MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK AUTIS PADA JENJANG SD DI SEKOLAH LUAR BIASA - ABCD TUNAS PEMBANGUNAN 2 BOYOLALI TAHUN 2015 TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam AVIKA DIANA MASYKUROH NIM : 134031004 PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2016 i MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK AUTIS PADA JENJANG SD DI SEKOLAH LUARBIASA - ABCD TUNAS PEMBANGUNAN 2 BOYOLALI TAHUN 2015 Avika Diana Masykuroh Abstrak Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak yang normal saja. tetapi pendidikan juga dibutuhkan oleh anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak-anak penyandang autis. Pendidikan adalah persoalan penting bagi semua umat. Tujuan yang dirumuskan, antara lain 1) Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 2) Untuk mengetahui problem yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali pada bulan November sampai Pebruari 2016. Subjek penelitian: Kepala sekolah dan guru PAI. Informan penelitian: (1) Guru (2) komite (3) wali murid.Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan tehnik triangulasi. Dalam penelitian ini tehnik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya tentang pemahaman guru PAI Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa : (1)Untuk meningkatkan penguasaan bahan/materi pelajaran, diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku referensi lain, mengikuti kegiatan KKG dan mengikuti seminar, (2) Dalam merencanakan dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, masih menggunakan model kurikulum KTSP. Metode atau model yang digunakan dalam pembelajaran lebih banyak menggunakan metode konvensional dan model PAIKEM. (3) Bentuk soal dan waktu melaksanakan evaluasi, masih beragam, ada yang menggunakan pre test ada yang tidak. (4) Bimbingan yang diberikan oleh guru PAI sangat baik, artinya tidak harus pada jam pelajaran, tetapi juga diberikan di luar jam pelajaran; Kata kunci: Manajemen Pembelajaran PAI Anak Autis ii LEARNING MANAGEMENT OF ISLAMIC EDUCATION FOR AUTISM CHILDREN IN GRADE ELEMENTARY SCHOOL AT TUNAS PEMBANGUNAN ABCD – SPECIAL EDUCATION SCHOOL IN BOYOLALI 2015 Avika Diana Masykuroh Abstract Education is needed not only for the normal children but also children with disability especially autism chidren. Education is an important thing for human beings. The purposes of this paper, such as 1) To know about learning management of Islamic Education for autism children at Tunas Pembangunan 2 ABCD-Special Education Scholl in Boyolali, 2) To know about the problems and the effect to overcome them in learning of Islamic Education for autism children at Tunas Pembangunan 2 ABCD-Special Education School in Boyolali. This research is qualitative descriptive one. This research have been held at Tunas Pembangunan 2 ABCD –Special Education School in Boyolali in November until February 2016. The subjects of the research are The Headmaster and the teachers of Islamic Education. The source of informations are (1) teachers (2) committee (3) the student parents. The technique of data collection uses observations, interviews, and documentations. To check the validaty of data using triangulasi technique. The triangulasi technique of this research are source triangulasi and method triangulasi. The data analysis technique of data collection uses observations, interview, and documentations. The technique to check the validity of the data is by using confirmation with the source of the data. The data analysis technique uses interactive method such as data collection, data reduction, data presentation and conclusion. Based on the data that have collected and the analysis which has done in the previous chapter about the understanding of the teachers of Islamic Education at Tunas Pembangunan 2 ABCD-Special Education School in Boyolali, so we can conclude that : (1) To increase the achievement of the teachers materials getting by learning another refference books, joining the event of KKG and colloquim. (2) In planning and arranging lesson plans, still uses, KTSP curriculum models. The method or model using in the teaching learning mostly using professional methode and PAIKEM models. (3) The kind of the test and the time of evaluation is various, using pretest and without it. (4) The guidance giving by Islamic education teacher are so good, it means it has not given in curricular time but it is also given out of curricular time. Key words : Learning Management of Islamic Education for Autism Children iii إدارة تعليم التربية الدينية اإلسالمية لألطفال المصابين بالتوحد في مرحلة المدرسة اإلبتدائية بالمدرسة غير العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) "2بويواللي سنة 2102 أفيكا ديانا مشكورة ملخص البجث الرتبية ال حيتاج إليها األطفال العاديون فقط ،ولكن حيتاج إليها األطفال الذين لديهم االحتياجات اخلاصة أيضا مثل األطفال ادلصابني بالتوحد .الرتبية ىي قضية مهمة جلميع الناس .ومن األىداف ذلذا البحث ما يلى)1: دلعرفة إدارة تعليم الرتبية الدينية اإلسالمية لألطفال ادلصابني بالتوحد يف مرحلة ادلدرسة اإلبتدائية بادلدرسة غري العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) "2بويواليل )2 .دلعرفة ادلشكالت يف تعليم الرتبية الدينية اإلسالمية لألطفال ادلصابني بالتوحد يف مرحلة ادلدرسة اإلبتدائية بادلدرسة غري العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) "2بويواليل واجلهود حللها. ىذا البحث ىو حبث وصفي كيفي .وقد جرى ىذا البحث يف ادلدرسة غري العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) "2بويواليل من شهر نوفمرب إىل فمراير .2112وموضوع ىذا البحث مدير ادلدرسة ومدرسو الرتبية الدينية اإلسالمية .وادلبخرب ذلذا البحث )1( :ادلدرسون و( )2اذليئة ادلدرسية و( )3آباء التالميذ. وأساليب مجع البيانات يف ىذا البحث ىي ادلالحظة وادلقابلة والتوثيق .وأسلوب فحص صحة البيانات باستبخدام التثليث مع ادلصدر .ويستبخدم أسلوب حتليل البيانات الطريقة التفاعلية اليت حتتوي على مجع البيانات ،وحتديد البيانات ،وعرض البيانات واالستنباط. وبناء على تلك البيانات وحتليلها يف األبواب السابقة حول فهم مدرسي ادلدرسة غري العادية "أ ب ج د توناس فمباغونان (براعم التنمية) "2بويواليل ،ميكن االستنتاج ما يلي )1( :لتحسني السيطرة على ادلواد الدراسية ،ومت احلصول عليها من خالل دراسة الكتب ادلرجعية األخرى ،واتباع أنشطة حلقة العمل للمدرسني والندوات العلمية، ( )2يف ختطيط مشروعية التعليم وإعدادىا ال يزل ادلدرسون يستبخدمون منوذج منهج الدراسة دلستوى الوحدة ادلدرسية. الطريقة أو النموذج ادلستبخدمة يف التعليم ىي الطريقة التقليدية ومنوذج "بايكم" (الرتبية الفعالية واإلبداعية وادلبتكرة والنشيطة وادلمتعة) )3( .شكل األسئلة وزمان إجراء التقييم متعددتان ،بعضها يستبخدم اختبار ما قبل وبعضها ال يستبخدمو )4( .التوجيهات أو اإلرشادات اليت قدمها مدرسو الرتبية الدينية اإلسالمية جيدة جدا ،وىذه تعين ال جيب أن يكون ذلك يف خالل الساعات الدراسية فقط ،ولكن خارج الساعات الدراسية أيضا. كلمات البحث األساسية :إدارة تعليم الرتبية الدينية اإلسالمية ،األطفال ادلصابون بالتوحد. iv HALAMAN PENGESAHAN TESIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK AUTIS PADA JENJANG SD DI SEKOLAH LUAR BIASA – ABCD TUNAS PEMBANGUNAN 2 BOYOLALI TAHUN 2015 Disusun Oleh : Avika Diana Masykuroh NIM.134031004 Telah dipertahankan di depan Majelis dewan Penguji Tesis Program Pascasarjana Institul Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Pada hari Selasa tanggal 23 bulan Februari tahun 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam (M.Pd.I) Surakarta, Februari 2016 Ketua Sidang, Sekretaris Sidang, Dr. Moh. Bisri, M. Pd NIP.196207181993031 003 Dr. Muh. Munadi, M. Pd NIP. 1972710200003 1 003 Penguji I, Penguji Utama, Dr. H. Baidi, M. Pd NIP. 196403021996031 001 Dr. Mudhofir, S. Ag, M. Pd NIP.197008021998031 002 Direktur Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd, Ph.D NIP. 19600910 199203 1 003 v LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK UJIAN TESIS Nama NIM Program Studi NO 1 : Avika Diana Masykuroh : 134031004 : Manajemen Pendidikan Islam NAMA Dr. H . Baidi, M.Pd TANDA TANGAN TANGGAL NIP.19640302199603 1 001 Ketua Jurusan 2 Dr. Baidi, M.Pd NIP.19640302199603 1 001 Pembimbing I 3 Dr. Muhammad Munadi, M.Pd. NIP. 19720710200003 1 003 Pembimbing II Surakarta, 2016 Mengetahui, Direktur Pascasarjana Prof. Drs. H. Rohmat, M. Pd, Ph. D NIP. 19600910 199203 1 003 vi PERSEMBAHAN Sembah Sujud kepada Allah SWT pencipta alam semesta. Tesis ini penyusun persembahkan kepada : 1. Kedua orangtua saya. 2. Suami dan anak-anakku Syifa’ Syauqiyah dan Moh. Akhdan Basysyar. 3. Saudara-saudari saya dan sahabat-sahabatku Nuno,Nunul, Herman, Atik. 4. Keluarga besar SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali 5. Almamater IAIN Surakarta MOTTO vii “Pendidikan terbaik hanya membuka sebagian pintu kebahagiaan. Sikap hidup terbaik,ia membuka semua pintu kebahagiaan” viii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam dari Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penullisan Tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Tesis ini bukan asli karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan saksi-sanksi lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Surakarta, Februari 2016 Yang Menyatakan, Avika Diana Masykuroh ix KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan inayah Nya sehingga penulisan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di dunia dan akhirat nanti. Selama studi program pascasarjana hingga menyelesaikan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah membantu kepada penulis. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Mudhofir, S.Ag, M.Pd selaku rektor IAIN Surakarta yang telah merestui pembahasan tesis ini. 2. Bapak Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd, Ph.D, selaku direktur Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah memberikan arahan penulisan tesis ini. 3. Bapak Dr. Baidi, M.Pd, selaku dosen pembimbing 1 (satu) yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyususnan tesis ini. 4. Bapak Dr. Muhammad Munadi, M.Pd selaku dosen pembimbing 2 (dua) yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan tesis ini. 5. Bapak Subandi, S.Pd. selaku Kepala sekolah di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2, serta Bapak Ibu guru yangg tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas kerjasamanya yang telah memberikan izin dan layanan data yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini. x 6. Kepala perpustakaan IAIN Surakarta yang telah memberikan layanan pinjaman buku yang penulis perlukan dalam referensi penyusunan tesis ini. 7. Para Dosen dan seluruh civitas akademik di Program Pascasarjana IAIN Surakarta yang telah memberikan berbagai informasi dalam penyusunan tesis ini. 8. Kedua orangtua Bapak Sugimin dan Ibu Sarmini (alm) yang telah melahirkan dan mendidik saya sejak kecil. 9. Suami saya Annas Gufron dan anak-anak yang selalu membangkitkan semangat saya untuk segera menyelesaikan tesis ini. 10. Teman seangkatan yang bersedia membantu dan menjadi teman sharing dalam penulisan tesis ini dan sahabatku Nuno, Nunul, Atik, Erna. Kepada teman-teman yang senantiasa melakukan pergulatan pemikiran baik se-ide maupun berlawanan pikiran dan telah memberikan motivasi, bahan-bahan, serta ide dan gagasan penulisan tesis ini, penulis sampaikan terimakasih. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, namun penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Penulis xi Februari 2016 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i ABSTRAK ............. ........................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv PERSETUJUAN UNTUK UJIAN TESIS ...................................................... v PERSEMBAHAN .. ........................................................................................ vi MOTTO .................. ........................................................................................ vii PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................. viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ......... ........................................................................................ xii DAFTAR TABEL .. ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar belakang masalah ............................................................... 1 B. Rumusan masalah ........................................................................ 7 C. Tujuan penelitian ......................................................................... 7 D. Manfaat penelitian ....................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 9 A. Teori yang relevan ...................................................................... 9 1. Pengertian Manajemen Pembelajaran ..................................... 9 a. Pengertian Manajemen ........................................................ 9 b. Pengertian Pembelajaran ..................................................... 13 2. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ............................... 18 a. Kondisi Pembelajaran .......................................................... 18 xii b. Metode Pembelajaran ........................................................... 19 3. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................ 22 4. Autisme .................................................................................... 24 a. Pengertian Autisme ............................................................... 24 b. Gangguan Autisme .............................................................. 26 c. Pendidikan Anak Autis ........................................................ . 28 d. Kurikulum Pendidikan untuk Anak yang Berkebutuhan Khusus (Autis) ..................................................................... 29 e. Metode Pembelajaran Anak Autis ....................................... 30 B. Penelitian yang relevan ................................................................ 31 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35 A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35 B. Latar Setting penelitian ............................................................... 36 1.Tempat Penelitian .................................................................... 36 2.Waktu penelitian ...................................................................... 37 C. Subjek dan informan Penelitian ................................................. 37 D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 38 1. . Observasi/Pengamatan ........................................................... 38 2. . Wawancara/Interview ............................................................ 39 3. . Dokumentasi .......................................................................... 40 E. Pemeriksaan keabsahan data ........................................................ 41 F. Teknik analisa data ....................................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 44 A. Deskripsi Lokasi SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 ................. 44 1. Letak Geografis ......................................................................... 44 2. Sejarah Berdiri dan perkembngannya......................................... 44 xiii 3. Visi dan Misi SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .................... 46 4. Tujuan pada Akhir tahun SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 . 47 5. Strategi Pendidikan SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .......... 47 6. Perpustakaan SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .................... 48 7. Struktur Organisasi .................................................................... 48 8. Keadaan saran dan Fasilitas ........................................................ 52 B. Hasil Penilitian di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 .................. 53 1. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran PAI pada SLBABCD Tunas Pembangunan 2 ………………………………… 53 2. Manajemen Pembelajaran PAI …………………………….. 55 a. Penyusunan RPP ................................................................. 60 b. Menguasai bahan atau materi Pembelajaran ..................... 64 c. Metode Mengajar yang Digunakan .................................... 68 d. Mengadakan Evaluasi ......................................................... 73 e. Menyelenggarakan Program Bimbingan pada siswa ......... 77 f. Dukungan Kepala Sekolah ................................................. 83 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 87 A. Kesimpulan .................................................................................. 87 B. Saran ............................................................................................ 87 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89 LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………………………….. . 92 xiv DAFTAR TABEL Tabel 2.01 Keadaan Guru dan Karyawan SLB-ABC Tunas Pembengunan 2 ...... 30 Tabel 4.01 Keadaan Siswa SLB-ABC Tunas Pembengunan 2 ............................ 80 xv DAFTAR LAMPIRAN Panduan Wawancara ........................................................................................ .. 93 Panduan Pengamatan ....................................................................................... . 95 Panduan Analisis Dokumen ............................................................................. .. 96 Catatan Lapangan I .. ........................................................................................ 97 Catatan Lapangan II. ........................................................................................ . 99 Catatan Lapangan III ........................................................................................ 100 Catatan Lapangan IV ........................................................................................ 101 Catatan Lapangan V ....................................................................................... 103 Pedoman Wawancara dengan guru PAI ......................................................... . 104 Foto-foto ……………………………………………………………………… 106 Ijin Penelitian ………………………………………………………………… 116 Surat Keterangan Penelitian………………………………………………….. 117 Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………... 118 Contoh Silabus dan RPP …………………………………………………….. 119 Contoh Raport ……………………………………………………………….. 