PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK TERHADAP PERJANJIAN FRANCHISE DI SAMARINDA Kristiyono Condro Wiyoso1 2Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Samarinda. Indonesia tantangan berat. Perekonomian yang ABSTRACT tumbuh sebesar rata – rata 3% sampai In the Indonesian economy, one area that dengan 4 % pertahun setelah merosot stands out is the field of trade. It has secara drastis hampir 14 persen pada three principal activities of the economic system, namely Production, Distribution and Consumption. distributing the One way business tahun 1998 tidak memadai untuk of menyerap pengangguran tenaga kerja expands internationally is through licensing, as an dan meningkatkan alternative attempt to get closer to ekonomi rakyat. 1) kemakmuran consumers in the host country as well as Pada saat to reduce the impact of high export era transport costs, as well as the risk of loss of product from the market as a result of transportation risks and globalisasi Indonesia memasuki yang sebentar lagi memasuki zaman Asean Free Trade possible Area embargo done politically. (AFTA). merupakan BAB I Kiranya salah satu Indonesia negara PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah keterpurukan Ekonomi. Indonesia khususnya Recovery Perekonomian Nasional 1) Anwar Nasution, dalam makalah “Tantangan Perekonomian Indonesia”disampaikan pada seminar Nasional” Meluruskan Jalan Reformasi”Universitas Gajah Mada tanggal 25-27 september 2003. mengalami di bidang kegiatan dalam era reformasi dewasa ini merupakan suatu 1 berkembang yang menjadi tujuan ekslusif. Pemberian hak ini kemudian sasaran dari negara – negara lain dalam dirasakan tidak cukup, jika pemberi menanamkan Lisensi bermaksud untuk melakukan “ investasinya dibidang penyegaran total “ yang tidak hanya ekonomi. Dalam perekonomian Indonesia, dalam bentuk hak, tetapi juga kewajiban salah satu bidang yang cukup menonjol – adalah bidang perdagangan. Hal tersebut menjalankan segala dan setiap perintah memiliki tiga kegiatan pokok sistem yang perekonomian yaitu Produksi, Distribusi pelaksanaan operasional kegiatan yang dan diberikan lisensi tersebut Konsumsi. Salah satu pendistribusian dalam usaha internasional secara melalui pemberian alternatif upaya cara mengembang sebagai untuk lebih untuk dikeluarkan mematuhi termasuk dan sistem 3) . Untuk itu, maka mulailah dikembangkan Franchise. adalah lisensi, kewajiban Franchise dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan kata Franchise yang telah diatur dalam peraturan Pemerintah mendekatkan diri pada konsumen di Nomor 16 tahun 1997 dan keputusan negara tujuan serta untuk mengurangi Menteri Perindustrian dan perdagangan dampak biaya transportasi ekspor yang Republik tinggi, serta resiko hilangnya produk dari 259/MPP/Kep/7/1997 pasaran Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan sebagai akibat resiko Indonesia Nomor Tentang transportasi dan embargo yang mungkin Pendaftaran Usaha Franchise. dilakukan secara politis. 2) _________________ 2) Gunawan Widjaja,seri hukum bisnis Lisensi atau Franchise, Rajawali Pers, Jakarta 2002,him 3. 3) Ibid, Hlm 5. Bisnis Franchise merupakan Lisensi merupakan suatu bentuk pemberian hak yang sementara dapat bersifat ekslusif maupun bersifat non – Bisnis pemasaran atau distribusi produk 2 yang melibatkan dua pihak yang Asas kebebasan menciptakan berjanji, dalam hal ini pihak pemberi Karena Franchise disebut sebagai franchisor, sedangkan pihak yang berkontrak suatu pada dapat ketidakadilan. prinsipnya adalah mendatangkan kesejahteran seoptimal menerima mungkin. Dalam kenyataanya tidak selalu para pihak memiliki bargaining franchise disebut sebagai franchisee. position yang seimbang sehingga negara Sistem ini mengandalkan pada menganggap perlu untuk campur tangan kemampuan mitra usaha . untuk melindungi pihak yang lemah. Pengaturan perjanjian franchising atau Dalam hal perjanjian kedudukan antara dua puhak tidak ________________ selalu 4) seimbang,kedudukan Sultan Remy Sjahdeini Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hlm 3 5) Ibid,hlm17. pengusaha