manajemen pembelajaran pendidikan agama islam untuk anak

advertisement
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK
ANAK AUTIS PADA JENJANG SD DI SEKOLAH LUAR
BIASA - ABCD TUNAS PEMBANGUNAN 2
BOYOLALI TAHUN 2015
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
AVIKA DIANA MASYKUROH
NIM : 134031004
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2016
i
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK
ANAK AUTIS PADA JENJANG SD DI SEKOLAH LUARBIASA - ABCD TUNAS
PEMBANGUNAN 2 BOYOLALI TAHUN 2015
Avika Diana Masykuroh
Abstrak
Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak yang normal saja. tetapi
pendidikan juga dibutuhkan oleh anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak-anak
penyandang autis. Pendidikan adalah persoalan penting bagi semua umat. Tujuan yang
dirumuskan, antara lain 1) Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pendidikan agama
Islam pada anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 2)
Untuk mengetahui problem yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam pada anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali.
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di Sekolah Luar
Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali pada bulan November sampai Pebruari
2016. Subjek penelitian: Kepala sekolah dan guru PAI. Informan penelitian: (1) Guru (2)
komite (3) wali murid.Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan tehnik
triangulasi. Dalam penelitian ini tehnik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan pada
bab-bab sebelumnya tentang pemahaman guru PAI Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD
Tunas Pembangunan 2, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa : (1)Untuk
meningkatkan penguasaan bahan/materi pelajaran, diperoleh dengan cara mempelajari
buku-buku referensi lain, mengikuti kegiatan KKG dan mengikuti seminar, (2) Dalam
merencanakan dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, masih menggunakan
model kurikulum KTSP. Metode atau model yang digunakan dalam pembelajaran lebih
banyak menggunakan metode konvensional dan model PAIKEM. (3) Bentuk soal dan
waktu melaksanakan evaluasi, masih beragam, ada yang menggunakan pre test ada yang
tidak. (4) Bimbingan yang diberikan oleh guru PAI sangat baik, artinya tidak harus pada
jam pelajaran, tetapi juga diberikan di luar jam pelajaran;
Kata kunci: Manajemen Pembelajaran PAI Anak Autis
ii
LEARNING MANAGEMENT OF ISLAMIC EDUCATION FOR AUTISM
CHILDREN IN GRADE ELEMENTARY SCHOOL AT TUNAS PEMBANGUNAN
ABCD – SPECIAL EDUCATION SCHOOL IN BOYOLALI 2015
Avika Diana Masykuroh
Abstract
Education is needed not only for the normal children but also children with
disability especially autism chidren. Education is an important thing for human beings. The
purposes of this paper, such as 1) To know about learning management of Islamic
Education for autism children at Tunas Pembangunan 2 ABCD-Special Education Scholl in
Boyolali, 2) To know about the problems and the effect to overcome them in learning of
Islamic Education for autism children at Tunas Pembangunan 2 ABCD-Special Education
School in Boyolali.
This research is qualitative descriptive one. This research have been held at Tunas
Pembangunan 2 ABCD –Special Education School in Boyolali in November until February
2016. The subjects of the research are The Headmaster and the teachers of Islamic
Education. The source of informations are (1) teachers (2) committee (3) the student
parents. The technique of data collection uses observations, interviews, and
documentations. To check the validaty of data using triangulasi technique. The triangulasi
technique of this research are source triangulasi and method triangulasi. The data analysis
technique of data collection uses observations, interview, and documentations. The
technique to check the validity of the data is by using confirmation with the source of the
data. The data analysis technique uses interactive method such as data collection, data
reduction, data presentation and conclusion.
Based on the data that have collected and the analysis which has done in the
previous chapter about the understanding of the teachers of Islamic Education at Tunas
Pembangunan 2 ABCD-Special Education School in Boyolali, so we can conclude that : (1)
To increase the achievement of the teachers materials getting by learning another refference
books, joining the event of KKG and colloquim. (2) In planning and arranging lesson plans,
still uses, KTSP curriculum models. The method or model using in the teaching learning
mostly using professional methode and PAIKEM models. (3) The kind of the test and the
time of evaluation is various, using pretest and without it. (4) The guidance giving by
Islamic education teacher are so good, it means it has not given in curricular time but it is
also given out of curricular time.
Key words : Learning Management of Islamic Education for Autism Children
iii
‫إدارة تعليم التربية الدينية اإلسالمية لألطفال المصابين بالتوحد في مرحلة المدرسة اإلبتدائية بالمدرسة غير‬
‫العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) ‪ "2‬بويواللي سنة ‪2102‬‬
‫أفيكا ديانا مشكورة‬
‫ملخص البجث‬
‫الرتبية ال حيتاج إليها األطفال العاديون فقط‪ ،‬ولكن حيتاج إليها األطفال الذين لديهم االحتياجات اخلاصة‬
‫أيضا مثل األطفال ادلصابني بالتوحد‪ .‬الرتبية ىي قضية مهمة جلميع الناس‪ .‬ومن األىداف ذلذا البحث ما يلى‪)1:‬‬
‫دلعرفة إدارة تعليم الرتبية الدينية اإلسالمية لألطفال ادلصابني بالتوحد يف مرحلة ادلدرسة اإلبتدائية بادلدرسة غري العادية "أ‬
‫ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) ‪ "2‬بويواليل‪ )2 .‬دلعرفة ادلشكالت يف تعليم الرتبية الدينية اإلسالمية‬
‫لألطفال ادلصابني بالتوحد يف مرحلة ادلدرسة اإلبتدائية بادلدرسة غري العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم‬
‫التنمية) ‪ "2‬بويواليل واجلهود حللها‪.‬‬
‫ىذا البحث ىو حبث وصفي كيفي‪ .‬وقد جرى ىذا البحث يف ادلدرسة غري العادية "أ ب ج د توناس‬
‫فمباغونان (براعم التنمية) ‪ "2‬بويواليل من شهر نوفمرب إىل فمراير ‪ .2112‬وموضوع ىذا البحث مدير ادلدرسة‬
‫ومدرسو الرتبية الدينية اإلسالمية‪ .‬وادلبخرب ذلذا البحث‪ )1( :‬ادلدرسون و(‪ )2‬اذليئة ادلدرسية و(‪ )3‬آباء التالميذ‪.‬‬
‫وأساليب مجع البيانات يف ىذا البحث ىي ادلالحظة وادلقابلة والتوثيق‪ .‬وأسلوب فحص صحة البيانات باستبخدام‬
‫التثليث مع ادلصدر‪ .‬ويستبخدم أسلوب حتليل البيانات الطريقة التفاعلية اليت حتتوي على مجع البيانات‪ ،‬وحتديد‬
‫البيانات‪ ،‬وعرض البيانات واالستنباط‪.‬‬
‫وبناء على تلك البيانات وحتليلها يف األبواب السابقة حول فهم مدرسي ادلدرسة غري العادية "أ ب ج د‬
‫توناس فمباغونان (براعم التنمية) ‪ "2‬بويواليل‪ ،‬ميكن االستنتاج ما يلي‪ )1( :‬لتحسني السيطرة على ادلواد الدراسية‪ ،‬ومت‬
‫احلصول عليها من خالل دراسة الكتب ادلرجعية األخرى‪ ،‬واتباع أنشطة حلقة العمل للمدرسني والندوات العلمية‪،‬‬
‫(‪ )2‬يف ختطيط مشروعية التعليم وإعدادىا ال يزل ادلدرسون يستبخدمون منوذج منهج الدراسة دلستوى الوحدة ادلدرسية‪.‬‬
‫الطريقة أو النموذج ادلستبخدمة يف التعليم ىي الطريقة التقليدية ومنوذج "بايكم" (الرتبية الفعالية واإلبداعية وادلبتكرة‬
‫والنشيطة وادلمتعة)‪ )3( .‬شكل األسئلة وزمان إجراء التقييم متعددتان‪ ،‬بعضها يستبخدم اختبار ما قبل وبعضها ال‬
‫يستبخدمو‪ )4( .‬التوجيهات أو اإلرشادات اليت قدمها مدرسو الرتبية الدينية اإلسالمية جيدة جدا‪ ،‬وىذه تعين ال جيب‬
‫أن يكون ذلك يف خالل الساعات الدراسية فقط‪ ،‬ولكن خارج الساعات الدراسية أيضا‪.‬‬
‫كلمات البحث األساسية‪ :‬إدارة تعليم الرتبية الدينية اإلسالمية‪ ،‬األطفال ادلصابون بالتوحد‪.‬‬
‫‪iv‬‬
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK
ANAK AUTIS PADA JENJANG SD DI SEKOLAH LUAR BIASA – ABCD TUNAS
PEMBANGUNAN 2 BOYOLALI TAHUN 2015
Disusun Oleh :
Avika Diana Masykuroh
NIM.134031004
Telah dipertahankan di depan Majelis dewan Penguji Tesis Program Pascasarjana Institul
Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Pada hari Selasa tanggal 23 bulan Februari tahun 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Magister Pendidikan Agama Islam (M.Pd.I)
Surakarta, Februari 2016
Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Dr. Moh. Bisri, M. Pd
NIP.196207181993031 003
Dr. Muh. Munadi, M. Pd
NIP. 1972710200003 1 003
Penguji I,
Penguji Utama,
Dr. H. Baidi, M. Pd
NIP. 196403021996031 001
Dr. Mudhofir, S. Ag, M. Pd
NIP.197008021998031 002
Direktur Pascasarjana,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd, Ph.D
NIP. 19600910 199203 1 003
v
LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK UJIAN TESIS
Nama
NIM
Program Studi
NO
1
: Avika Diana Masykuroh
: 134031004
: Manajemen Pendidikan Islam
NAMA
Dr. H . Baidi, M.Pd
TANDA TANGAN
TANGGAL
NIP.19640302199603 1 001
Ketua Jurusan
2
Dr. Baidi, M.Pd
NIP.19640302199603 1 001
Pembimbing I
3
Dr. Muhammad Munadi, M.Pd.
NIP. 19720710200003 1 003
Pembimbing II
Surakarta,
2016
Mengetahui,
Direktur Pascasarjana
Prof. Drs. H. Rohmat, M. Pd, Ph. D
NIP. 19600910 199203 1 003
vi
PERSEMBAHAN
Sembah Sujud kepada Allah SWT pencipta alam semesta. Tesis ini penyusun
persembahkan kepada :
1. Kedua orangtua saya.
2. Suami dan anak-anakku Syifa’ Syauqiyah dan Moh. Akhdan Basysyar.
3. Saudara-saudari saya dan sahabat-sahabatku Nuno,Nunul, Herman, Atik.
4. Keluarga besar SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali
5. Almamater IAIN Surakarta
MOTTO
vii
“Pendidikan terbaik hanya membuka sebagian pintu kebahagiaan.
Sikap hidup terbaik,ia membuka semua pintu kebahagiaan”
viii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam dari Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penullisan Tesis yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan
etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Tesis ini bukan asli
karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima
sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan saksi-sanksi lainnya sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Surakarta,
Februari 2016
Yang Menyatakan,
Avika Diana Masykuroh
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik,
hidayah dan inayah Nya sehingga penulisan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
nantikan syafaatnya di dunia dan akhirat nanti.
Selama studi program pascasarjana hingga menyelesaikan tugas akhir ini, banyak
pihak yang telah membantu kepada penulis. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Mudhofir, S.Ag, M.Pd selaku rektor IAIN Surakarta yang telah merestui
pembahasan tesis ini.
2. Bapak Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd, Ph.D, selaku direktur Program Pascasarjana IAIN
Surakarta yang telah memberikan arahan penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr. Baidi, M.Pd, selaku dosen pembimbing 1 (satu) yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penyususnan tesis ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Munadi, M.Pd selaku dosen pembimbing 2 (dua) yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan selama penyusunan tesis ini.
5. Bapak Subandi, S.Pd. selaku Kepala sekolah di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2,
serta Bapak Ibu guru yangg tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas
kerjasamanya yang telah memberikan izin dan layanan data yang diperlukan dalam
penyusunan tesis ini.
x
6. Kepala perpustakaan IAIN Surakarta yang telah memberikan layanan pinjaman buku
yang penulis perlukan dalam referensi penyusunan tesis ini.
7. Para Dosen dan seluruh civitas akademik di Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang
telah memberikan berbagai informasi dalam penyusunan tesis ini.
8. Kedua orangtua Bapak Sugimin dan Ibu Sarmini (alm) yang telah melahirkan dan
mendidik saya sejak kecil.
9. Suami saya Annas Gufron dan anak-anak yang selalu membangkitkan semangat saya
untuk segera menyelesaikan tesis ini.
10. Teman seangkatan yang bersedia membantu dan menjadi teman sharing dalam
penulisan tesis ini dan sahabatku Nuno, Nunul, Atik, Erna.
Kepada teman-teman yang senantiasa melakukan pergulatan pemikiran baik se-ide
maupun berlawanan pikiran dan telah memberikan motivasi, bahan-bahan, serta ide dan
gagasan penulisan tesis ini, penulis sampaikan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dalam
arti yang sebenarnya, namun penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Penulis
xi
Februari 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK ............. ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
PERSETUJUAN UNTUK UJIAN TESIS ...................................................... v
PERSEMBAHAN .. ........................................................................................ vi
MOTTO .................. ........................................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................. viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......... ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .. ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar belakang masalah ............................................................... 1
B. Rumusan masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan penelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat penelitian ....................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 9
A. Teori yang relevan ...................................................................... 9
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran ..................................... 9
a. Pengertian Manajemen ........................................................ 9
b. Pengertian Pembelajaran ..................................................... 13
2. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ............................... 18
a. Kondisi Pembelajaran .......................................................... 18
xii
b. Metode Pembelajaran ........................................................... 19
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................ 22
4. Autisme .................................................................................... 24
a. Pengertian Autisme ............................................................... 24
b. Gangguan Autisme .............................................................. 26
c. Pendidikan Anak Autis ........................................................ . 28
d. Kurikulum Pendidikan untuk Anak yang Berkebutuhan
Khusus (Autis) ..................................................................... 29
e. Metode Pembelajaran Anak Autis ....................................... 30
B. Penelitian yang relevan ................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35
B. Latar Setting penelitian ............................................................... 36
1.Tempat Penelitian .................................................................... 36
2.Waktu penelitian ...................................................................... 37
C. Subjek dan informan Penelitian ................................................. 37
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 38
1. . Observasi/Pengamatan ........................................................... 38
2. . Wawancara/Interview ............................................................ 39
3. . Dokumentasi .......................................................................... 40
E. Pemeriksaan keabsahan data ........................................................ 41
F. Teknik analisa data ....................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 44
A. Deskripsi Lokasi SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 ................. 44
1. Letak Geografis ......................................................................... 44
2. Sejarah Berdiri dan perkembngannya......................................... 44
xiii
3. Visi dan Misi SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .................... 46
4. Tujuan pada Akhir tahun SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 . 47
5. Strategi Pendidikan SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .......... 47
6. Perpustakaan SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .................... 48
7. Struktur Organisasi .................................................................... 48
8. Keadaan saran dan Fasilitas ........................................................ 52
B. Hasil Penilitian di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .................. 53
1. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran PAI pada SLBABCD Tunas Pembangunan 2 ………………………………… 53
2. Manajemen Pembelajaran PAI …………………………….. 55
a. Penyusunan RPP ................................................................. 60
b. Menguasai bahan atau materi Pembelajaran ..................... 64
c. Metode Mengajar yang Digunakan .................................... 68
d. Mengadakan Evaluasi ......................................................... 73
e. Menyelenggarakan Program Bimbingan pada siswa ......... 77
f. Dukungan Kepala Sekolah ................................................. 83
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 87
A. Kesimpulan .................................................................................. 87
B. Saran ............................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89
LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………………………….. . 92
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.01 Keadaan Guru dan Karyawan SLB-ABC Tunas Pembengunan 2 ...... 30
Tabel 4.01 Keadaan Siswa SLB-ABC Tunas Pembengunan 2 ............................ 80
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Panduan Wawancara ........................................................................................ .. 93
Panduan Pengamatan ....................................................................................... . 95
Panduan Analisis Dokumen ............................................................................. .. 96
Catatan Lapangan I .. ........................................................................................
97
Catatan Lapangan II. ........................................................................................ . 99
Catatan Lapangan III ........................................................................................ 100
Catatan Lapangan IV ........................................................................................ 101
Catatan Lapangan V .......................................................................................
103
Pedoman Wawancara dengan guru PAI ......................................................... . 104
Foto-foto ……………………………………………………………………… 106
Ijin Penelitian ………………………………………………………………… 116
Surat Keterangan Penelitian………………………………………………….. 117
Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………... 118
Contoh Silabus dan RPP …………………………………………………….. 119
Contoh Raport ……………………………………………………………….. 158
xvi
100
122
123
124
101
132
133
135
136
137
102
143
144
145
146
103
153
154
155
156
I ii
iii iv v vi
vii
viii
125
ix
126
128
129
130
131
138
139
140
141
142
147
148
149
150
151
152
157
158
157
158
x xi xii
xviii
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
xvii
127
xiii
xiv
xv
159
xvi
xvii
160
122
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
xviii
115
116
117
118
119
120
121
122
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan
autism
ditandai
dengan
adanya
keterlambatan
perkembangan baik dalam bidang komunikasi, perkembangan motorik yang
tidak seimbang, maupun dalam interaksi sosial. Namun tidak semua anak
yang memperlihatkan keterlambatan perkembangan diusianya yang dini akan
didiagnosis sebagai penyandang autism. Bisa saja anak menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dibandingkan anak
seusianya pada awalnya, namun kemudian ia akan dapat mengejar
ketinggalan tersebut dan tumbuh selayaknya anak normal lainnya.
Orang tua sebaiknya cermat dalam mencatat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Bukan hanya terfokus pada perkemabangan fisik anak, namun juga
harus memperhatikan kesekuruhan aspek pengembangan, yaitu motorik,
emosional, dan sosial anak.
Pendidikan sebagai salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia.
Hal ini penting untuk diperhatikan dalam menyongsong tantangan kehidupan
global. Upaya perbaikan dibidang pendidikan merupakan suatu keharusan
untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa
upaya dilaksanakan antara lian dalam hal managerial, kurikulum, guru, siswa,
saran dan lain-lain. Usaha ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya (Budi
Santoso, 2012 : 3).
1
2
Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak yang normal saja,
tetapi pendidikan juga dibutuhkan oleh anak-anak berkebutuhan khusus
seperti anak-anak penyandang autis. Pendidikan adalah persoalan penting
bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk
mengembangkan individu dan masyarakat, karena pendidikan merupakan alat
untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat
generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka (Muwahid, 2013 :
3).
