interaksi sosial masyarakat dalam penciptaan karya lukis

advertisement
ARTIKEL ILMIAH STRATA I (S1)
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DALAM
PENCIPTAAN KARYA LUKIS
Oleh
I Putu Nova Ruspika Yanto
NIM : 2006.04.008
Program Studi Seni Rupa Murni
Minat Seni Lukis
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
2012
ABSTRAK
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENCIPTAAN KARYA
LUKIS
Skrip ini merupakan deskripsi uraian tentang penciptaan seni lukis yang
berjudul “ Interaksi Sosial Masyarakat Dalam Penciptaan Karya Lukis”. Berangkat
dari pergaulan pencipta sehari-hari dengan masyarakat disekitar, dimana dalam
pergaulan tersebut pencipta melakukan kegiatan gotong royong. Pencipta merasakan
bahwa manusia itu saling membutuhkan di dalam kehidupan. Berhubungan dengan
itu, untuk mewakili keberagaman identitas manusia, pencipta memakai kain batik
sebagai medium kolase, disamping itu juga di dalam batik terdapat garis yang lemah
lembut sehingga menginspirasi dalam penciptaan karya pencipta. Adapun tujuan dan
manfaat untuk mengingatkan manusia bahwa hidup ini saling ketergantungan, untuk
menunjukan bahwa kain batik mewakili identitas seseorang, dan agar dapat membuka
wawasan pencipta tentang kehidupan sosial di dunia ini.
Melalui bahasa estetik dengan aneka simbol, pencipta memadukan ide,
gagasan, dan penyusunan elemen seni rupa hingga terwujud karya dengan tehnik
kolase. Serta format lukisan yang berbentuk manusia sebagai perluasan medium pada
kolase manusia tersebut. Dalam proses berkarya menggunakan metode yaitu tahap
eksplorasi yang panjang tentang interaksi manusia yang beragam, tahap improvisasi
dengan melakukan percobaan-percobaan terhadap material yang digunakan, dan
tahap forming merupakan suatu proses perwujudan suatu karya seni.
Pada akhirnya terwujudlah lima belas karya terkait dengan judul yang
diangkat yaitu “ Interaksi Sosial Masyarakat Dalam Penciptaan Karya Lukis”
diantaranya, Pasti Bisa, Tangga-tangga Kehidupan, Membabi, Dinding Persatuan,
Rantai Harmoni, Sakit dan Menyakitkan, Menjaga Hijau, Membentuk Gunung,
Kehidupan dalam Tanah, Disharmoni, Menembus, Pengikut, Hidup Bersama, Menuju
ke Atas, serta Menari dan diharapkan dengan tercapainya karya ini dapat berguna
bagi khalayak dan memberi kesadaran tentang hubungan manusia yang saling
membutuhkan.
Kata kunci : Interaksi Sosial, Masyarakat, Batik, Lukisan
ABSTRACT
SOCIAL INTERACTION IN THE CREATION PAINTINGS
This script is a description of the creation of a description of the painting,
entitled "Social Interaction in the Creation of Public Works Painting". Departing from
the creator of the daily interaction with the surrounding community, where the
association is the creator of mutual aid activities. The creators feel that people need
each other in life. Associated with it, to represent the diversity of human identity, the
creator of batik cloth as a medium of collage, as it also in the line of batik are the
meek that inspired the creation of the creator. The objectives and benefits to remind
people that life is interdependent, in order to show that the batik cloth representing a
person's identity, and in order to bring more information about the creators of social
life in this world.
Through the aesthetic language with various symbols, the creator of
combining ideas, ideas, and the preparation of elements to be realized work of art
with collage techniques. Format as well as painting the human form as the expansion
of the medium on human collage. In the process of work using a method that is a long
phase of exploration on a variety of human interaction, improvisation stage by
conducting experiments on the material used, and the stage of forming is a process of
realization of a work of art.
At the end of fifteen realization associated with the work of the appointed title
of "Social Interaction in the Creation of Public Works Painting" among others, must
Can, Stairs of Life, indiscriminately, Wall Unity, Harmony Chain, Pain and Painful,
Keeping Green, Shaping the Mountain, Life in Land, disharmony, Penetrating,
Followers, Living Together, Toward the Top, as well as dancing and the achievement
of this work is expected to be useful for the audience and give awareness about
human relationships that need each other.
