Perencanaan Guru dan Siswa dalam Proses Belajar

advertisement
Perencanaan Guru dan Siswa dalam
Proses Belajar-Mengajar
Hasnidar Karim
Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak:
Guru adalah salah satu komponen dalam pendidikan. Guru
dituntut untuk profesional. Guru profesional adalah guru yang
memiliki profesionalitas, dalam pengertian berpikir maju dan
bertindak sesuai kebutuhan. Di samping guru, komponen lain
adalah murid. Dalam artikel ini, proses pembelajaran yang
berhasil menuntut perencanaan guru dan murid yang matang.
Kata Kunci: Guru, siswa, proses belajar-mengajar.
A. Pendahuluan
Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi di dalam kehidupan
kemasyarakatan, sebagai suatu organisasi tentunya sekolah memiliki
satu tujuan yang ingin dicapai, seperti yang dikemukakan oleh
Sarwono Handoyoningrat. Organisasi adalah sarana atau alat untuk
mencapai tujuan, oleh karena itu organisasi merupakan wadah
(wahana) kegiatan dari pada orang-orang yang bekerja sama dalam
usahanya mencapai tujuan.1 Sebagai suatu organisasi, agar sekolah
dapat mencapai apa yang diinginkan, maka sekolah tersebut harus
dikelola (di-manage) dengan baik. Sekolah yang dikelola dengan baik
akan membutuhkan seorang pimpinan (manajer) yang dapat
mengelola semua aspek pendukung dari sekolah tersebut, karena
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
538 HASNIDAR KARIM
sekolah adalah organisasi yang kompleks yang terdiri atas unsur
internal sekolah itu sendiri, seperti masalah administrasi, pengelolaan
guru dan siswa, kurikulum, dan lain-lain. Sedangkan unsur eksternal
adalah sekolah sebagai suatu lembaga yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan kemasyarakatan.
Salah satu aspek internal yang sangat perlu dikelola dengan baik
oleh seorang pemimpin sekolah adalah aspek pengelolaan guru dan
siswa. Guru dan siswa merupakan pelaksana langsung dari kegiatan
persekolahan, tanpa guru dan siswa maka proses kegiatan belajarmengajar tidak akan dapat berlangsung. Oleh karena itu, bila guru
dan siswa sudah dapat dikelola dengan baik, maka diharapkan tujuan
yang diinginkan oleh sekolah dapat dicapai. Untuk melakukan hal
ini, seorang pemimpin sekolah benar-benar dituntut agar memahami
dan melaksanakan manajemen sekolah dengan baik. Manajemen
adalah proses membeda-bedakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan pelaksanaan, dan pengawasan dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.2 Dari definisi manajemen di atas, salah satu
fungsi manajemen adalah melakukan suatu perencanaan kepada
organisasi yang dipimpin. Bila kita kaitkan dengan kegiatan
persekolahan, seorang pimpinan sekolah dalam hal ini kepala sekolah
harus mampu membuat sebuah perencanaan agar kegiatan sekolah
dapat mencapai tujuannya, salah satu aspek yang harus direncanakan
oleh pimpinan sekolah sebagai seorang manajer adalah melakukan
perencanaan terhadap guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar.
B. Perencanaan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
Definisi Guru
Alat pendidikan yang paling utama adalah guru, karena guru memiliki
peran sebagai komunikator, model tokoh identifikasi. Mutu
pendidikan tidak dengan sendirinya akan meningkatkan dengan
dibelinya alat-alat instruksional yang canggih dan mahal. Alat-alat
itu hanya bermanfaat di dalam tangan guru yang terampil dan
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
PERENCANAAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 539
bijaksana.3 Pendapat ini menunjukkan kepada kita semua betapa
penting peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh
karena itu, agar mutu pendidikan, terutama di Indonesia, dapat
meningkat, maka salah satu cara yang harus terus dibenahi dan
dikembangkan adalah meningkatkan profesionalitas guru dan
melakukan perencanaan yang baik terhadap guru, terutama guru yang
merupakan pelaksanaannya di lapangan.
