1 EFISIENSI PENGGUNAAN GRAMOXONE DITAMBAH EKSTRAK DAUN ALANG-ALANG TERHADAP PENGENDALIAN GULMA Oleh ERWINSYAH 090500063 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINA SAMARINDA 2012 2 EFISIENSI PENGGUNAAN GRAMOXONE DITAMBAH EKSTRAK DAUN ALANG-ALANG TERHADAP PENGENDALIAN GULMA Oleh ERWINSYAH 090500063 Karya ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINA SAMARINDA 2012 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul karya Ilmiah : Aplikasi Herbisida Campuran Ekstrak Daun Alang-alang Gramoxone Terhadap Pengendalian Gulma Nama : Erwinsyah NIM : 090500063 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut., MP NIP.197707232003122002 Nurlaila SP., MP NIP.197110302001121001 Nur Hidayat, SP, MP NIP.19610914199002001 Menyetujui / Mengesahkan, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ir. Syarifuddin, MP NIP.196507062001121001 Lulus ujian pada tanggal : …………………………… 4 ABSTRAK ERWINSYAH. Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang Terhadap Pengendalian Gulma (dibawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI ) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aplikasi ekstrak daun alangalang terhadap pengendalian gulma di lahan dan menghemat penggunaan gramoxone. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, dari persiapan penelitian sampai penyusunan karya ilmiah terhitung mulai bulan Pebruari sampai dengan April 2012 di lahan sekitar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini disusun dalam lima perlakuan dan lima ulangan. Jadi jumlah petakan yang diamati adalah 25 petakan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah (p0) konsentrasi gramoxone 0,40 ml/liter air (p1), konsentrasi gramoxone 0,20 ml/500 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 500 ml (p2), konsentrasi gramoxone 0,26 ml/660 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 340 ml (p3), konsentrasi gramoxone 0,30 ml/750 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 250 ml (p4), konsentrasi gramoxone 0,32 ml/800 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 200 ml. Peubah yang diamati adalah lama kematian gulma setelah penyemprotan dan tumbuhnya gulma kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan gramoxone ditambah ekstrak daun alang-alang menunjukkan pengaruh sangat signifikan pada lama kematian gulma dan tumbuhnya gulma kembali. Perlakuan yang terbaik untuk lama kematian gulma dan tumbuhnya gulma kembali setelah penyemprotan adalah perlakuan p1 dengan menghemat penggunaan gramoxone sebesar 50%. Kata kunci : Herbisida Gramoxone, ekstrak daun alang-alang dan gulma 5 RIWAYAT HIDUP ERWINSYAH, lahir pada tanggal 14 Juli 1991 di kecamatan Kembang Janggut, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Merupakan putra pertama dari bapak Surya dan ibu Janawiyah. Pada tahun 1997 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 010 di kecamatam Kembang Janggut, kabupaten Kutai Kartanegara dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama YPK di kecamatan Kembang Janggut kabupaten Kutai Kartanegara dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Kihadjar Dewantara di kecamatan Kembang Janggut dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, jurusan Manajemen Pertanian program studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2009. Pada tanggal 01 Maret sampai dengan tanggal 01 Mei 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. Agrojaya Tirta Kencana, desa Puancepa, kecamatam Muara Kaman, kabupaten Kutai Kartanegara, provinsi Kalimantan Timur. 6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, maka penelitian tentang Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap Pengendalian Gulma dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi D III di program studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis selama ini. 2. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah 3. Bapak Nur Hidayat, SP, M. Sc selaku dosen penguji pertama karya ilmiah 4. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen penguji kedua karya ilmiah 5. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Penulis Sungai keledang Agustus 2012 7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iii DAFTAR TABEL........................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v I. PENDAHULUAN ……………………….......................................... II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………......... 4 A. Tinjauan Umum Gulma Alang-alang........................................ B. Herbisida ................................................................................ C. Herbisida Nabati ...................................................................... 4 9 16 METODE PENELITIAN …………………………………………....... 18 A. B. C. D. E. 18 18 18 19 20 III. IV. V. Tempat dan Waktu ................................................................. Alat dan Bahan ....................................................................... Rancangan Penelitian ............................................................ Prosedur Penelitian ................................................................. Pengambilan dan Pengolahan Data ………………................ 1 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 21 A. Hasil………………………………………………………………… B. Pembahasan ……………………………………………………… 21 24 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………........... 28 A. Kesimpulan............................................................................... B. Saran ........................................................................................ 28 28 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….......... 29 LAMPIRAN……………………………………………………………….......... 30 8 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data pengamatan ZPT Novelgro Alpha Pada Pekecambahan Benih Kopi……………………………... 29 2. Data Pengamatan Benih Kopi Yang Tidak Berkecambah ……………………………………............ 29 3. Dokumentasi Penelitian Perkecambahan Benih Kopi Robusta Dengan Berbagai Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha…………...................……………………………… 30 9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap rata-rata kematian gulma (hari)…......................................................................... 22 2. Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap rata-rata tumbuh gulma setelah penyemprotan (hari)…................................... 23 10 I. PENDAHULUAN Gulma merupakan tumbuhan yang sering tumbuh pada media tanaman budidaya, gulma tersebut dapat menimbulkan kerugian pada tanaman budidaya, sehingga gulma tergolong dalam organisme pengganggu tanaman. Tumbuhan yang tergolong gulma, menimbulkan kerugian-kerugian pada manusia dengan berbagai kemungkinan, yaitu menurunkan kualitas dan kuantitas produksi budidaya tanaman melalui kompetisi dan alelopati (Afruri, 2010). Sifat alelopati tidak selalu menimbulkan kerugian pada semua jenis tanaman, adakalanya sifat alelopati bisa menjadi herbisida organik bagi gulmagulma kelas rendah. Menurut Noor (1987) dalam Afruri (2010), memperkirakan luas penyebaran alang-alang sekitar 604.000 hektar/tahun, sejalan dengan luasnya areal perladangan yaitu ± 17.430 hektar/tahun. Alang-alang merupakan salah satu masalah diantara berbagai masalah dalam budidaya pertanian karena selalu mengganggu tanaman utama dan akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan produksinya berkurang karena tanaman ini menghasilkan alelopati (Yakup, 2002). Tidak dapat dipungkiri bahwa penemuan dan penggunaan herbisida untuk pertanian telah menaikkan produktifitas kerja petani. Bisa kita bayangkan kalau seorang petani mengendalikan gulma secara manual saja maka jumlah lahan yang bisa dikelolanya sangat terbatas dan hasil panennya hanya cukup untuk beberapa orang saja. Tetapi dengan penggunaan herbisida, seorang petani dapat mengelola areal pertanian yang jauh lebih luas dan hasil pertaniannya bisa memenuhi kebutuhan banyak orang (Anonim). 11 Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia atau bahanbahan lain yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya pestisida itu bersifat racun. Oleh sebab sifatnya sebagai racun itulah pestisida dibuat, dijual dan digunakan untuk meracuni OPT. Setiap racun mengandung bahaya. Oleh karena itu, ketidakbijaksanaan dalam penggunaan pestisida pertanian bisa menimbulkan dampak negatif. Di Indonesia, salah satu produk yang mengandung parakuat adalah gramoxone. Gramoxone merupakan racun kontak untuk herbal, yang biasa diterapkan untuk mematikan gulma (di lahan pertanian/perkebunan). Bahan aktif paraquat termasuk golongan II (moderately hazardous) dalam daftar WHO yang artinya bahan racun yang berbahaya bagi lingkungan. Herbisida gramoxone adalah merupakan herbisida kontak yang mengandung paraquat yang menjadi pencemar baur non point source pollution) terhadap tanah dan air tanah. Paraquat diketahui sebagai senyawa toksik keberadaannya di dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Azotobbacter dan Rizobium yng berperan dalam fiksasi nitrogen. Sifat paraquat yang sangat mudah larut dalam air menjadikan paraquat sebagai senyawa yang berpotensi untuk tercucioleh air hujan atau irigasi sehingga mencemari sistem perairan. Informasi dari beberapa uraian tersebut, penelitian tentang uji pengaruh dari allelopati gulma alang-alang terhadap kematian gulma diperlukan untuk mendukung penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang Terhadap Pengendalian Gulma dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan gramoxone 12 yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat umumnya dan petani khususnya, bahwa alang-alang yang dianggap gulma dapat digunakan sebagai herbisida nabati. 