UPAYA GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SEBAGAI SARANA PENDUKUNG DALAM PEMBELAJARAN SENI LUKIS DI SMA NEGERI 2 SITUBONDO ARTIKEL ILMIAH OLEH DENDI NOVY KURNIA NIM 108251416388 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA MEI 2012 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH Nama : Dendi Novy Kurnia Nim : 108251416388 Prodi/Jurusan : Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul “Upaya Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran Seni Budaya sebagai Sarana Pendukung dalam Pembelajaran Seni Lukis di SMA Negeri 2 Situbondo”. Malang, 28 Mei 2012 Penulis Dendi Novy Kurnia NIM 108251416388 Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Dra. Hj. Ida Siti Herawati, M. Pd NIP. 19510228 198002 2 001 Dra. Tjitjik Sriwardhani, M.Pd NIP. 19540319 198502 2 001 UPAYA GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN SENI BUDAYA SEBAGAI SARANA PENDUKUNG DALAM PEMBELAJARAN SENI LUKIS DI SMA NEGERI 2 SITUBONDO Dendi Novy Kurnia, Ida Siti Herawati Abdullah, dan Tjitjik Sriwardhani Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK: tujuan penelitian ini untuk mengetahui (a) cara guru memilih media pembelajaran; (b) cara guru dalam penggunaan media pembelajaran; (c) cara guru supaya siswa dapat memahami pelajaran; (d) cara guru agar siswa dapat memahami media pembelajaran; (e) cara guru supaya siswa minat terhadap mata pelajaran seni budaya; dan (f) respon siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru ketika mengajar. Data dikumpulkan dengan analisis wawancara, observasi, dan dokumentasi, pendekatan penelitian adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode survey. Hasil penelitian adalah: (a) cara guru memilih media pembelajaran yaitu menyesuaikan dengan kompetensi atau tujuan dan materi; (b) cara guru dalam penggunaan media pembelajaran adalah guru memperlihatkan contoh lukisan yang terpajang di kelas; (c) cara guru supaya siswa dapat memahami pelajaran dengan strategi/cara pembelajaran untuk materi seni lukis dan model pembelajarannya; (d) cara guru agar siswa dapat memahami media pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas, tanya jawab, dan demonstrasi; (e) cara guru supaya siswa minat terhadap mata pelajaran seni budaya dengan memotivasi siswa, menciptakan interaksi antara guru dan siswa, guru membuat lukisan, dan asal media yang mudah di dapat serta mudah dalam pemakaiannya; (f) respon siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru ketika mengajar, dalam pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya pada materi seni lukis, dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang kurang paham mengenai materi yang diberikan dan kemudian ditanyakan kembali sehingga siswa paham. Kata kunci: Upaya guru, media pembelajaran, seni lukis, SMA. Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa juga memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Sehingga ketika berkarya seni rupa, siswa dapat memahami proses apresiasi sebagai pemahamannya dalam memvisualkan hasil ciptaannya maupun milik orang lain. (Farid, 2010) Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa dua dimensi maupun seni rupa tiga dimensi. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya. (Farid, 2010) Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambarangambaran yang baru. Untuk itu diperlukan berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya, proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi. Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. (Farid, 2010) Jadi dapat dikatakan bahwa seni dalam pendidikan tidak hanya ditekankan pada pewarisan suatu keterampilan dan penerus dari keahlian yang spesifik, akan tetapi lebih ditekankan kepada pertumbuhan dan perkembangan potensi individu itu sendiri. Untuk mencapai tujuan itu, maka dalam melaksanakannya harus disusun dan disesuaikan dengan kebutuhan anak didik tersebut. Media dalam proses pembelajaran seni merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan ide atau gagasan, kreatifitas, dan keinginan dalam berkarya seni rupa. Melalui penyiapan, pemilihan, dan pengolahan bahan secara tepat, diharapkan dapat menumbulkan minat berkreasi seni rupa, yang secara tepat diharapkan dapat menimbulkan minat berkreasi seni rupa, yang secara tidak langsung juga berdampak pada kualitas produk karya seni rupa yang dihasilkan. (Sumanto, 2001:4) Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar, dan gurulah yang mempergunakannya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran. (Djamarah & Zain, 2006:121-122) Proses