Key word : Interaction of social, Community, Batik, Painting
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENCIPTAAN KARYA
LUKIS
A. LATAR BELAKANG
Semenjak
manusia
dilahirkan
sudah
mempunyai
naluri
untuk
saling
ketergantungan kepada manusia lainnya, sebagai suatu contoh ketika seorang bayi
dilahirkan yang akan membutuhkan Air Susu Ibu (ASI) untuk kelangsungan
hidupnya. Ini menunjukan bahwa manusia membutuhkan manusia lainnya. Manusia
adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya. Diri manusia
bersatu dengan dunia dan juga berarti dengan sesama. Dia mengalami diri dalam
perhelatan itu, dengan pandangannya dengan emosi dan sebagainya (Djikara, 1967 :
7). Manusia juga disebut sebagai makhluk individu, tetapi dalam keindividuannya itu
manusia tidak bisa lepas dengan manusia lainnya sehingga membentuk kelompokkelompok yang dinamakan masyarakat. Masyarakat adalah orang yang hidup
bersama yang menghasilkan suatu kebudayaan. Sekarang ini banyak terjadi akulturasi
budaya antara barat dengan timur sehingga menghasilkan budaya yang progresif.
Budaya progresif yaitu budaya yang menekankan pada keinginan ekonomi atau
materi sehingga banyak sisi spiritual semakin menurun.
Suatu interaksi dapat terjadi apabila orang perorangan bertemu langsung dengan
saling berhadapan, bertemu saling mempengaruhi sehingga menimbulkan suatu
reaksi. Apabila seseorang manusia berada di suatu ruangan yang tertutup sehingga dia
tidak dapat melihat maupun mendengar manusia lain, maka akan terjadi gangguan
pada perkembangan jiwanya. Manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan
orang lain yang disebut gregariousness dan karena itu manusia disebut juga social
animal (hewan sosial).
1
Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat, pencipta ingin menggambarkan
situasi kondisi yang terjadi saat ini. Bila kondisi saat ini dikaitkan dengan konsep Tri
Hita Karana, nampak hal tersebut perlu diharmonisasi dengan memaknai nilai
spiritual agar lebih arif dan bijak di dalam menata kehidupan yang lebih baik. Tri Hita
Karana yang dalam pembagiannya adalah hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan sesama manusia, serta hubungan manusia dengan
lingkungannya.
Adapun karya-karya pencipta banyak terinspirasi oleh seniman-seniman lain
seperti Haji Widayat adalah salah satu pelukis Indonesia yang terkenal dengan
karyanya yang dekoratif. Karya beliau sangat rumit karena dalam pengerjaannya
menggunakan ketekunan yang sangat tinggi dan warnanya sangat terkesan antik.
Bentuk-bentuk pada karya beliau sudah disederhanakan sehingga kelihatan polos.
Tema-tema yang diangkat didalam karyanya sekitar hubungan harmoni antara
manusia dengan alam. Selain Haji Widayat ada pelukis yang berasal dari Bali yang
mengangkat tentang permasalahan sosial manusia yaitu Made Djirna. Penggambaran
pada karyanya terdapat wajah purba yang menatap ke depan dengan cemas, atau
tubuh-tubuh arkaik yang saling bersilang-sengketa. Lintasan tubuh-tubuh anomin
yang dihadirkan secara alamiah. Mereka telanjang, bercengkrama, bertikai dan
berkompetisi.
Rumusan Masalah
Dalam pengerjaan karya lukis ini terdapat beberapa permasalahan yang harus
dirumuskan tentang interaksi sosial manusia. Pencipta merumuskan permasalahannya
sebagai berikut :
-
Bagaimana mewujudkan interaksi sosial masyarakat kedalam karya lukis?
-
Bagaimana mewujudkan simbol-simbol yang dapat mewakili nilai yang
berkaitan dengan interaksi sosial?
2
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin pencipta harapkan tentang interaksi sosial manusia
antara lain ;
-
Untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa manusia hidup saling
membutuhkan di dalam kehidupan.