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Gulma Alang-alang Menurut Noor (1987) dalam Afruri (2010), memperkirakan luas penyebaran alang-alang sekitar 604.000 hektar/tahun, sejalan dengan luasnya areal perladangan yaitu ± 17.430 hektar/tahunnya. Taksonomi dari gulma alang-alang, menurut Moenandir (1998), adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Family : Graminieae Ordo : Poales Genus : Imperata Spesies : Imperata cylindrical L. Tjirosoedirjo (1984), mencatat beberapa varietas pada gulma alang-alang, yaitu varietas mayor, varietas africana, varietas condensata, dan varietas eureopa. Alang-alang tergolong dalam parennial atau gulma tahunan dengan sistem rhizoid yang meluas serta tinggi batang mencapai 60 – 100 cm. daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama 14 keputihan, daun atas lebih pendek dari pada daun sebelah bawah, dan ligula pendek. Rhizoma atau rimpang (batang yang menjalar di dalam tanah yang membentuk akar dan tunas) bersifat regeneratif kuat dapat berpenetrasi 60 – 150 cm. rimpang berwarna putih atau sekulen, terasa manis, beruas pendek dan bercabang literal membentuk jaringan kompak dalam tanah. Bagian bawah ini berkembang biak, terpencar dengan cepat dan persisten (Moenandir, 1998). Tjitrosoepomo (2000), berpendapat bahwa rimpang sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dari ujungnya tumbuh tunas yang muncul di atas dan menjadi tumbuhan baru. Mercado dalam Tjitrosoedirdjo. (1994), mencatat bahwa jumlah biji bervariasi antara 500 – 1.000 biji dalam keadaan di lapangan, apabila populasi alang -alang cukup tinggi dapat mencapai 10 – 20 malai bunga/m2 . Sastroutomo (1990), mencatat jumlah biji per gram pada gulma alang-alang sebanyak 8.720 biji gulma sebesar 0,114 g, dan rata-rata biji per tumbuhan sebanyak 2.195. Pada umumnya alang-alang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Hal ini disebabkan syarat tumbuh alang-alang relatif mudah, alang-alang dapat tumbuh pada berbagai bentuk landskap, ketinggian dari permukaan laut, tipe iklim dan ordo tanah. 15 Bedasarkan tipe iklim ternyata lahan alang -alang terdapat pada berbagai tipe iklim yakni A, B, C, D, dan E. penyebarannya terdapat pada dataran rendah dengan reginm suhu tanah panas atau isohypertermik (800m dpl), maupun di pegunungan dengan regim suhu tanah dingin atau isotermik (800 – 1800m dpl) dan ada kecenderungan tidak terdapat pada regim suhu tanah isomesik. Demikian juga lahan alang-alang tidak terdapat pada regim kelambaban sangat basah atau parakuik dan mungkin juga pada daerah yang sangat kering atau andik. Jadi di Indonesia penyebaran alang-alang di indonesia sangat luas. Hasil penelitian menyebutkan bahwa alang -alang mengandung mannitol, glukosa, asam malic, asam sitrat, coixol, arundoin, silindrin, fernerol, simiarenol, anemonin, esin, alkali, saponin, taninin, dan polifenol. (Anonim, 2005) Dengan kandungan-kandungan itu, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan pendarahan), dan menghilangkan haus.dan membuat adem. Alelopati berasal dari bahasa yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat 16 tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus (Eucalyptus spp.).Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karen itu, alelopati dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan. Contoh alelopati di dalam ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagelataa dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan dan binatang laut lainnya. Allelopathy alang-alang (Imperata cylindrica) pada umumnya memiliki dampak positif dan negatif bagi kelangsungan hidup organisme dan ekosistem. Pemanfaatan senyawa ini di bidang pertanian antara lain untuk pengendalian gulma (herbisida) yang bisa memberantas tanaman-tanaman pengganggu. Dari ekstrak yang dibuat, kita bisa langsung mennggunakannya pada sebuah lahan sehingga cara seperti ini relatif mudah dilakukan dan memakan biaya yang tidak terlalu mahal. Penyebaran ekstrak Allelopathy diset sedemikian rupa agar tidak memberikan dampak/pengaruh negatifnya pada tanaman budidaya. Sehingga tujuan utama memberantas gulma menjadi lebih optimal. Sistem penataan lahan menjadi salahsatu faktor pendukung keberhasilan Allelopathy dalam memudahkan pemberantasan gulma. Dengan penggunaan ekstrak ini, petani bisa menekan biaya perawatan tanaman karena jaul lebih ekonomis daripada penggunaan herbisida kimiawi. Inovasi sederhana yang hendak diterapkan ini pada dasarnya bisa banyak membantu petani bahkan orang yag mengonsumsi hasil tanamannya karena tidak memiliki dampak buruk terhadap kesehatan manusia. 17 Allelopathy mengandung senyawa-senyawa aromatik seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organik dan asam lemak serta ion-ion logam penghambat pertumbuhan. Senyawa-senyawa ini pada umumnya memiliki karaktersitik tersendiri dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Allelopathy merupakan zat yang bersifat antagonis dengan hormon petumbuhan tanaman seperti Giberelin, Auksin dan Sitokinin. Namun, dampak yang terlihat lebih cenderung ke pertumbuhan tinggi tanaman yang relatif membuat kerdil tanaman tersebut, dengan catatan konsentrasinya mulai dari yang rendah sampai sedang. Dalam hal ini, aktivitas hormon Giberelinlah yang lebih dihambat oleh zat tersebut. Giberelin berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan embrionik sel yang mendorong untuk pembelahan dan perpanjangan sel. Imbasnya, tumbuhan yang terkena Allelopathy akan terganggu pertumbuhannya dan tumbuhan tersebut bisa menjadi kerdil bahkan bisa sampai layu dan mati. (Anonim, 2004) Kemampuan Allelopathy menghambat pertumbuhan tanaman bergantung pada jumlah konsentrasinya. Dalam konsentrasi yang rendah sampai sedang, hal fisis yang terlihat adalah tanaman bisa menjadi kerdil. Namun jika terdiri dari jumlah konsentrasi yang besar, tanaman yang diberi pengaruh Allelopathy akan menjadi layu bahkan sampai mati. Hal ini juga bergantung pada jenis tanaman yang dipengaruhi. Jika tanaman yang diberi pengaruh allelopathy memiliki daya tahan kuat, semakin banyak pula konsentrasi Allelopathy yang harus diberikan. Jika tanamannya tidak memiliki daya tahan yang cukup kuat, bisa dengan sedikit konsentrasi saja tanaman tersebut bisa layu atau berujung pada kematian. 