1 PROFESIONALISME GURU Oleh: Agus Ruswandi A

advertisement
PROFESIONALISME GURU
Oleh:
Agus Ruswandi
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mendewasakan manusia, dan
memanusiakan manusia. Keberhasilan proses pendidikan dimanapun dan
kapanpun sangat tergantung dengan beberapa faktor. Faktor-faktor pendidikan
itu adalah guru (pendidik), anak didik, materi, metode, dan sarana prasarana.
Jika salah satu dari beberapa faktor itu tidak ada, maka akan menyebabkan
keberhasilan dalam pendidikan akan terhambat.
Kehadiran pendidik (guru) dalam proses belajar mengajar memegang
peranan penting. Dalam hal ini peran pendidik dalam proses belajar mengajar
tidak dapat digantikan oleh mesin, radio, komputer atau media lainnya. Banyak
unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi dan kebiasaan
diharapkan merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang tidak dapat
dicapai melalui alat-alat tersebut. Oleh karena itu peran pentingnya guru tidak
dapat digantikan oleh apapun.
Secara tradisional “Guru” di kalangan sunda disebut dengan istilah
“digugu jeung ditiru” (diikuti, dan dicontoh). Dengan demikian, tidak bisa
sembarang orang bisa menjadi guru. Kapasitas guru tidak hanya sebagai
“penyampai pengetahuan” kepada peserta didik, tetapi segala sesuatu yang
bersumber dari guru dijadikan pijakan bagi peserta didik.
Dalam proses pembelajaran guru, membutuhkan keterampilan khusus
yang berbeda dengan profesi yang lainnya. Maka guru dituntut untuk menjadi
guru yang profesional.
Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang
berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan
1
2
prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa
yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN GURU / PENDIDIK
Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
bab I ketentuan umum pasal 1 diperoleh definisi guru sebagai berikut1.
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Istilah lain guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung
jawab
memberi
bimbingan
atau
bantuan
kepada
anak
didik
dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di
muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri 2.
Selanjutnya adalah pengertian pendidik sebagaimana yang lazim
digunakan dalam masyarakat Ahmad D Marimba memberikan pandangan bahwa
secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Secara khusus, pendidik dalam prespektif pendidikan Islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan niali-nilai ajaran Islam3.
Adapun Ahmad Tafsir mengatakan bahwa pendidik dalam agama Islam
adalah, sama dengan di barat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab
1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 , tentang Guru dan Dosen, Citra Umbara,
Bandung, 2006. hal 2
2
Jamaluddin, Noor Popoy, Ilmu Pendidikan, Bagian Proyek Peningkatan Mutu PGAN,
DEPAG, 1978, hal 1.
3
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat, (Bandung: Al-Ma'arif, 1962), h. 37
3
terhadap perkembangan anak didik. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dalam
Islam orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan
ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua
hal, pertama: kodrat alam, yaitu karena orang tua ditakdirkan bertanggung
jawab mendidik anaknya. Kedua: karena kepentingan kedua orang tua, yaitu
orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses
anaknya adalah sukses orang tuanya juga4.
Berdasarkan pengertian di atas, pendidik dalam prespektif pendidikan
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan
jasmani dan ruhani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga
mampu melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan (baik sebagai al-khalifatullah
maupun al-Abdullah) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Istilah yang merujuk kepada pendidik yang sangat populer ialah guru dan
dosen. Namun, selain itu ada pula istilah-istilah yang merujuk pada pendidik
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Ustadz
Kata ustadz digunakan untuk memanggil seorang professor. Ini mengandung
makna
bahwa
seorang
guru
dituntut
untuk
komitmen
terhadap
profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Memang sering salah kaprah.