Hal ini jelas tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system
Pendidikan Nasional menjelaskan dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 berbunyi, (ayat
1), Setiap warga Negara mempunyai hak sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu,
(ayat 2), warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan social berhak mendapatkan pendidikan
khusus. Anak autis merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang
memiliki kelainan social. Isi yang telah disebutkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasioanal
dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 tersebut menunjukkan bahwa anak autis
mendapatkan hak yang sama untuk pendidikan. (2003 : 10)
Selain itu pendidikan tidak hanya bertugas memberikan bekal kepada
peserta didik tentang pengetahuan didunia saja tetapi peserta didik juga harus
dibekali dengan pengetahuan agama, sehingga memperoleh bekal yang
lengkap ketika hidup di masyarakat. Pendidikan agama Islam sebagai bagian
dari pendidikan, merupakan salah satu bidang studi di lembaga pendidikan
3
umum dengan tujuan membantu anak didik untuk memperoleh kehidupan
yang bermakna sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia
maupun di akherat baik secara individu
maupun kelompok Pendidikan
agama Islam mengajari anak didik tata cara beribadah untuk mendekatkan
diri dengan Tuhan dan tata cara berhubungan dengan sesama manusia, saling
menghormati, menghargai dan menyayangi.(Ahmad, 2001 : 46)
Pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis dalam arti
tidak menuntut mereka dapat mengerjakan ibadah secara sempurna seperti
halnya orang normal, akan tetapi menumbuhkan kesadaran pada peserta didik
bahwa mereka juga memiliki agama dan aturan dalam kehidupan. Pendidikan
agama Islam sangat berguna sebagai kendali dan harus ditanamkan sedari
kecil. Dalam melaksanakan pendidikan agama Islam haruslah menanamkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam sebagai langkah menuju tujuan pendidikan
agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama pada dunia pendidikan merupakan
modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan. Karena
dalam pendidikan agama Islam diberikan ajaran tentang aqidah, muamalah,
ibadah dan syari’ah yang merupakan dasar ajaran agama.
Sehingga diharapkan dapat menempatkan diri dengan baik di
masyarakat dan yang lebih penting adalah agar siswa dapat lebih mandiri
Dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam pada anak autis tidak
semudah seperti penyampaian materi pendidikan agama Islam pada anakanak normal, sebab mereka sulit diajak berfikir abstrak. Oleh karena itu
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam untuk anak autis membutuhkan
4
suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang
berbeda antara satu dengan yang lainya.
Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi,
guru kelas seharusnya sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya.
Data pribadi yang berkaitan karakteristik spesifik, kemampuan dan
kelemahanya, kompentensi yang dimilikinya, dan tingkat perkembanganya
(Bandi, 2001 : 1). Oleh karena itu selayaknya pendidikan bagi anak autis
harus lebih diperhatikan, karena tidak semua anak autis mampu belajar
bersama dengan anak-anak pada umumnya, disebabkan anak autis sangat sulit
untuk dapat berkonsentrasi.
Dalam kondisi seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan yang
memfokuskan kegiatan dalam membantu para peserta didik yang menderita
gangguan autis secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses
pendidikanya. Fakta di atas menunjukkan bahwa pendidikan untuk anak autis
membutuhkan lebih banyak perhatian, baik dari segi kurikulum, pendidik,
materi, dan evaluasinya. Pendidikan agama Islam untuk anak autis dalam
pembelajarannya harus dipersiapkan secara matang agar dalam proses
pembelajarannya bisa maksimal dan membuahkan hasil. Hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis
adalah semua komponen harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik.
Oleh karena itu, masing-masing komponen tidak berjalan secara terpisah,
tetapi harus berjalan secara beriringan, sehingga diperlukan pengelolaan
5
pengajaran yang baik yang telah dipertimbangkan dan dirancang secara
sistematis.
Autis adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya
mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. gangguan perkembangan ini
mempengaruhi kemampuan berkominikasi (berbicara dan berbahasa),
kemampuan berinteraksi social (tidak tertarik untuk berinteraksi), perilaku
(hidup di dalam dunianya sendiri). (Gayatri,2010:1) Bahkan pada autistik
infantile gejalanya sudah ada sejak lahir. Penyandang autisme seolah-olah
hidup dalam dunianya sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun
1913 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan itu sudah ada sejak berabad-abad
yang lampau.
Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrom
(kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial,
kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar sehingga anak
autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri ( Nur, 2012 : 5 ). Dengan kata
lain, terdapat keengganan untuk berinteraksi secara aktif dengan orang lain,
sering terganggu dengan keberadaan orang di sekitarnya, tidak dapat bermain
bersama-sama. Mengingat anak-anak autis susah untuk berkonsentrasi,
tentunya tidak mudah memberi pengertian dan melatih anak autis, namun
dengan kesabaran guru dan orang tua, anak autis dapat belajar menjalankan
kewajiban sesuai tuntutan agama seperti anak-anak normal lainya.
6
Proses pembelajaran untuk anak autis sangat beda dengan anak-anak
normal, materi pembelajaran anak-anak autis adalah seperti latihan untuk
komunikasi, keterampilan bantu diri, keterampilan berprilaku di depan umum,
setelah itu dapat diajarkan hal lain yang disesuaikan dengan usia dan
kematangan anak, serta tingkat intelegensi pada setiap anak.
Untuk mewujudkan harapan tersebut seorang guru dituntut untuk
memenuhi
dan
memahami
pengetahuan
yang
seksama
mengenai
pertumbuhan dan perkembangan pesat anak didiknya. Memahami tujuan yang
akan dicapai, penguasaan materi dan penyesuaian dengan metode-metode
yang tepat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB-ABCD
Tunas Pembangunan 2 Boyolali memerlukan kesabaran karena banyak dan
masalah yang muncul dalam pembelajaran, di samping hambatan mental yang
mereka miliki. Beberapa contoh problem dari hasil observasi peneliti adalah
pada saat awal pembelajaran berlangsung memerlukan kerja keras seorang
guru, di sini guru di tuntut untuk sabar, kreatif, dan pintar memodifikasi
berbagai metode-metode agar anak autis mudah mencerna materi yang di
sampaikan.
Penelitian ini dilakukan di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2
Boyolali. Alasan peneliti mengambil SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2
Boyolali. , karena diketahui di sekolah autis tersebut menanamkan nilai-nilai
pendidikan agama Islam pada anak autis. Walaupun anak autis memerlukan
pengajaran yang ekstra dan memerlukan kebutuhan khusus dalam hal ini
7
tentunya berbeda dengan anak normal biasanya. Realitas inilah yang
dijadikan lokasi ini reprensentatif untuk dijadikan objek penelitian dan perlu
diketahui bagaimana kondisi sebenarnya tentang upaya guru melaksanakan
pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis, dan mengetahui
problematika yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam
pada anak autis di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah judul “ Manajemen
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak autis pada jenjang
SD di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali
Tahun 2015”. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan
tambahan pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun dapat mengambil
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama
Islam pada jenjang SD anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali?
2. Apa saja problematika yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis pada jenjang SD di
Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali?
8
C. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian ini ada beberapa tujuan yang dirumuskan, antara lain :
1. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam pada
anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali.
2. Untuk mengetahui problem yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di Sekolah Luar
Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini setidak-tidaknya ada dua, yaitu
manfaat dari segi ilmiah dalam kerangka pengembangan ilmu (manfaat teoritis)
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a) Menambah khazanah ilmiah bagi perpustakaan sebagai referensi tau
rujukan tentang manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam
disuatu
lembaga
pendidikan
yang
khusus
mengajar
anak-anak
berkebutuhan khusus.
b) Sebagai bahan informasi di kalangan lembaga pendidikan tentang
manajemen pembelajaran agama Islam.
2. Manfaat Praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
bahan
masukan
dan
pertimbangan bagi sekolah tersebut di dalam meninjau kembali usaha
9
dan kegiatanya dalam proses belajar mengajar khususnya pendidikan
agama Islam kepada anak autis sebagai gangguan perkembangan.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Yang Relevan
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
a.
Pengertian Manajemen
Pembahasan landasan teori digunakan sebagai acuan dasar
sebelum
memasuki
pembahasan
selanjutnya.
Penulis
akan
menjelaskan landasan teori yang sesuai dengan judul penelitian
penulis, dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti
pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam
kamus bahasa Inggris Indonesia menyatakan bahwa manajemen
berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur,
melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan (John M. Echols dan
Hasan Shadily, 1995 : 372)
Pada dasarnya, menejemen telah melekat dikehidupan manusia
sehari-hari, dilakukan pada seluruh bidang garapan dan semua kegiatan.
Pengertian manajemen dapat dilihat sebagai suatu proses, kolektivitas
manusia, dan ilmu serta ilmu serta seni (Manulang, 1983:15).
Manajemen sebagai suatu proses adalah melihat bagaimana cara orang
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Selanjutnya, manajemen dilihat sebagai suatu kolektivitas manusia
10
11
yaitu suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan manajemen sebagai suatu
ilmu
dan seni
yaitu
melihat bagaimana
akivitas manajemen
dihubungkan dengan prinsip-prinsip manajemen.
Pendapat lain tentang pengertian manajemen dapat dilihat
sebagai suatu ilmu pengetahuan dasar, system, fungsi, proses, profesi
dan kumpulan orang (Safril, 2010 : 1). Manajemen dilihat sebagai suatu
pengetahuan dasar adalah bersifat interdisipliner yang menggunakan
bantuan dari ilmu-ilmu lain. Selanjutnya, manajemen dilihat sebagai
suatu system adalah kerangka kerja yang terdiri dari beberapa
komponen, secara keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir
sedemikian rupa sehingga mampu mencapai tujuan organisasi.
Berikutnya manajemen sebagai fungsi adalah suatu rangkaian kegiatan
yang masing-masing kegiatan dapat dilaksanakan tanpa menunggu
selesainya kegiatan lainnya, waktu kegiatan-kegiatan tersebut saling
berkaitan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagai suatu proses, manajemen merupakan serangkaian
kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dengan
pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia.
Manajemen sebagai suatu profesi adalah suatu bidang keahlian tertentu
antara lain profesi dibidang kedokteran, teknik, dan lain sebagainya.
Selain itu, manajemen sebagai suatu kumpulan orang adalah istilah
yang dalam artian kolektif untuk menunjukkan jabatan kepemimpinan
12
didalam organisasi antara lain kelompok pimpinan atas, kelompok
pimpinan tengah, dan kelompok pimpinan bawah.
Sesuai perkembangan kebutuhan manusia, pemahaman tentang
manajemen juga mengalami perkembangan secara luas. Manajemen
diartikan sebagai mengelola orang-orang, mengambil keputusan dan
mengorganisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah
ditentukan (M. Rohman, 2012 : 118). Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan penggunaan sumber
daya untuk mencapai suatu tujuan sasaran kinerja (Rudy Prihantoro,
2012 : 40). Haroold Konzt dan O Donnell berpendapat bahwa fungsi
manajemen
terdiri
(pengorganisasian),
dari
planning
Actuating
(perencanaan),
(pelaksanaan)
dan
organizing
Controlling
(Pengendalian) yang kemudian dikenal dengan istilah POAC.
Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang
akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
adalah
Planning atau perencanaan adalah penentu serangkaian tindakan untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan. Perencanaan berarti menentukan
tujuan untuk kinerja organisasi dimasa depan serta memutuskan tugas
dan pengguna sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut (Ika, 2009 : 1).
Selanjutnya,
organizazing
atau
pengorganisasian
adalah
mengelompokkan kegiatan yang diperlukan yang diperlukan, yakni
13
penetatapan susunan organisasi, tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit
yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat
hubungan antara masing-masing unit tersebut. Pengorganisasian dapat
pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas amanjemen dalam
mengelompokkan SDM, penetapan tugas, fungsi, wewenang fdan
tanggung jawab dengan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya
guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu.
Fungsi berikutnya adalah staffing, merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi. Mulai dari
perekrutan tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar
setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat
erat hubungannya. Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal
untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada
suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan
orang-orang yang akan memangku jabatan dalam organisasi.
Berikutnya adalah leading, merupakan salah satu fungsi
manajemen sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
sehingga orang lain bertindak. Leading meliputi lima macam kegiatan,
yakni 1) mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi, 3)
memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya
mereka bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota
14
kelompoknya, serta 5) memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap
bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi controlling atau pengawasan, yang sering juga
disebut
pengendalian
adalah
mengawasi
aktivitas
keryawan
menentukan apakah organisasi dapat memnuhi target tujuannya, dan
bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan
dapat diarahkan dengan benar agar mencapai tujuan organisasi tercapai.
Directing atau commanding
adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan saha memberi bimbingan, saran, perintah, atau
instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing,
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada
tujuan yang telah ditetapkan semula. Directing atau commanding
merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar
pegawai pelaksanaan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi
dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsure
organisasi agar efektif tertuju pada realisasi tujuan yang ditetapkan
sebelumnya.
Manajemen
didiefinisikan
sebagai
sebuah
proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien (Wricky
W. Griffin, 2012 : 8).
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata “instruction”yang berarti
“pengajaran”. Pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi peserta
15
didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kea
rah
yang
lebih
baik.
Pembelajaran
merupakan
proses
yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar
sebagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan
dan sikap (E.Mulyasa, 2004:100). Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2001:57).
Teori pembelajaran adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip
belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui
eksperimen. Teori belajar ini berasal dari teori psikolgi dan terutama
menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah satu cabang ilmu
deskriptif, maka teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa, dan
bagaimana proses belajar terjadi pada si pebelajar. Karena pakar
psikologi mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam
menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa belajar itu terjadi, maka
menimbulkan beberapa teori belajar seperti kontruktivisme, kognitif,
behavioristik, humanistic dan sebagainya.
Teori pembelajaran tidak menjelaskan bagaimana proses
belajar terjadi, tetapi lebih merupakan implementasi prinsip-prinsip
teori belajar terjadi dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis
dalam pembelajaran, serta menimbulkan pengalaman belajar dan
bagaimana pula menilai dan memperbaiki metode dan teknik yang
16
tepat.
Teori
pembelajaran
memungkinkan
guru
untuk
:
(1)
mengusahakan lingkungan yang optimal untuk belajar, (2) menyusun
bahan ajar dan mengurutkannya, (3) memilih strategi yang optimal dan
apa alasannya, (4) membedakan antara jenis alat AVA (Audio Visual
Aids), yang sifatnya pilihan dan AVA lain yang sifatnya esensial untuk
membelajarkan para siswa.
Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku guru yang
efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai
berikut :
1)
Usaha guru membentuktingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan
lingkungan,
agar
terjadi
hubungan
stimulus
(lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik).
2)
Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir
agar memahami apa yang dipelajari (kognitif).
3)
Memberikan kebebasan kebebasan kepada si belajar untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan
kemampuannya (humanistic). (Achmad Sugandi, 2007:7-9)
Pembelajaran adalah suatu proses, cara menjadikan orang
makhluk hidup belajar. Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian
lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
17
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Suharso, 2009 : 21)
Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan
terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa
belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran (Ahmad
Zayadi, 2005 : 8). Keberhasilan dalam pendidikan salah satunya adalah
proses pembelajaran. Pembelajaran secara umum, merupakan suatu
tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang
bersangkutan. Pembelajaran membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang
dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang
berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (Muhammad
Asrori, 2008 : 6). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu
terkait dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi,
metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dan mengacu
pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
Manajemen pembelajaran adalah sebagai usaha dan tindakan
kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional di sekolah dan usaha
maupun tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas
dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dalam rangka
18
mencapai tujuan program sekolah dan juga pembelajaran. (Syaiful,
2003:140). Beberapa isu yang berhubungan dengan proses belajarmengajar antara lain adalah yang pertama, variasi aktifitas belajar
cenderung kurang menyeluruh dan hanya didasarkan pada minat,
perhatian, kesenangan, dan latar belakang guru, yang kedua, aktivitas
pendidikan yang diperoleh siswa terbatas, yang ketiga, aktivitas siswa
kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa mendatang. Berdasar
pemikiran tersebut manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai
usaha kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang
lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa
peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak
terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di
masa mendatang (Suherman, 2012 : 119)
Sementara pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu
upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong
belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus mempelajari agama Islam,
baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara yang benar maupun
mempelajari Islam sebagai pengetahuannya (Muhaimin, 2001 : 183).
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara
peserta didik dan pendidik . Peserta didik atau anak didik adalah salah
satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Sedang pendidik adalah salah satu komponen
19
manusiawi dalam proses belajar-mengajar. Pendidik sebagai agen
pembelajaran tidak hanya mempunyai tugas dan tanggungjawab
mentransfer pengetahuan melainkan harus mampu mendidik untuk
mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki subyek didik
sehingga menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti yang luhur
(Muhammad Asrori, 2008 : 1).
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa yang mana di dalamnya banyak
ditemukan aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung
maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman tentang psikologis guna
memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam pembelajaran.
Apalagi dengan subyek didik anak autis di mana anak autis mempunyai
gangguan perkembangan dalam aspek psikis. Prinsip-prinsip dalam
pembelajaran meliputi: 1) disesuaikan dengan minat, kebutuhan dan
kemampuan siwa, 2) siswa sebagai subyek pembelajaran, 3)
keseimbangan
aspek
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik,
4)
menggunakan sumber dan media yang bervariasi, 5) merupakan
evaluasi proses maupun hasil belajar (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007
: 97)
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
a. Kondisi Pembelajaran
Kondisi
pembelajaran
adalah
semua
faktor
yang
mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran. Faktor-faktor yang
20
termasuk dalam kondisi pembelajaran adalah tujuan dan karakteristik
bidang studi, kendala dan karakteristik bidang studi, serta karakteristik
peserta didik (Tohirin, 2006 : 29). Sebenarnya, semua ini tergantung
pada setiap anak, tergantung pada setiap kemampuan anak, dan
tergantung juga pada gaya belajar setiap anak penderita autis.
Setiap proses belajarnya, anak autis harus memiliki seorang
pendamping atau pembimbing untuk belajar. Pengajar yang dibutuhkan
oleh seorang anak yang menderita autis adalah seseorang pengajar yang
selain memiliki kemampuan kompetensi untuk mengajar, juga memiliki
minat atau ketertarikan merawat anak autis. Dengan demikian, pengajar
tersebut harus memiliki nilai kasih sayang yang tinggi pula untuk dapat
menerima dan mengerti setiap permasalahan yang anak autis hadapi
(Aqila Smart, 2010 : 107).
b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran meliputi strategi pengorganisasian, strategi
penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Metode yang
digunakan dalam pembelajaran anak autis adalah merupakan perpaduan
dari metode yang ada, dimana penerapannya disesuaikan dengan
kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pelajaran yang diberikan
kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autis adalah metode yang
memberikan gambaran kongkrit, sehingga anak dapat menangkap
pesan, informasi dari apa yang diajarkan. Metode yang sering
digunakan guru pembimbing dalam pengajaran adalah:
21
1. Metode Lovaas
Metode ini melatih anak untuk berkomunikasi, berinteraksi,
berbicara. Namun yang petama di terapkan adalah latihan kepatuhan
hal ini agar anak autis dapat mengubah perilaku seenaknya sendiri
(misalnya memaksakan kehendak) menjadi perilaku yang lazim dan
diterima masyarakat. Jenis ajaran yang bisa diterapkan dari teori
lovaas antara lain : Pertama, langsung maksudnya
mengajar
langsung secara berstruktur, dengan objektif dan cara penyampaian
yang sudah ditentukan, kedua, situasi yang dirancang maksudnya
belajar dengan situasi yang telah dirancang, ketiga Kebetulan,
maksudnya mengajarkan sesuatu secara kebetulan dengan mengikuti
yang dikerjakan anak. Beri respons pada anak atas apa yang
dilakukan,
mengajarkan
keempat,
sesuatu
Aktivitas
dengan
dengan
instruksi
langkah-langkah
maksudnya
yang
sudah
ditentukan, kelima, Kepatuhan dan kontak mata adalah kunci masuk
ke metode lovaas. Tetapi sebenarnya metode apapun yang dipakai,
apabila anak mampu patuh dan mampu membuat kontak mata, maka
semakin mudah mengajarkan sesuatu pada anak, keenam, One-on
One adalah satu terapis untuk satu anak, ketujuh, Mengajarkan
konsep warna, bentuk, angka, huruf, dan lain-lain (Yurike et al.,
2009 : 184).