18 B. Herbisida Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma, bahan itu disebut herbisida dimana herbi berarti gulma dan sida berarti membunuh. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma daun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat saat pemberian dibutuhkan dan sesuai denga waktu pemberian Menurut (Yakup, 2002) herbisida adalah zat kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan bahkan mematikan. Dari asal kata herbisida berasal dari kata herba (gulma) dan sida (membunuh). Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat sasarannya. keseimbangan Cara yang dikenali kerja lain produksi oleh adalah bahan-bahan enzim yang dengan kimia yang menjadi mengganggu diperlukan tumbuhan. Beberapa jenis pestisida yang banyak digunakan di lahan pertanian menggunakan bahan aktif (paraquat) yang digolongkan sebagai herbisida golongan piridin yang bersifat kontak tak selektif dan dipergunakan secara purna tumbuh. Bahan aktif pada herbisida merupakan senyawa toksik yang 19 keberadaannya dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Azotobacter dan Rhizobium yang berperan dalam fiksasi Herbisida dalam penggunaannya mempunyai sifat dan cara kerja yang berbeda. Cara kerja yang berhubungan dengan peristiwa pemberian herbisida pada tumbuhan sampai terjadi kematian. Untuk ini dikenal herbisida kontak dan sistemik. Secara umum klasifikasi herbisida ada 3, yaitu : a. Berdasarkan waktu aplikasi 1) Pre plant adalah herbisida yang diaplikasikan pada saat tanaman (crop) belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah. 2) Pre emergence adalah herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma tumbuh. Semua herbisida pratumbuh, adalah soil acting herbicide atau herbisida tanah. Pakailah herbisida yang tidak mudah menguap dan mudah dilarutkan air hujan sehingga mudah masuk kebawah permukaan tanah, tempat benih berkecambah. Contohnya : alachor, benfluralin, chlortal, dichlobenil, dan linuran. Paraquat dapat pula dipakai secara pra tumbuh. 3) Post emergence adalah herbisisda yang diaplikasikan pada saat gulma tumbuh. Penyemburan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh. Oleh karena itu, semua herbisida pasca-tumbuh adalah foliage applied herbicide. Herbisida pasca-tumbuh ada yang sistemik ada pula yang non-sistemik. 20 b. Berdasarkan cara aplikasi Cara aplikasi herbisida ada 2, yaitu 1) Melalui daun Aplikasi melalui daun ada 2, yaitu : a) Bersifat kontak Herbisida kontak dapat mngendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena langsung dengan herbisida. Karena sifat herbisida ini tidak ditranslokasikan atau tiadak dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak organ gulma yang terkena herbisida akan semakin baik daya kerja herbisida tersebut. Oleh karena itu, herbisida kontak umunya diaplikasikan dengan volume semprot tinggi (600 – 800 l/Ha) sehingga seluruh permukaan gulma dapat terbasahi. Daya kerja herbisida tersebut kurang baik bila diaplikasikan pada gulam yang memiliki organ perkembangbiakan dalam tanah, seperti umbi (teki) atau rizom (alang-alang) karena bagian tersebut tidak dapat dijangkau oleh herbisida. Sedangkan kelebihan yang dimiliki adalah daya kerjanya cepat terlihat. Herbisida gramoxone adalah senyawa kimia peracun gulma yang apabila pada berbagai tumbuhan akan mematikan selektif (gulma) dan tidak mengganggu tanaman budidaya (Anonim, 1995). 21 Herbisida gramoxone merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua (Moenandir, 2003) Adapun fungsi dari herbisida gramoxone adalah sebagai berikut: a. Mengendalikan anakan liar b. Mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit c. Mengendalikan rumput teki dilahan tanpa ada yang dirawat Sedangkan bahan aktif yang terkandung dalam herbisida gramoxone yaitu parakuat diklorida 276 g/l dan ion 200 g/l. Herbisida paraquat merupakan herbisida kontak dari golongan bipiridilium yang digunakan untuk mengendalikan gulma yang diaplikasikan pra-tumbuh. Herbisida tersebut digunakan secara luas untuk mengendalikan gulma musiman khususnya rerumputan. Jenis herbisida paraquat terikat kuat oleh butir-butir tanah yang menyebabkan senyawa ini dapat bertahan lama di dalam tanah dan tidak dapat diserap oleh akar sehingga efektivitasnya dalam mengendalikan gulma menjadi berkurang. Herbisida paraquat dan herbisida lainnya pada prinsipnya hanya ditujukan pada objek sasaran yakni gulma yang