Mayoritas di masyarakat kata ustadz ditunjukan kepada pimpinan pesantren
atau kyai atau imam mesjid.
b. Mu'allim
Kata mu’alim berasal dari kata dasar `ilm yang berarti menangkap hakikat
sesuatu. Dalam setiap 'ilm terkanduag dimensi teoretis dan dimensi amaliah
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994) h. 78
4
(al-Asfahani, 1972). Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut
untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya,
serta
menjelaskan
dimensi
teoretis
dan
praktisnya,
dan
berusaha
membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya. Allah mengutusnya
rasul-Nya antara lain agar beliau mengajarkan (ta'lim) kandung al-kitab dan
al-hikmah, yakni kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang
mendatangkan manfaat dan menampik madharat (Shihab, 2000). Ini
mengandung
makna
bahwa
seorang
guru
dituntut
untuk
mampu
mengajarkan kandungan ilmu pengetahuan dan alhikmah atau kebajikan
dan kemahiran melaksanakan ilmu pengetahuan itu dalam kehidupannya
yang bisa mendatangkan manfaat dan berusaha semaksimal mungkin untuk
menjauhi madharat.
c. Murabbiy
Kata murabbiy berasal dari kata dasar Rabb. Tuhan adalah sebagai Rabb al'alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan, mengajar dan
memelihara alam seisinya termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya
diberi tugas untuk menumbuhkembangkan kreativitasnya agar mampu
mengkreasi, mengatur dan
memelihara
alam
seisinya. Dilihat
dari
pengertian ini, maka tugas guru adalah mendidik dan dan menyiapkan
peserta didik agar mampu berkreasi. sekaligus mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya. Di dalam khazanah pemikiran Islam
terdapat konsep Tauhid Rubuhiyah, yang bertolak dari pandangan dasar
bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam
seisinya. Alam ini diserahkan oleh Allah kepada manusia (sebagai khalifah)
5
untuk diolah, sehingga manusia dituntut untuk mampu menggali dan
menemukan ayat-ayat-Nya (tanda-tanda keagungan dan kebesaran- Nya) di
alam semesta ini yang serba seimbang, teratur dan terpelihara dengan baik.
Jika konsep tauhid ini dijadikan landasan dalam aktivitas pendidikan Islam.
Murabbi adalah orang yang melaksanakan proses tarbiyah terhadap
mutarabbi (peserta didik), dengan fokus kerjanya pada pembentukan
pribadi muslim yang shalih dan muslih, yang memperhatikan aspek
pemeliharaan[ar-ria’yah], pengembangan [at-tanmiyah] dan pengarahan[attaujih] serta pemberdayaan[at-tauzhif]5.
d. Mursyid
Kata mursyid berasal dari bahasa arab yaitu isim fail dari ‫ يرشد‬-‫أرشد‬
yang
berarti orang yang memberikan petunjuk jalan atau dalam bahasa inggris
guide6.
Kata mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thariqah (Tasawuf). Imam
Syafi’i pernah meminta nasehat kepada kepada gurunya (Imam Waki’)
sebagai berikut : “Syakatu ila Wak’in su’a hifzi, waarsyadaniy ila tarki alma’ashi faakhbarani bianna al-ilma nurun, wa nurullahi la yudha li alashi”.
e. Mudarris
Kata mudarris berasal dari akar kata darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa
dirasatan; yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan
usang, melatih. mempelajari (Al-Munjid. 1986). Dilihat dari pengertian ini,
maka tugas guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta
melatih
5
6
keterampilan
mereka
sesuai
dengan
bakat.
minat
dan
http://newuke8554.blogspot.com/2009/06/profil-guru-sebagai-murabbi.html
Atabik ali & Zuhdi muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, ( Cet VII: Multi Karya Grafika )
6
kemampuannya. Pengetahuan dan keterampilan seseorang akan cepat usang
selaras dengan percepatan kemajuan iptek dan perkembangan zaman.
Sehingga guru dituntut untuk memiliki kepekaan intelektual dan infomasi,
serta memperbaharui pengetahuan dan keahlian secara berkelanjutan, agar
tetap up to date dan tidak cepat usang.
f. Mu’addib
Sedangkan mu’addib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan
adab (AI-Munjid, 1980) atau kemajuan (kecerdasan, kehudayaan) lahir dan
batin. Kata peradaban (Indonesia) juga berasal dari kata dasar adab,
sehingga guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan
fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkuaiitas di masa
depan. Dari hasil telaah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur
kependidikan Islam ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki
fungsi dan karakteristik serta tugas-tugas yang beragam.
