Alih Wahana dalam Musik

advertisement
 Alih Wahana dalam Musik Oleh : Dominikus Catur Raharja, M.Sn Wahana adalah medium yang dimanfaatkan atau mengungkapkan sesuatu, atau memindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Wahana juga diartikan juga sebagai medium yang dipergunakan untuk mengungkapkan ekspresi dari sebuah gagasan atau perasaan. Istilah alih wahana adalah pengubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam hal ini, ideologi dan tata cara yang dimiliki satu jenis kesenian akan berubah, bahkan hilang menyesuaikan dengan wahana yang baru. Perkembangan bentuk kesenian di era modern ini bergerak begitu cepat. Kegiatan kreatif seniman sebagai seorang empu budaya, semakin terlihat dari timbulnya benda-­‐
benda budaya yang baru di sekitar kita. Satu jenis kesenian muncul dan diikuti oleh bentuk kesenian lain yang hampir sama. Proses tersebut sebenarnya sudah berlangsung kapan, yang hanya baru-­‐baru ini saja mendapatkan perhatian. Di zaman ini sangat terasa bahwa satu kesenian membutuhkan kesenian lain, baik sebagai acuan maupun sebagai pijakan proses. Musik adalah wahana Keindahan musik yang selama ini kita nikmati merupakan hasil dari keteraturan bunyi, yang dibalik itu ada aturan dan simbol-­‐simbol yang mengikat bagi pemainnya, sehingga menghasilkan bunyi yang enak didengar. Gambar notasi yang merupakan simbol-­‐
simbol musik diciptakan oleh seniman-­‐seniman pendahulu dalam rangka pengawetan bunyi. Dalam metode klasik setiap bunyi diwakili oleh satu simbol, sehingga bunyi yang dihasilkan merupakan penerjemahan dari simbol yang terulis dalam partitur. Pengalihwahanaan simbol menjadi bunyi menbentuk musik hingga seperti sekarang ini. Dengan demikian pemain musik harus taat pada simbol yang tertulis di garis paranada. Jika pemain musik tidak memainkan seperti apa yang tertulis dalam partitur berarti pemain musik tersebut ‘salah’ dalam bermain. Metode klasik ini memberikan frame yang sangat kuat dalam perkembangan musik, dan itu sangat mempengaruhi gaya pemain dalam mengekspresikan musiknya. Bermain musik dalam ‘waktu’ dengan simbol-­‐simbol yang sudah baku, akhirnya menjadi hal yang biasa bagi mereka. Para pemain musik sudah tidak memikirkan lagi, atau merasa terbatasi dalam bermusik dan bereskplorasi. 1 Konduktor, Alat Musik, dan Partitur Musik ensambel atau orkestra menjadi bentuk tontonan favorit dan sangat digemari. Bentuk sajian musik ini menjadi ramai dan panggung menjadi lebih dekoratif karena melibatkan banyak pemain musik dan jenis alat musik. Bunyi yang dihasilkan adalah perpaduan bunyi alat musik yang menghasilkan harmoni yang indah. Peranan konduktor sangat dibutuhkan didalam bentuk musik ini, karena untuk menjaga tempo, dinamika, dan interpretasi lagu, sehingga kepercayaan diri pemain musik dalam membaca partitur dan memainkan repetoar akan terjaga dengan baik. Konduktor adalah wahana dalam musik. Dalam memimpin penyajian musik seorang konduktor dapat mengubah interpretasi lagu dan membangun ekspresi yang baru, sesuai dengan keinginannya. Musik akan menjadi lambat atau cepat temponya, akan menjadi keras dan lembut, itu tergantung keinginan konduktor. Tetapi, konduktor tidak boleh mengubah isi notasi atau partitur tersebut. Konduktor boleh mengubah partitur lagu tersebut, jika dia mengaransemennya. Ada sebuah keharusan dalam metode klasik, jika notasi lagu sudah menjadi paritur, siapa saja yang memainkan lagu tersebut