Manfaat
Adapun manfaat yang diinginkan melalui interaksi sosial manusia yaitu sebagai
berikut ;
-
Memberikan wawasan terhadap pencipta tentang kehidupan sosial manusia di
dalam masyarakat.
Ide Penciptaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ide adalah rancangan
yang tersusun di dalam pikiran. Ide yang mendasari pada karya-karya pencipta
diperoleh dengan mengamati lingkungan kehidupan sehari-hari manusia disekitar.
Melalui suasana kegiatan gotong-royong keramaian di pasar dimana disana ada
proses transaksi, suasana orang-orang yang sedang mengantri, serta kerumunan
orang-orang. Pada karya pencipta terlihatlah komposisi bentuk-bentuk manusia
berantai yang menghasilkan pola interaksi.
Bentuk penggambaran manusia yang diolah dengan melipat kain serta
mendeformasi bentuk sehingga menjadi bentuk yang segi empat. Kolase manusia
tersebut sebagai subjek matter dalam lukisan. Pencipta memilih tehnik kolase dengan
kain batik untuk mencapai dimensi yang lebih menonjol, disamping itu juga kain
batik mempunyai beragam garis lembut sehingga membayangi dan menginspirasi
dalam karya pencipta. Kain
dengan susunan benangnya yang saling menyilang
3
dengan kuat, saling menjaga, yang kalau diinterpretasikan di dalam kehidupan
sebagai suatu keseimbangan.
Ruang Lingkup
Mengingat luasnya persoalan fenomena sosial dalam struktur bahasa yang kian
kompleks, maka diperlukan adanya pembatasan masalah sesuai dengan gagasan
pencipta.
Ada pun ruang lingkup penciptaan menyangkut pola interaksi sosial yang terjadi
di masyarakat saat ini baik berupa konflik, gotong royong, tatanan lingkungan di
masyarakat, serta hubungan manusia terhadap alam semesta. Pencipta di sini ingin
memvisualisasikan interaksi sosial masyarakat melalui pemanfaatan elemen-elemen
seni rupa yaitu, garis, warna, ruang, bahkan tekstur dan pemanfaatan prinsip-prinsip
penyusunan karya seni seperti komposisi, proporsi, pusat perhatian, kesatuan,
keseimbangan, irama, dan kontras pada karya- karya lukis pencipta.
B. KAJIAN SUMBER TERTULIS
Dalam penyusunan ini banyak mengambil refrensi dari buku-buku maupun
sumber internet. Diharapkan dengan adanya sumber kajian tersebut dapat menjadikan
keakuratan data yang diperoleh. Sumber-sumber itu meliputi :
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang
perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup
semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompokkelompok manusia bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai
suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka
4
dapat dikatakan bahwa interaksi sosial dasar proses sosial, pengertian dimana
menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis (Soekanto, 1990 : 67).
C. PROSES PENCIPTAAN
Dalam penjelasan ini tentang proses pengolahan unsur-unsur seni rupa yang
dipadukan untuk mencapai keselarasan pada karya. Proses penciptaan memerlukan
rentangan waktu yang lama karena melewati beberapa proses, serta persiapan dan
pemikiran yang cukup matang sehingga sebuah karya seni dapat diwujudkan. Secara
garis besar proses penciptaan karya seni terdiri dari beberapa tahapan yaitu : tahap
penjelajahan (eksplorasi), tahap improvisasi, dan tahap pembentukan (forming)
sebagaimana yang diuraikan oleh Hawkins terjemahan Hadi dalam Bendi Yudha
(2005 : 35) yang menerjemahkan metode tersebut meliputi : eksplorasi, improvisasi,
dan forming. Eksplorasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai langkah awal
suatu penciptaan karya seni. Tahap ini termasuk berfikir, berimajinasi, merasakan dan
merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan.