franchisor(pemberi Franchise)dapat lebih kuat daripada franchisee (penerima Franchise). Pihak Franchise mungkin saja pengusaha dari kelas menengah maupun kecil, yang mencari upaya jalur alternatif menginvestasikan dananya dibidang usaha tersebut dalam franchising rangka meningkatkan Franchise tersebut tidak lepas dari hukum yang mana terdiri dari lisensi paten, merek dagang, hak cipta , desain taraf produk, industri, rangkaian elektronik kesejahteraan hidupnya. Sebaliknya bila terpadu dan rahasia dagang. pengusaha franchisor berhadapan dengan Dengan terkaitnya Indonesia pihak franchisee yang konglomerat maka pada kedudukan pengusaha franchisor dapat Perjanjian Internasional dari pembuatan HAKI,maka menimbulkan kebutuhan perjanjian, isi atau klausula dapat berat akan perangkat hukum atau nilai – nilai lemah. Sehingga dalam sebelah yaitu dalam hal lebih banyak budaya melindungi kepentingan yang kuat 4) Pada perkembangan perkembangan Asas kebebasan Berkontrak Dr. Sutan Remy Sjahdeini berpendapat baru yang relevan dengan masyarakat. Pengembangan industri yang ditopang 5) dengan penerapan tekhnologi 3 maju, bukan hanya menghasilkan barang – Intelektual dalam Hukum Persaingan dalam Seri Jurnal Hukum Bisnis Volume 11,2000, hlm 71 8) Prof Tim Lindsey , Hak kekayaan Intelektual Suatu pengantar, PT Alumni,Bandung , 2002,h17 barang kebutuhan hidup secara massal dan beraneka ragam melainkan juga telah merangsang perkembangan Bila kita melihat pasal – pasal masyarakat agraris ke arah masyarakat dalam undang – undang anti monopoli industri6) maka Dalam praktek kebebasan larangan suatu besar, Khususnya yang berkaitan dengan maupun franchise yang berdasarkan asas ada perusahaan untuk berkembang menjadi HAKI khususnya pada perjanjian lisensi pada tidak penggunaan berkontrak lisensi maupun Franchise/franchice sebagaimana diakui dalam kitab Undang dibidang HAKI. – Undang Hukum Perdata, memiliki keterkaitan dalam hal praktik monopoli . Dalam Undang – undang Nomor HAKI memberikan hak monopoli pada 5 tahun 1999 tentang larangan praktek seorang penemu untuk mengusahakan monopoli dan persaingan usaha tidak tekhnologi hasil penemuannya tersebut, sehat juga diatur mengenai pengecualian serta berhak untuk mencegah orang lain dari hukum persaingan yaitu perjanjian menggunakan yang berkaitan dengan HAKI atau mengakses 9) , salah tekhnologi tersebut tanpa seizinnya 7) satunya adalah perjanjian lisensi. Maka Dalam hal ini juga seorang penemu atau pencipta dibidang HAKI yang memiliki hak eksclusif untuk melakukan segala sesuatu karyanya , dapat menetapkan harga yang tinggi untuk produk yang dia ciptakan sekaligus dalam mendapatkan 8) keuntungan . ___________________ 6) Achmad Ali, dalam makalah “reformasi hukum dan HAM di indonesia “disampaikan pada seminar Nasional “Meluruskan jalan Reformasi”Universitas Gajah Mada tanggal 25 – 27 September 2003 7) Mardiharto Tjokrowarsito , Artikel mengenai Aspek Hak Atas Kekayaan dalam hal ini dipersamakan perjanjian dengan lisensi perjanjian franchise. Tentu saja hal ini mengundang pertanyaan , sejauh mana batasan – batasan tersebut terhadap memiliki pelaksanaan dampak perjanjian franchise yang berasakan kebebasaan berkontrak. Di beberapa negara seperti Amerika dan Eropa, Otoritas yang berwenang untuk menilai perjanjian 4 lisensi HAKI adalah Competition Policy atau Authoritis dan menurut survey yang disebabkan banyak faktor. diadakan oleh Economic Organization for Coorperation Development .Putusan Hal Kebanyakan and 10) (OECD) bangkrut. tersebut dari dapat perusahaan franchise atau Franchise yang ada di – Indonesia masih di dominasi oleh putusan yang dibuat oleh Otoritas ini perusahaan franchise asing. Berdasarkan berpengaruh terhadap praktek – praktek data bisnis yang berkaitan dengan HAKI, Franchise sebagai contoh USA jarang ditemukan perusahaan franchise di Indonesia yang perjanjian lisensi mengandung klausula berjumlah yang dimaksudkan untuk price fixing , perusahaan franchise yang lokal. Selain quantity restriction, exlusivity dan tie – itu jumlah perusahaan franchise yang in karena anti trust authorities melarang berkisar hal – hal tersebut 11). penyusutan __________________ 9) Menurut pasal 20 (b)Undang – undang No 5 tahun 1999 mengenai pengecualian dari ketentuan praktek anti monopoli. 