Ketahanan Pangan LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

advertisement
Bidang Unggulan
: Ketahanan Pangan
LAPORAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
UPAYA PEMANFAATAN EKSTRAK BAHAN NABATI DARI BERBAGAI JENIS
TANAMAN TERHADAP PERKEMBANGAN NEMATODA PURU AKAR
(MELOIDOGYNE SPP) DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (CAPSICUM ANNUUM L.)
Dibiayai Dari Dana DIPA PNPB Universitas Udayana Dengan Surat Perjanjian Penugasan
Dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Desentralisasi Tahun Anggaran Nomor:31161/UN14.2/PNL.01.03.00/2015
PROF. DR. IR. I NYOMAN WIJAYA, MS; NIDN 0007125606
PROF. DR. DRA. MADE SRITAMIN, MS; NIDN 0021105202
IR. KETUT AYU YULIADHI,MP; NIDN 0006076004
PROGRAM STUDI AGREKOTEKNOLOGI, FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
NOPEMBER 2015
1
2
RINGKASAN
I Nyoman Wijaya , Made Sritamin, Ketut Ayu Yuliadhi
Program Studi:Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Lombok diproduksi secara luas di Bali untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional.
Kultivar lombok yang banyak ditanam di Bali adalahlombok besar (Capsicum annum L) dan
lombok kecil (Capsicum frutescens L). Dalam budidaya tanaman lombok terdapat tantangan dan
kendala yang menghambat keberhasilan produksi lombok. Faktor penghambat tersebut berupa
fisik, sosial/ekonomi dan biologis. Salah satu kendala biologis yang sangat penting adalah
adanya hama dan patogen yang menyerang tanaman sehingga menyebabkan penurunan kuantitas
dan kualitas produksi (Oka, 1995). Salah satu organisme pengganggu yang menyerang tanaman
lombok adalah nematoda puru akar (Meloidogyne spp). Nematoda ini dapat menimbukan
kerusakan akar pada tanaman hortikultura, perkebunan dan gulma (Dropkin, 1991). Kehilangan
hasil akibat serangan nematoda ini mengakibatkan kerusakan sebesar 70 % dan disamping
sebagai hama penting, juga mengakibatkan tanaman mudah terserang oleh patogen lain sepeti
jamur,bakteri dan virus (Mustika dan Ahmad, 2004) dan nematoda puru akar termasuk golongan
hama yang mengkhawatirkan karena bersifat poligagus dan populasinya sudah menyebar di
seluruh dunia (Adiputra, 2006).
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan golongan nematoda penting yang
menyebabkan penurunan produksi lombok secara signifikan. Berbagai cara pengendalian yang
dilakukan untuk menekan populasi Meloidogyne spp. seperti penanaman varietas tahan, rotasi
tanaman dan kultur teknis, dinilai masih kurang memberikan respon yang cepat dibandingkan
dengan pengendalian kimiawi. Penggunakan Biopestisida merupakan cara pengendalian yang
belum banyak dilakukan oleh para petani, karena para petani belum bisa menerapkan cara
pengendalian ini secara jelas . Selain itu penerapan pemanfaatan pengendalian dengan bahan
nabati adalah merupakan cara yang ramah lingkungan dibandingkan dengan pestisida sintetis.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian mengenai uji estrak daun dari
beberapa jenis tanaman untuk mengendalikan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada
3
tanaman cabai. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun dari beberapa
jenis Chromolaena odorata, Carica papaya, Cymbopogon nardus L., Piper betle L., Nicotiana
tabacum, tanaman mampu menekan populasi Meloidogyne spp dan untuk mengetahui ekstrak
daun yang paling efektif menekan populasi Meloidogyne spp.
Penelitin ini di laksanakan di Laboratorium nematologi, Program Studi Perlindungan
Tanaman, Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana dan di rumah
plastik. Bahan yang digunakan adalah bibit tomat (untuk merearing nematoda dalam akar
tanaman tomat), aquades, pupuk, alkohol 70%, formalin 4%, tanaman segar Lantana camara,
campuran tanah:pasir:kompos (1:1:1) yang telah disterilkan, bibit tanaman lombok besar dan
sumber inokulum Meloidogyne spp..
Pengujian estrak daun tanaman dilakukan dengan menyiapkan bibit tanaman lombok
besar yang telah berumur 2 minggu untuk di pelihara hingga berumur 1 bulan. kemudian diberi
nematoda larva stadia II (larva infektif) dari hasil pemeliharaan pada tanaman tomat. Masingmasing pot diinfestasikan dengan 500 ekor larva. Sehari setelah infestasi nematoda kemudian
diberi perlakuan dengan ekstrak Lantana camara, Chromolaena odorata, , L., Piper betle L.
dalam berbagai konsentrasi yaitu 50 cc, 100 cc, 150cc dan 200 cc/pot Penyiraman ekstrak
dilakukan seminggu sekali selama 4 minggu (1 bulan), perlakuan pertama dilakukan sehari
setelah infestasi nematoda puru akar Tiap perlakuan ekstrak tanaman masing-masing terdapat 4
ulangan atau 4 pot dan kontrol . Untuk mengetahui kemampuan ekstrak tanaman dalam menekan
perkembangan populasi Meloidogyne spp. baik yang ada di dalam tanah maupun pada akar
tanaman lombok dilakukan dengan cara mencabut tanaman sampai ke akarnya, pencabutan
dilakukan setelah tanaman lombok berumur 3 bulan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 4 ulangan tiap perlakuan dan kontrol sakit,
sehingga total tanaman lombok
terdapat 68 pot tanaman. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian ekstrak daun dari beberapa jenis tanaman, ekstrak daun sirih
(Piper betle Linn.) merupakan ekstrak yang paling baik karena dapat menekan populasi
nematoda dalam 300 g tanah sebesar 72,72 %%, daun C.odorata menekan populasi nematoda
59,46 % dan pada daun L.camara menekan nematoda 54,16 %. Penekanan nematoda dalam akar
juga paling besar pada konsentrasi 200 cc/pot ,pada daun Piper betle dapat menekan sebesar
4
70,83 %, pada daun C.odorata sebesar 61,57 % dan pada daun L. camara. sebesar 54,62 %
Pengruhnya terhadap penekanan puru dalam akar tertinggi pada daun P. betle yaitu sebesar
70,8 %, pada daun C.odorata sebesar 61,5 % dan pada daun L.camara sebesar 54,6 %.
Dapat disimpulkan bahwa semua bahan ekstrak jenis daun yang digunakan memberikan
kemampuan untuk menekan populasi nematoda puru akar Meloidogyne spp. dan yang paling
baik daya penekanannya adalah ekstrak daun sirih pada konsentrasi 200 cc/pot dan yang paling
rendah adalah ekstrak daun L.camara. Hal yang sama juga terjadi terhadap penekanan jumlah
puru
Kata kunci : Chromolaena odorata, L., Lantana camara, Meloidogyne spp.., Piper betle L. puru
5
KATA PENGANTAR
Atas asung kerta waranugraha Ida Sanghyang Widi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
penyusunan laporan penelitian : Penelitian Hibah Bersaing dengan judul : Upaya Pemanfaatan
Ekstrak Bahan Nabati Dari berbagai Jenis Tanaman Terhadap Perkembangan Nematoda Puru
Akar ( Meloidogyne spp) dan Produksi tanaman Lombok (Capsicum annuum L) yang dibiayai
dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BLU Universitas Udayana, Tahun Anggaran
2014 dapat diselesaikan . Laporan ini merupakan wujud tanggung jawab dari Tim Peneliti untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan usul penelitian sebagai salah satu tugas yang wajib untuk
dilaksanakan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Penelitian ini telah dilaksanakan oleh Tim peneliti dengan penuh semangat dan kerjasama
yang baik sehingga kami bisa mewujudkan laporan hasil penelitian ini sesuai dengan waktu yang
disediakan dari LPPM Unud. Bersama ini kami dari Tim Peneliti mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana yang telah menyediakan dana dan
ijin untuk melaksanakan penelitian ini. Kepada Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat beserta staf kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
atas segala bantuan yang telah diberikan untuk menunjang kegiatan penelitian ini.
Kepada mahasiswa/i yang telah banyak membantu kami dalam pelaksanaan penelitian ini
kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan rekan –rekan kami yang tidak
dapat disebutkan satu persatu kami juga mengucapkan terima kasih.
Kami masih menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam pembuatan laporan ini
kerena keterbatasan waktu yang tersedia, maka untuk penyempurnaan laporan ini kami
mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun. Bagi para pembaca laporan ini, mudahmudahan bermanfaat.
Denpasar, 9 Nopember 2015
Tim Penyusun.
6
,
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………
ii
RINGKASAN ……………………………………………………………………… ...
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………
vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………...
xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………..
xii
BAB
1
I PENDAHULUAN ...........................................................................................
1.1.Latar Belakang
….......................................................................................
1
1.2.Permasalahan ……………………………………………………………..
4
1.3.Tujuan Penelitian ………………………………………………………......
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….
6
2.1 Tanaman Lombok Merah ( Capsicum annuum L)…………………………….
6
2.2 Nematoda Puru Akar , Meloidogyne spp . ……………………………………. 8
2.2.1. Klasifikasi Meloidogyne spp ……………………………………………… 8
2.2.2. Morfologi Meloidogyne spp ………………………………………………
9
2.2.3. Sebaran Tanamn Inang ……………………………………………………
12
2.2.4 Siklus Hidup dan Perkembangbiakan Meloidogyne spp. ………………… 12
2.2.5. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan ………………
Perkembangan Meloidogyne spp …………………………………………
7
15
2.2.6. Gejala Serangan …………………………………………………………
15
2.2.7. Patogenitas Meloidogyne spp. …………………………………………
16
2.2.8. Pengendalian Nematoda Puru Akar, Meloidogyne spp …………………
18
2.3. Arti Penting Meloi dogyne spp. pada Tanaman Lombok …………………
18
2.4.
Biopestisida ………………………………………………………………
21
2.5.
Ekstraksi Pestisida nabati …………………………………………………
21
2.6.
Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Pestisida Nabati Dalam
Penelitian ………………………………………………………………..
21
2.6.1. Tembelekan ( Lantana camara ) ………………………………………… 24
2.6.2. Kirinyuh ( Chromolaena odorata ) ………………………………………
26
2.6.3. Sirih (Piper betle L)) ……………………………………………………..
27
2.7.
Kerugian Ekonomi Terhadap Serangan Nematoda Puru Akar
Meloidogyne spp. ........................................................................................
29
Interaksi Tanaman Inang Terhadap Meloidogyne spp..................................
30
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .....................................................
32
3.1. Tujuan Penelitian ............................................................................................
32
3.2. Manfaat Penelitian .........................................................................................
.32
2.8.
BAB IV. METODE PENELITIAN ....................................................................................
34
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................................
34
8
4.2 Bahan Dan Alat Penelitian …………………………………………………
34
4.3. Persiapan Penelitian ........................................................................................
35
4,4. Metode Penelitian ............................................................................................ 37
4.4.1. Pembuatan Ekstrak Berbagai Daun Tanaman Uji ..................................... 37
4.4.2. Pembuatan Suspensi Meloidogyne spp ....................................................... 38 .
4.4.3. Uji Kemampuan Ekstrak Daun Berbagai Jenis Tanaman Uji .................... 40
4.5. Rancangan Percobaan ..................................................................................... 41
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
42
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... .58
6.1. Kesimpulan ................................................................................................... .58
6.2. Saran ............................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... .60
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 64
9
DAFTAR TABEL
2.1. Kandungan Gizi Lombok Merah alam 100 g ...............................................................
7
4.2. Denah Percobaan...........................................................................................................
42
5.1 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Tinggi Tanaman Lombok ………...
44
5.2 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Panjang Akar Tanaman Lombok….
44
5.3 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Berat Basah Akar Tanaman
Lombok……………………………………………………………………………….
49
5.4 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Populasi Nematoda Puru
Akar dalam 300 g Tanah di Sekitar Perakaran Tanaman Lombok............................... 51
5.5 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Jumlah Puru Akar
Dalam 1 g Akar …………………………………………………………………… … 54
5.6 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Jumlah Ne,matoda Dalam 1 g
Akar …………………………………………………………………………………...
57
5.7 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Berat Buah per Pot Tanaman……..
58
10
DAFTAR GAMBAR
2.1 Nematoda Puru akar ( Meloidogyne spp ) betina (A) dan Jantan (B) ................. .......
9
2.2 Siklus Hidup Meloidogyne spp ...................................................................................
12
2.3 Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L ) ............................................................
23
2.4 Tumbuhan Kirinyuh ( Chromolaena odorata) ...........................................................
24
2.5 Daun Pepaya (Carica papaya ) ..................................................................................
26
2.6 Daun Sereh wangi (Cymbopogon nardus ) ...............................................................
28
2.7
Daun Sirih ( Piper betle ) .........................................................................................
30
2.8 Tumbuhan tembakau ( Nicotiana tabacum ) ............................................................
32
4.1 Pembibitan Tanaman untuk Rearing(A) dan tanaman dalam polybag (B)...............
40
4.2 Cara mengekstrak nematoda dari akar tanaman terinfeksi.........................................
42
5.1
Akar Tanaman Kontrol.........................................................................................................
45
5.2
Akar tanaman lombok dengan perlakuan ekstrak L. camara (A) dan Akar tanaman
lombok dengan perlakuan ekstrak C. odorata (B)............................................................. 46
5.3
Akar tanaman cabai dengan perlakuan ekstrak Carica papaya (A) dan Akar tanaman
cabai dengan perlakuan ekstrak Cymbopogon nardus L. (B) ................................................ 46
5.4 Akar tanaman cabai dengan perlakuan ekstrak Piper betle L. (A) dan Akar tanaman
cabai dengan perlakuan ekstrak Nicotiana tabacum (B) .............................................. 47
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah lombok diproduksi secara luas di Bali untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional.
Kultivar Lombok yang banyak ditanam di Bali adalah Lombok besar (Capsicum annum L) dan
Lombok kecil atau sering disebut
rawit (Capsicum frutescens L).Namun dalam budidaya
tanaman Lombok terdapat tantangan dan kendala yang menghambat keberhasilan produksi
Lombok. Faktor penghambat tersebut berupa faktor fisik, sosial ekonomi dan biologis. Salah
satu kendala biologis yang sangat penting adalah adanya hama dan pathogen yang menyerang
tanaman sehingga menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi (Oka, 1995). Salah
satu hama yang sering menyerang tanaman tomat adalah dari golongan nematode parasite
tanaman . Akibat serangan hama dari golongan nematoda tersebut pada tanaman lombok di
seluruh dunia dapat mengakibatkan
terjadi penurunan hasil sebesar 12,2% (Sasser dan
Freckman, 1987 dalam Singh et al, 2011).