Dilihat dari keenam karakteristik tersebut, maka karakteristik pertama
mendasari
karakteristik-karakteristik
lainnya
Dalam
konteks
pendidikan
nasional, tugas pokok guru yang profesional adalah mendidik, mengajar dan
melatih.
yang
ketiga-tiganya
diwujudkan
dalam
kesatuan
kegiatan
pembelajaran. Dalam konteks pendidikan Islam, karakteristik ustadz selalu
tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai murabbiy, mu'allim, mursyid,
mudarris dan mu 'addib.
2. TUGAS GURU
Guru memiliki banyak tugas baik di dalam dinas atau di luas dinas dalam
bentuk pengabdian. Moh. Uzer Usman mengelompokkan tugas guru dalam tiga
7
bidang, yaitu dalam bidang profesi, bidang kemanusiaan dan dalam bidang
kemasyarakatan7. Tugas guru tersebut Uzer Usman menggambarkan dalam
bagan berikut ini8:
TUGAS GURU
MENDIDIK
PROFESI
MENGAJAR
MELATIH
Meneruskan dan
mengembangkan nilainilai hidup
Meneruskan dan
mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Mengembangkan
keterampilan dan
penerapannya
Menjadi orang tua kedua
KEMANUSIAAN
Auto Pengertian
- Homoludens
- Homopuber
- Homosapiens
Transformasi diri
Autoidentifikasi
MASYARAKAT
Mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga
negara Indonesia yang bermodal
Pancasila
Mencerdaskan bangsa Indonesia
a. Tugas Guru Sebagai Profesi
Guru merupakan profesi atau jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian dan keterampilan khusus. Tidak sembarang orang bisa menjadi
guru. Jenis pekerjaan guru tidak boleh dilakukan oleh orang yang bukan dari
7
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Rosdakarya, Bandung: 1996) h. 6
Op cit, h. 8
8
bidang kependidikan. Walaupun pada kenyataannya tidak bisa dipungkiri
banyak yang bukan dari bidang kependidikan menjadi guru.
Tugas guru sebagai profesi meliptui 3 hal, yaitu: mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup.
Mengajar
berarti
meneruskan
dan
mengembangkan
ilmu
pengetahuan, dan melatih berarti mengembangkan keterampilan peserta
didik.
b. Tugas Guru dalam Bidang Kemanusiaan
Guru harus menjadi orang tua kedua bagi siswanya. Ini berarti guru harus
bisa menjadi idola bagi siswanya. Pelajaran apapun yang disampaikan
hendaknya dapat menjadi motivasi dalam belajar siswa.
Penampilan guru harus menarik, karena penampilan guru dalam mengajar
yang kurang menarik akan mengurangi motivasi siswa dalam belajar. Ini
akan mengakibatkan kegagalan dalam proses belajar. Selain itu, seorang
guru juga harus memahami semua karakter masyarakat (homoludens,
homopuber dan homosapiens).
c. Tugas Guru di Masyarakat
Masyarakat menempatkan guru pada posisi yang paling terhormat. Ini
karena guru yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Dari guru
lah masyarakat bisa memperoleh pengetahuan dan pemahaman.
Dengan demikian, maka tugas guru sebenarnya lebih luas lagi karena guur
ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas guru tidak hanya
terbatas pada masyarakat sekitarnya saja, akan tetapi guru juga merupakan
satu elemen penting dalam menentukan gerak maju pembangunan bangsa
ini.
9
Semakin akurat para guru melakukan fungsinya, semakin terjamin tercipta
dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia
pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah bangsa di masa depan
tercermin dari potret dari guru masa kini, dan dinamika kehidupan bangsa
berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat9.
Selain pendapat di atas, ada beberapa pendapat lain mengenai tugas
guru. Roestiyah membagi tugas guru menjadi tiga, yaitu: pertama, guru sebagai
pengajar (instructur) yang bertugas merencanakan program pengajaran,
melaksanakan proses pembelajaran serta melaksanakan penilaian di akhir
pembelajaran. Kedua, guru sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan
anak didik pada taraf kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring
dengan
tujuan
Allah
menciptakannya.
Ketiga, guru sebagai pemimpin
(manager). Guru harus mampu memimpin, mengendalikan diri sendiri, anak
didik dan masyarakat yang terkait yang menyangkut upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program yang
dilakukan10.