10) Mardiharto Tjokrowarsito, Op.cit hlm 63. 11) Ibid perusahaan yang dikemukakan Indonesia, sekitar 290 Asosiasi dari 290 tersebut menjadi seluruh hanya 47 mengalami sekitar 13) .Usaha 250 Franchise di Indonesia khususnya Nasional masih tertinggal jauh dibandingkan franchise asing, sehingga menimbulkan persaingan yang ketat antara perusahaan yang sejenis didalam negeri. Yang lebih parah Tidak ada kebebasan berkontrak yang adalah semakin meningkatnya impor Mutlak, negara dapat saja mengatur barang dengan melarang klausul – klausul dalam suatu berakibat kontrak buruk atau kepentingan masyarakat Perkembangan yang konsumsi dan mengalirnya devisa keluar negeri untuk pembayaran dapat fee dan royalti14). merugikan Dari permasalahan – permasalahan yang 12) ada tersebut , tertarik penulis untuk franchise di melakukan penelitian dan mengkaji lebih Indonesia membawa suatu terobosan dalam tentang perjanjian franchise di baru dibidang perdagangan , tetapi hal Indonesia tersebut tidak sepenuhnya berdampak dengan “PELAKSANAAN positif karena dari banyak bermunculan KEBEBASAN perusahaan franchise atau Franchise yang baru juga banyak pula yang tutup 5 mengambil judul ASAS BERKONTRAK TERHADAP Sebagai sarana untuk memperoleh PERJANJIAN FRANCHISE DI SAMARINDA” data dalam rangka penyusunan ____________________ penulisan hukum sebagai syarat 12) Sutan Remy Sjahdeni op.cit , hlm.4 13) Tempo, Perusahaan Franchisedi Indonesia Menyusut, 4 September 14) Kompas Cyber Media, FranchiseIndonesia Tertinggal, Kompas 12 Juni 2000 untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. B. Perumusan dan Pembatasan 2.Tujuan Objektif Masalah a. Untuk mengetahui bagaimana Berdasarkan apa yang diuraikan implikasi dari penerapan asas dalam latar belakang , maka dapat dirumuskan – permasalahan kebebasan berkontrak permasalahan yang ada sebagai berikut : terhadap perjanjian franchise 1. Bagaimanakah Pelaksanaan dari asas kebebasan berkontrak di Indonesia. terhadap b. perjanjian franchise yang terjadi di kebebasan Kalimantan Timur. dibidang 2. Bagaimanakah peranan pemerintah hal kebebasan menanggapi berkontrak mengetahui peranan Pemerintah dalam hal asas Indonesia khususnya di Samarinda dalam Untuk berkontrak HAKI khususnya pada perjanjian franchising di asas Indonesia terhadap dalam bentuk peraturan – peraturan hukum Perjanjian Franchise yang terjadi di yang ada. Indonesia dalam bentuk peraturan – peraturan hukum yang ada. D. Metode dan Tehnik Penelitian C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Penelitian Kepustakaan 1.Tujuan Subjektif 6 Yaitu dengan meneliti berbagai dilakukan, dalam hal ini dapat bersifat sumber kepustakaan, yang terdiri yuridis normatif, atau yuridis sosiologis ( dari : empiris ), sebagai berikut : b. Bahan hukum primer, yaitu : 1. Yuridis Normatif 1.Undang – Undang dasar 1945 Yaitu bahan hukum yang memberikan 2. Kitab Undang – Undang penjelasan Hukum Perdata penelitian Hak atas Kekayaan Intelektual Tentang praktek hukum dan karya ilmiah dari kalangan hukum yang relevan bagi 4. Undang – Undang No 5 Tahun 1999 bahan berupa hasil – hasil primer yang 3. Undang – Undang mengenai 5. mengenai penulisan. Disamping itu juga Larangan Monopoli bahan hukum yang memberikan petunjuk dan dan penjelasan terhadap bahan hukum primer Persaingan Usaha Tidak sehat. dan bahan hukum sekunder yang berupa Peraturan No.16 Pemerintah Tahun RI kamus umum, kamus hukum,majalah, surat kabar,dan jurnal – jurnal ilmiah. 