158 xvi 100 122 123 124 101 132 133 135 136 137 102 143 144 145 146 103 153 154 155 156 I ii iii iv v vi vii viii 125 ix 126 128 129 130 131 138 139 140 141 142 147 148 149 150 151 152 157 158 157 158 x xi xii xviii 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 xvii 127 xiii xiv xv 159 xvi xvii 160 122 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 xviii 115 116 117 118 119 120 121 122 xix 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan autism ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan baik dalam bidang komunikasi, perkembangan motorik yang tidak seimbang, maupun dalam interaksi sosial. Namun tidak semua anak yang memperlihatkan keterlambatan perkembangan diusianya yang dini akan didiagnosis sebagai penyandang autism. Bisa saja anak menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya pada awalnya, namun kemudian ia akan dapat mengejar ketinggalan tersebut dan tumbuh selayaknya anak normal lainnya. Orang tua sebaiknya cermat dalam mencatat pertumbuhan dan perkembangan anak. Bukan hanya terfokus pada perkemabangan fisik anak, namun juga harus memperhatikan kesekuruhan aspek pengembangan, yaitu motorik, emosional, dan sosial anak. Pendidikan sebagai salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Hal ini penting untuk diperhatikan dalam menyongsong tantangan kehidupan global. Upaya perbaikan dibidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya dilaksanakan antara lian dalam hal managerial, kurikulum, guru, siswa, saran dan lain-lain. Usaha ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya (Budi Santoso, 2012 : 3). 1 2 Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak yang normal saja, tetapi pendidikan juga dibutuhkan oleh anak-anak berkebutuhan khusus seperti anak-anak penyandang autis. Pendidikan adalah persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat, karena pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka (Muwahid, 2013 : 3). Hal ini jelas tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional menjelaskan dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 berbunyi, (ayat 1), Setiap warga Negara mempunyai hak sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (ayat 2), warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan social berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak autis merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan social. Isi yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No, 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasioanal dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 tersebut menunjukkan bahwa anak autis mendapatkan hak yang sama untuk pendidikan. (2003 : 10) Selain itu pendidikan tidak hanya bertugas memberikan bekal kepada peserta didik tentang pengetahuan didunia saja tetapi peserta didik juga harus dibekali dengan pengetahuan agama, sehingga memperoleh bekal yang lengkap ketika hidup di masyarakat. Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari pendidikan, merupakan salah satu bidang studi di lembaga pendidikan 3 umum dengan tujuan membantu anak didik untuk memperoleh kehidupan yang bermakna sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akherat baik secara individu maupun kelompok Pendidikan agama Islam mengajari anak didik tata cara beribadah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan tata cara berhubungan dengan sesama manusia, saling menghormati, menghargai dan menyayangi.(Ahmad, 2001 : 46) Pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis dalam arti tidak menuntut mereka dapat mengerjakan ibadah secara sempurna seperti halnya orang normal, akan tetapi menumbuhkan kesadaran pada peserta didik bahwa mereka juga memiliki agama dan aturan dalam kehidupan. Pendidikan agama Islam sangat berguna sebagai kendali dan harus ditanamkan sedari kecil. Dalam melaksanakan pendidikan agama Islam haruslah menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam sebagai langkah menuju tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama pada dunia pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan. Karena dalam pendidikan agama Islam diberikan ajaran tentang aqidah, muamalah, ibadah dan syari’ah yang merupakan dasar ajaran agama. Sehingga diharapkan dapat menempatkan diri dengan baik di masyarakat dan yang lebih penting adalah agar siswa dapat lebih mandiri Dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam pada anak autis tidak semudah seperti penyampaian materi pendidikan agama Islam pada anakanak normal, sebab mereka sulit diajak berfikir abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam untuk anak autis membutuhkan 4 suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dengan yang lainya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, guru kelas seharusnya sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yang berkaitan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompentensi yang dimilikinya, dan tingkat perkembanganya (Bandi, 2001 : 1). Oleh karena itu selayaknya pendidikan bagi anak autis harus lebih diperhatikan, karena tidak semua anak autis mampu belajar bersama dengan anak-anak pada umumnya, disebabkan anak autis sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi. Dalam kondisi seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan yang memfokuskan kegiatan dalam membantu para peserta didik yang menderita gangguan autis secara pribadi agar mereka dapat berhasil dalam proses pendidikanya. Fakta di atas menunjukkan bahwa pendidikan untuk anak autis membutuhkan lebih banyak perhatian, baik dari segi kurikulum, pendidik, materi, dan evaluasinya. Pendidikan agama Islam untuk anak autis dalam pembelajarannya harus dipersiapkan secara matang agar dalam proses pembelajarannya bisa maksimal dan membuahkan hasil. Hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis adalah semua komponen harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Oleh karena itu, masing-masing komponen tidak berjalan secara terpisah, tetapi harus berjalan secara beriringan, sehingga diperlukan pengelolaan 5 pengajaran yang baik yang telah dipertimbangkan dan dirancang secara sistematis. Autis adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. gangguan perkembangan ini mempengaruhi kemampuan berkominikasi (berbicara dan berbahasa), kemampuan berinteraksi social (tidak tertarik untuk berinteraksi), perilaku (hidup di dalam dunianya sendiri). (Gayatri,2010:1) Bahkan pada autistik infantile gejalanya sudah ada sejak lahir. Penyandang autisme seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1913 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan itu sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrom (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar sehingga anak autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri ( Nur, 2012 : 5 ). Dengan kata lain, terdapat keengganan untuk berinteraksi secara aktif dengan orang lain, sering terganggu dengan keberadaan orang di sekitarnya, tidak dapat bermain bersama-sama. Mengingat anak-anak autis susah untuk berkonsentrasi, tentunya tidak mudah memberi pengertian dan melatih anak autis, namun dengan kesabaran guru dan orang tua, anak autis dapat belajar menjalankan kewajiban sesuai tuntutan agama seperti anak-anak normal lainya. 6 Proses pembelajaran untuk anak autis sangat beda dengan anak-anak normal, materi pembelajaran anak-anak autis adalah seperti latihan untuk komunikasi, keterampilan bantu diri, keterampilan berprilaku di depan umum, setelah itu dapat diajarkan hal lain yang disesuaikan dengan usia dan kematangan anak, serta tingkat intelegensi pada setiap anak. Untuk mewujudkan harapan tersebut seorang guru dituntut untuk memenuhi dan memahami pengetahuan yang seksama mengenai pertumbuhan dan perkembangan pesat anak didiknya. Memahami tujuan yang akan dicapai, penguasaan materi dan penyesuaian dengan metode-metode yang tepat. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali memerlukan kesabaran karena banyak dan masalah yang muncul dalam pembelajaran, di samping hambatan mental yang mereka miliki. Beberapa contoh problem dari hasil observasi peneliti adalah pada saat awal pembelajaran berlangsung memerlukan kerja keras seorang guru, di sini guru di tuntut untuk sabar, kreatif, dan pintar memodifikasi berbagai metode-metode agar anak autis mudah mencerna materi yang di sampaikan. Penelitian ini dilakukan di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Alasan peneliti mengambil SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. , karena diketahui di sekolah autis tersebut menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak autis. Walaupun anak autis memerlukan pengajaran yang ekstra dan memerlukan kebutuhan khusus dalam hal ini 7 tentunya berbeda dengan anak normal biasanya. Realitas inilah yang dijadikan lokasi ini reprensentatif untuk dijadikan objek penelitian dan perlu diketahui bagaimana kondisi sebenarnya tentang upaya guru melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis, dan mengetahui problematika yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam pada anak autis di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah judul “ Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak autis pada jenjang SD di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali Tahun 2015”. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun dapat mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang SD anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali? 2. Apa saja problematika yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis pada jenjang SD di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali? 8 C. Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian ini ada beberapa tujuan yang dirumuskan, antara lain : 1. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 2. Untuk mengetahui problem yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini setidak-tidaknya ada dua, yaitu manfaat dari segi ilmiah dalam kerangka pengembangan ilmu (manfaat teoritis) dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a) Menambah khazanah ilmiah bagi perpustakaan sebagai referensi tau rujukan tentang manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam disuatu lembaga pendidikan yang khusus mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. b) Sebagai bahan informasi di kalangan lembaga pendidikan tentang manajemen pembelajaran agama Islam. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi sekolah tersebut di dalam meninjau kembali usaha 9 dan kegiatanya dalam proses belajar mengajar khususnya pendidikan agama Islam kepada anak autis sebagai gangguan perkembangan. 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Yang Relevan 1. Pengertian Manajemen Pembelajaran a. Pengertian Manajemen Pembahasan landasan teori digunakan sebagai acuan dasar sebelum memasuki pembahasan selanjutnya. Penulis akan menjelaskan landasan teori yang sesuai dengan judul penelitian penulis, dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus bahasa Inggris Indonesia menyatakan bahwa manajemen berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1995 : 372) Pada dasarnya, menejemen telah melekat dikehidupan manusia sehari-hari, dilakukan pada seluruh bidang garapan dan semua kegiatan. Pengertian manajemen dapat dilihat sebagai suatu proses, kolektivitas manusia, dan ilmu serta ilmu serta seni (Manulang, 1983:15). Manajemen sebagai suatu proses adalah melihat bagaimana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Selanjutnya, manajemen dilihat sebagai suatu kolektivitas manusia 10 11 yaitu suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan manajemen sebagai suatu ilmu dan seni yaitu melihat bagaimana akivitas manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip manajemen. Pendapat lain tentang pengertian manajemen dapat dilihat sebagai suatu ilmu pengetahuan dasar, system, fungsi, proses, profesi dan kumpulan orang (Safril, 2010 : 1). Manajemen dilihat sebagai suatu pengetahuan dasar adalah bersifat interdisipliner yang menggunakan bantuan dari ilmu-ilmu lain. Selanjutnya, manajemen dilihat sebagai suatu system adalah kerangka kerja yang terdiri dari beberapa komponen, secara keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir sedemikian rupa sehingga mampu mencapai tujuan organisasi. Berikutnya manajemen sebagai fungsi adalah suatu rangkaian kegiatan yang masing-masing kegiatan dapat dilaksanakan tanpa menunggu selesainya kegiatan lainnya, waktu kegiatan-kegiatan tersebut saling berkaitan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai suatu proses, manajemen merupakan serangkaian kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dengan pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia. Manajemen sebagai suatu profesi adalah suatu bidang keahlian tertentu antara lain profesi dibidang kedokteran, teknik, dan lain sebagainya. Selain itu, manajemen sebagai suatu kumpulan orang adalah istilah yang dalam artian kolektif untuk menunjukkan jabatan kepemimpinan 12 didalam organisasi antara lain kelompok pimpinan atas, kelompok pimpinan tengah, dan kelompok pimpinan bawah. Sesuai perkembangan kebutuhan manusia, pemahaman tentang manajemen juga mengalami perkembangan secara luas. Manajemen diartikan sebagai mengelola orang-orang, mengambil keputusan dan mengorganisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan (M. Rohman, 2012 : 118). Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan sasaran kinerja (Rudy Prihantoro, 2012 : 40). Haroold Konzt dan O Donnell berpendapat bahwa fungsi manajemen terdiri (pengorganisasian), dari planning Actuating (perencanaan), (pelaksanaan) dan organizing Controlling (Pengendalian) yang kemudian dikenal dengan istilah POAC. Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen adalah Planning atau perencanaan adalah penentu serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Perencanaan berarti menentukan tujuan untuk kinerja organisasi dimasa depan serta memutuskan tugas dan pengguna sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Ika, 2009 : 1). Selanjutnya, organizazing atau pengorganisasian adalah mengelompokkan kegiatan yang diperlukan yang diperlukan, yakni 13 penetatapan susunan organisasi, tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas amanjemen dalam mengelompokkan SDM, penetapan tugas, fungsi, wewenang fdan tanggung jawab dengan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Fungsi berikutnya adalah staffing, merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi. Mulai dari perekrutan tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat hubungannya. Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang akan memangku jabatan dalam organisasi. Berikutnya adalah leading, merupakan salah satu fungsi manajemen sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer sehingga orang lain bertindak. Leading meliputi lima macam kegiatan, yakni 1) mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi, 3) memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota 14 kelompoknya, serta 5) memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi controlling atau pengawasan, yang sering juga disebut pengendalian adalah mengawasi aktivitas keryawan menentukan apakah organisasi dapat memnuhi target tujuannya, dan bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan dengan benar agar mencapai tujuan organisasi tercapai. Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan saha memberi bimbingan, saran, perintah, atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Directing atau commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai pelaksanaan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsure organisasi agar efektif tertuju pada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Manajemen didiefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien (Wricky W. Griffin, 2012 : 8). b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata “instruction”yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi peserta 15 didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar sebagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap (E.Mulyasa, 2004:100). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2001:57). Teori pembelajaran adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar ini berasal dari teori psikolgi dan terutama menyangkut masalah situasi belajar. Sebagai salah satu cabang ilmu deskriptif, maka teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana proses belajar terjadi pada si pebelajar. Karena pakar psikologi mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa belajar itu terjadi, maka menimbulkan beberapa teori belajar seperti kontruktivisme, kognitif, behavioristik, humanistic dan sebagainya. Teori pembelajaran tidak menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi, tetapi lebih merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar terjadi dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran, serta menimbulkan pengalaman belajar dan bagaimana pula menilai dan memperbaiki metode dan teknik yang 16 tepat. Teori pembelajaran memungkinkan guru untuk : (1) mengusahakan lingkungan yang optimal untuk belajar, (2) menyusun bahan ajar dan mengurutkannya, (3) memilih strategi yang optimal dan apa alasannya, (4) membedakan antara jenis alat AVA (Audio Visual Aids), yang sifatnya pilihan dan AVA lain yang sifatnya esensial untuk membelajarkan para siswa. Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku guru yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut : 1) Usaha guru membentuktingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik). 2) Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (kognitif). 3) Memberikan kebebasan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (humanistic). (Achmad Sugandi, 2007:7-9) Pembelajaran adalah suatu proses, cara menjadikan orang makhluk hidup belajar. Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara 17 keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Suharso, 2009 : 21) Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran (Ahmad Zayadi, 2005 : 8). Keberhasilan dalam pendidikan salah satunya adalah proses pembelajaran. Pembelajaran secara umum, merupakan suatu tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Pembelajaran membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (Muhammad Asrori, 2008 : 6). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terkait dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Manajemen pembelajaran adalah sebagai usaha dan tindakan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional di sekolah dan usaha maupun tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dalam rangka 18 mencapai tujuan program sekolah dan juga pembelajaran. (Syaiful, 2003:140). Beberapa isu yang berhubungan dengan proses belajarmengajar antara lain adalah yang pertama, variasi aktifitas belajar cenderung kurang menyeluruh dan hanya didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang guru, yang kedua, aktivitas pendidikan yang diperoleh siswa terbatas, yang ketiga, aktivitas siswa kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa mendatang. Berdasar pemikiran tersebut manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang (Suherman, 2012 : 119) Sementara pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuannya (Muhaimin, 2001 : 183). Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik . Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Sedang pendidik adalah salah satu komponen 19 manusiawi dalam proses belajar-mengajar. Pendidik sebagai agen pembelajaran tidak hanya mempunyai tugas dan tanggungjawab mentransfer pengetahuan melainkan harus mampu mendidik untuk mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki subyek didik sehingga menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti yang luhur (Muhammad Asrori, 2008 : 1). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang mana di dalamnya banyak ditemukan aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman tentang psikologis guna memecahkan berbagai persoalan yang muncul dalam pembelajaran. Apalagi dengan subyek didik anak autis di mana anak autis mempunyai gangguan perkembangan dalam aspek psikis. Prinsip-prinsip dalam pembelajaran meliputi: 1) disesuaikan dengan minat, kebutuhan dan kemampuan siwa, 2) siswa sebagai subyek pembelajaran, 3) keseimbangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, 4) menggunakan sumber dan media yang bervariasi, 5) merupakan evaluasi proses maupun hasil belajar (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007 : 97) 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran a. Kondisi Pembelajaran Kondisi pembelajaran adalah semua faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran. Faktor-faktor yang 20 termasuk dalam kondisi pembelajaran adalah tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik bidang studi, serta karakteristik peserta didik (Tohirin, 2006 : 29). Sebenarnya, semua ini tergantung pada setiap anak, tergantung pada setiap kemampuan anak, dan tergantung juga pada gaya belajar setiap anak penderita autis. Setiap proses belajarnya, anak autis harus memiliki seorang pendamping atau pembimbing untuk belajar. Pengajar yang dibutuhkan oleh seorang anak yang menderita autis adalah seseorang pengajar yang selain memiliki kemampuan kompetensi untuk mengajar, juga memiliki minat atau ketertarikan merawat anak autis. Dengan demikian, pengajar tersebut harus memiliki nilai kasih sayang yang tinggi pula untuk dapat menerima dan mengerti setiap permasalahan yang anak autis hadapi (Aqila Smart, 2010 : 107). b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran meliputi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran anak autis adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pelajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autis adalah metode yang memberikan gambaran kongkrit, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dari apa yang diajarkan. Metode yang sering digunakan guru pembimbing dalam pengajaran adalah: 21 1. Metode Lovaas Metode ini melatih anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, berbicara. Namun yang petama di terapkan adalah latihan kepatuhan hal ini agar anak autis dapat mengubah perilaku seenaknya sendiri (misalnya memaksakan kehendak) menjadi perilaku yang lazim dan diterima masyarakat. Jenis ajaran yang bisa diterapkan dari teori lovaas antara lain : Pertama, langsung maksudnya mengajar langsung secara berstruktur, dengan objektif dan cara penyampaian yang sudah ditentukan, kedua, situasi yang dirancang maksudnya belajar dengan situasi yang telah dirancang, ketiga Kebetulan, maksudnya mengajarkan sesuatu secara kebetulan dengan mengikuti yang dikerjakan anak. Beri respons pada anak atas apa yang dilakukan, mengajarkan keempat, sesuatu Aktivitas dengan dengan instruksi langkah-langkah maksudnya yang sudah ditentukan, kelima, Kepatuhan dan kontak mata adalah kunci masuk ke metode lovaas. Tetapi sebenarnya metode apapun yang dipakai, apabila anak mampu patuh dan mampu membuat kontak mata, maka semakin mudah mengajarkan sesuatu pada anak, keenam, One-on One adalah satu terapis untuk satu anak, ketujuh, Mengajarkan konsep warna, bentuk, angka, huruf, dan lain-lain (Yurike et al., 2009 : 184). 2. Metode penanganan sone-rise 22 Metode ini lebih bersifat home based, artinya hubungan orang tua (keluarga) dengan anak merupakan kunci suksesnya keberhasilan anak (Joko Yuwono, 2009 : 106). Anak akan belajar membedakan kapan saat belajar, dan istirahat. Prinsip utamanya adalah mengikuti “apapun“ yang ingin dilakukan oleh anak, tetapi yang dilaksanakan tidak semua keinginan anak itu dituruti. Poinnya adalah bagaimana mengembangkan interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak. 3. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik (Zakiah Daradjat, 1995 : 232). Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik. Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas sesuatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh Rasulullah SAW. c. Hasil pembelajaran Hasil pembelajaraan dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan 23 mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).(http://www.google.co.id/http://Hasil belajar siswa/diakses pada tanggal 14 Mei 2015). 3. Pengertian Pendidikan Agama Islam Konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus di aktualisasikan dalam bentuk amal shaleh, sehingga menghasilkan prestasi rohani (iman) yang disebut takwa (Muhaimin, 2001 : 75). Sehingga pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama Islam dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 24 Tujuan pendidikan agama Islam untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Faktor-faktor dalam pendidikan agama Islam, Bahwa dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mendukung berhasil atau tidaknya pendidikan agama Islam tersebut adalah yang pertama, Pendidik atau guru. Pendidik dalam pendidikan agama Islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap orang karena bertanggung jawab atas pendidikan, yang kedua, Peserta Didik. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. yang ketiga, Dasar Yuridis dan Hukum Dasar pendidikan agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu: Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah 25 negara Pancasila, sila pertama: Ketuhan Yang Maha Esa yang mengharuskan setiap warga Negara Indonesia harus berTuhan., Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam TAP MPR NO. IV/MPR 1973 yang kemudian dikokohkan dalam TAP MPR No. IV/MPR 1978. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 diperkuat oleh TAP MPR No. II/MPR/1988 dan TAP MPR No. II /MPR/1993tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan Agama Islam secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, Segi Religius. Yang dimaksud dengan segi religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya (Wulan, 2011 : 10). 4. Autisme a. Pengertian Autisme Autisme berasal dari kata”auto” yang berarti sendiri. Penyandang autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri (Y. Handojo,2003 : 12). Autisme tidak termasuk golongan penyakit, tetapi suatu kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan (Faisal Yatim, 2003 : 10). Dengan kata lain, pada anak autis terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive). Autisme adalah gangguan perkembangan berat antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berkorelasi (berhubungan) dengan orang lain. Penyandang autism tidak dapat 26 berhubungan dengan orang lain secara berarti karena ketidak mampuannya untuk berkomuikasi verbal maupun non verbal (Rudi Sutadi, 2002 : 1 ) Anak-anak autism tidak mampu membentuk jalinan emosi dengan orang lain. Ada banyak hal yang sulit dimengerti oleh pikiran, perasaan dan keinginan orang lain. Sering kali bahasa maupun pikiran mereka mengalami kegagalan sehingga sulit berkomunikasi dan bersosialisasi. Merekapun kaku untuk mengikuti kegiatan rutinitas sehari-hari pola hidup keluarga. Selain itu ada beberapa autism merasa sensitive terhadap bunyi atau sesuatu yang terdengar di telinga, sentuhan, pandangan mata dan penciuman. Autisma adalah gangguan perkembangan yang luas dan berat yang gejalanya mulai tampak pada anak sebelum ia mencapai usia 3 tahun. Gangguan perkembangan ini terutama mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku autisma merupakan gangguan mengatur informasi dengan baik/teratur kata „autisma‟ dari bahasa Yunani „Authos’ yang artinya sendiri. Pengertian lain dikemukakan oleh Joko Yuwono ( 2009 : 24 – 25) mengatakan bahwa Autistme dipahami sebagai gangguan perkembangan neorobiologis yang berat sehingga gangguan tersebut mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi, kebaradaan anak dalam lingkungan dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan dalam Kamus Psikologi Umum, autism berarti hidup dalam pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi pada 27 pikiran subjektifnya sendiri dari pada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari (Gulo, 2009 : 4) b. Gangguan Autisme Ganguan autis menurut Mirzan Maulana (2007:12-13) mengatakan bahwa Anak penyandang autis mempunyai gangguan dalam beberapa bidang antara lain : (1) Komunikasi, bisa berupa terlambat bicara, bicara tapi tidak dipakai untuk bicara, Meniru atau membeo, bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya. (2) Gangguan sensorik, bisa berupa mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja bila mendengar suara keras langsung menutup telinga, tidak menyukai pelukan, merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan kasar, (3) Emosi, bisa berupa kurang rasa empati, misalnya melihat anak menangis ia tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu dan anak yang sedang menangis didatangi dan dipukul, sering marah-marah tanpa sebab yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan, sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan, ia bahkan bisa menjadi agresif, (4) Gangguan dalam bidang interaksi social, biasanya sibuk dengan dirinya sendiri ketimbang bersosialisasi dengan lingkungan, sangat terobsesi dengan benda-benda mati, tidak memiliki empati, tidak memahami apa yang diharapkan orang lain dalam beragam situasi social,(5) Perilaku antara lain perilaku tidak percaya 28 diri, bersikap agresif, menggerakan anggota tubuhnya secara tidak wajar, mengeluarkan suara yang diulang. Kalau orang telah mengetahui karakteristik anak-anak autism sejak dini maka gejala untuk autism dapat dengan mudah di deteksi. Berikut ini criteria autism masa kanak-kanak. Harus ada minimum dua gejala dari tiga gejala yang muncul di bawah ini adalah yang pertama, gangguan kualitas dalam interaksi social yang timbal balik maksudnya, a) Tidak mampu menjalin interaksi social yang memadai, seperti kontak mata, ekspresi muka kurang hidup dan gerak-geriknya kurang tertuju. b) Tidak dapat bermain dengan teman sebaya. c) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Yang kedua, gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi maksunya, a) Berbicara terlambat atau sma sekali tidak berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain selain bicara) b) Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi. c) Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang. d) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bias meniru. Yang ketiga, Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku , minat dan kegiatan, a) Mempertahankan suatu permintaan atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebihan. b) Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tidak ada gunanya. c) Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang. d) Seringkali sangat terpukau pada benda. e) Adanya keterlambatan atau gangguan dalam interaksisosial, bicara, dan 29 berbahasa dan cara bermain yang variatif sebelum umur tiga tahun. f) Tidak disebabkan oleh sindrom rett atau gangguan disintegrative masa kanak-kanak (Bonny Danuatmaja, 2003 : 3). c. Pendidikan anak Autis Siswa penyandang autisme lebih banyak persamaanya dari pada perbedaanya dengan siswa-siswa lain (Nur Anisa, 2006 : 5) Meskipun banyak diantara mereka memberikan tantangan pengajaran yang berat bagi guru, tetapi mereka dapat belajar dengan baik bila pengajarannya menggunakan praktek pengajaran yang tepat, sistematis, dan terindividualisasi. Pedoman umum pengajaran bagi siswa autis adalah program pengajaran yang diindividualisasikan (individualization teaching programs) (IEP), kelas dilengkapi dengan alat-alat bantu informasi visual agar anak dapat memahami dan memprediksi alur kegiatan kelas, kurikulum didasarkan atas karakteristik individual anak, bukan atas dasar label autism, fokus pada pengembangan keterampilan yang akan bermanfaat bagi kehidupan anak sehari-hari, penggunaan sistem visual, bahasa isyarat, atau alat peraga untuk berkomunikasi dengan anak, keterlibatan orang tua anak serta keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses asesmen, perencanaan kurikulum, pengajaran, dan monitoring, mengidentifikasi kegiatan atau obyek yang dapat memotivasi anak, dan menggunakannya untuk pengajaran, anak berkesempatan memilih kegiatan belajar yang disukainya, bagi penyandang autisme dengan perilaku destruktif, dapat gunakan 30 pendekatan positive behavior support: mengajaran perilaku alternatif dan mengubah lingkungan belajar dan aspek-aspek kurikulum yangterkaitdengan masalah. (http://www.autism.com/autism/first/advice for parent. htm www.htm diakses 18 juli 2015 jam 10.00) d. Kurikulum Pendidikan Untuk Anak Yang Berkebutuhan Khusus (autis) Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada pasal 1 butir 19 disebutkan bahwa kurikulum adalah : (1) seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan (2) bahan pelajaran, serta (3) cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (2003 : 6). Setiap satuan pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan bagi peserta didiknya harus berpegang pada kurikulum terbaru yang berlaku. Dalam menyelenggarakan pendidikan khusus yang berdasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi tersebut hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing jenis peserta didik yang berkebutuhan khusus. Selain itu, faktor pemilihan dan penentuan metode pembelajaran, srategi pembelajaran, fasilitas atau media pembelajaran, dan hal ini yang terkait dengan pembelajaran disekolah oleh pihak guru, haruslah bermuara kepada pencapaian target kurikulum yang berbasis kompetensi. Peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut sebagai peserta didik yang berkebutuhan khusus) adalah peserta didik secara signifikan 31 mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena mengalami kelainan fisik, mental. Sehingga memerlukan layanan pendidikan yang bersifat khusus (Abdul Hadis, 2006 : 33). Guru dan pihak lain yang terkait dengan proses pembelajaran dan pendidikan peserta didik yang berkebutuhan khusus (autis) untuk memperhatikan kurikulum pendidikan untuk mereka. Dengan mengacu kepada tujuan kurikulum, maka seorang guru akan dapat mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan batas kemampuan yang dimilki oleh masing-masing peserta didik. e. Metode Pembelajaran Anak Autis Biasanya, dalam metode pembelajaran menurut Aqila Smart (2010 : 106) mengatakan bahwa untuk anak autis disesuaikan dengan usia dari anak tersebut, kemampuan yang dia miliki, serta hambatan yang dimiliki anak saat mereka belajar, serta gaya belajar atau lerning style-nya pada masing-masing anak. Metode yang biasanya diberikan adalah bersifat kombinasi dari beberapa metode. Meskipun tidak terlalu banyak, ada juga yang menderita autis yang memiliki respons yang sangat baik terhadap stimulus visual sehingga metode belajar yang menggunakan stimulus visual sangat diutamakan bagi mereka. Pengajar yang tepat untuk anak autis tentu saja dalam setiap belajarnya, anak autis harus memiliki seseorang pendamping atau pembimbing untuk belajar. Pengajar yang dibutuhkan oleh seorang anak yang menderita autis adalah seseorang pengajar yang selain 32 memiliki kemampuan kompetensi untuk mengajar, juga memiliki minat atau ketertarikan merawat anak autis. Materi pembelajaran yang diberikan untuk anak autis tidak sama seperti pada anak-anak normal kebanyakan, dengan segudang materi yang tertumpuk dan memberatkan untuk anak-anak normal sekalipun (Aqila Smart, 2010 : 107-108). Biasanya, yang diajarkan dalam materi pembelajaran kepada anak-anak autis adalah seperti latihan untuk komunikasi. Anak-anak autis yang sudah dapat diberikan pendidikan adalah mereka yang sudah siap. Tergantung pada tingkatan kemampuan anak, gaya belajar, serta kemampuan fisik anak tersebut. B. Penelitian yang Relevan Sebagai pembanding dan sekaligus bahan acuan terhadap penelitian sejenis, penulis sengaja mengungkapkan penelitian yang relevan. Kajian pustaka merupakan hal penting untuk mengetahui penelitian – penelitian terdahulu. Kajian pustaka sangat berguna bagi proses pembahasan tesis ini, selain mengetahui kejujuran dalam penelitian dalam artian karya ilmiah yang akan disusun bukan karya adopsian atau dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping itu, utnuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi yang bersangkutan. (Abdurrahman Assegaf, 2006 : 3). Oleh karena itu, ada beberapa yang menjadi kajian pustaka yang relevan dengan judul tesis “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak 33 Autis Pada SDLB Di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali Tahun 2015” maka penulis melakukan penelaahan terhadap beberapa sumber sebagai bahan pertimbangan tesis ini antara lain : Pertama, tesis karya Agus Suroyo pada tahun 2006 berjudul “Sistem Pembelajaran Pendidikan Karakter dalam pembelajaran PAI” penelitian ini merupakan penelitian komparasi antara MAN Wonosari dengan dengan SMK N 1 Wonosari. Hasil penelitian tersebut diantaranya yaitu system pembelajaran di MAN Wonosari dan SMK N 1 Wonosari dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter mulai dari perencanaan, metode, media, dan evaluasi yang masing – masing sekolah memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Selain itu dengan penerapan pendidikan karakter di sekolah berdampak positif pada diri peserta didik. Kedua, tesis karya Nur Kayat pada tahun 2006, Program Pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Islam di MAN Sragen 1 ditinjau dari perspektif humanism religius”. Tesis tersebut berisi penerapan pendidikan Islam di MAN 1 Sragen dilihat dari perspektif Humanis - Religius. Perlunya keseimbangan materi antara seni, ilmu pengetahuan, dan agama dengan sistem terpadu dan terintegrasi dalam kemasan humanism. Metode pengajaran dengan kasih – sayang, menjunjung nilai – nilai kemanusiaan/ martabat, menghargai perbedaan dan demokratis. Ketiga, tesis karya Desti Widiani, Program pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Pendidikan Karakter Bagi 34 Anak Autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur’an Yogyakarta ”. Tesis tersebut berisi tentang penerapan pendidikan karakter pada anak autis di Sekolah Khusus Taruna Al-Qur‟an melalui enam strategi yaitu: pertama, melalui prinsip dasar layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Kedua, melalui pembiasaan dan pembudayaan yang baik di sekolah. Ketiga, melalui keteladanan. Keempat, melalui akhlak aplikatif. Kelima, melalui terapi Al-Qur‟an. Keenam, melalui Group Suport Terapy. Selanjutnya nilai – nilai pendidikan karakter yang berhasil meliputi nilai – nilai religious, nilai – nilai yang berhubungan dengan diri sendiri dan nilai – nilai yang berhubungan dengan orang lain. Serta faktor pendorong dan penghambat dalam menerapkan pendidikan karakter bagi anak autis di sekolah khusus Taruana Al-Qur‟an. Keempat, jurnal pendidikan khusus karya Ratna Wahyu Widuri, berjudul “Penanganan Kemampuan Interaksi Sosial anak Autis ”. tulisan ini membahas tentang : pertama, kebijakan sekolah untuk menangani kemampuan interaksi sosial anak autis. Kedua, operasionalisasi pembelajaran anak autis untuk menangani kemampuan interaksi sosial anak autis. Ketiga, kendala yang dialami sekolah untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autis. Keempat, solusi yang diberikan oleh sekolah untuk menangani kemampuan interaksi sosial anak autis. Kelima, dukungan system terhadap penanganan kemampuan anak. Kelima, jurnal pendidikan anak, volume III, edisi 1, juni 2014 karya Sri Muji Rahayu. Tulisan ini membahas tentang: pertama, 35 penyebab dan gejala Autis dari usia 0 – 5 tahun. Kedua, Gangguan anak autis meliputi: gangguan dalam bidang interaksi sosial, gangguan dalam bidang komunikasi, bidang perilaku, perasaan atau emosi, dan persepsi sensori. Ketiga, karakteristik anak autis meliputi :perkembangan terlambat, memiliki rasa ketertarikan pada benda yang berlebihan, menolak ketika dipeluk, memiliki kelaianan sensoris, memiliki kecenderungan perilaku yang diulang – ulang. Keempat, menegakkan diagnose. Kelima, penanganan anak autis meliputi beberapa cara , diantaranya dengan terapi wicara, terapi biomedik, terapi makanan dan terapi perilaku. Berdasarkan lima penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan penelitian – penelitian di atas. Penelitian yang benar-benar belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, baik yang berkaitan dengan judul, tema maupun isi. Sesuai dengan judul maka penelitian ini lebih menekankan pada “Proses Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Problematika dan Upaya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali”. Penyelesaiannya Dalam untuk Anak Autis di SLB- 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode berasal dari kata methodos yang artinya jalan, cara. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri – ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan ini dilakukan dengan cara – cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara – cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara – cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis dan berurutan (Sugiono, 2011 : 2 ). Menurut jenisnya penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena – fenomena sosial/ suatu peristiwa. Sesuai dengan definisi penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau kesan dari seseorang dan perilaku yang dapat diamati untuk menunjang peneliti meneliti bidang pendidikan, maka pada penelitian ini difokuskan pada proses pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama islam dan problematika serta upaya penyelesaiannya dalam pembelajaran 36 37 pendidikan agama Islam untuk anak autis di Sekolah Luar Biasa - ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Menurut M. Ngalim Purwanto psikologi pendidikan merupakan suatu yang berusaha menjelaskan masalah – masalah dalam pendidikan yang dialami oleh peserta didik mulai dari lahir hingga usia lanjut, terutama mengatur kondisi yang mempengaruhi belajar (M. Ngalim Purwanto, 2007 : 8) Maka menurut hemat penulis, sangatlah tepat jika dalam penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Dimana penelitian ini mengkaji tentang perilaku peserta didik khususnya yang berhubungan dengan anak autis di lingkungan sekolah baik itu di dalam kelas, di luar kelas yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan karyawan, dan peserta didik dengan lingkungan SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Sehingga prinsip – prinsip dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam melakukan penelitian ini. B. Latar Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 dengan alamat di Jl. Raya Panasan Baru 1,5 km Dukuh Taruban Desa Kenteng Kecamatan 38 Nogosari Kabupaten Boyolali. Peneliti memilih tempat tersebut dengan alasan sebagai berikut: a. Kondisi sekolah dianggap mempunyai data yang cukup untuk tempat penelitian b. Kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat tenang dan aman sehingga mudah untuk penelitian. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November sampai Februari 2016 C. Subjek dan informan penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data tersebut didapatkan dengan cara wawancara maupun pengamatan. Sedangkan data sekundar adalah data yang berasal dari pihak lain atau data yang secara tidak langsung bersumber dari pihak-pihak lain. Data sekunder berupa literatur dari berbagai sumber, baik makalah maupun bukubuku teks yang berhubungan dengan tema penelitian dan juga berupa laporan. Untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dibutuhkan subjek dan informan penelitian. 1. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah orang atau pelaku peristiwa, nara sumber utama yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran agama Islam. 39 2. Informan penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah : Guru – guru selain guru agama Islam yang ada di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali dan Komite sebagai wakil wali murid. D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber yaitu: 1. Observasi Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. 40 (Deskripsi kerja lapangan kegiatan, perilaku, tindakan, percakapan, interaksi interpersonal, organisasi atau proses masyarakat, atau aspek lain dari pengalaman manusia yang dapat diamati. Data terdiri dari catatan lapangan: deskripsi rinci, termasuk konteks dimana pengamatan dilakukan). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang metode mengajar, cara guru membimbing siswa, mengevaluasi, model bertanya guru. 2. Wawancara Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama (Sutopo, 2006: 72). (Pertanyaan terbuka dan teliti hasil tanggapan mendalam tentang pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan, dan pengetahuan orang. Data terdiri dari kutipan yang sama persis dengan konteks yang cukup untuk dapat diinterpretasi) (Patton, 2002 : 4). Wawancara merupakan tehnik pencarian dan pengumpulan informasi yang dilakukan dengan mendatangi secara langsung kepada para responden dengan mengajukan pertanyaan 41 untuk mendapatkan hasil tanggapan yang mendalam mengenai sesuatu yang diketahuinya. Dalam hal ini peneliti mewawancarai guru PAI, peserta didik dan kepala sekolah. Wawancara ini digunakan untuk mencari data tentang proses pembelajaran, kebijakan kepala sekolah, tentang penetapan guru. 3. Dokumentasi (Dokuments) G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997 : 104) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undangundang konsesi, hibah dan sebagainya. Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian. Bahan dan dokumen tulis lainnya dari memorandum organisasi, klinis atau catatan program, publikasi dan laporan resmi, catatan harian pribadi, surat-surat, karya-karya artistik, foto, dan memorabilia dan tanggapan tertulis untuk survei terbuka. Data terdiri dari kutipan dari dokumen-dokumen yang diambil dengan cara mencatat dan 42 mempertahankan konteks (Patton, 2004 : 4). Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang RPP yang dibuat oleh guru, Silabus, media pembelajaran, penilaian. E. Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penelitian ini diambil kriteria derajat kepercayaan (credibility) dengan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi. Menurut Denzin (1987), yang dikutip oleh Norman K. Denzin dan Yvoonna S. Licoln (2009 : 271) yang dimaksud triangulasi adalah perangkat heuristik (pembantu) bagi seorang peneliti. Teknik triangulasi dirangkum menjadi 4 tipe dasar, yaitu sebagai berikut: 1. Triangulasi data (Data triangulation), yaitu menggunakan sejumlah sumber data dalam penelitian. 2. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation), yaitu menggunakan sejumlah peneliti atau evaluator. 3. Triangulasi teori (Theory triangulation), yaitu menggunakan beragam perspektif untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal. 4. Triangulasi metodologis (Methodological triangulation), yaitu menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data (data triangulation) dan triangulasi metodologis. Triangulasi dengan sumber dilakukan dengan jalan membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari wawancara, dokumen maupun hasil pengamatan. Sedangkan triangulasi dengan metode dilakukan 43 dengan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. F. Teknik Analisis Data Ada beberapa kegiatan yang pada umumnya dilakukan dalam sebuah penelitian, dan kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai proses-proses yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Proses-proses tersebut meliputi tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini sering disebut dengan Interactive model of analisis. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang meliputi komponen kegiatan sebagai berikut, yaitu : (Miles dan Hubermen, 1993 : 16-19) 1. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyerdahanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tulisan di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan verifikasi. Reduksi data merupakan bagian analisis yang sebenarnya berlangsung terus menerus selama kegiatan penelitian. Reduksi data dilakukan untuk memilih antara data-data yang berkaitan langsung dengan Penilaian Berbasis Kelas dalam pembelajaran PAI dan data yang tidak 44 berkaitan secara langsung sehingga analisis yang disusun oleh peneliti dapat tepat sasaran dan tidak mengambang terlalu jauh dan dapat ditarik suatu kesimpulan. 2. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini merupakan pengambilan seluruh informasi tentang Penilaian Berbasis Kelas dalam pembelajaran PAI. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan data. Berikut skema Interaksi analisis data kualitatif ( Milles dan Huberman, 1993 : 20). Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Kesimpulan/ Verivikasi Gambar Interaksi Analisis Data Kualitatif. 45 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2 Kab. Boyolali 1. Letak Geografis Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, beralamat di Jalan raya Panasan Baru 1,5 KM Dukuh Kenteng Desa Taruban Kabupaten Boyolali, adapun batas-batas wilayah dari Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali. Dilihat dari letak geografis Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali tersebut bisa dikatakan strategis, karena terletak di tengah-tengah perumahan penduduk dan dekat dengan Bandar Udara Adi Sumarmo Surakarta. 2. Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya Berawal dari data ABK di desa Kenteng, diketahui banyak diantaranya yang tidak menempuh jalur pendidikan formal. Melihat kondisi tersebut, Bapak Sugimin yang merupakan kepala Yayasan Adi Nugraha, berinisiatif untuk memberikan layanan kepada ABK, yang diwujudkan dengan mendirikan sekolah khusus bagi ABK, yang ditempatkan pada lahan kas desa dengan izin pemerintah setempat. 45 46 Pada mulanya, lahan yang ditempati merupakan bagian dari SD Taruban, namun pada awal tahun 2002 SD Taruban dipindahkan dan lahan tersebut ditempati oleh sekolah khusus ABK tersebut yang kemudian diberi nama SLB ABCD Tunas Pembangunan 2. Pada tanggal 17 Juli 2002, SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 telah siap menampung siswa ABK yang berjumlah 32 anak, dengan jumlah tenaga pendidik 2 orang, yakni Bapak Subandi dan Ibu Nurin Purnionowati. Pada tahun 2005 SLB ini mendapat guru bantu 2 orang, yakni Drs. Supriyadi dan Winarni, S.Pd. Pada tahun berikutnya, minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SLB berkurang, karena anggapan bahwa ABK tidak dapat memiliki masa depan yang baik walaupun disekolahkan. Oleh karena itu, kepala sekolah dan guru SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 mulai mensosialisasikan sekolah bagi ABK, sekaligus meyakinkan bahwa potensi ABK dapat dikembangkan melalui pendidikan di sekolah. Dengan adanya sosialisai tersebut, ditambah dengan lomba-lomba yang berhasil dijuarai oleh SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 baik pada tingkat kabupaten hingga provinsi, minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus meningkat kembali hingga saat ini. Beberapa prestasi yang berhasil didapatkan oleh SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 adalah: a. Tahun 2008 juara I tingkat Kabupaten lomba memainkan alat music organ atas nama Diah Susilowati 47 b. Tahun 2010 juara II tingkat Kabupaten lomba MIPA atas nama Diah Susilowati c. Tahun 2012 juara I tingkat Kabupaten lomba vocal atas nama atas nama Diah Susilowati d. Tahun 2012 juara II tingkat Karisidenan lomba vocal atas nama atas nama Diah Susilowati e. Tahun 2013 juara III tingkat Provinsi lomba balap kursi roda sport atas nama Irfan. 3. Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa- ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali a. Visi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kabupaten Boyolali Terwujudnya masyarakat yang beriman, bertaqwa, sehat jasmani dan rohani, mandiri dan trampil dalam menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. b. Misi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kabupaten Boyolali Sedangkan Misi Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, yaitu : 1) Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua Anak Berkebutuhan Khusus. 48 2) Memperluas jejaring (net working) dalam upaya mengembangkan dan mensosialisasikan Pendidikan Luar Biasa. 3) Meningkatkan manajemen dan kapasitas pengelola, pembina, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. 4) Meningkatkan mutu pendidikan. 4. Tujuan Pada Akhir Tahun Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali Secara umum, tujuan pendidikan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLBABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali adalah : a. Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Memaksimalkan tingkat kelulusan setiap akhir Tahun Pelajaran. c. Meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan pengetahuan. d. Mengembangkan potensi anak sesuai dengan kemampuannya. e. Selalu mengutamakan kesopanan dan kedisiplinan. f. Membentuk siswa yang kreatif dan mandiri. 5. Strategi Pendidikan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali. Sedangkan dalam strategi untuk meningkatkan mutu Pendidikan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali sebagai berikut : a. Mendidik dan membiasakan anak dalam kehidupan yang agamis, serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kehidupan agamis. 49 b. Melakukan sosialisasi dan penjaringan anak berkebutuhan khusus. c. Memberikan terapi kepada anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kelainannya. d. menyediakan fasilitas yang mendukung terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien. e. Memberikan pelajaran ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa. f. Memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar mengembangkan diri. 6. Perpustakaan Perpustakan Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali memiliki 200 eksemplar. Buku tersebut diperoleh dan didroping Departemen Pendidikan Nasional, serta dari para donator yang peduli pendidikan. Sebagian juga ada yang beli sendiri. Berdasarkan data mengenai sarana pendidikan yang dimiliki Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki termasuk masih kurang dan tidak memadai, termasuk di dalamnya peralatan olah raga, kesenian, alat ketrampilan dan lain-lain. 7. Struktur Organisasi a. Keadaan Guru 50 Dalam rangka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan, pasti membutuhkan tatanan organisasi yang baik dan mapan, agar tidak terjadi kekacauan tugas dan mekanisme kerjanya. Adapun Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, dalam pengelolaannya dikepalai oleh Bapak Subandi, S. Pd. Dengan dibantu oleh beberapa orang guru dan karyawan. Dari sejak berdirinya, Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLBABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali telah mempunyai susunan organisasi dan masih diterapkan hingga sekarang ini, seandainya mengalami perubahan hanyalah pada personalisasinya saja. Untuk menjalankan tugas yang berkaitan dengan kependidikan, maka dibentuklah struktur organisasi demi tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Berikut ini personil Sekolah Luar Biasa – ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali. Tabel I KEADAAN GURU DAN KARYAWAN SEKOLAH LUAR BIASA – ABCD (SLB-ABCD) TUNAS PEMBANGUNAN 2, KAB. BOYOLALI Status No Nama 1. Subandi, S. Pd 2. Drs. Supriyadi NIP Tempat Tgl Lahir Aga ma PNS Boyolali 20-12-1964 Isla m SI/ 2002 KS PNS Wonogiri Isla S1/ 1989 G. L/P Kepeg PNS/Y/ WB 19641220 198903 1 010 L 19640307 L Pendidikan Ijazah tahun Jabat an 51 200701 1 013 07-03-1964 m Kelas 3. Winarni, S. Pd 19740920 200801 2 003 P PNS Sukoharjo 20-09-1974 Isla m S1/ 1999 G.Kel as 4. Nurin P, S.Pd 19760514 200801 2 004 P PNS Boyolali 14-05-1976 Isla m S1/ 2000 G.Kel as 5. Diana Ilmiyati, SHI - P GT Y Surakarta 17-04-1983 Isla m S1/ 2005 G.PA I 6. Nangimah, S.Pd - P GT Y Surakarta 24-12-1989 Isla m S1/ 2003 G.Kel as 7. Azizah Puspitasari, S.Pd Warsita - P GT Y Surakarta 28-07-1991 Isla m S1/ 2003 G.Kel as - L PTY Boyolali 11-05-1980 Isla m SLTA Penja ga 8. Struktur organisasi adalah alat yang fital dalam pelaksanaan pendidikan karena kesemuanya itu adalah mobilitasnya sebuah lembaga. Untuk itulah organisasi itu adalah proses yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan dalam suatu lembaga tertentu baik lembaga formal ataupun lembaga non formal. b. Keadaan Siswa Siswa merupakan salah satu unsure pendidikan, disamping unsure pendidik, tujuan, maupun media. Siswa adalah individu yang belajar di sekolah khususnya sekolah dasar dan menengah. Siswa yang belajar di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali mempunyai latar belakang yang bermacam-macam, baik dari segi latar belakang pendidikan, maupun latar belakang keluarganya. 