2. Metode penanganan sone-rise
22
Metode ini lebih bersifat home based, artinya hubungan orang
tua (keluarga) dengan anak merupakan kunci suksesnya keberhasilan
anak (Joko Yuwono, 2009 : 106). Anak akan belajar membedakan
kapan saat belajar, dan istirahat. Prinsip utamanya adalah mengikuti
“apapun“ yang ingin dilakukan oleh anak, tetapi yang dilaksanakan
tidak semua keinginan anak itu dituruti. Poinnya adalah bagaimana
mengembangkan interaksi dan komunikasi antara orang tua dan
anak.
3. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak
didik (Zakiah Daradjat, 1995 : 232). Memperjelas pengertian
tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau
langsung oleh anak didik. Dengan metode demonstrasi guru atau
murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas sesuatu proses,
misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh
Rasulullah SAW.
c. Hasil pembelajaran
Hasil
pembelajaraan
dapat
diklasifikasikan
menjadi
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Belajar dan mengajar merupakan
konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang
harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan
23
mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru
sebagai pengajar. Dua konsep belajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi
interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses
belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui
kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai
pengajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru
baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang
perilaku (psikomotorik).(http://www.google.co.id/http://Hasil belajar
siswa/diakses pada tanggal 14 Mei 2015).
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus di
aktualisasikan dalam bentuk amal shaleh, sehingga menghasilkan prestasi
rohani (iman) yang disebut takwa (Muhaimin, 2001 : 75). Sehingga
pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan
memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama Islam dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.
24
Tujuan pendidikan agama Islam untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Faktor-faktor dalam pendidikan
agama Islam, Bahwa dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mendukung berhasil atau tidaknya
pendidikan agama Islam tersebut adalah yang pertama, Pendidik atau
guru. Pendidik dalam pendidikan agama Islam adalah setiap orang dewasa
yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan
amanat pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi
oleh agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah
setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang
lekat pada setiap orang karena bertanggung jawab atas pendidikan, yang
kedua, Peserta Didik. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai
tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam
peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
terhadap ajaran agama Islam. yang ketiga, Dasar Yuridis dan Hukum
Dasar pendidikan agama Islam berasal dari perundang-undangan yang
secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan
pendidikan agama Islam di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal
tersebut terdiri dari tiga macam yaitu: Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah
25
negara Pancasila, sila pertama: Ketuhan Yang Maha Esa yang
mengharuskan setiap warga Negara Indonesia harus berTuhan., Dasar
Operasional, yaitu terdapat dalam TAP MPR NO. IV/MPR 1973 yang
kemudian dikokohkan dalam TAP MPR No. IV/MPR 1978. Ketetapan
MPR No. II/MPR/1983 diperkuat oleh TAP MPR No. II/MPR/1988 dan
TAP MPR No. II /MPR/1993tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan Agama
Islam secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah
formal, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, Segi Religius.
Yang dimaksud dengan segi religius adalah dasar yang bersumber dari
ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, pendidikan agama adalah perintah
Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya (Wulan, 2011 : 10).
4. Autisme
a. Pengertian Autisme
Autisme
berasal
dari
kata”auto”
yang
berarti
sendiri.
Penyandang autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri (Y.
Handojo,2003 : 12). Autisme tidak termasuk golongan penyakit, tetapi
suatu kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan
(Faisal Yatim, 2003 : 10). Dengan kata lain, pada anak autis terjadi
kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).
Autisme adalah gangguan perkembangan berat antara lain
mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berkorelasi
(berhubungan) dengan orang lain. Penyandang autism tidak dapat
26
berhubungan dengan orang lain secara berarti karena ketidak
mampuannya untuk berkomuikasi verbal maupun non verbal (Rudi
Sutadi, 2002 : 1 ) Anak-anak autism tidak mampu membentuk jalinan
emosi dengan orang lain. Ada banyak hal yang sulit dimengerti oleh
pikiran, perasaan dan keinginan orang lain. Sering kali bahasa maupun
pikiran mereka mengalami kegagalan sehingga sulit berkomunikasi dan
bersosialisasi. Merekapun kaku untuk mengikuti kegiatan rutinitas
sehari-hari pola hidup keluarga. Selain itu ada beberapa autism merasa
sensitive terhadap bunyi atau sesuatu yang terdengar di telinga,
sentuhan, pandangan mata dan penciuman.
Autisma adalah gangguan perkembangan yang luas dan berat
yang gejalanya mulai tampak pada anak sebelum ia mencapai usia 3
tahun. Gangguan perkembangan ini terutama mencakup bidang
komunikasi, interaksi, dan perilaku autisma merupakan gangguan
mengatur informasi dengan baik/teratur kata „autisma‟ dari bahasa
Yunani „Authos’ yang artinya sendiri.
Pengertian lain dikemukakan oleh Joko Yuwono ( 2009 : 24 –
25) mengatakan bahwa Autistme dipahami sebagai gangguan
perkembangan neorobiologis yang berat sehingga gangguan tersebut
mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi, kebaradaan
anak dalam lingkungan dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan
dalam Kamus Psikologi Umum, autism berarti hidup dalam pikiran dan
khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi pada
27
pikiran subjektifnya sendiri dari pada melihat kenyataan atau realita
kehidupan sehari-hari (Gulo, 2009 : 4)
b. Gangguan Autisme
Ganguan
autis
menurut
Mirzan
Maulana
(2007:12-13)
mengatakan bahwa Anak penyandang autis mempunyai gangguan
dalam beberapa bidang antara lain : (1) Komunikasi, bisa berupa
terlambat bicara, bicara tapi tidak dipakai untuk bicara, Meniru atau
membeo, bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat
dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya. (2)
Gangguan sensorik, bisa berupa
mencium-cium, menggigit atau
menjilat mainan atau benda apa saja bila mendengar suara keras
langsung menutup telinga, tidak menyukai pelukan, merasa sangat tidak
nyaman bila memakai pakaian dari bahan kasar, (3) Emosi, bisa berupa
kurang rasa empati, misalnya melihat anak menangis ia tidak merasa
kasihan melainkan merasa terganggu dan anak yang sedang menangis
didatangi dan dipukul, sering marah-marah tanpa sebab yang jelas,
tertawa-tawa, menangis tanpa alasan, sering mengamuk tak terkendali,
terutama bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan, ia bahkan bisa
menjadi agresif, (4) Gangguan dalam bidang interaksi social, biasanya
sibuk dengan dirinya sendiri ketimbang bersosialisasi dengan
lingkungan, sangat terobsesi dengan benda-benda mati, tidak memiliki
empati, tidak memahami apa yang diharapkan orang lain dalam
beragam situasi social,(5) Perilaku antara lain perilaku tidak percaya
28
diri, bersikap agresif, menggerakan anggota tubuhnya secara tidak
wajar, mengeluarkan suara yang diulang.
Kalau orang telah mengetahui karakteristik anak-anak autism
sejak dini maka gejala untuk autism dapat dengan mudah di deteksi.
Berikut ini criteria autism masa kanak-kanak. Harus ada minimum dua
gejala dari tiga gejala yang muncul di bawah ini adalah yang pertama,
gangguan kualitas dalam interaksi social yang timbal balik maksudnya,
a) Tidak mampu menjalin interaksi social yang memadai, seperti kontak
mata, ekspresi muka kurang hidup dan gerak-geriknya kurang tertuju.
b) Tidak dapat bermain dengan teman sebaya. c) Tidak dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain. Yang kedua, gangguan
kualitatif dalam bidang komunikasi maksunya, a) Berbicara terlambat
atau sma sekali tidak berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain selain bicara) b) Jika bisa bicara,
bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi. c) Sering menggunakan
bahasa yang aneh dan diulang. d) Cara bermain kurang variatif, kurang
imajinatif dan kurang bias meniru. Yang ketiga, Suatu pola yang
dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku , minat dan kegiatan,
a) Mempertahankan suatu permintaan atau lebih, dengan cara yang khas
dan berlebihan. b) Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistic atau
rutinitas yang tidak ada gunanya. c) Ada gerakan-gerakan aneh yang
khas dan diulang-ulang. d) Seringkali sangat terpukau pada benda. e)
Adanya keterlambatan atau gangguan dalam interaksisosial, bicara, dan
29
berbahasa dan cara bermain yang variatif sebelum umur tiga tahun. f)
Tidak disebabkan oleh sindrom rett atau gangguan disintegrative masa
kanak-kanak (Bonny Danuatmaja, 2003 : 3).
c. Pendidikan anak Autis
Siswa penyandang autisme lebih banyak persamaanya dari
pada perbedaanya dengan siswa-siswa lain (Nur Anisa, 2006 : 5)
Meskipun banyak diantara mereka memberikan tantangan pengajaran
yang berat bagi guru, tetapi mereka dapat belajar dengan baik bila
pengajarannya menggunakan praktek pengajaran yang tepat, sistematis,
dan terindividualisasi. Pedoman umum pengajaran bagi siswa autis
adalah program pengajaran yang diindividualisasikan (individualization
teaching programs) (IEP), kelas dilengkapi dengan alat-alat bantu
informasi visual agar anak dapat memahami dan memprediksi alur
kegiatan kelas, kurikulum didasarkan atas karakteristik individual anak,
bukan atas dasar label autism, fokus pada pengembangan keterampilan
yang akan bermanfaat bagi kehidupan anak sehari-hari, penggunaan
sistem visual, bahasa isyarat, atau alat peraga untuk berkomunikasi
dengan anak,
keterlibatan orang tua anak serta keluarganya untuk
berpartisipasi
dalam
proses
asesmen,
perencanaan
kurikulum,
pengajaran, dan monitoring, mengidentifikasi kegiatan atau obyek yang
dapat memotivasi anak, dan menggunakannya untuk pengajaran, anak
berkesempatan memilih kegiatan belajar yang disukainya, bagi
penyandang autisme dengan perilaku destruktif, dapat gunakan
30
pendekatan positive behavior support: mengajaran perilaku alternatif
dan mengubah lingkungan belajar dan aspek-aspek kurikulum
yangterkaitdengan masalah. (http://www.autism.com/autism/first/advice
for parent. htm www.htm diakses 18 juli 2015 jam 10.00)
d. Kurikulum Pendidikan Untuk Anak Yang Berkebutuhan Khusus (autis)
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) pada pasal 1 butir 19 disebutkan bahwa
kurikulum adalah : (1) seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan (2) bahan pelajaran, serta (3) cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (2003 : 6).
Setiap satuan pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan
bagi peserta didiknya harus berpegang pada kurikulum terbaru yang
berlaku.
Dalam
menyelenggarakan
pendidikan
khusus
yang
berdasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi tersebut hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing
jenis peserta didik yang berkebutuhan khusus. Selain itu, faktor
pemilihan dan penentuan metode pembelajaran, srategi pembelajaran,
fasilitas atau media pembelajaran, dan hal ini yang terkait dengan
pembelajaran disekolah oleh pihak guru, haruslah bermuara kepada
pencapaian target kurikulum yang berbasis kompetensi.
Peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut sebagai peserta
didik yang berkebutuhan khusus) adalah peserta didik secara signifikan
31
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
mengalami kelainan fisik, mental. Sehingga memerlukan layanan
pendidikan yang bersifat khusus (Abdul Hadis, 2006 : 33). Guru dan
pihak lain yang terkait dengan proses pembelajaran dan pendidikan
peserta didik yang berkebutuhan khusus (autis) untuk memperhatikan
kurikulum pendidikan untuk mereka. Dengan mengacu kepada tujuan
kurikulum, maka seorang guru akan dapat mengembangkan program
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan batas
kemampuan yang dimilki oleh masing-masing peserta didik.
e. Metode Pembelajaran Anak Autis
Biasanya, dalam metode pembelajaran menurut Aqila Smart
(2010 : 106) mengatakan bahwa untuk anak autis disesuaikan dengan
usia dari anak tersebut, kemampuan yang dia miliki, serta hambatan
yang dimiliki anak saat mereka belajar, serta gaya belajar atau lerning
style-nya pada masing-masing anak. Metode yang biasanya diberikan
adalah bersifat kombinasi dari beberapa metode. Meskipun tidak terlalu
banyak, ada juga yang menderita autis yang memiliki respons yang
sangat baik terhadap stimulus visual sehingga metode belajar yang
menggunakan stimulus visual sangat diutamakan bagi mereka.
Pengajar yang tepat untuk anak autis tentu saja dalam setiap
belajarnya, anak autis harus memiliki seseorang pendamping atau
pembimbing untuk belajar. Pengajar yang dibutuhkan oleh seorang
anak yang menderita autis adalah seseorang pengajar yang selain
32
memiliki kemampuan kompetensi untuk mengajar, juga memiliki minat
atau ketertarikan merawat anak autis.
Materi pembelajaran yang diberikan untuk anak autis tidak
sama seperti pada anak-anak normal kebanyakan, dengan segudang
materi yang tertumpuk dan memberatkan untuk anak-anak normal
sekalipun (Aqila Smart, 2010 : 107-108). Biasanya, yang diajarkan
dalam materi pembelajaran kepada anak-anak autis adalah seperti
latihan untuk komunikasi. Anak-anak autis yang sudah dapat diberikan
pendidikan adalah mereka yang sudah siap. Tergantung pada tingkatan
kemampuan anak, gaya belajar, serta kemampuan fisik anak tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai pembanding dan sekaligus bahan acuan terhadap
penelitian sejenis, penulis sengaja mengungkapkan penelitian yang
relevan. Kajian pustaka merupakan hal penting untuk mengetahui
penelitian – penelitian terdahulu. Kajian pustaka sangat berguna bagi
proses pembahasan tesis ini, selain mengetahui kejujuran dalam
penelitian dalam artian karya ilmiah yang akan disusun bukan karya
adopsian atau dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping
itu, utnuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti
oleh peneliti lainnya dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi
yang bersangkutan. (Abdurrahman Assegaf, 2006 : 3). Oleh karena itu,
ada beberapa yang menjadi kajian pustaka yang relevan dengan judul
tesis “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak
33
Autis Pada SDLB Di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali Tahun
2015” maka penulis melakukan penelaahan terhadap beberapa sumber
sebagai bahan pertimbangan tesis ini antara lain :
Pertama, tesis karya Agus Suroyo pada tahun 2006 berjudul
“Sistem Pembelajaran Pendidikan Karakter dalam pembelajaran PAI”
penelitian ini merupakan penelitian komparasi antara MAN Wonosari
dengan dengan SMK N 1 Wonosari. Hasil penelitian tersebut diantaranya
yaitu system pembelajaran di MAN Wonosari dan SMK N 1 Wonosari
dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter mulai dari
perencanaan, metode, media, dan evaluasi yang masing – masing sekolah
memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Selain itu dengan penerapan
pendidikan karakter di sekolah berdampak positif pada diri peserta didik.
Kedua, tesis karya Nur Kayat pada tahun 2006, Program Pasca
sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Pembelajaran
Pendidikan Islam di MAN Sragen 1 ditinjau dari perspektif humanism
religius”. Tesis tersebut berisi penerapan pendidikan Islam di MAN 1
Sragen
dilihat
dari
perspektif
Humanis
-
Religius.
Perlunya
keseimbangan materi antara seni, ilmu pengetahuan, dan agama dengan
sistem terpadu dan terintegrasi dalam kemasan humanism. Metode
pengajaran dengan kasih – sayang, menjunjung nilai – nilai kemanusiaan/
martabat, menghargai perbedaan dan demokratis.
Ketiga, tesis karya Desti Widiani, Program pasca Sarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Pendidikan Karakter Bagi
34
Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta ”. Tesis
tersebut berisi tentang penerapan pendidikan karakter pada anak autis di
Sekolah Khusus Taruna Al-Qur‟an melalui enam strategi yaitu: pertama,
melalui prinsip dasar layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Kedua, melalui pembiasaan dan pembudayaan yang baik di sekolah.
Ketiga, melalui keteladanan. Keempat, melalui akhlak aplikatif. Kelima,
melalui terapi Al-Qur‟an. Keenam, melalui Group Suport Terapy.
Selanjutnya nilai – nilai pendidikan karakter yang berhasil meliputi nilai
– nilai religious, nilai – nilai yang berhubungan dengan diri sendiri dan
nilai – nilai yang berhubungan dengan orang lain. Serta faktor pendorong
dan penghambat dalam menerapkan pendidikan karakter bagi anak autis
di sekolah khusus Taruana Al-Qur‟an.
Keempat, jurnal pendidikan khusus karya Ratna Wahyu Widuri,
berjudul “Penanganan Kemampuan Interaksi Sosial anak Autis ”. tulisan
ini membahas tentang : pertama, kebijakan sekolah untuk menangani
kemampuan interaksi sosial anak autis. Kedua, operasionalisasi
pembelajaran anak autis untuk menangani kemampuan interaksi sosial
anak autis. Ketiga, kendala yang dialami sekolah untuk meningkatkan
kemampuan interaksi sosial anak autis. Keempat, solusi yang diberikan
oleh sekolah untuk menangani kemampuan interaksi sosial anak autis.
Kelima, dukungan system terhadap penanganan kemampuan anak.
Kelima, jurnal pendidikan anak, volume III, edisi 1, juni 2014
karya Sri Muji Rahayu. Tulisan ini membahas tentang: pertama,
35
penyebab dan gejala Autis dari usia 0 – 5 tahun. Kedua, Gangguan anak
autis meliputi: gangguan dalam bidang interaksi sosial, gangguan dalam
bidang komunikasi, bidang perilaku, perasaan atau emosi, dan persepsi
sensori. Ketiga, karakteristik anak autis meliputi :perkembangan
terlambat, memiliki rasa ketertarikan pada benda yang berlebihan,
menolak ketika dipeluk, memiliki kelaianan sensoris, memiliki
kecenderungan perilaku yang diulang – ulang. Keempat, menegakkan
diagnose. Kelima, penanganan anak autis meliputi beberapa cara ,
diantaranya dengan terapi wicara, terapi biomedik, terapi makanan dan
terapi perilaku.
Berdasarkan lima penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan
penelitian – penelitian di atas. Penelitian yang benar-benar belum pernah
diteliti oleh peneliti sebelumnya, baik yang berkaitan dengan judul, tema
maupun isi. Sesuai dengan judul maka penelitian ini lebih menekankan
pada “Proses Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
dan
Problematika
dan
Upaya
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali”.