pembelajaran seni budaya berlangsung kapan saja yaitu ketika perilaku seorang individu dimodifikasi – ketika seseorang berpikir atau bertindak secara berbeda dengan mengkontruksi realitanya sendiri melalui penginterpretasian pengalaman-pengalamannya yang spesifik. Artinya, guru dan desainer pembelajaran tidak dapat memetakan interpretasinya sendiri tentang dunianya kepada pebelajar,karena mereka tidak memiliki serangkaian pengalaman yang diinterpretasi secara sama. Dalam konteks media sebagai teknologi kognitif, multimedia bukan sekedar mengantarkan informasi kepada pebelajar tetapi lebih daripada itu teknologi cerdas yang menggerakkan sistem kognitif pebelajar untuk belajar bagaimana belajar. Ketika multimedia didudukkan sebagai alat penyampai pesan maka ia hanyalah alat yang tak memiliki input partnership dengan kognitif siswa. Dengan kata lain, pandangan ini telah mengisolasi siswa sebagai konstruktor pengetahuan yang aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. (Pranata, 2010:38) Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, antara lain: sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi; praktis, luwes dan bertahan; guru terampil menggunakannya; pengelompokan sasaran; dan mutu teknis. (Arsyad, 2009:75) Media yang menyenangkan (entertaining) saja belum tentu membelajarkan. Multimedia boleh menyenangkan, memudahkan, namun lebih dari pada itu ia harus mampu menstimulasi tantangan-tantangan berpikir sebagaimana ciri sebuah pembelajaran yang unggul. (Pranata, 2010:10). Sedangkan cara-cara penampilan mengacu pada bentuk yang dipakai untuk menyajikan perintah yang tersaji, seperti pemakaian kata-kata atau gambargambar. (Pranata, 2010:39) METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sudjana (2001: 64) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: studi kasus, studi pengenbangan, studi follow up, analisis dokumenter, analisis kecenderungan, survey, dan studi korelasi. Rancangan penelitian yang mengacu pada jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey, karena melalui metode ini dapat diungkapkan masalah-masalah aktual, dan mendeskripsikannya. Masalah yang diteliti pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis di SMA Negeri 2 Situbondo ini dititik beratkan pada strategi guru dalam penggunaan media pembelajaran seni budaya sebagai sarana pendukung dalam pembelajaran pada tiap jenis materi yang diajarkan di kelas oleh guru bidang studi Seni Budaya. Sumber data dalam penelitian ini berupa: (1) Data primer, yaitu data utama yang diperoleh peneliti melalui observasi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis di SMA Negeri 2 Situbondo; (2) Data sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh melalui wawancara dengan guru pembina mata pelajaran seni budaya. Wawancara yang dilakukan meliputi profil dari guru pembina mata pelajaran Seni Budaya dan rencana pembelajaran yang dibuat mengenai seputar pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis di SMA Negeri 2 Situbondo. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Wawancara untuk menjaring data tentang profil guru pembina mata pelajaran seni budaya dan juga rencana pembelajaran guru. Rencana pembelajaran meliputi materi, jadwal, tujuan, strategi (model, pendekatan, dan metode), media dan penilaian; (2) Observasi pengamatan pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis secara cermat dan mencatat hasil observasi dalam sebuah lembar pengamatan yang sebelumnya telah dipersiapkan; dan (3) Dokumentasi merupakan kegiatan dimana peneliti akan melakukan pengamatan terhadap RPP, foto, dan hasil wawancara yang sudah ada. Analisis data yaitu konten, artinya analisis isi dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, hasil observasi, dan dokumentasi yang telah di peroleh saat pengamatan di lapangan. HASIL Gambaran Kondisi Sekolah SMA Negeri 2 Situbondo SMA Negeri 2 Situbondo merupakan salah satu SMA unggulan di wilayah kecamatan Situbondo yang terletak di Jln. Anggrek No. 1 Situbondo. Di sekolah ini proses pembelajarannya selalu berupaya untuk mencapai tujuan dari belajar yang berupa perubahan pengetahuan, tingkah laku, dan sikap siswa, baik sebagian maupun menyeluruh melalui serangkaian pengalaman belajar bermakna. Di SMA Negeri 2 Situbondo terdapat berbagai fasilitas yang memadai sebagai sarana pendukung mata pelajaran ataupun sebagai pendukung berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah ini. Berbagai fasilitas tersebut antara lain: gedung aula, perpustakaan, ruang komputer/Internet, ruang laboratorium Bahasa, ruang laboratorium Fisika, ruang laboratorium Biologi, ruang laboratorium Kimia, Ruang Musik, Masjid Al-Kautsar, lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola volley, lapangan bulu tangkis, wall climb, UKS, kantin, dan ruang khusus seni yaitu “SangSeDa” (Sanggar Seni Smada). Sanggar seni ini baru saja dibangun dengan tujuan awal sebagai sarana tempat siswa mengekspresikan diri melalui seni rupa (ruang ekstrakurikuler seni). Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, sanggar ini juga digunakan sebagai ruang belajar khusus mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 2 Situbondo. Berbagai fasilitas yang dibutuhkan sedikit demi sedikit telah terpenuhi untuk memenuhi standar mutu pendidikan di sekolah ini. Dengan terpenuhinya fasilitas di ruangan Sanggar Seni Smada ini, diharapkan dapat memacu semangat belajar siswa di kelas dan siswa lebih nyaman untuk berkreasi mengekspresikan dirinya untuk berkarya seni serta membuat perbandingan mengenai pandangan seni yang selama ini dianggap remeh oleh sebagian orang yang kurang memahami manfaat seni yang sesungguhnya. Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Budaya Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa dapat memvisualisasikan kesan objek lukisan secara tepat sesuai dengan pengembangan ide kreatif yang digali dari keragaman gagasan, bahan, dan teknik berkarya seni rupa. Dengan bahan pertimbangan bahwa karya yang akan dihasilkan nantinya tidak jauh dari pemahaman tentang materi seni lukis yang telah diajarakan oleh guru, dan siswa lebih mengeksplorasi karya yang lebih maksimal sesuai dengan ide kreatif yang dimiliki oleh siswa tersebut. Hasil pembelajaran yaitu siswa dapat mengekspresikan dirinya melalui karya seni rupa dua dimensi (lukis) dan siswa dapat menggunakan media berkarya dengan baik. Sedangkan materi pembelajarannya yaitu melukis dengan tema bebas dan mewarnai lukisan dengan berbagai alat dan bahan yang sudah disediakan. Cara Guru Memilih Media Pembelajaran Cara guru memilih media pembelajaran terkait kesesuaian dengan kompetensi atau tujuan dan kesesuaian dengan materi, yaitu: Menurut hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, guru memilih media pembelajaran yang sederhana, seperti lukisan-lukisan yang di pajang di kelas dan juga lukisan yang dibuat oleh guru pembina. Hal ini dimaksudkan supaya siswa juga memperhatikan hasil karya yang telah dibuat oleh kakak kelas, teman sebaya, atau juga hasil karya lain yang di anggap memacu semangat belajar siswa agar menghasilkan karya yang lebih maksimal. Sedangkan menurut kesesuaian dengan materi, guru mempertimbangkan dari berbagai aspek yang mendukung kegiatan pembelajaran ini supaya berjalan dengan baik, beberapa diantaranya yaitu: menyesuaikan dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Guru menggunakan media pembelajaran yang sederhana dengan bahan pertimbangan bahwa media berkarya yang akan digunakan oleh siswa nantinya mudah di peroleh dan di gunakan. Cara Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran Menurut hasil pengamatan di lapangan, cara guru dalam penggunaan media pembelajaran terkait dengan jenis media dan bentuk medianya adalah guru menggunakan media yang sangat sederhana. Jenis media yang guru gunakan yaitu berupa contoh-contoh hasil karya lukisan yang terpajang di kelas dan hasil lukisan yang dibuat oleh guru sebagai bahan ajar guru supaya menarik perhatian siswa untuk berkarya lebih baik ketika berkarya lukis. Hal ini dimaksudkan agar memacu semangat belajar dan berkarya siswa. Dengan banyaknya lukisan yang terpajang di dinding kelas dan juga lukisan milik guru, siswa dapat menilai serta memacu ide kreatif yang nantinya akan dituangkan atau divisualisasikan ke dalam bentuk lukisan. Sedangkan bentuk media yang guru gunakan yaitu berupa media pembelajaran dan juga media berkarya. Bentuk media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pemberian materi melukis ini, antara lain berupa: contoh-contoh hasil karya lukisan, spidol, dan papan tulis. Contoh beberapa lukisan yang terpajang di kelas merupakan hasil karya siswa-siswi dari beberapa kelas yang disimpan oleh sekolah sebagai kenang-kenangan dan juga terdapat beberapa di antaranya merupakan hasil kerja siswa, serta karya lukis yang dibuat oleh guru merupakan hasil yang akan digunakan sebagai bahan ajar pada materi seni lukis. Sedangkan bentuk media berkaryanya berupa: kertas, pensil, dan cat pewarna acrilyc. Media berkarya ini nantinya yang akan digunakan oleh siswa dalam berkarya seni lukis. Guru memilih alat dan bahan yang mudah