, metode fair value, perlakuan akuntansi, rasio kinerja keuangan. Nama : Felix Pranata PK NPM : 0911031047 HP : 085669732476 Email : [email protected], [email protected] Pembimbing I : Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. Pembimbing II : Liza Alvia, S.E., M.Si., Akt. PENDAHULUAN GAAP dan IFRS adalah dua standar akuntansi internasional yang banyak dipakai di negaranegara di dunia dan juga perusahaan yang terdapat di negara-negara tersebut. GAAP sendiri adalah standar umum akuntansi dan perusahaan go public yang disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) sejak tahun 1973, sebagai kelanjutan dari usaha American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) sejak tahun 1933, dan yang digunakan oleh bisnis untuk mengatur informasi keuangan mereka menjadi catatan transaksi akuntansi yang ringkas dalam pelaporan keuangan, serta mengungkapkan informasi pendukung tertentu. Sedangkan IFRS sendiri adalah standar akuntansi internasional yang disusun oleh International Accounting Standard Board (IASB) yang dikembangkan sejak tahun 2001 di mana untuk mengatur dan melaporkan informasi keuangan. Sebagai dua standar yang berlaku secara internasional, GAAP dan IFRS memmpunyai cara pengukuran dan pengakuan yang berbeda terhadap aset perusahaan, khususnya terhadap aset tetap yang dimiliki perusahaan. Pada GAAP pengukuran aset tetap menggunakan sistem biaya historis atau harga perolehan aset tetap, sedangkan pada IFRS perusahaan menilai aset tetapnya menggunakan sistem fair value atau nilai wajar. Indonesia sendiri, sebagai salah satu negara yang mengadopsi IFRS ke dalam sistem akuntansinya (PSAK) sejak 1 Januari 2012 turut menerima dampak perubahan penilaian dan pencatatan aset dari sistem historical cost menjadi sistem fair value. Perubahan ini tentunya akan mempengaruhi dampak perubahan terhadap regulasi pengakuan, pencatatan, pelaporan, dan pengungkapan aset di dalam laporan keuangan. Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak penilaian aset tetap pada PT Indospring Tbk.? 2. Bagaimanakah perlakuan akuntansi pada aset tetap PT Indospring Tbk.? 3. Bagaimana dampak penilaian aset tetap terhadap kinerja keuangan perusahaan? LANDASAN TEORI Nilai Wajar Berdasarkan FASB Concept Statement No. 7 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan asaet atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran (Perdana, 2010). FASB, dalam statement yang terbaru 157, pengukuran fair value sebagai exit value, dengan tanda setuju dari IASB dengan beberapa reservasi minor: “fair value adalah harga yang akan diterima dengan menjual satu aset atau yang akan dibayar umtuk memindahkan suatu kewajiban dalam transaksi antara peserta-peserta pasar di tanggal pengukuran” (Penman, 2007;33). Menurut Suwardjono (2008;475) fair value adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Dengan demikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai wajar adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen. Menurut PSAK No 16 tahun 2011, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar. Cara Perhitungan Nilai Wajar Berdasarkan ED PSAK No. 68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai Wajar, teknik penilaian nilai wajar yaitu: 1. Pendekatan Pasar (market approach) Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga dan informasi relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan aset, liabilitas, atau kelompok aset dan liabilitas yang identik atau sebanding (yaitu serupa), seperti bisnis 2. Pendekatan Biaya (cost approach) Pendekatan biaya (cost approach) mencerminkan jumlah yang dibutuhkan saat ini untuk menggantikan kapasitas manfaat (service capacity) aset (sering disebut sebagai biaya pengganti saat ini). 3. Pendekatan Penghasilan (income approach) Pendekatan penghasilan (income approach) mengkonversi jumlah masa depan (contohnya arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini (yang didiskontokan). Ketika pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah masa depan tersebut. Biaya Historis Menurut Suwardjono (2008;475) biaya historis merupakan rupiah kesepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip historical cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva/aset, utang/laibilitas, modal/ekuitas, dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi pada seluruh transaksi di antara kedua belah pihak yang bebas.Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi pada pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva/aset, utang/laibilitas, modal/ekuitas, dan transaksi lainnya. Menurut Amalia (2012), historical cost principle adalah prinsip yang menghendaki digunakannya harga perolehann untuk mencatat aktiva, utang, modal, dan biaya. Aset Tetap Menurut Baridwan (2008;271) yang dimaksud aktiva/aset tetap berwujud adalah aktivaaktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Menurut PSAK No. 16 tahun 2011, aset tetap adalah aset berwujud yang: (1) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (2) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Penyusutan Aset Tetap Menurut Baridwan (2008;308), untuk menghitung jumlah penyusutan bisa dilakukan dengan berbagai metode, yaitu: 1. Metode Garis Lurus Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban penyusutan/depresiasi tiap periode jumlahnya sama (terkecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian). Cara perhitungan metode penyusutan garis lurus adalah sebagai berikut. Harga Perolehan – Nilai Residu Umur Ekonomis Perhitungan depresiasi dengan garis luris ini didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut: a) Kegunaan ekonomis dari suatu aset akan menurun secara proporsional setiap periode. b) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap. c) Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu. d) Penggunaan (kapasitas) aset tiap-tiap periode relatif tetap. 2. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibandingkan dengan penggunan tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutam/depresiasi periodik besarnya akan sangat bergantung pada jam jasa yang terpakai. Cara perhitungan metode penyusutan jam jasa adalah sebagai berikut. Harga Perolehan – Nilai Residu Taksiran Jam Jasa 3. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method) Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan. Cara perhitungan metode penyusutan hasil produksi adalah sebagai berikut. Harga Perolehan – Nilai Residu Taksiran Jam Jasa 4. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method) a) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method) Di dalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing fractions) yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang dihitung sebagai berikut: Pembilang = bobot (weight) untuk tahun bersangkutan Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aset atau jumlah angka bobot (weight) Jika aset itu umur ekonomisnya panjang, makan penyebut (jumlah angka tahun) dapat dihitung dengan rumur sebagai berikutL Jumlah angka tahun = n(n+1) 2 b) Metode saldo menurun (declining balance method) Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aset. Karena nilai aset ini setiap tahun selalu menurun makan beban depresiasu tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: T = tarif atau persen penyusutan dari nilai buku n = perkiraan umur ekonomis aset tetap S = nilai residu (sisa) aset tetap A = nilai/harga perolehan aset tetap c) Metode saldo menurun berganda (double declining balance method) Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban penyusutan yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase penyusustan garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aset tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban penyusutanm juga selalu menurun. d) Metode tarif menurun (declining rate of cost method) Di samping metode-metode yang telah diuraikan, terkadang dijumpai juga cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan. Karena tarif (%) setiap periode selalu menurun makan beban depresiasinya juga selalu menurun. Revaluasi Aset Tetap Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaian nilai aset tetap perusahaan tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar. Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya. Perlakuan Akuntansi Berikut adalah perbandingan perlakuan akuntansi terhadap aset tetap antara PSAK No. 16/2007 dengan PSAK No16/2011. Perihal Tabel 2.1 Perbedaan PSAK 16/2011 dan PSAK 16/2007 PSAK 16 (Revisi PSAK 16 (revisi 2007) 2011) Pengecualian terhadap ruang lingkup : Menambahkan pengecualian ruang lingkup untuk: a. aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan b. pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (Lihat PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Pada Hanya mengatur pengecualian ruang lingkup untuk untuk hak penambangan dan reservasi tambang, seperti minyak, gas alam, dan sumber daya alam sejenis yang tidak dapat diperbarui Pertambangan Sumber Daya Mineral) Ruang lingkup Tidak mengatur lagi mengenai properti investasi yang sedang dibangun atau dikembangkan. Ruang lingkup mencakup properti yang dibangun atau dikembangkan untuk digunakan di masa depan sebagai properti investasi. Hibah Pemerintah Tidak mengatur syarat pengakuan aset tetap yang berasal dari hibah. Hanya mengatur nilai tercatat aset tetap yang dapat dikurangi dari hibah pemerintah Pengakuan aset tetap yang berasal dari hibah pemerintah mempunyai syarat bahwa:a. entitas telah memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut; b. hibah akan diperoleh Aset Tetap yang Tersedia untuk Dijual Pengaturan aset tetap yang tersedia untuk dijual dihapus karena sudah diatur dalam PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Menjelaskan bahwa pada umumnya tanah memiliki umur ekonomis yang tidak terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali entitas meyakini umur ekonomis tanah terbatas. Perlakuan akuntansi tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada ISAK 25: Hak atas Tanah Mengatur perlakuan akuntansi terhadap suatu aset tetap yang tersedia untuk dijual. Depresiasi atas Tanah Sumber: Prayudi, 2012 Perlakuan akuntansi untuk tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada PSAK 47: Tanah 1. Pengakuan Menurut Prayudi (2012) biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika: a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh mangaat ekonomik masa depan dari aset tersebut; dan b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti, atau memperolehnya. 2. Pengakuan awal Menurut Prayudi (2012), suatu aset tetap yang memenuhi kualifikai untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi: a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan manajemen; c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. 3. Pengukuran biaya perolehan Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman. Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar, kecuali: a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. 4. Pengukuran setelah pengakuan awal a) Model biaya Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. b) Model revaluasian Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Solvabilitas Menurut Kasmir (151, 2009) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaaan dibubarkan (dilikuidasi). Oleh karena itu, manajer keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang dihadapi. Perlu dicermati pula bahwa besar kecilnya rasio ini sangat tergantung dari pinjaman yang dimiliki perusahaan, di samping aktiva yang dimilikinya (ekuitas). Menurut Kasmir (155, 2009) dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain: debt to asset ratio (debt ratio), debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, current liabilities to net worth, times interest earned, dan fixed charge coverage. Untuk mengukur tingkat solvabilitas yang dimiliki oleh PT Indospring Tbk. peneliti menggunakan debt ratio dan debt to equity ratio. a. Rasio Utang atas Modal (debt to equity ratio) Menurut Kasmir (157, 2009), debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk meilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut. Debt to equity ratio = Total utang (Debt) Ekuitas (Equity) b. Rasio Utang atas Aset (Debt to Asset Ratio / Debt Ratio) Menurut Kasmir (156, 2009) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan denman utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri sejenis. Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut. Debt to asset ratio = Total debt Total asssets 2. Rasio Aktivitas Menurut Kasmir (172, 2009) rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dakan mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis, Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen. Berikut ini ada beberapa jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan, yaitu: perputaran piutang (receivable turn over), hari rata-rata penagihan (days of receivable), perputaran sediaan (inventory turn over), hari rata-rata penagihan sediaan (days of inventory), perputaran modal kerja (working capital turn over), perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over), dan perputaran aktiva (assets turn over). (Kasmir, 175, 2009). a. Perputaran aset (total assets turn over) Menurut Kasmir (185, 2009), total assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus untuk mencari total assets turn over adalah sebagai berikut. Total assets turn over = Penjualan (sales) Total Aktiva (total assets) b. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over) Menurut Kasmir (184, 2009), fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanankan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aset tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih denga aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus untuk mencari fixed assets turn over dapat digunakan sebagai berikut. fixed assets turn over = Penjualan (Sales) Total Aktiva Tetap (Total fixed assets) 3. Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (196, 2009), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang digunakan adalah: profit margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity (ROE), dan laba per lembar saham. a. Profit Margin (profit margin on sales) Menurut Kasmir (199, 2009), profit margin on sales atau ratio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut. • Untuk margin laba kotor dengan rumus: Profit margin = Penjualan bersih – HPP Sales • Untuk margin laba bersih dengan rumus: Net Profit Margin = Earning after Interest and Tax (EAIT) Sales b. Return on Investment Menurut Kasmir (202, 2009), return on investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari return on investment (ROI) dapat digunakan sebagai berikut. Return on Investment = Earning After Interest and Tax Total Assets c. Return on Equity Menurut Kasmir (204, 2009), hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari return on equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut. Return on Equity (ROE) = Earning After Interst and Tax Equity Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini adalah jenis penelitian studi kasus. Menurut Umar (2003;32) Riset dengan metode studi kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas suatu objek tertentu yang biasanya relatif kecil dalam kurun waktu tertentu Keunggulan metode studi kasus adalah bahwa hasilnya dapat mendukung pada studi-studi kasus yang lebih besar di kemudian hari, dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk riset lanjutan. Di samping keunggulan-keunggulan, metode inipun memiliki kelemahan-kelemahan misalnya bahwa kajiannya menjadi relatif kurang luas, sulit digeneralisasi dengan keadaan yang berlaku umum, cenderung subjektif, karena objek riset dapat mempengaruhi prosedur riset yang mesti dilakukan. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: a. Data kualitatif yaitu data yang bersumber dari perusahaan dalam bentuk informasi seperti sejarah perusahaan, ruang lingkup perusahaan, anak perusahaan, dll. yang sifatnya kualitatif yang mendukung dan dibutuhkan dalam penulisan. b. Data kuantitatif yaitu hasil pengamatan yang dihitung dan diukur dalam skala numerik (bilangan). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai aset tetap yang diakui perusahaan dalam laporan keuangan, nilai-nilai aset, kewajiban, ekuitas dll yang diakui perusahaan dalam laporan keuangan dan data lainnya yang mendukung dan dibutuhkan dalam penelitian. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh peniliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT Indospring Tbk.. Metode Analisis Data Untuk memperoleh nilai aset yang baru, maka metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan metode komparatif. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, laporan keuangan yang menjadi simulasi dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan angka-angka yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang metode pennilaian aset tetap. Setelah mendapatkan gambaran yang jelas mengenai metode penilaian aset tetap, metode tersebut kemudian dibandingkan dengan metode penilaian aset tetap yang lain sesuai dengan usulan peneliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai aset tetap perusahaan. Dalam hal ini, peneliti akan membandingkan metode penilaian aset tetap antara model historical cost dan model fair value. Analisis Pembahasan Pengaruh Terhadap Nilai Aset Tetap Perusahaan Berdasarkan Catatan Atas Laporan Keuangan PT Indospring Tbk.. yang termuat dalam Laporan Keuangan PT Indospring Tbk.. tahun 2012, Perusahaan mulai menerapkan sistem fair value atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi untuk pengukuran nilai aset tetapnya (dalam hal ini tanah, bangunan, sarana perlengkapan, mesin dan kendaraan) pada tanggal 29 Juni 2012. Rincian nilai aset tetap PT Indospring Tbk. untuk perbandingan sebelum dan setelah penerapan sistem fair value atau model revaluasi adalah sebagai berikut: Perbandingan Nilai Aset Tetap PT Indospring Tbk. Sebelum dan Setelah Penerapan Sistem Fair Value (dalam Rupiah) Aset Tetap 1 Januari 2012 Selisih Revaluasi (Historical Cost) 31 Desember 2012 ( Fair Value) Tanah 29.183.305.959 221.393.729.512 250.577.035.471 Bangunan 39.670.768.850 39.534.623.159 111.921.773.142 Mesin-Mesin 247.327.841.095 (31.963.659.620) 354.807.433.434 Kendaraaan 10.873.921.468 (3.376.421.468) 8.652.056.364 Instalasi dan 31.112.040.282 (2.946.448.186) 48.074.010.591 7.826.823.610 0 14.708.619.496 perlengkapan Peralatan Pabrik Inventaris 4.401.146.363 0 5.244.244.466 Sumber: Laporan Keuangan 2012 PT Indospring Tbk. Pada tanggal 29 Juni 2012 PT Indospring Tbk. menerapkan metode fair value (metode revaluasi) untuk penilaian aset tetapnya. Hasilnya adalah 1. Nilai tanah pada 31 Desember 2012 mengalami peningkatan atau kenaikan nilai akibat revaluasi sebesar Rp 221.393.729.512. 2. Nilai bangunan pada 31 Desember 2012 mengalami kenaikan nilai karena revaluasi sebesar Rp 39.534.623.159 dan juga kenaikan nilai karena penambahan dan reklasifikasi sebesar Rp 32.716.381.133. Secara total, nilai bangunan mengalami kenaikan sebesar Rp 72.251.010.292. 3. Nilai Mesin-mesin pada 31 Desember 2012 mengalami penurunan nilai karena revaluasi sebesar Rp 31.963.659.620 namun saldo akhir mesin-mesin mengalami kenaikan nilai karena selisih dari penambahan, pengurangan dan reklasifikasi mesin-mesin sebesar Rp 139.443.251.989. Secara total, kenaikan nilai mesin adalah sebesar Rp 107.479.592.359. 4. Nilai kendaraan pada 31 Desember 2012 mengalami penurunan nilai akibat revaluasi sebesar Rp 3.376.421.468 namun saldo akhir kendaraan mengalami kenaikan nilai karena selisih dari penambahan, pengurangan, dan reklasifikasi kendaraan sebesar Rp 1.154.556.364. Secara total, nilai kendaraan mengalami penurunan sebesar Rp 2.221.865.104. 5. Nilai instalasi dan perlengkapan pada 31 Desember 2012 mengalami penurunan nilai akibat revaluasi sebesar Rp 2.946.448.186 namun saldo akhir kendaraan mengalami kenaikan nilai karena selisih dari penambahan, pengurangan, dan reklasifikasi kendaraan sebesar Rp 19.908.418.495. Total kenaikan nilai instalasi dan perlengkapan adalah sebesar Rp 16.961.970.309. 6. Nilai peralatan pabrik tidak mengalami kenaikan atau penurunan nilai karena revaluasi tetapi kenaikan saldo akhir peralatan pabrik dikarenakan selisih penambahan, pengurangan, dan reklasifikasi peralatan pabrik sebesar Rp 6.881.795.886. Total kenaikan nilai dari peralatan pabrik adalah Rp 6.881.795.886. 7. Nilai inventaris tidak mengalami kenaikan atau penurunan nilai karena revaluasi tetapi kenaikan saldo akhir inventaris dikarenakan selisih penambahan, pengurangan, dan reklasifikasi inventaris sebesar Rp 843.098.103. Total kenaikan nilai inventaris adalah sebesar Rp 843.98.103. Pengaruh pada Pencatatan, Pelaporan, dan Pengakuan Aset Tetap Perbedaan pada pencatatan, pelaporan dan pengakuan aset tetap pada metode fair value dan metode historical cost adalah sebagai berikut. Perbedaan Perlakuan Akuntansi untuk Aset Tetap Pada Metode Fair Value dan Metode Historical Cost PT Indospring Tbk. Metode (Tahun) Pencatatan Pelaporan Pengungkapan 1. Pada saat memperoleh/membeli aset tetap Aset Tetap (Dr) Kas/Utang (Cr) 1. 1. Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. 2. Pada saat mengakui beban penyusutan Beban penyusutan aset tetap (Dr) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (Cr) 2. Pada akhir tahun buku, nilai sisa aset, umur manfaat, dan metode penyusutan ditelaah secara prospektif, jika diperlukan, sesuai keadaan Sejak tanggal 29 juni 2012, Perusahaan dan Entitas anak telah memilih untuk menggunakan metode revaluasi sebagai kebijakan akuntansi pengukuran tanah, bangunan, sarana perlengkapan, mesin, dan kendaraan diterapkan secara prospektif. Nilai wajar tanah, bangunan, perlengkapan, mesin, dan kendaraan biasanya ditentukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Historical Cost (2011) 3. 4. 1. Fair Value (2012) Pada saat pembebanan pajak ketika perusahaan membeli sebuah aset tetap yang PPN-nya dapat dikreditkan, misalnya: pembelian mesin Mesin (Dr) Pajak masukan (Dr) Kas/Utang (Cr) Pada saat pembebanan pajak ketika perusahaan membeli sebuah aset tetap yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan, misal: pembelian peralatan berupa alat tulis kantor Peralatan – ATK (H.perolehan + PPN) (Dr) Kas/Utang (Cr) Pada saat memperoleh/membeli aset tetap Aset tetap (Dr) Kas/Utang (Cr) 2. Pada saat mengakui penyusutan Beban penyusutan aset tetap (Dr) Akumulasi penyusutan aset tetap (Cr) 3. Pada saat mengakui penghasilan atas revaluasi Aset tetap – setelah revaluasi (Dr) Aset tetap – sebelum revaluasi (Cr) Surplus/Laba revaluasi (Cr) 4. Pada saat mengakui laba revaluasi Laba revaluasi (Dr) Rugi ditahan (Cr) PPh Final (Cr) Laba revaluasi setelah PPh (Cr) 5. Pada saat pembayaran PPh Final akibat revaluasi PPh Final (Dr) Kas/Bank (Cr) 6. Pengakuan Liabilitas Pajak Tangguhan Pada Laporan Posisi Keuangan a. Aset Tetap b. Kas/Utang c. Akumulasi penyusutan aset tetap d. Pajak dibayar di muka e. Utang pajak 2. Pada Laporan Laba/Rugi Komprehensif a. Beban penyusutan aset tetap 1. Pada Laporan Posisi Keuangan a. Aset Tetap b. Kas/Utang c. Akumulasi Penyusutan aset tetap d. Selisih penilaian kembali aset tetap e. Pajak dibayar di muka f. Utang pajak 1. 2. Pada Laporan Laba/Rugi Komprehensif a. Beban Penyusutan aset tetap b. Selisih penilaian kembali aset tetap c. Pajak tangguhan atas selisih penilaian kembali aset tetap 2. Beban pajak tangguhan (Dr) Liabilitas pajak tangguhan (Cr) 7. Pengakuan Aset Pajak Tangguhan Aset pajak tangguhan (Dr) Pendapatan pajak tangguhan (Cr) Pengaruh pada Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Solvabilitas a. Rasio Utang atas Modal (debt to equity ratio) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Debt to Equity Ratio PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Total Modal (A) Total Utang (B) Rasio utang atas modal (B/A) 1.136.572.861.829 528.206.496.386 46,5% Fair Value (2012) 632.249.053.230 507.446.203.524 80,3% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Hasil perhitungan debt to equity ratio PT Indospring Tbk. pada tahun 2012 menggunakan metode fair value dan historical cost menunjukkan adanya perbedaan hasil yang cukup signifikan. Penurunan rasio utang atas ekuitas menunjukkan dua hal. Bagi pihak bank (kreditor) penurunan tingkat rasio ini akan semakin menguntungkan karena akan semakin kecil resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Sementara di sisi lain, bagi perusahaan, dengan tingkat rasio yang menurun, menyebabkan semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik (pemegang saham) dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aset. b. Rasio Utang atas Aset (Debt to Asset Ratio/Debt Ratio) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Debt to Equity Ratio PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Total Aset (A) Total Utang (B) Rasio utang atas modal (B/A) 1.664.779.358.215 528.206.496.386 31,7% Fair Value (2012) 1.139.715.526.754 507.446.203.524 44.5% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Dari hasil pengukuran dan penghitungan debt ratio PT Indospring Tbk.tahun 2012 menunjukkan bahwa menurunnya tingkat rasio sebagai akibat dari perubahan metode berarti pendanaan dengan utang semakin kecil sehingga perusahaan diyakini dapat menutupi utang-utangnya dengan aset yang dimilikinya. 