Penyelesaiannya
Dalam
untuk Anak Autis di SLB-
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode berasal dari kata methodos yang artinya jalan, cara. Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan
pada ciri – ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan ini dilakukan dengan cara – cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara – cara yang
dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara – cara yang digunakan. Sistematis artinya
proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah – langkah
tertentu yang bersifat logis dan berurutan (Sugiono, 2011 : 2 ).
Menurut jenisnya penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan
(field research). Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena – fenomena sosial/
suatu peristiwa. Sesuai dengan definisi penelitian kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau
kesan dari seseorang dan perilaku yang dapat diamati untuk menunjang
peneliti meneliti bidang pendidikan, maka pada penelitian ini difokuskan
pada proses pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama islam
dan problematika serta upaya penyelesaiannya dalam pembelajaran
36
37
pendidikan agama Islam untuk anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD
Tunas Pembangunan 2 Boyolali.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan psikologi
pendidikan. Menurut M. Ngalim Purwanto psikologi pendidikan merupakan
suatu yang berusaha menjelaskan masalah – masalah dalam pendidikan yang
dialami oleh peserta didik mulai dari lahir hingga usia lanjut, terutama
mengatur kondisi yang mempengaruhi belajar (M. Ngalim Purwanto, 2007 :
8)
Maka menurut hemat penulis, sangatlah tepat jika dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Dimana penelitian ini
mengkaji tentang perilaku peserta didik khususnya yang berhubungan dengan
anak autis di lingkungan sekolah baik itu di dalam kelas, di luar kelas yang di
dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik, peserta didik dengan karyawan, dan peserta didik
dengan lingkungan SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Sehingga
prinsip – prinsip dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan
berpikir dan bertindak dalam melakukan penelitian ini.
B. Latar Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 dengan alamat di Jl.
Raya Panasan Baru 1,5 km Dukuh Taruban Desa Kenteng Kecamatan
38
Nogosari Kabupaten Boyolali. Peneliti memilih tempat tersebut dengan
alasan sebagai berikut:
a. Kondisi sekolah dianggap mempunyai data yang cukup untuk tempat
penelitian
b. Kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat tenang dan aman sehingga
mudah untuk penelitian.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November sampai Februari
2016
C. Subjek dan informan penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek
penelitian. Data tersebut didapatkan dengan cara wawancara maupun
pengamatan. Sedangkan data sekundar adalah data yang berasal dari pihak lain
atau data yang secara tidak langsung bersumber dari pihak-pihak lain. Data
sekunder berupa literatur dari berbagai sumber, baik makalah maupun bukubuku teks yang berhubungan dengan tema penelitian dan juga berupa laporan.
Untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka dibutuhkan subjek dan informan penelitian.
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah orang atau pelaku peristiwa, nara sumber utama
yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah guru mata pelajaran agama Islam.
39
2. Informan penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah : Guru – guru
selain guru agama Islam yang ada di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2
Boyolali dan Komite sebagai wakil wali murid.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber
yaitu:
1. Observasi
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam
melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam
penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran,
tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat
dilakukan secara bebas dan terstruktur. Beberapa informasi yang diperoleh
dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek,
perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan,
untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu
melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan
dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian
responden.
40
(Deskripsi kerja lapangan kegiatan, perilaku, tindakan, percakapan,
interaksi interpersonal, organisasi atau proses masyarakat, atau aspek lain
dari pengalaman manusia yang dapat diamati. Data terdiri dari catatan
lapangan: deskripsi rinci, termasuk konteks dimana pengamatan
dilakukan). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
metode mengajar, cara guru membimbing siswa, mengevaluasi, model
bertanya guru.
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
social yang relatif lama (Sutopo, 2006: 72).
(Pertanyaan terbuka dan teliti hasil tanggapan mendalam tentang
pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan, dan pengetahuan orang. Data
terdiri dari kutipan yang sama persis dengan konteks yang cukup untuk
dapat diinterpretasi) (Patton, 2002 : 4). Wawancara merupakan tehnik
pencarian dan pengumpulan informasi yang dilakukan dengan mendatangi
secara langsung kepada para responden dengan mengajukan pertanyaan
41
untuk mendapatkan hasil tanggapan yang mendalam mengenai sesuatu
yang diketahuinya. Dalam hal ini peneliti mewawancarai guru PAI, peserta
didik dan kepala sekolah. Wawancara ini digunakan untuk mencari data
tentang proses pembelajaran, kebijakan kepala sekolah, tentang penetapan
guru.
3. Dokumentasi (Dokuments)
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon,
(1997 : 104) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian,
pertama dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber
tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua
sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi
surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undangundang konsesi, hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang
merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto),
dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan informasi bagi
proses penelitian.
Bahan dan dokumen tulis lainnya dari memorandum organisasi,
klinis atau catatan program, publikasi dan laporan resmi, catatan harian
pribadi, surat-surat, karya-karya artistik, foto, dan memorabilia dan
tanggapan tertulis untuk survei terbuka. Data terdiri dari kutipan dari
dokumen-dokumen
yang
diambil
dengan
cara
mencatat
dan
42
mempertahankan konteks (Patton, 2004 : 4). Tehnik ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang RPP yang dibuat oleh guru, Silabus, media
pembelajaran, penilaian.
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini diambil kriteria derajat kepercayaan (credibility)
dengan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi. Menurut Denzin
(1987), yang dikutip oleh Norman K. Denzin dan Yvoonna S. Licoln (2009 :
271) yang dimaksud triangulasi adalah perangkat heuristik (pembantu) bagi
seorang peneliti. Teknik triangulasi dirangkum menjadi 4 tipe dasar, yaitu
sebagai berikut:
1. Triangulasi data (Data triangulation), yaitu menggunakan sejumlah
sumber data dalam penelitian.
2. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation), yaitu menggunakan
sejumlah peneliti atau evaluator.
3. Triangulasi teori (Theory triangulation), yaitu menggunakan beragam
perspektif untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal.
4. Triangulasi
metodologis
(Methodological
triangulation),
yaitu
menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi data (data triangulation) dan triangulasi metodologis. Triangulasi
dengan sumber dilakukan dengan jalan membandingkan dan mengecek derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari wawancara, dokumen
maupun hasil pengamatan. Sedangkan triangulasi dengan metode dilakukan
43
dengan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
F. Teknik Analisis Data
Ada beberapa kegiatan yang pada umumnya dilakukan dalam sebuah
penelitian, dan kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai proses-proses yang
dilakukan dalam sebuah penelitian. Proses-proses tersebut meliputi tiga
komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini sering disebut dengan Interactive
model of analisis.
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif yang meliputi komponen kegiatan sebagai berikut, yaitu
: (Miles dan Hubermen, 1993 : 16-19)
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyerdahanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tulisan di lapangan. Reduksi data
merupakan bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan
verifikasi.
Reduksi data merupakan bagian analisis yang sebenarnya
berlangsung terus menerus selama kegiatan penelitian. Reduksi data
dilakukan untuk memilih antara data-data yang berkaitan langsung dengan
Penilaian Berbasis Kelas dalam pembelajaran PAI dan data yang tidak
44
berkaitan secara langsung sehingga analisis yang disusun oleh peneliti
dapat tepat sasaran dan tidak mengambang terlalu jauh dan dapat ditarik
suatu kesimpulan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memungkinkan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
Penyajian data dalam penelitian ini merupakan pengambilan seluruh
informasi tentang Penilaian Berbasis Kelas dalam pembelajaran PAI.
3.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan data. Berikut skema
Interaksi analisis data kualitatif ( Milles dan Huberman, 1993 : 20).
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan/ Verivikasi
Gambar Interaksi Analisis Data Kualitatif.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2 Kab. Boyolali
1. Letak Geografis
Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2,
Kab. Boyolali, beralamat di Jalan raya Panasan Baru 1,5 KM Dukuh Kenteng
Desa Taruban Kabupaten Boyolali, adapun batas-batas wilayah dari Sekolah
Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali.
Dilihat dari letak geografis Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali tersebut bisa dikatakan strategis, karena
terletak di tengah-tengah perumahan penduduk dan dekat dengan Bandar
Udara Adi Sumarmo Surakarta.
2. Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya
Berawal dari data ABK di desa Kenteng, diketahui banyak
diantaranya yang tidak menempuh jalur pendidikan formal. Melihat kondisi
tersebut, Bapak Sugimin yang merupakan kepala Yayasan Adi Nugraha,
berinisiatif untuk memberikan layanan kepada ABK, yang diwujudkan dengan
mendirikan sekolah khusus bagi ABK, yang ditempatkan pada lahan kas desa
dengan izin pemerintah setempat.
45
46
Pada mulanya, lahan yang ditempati merupakan bagian dari SD
Taruban, namun pada awal tahun 2002 SD Taruban dipindahkan dan lahan
tersebut ditempati oleh sekolah khusus ABK tersebut yang kemudian diberi
nama SLB ABCD Tunas Pembangunan 2. Pada tanggal 17 Juli 2002, SLB
ABCD Tunas Pembangunan 2 telah siap menampung siswa ABK yang
berjumlah 32 anak, dengan jumlah tenaga pendidik 2 orang, yakni Bapak
Subandi dan Ibu Nurin Purnionowati. Pada tahun 2005 SLB ini mendapat
guru bantu 2 orang, yakni Drs. Supriyadi dan Winarni, S.Pd.
Pada tahun berikutnya, minat masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di SLB berkurang, karena anggapan bahwa ABK tidak dapat
memiliki masa depan yang baik walaupun disekolahkan. Oleh karena itu,
kepala sekolah dan guru
SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 mulai
mensosialisasikan sekolah bagi ABK, sekaligus meyakinkan bahwa potensi
ABK dapat dikembangkan melalui pendidikan di sekolah. Dengan adanya
sosialisai tersebut, ditambah dengan lomba-lomba yang berhasil dijuarai oleh
SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 baik pada tingkat kabupaten hingga
provinsi, minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan
khusus meningkat kembali hingga saat ini.
Beberapa prestasi yang berhasil didapatkan oleh SLB ABCD Tunas
Pembangunan 2 adalah:
a.
Tahun 2008 juara I tingkat Kabupaten lomba memainkan alat music
organ atas nama Diah Susilowati
47
b.
Tahun 2010 juara II tingkat Kabupaten lomba MIPA atas nama Diah
Susilowati
c.
Tahun 2012 juara I tingkat Kabupaten lomba vocal atas nama atas nama
Diah Susilowati
d.
Tahun 2012 juara II tingkat Karisidenan lomba vocal atas nama atas nama
Diah Susilowati
e.
Tahun 2013 juara III tingkat Provinsi lomba balap kursi roda sport atas
nama Irfan.
3. Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa- ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali
a.
Visi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2,
Kabupaten Boyolali
Terwujudnya masyarakat yang beriman, bertaqwa, sehat jasmani
dan rohani, mandiri dan trampil dalam menyesuaikan diri dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b.
Misi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2,
Kabupaten Boyolali
Sedangkan Misi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD)
Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, yaitu :
1) Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua Anak
Berkebutuhan Khusus.
48
2) Memperluas jejaring (net working) dalam upaya mengembangkan
dan mensosialisasikan Pendidikan Luar Biasa.
3) Meningkatkan manajemen dan kapasitas pengelola, pembina, guru,
dan tenaga kependidikan lainnya.
4) Meningkatkan mutu pendidikan.
4.
Tujuan Pada Akhir Tahun Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD)
Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali
Secara umum, tujuan pendidikan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLBABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali adalah :
a. Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memaksimalkan tingkat kelulusan setiap akhir Tahun Pelajaran.
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan pengetahuan.
d. Mengembangkan potensi anak sesuai dengan kemampuannya.
e. Selalu mengutamakan kesopanan dan kedisiplinan.
f. Membentuk siswa yang kreatif dan mandiri.
5.
Strategi Pendidikan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali.
Sedangkan dalam strategi untuk meningkatkan mutu Pendidikan
Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab.
Boyolali sebagai berikut :
a.
Mendidik dan membiasakan anak dalam kehidupan yang agamis, serta
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kehidupan agamis.
49
b.
Melakukan sosialisasi dan penjaringan anak berkebutuhan khusus.
c.
Memberikan terapi kepada anak berkebutuhan khusus sesuai dengan
kelainannya.
d.
menyediakan fasilitas yang mendukung terlaksananya pembelajaran
yang efektif dan efisien.
e.
Memberikan pelajaran ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minat
siswa.
f.
Memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
belajar mengembangkan diri.
6.
Perpustakaan
Perpustakan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali memiliki 200 eksemplar. Buku tersebut
diperoleh dan didroping Departemen Pendidikan Nasional, serta dari para
donator yang peduli pendidikan. Sebagian juga ada yang beli sendiri.
Berdasarkan data mengenai sarana pendidikan yang dimiliki Sekolah Luar
Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali tersebut
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki
termasuk masih kurang dan tidak memadai, termasuk di dalamnya peralatan
olah raga, kesenian, alat ketrampilan dan lain-lain.
7.
Struktur Organisasi
a. Keadaan Guru
50
Dalam rangka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dicita-citakan, pasti membutuhkan tatanan organisasi yang baik dan
mapan, agar tidak terjadi kekacauan tugas dan mekanisme kerjanya.
Adapun Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali, dalam pengelolaannya dikepalai oleh
Bapak Subandi, S. Pd. Dengan dibantu oleh beberapa orang guru dan
karyawan. Dari sejak berdirinya, Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLBABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali telah mempunyai susunan
organisasi dan masih diterapkan hingga sekarang ini, seandainya
mengalami perubahan hanyalah pada personalisasinya saja.
Untuk
menjalankan tugas yang berkaitan dengan kependidikan, maka dibentuklah
struktur organisasi demi tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan.
Berikut ini personil Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali.
Tabel I
KEADAAN GURU DAN KARYAWAN SEKOLAH LUAR BIASA –
ABCD (SLB-ABCD) TUNAS PEMBANGUNAN 2, KAB.
BOYOLALI
Status
No
Nama
1.
Subandi, S. Pd
2.
Drs. Supriyadi
NIP
Tempat Tgl
Lahir
Aga
ma
PNS
Boyolali
20-12-1964
Isla
m
SI/ 2002
KS
PNS
Wonogiri
Isla
S1/ 1989
G.
L/P
Kepeg
PNS/Y/
WB
19641220
198903 1 010
L
19640307
L
Pendidikan
Ijazah tahun
Jabat
an
51
200701 1 013
07-03-1964
m
Kelas
3.
Winarni, S. Pd
19740920
200801 2 003
P
PNS
Sukoharjo
20-09-1974
Isla
m
S1/ 1999
G.Kel
as
4.
Nurin P, S.Pd
19760514
200801 2 004
P
PNS
Boyolali
14-05-1976
Isla
m
S1/ 2000
G.Kel
as
5.
Diana Ilmiyati,
SHI
-
P
GT
Y
Surakarta
17-04-1983
Isla
m
S1/ 2005
G.PA
I
6.
Nangimah,
S.Pd
-
P
GT
Y
Surakarta
24-12-1989
Isla
m
S1/ 2003
G.Kel
as
7.
Azizah
Puspitasari,
S.Pd
Warsita
-
P
GT
Y
Surakarta
28-07-1991
Isla
m
S1/ 2003
G.Kel
as
-
L
PTY
Boyolali
11-05-1980
Isla
m
SLTA
Penja
ga
8.
Struktur organisasi adalah alat yang fital dalam pelaksanaan
pendidikan karena kesemuanya itu adalah mobilitasnya sebuah lembaga.
Untuk itulah organisasi itu adalah proses yang sangat penting dalam
menjalankan roda pemerintahan dalam suatu lembaga tertentu baik
lembaga formal ataupun lembaga non formal.
b. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu unsure pendidikan, disamping unsure
pendidik, tujuan, maupun media. Siswa adalah individu yang belajar di
sekolah khususnya sekolah dasar dan menengah. Siswa yang belajar di
Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab.
Boyolali mempunyai latar belakang yang bermacam-macam, baik dari
segi latar belakang pendidikan, maupun latar belakang keluarganya.
52
Tabel 2
Keadaan Siswa Keadaan Guru SLB ABCD
Tunas Pembangunan II
Agama
Kelas
Klasifikasi
I
A
I
1/B
1
1
I
3/C
3
3
I
D
-
Autis
-
II
1/A
-
II
1/B
-
II
C
-
II
D
-
Autis
Islam
Kris
Kato
Hin
Bud
Jumlah
-
1
1
III
1/A
-
III
1/B
-
III
2/C
III
1/D
-
Autis
-
IV
A
-
IV
B
1
1
IV
1/C
1
1
IV
D
-
Autis
-
2
1
2
V
A
1
V
B
-
V
C
-
53
V
D
Autis
1
1
VI
A
VI
B
1
1
VI
C
1
1
VI
D
-
Autis
-
Jumlah
1
13
1
1
14
8. Keadaan Sarana dan Fasilitas
Tentang keadaan sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki Sekolah
Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, setelah
penulis mengadakan observasi bisa dikatakan bahwa sarana dan fasilitas yang
ada di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab.
Boyolali kurang memadai baik dari gedungnya, perlengkapannya maupun
peralatannya.
Berikut ini adalah kondisi sarana dan fasilitas yang ada di Sekolah
Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali :
- Ruang guru
: 1 ruang
- Ruang Kepala Sekolah
: 1 ruang
- Perpustakaan
: 1 ruang
- Ruang Kelas
: 6 ruang
- Tempat parkir
: ada
- Kantin
: 1 buah
54
B.
- Ruang Aula
: 1 ruang
- WC
: 2 ruang
- Mushola
: 1 ruang
Hasil Penelitian di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali
1. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak
Autis Pada Jenjang di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali
a. Kepatuhan
Seorang
anak autisme yang sudah tertera kepatuhannya
dengan baik akan melebihi kepatuhan anak normal pada umumnya karena
pendidikan yang diterima pertama ini akan membentuk dirinya untuk
melaksanakan kewajibannya. Dalam membentuk kepatuhan pada autism
para pengajar melatihnya dengan memberikan perintah (instruksi), yang
harus dilakukan, berdoa bila tidak mau duduk, berdiri dan lain-lain.
b. Kontak mata
Anak autism sebagaimana diatas bersikap cuek, maka agar
perhatian harus melihat benda yang sedang diperhatikan mulai dari
bentuknya besar sampai yang kecil, disamping itu anak-anak autism susah
dalam menginterpretasikan sesuatu. Contoh: dalam mengetahui warna,
melihat benda dan lain-lain.
c. Konsentrasi
55
Dalam belajar harus konsentrasi agar apa yang disampaikan
dapat terserap oleh otak. Maka dari bila anak-anak mempunyai
konsentrasi yang tinggi mudah dalam belajar. Namun bagi anak-anak
autism untuk membentuk konsentrasi pada mereka dengan contoh : anak
disuruh memperhatikan benda yang bergerak, ke kanan ke kiri, atas
maupun ke bawah kemudian disuruh menirukan huruf hijaiyah.