1997 Tentang Franchise dan keputusan 2.Yuridis Sosiologis Menteri Penelitian Lapangan dilakukan Perindustrian dan perdagangan mengumpulkan data primer dari hasil RI No. 256/MPP/Kep/7/1997 lapangan Tentang Ketentuan dan Tata kelapangan cara Pelaksanaan Pendaftaran keterangan dan informasi yang relevan Usaha Franchise. dengan obyek penelitian. Pada bagian ini juga menjelaskan dengan terjun sekaligus BAB II HASIL PENELITIAN DAN tentang sifat peneletitian hukum yang PEMBAHASAN 7 langsung mencari kontrak A. Pelaksanaan dari asas perjanjian asas a. Perjanjian Baku Perjanjian ini telah dikenal kebebasan masyarakat berkontrak dari segi aspek hukum dalam yang terdapat dalam perjanjian Franchise sangat final. Franchise/franchise bisnis yang Bisnis meraih atau penyeragaman syarat – syarat dalam perjanjian baku. Dalam diperlukan ketelitian dan analisis Franchise yang mendalam dalam perbuatan kontraknya. Tidak sedikit dari beberapa franchise yang tidak hal perjanjian hampir terdapat perjanjian standar yang seluruhnya baku dimiliki atau oleh perusahaan Franchise yang telah menjalankan miliki bisnis franchise sehingga gulung persaingan, maupun yang it” dan kedua adalah sifat uniform para pihak tersebut, untuk itu , perjanjian adhesie atau prinsip “take it or love Franchise yang dibuat mengikat bangkrut merupakan pihak. Memiliki dua sifat yaitu besar pula. Mengingat perjanjian / adapun tertentu yang dibuat oleh satu tetap mengandung risiko yang tikar usaha, didalamnya terdapat syarat – syarat yang singkat, meskipun demikian bertahan khususnya baku merupakan keuntungan besar dalam waktu mampu umum dunia perjanjian merupakan dapat tidak satu pihak. Franchise yang terjadi. Implikasi dirasakan seimbang atau merugikan salah kebebasan berkontrak yang terhadap yang keberhasilan karena kesuksesan atau dibidangnya. Franchisor memiliki keuntungan. dari sisi 8 Dalam hal posisi baraining power yaitu fase pra yang kuat untuk memaksakan kontraktual, dan klausula dalam perjanjian Franchise/ franchise kontrak. kontrak, fase Namun akan fase pasca timbul tersebut permasalahan tersebut ketidakseimbangan posisi dalam franchisor membuat klausula yang hal tawar – menawar diikuti memberatkan lawannya. dengan itikad tidak baik dari pihak jumlah – franchisor. Yang menyebabkan terkadang Seperti dalam hal pihak dalam hal ketika pembayaran royalti, perusahaan timbulnya franchise yang pelaksanaan perjanjian tersebut. Indonesia Mc terkenal Donalds di telah ketidakadilan Franchisedilihat dalam dari segi menetapkan berapa jumlah royalti ekonomi merupakan suatu metode yang harus dibayarkan franchisee, pemasaran yang bertujuan untuk pemutusan perjanjian dan biasanya mengembangkan perjanjian dari usaha dengan cepat melalui sistem banyak terdapat klausula mengenai duplikasi. Sehingga terlihat banyak kewajiban dari pihak yang lemah para franchise yang terburu – buru dalam perjanjian tersebut. dalam mengambil keputusan untuk baku terlihat atau ekspansi Perjanjian baku ini sendiri mengadakan perjanjian franchise memiliki manfaat bagi perusahaan tanpa melihat isi perjanjiannya dalam terlebih mempercepat proses dahulu, apalagi jika administrasi dalam hal terjadinya franchise tersebut tidak didampingi perjanjian. Melihat proses kontrak oleh itu sendiri terbagi dalam 3 fase, melihat bargaining power yang 9 konsultan hukum untuk seimbang dalam klausula biaya untuk perjanjian Franchisenya . Biasanya pelatihan, bantuan tekhnis, strategi pemasaran dan Franchise/ sebagainya. franchisee hanya menjalankan Selain itu banyak perjanjian suatu system dengan franchise yang sudah dipersiapkan menandatangani perjanjian yang oleh franchisor asing dalam bentuk memberikan perjanjian baku, sehingga franchise franchisor kekuasaan untuk kepada mengontrol, lokal tinggal menerimanya. semua aspek usaha franchisee Umumnya termasuk ketentuan tersebut disusun dalam bahasa perjanjian. Seperti pemutusan perjanjian hal inggris hukum yang berlaku adalah penetapan harga royalti yang harus hukum negara asal franchisor. dibayarkan oleh franchisee setiap Sedangkan dalam PP No.16 Tahun bulannya berdasarkan omset, dan 1997 mengharuskan berlakunya bukan dari keuntungan. Terdapat hukum Indonesia dan penggunaan penetapan secara sepihak dari bahasa Indonesia dalam perjanjian franchisor tanpa adanya penawaran franchise. Dalam hal kenyataannya lagi setelah pun juga, ternyata masih terdapat Franchise/ franchise meningkatkan beberapa perjanjian dalam bahasa jumlah investasinya, maka seorang inggris masih berlaku dan sama