Sebelum dipaparkan lebih jauh mengenai perencanaan guru
dalam proses belajar-mengajar, ada baiknya terlebih dahulu
dipaparkan mengenai apa itu guru. Guru ialah orang yang melakukan
proses kegiatan, membentuk, membimbing, dan mengarahkan anak
manusia pada kehidupan yang membahagiakan dalam mencapai
tujuan-tujuan edukatif tertentu yang diselaraskan dengan tujuan
hidup manusia.4 Atau dengan kata lain guru ialah pendidik yang
memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru adalah pendidik
yang memegang mata pelajaran di sekolah.5 Dengan demikian, guru
merupakan orang yang dengan usaha sadar melakukan kegiatannya
dalam membantu orang lain (dalam hal ini murid) untuk
membimbing murid dalam mencapai kehidupannya yang bahagia
dengan jalan memberikan pelajaran-pelajaran yang bermanfaat di
sekolah.
Guru merupakan salah satu komponen dan personalia di dalam
pendidikan.6 Oleh karena itu, apabila guru tidak dikelola dengan
perencanaan yang baik, mustahil mutu pendidikan akan mengalami
peningkatan. Guru adalah suatu profesi atau jabatan atau pekerjaan
yang memiliki ciri-ciri profesionalitas tertentu. Ciri-ciri tersebut
adalah:
1. Mempunyai standar untuk kerja yang jelas, dalam hal ini:
a. Kemampuan profesional dalam penguasaan materi, bahan
ajar, konsep-konsep; penguasaan dan penghayatan landasan
dan wawasan kependidikan; penguasaan proses-proses
kependidikan dan pembelajaran.
b. Kemampuan sosial, menyesuaikan diri dengan tuntutan
kerja dan lingkungan.
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
540 HASNIDAR KARIM
c.
Kemampuan personal dalam penampilan sikap yang positif
terhadap tugas; pemahaman, penghayatan dan penampilan
nilai-nilai guru.
2. Mempunyai lembaga pendidikan (latar belakang pendidikan).
3. Mempunyai organisasi profesi
4. Mempunyai kode etik tertentu, di antaranya mengatur perilaku
etis; melindungi profesi dan anggota; mempertahankan
kesejahteraan.
5. Mempunyai sistem imbalan yang diperoleh dari pemerintah atau
konsumen, melalui SK.Men PAN No.26 tahun 1989 guru menjadi
jabatan fungsional yang mendapatkan Penghasilan tambahan
berupa tunjangan fungsional.7
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan
bahan dari kegiatan manajemen yang perlu dikelola dengan baik agar
tujuan yang diinginkan dari proses pendidikan dicapai. Pengelolaan
guru sebagai sumber daya manusia yang profesional dapat kita
masukkan kedalam lingkup kegiatan manajemen personalia yang
meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan.
Syarat-syarat Profesi Keguruan
Sebagai suatu profesi, seseorang dapat menjadi guru yang profesional
apabila ia dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang
dibutuhkan pada bidang tugasnya. Soejono sebagaimana dikutip
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa syarat-syarat guru adalah sebagai
berikut:
1. Guru adalah orang yang sudah dewasa, dewasa dalam berpikir,
bersikap dan bertindak karena profesi guru harus dilakukan
secara bertanggung jawab. Di negara kita seorang dianggap
dewasa apabila sudah berumur minimal 18 tahun atau sudah
menikah.
2. Guru adalah orang yang sehat jasmani dan rohani, orang yang
tidak sehat jasmaninya dapat menghambat pelaksanaan
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
PERENCANAAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 541
pendidikan begitu pun orang yang tidak sehat akalnya (rohani),
bahkan ia akan membahayakan bagi peserta didik.
3. Guru adalah orang yang ahli di bidangnya.
4. Guru harus memiliki kesusilaan dan berdedikasi tinggi, hal ini
sangat diperlukan sekali pada saat seorang guru melaksanakan
tugas-tugas mendidik selain mengajar.
Keempat syarat di atas bila kita telaah satu-persatu dapat kita
anggap sebagai syarat formal dan umum untuk menjadi seorang guru.
Tetapi untuk syarat yang kedua, bila kita perhatikan itu dan bila ini
diterapkan secara mutlak, akan menimbulkan pendiskreditan
penyandang cacat yang memiliki kemampuan melebihi orang normal.