Jadi, apabila hal tersebut diatas sudah terbentuk dalam diri
anak-anak autism maka menurut guru Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLBABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali “Bila tiga hal dasar itu
yang dijadikan fundamen sudah terbentuk maka dijamin mereka
mendapatkan belajar dengan baik”.(Wawancara dengan ibu Nurin
tanggal 5 Pebruari 2016). Disamping itu untuk mendukung agar tiga hal
pokok dapat terlaksana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, lebihlebih bagi guru dalam proses pembelajaran diantaranya yaitu :
1) Suara jelas, tidak monoton.
2) Setiap intruksi harus sama antar guru.
3) Pemberian instruksi harus jelas, singkat (kalimat pendek) dan bahasa
sederhana.
Begitu pentingnya pendidikan bagi anak autism, maka alasan
yang tepat dalam upaya memberikan pelajaran bagi mereka adalah untuk
memanusiakan mereka dengan memberikan layanan yang baik secara
pendidikan atau tidak. Bukan satu tujuan yang mudah, kenyataan di
56
lapangan banyak macam dan kondisi mereka yang berfariatif, tantangan
yang terbentang begitu luas dan lebar sehingga banyak cara dan ragam
penanganan mereka. Dalam pelaksanaannya pembelajaran pendidikan
agama
Islam
peneliti
memfokuskan
pengamatan
pada
proses
pembelajaran Agama.
2. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Derajat pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu
gagasan, prosedur atau fakta pembelajaran PAI dipahami secara menyeluruh
jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi.
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu
agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental,
karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang
mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.
Sementara E. Mulyasa (2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah
kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya
Ernawati (2003 : 8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti
mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang
dapat
dipahami,
mampu
mengklasifikasikannya.
memberikan
interpretasi
dan
mampu
57
Pemahaman yang harus dimiliki oleh seorang guru PAI dalam
melaksanakan pembelajaran adalah : (a) Menguasai materi pelajaran (bahan
pelajaran), (b) Mampu menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP), (c)
Mampu menggunakan metode mengajar yang tepat, (d) Mampu membuat
dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan (e) mampu membimbing
siswa dalam mengatasi masalah belajar.
Adapun faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pemahaman
guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran antara lain faktor internal yang
terdiri dari ; (a) Motivasi guru dalam proses pembelajaran dan (b) Minat
guru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa. Sedangkan
factor eksternal adalah : (a) Tingkat pendidikan guru PAI dan (b)
Pengalaman guru PAI dalam mengikuti pelatihan serta (c) Dukungan teman
sesama guru dan kepala sekolah dalam memberikan motivasi belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali, bertindak sebagai pendidik adalah
guru yang mengajar mata pelajaran PAI, peserta didik adalah siswa pada
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 yang belajar PAI,
dan sumber belajar adalah sesuatu yang padanya terdapat pengetahuan
tentang PAI.
Dalam proses pembelajaran di kelas, pelaksanaan pembelajaran PAI
dibagi dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu kegiatan awal (pendahuluan),
kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Pada kegiatan awal atau
58
pendahuluan dilakukan untuk mengawali proses pembelajaran untuk
mempersiapkan siswa dengan cara memberikan motivasi yang berhubungan
dengan
materi
pelajaran
yang
disampaikan
oleh
guru
PAI
dan
menyampaikan tujuan pembelajaran atau indikator pencapaian dari materi
tersebut, agar siswa dapat lebih terfokus pada tahap selanjutnya, dan dapat
berlangsung secara optimal.
Kegiatan inti dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan
membelajarkan siswa agar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum dengan cara mengikuti langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan metode dan model pembelajaran yang dipilih.
Kegiatan akhir atau penutup dalam proses pembelajaran dilakukan untuk
merangkum materi yang telah disampaikan, dengan mengadakan evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana materi yang telah disampaikan oleh guru
tersebut
tclah dipahami oleh siswa dan mengetahui sejauh mana
keberhasilan guru dalam mengajar, serta memberikan latihan-latihan kepada
para siswa sebagai tindak lanjut, misalnya pekerjaan rumah (PR). Semua
kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran tersebut adalah
membimbing perkembangan peserta didik (siswa) dan guru harus kreatif
dalam mengelola program pembelajaran.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya
59
secara optimal. Diketahui bahwa setiap orang membutuhkan orang lain
dalam perkembangannya, demikian halnya dengan peserta didik (siswa),
ketika orang tuanya mendaftarkan anaknya ke sekolah yang dianggap paling
bagus atau paling tepat untuk membimbing anaknya menuju kearah
kedewasaan, pada saat itu juga orang tua menaruh harapan terhadap guru,
agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Motivasi, minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang dengan baik dan tepat
secara optimal tanpa bantuan dan bimbingan guru. Guru yang baik adalah
guru yang memahami cara mengajar dan membimbing siswanya. Dalam
kegiatan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual di
samping memperhatikan secara kelompok, karena antara satu peserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru juga
harus berpacu deangan kurikulum yang telah ditetapkan, serta harus pandaipandai dalam mengemas pembelajaran, dengan memahami konsep
pembelajaran, maka kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar
dapat terlihat dengan jelas.
Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, dalam hal ini
guru harus kreatif, profcsional, dan menyenangkan, dengan demikian guru
harus memposisikan dirinya terhadap peserta didik adalah sebagai berikut :
(1) Sebagai orang tua yang penuh dengan kasih sayang pada peserta
didiknya.(2) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para
60
peserta didik. (3) Fasilitator dan selalu siap memberikan pelayanan dan
kemudahan, serta melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan
bakatnya. (4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk
dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran
pemecahannya.
(5)
bertanggungjawab.
Memupuk
(6)
rasa
Membiasakan
percaya
peserta
diri,
didik
berani
untuk
dan
saling
berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar. (7)
Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang
lain, dan lingkungannya.(8) Mengembangkan kreativitas peserta didik serta
(9) Menjadi pembantu ketika diperlukan oleh peserta didiknya.
Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukkan
kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peseta didik. 19 peran guru, yakni
guru
sebagai
pendidik,
pengajar,
pembimbing,
pelatih,
penasehat,
pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong
kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,
pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai
komunikator. Di samping hal-hal di atas, maka yang paling tidak kalah
pentingnya
adalah
seorang
guru
harus
menguasai
bahan
dalam
melaksanakan pembelajaran, menggunakan metode yang tepat dalam
pembelajaran dan mampu mengadakan evaluasi. Dalam kegiatan proses
61
belajar mengajar, para guru mampu membawa dirinya sebagai guru dan
sebagai “teman” bagi peserta didik dalam hal hubungan guru dan siswa.
a. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman,
perkembangan
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan. Perubahan penting yang telah terjadi dalam dunia pendidikan
adalah dengan adanya perubahan kurikulum, telah diketahui bersama
perubahan kurikulum juga diikuti perubahan perangkat pembelajaran salah
satunya
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP).
Dalam
rangka
mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di
dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
RPP
merupakan
pegangan
bagi
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran baik di kelas dan atau lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar.
Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang
langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian
penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Kompetensi Inti,
Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun
dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.
62
Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman
belajar
siswa
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, in
spiratif,
menyenangkan,
menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itu,
kegiatan
pembelajaran
yang disusun di
dalam RPP dapat memberikan ruangyangcukupbagiprakarsa,kreativitas, dan k
kemandirian siswa sesuai denganbakat,minat,danperkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tertanggal 4 Mei 2007 tentan
g Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, mengatur tentang berba
gai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompet
ensi inti maupun kompetensi mata pelajaran (Depdiknas, 2007). Bagi guru
pada
satuan
pendidikan,
dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional,
berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan
pembelajaran secara memadai.
RPP ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum
untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya
berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan,
ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media,
63
dan evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP
ini pengajar akan dapat mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir keluar dari
tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem
evaluasi yang seharusnya.
RPP akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar,
serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul
dalam pembelajaran. Baik guru maupun peserta didik mengetahui dengan pasti
tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian guru
dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian
dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau
tanpa persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang guru akan mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang guru yang
belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih
rinci dibandingkan seorang guru yang sudah berpengalaman.
Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 5 Pebruari 2016,
yang hasilnya sebagai berikut :
“Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) itu wajib
dilakukan oleh setiap guru yang sudah tersertifikasi, karena syarat untuk
mendapatkan tunjangan sertifikasi adalah harus menyerahkan RPP.
Namun demikian, tidak serta merta menyusun RPP setiap akan mengajar.
RPP biasanya kami susun setiap tiga bulan sekali. Kami beranggapan
bahwa menyusun RPP itu adalah keperluan administrasi, bukan keperluan
akademik, maka tidak harus disusun setiap akan masuk kelas. Prinsip
dasar dalam penyusunan RPP sudah kami terapkan pada saat kami
mengajar di kelas. Prinsip dasar dalam penyusunan RPP adalah ada
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Pendekatan dan Metode yang
64
digunakan, Kegiatan pembelajaran, sumber materi dan media, yang
terakhir evaluasi yang harus dilakukan. Tidak banyak perbedaan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kurikulum 2013.
Hanya saja sosialisasi oleh pemerintah belum maksimal, sehingga kami
belum begitu familier”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (bapak Supri), pada
tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah :
“Setiap guru harus mau dan mampu menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) karena dalam dunia pendidikan menyusun RPP itu
hukumnya wajib dilakukan oleh setiap guru yang sudah tersertifikasi,
apabila seorang guru tidak mau menyusun RPP, maka tunjangan
sertifikasinya tidak bisa dibayarkan. Kami biasanya menyusun RPP
setiap seminggu sekali, artinya satu RPP kami buat untuk dua sampai tiga
kali pertemuan. Prinsip dasar dalam penyusunan RPP sudah kami
terapkan pada saat kami mengajar di kelas. Konsep dasar dalam
penyusunan RPP adalah untuk kurikulum 2013 adalah Kompetensi Inti
(KI), yang pada kurikulum KTSP dikenal dengan Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi
Pembelajaran, Pendekatan dan Metode yang digunakan, Kegiatan
pembelajaran, sumber materi dan media, yang terakhir evaluasi yang
harus dilakukan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap salah seorang pengurus
komite Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, yang
dilakukan pada tanggal 6 Pebruari 2016, sebagai berikut :
Secara khusus saya tidak tahu, apakah bapak/ibu guru itu menyusun RPP
atau tidak setiap kali mau mengajar, namun saya yakin, kalau bapak/ibu
guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini
melakukan kewajibannya, yaitu mempersiapkan diri dengan baik,
sebelum melaksanakan tugasnya, yaitu mengajar di kelas (masuk kelas).
Dalam hal ini saya yakin bahwa bapak/ibu guru yang bertugas disini
menyusun RPP, sekali lagi, walaupun saya tidak tahu wujudnya.
Dari informasi yang diberikan , maka secara tidak langsung dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa : semua guru PAI menyatakan bahwa
65
menyusun RPP adalah wajib bagi setiap orang yang memilih profesi sebagai
guru. Namun demikian, ada yang menyusun RPP setiap pokok bahasan yang
akan diberikan, ada yang menyusun RPP setiap minggu, ini tidak melihat pokok
bahasan, namun biasanya setiap minggu menyusun RPP. Ada pula yang
menyusun RPP setiap bulan, bahkan ada yang menyusun RPP setiap dua dan
tiga bulan sekali.
Penguasaan para guru PAI dalam menyusun RPP, semuanya faham aturan
menyusunnya, dan semuanya melaksanakan tahapan-tahapan yang diberikan
dalam RPP tersebut, walaupun tidak semuanya menyusun RPP setiap akan
mengajar. Hal ini karena ada yang beranggapan bahwa menyusun RPP adalah
suatu persyaratan administrativ, bukan persyaratan akademik. Anggapan itu
memang ada benarnya, namun sebagai seorang guru harusnya tetap menyusun
RPP setiap akan melaksanakan pembelajaran. Mereka juga menyadari bahwa
menyusun RPP adalah kewajiban.
b. Menguasai Bahan atau Materi Pengajaran
Mutu pendidikan sedikit banyak bergantung pada keadaan gurunya. Guru
adalah faktor penentu keberhasilan belajar di samping alat, fasilitas, sarana, dan
kemampuan siswa itu sendiri, termasuk partisipasi orang tua dan masyarakat.
Menyangkut faktor guru, banyak keterampilan yang harus dimilikinya, harus
dikuasainya dengan baik agar proses pendidikan menjadi penuh bermakna dan
selalu relevan dengan tujuan dan bahan ajarannya.
66
Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk
keterampilan mengajar. Penguasaan materi atau bahan ajar dapat dibentuk
dengan membaca buku – buku pelajaran. Salah satu komponen kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru sebagai seorang profesional adalah menguasai bahan
pelajaran serta konsep – konsep dasar keilmuannya (Depdikbud, 1980). Menurut
Johnson (1980) penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan dan konsep – konsep dasar keilmuan dari bahan yang akan
diajarkannya tersebut. Dengan demikian untuk menguasai materi pelajaran
diperlukan penguasaan materinya itu sendiri.
Penguasaan bahan pengajaran bagi guru dalam proses pembelajaran
adalah mutlak harus dimiliki oleh seorang yang mengasuh mata pelajaran
tersebut, namun demikian tidak sedikit para guru yang belum menguasai materi
yang akan diajarkan sepenuhnya, hal yang demikian akan membuat hati siswa
ragu dan bergembira dalam mengikuti pembelajaran PAI yang diajarkan oleh
guru.
Berikut ini dilaporkan hasil wawancara dengan para guru PAI pada
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, tentang upaya yang
dilakukan bapak atau ibu guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya dalam mendalami materi atau bahan dan atau metode
pembelajaran PAI yang selama ini dilakukan, hasilnya sebagai berikut :
Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 5 Pebruari 2016,
yang hasilnya sebagai berikut :
67
“Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kami dalam
memahami materi dan atau metode pembelajaran PAI, maka kami
melakukan beberapa hal yang antara lain : 1) kami mencari referensi
buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit lain selain yang digunakan di
dalam kelas; 2) Kami guru di sekolah ini untuk meningkatkan
pengetahuan kami, mengikuti Kegiatan Kompetensi Guru (KKG).
Disamping itu kami juga belajar bagaimana menerapkan model-model
pembelajaran yang baru; 3) Biasanya kami mengikuti seminar-seminar
yang diselenggarakan oleh lembaga kependidikan, misalnya Universitas
Negeri Surakarta (UNS), BP- DIKSUS (Balai Pengembangan Pendidikan
Khusus) Jawa Tengah.
Begitu juga ibu Win guru kelas pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD
Tunas Pembangunan 2 yang diwawancarai oleh peneliti pada tanggal, 5 Pebruari
2016 sebagai berikut :
“Biasanya kami mencari informasi baru tentang buku referensi atau bukubuku yang diterbitkan oleh penerbit lain, selain buku yang digunakan
pada sekolah. Hal ini kami lakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan kami dalam memahami materi dan atau metode
pembelajaran yang terbaru untuk anak autis. Di samping itu, kami juga
mencari soal-soal untuk latihan ulangan, soal untuk ujian akhir dan masih
banyak buku-buku lain”.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
kelas (Ibu Nur) pada tanggal 5 Februari 2016, yang hasilnya adalah :
“Buku referensi yang diterbitkan oleh penerbit lain adalah cara kami
dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang materi
pelajaran. Disamping itu, kami juga mempelajari LKS, untuk mencari
soal-soal untuk latihan ulangan, soal untuk ujian akhir dan masih banyak
buku-buku lain yang ada hubungannya dengan penyelesaian pelajaran.
Mengikuti seminar-seminar yang diselenggarakan oleh lembaga
kependidikan di lingkungan Surakarta dan sekitarnya. Selain itu kami
juga mengikuti penataran yang ada hubungannya dengan pemahaman
materi atau model pembelajaran untuk anak autis.”.
68
Menurut Bapak Supri guru kelas di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD
Tunas Pembangunan 2 yang diwawancarai oleh peneliti pada tanggal, 5 Pebruari
2016 sebagai berikut :
“Mencari buku referensi atau buku-buku yang berkaitan dengan materi
atau buku yang diterbitkan oleh penerbit lain, selain buku yang digunakan
pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini. Hal
ini kami lakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kami
dalam memahami materi dan atau metode pembelajaran yang terbaru. Di
samping itu, kami juga mencari soal-soal untuk latihan ulangan, soal
untuk ujian akhir. Di samping itu, kami juga mengikuti kegiatan yang
dilakukan oleh BP-DIKSUS (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus)
Jawa Tengah, mata pelajaran untuk berdiskusi dan belajar tentang bukubuku Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2.”.
Informasi terakhir yang dihimpun untuk mengetahui penguasaan guru
PAI pada materi yang diajarkan diperoleh dari salah satu wakil orang tua siswa,
dalam hal ini salah satu anggota pengurus komite Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2, yang diwawancarai tanggal 6 Pebruari 2016, yang
hasilnya sebagai berikut :
“Begini pak….. Kalau penguasaan materi/bahan pelajaran, guru apa saja
di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini, baik itu
guru mata pelajaran PAI atau guru mata pelajaran yang lainnya, saya
tidak meragukan lagi, saya yakin pasti sangat baik dan sangat menguasai
materi pelajaran yang akan diajarkan. Lha…. Menurut logika, kalau
seorang guru itu mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik, kan
pasti menguasai materi/bahan tho mbak …. “
Dari informasi yang diberikan oleh para guru PAI, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa, guru mata pelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 ini, untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahamannya terhadap mata pelajaran PAI, maka semua melakukan : mencari
69
informasi buku baru dari penerbit lain yang tidak digunakan oleh Sekolah Luar
Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini, membaca buku-buku baru, dan
mengikuti KKG.
Selanjutnya para guru pelajaran PAI
meningkatkan
pengetahuannya dengan cara mengikuti seminar atau workshop yang diadakan
oleh BP-DIKSUS (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus) Jawa Tengah.
c. Metode Mengajar yang Digunakan
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat
diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat
bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru
tersebut.
Jadi metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik, dalam arti tujuan
pengajaran tercapai. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik
diantara metode-metode yang lain karena setiap metode mempunyai karakteristik
tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode
mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan
70
kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian
pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang
disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan
oleh guru lain.
Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam
menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu, dengan variasi beberapa metode,
penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru
memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan
contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab.
Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong
untuk berpartisipasi.
Proses pembelajaran yang sesuai dengan perubahan jaman dan sesuai
dengan tujuan pendidikan PAI, diperlukan suatu metode pengajaran yang tepat
dan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam pelajaran PAI, hal
ini karena harus difokuskan pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
(kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan
metode yang terintegrasi pada proses pembelajaran.