dijangkau oleh siswa supaya siswa tidak terbebani dalam melaksanakan tugas yang akan diberikan. Cara Guru supaya Siswa dapat Memahami Pelajaran Cara guru supaya siswa dapat memahami pelajaran terkait dengan strategi/cara pembelajaran untuk materi seni lukis dan juga model pembelajarannya adalah: Dari hasil wawancara dan observasi hari Rabu, tanggal 28 Maret 2012, strategi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran seni lukis berkaitan dengan model, pendekatan, dan metode. Secara umum model yang tampak pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis adalah model aprentisip. Model aprentisip adalah model yang digunakan dalam pembelajaran seni yang dipandang efektif untuk mencapai penguasaan keterampilan, sebab pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk melatih keterampilan siswa dalam berkarya. Pendekatan pembelajarannya menggunakan pembelajaran fungsional, sebab peran guru selain sebagai pemimpin (penular keterampilan) juga sebagai pembimbing, dan fasilitator bagi siswa. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran seni lukis ini meliputi metode pemberian tugas dan demonstrasi. Pada awal pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi materi pembelajaran yang meliputi prinsip dasar seni rupa, unsur-unsur seni rupa, dan contoh-contoh hasil karya seni lukis. Pelaksanaan pembelajaran seni lukis ini dilaksanakan di ruangan khusus seni, yaitu sanggar seni SMA Negeri 2 Situbondo dengan suasana yang santai namun serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa. Cara Guru agar Siswa dapat Memahami Media Pembelajaran Cara guru agar siswa dapat memahami media pembelajaran terkait dengan metode yang guru gunakan yaitu: Menurut hasil observasi dan wawancara di lapangan, metode mengajar yang guru gunakan yaitu tidak hanya satu metode saja, melainkan kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan ini dimaksudkan supaya siswa semangat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru ketika mengajar di kelas. Dengan semangat yang dimiliki oleh siswa ketika belajar, siswa telah membantu guru dalam penyampaian tujuan pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru sebelum mengajar. Metode yang guru gunakan yaitu metode pemberian tugas, tanya jawab, dan demonstrasi. Cara Guru supaya Siswa Minat terhadap Mata Pelajaran Cara guru supaya siswa minat terhadap mata pelajaran seni budaya terkait dengan motivasi yang diberikan oleh guru, interaksi antara guru-siswa-guru, cara membuat media, dan juga asal media, yaitu: Guru memberi motivasi kepada siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru mengajak siswa untuk membuka pemikiran dan ide kreatif yang dimiliki oleh setiap masing-masing siswa supaya dapat menghasilkan karya lukis yang lebih baik dari hasil karya lukis yang terdapat di kelas ketika guru memperlihatkan hasil lukisan yang terpajang. Hal tersebut adalah dengan maksud supaya siswa lebih terpacu semangatnya dalam belajar dan menghasilkan karya yang lebih maksimal. Cara guru memotivasi siswa yaitu membandingkan beberapa karya lukis yang terpajang, artinya siswa disuruh melihat karya yang menurutnya lebih baik dan menarik. Dengan pembandingan yang seperti itu, guru memandang hal tersebut dapat memacu semangat siswa dalam menghasilkan karya yang lebih baik dan maksimal. Interaksi yang terjadi di lapangan antara guru dan siswa terlihat ketika guru sedang menyampaikan materi, ada beberapa siswa yang bertanya seputar pemahaman materi yang kurang dimengerti oleh siswa tersebut. Respon Siswa terhadap Materi yang diberikan oleh Guru Ketika membuka pelajaran, guru membahas sekilas mengenai materi yang akan diajarkan, yaitu materi mengenai seni lukis. Materi yang telah disiapkan oleh guru menurut RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yaitu prinsip-prinsip dasar seni rupa mulai dari komposisi, keseimbangan, proporsi atau perbandingan, kesatuan, serta unsur-unsur seni rupa meliputi unsur titik, garis, bidang, bentuk, tekstur, warna, dan gelap terang. Kemudian guru menunjukkan beberapa contoh hasil karya yang akan di ajarkan. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran (melukis), guru menjelaskan dengan contoh lukisan yang dibuat sebagai media pembelajaran. Dengan cara seperti itu, menurut guru siswa lebih memahami penyampaian mengenai materi seni lukis. Cara mengajar guru yang berbeda-beda, yaitu intonasi suara guru yang tidak monoton, tempat guru berdiri tidak di depan saja, membuat siswa bersemangat belajar. Ketika guru menjelaskan materi, suara guru terkadang di kecilkan dengan maksud supaya siswa yang tidak mendengarkan, akan memperhatikan penjelasan guru, dan terkadang suara guru berubah menjadi sangat nyaring sehingga suasana belajar yang diciptakan sangat kondusif. Tempat mengajar guru yang tidak hanya berdiri di satu tempat saja dilakukan supaya apabila terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi, guru dapat membantu siswamenemukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga semangat belajar siswa menjadi meningkat untuk belajar di kelas. Ketika guru selesai menjelaskan seluruh materi, guru bertanya kepada siswa mengenai pemahaman yang kurang dimengerti oleh siswa. Guru mempersilahkan seluruh siswa untuk bertanya mengenai penjelasan guru yang kurang mengerti, sehingga guru akan menjelaskan kembali materi ajar yang kurang di mengerti oleh sebagian siswa. PEMBAHASAN Cara Guru Memilih Media Pembelajaran Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Dalam hal ini, guru pembina memilih media dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya adalah: menyesuaikan dengan kompetensi atau tujuan dan kesesuaian dengan materi. Sesuai dengan yang dipaparkan Arsyad (2009:75), “kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, antara lain: sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi; praktis, luwes dan bertahan; guru terampil menggunakannya; pengelompokan sasaran; dan mutu teknis”. Seperti yang telah diuraikan di atas, guru memilih kriteria sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep atau generalisasi. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan daam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. Oleh sebab itu, guru pembina memilih media pembelajaran yang sederhana seperti lukisan-lukisan yang di pajang di kelas dan juga lukisan yang dibuat oleh guru pembina. Sedangkan untuk kriteria kesesuaian dengan materi yaitu media dipilih tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Guru memilih media pembelajaran yang sederhana dengan bahan pertimbangan bahwa media berkarya yang akan digunakan oleh siswa nantinya mudah di peroleh dan di gunakan.Oleh sebab itu, guru pembina memilih media pembelajaran yang sederhana seperti lukisan-lukisan yang di pajang di kelas dan juga lukisan yang dibuat oleh guru pembina. Cara Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran melukis di SMA Negeri 2 Situbondo lebih condong menggunakan media pembelajaran yang sederhana yaitu contoh-contoh hasil karya lukisan yang terpajang di ruang lukis dan juga lukisan hasil karya guru yang dijadikannya sebagai bahan ajar. Hal ini tentunya tidak dapat disamakan dengan media teknologi pendidikan, sebab antara media pembelajaran dan media teknologi pendidikan mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam buku Arsyad (2009:5), menurut Webster “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Dari kondisi di lapangan bahwa guru menggunakan pilihan media tradisional (Visual yang tak diproyeksikan), yaitu guru memperlihatkan hasil lukisan yang terpajang di kelas, selain itu guru pembina juga membuat lukisan yang dijadikannya sebagai bahan ajar supaya menarik perhatian siswa untuk berkarya lebih baik. Sesuai dengan yang dipaparkan Arsyad (2009:81), “Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif”. Cara Guru supaya Siswa dapat Memahami Pelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran materi seni lukis. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa adalah sebagai berikut: Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru pembina adalah membuka pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yaitu memberi salam dan membuka kegiatan dengan doa, membahas sekilas materi yang akan diajarkan, menunjukkan contoh-contoh hasil karya yang akan diajarkan, dan memberi peneguhan tentang manfaat materi pembelajaran yang akan diajarkan untuk menyongsong masa depan. Kemudian siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok untuk membuat karya. Guru pembina mengarahkan kepada seluruh siswa untuk membuat karya lukis sesuai dengan ide kreatif yang dimiliki oleh masing-masing kelompok, karena untuk menumbuhkan minat siswa menghasilkan karya yang beragam jenis objek dan gaya lukisannya. Seperti yang di paparkan oleh Sachari (2007:11) “Objek dan gaya lukisan sangatlah beragam”. Karya yang akan dibuat memerlukan ide kreatif dan inspirasi yang baik untuk menghasilkan karya yang baik pula. Setelah ide didapat, maka barulah dapat membuat sketsa dari rancangan lukisan yang akan dituangkan ke dalam bentuk lukisan. Tahap penyelesaiannya yaitu dengan pewarnaan. Seperti yang