Selanjutnya, Peters dalam bukunya Nana Sujana mengemukakan tugas
guru, yaitu: (1) guru sebagai pengajar dalam hal ini guru bertugas sebagai orang
yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya ini guru harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bahan yang akan diajarkannya.
(2) guru sebagai pembimbing. Dalam hal ini guru memberikan bantuan kepad
siswa dalam memecahkan masalah sehingga materi yang disampaikan guru
menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya sehari-hari. (3) guru sebagai
9
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Rosdakarya, Bandung: 1996) h. 7
Roestiyah dkk. Masalah-masalah dalam Ilmu Keguruan (Jakarta: Aksara, 1982). h. 86
10
10
administrator. Ini merupakan jalinan antara ketatalaksnaan bidang pengajaran
dan ketatalaksanaan pada umumnya11.
Lebih lanjut mengenai tugas guru, Earl V Pullias dan James D Young
dalam bukunya Teacher is Many Things sebagaimana yang dikutip oleh Abdul
Manan, ia mengelompokan tugas guru menjadi 13 bagian, yaitu sebagai
berikut12:
1) Guru sebagai pembimbing. Guru membimbing siswa untuk belajar.
Guru membuat perencanaan pembelajaran, kemudian melaksanakan
proses belajar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Guru sebagai pengajar. Dalam hal ini guru membantu siswa yang
sedang berkembang mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya
dan untuk memahami apa yang ia pelajari. Kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru selama mengajar antara lain: (1) membuat
ilustrasi (2) mendefinisikan, (3) menganalisis, (4) mensintesis, (5)
bertanya, (6) merespon, (7) mendengarkan, (8) menciptakan
kepercayaan, (9) memberikan pandangan yang bervariasi, (10)
menyediakan
alat-alat
untuk
mencerna
pelajaran,
(11)
menyesuaikan metode mengajar, dan (12) memberikan nada
perasaan (emosional tone).
3) Guru sebagai pembaharu
Guru menterjemahkan pengalaman-pengalaman manusia ke dalam
istilah-istilah yang memiliki arti bagi siswanya. Guru harus bisa
11
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru, 1985). h. 15
Abdul Manan. Guru Adalah Pribadi dengan Aneka Fungsi. Dalam Jurnal Pendidikan Majalah FIP
IKIP Malang, edisi 1989 No. 21 tahun ke XVI.
12
11
menjadi penterjemah pengalaman-pengalaman orang yang sudah
lebih dulu mengalaminya.
4) Guru sebagai model atau contoh
Salah satu peran guru adalah sebagai contoh bagi siswanya dan bagi
semua orang yang menganggap ia sebagai guru. Guru harus mampu
menjadikan dirinya sebagai contoh bagi yang lainnya. Ini lah
diantara tuntutan guru yang dianggap paling berat.
5) Guru sebagai penyelidik
Guru berusaha mencari sesuatu bagaikan filosof yang senantiasa
mencari, menemukan dan mengemukakan kebenaran.
6) Guru sebagai konselor
Guru adalah konselor yang terpercaya bagi siswa-siswanya atau
bahkan bagi orang tua siswa. Maka dari itu guru juga secara tidak
langsung harus mempelajari psikologi dan mental.
7) Guru sebagai pencipta
Guru adalah seorang pencipta (creator), yaitu seseorang yang
berdemontrasi dan menunjukan kerativitas. Sebagai akibat dari
peran ini guru berusaha untuk menemukan cara-cara yang lebih baik
untuk melayani siswanya.
8) Guru sebagai yang berwenang
Walaupun guru tahu semua hal, tetapi guru tidak juga harus
memberitahukan segalanya. Guru menciptakan situasi yang dengan
situasi itu siswa bisa mengetahuinya sendiri.
12
Guru harus bisa menahan emosinya untuk menjawab semua
pertanyaan
yang
ditunjukan
kepadanya.
Dengan
demikian
kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kretaivitas siswa.
9) Guru sebagai pembangkit pandangan
Guru memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan
kepada siswanya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam
berkomunikasi dengan siswa-siswanya di segala umur kepad setiap
individu. Pandangan akan kebesaran dan kejayaan memang sesuatu
yang abstrak sehingga sangat sulit untuk dijelaskan.