franchisor kuatnya dengan yang berbahasa dari oportunitis dalam dalam franchisee, dapat dengan menjadi cara Indonesia. mempertinggi persyaratan volume Selain penjualan, meningkatkan biaya – itu pula terdapat permasalahan dalam hal perjanjian 10 baku mengenai syarat batalnya produk perjanjian yang Perjanjian Franchise /Franchisee 1266 yang berbentuk produk dan merek franchise terkandung dalam pasal atau merek KUH Perdata yang menjelaskan dagang syarat memfokuskan batal dicantumkan diangggap dalam selalu , dagang . biasanya pada lebih produknya perjanjian atau merek dagangnya ditambah yang bertimbal balik, manakala dengan marketing program. Dalam salah satu pihak tidak memenuhi hal ini produk tersebut harus sama kewajibannya atau wanprestasi. dengan standar yang ditetapkan Lazimnya dalam perjanjian baku oleh franchisor. Namun terdapat memakai ketentuan dalam hal permasalahan terdapat kesepakatan antara para membatasi pihak kebebasan untuk melepaskan mengenyampingkan atau ketentuan ketika ruang franchisor gerak penuh atau bagi franchice/Franchise. Karena pasal 1266 ayat 2 KUH Perdata, Franchise harus mengikuti sistem maka yang konsekuensi hukumnya telah dibakukan sesuai adalah jika terjadi wanprestasi dengan perjanjian Franchisenya / perjanjian franchisenya. tersebut batal demi hukum. Dalam b.Pertanggungjawaban Para pihak hal ini terdapat persamaan antara sendiri keagenan dengan dengan Franchise/Franchisee dengan perjanjian franchise. Keduanya format lebih banyak sama-sama dengan bentuk perjanjian dalam sistem pemasaran Di Indonesia bisnis dibandingkan 11 perjanjian merupakan suatu - Pasal 76 – 8a KUH Dagang yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dengan memakai mengenai komisioner. merek dagang ataupun hak atas - Keputusan kekayaan intelektual dari pihak Perindustrian prinsipal Keagenan . Namun terdapat Menteri RI Tentang Tunggal perbedaan yang penting keagenan No.295/M/SK/7/1982 dapat Dalam praktik bisnis franchise/waralana di Amerika mengandung perjanjian pemberian kuasa, hal ini dikaitkan dengan pihak ketiga. dengan suatu wewenang untuk Disinilah bertindak atas prinsipal. Di Indonesia Franchise/ perbedaan franchise antara dengan sendiri, pemberian kuasa, karena dalam peraturan mengenai keagenan dan pemberian kuasa si penerima kuasa distributor diatur bertindak untuk dan atas nama Mengingat perjanjian terperinci, pun pemberi kuasa sehingga pemberi masuk dalam kategori perjanjian kuasa bertanggung jawab atas jenis baru, namun memiliki dasar penerima kuasa selama tindakan hukum yang berkaitan dengan : tersebut dilakukan dalam lingkup - Pasal 1338 KUH Perdata pemberian kuasa. Dalam praktik - Pasal 1792 – 1819 KUH perjanjian Franchise/ franchise di Perdata, mengenai ini perjanjian Indonesia juga dicantumkan klausula “no agency” pemberian Kuasa . Dalam pengadilan di Amerika - Pasal 62 – 73 KUH Dagang Serikat akan melihat apakah dalam mengenai makelar kenyataannya franchisee tunduk 12 dalam pengawasan franchisor. Salah satu bagian terpenting Sebab unsur esensial pada agency dalam relationship dalam sistem common Franchise/ law adalah agen tunduk dalam mengenai pengawasan prinsipal. Apabila perjanjian. pengadilan menemukan bahwa telah klausula perjanjian franchisee klausula adalah pemutusan Sebagaimana dijelaskan yang dalam bab dalam kenyataan yang sebenarnya terdahulu, setidaknya klausula franchisor mengendalikan,maka pemutusan perjanjian memuat pengadilan akan memutuskan beberapa syarat atau alasan yang bahwa franchisee bertindak untuk masuk akal dan tentunya dengan dan atas nama franchisor atau itikad baik yang dilaksanakan oleh dengan perkataan lain franchisee pihak tersebut. adalah agen dari franchisor. Berkaitan dengan kebebasan pengadilan berkontrak yang di aplikasikan menemukan bahwa pengawasan dalam perjanjian standar franchise, oleh franchisor terhadap franchisee maka hanya sebatas quality control maka pemutusan pengadilan lebih banyak diatur oleh pihak Sebaliknya bahwa jika akan memutuskan franchisee independent contractor adalah klausula perjanjian mengenai biasanya yang lebih kuat secar