Tahap improvisasi, tahap ini memberikan kesempatan yang lebih besar bagi
imajinasi, seleksi dan mencipta dari pada tahap eksplorasi. Karena dalam tahap
improvisasi terdapat kebebasan yang baik, sehingga jumlah keterlibatan diri dapat
ditingkatkan. Dalam tahap ini memungkinkan untuk melakukan berbagai macam
percobaan-percobaan dengan berbagai seleksi material dan penemuan bentuk-bentuk
artistik untuk mencapai integritas dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
Tahap forming adalah suatu proses perwujudan dari berbagai percobaan yang
telah dilakukan. Kebutuhan membuat komposisi tumbuh dari hasrat manusia untuk
memberi bentuk terhadap sesuatu yang telah ditemukan. Tahap ini merupakan proses
penyusunan dengan menggabungkan simbol-simbol yang dihasilkan dari berbagai
percobaan yang berdasarkan pada pertimbangan harmoni, kerumitan, intensitas, dan
5
lain sebagainya. Berikut ini dijelaskan secara rinci tentang metode yang digunakan
dalam proses berkarya :
Tahap Penjelajahan (Eksplorasi)
Proses awal dalam penciptaan karya lukis pencipta merupakan proses
penjajagan yang nantinya menemukan ide serta inspirasi. Proses penjajagan pencipta
melakukan pergaulan sehari-hari dengan masyarakat disekitar. Pergaulan tersebut
seperti gotong royong di banjar, ngayah di pura, kesemuanya itu pencipta jalani
sehingga tau bagaimana orang-orang berinteraksi saling membantu untuk mencapai
tujuan bersama. Perasaan yang saling membutuhkan itu menggugah pencipta untuk
menjadikannya sebuah ide di dalam penciptaan suatu karya seni.
Pengamatan terhadap suatu karya seni, dalam hal ini pencipta melakukan
pengamatan dengan mengunjungi pameran, karena di dalam sebuah pameran pencipta
mendapatkan perbandingan-perbandingan karya yang nantinya bisa menginspirasi
dalam pembuatan karya pencipta. Mengamati karya pelukis-pelukis senior seperti
pada karya Haji Widayat, dimana pencipta belajar dari karya beliau tentang
bagaimana cara menganalisis suatu objek alam yang kemudian dituangkan ke dalam
lukisannya.
Pengamatan terhadap foto-foto yang terdapat melalui buku-buku, majalah,
katalog pameran, untuk memperkaya imajinasi yang akan dituangkan dalam ide, yang
akhirnya dituangkan kedalam karya seni.
Mengenai media yang pencipta gunakan untuk mendukung karya lukis ini,
pencipta mulai bereksplorasi ke pasar Badung dengan melihat bermacam-macam
kain. Melihat indahnya kain batik dengan kelembutan garisnya yang berlika-liku,
mengendap di dalam ingatan pencipta sehingga menggugah rasa estetik pencipta
untuk menuangkannya pada kanvas.
6
Dalam memperkuat kepekaan dalam tekstur pada karya pencipta, pencipta
melihat tekstur yang terdapat di bebatuan alam seperti batu karang. Pengamatan
terhadap keindahan barik-bariknya yang kasar seperti bukit-bukit relief sehingga
menginspirasi pencipta dalam pembuatan tekstur pada karya pencipta.
Tahap Percobaan (Eksperimen)
Dalam tahap ini adalah kelanjutan pengolahan dari tahap eksplorasi yang
diawali dengan sketsa-sketsa pada kertas . Sketsa-sketsa yang terpilih tidak mutlak
ditransfer langsung untuk diwujudkan ke dalam karya, melainkan melalui
pertimbangan-pertimbangan menyangkut ide, estetik, dan artistik. Melakukan sketsa
dengan memperhitungkan komposisi pada bidang kertas sehingga menjadi kelihatan
menarik. Dilanjutkan dengan melakukan eksperimen dengan tekstur melalui plamir
yang dicampur lem PV ac dengan perbandingan satu berbanding setengah, yaitu
plamir satu dan lem setengah. Setelah keduanya tercampur dengan rata kemudian
pencipta mengambil palet ness dan menggoreskannya ke kertas untuk memastikan
daya rekatnya. Menggores-gores sampai menimbulkan tebal dan tipis tekstur itu,
ketika mendekati kering, ada tekstur yang kelihatan retak serta rapuh sehingga ini
dianggap sebagai proses eksperimen yang gagal. Untuk mengatasi hal tersebut
pencipta menambah lem lagi dengan campuran satu berbanding satu sehingga daya
rekatnya menjadi kuat.