wajib mentaati aturan baca notasi dan tunduk pada simbol-­‐simbol yang ada dalam partitur lagu. Semua hal yang dilakuan oleh konduktor dalam menggarap sajian musik, merupakan tawaran baru dalam belantika musik. Gaya memimpin dan interpretasi seorang konduktor dalam menyajikan komposisi berbeda-­‐beda satu sama lain. Musik akan menjadi berbeda dari aslinya setelah beberapa kali mendapat sentuhan dari para konduktor yang memiliki karakteristik dan pengalaman yang berbeda. Dominasi kekuasaan sang konduktor tidak tertandingi lagi, para pemain pun akan tunduk, walaupun sebenarnya sajian musik yang kita dengar, terbangun oleh bunyi alat-­‐alat musik yang dimainkan oleh para pemain itu. Pengaturan tempat duduk para pemain juga ditentukan oleh konduktor. Pemain tidak bisa sembarangan duduk dimana dia suka, melainkan harus mengikuti bentuk atau formasi yang diinginkan oleh konduktor. Pengaturan tempat duduk berdasarkan jenis alat musik, akan mempengaruhi sound yang dihasilkan dari keharmonisan alat-­‐alat musik itu. Jika kita sebagai penonton dalam pertunjukan orkestra dalam gedung yang penataan akustiknya diperhatikan, kejernihan suara yang kita dengar adalah hasil garapan dari sang konduktor. Dari hasil paparan diatas, bahwa konduktor tidak hanya memiliki kekuatan dalam menginterpretasi lagu, tapi juga dapat mengolah sound dengan baik bagi para pendengarnya. Dengan demikian sajian musik akan berbeda dengan musik yang didengar sebelumnya, karena pengolahan sound yang baru. 2 Salah satu konduktor ternama Indonesia Adi. M.S, mempunyai gaya sendiri dalam pengaturan posisi tempat duduk para pemainnya. Karena beliau seorang ahli sound, beliau sangat serius dalam menggarap kualitas sound, dengan memperhatikan karakter setiap alat musiknya. Kadang posisi duduk dan formasinya pun berbeda-­‐beda saat konser, formasi akan menyesuaikan tempat dimana dia konser. Bentuk atau formasi ‘pakem’ yang dipakai orkestra-­‐orkestra eropa sudah tidak dipakai lagi. Dari hal-­‐hal yang dipaparkan diatas mengenai konduktor, sangat terlihat bahwa kehadiran konduktor dalam memimpin kelompok musik akan memberikan warna lain dalam musik yang dibawakan. Seorang konduktor bertanggung jawab penuh atas suksesnya penyajian musik. ‘There is not bad orchestra, only a bad conductor !’ artinya seorang konduktor harus memikirkan secara detil hal yang berhubungan dengan orkestranya ( Adi M.S : 2013 ) ORCHESTRA FILARMONICA MARCHIGIANA TWILIGHT ORCHESTRA Alat musik merupakan media untuk alih wahana gambar notasi menjadi bunyi. Setiap alat musik memiliki ambitus atau jangkauan nada yang berbeda-­‐beda, dan setiap alat 3 musik juga mempunyai wilayah nada yang paling bagus. Seniman-­‐seniman musik sering mengalihwahanakan lagu yang dimainkan di satu alat musik, ke dalam alat musik yang lain. Misalnya, Embong Raharja memainkan lagu Give Thank menggunakan saxophone yang sangat merdu dengan segenap improvisasinya, kemudian Ireng Maulana memainkan lagu yang sama dengan menggunakan alat musik guitar. Ireng Maulana tidak akan dapat memainkannya sama seperti Embong Raharjo ketika dia memainkan lagu tersebut. Ireng Maulana akan mengubah tangganada, beat, dan improvisasinya, agar kedengaran merdu. Jika Ireng Maulana memaksakan main seperti Embong, pastilah hasilnya akan kurang enak didengar. Setiap alat musik memiliki ‘ambitus’ dan karakter sendiri-­‐sendiri. Aturan yang dipakai saxophone tidak dapat dipakai di dalam permainan guitar. Itulah alih wahana, unsur yang terkandung harus lentur dan berubah menyesuaikan wahana yang baru. Ireng Maulana Embong Rahardjo (alhm) VITAMIN STRING ( memainkan lagu-­‐lagu rock dengan menggunakan alat gesek ) Musik sudah berkembang semakin maju, usaha seniman dalam bereksplorasi musik dan mengeluarkan ekspresi musiknya sudah tidak terbatasi lagi. Dinding-­‐dinding estetika sudah diterjang demi pengembangan diri, sehingga memunculkan banyak aliran musik. 