pengaruh rumpon portable dan jenis lampu

advertisement
PENGARUH RUMPON PORTABLE DAN JENIS LAMPU
TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP DI
TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT
YADUDIN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh
Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di
Teluk Palabuhanratu Jawa Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Yadudin
NIM.C44080087
ABSTRAK
YADUDIN, C44080087. Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap
Hasil Tangkapan Bagan Tancap. Dibimbing oleh M. FEDI A SONDITA dan
ZULKARNAIN.
Semakin berkembangnya teknologi, penggunaan lampu sebagai alat bantu
penangkapan pada perikanan bagan di Palabuhanratu banyak mengalami
perubahan, yaitu semua bagan baik bagan apung maupun bagan tancap yang
sebelumnya menggunakan lampu petromaks pada saat ini sudah menggunakan
lampu listrik. Jenis lampu yang digunakan pada penelitian ini adalah light
emitting diode (LED) yang memiliki keunggulan hemat energi dan memiliki umur
teknis yang tahan lama. Alat bantu lainnya yang sering digunakan pada perikanan
tangkap adalah rumpon. Rumpon sudah lama digunakan pada perikanan tangkap
sebagai alat pemikat ikan. Penggunaan rumpon pada bagan tancap bertujuan
untuk mengumpulkan ikan pada siang hari sehingga pada malam hari nelayan bisa
melakukan kegiatan penangkapan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Membandingkan hasil tangkapan di antara dua unit bagan yang masing-masing
dilengkapi dengan 4 unit rumpon portable namun dengan jenis lampu yang
berbeda, yaitu lampu LED (Bagan A) dan lampu standar (bagan B). (2)
Membandingkan hasil tangkapan di antara dua unit bagan yang masing-masing
dilengkapi dengan lampu standar namun dengan jumlah rumpon portable yang
berbeda, yaitu 4 unit rumpon (Bagan B) dan 2 unit rumpon (Bagan C). Penelitian
ini menggunakan metode experimental fishing dengan ulangan sebanyak 20 kali
(trip). Uji t statistik menyimpulkan perbedaan hasil tangkapan signifikan di antara
bagan A dan B untuk ikan udang rebon, layur, dan teri (α = 0,05). Uji t statistik
juga menyimpulkan perbedaan pada hasil tangkapan yang signifikan di antara
bagan B dan C untuk ikan teri, tembang, layur dan udang rebon (α = 0,05).
Kata kunci: hasil tangkapan, LED (light emitting diode), rumpon portable.
ABSTRACT
YADUDIN, C44080087. Effects of the Portable Fish Aggregating Device and
Lamp on Stationary Liftnet Catch. Supervised by M. FEDI A SONDITA and
ZULKARNAIN.
Nowadays, usage of lamps on liftnet fisheries in Palabuhanratu has experienced
many changes. All liftnets, both mobile and stationary, previously used pressured
kerosene lamps but now they use electric lamps. Type of lamps used in this
research is light emitting diode (LED) because of its low energy consumption and
more durable. Fish aggregating devices (FADs) have long been used in capture
fisheries, including liftnets. Liftnets catch fish more efficiently by concentrating
fish schools daytime and catch them at night fishermen by means of lights as fish
attractor. The objectives of this research are (1) to compare fish catch between
two liftnets equipped with 4 FADs but different in types of lamp, i.e. LED (liftnet
A) and flourescent (liftnet B), (2) to compare fish catch between two lifnets
equipped with flourescent lamps but different in number of FADs, i.e. 4 FADs
(liftnet B) and 2 FADs (liftnet C). This research is conducted in experimental
fishing approach and each lifftnet was operated 20 times. Statistical analysis
using t test concluded a signifikant difference in catcah of small shrimp, hairtail
fish and anchovies (α = 0,05) between liftnet A and B, and a signifikant difference
in catches of anchovy, sardines, hairtail fish and small shrimp between liftnet B
and C (α = 0,05).
Keyword : catch, LED (light emitting diode), portable FAD.
PENGARUH RUMPON PORTABLE DAN JENIS LAMPU
TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP DI
TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT
YADUDIN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi
Nama
NIM
Program studi
: Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap Hasil
Tangkapan Bagan Tancap di Teluk Palabuhanratu
: Yadudin
: C44080087
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Ir M Fedi A Sondita, MSc
Pembimbing I
Dr Ir Zulkarnain, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi
Nama
NIM
Program studi
: Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap Hasil
Tangkapan Bagan Tancap di Teluk Palabuhanratu
: Yadudin
: C44080087
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Ir Zulkamain, MSi
Pembimbing II
Pembimbing I
Diketahui oleh
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
2 5 APR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 ini adalah Pengaruh
Rumpon Portable dan Jenis Lampu Setting Terhadap Hasil Tangkapan Bagan
Tancap di Palabuhanratu Jawa Barat.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr Ir M Fedi A Sondita, MSc. selaku pembimbing pertama dan Dr Ir
Zulkarnain, MSi selaku pembimbing kedua atas bimbingan serta arahanya yang
telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Dr Ir Yopi Novita MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan.
3. Prof Dr Ir Ari Purbayanto, MSc Sebagai Penguji tamu pada ujian sidang
skripsi.
4. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah
diberikan selama ini.
5. Kedua orang tua penulis atas doa dan dukunganya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga besar PSP 45 yang telah memberikan semangat dan motivasi
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi.
7. PSP 46, PSP 47, PSP 48, PSP 49, Toba crew, TU PSP, Bagian dapur serta
civitas PSP lainya yang telah memberikan doa, dukungan dan semanagat.
8. Fiscakost personil : Bang Bob, Bang Ancol, Haji Ryan, Alfin, Asep, Golo,
Daus, Indi, Miftah, dan Adi yang telah memberikan saran dan motivasinya.
9. Pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Bogor, Februari 2014
Yadudin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRA
vii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ................................................................................ 2
METODOLOGI ............................................................................................... 2
Waktu dan Tempat ................................................................................. 2
Alat dan Bahan ....................................................................................... 3
Proses pembuatan dan pemasangan rumpon .......................................... 4
Metode Pengambilan Data ..................................................................... 8
Metode Pengoperasian Bagan Penelitian ............................................... 8
Analisis Data .......................................................................................... 10
Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 12
Hasil Tangkapn Bagan Penelitian .......................................................... 12
Sebaran Cahaya pada Bagan Tancap ..................................................... 18
Pengaruh Jenis Lampu Setting terhadap Hasil Tangkapan
Bagan A dan B ........................................................................................ 21
Pengaruh Rumpon Portable terhadap Hasil Tangkapan
Bagan B dan C ....................................................................................... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 25
Kesimpulan ........................................................................................... 25
Saran ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................... 29
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................43
DAFTAR TABEL
1. Spesifikasi umum tiga bagan penelitian ................................................ 6
2. Jadwal pengambilan data hasil tangkapan ............................................. 8
3. Berat lima jenis ikan terbanyak ditangkap oleh bagan penelitian
Di palabuhanratu (kg), dalam periode juli s.d. agustus 2012 ................. 17
4. Sebaran iluminasi cahaya A ................................................................... 18
5. Uji t statistik melihat pengaruh lampu led dan standar
Terhadap lima jenis ikan dominan tertangkap oleh
6. Bagan penelitian A dan B. ...................................................................... 21
7. Uji t statistik melihat pengaruh rumpon 4 rumpon portable
Dan 2 rumpon portable pada bagan penelitian b dan c........................... 23
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Peta lokasi penelitian ........................................................................... 3
Konstruksi bagan penelitian dengan empat rumpon portable ............. 4
Posisi pengukuran iluminasi cahaya ................................................... 6
Alir arus listrik yang digunakan pada penelitian ................................. 7
Diagram alir penelitian ........................................................................ 11
Komposisi lima jenis ikan hasil tangkapan ......................................... 12
Hasil tangkapan bagan tancap dengan menggunakan
(a) 4 rumpon lampu led, (b) 4 rumpon lampu standar
(c) 2 rumpon lampu standar ................................................................. 14
8. Persentase total hasil tangkapan bagan A,B, dan C
Selama 20 trip ...................................................................................... 16
9. Rata-rata total hasil tangkapan bagan A,B, dan C
Selama 20 trip (SE). ............................................................................ 16
10. Perbandingan kontur iluminasi cahaya bagan A dengan
lampu LED, dengan bagan B yang menggunakan lampu
philips 24 watt. ..................................................................................... 19
11. Pengukuran lampu setting .................................................................... 20
12. Pengukuran lampu hauling .................................................................. 20
13. Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap
pada bagan A dan B (± standar error). (a) rata rata
hasil tangkapan pepetek, (b) rata rata hasil tangkapan
udang rebon, (c) rata rata hasil Tangkapan layur,
(d) rata rata hasil tangkapan tembang, (e) rata rata hasil
tangkapan teri dari lima jenis bagan penelitian.
22
14. Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap
pada bagan B dan C (± standar error). (A) Rata rata hasil
tangkapan pepetek, (B) rata rata hasil tangkapan udang rebon,
(C) rata rata hasil tangkapan layur, (D) rata rata hasil
tangkapan tembang, (E) rata rata hasil tangkapan teri dari
lima jenis bagan penelitian ..................................................................24
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Komposisi hasil tangkapan tiga jenis bagan penelitian ...................... 27
Dokumentasi lima jenis ikan dominan tertangkap ............................. 28
Lampiran 3 Proses pembuatan dan pemasangan rumpon portable......29
Komposisi hasil tangkapan tiga bagan per trip ................................... 30
Uji t statistik lima jenis ikan dominan tertangkap .............................. 36
Uji t statistik bagan A dan B ............................................................... 37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagan adalah alat penangkap ikan yang digolongkan ke dalam kelompok
jaring angkat (Subani dan Barus 1989). Tujuan penangkapannya berupa jenisjenis ikan pelagis kecil. Jenis alat tangkap ini masih banyak digunakan oleh
nelayan Pelabuhanratu, Jawa Barat, karena bagan mudah dioperasikan dan lokasi
pengoperasianya dekat dengan pantai. Penempatan bagan dilakukan dengan
menancapkan kaki bagan ke dasar perairan atau diapungkan dengan bantuan rakit,
perahu, atau dengan drum pelastik. Bagan dengan kaki yang ditancapkan ke dasar
perairan di sebut bagan tancap dan bagan yang diapungkan disebut bagan apung.
Bagan tancap hanya dapat dioperasikan secara menetap pada suatu perairan,
sedangkan bagan apung dapat dioperasikan berpindah-pindah tergantung pada
keinginan nelayan. Nelayan biasanya menempatkan bagan (baik bagan apung
maupun bagan tancap pada lokasi yang prospektif akan didatangi ikan. Bagan
apung biasanya didaratkan di pantai ketika laut sedang bergelombang besar atau
bagan perlu diperbaiki. Memperhatikan struktur konstruksi, mobilitas unit
penangkapan ikan dan metode penangkapan ikan yang diterangkan, bagan apung
dan bagan tancap merupakan alat tangkap yang bersifat pasif.
