FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memunuhi Syarat –Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Universitas Ubudiyah Indonesia OLEH DESI DARMA SETIA 11010007 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA TAHUN 2016 ABSTRAK FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2014 Desi Darma1, Rahmayani2 xii + 48 Halaman : 8 tabel, 2 Gambar, 11 Lampiran Latar Belakang : Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilandari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Menunjukkan kejadian abortus inkomplit pada Januari sampai November 2014 berjumlah 97 orang (Data Januari sampai November 2014). Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014. Metode Penelitian : Bersifat analitik dengan pendekatan Cross Scetional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abortus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Januari sampai November 2014 sebanyak 97 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data sekunder, dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 16 s/d 19 April 2015 dan analisa data dilakukan dengan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa 58 responden beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), nilai p.value 0,001 (p < 0,05, paritas dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %)nilai p.value 0,006 (p < 0,05), Kadar HB dari 39 responden kadar HB anemia yang tidak terjadi inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Kesimpulan : Ada hubungan usia, paritas Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di harapkan dapat bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan. Kata Kunci Sumber 1 2 : Usia, paritas, Kadar HB, Kejadian Abortus Inkomplit : 12 Buku dan Internet (2007-2014) :Mahasiswi D-III Kebidanan Universitas UBudiyah Indonesia :DosenPembimbing ABSTRACT FACTORS RELATED TO INCOMPLETE ABORTIONS ATDR. ZAINOEL ABIDIN GENERAL REGIONAL HOSPITAL BANDA ACEH 2014 Desi Darma1, Rahmayani2 xxi + 48 pages : 8 tables, 2 pictures, 11 attachments Background : Abortions have generally been known to occur in as many as 10% of all pregnancies. More than 80% of abortions occur in the first 12 weeks of pregnancy according to a preliminary study at the Medical Associates room at Dr.ZainoelAbidin Regional Hospital Banda Aceh, showing cases of incomplete abortions of 97 women from January to November 2014 (Data January to November 2014). Research Aim: To find out the factors which are related to cases of incomplete abortions at Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital, Banda Aceh from January to November 2014. Research Method: Cross sectional analytical approach. The population for this research are women who had an abortion at Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital Banda Aceh from January to November 2014, numbering 97 women.The sampling technique for this research used the total sampling technique. Data collection was taken from secondary sources, carried out at Dr.ZainoelAbidin General Regional Hospital Banda Aceh from the 16th to 19th April 2015. Data analysis was univariate and bivariate. Research Results: The research results showed that from 58 respondents of an ideal age, 44 respondents had an incomplete abortion (75.9%), p, value 0.001 (p < 0,05). Parity from 54 respondents of multipara parity of incomplete abortions numbered 41 respondents (75.9%) p, value 0.006 ((p < 0,05). HB levels from 39 respondents of Anaemic HB levels of incomplete abortions numbered 26 respondents (66.7%), p, value 0.000 (p < 0,05). Conclusion: There is a relationship between age and HB parity levels of cases of incomplete abortions. It is hoped that this research will give an input into, and evaluation of, the health services in implementing care to patients, especially for health workers. Keywords Sources 1 2 : Age, parity, HB levels, Incomplete Abortions :12 – Books and internet (2007-2014) :Mahasiswi D-III Kebidanan Universitas UBudiyah Indonesia :Dosen Pembimbing LEMBARAN PERI\IYATAAN KTI FAKTOR _FAKTOR YANG BERIiUBUNGAN DENGAN KEJADIAI'{ ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH r/ l nlz l I\rl\It I A mrTr '1 tc rt Ln l tt ULID ll:lYrlAfl Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat Guna memperoleh gelar Ahii Madya Kebidanan Universitas ubudiyah Indonesia Oleh NAMA NIM :Desi Darma Setia :1 1010007 Disetujui, Po-c,-ii f Penguji .a [l,u (Nuzulul Rahmi, S. ST.,M.Kes) bine KM.,M.Kes) ik dan fuiuiu .Pd) LEMBARAN PENGESAHAN SIDANG FAKTOR _FAKTOR YANG BERHUBTINGAN DENGAN KEJADIAN DnD.Fl TC rRTrT/\ltDI rT nr nf Tlf rr Cr l f7l'F f Tl/ffTlil r\ A TtTt A IT A-DUI\I tJD .1-III\\'IYIf LT.1 I'I -TI.IJIVlA-rl l'ftAl. I UIVIUIVI L',ftf-I\-fafl DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Karya Tulis Ilmiah oleh Desi Darma Setia ini telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal29 Apil20l6 Dewan Penguji: l. Ketua 2. Anggota 3. Anggota ah Lisa, S.ST., M.Keb) (I.{uzulul Rahmi, S.ST., M.Kes) LEMBARAN PENGESAIIAN FAKTOR _ FAKTOR YANG BERI{UBT]NGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAII SAKIT UMTIM dT. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Karya Tulis Ilmiah Oleh Desi Darma Setia Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji PadaTanggai29 April Tahun 20i6 Dewan Penguji I L^r,,t!!Luu 2. Anggota 3. Anggota : TandaTangan I{I\it I{ac\J, r!1v r., ]\if r Y t., r\! rah Lisa, S.ST.,M.Keb) (Nuzulul Rahm i, S.,ST.,M.Kes) FERNYATAAN PERSE.TUJUAI.{ Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji ni^l^*^ ulPtvtltg lll 11^!^:,{^-^IutttI-;.,^.-i+^r!lJluJ ttl t\!uluqtlqll Iu(ruutJqrt IL,,J:..^L l^,{^-^-:^ rttvvtlwJtc Bancia aceh, i 9 lviei 20 i 5 Pembimbing MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN I UNJVFRSITAS UBUDIYAH INDONESIA KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dengn rahmatdan karunia Nya penulis telah dapat menyelesaikan sebuah Karya Tulis Ilmiah inidengan judul : “Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014”.Karya Tulis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan diploma III Kebidanan Universitas Ubudiyah Indonesia Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menemukanhambatan dan kesulitan, tetapi berkat adanya bimbingan, pengarahan dan bantuandari semua pihak, maka penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untukitu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada :Rahmayani, SKM.,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan saran serta bimbingan selama pembimbing penyusunan karya tulis ilmiah ini.Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada : 1. Bapak Dedi Zefrizal, ST selaku Ketua Universitas Ubudiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, SE.,M.Kes, selaku Rektor Universitas Ubudiyah Indonesia. 3. Ibu Mutiawati, S,Pd.,M.Pd selaku Wakil Rektor I Universitas Ubudiyah Indonesia. 4. Bapak Donni Arief Sumanto, S.T.,M.T selaku Wakil Rektor III Universitas Ubudiyah Indonesia. 5. Ibu Rahmayani, SKM., M.kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ubudiyah Indonesia. 6. Ibu Nuzulul Rahmi,S.,ST, M.Kes selaku Ketua Prodi Jurusan D-III Kebidanan Universitas Ubudiyah Indonesia. 