Oleh karena itu, untuk syarat yang kedua ini perlu ada pengecualian
secara khusus. Seseorang yang memiliki cacat tubuh tetapi memiliki
kemampuan menjadi guru dan memiliki akal sehat maka mungkin
dapat diberikan toleransi kepadanya sepanjang cacat tubuh yang
dialaminya tidak mengganggu aktivitas pekerjaannya.
Munir Mursi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir membicarakan
syarat guru kuttab. Yang terpenting bagi guru dalam Islam adalah
syarat keagamaannya. Dengan demikian syarat untuk menjadi guru
adalah:
1. Harus sudah dewasa.
2. Harus sehat jasmani dan rohani.
3. Harus ahli menguasai bidang yang diajarkan dan menguasai ilmu
mendidik.
4. Harus berkepribadian Muslim.
Memerhatikan kedua pendapat di atas, pada pelaksanaannya
suatu lembaga pendidikan biasanya dalam menerima tenaga pendidik
(guru) menetapkan syarat-syarat, yaitu menyerahkan kartu identitas
(KTP) untuk mengetahui usia dan status sosial seseorang, surat
keterangan berbadan sehat dari dokter untuk kesehatannya, serta
ijazah sebagai dasar untuk mengetahui bahwa pelamar memiliki latar
belakang pendidikan atau keahlian di bidang keguruan atau
kependidikan tertentu.
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
542 HASNIDAR KARIM
Tugas dan Wewenang Guru
Para ahli pendidikan Islam dan ahli pendidikan Barat telah sepakat
bahwa tugas guru adalah mendidik. Mendidik itu adalah sebagian
dilakukan dalam bentuk mengajar, memberi dorongan, menghukum,
memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain. Soejono yang dikutip
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa tugas pendidik termasuk guru
adalah:
1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik
dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, angket, dsb.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan
yang baik dan menekan pembawaan yang buruk di dalam diri
anak tersebut.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian dan
keterampilan agar anak memilih dengan tepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik
menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.8
Selain tugas-tugas yang disebutkan di atas, guru juga memiliki
tugas lain selain mengajar yang sebenarnya erat sekali kaitannya
dengan kegiatan mengajar, yaitu membuat persiapan mengajar,
mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain. 9 Pendapat ini dapat
memberikan kesempatan kepada kita bahwa tugas guru itu adalah
mendidik muridnya dengan cara mengajar dan cara yang lain-lain,
dalam rangka mencapai perkembangan maksimal pada diri anak
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut.
Kalau kita membicarakan tugas tentunya kita tidak melupakan
wewenang atau kompetensi yang diharapkan. Raka Joni yang dikutip
Suyanto mengemukakan pendapatnya tentang ada tiga dimensi
umum yang menjadi kompetensi guru, yaitu:
1. Kompetensi personal, artinya seorang guru harus berkepribadian
yang mantap yang patut diteladani.
2. Kompetensi profesional, artinya seseorang guru harus memiliki
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
PERENCANAAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 543
pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang
diajarkan, memilih dan menggunakan metode mengajar di dalam
proses belajar-mengajar
3. Kompetensi kemasyarakatan, artinya seorang guru harus mampu
berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun
masyarakat luas.10
Dengan demikian kompetensi seorang guru itu tidak hanya
mengabdi kepada profesi yang ditekuninya. Seorang guru harus juga
bisa hidup bermasyarakat dan mampu memberikan kontribusi yang
dapat membantu masyarakat dalam menciptakan masyarakat
Indonesia yang terdidik dan Pancasila dan juga selalu mencerminkan
watak kepribadian yang sejati.
Peningkatan Profesionalisme Guru
Suatu lembaga pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang
memuaskan dan dapat diterima di masyarakat bila menggunakan tiga
pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Ketiga pendekatan itu
adalah social demand, man power, dan rote of return. Tetapi ketiga
pendekatan itu bukanlah jaminan utama untuk mencapai tujuan di
atas bila tidak didukung oleh tenaga pendidik (guru) yang profesional.