10) Guru sebagai seorang pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan-keterampilan tertentu, kebiasaan
tertentu dan sangat diperlukan dan memberatkan. Kegiatan-kegiatan
rutin yang umumnya dikerjakan oleh guru di setiap tingkat adalah: 1)
bekerja tepat waktu, 2) membuat catatan laporan, 3) membaca,
mengevaluasi serta mengembalikan hasil kerja siswa, 4) mengatur
kehdiran siswa secara bertanggung jawab, 5) mengatur jam
pelajaran, jadwal, dan lain-lain, 6) menetapkan jadwal kerja siswa,
7) mengatur tempat duduk siswa, dan 8) mencatat kehadiran siswa.
11) Guru sebagai pemindah kemah
Seseorang yang suka memindah-mindahkan. Ia membantu siswanya
meninggalkan yang lama untuk menuju sesutu yang baru yang belum
mereka alami.
12) Guru sebagai pembawa ceritera
Cerita yang disampaikan oleh guru sangat bermanfaat bagi siswanya.
Sehingga apa-apa yang diceritakan oleh guru akan menjadi rujukan
13
siswanya. Guru harus bisa menginterpretasikan apa yang ada pada
masa lalu dengan masa sekarang.
13) Guru sebagai seorang aktor
Guru harus bisa memerankan tokoh yang ada pada naskah (skenario)
yang telah disusun dengan mempertimbangkan nilai apa yang akan
disampaikan kepada penonton. Ia mempelajari siswanya, alat-alat
yang digunakan untuk menarik minta siswa dan belajar menggunakan
alat-alat itu dengan efektif dan efisien13.
3. GURU YANG PROFESIONAL
a. Pengertian Profesi
Menurur Peter Salim dalam Muh. Nurdin (2004 : 119) bahwa profesi
merupakan suatu bidang pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian
tertentu, misalnya profesi di bidang komputer, profesi mengajar, dan lain
sebagainya. Pernyataan tersebut mempertegas bahwa profesi menuntut suatu
keahlian yang didasrkan pada latar belakang pendidikan tertentu14.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sikun Pribadi dalam Muh. Nurdin
(2004: 120) mengatakan bahwa profesi pada hakekatnya merupakan suatu
pernyataan bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan
atau pekerjaan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan itu. Pernyataan tersebut mempertegas bahwa profesi itu pada
hakekatnya muncul karena kesediaan pribadi seseorang secara terang-terangan
untuk mengabdikan dirinya pada jabatan pekerjaan yang ditekuninya15.
13
Abdul Manan. Guru Adalah Pribadi dengan Aneka Fungsi. Dalam Jurnal Pendidikan Majalah FIP
IKIP Malang, edisi 1989 No. 21 tahun ke XVI
14
Muh. Nurdin. Kiat menjadi guru profesional. (Jogjakarta: Prisma Sophie, 2004) h. 119
15
Muh. Nurdin. Kiat menjadi guru profesional. (Jogjakarta: Prisma Sophie, 2004) h. 120
14
Sudarwan Danim mengemukakan bahwa profesi diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang mensyaratkan persiapan spesialisasi akademik dalam waktu
yang relatif lama di perguruan tinggi, baik dalam bidang sosial, eksakta,
maupun seni, dan pekerjaan itu lebih bersifat mental intelelektual dari pada
fisik manual, yang dalam mekanisme kerjanya dibawah naungan kode etik16.
Dari
beberapa
pendapat
di
atas, dapat
disimpulkan
pekerjaan
profesional adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui pendidikan dan
pelatihan. Semakin tinggi hakekat pendidikan yang harus dipenuhinya, maka
semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya. Tinggi rendahnya
pengakuan profesionalisme sangat bergantung kepada keahlian dan tingkat
pendidikan yang ditempuh.
b. Sayart-Syarat Profesi
Menurut Sikun Pribadi (1975: 14)17, profesi sesungguhnya merupakan
suatu lembaga yang memiliki otoritas otonomi, hal tersebut karena didukung
oleh:
a. Spesialisasi ilmu sehingga mengandung arti keahlian
b. Kode etik yang direalisasikan dalam menjalankan profesi, karena pada
hakekatnya dia telah mengabdi kepada masyarakat demi kesejahteraan
masyarakat itu sendiri.
c. Kelompok yang tergabung dengan profesi, yang menjaga profesi atau
jabatan
itu
dari
penyalahgunaan
oleh
orang-orang
yang
tidak
berkompeten dengan pendidikan serta sertifikasi mereka memenuhi
syarat-syarat yang diminta.