7
Sketsa
Judul : Pasti Bisa
Ukuran : 30 X 20 Cm
Media : Drawing pen pada kertas
Tahun : 2012
Tahap Pembentukan (Forming)
Dalam tahap pembentukan dilakukan setelah melewati proses penjelajahan
dan percobaan. Mengolah media yang digunakan serta menyatukan unsur-unsur
elemen seni rupa baik berupa garis, bidang, warna, tekstur, dengan memperhatikan
komposisi, proporsi, kesatuan, irama, kesimbangan, dan pusat perhatian.
8
Proses ini mewujudkan proses yang ada pada eksperimen kemudian
dilanjutkan dengan memotong kain batik dan blacu. Kain tersebut dipotong-potong
terlebih dahulu menjadi bidang-bidang segi empat. Setelah itu dilipat-lipat sehingga
mempunyai ketebalan seperti kubus dan balok. Tahap berikutnya dirangkai menjadi
bentuk manusia yang di lem menggunakan lem g. Setelah jadi bentuk manusia itu
dilanjutkan dengan menempel dan merangkainya pada kanvas dengan menggunakan
tekstur serta memperhitungkan komposisinya sesuai ide yang diwujudkan. Kemudian
melakukan pewarnaan pada background, berbagai macam warna yang pencipta
tuangkan pada background itu dengan goresan-goresan yang tebal tipis untuk
mencapai kesan irama . Selanjutnya menghias dengan garis-garis yang majemuk yang
satu warna sampai memenuhi background, tidak puas pada penggoresan garis
pertama kemudian pencipta menumpuknya lagi dengan warna yang berbeda sehingga
kelihatan ada irama garis pada background. Tahap selanjutnya memberi warna pada
bentuk-bentuk manusia yang terbuat dari kain blacu dengan berbagai warna, bentuk
manusia yang terbuat dari kain batik itu pencipta biarkan, tidak memberi warna
karena menurut pencipta sudah memiliki warna yang sangat artistik dari kain
tersebut. Mengamati kembali antara tempelan bentuk manusia dengan background,
pencipta melihat adanya kurang penyatuan sehingga kelihatan terpisah-pisah. Agar
bisa dapat menyatu pencipta respon dengan garis majemuk dari background sehingga
kelihatan menjadi selaras.
Dalam tahap penyelesaian pencipta melakukan perenungan atau meninjau
kembali terhadap karya yang sudah dianggap selesai guna mendapatkan kekurangankekurangan yang dapat menggangu nilai estetik karya. Perenungan berdasarkan nilai
atas rasa dan kemampuan untuk menjadikan ide-ide sebagai tujuan visualnya. Segala
unsur yang menyangkut subject matter, komposisi, pusat perhatian, kesatuan, serta
bentuk-bentuk yang telah dicapai dan diteliti kembali. Sehingga hasil dari lukisan
pencipta sesuai dengan harapan. Setelah semuanya dianggap selesai, pencipta tidak
9
lupa membubuhi nama pada karya yang sudah selesai. Penempatan nama juga harus
diperhitungkan agar tidak menganggu nilai- nilai keindahan pada karya.
D. WUJUD KARYA
Wujud karya merupakan suatu penjelasan mengenai karya yang telah
diciptakan yang dikaji secara ilmiah. Wujud dari sebuah karya seni lukis adalah
sesuatu yang kongkrit atau nyata untuk memahami antara visual dan ide yang dapat
dipahami lewat karya yang diciptakan. Pencipta seni lukis melakukan beberapa
tahapan yang mendasar dan merupakan sebagian dari proses kreatif termasuk
kendala-kendala yang dihadapi untuk pencarian jati diri maupun eksistensi
kesenimannya. Bilamana seorang pencipta telah berasil dalam memvisualisasikan
ide-ide dengan segala totalitasnya, pada saat itu pula ia mencurahkan luapan
emosinya kedalam bahasa visual melalui media tertentu, kemudian diwujudkan dalam
suatu karya seni.