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim kelas, seperti
memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan
untuk menunjukkan empat penghargaan kepada siswa dan
kelulusan; memiliki hubungan baik dengan siswa; secara tulus
menerima dan memerhatikan sistem; menunjukkan antusias dan
memerhatikan sistem; mampu menciptakan atmosfer untuk
bekerja sama dalam kelompok; melibatkan siswa dalam
mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;
mampu mendengarkan siswa dalam setiap diskusi;
meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.
2. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
544 HASNIDAR KARIM
seperti memiliki kemampuan secara rutin untuk mengahadapi
siswa yang tidak memiliki perhatian terhadap pelajaran; mampu
bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan
berpikir yang berbeda.
3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan
balik dan penguatan (reinforcement), seperti mampu
memberikan umpan balik yang positif terhadap respons siswa;
mampu memberikan respons yang membantu kepada siswa yang
lamban dalam belajar; mampu memberikan tindak lanjut
terhadap jawaban yang kurang memuaskan; mampu
memberikan bantuan yang diperlukan siswa.
4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri,
antara lain mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar
secara inovatif; mampu memperluas dan menambah
pengetahuan metode-metode pengajaran;
mampu
memanfaatkan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan
metode pengajaran.11
Dengan demikian, untuk menjadi seorang guru yang profesional
dan ideal bukan suatu pekerjaan yang gampang, melainkan suatu
profesi yang kompleks dan menuntut penguasaan-penguasaan di
segala bidang kehidupan. Ada cara lain untuk meningkatkan
profesionalitas seorang guru, yaitu dengan menggunakan model CAR
(Collaborate Action Research). CAR adalah suatu cara untuk
meningkatkan profesionalitas seorang guru. Dengan menggunakan
CAR, guru diajak membuat suatu kegiatan ilmiah dengan
mengguanakan langkah-langkah penelitian ilmiah, yaitu guna diaajak
merumuskan masalah yang dihadapi secara bersama, lalu diajak
mencoba merumuskan dan melakukan langkah-langkah solusinya
kemudian merefleksikan solusi yang disepakati, dan akhirnya
melakukan pengembangan proses pembelajaran yang sesuai dengan
temuan CAR yang dilakukan bersama pihak kedua.12
Pendapat-pendapat di atas merupakan cara yang ditawarkan
para ahli untuk meningkatkan profesionalitas kerja seorang guru.
Tetapi yang paling pokok adalah bagaimana meningkatkan
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
PERENCANAAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 545
profesionalitas dan mekanisme kerja para guru itu sendiri dengan
memerhatikan kesejahteraannya. Bagaimana seorang guru dapat
bekerja secara profesional bila penghasilannya tidak memadai dan
bahkan penghasilan itu pun terkadang mengalami pemotonganpemotongan di sana-sini. Mungkin hal ini juga diperhatikan oleh
pengambil kebijakan dalam rangka menciptakan manusia Indonesia
yang berilmu pengetahuan yang memiliki keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan. Pemerintah jangan hanya memerhatikan
pembangunan fisik bangsa ini saja, tetapi juga diperhatikan
pembangunan supra strukturnya yaitu dengan cara meningkatkan
anggaran untuk bidang pendidikan di dalam APBN.
C. Perencanaan Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar
Definisi Siswa
Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu
lembaga pendidikan. Semua anak yang sudah mendaftarkan diri
kemudian diterima di suatu sekolah, secara otomatis menjadi
tanggung jawab sekolah. Mereka ini perlu diurus, diatur,
diadministrasi, sehingga cukup mendapat perlakuan seebagaimana
yang diharapkan oleh orang tua atau wali yang mengirimkannya ke
sekolah.13 Berarti siswa adalah peserta didik yang didaftarkan oleh
orang tuanya ke suatu lembaga pendidikan untuk mendapatkan
pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu yang disepakati oleh
orang tua siswa dan lembaga pendidikan tersebut.
Hak dan Kewajiban Siswa
Sekolah adalah suatu tempat yang semua orang menggunakannya.