2. Rasio Aktivitas a. Perputaran Aset (total assets turn over) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Perputaran Aset PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Total Aset (A) Penjualan (B) Perputaran Aset (B/A) 1.664.779.358.215 1.476.987.701.603 88,7% Fair Value (2012) 1.139.715.526.754 1.234.986.291.420 108,4% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Dari perhitungan perputaran aset (total assets turn over) PT Indospring Tbk. tahun 2012 menunjukkan perubahan tingkat perputaran total aset yang pada perusahaan disebabkan karena peningkatan nilai total aset yang lebih tinggi daripada peningkatan jumlah penjualan yang mengakibatkan perusahaan tampak tidak efektif dalam mengoptimalkan aset yang dimilikinya untuk meningkatkan jumlah penjualannya. b. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Perputaran Aset PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Total Aset Penjualan (B) Perputaran Tetap(A) Aset Tetap (B/A) 797.159.205.181 1.476.987.701.603 185,3% Fair Value (2012) 345.808.647.811 1.234.986.291.420 357,1% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Dari perhitungan perputaran aset tetap PT Indospring Tbk. tahun 2012 menunjukkan perubahan tingkat perputaran aset tetap pada perusahaan disebabkan karena tidak sebandingnya peningkatan penjualan dan peningkatan nilai aset tetap dan mengakibatkan perusahaan terlihat tidak efektif dalam memanfaatkan aset tetapnya dalam meningkatkan jumlah penjualannya. 3. Rasio Profitabilitas a. Profit Margin (profit margin on sales) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Margin Laba Kotor PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Laba Kotor(A) Penjualan (B) GPM (A/B) 294.399.117.615 1.476.987.701.603 19,9% 271.765.682.853 1.234.986.291.420 22% Fair Value (2012) Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Penurunan tingkat margin laba kotor pada tahun 2012 yang dialami oleh Perusahaan dan entitas anak dikarenakan meningkatnya beban produksi terutama pemakaian bahan, upah buruh, dan biaya tetap. Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Margin Laba Bersih PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Laba Bersih Penjualan (B) NPM (A/B) setelah pajak(A) 134.068.283.255 1.476.987.701.603 9,1% Fair Value (2012) 120.415.120.240 1.234.986.291.420 9,8% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Penurunan margin laba bersih kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya biaya tidak langsung yang relatif tinggi terhadap penjualan atau mungkin juga karena beban pajak yang juga tinggi untuk periode tersebut. b. Return on Investment (ROI) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Return on Investment PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Laba Bersih Total Aset (B) ROI (A/B) setelah pajak(A) 134.068.283.255 1.664.779.358.215 8,1% Fair Value (2012) 120.415.120.240 1.139.715.256.754 10,6% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun perusahaan mengalami peningkatan jumlah laba dari tahun sebelumnya, namun peningkatan laba tersebut tidak sebanding dengan peningkatan total aset perusahaan yang mengakibatkan kinerja perusahaan yang dinilai berdasarkan tingkat ROI menjadi kurang baik. c. Return on Equity (ROE) Metode (Tahun) Tabel Perbandingan Return on Equity PT Indospring Tbk. Tahun 2012 dan 2011 (dalam Rupiah) Laba Bersih Total Modal (B) ROE (A/B) setelah pajak(A) 134.068.283.255 1.136.572.861.829 11,8% Fair Value (2012) 120.415.120.240 632.249.053.230 19,0% Historical Cost (2011) Sumber: Laporan keuangan PT Indospring Tbk. Tahun 2012 (data diolah) Penurunan tingkat rasio pengembalian modal disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang tidak sebanding dengan peningkatan total aset perusahaan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun laba perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya namun dikarenakan jumlah peningkatan laba lebih rendah daripada jumlah peningkatan modal/ekuitas perusahaan maka kinerja perusahaan yang dinilai berdasarkan tingkat ROE menjadi kurang baik. Kesimpulan 1. Perubahan metode historical cost menjadi fair value mengakibatkan peningkatan pada nilai aset tetap yang dimiliki perusahaan. Total nilai aset tetap perusahaan meningkat sebesar Rp 415.172.423.274. 