4 Dalam aliran jazz misalnya, partitur sudah tidak lagi menjadi media atau fokus dalam penyajian musik. Partitur yang dulu sebagai wadah simbol notasi bagi si pemain dalam menyajikan musik, sekarang berubah bentuk. Tidak semua bunyi notasi yang dihasilkan oleh si pemain musik tertulis di dalam partitur. Pemain musik berimprovisasi dan mengembangkan motif-­‐motif baru di dalam lagu yang dibawakan. Pemain musik bebas berekspresi dan memainkan improvisasi lagu tanpa dibatasi aturan-­‐aturan yang mengikat. Lantas apa yang tertulis dalam partitur lagu tersebut? Biasanya composer atau arranger hanya menuliskan theme song nya, dan dilengkapi beat nya saja. Interpretasi lagu diserahkan penuh oleh si pemainnya, dan composer tidak bisa membatasi berapa birama yang harus dimainkan oleh pemain musiknya dengan berimprovisasi, dan berapa lama lagu itu dimainkan. Pencipta lagu harus legowo atau merelakan lagunya dimainkan dalam bentuk apa pun, karena itu sudah menjadi domain pemain musik. Perkembangan bentuk partitur dialami dalam dunia musik, dari bentuk tulisan tangan, software notasi balok, hingga notasi musik kontemporer. Lahirnya bentuk partitur baru merupakan hasil penemuan dan eksplorasi dari para pemain musik. Perkembangan bentuk partitur menunjukan perkembangan kebebasan pula seorang musisi dalam bermain musik. Partitur merupakan ‘benda’ yang sangat berharga pada zaman klasik. Keberadaan benda itu menunjukkkan tingkat seberapa piawainya pemusik dalam memainkan alat musiknya. Ukuran-­‐ukuran tersebut sudah tidak berlaku lagi di zaman modern seperti sekarang ini, karena fokusnya pada bagaimana orang dapat bereksplorasi dan berekspresi dari musik yang ada. Pemusik lebih memikirkan bagaimana memainkan lagu menjadi lebih 5 menarik dan enak bagi para pendengarnya. Kadang dalam memainkan lagu para pemain musik sering keluar dari notasi yang tertulis dalam partitur. Pergeseran dari fungsi partitur sangat terlihat dari bagaimana cara para pemusik memperlakukan partitur dalam penyajian musik. Penulisan partitur sudah tidak seperti waktu zaman dengan simbol-­‐simbol yang mengikat para pemainnya. Kesederhanan simbol yang ditulis dalam partitur sekarang ini, lebih memudahkan para pemain musik untuk berekspresi, dan tidak membatasi dalam bereksplorasi. Partitur Klasik Partitur Pop Ada sebagian musisi yang mulai beranggapan bahwa keberadaan partitur malah menjadi salah satu masalah atau menjadi ‘tembok penyekat’ dalam berekspresi. Keinginan untuk keluar dan bereksplorasi dari musik yang sudah ada, dilakukan oleh para musisi kontemporer. Batasan-­‐batasan waktu, tinggi-­‐rendah, dan tonalitas, dan simbol-­‐simbol yang tertulis dalam partitur sudah tidak diperhatihan lagi untuk musisi ‘kontemporer’. Kaidah-­‐