dipaparkan Sugiyanto (2004:16), “Warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna)”. Dalam teknik pewarnaan ini, siswa tidak dituntut untuk mewarnai lukisannya sesuai dengan penjelasan guru tersebut, melainkan dengan menggunakan daya imajinasi yang dimiliki oleh siswa, yaitu siswa bisa menggunakan berbagai media dan teknik melukis sesuai dengan kretifitas yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Akhir dari kegiatan ini adalah dengan menutup pelajaran. Guru membuat kesimpulan mengenai materi melukis yang telah dilaksanakan dengan memberitahukan tentang hasil karya siswa yang belum selesai pewarnaannya bisa diselesaikan di rumah serta memberitahukan apa saja yang akan dibawa pada pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam. Cara Guru agar Siswa dapat Memahami Media Pembelajaran Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas juga menentukan keberhasilan dari tujuan yang diharapkan. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah (2001:1) “Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan”. Dalam pengamatan di lapangan, guru menggunakan kombinasi dari beberapa metode mengajar, yaitu metode caramah, tanya jawab, dan tugas. Pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika observasi di lapangan, guru memberikan tugas supaya siswa belajar dengan baik di kelas. Sesuai dengan yang dipaparkan Djamarah & Zain (2006:85), “Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Cara Guru supaya Siswa Minat terhadap Mata Pelajaran Guru memiliki berbagai cara supaya siswa minat terhadap materi yang akan diajarkan dengan mengguanakan media pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Seperti yang dipaparkan oleh Arsyad (2002:72), “Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut: motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum belajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan, latihan dan pengulangan, serta penerapan”. Guru memotivasi siswa dengan cara memperlihatkan hasil-hasil karya lukisan yang terpajang di kelas dan juga hasil karya lukisan yang dibuat oleh guru serta katalog-katalog guru melakukan berbagai pameran. Hal itu dengan maksud supaya siswa tertarik untuk mempelajari materi lukis yang akan diajarkan oleh guru sebelum kegiatan berlangsung. Sesuai dengan yang dipaparkan Dimyati & Mudjiono (2009:85), “Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru”. Selain itu, interaksi antara guru dengan siswa juga perlu diperhatikan dalam hal membangkitkan minat siswa. Interaksi yang terjadi di lapangan antara guru dan siswa terlihat ketika guru sedang menyampaikan materi, ada beberapa siswa yang bertanya seputar pemahaman materi yang kurang dimengerti oleh siswa tersebut. Siswa yang bertanya tersebut mendapatkan pemahaman berlanjut ketika guru pembina menerangkan kembali materi yang kurang dimengerti oleh sebagian siswa. Sesuai dengan yang dipaparka oleh Arsyad (2009:73), “Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tida sekadar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif”. Respon Siswa terhadap Materi yang diberikan oleh Guru Kegiatan awal guru membuka pelajaran, membahas sekilas mengenai materi yang akan diajarkan, menunjukkan contoh-contoh hasil karya yang akan diajarkan. Dalam hal ini, guru memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebagai usaha guru menghubungkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan umpan balik dari siswa dalam pengajaran. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh Djamarah & Zain (2006:144), “pengetahuan anak tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru”. Dalam mengajar, guru menggunakan variasi dalam mengajar, yaitu intonasi suara guru yang tidak monoton, dan juga gerakan tubuh guru ketika mengajar. Intonasi suara yang dikeluarkan guru terkadang keras dengan maksud supaya siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan. Sedangkan gerakan tubuh ditunjukkan dengan tempat guru mengajar yang tidak di satu tempat, melainkan berpindah-pindah berselang beberapa waktu. Sesuai yang dipaparkan oleh Djamarah & Zain (2006:153), “Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat membangkitkan gairah belajar anak didik, sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan”. Dibutuhkan interaksi antara guru dan siswa untuk membuat proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Oleh sebab itu, ketika guru menjelaskan materi, seringkali guru menanyakan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau tidak. Hal ini dengan maksud supaya tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sesuai