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan golongan nematoda penting yang
menyebabkan penurunan produksi lombok secara signifikan. Meloidogyne spp. termasuk
golongan hama yang berbahaya karena bersifat polifagus dan populasinya telah menyebar di
seluruh dunia (Adiputra, 2006). Menurut data dari Jain et al. (2007 dalam Singh et al., 2011),
kerugian pada pertanaman lombok secara nasional di India yang diakibatkan oleh Meloidogyne
spp. adalah sebesar 12,85% atau sebesar 3,42 juta USD. Secara terperinci penelitian Sasser dan
Freckman dalam Kerry (2001) menyatakan bahwa Meloidogynes spp. menyerang bagian akar
12
tanaman lombok sehingga menimbulkan kerusakan sebesar 70%. Selain berperan langsung
sebagai hama utama, Meloidogyne spp. juga mengakibatkan tanaman mudah terserang oleh
patogen lain seperti bakteri, jamur, dan virus (Mustika dan Ahmad, 2004). Adiputra, (2006)
menyatakan bahwa Meloidogyne spp. termasuk golongan hama yang mengkhawatirkan karena
bersifat polifagus dan telah tersebar di seluruh dunia
Berbagai cara pengendalian yang dilakukan untuk menekan populasi Meloidogyne
spp.seperti penanaman varietas tahan, rotasi tanaman, dan kultur teknis, dinilai masih kurang
memberikan respon yang cepat dan belum dapat mempertahankan produksi tanaman jika
dibandingkan dengan pengendalian kimiawi (pestisida sintetis) (Kerry, 2001). Namun, cara
penerapan pestisida sintetis cenderung akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,
seperti resistensi hama terhadap pestisida, resurjensi hama, matinya musuh alami dan mahluk
bukan sasaran, serta meninggalkan residu baik di dalam tanaman ataupun lingkungan sekitarnya.
(Oka, 1995)
Pengendalian dengan menggunakan Biopestisida, yaitu pestisida yang bersumber dari
makhluk hidup merupakan cara pengendalian yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
pestisida sintetis. Terdapat dua jenis biopestisida yaitu pestisida nabati (berasal dari ekstrak
tumbuhan) dan pestisida hayati/biologi (musuh alami). Biopestisida, dalam hal ini pestisida
nabati, lebih efektif dibandingkan dengan pestisida sintetis karena ekstrak kasar tumbuhan yang
dikandungnya memiliki senyawa aktif yang kompleks dan secara umum dapat memperlihatkan
bioaktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan elemen-elemen tunggal yang dikandung
dalam pestisida sintetis (Berenbam et al., 1991dalam Chen et al., 1995). Selain itu, pembuatan
pestisida nabati lebih murah dan praktis karena dibuat dengan cara mengekstrak bahan tumbuhan
yang tersedia di alam dalam jumlah sangat besar. Beberapa bahan ekstrak tanaman berupa
13
pestisida nabati yang dapat mengendalikan nematoda puru akar yaitu Mimba (Azadirachta
indica), Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolim VIS), Mindi (Melia azedarach L), dan
Cengkeh (Syzygium aromaticum L) (Hartoyo, 2012)
Berbagai cara pengendalian dilakukan terhadap nematoda puru akar, Meloidogyne spp .
yaitu penanaman varietas tahan, rotasi tanaman dan kultur teknis, tetapi cara pengendalian
tersebut kurang efektif untuk menekan populasi Meloidogyne spp. (Kerry, 2001). Cara
pengendalian dengan nematisida sintetis masih merupakan cara yang sering diterapkan karena
memberikan respon yang cepat dan dapat mempertahankan produksi tanaman. Cara penerapan
yang tidak tepat dari nematisida sintetis akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dampak negatif dari pestisida sintesis akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungn
sehingga cara
ini membuat para ilmuwan khawatir, sehingga berbagai penelitian
mulai
dikembangkan untuk mencari sumber-sumber bahan pengendalian yang lebih aman bagi manusia
dan lingkungan. Pengendalian yang lebih aman adalah dengan mengguakan biopestisida yaitu
pestisida yang bersumber dari mahluk hidup..
Sumber-sumber bahan pestida nabati tersedia di alam dalam jumlah yang sangat besar.
Ekstrak kasar dari tumbuhan mengandung bernagai senyawa aktif yang kompleks dan secara
umum dapat memperlihatkan bioaktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan elemen-elemen
tunggal (Berenbam et al., 1991; Chen et al., 1995). Salah satu sumber bahan pengendalian
nematoda yang mudah didapat karena banyak tersedia di alam. Seperti gulma misalnya adalah
merupakan tumbuhan yang tumbuh ttanpa diusahakan oleh manusia. Gulma banyak dijumpai di
pinggir-pinggir jalan, pada tanah kosong ataupun lahan yang terbengkelai dan jarang tersentuh
aktifitas manusia. Melihat potensi gulma yang mudah tumbuh dan belum banyak ditemukan
manfaatnya, sehingga dalam penelitian ini penggunaan ekstrak gulma seperti Chromolaena
14
odorata, Lantana camara. Selain gulma masih ada tanaman lain yang bermafaat sebagai
pengendalian hama dan penyakit tanaman seperti ekstrak daun sirih, daun sereh dan daun
tembakau mengandung bahan nabati yang dapat bertindak sebagai
pengendali hama dan
penyakit tanaman. Ekstrak dari dun-daun tersebut belum banyak diketahui perannya dalam
menekan populasi nematoda parasit tanaman khususnya nematoda puru akar Meloidogyne spp.
Oleh karena itu diperlukan pemanfaatan bahan-bahan yang berasal dari tanaman yang dapat
berfungsi sebagai bahan nabati yang dapat menghambat atau melumpuhkan aktivitas patogen
atau hama yang menyerang suatu tanaman. Bahan –bahan tersebut mudah didapat disekitar kita
dan penerapannya mudah, murah ,dan ramah lingkungan. Dalam penelitian ini akan dicoba
penggunaan ekstrak daun dari sebagai jenis tanaman yang memiliki bahan aktif yang dapat
berfungsi sebagai
bahan yang dapat menekan aktifitas nematoda puru akar dan cara ini
merupakan salah satu cara pengendalian yang ramah lingkungan .
Berdasarkan hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian mengenai pemanfaatan ekstrak daun
dari beberapa jenis tanaman sebagai bahan nabati untuk mengendalikan nematoda puru akar
Meloidogyne spp.pada tanaman lombok. Hasil uji ekstrak tersebut diharapkan dapat bermanfaat
dalam upaya menekan populasi nematoda puru akar Meloidogyne spp. dan selanjutnya dapat
digunakan untuk mengendalikan nematoda puru akar yang menyerang tanaman lombok ataupun
tanaman lain yang terserang.nematoda puru akar tau jenis nematoda lain.
1.2
Permasalahan
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka ada beberapa masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah :
15
1. Masih banyak petani belum mengetahui secara pasti tentang
mekanisme infeksi
nematoda parasit tanaman pada tanaman sehingga tidak diketahui pengendalin secara
infektif.
2. Masih banyak para petani dalam melakukan tindakan pemgendalian nematoda parasit
tanaman, khususnya nematoda puru akar Meloidogyne spp. masih menggunakan
pestisida sintetis dan cara ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
3. Belum diketahui tingkat kemampuan dari bahan nematisida nabati dalam menekan
populasi nematoda di dalam tanah maupun di dalam akar tanaman.
4. Belum diketahui suatu konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun yang diuji
menekan populasi nematoda
untuk
puru akar pada tanaman , khusunya pada tanaman
lombok
1.3 Tujuan Penelitian :
1.
Untuk mengetahui kemampuan bahan nabati dari berbagai daun tanaman yang diuji
untuk menekan nematoda puru akar
2. Untuk memperoleh konsentrasi ekstrak daun tanaman yang efektif dari daun tanaman
yang diuji dalam menekan populasi nematoda dalam tanah dan dalam akar
3. Untuk mendapatkan suatu cara pengendalian nematoda yang ramah lingkungan dan
mudah diterapkan dan dapat berlangsung secara berkelanjut
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Lombok Merah (Capsicum annuum. L.)
Tanaman Lombok besar (C. annuum) merupakan tanaman semusim yang berbentuk
setengah perdu, dengan tinggi berkisar antara 45 – 100 cm (Wiryanta, 2008). Secara geografis
tanaman lombok dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1200 m di atas permukaan laut. Pada dataran
tinggi yang berkabut dan kelembabannya tinggi, tanaman Lombok mudah terserang penyakit.
Lombok akan tumbuh baik pada daerah yang rata-rata curah hujan tahunannya antara 600
–1250 mm dengan bulan kering 3 – 8,5 bulan dan pada tingkat penyinaran matahari lebih dari
45 % (Suwandi dkk., 1997) .
Lombok merah atau C. annuum diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Species
: C. annuum. L
Lombok biasanya identik dengan rasa pedas yang disebabkan oleh kandungan senyawa
capsaicin dalam buahnya (Balitbang Pertanian BPTP Jawa Tengah, 2010). Selain capsaicin
lombok juga memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak,
17
kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C , data yang lengkap disajikan pada Tabel1.
.
Tabel 1.1 Kandungan gizi Lombok merah dalam 100 g
1
Kadar air (5)
90,9
2
Kalori (kal)
31,0
3
Protein (g)
1,0
4
Lemak (g)
0,3
5
Karbohidrat (g)
7,3
6
Kalsium (g)
29,0
7
Fosfor (mg)
24,0
8
Besi (mg)
0,5
9
Vitamin A (SI)
470,0
10
Vitamin C (mg)
18,0
11
Vitamin B1 (mg)
0,05
11
Berat yang dapat dimakan/BBD (%)
85,0
Sumber: Direktorat Gizi,Depkes RI. Dalam Buletin Teknopro Hortikultur, 2004.
18
Nematoda puru akar merupakan salah satu patogen terbawa tanah yang menjadi kendala
dalam pengembangan sayuran skala besar di daerah tropis . Inang utamanya adalah wortel,
mentimun, labu, kentang, kubis, terong, bayam dan tomat (Singh, 1978; Sherf dan Macnab,
1986). Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) menyerang lebih dari 2000 spesies tanaman dan
meliputi hampir semua tanaman budidaya (Agrios, 2005).
2.2
Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp.
2.2.1. KlasifikasiMeloidogyne spp.
Klasifikasi nematoda puru akar adalah sebagai berikut :
Kingdom
:
Animalia
Filum
: Nemata
Klas
: Nematoda
Sub klas
: Scernansia
Ordo
: Tylenchida
Sub ordo
: Tylenchina
Familia
: Heteroderidae
Sub familia
: Meloidogynidae
Genus
: Meloidogyne
Spesies
: Meloidogyne spp.
19
2.2.2. Morfologi
Dropkin (1991) menyebutkan bahwa nematoda dewasa berbentuk seperti buah pier
bersifat endoparasit yang mempunyai leker pendek dan tanpa ekor. Panjangnya lebih dari 0,5
mm dan lebarnya antara 0,3 – 0,4 mm. daerah bibir kecil dan mempunyai tiga annulus. Stiletnya
lembut dengan panjang 12 – 15 µm, melengkung kea rah dorsal serta ,mempunyai pangkal knob
yang jelas, yang betina mempunyai esofagus dengan metakorpus bulat dan sangat jelas. Kelenjar
esofagusnya besar, kompak dan dekat dengan matakarpus serta tumpag tindih dengan usus.
Telur – telur yang dihasilkan nematoda betina diletakkan di dalam matrik gelatin secara
berkelompok, berupa semacam paket telur. Telur berwarna putih berbentuk bulat lonjong
dengana panjang 67 – 125 µ dan lebar 30 – 52 µ. Banyaknya telur yang diletakkan bervariasi
dari beberapa ratus sampai seribu atau lebih bahkan ada yang sampai 2000 butir telur. Sedangkan
larva bentuknya vermiform seperti yang jantan, akan tetapi ekornya langsing berukuran 325 –
500 µ . Pada betina dewasa terdapat suatu pola yang jelas pada striasi , terdapat di sekitar vulva
dan anus disebut pola perineal atau sisik pantat (perineal pattern) yang dapat digunakan untuk
identifikasi nematoda (Sastrahidayat, 1986).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, dan
Dropkin (1991) menguraikan bahwa panjangnya bervariasi maksimum 2mm sedangkan
perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45 mm., Kepalanya tidak berlekuk, panjang
stiletnya hampir dua kali panjang stilet yang betina, ekornya pendek dan membulat serta
mempunyai satu atau dua testis.
Morfologi nematoda puru akar disajikan pada Gambar 2.1
- 2.7.
20
Gambar 2.1
(A). nematoda betina
(B) nematoda jantan
Sumber Dropkin. 1990.
Gambar 2.2 Telur nematoda
Gambar 2.3. Nematoda stadia II ( Koleksi pribadi)
21
Gambar 2.4 Nematoda jantan dalam telur
Gambar 2.5 Larva stadia III
Gambar 2.6 Nematoda betina dewasa
Nematoda betina dewasa yang sudah bertelur (koleksi probadi )
22
Nematoda dapat bertahan dengan lingkungannya meskipun dalam keadaan yang tidak
memungkinkan. Pada saat yang tidak memungkinkan ini nematoda mengalami diapause (fase
istirahat) yang bisa bertahan sampai kurang lebih 30 tahun. Meloidogyne spp. tubuhnya tidak
berwarna, larvanya berbentuk silindris, jantan dewasa berbentuk seperti cacing dengan tubuh
ramping, sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah alpukat (Jurgen, 1977).
Menurut Dropkin (1980) dinding tubuh Meloidogyne spp. terdiri dari tiga lapis , yaitu lapisan
kutikula, hipodermis, dan lapisan otot .Chitwood, (1966 dalam Sasser 1960) mengemukakan
bahwa lapisan kutikula disusun oleh lima substansi yaitu albumin, glukoprotein, fibroid,
collagen, dan keratin .
2.2.3 Sebaran dan Tanaman Inang
Genus Meloidogyne memiliki sebaran di seluruh dunia, dan sebagian besar merupakan hama
tumbuhan karena menyebabkan gejala pembesaran pada akar (puru akar). Meloidogyne
dilaporkan sebagai hama pada 3000 jenis tanaman inang. Beberapa jenis tanaman inang yang
diserang oleh Meloidogyne yaitu kacang-kacangan, cabai, tomat, kedelai, nilam dan ubi jalar
(Nemaplex, 1999)
2. 2. 4. Siklus Hidup dan Perkembangbiakan
Meloidogyne spp. dalam siklus hidupnya melalui telur, larva stadia I, larva stadia II, larva
stadia III, larva stadia IV, dan dewasa (Agrios, 1970).Larva mengalami ganti kulit pertama di
dalam telur, sedang ganti kulit kedua, tiga dan empat terjadi di dalam jaringan tanaman.Lamanya
siklus hidup dari mulai masuknya nematoda stadia II ke dalam jaringan tanaman hingga dewasa
23
berlangsung tiga minggu sampai satu bulan tergantung keadaan suhu, kelembaban, cahaya, dan
macam inangnya (Ritter, 1979 dalam Lamberti, 1979).