kaidah dan simbol penulisan notasi konvensional dianggap kurang penting dan tidak diperhatikan lagi, karena mereka bermain musik berdasarkan mood dan eksplorasi rasa. Kebebasan dalam bereksplorasi terhadap musik, memicu timbulnya bentuk partitur baru. Kadang lahirnya bentuk partitur baru dari musik kontemporer tidak dipahami oleh para pemusik yang menganut faham klasik. Bentuk notasi garis, lengkungan, dan bahkan titik-­‐
titik, yang sukar dipahami bagi para musisi yang bukan aliran kontemporer, sudah menjadi wahana dalam mengekplorasi rasa mereka. Musik kontemporer, sebagai aksi maupun reaksi, tumbuh dalam suasana ‘tanpa batas dan untuk semuanya’ di zaman yang terus berubah dan penuh kontroversi. Oleh karena itu tidak ada satupun tanda-­‐tanda dan ciri-­‐ciri yang mempersatukan wajahnya seperti musik (Suka Hardjana : 2003 ). 6 Bentuk notasi dengan simbol-­‐simbol multitafsir menjadi teman para musisi kontemporer dalam berekspresi. Bentuk notasi yang tidak baku dan multi tapsir, membuat para musisi kontemporer bebas mengungkapkan rasa musikalnya. Tidak jarang bentuk notasi yang sama akan dibaca berbeda dengan musisi kontemporer lainnya, dan itu tidak menjadi masalah bagi mereka. Keragaman dalam menafsirkan simbol notasi akan menjadi kekayaan interpretasi lagu untuk aliran musik ini. Dalam pertunjukan musik kontemporer, repertoar lagu yang sama, bisa saja disajikan dalam bentuk yang berbeda. Dengan demikian musik akan terus berkembang tanpa batas. Memang di dalam tawuran budaya kontemporer yang semua secara ‘demokratis’ dan merdeka, serba boleh, serba bisa, serba tak terbatas, dan tidak lagi ‘harus’ begini atau begitu begitu pakem – musik telah mati dalam pengertian platonis yang sesunguh-­‐
sungguhnya (Suka Hardjana : 2003). Simbol-­‐simbol jelas berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi simbol-­‐
simbol tersebut merupakan curahan eksplorasi musikal dari bunyi-­‐bunyian yang dimainkan. Titik-­‐titik untuk berbagai peristiwa bunyi yang pendek, garis-­‐garis-­‐tipis atau semakin tebal bergelombang untuk bunyi-­‐bunyi yang bergelombang, garis datar untuk suara yang datar (Klaus Finkel dan Ulrike Wünnenberg , 1975). Musik: Beralih Fungsi 7 Gerakan pencerahan -­‐ Renaisans – abad ke-­‐14 sampai ke-­‐16, dianggap sebagai kebangkitan dan kelahiran baru manusia. Manusia menemukan dirinya kembali dalam gerakan-­‐gerakan pembaharuan di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kesenian dan karya-­‐karya musik menjadi lebih bersifat teoritis dan ilmiah, serta mudah untuk dipraktekan dan dimengerti pada zamannya. Hal-­‐hal yang merujuk ke spesialisasi sudah mulai berkembang. Sehingga ada pandangan kesetaraan antara teoritikus dan konseptor seni dengan para ilmuwan saat itu. Adapun para tokoh pembaharu itu adalah, Paus alexander VI, Martin Luter, Erasmus, Macchiavelli, Leonardo Da Vinci, Montaigne, Cervantes, Shakespeare, dan masih banyak nama-­‐nama besar lainnya yang mengubah masa lalu yang penuh kegelapan menjadi langit dan cakrawala pencerahan hidup baru. Muncul kesadaran tinggi tentang potensi individu yang menggerakan sikap rasionalisme dan realisme manusia dalam menghadapi lingkungan alam sekitarnya. Sikap ini pada dasarnya menumbuhkan kesadaran dan semangat humanisme dalam kaitannya hubungan antara manusia dengan Sang Maha Pencipta. Terciptanya karya-­‐karya agung yang diperuntukkan penyembahan kepada Tuhan oleh para komponis besar zaman itu, mewarnai perbendaharan musik Gereja. Karya-­‐karya tersebut dibuat untuk menambah kekhusyukan dalam peribadatan. Gereja sangat konservatif dan membatasi lagu-­‐lagu yang nyanyikan dan jenis alat musik saat