52 Tabel 2 Keadaan Siswa Keadaan Guru SLB ABCD Tunas Pembangunan II Agama Kelas Klasifikasi I A I 1/B 1 1 I 3/C 3 3 I D - Autis - II 1/A - II 1/B - II C - II D - Autis Islam Kris Kato Hin Bud Jumlah - 1 1 III 1/A - III 1/B - III 2/C III 1/D - Autis - IV A - IV B 1 1 IV 1/C 1 1 IV D - Autis - 2 1 2 V A 1 V B - V C - 53 V D Autis 1 1 VI A VI B 1 1 VI C 1 1 VI D - Autis - Jumlah 1 13 1 1 14 8. Keadaan Sarana dan Fasilitas Tentang keadaan sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, setelah penulis mengadakan observasi bisa dikatakan bahwa sarana dan fasilitas yang ada di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali kurang memadai baik dari gedungnya, perlengkapannya maupun peralatannya. Berikut ini adalah kondisi sarana dan fasilitas yang ada di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali : - Ruang guru : 1 ruang - Ruang Kepala Sekolah : 1 ruang - Perpustakaan : 1 ruang - Ruang Kelas : 6 ruang - Tempat parkir : ada - Kantin : 1 buah 54 B. - Ruang Aula : 1 ruang - WC : 2 ruang - Mushola : 1 ruang Hasil Penelitian di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali 1. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Pada Jenjang di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali a. Kepatuhan Seorang anak autisme yang sudah tertera kepatuhannya dengan baik akan melebihi kepatuhan anak normal pada umumnya karena pendidikan yang diterima pertama ini akan membentuk dirinya untuk melaksanakan kewajibannya. Dalam membentuk kepatuhan pada autism para pengajar melatihnya dengan memberikan perintah (instruksi), yang harus dilakukan, berdoa bila tidak mau duduk, berdiri dan lain-lain. b. Kontak mata Anak autism sebagaimana diatas bersikap cuek, maka agar perhatian harus melihat benda yang sedang diperhatikan mulai dari bentuknya besar sampai yang kecil, disamping itu anak-anak autism susah dalam menginterpretasikan sesuatu. Contoh: dalam mengetahui warna, melihat benda dan lain-lain. c. Konsentrasi 55 Dalam belajar harus konsentrasi agar apa yang disampaikan dapat terserap oleh otak. Maka dari bila anak-anak mempunyai konsentrasi yang tinggi mudah dalam belajar. Namun bagi anak-anak autism untuk membentuk konsentrasi pada mereka dengan contoh : anak disuruh memperhatikan benda yang bergerak, ke kanan ke kiri, atas maupun ke bawah kemudian disuruh menirukan huruf hijaiyah. Jadi, apabila hal tersebut diatas sudah terbentuk dalam diri anak-anak autism maka menurut guru Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLBABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali “Bila tiga hal dasar itu yang dijadikan fundamen sudah terbentuk maka dijamin mereka mendapatkan belajar dengan baik”.(Wawancara dengan ibu Nurin tanggal 5 Pebruari 2016). Disamping itu untuk mendukung agar tiga hal pokok dapat terlaksana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, lebihlebih bagi guru dalam proses pembelajaran diantaranya yaitu : 1) Suara jelas, tidak monoton. 2) Setiap intruksi harus sama antar guru. 3) Pemberian instruksi harus jelas, singkat (kalimat pendek) dan bahasa sederhana. Begitu pentingnya pendidikan bagi anak autism, maka alasan yang tepat dalam upaya memberikan pelajaran bagi mereka adalah untuk memanusiakan mereka dengan memberikan layanan yang baik secara pendidikan atau tidak. Bukan satu tujuan yang mudah, kenyataan di 56 lapangan banyak macam dan kondisi mereka yang berfariatif, tantangan yang terbentang begitu luas dan lebar sehingga banyak cara dan ragam penanganan mereka. Dalam pelaksanaannya pembelajaran pendidikan agama Islam peneliti memfokuskan pengamatan pada proses pembelajaran Agama. 2. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Derajat pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta pembelajaran PAI dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sementara E. Mulyasa (2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Ernawati (2003 : 8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu mengklasifikasikannya. memberikan interpretasi dan mampu 57 Pemahaman yang harus dimiliki oleh seorang guru PAI dalam melaksanakan pembelajaran adalah : (a) Menguasai materi pelajaran (bahan pelajaran), (b) Mampu menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP), (c) Mampu menggunakan metode mengajar yang tepat, (d) Mampu membuat dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan (e) mampu membimbing siswa dalam mengatasi masalah belajar. Adapun faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pemahaman guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran antara lain faktor internal yang terdiri dari ; (a) Motivasi guru dalam proses pembelajaran dan (b) Minat guru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa. Sedangkan factor eksternal adalah : (a) Tingkat pendidikan guru PAI dan (b) Pengalaman guru PAI dalam mengikuti pelatihan serta (c) Dukungan teman sesama guru dan kepala sekolah dalam memberikan motivasi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali, bertindak sebagai pendidik adalah guru yang mengajar mata pelajaran PAI, peserta didik adalah siswa pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 yang belajar PAI, dan sumber belajar adalah sesuatu yang padanya terdapat pengetahuan tentang PAI. Dalam proses pembelajaran di kelas, pelaksanaan pembelajaran PAI dibagi dalam 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Pada kegiatan awal atau 58 pendahuluan dilakukan untuk mengawali proses pembelajaran untuk mempersiapkan siswa dengan cara memberikan motivasi yang berhubungan dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru PAI dan menyampaikan tujuan pembelajaran atau indikator pencapaian dari materi tersebut, agar siswa dapat lebih terfokus pada tahap selanjutnya, dan dapat berlangsung secara optimal. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa agar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum dengan cara mengikuti langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan metode dan model pembelajaran yang dipilih. Kegiatan akhir atau penutup dalam proses pembelajaran dilakukan untuk merangkum materi yang telah disampaikan, dengan mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut tclah dipahami oleh siswa dan mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam mengajar, serta memberikan latihan-latihan kepada para siswa sebagai tindak lanjut, misalnya pekerjaan rumah (PR). Semua kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran tersebut adalah membimbing perkembangan peserta didik (siswa) dan guru harus kreatif dalam mengelola program pembelajaran. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya 59 secara optimal. Diketahui bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya dengan peserta didik (siswa), ketika orang tuanya mendaftarkan anaknya ke sekolah yang dianggap paling bagus atau paling tepat untuk membimbing anaknya menuju kearah kedewasaan, pada saat itu juga orang tua menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Motivasi, minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang dengan baik dan tepat secara optimal tanpa bantuan dan bimbingan guru. Guru yang baik adalah guru yang memahami cara mengajar dan membimbing siswanya. Dalam kegiatan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual di samping memperhatikan secara kelompok, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru juga harus berpacu deangan kurikulum yang telah ditetapkan, serta harus pandaipandai dalam mengemas pembelajaran, dengan memahami konsep pembelajaran, maka kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat terlihat dengan jelas. Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, dalam hal ini guru harus kreatif, profcsional, dan menyenangkan, dengan demikian guru harus memposisikan dirinya terhadap peserta didik adalah sebagai berikut : (1) Sebagai orang tua yang penuh dengan kasih sayang pada peserta didiknya.(2) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para 60 peserta didik. (3) Fasilitator dan selalu siap memberikan pelayanan dan kemudahan, serta melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. (4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. (5) bertanggungjawab. Memupuk (6) rasa Membiasakan percaya peserta diri, didik berani untuk dan saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar. (7) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.(8) Mengembangkan kreativitas peserta didik serta (9) Menjadi pembantu ketika diperlukan oleh peserta didiknya. Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukkan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peseta didik. 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai komunikator. Di samping hal-hal di atas, maka yang paling tidak kalah pentingnya adalah seorang guru harus menguasai bahan dalam melaksanakan pembelajaran, menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran dan mampu mengadakan evaluasi. Dalam kegiatan proses 61 belajar mengajar, para guru mampu membawa dirinya sebagai guru dan sebagai “teman” bagi peserta didik dalam hal hubungan guru dan siswa. a. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dunia pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Perubahan penting yang telah terjadi dalam dunia pendidikan adalah dengan adanya perubahan kurikulum, telah diketahui bersama perubahan kurikulum juga diikuti perubahan perangkat pembelajaran salah satunya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas dan atau lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Kompetensi Inti, Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. 62 Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, in spiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang disusun di dalam RPP dapat memberikan ruangyangcukupbagiprakarsa,kreativitas, dan k kemandirian siswa sesuai denganbakat,minat,danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tertanggal 4 Mei 2007 tentan g Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, mengatur tentang berba gai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompet ensi inti maupun kompetensi mata pelajaran (Depdiknas, 2007). Bagi guru pada satuan pendidikan, dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara memadai. RPP ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, 63 dan evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP ini pengajar akan dapat mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya. RPP akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik guru maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian guru dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang guru akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang guru yang belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci dibandingkan seorang guru yang sudah berpengalaman. Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : “Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) itu wajib dilakukan oleh setiap guru yang sudah tersertifikasi, karena syarat untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi adalah harus menyerahkan RPP. Namun demikian, tidak serta merta menyusun RPP setiap akan mengajar. RPP biasanya kami susun setiap tiga bulan sekali. Kami beranggapan bahwa menyusun RPP itu adalah keperluan administrasi, bukan keperluan akademik, maka tidak harus disusun setiap akan masuk kelas. Prinsip dasar dalam penyusunan RPP sudah kami terapkan pada saat kami mengajar di kelas. Prinsip dasar dalam penyusunan RPP adalah ada Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Pendekatan dan Metode yang 64 digunakan, Kegiatan pembelajaran, sumber materi dan media, yang terakhir evaluasi yang harus dilakukan. Tidak banyak perbedaan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kurikulum 2013. Hanya saja sosialisasi oleh pemerintah belum maksimal, sehingga kami belum begitu familier”. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (bapak Supri), pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah : “Setiap guru harus mau dan mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena dalam dunia pendidikan menyusun RPP itu hukumnya wajib dilakukan oleh setiap guru yang sudah tersertifikasi, apabila seorang guru tidak mau menyusun RPP, maka tunjangan sertifikasinya tidak bisa dibayarkan. Kami biasanya menyusun RPP setiap seminggu sekali, artinya satu RPP kami buat untuk dua sampai tiga kali pertemuan. Prinsip dasar dalam penyusunan RPP sudah kami terapkan pada saat kami mengajar di kelas. Konsep dasar dalam penyusunan RPP adalah untuk kurikulum 2013 adalah Kompetensi Inti (KI), yang pada kurikulum KTSP dikenal dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Pendekatan dan Metode yang digunakan, Kegiatan pembelajaran, sumber materi dan media, yang terakhir evaluasi yang harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap salah seorang pengurus komite Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, yang dilakukan pada tanggal 6 Pebruari 2016, sebagai berikut : Secara khusus saya tidak tahu, apakah bapak/ibu guru itu menyusun RPP atau tidak setiap kali mau mengajar, namun saya yakin, kalau bapak/ibu guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini melakukan kewajibannya, yaitu mempersiapkan diri dengan baik, sebelum melaksanakan tugasnya, yaitu mengajar di kelas (masuk kelas). Dalam hal ini saya yakin bahwa bapak/ibu guru yang bertugas disini menyusun RPP, sekali lagi, walaupun saya tidak tahu wujudnya. Dari informasi yang diberikan , maka secara tidak langsung dapat diambil suatu kesimpulan bahwa : semua guru PAI menyatakan bahwa 65 menyusun RPP adalah wajib bagi setiap orang yang memilih profesi sebagai guru. Namun demikian, ada yang menyusun RPP setiap pokok bahasan yang akan diberikan, ada yang menyusun RPP setiap minggu, ini tidak melihat pokok bahasan, namun biasanya setiap minggu menyusun RPP. Ada pula yang menyusun RPP setiap bulan, bahkan ada yang menyusun RPP setiap dua dan tiga bulan sekali. Penguasaan para guru PAI dalam menyusun RPP, semuanya faham aturan menyusunnya, dan semuanya melaksanakan tahapan-tahapan yang diberikan dalam RPP tersebut, walaupun tidak semuanya menyusun RPP setiap akan mengajar. Hal ini karena ada yang beranggapan bahwa menyusun RPP adalah suatu persyaratan administrativ, bukan persyaratan akademik. Anggapan itu memang ada benarnya, namun sebagai seorang guru harusnya tetap menyusun RPP setiap akan melaksanakan pembelajaran. Mereka juga menyadari bahwa menyusun RPP adalah kewajiban. b. Menguasai Bahan atau Materi Pengajaran Mutu pendidikan sedikit banyak bergantung pada keadaan gurunya. Guru adalah faktor penentu keberhasilan belajar di samping alat, fasilitas, sarana, dan kemampuan siswa itu sendiri, termasuk partisipasi orang tua dan masyarakat. Menyangkut faktor guru, banyak keterampilan yang harus dimilikinya, harus dikuasainya dengan baik agar proses pendidikan menjadi penuh bermakna dan selalu relevan dengan tujuan dan bahan ajarannya. 66 Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk keterampilan mengajar. Penguasaan materi atau bahan ajar dapat dibentuk dengan membaca buku – buku pelajaran. Salah satu komponen kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang profesional adalah menguasai bahan pelajaran serta konsep – konsep dasar keilmuannya (Depdikbud, 1980). Menurut Johnson (1980) penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep – konsep dasar keilmuan dari bahan yang akan diajarkannya tersebut. Dengan demikian untuk menguasai materi pelajaran diperlukan penguasaan materinya itu sendiri. Penguasaan bahan pengajaran bagi guru dalam proses pembelajaran adalah mutlak harus dimiliki oleh seorang yang mengasuh mata pelajaran tersebut, namun demikian tidak sedikit para guru yang belum menguasai materi yang akan diajarkan sepenuhnya, hal yang demikian akan membuat hati siswa ragu dan bergembira dalam mengikuti pembelajaran PAI yang diajarkan oleh guru. Berikut ini dilaporkan hasil wawancara dengan para guru PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, tentang upaya yang dilakukan bapak atau ibu guru untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam mendalami materi atau bahan dan atau metode pembelajaran PAI yang selama ini dilakukan, hasilnya sebagai berikut : Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : 67 “Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kami dalam memahami materi dan atau metode pembelajaran PAI, maka kami melakukan beberapa hal yang antara lain : 1) kami mencari referensi buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit lain selain yang digunakan di dalam kelas; 2) Kami guru di sekolah ini untuk meningkatkan pengetahuan kami, mengikuti Kegiatan Kompetensi Guru (KKG). Disamping itu kami juga belajar bagaimana menerapkan model-model pembelajaran yang baru; 3) Biasanya kami mengikuti seminar-seminar yang diselenggarakan oleh lembaga kependidikan, misalnya Universitas Negeri Surakarta (UNS), BP- DIKSUS (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus) Jawa Tengah. Begitu juga ibu Win guru kelas pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 yang diwawancarai oleh peneliti pada tanggal, 5 Pebruari 2016 sebagai berikut : “Biasanya kami mencari informasi baru tentang buku referensi atau bukubuku yang diterbitkan oleh penerbit lain, selain buku yang digunakan pada sekolah. Hal ini kami lakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kami dalam memahami materi dan atau metode pembelajaran yang terbaru untuk anak autis. Di samping itu, kami juga mencari soal-soal untuk latihan ulangan, soal untuk ujian akhir dan masih banyak buku-buku lain”. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas (Ibu Nur) pada tanggal 5 Februari 2016, yang hasilnya adalah : “Buku referensi yang diterbitkan oleh penerbit lain adalah cara kami dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang materi pelajaran. Disamping itu, kami juga mempelajari LKS, untuk mencari soal-soal untuk latihan ulangan, soal untuk ujian akhir dan masih banyak buku-buku lain yang ada hubungannya dengan penyelesaian pelajaran. Mengikuti seminar-seminar yang diselenggarakan oleh lembaga kependidikan di lingkungan Surakarta dan sekitarnya. Selain itu kami juga mengikuti penataran yang ada hubungannya dengan pemahaman materi atau model pembelajaran untuk anak autis.”. 68 Menurut Bapak Supri guru kelas di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 yang diwawancarai oleh peneliti pada tanggal, 5 Pebruari 2016 sebagai berikut : “Mencari buku referensi atau buku-buku yang berkaitan dengan materi atau buku yang diterbitkan oleh penerbit lain, selain buku yang digunakan pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini. Hal ini kami lakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kami dalam memahami materi dan atau metode pembelajaran yang terbaru. Di samping itu, kami juga mencari soal-soal untuk latihan ulangan, soal untuk ujian akhir. Di samping itu, kami juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh BP-DIKSUS (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus) Jawa Tengah, mata pelajaran untuk berdiskusi dan belajar tentang bukubuku Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2.”