bersangkutan. Namun pada aplikasinya, sebagian besar 22 bersinggungan dengan tanah yang menyebabkan herbisida tersebut teradsorpsi ke dalam tanah. Herbisida paraquat merupakan sumber pencemar baur (nonpoint source pollution) terhadap tanah dan air tanah. Salah satu ragam sumber kegiatan pertanian yang umum mencemari lingkungan adalah pestisida, termasuk di dalamnya insektisida, fungisida, dan herbisida. Pencemaran herbisida merupakan salah satu masalah lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap mikroorganisme tanah. Aplikasi herbisida melalui tanah sebenarnya kurang efisien, karena bahan aktif herbisida banyak diserap oleh koloid tanah dan bahan organic di dalam tanah. Paraquat diketahui sebagai senyawa yang sangat toksik. Keberadaannya di dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Azotobacter dan Rhizobium yang berperan dalam fiksasi nitrogen. Paraquat juga diketahui menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan alga di dalam tanah. Paraquat merupakan bagian dari kelompok senyawa bioresisten yang sulit terdegradasi secara biologis. Paraquat relatif stabil pada suhu, tekanan dan pH normal. Hal ini memungkinkan paraquat untuk tinggal lebih lama di dalam tanah. Sifat paraquat yang sangat mudah larut dalam air menjadikan paraquat sebagai senyawa yang berpotensi untuk tercuci oleh air hujan atau air irigasi sehingga mencemari sistem perairan (surface and ground water). 23 b) Bersifat sistemik Herbisida sistemik merupakan suatu herbisida yang dialirkan atau ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida kebagian lainnya, biasanya akam menuju titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Translokasi herbisida dapat berlangsung secara simplastik ( melalui jaringan hidup denggan pembuluh utama floem) bersamaan dengan translokasi hasil fotosintesis (fotosintat). 2) Melalui tanah Umumnya herbisida yang diberikan melalui tanah adalah herbisida bersifat sistemik. Herbisida ini disemprotkan ke tanah, kemudian diserap oleh akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi ke “slide of action” pada jaringan daun dan menghambat proses photosintesis. c. Berdasarkan bentuk molekul Berdasarkan bentuk molekul herbisida diklasifikasikan menjadi herbisida organik dan anorganik. 1) Herbisida organik : Merupakan suatu herbisida yang tersusun secara organik. Pada 1932 dikenal 3,5-dinitro-0-kresol atau DNOC. Perkembangan hebisida organik menjdi pesat setelah ditemukannya 2,4-D. Golongan herbisida ini ialah :minyak 24 (aromaterapi polisiklik), alifatik 23 (dalapon), amida (Alochor), arsenikal (MSMA), benzoat (dicamba), bipyrilium (paraquat), karbamat (prophan), dinitroanilin (trifluralin), nitril (dichlobenil) f 2) Herbisida anorganik : merupakan suatu herbisida yang tersusun secara anorganik, seperti CuSO4 (gandum), natrium arsenat (herbisida selektif), natrium arsenit (perkebunan), natrium klorat, natrium metabolat, arsen trioksida(AS203), sebagai soil sterilant Menurut (Moenandir, 1998), hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan herbisida antara lain adalah ketepatan penentuan dosis dan konsentrasi. Dosis dan konsentrasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan sia-sianya penggunaan Sedangkan herbisida, dosis dan disamping merusak konsentrasi yang lingkungan. terlalu rendah menyebabkan gulma sasaran tidak mati, disamping malah mendorong mempercepat timbulnya resistensi. Dosis adalah jumlah herbisida dalam liter yang digunakan untuk mengendalikan gulma tiap satuan luas tertentu yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih.Adapun yang mengartikan dosis adalah jumlah herbisisda yang dicampur atau diencerkan dengan air, yang digunakan untuk menyemprot gulma dengan luas tertentu. Sedangkan yag dimaksud dengan 25 dosis bahan aktif adalah bahan aktif herbisisda yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Ada 3 macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan herbisida : 1. Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentasi bahan aktif suatu herbisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air. 2. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya herbisida dalam cc atau gram setiap liter air. 3. Konsentrasi larutan atau konsentrasi herbisida adalah persentase kandungan dalam larutan jadi. C. Herbisida Nabati Herbisida nabati adalah herbisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Saat ini herbisida nabati mulai banyak diminati oleh petani, hal ini dikarenakan mahalnya harga herbisida kimia. Sejak terjadinya krisis moneter, harga herbisida kimia naik menjadi 2 - 3 kali lipat, selain itu pengaplikasian yang kurang bijaksana telah menyebabkan gulma menjadi kebal terhadap herbisida. Karena beberapa gulma telah kebal terhadap herbisida, petani cenderung menggunakan dosis herbisida yang lebih tinggi dan dilakukan berulang-ulang. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat untuk mengatasi masalah tersebut adalah penggunaan herbisida nabati (Sudarmo, 1994) Pada era modern sekarang ini herbisida kimia sangat menjamur dipasaran bahkan hampir semua petani kita menggunakan herbisida kimia, 26 dan jarang sekali peetani yang menggunakan herbisida nabati untk membasmi gulma. Perlu diingat setiap bahan yang mengandung kimia adalah berbahaya. Oleh karena itu, ketidakbijaksanaan dalam penggunaan herbisida pertanian bisa menimbulkan dampak negatif sebagai berikut: 1. Dampak bagi keselamatan mengontaminasi pengguna pengguna secara : pestisida langsung bisa sehingga mengakibatkan keracunan. Keracunan ini dibagi tiga, keracunan akut ringan, berat dan kronis yang dapat menyebabkan kematian. 2. Dampak bagi konsumen : dampak bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak segera terasa. Namun dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. 3. Dampak bagi lingkungan umum : Terjadi pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara). terbunuhnya organisme nontarget karena terpapar secara langsung. Terbunuhnya organisme non-target karena pestisida memasuki rantai makanan. Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan (bioakumulasi). Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam tingkat trofik rantaai makanan semakin ke atas akan semakin tinggi (biomagnifikasi). Menimbulkan efek negatif pada manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan. 4. Dampak bagi lingkungan pertanian (Agro-ekosistem) : OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida. Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurjensi hama). 27 Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun hama yang sama sekali baru. Terbunuhnya musuh alami hama. Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida. Fitotoksik (meracuni tanaman). 5. Dampak sosial ekonomi : penggunaan pestisida yang tidak terkendali menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Timbulnya hambatan perdagangan, misalnya tidak bisa ekspor karena residu pestisida tinggi. Timbulnya biaya sosial, misalnya pengobatan dan hilangnya hari kerja jika terjadi keracunan. biaya 28 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan sejak bulan februari sampai dengan april 2012. Terhitung sejak penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan. B. Alat dan bahan yang akan digunakan Alat-alat yang digunakan adalah alat dokumentasi, alat tulis, blender, kardus, sprayer manual, label, meteran, parang, dan timbangan. Bahan-bahan yang digunakan adalah air, ekstrak daun alangalang dan gramoxone C. Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dalam lima perlakuan dimana tiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Jadi jumlah perlakuan yang diamati adalah 25 petak. Dengan ukuran petak 1m 2. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari : p0 : konsentrasi gramoxone 0,40 ml/liter air p1 : konsentrasi gramoxone 0,20 ml/500 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 500 ml p2 : konsentrasi gramoxone 0,26 ml/660 ml air ditambah ekstrak 29 daun alang-alang 340 ml p3 : konsentrasi gramoxone 0,30 ml/750 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 250 ml p4 : konsentrasi gramoxone 0,32 ml/800 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 200 ml D. Prosedur Penelitian 1. Penyiapan Tempat Penelitian Tempat penelitian di areal lahan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda diberi petak sebanyak 25 petak, kemudian diberi label pada masing-masing petak. Gulma yang terdapat pada lahan adalah gulma Ottochloa nodosa sp yang merupakan jenis gulma berdaun sempit dengan ciri-ciri menurut Barus 2003, daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar dan memiliki helaian daun, selain itu gulma ini teermasuk gulma kelas C yang merupakan jenisjeeniss gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dn memerlukan tindakan pengendalian, namun tidakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun). Lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan yang sudah tumbuh gulma tetapi tidak ada tanaman budidaya. 30 2. Pembuatan Ekstrak Daun Alang-alang 1) Daun alang -alang yang te lah diambil dibersihkan dan dipotong hingga menjadi ukuran kurang lebih 1 cm. 2) Untuk 0,5 kg daun alang-alang dicampur dengan air 500 ml 3) Daun alang -alang diha ncurkan dengan blender, dan diambil ekstraknya, kemudian didiamkan selama 3 hari. 4) Setelah 3 hari baru ekstrak dicampur dengan gramoxone sesuai perlakuan. 3. Pelaksanaan Perlakuan Aplikasi dilaksanakan sekali tepatnya pada sore hari yang cerah untuk setiap perlakuan yang terdiri dari 5 ulangan masingmasing disemprot sebanyak 1 liter. E. Pengambilan dan pengolahan data 1. Pengambilan data a. Lama hari kematian gulma Lama hari kematian gulma diamati setaip hari setelah penyemprotan . b. Hari tumbuh gulma kembali Hari tumbuh gulma kembali diamati setelah hari ke 7 sampai hari ke 30. 31 2. Pengolahan Data Untuk perolehan parameter yang diamati dari penelitian ini diolah dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap), bila hasil perhitungan signifikan atau bila hasil sangat signifikan, dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %. 