Rumpon sudah lama digunakan dalam perikanan tangkap sebagai alat
pemikat ikan. Pada penelitian Sondita (1986) rumpon juga digunakan pada
perikanan purse seine. Salah satu faktor keberhasilan dari pengoperasian bagan
adalah banyaknya ikan yang berkumpul di sekitar bagan Zulkarnain (2002).
Seiring dengan ini, salah satu kendala penting yang dihadapi nelayan adalah
justru ikan-ikan tersebut tidak terkonsentrasi di sekitar bagan. Kendala ini dapat
ditangani dengan cara di antaranya adalah penggunaan teknologi rumpon
portable.
Teknologi ini akan berhasil jika pada siang hari ikan akan
terkonsentrasi tetap di sekitar rumpon dan pada malam hari nelayan bisa
melakukan mengoperasikan bagan dengan menggunakan lampu, misalnya lampu
petromaks lampu pijar dan sebagainya. Penggunaan rumpon pada pengoprasian
penangkapan ikan telah lama dikenal oleh nelayan, baik untuk rumpon laut
dangkal maupun rumpon laut dalam.
Jumlah rumpon diperkirakan akan mempengaruhi jumlah ikan yang
berkumpul karena atraktor menjadi lebih mencolok dan tersedia ruang lebih
banyak untuk peryphyton Yusfiandayani (2004) oleh karena itu dalam penelitian
ini akan diteliti pengaruh jumlah rumpon terhadap hasil tangkapan.
Dasar dari penggunaan 2 rumpon dan 4 rumpon pada penelitian ini karena
mengikuti keberadaan kaki-kaki bagan tancap di dasar perairan. Zulkarnain
(2002) menyebutkan hasil tangkapan bagan dengan rumpon diduga memiliki sifat
asosiatif terhadap rumpon dan bersifat fototaksis terhadap cahaya lampu. Adanya
rumpon disuatu kolom perairan akan tampak menyolok dan menarik perhatian
ikan, karena jika ditinjau secara visual keadaan lingkungan kolom air dapat
dikatakan homogen Sondita (1986).
Pada perikanan bagan ada beberapa alat bantu penangkapan ikan yang
biasanya digunakan oleh nelayan salah satunya lampu. Lampu yang digunakan
ada beberapa jenis diantaranya petromaks, lampu neon, lampu bawah air dan light
emitting diode (LED). Semakin berkembangnya teknologi penggunaan lampu
2
pada perikanan bagan mengalami perubahan. Beberapa kajian tentang lampu dan
rumpon telah dilakukan, diantarany Zulkarnain (2002) meneliti tentang perikanan
rumpon di teluk Palabuhanratu, lampu yang digunakan untuk menangkap ikan
adalah petromaks, Nurdiana (2005) Iluminasi cahaya lampu pijar 25 watt pada
medium udara, Rohanah (2012) mengenai studi pendahuluan penggunaan lampu
tabung bereflaktometer terhadap hasil tangkapan bagan apung.
LED merupakan salah satu model lampu yang sumber cahayanya berasal
dari pertemuan dua pelat tipis. Pada lampu model LED, bagian dalam bohlam,
padat terisi sehingga tidak mudah rusak akibat goncangan. Rancangan lampu
seperti ini menghasilkan pancaran cahaya yang lebih fokus bila dibandingkan
dengan model lampu yang lain. Lampu LED memiliki umur teknis yang sangat
panjang, membutuhkan daya listrik yang sangat kecil (hemat energi) dan respon
kerja yang sangat cepat dan baik Sagitarianto (2007).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan hasil tangkapan diantara dua unit bagan yang masing-masing
dilengkapi dengan 4 unit rumpon portable namun dengan jenis lampu yang
berbeda, yaitu lampu LED (Bagan A) dan lampu standar (bagan B).
2. Membandingkan hasil tangkapan diantara dua unit bagan yang masing-masing
dilengkapi dengan lampu standar namun dengan jumlah rumpon portable yang
berbeda, yaitu 4 unit rumpon (Bagan B) dan 2 unit rumpon (Bagan C).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan tentang jenis lampu yang akan digunakan dalam perikanan tangkap,
tidak hanya perikanan bagan. Informasi yang dihasilkan juga dapat digunakan
untuk menentukan arah penelitian terkait penggunaan lampu sebagai alat pemikat
ikan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilapangan dilaksanakan selama 2 bulan, sejak bulan
Juli – Agustus 2012 yang berlokasi di Teluk Palabuhanratu Sukabumi, Jawa
Barat. Lokasi ini berada pada lintang dan bujur 7’05’24,2”S 106’30’26,5”BT
(Gambar 1).
3
Gambar 1 Lokasi penelitian “Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu
Setting Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Palabuhanratu
Jawa Barat.”
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tiga unit bagan
tancap dengan pengaturan seperti pada Tabel 1. Bagan tancap sebagai tempat
kegiatan operasi penangkapan ikan dengan jaring sebagai alat penangkap ikan dan
lampu sebagai sumber cahaya untuk mengumpulkan ikan. Bagan tancap yang
digunakan berjumlah 3 unit dengan lokasi penangkapan di Teluk Palabuhanratu,
masing-masing berukuran panjang dan lebarnya 7 m x 7 m dan lokasinya di
perairan dengan kedalaman 9,5 meter. Bagan tancap yang digunakan pada
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 1 Spesifikasi umum tiga bagan penelitian
Jenis bagan Rumpon
Lampu setting
A
4 unit
Lampu LED
B
4 unit
Fluorescent lamp
C
2 unit
Fluorescent lamp
Lampu hauling
Incandescent lamp
Incandescent lamp
Incandescent lamp
Dua jenis alat pemikat ikan dalam penelitian ini digunakan secara simultan,
yaitu rumpon portable dan lampu pemikat ikan. Lampu tersebut terdiri dari
lampu setting dan lampu hauling (Tabel 1). Rumpon yang digunakan terbuat dari
daun kelapa dan dipasang dengan jumlah berbeda untuk setiap bagan, bagan
pertama (bagan A) menggunakan 4 rumpon dengan lampu LED sebagai lampu
setting, bagan kedua (bagan B) menggunakan 4 rumpon dengan lampu flurescent
lamp sebagai lampu setting, bagan ke tiga (bagan C) menggunakan 2 rumpon
dengan lampu flourescent lamp sebagai lampu setting.
4
Gambar 2 Konsruksi rumpon portable yang terpasang pada bagan penelitian.
Rumpon portable digunakan karena tidak satupun bagan di Palabuhanratu
yang pengoperasianya mrnggunakan rumpon. Untuk lampu setting dan hauling
dilakukan pengukuran iluminasi cahaya, pengambilan nilai iluminasi dilakukan di
darat dan di dalam air, iluminasi cahaya yang diukur adalah lampu bagan A
(LED), sedangkan untuk iluminasi lampu standar nelayan mengacu pada
penelitian Siti Rohanah (2012). Penggunaan lampu LED pada penelitian ini
adalah uji coba penggunaan lampu listrik lainya sebagai uji coba awal untuk
mengetahui hasil tangkapan yang diperoleh melalui penggunaan rumpon.
Rumpon (fish aggregating device) adalah jenis alat pemikat ikan sehingga
ikan-ikan yang tersebar kemudian mengkonsentrasikan ikan sehingga mereka
dapat dengan mudah ditangkap. Lebih lanjut disebut bahwa rumpon biasanya
terdiri atas tiga komponen utama, yaitu pemikat ikan, jangkar, tali penambat yang
menghubungkan pemikat ikan dengan jangkar. Ada banyak bahan pemikat ikan
yang bisa dipakai namun ynag umum digunakan adalah daun kelapa (Subani
1986). Prinsip suatu penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon disamping
berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada dasarnya adalah agar kawanan ikan
tersebut mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki. Diduga ikan
yang tertarik dan berkumpul disekitar rumpon karena rumpon berfunsi sebagai
tempat berlindung dan mencari makan (Subani 1972 dan Sondita 1986).
Rumpon yang dipasang pada bagan penelitian termasuk rumpon permukaan
dengan konstruksi terdiri dari tali rumpon, daun kelapa sebagai atraktor untuk
mengumpulkan ikan dan pemberat agar rumpon tidak hanyut terbawa oleh
gelombang atau ombak. Atraktor rumpon dari daun kelapa berfungsi sebagai
tempat berlindung dan mencari makan bagi ikan. Pemasangan rumpon dilakukan
miring sekitar 300-400, rumpon dipasang dikaki kaki pojok bagan agar tidak
5
mengganggu kegiatan setting dan hauling pada saat operasi penangkapan ikan
dilakukan.
Kekuatan rumpon ditentukan oleh sistem tali temali antara bagian bagian
rumpon yang akan dipasang. Sistem sambungan tali dengan daun kelapa atau
atraktor menggunakan simpul eye’s splacing, tetapi untuk pengikatan tali ke kaki
kaki bagan menggunakan simpil mati, begitu pula bdari tali ke pemberat
menggunakan simpul mati supaya ikatan lebih kuat dan tidak mudah lepas.
Tahap penyelesaian perakitan rumpon adalah sebagai berikut:
1) Tali yang sudah disiapkan dipotong menjadi ukuran 20meter, tali ini digunakan
untuk mengikat atraktor;
2) Pemasangan daun kelapa (pelepah kecil) pada setiap ruas ruas tali dipasang
pelapah daun kelapa dengan jarak 50 cm (Lampiran 1); dan
3) Pemasangan pemberat yang trbuat dari kayu yang berbentuk siku dan ditambah
dengan batu dengan berat kurang lebih 15-20 kg, tali pemberat adalah bagian
ujung tali dari rumpon.
Rumpon dipasang di empat sudut-sudut kaki pada bagan A dan bagan B,
di dua sudut berseberangan pada bagan C. Dari 20 m tali rumpon, 5 meter
pertama digunakan untuk mengikat rumpon pada kaki bagan sehingga jarak antara
tempat pengikatan dan atraktor pertama pada tali adalah 5 meter.
Pemasangan rumpon dilakukan pada siang hari. Rumpon dipasang dengan
menggunaka dua buah kapal yaitu kapal bermotor dan kapal jukung, kapal
bermotor digunakan untuk menyimpan rumpon sementara, pemasangan rumpon
dilakukan secara satu persatu dengan menggunakan kapal jukung. Setelah ujung
tali rumpon diikatkan ke tiang kaki pojok bagan, pemberat dan badan rumpon
dinaikan ke kapal jukung lalu ditarik menjauhi bagan sampai rumpon berbentuk
lurus lalu kemudian pemberat dan badan rumpon ditenggelamkan ke dalam air.