ekonomi. yaitu Praktiknya di Indonesia berdiri sendiri dan bertindak untuk kebanyakan perjanjian hal seperti dirinya sendiri. ini tidak dapat dianggap tidak a. Pemutusan Perjanjian memenuhi prinsip keadilan jika syarat pemutusan perjanjian hanya 13 dibuat secara sepihak, dalam hal sendiri ini biasanya pihak franchisor lebih sendiri. dominan untuk menetapkan syarat b. diwilayah franchisee Penyelesaian Sengketa – syarat dan standar yang harus perselisihan diikuti yang Bisnis memungkinkan franchisor dapat merupakan membatalkan perjanjian apabila menguntungkan namun juga tak franchisor menilai franchisee tidak lepas dapat memenuhi kewajibannya. konflik antara franchisor ataupun Seperti kegagalan memenuhi franchisee. Untuk standar operasi, kegagalan mengenai penyelesaian sengketa memenuhi jumlah penjualan dan perselisihan antara para pihak sebagainya. sangat penting untuk dicermati oleh franchisee Sehingga seorang dimungkinkan franchisor memanfaatkan Franchise/franchise dari suatu bisnis permasalahan yang atau itu klausula dalam perjanjian franchise. dapat Berdasarkan asas kebebasan kedudukan berkontrak tersebut, maka para franchisee untuk menguji pasar pihak yang ada. Setelah mengetahui mengenai penyelesaian sengketa bahwa tersebut perselisihan yang akan dipakai. seorang Apakah penyelesaian melalui jalur pasar menguntungkan, menentukan sendiri franchisor dapat memutuskan pengadilan ataupun jalur diluar perjanjian dan selanjutnya pengadilan /alternatif penyelesaian franchisor dapat Franchise/franchise membuka sengketa. outletnya 14 Ketentuan mengenai 2004 memberikan ketentuan yang penyelesaian perselisihan biasanya membolehkan penggunaan diatur dalam perjanjian franchise lembaga dalam oleh para pihak sebagai upaya penyelesaian hukum yang akan diberlakukan prinsip “ informal prosedure and jika can be put quickly”. Dan dalam terdapat konflik dan arbitarse membutuhkan penyelesaian yang UU singkat. hal ini memberikan harus sesuai No. sengketa 04 hal yaitu Tahun 2004 ketentuan yang dengan ketentuan dalam pasal 2 PP memboleh No.16 arbitrase dalam hal penyesuaian Tahun terhadap 1997, perjanjian bahwa pengunaan franchise sengketa indonesia Sebagaimana telah diatur lebih cenderung untuk tidak membawa lanjut dalam UU No. 30 Tahun sengketanya kepengadilan, 1999 dalam pasal 66 huruf b namun mereka lebih senang untuk mengenai ruang lingkup hukum memilih lembaga non – litigasi perdagangan atau penyelesaian sengketa diluar antara lain bidang perniagaan, pengadilan perbankan, keuangan, penanaman diberlakukan hukum itu Seperti suatu prinsip yang dikenal dikalangan luar lembaga pengadilan. adalah kegiatan modal, industri, dan hak atas pengusaha kekayaanintelektual. Pasal 5 ayat dalam hal penyelesaian sengketa, (1) UU No. 30 Tahun 1999 yang yaitu prinsip informal prosudure memberikan makna yang luas and can be put quickly. Dan dalam megenai Undang – Undang No 4 Tahun franchise termasuk kategori Hak 15 perdaganga, maka atas kekayaan intelektual dapat perusahaan diselesaikan bersengketa dengan lembaga arbitrase. yang Penggunaan arbitrase ini pun sangat membantu perjanjian franchise yang ke publik mengakibatkan jatuhnya citra nama atau mengingat kredibilitas merupakan franchisor itu sendiri. kategori dalam penggunaan hak perusahaan 2) Dimungkinkan karena atas kekayaan intelektual. Yang pengusaha asing tersebut mana tidak mengetahui hukum di terdapat dalamnya rahasia mungkin dagang dari yang berlaku di negara masing-masing frachise baik dari tersebut, baik material produk maupun formalitas. manajemen memberikan yang ciri perusahaannya. khas Sehingga 3) Biasanya baik jalur pengadilan memakan frachior maupun franchise lebih waktu yang lama dan memilih mahal, lembaga dibandingkan arbitrase penyelesaian keputusan abitrase dapat sengketa yang lainnya, disebabkan mempersingkat : Dengan sifat yang final 1) Karena para pihak tidak mengingankan dan mengikat para pihak, untuk menyebabkan keputusan mempublikasikan sengketa, ataupun tersebut konflik, rahasia waktu. dimintakan dari tidakdapat banding, kasasi, maupun diadakan 16 bantahan atau