misa berlangsung. Bentuk musik yang monoton dengan iringan orgel/organ kadang membuat sebagian orang merasa bosan, ditambah karena perbendaharan musik sekuler yang mereka dengarkan. Musik selalu bertransformasi dan beralih fungsi menyesuaikan zamannya. Bentuk baru bermunculan dalam mengiringi peribadatan, bentuk musik duet, trio, kwartet, dobel kwartet, dan bahkan sampai formasi orkestra. Sebuah tawaran baru bentuk musik gereja, yang dahulu hanya menggunakan alat musik organ sekarang ada bunyi-­‐bunyi alat musik lain. Tawaran bentuk musik baru ini bagi sebagian orang malah merasa lebih khusuk dalam berdoa. Walau ada pro dan kontra, hal itu dipandang biasa dalam dinamika kehidupan Gereja. Saya yang saat ini aktif juga dalam pembaruan musik gereja membentuk kelompok orkestra ‘Musica Sacra’ yang beranggotakan anak-­‐anak muda yang berbakat di musik. Kelompok ini sudah sering mengiringi misa di beberapa gereja. Alasan penulis memasukkan bentuk musik ini ke dalam peribadatan adalah memberikan wacana atau menghadirkan kembali musik gereja yang sebenarnya dulu pernah ada. Alasan lain, semakin banyak alat musik yang dipergunakan dalam tata perayaan ibadah, berarti semakin banyak juga orang 8 yang terlibat dalam pelayanan. Sejauh ini respons dari umat sangat baik, dan merasa suasana gereja semakin megah dan membuat mereka khusuk dalam berdoa. Musica Sacra Orkestra Musica Sacra Orkestra Seiring perkembangan musik gereja, beberapa lagu pop masuk dan dinyanyikan di dalam Gereja khususnya dalam misa perkawinan. Lagu Aku Ingin adalah lagu tema dan musik soundtrack film Cinta Dalam Sepotong Roti. Lagu ini adalah hasil alih wahana dari puisi Sapardi Djoko Damono menjadi lagu. Syair dan melodi kawin menjadi satu menjadi alunan lagu yang indah, dan dikenal oleh banyak orang. Orang tidak pernah berpikir bahwa syair lagu tersebut diambil dari puisi Sapardi, tapi orang akan gampang mengingat lagu “Aku Ingin” karena mempunyai syair yang bagus. “Saya tidak marah kalau puisi-­‐puisi saya dijadikan lagu, karena orang akan lebih mengenal puisi-­‐puisi saya…” (Sapardi: 2012). Setelah lagu “Aku Ingin” dikenal oleh khalayak, orang pun bebas menjadikan fungsi apa pun lagu tersebut. Penulis termasuk orang yang menjadikan lagu “Aku Ingin” menjadi fungsi baru. Acara yang ‘sakral’ dalam hidup saya, saya hadirkan lagu “Aku Ingin” menjadi salah satu lagu dalam pernikahan saya. Lagu “Aku Ingin” yang sudah diaransemen dalam bentuk musik Chamber menjadikan lagu tersebut menjadi lebih syahdu dan menyentuh. Suara flute, saxophone, violin, viola, cello, dan organ memberikan suasana yang khas dalam acara pernikahan. Sapardi Djoko Damono tidak pernah membayangkan puisinya, menjadi sebuah lagu, dan bahkan lagu yang dinyanyikan dalam acara gereja. Hampir semua disiplin ilmu membutuhkan musik dalam menjaga eksistensinya. Maka itu musik berubah-­‐ubah fungsinya tergantung siapa, atau komunitas apa yang mau memakainya. Musik sinetron misalnya, Theme song sinetron akan melebihi kepopulerannya dibanding bintang sineteron, penulis naskah, dan bahkan sutradaranya. Stasiun radio selalu memutar lagu theme song sinetron setiap jam dan setiap harinya, karena mendapat 9 permintaan dari pendengar. Sang sutradara tidak boleh menuntut kepada pembuat lagu, atau siap pun, karena theme song lebih terkenal dibanding dari sinetronnya. Belum lagi kalau musik itu dijadikan musik bentuk lain. Misalnya, theme song yang dinyanyikan artis Rosa, diaransemen ulang oleh musisi untuk dijadikan house music, dangdut, dan genre lainnya. Genre yang jauh dari aslinya tersebut dipergunakan oleh orang untuk iringan senam aerobic, dan banyak lagi orang yang menikmatinya di warung kopi atau warung remang-­‐