Begitu pula seterusnya sampai semua rumpon berhasil dipasang (Lampiran 1).
Pada penelitian ini beberapa pengaruh terhadap rumpon bisa terlihat pada
minggu pertama, rumpon yang telah dipasang mengalami pembusukan dan sudah
di tumbuhi mikro alga atau lumut yang sudah menempel di atraktor daun kelapa.
Pada minggu kedua terihat sudah banyak ikan kecil yang mulai berkumpul di
sekitar rumpon karena mencari makan atau melakukan grazing. Pada kondisi ini
ikan kecil yang berkumpul pada atraktor adalah ikan ikan karang yang merupakan
bahan makanan untuk ikan yang lebih besar dan diharapkan bisa tertangkap pada
saat dilakukanya operasi penangkapan pada malam hari.
Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan pada malam hari, pada penelitian ini
pengukuran iluminasi cahaya dilakukan terhadap bagan A dengan lampu LED,
posisi pengukuran lampu di lapangan diilakukan dengan tiga tahap. Ilustrasi
posisi pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.
1) Titik 1 adalah pusat dimana lampu operasi penangkapan diletakan.
2) Titik 2 berjarak (2,47) meter dari pusat.
3) Titik 3 berjarak (2,47) meter dari titik 2.
6
Gambar 3 Posisi pengukuran iluminasi cahaya di bawah air dilihat dari atas
bagan penelitian.
Dalam penelitian di laut alat transportasi yang digunakan adalah perahu
nelayan atau jukung. perahu tanpa mesin, menggunakan dayung sebagai alat
untuk mengoprasikanya. Perahu tersebut digunakan untuk mengantar nelayan ke
tempat pengoperasian bagan tancap. Untuk mengantarkan hasil tangkapan ke
tempat pelelangan ikan (TPI) biasanya nelayan menggunakan perahu motor
tempel 12 PK dengan panjang x lebar x dalam masing masing 7 m x 1,5 m x 1 m.
Alat-alat ukur yang digunakan adalah:
Timbangan digunakan untuk mengukur berat ikan hasil tangkapan. Jumlah
timbangan ada 3 unit, masing masing satu unit di setiap bagan. Kapasitas beban
yang dapat diukur timbangan adalah 2 kg. Meteran dan penggaris digunakan
untuk mengukur panjang ikan hasil tangkapan yang tertangkap.
Alat-alat observasi langsung adalah:
Kamera foto digunakan untuk dokumentasi selama kegiatan penelitian.
Peralatan selam scuba digunakan untuk perlengkapan penyelaman dalam
mendokumentasikan kegiatan pengamatan bawah air. Satu unit underwater
camera untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan bawah air.
Menurut fungsinya, pada setiap bagan berlampu (baik LED maupun lampu
neon) ada dua jenis lampu, yaitu lampu setting dan lampu hauling. Lampu setting
dinyalakan menjelang dan digunakan pada saat penurunan jaring; posisi lampu
sekitar 1 meter di atas permukaan air. Setelah ikan dinyatakan cukup dan nelayan
bermaksud mengangkat jaring, lampu hauling dinyalakan dan diturunkan hingga
0,5 m di atas permukaan air, kemudian lampu setting dimatikan dan diangkat ke
udara. Intensitas cahaya lampu hauling jauh lebih rendah dari lampu setting.
Berikut adalah rangkaian instalasi listrik yang digunakan untuk jenis lampu LED.
7
Genset
Stabilizer
Stop contact
MCB
Saklar
LED 1
LED 2
Saklar
LED3
LED 4
Hauling
Gambar 4 Alir arus listrik yang digunakan pada penelitian
Pada penelitian ini listrik yang digunakan bersumber dari genset, untuk
menstabilkan cahaya lampu yang digunakan maka diperlukan stabilizer,
selanjutnya stop contact digunakan untuk menyambungkan listrik dari stabilizer
menuju Miniature circuit breaker (MCB), selanjutnya listrik dialirkan ke dua
buah sakelar lampu hauling dan setting (Gambar 4).
Penggunaan modifikasi rangkaian arus lisrik dimaksudkan untuk
mempermudah nelayan pada saat melakukan setting dan hauling. Dengan
menggunakan saklar, proses menghidupkan dan mematikan lampu akan lebih
mudah sehingga ikan tidak mudah terkejut pada saat dilakukanya hauling karena
kontrol lampu sangat diperhatikan agar tidak mengagetkan ikan yang sedang
berkumpul pada area penangkapan.
Metode Pengambilan Data
Penelitian ini merupakan uji coba penangkapan ikan (experimental
fishing), membandingkan hasil tangkapan dan alat tangkap bagan dengan
menggunakan rumpon portable dan bagan tanpa rumpon sebagai kontrol. Sebagai
ulangan jumlah trip yang masing-masing untuk kedua bagan dilakukan sebanyak
20 trip secara bersamaan.
Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer diperoleh
dengan cara mengikuti operasi penangkapan bagan dan melakukan pengamatan
langsung terhadap pengaruh penggunaan rumpon portable terhadap hasil
tangkapan bagan apung.
8
Data yang dikumpulkan adalah: (1) desain dan konstruksi rumpon yang
digunakan, (2) metode pengoperasian bagan apung dengan menggunakan rumpon,
dan (3) hasil tangkapan dari ketiga unit bagan. Data hasil tangkapan yang
dikumpulkan langsung oleh peneliti berasal dari bagan A, sedangkan data dari
bagan lainnya (bagan B dan C) diperoleh dari laporan nelayan. Data tersebut
mencakup hari trip penangkapan ikan, jenis dan jumlah berat ikan yang diperoleh
serta rata-rata ukuran ikan per jenis. Lebih banyak ikan berkumpul dan tertangkap
pada bagan penelitian maka rumpon dan lampu pada penelitian mempengaruhi
hasil tangkapan. Untuk melaporkan data hasil tangkapan, nelayan dibekali
dengan timbangan dan pita pengukur panjang. Waktu pengambilan data
dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Waktu pengambilan data hasil tangkapan dari tiga bagan penelitian.
No
Nomor trip
Periode/minggu
Jumlah trip
1
1 s.d. 7
17 Juli s.d. 23 Juli 2012
7
2
8 s.d. 15
24 Juli s.d. 1 Agustus 2012
7
3
2 Agustus s.d. 08 Agustus 2012 16 s.d. 20
6
Metode Pengoperasian Bagan Penelitian
Von Brandt (1984) menyatakan bahwa keberhasilan penangkapan ikan
dengan menggunakan alat bantu cahaya ditentukan oleh teknik penangkapan,
kondisi perairan dan lingkungan serta kualitas cahaya yang digunakan untuk
memikat perhatian ikan.
Jenis jaring umumnya direntangkan dari dalam kolom perairan. Kelompok
ikan diusahakan untuk berkumpul dibagian tengah jaring baik dengan cara
penebaran umpan maupun dengan atraktor cahaya buatan. Setelah ikan
berkumpul dibagian tengah jaring, maka jaring dinaikan ke permukaan (Nomura
dan Yamazaki, 1975). Waktu operasi penangkapan dilakukan berdasarkan
perhitungan bulan, nelayan tidak melakukan penangkapan selama bulan terang
ditambah tujuh hari berikutnya (Monintja dan Martasuganda 1991).
Operasi penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan
menurunkan atau menenggelamkan waring kedalam perairan hingga kedalaman
tertentu. Selanjutnya lampu dinyalakan untuk memikat perhatian ikan agar
berkumpul disekitar bagan. Apabila kelompok ikan telah berkumpul di pusat
cahaya, sebagian lampu diangkat atau dimatikan agarkelompok ikan yang telah
terkumpul tidak menyebar kembali. Setelah kelompok ikan terkumpul secara
sempurna maka waring diangkat secara perlahan-lahan. Pada saat waring
mendekati permukaan, kecepatan pengangkatan lebih ditinggikan hingga
kepermukaan air, selanjutnya ikan ditangkap dengan menggunakan serok (Subani
1972).
Metode pengoperasian bagan penelitian pada prinsipnya sama dengan
metode yang diterapkan oleh nelayan setempat. Berikut adalah metode
pengoprasian bagan tancap pada penelitian ini.
1) Persiapan : Nelayan berangkat melaut menuju daerah penangkapan sekitar pukul
17.00 dengan menggunakan perahu tanpa motor atau jukung. Setelah sampai di
bagan tancap, nelayan mempersiapkangenset dan lampu setting yang akan
9
2)
3)
4)
5)
digunakan untuk operasi penangkapan, setelah persiapan lampu selesai, kemudian
jaring bagan diturunkan atau setting.
Setting atau penurunan jaring: penurunan jaring dilakukan pada pukul 18.00 WIB
karena pada saat itu hari sudah mulai gelap. Nelayan menurunkan jaring dengan
menggunakan roller sampai kedalaman yang telah ditentukan yaitu 9 meter
dibawah permukaan air. Setelah selesai menurunkan jaring nelayan menyalakan
lampu settingdan digantungkan pada jarak 1 meter di atas permukaan air laut.
Perendaman jaring dan pengamatan: lamanya perendaman jaring tidak selalu sama
pada setiap setting karena nelayan menunggu ikan yang akan berkumpul di
bawah cahaya lampu. Selama perendaman jaring nelayan mengamati keaadan
arus, gelombang, angin dan tanda tanda keberadaan ikan di bawah sumber cahaya.
Pengangkatan jaring (hauling): hauling dilakukan ketika ikan sudah berkumpul
dibawah sumber cahaya. Dalam tahap ini, lampu setting diganti dengan lampu
hauling. Jaring diangkat secara vertikal kearah permukaan air laut dengan
menggunakan roller dengan kecepatan maksimum.
Pengambilan hasil tangkapan (brailing): Setelah jaring bagan berada diatas
permukaan air, maka hasil tangkapan bisa diambil dengan menggunakan serok
sebagai alat bantu, kemudian ikan disortir sesuai jenisnya, ditimbang kemudian
panjang ikan diukur. Data dicatat pada formulir penelitian.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini ada dua macam yaitu:
1) Analisis deskriptif
Data hasil tangkapan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis
secara deskriptif menurut pokok-pokok bahasan sebagai berikut: (1) komposisi
hasil tangkapan per jenis ikan; (2) hasil tangkapan (kg) per trip; (3) hasil
tangkapan rata-rata (kg/hauling) per trip; (4) laju akumulasi ikan
2) Uji statistik
Dalam penelitian ada dua faktor yang dianggap dapat menentukan jumlah
ikan yang ditangkap per trip. Kedua faktor tersebut adalah lampu dan rumpon;
sementara itu ada dua jenis lampu menurut fungsinya (lampu setting dan lampu
hauling). Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa dalam menentukan jumlah
ikan yang tertangkap lampu setting lebih berperan dari lampu hauling, sehingga
kedua faktor tersebut adalah lampu setting dan rumpon.