sanggahan Dengan (verzet). perjanjian 4) Menghindari dimuka sengketa hakim pelaksanaan Franchise/franchise yang ada di Indonesia, pemerintah yang memiliki dikhawatirkan akan regulator baik sisi hukum maupun memihak para ekonomi. Hal ini terlihat dalam pihak bahwa tidak harus peran bentuk serta peraturan Pemerintah membawa Nomor persengketaannya keputusan kehadapan Perdagangan Peridustrian Nomor asing peradilan dari lawan sengketanya, menurut mereka 16 dalam Tahun Menteri 1997 dan Departemen 259/MPP/Kep/7/1997 sebagai tentunya ketetentuan tata cara pendaftaran pandangan Franchise ketentuan – ketentuan akan bersifat tersebut merupakan peranan dalam terlampau condong untuk bentuk perlindungan hukum yang memberikan termasuk namun tidak terbatas perlindungan hukum dalam aspek hukum perjanjian kepada warga negaranya Franchise/franchise yang ada di sendiri. Indonesia. B.Peranan Pemerintah Untuk Yang itu peranan Berkaitan Dengan Perjanjian pemerintah yang cukup penting Franchise/ dalam Franchise Di perkembangan Franchise/franchise di Indonesia Indonesia. terdapat dalam hal : 17 a. berdasarkan Menteri Keputusan Deperindag Franchise No ketentuan ini dasarnya dimaksudkan 259/MPP/Kep/7/1997 Pasal 2 untuk menghindari “makelar menyebutkan franchise” yang menerima hak perjanjian bahwa franchise harus Master dibuat secara tertulis dengan hukum c. Indonesia. Hal ini merupakan bentuk Franchisee tanpa kewajiban pelaksanaan. bahasa Indonesia dan berlaku b. pada Pasal 5 menyebutkan sebelum membuat perjanjian franchisee peranan seorang franchisor diharuskan pemerintah dalam mengatur untuk perjanjian keterangan tertulis dan benar franchise di menyampaikan – Indonesia. sekurang Dalam hal penunjukan master mengenai identitas franchisor, franchise yang diberikan hak obyek untuk menunjuk lebih lanjut berkaitan dengan HAKI , hak seorang dan kewajiban para pihak cara subfranchisee berdasarkan Keputusan Menteri dan kurangnya franchise syarat yang pengakhiran Deperindag pemutusan dan perpanjangan menyebutkan bahwa master perjanjian, dan hal – hal lain franchisee wajib mempunyai yang dan franchisee dalam pelaksanaan melaksanakan sendiri sekurang – kurangnya 1(satu) tempat usaha untuk melakukan kegiatan usaha perlu diketahui perjanjian franchise. d. Pasal 7 ayat 1 mengenai klausula 18 yang wajib dicntumkan dalam perjanjian - Ganti rugi dalam franchise: perjanjian - Nama, alamat dan tempat pembayaran imbalan kedudukan perusahaan bahan - Nama jabatan Hak dan hasil produksi dalam negeri Kewajiban, penemuan atau - Pembinaan bimbingan dan ciri khas usaha misalnya pelatihan sistem franchisee cara penjualan atau distribusi yang cara - Penggunaan barang atau masing – masing pihak. manjemen tata hal e. kepada Dalam pasal 8 menyebutkan merupakan mengenai jangka waktu yang karakteristik khusus yang berlaku sekurang – kurangnya menjadi objek franchise. 5 tahun. Dengan demikian - Hak dan kewajiban masing – masing pihak franchisor tidak dapat serta memutuskan perjanjian suatu bantuan dan fasilitas yang waktu atau dengan perkataan diberikan lain dilarang untuk membuat kepada franchisee perjanjian - Wilayah pemasaran. bersifat kapan saja. - Jangka waktu perjanjian - Ketentuan franchise yang f. syarat Pasal 11 menyebutkan bahwa master franchisee wajib untuk pemutusan perjanjian mendaftarkan franchise tertulis 19 dan pada perjanjian keterangan Departemen Perindustrian dan perdagangan g. - Pasal 11 Republik Indonesia. Menteri Pasal 16 menyebutkan bahwa kewajiban franchisor mendaftarkan wajib dan franchisee mengutamakan atau Deperindag franchise memperioritaskan penggunaan Keputusan untuk perjanjian guna mendapatkan STPUW. barang atau hasil produksi Sebagaimana terdapatnya dalam negeri. Dengan begitu ketentuan mengenai pendaftaran terdapatnya keikutsertaan dari franchise di Indonesia baik PP pengusaha sehingga No.16 Tahun 1997 maupun dalam peningkatan Keputusan Menteri Deperindag No kecil terjadinya kualitas dan produktifitas dari 259/MPP/Kep/7/1997. pengusaha kecil di Indonesia. pendaftaran Franchise/franchise di Mengenai pendaftaran Indonesia diatur dalam PP