remang, tanpa pernah memikirkan siapa penyanyinya atau pencipta lagunya. Musik dan Teknologi Perkembangan kehidupan membuat manusia untuk mencari arti musik yang lebih dalam, dimulai dari sebuah siulan sederhana pada masa prasejarah Sudan, sampai ditemukan sebuah biola kuno Iran pada tahun 1700, merupakan bentuk perubahan peradapan manusia sebagai pelaku seni. Lalu, ada sebuah harpa kecil dari Portugal pada 1880, dan salah satu penemuan paling monumental dalam dunia musik adalah, saat Bartolomeo Christofori membuat piano e forte, bahasa Italia yang artinya ‘lembut dan keras’, pada 1709. Selama masa-­‐masa itu, ketika teknologi belum bersentuhan dengan musik, suara merdu alat musik hanya bisa dinikmati langsung hanya pada saat dimainkan. Desakan untuk dapat menikmati musik di mana saja dan kapan saja, orang merelakan dirinya untuk berjalan kaki sampai ratusan kilometer untuk dapat menyaksikan pertujukan musik. Hal tersebut membuat para ahli mencari teknologi yang memungkinkan manusia bisa merekam musik. Pada 1877, Thomas Edison menciptakan alat untuk menyimpan suara musik dalam sebuah silinder putar. Itulah cikal bakal alat perekam yang ada sekarang. Media ini terus dikembangkan, berlanjut dengan penemuan radio pada 1915, di mana musik bisa disebar melalui gelombang udara. Kini, berkat teknologi, music bisa disimpan dan disetel kapan saja di mana saja. Baik melalui CD, computer, MP3, iPod, maupun Handphone. Perkembangan teknologi membuka seniman musik untuk berkreasi lebih luas. Teknologi menciptakan software untuk membuat musik, dan teknologi lahir seolah menggantikan manusia sebagai pelaku seni. Keterwakilan manusia dari alat musik dan bunyi alat musik seolah tidak perlu lagi memakai tenaga manusia untuk memainkan musik. Apakah itu menjadi sebuah keuntungan, atau sesuatu yang merugikan. Menurut saya, kehadiran teknologi menjadikan sesuatu yang menguntungkan, karena kreatifas dan proses kerja akan lebih mudah dan cepat. Selain itu, kita akan dapat dengan mudah belajar atau menambah pengetahuan tentang musik, bahkan akan mempublikasikan karya kita. 10 Penutup Segala upaya sudah dilakukan oleh para pelaku seni untuk membuat kesenian selalu ada dan berkembang. Proses kreatif menjadi wahana utama dalam rangka pengawetan kesenian, barang lama dengan kemasan baru, menjadikan barang tampak baru, dan tidak bisa disebut barang lama lagi. Pencurian ide, motif, dan bahkan frase, serta memikirkan cara ‘mengakal-­‐akali’ dalam proses menciptakan karya seni sudah merupakan hal yang biasa dalam hal berkesenian, karena itu yang membuat kesenian menjadi hidup dan berkembang sampai sekarang ini. Acuan Finkel, Klaus und Ulrike Wünnenberg: Musikalische Struktur und graphische Notierung, (München-­‐Salzburg: Musikverlag Emil Katzbichler, 1975), hal. 36 Harjdana, Suka : Corat-­‐coret Musik Kontemporer dulu dan kini. ( Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertujukan Indonesia : 2003 ) Damono, Sapardi Djoko. Kebudayaan ( Populer) ( di Sekitar ) Kita : 2011 Damono, Sapardi Djoko. Alih Wahana : 2013 http://dev.superkidsindonesia.com http://[email protected] ‘besteens’ edisi Februari-­‐Maret 2013 11 
Download