Pengaruh dari kedua faktor tersebut dapat diuji dengan baik jika ada
perlakuan yang bersifat orthogonal . Mengingat dalam penelitian, perlakuan tidak
bersifat orthogonal, maka analisis akan difokuskan untuk melihat pengaruh jenis
lampu terhadap hasil tangkapan. Analisis ini akan dilakukan terhadap data dari
bagan A dan B karena kedua bagan tersebut menggunakan rumpon dengan jumlah
yang sama (4 unit) dan dioperasikan di tempat yang berdekatan. Metode statistika
yang digunakan untuk menguji pengaruh jenis lampu adalah uji t dengan hipotesis
sebagai berikut:
(a) Analisis ini akan dilakukan terhadap data dari bagan A dan B karena kedua bagan
tersebut menggunakan rumpon dengan jumlah yang sama (4 unit) dan
dioperasikan di tempat yang berdekatan. Metode statistika yang digunakan untuk
menguji pengaruh jenis lampu adalah uji t dengan hipotesis sebagai berikut:
10
Ho: Hasil tangkapan per trip bagan A dan bagan B adalah sama.
H1: Hasil tangkapan per trip bagan A dan bagan B adalah berbeda.
Analisis dilakukan pada taraf  = 0,05.
Jumlah ulangan (n) = 20.
(b) Uji t juga digunakan pada bagan B dan C karena kedua bagan tersebut
menggunakan lampu yang sama flourescent lamp dan dioperasikan di tempat yang
berdekatan dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Hasil tangkapan per trip bagan B dan bagan C adalah sama.
H1: Hasil tangkapan per trip bagan B dan bagan C adalah berbeda.
Analisis dilakukan pada taraf  = 0,05.
Jumlah ulangan (n) = 20.
nilai t dihitung sbb :
Keterangan:
T
=
=
𝑥1
=
𝑥2
Sp
=
n1
=
n2
=
d0
=
Nilai t hitung
Rataan sampel kelompok 1
Rataan sampel kelompok 2
Simpangan baku
Jumlah sampel kelompok 1
Jumlah sampel kelompok 2
Dugaan rata-rata perbedaan poulasi
Uji t dilakukan karena jumlah populasi ikan di teluk Palabuhanratu tidak
diketahui. Analisis dilakukan terhadap data total hasil tangkapan per trip, dan
masing-masing 5 spesies yang terbanyak ditangkap.
Frekuensi tertangkapnya ikan diduga sebagai frekuensi kemunculan ikan
dan dipertimbangkan sebagai musim ikan tersebut pada bulan-bulan penelitian,
frekuensi penangkapan ikan ditentukan dengan banyaknya trip yang dilakukan,
dengan 20 trip yang dilakukan pada saat operasi penangkapan ikan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan survei pendahuluan untuk
mengetahui kondisi di lapangan. Kemudian penelitian dilakukan di teluk
Palabuhanratu. Penelitian ini bersifat eksperimental fishing karena belum pernah
dilakukan sebelumnya, ada tiga bagan tancap yang digunakan pada penelitian,
bagan tancap A dengan 4 rumpon dan lampu LED, Bagan tancap B dengan 4
rumpon dengan lampu standar nelayan dan bagan tancap D dengan 2 rumpon
lampu standar nelayan. Jenis data yang diambil adalah jenis ikan, berat ikan,
panjang ikan dan iluminasi cahaya. Pengambilan dokumentasi dilakukan saat
survey sampai selesai penelitian. Setelah dilakukan penelitian, tahap selanjutnya
adalah pengolahan dan analisis data. Setelah diperoleh hasil analisis selanjutnya
dilakukan pembahasan untuk memperoleh kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan. Tahapan kerja keseluruhan dari kegiatan penelitian ini disajikan secara
ringkas pada Gambar 5.
11
Survey pendahuluan
Pelaksanaan penelitian
Experimental fishing
Bagan A
Bagan B
Bagan C
Jenis data penelitian
Analisis data
Kesimpulan
Gambar 5. Diagram alir penelitian
Dokumentasi
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Selama kegiatan operasi penangkapan bagan tancap, bagan tancap dengan
menggunakan 4 rumpon dan lampu LED memperoleh jenis hasil tangkapan paling
banyak yaitu 25 jenis dengan nama lokal, yaitu pepetek, udang rebon, tembang,
layur, cumi cumi, teri, bilis, buntal, bawal, kakap, ikan kuning, kerapu, ramora,
ikan terbang, jangilus, rajungan, songkeat, gurita, selar, sidat, betok, ekor kuning,
belanak, selayang dan camaul. Selanjutnya bagan tancap dengan 4 rumpon dan
lampu standar nelayan mendapatkan 15 jenis hasil tangkapan dengan nama lokal
yaitu pepetek, udang rebon, teri, layur, cumi cumi, tembang, camaul, deles, bawal,
baracuda, pisang pisang, ramora, belida, ikan terbang dan boce. Sedangkan bagan
dengan 2 rumpon dan lampu standar nelayan mendapatkan 14 jenis hasil
tangkapan dengan nama lokal, yaitu pepetek, tembang, teri, bilis, layur, cumi
cumi, udang rebon, selar, geleng sadap, ikan lidah, kerapu, kakap, kipper dan ikan
terbang. Total produksi ikan dari bagan C lebih besar dari total produksi bagan A
dan B (Gambar 6).
Bagan C. 901,12 Kg(43%)
Bagan C
43%
Bagan A
35%
Bagan B
22%
Bagan A. 729,02 Kg (35%)
Bagan B. 452,22 Kg (22%)
Gambar 6 Proporsi hasil tangkapan bagan A,B, dan C selama 20 trip.
Dari pengoperasian 3 bagan penelitian masing-masing 20 trip, telah
diperoleh 2,575,9 kg ikan yang terdiri dari 37 jenis (Lampiran 2). Lima jenis ikan
yang paling banyak tertangkap selama penelitian adalah pepetek (818,5 kg,
31,8%), udang rebon (623,8 kg, 24,2%), teri (249 kg, 9,7%), tembang (167,6 kg,
6,5%) dan layur (153,1 kg, 5,9%). Sepuluh jenis ikan tertangkap kurang dari 10
kg.
Total hasil tangkapan pada tiga jenis bagan penelitian bagan A mendapatkan
35% sedangkan pada bagan B 22%, hal ini menunjukan bahwa lampu LED yang
digunakan pada bagan A memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan total
pada bagan tancap selama 20 trip. Bagan B dan C yang menggunakan rumpon
berbeda, bagan C memiliki total hasil tangkapan lebih tinggi dibandingkan bagan
13
B, hal ini bisa disebabkan karena posisi lokasi bagan penelitian yang berbeda,
jarak bagan C lebih jauh dari bagan B dan A dengan garis pantai.
Dengan jumlah rumpon yang sama jenis hasil tangkapan pada bagan A lebih
banyak dibandingkan bagan B dan C. Hal ini menunjukkan bahwa jenis lampu
yang digunakan mempengaruhi keragaman hasil tangkapan pada bagan A
dibandingkan dengan bagan B. Sedangkan untuk bagan B dan C jenis hasil
tangkapan bagan B lebih banyak dari bagan C hal ini bisa disebabkan karena
semakin banyak rumpon yang dipasang maka jenis ikan yang berada di rumpon
akan semakin banyak.
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Bagan A
Bagan B
Bagan C
Pepetek
Udang
rebon
Tembang
Layur
Cumi cumi
Gambar 7 Komposisi 5 jenis ikan hasil tangkapan yang dominan
Hasil pengamatan dari kegiatan penelitian di lapangan diperoleh jenis ikan
yang tertangkap oleh bagan apung yaitu pepetek, udang rebon, tembang, layur,
cumi cumi, teri dll. Ikan yang paling banyak tertangkap di semua bagan adalah
ikan pepetek pepetek (818,5 kg) selama 20 trip. Menurut Subani dan Barus
(1989), hasil tangkapan utama bagan tancap adalah jenis ikan teri, cumi cumi,
pepetek dan lain lain. Diperairan teluk Palabuhanratu ikan yang paling banyak
tertangkap oleh bagan tancap pada penelitian ini adalah jenis ikan pepetek,
berdasarkan wawancara dengan nelayan bagan tancap pada bulan 7-8 adalah
musim puncak ikan pepetek.
Lima jenis ikan yang tertangkap di setiap bagan penelitian A,B,C, berbeda
beda karena di setiap bagan diberikan perlakuan yang berbeda (Gambar 7).
Semua bagan dilengkapi dengan alat bantu rumpon portable namun dengan
jumlah yang berbeda dan jenis lampu yang berbeda.
Menurut Zulkarnain (2002), beberapa kondisi yang perlu diperhatikan
yang terkait dengan penggunaan kombinasi alat bantu penangkapan yang berupa
lampu dengan rumpon bila dilihat dari aspek tingkah laku ikan yaitu: (1) apakah
ikan ikan yang tertangkap memiliki respon positif dengan rumpon? (2) Apakah
ikan ikan yang tertangkap memiliki respon negatif dengan rumpon, dimana
rumpon sebagai habitat tempat mencari makan dan singgah untuk sementara? (3)
Apakah ikan yang tertangkap memiliki respon positif terhadap rumpon dan
bersifat fototaksis positif terhadap cahaya? Sumberdaya ikan didaerah tropis
adalah multi spesies sehingga ikan tertentu yang bersifat pemangsa akan
14
bermunculan ketika menemukan keberadaan ikan pada rumpon dan dibawah
sumber cahaya.
Pada penelitian ini ada beberapa ikan predator yang tertangkap oleh bagan
tancap, yaitu baracuda, bawal, kerapu, kipper dan lain lain. Hal ini menunjukkan
bahwa fototaksis positif pada ikan ikan kecil memberikan pengaruh munculnya
ikan predator yang lebih besar dan bernilai ekonomis tinggi. Ikan kecil
berkumpul dibawah cahaya lampu dan mengundang datangnya ikan pemangsa.
Hal ini juga menunjukan bahwa rumpon yang digunakan pada penelitian menjadi
tempat mencari makan ikan kecail dan ikan kecil tersebut mengundang predator
yang lebih besar.
Rumpon yang digunakan merupakan jenis rumpon permukaan atraktor
rumpon berada di lapisan pertengahan dan permukaan air. Menurut Zulkarnain
(2002), rumpon permukaan adalah rumpon yang penempatanya berada di kolom
perairan dekat dengan permukaan air yaitu pada kedalaman 5-11 meter. Rumpon
yang digunakan terbuat dari daun kelapa, pelepah daun kelapa diikatkan pada tali
dan dibuat memanjang mudah membusuk dan kemudian menjadi habitat perifiton
yang merupakan makanan ikan (Lampiran 1).