dengan yang dipaparkan oleh Djamarah & Zain (2006:153), “Hal ini terjadi karena interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik seiring untuk mencapai tujuan pengajaran”. Dilihat dari berbagai kesamaan mengenai konsep mengajar seni lukis menggunakan media pembelajaran dengan kondisi di lapangan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni lukis di SMA Negeri 2 Situbondo mengenai cara guru dalam penggunaan media pembelajaran, cara guru dalam penggunaan media pembelajaran, cara guru agar siswa dapat memahami media pembelajaran, cara guru memilih media pembelajaran, cara guru supaya siswa minat terhadap mata pelajaran seni budaya, dan respon siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru ketika mengajar, hal ini sejalan karena berbagai penjelasan mengenai strategi mengajar, metode, model, dan penggunaan media sesuai dengan konsep yang tertera dalam buku panduan referensi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil, diperoleh simpulan sebagai berikut: (a) cara guru memilih media pembelajaran terkait kesesuaian dengan kompetensi atau tujuan dan kesesuaian dengan materi, yaitu dengan memilih media pembelajaran yang sederhana dimaksudkan supaya memacu semangat belajar siswa baik di sekolah ataupun di luar sekolah; (b) cara guru dalam penggunaan media pembelajaran terkait dengan jenis media dan bentuk medianya adalah guru menggunakan media yang sangat sederhana berupa contoh lukisan yang terpajang di kelas dan juga lukisan milik guru, serta guru menggunakan media berkarya sebagai contoh pengajaran di kelas; (c) cara guru supaya siswa dapat memahami pelajaran terkait strategi/cara pembelajaran untuk materi seni lukis dan juga model pembelajarannya dengan menggunakan media pembelajaran, strategi pembelajarannya yaitu dengan menggunakan pembelajaran fungsional, sedangkan model pembelajarannya yaitu model aprentisip; (d) cara guru agar siswa dapat memahami media pembelajaran terkait metode pembelajarannya, yaitu dengan pemberian tugas, tanya jawab seputar materi, dan demonstrasi mengenai hasil karya siswa; (e) cara guru supaya siswa minat terhadap mata pelajaran seni budaya terkait dengan motivasi siswa, menciptakan interaksi antara guru dan siswa, cara membuat media, dan juga asal media, guru mengajak siswa untuk membuka pemikiran dan ide kreatif yang dimiliki oleh setiap masing-masing siswa supaya menghasilkan karya yang lebih maksimal; (f) respon siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru ketika mengajar, yaitu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Seni Budaya pada materi seni lukis, dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang kurang paham mengenai materi yang diberikan dan kemudian ditanyakan kembali sehingga siswa paham, dan juga siswa dapat menggunakan media berkaya dengan baik dan benar. Saran Mengenai cara guru memilih media pembelajaran, cara guru dalam penggunaan media pembelajaran, cara guru supaya siswa dapat memahami pelajaran, cara guru agar siswa dapat memahami media pembelajaran, cara guru supaya siswa minat terhadap mata pelajaran, sebaiknya guru tetap mempertahankan bahwa media pembelajaran yang digunakan lebih baik jika media tersebut dibuat sendiri oleh guru supaya siswa bisa semangat dalam berkarya seni, dan memacu semangatnya dalam belajar, baik di kelas ataupun di luar kelas. Kegiatan pembelajaran Seni Budaya yang hanya dilaksanakan satu kali pertemuan dalam satu minggu ini, walaupun hanya sebentar hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin agar siswa memperoleh pengetahuan mengenai seni budaya bukan hanya pada materi seni lukis, melainkan keseluruhan tentang seni sebagai peningkatan siswa terhadap pemahaman yang mendalam tentang seni guna mengembangkan bakat dan kretifitas yang dimiliki oleh siswa. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Asdi Mahastya. Farid. 2010. Pembelajaran Seni Rupa pada Anak Sekolah Dasar. (Online), (http://faridword.wordpress.com/2010/02/12/pembelajaran-seni-rupa-padaanak-sekolah-dasar/), diakses 14 Mei 2011. Pranata, Moeljadi. 2010. Teori Multimedia Instruksional. Malang: Universitas Negeri Malang & Bayumedia Publishing. Sachari, Agus. 2007. Seni Rupa dan Desain untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Sudjana, Nana, Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyanto, dkk. 2004. Kesenian SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Sumanto. 2001. Petunjuk Praktikum Matakuliah Pendidikan Seni Rupa. Depdiknas: Universitas Negeri Malang. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.