Telur nematoda umumnya dilapisi tiga membran yaitu, penutup protein, membran kitin, dan
membran vitelin (Dropkin, 1980).Telur diletakan di dalam matrik gelatin secara berkelompok
berupa paket telur (Dropkin, 1980). Tiap paket telur biasanya mengandung 500 sampai 1000
butir telur ( Tyler, 1938 dalam Lamberti, 1979). Menurut Walker, 1975 telur Meloidogyne spp.
panjangnya 67 – 128 mikron dan diameternya 30 -52 mikron, dengan bentuk elips yang kadangkadang cekung pada salah satu tepinya.Tyler (1938 dalam Christie, 1959) mencatat jumlah telur
tertinggi yang dihasilkan nematoda betina sebanyak 2882 butir, diperkirakan bahwa di bawah
kondisioptimum (25 - 30°C) jumlah telur yang diletakan per hari bervariasi sekitar 27 - 120 butir
.
Godfrey dan Oliviera (1932, dalamChristie , 1959) mengemukakan bahwa betina dewasa
mulai meletakkan telur sekitar 19 hari dan berhenti meletakkan telur 35 hari setelah nematoda
memasuki akar sebagai larva stadia II. Larva stadia I terbentuk pada akhir proses embriogenesis
dan tetap tinggal di dalam telur sampai larva stadia II (Christie, 1959). Selanjutnya dikemukakan
bahwa larvayang baru menetas sebagai larva stadia II terdapat bebas di dalam tanah dan akan
melakukan penetrasi pada seluruh bagian akar tanaman terutama ujung akar yang kontak dengan
tanah lembab. Meloidogyne spp. termasuk parasit menetap, sekali mendapatkan tempat di
jaringan tanaman maka tidak akan berpindah-pindah lagi(sedentary).
Larva nematoda yang akan menjadi jantan dewasa berganti kulit tiga kali berturut-turut
dalam suatu proses yang cepat, dan mengalami metamorfosis, kemudian keluar dari jaringan
tanaman sebagai cacing ramping yang bentuknya khas seperti buah persik. Nematodajantan
tersebut hidup bebas di dalam tanah dan sering terdapat dalam jumlah yang cukup banyak, sering
pula didapatkan mengelilingi kelompok telur pada ujung posterior nematoda betina, diduga hal
24
ini untuk keperluan kopulasi.Sifat yang khas dari nematoda ini adalah pada betina dewasa yang
mengalami perubahan bentuk yang nyata selama hidupnya menjadi bentuk seperti buah persik.
Siklus hidup Meloydogyne spp.(Gambar 2.7) dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari
fase telur sampai fase larva dalam beberapa tingkat dan fase dewasanya berbentuk seperti buah
pier.
Gambar 2.7
Siklus Hidup Meloidogyne spp.(Papp dalam Nemaplex, 1999)
Keterangan: ♂ Nematoda Jantan
♀ Nematoda Betina
a. telur
b. stadia 1 di dalam telur
c. stadia 1 di luar telur (setelah menetas)
d. stadia 2 di dalam jaringan tanaman
e. stadia 3di dalam jaringan tanaman
f.
stadia 4di dalam jaringan tanaman
g. dewasa
25
2.2.5 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Perkembangan Meloidogyne spp.
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan Meloidogyne spp adalah jumlah
inokulum, suhu tanah, pH tanah, umur tanaman, besarnya partikel tanah dan pemupukan
(Christie, 1959). Menurut Tyler (1933, dalam Christie 1959) menyatakan bahwa pada suhu
kisaran 27.5˚C sampai 30˚C perkembangan Meloidogyne spp. dari larva yang sudah menginfeksi
akar sampai stadium meletakkan telur membutuhkan waktu kira-kira 17 hari, pada temperatur
20˚C dalam waktu 57 hari. Meloidogyne spp. akan berkembang baik pada tanah dengan
pH 5,0 – 6,0 (Davide, 1980) dan sangat infektif pada tekstur tanah 61-75% pasir dengan
perbandingan lempung liat 3:1 (Norton, 1978). Menurut Wallace (1963) bahwa larva akan
tumbuh baik pada kelembaban tanah sebesar 29% kapasitas lapang.
2. 2. 6 Gejala Serangan
Gejala serangan nematoda yang paling khas dapat dilihat pada bagian tanaman yang
berada di bawah permukaan tanah yaitu berupa pembengkakan atau puru dengan berbagai
macam bentuk dan ukuran.Puru ini berbeda dengan bintil akar yang terbentuk pada akar tanaman
Leguminoceae, karena puru berada di dalam jaringan tanaman sehingga sulit untuk dilepaskan
(Walker, 1975).Mekanisme terbentuknya puru akar tersebut yaitu dimulai dari masuknya
nematoda ke dalam akar melalui bagian-bagian yang terletak dekat tudung akar. Nematoda ini
selanjutnya bergerak diantara sel-sel menuju sel jaringan yang terdapat cukup cairan makanan,
kemudian menetap dan berkembang biak. Nematoda menyebabkan dinding sel rusak dan
beberapa sel bersatu membentuk sel besar (giant cell) yang mempunyai banyak inti (Christie,
26
1959). Huang dan Manggenti (1969, dalam Kosasih, 1980) mengemukakan bahwa nematoda
juga merangsang sel untuk melakukan pembelahan mitosis tanpa sitokenesis sehingga
terbentuklah sel besar dengan inti banyak.Tiap puru akar biasanya mengandung empat sampai
enam sel besar (Christie, 1959).Terbentuknya puru ini terjadi dalam waktu 24 - 48 jam setelah
larva masuk ke dalam akar (Dropkin, 1980).
Gejala pada bagian tanaman diatas permukaan tanah yaitu tanaman kerdil, daunnya pucat,
dan pada musim panas tanaman akan mudah layu (Walker, 1975). Menurut Siswojo (1984)
selain hal di atas tanaman yang terserang nematoda akan mengalami kekurangan mineral, Agrios
(1970) mengemukakan bahwa akibat penyakit puru akar ini, bunga dan buah akan berkurang
atau mutunya menjadi rendah.
2.2.7 Patogenitas Meloidogyne spp
Larva stadia dua dari Meloidogyne.spp. merupakan stadia infektif yang bersifat nugotori
dan bergerak menuju tumbuhan inang untuk mencari makan.Setelah larva masuk ke dalam akar,
larva bergerak diantara sel sampai masuk di dekat silinder pusat dan selanjutnya di tempat
tersebut larva menetap dan merangsang system pertumbuhan sehingga terbentuk sel-sel raksasa
(giant cell). (Sritamin 1988)
Infeksi Meloidogyne spp mula-mula merupakan serangkaian proses yang dapat merubah
seluruh system fisiologi tanaman inang. (Dropkin, 1991).Secara individual nematoda hanya
memiliki efek yang sangat kecil pada tanaman inang, tetapi dalam tingkat populasi yang tinggi
menyebabkan kerusakan yang parah.
27
Patologi yang terjadi pada tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp yaitu:
1.
Pada jaringan korteks dan perisikel yang berada di sekitar larva mengalami pembesaran
dan membelah selanjutnya menjadi puru akar (pembengkakan akar). Larva stadia dua
keluar dari telur pada permukaan puru dan menyerang akar di dekatnya. Nematoda dan
jaringan tanaman yang baru terbentuk berperan sebagai metabolic zink, tanaman
mengalihkan zat hara ke tempat tersebut yang seharusnya ke daun, bunga dan buah.
2.
Larva infektif terus mempenetrasi jaringan akar sampai ke stele. Kemudian 5-7 sel yang
berada di sekitar larva menjadi besar menjadi sel-sel raksasa (giant cell) yang spesifik
dan sel-sel tersebut menjadi sumber makanan selama perkembangan sampai dewasa.
Akibat infeksi Meloidogyne spp proses diferensiasi pada floem dan xylem terganggu dan
karena fungsi akar terganggu karena mengalami kerusakan akibat serangan nematoda
sehingga fungsi akar menjadi terhambat. Karena akar terinfeksi oleh nematoda akibatnya
akar mengalami pertumbuhan baru dan akibatnya pengangkutan dari akar ke bagian atas
tanaman menjadi berkurang. Pada tanaman yang terinfeksi memerlukan lebih banyak
energi untuk tumbuh; tanaman akan mengalami kemampuan yang kurang dalam
mengatasi kekeringan akhirnya produksipun menjadi berkurang dan fotosintesis juga
menjadi semakin rendah.
Infeksi oleh Meloidogyne spp juga menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap patogen karena
sebagai akibat luka yang disebabkan oleh nematoda akan memberikan celah kepada
mikroorganisme atau patogen lain yang menyerang akar tanaman sehingga keruskan menjadi
28
lebih parah. Hal ini akan menyebabkaomn kehilangan resistensi genetik apabila ada infeksi oleh
jamur seperti Phytophtora.
2.2.8 Pengendalian Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp.
Banyak ahli pemuliaan diseluruh dunia mencoba mencari gen-gen yang resisten untuk
dipadukan di dalam satu tanaman di negara masing-masing. Pengkajian yang seksama tentang
kisaran inang masih terus dilakukan guna mendapatkan varietas tahan yang nantinya diharapkan
dapat menekan perkembangan Meloidogyne spp..Petani juga mencoba menggunakan serasah
plastik untuk memanaskan tanaman sehingga menjadikan suhu dalam tanah tinggi dan membuat
Meloidogyne spp. mati (Dropkin, 1991).
Berbagai upaya pengendalian terhadap nematoda parasit tanaman khususnya nematoda puru
akar Meloidogyne spp. telah banyak dilakukan yaitu dengan penanaman varietas tahan, rotasi
tanaman dan kultur teknis Tetapi cara pengendalian tersebut kurang efektif untuk menekan
populasi Meloidogyne spp. Namun cara yang sampai saat ini masih sering digunakan adalah
pemberian nematisida sintetis yang mempunyai dampak negatif bagi lingkungan(Kerry,
2001).Dropkin, (1991) menyatakan nematisida pada umumnya sangat mahal untuk digunakan
pada tanaman yang bernilai ekonomis rendah. Para petani kecil di daerah tropik tidak
mempunyai cukup biaya, mereka tidak dapat mempergunakan cara kimiawi untuk
mengendalikan nematoda puru akar.
2.3
Arti Penting Meloidogyne spp. pada Tanaman Lombok
Serangan Meloidogyne spp. pada bagian akar tanaman lombok mengakibatkan tanaman
kekurangan mineral sehingga produksi tanaman menurun. Di California, semua spesies
Meloidogyne spp. tergolong sebagai hama penting (Nemaplex, 1999). Menurut data dari Jain et
29
al (2007 dalam Singh et al,2011), kerugian pada pertanaman lombok secara nasional di India
yang diakibatkan oleh Meloidogyne sppadalah sebesar 12,85% atau sebesar 3,42 juta USD.
Secara terperinci penelitian Sasser dan Freckman dalam Kerry (2001) menyatakan bahwa
Meloidogynespp. menyerang bagian akar tanaman lombok sehingga menimbulkankerusakan
sebesar 70%.Selain berperan langsung sebagai hama utama, Meloidogyne spp. juga
mengakibatkan tanaman mudah terserang oleh patogen lain seperti bakteri, jamur, dan virus
(Mustika dan Ahmad, 2004).
Nematoda ditemukan pertama kali sebagai penyebab penyakit pada tanaman sayuran
yaitu serangan nematoda puru akar (root-knot) pada tanaman mentimun di green house Inggris
(Jensen, 1972). Nematoda Meloidogyne spp menyerang hampir semua tanaman sayuran dan
beberapa tanaman dapat diserang lebih dari satu species neamatoda.Meloidogyne spp. tersebar
luas di seluruh dunia dan dilaporkan banyak menyerang tanaman budidya yang bernilai ekonomi,
kehilangan hasil yang serius dapat terjadi bila tanaman telah terserang parah.Agrios (1969)
mengemukakan bahwa kerugian akibat serangan nematoda puru akar Meloidogyne spp.adalah
bervariasi tergantung dari jenis tanaman yang diserang, spesies nematode Meloidogyne dan
kondisi lingkungan Bila tanaman rentan yang masih muda terserang akan mengakibatkan
tanaman mati, tetapi ababila tanaman dewasa terserang , maka pengaruhnya sangat kecil pada
hasil.
Kelompok nematoda puru akar Meloidogyne spp adalah salah satu nematoda yang sangat
merugikan secara ekonomis.Nematoda tersebut terkenal sebagai nematoda endoparasit sedentari
dengan penyebaran di seluruh dunia serta mempunyai inang yang cukup banyak. Nematoda ini
berperan penting dalam menimbulkan kerusakan pada tanaman lombok. Meskipun produksi
30
Lombok di Indonesia cukup tinggi, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia
dan permintaan pasar manca negara. Tidak terpenuhinya permintaan pasar akan kebutuhan
lombok, terutama disebabkan oleh serangan hama dan penyakit yang cukup besar. Serangan
hama dan penyakit pada tanaman tomat akhirnya menyebabkan kegagalan panen. Salah satu
hama penting yang menyebabkan menurunnya produksi Lombok di Indones adalah nematoda
puru akar Meloidogyne spp. Kerusakan yang ditimbulkan Meloidogyne spp. sangatlah signifikan,
khususnya pada tanaman lombok di seluruh dunia.
Hasil penelitian Sasser dan Freckman (1987) dalam Kerry (2001), kehilangan hasil akibat
nematoda puru akar mengakibatkan kerusakan sebesar 70% dengan rata-rata sebesar US$ 100
milyar tiap tahunnya. Selain berperan langsung sebagai hama utama, Meloidogyne spp. juga
membuat tanaman menjadi mudah terserang pathogen lain seperti jamur, bakteri dan virus
(Mustika dan Ahmad, 2004). Meloidogyne spp. merupakan golongan hama yang sangat
mengkhawatirkan karena sifatnya polyfagus dan populasinya telah tersebar di seluruh dunia.
Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengendalian nematoda puru akar
Meloidogyne spp. menggunakan ekstrak daun Kirinyuh (Chromolaena odorata dan Lantana
camara. Kirinyuh selain bersifat racun pada gulma the juga mampu menekan perkembangan
nematode kentang (Globodera rostochiensis (woll) Behrens) dan hasil penelitian Hardiansyah
(2006) menyatakan bahwa daun Kirinyuh, C.odorata dapat menekan populasi nematode
G.rostochiensis sebesar 89,25% pada dosis 100 gr/ 2.5 kg tanah. Selain hal tersebut manfaat lain
dari Kirinyuh adalah dapat sebagai pupuk atau perangsang tumbuh bagi beberapa tanaman
pertanian.
31
Hasil penelitian oleh Ambika dan Poonima (2004) di India menyatakan bahwa pemberian
ekstrak daun Kirinyuh ke dalam tanah pertanaman kedele mampu menambah tinggi tanaman
sekitar 15%, panjang akar 40% dan hasil polong meningkat 163 %.