2. Perubahan metode historical cost menjadi fair value menyebabkan perubahan perlakuan akuntansi perusahaan terhadap aset yang dimilikinya. Dalam hal ini perubahan terjadi pada dasar penilaian aset yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto aset, pemilihan metode akuntansi perusahaan dan proses pencatatan, pelaporan dan pengungkapan aset tetap, serta pada jumlah aset (liabilitas) pajak tangguhan perusahaan. 3. Perubahan metode historical cost menjadi fair value juga berdampak pada perubahan kinerja keuangan perusahaan. Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data laporan keuangan lebih dari satu periode. Hal ini dilakukan agar dapat terlihat pengaruh yang lebih jelas dari perbandingan dua metode ini (fair value dan historical cost) 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Tapi sebaiknya juga berusaha menggunakan data primer seperti hasil observasi dan hasil wawancara. DAFTAR PUSTAKA Alfian.2012.Analisis Perbandingan Cost Model dengan Revaluation Model dalam Penilaian Aset Tetap dan Pengaruhnya terhadap Laporan Posisi Keuangan PT Mulia Industrindo Tbk..Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.Makassar. Amalia, Nova.2012.Membandingkan Prinsip Biaya Historis dengan Akuntansi Nilai Wajar. http://novaoshiin.blogspot.com/2012/06/membandingkan-prinsip-biaya-historis.html Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting, Edisi VIII. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2004.Teori Akuntansi Edisi Revisi Cetakan 7. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. IAI. 2011. PSAK No 16 (Revisi 2011) Aset Tetap.Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. IAI. 1994. PSAK No 17 Akuntansi Penyusutan.Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. IAI.1998.PSAK No 48 Penurunan Nilai Aktiva.Dewan Standar Akuntansi Keuangan.Jakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.1999.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen.BPFE Yogyakarta. Kasmir.2009.Analisis Laporan Keuangan.Rajawali Pers.Jakarta. Martani, Dwi.2011.Revaluasi Aset Tetap. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/artikelpsak/revaluasi-aset-tetap/ Musliem, Mustafa RL.2013.Akuntansi Revaluasi Tanah dan Bangunan dalam Pelepasan Aset Tetap pada Perumnas Regional VII Makassar (Studi Komparasi Historical Cost vs Fair Value).Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.Makassar. Perdana, Arif. 2010.Benarkah Fair Value itu Fair? Bagaimana Hubungannya dengan Fraud dan Standar Akuntansi?.http://wwww.kompasiana.com Penman, Stephen H..2007.Financial Statement Analysis and Security Valuation (3rd Ed) International Edition.McGraw-Hill/Irwin. Prayudi, Hepi.2012.Aset Tetap PSAK No 16 Revisi 2011.http://hepiprayudi.wordpress.com/2012/07/31/aset-tetap-psak-no-16-revisi2011/ Rochmat, Arief.2010.Revaluasi Penurunan Aset Tetap. http://ariefrochmad.files.wordpress.com/2010/02/3revaluasi-penurunanaset-tetap.doc. nilai- Rutoto, Sabar.2007.Pengantar Metodologi Penelitian.FKIP: Universitas Muria Kudus. Suwardjono. 2008.Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Maria, Silvyana I.2011.Analisis Perbandingan Model Fair Value dan Model Historical Cost Serta Penerapannya pada Aset Tetap (Studi Kasus pada PT Sidomulyo Selaras Tbk.).Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.Jakarta. Suryana, Cahya.2010.Data dan Jenis Data Penelitian. http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-jeis-data-penelitian/ ____________.2011.Nilai Wajar.Tersedia di id.termwiki.com di Nilai Wajar. Umar, Husein.2003.Metode Riset Akuntansi Terapan.Penerbit Ghalia Indonesia.Jakarta. Wikipedia. 2013. Aset Tetap (http://id.wikipedia.org/wiki/Aset_tetap).24 Juni 2013. www.google.com http://accounting1st.wordpress.com/2012/05/14/perbandingan-psak-dengan-ifrs-mengenaiaset-tetap/ ____________.2011.Revaluasi Aset Tetap.http://ropengwatun.blogspot.com/2011/06/revaluasi-aset-tetap-penilaian-kembali.html http://www.idx.go.id