Berdasarkan hasil penelitian di lapang diperoleh hasil bahwa jenis ikan yang
paling banyak tertangkap yaitu ikan pepetek mencapai 3876,1 kg pada bagan
dengan menggunakan 2 rumpon dan lampu standar nelayan. Selanjutnya diikuti
oleh bagan tanpa rumpon mencapai 195 kg. Selanjutnya bagan dengan 4 rumpon
dan lampu LED mencapai 177,6 kg; yang terakhir bagan 4 rumpon denagn lampu
standar nelayan mencapai 108,8 kg.
Dari total hasil tangkapan yang didapat sebanyak 2.575,9 kg. Berikut jenis
ikan yang mendominasi atau paling banyak tertangkap adalah pepetek dengan
jumlah hasil tangkapan sebanyak 818,5 kg, diikuti dengan udang rebon sebanyak
623,75 kg, teri 249,05 kg, tembang 167,6 kg, layur 153,1 kg, cumi cumi 142,42
kg. Secara keseluruhan jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh bagan
tancap adalah ikan pepetek (Gambar 7).
Secara umum hasil tangkapan bagan adalah ikan pelagis kecil yang
bersifat fototaksis positif, seperti teri (Stolephorus sp), tembang (Sardinella
fimbrianta), japuh, peperek (Leiognathus sp), selar ekor kuning, keong-keong,
cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), kembung (Rastrelliger) dan layur
(Trichiurus) (Subani, 1972). Jeni s ikan hasil tangkapan sampingan bagan antara
lain layur dan tongkol. Hasil tangkapan lainya adalah jenis ikan fototaksis
negatif, ikan ini bersifat karnivora yang mendekati bagan dengan tujuan mencari
mangsa, diantaranya cumi, layur, dan tongkol.
Lima jenis ikan yang tertangkap paling banyak adalah pepetek, udang
rebon, teri, tembang dan layur hal ini dikarenakan ikan ikan tersebut termasuk
kedalam hasil tangkapan utama pada perikanan bagan kecuali layur, ikan layur
sendiri merupakan predator yang muncul ketika melihat gerombolan ikan yang
merupakan sumber makanan ikan layur, dengan kata lain ikan layur bisa disebut
sebagai pemangsa. Lima jenis ikan tersebut merupakan hasil tangkapan dominan
karena untuk bulan Agustus – September merupakan musim puncak ikan
tersebut.
Menurut Yusfiandayani (2004), atraktor daun kelapa merupakan bahan
atraktor yang efektif yang dapat digunakan pada rumpon dilihat dari kepadatan
Jenis Ikan Hasil Tangkapan
ikan terbang
kipper
kakap
kerapu
ikan lidah
geleng sadap
selar
bilis
teri
cumi cumi
layur
tembang
udang rebon
pepetek
Berat Ikan Hasil Tangkapan (Kg)
boce
ikan terbang
belida
ramora
pisang pisang
baracuda
bawal
deles
camaul
teri
cumi cumi
layur
tembang
udang rebon
pepetek
Berat aIkan Hasil Tangkapan (Kg)
pepetek
udang rebon
tembang
layur
cumi cumi
teri
bilis
buntal
bawal
kakap
caweneh
kerapu
ramora
ikan terbang
jangilus
rajungan
songkeat
gurita
selar
sidat
betok
ekor kuning
belanak
selayang
camaul
Berat Hasil Tangkapan (Kg)
15
dan pergerakan ikan serta hasil tangkapan yang didapat. Komposisi hasil
tangkapan dari setiap jenis bagan dapat dilihat pada (Lampiran 3).
A
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Jenis Ikan Hasil Tangkapan
B
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Jenis Ikan Hasil Tangkapan
C
400
350
300
250
200
150
100
50
0
16
Hasil tangkapan bagan A yang paling banyak tertangkap adalah pepetek
(177,6 kg), udang rebon (125,7 kg), tembang (52,5 kg), layur (37 kg), cumi cumi
(29,16). Lima jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh bagan B adalah
pepetek (367,1 kg), udang rebon (165,4 kg), teri (51,85 kg), layur (44,6 kg), cumi
cumi (30,66 kg). Lima jenis ikan yang paling Banyak tertangkap oleh bagan C
selama penelitian adalah pepetek (108,8 kg), tembang (88,9 kg), teri(72,7 kg),
bilis (52,8 kg), layur (45,5 kg) (Lampiran 3).
Gambar 8 Hasil tangkapan bagan tancap dengan menggunakan (A) 4 rumpon
lampu LED, (B) 4 rumpon lampu standar (C) 2 rumpon lampu
standar.
Rata-rata dari total hasil
tangkapan kg/trip ± standar
error
35
29,51
30
25
18,36
17,39
20
15
10
5
0
Bagan A
Bagan B
Bagan C
Gambar 9 Rata-rata total hasil tangkapan bagan A,B, dan C selama 20 trip (±SE).
Dari rata-rata total hasil tangkapan tiga buah bagan (kg/trip) semakin kecil
nilai error maka data hasil tangkapan akan semakin akurat, nilai terkecil terdapat
pada bagan C (0,90), bagan A (0,92) dan bagan B (1,44).
Tabel 3.
Berat lima jenis ikan terbanyak ditangkap oleh bagan penelitian di
Palabuhanratu (kg), dalam periode Juli s.d. Agustus 2012.
No
Nama lokal
Bagan A
Bagan B
Bagan C
1
Pepetek
177,6
367,1
108,8
2
Udang rebon
125,7
165,4
37,7
3
Teri
17,5
51,9
72,7
4
Tembang
52,3
26,5
88,9
5
Layur
37
44,6
45,5
Dari lima jenis ikan dominan tertangkap, untuk ikan pepetek nilai berat
tertinggi berada pada bagan B (367,1 kg) dan berat ter kecil berada pada bagan C
(108,8 kg). Udang rebon berat tertinggi berada pada bagan B (165,4 kg) dan berat
17
ter kecil (37,7) pada bagan C. Teri nilai tertinggi berada pada bagan C (72,7) dan
berat ter kecil berada pada bagan A (17,5 kg). Tembang berat tertinggi (88,9 kg)
berada pada bagan C, berat terkecil (26,5 kg) berada pada bagan B. Layur berat
tertinggi (45,5 kg) pada bagan C dan berat terkecil pada bagan A (37 kg).
Tabel 4 Hasil tangkapan rata-rata per trip ±SE (kg) dari lima jenis ikan terbanyak
ditangkap oleh bagan penelitian di Palabuhanratu, dalam periode Juli s.d.
Agustus 2012.
No
Nama lokal
Bagan A
Bagan B
Bagan C
1
Pepetek
6,5  0,42
18,41,39
5,70,25
2
Udang rebon
1,30,16
2,60,34
4,00,35
3
Teri
13,80,81
11,10,75
3,60,21
4
Tembang
0,50,09
1,30,17
4,50,84
5
Layur
1,90,18
1,40,13
2,30,20
Dari rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan didapatkan nilai
tertinggi untuk ikan pepetek pada bagan B (18,41,39) artinya hasil tangkapan
ikan pepetek pada bagan B berkisar antara (17,01-19,79) dengan rata-rata hasil
tangkapan (18,4 kg). Untuk hasil tangkapan terkecil (0,50,09) terdapat pada
bagan A untuk ikan tembang, hasil tangkapan ikan tembang pada bagan A
berkisar antara (0,41-0,59) dengan nilai rata-rata 0,5 kg.
Sebaran cahaya pada bagan penelitian
Tabel 5 Sebaran iluminasi cahaya pada bagan A
Kenaikan dan penurunan iluminasi cahaya lampu LED
Kedalaman
Titik 1
Titik 2
Titik 3
(%)
(%)
(%)
(m)
(lux)
(lux)
(lux)
0
200
30
0
1
320
-60,0
50
-66,70
0,0
0
2
140
56,3
40
20,00
1,0
0
3
70
50,0
36
10,00
2,0
-100
4
34
51,4
23
36,11
2,5
-25
5
19
44,1
15
34,78
3,0
-20
6
11
42,1
11
26,67
3,0
0
7
9
18,2
7
36,36
3,0
0
8
5
44,4
5
28,57
2,5
17
9
4
20,0
3
40,00
2,0
20
Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan adalah untuk mengumpulkan ikan sampai
pada catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan alat tangkap
jaring, pancing dan alat tangkap lainnya (Ayodhyoa, 1981). Iluminasi cahaya
(lux) didefinisikan sebagai cahaya yang menembus permukaan air, yang
besaranya tergantung pada intensitas (i) dengan satuan candela dan jarak (r) dari
sumber cahaya dengan satuan meter Ben Yami (1976). Iluminasi suatu sumber
cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya
18
tersebut dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut memasuki air.
Fenomena ini dikatakan sebagai tingkah laku cahaya Tilley (1976). Hasil
penelitian mengenai sebaran iluminasi cahaya pada bagan A dapat dilihat pada
Tabel 3.
Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan terhadap bagan A dengan lampu
LED, posisi pengukuran lampu di lapangan diilakukan dengan tiga tahap:
1) Titik 1adalah pusat dimana lampu operasi penangkapan diletakan
2) Titik 2 berjarak (2,47) meter dari pusat
3) Titik 3 berjarak (2,47) meter dari diagonal 1.
Perbandingan Kontur iluminasi cahaya Bagan A dengan Kontur iluminasi
cahaya bagan B (pada penelitian Rohanah, 2012) dapat dilihat pada gambar 8.
Pada bagan A lampu LED dengan kekuatan 9 watt menghasilkan cahaya yang
cukup besar (320) tetapi tidak memiliki panjang gelombang yang jauh. Untuk
membandingkan nilai iluminasi lampu LED dan lampu standar yang digunakan
nelayan Palabuhanratu mengacu pada penelitian Rohanah (2012) karena rata rata
lampu yang digunakan nelayan Palabuhanratu memiliki watt yang sama (Gambar
10).
(A)
(B)
Gambar 10 Perbandingan kontur iluminasi cahaya bagan A dengan lampu LED,
dengan bagan B yang menggunakan lampu philips 24 watt.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sebaran iluminasi cahaya
menunjukan bahwa adanya penaikan dan penurunan nilai iluminasi di setiap
kedalaman yang berbeda. Penurunan nilai iluminasi cahaya terjadi pada setiap
penurunan kedalaman, untuk kedalaman 1 meter dari bagian tengah sampai sudut
diagonal bagan apung mengalami penurunan (200 lux, 30 lux, 0 lux), 2 meter (140
lux, 40 lux, 1 lux), dan seterusnya mengalami penurunan di setiap penambahan
kedalaman, sedangkan untuk pengukuran iluminasi disetiap titik vertikal
mengalami penaikan dan penurunan nilai iluminasi, untuk tengah atau pusat
bagan dari kedalaman 0-1 meter mengalami penaikan nilai lux (200-320 lux), 1-2
19
meter mengalami penurunan nilai iluminasi (320-140 lux), dan sterusnya di setiap
penambahan kedalaman mengalami penurunan nilai iluminasi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengukuran iluminasi cahaya lampu
LED. Sebaran nilai iluminasi akan menentukan posisi keberadaan wilayah
berkumpulnya ikan. Menurut Zulkarnain (2002) dari hasil pengukuran iluminasi
cahaya dapat diketahui lapisan lapisan perairan yang disukai oleh ikan.