Bagi seorang anak sekolah adalah dunia, lengkungan kedua, yang
memberi arah perkembangan dan kematangan. Sekolah inilah anak
mencari ilmu untuk bekal hidupnya. 14 Dari pendapat ini dapat
dipaparkan bahwa siswa adalah warga yang hidup di lingkungan
lembaga sekolah, sebagai seorang warga tentu siswa mempunyai hak
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
546 HASNIDAR KARIM
dan kewajiban dalam kehidupan persekolahan. Hak siswa dalam
sekolah adalah menerima pelajaran, mengikuti kegiatan yang
diadakan sekolah, menggunakan semua fasilitas yang ada dan
memeroleh bimbingan. Sedangkan kewajibannya adalah hadir pada
waktunya, mengikuti pelajaran dengan tertib, mengikuti ulangan
(ujian) dan menaati tata tertib dan peraturan yang berlaku.15
Proses Belajar-Mengajar di Sekolah
Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan
yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil
membawa semua anak-anak didik kepada tujuan. 16 Tetapi pada
kenyataannya dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah
mengalami hambatan dalam memberikan pemahaman kepada semua
siswa dengan sama rata. Hal ini disebabkan kemampuan intelijensi
siswa yang berbeda-beda, karena itulah perlu dikelompokkan siswasiswa tersebut menjadi kelompok pandai, sedang, dan kurang.
Dengan pengelompokan ini, hendaknya seorang guru dapat
menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kelompok-kelompok
tersebut, agar tiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta
menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Penguasaan bahan
pelajaran secara sepenuhnya inilah yang kita kenal dengan istilah
belajar tuntas (mastery learning).17
Namun pelaksanaan belajar tuntas ini juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu bakat anak, mutu pengajaran, kemampuan
memahami pengajaran, kekuatan belajar, dan jumlah waktu yang
disediakan.18 Oleh karena faktor-faktor inilah maka diperlukan suatu
metode terprogram dalam proses belajar mengajar agar semua siswa
dapat memahami pelajaran dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Metode tersebut adalah dengan program pengayaan dan perbaikan.
Dalam memberikan materi pelajaran pada proses pelajaran
mengajar kita dihadapkan kepada kelompok siswa pandai, sedang
dan kurang. Seorang guru tidak boleh hanya memikirkan bagaimana
caranya materi pelajaran harus selesai tepat pada waktu yang telah
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
PERENCANAAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 547
ditentukan, tetapi ia harus juga memerhatikan apakah penyampaian
materi pelajarannya dapat diterima atau tidak oleh semua siswa. Oleh
karena itulah guru perlu mengadakan ulangan harian sebagai alat
untuk mengevaluasi dan mengukur keberhasilan siswa dalam
menerima pelajaran yang dibebankannya. Dari evaluasi tersebut
dapat terlihat adanya siswa yang berhasil dan belum berhasil. Bagi
siswa yang telah berhasil, guru haruslah memberikan kegiatan
pengayaan kepada siswa tersebut.
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada
siswa kelompok-kelompok cepat sehingga siswa-siswa tersebut
menjadi lebih kaya pengetahuannya atau lebih mendalami bahan
pelajaran yang sedang mereka pelajari.19 Misalnya, dengan menyuruh
anak membaca buku di perpustakaan atau membuat kliping mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
Begitu pun dengan siswa yang belum berhasil, guru harus
mengadakan kegiatan perbaikan. Kegiatan perbaikan adalah kegiatan
yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi
tingkat penguasaan terhadap bahan pelajaran terrsebut.20 Misalnya,
dengan memberikan belajar tambahan atau tutorial di luar jam
belajar, setelah itu diadakan kembali evaluasi untuk mengetahui
apakah siswa tersebut telah mencapai keberhasilan atau belum pada
mata pelajaran yang bersangkutan.
Dengan program pengayaan dan perbaikan ini, diharapkan
seluruh siswa memang benar-benar menguasai sepenuhnya materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hal inilah yang disebut dengan
sistem belajar tuntas. Sistem ini menuntut adanya kesabaran dan
keuletan dari seorang guru. Pekerjaan ini akan menyita waktu guru
di luar jam dinasnya. Karena menyita waktu di luar jam dinasnya
maka perlu dipikirkan oleh pengambil kebijakan untuk memberi
imbalan yang lebih bagi kesejahteraan guru dalam rangka
menciptakan manusia Indonesia berpengetahuan luas dan memiliki
integritas dalam ikut serta melaksanakan pembangunan di negara
ini.