Daun tembakau mengandung senyawa nikotin , senyawa ini tidak beracun pada manusia dan
daun tembakau mengandung 2-8% nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bersifat reaksi
cepat dan sebagai racun kontak pada serangga dan efektif untuk mengendalikan hama pengisap,
ulat perusak daun, aphid, thrips dan sebagai pengendali jamur (fungisida). Serbuk daun
tembakau dapat menekan populasi nematode puru akar dan efektif utuk menekan populasi
nematode puru akar. Pestisida dari daun sirih mengandung fenol dan sangat efektif untuk
menekan serangga hama pengisap (Subiyakto, - ). Dari uraian di atas tertarik untuk diteliti dan
dikembangkan penggunaan berbagai bahan nabati untuk dicoba uji kemampuannya dalam
menekan populasi nematoda yang menyerang tanamanlombok.
2.4.
Biopestisida
Biopestisida adalah agen biologis yang berasal dari mikroorganisme biakan atau produk
alam yang diperbanyak secara masal untuk kepentingan pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan. Aplikasi biopestisida merupakan salah satu cara alternatif untuk mengendalikan
nematoda agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Adapun jenis-jenis biopestisida adalah sebagai berikut.
1. Pestisida nabati, adalah pestisida yang berasal dari ekstrak tumbuhan.
2. Pestisida hayati/biologi, adalah mikroba (cendawan, bakteri, virus, dan protozoa) yang
mampu mengendalikan penyakit spesifik yang disebabkan oleh mikroba, nematoda, dan
hama serangga (Grantet al, 2010).
32
2.5 Ekstraksi Pestisida Nabati
Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif
seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif
tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme penganggu tanaman (OPT),
tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya,
namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku
berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT. (Setiawati et al, 2008)
Kelompok pestisida sintetik yang sudah dikembangkan dan dipasarkan saat ini banyak yang
berasal dari pestisida nabati seperti karbamat dan piretroid. Pada tahun 1800-an ekstrak
tembakau dan asap nikotin telah digunakan untuk mengendalikan hama. Di Asia para petani
lebih mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif rotenon sebagai zat
pembunuh.Bahan aktif pirenthin I dan II serta anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga
Pyrentrumaneraria juga banyak digunakan. Penggunaan pestisida nabati kurang berkembang
karena berbagai hal antara lain karena kalah bersaing dengan pestisida sintetis, dan juga karena
ekstrak dari tanaman/tumbuhan umumnya mempunyai kadar bahan aktif tidak tetap, bervariasi
dan tidak stabil. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat
digunakan sebagai pestisida nabati. Di Filipina, tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah
diketahui mengandung bahan aktif insektisida. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan yang
mengandung senyawa aktif.Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial
insektisida nabati
antara lain
Meliaceae,
Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan
Rutaceae.Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat
33
sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, akarisida maupun rodentisida.Jenis pestisida
yang berasal dari tumbuhan tersebut dapat ditemukan di sekitar tempat tinggalpetani, dapat
disiapkan dengan mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana (Setiawati et al, 2008).
Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penghambat nafsu makan (antifeedant), penolak
(repellent), penarik (atractant), menghambat perkembangan, menurunkan keperidian, pengaruh
langsung sebagai racun dan mencegah peletakan telur (Setiawati et al, 2008).
Untuk membuat pestisida nabati diperlukan bahan-bahan berupa bagian dari tanaman
misalnya daun, biji, buah, akar dan lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi berbagai
macam bentuk, antara lain : cairan berupa ekstrak dan minyak, pasta serta bentuk padat berupa
tepung atau abu. Bahan-bahan tersebut di atas umumnya dibuat dengan cara diblender, direbus
dan direndam sebelum disemprotkan. Untuk jenis biji direndam terlebih dahulu kemudian
ditumbuk/diblender.Sedangkan
jenis
daun
dan
umbi
dapat
diblender
dan
diambil
ekstraknya.Sebelum digunakan bahan-bahan di atas dicampur dengan larutan sabun/ditergent
yang berfungsi sebagai pengemulsi dan direndam semalam, setelah itu siap digunakan. Hal lain
yang harus diperhatikan sebelum membuat ekstrak pestisida nabati adalah mengetahui terlebih
dahulu hama atau penyakit yang menyerang sayuran yang ditanam (Setiawati et al, 2008).
Efektivitas suatu bahan-bahan alami yang digunakan sebagai pestisida nabati sangat
tergantung pada bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi
berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda. Hal tersebut
dikarenakan sifat bioaktif pestisida nabati tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan
jenis dari tumbuhan yang digunakan ekstraknya sebagai bahan aktif.
Beberapa keunggulan menggunakan pestisida nabati menurut Setiawati et al, (2008) adalah:
34
(1)
Mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari sehingga tidak
meninggalkan residu yang berbahaya bagi lingkunga
(2)
Memiliki efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga
walapun jarang menyebabkan kematian
(3)
Toksisitasnya umumnya rendah terhadaphewan dan relatif lebih aman pada manusia
(lethal dosage (LD) >50 Oral)
(4)
Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat
selektif
(5)
Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida sintetis
(6)
Fitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
(7)
Murah dan mudah dibuat oleh petani..
2.6 Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Pestisida Nabati dalam Penelitian
2.6.1 Tembelekan ( Lantana camara)
Tembelekan merupakan tanaman herbal, batang berbulu dan berduri serta berukuran lebih
kurang 2 cm. Daunnya kasar, beraroma dan berukuran panjang beberapa sentimeter dengan
bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas
berduri dan ada varietas yang tidak berduri tinggi ± 2 m (gambar 2.4).Terdapat sampai 1.700 m
di atas permukaan laut, di tempat panas, banyak dipakai sebagai tanaman pagar, bau khas.Daun
tunggal, duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun
menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah
berambut jarang.Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah
35
muda, jingga kuning, dan sebagainya.Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilat bila
sudah matang (Setiawati et al, 2008).
Gambar 2.8.Tanaman Tembelekan (Lantana camara) (sumber: dokumentasi pribadi)
Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari dataran rendah sampai
ketinggian 1.700 m dpl.Tembelekan ditemukan pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar
matahari atau agak ternaung (Setiawati et al, 2008).
Senyawa kimia yang terkandung dalam tembelekan antara lain alkaloida, saponin,
flavanoida, tanin dan minyak atsiri, Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian
daun.Tanaman ini bersifat sebagai insektisida dan penolak (repellent). Khasiat lain dari
tembelekan adalah sebagai obat batuk, obat luka, peluruh air seni, dan obat bengkak (Setiawati et
al, 2008).
Klasifikasi Lantana camara menurut Setiawati et al, (2008) adalah sebagai berikut.
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Solanales
Famili
: Varbenaceae
36
Genus
: Lantana
Spesies
: Lantana camara L.
Nama daerah : Durian Kura, Luyian Beramatai (Kalimantan); Tai ayam (Sunda)
2.6.2 Kirinyuh (Chromolaena odorata)
C. odorata dikenal dengan nama "Kirinyuh". Tumbuhan ini termasuk dalamfamilia
Asteraceae, berdaun oval dan bergerigi pada bagian tepi (Gambar 2.5).Berbunga pada musim
kemarau, serentak selama 3-4 minggu (Prawiradiputra, 1985 dalam Direktorat Perlindungan
Perkebunan, 2013). Tumbuhan ini dapat turnbuh pada ketinggian 1.000-2.800m dari permukaan
laut, tetapi di Indonesia banyak ditemukan di dataran rendah (0-500 m dpl) seperti di perkebunan
karet, kelapa sawit, kelapa, dan jambu mete serta padang penggembalaan. Sifatnya yang tidak
tahan naungan, membuat tumbuhan ini tumbuh subur dengan adanya sinar matahari yang cukup
(FAO, 2006 dalam Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2013).
Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi area dengan sangat cepat.Hal ini didukung
karena jumlah biji yang dihasilkan sangat melimpah.Setiap tumbuhan dewasa mampu
memproduksi sekitar 80 ribu biji setiap musim (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2013).Pada
saat biji pecah dan terbawa angin, lalu jatuh ke tanah, biji tersebut dapat dengan mudah
berkecambah.Dalamwaktu dua bulan saja, kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi
area.Kepadatan tumbuhan bisa mencapai 36 batang tiap meter persegi, yang berpotensi
menghasilkan kecambah, tunas, dan tumbuhan dewasa berikutnya (Yadav dan Tripathi 1981
37
Gambar 2.9 Tumbuhan Kirinyuh (Chromolaena odorata) (sumber : dokumentasi pribadi)
dalam Direktorat Perlindungan Tanaman, 2013) Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai
nematisida dari Kirinyuh adalah kelompok senyawa flavonoid antara lain flavon, salvigenin,
flavanon, isosakuranetin, khalkon odoratin, metoksi flavonol dan kaemferida (Gommers, 1973
dalam Baliadi, 1997) yang mampu membunuh larva nematoda (Sabirin, 1987). Selain itu,
Kirinyuh juga mengandung senyawa tanin, polifenol, kuinon, steroid, triterpenoid, monoterpen,
dan seskuiterpen flavonoid.
Klasifikasi tanaman krinyuh menurut Setiawati et al (2008)adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae/Compositae
Genus
: Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata
38
2.6.5 Sirih (Piper betle L.)
Klasifikasi Sirih (Piper betle L.)menurutSetiawati et al, (2008) adalah sebagai berikut.
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Piperales
Famili
: Peperacea
Genus
: Piper
Spesies
: Piper betle L.
Nama daerah : suruh, sedah (Jawa); seureuh (Sunda); ranub (Aceh); belo (Batak Karo);
cambai (Lampung); uwit (Dayak); base (Bali); nahi (Bima); gapura (Bugis); mota (Flores); afo
(Sentani)
Tanaman ini tumbuh merambat dan dapat mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna
coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakantempat keluarnya akar.Daun tunggal
berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan
bau yang sedap bila diremas(gambar 2.8).Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun
pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan
terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm
dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan.
Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan.Akarnya tunggang, bulat dan
berwarna coklat kekuningan(Setiawati et al, 2008).
39
Gambar 2.10.
Daun Sirih (Piper betle L.) (sumber: dokumentasi pribadi)
Sirih ditemukan dibagian timur pantai Afrika, disekitar pulau Zanzibar, daerah sekitar
sungai indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan
kepulauan Indonesia. Tanaman sirih tumbuh subur di atas tanah gembur yang tidak terlalu
lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi.Di Jawa tumbuh liar di hutan
jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m dpl(Setiawati et al, 2008).
Senyawa yang terkandung dalam sirih antara lain minyak atsiri (eugenol, methyl eugenol,
karvakrol, kavikol, alil katekol, kavibetol, sineol, estragol), karoten, tiamin, riboflavin, asam
nikotinat, vitamin C, tanin, gula, pati, dan asam amino.Bagian tanaman yang digunakan adalah
bagian daun.Tanaman ini bersifat sebagai insektisida.Sirih juga berguna untuk obet batuk, bau
badan, demam, difteri, disentri, keputihan, sariawan, sakit gigi, sakit tenggorokan, wasir, borok,
gatal , mengurangi asi, mimisan, napas atau mulut bau, reumatik, radang mulut, sakit mata,
eksim, menghilangkan jerawat, pendarahan gusi, bronkhitis, batuk dan asma, luka, sakit jantung,
sifilis, alergi/biduren dan diare(Setiawati et al, 2008).
40
2.7. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Namatoda Puru Akar (Meloidogyn spp. )
Meloidogyne spp. da pat menimbulkan gejala kerusakan pada akar maupun bagian tanaman
di atas tanah , Pada akar timbul gejala puru (gall) serta bercak-bercak nekrotis, percabangan akar
pendek dan adanya perubahan akar-akar serabut. Terserangnya
sistim perakaran akan
menyebabkan menurunnya kemampuan akar dalam pengambilan air dan nutrisi dari tanah
(Agrios, 1969) , gejala ini biasanya diikuti oleh pertumbuhan yang abnormal pada bagian
tanaman di atas tanah. Mehrotra (1980) menyatakan bahwa akan terjadi pertumbuhan abnormal
tanaman bagian atas seperti gejala kerdil, defisiensi unsur hara dan daun menguning. Disamping
itu jumlah bunga dan buah bekurang atau berukuran lebih kecil dengan kualitas yang rendah
(Sastrahidayat, 1986). Sasser (1979) menyatakan bahwa kehilangan produksi yang disebabkan
oleh nematode purur akar Meloidony spp. sekitar 11 % pada 21 jenis tanaman sdi Aia Tenggara.
Menurut Dadisoeganda (1984) bahwa taksiran kerugian yang disebabkan oleh Meloidogyne spp.
di daerah beriklim sedang rata-rata 29 % pada tanaman tomat, 23 % pada tanaman terong, 28 %
pada tanaman kacang-kacangan, 15 % pada tanaman cabai , 26 % pada tanaman cabai, 26 %
pad tanaman kubis dan 21 % pada tanaman kentang.
Menurut Wiescher
(1977) , Meloidogyne spp. jenis nematode yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis nematode parasit tanaman yang lainnya. Ini disebabkan karana
Meloidogyne spp. mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menimbulkan penyakit serta
mempunyai sebaran inang yang luas. Selain itu nemtoda ini mempunyai kemampuan bersekutu
dengan parasit tanaman lainnya sehingga tanaman yang diserangnya menjadi lebih rentan
41
2.8
Interaksi Tanaman Inang terhadap Meloidogyne spp.
Interaksi nematode dengan tanaman menimbulkan gejala yang khas pada bagian akar di
bawah permukaan tanah. Tanaman yang terserang biasanya menunjukkan gejala yang tidak
sehat seperti kerdil dan cendrung mudah layu pada hari-hari yangpanas. Sedangkan akarnya
mengalami pembengkakan dengan berbagai macam bentuk
Taylor dan Sasser (1978) menyatakan bahwa nematode betina dapat mengeluarkan sekresi
berupa enzim- enzim tertentu seperti sellulose, protease dan amylase. Sekresi tersebut akan
menyebabkan terjadinya gejala hipertropi ( pembesaran ukuran sel) dan hiperplasi (kenaikan
tingkat pembelahan sel) pada jaringan pembuluh akar. Disebutkannya pula bahwa terbentuknya
sel-sel raksasa disebabkan akibat terjadinya pembesara ukuran sel, yang diduga terjadi akibat
pelarutan dinding sel dan kemudian terjadi perubahan kandungan komposisi sel yang akhirnya
terjadi pembesaran nucleus. Pada saat yang sama terjadi prose pelipatgandaan jumlah sel yang
akan mengelilingi bagian snterior larva. Sastrahidayat (1986) menyatakan lebih lanjut bahwa
dengan terserangnya bagian sistim perakaran menyebabkan respirasi meningkat, absorbs oksigen
lebih cepat atau seimbang dengan tanaman yang sehat, serta jaringan xilim menjadi kecil
sehingga pengambilan air dan nutrisi dari dalam tanah terhambat. Akibatnya terjadi kekurangan
unsure hara maupun air sehingga tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan yang terhambat dan
mengecil, daun menguning, kumpulann bunga dan buah menjadi berkurang atau terjadi
pengecilan dan kualitasnya menjadi rendah.
42
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penlitian ini dilakukan adalah, dari sudut akdemik adalah :
1. Mengetahui kemampuan membunuh dari ekstrak daun dalam betbagai konsentrasi
terhadap nematoda puru akar Meloidogyne spp.
2. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif ekstrak dalam menekan populasi
nematoda puru akar Meloidogyne spp pada tanaman lombok., baik di dalam tanah
maupun di dalam akar tanaman lombok dan hasil tanaman Lombok.
3.2.
Manfaat Penelitia
Manfaat Akademik :
1. Untuk memperoleh informasi dalam pengembangan cara pengendalian menggunakan
bahan alami / biopestisida terhadap nematoda parasit tanaman
2. Yang utama dalam penelitian ini untuk memperoleh suatu konsentrasi bahan nabati
yang efektif untuk menekan populasi nematode puru akar yang dikaitkan dengan
pengembangan kegiatan usaha tani yang ramah lingkungan dengan komoditi pokok
lombok selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan peningkatan
pendapatan keluarga tani khususnya terhadap produksi lombok melalui cara
pengendalian
nematoda
Meloidogyne
berkesinambungan dan ramah lingkungan.
43
spp.
.yang
dapat
dilakukan
secara
Manfaat praktis :
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
suatu.cara
pengendalian yang efektif, praktis, ramah lingkungan dan ekonomis, sesuai dengan prinsip dan
tujuan dari Pengendalian Hama Secara Terpadu ( PHT)
Cara pengendalian ini mudah diaplikasikan oleh petani tanaman lombok
dengan
demikian cara pengendalian ini akan dapat berlangsung secara berkelanjutan khususnya kepada
petani lombok dan umumnya kepada petani sayur-sayuran, karena mudah diterapkan oleh
petani baik terhadap nematoda puru akar ataupun jenis nematoda parasit tumbuhan yang lain
dan juga terhadap Organisme Pengganisme Pengganggu (OPT) yang lain.
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu danTempat
Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2015 sampai dengan Agustus
2015,
dilaksanakan di Rumah Kaca di Kebun Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
Laboratorium
Nematologi,
Program
Studi
Perlindungan
Tanaman,
Program
Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana .
4.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag hitam, gelas ukur, botol
plastik, tumbukan batu (lumpang ukuran sedang), cetok kecil, blender, timbangan analitik, hand
counter, masker, mikroskop binokuler dan monokuler, penjepit, plastik kiloan, kertas buram,
kertas sticker, tissue, pisau sedang/kecil, gunting, saringan biasa dan saringan nematoda ukuran
60 mesh, 270 mesh dan 325 mesh, ember plastik, baskom sedang, ajir, tali raffia, dan kamera
digital.
Bahan yang digunakan adalah bibit tomat untuk media pembiakan nematoda stadia II,
aquades, pupuk, alkohol 70%, formalin 4%, aqua gallon, daun segar tanaman Lantana camara,
Chromolaena odorata, Piper betle L. sebagai bahan ekstrak untuk perlakuan, bibit tanaman
tomat untuk pemeliharaan nematoda sebagai sumber inokulum Meloidogyne spp. dan bibit
tanaman Lombok untuk tanaman perlakuan.
45
4.3
Persiapan Penelitian
1. Persiapan rumahkaca untuk tempat penelitian yaitu pengaplikasian ekstrak pada tanaman
lombok dan mengamati perkembangan populasi nematoda dalam tanah dan akar, serta
pengamatan produksi lombok pada tiap tanaman perlakuan.
2. Penyediaan bibit tanaman tomat untuk pemeliharaan nematoda puru akar dan nematoda
yang diperoleh digunakan untuk stok yang nanti akan digunakan sebagai perlakuan
infestasi pada tanaman cabai (Gambar 4.1)
3. Mencari sumber inokulum pada pertanaman tomat yang terserang Meloidogyne sp. dan
selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi keberadaan nematoda puru akar
tersebut.
4. Penetasan telur nematoda puru akar secara massal untuk memperoleh nematoda puru akar
stadia II (stadia infektif), selanjutnya diinfestasikan pada tanaman tomat untuk
pemeliharaan dengan tujuan memperoleh stok nematoda puru akar infektif yang cukup
saat perlakuan penelitian.
5. Penanaman bibit tanaman cabai besar ke polybag untuk penelitian.
6. Menginfestasikan nematoda puru akar ke tanaman cabai yang telah dipersiapkan
sebelumnya, yaitu 500 ekor/tanaman.
7. Mempersiapkan ekstrak Lantana camara, Chromolaena odorata, papaya,Cymbopogon
Piper betle L., dilanjutkan dengan pemberian ekstrak tersebut ke tanaman cabai dalam
pot yang sudah terinfeksi nematoda.
8. Pemeliharaan tanaman cabai besar hingga berumur tiga bulan setelah tanam. Selanjutnya
tanman dicabut secara destraktif untuk pengamatan populasi nematoda dalam akar
maupun dalam tanah.
46
Gambar 4.1 Pembibitan tanaman tomat untuk pemeliharaan nematoda puru akar
Gambar 4.2 Tanaman tomat yang telah dipindahkan ke polybag sebagai media tumbuh
nematoda puru akar Meloidogyne spp.
47
4.4
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang
dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, meskipun juga berupa data kualitatif
sebagai pendukungnya. Rancangan percobaan yang dipakai pada penelitian ini adalah RAL,
menggunakan ekstrak dari tiga jenis daun dan masing-masing jenis daun menggunakan empat
tingkat konsentrasi sebagai perlakuan dan masing-masing konsentrasi perlakuan dengan empat
ulangan , dan dengan kontrol yang diulang sebanyak empat kali sehingga total tanaman adalah (4
x 4 x 4) + 4 kontrol 68 pot tanaman cabai. Untuk mengetahui efektifltas dari ekstrak masingmasing daun yaitu daun Lantana camara, Chromolaena odorata dan Piper betle L.dianalisa
dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s 0,05.untuk mengetahui pengaruh antara
masing-masing perlakuan.
4.4.1 Pembuatan Ekstrak Berbgai Daun Tanaman Uji
Menimbang masing-masing daun Lantana camara, Chromolaena odorata, dan Piper
betle L. sebanyak 100 g kemudian digerus secara terpisah dengan menggunakan tumbukan batu
kemudian di blender agar lebih halus , masing-masing ekstrak dicampurkan dengan 1000cc air,
selanjutnya larutan disaring dengan kain kasa/saringan, kemudian disimpan dalam botol plastik.
Hal yang sama dilakukan beberapa kali sampai mendapatkan volume masing-masing ekstrak
yang sesuai dengan kebutuhan perlakuan.
Perlakuan ekstrak daun dari masing-masing tanaman adalah 50 cc; 100 cc; 150 cc dan 200
cc per pot tanaman menggunakan dari larutan yang diperoleh tersebut di atas dan setiap
perlakuan dengan empat ulangan.
48
4.4.2. Pembuatan Suspensi Meloidogyne spp.
Sebelum menginfestasi
larva stadia II dari nematoda puru akar Meloidogyne spp.
dilakukan ekstraksi Meloidogyne spp. dari akar tanaman tomat yang terserang Meloidogyne
spp.dari persiapan pemeliharaan yang telah dilakukan di atas
Tahap ekstraksi sebagai berikut,

Ekstraksi Meloidogyne spp. dari tanah
Tanah dari rhizosfer tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp. diambil sebanyak
300 g, dilarutkan dalam 1 l air dan diremas-remas partikel tanah yang menggumpal,
kemudian diaduk sampai halus. Selanjutnya tanah disaring dengan saringan biasa untuk
membersihkan tanah dari sisa-sisa akar. Suspensi nematoda disaring lagi dengan
saringan 270 mesh dan dilanjutkan dengan saringan 325 mesh. Residu di atas saringan
325 mesh ditampung pada gelas ukur dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam,
suspensi nematoda diamati di bawah mikroskop binokuler. Untuk mengetahui populasi
nematoda dalam 1 cc larutan dilakukan kalibrasi 5 – 10 kali untuk mengetahui populasi
nematoda dalam 1 cc suspensi.

Ekstraksi Meloidogyne spp. dari akar
Akar tanaman yang terserang Meloidogyne spp. diambil, kemudian akar dibersihkan,
selanjutnya dipotong kecil-kecil kurang lebih 1 cm, diacak sampai tercampur rata.
Akar selanjutnya diletakkan di atas saringan yang telah dilapisi kertas tissu pada corong
Baermann yang dimodifikasi. Corong Baermann diberi air hingga akar tergenang dan
didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, suspensi yang terdapat pada ujung pipa
dibuka dan ditampung pada gelas ukur. Cara lain yang dapat digunakan dalam
49
mengekstrak nematoda dari akar tanaman adalah menggunakan piring plastik yang
agak cekung, kemudian diatas piring tersebut diletakkan ayakan biasa, selanjutmya
diatas ayakan tersebut dilapisi dengan kertas tissue dan kemudian di atas tissue tersebut
diletakkan potongan akar yang berisi egg mass atau massa telur dari Meloidogyne spp.
dan direndam dengan air hingga akar tergenang dan ditutupmkembali dengan kertas
tissue (Gambar 4.3). Selanjutnya dibiarkan semalam, kemudian air yang terdapat di atas
piring tersebut diamati dibawah mikroskop binokuler untuk mengamati nematoda yang
telah keluar dari telur Selanjutnya diamati di bawah mikroskop binokuler (Sukanaya,
1999 dalam Anto, 2002).
Gambar 4.3. Cara mengekstrak nematoda dari akar tanaman terinfeksi nematoda puru akar
(Meloidogyne spp.)
4.4.3

Uji Kemampuan Ekstrakdaun tanaman uji dalam Pot/Polibag
Tiap pot/polybag diisi dengan satu bibit tanaman cabai besar yang telah berumur 2
minggu.
50

Tanaman dipelihara hingga berumur 1 bulan, kemudian diberi nematoda larva stadia II
(larva infektif). Masing-masing pot diinfestasikan dengan 500 ekor larva dan sehari
setelah infestasi nematoda puru akar diberi perlakuan dengan ekstrak Lantana camara,
Chromolaena odorata,., Piper betle L. dan Nicotiana tabacum sesuai dengan perlakuan
dan tiap perlakuan ekstrak tanaman masing-masing terdapat 4 ulangan serta ada
tanaman sebagai kontrol yaitu tanaman diberi ekstrak nematoda tetapi tidak diberi
ekstrak daun dengan 4 ulangan Penyiraman ekstrak dilakukan seminggu sekali selama 4
minggu, perlakuan pertama dilakukan sehari setelah infestasi nematoda puru akar.

Untuk mengetahui kemampuan ekstrak tanaman dalam menekan populasi Meloidogyne
spp. baik dalam tanah maupun pada akar tanaman cabai dilakukan dengan cara destraktif
yaitu mencabut tanaman sampai ke akarnya, pencabutan dilakukan setelah tanaman
cabai berumur 3 bulan.

Parameter yang diamati :
a. Tinggi tanaman
d. Jumlah nematoda dalam 300 g tanah
b. Panjang akar.
e. Jumlah puru dalam 1 g akar
c. Berat basah akar.
f. Populasi nematode dalam 1 g akar
d. Berat buah per tanaman

Penghitungan persentase penekanan (parameter) dihitung dengan rumus :
𝑛1−𝑛2
𝑛1
Dimana : n1 : Jumlah nematoda awal (infestasi awal)
n2 : Jumlah nematoda setelah mendapatkan perlakuan
4.5
Rancangan Percobaan
Skema perlakuan dan denah percobaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
51
𝑥 100%
Perlakuan CO 1: Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Chromolaena odorata 50 cc/pot
Perlakuan CO2: Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Chromolaena odorata 100 cc/pot
Perlakuan CO 3: Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Chromolaena odorata 150 cc/pot
Perlakuan CO4 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Chromolaena odorata 200 cc/pot
Perlakuan LC1 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Lantana camara
50 cc/pot
Perlakuan LC2 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Lantana camara
100 cc/pot
Perlakuan LC3 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Lantana camara
150 cc/pot
Perlakuan LC4: Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Lantana camara
200 cc/pot
Perlakuan PB1 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Piper betle 50 cc/pot
Perlakuan PB2 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Piper betle 100 cc/pot
Perlakuan PB3 : Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Piper betle 150 cc/pot
PerlakuanPB4: Tanaman Cabai + Nematoda + Ekstrak daun Piper betle 200 cc/pot
Ko(kontrol ): Tanaman lombok + nematoda tanpa diberi ekstrak daun.
52
Tabel 4.1. Denah Percobaan
CO 1(1)
LC1(1)
PB3(3)
LC1(4)
PB1(1)
KO1
CO1(4)
PB2(2)
LC1(3)
PB2(3)
KO2
CO4(1)
LC2(3)
PB3(2)
LC2(4)
CO2(4)
CO3(2)
KO3
LC3(2)
PB4(4)
PB3(1)
PB1(2)
PB4(1)
LC3(3)
CO 1 (3)
CO3(4)
LC2(2)
CO4(2)
PB1(4)
KO4
PB2(1)
CO2(2)
LC3(1)
CO4(4)
LC3(4)
PB1(3)
PB4(3)
LC2(1)
CO3(1)
LC4(2)
CO1(1)
CO2(3)
LC4(3)
LC1(2)
PB3(4)
LC4(4)
CO2(1)
PB2(4)
CO 1 (2)
PB4(2)
LC4(1)
CO3(3)
53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil rata-rata pada beberapa parameter menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata
antara kontrol dengan perlakuan ekstrak tanaman uji. Antar masing-masing perlakuan
konsentrasi ekstrak dau yang diuji ada yang berbeda dan ada yang tidak berbeda nyata namun
terhadap kontrol terjadi perbedaan nyata, hal ini terjadi karena tanaman kontrol sama sekali tidak
diberikan perlakuan sehingga memberikan kondisi nematoda untuk melakukan penetrasi
kedalam akar tanpa ada hambatan. Hasil ini didukung oleh Suganda (1996) yang menyatakan
bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah selain akan menyebabkan terganggunya
pergerakan nematoda ke arah akar tanaman juga terjadinya perubahan sitokimia yang tidak
mendukung bagi perkembangan nematoda.
5.1 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman terhadap Tinggi Tanaman Cabai
Tinggi tanaman merupakan ukuran peubah pertumbuhan tanaman yang paling mudah
dilihat, sebagai pengukur pertumbuhan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan
tertentu (Sitompul et al., 1995 dalam Rosiati, 2012). Hasil uji statistik terhadap tinggi tanaman
kontrol dan tanaman yang diberi masing-masing perlakuan ekstrak tanaman uji menunjukkan
adanya pengaruh nyata. Pengaruh paling nyata ditunjukkan oleh perlakuan ekstrak tanaman sirih
(Piper betle L ).konsentrasi 200 cc/pot dengan rata-rata tinggi tanaman 76 cm, diikuti oleh
perlakuan ekstrak daun kirinyuh ( C.odorata ) dan daun tembelekan masingcm,–masing dengan
tinggi tanaman yaitu 61 cm dan 60,9 cm namun tidak berbeda nyata pada taraf Duncan`s 5 %
dengan kontrol dan antara sirih dengan kontrol berbeda nyata . Namun pada analisa statistik
antra masing-masing konsentrasi adalah berbeda nyata , disajikan pada Tabel 5.1
54
Tabel 5.1 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman terhadap Tinggi Tanaman Lombok
Data
Tinggi tanaman
Perl.\Ulg.