Kedalaman 5-20 meter dengan nilai iluminasi 0,5-4 lux adalah daerah yang
disukai oleh ikan. Dengan demikian pada penelitian ini nilai 0,5-4 luk berada
pada diagonal 2 atau sudut dari bagan tancap karena daerar tersebut memiliki nilai
iluminasi cukup rendah atau memiliki cahaya lampu remang remang.
345300
330
250
315
200
300
150
100
285
50
270
0
0
15
30
45
60
75
90
255
LED 9 watt
LED 18 watt
105
240
120
225
135
210
195
180
165
150
Gambar 11 Pengukuran lampu setting
Pengukuran cahaya lampu LED dengan menggunakan lux meter. lampu
LED yang digunakan pada penelitian di lapangan berjumlah 2 buah dalam 1
tudung. Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan dengan jarak 1 meter dan diukur
setiap penambahan sudut 150 dari sumber cahaya. Terjadi kenaikan dan
penurunan pada saat pengukuran iluminasi cahaya. Penurunan terjadi pada sudut
150 (7 lux), 300 (6 lux), sedangkan dari sudut 300 sampai 1800 mengalami
peningkatan nilai iluminasi, pada 1 lampu didapatkan nilai iluminasi paling tinggi
pada sudut 1800 derajat (184 lux). Sedangkan untuk 2 lampu dalam 1 tudung
terjadi kenaikan nilai iluminasi disetiap penambahan sudut. 00 (14 lux), 1800 (288
lux) (Gambar 11).
20
345300
330
250
315
200
300
150
100
285
50
270
0
0
15
30
45
60
255
75
24 watt
90
15 watt
105
240
120
225
135
210
195
180
165
150
Gambar 12 Pengukuran lampu hauling
Pengukuran iluminasi cahaya pada lampu hauling menunjukan kenaikan
dan penurunan nilai iluminasi. Penurunan terjai pada lampu hauling 15 watt 00 (10
lux), 150 (9 lux). Nilai tertinggi berada pada sudut 1800 (135 lux). Sama seperti
lampu hauling 15 watt, untuk lampu hauling 45 watt mengalami penaikan dan
penurunan. Pada penelitian dilapangan nilai paling tinggi terdapat pada sudut 1800
(215 lux) (Gambar12).
Nilai tertinggi berada pada 1800 karena posisi lampu berada pada posisi
vertikal kearah sudut 1800. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohanah (2012)
bahwa iluminasi cahaya yang dipancarkan lampu tabung bereflektortidak terukur
pada sudut 00 dan 900 sampai 2700, karena terhalang oleh kepala lampu dan
dinding reflektor. Berbeda halnya dengan iluminasi cahaya pada sudut 180 0 yang
mencapai nilai maksimal pada lampu setting 184 lux untuk 1 lampu, 288 lux untuk
2 lampu, dan pada lampu hauling 135 lux untuk lampu 15 watt dan 215 lux untuk
lampu hauling 45 watt. Cahaya yang dipancarkan pada sudut tersebut berasal dari
permukaan bawah lampu secara langsung selain itu akibat dari pantulan tudung
lampu sehingga nilai iluminasi pada sudut 1800 memiliki nilai lux maksimal.
Lampu setting LED 9 watt memiliki nilai iluminasi 184 lux sedangkan
lampu hauling 45 watt 215 lux, dengan perbedaan watt yang sangat jauh lampu
LED memiliki nilai iluminasi hampir sama. Hal ini yang menyebabkan
penggunaan bahan bakar pada bagan yang menggunakan lampu LED lebih hemat
dibandingkan dengan bagan lain yang menggunakan lampu standar nelayan di
Palabuhanratu.
Pengaruh jenis lampu setting terhadap hasil tangkapan bagan A dan B
Berdasarkan uji t statistik, diketahui bahwa hasil tangkapan yang
berpengaruh terhadap perbedaan jenis lampu adalah udang rebon, teri dan layur.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Subani dan Barus (1972), bahwa ketiga
ikan tersebut termasuk kedalam kelompok ikan fototaksis positif. Dari kelima
21
jenis ikan hasil tangkapan yang paling banyak tertangkap di bagan A dan B, ikan
tembang adalah ikan yang paling banyak tertangkap pada bagan A, sedangkan
keempat ikan lainya paling banyak tertangkap pada bagan B (Tabel 6).
Tabel 6 Hasil Uji t statistik untuk melihat pengaruh jenis lampu terhadap hasil
tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap oleh bagan A dan B.
Uji Perbandingan Lampu LED dan Standar
Nilai signifikan
α
Hasil Analisis
0,282
0,05 Berbeda nyata
0,98
0,05 Berbeda nyata
0,213
0,05 Berbeda nyata
0,001
0,05 Tidak berbeda nyata
0,035
0,05 Tidak berbeda nyata
Jenis Ikan
Rebon
Layur
Teri
Pepetek
Tembang
25,0
20,0
15,0
13,8
3,6
10,0
5,0
Bagan A
Hasil tangkapan teri ±
standar error
Hasil tangkapan
rebon ± standar error
Berdasarkan hasil uji statistik total hasil tangkapan Bagan A dan Bagan B
didapatkan nilai t hitung -1,89 Dan t tabel 1,72. Hal tersebut menunjukkan t hit <
t tabel, pada tingkat tingkat kepercayaan 95 %. sehingga total hasil tangkapan
bagan A dan B tidak berbeda nyata.
Berdasarkan uji t statistik, diketahui bahwa perbedaan penggunaan jenis
lampu pada bagan memberikan pengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan ikan
udang rebon, layur dan teri berturut turut 0,282, 0,98, 0,213 dengan α 0,05 maka
hasil tangkapan berbeda nyata. Sedangkan untuk ikan pepetek dan tembang
berturut turut 0,001, 0,035 dengan α 0,05 maka hasil tangkapan pepetek dan
tembang tidak berbeda nyata.
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
Bagan B
15,0
10,0
1,3
0,0
(C)
Bagan B
Hasil tangkapan layur
(kg) ± standar error
Hasil tangkapan tembang
(kg) ± standar error
20,0
Bagan A
Bagan A
Bagan B
(B)
25,0
0,5
2,6
0,0
(A)
5,0
1,3
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
1,9
1,4
Bagan A
Bagan B
0,0
(D)
22
Hasil tangkapan pepetek
± standar error
25,0
18,4
20,0
15,0
10,0
6,5
5,0
0,0
Bagan A
Bagan B
(E)
Gambar 13 Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap pada
bagan A dan B (± standar error). (A) Rata rata hasil tangkapan
pepetek, (B) rata rata hasil tangkapan udang rebon, (C) rata rata hasil
tangkapan layur, (D) rata rata hasil tangkapan tembang, (E) rata rata
hasil tangkapan teri dari lima jenis bagan penelitian.
Pengaruh rumpon portable terhadap hasil tangkapan bagan B dan C
Berdasarkan uji t statistik, diketahui bahwa untuk lima jenis ikan yang
dominan tertangkap. Hasil tangkapan yang berpengaruh terhadap perbedaan
jumlah rumpon yang dipasang adalah jenis ikan teri, tembang dan layur.
Berdasarkan uji t statistik hasil tangkapan ikan teri, tembang, layur dan rebon
pada bagan B dan bagan C didapatkan nilai t hitung berturut turut -1,26, -0,94, 0,74, 1,40 Dan t table berturut turut 1,72, 1,72, 1,72, 1,72. Hal tersebut
menunjukkan t hit < t tabel, pada tingkat selang kepercayaan 95 %. sehingga total
hasil tangkapan bagan B dan C berbeda nyata. Sedangkan untuk ikan pepetek
mendapatkan nilai t hitung 1,92 dan t tabel 1,72. Hal ini menunjukan t hitung > t
tabel pada tingkat selang kepercayaan 95%, sehingga hasil tangkapan pepetek di
bagan B dan C tidak berbeda nyata. Semakin banyak rumpon yang dipasang maka
untuk jenis ikan teri, tembang, layur dan rebon akan semakin banyak tertangkap
(Tabel 7).
Perbedaan jenis rumpon yang digunakan pada bagan B dan C berdasarkan
hasil uji t statistik t hitung 1,74 dan t tabel 1,72 t hitung > dari t tabel. Pada selang
kepercayaan 95% jika t hitung > t tabel maka hasil tangkapan bagan B dan C
berbeda nyata.
Bagan tancap adalah alat tangkap ikan yang pengoperasianya statis atau
tetap. Ada tiga buah bagan yang digunakan pada penelitian, bagan A dengan
empat rumpon dan lampu LED, bagan B dengan empat rumpon dan lampu
standar, bagan C dengan dua rumpon dan lampu standar. Bagan yang digunakan
adalah bagan milik nelayan setempat. Pada penelitian ini didapatkan beberapa
perbedaan pada jumlah hasil tangkapan dan jenis ikan yang tertangkap. Hal ini
disebabkan posisi jarak bagan penelitian yang berbeda, bagan A lebih dekat
dengan pantai, selanjutnya bagan B dan bagan C. Ada beberapa jenis ikan yang
tertangkap oleh bagan A tapi tidak tertangkap oleh bagan lainya seperti ikan
kerapu, ramora, gurita. Hal ini bisa disebabkan karena bagan A lebih dekat
terhadap pantai dan perairan pantai dekat dengan terumbu karang, selain itu
23
perbedaan jumlah rumpon yang dipasang pada bagan juga bisa mempengaruhi
hasil tangkapan.
Tabel 7 Hasil Uji t statistik untuk melihat pengaruh rumpon portable terhadap
hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap pada bagan B dan
C.