Berikut disajikan hasil wawancara dan observasi dengan guru Sekolah
Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, berkenaan dengan pemilihan
dan penggunaan metode pembelajaran yang dipilih dalam menyampaikan materi
pelajaran PAI di kelas. Hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :
71
Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 5 Pebruari 2016,
yang hasilnya sebagai berikut :
“Metode yang kami pilih dalam melaksanakan pembelajaran, sesuai
dengan yang kami rencanakan pada RPP. Setelah masuk kelas, maka
tergantung dengan kondisi di dalam kelas agar para siswa lebih
termotivasi lagi. Kami sering melakukan metode tanya jawab karena
dengan metode ini siswa lebih dapat memusatkan perhatian mereka dan
ini akan membuat skema berpikir yang lebih berkembang, sehingga
menjadi fokus dalam pelajaran PAI”.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru
kelas (Ibu Nur) pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah :
“Berdasarkan pengalaman saya sewaktu mengajar di kelas autis bahwa
siswa kurang termotivasi untuk belajar ketika menggunakan metode
konvensional, yaitu metode ceramah dalam proses pembelajaran. Adapun
metode yang digunakan dalam setiap penyampaian materi mata pelajaran
agama di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan
2, Kab. Boyolali di antaranya adalah :a. Metode Pembiasaan. Dalam
proses belajar mengajar pada anak autis, metode ini merupakan metode
yang digunakan dalam menyampaikan segala jenis materi. Mengingat
peserta didik adalah anak yang memerlukan perhatian khusus, dimana
dalam memahami suatu materi, anak didik tidak bisa langsung mengerti
materi yang telah disampaikan. Akan tetapi guru harus mengulang materi
tersebut secara kontinyu. b. Metode Ceramah. Metode ini merupakan cara
penyampaian materi pengetahuan dan juga agama kepada peserta didik
yang dilakukan secara lisan. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini
yaitu hendaknya ceramah yang mudah untuk dipahami dan mudah
diterima, serta mampu menstimulasi pendengar (anak didik). c. Metode
Tanya Jawab. Metode ini adalah mengajukan pertanyaan pada peserta
didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan
membimbing dalam mencapai kebenaran. Dalam menerapkan metode ini
pada peserta didik, memerlukan alat bantu yang bersifat kongkrit.
Misalnya materi man kelompok mata pelajaran agama dalam
penyampaian materi tersebut ketika mengenalkan ciptaan Allah, maka
guru harus menunjukkan bentuk nyata dari wujud ciptaan Allah tersebut.
d. Metode Demonstrasi. Metode ini dimaksudkan dengan memberikan
materi pendidikan baik menggunakan alat bantu atau benda secara
diperagakan, agar anak didik menjadi jelas dan sekaligus dapat
mempraktekkan materi yang dimaksud. Misalnya, tentang tata cara
bersuci dan sholat. Dalam menyampaikan materi ini, guru memberi
72
contoh secara langsung kepada peserta didik secara berulang-ulang dan
pelan-pelan, dan lebih dititik beratkan pada latihan dari ibadah. Karena
jika sampai pada pembacaan dari ibadah mereka belum mampu. e.Metode
Pemberian Tugas. Metode ini digunakan oleh guru untuk memberi tugas
kepada siswa untuk mengerjakan tugas dengan baik secara individu.
Metode ini diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa, sehingga guru
memperoleh informasi sejauh mana materi yang telah disampaikan dapat
diserap oleh siswa. Di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas
Pembangunan 2, Kab. Boyolali, metode ini digunakan pada semua
kelompok mata pelajaran. f. Metode Drill (Latihan). Metode ini biasanya
digunakan untuk melatih anak untuk melafalkan doa-doa, surat-surat
pendek (bagi yang beragama Islam), berhitung, menyanyi dan lain-lain.
Sewaktu saya menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam
mengajar di kelas, siswa bergairah dalam belajar karena lebih banyak
siswa yang bekerja”.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada
guru PAI adalah metode atau Model pembelajaran yang digunakan oleh guru
PAI dalam kegiatan belajar mengajar adalah a. Metode Pembiasaan. Dalam
proses belajar mengajar pada anak autis, metode ini merupakan metode yang
digunakan dalam menyampaikan segala jenis materi. Mengingat peserta didik
adalah anak yang memerlukan perhatian khusus, b. Metode Ceramah. Metode ini
merupakan cara penyampaian materi pengetahuan dan juga agama kepada
peserta didik yang dilakukan secara lisan. Yang perlu diperhatikan dalam metode
ini yaitu hendaknya ceramah yang mudah untuk dipahami dan mudah diterima, c.
Metode Tanya Jawab. Metode ini adalah mengajukan pertanyaan pada peserta
didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan membimbing
dalam mencapai kebenaran, d.
Metode Demonstrasi. Metode ini dimaksudkan
dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat bantu atau benda
secara diperagakan, e.Metode Pemberian Tugas. Metode ini digunakan oleh
73
guru untuk memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan tugas dengan baik
secara individu, metode ini digunakan pada semua kelompok mata pelajaran. f.
Metode Drill (Latihan). Metode ini biasanya digunakan untuk melatih anak
untuk melafalkan doa-doa, surat-surat pendek (bagi yang beragama Islam),
berhitung, menyanyi dan lain-lain”.
Guru pada kegiatan awal (pendahuluan) dalam kegiatan belajar mengajar
adalah
pertama,
menyampaikan
salam
kepada
siswa
dengan
ucapan
“Assalamu’alaikum”, maka para siswa menjawab dengan antusias “Wa’alaikum
salam”, setelah itu bapak atau ibu guru terlebih dahulu mengajak para siswa
berdo’a sebelum materi diajarkan. Setelah berdo’a maka bapak atau ibu guru
memberikan motivasi untuk menarik perhatian para siswa dan menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada siswa. Pada kegiatan inti dalam kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru adalah pertama, menyajikan informasi secara
garis besar kepada siswa. Dalam menerapkan metode ini pada peserta didik,
memerlukan alat bantu yang bersifat kongkrit. Misalnya materi Rukun Iman
kelompok mata pelajaran agama dalam penyampaian materi tersebut ketika
mengenalkan ciptaan Allah, maka guru harus menunjukkan bentuk nyata dari
wujud ciptaan Allah tersebut.
Pada kegiatan akhir (penutup) dalam kegiatan belajar mengajar, guru
melakukan : Pertama, menyuruh siswa menyimpulkan materi dan membantu
siswa dalam menyimpulkan materi. Kedua, memberikan tugas rumah kepada
siswa. Demikian yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas
74
dengan menggunakan model driil.
Ketiga, mengadakan evalusi yang telah
disusun sesuai materi yang diajarkan. Walaupun tahapan dan model
pembelajaran kooperatif masih ada yang tertinggal oleh si guru yaitu pada
kegiatan penutup setelah evaluasi guru harus memberikan penghargaan kepada
masing-masing anak berdasarkan hasil pekerjaan mereka.
d. Mengadakan Evaluasi
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk
mengungkap apa dan bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga
pengajar di berbagai tingkatan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar,
terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni :
kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta
menilai hasil belajar siswa.
Kemampuan merencanakan meliputi (1) mengidentifikasi materi
pembelajaran, (2) memilih model pembelajaran yang tepat (3) menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (4) menyiapkan instrumen
penilaian. Guru hendaknya merencanakan pembelajaran terlebih dahulu
sehingga dalam pelaksanaannya dapat maksimal. Dalam kegiatan pelaksanaan
guru harus dapat mengelola kegiatan belajar dengan baik, dari membuka
pelajaran, kegiatan inti, sampai menutup pelajaran. Sedangkan pada tahapan
yang selanjutnya yaitu dalam menilai hasil belajar siswa, guru melakukan
75
evaluasi meliputi tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan siswa), afektif (sikap
siswa dalam pembelajaran), dan psikomotor (keterampilan siswa).
Evaluasi mengenai ketiga ranah tersebut sangat penting dilakukan
karena dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut Bloom (dalam Nurkancana, 1990 : 27) mengelompokkan indikator
masing-masing ranah tersebut. Kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari menerima,
merespon, menghargai, pembentukan konsep, dan karakterisasi. Sedangkan
untuk ranah psikomotor terdiri dari peniruan, pemanfaatan, kecermatan,
penyangkutpautan, dan naturalisasi. Ketiga ranah tersebut menjadi hal mutlak
dalam menilai suatu pembelajaran.
Akan tetapi pada umumnya guru melakukan evaluasi hanya pada
aspek kognitif. Evaluasi afektif dan psikomotor bertujuan untuk mengetahui
tingkat keaktifan siswa, minat siswa untuk belajar, dan motivasi siswa. Ketiga
aspek tersebut memiliki peran yang penting dalam menentukan hasil belajar.
Apabila keaktifan, minat dan motivasi rendah maka hasil belajar cenderung
rendah. Untuk itu melakukan evaluasi mengenai afektif dan psikomotor siswa
sangat penting dilakukan, agar dapat dijadikan acuan dalam mengoptimalkan
proses pembelajaran.
Selanjutnya akan disampaikan beberapa hasil wawancara dengan para
guru yang mengajar mata pelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD
Tunas Pembangunan 2, sebagai berikut :
76
Kemampuan
guru
PAI
dalam
merencanakan,
menyusun,
melaksanakan, dan memberikan skor untuk mengetahui, seberapa jauh
informasi yang diberikan oleh para guru dapat diserap oleh para siswa, maka
dengan ini akan ditampilkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar
mata pelajaran PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas
Pembangunan 2. Pertanyaan yang diajukan adalah (1) kapan saja melakukan
evaluasi, (2) bagaimana bentuk soal yang dia buat, (3) bagaimana kalau ada
siswa yangbelum memenuhi KKM, hasilnya sebagai berikut :
Wawancara dengan guru PAI (ibu DIA), pada tanggal 5 Pebruari
2016, yang hasilnya sebagai berikut :
“Apabila mengajar, kami biasanya memulai dengan pree test, hal ini
kami lakukan untuk mengetahui seberapa jauh para siswa tersebut
memahami suatu pokok bahasan yang akan kami sampaikan, yaitu
dengan cara menanyakan apakah anak-anak pernah mengetahui
tentang materi yang akan disampaikan. Setelah itu, baru memulai
pembelajaran, atau materi yang akan disampaikan, setelah proses
pembelajaran selesai, kami mengadakan evaluasi, hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah materi yang telah kami sampaikan telah
diserap dengan baik atau belum. Jika ada siswa yang belum menguasai
materi yang telah disampaikan, kami akan mengulangi penjelasannya
pada pokok masalah yang belum dimengerti oleh siswa tersebut.
Selanjutnya setelah satu pokok bahasan selesai kami sampaikan kami
juga mengadakan evaluasi ulang. Evaluasi yang dibuat oleh guru
adalah tes tengah semester atau mid semester. Bentuk soal yang kami
buat, tergantung evaluasi yang mana yang akan diadakan. Jika pree
test, maka paling sering dengan menggunakan lisan, walaupun mata
pelajaran kami adalah pelajaran PAI, namun kami mengawali dengan
pree test lisan. Sedangkan untuk evaluasi pada akhir pelajaran atau
post test, kami biasanya dengan menggunakan tes tulis, dengan bentuk
77
soal esay. Apabila pada tes tengah semester, kami menggunakan soal
tes tulis dengan bentuk pilihan ganda dan esay.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (bapak Supri), pada
tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah :
“Setelah mengucapkan salam, sebelum memulai pembelajaran, maka
kami menanyakan beberapa pertanyaan berkenaan dengan materi yang
akan kami sampaikan. Hal ini kami lakukan dengan maksud untuk
mengetahui, seberapa jauh para siswa tersebut mengetahui atau
mengenal materi yang akan kami sampaikan. Setelah selesai
pembelajaran, kami mengadakan evaluasi lagi yang disebut dengan
post test. Post test ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
materi yang telah disampaikan dapat diserap oleh para siswa. Evaluasi
yang selanjutnya kami lakukan pada setiap pokok bahasan dan pada
ujian tengah semester. Untuk ujian akhir semester, biasanya soal tes
dibuat oleh guru masing-masing. Bentuk soal yang kami buat, untuk
pree test, biasanya soal dalam bentuk lisan, sedangkan post test
evaluasi yang kami lakukan dalam bentuk tulis, sedangkan caranya
dengan menuliskan soal-soal tersebut pada papan tulis, kemudian
siswa mengerjakan soal tersebut dengan menuliskan pada selembar
kertas. Apabila para siswa tidak selesai mengerjakan pada jam
tersebut, sementara waktunya sudah habis, maka soal tersebut
dipersilahkan dibawa pulang sebagai pekerjaan rumah (PR). Untuk
ujian tengah semester soal kami buat dalam bentuk pilihan ganda dan
esay. Pada kurikulum 2013 ini penilaian yang dianjurkan adalah
penilaian autentik, hal ini kami belum banyak memahami tentang
teknik penilaian autentik tersebut, karena kami belum pernah secara
khusus mengikuti pelatihan tentang model penilaian autentik.
Hasil dari wawancara dengan para guru yang mengajar mata pelajaran
PAI, maka dapat memberikan kesimpulan bahwa tidak semua guru PAI
selalu mengadakan pree test, ada yang kadang-kadang mengadakan, lalu
hampir semuanya mengadakan post test,
walaupun dalam bentuk yang
berbeda, misalnya ada yang post test dilakukan dengan memberikan pekerjaan
78
rumah (PR), ada yang memberi tugas. Untuk ujian tengah semester, semua
guru mengadakan test tersebut, kami mempunyai keyakinan bahwa pada saat
ujian tengah semester, ada waktu khusus yang disediakan, sehingga semua
guru dapat melakukan ujian tengah semester secara bersama-sama. Bentuk
soal yang dibuat oleh guru PAI, untuk pree test dengan menggunakan tes
lisan, sedangkan untuk post test dengan menggunakan tes tulis yang diberikan
dengan menuliskan di papan tulis.
Sedang untuk ujian tengah semester, para guru membuat soal dengan
bentuk pilihan ganda dan esay, hal ini dimungkinkan ada anjuran dari pihak
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 agar bentuk tes
yang diujikan pada ujian tengah semester seragam antar mata pelajaran.
e. Menyelenggarakan Program Bimbingan pada Siswa
Apabila kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam organisasi
program bimbingan di seluruh sekolah, maka guru mata pelajaran adalah
tokoh kunci dalam kegiatan–kegiatan bimbingan yang sebenarnya di dalam
kelas, guru selalu berada dalam hubungan yang erat dengan siswa, ia banyak
mempunyai kesempatan untuk mempelajari siswa, mengawasi tingkah laku
dan kegiatannya, dan apabila ia teliti serta menaruh perhatian ia akan
mengetahui sifat – sifat siswa, kebutuhannya, minatnya, masalah –
masalahnya, dan titik–titik kelemahan serta kekuatannya. Sewaktu – waktu ia
mengukur berat dan tinggi badannya, dan meneliti segi–segi kesehatannya.
Guru melaksanakan tes–tes hasil belajar, kecerdasan, diagnostik, kepribadian
79
dan sewaktu–waktu pula mengadakan tes sosiometrik. Apabila rasa
kepedulian terhadap siswa mendorong untuk mengadakannya atau bila
keadaan mengijinkan, kadang–kadang seorang guru mengunjungi siswa ke
rumahnya dan memperbincangkan masalah dengan orang tuanya, segala
sesuatu untuk lebih dapat memahami siswanya. Guru berusaha untuk
mengarahkan minat dan semangat belajar siswanya sehingga tercapai hasil
yang memuaskan dan untuk memberikan pemecahan sederhana terhadap
masalah–masalah kecil yang dihadapi siswanya.
Sejak anak masuk ke sekolah pagi hari sampai sekolah usai, guru akan
memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu dalam pengumpulan data
yang diperlukan agar dapat memahami siswa–siswa dengan baik. Dalam
mencatat data tersebut serta bahan–bahan informasi lainnya kedalam catatan
kumulatif, atau catatan–catatan sekolah lainnya. Sebagian dari data itu didapat
dari siswa – siswa sendiri atau dari orangtuanya dengan mengisi formulir–
formulir isian atau melalui informasi lisan. Data yang lainnya dihasilkan dari
pelaksanaan test, atau melalui observasi terhadap kegiatan–kegiatan anak,
kebiasaan dan tingkah lakunya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Karena itulah guru merupakan anggota pertama di antara petugas–
petugas bimbingan. Pada umumnya guru itu berada dalam suatu posisi yang
lebih baik untuk mengetahui masalah–masalah, sikap dan kebutuhan siswa–
siswa, sehingga mudahlah baginya untuk memberikan bantuan kepada siswa
yang memerlukannya.
80
Pada hakikatnya, para siswanya mungkin belajar dengan baik jika guru
telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar. Tugas
guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan
kepada siswa. Hal–hal yang akan di wariskan itu sudah tentu harus sesuai
dengan ukuran–ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan
gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat
bersangkutan. Karena itu, guru harus memenuhi ukuran kemampuan yang di
perlukan untuk melaksanakan tugasnya agar siswa dapat mencapai ukuran
pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran adalah merupakan hasil interaksi
antara unsur-unsur, motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran
yang di sampaikan, dan dipelajari oleh siswa, keterampilan guru
menyampaikannya dan alat bantu pengajaran yang membantu jalannya
pewarisan itu.
Tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, ini bukan berarti dia lepas sama sekali
dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan kontribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efesien pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan dalam batasbatas tertentu, guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Peran yang dijalankan oleh guru, yaitu sebagai pembimbing. Untuk menjadi
pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang
sedang dibimbingnya.
81
Guru merupakan salah satu
komponen penting dalam rangka
mencapai amanat Undang-Undang, dimana guru mempunyai fungsi strategis
mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ketakwaan, pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru juga sangat
diharapkan mampu secara optimal mengembangkan peserta didik dengan
tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing peserta
didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam
menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam menjalani hidupnya
atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan
di sekolah dan disampaikan oleh guru, agar setiap peserta didik dapat lebih
berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan
menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut
termasuk, tentu saja seorang guru.
Karena itulah guru merupakan anggota utama diantara petugas-petugas
bimbingan. Pada umumnya, guru berada dalam suatu posisi yang baik untuk
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan siswa, sehingga guru
lebih mudah untuk memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya.
Berikut ini akan disampaikan hasil wawancara dengan para guru PAI
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, berkenaan dengan
bimbingan yang diberikan oleh para guru tersebut kepada para siswa, baik
82
pada saat pelajaran PAI, maupun diluar jam pelajaran, bahkan mungkin di luar
sekolah.
Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 6 Pebruari
2016, yang hasilnya sebagai berikut :
“Salah satu tugas guru adalah membimbing siswanya dalam
memahami kehidupan ini, bukan hanya masalah pelajaran, tapi juga
masalah-masalah pribadi, karena anak autis ini banyak mengalami
masalah dengan perilakunya di kehidupan sehari-hari, misalnya
masalah dengan temannya. Apabila ada siswa yang belum jelas dalam
materi yang kami jelaskan pada saat pelajaran berlangsung, maka kami
akan mengulang atau menjelaskan kembali, bahkan kami tidak segansegan, memberikan penjelasan tersendiri bagi siswa autis tersebut yang
agak lambat dalam menerima materi PAI”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (bapak Supri), pada
tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah :
“Kesabaran, adalah kunci utama dalam menyelami dunia anak autis,
termasuk menjadi guru adalah usaha untuk menyelami dunia anakautis
tersebut, kuncinya ya, harus memahami apa yang dinginkan anak-anak
tersebut. Menjadi guru anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah
pilihan kami, namun kami berusaha untuk memberikan bimbingan
supaya apabila ada siswa yang belum paham terhadap materi yang
kami berikan ketika itu, kami berusaha untuk menjelaskan kembali,
walaupun tidak semua harus diulang.”.