CO
1
CO
2
CO
3
CO
4
Lc
1
Lc
2
Lc
3
Lc
4
Pb
1
Pb
2
Pb
3
Pb
4
K
Jumlah
I
60.000
65.000
64.000
65.000
60.000
62.000
66.000
68.000
56.000
84.000
91.000
80.000
61.000
821.000
II
60.000
59.000
69.000
70.000
56.000
57.000
69.000
75.000
58.000
78.000
76.000
86.000
57.000
813.000
III
55.000
67.000
70.000
61.000
61.000
68.000
55.000
52.000
75.000
60.000
71.000
76.000
55.000
771.000
IV
51.000
51.000
51.000
58.000
56.000
60.000
52.000
58.000
61.000
69.000
94.000
101.000
62.000
762.000
3
254.000
242.000
332.000
828.000
4
254.000
253.000
343.000
850.000
Jumlah
976.000
975.000
1216.000
3167.000
Jumlah
226.000
242.000
254.000
254.000
233.000
247.000
242.000
253.000
250.000
291.000
332.000
343.000
235.000
3402.000
Tabel dua arah
CO
Lc
Pb
Jumlah
1
226.000
233.000
250.000
709.000
2
242.000
247.000
291.000
780.000
Nilai Rata-2
1
2
3
4
Rata-rata
Notasi
CO
56.50
60.50
63.50
63.50
61.000
a
Lc
58.25
61.75
60.50
63.25
60.938
a
Pb
62.50
72.75
83.00
85.75
76.000
b
K
Rata2
Notasi
61.00
59.083
a
57.00
65.000
b
55.00
69.000
bc
62.00
70.833
c
58.750
64.172
a
Keterangan : Angka-angka yang diikutioleh huruf yang sama pada kolom yang sama adalah
tidak berbeda nyata dan angka-angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada baris
yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf Duncan`s 5%.
55
Pertumbuhan tanaman yang tinggi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
internal. Meloidogyne spp. sebagai faktor penghambat eksternal dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Serangan Meloidogyne spp. mengakibatkan rusaknya struktur perakaran dan
terganggunya penyerapan unsur hara yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat
sehingga tanaman menjadi kerdil
dan kekurangan mineral
(Wallace, 1971
dalam
Wisnuwardhana, 1978). Hal tersebut ditunjukkan pada tanaman kontrol yang lebih kerdil
dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan ekstrak tumbuhan.
Perbedaan tinggi tanaman perlakuan dengan tanaman kontrol menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak tanaman sebagai nematisida nabati memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan tanaman. Hasil pengujian terhadap tinggi tanaman ini membuktikan
bahwa ekstrak tanaman dapat menekan serangan nematoda sehingga tanaman yang diberi
perlakuan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Menurut Setiawati
et al (2008) senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak tumbuhan yang digunakan
sebagai pestisida berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi,
perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT, namun tidak berpengaruh
negatif terhadap proses fotosintesis, pertumbuhan, ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya
5.2 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Panjang Akar Tanaman Cabai
Hasil pengukuran panjang akar tanaman cabai yang diberi masing-masing perlakuan
konsentrasi ekstrak tanaman uji dengan kontrol menunjukkan bahwa akar tanaman kontrol lebih
pendek dibandingkan dengan tanaman perlakuan. Namun hasil uji statistik menunjukkan bahwa
56
pengaruh nyata hanya ditunjukkan oleh perlakuan ekstrak Piper betle L., sedangkan pada
perlakuan ekstrak lainnya tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 5.2)
Tabel 5.2 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman terhadap Panjang Akar Tanaman
Lombok
Data
Panjang Akar
Perl.\Ulg.
I
CO
1
18.000
CO
2
19.000
CO
3
20.000
CO
4
20.000
Lc
1
18.000
Lc
2
20.000
Lc
3
24.000
Lc
4
24.000
Pb
1
30.000
Pb
2
30.000
Pb
3
36.000
Pb
4
39.000
K
15.000
Jumlah
298.000
II
15.000
25.000
24.000
27.000
19.000
26.000
27.000
30.000
28.000
28.000
31.000
36.000
21.000
316.000
III
20.000
20.000
23.000
25.000
20.000
27.000
20.000
21.000
19.000
20.000
36.000
41.000
18.000
292.000
IV
17.000
18.000
27.000
25.000
18.000
20.000
18.000
19.000
15.000
27.000
41.000
48.000
16.000
293.000
3
94.000
89.000
144.000
327.000
4
97.000
94.000
164.000
355.000
Jumlah
343.000
351.000
505.000
1199.000
Tabel dua arah
CO
Lc
Pb
Jumlah
1
70.000
75.000
92.000
237.000
2
82.000
93.000
105.000
280.000
57
Jumlah
70.000
82.000
94.000
97.000
75.000
93.000
89.000
94.000
92.000
105.000
144.000
164.000
70.000
1269.000
Nilai Rata-2
1
CO
Lc
Pb
K
Rata2
3
4
17.5 a
20.5 ab
23.5 b
24.25 c
A
A
A
A
18.75 a
23.25 b
22.25 b
23.5 b
AB
AB
B
A
23 a
26.25 a
36 b
41 c
B
B
C
B
15.00
21.00
18.00
16.00
19.75
Notasi
Keterangan :
2
23.33
27.25
29.58
Rata-rata
Notasi
21.44
B
21.94
B
31.56
C
17.50
A
23.11
a
b
c
c
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka-angka yang
diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama dalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak Lantana camara, Chromolaena odorata
memberikan pengaruh nyata sedangkan pengaruh daun sirih berpengaruh sangat nyata.
Pemberian ekstrak terasebut memberikan pengaruh penghambatan proses penetrasi nematoda ke
dalam ujung akar, sehingga tidak semua
nematoda dapat mempenetrasi ujung akar untuk
menghambat pertumbuhan akar. Hal ini kemungkinan akibat pemberian ekstrak dengan dosis
200cc per tanaman tiap minggu merupakan hal yang bisa dikatakan bahwa telah terjadi kematian
nematoda akibat adanya kontak
oleh bahan nabati yang biberikan ke dalam tanah sekitar
perakaran, sehingga hal tersebut dapat menekan serangan nematoda, khususnya dalam proses
penetrasi nematoda ke dalam akar.
Pengaruh perlakuan Piper betle L. pada konsentrasi 200 cc/pot terhadap panjang akar
tanaman berbeda nyata dengan panjang akar tanaman kontrol. Perlakuan ekstrak daun sirih
didapatkan panjang akar yaitu 31,56 cm dan diikuti oleh perlakuan daun kirinyuh dan daun
tembelekan berturut – turut (21,44 cm dan 21,94 cm) seperti yang disajikan pada Tabel 5.2.
58
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak sirih mempunyai pengaruh yang paling efektif dalam
menekan serangan nematoda dibandingkan ekstrak tumbuhan uji lainnya. Setiawati et al. (2008)
menyatakan kandungan minyak atsiri yang dikandung oleh tanaman Piper betle L. mempunyai
aktivitas pestisida yang tinggi. Efektivitas minyak atsiri sebagai pestisida juga dilaporkan oleh
Kim et al. (2003), dalam Hertika,(2011) bahwa adanya aktivitas pestisida pada ekstrak minyak
atsiri akar C. siboldii hingga mencapai kematian 100% pada S. oryzae setelah 2 jam perlakuan.
5.3
Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Berat Basah Akar Tanaman
Lombok
Hasil uji statistik terhadap berat basah akar tanaman kontrol dan tanaman yang diberi
masing-masing perlakuan konsentrasi ekstrak daun tanaman uji menunjukkan adanya pengaruh
nyata.Pengaruh paling nyata ditunjukkan oleh perlakuan ekstrak tanaman Piper betle L.dengan
rata-rata berat akar 30,75 g, diikuti oleh perlakuan ekstrak L. camara (23,00 g) dan C.odorata
(22,25 g). (Tabel 5.3).
Berat akar terkecil dijumpai pada perlakuan ekstrak daun L. camara dan berbeda nyata dengan
perlakuan dengan ekstrak daun sirih (25,438 g) dan perlakuan
perlakuan ekstrak daun C.odorata
(20,313 g) tetapi antara perlakuan daun L. camara dengan control tidk berbeda nyata hasil ini disajikan
pada Tabel 5.3. Berkurangnya berat akar pada tanaman kontrol diakibatkan karena nematoda
menghisap nutrisi yang terkandung dalam sel-sel jaringan akar sehingga berat akar berkurang
(Christie, 1959). Selain itu, masuknya nematoda ke dalam akar mengakibatkan penyaluran unsur
hara dari dalam tanah maupun produk hasil fotosintesis dari bagian atas tanaman tidak dapat
berjalan lancar, sehingga penyerapan nutrisi oleh akar tidak berlangsung dengan baik dan
akhirnya berdampak pada pertumbuhan akar.
59
Tabel 5.3. Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman Terhadap Berat Basah Akar Tanaman
Lombok
Data
Berat
Basah
Perl.\Ulg.
Akar
I
CO
CO
CO
CO
1
2
3
4
Lc
Lc
1
2
Lc
Lc
3
4
Pb
Pb
1
2
Pb
3
Pb
4
K
Jumlah
16
II
18
III
20
IV
19
18
18
20
18
19
20
24
20
23
21
19
14
20
24
26
15
18
19
20
21
20
14
B
24
16
21
22
20
26
22
23
18
25
30
35
28
29
34
20
28
29
21
20
25
21
20
19
26
257.000
281.000
235.000
247.000
Jumlah
73.000
80.000
83.000
89.000
67.000
69.000
60.000
92.000
83.000
94.000
107.000
123.000
86.000
1106.000
Tabel dua arah
1
2
3
4
CO
73.000
80.000
83.000
89.000
325.000
Lc
67.000
69.000
60.000
92.000
288.000
Pb
83.000
94.000
107.000
123.000
407.000
Jumlah
223.000
Nilai rata-rata.
243.000
250.000
304.000
1
2
3
Jumlah
1020.000
4
Rata-rata
Notasi
CO
18.25
20.00
20.75
22.25
20.313
b
Lc
16.75
17.25
15.00
23.00
18.000
a
Pb
20.75
23.50
26.75
30.75
25.438
c
K
21.00
20.00
19.00
26.00
21.500
a
Rata2
18.583
20.250
20.833
25.333
21.313
Notasi
a
ab
b
c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan angkaangka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada setiap
parameter adalah berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
60
Berat akar terkecil dijumpai pada perlakuan ekstrak daun L. camara dan berbeda nyata dengan
perlakuan dengan ekstrak daun sirih (25,438 g) dan perlakuan
perlakuan ekstrak daun C.odorata
(20,313 g) tetapi antara perlakuan daun L. camara dengan control tidk berbeda nyata hasil ini disajikan
pada Tabel 5.3. Berkurangnya berat akar pada tanaman kontrol diakibatkan karena nematoda
menghisap nutrisi yang terkandung dalam sel-sel jaringan akar sehingga berat akar berkurang
(Christie, 1959). Selain itu, masuknya nematoda ke dalam akar mengakibatkan penyaluran unsur
hara dari dalam tanah maupun produk hasil fotosintesis dari bagian atas tanaman tidak dapat
berjalan lancar, sehingga penyerapan nutrisi oleh akar tidak berlangsung dengan baik dan
akhirnya berdampak pada pertumbuhan akar.
Pemberian ekstrak tumbuhan sebagai nematisida dapat menekan aktivitas nematoda dalam
merusak sel-sel jaringan akar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan nyata antara berat
tanaman kontrol dengan tanaman yang diberikan perlakuan ekstrak tumbuhan uji. Ekstrak Piper
betle L., memiliki pengaruh yang paling efektif karena kandungan kimianya. Sedangkan C.
odorata juga memberikan pengaruh nyata dalam mempertahankan berat akar dengan membunuh
larva yang berada di dalam jaringan akar. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa
flavonoid dalam C. odorata yang efektif dalam membunuh larva nematoda (Sabirin, 1987).
Ekstrak Lantana camara,tidak memberikan pengaruh nyata dalam perbedaan berat akar dengan
tanaman kontrol. Perbedaan nyata antara berat akar tanaman kontrol dengan berat akar masingmasing tanaman perlakuan tersebut menunjukkan bahwa kandungan kimia dalam ekstrak
masing-masing tumbuhan uji memberikan pengaruh nyata dalam menekan serangan nematoda
khususnya dalam proses nematode merusak jaringan akar.
61
5.4 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tanaman terhadap Populasi Nematoda
Meloidogyne spp. dalam 300 g Tanah di Sekitar Perakaran Tanaman Lombok
Hasil uji statistik terhadap jumlah rata-rata populasi nematoda dalam 300 g tanah
menunjukkan bahwa populasi paling rendah terdapat pada perlakuan ekstrak Piper betle L. pada
konsentrasi 200 cc/pot yaitu 27,75 ekor dengan persentase 72,72 %, diikuti oleh perlakuan
ekstrak C. odorata 26,75 ekor (59,46 %) L. dan camara 30,25 ekor(54,16%) (Tabel 5.4).
Populasi nematoda dalam tanah biasanya berada di sekitaran perakaran. Salah satu faktor
yang mempengaruhi jumlah dari nematoda sekitar akar ini adalah adanya dekomposisi bahan
organik sekitaran akar tanaman Lombok . Semakin banyak senyawa bioaktif bersifat racun yang
terdapat pada sekitaran tanah maka semakin sedikit jumlah nematoda yang mampu bertahan.
Populasi nematoda paling tinggi ditunjukan oleh tanah di sekitar perakaran tanaman kontrol.
Hal ini membuktikan bahwa kandungan senyawa bioaktif yang bersifat racun bagi
nematoda masih rendah, sehingga populasi nematoda tidak mengalami penurunan yang berarti
jika dibandingkan dengan populasi nematoda di akar sekitar perakaran tanaman perlakuan.
Populasi nematoda di tanah sekitar perakaran tanaman kontrol memiliki jumlah yang berbeda
nyata dengan populasi pada tanah sekitar tanaman perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak tumbuhan uji meningkatkan kandungan senyawa bioaktif yang bersifat racun bagi
nematoda di sekitar perakaran tanaman. Senyawa bioaktif inilah yang akhirnya memberikan
pengaruh bagi penurunan jumlah populasi nematoda di dalam tanah sekitar perakaran tanaman
perlakuan.
62
Tabel 5.4
Data Populasi ne,matoda Puru Akar ( Meloidogyne spp ) dalam 300 g tanah setelah
perlakuan
Perl.\Ulg.