7. Dosen penguji I Ulfa Farrah Lisa, S.ST., M.keb dan penguji II Nuzulul Rahmi, S.,ST, M.Kes yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. 8. Dosen dan seluruh staf pendidikan Diploma D-III Kebidanan Universitas Ubudiyah IndonesiaBanda Aceh yang telah memberi ilmu dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan. 9. Teristimewa, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta,Ibu,Ayah,Abang dan Adik-adik yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis. 10. Kepada rekan seperjuangan yang telah banyak memberi bantuan dan dorongan penulis selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT agar selalu melimpahkan rahmatNya, amin ya rabbal alamin. Banda Aceh, 3 Juni 2016 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBARAN PERSETUJUAN LEMBARAN PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH LEMBARAN PENGESAHAN SIDANG KATA PENGANTAR. ...............................................................................................i ABSTRAK...................................................................................................................ii ABSTRAC. ..................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR. .................................................................................................iv DAFTAR TABEL. ......................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN. .............................................................................................vi BAB I A. B. C. D. PENDAHULUAN. .........................................................................................1 Latar Belakang..................................................................................................1 Rumusan Masalah. ...........................................................................................4 Tujuan Penelitian..............................................................................................4 Manfaat Penelitian............................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...............................................................................8 A. Abortus Inkomplit. ..........................................................................................8 B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Komplikasi Abortus. .................................18 C. Kerangka Teorits. ............................................................................................26 D. Kerangka Konsep. ...........................................................................................27 E. Hipotesis Penelitian. ........................................................................................28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................29 A. Desain Penelitian. ............................................................................................29 B. Populasi dan Sampel........................................................................................29 C. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................30 D. Pengumpulan Data...........................................................................................30 E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................32 F. Defenisi Operasional ........................................................................................32 G. Teknik pengolahan dan analisa data.................................................................33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. .........................................36 A. Gambaran Umum Tempat Penelitian. .............................................................36 B. Hasil Penelitian. ...............................................................................................36 C. Pembahasan. ....................................................................................................40 BAB V PENUTUP. .....................................................................................................47 A. Kesimpulan.......................................................................................................47 B. Saran .................................................................................................................47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Defenisi Operasional................................................................................................ 32 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus inkomplit di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari Sampai November 2014 ...................................................... 36 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014............................................................................................................ 37 Tabel 4.3 Hubungan Usia dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014 ........................... 38 Tabel 4.4 Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014...................... 39 Tabel 4.5 Hubungan Kadar HB dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Bandan Aceh dari Januari Sampai November 2014 ......... 40 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan neonatal. Salah satu program KIA adalah menurunkan angka kematian dan angka kesakitan dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan perinatal (Zulfansyah, 2008). Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi tiga sampai 4 resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras terus menerus (Arali, 2010). Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 1 2 450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam (59/100.000), danCina (37/100.000). Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia. AKI indonesia secara nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 AKI indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010). Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28% , eklampsia 13 %, aborsi yag tidak aman 11 % , serta sepsis 10 %. (Depkes, 2010). Mortalital maternal menurun secara bermakna pada tahun-tahun terakhir, tetapi perdarahan masih tetap menjadi penyebab kematian maternal yang utama. Perdarahan pada kehamilan awal membahayakan ibu dan merupakan masalah bagi dokter yang merawat. Gangguan perdarahan yang 3 sering timbul pada awal kehamilan meliputi: abortus, inkompensasi serviks, kehamilan etropik dan kehamilan ganda (Bobak, 2010). Menurut Bobak (2010), beberapa faktor yang menempatkan kehamilan beresiko komplikasi antara lain adalah usia, paritas, hipertensi, anemia, kemiskinan, status gizi, dan kondisi kesehatan. Menurut Feryanto (2008), menyebutkan sata dari beberapa negara memerkirakan bahwa antara 10% dan 15% kehamilan yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia di atas 30 tahun dan meningkat pada usia di atas 35 tahun. Kejadian abortus secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamlian. Kelainan kromosom merupakan penyebab paling sedikit separuh dari kasus abortus dini ini, selain itu banyak fakor yang mempengaruhi terjadinya abortus antara lain : paritas, umur ibu, umur kehamilan, kehamilan tidak diinginkan, kebiasaan buruk selama hamil, serta riwayat keguguran sebelumnya. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 % pada wanita berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita berumur 40 tahun sehingga kejadian perdarahan spontan lebih beresiko pada ibu dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun (Manuaba , 2010). Penelitian terkait abortus pernah dilakukan oleh Kusniati (2007) tentang “Hubungan beberapa faktor ibu dengan kejadian abortus spontan (Studi di Rumah Sakit Ibu dan Anak An Ni’mah Kecamatan wangon Kabupaten Bayumas Januari-juni 2007)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 4 seluruh responden yang tidak mempunyai riwayat abortus spontan (76,5%) berusia reproduksi sehat (84,3%), urutan kehamilan tidak beresiko (51,0%) rata-rata 2,29 dan paling banyak pada urutan kehamilan kedua, jarak kehamilan tidak beresiko (51,o%) rata-rata 4,12 tahun, pemeriksaan kehamilan tidak lengkap (51,0%) dalam hal imunisasi TT (64,7%) dan tablet besi (72,5%) terjadi abortus spontan ( 29,4%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna usia ibu (p value=0,005), dengan kejadian abortus spontan, tidak ada hubungan yang bermakana riwayat abortus spontan (p value=0,302), urutan kehamilan (p value=0,928), jarak kehamilan (p value=1,000), dan pemeriksaan kehamilan (p value=0,255) dengan kejadian abortus spontan. Abortus, memang menjadi masalah kontroversial yang tak ada habisnya. Diperkirakan, frekuensi abortus spontan berkisar 10-20 % . Di indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun, berarti setiap tahun ada 500.000 hingga 1.000.000 abortus spontan. Diperkirakan, setiap tahun di indonesia terjadi 2,3 juta abortus, yaitu 1 juta merupakan abortus spontan, 0,6 juta karena kegagalan KB dan 0,7 juta karena tidak pakai KB (Bobak, 2010). Data ibu hamil di provinsi Aceh tercatat berjumlah, 113.182 orang. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 83,72 %. Ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 4512 orang (25,98%), KI adalah 98,181 orang (86,75%), K4 adalah 89.271 (78,77%), AKI sebanyak 136 orang. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan 47 kasus, hipertensi 28 5 kasus, infeksi 9 kasus, abortus 5 kasus, partus lama 2 kasus dan lain-lain 50 kasus ( Provinsi Aceh, 2013). Data kesehatan Banda Aceh tercatat ibu hamil berjumlah 5.176 orang, ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi 26 orang (0,41%), KI adalah 5,043 orang (97,43%), K4 adalah 4.336 orang (84,35%), jumlah AKI adalah 5 orang pada ibu nifas, penyebabnya adalah perdarahan 5 kasus dan 2 kasus masalah kesehatan lainnya ( Propinsi Aceh, 2013). Hal di atas menunjukkan bahwa wanita hamil sangat rentan mengalami abortus. Data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan kejadian abortus pada tahun 2013 berjumlah 125 kasus terdiri dari abortus inkomplit 111 orang, abortus medik 1 orang, abortus lainnya 13 orang (Data tahun 2013). Sedangkan data yang penulis dapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekan Medik Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Menunjukkan kejadian abortus pada Januari sampai November 2014 berjumlah 97 orang (Data Januari sampai November 2014). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh”. 6 B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-fakor apakah yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. c. Untuk mengetahui hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. 7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instalasi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk peningkatan ilmu pengetahuan serta pengembangan penelitian tentang abortus dimasa yang akan datang. 3. Bagi Peneliti lain Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan kebidanan yang berkualitas dalam melaksanakan penelitian bagi peneliti lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus Inkomplit 1. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung kanker dan sebagainya. Angka kematian yang tinggi setengah abab yang lalu umumnya mempunyai sebab pokok yaitu masih kurangnnya pengetahuan mengenai sebab dan penanggulangan komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta nifas. Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermastozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu 8 9 ke 13 sampai dengan ke 27), dan trimester ke tiga berlangsung 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawirohardjo, 2010). Menurut Prawirohardjo (2010) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus adalah untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono, 2010). Abortus buatan ialah pengakiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang di lakukan atas indikasi medik (Wikjosastro,2008). Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro,2008). Menurut Wiknjosastro (2008) Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka. 10 Abortus menjadi tidak terhindarkan jika pendarahan uterus disertai kontraksi uterus yang kuat menyebabkan dilatasi serviks. Ibu tersebut mengeluh nyeri kloik uterus yang hebat dan pemeriksaan vagina menunjukkan dilatasi ostium servik dengan bagian kantong konsepsi menonjol didalamnya. Abortus yang tidak terhindarkan ini dapat mengikuti tanda-tanda abortus mengancam atau yang lebih umum mulai tanpa peringatan terlebih dahulu. Segera setelah onset gejala abortus inkomplet jika kantong kehamilan atau plasenta tertinggal, melebarkan kanalis servikalis. Pada kebanyakan kasus, abortus yang terjadi adalah abortus inkomplet. Jika dokter tidak melihat semua hasil konsepsi telah keluar dari uterus, atau gambar ultrasografi tidak menunjukkan bahwa uterus telah kosong, abortus ini harus dianggap inkomplet (sarwono, 2010). 2. Klasifikasi Abortus Menurut Feryanto, (2012) Klasifikasi abortus ialah sebagai berikut : a. Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup dan uterus sesuai umur kehamilan. b. Abortus insipiens adalah abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium uteri terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja. c. Abortus inkomplit adalah apabila sebagian hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian masih tertinggal di dalam rahim. 11 d. Abortus komplit adalah seluruh janin telah dilahirkan dengan lengkap, uterus lebih kecil dari umur kehamilan dan kavum uteri kosong. e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam didalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati. f. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut. 3. Penyebab Menurut Wiknjosastro (2006), hal-hal yang menyebabkan abortus dapat di bagi sebagai berikut: a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut: kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, pengaruh dari luar. b. Kelainan pada plasenta, endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. c. Penyakit ibu, mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. d. Kelainan traktus genitalis, retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainankelainan uterus dapat menyebabkan abortus. Menurut Bobak (2007), penyebab abortus antara lain adalah sebagai berikut: 12 a. Ketidakseimbangan endokrin ibu dengan efek fase luteal atau diabetes tergantung insulin disertai peningkatan kadar gula darah dan hemoglobin Aic pada trimester pertama. b. Infeksi sistemik dan infeksi endometrium disebabkan oleh rubela, sitomegalovirus, herpes genital aktif, toksoplasmosis, treponema, listeria, Chlamydia, dan mycoplasma. c. Gangguan sistemik. d. Faktor genetik. e. Pemakaian kokain f. Kelainan kromosom adalah komponen mikrokopis dari setiap sel dalam tubuh yang membawa semua bahan genetik yang menentukan warna rambut, warna mata, dan tampilan secara keseluruhan dan tata rias. g. Faktor hormonal dapat dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan, termasuk penyakit tyroid. Fungsi yang tidak memadai korpus luteum di ovarium (yang menghasilkan progesterron yang diperlukan untuk pemeliharaan tahap awal kehamilan ) dapat menyebabkan abortus spontan. h. Infeksi Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang berbeda telah dikaitkan dengan peningkatan resiko abortus spontan. Janin atau plasenta yang terinfeksi oleh organisme yang kemudian menyebabkan abortus spontan. 13 i. Gaya Hidup Merokok dapat meningkatkan resiko abortus, dan beberapa studi menunjukkan bahwa resiko abortus spontan meningkat dengan ayah perokok. Sebab-sebab terjadinya abortus menurut Farrer (2009), adalah sebagai berikut: a. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat kromosom. b. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi congenital, prolapsus atau retroversion uteri). c. Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan. d. Penyakit-penyakit maternal penggunaan obat: penyakit mencakup infeksi virus akut, panas tinggi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar, obat-obatan tertentu khususnya preprata sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. e. Trauma, tapi biasanya bisa terjadi langsung pada kavum uteri. f. Faktor-faktor hormonal. g. Sebab-sebab psikomatik; stres dan emosi yang kuat diketahui dapat mempengaruhi fungsi uterus lewat system hipotalamus-hipofise. 14 4. Manifestasi klinik Menurut Manjoer (2006), manifestasi klinik pada abortus antara lain adalah sebagai berikut: a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu. b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil. Suhu tubuh normal atau meningkat. c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. e. Pemeriksaan genekologi 1) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidaknya hasil konsepsi, tercium atau tidaknya bau busuk dari vulva. 2) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup. Ada/tidak jaringan keluar dari ostium. Ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. 3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri. 15 5. Pemeriksaan penunjang Menurut Manjoer (2006), pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus. b. Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortus. 6. Komplikasi Menurut Manjoer (2006), komplikasi pada abortus adalah pendarahan, perforasi,syok dan infeksi. Pada missed abortus dengan retensi lama konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah. Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Winkjosastro,2008). a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalamposisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan 16 laparatom, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan personal gawat karena perlukaan uterus biasanya luas. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi c. Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikejakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok. d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat. 7. Penanganan Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus.Selain itu perlu diperhatikan inovasi oterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian.ibu diharapkan tidak hamil ndalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil(Wiknjonsastro,2008). Penanganan umum abortus menurut sebagai berikut: Saifuddin (2008), adalah 17 a. lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat,komplikasi berat atau masih cukup stabil). b. Pada kondisi gawat darurat,segera upayakan stabilitasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk) c. Penilaian medik untuk menentukan kelayakan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk ke rumah sakit.Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat pendarahan hebat,segera atasi komplikasi tersebut.gunakan jarum infus besar dan berikan tetesan cepat(500 ml malam 2 jam pertama)larutan garam fesiologis atau ringer.periksa kadar hemoglobin,golongan darah uji padanan-silang(crossmacth). d. Ingat ;kemungkinan hamil etropik pada pasien hamil muda dengan syok berat e. Bila terdapat tanda-tanda sepsis,berikan antibiotika yang sesuai. f. Temukan dan hentikan dengan segera sumber pendarahan g. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. Penatalaksanaan abortus menurut Bobak(2009),tirah baring,sedasi dan menghindari stres dan orgasme adalah tindakan yang direkomendasikan. Pengobatan selanjutnya akan tergantung kepada respons wanita terhadap pengobatan. Bila tipe abortus tidak dapat dihindari dan tidak komplet terminasi kehamilan segera dilakukan,biasanya dengan kuret dan dilatasi, mungkin tidak perlu ada intervensi apa-apa jika kontaksi rahim cukup kuat untuk menahan 18 perdarahan dan jika tidak ada infeksi. Pada missed abortus jika evaluasi spontan tidak terjadi dalam satu bulan, pembekuan darah dipantau rahim kosong. Bila DIC dan gangguan pembekuan darah disertai perdarahan yang tidak bisa dikendalikan pada kasus kematian janin setelah minggu ke-12 jika produk konsepsi bertahan lebih dari 5 minggu. Pada abortus septik terminasi kehamilan dengan metode yang sesuai untuk usia kehamilan. Pemeriksaan biakan dan sensitivitas serviks dilakukan dan terapi antibiotik spektrum luas dimulai. Pengobatan septik syok dimulai, jika perlu. B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Komplikasi Abortus Teori faktor- faktor abortus menurut Bobak (2010) seperti : Umur, paritas, kadar Hb, hipertensi, dan status gizi. Dan menurut Sulistyawati (2009) seperti : paritas ibu, pendidikan ibu dan umur ibu, sehingga yang dijadikan variabel Independent antara lain : 1. Usia Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. semisal,umur manusia dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung, sehingga perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu perhitungan usia ( Depkes, 2010). Menurut Bobak, (2010) Usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan 19 penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini . Usia yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri. Sedangkan umur <20 tahun atau >35 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan dan persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak yang dilahirkan. Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagai perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun dan tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia 35 tahun. Padahal kehamilan yang terjadi dibwah usia 20 tahun mupun diatas usia 35 tahun termasuk berisiko, karena dibayang-bayangi beragam faktor gangguan (Muharram, 2009). Menurut Winknjosasro, (2010) Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Ibu yang berumur dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau komplikasi obstretrik seperti abortus inkomplit,toksemia, eklamsia, solusio plasenta, inersia uteri, perdarahan post partum, persalinan macet, BBLR, kematian neonatus dan 20 perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas 35 tahun mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus lama. Bertambahnya usia pada wanita juga sangat berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang belum di keluarkan dari ovarium atau indung telur. Diusia pubertas, seorang wanita akan memiliki sekitar 300 ribu sel telur. Telur-telur ini akan dilepaskan satu demi satu setiap bulan bersamaan dengan siklus menstruasi (ovulasi) dan siap untuk dibuahi. Ketika wanita mengalami mengalami menopause di usia 50-55 tahun, terdapat beberapa ribu sel telur berusia tua saja yang masih tertinggal diindung telur. Itu sebabnya, wanita yang menjelang menopause kesulitan mengalami ovulasi. Sel-sel yang sudah tua mengalami penurunan kemampuan untuk dibuahi dan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan hormon, teutama estrogen dan progesteron (Grandfa, 2009). Kemungkinan keguguran pada perempuan yang mengandung anak pertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu sekitar 20%. Keguguran terjadi dibawah usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Kalau bayi telah melewati usia tersebut, bayi akan lahir matang karena telah cukup umur (Evariny, 2009). Menurut penelitian Erlina (2008) Resiko terjadinya komplikasi pada kehamilan seperti abortus dan persalinan yang dapat menyebabkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi 21 reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal yaitu pada usia 20-34 tahun sehingga kemungkinan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan lebih besar. Menurut penelitian Mariani (2012) umur ibu dengan kejadian abortus dapat menyebabkan kematian ma ternal.di karenakan pada usia dibawah 19 tahun fungsi reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna karena perkembangan organ reprduksi wanita sempurna pada usia 20-34 Tahun. Resiko terjadinya abortus meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah paritas , usia ibu, jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden terjadinya abortus meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya 3 bulan (Cunningham, 2009). Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka resiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya resiko terjadinya kelainan kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kejadian tumor mioma uteri pada ibu dengan 22 usia lebih tinggi dan lebih banyak sehingga dapat menambah resiko terjadinya abortus (Erlina, 2009). 2. Paritas Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak yang pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh jumlah anak yang dilahirkan (Bobak, 2010). Menurut Winkjosastro (2010),Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita hamil yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (Viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viableuntuk beberapa kali. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah seorang wanita yang telah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas. Multipara adalah seorang wanita yang telah menjalani dua atau lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap viabilitas. Paritas tinggi (Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas merupakan kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram (Bobak, 2009). 23 Menurut penelitian (Siska, 2006) Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal seperti kejadian abortus. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstretrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Komplikasi yang mungkin timbul pada paritas tinggi antara lain adalah distosia, perdarahan antepartum, ruptur uteri, hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak, prolabsus uteri, diabetes melitusm (Winkjosastro, 2010). 3. Kadar HB Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin <11 gr%. Penurunan kadar hemoglobin pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada volume sel darah merah dan hemoglobin terutama terjadi pada trimester II (Bobak, 2008). Menurut Saifuddin, (2011) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan 24 perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. Komplikasi anemia dapat terjadi abortus inkomplit, persalinan preterm, partus lama, karena inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, payah jantung, anemia berat, kematian ibu. Menurut penelitian sorimuda pada tahun 2007-2008 menemukan bahwa resiko mengalami persalinan komplikasi 1,4 kali lebih besar pada ibu yang mengalami anemia (Fantina, 2010). Menurut Winkjosastro (2009) Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan hemoglobin kurang gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang. Menurut penelitian (Wasnidar, 2007) Anemia dalam kehamilan bukannya tanpa resiko. Pada dasarnya ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, BBLR, perdarahan sebelum dan 25 selama persalinan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinnya dikarenakan kekurang kadar Hb salah satu pemicunya. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 2010 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr%), anemia ringan (811 gr%), dan anemia berat (kurang dari 8 gr%). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 gr%, kadar hemoglobin terendah 7.63 gr% dan tertinggi 14.00 gr%. Klasifikasi anemia yang lain adalah : a. Hemoglobin 11 gr% : Tidak anemia b. Hemoglobin 9-10 gr% : Anemia ringan c. Hemoglobin 7-8 gr% : Anemia sedang d. Hemoglobin <7 gr% : Anemia berat . 26 C. Kerangka Teoriti Kejadian Abortus Inkomplit Bobak (2010) sulistyawati (2009) Usia Paritas Ibu Paritas Pendidikan Ibu Kadar Hb (anemia) Umur Ibu Gambar 2.1 Kerangka Teoritis 27 D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan teori Bobak (2010) yang menyatakan beberapa faktor yang menempatkan kehamilan berisiko komplikasi termasuk abortus antara lain usia, paritas,anemia (kadar HB), Hipertensi,dan status gizi.dan menurut sulistyawati (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi arbortus antara lain, paritas, pendidikan ibu dan umur ibu. Namun karena keterbatasan penelitian, penulis hanya meneliti tentang usia, paritas, dan anemia. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini: Variabel Independen Variabel Dependen Usia Kejadian abortus inkomplit Paritas Kadar HB Gambar 2.2 Kerangka Konsep 28 E. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. 2. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. 3. Ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami abortus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Januari sampai November 2014 sebanyak 115 orang, di karenakan tidak mengcukupi sampel maka dikeluarkan 18 orang. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling.Dengan kriteria seluruh ibu arbortus yang dilakukan pemeriksaan HB, datanya lengkap yang tercatat pada buku registerasi berjumlah 97 orang. Menurut sugiono (2009) teknik total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian, maka sampel dalam penelitian 29 30 ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sejak januari sampai November 2014 sebanyak 97 orang. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitiantelahdilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 2. Waktu penelitian initelahdilaksanakan pada Tanggal 16 s/d 19 April 2015. D. Pengumpulan Data Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Check list yang terdiri dari 1 soal, yaitu : variabel independen usia 1 soal, paritas 1 soal ,kadar Hb 1 soal dan variabel dependenden arbortus 1 soal.Sehingga data yang dikumpulkan yang berasal dari laporan buku register di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Notoatmodjo (2010), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan. 31 Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di dapat dari buku register di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tentang abortus inkomplit dari Januari s/d November Tahun 2014. 32 F. Definisi Oprasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Dependent 1 Abortus Inkomplet Independent 1 Usia Definisi Oprasional Cara Ukur Abortus yang terjadi dengan masih tersisa hasil konsepsi dalam uterus Mengambil Data di Ruang Rekan medik RSUD-ZA Jumlah umur yang telah dilalui ibu atau usia saat ini Satutus pasien dengan kriteria: Beresiko bila < 20 tahun dan >35 tahun Alat Ukur Check list Hasil Ukur Ya Skala Ukur Nominal Tidak Check list Beresiko Nominal Tidak Beresiko Tidak beresiko 20-35 tahun 2 Paritas Jumlah persalinan yang dialami seorang ibu sebelum terjadinya abortus inkomplet Status pasien dengan kriteria: checklist Primipara Ordinal Multipara Primipara 1 kali Grande multipara Multipara 2-4 kali 3 Kadar HB Komposisi atau jumlah hemoglobin darah ibu Grande multipara ≥5 Status pasien dengan kriteria : Anemia jika Hb <11 gr% Check list Anemia Tidak anemia Nominal 33 Tidak anemia jika Hb ≥11 gr% G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Hidayat (2009), data yang telah dikumpulkan secara manual melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua data sekunder yang dikumpulkan. Dari semua data yang dikumpulkan tidak ditemukan ketidak lengkapan pengisian, karena pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder langsung oleh peneliti. b. Coding Pada tahap ini peneliti memberi jhkodesecara berurutan dalam kategori yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan pada peneliti ini adalah kode responden yang diawali dengan 01 untuk responden pertama sampai 200 untuk responden terakhir. c. Transfering Pada tahap transfering peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner kedalam master tabel atau database computer. Data yang telah diberi kode di susun secara berurutan dari responden pertama dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang teliti. 34 d. Tabulating Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data berdasarkan kategori yang telah dibuat pada variabel dan sub variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung nilai total pda setiap kolom dari tabel da data hasil penelitian. 2. Teknik Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam bentuk presentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2010). Data yang didapat dari pengisian kuesioner dianalisa secara deskriptif , kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Budiarto (2010), yaitu sebagai berikut : p = x100% Keterangan : P = Persentase Fi = Frekuensi teramati N = Jumlah responden menjadi sampel 100% = Bilangan tetap b. Analisa Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, akan dilakukan dengan menggunakan program komputer. Untuk melihat hubungan antar variabel dengan menggunakan uji chi square test. 35 Penilaian dilakukan sebagai berikut : 1) Jika p value ≤0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. 2) Jika p value >0,05 maka disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam penelitian ini hanya menggunakan tabel kontigensi 2x2. Pengolahan data dengan SPSS versi 18.0 menurut sabri dan hastono (2006), menyatakan bahwa aturan yang berlaku pada uji chi-square adalah sebagai berikut : a) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah fisher exact. b) Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai e <5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction. c) Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka digunakan uji pearson chi square. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh merupakan Rumah Sakit Tipe A yang beralamat Jl. Tgk. H. M Daud Beureueh No. 108 Banda Aceh, memiliki luas areal 196.480 m2, luas bangunan 174. 782 m2,dengan kondisi geografisnya yaitu : 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Poltekes Depkes 2. Sebelah Barat berbatasan dengan JL. Dr. T Syarief Thaleb 3. Sebelah Utara berbatasan dengan JL. Tgk. Daud Beureueh 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bandar Baru B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Kejadian Abortus Inkomplit Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014 No 1 2 Abortus Inkomplit Ya Tidak Jumlah f 58 39 97 % 59.8 40.2 100 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 97 responden yang kejadian abortus abortus inkomplit yaitu sebanyak 60 responden 36 37 (61,9%), sedangkan kejadian abortus non inkomplit yaitu sebanyak 37 responden (38,1%). b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit Tabel 4.2 Distribusi frekuensi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November 2014 No 1 2 3 Faktor-faktor Usia a.Beresiko b.Tidak Beresiko Jumlah Paritas a. Primipara b. Multipara c. Grandemultipara Jumlah Kadar HB a. Anemia b. Tidak Anemia Jumlah f % 58 39 97 59,8 40,2 100 23 54 20 97 23,7 55,7 20,6 100 39 58 97 40,2 59,8 100 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase usia yang beresiko 58 orang dengan persentase (59,8%), dan yang tidak beresiko 39 orang dengan persentase (40,2%). pada distribusi paritas menunjukkan bahwa primipara 23 orang dengan pesentase (23,7%), multipara 54 orang dengan persentase (55,7%), dan grandemultipara 20 orang dengan persentase (20,6%). Dan pada kadar HB menunjukkan bahwa kadar HB yang mengalami anemia 39 orang dengan persentase (40,2%), dan yang tidak anemia 58 orang dengan persentase (59,8%). 38 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Tabel 4.3 Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 No 1 2 Usia Beresiko Tidak Beresiko Jumlah Abortus Inkomplit Ya Tidak F % f % 44 75,9 14 24,1 16 41 23 59 F 58 39 % 100 100 60 97 100 37 Total Pvalue 0,001 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 58 responden usia beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), sedangkan dari 39 responden usia tidak beresikotidak terjadi abortus inkomplit sebanyak 23 responden (59%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesapenelitian Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 39 b. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Tabel 4.4 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 No 1 2 3 Paritas Primipara Multipara Grandemultipara Jumlah f 10 41 9 60 Abortus_Inkomplit Ya Tidak % f % 43,5 13 13 75,9 13 13 45 11 20 37 Total f 23 54 20 97 % 100 100 100 100 Pvalue 0,006 Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %), sedangkan dari 20 responden paritas grandemultipara tidak terjadi abortus inkomplit sebanyak 11 responden (55%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 40 c. Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Tabel 4.5 Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 No Kadar HB 1 2 Anemia Tidak Anemia Jumlah F 13 47 60 Abortus_Inkomplit Ya Tidak % F % 33,3 26 66,7 81 11 19 37 Total f 39 58 97 % 100 100 100 Pvalue 0,000 Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 39 responden kadar HB anemia yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), sedangkan dari 58 responden kadar HB tidak anemia terjadi abortus inkomplit sebanyak 47 responden (81%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha diterimayang menyatakan bahwa ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. C. Pembahasan 1. Hubungan Usia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 58 responden usia beresiko yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 44 responden (75,9 %), sedangkan 41 dari 39 responden usia tidak beresiko tidak terjadi abortus inkomplit sebanyak 23 responden (59%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mariani (2012) dengan judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (Pvalue = 0,032) antara umur ibu dengan kejadian abortus.Pada penelitian lain oleh Royani Chairiyah dengan judul : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dengan Abortus di RSUD Bekasi Tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (P-value = 0,004) antara umur dengan abortus. Sejalan juga dengan penelitian oleh Kusniati di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kabupaten Banyumas Pada Tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna (0,000) antara umur dengan abortus. Usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (2007). (Wahyudin, 42 Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Ibu yang berumur dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau komplikasi obstretrik seperti toksemia, eklamsia, solusio plasenta, inersia uteri, perdarahan post partum, persalinan macet, BBLR, kematian neonatus dan perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas 35 tahun mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus lama (Winknjosasro, 2010). Menurut asumsi peneliti umur berpengaruh terhadap kejadian abortus karena mengingat seorang wanita yang ingin hamil, mereka harus mempersiapkan diri secara fisik maupun mental, wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun tentunya belum memiliki kematangan organorgan reproduksi sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, selain itu psikologinya juga belum mapan untuk menerima perubahan yang terjadi selama hamil, begitupula wanita yang usianya lebih dari 35 tahun, mereka memiliki alat reproduksi yang sudah tidak sanggup lagi bekerja semaksimal mungkin, sehingga kejadian abortus lebih sering terjadi. 2. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 54 responden paritas multipara yang terjadi abortus inkomplit sebanyak 41 responden (75,9 %), sedangkan 43 dari 20 responden paritas grandemultipara terjadi non abortus inkomplit sebanyak 11 responden (55%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2012) dengan judul : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (P-Value = 0,007) antara umur paritas dengan kejadian abortus. Pada penelitian lain oleh Abarsari (2010) di RSUD DR. Saiful Anwar Malang mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna (P-Value = 0,002). Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah seorang wanita yang telah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas. Multipara adalah seorang wanita yang telah menjalani dua atau lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap viabilitas. Paritas tinggi (Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas merupakan kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram (Bobak, 2009). 44 Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstretrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Komplikasi yang mungkin timbul pada paritas tinggi antara lain adalah distosia, perdarahan antepartum, ruptur uteri, hipertensi, penyakit ginjal, anemia, kelainan letak, prolabsus uteri, diabetes melitus (Winkjosastro, 2010). Peneliti berasumsi bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian abortus, karena ibu hamil dengan paritas tinggi otomatis memiliki otot rahim yang lemah dibandingkan dengan ibu hamil dengan paritas primi, sehingga otot rahim yang lemah tidak mampu menyokong janin dengan sempurna, sehingga dapat beresiko untuk terjadinya abortus. 3. Hubungan Kadar HB Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Dari tabel 4.7 dapat dilihat dari 39 responden kadar HB anemia yang terjadi non abortus inkomplit sebanyak 26 responden (66,7 %), sedangkan dari 58 responden kadar HB tidak anemia terjadi abortus inkomplit sebanyak 47 responden (81%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai p.value 0,000 (p < 0,05) Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus 45 inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014 Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Riska (2013) yang berjudul Hubungan Kadar Hemoglobin dan Paritas ibu dengan kejadian abortus pada ibu hamil, Secara uji statistik (Chi-Square test) terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kejadian abortus dimana nilai = 0,05 dan P value = 0,003 Sehingga hipotesa ada Hubungan Kadar Hemoglobin dengan kejadian abortus pada ibu hamil. Menurut yang dilakukan oleh Tyagita(2012) didapatkan bahwa dari 170 kasus abortus dengan (OR=2,111;p=0,019;95%CI=1,125-3,960) hasilka dari menunjukkan hemoglobin bahwa ada hubungan dengan kejadian abortus. Menurut Saifuddin, (2011) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. Komplikasi anemia dapat terjadi abortus, persalinan preterm, partus lama, karena inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, payah jantung, anemia berat, kematian ibu. Menurut penelitian sorimuda pada tahun 2007-2008 menemukan bahwa resiko mengalami persalinan komplikasi 1,4 kali lebih besar pada ibu yang mengalami anemia (Fantina, 2010). 46 Menurut asumsi peneliti Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Anemia juga meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dengan kakematian perinatal meningkat, perdarahan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan usia dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014, dengan nilai p.value 0,001 (p < 0,05) 2. Ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014, dengan nilai p.value 0,006 (p < 0,05) 3. Ada hubungan kadar HB dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Januari sampai November Tahun 2014n nilai p.value 0,000 (p < 0,05) B. Saran 1. Bagi Instalasi Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat bahan masukan dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien, khususnya petugas kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. 47 47 48 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapka Sebagai bahan informasi dan tambahan pustaka untuk peningkatan ilmu pengetahuan serta pengembangan penelitian tentang abortus dimasa yang akan datang. 