Dalam karya ini, pencipta berusaha mewujudkan karya seni tentang interaksi
sosial masyarakat dengan tampilan bentuk pola-pola manusia yang saling
berhubungan, serta saling berinteraksi di dalam kehidupan.
Pada suatu wujud karya terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu
aspek ideoplastis dan fisikoplastis. Adapun aspek tersebut akan diuraikan lebih rinci
seperti dibawah ini :
Aspek Ideoplastis
Aspek ideoplastis meliputi ide, pendapat, pengalaman, emosi serta fantasi dan
makna filosofis. Selain itu juga menyangkut konsep penciptaan setiap lukisan yang
tersaji. Aspek ideoplastis tidak boleh lepas dari judul untuk keseluruhan lukisan,
10
dalam hal ini pada intinya ingin mengungkapkan keunikan wujud dari interaksi sosial
masyarakat.
Ide dalam karya pencipta yaitu menyusun, mengkomposisikan bentuk
manusia yang kotak tersebut dengan menggandengkannya sehingga kelihatan
berantai satu sama lainnya dan membentuk kelompok-kelompok. Munculnya bentuk
manusia yang kotak tersebut karena melihat dunia dengan sederhana berdasarkan
pola-pola geometri. Manusia yang kotak, kotak dimaksudkan pencipta sebagai dasar
untuk terciptanya suatu kekokohan dalam hubungan manusia. Dilipat dengan kain
batik untuk membuat kolase bentuk manusia,pemilihan kain batik karena banyak
terdapat unsur-unsur garisnya yang lembut, rumit yang terus membayangi pencipta
serta menginspirasi garis didalam karya pencipta.
Aspek Fisioplastis
Aspek fisikoplastis merupakan suatu gambaran riil dari ide sesuatu dengan
tema yang diangkat. Aspek fisikoplastis menyangkut pesona fisik dan teknis serta
elemen visual seperti garis, bentuk, warna, tekstur, bidang, dan ruang, dasar-dasar
penciptaan (prinsip desain) seperti harmoni, kontras, irama, gradasi serta menyangkut
diantaranya kesatuan (unity), keseimbangan (balance), kesederhanaan (simplicity),
aksentuasi (emphasis) dan proporsi. Setiap lukisan memiliki pengolahan aspek
fisioplastis yang berbeda dan masing-masing menghadirkan karakter visual yang
memiliki keterkaitan dengan makna yang ingin disampaikan.
Dalam aspek fisikoplastis karya dijelaskan sesuai dengan wujud fisiknya.
Secara fisik wujud karya pencipta secara keseluruhan menampilkan garis-garis
lengkung yang majemuk, warna dalam karya pencipta sebagian besar memakai
warna-warni mengingat manusia yang beragam di dunia ini. Pada karya pencipta
yang lainnya dengan format kanvas yang bentuk manusia yang kotak dengan hiasan
garis ornamen batik, ini pencipta maksudkan sebagai perluasan medium pada bentuk
kolase manusia yang dari kain batik tersebut.
11
Agar karya-karya yang diciptakan dapat dipahami dengan jelas dari aspek ide
maupun visualisasinya, dibawah ini akan dibahas secara rinci lukisan pencipta
sebagai berikut :
12
Karya
Judul karya : Pasti bisa
Ukuran : 100 X 100 cm
Media : Media campuran pada kanvas
Tahun : 2011
13
Dalam karya ini visualisasinya tentang pola interaksi orang-orang yang
sedang mengangkat gajah, dengan komposisi manusia yang berderetan. Orang-orang
bahu-membahu mengangkat gajah serta memadukan kekuatan mereka, dengan warna
latar belakang putih dan objeknya dengan warna gelap. Menggunakan tekstur untuk
mencapai kesan keruangan yang lebih menonjol di dalam karya pencipta. Warna latar
belakang putih dipilih untuk menonjolkan objek yang ada di depannya sehingga
bentuk manusia dan gajah tersebut kelihatn menonjol. Garis-garis lengkung yang
majemuk tersebut terinspirasi dari garis ornamen yang ada pada kain batik. Garisgaris lengkung yang majemuk tersebut untuk mencapai kesan yang lembut dan rumit.