CO
I
61
II
170
III
56
IV
49
45
43
50
61
36
39
45
49
30
26
31
20
40
45
50
59
35
46
48
49
30
38
45
38
28
30
36
27
31
38
30
41
34
42
26
37
21
28
20
24
20
17
14
21
64
40
59
66
411.000
562.000
451.000
475.000
3
169.000
151.000
93.000
413.000
4
107.000
121.000
72.000
300.000
Jumlah
811.000
644.000
444.000
1899.000
1
CO
2
CO
3
CO
4
Lc
1
Lc
2
Lc
3
Lc
4
Pb
1
Pb
2
Pb
3
Pb
4
K
Jumlah
Jumlah
336.000
199.000
169.000
107.000
194.000
178.000
151.000
121.000
140.000
139.000
93.000
72.000
229.000
2128.000
Tabel dua arah
CO
Lc
Pb
Jumlah
1
336.000
194.000
140.000
670.000
2
199.000
178.000
139.000
516.000
Nilai Rata-Rata
1
2
3
4
Rata-rata
Notasi
84.00
49.75
42.25
26.75
50.688
bc
48.50
44.50
37.75
30.25
40.250
ab
35.00
34.75
23.25
18.00
27.750
a
64.00
55.833
40.00
43.000
59.00
34.417
66.00
25.000
57.250
43.984
c
C
bc
ab
a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka-angka
yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada setiap parameter adalah
berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
63
Populasi nematoda di dalam tanah sekitar tanaman dengan perlakuan ekstrak sirih memiliki
jumlah yang paling rendah karena kandungan minyak atsirinya memiliki aktivitas nematisida
yang tinggi.Sedangkan ekstrak dari golongan tumbuhan gulma, yaitu Lantana camara dan
Chromolaena odorata juga mampu menekan populasi nematoda karena melepaskan senyawa
bioaktif yang bersifat nematisida (Sastroutomo 1990). Hal tersebut juga didukung oleh
pernyataan Singh dan Sitaramiah (1994) yang menyatakan dekomposisi bahan organik dari
gulma dapat menghambat produksi telur nematoda.
5.5 Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun Tanaman terhadap Jumlah Puru
dalam 1 g Akar pada Tanaman Lombok
Hasil uji statistik terhadap rata-rata jumlah puru dalam 1 g akar tanaman kontrol dengan
tanaman yang diberi masing-masing perlakuan ekstrak tanaman uji menunjukkan adanya
pengaruh nyata.Pengaruh paling nyata ditunjukkan oleh perlakuan ekstrak tanaman dengan
konsentrasi 200 cc/pot tanaman yaitu pada Piper betle L. dengan rata-rata jumlah puru per 1 g
akar 15,75 buah dengan persentase penekanan70,8%, diikuti oleh perlakuan ekstrak C. odorata
20,75 buah(61,5 %) dan L. camara 24,50 buah(54,62%). (Tabel 5.5) Berdasarkan perlakuan
antar konsentrasi pada masing-masing ekstrak daun adalah berbeda sangat nyata.
64
Table 5.5.
Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun Tanaman terhadap Jumlah
Puru dalam 1 g Akar pada Tanaman Lombok
Data
Jumlah Puruu
Perl.\Ulg.
I
65
CO
1
36
CO
2
25
CO
3
19
CO
4
40
Lc
1
34
Lc
2
30
Lc
3
25
Lc
4
16
Pb
1
25
Pb
2
19
Pb
3
15
Pb
4
71
K
Jumlah
II
54
III
49
IV
51
31
34
46
21
27
27
20
25
19
43
39
39
36
41
49
27
25
28
24
20
29
32
31
46
33
31
31
24
29
31
18
10
20
69
68
54
363.000
361.000
416.000
2
147.000
160.000
120.000
427.000
3
100.000
110.000
103.000
313.000
4
83.000
98.000
63.000
244.000
Jumlah
549.000
529.000
411.000
1489.000
2
3
4
Rata-rata
349.000
Jumlah
219.000
147.000
100.000
83.000
161.000
160.000
110.000
98.000
125.000
120.000
103.000
63.000
262.000
1751.000
Tabel dua arah
CO
Lc
Pb
Jumlah
1
219.000
161.000
125.000
505.000
Nilai Rata-2
1
CO
54.75
36.75
25.00
20.75
34.313
Lc
40.25
40.00
27.50
24.50
33.063
Pb
31.25
30.00
25.75
15.75
25.688
K
71.00
69.00
68.00
54.00
65.500
Rata2
Notasi
42.083
a
35.583
b
26.083
bc
20.333
c
39.641
65
Notasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan angkaangka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada setiap
parameter adalah berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Berdasarkan hasil uji laboratorium -kimia Unud menyatakan bahwa beberapa ekstrak
tanaman uji memiliki kombinasi kandungan alkaloid dan tanin, bahan ini dapat berpengaruh
terhadap aktifitas nematoda. Senyawa alkaloid dan tanin merupakan senyawa fenol yang bersifat
nematisida. Menurut Arrigoni (1979), tanaman yang mengandung senyawa fenol mampu
menghambat perkembangan nematoda. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Gommers, 1973) yang
menyatakan alkaloid bersifat anti nematoda yang berperan sebagai nematisida yang menghambat
perkembangan nematoda Meloidogyne spp. Senyawa golongan alkaloid termasuk metabolit
sekunder yang memiliki sifat racun. Alkaloid juga merupakan nematisida yang dapat
menghambat laju metabolisme di dalam tubuh nematoda (Dropkin, 1991)
Tabel 5.6 Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun Tanaman terhadap Jumlah
Nematoda dalam 1 g Akar pada Tanaman Lombok
Data
Jumlah
Perl.\Ulg.
Co I
1
Co II
2
Co III
3
Co IV
4
Lc I
1
LC II
2
Lc III
3
Lc IV
4
Pb I
1
Pb II
2
Pb III
3
Pb IV
4
K
Jumlah
Nematoda Dalam
1 g akar
I
65
36
25
19
40
34
30
25
16
25
19
15
71
II
54
31
21
20
43
36
27
24
32
33
24
18
69
III
49
34
27
25
39
41
25
20
31
31
29
10
68
IV
51
46
27
19
39
49
28
29
46
31
31
20
54
420
432
429
470
66
Jumlah
169
147
100
83
161
160
110
98
125
120
103
63
262
1701
Tabel dua arah
1
169
161
125
455
Co
Lc
Pb
Jumlah
2
147
160
120
427
3
100
110
103
313
4
83
98
63
244
Jumlah
416
529
411
1439
Nilai Rata-2
Co
Lc
Pb
K
Rata2
Notasi
1
42,25 c
A
40,25 c
A
31,25 d
A
71
37,91
d
2
36,75 b
B
40,0 b
AB
30.0 c
A
69
35,58
c
3
25 b
B
27,5 a
A
25,75 b
A
68
26,08
b
4
20,75 a
B
24,5 b
B
15,75 a
A
54
20,33
a
Ratarata
31,18
Notasi
B
33,06
B
22,5
A
65,5
29,97
C
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka-angka
yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada setiap parameter adalah
berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Hasil uji statistik terhadap rata-rata jumlah populasi nematoda per 1 g akar antara
tamnaman kontrol dengan tanaman yang diberi masing-masing perlakuan ekstrak tanaman uji
menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata. Pengaruh paling nyata ditunjukkan oleh perlakuan
adalah ekstrak tanaman Piper betle L. pada konsengtrasi 200 cc/pot dengan rata-rata populasi
nematoda 15,75 ekor dengan persentase penekanan 70,83 %, diikuti oleh perlakuan ekstrak C.
odorata 20,75 ekor (61,57%), L. camara 24,5 ekor (54,62%), (Tabel 5.6). Kalau dilihat dari hasil
rata-rata masing-masing perlakuan ektrak juga daun sirih memberikan hasil yang paling baik.
67
Salah satu faktor yang menyebabkan ekstrak tanaman Piper betle L., C. odora, dan L.
camara mampu menekan populasi nematoda adalah karena adanya kandungan senyawa tanin
dalam ekstrak tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Lopez (2005) yang menyatakan bahwa
tanin dapat menghambat sistem enzimatik nematoda dan bereaksi dengan protein penyusun sel–
sel sehingga dapat mengurangi kemampuan nematoda dalam menginfeksi akar.
Faktor lain yang menyebabkan banyaknya jumlah populasi nematoda dalam akar adalah
keberhasilan dari nematoda saat melakukan penetrasi pada akar. Hal ini didukung oleh
pernyataan Wisnuwardana (1978) yang menyatakan bahwa jumlah nematoda dalam akar akan
mempengaruhi populasi akhir nematoda. Semakin banyak nematoda dalam akar semakin tinggi
populasi akhir nematoda, sampai suatu saat populasi akan rendah kembali karena tanaman sudah
tidak mendukung lagi. Faktor kuat yang mendukung keberhasilan nematoda dalam melakukan
penetrasi akar ditentukan oleh keadaan dari tanaman cabai itu sendiri. Menurut Oostenbrink
(1966, dalam Wisnuwardana, 1978) faktor yang mempengaruhi perkembangan populasi adalah
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik akan mendukung perkembangan
populasi nematoda, sedangkan pertumbuhan tanaman yang kurang baik secara tidak langsung
akan menekan perkembangan populasi nematoda.
68
Tabel 5.6 Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun Tanaman terhadap Berat Buah
per Pot Tanaman
Data
Berat Buah
Perl.\Ulg.
CO
1
CO
2
CO
3
CO
4
Lc
1
Lc
2
Lc
3
Lc
4
Pb
1
Pb
2
Pb
3
Pb
4
K
Jumlah
I
24
22
33
28
16
15
34
53
15
17
58
61
23
II
15
19
24
30
24
26
27
34
24
29
29
75
19
III
20
21
15
19
27
20
19
20
51
35
19
58
26
IV
16
14
23
21
15
13
11
15
39
49
60
87
27
376.000
356.000
324.000
363.000
3
95.000
91.0003
166.000
23.5
a
352.000
4
98.000
122.0004
281.000
24.25
a
501.000
Jumlah
344.000
Rata369.000
rata
706.000
21.44
1419.000
Jumlah
75.000
76.000
95.000
98.000
82.000
74.000
91.000
122.000
129.000
130.000
166.000
281.000
95.000
1514.000
Tabel dua arah
Nilai Rata-2 1
CO
Lc
Pb
CO
Jumlah
Lc
Pb
K
Rata2
Notasi
75.000
82.0001
129.000
17.5
a
286.000
2
76.000
74.0002
130.000
20.5
a
280.000
A
A
A
A
18.75 a
23.25 a
22.25 a
23.5 a
A
A
A
23 a
A
26.25
ab
36 ab
41 b
A
A
A
B
15.00
21.00
18.00
16.00
19.75
a
23.33
b
27.25
c
29.58
c
Notasi
A
21.94
A
31.56
B
17.50
A
23.11
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka-angka
yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada setiap parameter adalah
berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
69
Dari hasil penelitian di atas dapat dikatakan pengaruh pemberian ekstrak daun sirih pada
konsentrasi 200 cc/pot memberikan hasil yang paling baik terhadap berat buah walaupun
antara jenis daun tidak berbeda nyata , namun pada perlakuan konsentrasi memerikan
pengaruh yng berbeda nyata dengan control. Kenyataan ini didukung oleh adanya
penekanan jumlah nematoda yang terdapat dalam akar tanaman Lombok. Makin banyak
populasi nematode dalam akar tanaman akan berpengaruh terhadap transport makanan ke
dalam daun yang makin berkurang, karena disebabkan oleh terganggunya sistim perkaran.
Sebagai akibat adanya serangan nematode di dalam akar tanaman akan mengakibatkan tanaman
akan kekurangan nutrisi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesa yang terjadi Hal
ini menyebabkan daun akan kekurangan air
juga zat-zat yang diperlukan
dalam proses
fotosintesa yang akhirnya hasil fotosintesa akan berkurang dan sangat berpengaruh terhadap
produksi buah. Apabila tidk dilakukan suatu pengendalian yang baik maka tanaman bias tidak
berproduksi apalagi diikuti oleh serangan pathogen lain yang ikut kerjasama dengan nematode.
70
BAB VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari ketiga ekstrak daun yang diuji untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman baik
terhadap tinggi tanaman , panjang akar , berat basah akar maupun terhadap berat buah
adalah dengan perlakuan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 200 cc/pot
2. Konsentrasi yang paling baik untuk menekan populasi nematoda di dalam tanah adalah
pada konsentrasi 200 cc/pot yaitu sebesar pot yaitu 27,75 ekor ( 72,72 % ), diikuti oleh
perlakuan ekstrak C. odorata 26,75 ekor (59,46 %) L. dan camara 30,25 ekor(54,16%)
3. Konsentrasi yang paling efektif menekan populasi nematoda dalam akar tanaman adalah
ekstrak daun sirih pada konsentrasi 200 cc/pot yaitu dengan rata-rata populasi nematoda
15,75 ekor dengan persentase penekanan 70,83 %, diikuti oleh perlakuan ekstrak C.
odorata 20,75 ekor (61,57%), L. camara 24,5 ekor (54,62%), juga terhadap terbentuknya
puru pada akar paling sedikit terbentuk pada ekstrak daun sirih pada konsentrasi 200
cc/pot yaitu terjadi penekanan dengan persentase penekanan70,8%, diikuti oleh perlakuan
ekstrak C. odorata (61,5 %) dan L. camara (54,62%).
71
6.2. Saran
1.
Berdasarkan hasil peneltian tersebut di atas yang merupakan hasil peelitian di rumah
kaca
maka disarankan untuk dilanjutkan
melakukan penelitian di lapang untuk
memperoleh hasil yang nyata di lapang.
2.
Perlu melakukan penelitian tentangm penerapan biopestisida ini pada jenis tanaman
sayuran lain serta penerapannya juga pada jenis hama yang lain yang menyerang
sayur-sayuran.
72
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, M. G. 2006. Pengantar Nematologi Tumbuhan Program SP4. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Agrios. 2005. Plant Pathology. 5th Edition. New York: Elsevier Academic Press.
Anto, S. 2002. Pengendalian Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tanaman Jahe Gajah
Menggunakan Beberapa Paket Teknologi Pengendalian Terpadu. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Skripsi. Hlm 15.
Arrigoni. 1979. A biological defence mechanism in plant. In Lambertti, F. and Taylor, C.E.
(Eds).Sistematics, biology and control.Academic Press. New York.
Baliadi, Y. 1997. Pengendalian penyakit akar puru yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne
javanica pada tanaman kedelai secara non kimiawi.Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian.
Christie, J. R. 1959. Plant Nematodes Their Bionomics and Control.Agricultural Experiment
Station University of Florida Gainesville .Florida .256 pDavid Iskandar.2010.Lantana
camara Tembelekan).http://ebookbrowse.com/tembelekan-lantana-camara-copydocx-d336554623.Yogyakarta. Diunduh 23 Juli 2013
Chen, w., Isman, M. B. and Chiu, S.F. 1995. Antiffedant and growth inhibitory effects of the
limonoid toosendanin and Melia toosendan extracts on the variegated cutworm,
Peridorma
saucia.