. Informasi terakhir yang dihimpun untuk mengetahui penguasaan guru PAI pada materi yang diajarkan diperoleh dari salah satu wakil orang tua siswa, dalam hal ini salah satu anggota pengurus komite Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2, yang diwawancarai tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : “Begini pak….. Kalau penguasaan materi/bahan pelajaran, guru apa saja di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini, baik itu guru mata pelajaran PAI atau guru mata pelajaran yang lainnya, saya tidak meragukan lagi, saya yakin pasti sangat baik dan sangat menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan. Lha…. Menurut logika, kalau seorang guru itu mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik, kan pasti menguasai materi/bahan tho mbak …. “ Dari informasi yang diberikan oleh para guru PAI, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, guru mata pelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 ini, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap mata pelajaran PAI, maka semua melakukan : mencari 69 informasi buku baru dari penerbit lain yang tidak digunakan oleh Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini, membaca buku-buku baru, dan mengikuti KKG. Selanjutnya para guru pelajaran PAI meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti seminar atau workshop yang diadakan oleh BP-DIKSUS (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus) Jawa Tengah. c. Metode Mengajar yang Digunakan Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru tersebut. Jadi metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik, dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain karena setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan 70 kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu, dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Proses pembelajaran yang sesuai dengan perubahan jaman dan sesuai dengan tujuan pendidikan PAI, diperlukan suatu metode pengajaran yang tepat dan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam pelajaran PAI, hal ini karena harus difokuskan pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode yang terintegrasi pada proses pembelajaran. Berikut disajikan hasil wawancara dan observasi dengan guru Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, berkenaan dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang dipilih dalam menyampaikan materi pelajaran PAI di kelas. Hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut : 71 Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : “Metode yang kami pilih dalam melaksanakan pembelajaran, sesuai dengan yang kami rencanakan pada RPP. Setelah masuk kelas, maka tergantung dengan kondisi di dalam kelas agar para siswa lebih termotivasi lagi. Kami sering melakukan metode tanya jawab karena dengan metode ini siswa lebih dapat memusatkan perhatian mereka dan ini akan membuat skema berpikir yang lebih berkembang, sehingga menjadi fokus dalam pelajaran PAI”. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas (Ibu Nur) pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah : “Berdasarkan pengalaman saya sewaktu mengajar di kelas autis bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar ketika menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah dalam proses pembelajaran. Adapun metode yang digunakan dalam setiap penyampaian materi mata pelajaran agama di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali di antaranya adalah :a. Metode Pembiasaan. Dalam proses belajar mengajar pada anak autis, metode ini merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan segala jenis materi. Mengingat peserta didik adalah anak yang memerlukan perhatian khusus, dimana dalam memahami suatu materi, anak didik tidak bisa langsung mengerti materi yang telah disampaikan. Akan tetapi guru harus mengulang materi tersebut secara kontinyu. b. Metode Ceramah. Metode ini merupakan cara penyampaian materi pengetahuan dan juga agama kepada peserta didik yang dilakukan secara lisan. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini yaitu hendaknya ceramah yang mudah untuk dipahami dan mudah diterima, serta mampu menstimulasi pendengar (anak didik). c. Metode Tanya Jawab. Metode ini adalah mengajukan pertanyaan pada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan membimbing dalam mencapai kebenaran. Dalam menerapkan metode ini pada peserta didik, memerlukan alat bantu yang bersifat kongkrit. Misalnya materi man kelompok mata pelajaran agama dalam penyampaian materi tersebut ketika mengenalkan ciptaan Allah, maka guru harus menunjukkan bentuk nyata dari wujud ciptaan Allah tersebut. d. Metode Demonstrasi. Metode ini dimaksudkan dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat bantu atau benda secara diperagakan, agar anak didik menjadi jelas dan sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. Misalnya, tentang tata cara bersuci dan sholat. Dalam menyampaikan materi ini, guru memberi 72 contoh secara langsung kepada peserta didik secara berulang-ulang dan pelan-pelan, dan lebih dititik beratkan pada latihan dari ibadah. Karena jika sampai pada pembacaan dari ibadah mereka belum mampu. e.Metode Pemberian Tugas. Metode ini digunakan oleh guru untuk memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan tugas dengan baik secara individu. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa, sehingga guru memperoleh informasi sejauh mana materi yang telah disampaikan dapat diserap oleh siswa. Di Sekolah Luar Biasa-ABCD (SLB-ABCD) Tunas Pembangunan 2, Kab. Boyolali, metode ini digunakan pada semua kelompok mata pelajaran. f. Metode Drill (Latihan). Metode ini biasanya digunakan untuk melatih anak untuk melafalkan doa-doa, surat-surat pendek (bagi yang beragama Islam), berhitung, menyanyi dan lain-lain. Sewaktu saya menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam mengajar di kelas, siswa bergairah dalam belajar karena lebih banyak siswa yang bekerja”. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada guru PAI adalah metode atau Model pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI dalam kegiatan belajar mengajar adalah a. Metode Pembiasaan. Dalam proses belajar mengajar pada anak autis, metode ini merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan segala jenis materi. Mengingat peserta didik adalah anak yang memerlukan perhatian khusus, b. Metode Ceramah. Metode ini merupakan cara penyampaian materi pengetahuan dan juga agama kepada peserta didik yang dilakukan secara lisan. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini yaitu hendaknya ceramah yang mudah untuk dipahami dan mudah diterima, c. Metode Tanya Jawab. Metode ini adalah mengajukan pertanyaan pada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan membimbing dalam mencapai kebenaran, d. Metode Demonstrasi. Metode ini dimaksudkan dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat bantu atau benda secara diperagakan, e.Metode Pemberian Tugas. Metode ini digunakan oleh 73 guru untuk memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan tugas dengan baik secara individu, metode ini digunakan pada semua kelompok mata pelajaran. f. Metode Drill (Latihan). Metode ini biasanya digunakan untuk melatih anak untuk melafalkan doa-doa, surat-surat pendek (bagi yang beragama Islam), berhitung, menyanyi dan lain-lain”. Guru pada kegiatan awal (pendahuluan) dalam kegiatan belajar mengajar adalah pertama, menyampaikan salam kepada siswa dengan ucapan “Assalamu’alaikum”, maka para siswa menjawab dengan antusias “Wa’alaikum salam”, setelah itu bapak atau ibu guru terlebih dahulu mengajak para siswa berdo’a sebelum materi diajarkan. Setelah berdo’a maka bapak atau ibu guru memberikan motivasi untuk menarik perhatian para siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pada kegiatan inti dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru adalah pertama, menyajikan informasi secara garis besar kepada siswa. Dalam menerapkan metode ini pada peserta didik, memerlukan alat bantu yang bersifat kongkrit. Misalnya materi Rukun Iman kelompok mata pelajaran agama dalam penyampaian materi tersebut ketika mengenalkan ciptaan Allah, maka guru harus menunjukkan bentuk nyata dari wujud ciptaan Allah tersebut. Pada kegiatan akhir (penutup) dalam kegiatan belajar mengajar, guru melakukan : Pertama, menyuruh siswa menyimpulkan materi dan membantu siswa dalam menyimpulkan materi. Kedua, memberikan tugas rumah kepada siswa. Demikian yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas 74 dengan menggunakan model driil. Ketiga, mengadakan evalusi yang telah disusun sesuai materi yang diajarkan. Walaupun tahapan dan model pembelajaran kooperatif masih ada yang tertinggal oleh si guru yaitu pada kegiatan penutup setelah evaluasi guru harus memberikan penghargaan kepada masing-masing anak berdasarkan hasil pekerjaan mereka. d. Mengadakan Evaluasi Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni : kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa. Kemampuan merencanakan meliputi (1) mengidentifikasi materi pembelajaran, (2) memilih model pembelajaran yang tepat (3) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (4) menyiapkan instrumen penilaian. Guru hendaknya merencanakan pembelajaran terlebih dahulu sehingga dalam pelaksanaannya dapat maksimal. Dalam kegiatan pelaksanaan guru harus dapat mengelola kegiatan belajar dengan baik, dari membuka pelajaran, kegiatan inti, sampai menutup pelajaran. Sedangkan pada tahapan yang selanjutnya yaitu dalam menilai hasil belajar siswa, guru melakukan 75 evaluasi meliputi tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan siswa), afektif (sikap siswa dalam pembelajaran), dan psikomotor (keterampilan siswa). Evaluasi mengenai ketiga ranah tersebut sangat penting dilakukan karena dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Bloom (dalam Nurkancana, 1990 : 27) mengelompokkan indikator masing-masing ranah tersebut. Kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari menerima, merespon, menghargai, pembentukan konsep, dan karakterisasi. Sedangkan untuk ranah psikomotor terdiri dari peniruan, pemanfaatan, kecermatan, penyangkutpautan, dan naturalisasi. Ketiga ranah tersebut menjadi hal mutlak dalam menilai suatu pembelajaran. Akan tetapi pada umumnya guru melakukan evaluasi hanya pada aspek kognitif. Evaluasi afektif dan psikomotor bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, minat siswa untuk belajar, dan motivasi siswa. Ketiga aspek tersebut memiliki peran yang penting dalam menentukan hasil belajar. Apabila keaktifan, minat dan motivasi rendah maka hasil belajar cenderung rendah. Untuk itu melakukan evaluasi mengenai afektif dan psikomotor siswa sangat penting dilakukan, agar dapat dijadikan acuan dalam mengoptimalkan proses pembelajaran. Selanjutnya akan disampaikan beberapa hasil wawancara dengan para guru yang mengajar mata pelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, sebagai berikut : 76 Kemampuan guru PAI dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan, dan memberikan skor untuk mengetahui, seberapa jauh informasi yang diberikan oleh para guru dapat diserap oleh para siswa, maka dengan ini akan ditampilkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar mata pelajaran PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2. Pertanyaan yang diajukan adalah (1) kapan saja melakukan evaluasi, (2) bagaimana bentuk soal yang dia buat, (3) bagaimana kalau ada siswa yangbelum memenuhi KKM, hasilnya sebagai berikut : Wawancara dengan guru PAI (ibu DIA), pada tanggal 5 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : “Apabila mengajar, kami biasanya memulai dengan pree test, hal ini kami lakukan untuk mengetahui seberapa jauh para siswa tersebut memahami suatu pokok bahasan yang akan kami sampaikan, yaitu dengan cara menanyakan apakah anak-anak pernah mengetahui tentang materi yang akan disampaikan. Setelah itu, baru memulai pembelajaran, atau materi yang akan disampaikan, setelah proses pembelajaran selesai, kami mengadakan evaluasi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah materi yang telah kami sampaikan telah diserap dengan baik atau belum. Jika ada siswa yang belum menguasai materi yang telah disampaikan, kami akan mengulangi penjelasannya pada pokok masalah yang belum dimengerti oleh siswa tersebut. Selanjutnya setelah satu pokok bahasan selesai kami sampaikan kami juga mengadakan evaluasi ulang. Evaluasi yang dibuat oleh guru adalah tes tengah semester atau mid semester. Bentuk soal yang kami buat, tergantung evaluasi yang mana yang akan diadakan. Jika pree test, maka paling sering dengan menggunakan lisan, walaupun mata pelajaran kami adalah pelajaran PAI, namun kami mengawali dengan pree test lisan. Sedangkan untuk evaluasi pada akhir pelajaran atau post test, kami biasanya dengan menggunakan tes tulis, dengan bentuk 77 soal esay. Apabila pada tes tengah semester, kami menggunakan soal tes tulis dengan bentuk pilihan ganda dan esay. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (bapak Supri), pada tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah : “Setelah mengucapkan salam, sebelum memulai pembelajaran, maka kami menanyakan beberapa pertanyaan berkenaan dengan materi yang akan kami sampaikan. Hal ini kami lakukan dengan maksud untuk mengetahui, seberapa jauh para siswa tersebut mengetahui atau mengenal materi yang akan kami sampaikan. Setelah selesai pembelajaran, kami mengadakan evaluasi lagi yang disebut dengan post test. Post test ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah disampaikan dapat diserap oleh para siswa. Evaluasi yang selanjutnya kami lakukan pada setiap pokok bahasan dan pada ujian tengah semester. Untuk ujian akhir semester, biasanya soal tes dibuat oleh guru masing-masing. Bentuk soal yang kami buat, untuk pree test, biasanya soal dalam bentuk lisan, sedangkan post test evaluasi yang kami lakukan dalam bentuk tulis, sedangkan caranya dengan menuliskan soal-soal tersebut pada papan tulis, kemudian siswa mengerjakan soal tersebut dengan menuliskan pada selembar kertas. Apabila para siswa tidak selesai mengerjakan pada jam tersebut, sementara waktunya sudah habis, maka soal tersebut dipersilahkan dibawa pulang sebagai pekerjaan rumah (PR). Untuk ujian tengah semester soal kami buat dalam bentuk pilihan ganda dan esay. Pada kurikulum 2013 ini penilaian yang dianjurkan adalah penilaian autentik, hal ini kami belum banyak memahami tentang teknik penilaian autentik tersebut, karena kami belum pernah secara khusus mengikuti pelatihan tentang model penilaian autentik. Hasil dari wawancara dengan para guru yang mengajar mata pelajaran PAI, maka dapat memberikan kesimpulan bahwa tidak semua guru PAI selalu mengadakan pree test, ada yang kadang-kadang mengadakan, lalu hampir semuanya mengadakan post test, walaupun dalam bentuk yang berbeda, misalnya ada yang post test dilakukan dengan memberikan pekerjaan 78 rumah (PR), ada yang memberi tugas. Untuk ujian tengah semester, semua guru mengadakan test tersebut, kami mempunyai keyakinan bahwa pada saat ujian tengah semester, ada waktu khusus yang disediakan, sehingga semua guru dapat melakukan ujian tengah semester secara bersama-sama. Bentuk soal yang dibuat oleh guru PAI, untuk pree test dengan menggunakan tes lisan, sedangkan untuk post test dengan menggunakan tes tulis yang diberikan dengan menuliskan di papan tulis. Sedang untuk ujian tengah semester, para guru membuat soal dengan bentuk pilihan ganda dan esay, hal ini dimungkinkan ada anjuran dari pihak Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 agar bentuk tes yang diujikan pada ujian tengah semester seragam antar mata pelajaran. e. Menyelenggarakan Program Bimbingan pada Siswa Apabila kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam organisasi program bimbingan di seluruh sekolah, maka guru mata pelajaran adalah tokoh kunci dalam kegiatan–kegiatan bimbingan yang sebenarnya di dalam kelas, guru selalu berada dalam hubungan yang erat dengan siswa, ia banyak mempunyai kesempatan untuk mempelajari siswa, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, dan apabila ia teliti serta menaruh perhatian ia akan mengetahui sifat – sifat siswa, kebutuhannya, minatnya, masalah – masalahnya, dan titik–titik kelemahan serta kekuatannya. Sewaktu – waktu ia mengukur berat dan tinggi badannya, dan meneliti segi–segi kesehatannya. Guru melaksanakan tes–tes hasil belajar, kecerdasan, diagnostik, kepribadian 79 dan sewaktu–waktu pula mengadakan tes sosiometrik. Apabila rasa kepedulian terhadap siswa mendorong untuk mengadakannya atau bila keadaan mengijinkan, kadang–kadang seorang guru mengunjungi siswa ke rumahnya dan memperbincangkan masalah dengan orang tuanya, segala sesuatu untuk lebih dapat memahami siswanya. Guru berusaha untuk mengarahkan minat dan semangat belajar siswanya sehingga tercapai hasil yang memuaskan dan untuk memberikan pemecahan sederhana terhadap masalah–masalah kecil yang dihadapi siswanya. Sejak anak masuk ke sekolah pagi hari sampai sekolah usai, guru akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan agar dapat memahami siswa–siswa dengan baik. Dalam mencatat data tersebut serta bahan–bahan informasi lainnya kedalam catatan kumulatif, atau catatan–catatan sekolah lainnya. Sebagian dari data itu didapat dari siswa – siswa sendiri atau dari orangtuanya dengan mengisi formulir– formulir isian atau melalui informasi lisan. Data yang lainnya dihasilkan dari pelaksanaan test, atau melalui observasi terhadap kegiatan–kegiatan anak, kebiasaan dan tingkah lakunya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Karena itulah guru merupakan anggota pertama di antara petugas– petugas bimbingan. Pada umumnya guru itu berada dalam suatu posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah–masalah, sikap dan kebutuhan siswa– siswa, sehingga mudahlah baginya untuk memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya. 80 Pada hakikatnya, para siswanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar. Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada siswa. Hal–hal yang akan di wariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran–ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu, guru harus memenuhi ukuran kemampuan yang di perlukan untuk melaksanakan tugasnya agar siswa dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran adalah merupakan hasil interaksi antara unsur-unsur, motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran yang di sampaikan, dan dipelajari oleh siswa, keterampilan guru menyampaikannya dan alat bantu pengajaran yang membantu jalannya pewarisan itu. Tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, ini bukan berarti dia lepas sama sekali dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan kontribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efesien pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan dalam batasbatas tertentu, guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Peran yang dijalankan oleh guru, yaitu sebagai pembimbing. Untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. 81 Guru merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai amanat Undang-Undang, dimana guru mempunyai fungsi strategis mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ketakwaan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru juga sangat diharapkan mampu secara optimal mengembangkan peserta didik dengan tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam menjalani hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah dan disampaikan oleh guru, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut termasuk, tentu saja seorang guru. Karena itulah guru merupakan anggota utama diantara petugas-petugas bimbingan. Pada umumnya, guru berada dalam suatu posisi yang baik untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan siswa, sehingga guru lebih mudah untuk memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya. Berikut ini akan disampaikan hasil wawancara dengan para guru PAI Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, berkenaan dengan bimbingan yang diberikan oleh para guru tersebut kepada para siswa, baik 82 pada saat pelajaran PAI, maupun diluar jam pelajaran, bahkan mungkin di luar sekolah. Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : “Salah satu tugas guru adalah membimbing siswanya dalam memahami kehidupan ini, bukan hanya masalah pelajaran, tapi juga masalah-masalah pribadi, karena anak autis ini banyak mengalami masalah dengan perilakunya di kehidupan sehari-hari, misalnya masalah dengan temannya. Apabila ada siswa yang belum jelas dalam materi yang kami jelaskan pada saat pelajaran berlangsung, maka kami akan mengulang atau menjelaskan kembali, bahkan kami tidak segansegan, memberikan penjelasan tersendiri bagi siswa autis tersebut yang agak lambat dalam menerima materi PAI”. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (bapak Supri), pada tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah : “Kesabaran, adalah kunci utama dalam menyelami dunia anak autis, termasuk menjadi guru adalah usaha untuk menyelami dunia anakautis tersebut, kuncinya ya, harus memahami apa yang dinginkan anak-anak tersebut. Menjadi guru anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah pilihan kami, namun kami berusaha untuk memberikan bimbingan supaya apabila ada siswa yang belum paham terhadap materi yang kami berikan ketika itu, kami berusaha untuk menjelaskan kembali, walaupun tidak semua harus diulang.”. Menurut ibu Diana sebagai guru PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 yang diwawancarai oleh peneliti, pada tanggal 6 Pebruari 2016 sebagai berikut : “Tugas kami salah satunya adalah memberikan bimbingan kepada para siswa, bimbingan yang kami berikan tidak hanya bimbingan dalam kelas, termasuk juga bimbingan di luar kelas. Masalah yang dikonsultasikan pada kami, juga bukan hanya masalah pelajaran PAI, 83 tetapi juga masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Kami maklum usia mereka sangat labil terhadap pengaruh dari luar ”. Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru yang mengajar mata pelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, maka dapat diambil satu kesimpulan, berkenaan dengan kemampuan guru dalam melaksanakan salah satu tugasnya sebagai pembimbing. Guru yang mengajar mata pelajaran PAI menyadari bahwa membimbing siswa adalah salah satu tugas seorang guru professional. Tugas membimbing tersebut meliputi bimbingan masalah pelajaran PAI, maupun masalah-masalah sikap perilaku. Menyediakan waktu untuk konsultasi bagi para wali siswanya adalah sifat para guru Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 yang patut ditiru oleh para guru lain, baik guru mata pelajaran lain di sekolah tersebut atau guru mata pelajaran PAI. Memberikan bimbingan kepada para siswa yang belum mengerti tentang materi yang telah diterangkan, dengan kata lain para guru PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, akan mengulang beberapa materi yang telah disampaikan, apabila ada siswa yang belum mengerti, bahkan sebagian ada yang mengatakan harus mengulang beberapa kali untuk seorang siswa, karena keterlambatan dalam memahami materi yang telah disampaikan mulai dari kepala sekolah, wakil kepala, dan para guru lain yang ikut mendukung program tersebut. f. Dukungan Kepala Sekolah 84 Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya, ada misi untuk mengantarkan mereka (anak didiknya) kepada kehidupan yang lebih baik secara intelektual dan sosial bukan sekedar karena profesi gurulah pekerjaan yang paling mudah didapatkan. Maka seorang guru akan bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan, dan keislaman yang besar dalam dada setiap muridnya, bahkan sesudah ia meninggal, guru yang mengajar dengan mental seorang pengajar sekaligus pengasuh, bukan dengan mental tukang teriak untuk mendapat upah bulanan bernama gaji, akan mampu menyediakan cadangan energi agar tetap lembut menghadapi siswa autis yang membuat kening berkerut. Guru selalu mendarma baktikan tenaga dan pikirannya demi kemajuan pendidikan, dan mereka juga ikhlas dalam melakukan pekerjaan tersebut. Guru juga tidak menuntut balas jasa, karena pekerjaan yang ditekuninya itu bukan bisnis yang harus ada kalkulasi untung dan rugi, tetapi yang perlu diperhatikan oleh pengelola lembaga pendidikan adalah keadilan akan haknya sebagai warga negara, sebagai pekerja, dan sebagai pemangku profesi yang sangat mulia dan berat sekali tanggung jawabnya. Kreativitas merupakan dasar dari segala hal dalam rangka meningkatkan sesuatu kearah kemajuan peserta didik. Untuk berlaku kreatif, maka seorang guru harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan nilainilai dasar untuk melakukan hal tersebut. 85 Sedangkan langkah kemajuan, kemauan atau niat merupakan awal bagi terbentuknya sebuah sikap, tingkah laku loyalitas sebagai wujud dari kredibilitas kepribadian seseorang. Jika antara kreativitas dan kepribadian yang baik itu berpadu, maka akan menampilkan proses pendidikan yang selalu diiringi dengan kreativitas anak didik. Untuk mewujudkan keterpaduan itu perlu adanya motivasi dan sikap konkret dari para pendidik agar tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik lebih terarah dan tepat guna. Berikut disampaikan hasil wawancara dengan para guru PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti adalah : Apa motivasi bapak atau ibu menjadi guru? Kenapa bidang studi PAI yang dipilih?, yang hasilnya sebagai berikut : Wawancara dengan guru PAI (ibu Diana), pada tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya sebagai berikut : “Kami ini, dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga guru (Pendidikan Luar Biasa) PLB, bahkan kalau boleh kami mengatakan “kerajaan guru”, bagaimana tidak, bapak dan ibu kami berprofesi sebagai seorang guru (Pendidikan Luar Biasa) PLB. Jadi kalau sejak kecil saya bercita-cita ingin menjadi guru itu adalah hal yang biasa, kami biasa mendengarkan orang tua kami bercerita tentang dunia anak-anak Luar Biasa, apa suka dukanya menjadi guru anak luar biasa, apa kelebihan dan kekurangannya menjadi guru anak Luar Biasa, kami sudah mengenal sejak dari kecil. Rasanya menyenangkan sekali menjadi guru anak luar biasa, begitu angan-angan kami waktu sebelum menjadi guru anak luar biasa, walaupun kenyataannya tidak sama dengan teorinya. Namun demikian, kami sangat senang setelah menjadi guru yang sebenarnya, yang artinya memang motivasi kami menjadi seorang guru adalah sangat besar. Dengan menjadi guru kami dapat mengamalkan ilmu dan pengetahuan kami. Bidang studi PAI yang kami pilih, itu bukan cita-cita aslinya, sebab masuk program studi PAI atas anjuran dan arahan orang tua kami. Mungkin sejak kecil pelajaran 86 PAI kami cukup baik, sehingga orang tua kami menganjurkan untuk masuk pada bidang studi PAI. Jadinya sekarang ini, menjadi guru bidang studi PAI pada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2. Alhamdulillah itu tantangan buat kami mendidik anak berkebutuhan khusus yang tidak sembarang guru mampu mengajarnya”. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas (Ibu Win) pada tanggal 6 Pebruari 2016, yang hasilnya adalah : “Menjadi guru itu biasanya cita-cita anak, setelah sudah agak besar biasanya cita-cita itu berubah, begitu juga dengan kami. Waktu kecil, kami tidak bercita-cita menjadi guru, namun setelah agak besar, waktu SLTP, kami mulai berubah cita-citanya, jadi guru itu mungkin juga ada dalam benak kami waktu itu. Motivasi kami menjadi guru adalah ingin mengamalkan ilmu yang telah kami peroleh di perguruan tinggi, rasanya sia-sia kalau sudah memiliki ilmu pengetahuan dan tidak mengamalkannya, di samping itu kami sangat senang dengan mengajar, membimbing, mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus, dunia pendidikan merupakan dunia anak, jadi rasanya tersalurkan apa yang menjadi keinginan kami saat itu. Setelah jadi guru yang sebenarnya kami sangat bangga, karena dengan menjadi guru yang sebenarnya, kami dapat membimbing dan mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus. Sebenarnya dulu pingin bidang studi fisika, namun dengan berbagai macam pertimbangan, kami memilih guru kelas. Alhamdulillah lulus, kemudian jadi guru yang sebenarnya, dan Alhamdulillah lagi sekarang sudah tersertifikasi. Tambah semangat lagi menjadi guru”. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Supri, pada tanggal 6 Pebruari 2016 sebagai berikut : “Kami mulai menyenangi menjadi guru adalah setelah kami mengikuti mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di perguruan tinggi, dimana kami kuliah waktu itu. Ternyata menjadi guru itu sangat menarik dan banyak sekali tantangannya. Waktu kami masih sekolah tidak pernah membayangkan, bagaimana kalau menjadi guru, namun setelah mengikuti PPL kami sadar, menguasai kelas adalah hal yang sangat susah untuk dilakukan. Itulah yang menjadikan kami makin tinggi termotivasi untuk mendalami dunia pendidikan, dan kami dengan sungguh-sungguh ingin 87 menjadi guru yang sebenarnya. Alhamdulillah dengan usaha yang kami lakukan, akhirnya kami juga menjadi guru anak berkebutuhan khusus. Guru Pendidikan Khusus yang kami pilih, karena itu menarik, tidak banyak orang yang berminat, yang lebih menarik lagi. Sekarang sudah menjadi guru Pendidikan Luar Biasa dan sudah menjadi PNS dan tunjangan sertifikasi. “Alhamdulillah”. Berdasarkan hasil wawancara denga para guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, maka dapat disimpulkan bahwa; 1) guru PAI memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk menjadi guru, mengembangkan diri, meningkatkan pengetahuan bagi para peserta didik, ingin mengamalkan ilmu yang dimiliki selama menempuh pendidikan. 2) Semuanya mengucapkan syukur dengan “Alhamdulillah” karena sekarang sudah dapat tunjangan sertifikasi, kalau jumlahnya uang sertifikasi, kami tidak bertanya, tapi dari mimik muka yang diperlihatkan pada saat kami wawancara, kelihatan para guru cukup gembira dengan hasil itu. Dengan demikian, tidak heran bila dedikasi yang diberikan kepada Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 dan ini akan mengakibatkan suasana belajar menjadi lebih baik, lebih harmonis, dan lebih dapat diterima oleh para siswa. 88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang telah dikakukan pada bab-bab sebelumnya tentang pemahaman guru PAI Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa : 1. Untuk meningkatkan penguasaan bahan/materi pelajaran, diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku referensi lain, mengikuti kegiatan KKG dan mengikuti seminar 2. Dalam merencanakan dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, masih menggunakan model kurikulum KTSP. Metode atau model yang digunakan dalam pembelajaran lebih banyak me 3. nggunakan metode konvensional dan model PAIKEM. 4. Bentuk soal dan waktu melaksanakan evaluasi, masih beragam, ada yang menggunakan pre test ada yang tidak. 5. Bimbingan yang diberikan oleh guru PAI sangat baik, artinya tidak harus pada jam pelajaran, tetapi juga diberikan di luar jam pelajaran; B. Saran-Saran Penelitian tentang pemahaman guru PAI dalam pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 dapat didekati dan pendekatan kualitatif deskriptif, namun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara, analisis secara maksimal, namun masih 88 89 belum mampu menyentuh pemahan guru PAI dalam pembelajaran secara maksimal. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk meneliti tentang pemahaman guru PAI oleh peneliti lain di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2 dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan atau ilmu sosial. 1. Hasil penelitian ini sangat diharapkan mampu menjadi rujukan teoritis bagi para peneliti, para mahasiswa dan para praktis baik dikalangkan Kemenag Kota Surakarta maupun Dinas Dikbud Kota Surakarta dalam kaitannya dengan berbagai pemahaman guru PAI. 2. Fokus kajian dalam penelitian mi sepengetahuan peneliti belum dijumpai pada penelitian terdahulu tentang pemahaman guru PAI dalam pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB)-ABCD Tunas Pembangunan 2, dengan pendekatan penelitian kualitatif dan berorientasi yang sama. Oleh sebab itu diharapkan hasil penelitian mi dapat memberikan kontribusi bagi khsanah studi ilmu-ilmu sosial pada Program Pascasarjana IAIN Surakarta maupun di universitas-universitas lainnya. 3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI Sekolah Luar Biasa (SLB)ABCD Tunas Pembangunan 2 sudah maksimal dalam prosres pembelajaran, namun tetap harus ditingkatkan lagi. 4. Dengan adanya pembinaan yang intensif dari pemerintah dalam hal ini dinas yang terkait yang lebih optimal, maka proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru menjadi lebih baik dan kegiatan belajar mengajar dapat berorientasi kepada siswa. 90 DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadis (2006) Pendidikan Anak Berkebutuhan Autistik. Alfabeta, Bandung. Abdurruahman Assegaf, (2006) Teknik Penelitian Skripsi, materi Sekolah Penelitian TIM DPP Divisi Penelitian, Fakultas Tarbiyah UIN SUKA, Yogyakarta. Agus Suroyo, (2006) Sistem Pembelajaran Pendidikan Karakter dalam pembelajaran PAI, UIN SUKA, Yogyakarta. Ahmad Tafsir (2001) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Ahmad Zayadi dan Abdul Majid (2005) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan Konstektual, Raja Grafindo, Jakarta Aqila Smart (2010) Anak Cacat Bukan Kiamat, Kata Hati, Yogyakarta Bandi Delphie (2001) Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusif, PT Rafika Aditama Desti Widiani (2015) Pendidikan Karakter Bagi Anak Autis di Sekolah Taruna AlQur’an Yogyakarta. UIN SUKA, Yogyakarta. Faisal Yatim (2002) Autisme Suatu Gangguan Pada Jiwa Anak, Pustaka Populer Obor, Jakarta GJ Renier, Meteong Rexy J (2007) Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung Ika (2009) Fungsi manajemen Menurut Para Ahli. http://Ika01.wordpress.com/2009/10/11/fungsi-manajemen-menurutpendapat-para-ahli/ John M. Echols dan Hasan Shadily (1995). Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta. Joko Yuwono, Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik), FE UI, Jakarta Lexy J. Moelong, (1993) Metode Penelitian Kualitatif, ,Remaja Rosda Karya, Bandung M. Arifin (1996) Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta 91 M. Manullang (1983) Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung Matthew B. Miles and Michael A. Huberman, (1992) Analisis Data kualitatif (Tjetjep Rohendi Rohidi. Terjemah), UI Press, Jakarta Mirza Maulana (2009) Anak Autis, Kata Hati, Yogyakarta Muhammad Asrori (2008) Psikologi Pembelajaran,Wacana Prima, Bandung Muhaimin (2001) Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Mumpuniarti (2007) Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan, Kanwa Publiser, Yogyakarta Nana Syaodih Sukmadinata (2006) Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Nur Kayat, (2006) Pembelajaran Pendidikan Islam di MAN Sragen 1 Ditinjau dari perspektif Humanisme Religius. UIN SUKA, Yogyakarta. Ratna Wahyu Widuri (2013) Jurnal Pendidikan Khusus “Penanganan Kemampuan Interaksi Sosial anak Autis” Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Rudi Sutadi (2002) Melatih Komunikasi Pada Penyandang Autisme, KID Autis JMC, Jakarta Safril (2010) Gambaran Umum Manajemen. http://safrilblog.wordpress.com/2010/11/28/bab-i-ii-gambaran-umummanajemen/ Sri Muji Rahayu (2014), Deteksi dan Intervensi Dini pada Anak Autis, SLB Parmadi Putra Bantul, Yogyakarta. Sugiono, (2011) Metode – Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif , dan R&D), Alfabet, Bandung. Suharsimi Arikunto (1991) Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Raneka Cipta, Jakarta. Sutopo HB (2006) Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(berbagai Integrasi dan Kompetensi), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 92 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, (2005), Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Y. Handoyo (2003) Autisme, PT. Bhuana ilmu Populer, Jakarta Yurike Fauzia Wardhani dkk (2009), Apa dan Bagaimana Autisme Terapi Medis Alternatif, Lembaga Penerbit FE. UI, Jakarta Zakiah Daradjat,(1995) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara,Jakarta. 93 LAMPIRAN 94 Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA Kode Informan PW.01 Kepala Pertanyaan 1. Bagaimana kurikulum yang digunakan di SLB Sekolah ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali? 2. Pembuatan jadwal pelajaran seperti apa? 3. Bagaimana pembagian tugas guru dalam mengajar? 4. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan manajemen kurikulum PAI? 5. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan manajemen kurikulum PAI? PW.01 Guru PAI 1. Metode apa saja yang digunakan pada saat pembelajaran? 2. Jika perencanaan mengajar tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, bagaima cara mengatasinya? 3. Bagaimana cara membiasakan siswa untuk belajar? PW.01 Guru PAI 1. Bagaimana mengatasi siswa yang tantrum? 2. Bagaimana cara membimbing siswa agar patuh 95 dalam mengikuti pelajaran? 3. Terapi apa yang digunakan untuk mengatasi anak yang tantrum? PW.03 Guru PAI 1. Bagaimana strategi, metode, dan media yang digunakan pada pembelajaran PAI? 2. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran PAI? 3. Apa saja faktor pendukung implementasi kurikulum PAI di kelas? 4. Apa saja kendala saat mengajarkan PAI kepada anak didik? 5. Apakah prestasi yang diraih siswa di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali itu karena banyaknya waktu belajar atau lebih karena metode pembelajaran yang digunakan? 96 Lampiran 2 PANDUAN PENGAMATAN Kode Aktivitas P.01 Pengamatan aspek an-organik Hal yang diamati 1. Letak geografis SLB ABCD Tunas ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 2. Sarana prasarana SLB Pembangunan 2 Boyolali. P.02 P.03 Pengamatan aspek Kondisi umum, seperti guru, karyawan, peserta organik didik, dan. Proses Belajar 1. Proses kegiatan belajar mengajar PAI di SLB Mengajar ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 2. Strategi dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran PAI di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 3. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI. 4. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI. 97 Lampiran 3 PANDUAN ANALISIS DOKUMEN Kode Dokumen PA.01 Profil Sekolah Unsur yang diiamati 1. Sejarah singkat berdirinya 2. Perkembangan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali 3. Visi, misi, dan tujuan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. PA.02 Struktur Organisasi PA.03 Kurikulum 1. Struktur kepengurusan sekolah. di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali 1. Kurikulum Pendidikan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PAI di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali 3. Silabus dan RPP mata pelajaran PAI di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. 98 Lampiran 4 Catatan Lapangan I Kode : CL.P.01 Metode Pengumpulan Data : Observasi Hari dan Tanggal : Jum’at, 5 Pebruari 2016 Lokasi : SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali Deskripsi Data: Kesempatan ini adalah pertama kali peneliti survei tempat dan mengobservasi keadaan sekolah secara umum dan belum terstruktur dengan baik apa-apa yang menjadi targetan penelitian. Peneliti niat silaturrahmi dan menyampaikan keinginan untuk menjadikan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali sebagai objek penelitian. Peneliti sangat bersyukur karena keinginan peneliti disambut baik oleh pihak sekolah. Pada kesempatan ini peneliti berkesempatan observasi lingkungan di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Adapun hasil dari observasi ini didapat data mengenai letak SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali, batas-batas geografis, dan keadaan sekolah secara umum. Interpretasi: SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali terletak di Jl. Raya Panasan Baru 1,5 KM Kenteng Taruban Nogosari Boyolali. Lokasinya yang berada di pedesaan yang masih asri menjadikan suasana di sekolah menjadi nyaman, tenang, dan jauh dari 99 kebisingan. Ruang kelas dihias dengan suasana islam tidak seperti ruang kelas di sekolah kebanyakan. Sekolah dikelilingi oleh pagar tembok dan hanya ada saju pintu gerbang masuk. 100 Lampiran 5 Catatan Lapangan II CL.PW.01 Metode Pengumpulan Data : Wawancara Hari dan Tanggal : Jum’at, 5 Pebruari 2016 Lokasi : Ruang Tamu Sumber Data : Subandi, S.Pd. (Kepala Sekolah) Deskripsi Data: Informan adalah Kepala SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Wawancara kali ini merupakan wawancara yang pertama dengan beliau. Pelaksanaan wawancara dengan menyampaikan izin penelitian dan kemudian menyampaikan pertanyaan gambaran umum SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali terkait dengan keadaan guru dan, siswa, dan kurikulum yang digunakan di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Interpretasi: Guru yang mengajar di SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali rata-rata berlatar belakang S1. Siswa SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali rata-rata berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Kurikulum yang digunakan di SLB ini adalah kurikulum yaitu kurikulum yang berasal dari Dinas Pendidikan Nasional. 101 Lampiran 6 Catatan Lapangan III CL.PA.01; CL.PA.02; CL.PA.03 Metode Pengumpulan Data : Dokumentasi Hari dan Tanggal : Sabtu, 6 Pebruari 2016 Lokasi : Ruang Kepala Sekolah Sumber Data : Buku Profil Sekolah Deskripsi Data: Peneliti melakukan pengambilan data sekaligus dokumen-dokumen seperti struktur kurikulum, pembagian tugas guru mengajar, dan profil sekolah yang meliputi visi, misi, dan tujuan SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali. Peneliti juga menanyakan mengenai berbagai prestasi yang telah dicapai. Dari hasil wawancara terungkap bahwa SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali merupakan sekolah dengan akreditasi B yang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah SLB yang lain. Interpretasi: SLB ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali telah memiliki struktur kurikulum, pembagian tugas mengajar, dan profil sekolah yang jelas. Visi, misi, maupun tujuan sekolah mempengaruhi pengembangan kurikulum di sekolah. Out put yang diharapkan dari SLB adalah siswa yang mampu survive dalam kehidupan yang mandiri.. 102 Lampiran 7 Catatan Lapangan IV CL.PW.02 Metode Pengumpulan Data : Wawancara Hari dan Tanggal : Sabtu, 6 Pebruari 2016 Lokasi : Ruang Guru Sumber Data : Supriyadi, S.Pd. (Wakil Kepala Sekolah) Deskripsi Data: Informan adalah Wakil Kepala bidang Kurikulum. Pertama kali wawancara dengan beliau, peneliti menanyakan tentang kurikulum yang digunakan, khususnya kurikulum PAI, tujuan pelaksanaan proses belajar mengajar PAI, peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum PAI, kegiatan keseharian anak, kegiatan penunjang pembelajaran PAI, dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran PAI. Dari hasil wawancara terungkap hal-hal sebagai berikut: 1. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum gabungan 2. Nilai-nilai keislaman terintegrasi dalam kegiatan keseharian anak 3. Pembelajaran PAI dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik dalam hidup ini bisa sejalan dengan tugasnya sebagai Khalifatullah dan juga sebagai Abdullah, selain itu tujuannya untuk membentuk karakter Akhlakul Karimah. 4. Peran kepala sekolah dalam implementasi manajemen kurikulum PAI antara lain menyusun rencana tahunan, memimpin rapat, melakukan pembinaan kurikulum, 103 Controlling pelaksanaan berbagai program di sekolah, dan melakukan bimbingan untuk guru. 5. Banyak kegiatan di sekolah yang menunjang pembelajaran PAI yang biasanya berupa rutinitas harian siswa seperti sholat dhuha, sholat dhuhur berjama’ah dan lain lain. Interpretasi: Nilai-nilai keislaman memang benar-benar diupayakan diintegrasikan dalam seluruh kegiatan keseharian anak baik kegiatan akademik maupun non akademik. Semua pihak baik kepala sekolah, guru, maupun orang tua sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai religi tersebut. Apa yang diajarkan atau dialami siswa di sekolah juga akan selalu terjaga saat di rumah. 104 Lampiran 8 Catatan Lapangan V CL. PW.02 Metode Pengumpulan Data : Wawancara Hari dan Tanggal : Sabtu, 6 Pebruari 2016 Lokasi : Ruang Guru Sumber Data : Diana Ilmiyati, SH.I. (Guru PAI ) Deskripsi Data : Ini merupakan wawancara kedua dengan beliau. Pada kesempatan kali ini peneliti bertanya mengenai perencanaan kurikulum PAI anak autis, penyusunan beberapa program yang terkait dengannya, pelaksanaan kurikulum PAI anak autis, strategi sekolah dalam melaksanakan kurikulum PAI anak autis, dan evaluasi kurikulum PAI anak autis. dari hasil wawancara terungkap bahwa perencanaan kurikulum PAI anak autis meliputi penyusunan berbagai program yaitu program tahunan, program semester, silabus, RPP, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan jadwal pelajaran. Pelaksanaan kurikulum PAI anak autis dibagi menjadi dua yaitu tingkat sekolah dan tingkat kelas. Evaluasi kurikulum PAI anak autis dengan melakukan evaluasi hasil belajar PAI anak autis dari para siswa. Hasil belajar anak tertuang dalam rapot angka, rapot kualitatif. Interpretasi: Implementasi manajemen kurikulum PAI anak autis dengan berpedoman pada kurikulum dari Dinas Pendidikan Nasional. 105 106 PEDOMAN OBSERVASI A. Judul Penelitian : Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Autis Pada Jenjang SD Di Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 A. Peneliti : Avika Diana Masykuroh B. Responden : Guru PAI C. Tempat Penelitian : Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 D. Waktu : Tanggal 5 Pebruari s/d 11 Pebruari 2016S E. Pengamatan Ke :Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 Kab.Boyolai C. Materi Wawancara : (Dalam Tabel berikut) No Aspek Rincian Aspek Yang Yang Diamati Diamati 1 Metode Kesesuaian antara Mengajar metode dengan materi yang disajikan. Ketangkasan guru dalam menerapkan metode. Langkah-langkah Deskripsi Hasil Pengamatan 107 guru dalam mengajar. 2 Media Kesesuaian antara Yang media dengan Digunakan materi yang disajikan. Keterampilan dalam menggunakan media. 3 Evaluasi Kesesuaian antara evaluasi dengan materi yang disajikan. Bentuk-bentuk evaluasi yang diberikan. 108 Mengetahui Boyolali, 12 Pebruari 2016 Responden Peneliti ( Diana Ilmiyati, S.H. I) (Avika Diana Masykuroh) 109 PEDOMAN WAWANCARA D. Judul Penelitian : PEMAHAMAN GURU MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN (Studi Fenomenologi Pembelajaran Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta) E. Peneliti : Drs. Moh. Bisri, M.Pd. F. Responden : Guru Mata Pembelajaran Matematika G. Tempat Penelitian : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Surakarta H. Waktu : .................................................. I. : (Dalam Tabel berikut) Materi Wawancara No 1 Pertanyaan Bagaimana Bp/Ibu Jawaban dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajara (RPP)? (Tolong diceritakan: pembuatannya, berapa lama, kapan perlu waktu apa kendala,......) 2 Apa metode yang Bp/Ibu gunakan dalam mengajar matematika? (Tolong di pasangkan antara materi matematika dengan metode yang biasa digunakan, misalnya: Materi Bangun ada di 110 Ruang dengan metode Demonstrasi) 3 Apa media yang Bp/Ibu gunakan dalam mengajar matematika? (Tolong dipaparkan media yang sering digunakan) 4 Apa evaluasi yang Bp/Ibu gunakan dalam menguji pemahaman siswa? (Tolong diceritakan) 5 Apakah Bp/Ibu mengadakan remidi, bila ada siswa yang belum mencapai KKM? Apa bentuk remidi yang sering di lakukan? Mengetahui Surakarta. .................... Responden Peneliti (..............................................) (Drs. Moh. Bisri, M.Pd.) 111 PEDOMAN WAWANCARA A. Judul Penelitian : Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Autis Pada Jenjang SD Di Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 B. Peneliti : Avika Diana Masykuroh C. Responden : Guru Kelas 2 Autis D. Tempat Penelitian : Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 E. Waktu : Hari Sabtu, 6 Pebruari 2016 F. Materi Wawancara No 1 : (Dalam Tabel berikut) Pertanyaan Apakah tingkat pendidikan Bp/Ibu membantu profesi menjadi guru ? Tolong diceritakan pengalaman pendidikan yang berkaitan langsung dengan materi yang Bp/Ibu dapat mengambil teladan dari sana? Jawaban 112 2 Apakah Bp/Ibu pernah mengikuti pelatihan yang dapat memperdalam pemahaman anak autis? Tolong diuraikan apa yang Bp/Ibu rasakan membantu dalam menambah pemahaman tentang anak autis? 3 Apakah Kepala Sekolah Bp/Ibu memberikan dukungan dalam setiap aktifitas pembelajaran ? Coba Bp/Ibu sampaikan wujud dukungan yang pernah diberikan! 4 Apa yang mendorong Bp/Ibu untuk bisa memahami pembelajaran untuk anak autis ini dengan baik ? 5 Bagaimana Bp/Ibu membantu menyelesaian masalah siswa dalam mengerjakan soal-soal ? (Tolong diberikan contoh kasus materi pembelajaran tertentu 113 yang pernah menjadi masalah bagi siswa) Mengetahui Boyolali, Pebruari 2016 Responden Peneliti (Nurin Purnomowati, S. Pd) (Avika Diana Masykuroh) 114 PEDOMAN WAWANCARA A. Judul Penelitian : Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Autis Pada Jenjang SD Di Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 B. Peneliti : Avika Diana Masykuroh C. Responden : Wakil Kepala Sekolah D. Tempat Penelitian : Sekolah Luar Biasa-ABCD Tunas Pembangunan 2 E. Waktu : Hari Sabtu, tanggal 6 Pebruari 2016 F. Materi Wawancara : (Dalam Tabel berikut) No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah Bp/Ibu guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berkonsultasi (RPP) dengan Anda? (Tolong diceritakan masukan apa yang pernah diberikan kepada Bp/Ibu guru dalam memperbaiki RPP) 115 2 Apakah Bp/Ibu guru dalam menggunakan metode mengajar anak autis pernah berkonsutasi dengan Anda? Saran apa yang pernah Anda berikan kepada guru dalam rangka memperbaiki pembelajaran di kelas? 116 3 Apakah media yang digunakan Bp/Ibu guru disediakan oleh sekolah? (Tolong diceritakan dukungan Anda kepada guru dalam memenuhi kebutuhan media dalam pembelajaran anak autis) 4 Apakah Bp/Ibu guru pernah berkonsultasi perihal evaluasi pembelajaran?Saran apa yang Anda pernah berikan kepada Bp/Ibu guru ? 5 Apakah Bp/Ibu guru pernah berkonsultasi perihal remidi bagi siswa yang belum terpenuhinya KKM? Tolong diceritakan bentuk masukan diberikan kepada guru dalam memberikan remidi pada siswa! Mengetahui Boyolali, Pebruari 2016 117 Responden Peneliti (Supriyadi, S. Pd) (Avika Diana Masykuroh) 118 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU PAI SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali 1. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi guru? Kalau di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali ini? 1. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu? Prodi/Jurusan apa? 2. Apakah Bapak/Ibu juga mengajar di sekolah lain selain di sini? 3. Selain mata pelajaran PAI, apakah Bapak/Ibu juga mengampu mata pealajaran lain? Apa saja? 4. Menurut Bapak/Ibu, mengajar PAI itu bagaimana (misal menyenangkan atau membosankan)? Apa alasannya? 5. Kalau boleh memilih, apakah Bapak/Ibu lebih memilih mata pelajaran PAI atau yang lain? Kenapa? 6. Apa motivasi bpk/ibu menjadi guru PAI? 7. Di kelas berapa Bapak/Ibu mengajar? 8. Selama menjadi guru PAI, berapa kali ikut penataran atau sejenisnya yang berhubungan dengan pembelajaran PAI? Apa saja? Berapa lama? Di mana? 9. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana semangat siswa dalam mengikuti pelajaran PAI? 10. Kurikulum mana yang digunakan di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali ini? Kenapa? 11. Apakah Bapak/Ibu sudah pernah ikut penataran atau sejenisnya tentang pelaksanaan kurikulum 2013? 12. Menurut Bapak/Ibu apa bedanya kurikulum 2004 dengan 2013? 13. Apakah Bapak/Ibu membuat RPP kalau akan mengajar? Kapan membuatnya? Apa kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam membuat RPP? Berapa lama? 14. Selain membuat RPP, apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan? 15. Menurut Bapak/Ibu, metode apa yang paling sering digunakan dalam KBM ? Kenapa? 16. Jika metode mengajar yang direncanakan RPP tidak sesuai dengan kondisi kelas, bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya? 17. Media apa yang paling sering Bapak/Ibu gunakan? Kenapa? 18. Selain buku paket, apakah Bapak/Ibu menggunakan buku lain sebagai pengayaan? Apa judulnya? Kenapa? 119 19. Apa tindakan Bapak/Ibu kalau dalam KBM ada siswa yang tidak memperhatikan atau ribut? 20. Bagaimana bentuk evaluasi yang Bapak/Ibu lakukan? Lisan atau tulis? Kapan dilaksanakan? 21. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi yang Bapak/Ibu ajarkan saat itu, bagaimana solusinya? 22. Bagaimana mengatasi siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran? 23. Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi, jika ada materi yang Bapak/Ibu tidak senang terhadap materi tersebut? 24. Menurut Bapak/Ibu, komunikasi yang bagaimana yang baik antara guru dengan siswa, guru dengan guru lain, guru dengan kepala Madrasah, dan guru dengan wali murid (komite sekolah)? 25. Bagaimana tanggapan bapak/ibu bila siswa di kelas bersikap pasif? 26. Menurut Bapak/Ibu, apakah guru PAI perlu meningkatkan kompetensinya? Dalam bentuk apa? 27. Bagaimana kerjasama yang dibangun antar guru selain PAI? 28. Menurut Bapak/Ibu, berapa rata-rata nilai US siswa SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali tahun ini? Kenapa? 29. Selama ini, apakah pernah siswa mendapat nilai sempurna (10) pada mata pelajaran PAI? Kalau pelajaran yang lain? 30. Apakah Bapak/Ibu puas dengan hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti US? Kenapa? 31. Persiapan apa saja yang dilakukan dalam menghadapi US? Oleh siswa bagaimana? Oleh guru PAI? Oleh guru mata pelajaran yang di-US-kan? Guru lain? Dan kepala Sekolah? 32. Apakah Bapak/Ibu menyediakan waktu khusus untuk siswa konsultasi, baik masalah pelajaran ataupun yang lainnya? Kapan dan di mana? 33. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana dukungan Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru PAI? Dalam bentuk apa? 34. Apa saran Bapak/Ibu untuk meningkatkan KBM di SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 ini? Bagi guru PAI? Bagi siswa? Bagi guru lain? 120 Kegiatan Prektek Berwudhu 121 122 Kegiatan Sholat Dhuha 123 124 125 Kegiatan ektra menari 126 127 Kegiatan Ketrampilan siswa 128 129 Kegiatan Jum’at sehat 130 Kegiatan Belajar Mengajar 131 132 s 133 Prestasi yang diperoleh 134 Gedung SLB-ABCD Tunas Pembangunan 2 Boyolali 135 Ruang Guru 136 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI 1. Nama Lengkap : Avika Diana Masykuroh 2. Tempat, tanggal Lahir : Surakarta, 17 April 1982 3. Alamat : Banyuanyar Rt 04 Rw 09, Kec. Banjarsari Kodya. Surakarta KP. 57137 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Status : Menikah 6. Tinggi/berat badan : 150/ 49kg 7. Golongan darah :B 8. HP : 085 725 205 217 9. Email : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN A. FORMAL 1. SD Djama’atul Ichwan Surakarta, Lulus tahun 1994 2. SMP Al-Islam 1 Surakarta Lulus Tahun 1997 3. MAN I Surakarta Lulus Tahun 2000 4. STAIN Surakarta Prodi Syari’ah- Muamalah Lulus Tahun 2004 5. AKTA IV STAIN Surakarta Lulus Tahun 2005 B. NON FORMAL No Nama kegiatan Penyelenggara Waktu kegiatan 137 1. Seminar Nasional Pendidikan Kurikulum 13 antara peluang 2. dan tantangan IAIN Surakarta Studium General Pascasarjana IAIN Surakarta IAIN Surakarta 3- April2013 30 – sep tember 2013 3. Seminar At the academic IAIN Surakarta discussion on, ” Study of Al- 28 - April 2014 Qur’anic Exegesis” hosted by postgraduate studies of state IAIN Surakarta 4. Seminar Nasional Nasional UNS Surakarta The Art Of Teaching 5. Seminar Nasional dalam 18 - April2015 UNS Surakarta 8 rangka Science Week 8th November - Peran Pendidikan dalam 2015 Menghadapi MEA 6. – Pendidikan Pemakaian Perpustakaan IAIN Surakarta 27Desember 2013