No. 16 franchise di Indonesia diatur dalam Tahun PP Menperindag No.16 tahun 1997 keputusan dan Menperindag No.259/MPP/Kep/7/1997. Yang ketentuan franchise dan keputusan No tersebut mewajibkan perjanjian Franchise/franchise di - Pasal 7 PP No. 16 Tahun bahwa 1997 259/MPP/Kep/7/1997 yang mana dicantumkan dalam : 1997 Mengenai Indonesia wajib untuk didaftarkan perjanjian wajib di Departemen Perindustrian dan untuk perdagangan. Namun hal yang didaftarkan. hanya berlaku untuk franchisee atau master franchise di Indonesia, 20 sedangkan franchisor asing tidak untuk membuat perjanjian tanpa adanya memiliki pembatasan yang tegas dari peraturan kewajiban mendaftarkan untuk franchisenya di yang ada. Sebagaimana kebanyakan dari Indonesia. para pihak franchise baik franchisor BAB III maupun franchisee yang menginginkan PENUTUP agar perjanjian Franchise/franchise yang Berdasarkan uraian – uraian yang telah disajikan sebelumnya. pada Maka – bab dapat ada di Indonesia tidak terlalu diatur bab secara diberikan pemerintah, berkembang dengan baik dalam suatu ekonomi. Kesimpulan 1. Pelaksanaan oleh sehingga usaha franchise tersebut dapat kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. spesifik yang terjadi dapat 2. Peranan pemerintah yang menimbulkan suatu persaingan usaha cukup yang tidak sehat maupun tindakan perkembangan Franchise/franchise monopoli seperti yang tercantum dalam di Indonesia terdapat dalam hal . Undang – undang No.5 Tahun 1999, Berdasarkan Keputusan Menteri mengingat Deperindag perjanjian Franchise/ penting dalam No franchise di Indonesia belum memiliki 259/MPP/Kep/7/1997 Pasal suatu peraturan yang mengatur secara menyebutkan perjanjian rinci dari segala aspek. Sedangkan franchise perjanjian yang tertulis dengan bahasa Indonesia memakai Asas Kebebasan Berkontrak dan berlaku hukum Indonesia. Hal Dalam pasal 1338 KUH Perdata telah ini merupakan bentuk peranan memberikan kebebasan bagi para pihak pemerintah franchise tersebut 21 bahwa harus dibuat dalm 2 secara mengatur perjanjia franchise di Indonesia. Dimaksudkan agar hal tersebut dapat Asas Kebebasan berkontrak dalam memberikan perjanjian franchise tersebut pada bagi pihak yang lemah dari sisi prinsipnya tidak secara mutlak perjanjian Franchise/ franchise. terlaksana, mengingat terdapatnya 2. peranan pemerintah dalam hal tata menyangkut kerjasama antara pihak cara franchise di Indonesia. Seperti Pemerintah dengan asosiasi franchise/ Tata cara pendaftaran franchise Franchise yang ada, agar peranan dan Tanda pemerintah dalam hal pengembangan Pendaftaran Usaha Franchise pada Franchise/franchise dapat terlaksana Departemen Perdagangan Dalam lebih maksimal. Hal itu dapat berupa Negeri. Penggunaan barang hasil diadakan pengawasan yang lebih produksi dalam Negeri. Sebagai ketat dan tegas dari pemerintah pemasok ataupun pihak Franchise mengenai sehingga dapatkan meningkatkan franchise, yang hal ini dimaksudkan dan mengembangkan usaha kecil untuk dan menengah di Indonesia. dan pemberdayaan pengusaha kecil B. Saran-saran dan menengah yang berkelanjutan. penerbitan Surat 1. Perlu dibuatnya suatu peraturan yang secara khusus hukum yang koordinasi pendaftaran pembinaan, yang hukum solid Franchise/ pengembangan, DAFTAR PUSTAKA [1] Fern,Martin Franchising Law Volume I,Times Mirror Bodes,USA,1992. [2] Fuandy, Munir,Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global ,PT Citra ,Bakti,Bandung,2002. [3] Hadisoeporto, Hartono, Pengantar Tata Hukum Indonesia edisi 4,Liberty, yogyakarta,1998. mengatur mengenai franchise berikut aspek – aspek Perlu perlindungan terkandung didalamnya, termasuk juga dalam hal disclure document yang lebih rinci. 22 [5] HS,Salim Hukum kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,Depdiknas,Mataram 2002. [6] Lindsey, Prof Tim,dkk(editor),Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar ,Alumni, Bandung ,2002 [7] Mahmud Marzuki, Peter dkk (editor), Hukum Kontrak di Indonesia Seri Dasar Hukum Ekonomi, V, Elips, Jakarta, 1998 [8] Siswanto, Arie, Hukum Persaingan usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002 23