Journal
Applied
Entomology,
119:
367-
370.http://www.cs.jhu.edu/~misha/Fall05/Papers/chen95.pdf. Diunduh 5 September
2013
Davide, R . G. 1980. Influence of cultivar , age, soil texture and pH on Meloidogyne incognita
and Radophulus similis on banana. Plant Diseases .Vol 64.p 571 - 573
73
Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2013. Kirinyuh (C. odorata), gulma dengan banyak potensi
manfaat.
http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/
berita-226-kirinyuh-
chromolaena-odorata-gulma-dengan-banyak-potensi-manfaat.html.
Diunduh
15
Agustus 2013
Dropkin, VH. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan Edisi Kedua. (Terjemahan). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Halaman 5-35.
[DBPH] Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2009. Luas panen, Ratarata Hasil dan
Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta.
Gommers. 1973. Nematicidal principles in compositae. Disertation. Wageninga
Agric. Univ. The Netherlands.73 pp.
Grant, W.P., D. Chandler, A. Bailey, J. Greaves, M. Tatchell, G. Prince. 2010.Biopesticides: Pest
Management and Regulation. CABI, UK. http://books.google.co.id Diunduh 25
Oktober 2013
Hartoyo, D. 2012.MANAGEMENT Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT )
DANMACAM MACAM PESTISIDA NABATI & CARA MEMBUATNYA.
Htysite.com .http://www.htysite.com/OPT. diunduh 19 Februari 2014.
Hertika, C. 2011. Insecticidal Activity of Essential Oils Leaves of Cinnamomum spp.
(Lauraceae) against Crocidolomia pavonana and Their Phytotoxicity on Broccoli
Seedlings.IPB
Sciencitific
Repository.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51449, 20 Nopember 2013
Jurgen, K. 1977. Diseases , Pest and Weeds in Tropikal Crops. John Wiley and Sons, Inc . USA.
666 p
74
Kerry, B.R. 2001. Exploitation of the nematophagus Fungal Verticullum chlamydosporum
Godard of the Biological Control of Root-Knot Nematodes (Meloidogyne spp.). Fungi
as Biological Central. Pg.155-165. CAB Publishes.
Kosasih, B. D .1980.Daya Menyakit Suatu Nematoda Puru Akar terhadap Beberapa Tumbuhan
Inang Sementara. Laboratorium Patologi Tumbuhan. Departemen Biologi. Institut
Tenologi Bandung. Bandung. 40 p
Lamberti, F. and C. E. Taylor. 1979. Root-Knot Nematodes (Meloidogyne spp.) Systematics ,
Biology
and
Control.
Academic
Press
.
New
York.
477.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32733/A91dsu.pdf. Diunduh
7 juli 2013
Lopez. 2005. In vitro effect of condosed tannins from tropical fodder crops againts eggs and
larvae of the nematode Haemunchus contortus. Journal of Food, Agriculture and
Environment (2): 191-194. www.world-food.net.
Luc, M., R.A. Sikora and J. Bridge.1995.Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik
dan Tropik.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Musika, I. dan Ahmad. 2004. Peluang Pemanfaatan jamur Nematofagus untuk Mengendalikan
Nematoda Parasit pada Tanaman dan Tanah. Balai Penelitian Tanaman dan Tanah.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Jurnal Litbang Pertanian. Bogor. 23 (4):
116.
Nemaplex.
1999.
Meloidogyne.
The
Nematode-Plant
Expert
Information
System.
http://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/Courseinfo/Slides/Lecture15slides.htm
Norton, D . C. 1978. Ecology of Plant Parasitic Nematodes .A. Wiley Interscience Publikation
.John Willey and Sons. New York. 268 p
Oka, I.N.1995.Pengendalian hama terpadu dan implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta. - 255 halaman.
75
Rosiati, I. 2012. Pertumbuhan Gmelina (Gmelina arborea Roxb) pada Beberapa Pola
Agroforestri di Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut.IPB
Sciencitific
Repository.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57906,
20
November 2013.
Sabirin,
M., dan Amirudin, S., 1997. Sintesis 2;2-Dihidroksikalkon dari Ortohidroksi
Asetofenon dan Benzoilklorida, dimuat pada Presiding Seminar Nasional II, Jurusan
Kimia FMIPA UGM
Sardanelli.S 2010 Root Knot Nematode.Plant Nematology Resources College of Agriculture &
Natural
Resources.http://www.nematology.umd
edu/rootknot.htm.
Diunduh
10
Oktober 2013
Sasser , J. N . 1960. Nematology. Eurasia Publishing House (P) Ltd. Ram Nagar. New Delhi
110055. 480 p
Sastroutomo, SS. 1990. Ekologi Gulma. P.T. Pustaka Utama, Jakarta. 217 hlm.
Suganda, T, S Natasasmita dan T Sunarto. 1996. Uji in vitro efek air rendaman kulit kayu
albasia, mahoni, pinus dan suren terhadap telur dan larva Meloidogyne spp. J. Agrik 7
:1 -6.
Setiawati, W., R. Murtiningsih, N Gunaini dan T Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida
Nabati dan cara pembuatanya untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT). Pusat Peneliian Dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Pertanian
Balai
Penelitan
Tanaman
http://www.balitsa.litbang.deptan.go.id/.../5-buku-publikasi.html.
Sayuran.
Diunduh
10
Oktober 2013.
Sharma,
Yaseka.
2008.
Sharonapbio-taxonomy.
http://sharonapbio-
taxonomy.wikispaces.com/Animalia-Nematoda. Diunduh 5 September 2013
76
Singh, S., AB. Rai, dan RK.Singh. 2011. Bio Management of Root-Knot Disease of Chilli
(Capsicum annum) Caused by Meloidogyne incognita. Vegetable Sciences 38(1):6367. (online) http://vegsci.isvs.org.in/index.php/vegsci/article/.../pdf? (25 Oktober
2013)
Singh, C. S and K Sitaramiah. 1994. The Plant Parasitic Nematodes. International Science
Publisher.216 p.
Siswojo. 1984. Nematoda dan kehidupannya. Majalah Perusahaan Gula. Th XX. No 34.
Pasuruan. p 46 — 55
Supriyanto. 2011. Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L). IPB
Scientific Repository. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52631, diunduh
13 November 2013
Suwandi N, Nurtika, Sahat S. 1989. Bercocok tanam sayuran dataran rendah.Balai Penelitian
Hortikultura Lembang dan Proyek ATA 395.Lembang. pp: 3.1-3.6.
Tanijogonegoro. 2013. Cabai (Capsicum annum): Mengenal Tanaman,Kandungan dan Manfaat,
Budidaya,
Hama
Penyakit
Tanaman,
Analisa
Usaha
Tani.
http://www.tanijogonegoro.com/2013/05/cabai.html. diunduh 28 September 2013.
Walker, J. C. 1975. Plant Pathology.McGraw-Hill Book Company, Inc .New York Toronto.
London. 819 p
Wallace, H .R . 1963. The Biology of Plant Parasitic Nematodes. Edward Arnold Ltd. London.
280 p
Wiryanta, Bernardius T. Wahyu. 2008. Bertanam cabai pada musim hujan. Agropedia, Jakarta.
Wisnuwardhana, W. A. 1978. Hubungan antara Tingkat Populasi Awal dari Meloidogyne spp.
dan Kerugian Produksi Tomat.Bul. Penelitian Holtikultura. Vol VI. No 1. Bogor. P 2129
77
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sidik Ragam Panjang Akar
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Perlakuan Tot
KONT vs PK
Panjang Akar
Derajat
Bebas
12
1
Jumlah
Kuadrat
2261.769
65.391
Kuadrat
Tengah
188.481
65.391
F1
11
2
2196.378
1042.167
F2
3
F1xF2
6
PK
Galat
Total
KK =
39
51
13.16
F.
Hit.
11.92
4.13
**
*
F Tabel
5%
1%
2.01
2.68
4.09
7.33
521.083
32.95
**
3.24
5.19
676.896
225.632
14.27
**
2.85
4.33
477.316
79.553
5.03
**
2.34
3.30
616.750
2878.519
%
15.814
-
-
Nilai BNT
BNT F1 5% =
2.84
BNT F2 5% =
3.28
BNT Int 5% =
5.69
BNT V 1%
=
BNT C 1%
=
BNT Int
1% =
3.81
4.40
7.61
Uji Duncan 5%
BNT F1 5% =
2.84
1.00
2
2.84
1.05
3
2.99
1.08
4
3.07
BNT F2 5% =
3.28
3.28
3.45
3.55
BNT Int 5% =
5.69
5.69
5.97
6.14
1.11
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
5
3.16
6
3.21
7
3.24
8
3.27
9
3.30
10
3.33
78
1.19
11
3.38
1.20
12
3.41
Lampiran 2 . Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Perlakuan Tot
KONT vs PK
Tinggi tanaman
Derajat
Bebas
12
1
Jumlah
Kuadrat
4136.192
2.077
Kuadrat
Tengah
344.683
2.077
F1
11
2
4134.115
2410.042
F2
3
F1xF2
6
PK
Galat
Total
KK =
39
51
9.79
F.
Hit.
5.49
0.03
**
NS
F Tabel
5%
1%
2.01
2.68
4.09
7.33
1205.021
19.18
**
3.24
5.19
974.396
324.799
5.17
**
2.85
4.33
749.678
124.946
1.99
NS
2.34
3.30
2450.500
6586.692
%
62.833
-
-
Nilai BNT
BNT F1 5% =
5.67
BNT F2 5% =
6.55
BNT Int 5% =
11.34
BNT V 1%
=
BNT C 1%
=
BNT Int
1% =
7.59
8.76
15.18
1.00
1.05
1.08
1.11
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.19
1.20
5
6.29
6
6.41
7
6.46
8
6.52
9
6.58
10
6.63
11
6.75
12
6.80
Uji Duncan 5%
BNT F1 5% =
5.67
2
5.67
3
5.95
4
6.12
BNT F2 5% =
6.55
6.55
6.87
7.07
BNT Int 5% =
11.34
11.34
11.90
12.24
79
Lampiran 3. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar
Daftar Sidik Ragam
Berar Basah Akar
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F. Hit.
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Perlakuan Tot
12
864.231
72.019
12.91
KONT vs PK
1
27.083
27.083
PK
11
837.147
F1
2
463.625
F2
3
F1xF2
F Tabel
5%
1%
**
2.01
2.68
4.86
*
4.09
7.33
231.813
41.56
**
3.24
5.19
299.500
99.833
17.90
**
2.85
4.33
6
74.022
12.337
2.21
NS
2.34
3.30
Galat
39
217.553
5.578
Total
51
1081.784
-
KK =
8.97
-
%
Nilai BNT
BNT F1 5% =
1.69
BNT F2 5% =
1.95
BNT Int 5% =
3.38
BNT V 1%
=
BNT C 1%
=
BNT Int
1% =
1.00
Uji Duncan 5%
2.26
2.61
4.52
1.05
1.08
1.11
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
2
3
4
5
6
7
8
9
1.87
1.91
1.93
1.94
1.96
BNT F1 5% =
1.69
1.69
1.77
1.82
BNT F2 5% =
1.95
1.95
2.05
2.11
BNT Int 5% =
3.38
3.38
3.55
3.65
80
1.19
1.20
10
11
12
1.98
2.01
2.03
.Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Berat Buah
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Perlakuan Tot
KONT vs PK
Berat Buah
Derajat
Bebas
12
1
Jumlah
Kuadrat
9538.808
9.750
Kuadrat
Tengah
794.901
9.750
F1
11
2
9529.058
5109.125
F2
3
F1xF2
6
PK
Galat
Total
KK =
39
51
30.96
F.
Hit.
6.38
0.08
**
NS
F Tabel
5%
1%
2.01
2.68
4.09
7.33
2554.563
20.51
**
3.24
5.19
2642.563
880.854
7.07
**
2.85
4.33
1777.370
296.228
2.38
*
2.34
3.30
4856.500
14395.308
%
124.526
-
-
Nilai BNT
BNT F1 5% =
7.98
BNT F2 5% =
9.21
BNT Int 5% =
15.96
BNT V 1%
=
BNT C 1%
=
BNT Int
1% =
10.68
12.34
21.37
Uji Duncan 5%
BNT F1 5% =
7.98
1.00
2
7.98
1.05
3
8.38
1.08
4
8.62
BNT F2 5% =
9.21
9.21
9.68
9.95
BNT Int 5% =
15.96
15.96
16.76
17.24
1.11
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
5
8.86
6
9.02
7
9.10
8
9.18
9
9.26
10
9.34
81
1.19
11
9.50
1.20
12
9.58
Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Jumlah Nematoda dalam 300 g tanah
Daftar Sidik Ragam
Populasi Nematoda
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
F. Hit.
F Tabel
Perlakuan Tot
12
14031.692
1169.308
3.96
KONT vs PK
1
644.160
644.160
PK
11
13387.532
F1
2
4220.375
F2
3
F1xF2
5%
1%
**
2.01
2.68
2.18
NS
4.09
7.33
2110.188
7.16
**
3.24
5.19
6181.229
2060.410
6.99
**
2.85
4.33
6
2985.928
497.655
1.69
NS
2.34
3.30
Galat
39
11502.000
294.923
Total
KK =
51
33.89
25533.692
%
-
-
Nilai BNT
BNT F1 5% =
12.28
BNT F2 5% =
14.18
BNT Int 5% =
24.56
BNT V 1%
=
BNT C 1%
=
BNT Int
1% =
1.00
16.44
18.99
32.88
1.05
1.08
1.11
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.19
1.20
3
12.90
4
13.26
5
13.63
6
13.88
7
14.00
8
14.12
9
14.25
10
14.37
11
14.61
12
14.74
Uji Duncan 5%
BNT F1 5% =
12.28
2
12.28
BNT F2 5% =
14.18
14.18
14.89
15.32
BNT Int 5% =
24.56
24.56
25.79
26.53
82
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Jumlah Puru dalam 1 g tanah
Daftar Sidik Ragam
Jumlah Puru
F.
Hit.
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Perlakuan Tot
12
9271.192
772.599
22.52
KONT vs PK
1
345.026
345.026
PK
F Tabel
5%
1%
**
2.01
2.68
10.05
**
4.09
7.33
11
8926.167
F1
2
695.167
347.583
10.13
**
3.24
5.19
F2
3
3381.563
1127.188
32.85
**
2.85
4.33
F1xF2
6
4849.438
808.240
23.55
**
2.34
3.30
Galat
39
1338.250
34.314
Total
KK =
51
14.05
10609.442
%
-
-
Nilai BNT
BNT F1 5% =
4.19
BNT F2 5% =
4.84
BNT Int 5% =
8.38
BNT V 1%
=
BNT C 1%
=
BNT Int
1% =
5.61
6.48
11.22
Uji Duncan 5%
BNT F1 5% =
4.19
1.00
2
4.19
1.05
3
4.40
1.08
4
4.52
BNT F2 5% =
4.84
4.84
5.08
5.22
BNT Int 5% =
8.38
8.38
8.80
9.05
1.11
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
5
4.65
6
4.73
7
4.78
8
4.82
9
4.86
10
4.90
83
1.19
11
4.99
1.20
12
5.03
Download