Uji Perbandingan 4 rumpon dan 2 rumpon
Jenis
Selang
Ikan
t – hitung
t - tabel kepercayaaan
Hasil analisis
Teri
-1,26
1,72
95%
Berbeda nyata
Tembang
-0,94
1,72
95%
Berbeda nyata
Layur
-0,74
1,72
95%
Berbeda nyata
Rebon
1,4
1,72
95%
Berbeda nyata
Pepetek
1,92
1,72
95%
Tidak berbeda nyata
25,0
20,0
15,0
11,1
10,0
3,6
5,0
Bagan B
Bagan C
Hasil tangkapan teri ±
standar error
Hasil tangkapan
rebon (kg) ±…
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
Bagan B
20,0
15,0
4,5
1,3
0,0
Hasil tangkapan layur
(kg) ± standar error
Hasil tangkapan tembang
(kg) ± standar error
Bagan C
(B)
25,0
5,0
4,0
0,0
(A)
10,0
2,6
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
1,4
1,9
Bagan B
Bagan C
0,0
Bagan B
(C)
Bagan C
(D)
Hasil tangkapan rebon
(kg) ± standar error
24
25,0
20,0
18,4
15,0
10,0
5,7
5,0
0,0
Bagan B
Bagan C
(E)
Gambar 14 Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap pada
bagan B dan C (± standar error). (A) Rata rata hasil tangkapan
pepetek, (B) rata rata hasil tangkapan udang rebon, (C) rata rata hasil
tangkapan layur, (D) rata rata hasil tangkapan tembang, (E) rata rata
hasil tangkapan teri dari lima jenis bagan penelitian.
Pada penelitian ini lokasi yang digunakan berada didaerah yang sama
untuk tiga buah bagan, jarak antar bagan satu dengan yang lainya ±300 meter.
Hal ini bisa menyebabkan persamaan jenis hasil tangkapan, untuk ikan tertentu
seperti lima jenis ikan dominan, tertangkap disemua bagan penelitian. Selain itu
ada beberapa ikan yang tertangkap oleh salah satu bagan tetapi tidak tertangkap
oleh bagan lainnya ini bisa disebabkan karena faktor jumlah rumpon dan lampu
yang digunakan pada penelitian, selain itu faktor cuaca juga menentukan
perbedaan hasil tnagkapan, karena pada saat penelitian angin laut cukup besar dan
selama 20 hari penelitian dilakukan dengan kontinyu, pada saat terang bulan
penelitian tetap dilakukan.
27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di lapangan, diketahui bahwa hasil tangkapan yang
berpengaruh terhadap perbedaan jenis lampu (LED) adalah udang rebon, teri dan
layur, ketiga ikan tersebut termasuk kedalam kelompok ikan fototaksis positif.
Dari kelima jenis ikan hasil tangkapan yang paling banyak tertangkap, terdapat
pada bagan A dan B. Perbedaan jumlah rumpon yang dipasang pada bagan B dan
C memberikan pengaruh terhadap lima jenis ikan dominan tertangkap (α = 0,05).
Uji t statistik menyimpulkan perbedaan hasil tangkapan signifikan di antara
bagan A dan B untuk lima jenis ikan yang dominan tertangkap yaitu udang rebon,
layur, teri, pepetek dan tembang. (α = 0,05). Uji t statistik juga menyimpulkan
perbedaan yang signifikan pada hasil tangkapan bagan B dan C untuk ikan teri,
tembang, layur, udang rebon dan pepetek (α = 0,05).
Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode observasi
bawah air untuk mengetahui jenis ikan yang berakumulasi di rumpon secara
visual, metode observasi bisa dilakukan dengan menyelam atau memonitoring
ikan secara langsung maupun dengan underwater camera.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ben Yami. 1988. Attacting Fishing With Light. Roma : FAO
Ben Yami. 1987. Fishing With Light. Roma : FAO
Dulgofar, Fahrudin, Fauzi. 1988. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Bagan
Rakit Semarang : Balai Pengembangan Penangkapan ikan.
Effendi M. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Perpustakaan
Nusantara.
Sagitarianto F. 2007. Potensi Lampu LED (Light Emitting Diode) Sebagai
Perangkap Lampu Untuk Cylas formicarius Fabricius.
Gunarso. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam Hubunganya dengan Alat, Metoda, dan
Teknik Penangkapan. Bogor : Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor.
Iskandar MD. 2001. Analisis Hasil Tangkapan Bagan Motor pada Tingkat
Pencahayaan yang Berbeda di Perairan Teluk Semangka Kabupaten
Tanggamus. [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Monintja DR, S Martasuganda. 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati
II. Bogor : IPB Press.
Nikolsky GV.1963. The Technologi of Fishes. London : Academic press.
Nomura M, T. yamazaki, 1975. Teknik Penangkapan Ikan. Jilid I diterjemahkan
oleh Wisnu Gunarso, 1987. Fishing Techniques I. Jurusan Pemanfaatan
Suberdaya Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
152 hal.
Nurdiana. 2005. Iluminasi Cahaya Lampu Pijar 25 Watt Pada Medium Udara.
[Skripsi]
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Puspito G. 2008. Lampu petromaks: manfaat, kelemahan dan solusinya pada
perikanan bagan. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPBS.
Rohanah Siti. 2012. Studi Pendahuluan Penggunaan Lampu Tabung
Bereflaktometer Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung. [Skripsi]
Fakultas Perikaan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Sondita Muhamad Fedi Alfiadi. 1986. Suatu studi tentang peranan pemikat ikan
dalam operasi purse seiner milik PT Tirta Raya Mina (persero),
Pekalongan.
Subani W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. Jakarta:
Lembaga Penelitian Perikanan Laut. 259 hal.
Subani W, H R Barus. 1989. Alat tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.50 tahun 1989. Balai Penelitian
Perikanan Laut
Von Brant A. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Book, Ltd
Farham. Surrey, England. 418 p.
Yusfiandayani R. 2004. Studi tentang Mekanisme Agregasi Kecil Ikan Pelagis di
Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di perairan Pasauran,
Provinsi Banten [Disertasi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain. 2002. Studi Tentang Penggunaan Rumpon Pada Bagan Apung Di
Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses pembuatan dan pemasangan rumpon portable
Proses pembuatan rumpon
Atraktor daun kelapa yang baru dipasang
Proses pemasangan rumpon
Atraktor 2 minggu terpasang
Lampiran 2 Dokumentasi lima jenis hasil tangkapan dominan tertangkap pada
bagan tancap di Palabuhanratu dalam periode Juli-Agustus 2012.
Ikan pepetek (Leiognathus sp)
Udang rebon (Mysisand acetes)
Ikan teri (Stolephorus sp)
Ikan tembang (Sardinella fimbrianta)
Ikan layur (Trichiurus)
34
Lampiran 3 Komposisi hasil tangkapan 3 jenis bagan selama penelitian di teluk
Palabuhanratu, masing-masing 20 trip dalam periode Juli-Agustus
2012.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama lokal
Pepetek
Udang rebon
Teri
Lemet
Tembang
Layur
Cumi cumi
Bilis
Belanak
Camaul
Ikan terbang
Deles
Bawal
Buntal
Selar
Kakap
Kerapu
Caweneh
Belida
Ramora
Baracuda
Geleng coban
Pisang pisang
Geleng sadap
Jangilus
Rajungan
Songkeat
Singreng
Tongkol
Gurita
Sidat
Betok
Ekor kuning
Kipper
Belanak
Selayang
Boce
JUMLAH
Bagan A
177,6
125,7
17,5
0,0
52,3
37,0
29,2
13,9
0,0
0,2
2,1
0,0
5,0
6,4
1,0
4,6
4,1
4,4
0,0
2,4
0,0
0,0
0,0
0,0
1,5
1,5
1,3
0,0
0,0
1,0
0,8
0,7
0,7
0,0
0,6
0,3
0,0
491,49
Bagan B
367,1
165,4
51,9
0,0
26,5
44,6
30,7
0,0
0,0
20,0
1,0
10,0
3,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
1,2
1,2
3,5
0,0
2,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
729,02
Bagan C
108,8
37,7
72,7
0,0
88,9
45,5
39,6
52,8
0,0
0,0
0,5
0,0
0,0
0,0
2,5
0,8
0,8
0,0
1,0
0,0
0,0
0,0
0,0
2,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0
0,0
0,0
0,0
0,7
0,0
0,0
0,0
454,22
30
Lampiran 4 komposisi hasil tangkapan tiga bagan pertrip periode Juli s.d. Agustus 2012
4 Rumpon LED
Tri Jenis hasil
p
tangkapan
1 Cumi
pepetek
udang rebon
Bilis
tembang
2 bawal
cumi
pepetek
layur
udang rebon
bilis
terbang
selar
3 cumi
pepetek
4 Rumpon Standar Nelayan
Jenis hasil
Kg
Total tangkapan
Kg
Total
69,8
1,5 63,5 pepetek
55
3
15,5
barakuda
3,5
0,5
cumi cumi
0,65
5
tembang
10
41
layur
0,1
ikan terbang
0,38
pisang pisang
0,2
42,7
5 27,4 layur
15
3
4,4
8,5
3,5
cumi cumi
udang rebon
bilis
1,3
5,25
20,5
6
7
1
1
ikan terbang
teri katak
0,33
0,35
1,75
28,5
30,2
5 deles
pepetek
10
50,4
2 Rumpn Standar Nelayan
Jenis hasil
tangkapan
Kg Total
0,5 100,5
cumi cumi
5
5
Tembang
75
Bilis
23
Teri
2
Selar
cumi cumi
Bilis
ikan terbang
2,5
12,
1
15
0,5
Bagan Tanpa Rumpon
Jenis hasil
tangkapan
Kg Total
lemet
cumi cumi
tongkol
udang rebon
pepetek
ikan terbang
30,1 pepetek
cumi cumi
udang rebon
layur
ikan terbang
belida
73,8
5 cumi cumi
Teri
1,7
0,5
12,5 pepetek
cumi cumi
180
5
1
15
20
1,3
222,3
30
65,85
2,1
30
0,4
2,3
5
1
30
3
43,95
26
Lampiran 3 (lanjutan).
tembang
cumi cumi
ramora
10,9
5
1,3
1,2
bilis
layur
pepetek
2,2
7
1,1
Teri
singreng
geleng coban
udang rebon
ikan terbang
belida
4 tembang
layur
cumi
8
0,5
0,8
9,3 pepetek
cumi cumi
tembang
teri katak
ikan terbang
layur
5 cumi
layur
teri katak
31
gurita
bilis
udang rebon
2,85
16
0,5
0,5
0,5
69
89,3
5 teri katak
cumi cumi
layur
udang rebon
ikan terbang
0,5
0,85
5,1
0,5
7,15 pepetek
bilis
geleng sadap
layur
0,1
0,1
cumi cumi
tembang
6
2,51
5
63,7
1 ikan lidah
cumi cumi
bilis
50
0,2
Pepetek
Layur
Tembang
Teri
22,
5
2
2
1,3
29,8 udang rebon
cumi cumi
layur
ikan terbang
2
1
1
5
1,2
0,7
5
1
1
geleng coban
teri
blanak
sengeng tiga
40
2
5
1,3
0,8
5
50
40
3
1
0,5
1,6
10,
3
0,6
10
5,2
29,2 geleng coban
layur
cumi cumi
0,5
0,1
5,1
pepetek
25
142,1
5
30,7
32
Lampiran 4 (lanjutan).