Gajah disini pencipta simbolkan sebagai sesuatu yang berat. Pencipta ingin
menyerukan pekerjaan apapun yang berat akan menjadi lebih ringan kalau adanya
suatu kerja sama.
E. KESIMPULAN
Dari semua ulasan atau uraian sebelumnya, maka pencipta dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Melalui karya interaksi sosial masyarakat pencipta mengingatkan bahwa
manusia tidak bisa lepas dari lingkungan sekitarnya karena manusia
merupakan makhluk sosial yang membentuk kelompok dan menghasilkan
pola interaksi. Mewujudkan interaksi sosial masyarakat ke dalam karya lukis
dengan cara mengkomposisikan bergandengan bentuk manusia tersebut
sehingga menjadi saling membutuhkan didalam kehidupan.
2. Melihat sesuatu dengan sederhana sehingga membentuk sebuah pola-pola
manusia serta simbol-simbol warna-warni sebagai maksud bahwa manusia di
dunia ini sangat beragam.
14
3. Mengaplikasikan kain sebagai bahan tehnik kolase yang membentuk
manusia. Kain tersebut ada kain biasa dan kain batik, batik sangat menarik
bagi pencipta karena memiliki beragam garis yang lembut yang menginspirasi
garis dalam karya pencipta.
Saran-saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan pencipta, diantaranya :
1. Melalui karya interaksi sosial masyarakat diharapkan manusia saling
menjaga, membantu untuk terciptanya keharmonisan didalam kehidupan.
2. Sebagai mahasiswa hendaknya menambah wawasan dengan membaca serta
melihat-lihat pameran untuk mengetahui perkembangan seni rupa dan
mengasah kreativitas kita.
3. Untuk perpustakaan Institut Seni Indonesia Denpasar agar lebih
memberikan buku-buku tentang seni rupa supaya mengetahui perkembangan
seni rupa dari awal sampai sekarang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arsana, Nyoman dan Supono. 1983, Dasar-dasar Seni Lukis, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan : Denpasar.
Bendi Yudha, I Made. 2005, Dwi Tunggal dalam Dimensi Lontar : Tesis PPs ISI
Yogyakarta.
Djikara, S.J.P.d.N, 1969, Filasat Manusia, Kanisius : Yogyakarta
Dwikora, Putu Wirata. 2009, Katalog Pameran Zona Bebas, MahaArt Gallery : Bali
Dermawan. T, Agus, Sumarji dan Sri Warso Wahono. 1985, Apresiasi Seni, Badan
Pelaksana Pembangunan Proyek Ancol : Jakarta.
Djelantik, A.A.M. 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan
Indonesia (MSPI) : Jakarta.
Ebdi Sanyoto, Sadjiman. 2009, Nirmana Elemen-elemen Seni dan Desain, Jalasutra :
Yogyakarta.
Liquitex. 2007, The Acrylic Book, Liquitex Artist Material : Jakarta.
Mariasa, I Komang. 2011, Ekspresi Wajah, Cermin Potret Sosial Sebagai Ide
Berkarya Seni Lukis, ISI DENSAPAR : Bali
Pringodigno, A.G, 1977, Ensiklopedia Umum, Kanisius : Yogyakarta.
Read, Herbert. 2000, Seni : Arti dan Problematikanya, terj. Soedarso Sp, Duta
wacana University Press : Yogyakarta.
Sony Kartika, Dharsono. 2004, Seni Rupa Modern, Rekayasa Sains : Yogyakarta.
Surya, Yohanes. 2009, Fisika Batik, PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Susanto, Mikke. 2002, Diksi Seni Rupa, Kanisius : Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono. 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, CV Rajawali : Jakarta.
Sidik, Fadjar dan Aming Prayitno. 1979, Desain Elementer, STSRI, ASRI :
Yogyakarta.
The Liang Gie. 2004, Filsafat Seni, Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB) :
Yogyakarta.
Tim Pusat Pembinaan dan Pembangunan Bahasa. 1998, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.
http://www.google.co.id/imgres?q=widayat&um
http://www.google.co.id/imgres?q=Les+Demoiselles
Download