16
17
Sudarwan Danim. Media komunikasi pendidikan. (Jakarta: Binacipta, 1995) h. 60
Sikun, Pribadi. Pendekatan Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 1975) h. 14
15
d. Masyarakat luas yang memanfaatkan profesi tersebut
e. Pemerintah yang melindungi profesi dengan undang-undang18.
Westby dan Gibson yang dikutip Sardiman mengemukakan ciri-ciri
keprofesian dibidang kependidikan sebagai berikut19:
a. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan
oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi.
b. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari
sejumlahteknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh profesi dibidang
kedokteran, harus pula mempelajari, anatomi, bakteriologi, dan
sebagainya. Profesi di bidang pendidikan harus mempelajari psikologi,
metodik dan sebagainya.
c. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang
melaksanakan pekerjaan profesionalnya.
d. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten
saja yang diperbolehkan bekerja.
e. Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada
masyarakat.
Moh. Uzer Usman mengutip pendapat Moh Ali bahwa mengingat tugas
dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus, yaitu20:
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
18
Muh. Nurdin. Kiat menjadi guru profesional. (Jogjakarta: Prisma Sophie, 2004) h. 123
Sardiman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2004)
h. 134
20
Moh. Uzer Usman. Menjadi guru profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) h. 14
19
16
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan21.
c. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai
pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan
mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional.
Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi
profesional. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat
aspek sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya22.
21
Moh. Uzer Usman. Menjadi guru profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) h. 15
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008),
h.75.
22
17
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia23.
c. Kompetensi Profesioanal.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan
bahwa
yang
dimaksud
kompetensi
profesional
adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang
memungkinkan
membimbing
pesrta
didik
memenuhi
standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan24.
d. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar25.
d. Aspek Guru Islam Profesional
Kamal Muhammad Isa mengemukakan bahwa seorang guru dituntut harus
memilki berbagai sifat dan sikap yang antara lain sebagai berikut:
a. Seorang guru haruslah manusia pilihan. Siap memikul amanah dan
menunaikan tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.
23
24
25
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 117.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 135.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 173
18
b. Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna
mungkin. Agar bisa berperan sebagai pendidik dekaligus sebagai dai yang
selalu menyeru ke jalan Allah. Oleh sebab itu, kebutuhan hidup guru,
haruslah dapat dipenuhi oleh pihak penguasa. Agar dalam ketenangan
hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa cinta
dan ikhlas.
c. Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru sematamata
hanya mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah swt.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Hud as dalam Q.S. Huud ayat 51:
               
Artinya:
Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini.
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka
tidakkah kamu memikirkan(nya)?" (QS. Huud ayat 51)
d. Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep ilahi dimana
dia hidup dengan konsep itu, dan mampu mengamalkannya.
e. Seorang guru harus memilki sikap yang terpuji, berhati lembut, berjiwa
mulia, ruhya suci, niatnya ikhlas, taqwanya hanya pada Allah, ilmunya
banyak dan pandai menyampaikan berbagai buah pikirannya sehingga
penjelasannya mudah ditangkap dengan atau tanpa alat peraga.
f. Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi.
g. Seorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yang shalih.
h. Seruan dan anjuran seorang guru hendaknya tercermin pula dalam sikap
keluarga atau para sahabatnya.
19
i. Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya. Tidak boleh
angkuh dan tidak boleh menjauh, sebaliknya ia harus mendekati anak
didiknya26.
e. Kriteria Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori
sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang
profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Oemar
Hamalik
dalam
bukunya
Proses
Belajar
Mengajar,
guru
profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik27.
Kunandar
mengemukakan
bahwa
suatu
pekerjaan
profesional
memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)
26
Kamal Muhammad .Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Anesta, 1994), h.