6 kerapu
teri katak
cumi
layur
rebon
pepetek
7 layur
cumi
udang rebon
terbang
teri katak
pepetek
8 pepetek
layur
cumi
teri katak
9 layur
cumi
songkeat
udang rebon
0,7
7
1,3
1
20
2
1
1,5
7
1
8
1
32 udang rebon
pepetek
layur
cumi cumi
teri
tembang
19,5 pepetek
bawal
udang rebon
teri katak
cumi cumi
6
1,8
1,1
1
1
0,1
104,
8
0,8
0,1
8
2
11 Bilis
Layur
Teri
cumi cumi
udang rebon
115,
7 teri katak
cumi cumi
udang rebon
Bilis
Layur
Pepetek
7,5
1
1,15
20,1
5 teri
cumi cumi
pepetek
30
1,3
0,9
32,7 Pepetek
Layur
cumi cumi
10,5
layur
0,5
4,3
29,3 cumi cumi
1,35
Teri
Bilis
8,85 Pepetek
3
0,3
20,5
pepetek
pisang pisang
layur
2,3
2
2,1
cumi cumi
Layur
udang rebon
5
17,
2
11
0,3
15
48,5 lemet
30
30
7,2
3,5
10,
7
2
4
5
32,4 cumi cumi
pepetek
11
5
21
5
3,1
3,3
25,
5
2
8,2
6,7
5
0,5
5
38,9 teri
cumi cumi
udang rebon
teri katak
5
15
1,2
5
selar
1
38,17 udang rebon
85
pepetek
5
22,2
28
Lampiran 4 (lanjutan).
0,3
teri
tembang
kepiting
Caweneh
10 ekor kuning
Layur
Cumi
Pepetek
Songkeat
Buntal
Caweneh
Sidat
11 Cumi
Pepetek
ekor kuning
Layur
Betok
Kerapu
Caweneh
udang rebon
12 Layur
cumi
Kerapu
Tembang
Caweneh
0,2
0,5
0,2
0,2
2
2,4
12,7
1
5
0,1
0,5
0,3
4,3
0,1
0,8
0,4
1,5
0,3
0,2
2,3
0,6
0,95
0,1
0,5
boce
0,1
23,9 cumi cumi
bilis
tembang
pepetek
1
0,3
0,3
0,3
1,9 cumi cumi
Layur
Pepetek
Teri
2,5
2
3
1
8,5 pepetek
cumi cumi
teri
7,9 cumi cumi
udang rebon
1,3
15
16,3 cumi cumi
pepetek
1,2
4
5,55 cumi cumi
udang rebon
2,3
15
17,5 teri
pepetek
cumi cumi
10
4,5
0,1
33
pepetek
1
Teri
Kipper
17
0,7
2
5
3
5
13
5,2 udang rebon
cumi cumi
pepetek
teri
10
1
5
5
21
14,6 udang rebon
cumi cumi
Teri
Selar
5
1
10
1
17
34
Lampiran 4 (lanjutan).
kepitng rajungan
ekor kuning
Camaul
udang rebon
13 udang rebon
Cawene
Buntal
0,3
0,1
0,2
0,5
1
0,5
0,65
Layur
cumi cumi
Sidat
kerapu
pepetek
rajungan
teri katak
1,1
1,2
0,3
1,5
0,6
0,65
0,4
14 cumi cumi
ekor kuning
ikan terbang
0,16
0,2
0,1
kakap
cawene
pepetek
layur
belanak
selayang
1,3
0,9
21,8
2,1
0,55
0,3
7,9 cumi cumi
pepetek
1,8
45
46,8 pepetek
layur
cumi cumi
kerapu
27,4
1 pepetek
rajungan
cumi cumi
15
0,3
1
16,3 cumi cumi
pepetek
layur
kakap
5
4
2,2
0,7
5
11,95 udang rebon
cumi cumi
5
1
6
1,1
8
1,6
0,7
5
11,45 udang rebon
Layur
cumi cumi
60
5,5
3
83,5
Pepetek
Teri
10
5
30
Lampiran 4 (lanjutan).
15 layur
Gurita
cumi cumi
Bilis
Selar
pepetek
damora
cawene
0,4
0,5
0,6
1,38
0,1
0,1
1,5
0,3
4,88 cumi cumi
Layur
pepetek
1,6
5
0,6
7,2 pepetek
cumi cumi
tembang
layur
4
0,5
0,5
6
1
6,06 udang rebon
cumi cumi
8,35 cumi cumi
Pepetek
21
0,35
23,7
5 udang rebon
Layur
5
10
56,5 pepetek
cumi cumi
7
0,5
cawene
0,4
Bawal
1,5
layur
Layur
Betok
kerapu
ekor kuning
17 cawene
pepetek
tembang
cumi cuimi
Kakap
kerapu
Buntal
0,9
0,1
0,9
0,1
0,4
0,3
0,2
0,6
1,3
0,95
0,75
pepetek
40
tembang
0,2
0,6
5
35
16 udang rebon
cumi cumi
5,55 Belida
cumi cumi
pepetek
layur
udang rebon
0,2
3,3
5,5
0,5
5
14,5 pepetek
cumi cumi
layur
tembang
3,2
0,4
1,5
0,5
Pepetek
Teri
30
1
20
5
ikan terbang
1
10
0,8
7
udang rebon
5
5,6 cumi cumi
Layur
Pepetek
56
1
5
5
16,87
11
36
Lampiran 4 (lanjutan).
Damora
ekor kuning
18 cumi cumi
Jangilus
Pepetek
Cawene
kakap merah
19 cumi cumi
Pepetek
Cawene
tembang
0,85
0,2
1
1,5
20
0,5
1
0,5
6
0,3
0,75
20 Pepetek
cumi cumi
Buntal
20
3,2
0,75
Layur
Kakap
Betok
0,1
1
0,2
24 pepetek
udang rebon
cumi cumi
layur
25
5
2,5
0,2
32,7 cumi cumi
udang rebon
pepetek
teri
0,6
5
5,5
0,5
7,55 udang rebon
cumi cumi
bawal
pepetek
25,2
5 Teri
udang rebon
layur
60
3
3
20
86 pepetek
cumi cumi
layur
tembang
7
0,6
1,2
1
5
5
5
37,6 pepetek
udang rebon
cumi cumi
5,5
2
0,2
0,7
5
0,3
belida
cawene
cumi cumi
camaul
1
1
0,6
20
tembang
layur
11,6 Pepetek
Teri
15
5
20
9,8 Layur
cumi cumi
5
0,3
5,3
8,75 Layur
cumi cumi
Pepetek
5
1,3
15
21,3
32
Lampiran 5 Uji t statistik lima jenis ikan yang paling banyak tertangkap pada bagan A dan B selama 20 trip di Palabuhanratu periode Juli
s.d. Agustus 2012.
Pepetek:
Group Statistics
jenis_l
ampu
N
pepetek LED
Neon
Std.
Deviation
Mean
20
Std. Error
Mean
6.5050
8.47246
1.89450
20 18.3550
27.83917
6.22503
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F
pepetek
Equal variances assumed
Equal variances not
assumed
Sig.
12.760
T
.001
Df
Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower
Upper
-1.821
38
.076
-11.85000
6.50693
-25.02259
1.32259
-1.821
22.490
.082
-11.85000
6.50693
-25.32753
1.62753
38
Lampiran 5 (lanjutan)
Udang rebon:
Group Statistics
Jenis_L
ampu
HT
N
Std.
Deviation
Mean
Std. Error
Mean
LED
20
7.2600
16.27783
3.63983
NEON
20
5.8175
11.38260
2.54523
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F
HT
Equal variances
assumed
Equal variances not
assumed
Sig.
1.189
T
.282
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower
Upper
.325
38
.747
1.44250
4.44146
-7.54877
10.43377
.325
33.996
.747
1.44250
4.44146
-7.58367
10.46867
34
Lampiran 5 (lanjutan)
Teri:
Group Statistics
jenis_l
ampu
teri
N
Std.
Deviation
Mean
Std. Error
Mean
LED
20
1.3200
3.15238
.70489
neon
20
2.5925
6.85547
1.53293
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F
teri
Equal variances
assumed
39
Equal variances not
assumed
Sig.
1.607
T
.213
-.754
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower
Upper
38
.455
-1.27250
1.68723
-4.68812
2.14312
-.754 26.691
.457
-1.27250
1.68723
-4.73629
2.19129
40
Lampiran 5 (lanjutan)
Tembang:
Group Statistics
jenis_l
ampu
N
Std.
Deviation
Mean
Std. Error
Mean
tembang LED
20
.4625
1.78258
.39860
neon
20
1.3225
3.33271
.74522
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F
tembang Equal variances
assumed
Equal variances not
assumed
Sig.
4.779
t
.035
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower
Upper
-1.018
38
.315
-.86000
.84512
-2.57086
.85086
-1.018
29.049
.317
-.86000
.84512
-2.58834
.86834
36
Lampiran 5 (lanjutan)
Layur:
Group Statistics
jenis_l
ampu
N
Std.
Deviation
Mean
Std. Error
Mean
Layur LED
20
1.8500
3.53977
.79152
Neon
20
1.4250
2.68679
.60078
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
F
layur Equal variances
assumed
41
Equal variances not
assumed
Sig.
.001
T
.980
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower
Upper
.428
38
.671
.42500
.99370
-1.58664
2.43664
.428
35.437
.671
.42500
.99370
-1.59143
2.44143
42
Lampiran 6.
Uji t statistik bagan A dan B
Mean
Variance
Observations
BaganA
BaganB
24.265
38.79
424.6571 922.5515
20
Pearson Correlation
0.311883
Hypothesized Mean
Difference
0
Df
19
t Stat
-2.10002
P(T<=t) one-tail
0.024656
t Critical one-tail
1.729133
P(T<=t) two-tail
0.049312
t Critical two-tail
2.093024
20
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 03 Maret 1990 dari Ayah Subari dan
Ibu Angrum. Penulis adalah putra pertama dari enam bersaudara. Tahun 2008
penulis lulus dari SMA Bina Putera Kopo dan pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) dan diterima di Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan. Pada tahun 2010-2011 Penulis bergabung di organisasi
kemahasiswaan Himafarin ( Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan) dan aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Penulis aktif sebagai
asisten mata kuliah Metode Observasi Bawah Air (2012-2014), Kepelautan (20122013), dan IKN (2013-2014).
Dalam rangka menyelesaikan program sarjana penulis mendapatkan hibah
penelitian dengan judul “Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu Setting
Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap” dibawah bimbingan Dr. Ir. M. Fedi A
Sondita, M.Sc dan Dr. Ir. Zulkarnain, M.Si.
Download