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
548 HASNIDAR KARIM
D. Kesimpulan
Sebagai suatu bentuk organisasi yang memiliki tujuan yang ingin
dicapai, sekolah harus dikelola dengan baik menggunakan
manajemen yang sudah berlaku umum. Sekolah yang baik adalah
sekolah yang memiliki manajemen organisasi yang baik yang terdapat
unsur-unsur pendukung di dalamnya. Unsur pendukung tersebut ada
yang berasal dari dalam dan ada yang berasal dari luar.
Salah satu yang berasal dari dalam (unsur internal) yang sangat
perlu dikelola dengan baik oleh seorang manajer di sekolah, dalam
hal ini kepala sekolah adalah guru dan siswa. Guru dan siswa
merupakan pelaksana langsung dari kegiatan di sekolah.
Guru merupakan salah satu komponen dari personalia di dalam
pendidikan, untuk itu guru dituntut profesional untuk menunjang
kegiatan. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki
profesionalitas. Memenuhi syarat-syarat profesi keguruan,
profesionalitasnya dengan menyesuaikannya dengan kemajuan dan
tuntutan zaman.
Selain guru, komponen personalia dalam pendidikan adalah
siswa. Sekolah sebagai suatu lembaga merupakan pihak yang
bertanggung jawab dalam perkembangan kemampuan dan
kepribadian siswa. Untuk itu antara siswa dan pihak sekolah harus
terjalin kerja sama yang baik, sehingga masing-masing mengetahui
apa hak dan kewajiban dari masing-masing.
Dalam pelaksanaan bimbingan kepada siswa, terkadang pihak
sekolah, terutama guru, dihadapkan kepada kemampuan intelijensi
siswa yang berbeda-beda. Untuk itulah dalam hal ini dituntut kepada
guru mampu melakukan pengelolaan siswa di dalam kelas, karena
bila di dalam lokal yang berhak untuk melakukan pengelolaan
terhadap siswa adalah guru. Guru harus mampu menggunakan cara
yang tepat untuk masing-masing siswa yang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda tersebut, dengan demikian diharapkan apa yang
telah menjadi tujuan dari pendidikan umumnya dan tujuan sekolah
khususnya dapat dicapai dengan baik.
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
PERENCANAAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR 549
Catatan:
1. Bandayaningrat Suwarno, Pengantar Ilmu Administrasi dan
Manajemen, (Jakarta: Mas Agung, 1988), hlm. 42.
2. Suwarno, Pengantar Ilmu, hlm. 20.
3. Nasution S., Berbagai Pendekatan dalam PBM, (Jakarta: Bumi Aksara,
1982), hlm. 17.
4. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Rosdakarya, 1992), hlm. 75.
5. Tafsir, Ilmu Pendidikan, hlm. 75.
6. Pidarta Made, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, (Jakarta: LPTK,
1983), hlm. 17.
7. FKIP Unja, Profesi Kependidikan, (Jambi: Unja, tt.), hlm. 3.
8. Tafsir, Ilmu Pendidikan, hlm. 11.
9. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: Rajawali,
1992), hlm. 28.
10. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 27-28.
11. Suyanto, Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, (Jakarta:
Adicita, 2000), hlm. 29.
12. Suyanto, Pendidikan di Indonesia, hlm. 27-28.
13. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 12.
14. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 12.
15. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 14.
16. Nasution S., Berbagai Pendekatan, hlm. 35.
17. Nasution S., Berbagai Pendekatan, hlm. 36.
18. Nasution S., Berbagai Pendekatan, hlm. 50.
19. Arikunto, Pengelolaan Kelas, hlm. 35.
20.Arikunto, Pengelolaan Kelas.
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
550 HASNIDAR KARIM
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta:
Rajawali, 1992).
FKIP Unja, Profesi Kependidikan, (Jambi: Unja, tt.).
Made, Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, (Jakarta:
LPTK, 1983).
Nasution S., Berbagai Pendekatan dalam PBM, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1982).
Suwarno, Bandayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi dan
Manajemen, (Jakarta: Mas Agung, 1988).
Suyanto, Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, (Jakarta:
Adicita, 2000).
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Rosdakarya, 1992).
Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011
Download