64-67.
27
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:PT. Bumi
Aksara, 2006)
20
menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya
kepekaan
terhadap
dampak
kemasyarakatan
dari
pekerjaan
yang
dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika
kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.
Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual28.
C. SIMPULAN
Pendidik
adalah
orang
yang
memiliki
tanggung
jawab
dalam
mengarahkan, mengajar dan mendidik peserta didik. Oleh karena itu, seorang
pendidik selain seorang yang memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
diajarkan, ia juga seorang yang berkepribadian baik, berpandangan luas, dan
berjiwa besar. Pendidik merupakan orang yang melakukan usaha untuk
mengembangkan manusia baik jasmani maupun rohani untuk bisa menjalankan
tugas-tugas kemanusiaan berdasarkan nilai-nilai
ajaran
Islam. Pendidik
merupakan cermin bagi peserta didik baik dalam ucapan, sikap, maupun segala
yang berhubungna dengan tindakan pendidik.
28
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47.
21
Tugas guru secara umum terbadi menjadi tiga bidang. Pertama, guru
bertugas sebagai profesinya mempunyai tugas mendidik, mengajar dan melatih
peserta didiknya. Kedua, tugas guru dalam hal kemanusiaan, yakni guru harus
bisa menjadi panutan menjadi idola atau bahkan menjadi orang tua bagi
siswanya yang bisa memberikan bimbingan, arahan dan lain-lain. Ketiga, tugas
guru di masyarakat yakni guru harus mampu memberikan pengetahuan kepada
masyarakat. Selain itu, guru secara tidak langsung dijadikan pijakan, cerminan
dalam kehidupan masyarakat.
Guru yang profesional yaitu guru yang memiliki empat kompetensi,
yaitu: Kompetensi pedagogik, yakni guru mampu mengelola pembelajaran
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kompetensi Kepribadian,
yakni guru harus mampu menjadi tauladan bagi yang lainnya serta berakhlak
mulia. Kompetensi profesional, tidak semua orang bisa menjadi guru. Oleh
karena itu guru harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah diatur. Guru
harus memahami secara mendalam konsep-konsep dan materi pembelajaran
yang disampaikan. Kompetensi Sosial, yaitu guru harus bisa bergaul dengan
masyarakat sekitar, anak didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan
lainnya.
dan
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Manan. Guru Adalah Pribadi dengan Aneka Fungsi. Dalam Jurnal
Pendidikan Majalah FIP IKIP Malang, edisi 1989 No. 21 tahun ke XVI.
Ahmad D. Marimba, (1962) Pengantar Filsafat, Bandung: Al-Ma'arif,
Ahmad Tafsir, (1994) Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Atabik ali & Zuhdi muhdlor, (1978) Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Cet
VII: Multi Karya Grafika)
Departemen, Agama. (2006) Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta. Pustaka
Maqfirah
E. Mulyasa, (2008) Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja
Rosda Karya.
http://newuke8554.blogspot.com/2009/06/profil-guru-sebagai-murabbi.html
Jamaluddin, Noor Popoy, (1978) Ilmu Pendidikan, Bagian Proyek Peningkatan
Mutu PGAN. Depag RI.
Kamal Muhammad Isa, (1994) Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: PT.
Fikahati Anesta.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.
Moh. Uzer Usman, (1996) Menjadi Guru Profesional . Bandung: Rosdakarya.
Moh. Uzer Usman. (2004) Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muh. Nurdin. (2004) Kiat menjadi guru profesional. Jogjakarta: Prisma Sophie
Nana Sudjana. (1985) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
23
Oemar,
Hamalik,
(2006)
Pendidikan
Guru
Berdasarkan
Pendekatan
Kompetensi, Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Roestiyah dkk. (1982) Masalah-masalah dalam Ilmu Keguruan. Jakarta: Aksara.
Sardiman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. (Jakarta: Raja
Garfindo Persada, 2004)
Sikun, Pribadi. (1975) Pendekatan Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarwan Danim. (1995) Media komunikasi pendidikan. Jakarta: Binacipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 , tentang Guru dan
Dosen, (2006) Bandung: Citra Umbara.
Download