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lama Kematian Gulma ( hari ) Berdasarkan sidik ragam, Efisiensi Penggunaan Gramoxone ditamabah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap Pengendalian Gulma memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap lama kematian g ulma (Lampiran 2) Tabel 2. Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun alang terhadap rata-rata kematian gulma (hari) setelah penyemprotan No. *) Perlakuan Rata-rata lama kematian gulma (hari) 1 p0 1a 2 p1 3,4d 3 p2 2,8c 4 p3 2b 5 p4 1,2a angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji duncan pada taraf 5% Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan taraf 5% Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang Terhadap Pengendalian Gulma terhadap lama kematian gulma (hari) menunjukan bahwa perlakuan p4 (konsentrasi gramoxone 0,32 ml/800 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 200 ml0 berbeda nyata terhadap perlakuan p1 (konsentrasi gramoxone 0,2 ml/500 ml air ditambah ekstrak daun alangalang 500 ml), p2 (konsentrasi gramoxone 0,26 ml/660 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 340 ml), p3 (konsentrasi gramoxone 0,3 ml/750 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 250 ml), tetapi perlakuan p0 (kontrol) berbeda tidak nyata pada perlakuan p4. Rata-rata lama kematian 33 gulma paling cepat adalah perlakuan p4 yaitu 1,2 hari dan yang paling lama dalam kematian gulma adalah perlakuan p1 (konsentrasi gramoxone 0,2 ml/500 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 500 ml) 2. Pengamatan Tumbuhnya Gulma Berdasarkan sidik ragam, Efisiensi Penggunaan Gramoxone ditambah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap Pengendalian Gulma memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tumbuhnya gulma (Lampiran 3) Tabel 2. Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun alang terhadap rata-rata tumbuh gulma setelah penyemprotan (hari) Rata-rata Tumbuh Gulma Setelah Penyemprotan 1 p0 14e 2 p1 19.2a 3 p2 17.2b 4 p3 16.2c 5 p4 15d *) angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji duncan pada taraf 5% No. Perlakuan Berdasarkan uji Duncan 5% Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang Terhadap Pengendalian Gulma terhadap lama kematian gulma (hari) menunjukan bahwa perlakuan p1 (konsentrasi gramoxone 0,20 ml/500 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 500 ml berbeda nyata terhadap perlakuan p2 (konsentrasi gramoxone 0,26 ml/660 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 340 ml), p3 (konsentrasi gramoxone 0,30 ml/750 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 250 ml), p4 (konsentrasi gramoxone 0,32 ml/800 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 200 ml), dan p0 (kontrol). Rata- 34 rata tumbuh gulma paling lama adalah p1 dan yang paling cepat tumbuh gulma adalah p0 dan p4. B. Pembahasan 1. Lama Kematian Gulma (Hari) Berdasarkan hasil sidik ragam dan setelah dilakukan uji lanjut duncan menunjukkan bahwa perlakuan p4 dengan konsentrasi gramoxone 0,32 ml/800 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 200 ml paling cepat dalam mematikan gulma yaitu dalam waktu 1,2 hari. Hal ini diduga bahwa pada perlakuan p4 konsentrasi yang digunakan lebih banyak larutan gramoxone dibandingkan perlakuanperlakuan lain, dimana kita ketahui herbisida gramoxone memang cepat dalam hal mematikan gulma, sesuai dengan pendapat Moenandir (2003) bahwa gramoxone merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua. Menurut Barus (2003) herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena herbisida, terutama bagi gulma yang berwarna hijau.herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran yang meluas. Herbisida kontak dapat mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena/kontak langsung dengan herbisida karena sifat herbisida ini tidak ditranslokasikan atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak organ gulma yang terkena herbisida akan semakin baik daya kerja herbisida tersebut. 35 Perlakuan p1 dengan konsentrasi gramoxone 0,2 ml/500 ml air ditambah ekstrak daun alang-alang 500 ml paling lama dalam mematikan gulma 3,4 hari. Hal ini diduga konsentrasi yang digunakan jumlahnya sama antara larutan gramoxone dan ekstrak daun alangalang dan diduga bahwa daya kerja herbisida terhambat karena bercampur dengan ekstrak daun alang-alang. 2. Pengamatan Tumbuhnya Gulma Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan setelah dilakukan uji laanjut duncan perlakuan p1 dengan konsentrasi gramoxone 0,2 ml/500 ml air ditambah 500 ml ekstrak daun alang-alang menghasilkan munculnya gulma paling lama. Hal ini diduga bahwa ekstrak daun alang-alang bekerja dalam menghambat pertumbuhan gulma dengan zat alelopati setelah herbisida gramoxone bekerja. Yakup 2002 bahwa alang-alang merupakan salah satu masalah dalam budidaya tanaman pertanian karena selalu mengganggu tanaman atau gulma lain sehingga menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan produksinya berkurang karena tanaman ini menghasilkan zat racun yang bernama alelopati. Allelopati merupakan efek yang merusak dari pelepasan senyawa-senyawa kimia organik oleh satu jenis tertentu tanaman pada saat perkecambahan, pertumbuhan atau metabolisme terhadap jenis tanaman lain yang berbeda. Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh 36 bersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada regenarasi hutan (Anonim 2010). Alelopati adalah suatu peristiwa dimana individu tumbuhan menghasilkan zat kimia yang menghambat tmbuhan jenis lain yang bersaingdengan tumbuhan tersebut dan juga merupakan suatu bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Senyawa kimia bersifat alelopati bisa berasal dari bagian tumbuhan seperti daun, batang, cabang, atau bagian dibawah tanah seperti akar. Alelopati juga diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan. Alelopati alang-alang (Imperata cylindrica) pada umumnya memiliki dampak positif dan negatif bagi kelangsungan hidup organisme dan ekosistem. Pemanfaatan senyawa ini di bidang pertanian antara lain untuk pengendalian gulma (herbisida) yang bisa memberantas tanaman-tanaman pengganggu. Dari ekstrak yang dibuat, kita bisa langsung mennggunakannya pada sebuah lahan sehingga cara seperti ini relatif mudah dilakukan dan memakan biaya yang tidak terlalu mahal. Kemampuan Alelopati menghambat pertumbuhan tanaman bergantung pada jumlah konsentrasinya. Dalam konsentrasi yang rendah sampai sedang, hal fisis yang 37 terlihat adalah tanaman bisa menjadi kerdil. Namun jika terdiri dari jumlah konsentrasi yang besar, tanaman yang diberi pengaruh alelopati akan menjadi layu bahkan sampai mati. Hal ini juga bergantung pada jenis tanaman yang dipengaruhi. Jika tanaman yang diberi pengaruh alelopati memiliki daya tahan kuat, semakin banyak pula konsentrasi alelopati yang harus diberikan. Jika tanamannya tidak memiliki daya tahan yang cukup kuat, bisa dengan sedikit konsentrasi. 38 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Aplikasi herbisida campuran ekstrak daun alang-alang dan gramoxone terhadap pengendalian gulma di lahan dalam kecepatan mematikan gulma adalah sangat signifikan. Pelakuan yang terbaik adalah p4 dengan menghemat penggunaan gramoxone sebanyak 20%. 2. Aplikasi herbisida campuran ekstrak daun alang -alang dan gramoxone terhadap pengendalian gulma di lahan dalam menghambat pertumbuhan gulma paling lama adalah perlakuan p1 dengan menggunakan komposisi 1 : 1 antara ekstrak daun alang-alang dan gramoxone. B. Saran Hasil penelitian perlu diterapkan oleh petani. Apabila petani ingin mematikan gulma secara cepat maka sebaiknya menggunakan perlakuan p4 dengan menghemat penggunaan gramoxone sebanyak 20% dan apabila petani ingin mematikan gulma dan mengharapkan tumbuh gulma kembali dalam waktu yang lebih lama maka sebaiknya menggunakan perlakuan p1 dengan perbandingan 1 : 1 dengan komposisi 500 ml ekstrak daun alang + 500 ml larutan gramoxone. 39 DAFTAR PUSTAKA Afruri. 2010. Gulma pada Tanaman Kopi (coffea, sp). http: //afruri. Blogspot.com. diakses pada tanggal Moenandir J. 1988a. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma. Universitas Brawijaya. Raajawali Press. Jakarta. Moenandir J. 1988b. Fisiologi Herbisida. Himpunan Gulma Indonesia. Rajawali Press. Jakarta Moenandir J. 1990. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta. Sastrautomo, S.S. Jakarta. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama, Sudarmo. 1984. Pestisida Nabati Pembuatan da Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta. Tjitrosoedirdjo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Pustaka Utama, Jakarta.. Yakup. PT Gramedia 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang Rajawali Press, Jakarta 40 Lampiran 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ektrak Daun Alang-alang terhadap Lama Tumbuhnya Gulma SK dB Perlakuan 4 Galat 20 Total 24 KK = 15,504% tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata JK KT F Hit 21,040 2,800 23,840 5,260 0,140 37,571** F Tabel 5% 2,67 1% 4,43 Lampiran 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang Terhadap Lama Kematian Gulma SK Perlakuan Galat Total KK = 22,55% dB JK KT F Hit 4 20 24 81,040 4,400 85,440 20,260 0,220 92,091** 5% 2,67 F Tabel 1% 4,43 Keterangan tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata Lampiran 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang Terhadap Lama Kematian Gulma SK Perlakuan Galat Total dB 4 20 24 KK = 22,55% tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata JK 81,040 4,400 85,440 KT 20,260 0,220 F Hit 92,091** F Tabel 5% 2,67 1% 4,43 41 Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap Pengendalian Gulma Gambar 1. Aplikasi Herbisida Campuran Ekstrak Daun Alang-alang dan Gramoxone terhadap pengendalian Gulma Gambar 2. Kondisi gulma pada perlakuan p0 setelah penyemprotan 42 Lanjutan lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Efisiensi Penggunaan Gramoxone Ditambah Ekstrak Daun Alang-alang terhadap Pengendalian Gulma jh Gambar 3. Kondisi gulma pada perlakuan p1 setelah penyemprotan Gambar 4. Kematian Gulma pada Perlakuan p2 setelah Penyemprotan 43 Gambar 5. Kematian Gulma pada Perlakuan p3 setelah Penyemprotan Gambar 6. Kematian Gulma pada Perlakuan p4 setelah Penyemprotan