Menurut ibu Diana sebagai guru PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 yang diwawancarai oleh peneliti, pada tanggal
6 Pebruari 2016 sebagai berikut :
“Tugas kami salah satunya adalah memberikan bimbingan kepada para
siswa, bimbingan yang kami berikan tidak hanya bimbingan dalam
kelas, termasuk juga bimbingan di luar kelas. Masalah yang
dikonsultasikan pada kami, juga bukan hanya masalah pelajaran PAI,
83
tetapi juga masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Kami maklum usia
mereka sangat labil terhadap pengaruh dari luar ”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru yang mengajar mata
pelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2,
maka dapat diambil satu kesimpulan, berkenaan dengan kemampuan guru
dalam melaksanakan salah satu tugasnya sebagai pembimbing. Guru yang
mengajar mata pelajaran PAI menyadari bahwa membimbing siswa adalah
salah satu tugas seorang guru professional. Tugas membimbing tersebut
meliputi bimbingan masalah pelajaran PAI, maupun masalah-masalah sikap
perilaku. Menyediakan waktu untuk
konsultasi bagi para wali siswanya
adalah sifat para guru Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan
2 yang patut ditiru oleh para guru lain, baik guru mata pelajaran lain di
sekolah tersebut atau guru mata pelajaran PAI.
Memberikan bimbingan kepada para siswa yang belum mengerti
tentang materi yang telah diterangkan, dengan kata lain para guru PAI di
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, akan mengulang
beberapa materi yang telah disampaikan, apabila ada siswa yang belum
mengerti, bahkan sebagian ada yang mengatakan harus mengulang beberapa
kali untuk seorang siswa, karena keterlambatan dalam memahami materi yang
telah disampaikan mulai dari kepala sekolah, wakil kepala, dan para guru lain
yang ikut mendukung program tersebut.
f. Dukungan Kepala Sekolah
84
Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya, ada misi untuk
mengantarkan mereka (anak didiknya) kepada kehidupan yang lebih baik
secara intelektual dan sosial bukan sekedar karena profesi gurulah pekerjaan
yang paling mudah didapatkan. Maka seorang guru akan bisa mengalirkan
energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan, dan keislaman yang besar dalam
dada setiap muridnya, bahkan sesudah ia meninggal, guru yang mengajar
dengan mental seorang pengajar sekaligus pengasuh, bukan dengan mental
tukang teriak untuk mendapat upah bulanan bernama gaji, akan mampu
menyediakan cadangan energi agar tetap lembut menghadapi siswa autis yang
membuat kening berkerut.
Guru selalu mendarma baktikan tenaga dan pikirannya demi kemajuan
pendidikan, dan mereka juga ikhlas dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Guru juga tidak menuntut balas jasa, karena pekerjaan yang ditekuninya itu
bukan bisnis yang harus ada kalkulasi untung dan rugi, tetapi yang perlu
diperhatikan oleh pengelola lembaga pendidikan adalah keadilan akan haknya
sebagai warga negara, sebagai pekerja, dan sebagai pemangku profesi yang
sangat mulia dan berat sekali tanggung jawabnya.
Kreativitas
merupakan
dasar
dari
segala
hal
dalam
rangka
meningkatkan sesuatu kearah kemajuan peserta didik. Untuk berlaku kreatif,
maka seorang guru harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan nilainilai dasar untuk melakukan hal tersebut.
85
Sedangkan langkah kemajuan, kemauan atau niat merupakan awal bagi
terbentuknya sebuah sikap, tingkah laku loyalitas sebagai wujud dari
kredibilitas kepribadian seseorang. Jika antara kreativitas dan kepribadian
yang baik itu berpadu, maka akan menampilkan proses pendidikan yang
selalu diiringi dengan kreativitas anak didik. Untuk mewujudkan keterpaduan
itu perlu adanya motivasi dan sikap konkret dari para pendidik agar tujuan
untuk meningkatkan kemampuan anak didik lebih terarah dan tepat guna.
Berikut disampaikan hasil wawancara dengan para guru PAI di
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2. Pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti adalah : Apa motivasi bapak atau ibu menjadi guru?
Kenapa bidang studi PAI yang dipilih?, yang hasilnya sebagai berikut :
Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 6 Pebruari
2016, yang hasilnya sebagai berikut :
“Kami ini, dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga guru (Pendidikan
Luar Biasa) PLB, bahkan kalau boleh kami mengatakan “kerajaan
guru”, bagaimana tidak, bapak dan ibu kami berprofesi sebagai
seorang guru (Pendidikan Luar Biasa) PLB. Jadi kalau sejak kecil saya
bercita-cita ingin menjadi guru itu adalah hal yang biasa, kami biasa
mendengarkan orang tua kami bercerita tentang dunia anak-anak Luar
Biasa, apa suka dukanya menjadi guru anak luar biasa, apa kelebihan
dan kekurangannya menjadi guru anak Luar Biasa, kami sudah
mengenal sejak dari kecil. Rasanya menyenangkan sekali menjadi
guru anak luar biasa, begitu angan-angan kami waktu sebelum menjadi
guru anak luar biasa, walaupun kenyataannya tidak sama dengan
teorinya. Namun demikian, kami sangat senang setelah menjadi guru
yang sebenarnya, yang artinya memang motivasi kami menjadi
seorang guru adalah sangat besar. Dengan menjadi guru kami dapat
mengamalkan ilmu dan pengetahuan kami. Bidang studi PAI yang
kami pilih, itu bukan cita-cita aslinya, sebab masuk program studi PAI
atas anjuran dan arahan orang tua kami. Mungkin sejak kecil pelajaran
86
PAI kami cukup baik, sehingga orang tua kami menganjurkan untuk
masuk pada bidang studi PAI. Jadinya sekarang ini, menjadi guru
bidang studi PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas
Pembangunan 2. Alhamdulillah itu tantangan buat kami mendidik
anak berkebutuhan khusus yang tidak sembarang guru mampu
mengajarnya”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru kelas (Ibu Win) pada
tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah :
“Menjadi guru itu biasanya cita-cita anak, setelah sudah agak besar
biasanya cita-cita itu berubah, begitu juga dengan kami. Waktu kecil,
kami tidak bercita-cita menjadi guru, namun setelah agak besar, waktu
SLTP, kami mulai berubah cita-citanya, jadi guru itu mungkin juga
ada dalam benak kami waktu itu. Motivasi kami menjadi guru adalah
ingin mengamalkan ilmu yang telah kami peroleh di perguruan tinggi,
rasanya sia-sia kalau sudah memiliki ilmu pengetahuan dan tidak
mengamalkannya, di samping itu kami sangat senang dengan
mengajar, membimbing, mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus,
dunia pendidikan merupakan dunia anak, jadi rasanya tersalurkan apa
yang menjadi keinginan kami saat itu. Setelah jadi guru yang
sebenarnya kami sangat bangga, karena dengan menjadi guru yang
sebenarnya, kami dapat membimbing dan mengasuh anak-anak
berkebutuhan khusus. Sebenarnya dulu pingin bidang studi fisika,
namun dengan berbagai macam pertimbangan, kami memilih guru
kelas. Alhamdulillah lulus, kemudian jadi guru yang sebenarnya, dan
Alhamdulillah lagi sekarang sudah tersertifikasi. Tambah semangat
lagi menjadi guru”.
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Supri, pada tanggal
6 Pebruari 2016 sebagai berikut :
“Kami mulai menyenangi menjadi guru adalah setelah kami mengikuti
mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di perguruan tinggi,
dimana kami kuliah waktu itu. Ternyata menjadi guru itu sangat menarik
dan banyak sekali tantangannya. Waktu kami masih sekolah tidak pernah
membayangkan, bagaimana kalau menjadi guru, namun setelah mengikuti
PPL kami sadar, menguasai kelas adalah hal yang sangat susah untuk
dilakukan. Itulah yang menjadikan kami makin tinggi termotivasi untuk
mendalami dunia pendidikan, dan kami dengan sungguh-sungguh ingin
87
menjadi guru yang sebenarnya. Alhamdulillah dengan usaha yang kami
lakukan, akhirnya kami juga menjadi guru anak berkebutuhan khusus.
Guru Pendidikan Khusus yang kami pilih, karena itu menarik, tidak
banyak orang yang berminat, yang lebih menarik lagi. Sekarang sudah
menjadi guru Pendidikan Luar Biasa dan sudah menjadi PNS dan
tunjangan sertifikasi. “Alhamdulillah”.
Berdasarkan hasil wawancara denga para guru di Sekolah Luar Biasa
(SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, maka dapat disimpulkan bahwa; 1)
guru PAI
memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk menjadi guru,
mengembangkan diri, meningkatkan pengetahuan bagi para peserta didik,
ingin mengamalkan ilmu yang dimiliki selama menempuh pendidikan. 2)
Semuanya mengucapkan syukur dengan “Alhamdulillah” karena sekarang
sudah dapat tunjangan sertifikasi, kalau jumlahnya uang sertifikasi, kami
tidak bertanya, tapi dari mimik muka yang diperlihatkan pada saat kami
wawancara, kelihatan para guru cukup gembira dengan hasil itu.
Dengan demikian, tidak heran bila dedikasi yang diberikan kepada
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 dan ini akan
mengakibatkan suasana belajar menjadi lebih baik, lebih harmonis, dan lebih
dapat diterima oleh para siswa.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah
dikakukan pada bab-bab sebelumnya tentang pemahaman guru PAI Sekolah
Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa :
1. Untuk meningkatkan penguasaan bahan/materi pelajaran, diperoleh
dengan cara mempelajari buku-buku referensi lain, mengikuti kegiatan
KKG dan mengikuti seminar
2. Dalam merencanakan dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
masih menggunakan model kurikulum KTSP. Metode atau model yang
digunakan dalam pembelajaran lebih banyak me
3. nggunakan metode konvensional dan model PAIKEM.
4. Bentuk soal dan waktu melaksanakan evaluasi, masih beragam, ada yang
menggunakan pre test ada yang tidak.
5. Bimbingan yang diberikan oleh guru PAI sangat baik, artinya tidak harus
pada jam pelajaran, tetapi juga diberikan di luar jam pelajaran;
B. Saran-Saran
Penelitian tentang pemahaman guru PAI dalam pembelajaran di
Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 dapat didekati dan
pendekatan kualitatif deskriptif, namun dalam penelitian ini pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan secara kualitatif, dengan pengumpulan data
melalui observasi dan wawancara, analisis secara maksimal, namun masih
88
89
belum mampu menyentuh pemahan guru PAI dalam pembelajaran secara
maksimal. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk meneliti tentang
pemahaman guru PAI oleh peneliti lain di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD
Tunas Pembangunan 2 dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan atau
ilmu sosial.
1. Hasil penelitian ini sangat diharapkan mampu menjadi rujukan teoritis
bagi para peneliti, para mahasiswa dan para praktis baik dikalangkan
Kemenag Kota Surakarta maupun Dinas Dikbud Kota Surakarta dalam
kaitannya dengan berbagai pemahaman guru PAI.
2.
Fokus kajian dalam penelitian mi sepengetahuan peneliti belum dijumpai
pada penelitian terdahulu tentang pemahaman guru PAI dalam
pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2,
dengan pendekatan penelitian kualitatif dan berorientasi yang sama. Oleh
sebab itu diharapkan hasil penelitian mi dapat memberikan kontribusi bagi
khsanah studi ilmu-ilmu sosial pada Program Pascasarjana IAIN Surakarta
maupun di universitas-universitas lainnya.
3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD
Tunas
Pembangunan
2
sudah
maksimal
dalam
prosres
pembelajaran, namun tetap harus ditingkatkan lagi.
4. Dengan adanya pembinaan yang intensif dari pemerintah dalam hal ini
dinas yang terkait yang lebih optimal, maka proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru-guru menjadi lebih baik dan kegiatan belajar
mengajar dapat berorientasi kepada siswa.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis (2006) Pendidikan Anak Berkebutuhan Autistik. Alfabeta, Bandung.
Abdurruahman Assegaf, (2006) Teknik Penelitian Skripsi, materi Sekolah
Penelitian TIM DPP Divisi Penelitian, Fakultas Tarbiyah UIN SUKA,
Yogyakarta.
Agus Suroyo, (2006) Sistem Pembelajaran Pendidikan Karakter dalam
pembelajaran PAI, UIN SUKA, Yogyakarta.
Ahmad Tafsir (2001) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid (2005) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan Pendekatan Konstektual, Raja Grafindo, Jakarta
Aqila Smart (2010) Anak Cacat Bukan Kiamat, Kata Hati, Yogyakarta
Bandi Delphie (2001) Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusif, PT Rafika Aditama
Desti Widiani (2015) Pendidikan Karakter Bagi Anak Autis di Sekolah Taruna AlQur’an Yogyakarta. UIN SUKA, Yogyakarta.
Faisal Yatim (2002) Autisme Suatu Gangguan Pada Jiwa Anak, Pustaka Populer
Obor, Jakarta
GJ Renier, Meteong Rexy J (2007) Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda
Karya, Bandung
Ika
(2009)
Fungsi
manajemen
Menurut
Para
Ahli.
http://Ika01.wordpress.com/2009/10/11/fungsi-manajemen-menurutpendapat-para-ahli/
John M. Echols dan Hasan Shadily (1995). Kamus Inggris Indonesia, PT.
Gramedia, Jakarta.
Joko Yuwono, Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik), FE UI,
Jakarta
Lexy J. Moelong, (1993) Metode Penelitian Kualitatif, ,Remaja Rosda Karya,
Bandung
M. Arifin (1996) Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta
91
M. Manullang (1983) Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta.
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung
Matthew B. Miles and Michael A. Huberman, (1992) Analisis Data kualitatif
(Tjetjep Rohendi Rohidi. Terjemah), UI Press, Jakarta
Mirza Maulana (2009) Anak Autis, Kata Hati, Yogyakarta
Muhammad Asrori (2008) Psikologi Pembelajaran,Wacana Prima, Bandung
Muhaimin (2001) Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Mumpuniarti (2007) Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan, Kanwa
Publiser, Yogyakarta
Nana Syaodih Sukmadinata (2006) Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Nur Kayat, (2006) Pembelajaran Pendidikan Islam di MAN Sragen 1 Ditinjau
dari perspektif Humanisme Religius. UIN SUKA, Yogyakarta.
Ratna Wahyu Widuri (2013) Jurnal Pendidikan Khusus “Penanganan
Kemampuan Interaksi Sosial anak Autis” Universitas Negeri Surabaya,
Surabaya.
Rudi Sutadi (2002) Melatih Komunikasi Pada Penyandang Autisme, KID Autis
JMC, Jakarta
Safril
(2010)
Gambaran
Umum
Manajemen.
http://safrilblog.wordpress.com/2010/11/28/bab-i-ii-gambaran-umummanajemen/
Sri Muji Rahayu (2014), Deteksi dan Intervensi Dini pada Anak Autis, SLB
Parmadi Putra Bantul, Yogyakarta.
Sugiono, (2011) Metode – Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
, Kualitatif , dan R&D), Alfabet, Bandung.
Suharsimi Arikunto (1991) Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Raneka
Cipta, Jakarta.
Sutopo HB (2006) Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(berbagai Integrasi
dan Kompetensi), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
92
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, (2005), Tentang Sistem Pendidikan Nasional”,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Y. Handoyo (2003) Autisme, PT. Bhuana ilmu Populer, Jakarta
Yurike Fauzia Wardhani dkk (2009), Apa dan Bagaimana Autisme Terapi Medis
Alternatif, Lembaga Penerbit FE. UI, Jakarta
Zakiah Daradjat,(1995) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi
Aksara,Jakarta.
93
LAMPIRAN
94
Lampiran 1
PANDUAN WAWANCARA
Kode
Informan
PW.01 Kepala
Pertanyaan
1. Bagaimana kurikulum yang digunakan di SLB
Sekolah
ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali?
2. Pembuatan jadwal pelajaran seperti apa?
3. Bagaimana
pembagian
tugas
guru
dalam
mengajar?
4. Apa
saja
faktor
pendukung
pelaksanaan
manajemen kurikulum PAI?
5. Apa
saja
faktor
penghambat
pelaksanaan
manajemen kurikulum PAI?
PW.01 Guru PAI
1. Metode apa saja yang digunakan pada saat
pembelajaran?
2.
Jika perencanaan mengajar tidak sesuai dengan
kondisi di lapangan, bagaima cara mengatasinya?
3.
Bagaimana cara membiasakan siswa untuk
belajar?
PW.01 Guru PAI
1. Bagaimana mengatasi siswa yang tantrum?
2. Bagaimana cara membimbing siswa agar patuh
95
dalam mengikuti pelajaran?
3. Terapi apa yang digunakan untuk mengatasi anak
yang tantrum?
PW.03 Guru PAI
1. Bagaimana strategi, metode, dan media yang
digunakan pada pembelajaran PAI?
2. Bagaimana
evaluasi
yang
digunakan
dalam
pembelajaran PAI?
3. Apa
saja
faktor
pendukung
implementasi
kurikulum PAI di kelas?
4. Apa saja kendala saat mengajarkan PAI kepada
anak didik?
5. Apakah prestasi yang diraih siswa di SLB ABCD
Tunas Pembangunan 2 Boyolali itu karena
banyaknya waktu belajar atau lebih karena metode
pembelajaran yang digunakan?
96
Lampiran 2
PANDUAN PENGAMATAN
Kode
Aktivitas
P.01
Pengamatan aspek
an-organik
Hal yang diamati
1. Letak
geografis
SLB
ABCD
Tunas
ABCD
Tunas
Pembangunan 2 Boyolali.
2. Sarana
prasarana
SLB
Pembangunan 2 Boyolali.
P.02
P.03
Pengamatan aspek
Kondisi umum, seperti guru, karyawan, peserta
organik
didik, dan.
Proses Belajar
1. Proses kegiatan belajar mengajar PAI di SLB
Mengajar
ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali.
2. Strategi dan metode yang digunakan guru
dalam pembelajaran PAI di SLB ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali.
3. Media pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran PAI.
4. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
PAI.
97
Lampiran 3
PANDUAN ANALISIS DOKUMEN
Kode
Dokumen
PA.01 Profil Sekolah
Unsur yang diiamati
1. Sejarah singkat berdirinya
2. Perkembangan SLB ABCD Tunas Pembangunan
2 Boyolali
3. Visi, misi, dan tujuan SLB ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali.
PA.02 Struktur
Organisasi
PA.03 Kurikulum
1. Struktur kepengurusan sekolah. di SLB ABCD
Tunas Pembangunan 2 Boyolali
1. Kurikulum Pendidikan SLB ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran
PAI
di
SLB
ABCD
Tunas
Pembangunan 2 Boyolali
3. Silabus dan RPP mata pelajaran PAI di SLB
ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali.