3. Bagi Peneliti lain Diharapkan Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan kebidanan yang berkualitas dalam melaksanakan penelitian bagi peneliti lain. DAFTAR PUSTAKA Arali (2010) Karya Tulis Ilmiah : Abortus. http://susantijayadewiirma. blogspot.com/2010/07/karya-tulis-ilmiah.html. Diakses pada 2 juni 2014 Bobak, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Budiarto, 2010, Biostatistika Untuk Kedoktoran Dan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Cunningham, 2009, Kesehatan , Cetakan ke 2, Penerbit Penerbar swadaya, Jakarta. Depkes,2010.Angka Kematian Ibu Di Indonesia.dikutip pada tanggal 26 oktober.www.depkes.go.id Evariny, 2009 ,Hamil Tenang Diusia Matang , dikutip tanggal 25 Januari 2012 dari http : //www.google.com. Erlina. 2009. Hubugan Usia Ibu dengan Kejadian Abortus. Dikutip tanggal 24 Juni 2014 dari http://gope2306. Wordpress.com/2009/02/27/hubungan- usia-ibidengan-kejadian-abortus. Fantina, 2010.Data Jurnal .Januari sampai November 2014 Farrer ,2009, Buku Keperawatan. Jakarta :EGC Feryanto, 2012, Buku Kesehatan .Jakarta : PT. Bina Pustaka Hasugian (2010), Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus Di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari 2008-April 2010. Dikutip tanggal 24 Juni 2014 http://repository. usu. ac. id/handle/123456789/20450. Hidayat,Asri (2009). Asuhan Kebidanan Persalinan, Muha Medika, Yogyakarta Manuaba, I.A.C. (2011). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Mariani,2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian arbortus di Zainal Abidin. Peneliti orang Muharram, 2009.Kedokteran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Norwitz & Schorge, 2008, At a Glance obstetri & ginekologi, Edisi kedua, Jakarta, Penerbit Erlangga. Notoatmodjo, 2010.Metodelogi penelitian kesehata.Jakarta : PT.Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. (2010). lImu Kebidanan. Bina pustaka sarwono. Jakarta. Propinsi Aceh, 2013. Data Kesehatan Banda Aceh. Pernerbit Aceh Riska (2013) yang berjudul Hubungan Kadar Hemoglobin dan Paritas ibu dengan kejadian abortus pada ibu hamil. Penelitian Orang SDKI ,2007. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta Winkjosastro, ( 2008). Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Cetakan 5, Jakarta, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. WHO (2011). Angka Kematian Ibu (AKI) . di Kutip tanggal 04 JANUARI 2015 LEMBARAN CHEKLIST Abortus No No.Regs 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 118027 118061 117027 153725 119113 120431 60711 12711 120551 120903 122334 122390 122376 9998954 899670 99275 8237 122635 123102 123497 996904 996478 124059 124432 124991 125365 1255077 `125645 Ya Tidak Kode 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 Tidak Beresiko 2035 Tahun usia Paritas Kadar HB Kode Tidak Beresiko < 20 Kode Grande Kode Anemia 11 Pimipara Multipara Anemia > 11 dan > 35 tahun Multipara gr% gr% 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 1 3 1 2 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 1256709 125680 1256786 127435 1257353 1257505 1257854 1254835 1258507 1258623 1258917 1258912 1258797 1260116 1259713 2177377 2177381 278402 2178550 298806 2179294 2179524 217949 2179670 21803773 2182107 1018625 218275 284446 2152945 2182319 212450 2184673 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 2184688 2185132 2185396 2185027 2185688 2181515 2187182 2187348 2187407 2188281 2188365 2188639 2185681 2188586 2189125 2189645 2190466 2190467 2190468 2190469 2190470 2190481 2190482 2190488 2190484 2190475 2190498 2190510 2190515 2190600 2190701 2190709 2190800 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 95 96 97 2198005 2190001 219006 Ket Abortus Inkomplit 1. Ya : 60 Responden 2. Tidak : 37 Responden 2 1 1 Usia 1. Beresiko : 58 Responden 2. Tidak Beresiko : 39 Responden 2 1 1 Paritas 1. Pimipara : 23 responden 2. Multipara : 54 Responden 3. Grandemultipara : 20 Responden 1 1 2 2 2 2 Kadar HB 1. Anemia : 39 Responden 2. Tidak Anemia : 58 Responden Frequencies [DataSet1ww] Statistics Abortus_Inkomplit N Valid Usia Paritas Kadar_HB 97 97 97 97 0 0 0 0 Missing Frequency Table Abortus_Inkomplit Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulativ e Percent Ya 60 61.9 61.9 61.9 Tidak 37 38.1 38.1 100.0 Total 97 100.0 100.0 Usia Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent Beresiko 58 59.8 59.8 59.8 Tidak Beresiko 39 40.2 40.2 100.0 Total 97 100.0 100.0 Paritas Frequency Valid Percent Cumulative Percent Valid Percent Primipara 23 23.7 23.7 23.7 Multipara 54 55.7 55.7 79.4 Grandemultipra 20 20.6 20.6 100.0 Total 97 100.0 100.0 Kadar_HB Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent Anemia 39 40.2 40.2 40.2 Tidak Anemia 58 59.8 59.8 100.0 Total 97 100.0 100.0 Crosstabs [DataSetww] Case Processing Summary Cases Valid N Usia * Abortus_Inkomplit Paritas * Abortus_Inkomplit Kadar_HB * Abortus_Inkomplit Missing Percent 97 97 97 N 100.0% 100.0% 100.0% Total Percent 0 0 0 N .0% .0% .0% Percent 97 97 97 100.0% 100.0% 100.0% Usia * Abortus_Inkomplit Crosstab Abortus_Inkomplit Ya Usia Beresiko Count Expected Count % within Usia Tidak Beresiko Count Expected Count % within Usia Total Count Expected Count % within Usia Tidak Total 44 14 58 35.9 22.1 58.0 75.9% 24.1% 100.0% 16 23 39 24.1 14.9 39.0 41.0% 59.0% 100.0% 60 37 97 60.0 37.0 97.0 61.9% 38.1% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction a 1 .001 10.563 1 .001 12.053 1 .001 11.994 b Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2-sided) df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1sided) .001 11.871 1 .001 97 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,88. b. Computed only for a 2x2 table .001 Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Approx. Sig. .332 .001 97 Paritas * Abortus_Inkomplit Crosstab Abortus_Inkomplit Ya Paritas Primipara Multipara Tidak Count 10 13 23 Expected Count 14.2 8.8 23.0 % within Paritas 43.5% 56.5% 100.0% 41 13 54 Expected Count 33.4 20.6 54.0 % within Paritas 75.9% 24.1% 100.0% Count Grandemultipra Count Total Total 9 11 20 Expected Count 12.4 7.6 20.0 % within Paritas 45.0% 55.0% 100.0% Count 60 37 97 Expected Count 60.0 37.0 97.0 % within Paritas 61.9% 38.1% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases df a 10.231 10.338 .072 Asymp. Sig. (2-sided) 2 2 1 .006 .006 .789 97 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Approx. Sig. .309 97 .006 Kadar_HB * Abortus_Inkomplit Crosstab Abortus_Inkomplit Ya Kadar_HB Anemia Count % within Kadar_HB Count Expected Count % within Kadar_HB Total Total 13 Expected Count Tidak Anemia Tidak Count Expected Count % within Kadar_HB 26 39 24.1 14.9 39.0 33.3% 66.7% 100.0% 47 11 58 35.9 22.1 58.0 81.0% 19.0% 100.0% 60 37 97 60.0 37.0 97.0 61.9% 38.1% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Exact Sig. (2-sided) a 1 .000 20.513 1 .000 22.973 1 .000 22.489 b Asymp. Sig. (2sided) df Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b Exact Sig. (1-sided) 22.257 1 .000 .000 97 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,88. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Approx. Sig. .434 97 .000