98
Lampiran 4
Catatan Lapangan I
Kode : CL.P.01
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari dan Tanggal
: Jum’at, 5 Pebruari 2016
Lokasi
: SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali
Deskripsi Data:
Kesempatan ini adalah pertama kali peneliti survei tempat dan mengobservasi
keadaan sekolah secara umum dan belum terstruktur dengan baik apa-apa yang
menjadi targetan penelitian. Peneliti niat silaturrahmi dan menyampaikan keinginan
untuk menjadikan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali sebagai objek
penelitian. Peneliti sangat bersyukur karena keinginan peneliti disambut baik oleh
pihak sekolah. Pada kesempatan ini peneliti berkesempatan observasi lingkungan di
SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Adapun hasil dari observasi ini didapat
data mengenai letak SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali, batas-batas
geografis, dan keadaan sekolah secara umum.
Interpretasi:
SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali terletak di Jl. Raya Panasan Baru 1,5
KM Kenteng Taruban Nogosari Boyolali. Lokasinya yang berada di pedesaan yang
masih asri menjadikan suasana di sekolah menjadi nyaman, tenang, dan jauh dari
99
kebisingan. Ruang kelas dihias dengan suasana islam tidak seperti ruang kelas di
sekolah kebanyakan. Sekolah dikelilingi oleh pagar tembok dan hanya ada saju pintu
gerbang masuk.
100
Lampiran 5
Catatan Lapangan II
CL.PW.01
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Jum’at, 5 Pebruari 2016
Lokasi
: Ruang Tamu
Sumber Data
: Subandi, S.Pd. (Kepala Sekolah)
Deskripsi Data:
Informan adalah Kepala SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Wawancara
kali ini merupakan wawancara yang pertama dengan beliau. Pelaksanaan wawancara
dengan menyampaikan izin penelitian dan kemudian menyampaikan pertanyaan
gambaran umum SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali terkait dengan keadaan
guru dan, siswa, dan kurikulum yang digunakan di SLB ABCD Tunas Pembangunan
2 Boyolali.
Interpretasi:
Guru yang mengajar di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali rata-rata berlatar
belakang S1. Siswa SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali rata-rata berasal dari
latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Kurikulum yang digunakan di SLB ini
adalah kurikulum yaitu kurikulum yang berasal dari Dinas Pendidikan Nasional.
101
Lampiran 6
Catatan Lapangan III
CL.PA.01; CL.PA.02; CL.PA.03
Metode Pengumpulan Data
: Dokumentasi
Hari dan Tanggal
: Sabtu, 6 Pebruari 2016
Lokasi
: Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data
: Buku Profil Sekolah
Deskripsi Data:
Peneliti melakukan pengambilan data sekaligus dokumen-dokumen seperti struktur
kurikulum, pembagian tugas guru mengajar, dan profil sekolah yang meliputi visi,
misi, dan tujuan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Peneliti juga
menanyakan mengenai berbagai prestasi yang telah dicapai. Dari hasil wawancara
terungkap bahwa SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali merupakan sekolah
dengan akreditasi B yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah SLB yang lain.
Interpretasi:
SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali telah memiliki struktur kurikulum,
pembagian tugas mengajar, dan profil sekolah yang jelas. Visi, misi, maupun tujuan
sekolah mempengaruhi pengembangan kurikulum di sekolah. Out put yang
diharapkan dari SLB adalah siswa yang mampu survive dalam kehidupan yang
mandiri..
102
Lampiran 7
Catatan Lapangan IV
CL.PW.02
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Sabtu, 6 Pebruari 2016
Lokasi
: Ruang Guru
Sumber Data
: Supriyadi, S.Pd. (Wakil Kepala Sekolah)
Deskripsi Data:
Informan adalah Wakil Kepala bidang Kurikulum. Pertama kali wawancara dengan
beliau, peneliti menanyakan tentang kurikulum yang digunakan, khususnya
kurikulum PAI, tujuan pelaksanaan proses belajar mengajar PAI, peran kepala
sekolah dalam manajemen kurikulum PAI, kegiatan keseharian anak, kegiatan
penunjang pembelajaran PAI, dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran
PAI. Dari hasil wawancara terungkap hal-hal sebagai berikut:
1. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum gabungan
2. Nilai-nilai keislaman terintegrasi dalam kegiatan keseharian anak
3. Pembelajaran PAI dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik dalam hidup ini
bisa sejalan dengan tugasnya sebagai Khalifatullah dan juga sebagai Abdullah,
selain itu tujuannya untuk membentuk karakter Akhlakul Karimah.
4. Peran kepala sekolah dalam implementasi manajemen kurikulum PAI antara lain
menyusun rencana tahunan, memimpin rapat, melakukan pembinaan kurikulum,
103
Controlling pelaksanaan berbagai program di sekolah, dan melakukan bimbingan
untuk guru.
5. Banyak kegiatan di sekolah yang menunjang pembelajaran PAI yang biasanya
berupa rutinitas harian siswa seperti sholat dhuha, sholat dhuhur berjama’ah dan
lain lain.
Interpretasi:
Nilai-nilai keislaman memang benar-benar diupayakan diintegrasikan dalam seluruh
kegiatan keseharian anak baik kegiatan akademik maupun non akademik. Semua
pihak baik kepala sekolah, guru, maupun orang tua sangat berperan dalam
menanamkan nilai-nilai religi tersebut. Apa yang diajarkan atau dialami siswa di
sekolah juga akan selalu terjaga saat di rumah.
104
Lampiran 8
Catatan Lapangan V
CL. PW.02
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari dan Tanggal
: Sabtu, 6 Pebruari 2016
Lokasi
: Ruang Guru
Sumber Data
: Diana Ilmiyati, SH.I. (Guru PAI )
Deskripsi Data :
Ini merupakan wawancara kedua dengan beliau. Pada kesempatan kali ini peneliti
bertanya mengenai perencanaan kurikulum PAI anak autis, penyusunan beberapa
program yang terkait dengannya, pelaksanaan kurikulum PAI anak autis, strategi
sekolah dalam melaksanakan kurikulum PAI anak autis, dan evaluasi kurikulum PAI
anak autis. dari hasil wawancara terungkap bahwa perencanaan kurikulum PAI anak
autis meliputi penyusunan berbagai program yaitu program tahunan, program
semester, silabus, RPP, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan jadwal pelajaran.
Pelaksanaan kurikulum PAI anak autis dibagi menjadi dua yaitu tingkat sekolah dan
tingkat kelas. Evaluasi kurikulum PAI anak autis dengan melakukan evaluasi hasil
belajar PAI anak autis dari para siswa. Hasil belajar anak tertuang dalam rapot angka,
rapot kualitatif.
Interpretasi:
Implementasi manajemen kurikulum PAI anak autis dengan berpedoman pada
kurikulum dari Dinas Pendidikan Nasional.
105
106
PEDOMAN OBSERVASI
A. Judul Penelitian
: Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Untuk Anak Autis Pada Jenjang SD Di
Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2
A. Peneliti
: Avika Diana Masykuroh
B. Responden
: Guru PAI
C. Tempat Penelitian
: Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2
D. Waktu
: Tanggal 5 Pebruari s/d 11 Pebruari 2016S
E. Pengamatan Ke
:Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2
Kab.Boyolai
C. Materi Wawancara
: (Dalam Tabel berikut)
No
Aspek
Rincian Aspek
Yang
Yang Diamati
Diamati
1
Metode
Kesesuaian antara
Mengajar
metode dengan
materi yang
disajikan.
Ketangkasan guru
dalam menerapkan
metode.
Langkah-langkah
Deskripsi
Hasil Pengamatan
107
guru dalam
mengajar.
2
Media
Kesesuaian antara
Yang
media dengan
Digunakan materi yang
disajikan.
Keterampilan
dalam
menggunakan
media.
3
Evaluasi
Kesesuaian antara
evaluasi dengan
materi yang
disajikan.
Bentuk-bentuk
evaluasi yang
diberikan.
108
Mengetahui
Boyolali, 12 Pebruari 2016
Responden
Peneliti
( Diana Ilmiyati, S.H. I)
(Avika Diana Masykuroh)
109
PEDOMAN WAWANCARA
D. Judul Penelitian :
PEMAHAMAN GURU MATEMATIKA DALAM
PEMBELAJARAN
(Studi
Fenomenologi
Pembelajaran
Matematika
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta)
E. Peneliti
: Drs. Moh. Bisri, M.Pd.
F. Responden
: Guru Mata Pembelajaran Matematika
G. Tempat Penelitian
: Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta
H. Waktu
: ..................................................
I.
: (Dalam Tabel berikut)
Materi Wawancara
No
1
Pertanyaan
Bagaimana
Bp/Ibu
Jawaban
dalam
membuat rencana pelaksanaan
pembelajara (RPP)? (Tolong
diceritakan:
pembuatannya,
berapa
lama,
kapan
perlu
waktu
apa
kendala,......)
2
Apa metode yang Bp/Ibu
gunakan dalam mengajar
matematika? (Tolong di
pasangkan antara materi
matematika dengan metode
yang biasa digunakan,
misalnya: Materi Bangun
ada
di
110
Ruang dengan metode
Demonstrasi)
3
Apa media yang Bp/Ibu
gunakan dalam mengajar
matematika? (Tolong
dipaparkan media yang sering
digunakan)
4
Apa evaluasi yang Bp/Ibu
gunakan dalam menguji
pemahaman siswa? (Tolong
diceritakan)
5
Apakah Bp/Ibu mengadakan
remidi, bila ada siswa yang
belum mencapai KKM? Apa
bentuk remidi yang sering di
lakukan?
Mengetahui
Surakarta. ....................
Responden
Peneliti
(..............................................)
(Drs. Moh. Bisri, M.Pd.)
111
PEDOMAN WAWANCARA
A. Judul Penelitian
: Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Untuk Anak Autis Pada Jenjang SD Di
Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2
B. Peneliti
: Avika Diana Masykuroh
C. Responden
: Guru Kelas 2 Autis
D. Tempat Penelitian
: Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2
E. Waktu
: Hari Sabtu, 6 Pebruari 2016
F. Materi Wawancara
No
1
: (Dalam Tabel berikut)
Pertanyaan
Apakah tingkat pendidikan
Bp/Ibu membantu profesi
menjadi guru ? Tolong
diceritakan pengalaman
pendidikan yang berkaitan
langsung dengan materi yang
Bp/Ibu dapat mengambil
teladan dari sana?
Jawaban
112
2
Apakah Bp/Ibu pernah
mengikuti pelatihan yang dapat
memperdalam pemahaman
anak autis? Tolong diuraikan
apa yang Bp/Ibu rasakan
membantu dalam menambah
pemahaman tentang anak autis?
3
Apakah Kepala Sekolah Bp/Ibu
memberikan dukungan dalam
setiap aktifitas pembelajaran ?
Coba Bp/Ibu sampaikan wujud
dukungan yang pernah
diberikan!
4
Apa yang mendorong Bp/Ibu
untuk
bisa
memahami
pembelajaran untuk anak autis
ini dengan baik ?
5
Bagaimana Bp/Ibu membantu
menyelesaian masalah siswa
dalam mengerjakan soal-soal ?
(Tolong diberikan contoh kasus
materi pembelajaran tertentu
113
yang pernah menjadi masalah
bagi siswa)
Mengetahui
Boyolali,
Pebruari 2016
Responden
Peneliti
(Nurin Purnomowati, S. Pd)
(Avika Diana Masykuroh)
114
PEDOMAN WAWANCARA
A. Judul Penelitian
: Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Untuk Anak Autis Pada Jenjang SD Di
Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2
B. Peneliti
: Avika Diana Masykuroh
C. Responden
: Wakil Kepala Sekolah
D. Tempat Penelitian
: Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan
2
E. Waktu
: Hari Sabtu, tanggal 6 Pebruari 2016
F. Materi Wawancara
: (Dalam Tabel berikut)
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah Bp/Ibu guru dalam
membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran
berkonsultasi
(RPP)
dengan
Anda?
(Tolong diceritakan masukan
apa
yang pernah diberikan
kepada Bp/Ibu guru dalam
memperbaiki RPP)
115
2
Apakah Bp/Ibu guru dalam
menggunakan metode mengajar
anak autis pernah berkonsutasi
dengan Anda? Saran apa yang
pernah Anda berikan kepada
guru dalam rangka
memperbaiki pembelajaran di
kelas?
116
3
Apakah media yang digunakan
Bp/Ibu guru disediakan oleh
sekolah? (Tolong diceritakan
dukungan Anda kepada guru
dalam memenuhi kebutuhan
media dalam pembelajaran anak
autis)
4
Apakah Bp/Ibu guru pernah
berkonsultasi perihal evaluasi
pembelajaran?Saran apa yang
Anda pernah berikan kepada
Bp/Ibu guru ?
5
Apakah Bp/Ibu guru pernah
berkonsultasi perihal remidi
bagi siswa yang belum
terpenuhinya KKM? Tolong
diceritakan bentuk masukan
diberikan kepada guru dalam
memberikan remidi pada siswa!
Mengetahui
Boyolali,
Pebruari 2016
117
Responden
Peneliti
(Supriyadi, S. Pd)
(Avika Diana Masykuroh)
118
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU PAI
SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru? Kalau di
SLB-ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali ini?
1. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu? Prodi/Jurusan apa?
2. Apakah Bapak/Ibu juga mengajar di sekolah lain selain di sini?
3. Selain mata pelajaran PAI, apakah Bapak/Ibu juga mengampu mata
pealajaran lain? Apa saja?
4. Menurut Bapak/Ibu, mengajar PAI itu bagaimana (misal menyenangkan atau
membosankan)? Apa alasannya?
5. Kalau boleh memilih, apakah Bapak/Ibu lebih memilih mata pelajaran PAI
atau yang lain? Kenapa?
6. Apa motivasi bpk/ibu menjadi guru PAI?
7. Di kelas berapa Bapak/Ibu mengajar?
8. Selama menjadi guru PAI, berapa kali ikut penataran atau sejenisnya yang
berhubungan dengan pembelajaran PAI? Apa saja? Berapa lama? Di mana?
9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana semangat siswa dalam mengikuti pelajaran
PAI?
10. Kurikulum mana yang digunakan di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali
ini? Kenapa?
11. Apakah Bapak/Ibu sudah pernah ikut penataran atau sejenisnya tentang
pelaksanaan kurikulum 2013?
12. Menurut Bapak/Ibu apa bedanya kurikulum 2004 dengan 2013?
13. Apakah Bapak/Ibu membuat RPP kalau akan mengajar? Kapan membuatnya?
Apa kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam membuat RPP? Berapa lama?
14. Selain membuat RPP, apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan?
15. Menurut Bapak/Ibu, metode apa yang paling sering digunakan dalam KBM ?
Kenapa?
16. Jika metode mengajar yang direncanakan RPP tidak sesuai dengan kondisi
kelas, bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya?
17. Media apa yang paling sering Bapak/Ibu gunakan? Kenapa?
18. Selain buku paket, apakah Bapak/Ibu menggunakan buku lain sebagai
pengayaan? Apa judulnya? Kenapa?
119
19. Apa tindakan Bapak/Ibu kalau dalam KBM ada siswa yang tidak
memperhatikan atau ribut?
20. Bagaimana bentuk evaluasi yang Bapak/Ibu lakukan? Lisan atau tulis? Kapan
dilaksanakan?
21. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi yang Bapak/Ibu ajarkan
saat itu, bagaimana solusinya?
22. Bagaimana mengatasi siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran?
23. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi, jika ada materi yang Bapak/Ibu tidak
senang terhadap materi tersebut?
24. Menurut Bapak/Ibu, komunikasi yang bagaimana yang baik antara guru
dengan siswa, guru dengan guru lain, guru dengan kepala Madrasah, dan
guru dengan wali murid (komite sekolah)?
25. Bagaimana tanggapan bapak/ibu bila siswa di kelas bersikap pasif?
26. Menurut Bapak/Ibu, apakah guru PAI perlu meningkatkan kompetensinya?
Dalam bentuk apa?
27. Bagaimana kerjasama yang dibangun antar guru selain PAI?
28. Menurut Bapak/Ibu, berapa rata-rata nilai US siswa SLB-ABCD Tunas
Pembangunan 2 Boyolali tahun ini? Kenapa?
29. Selama ini, apakah pernah siswa mendapat nilai sempurna (10) pada mata
pelajaran PAI? Kalau pelajaran yang lain?
30. Apakah Bapak/Ibu puas dengan hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti
US? Kenapa?
31. Persiapan apa saja yang dilakukan dalam menghadapi US? Oleh siswa
bagaimana? Oleh guru PAI? Oleh guru mata pelajaran yang di-US-kan? Guru
lain? Dan kepala Sekolah?
32. Apakah Bapak/Ibu menyediakan waktu khusus untuk siswa konsultasi, baik
masalah pelajaran ataupun yang lainnya? Kapan dan di mana?
33. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan Sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru PAI? Dalam bentuk apa?
34. Apa saran Bapak/Ibu untuk meningkatkan KBM di SLB-ABCD Tunas
Pembangunan 2 ini? Bagi guru PAI? Bagi siswa? Bagi guru lain?
120
Kegiatan Prektek Berwudhu
121
122
Kegiatan Sholat Dhuha
123
124
125
Kegiatan ektra menari
126
127
Kegiatan Ketrampilan siswa
128
129
Kegiatan Jum’at sehat
130
Kegiatan Belajar Mengajar
131
132
s
133
Prestasi yang diperoleh
134
Gedung SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali
135
Ruang Guru
136
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Avika Diana Masykuroh
2. Tempat, tanggal Lahir : Surakarta, 17 April 1982
3. Alamat
: Banyuanyar Rt 04 Rw 09, Kec. Banjarsari Kodya.
Surakarta KP. 57137
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Status
: Menikah
6. Tinggi/berat badan
: 150/ 49kg
7. Golongan darah
:B
8. HP
: 085 725 205 217
9. Email
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
A. FORMAL
1. SD Djama’atul Ichwan Surakarta, Lulus tahun 1994
2. SMP Al-Islam 1 Surakarta Lulus Tahun 1997
3. MAN I Surakarta Lulus Tahun 2000
4. STAIN Surakarta Prodi Syari’ah- Muamalah Lulus Tahun 2004
5. AKTA IV STAIN Surakarta Lulus Tahun 2005
B. NON FORMAL
No
Nama kegiatan
Penyelenggara
Waktu
kegiatan
137
1.
Seminar Nasional Pendidikan
Kurikulum 13 antara peluang
2.
dan tantangan
IAIN Surakarta
Studium General Pascasarjana
IAIN Surakarta
IAIN Surakarta
3- April2013
30
–
sep
tember
2013
3.
Seminar At the academic
IAIN Surakarta
discussion on, ” Study of Al-
28 - April
2014
Qur’anic Exegesis” hosted by
postgraduate studies of state
IAIN Surakarta
4.
Seminar Nasional Nasional
UNS Surakarta
The Art Of Teaching
5.
Seminar Nasional dalam
18 - April2015
UNS Surakarta
8
rangka Science Week 8th
November -
Peran Pendidikan dalam
2015
Menghadapi MEA
6.
–
Pendidikan Pemakaian
Perpustakaan
IAIN Surakarta
27Desember
2013
Download