Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al

advertisement

Volume 04, Nomor 01, Juni 2013

Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al-Qur’an dengan
Metode Active learning Berkelompok, Siswa Kelas III SDN Bogempinggir
Sidoarjo Tahun Ajaran 2010-2011


Abstrak: Pembelajaran al-Qur’an adalah salah satu komponen penting,
sehingga peserta didik dituntut untuk memahami pembelajaran AlQur’an ini dengan berbagai komponen di dalamnya. Melafalkan secara
benar sesuai dengan kaidahnya yakni memahami ilmu tajwidnya.
Peneliti dalam pembelajaran Al-Qur’an memberikan inovasi yaitu
untuk menyampaikan pemahaman ilmu tajwid kepada peserta pada
hukum bacaan lam ta’rif dengan model pembelajaran aktif atau active
learning secara berkelompok. Dengan pembelajaran tersebut apakah
tingkat pemahaman dan hasil belajar peserta didik akan mendapatkan
peningkatan?. Penelitian dilakukan dengan bentuk tindakan berkelompok untuk memahami hukum bacaan lam ta’rif, melalui active
learning. Pembelajaran dikemas dengan permainan kartu ajaib yang
didalamnya terdapat bentuk kartu penjelasan juga tugas. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Teknik/alat yang digunakan untuk
pemantauan dan evaluasi adalah observasi, dan tes baik pre tes ataupun
pos tes. Adanya peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar yang
diperoleh dari siklus I ke siklus II. Yaitu ketuntasan siklus I sebesar
63,63% dan siklus II sebesar 87,87%. Dan hasil ini menunjukkan
bahwa, pembelajaran Al-Qur’an melalui active learning secara
berkelompok memberi dampak yang positif.
Kata Kunci: Pemahaman, Tajwid Hukum Bacaan Lam Ta’rif, dan
Active Learning
PENDAHULUAN
Gaya belajar masing-masing peserta didik adalah berbeda antara satu dengan
yang lain begitu pula dalam pemahamannya. Kemampuan seseorang untuk
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
memahami dan menyerap pelajaran, ada yang cepat, sedang dan ada pula yang
sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk
bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Ada sebagian siswa yang suka dan mudah memperoleh pemahaman lewat
metode ceramah, dan ada pula yang lewat metode simulasi dan lain-lain. Dengan
adanya berbagai keanekaragaman ini, guru sebagai sumber pemberi informai
diharapkan dapat menyampaikannya dengan baik dan dapat dipahami oleh seluruh
peserta didiknya. Untuk itu guru harus benar-benar cermat dan tepat dalam
memilih metode yang akan digunakan dalam proses belajar dan mengajar ini,
sehingga peserta didik mampu memperoleh pemahaman yang baik. Tidak mudah
tetapi dalam pakteknya untuk penerapan metode yang digunakan oleh guru,
sehingga kadang kala dalam penggunaannya terjadi kendala atau masalah.
Pendidikan agama Islam yang merupakan salah satu materi pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik juga memerlukan metode-metode efektif.
Sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, pendidikan agama Islam seringkali
mengalami kendala diantaranya keberadaan mata pelajaran agama Islam tidak
mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, hal ini dapat dilihat dari
alokasi waktu relatif sedikit bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang
mempunyai alokasi waktu lebih banyak.
Di sisi lain minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama diakui
sangat minim, mereka lebih suka dengan mata pelajaran berbasis tekhnologi dan
informasi. Hal ini terjadi karena salah satu kelemahan pendidikan agama Islam
adalah menerapkan metode atau strategi dalam proses pembelajaran, harus diakui
bahwa pendidikan agama Islam pada saat mengalami berbagai problematika yang
belum terurai.
Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih
mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan
demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi
ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah
dan membaca al-Qur’an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat
siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.
Ilmu tajwid adalah salah satu komponen materi yang terdapat dalam materi
Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Materi ini
berhubungan dengan ketrampilan membaca al-Qur’an, dimana dalam ilmu tajwid
menjelaskan cara membaca bacaan dalam al-Qur’an sehingga pelafallan dan hukum
bacaan dapat dibaca dengan benar serta sesuai dengan kaidahnya. Meteri tajwid ini
diajarkan kepada kelas III tingkat sekolah dasar dalam stadar kompetensi mengenal
“kalimat dalam al-Qur’an” dan “kompeteni dasar membaca kalimat dalam alQur’an” tentang hukum bacaan lam ta’rif yang diharapkan anak dalam mengenal
kalimat al-Qur’an dapat mempraktekan cara membaca dengan benar dan fasih.
2
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Siswa kelas III SD Negeri Bogempinggir dalam pemberian materi tajwid lam
ta’rif ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan masih banyak
permasalahan yang dihadapi siswa dalam pemahamannya tentang hukum bacaan
lam ta’rif dan penerapan hukum bacaan lam ta’rif ini dalam membaca al-Qur’an,
inilah yang menjadi latar belakang permasalahannya. Hal ini tampak dari hasil yang
diberikan siswa setelah mengikuti Ujian Tengah Semester.
Pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan, sehingga dalam
pengerjaannya masih banyak kesalahan dan pemahamannya serta penerapannya
belum sesuai. Kondisi yang dialami siswa semacam ini dipengaruhi beberapa faktor,
yang salah satunya kurangnya pengetahuan tentang ilmu tajwid dalam aspek
pembelajaran mengaji al-Qur’an, ilmu tajwid ini jarang diajarkan dan sering
dikesampingkan, faktor yang lainnya, siswa sendiri kurang paham tentang kegunaan
ilmu tajwid dan penerapannya dalam al-Qur’an.
Menyadari adanya faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekurang
berhasilan, maka dalam pembelajaran materi tajwid hukum bacaan lam ta’rif perlu
dikaji faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi
siswa. Melalui kegiatan pengkajian ini diharapkan dapat ditemukan penyebab
kesulitan sekaligus menentukan langkah-langkah untuk memperbaikinya.
Berdasarkan adanya permasalahan yang dihadapi siswa tersebut, maka perlu
mencari alternative lain untuk perbaikan dengan menggunakan inovasi-inovasi baik
dalam metode penyampaian pengajaran, penggunaan fasilitas serta pemanfaatan
multimedia untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi hukum bacaan
lam ta’rif.
Peningkatan kualitas pemahaman siswa ini dapat dilakukan dengan mengkaji
berbagai literatur yang cocok untuk siswa, penyampaian dengan metode baru yang
menarik siswa dan masih banyak lagi. Penguasaan materi secara teoritis diperlukan
sebagai media untuk penguasaan ketrampilan serta pemahaman siswa dalam materi.
Penggunaan metode dengan cara berkelompok jarang dipakai dalam pembelajaran
selama ini untuk siswa tingkat sekolah dasar.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dialami, maka dapat
dirumuskan suatu masalah yaitu, 1) Bagaimanakah pengaruh penggunaan Metode
Active learning Berkelompok, Siswa Kelas III SDNegeriBogempinggir Sidoarjo
terhadap peningkatan pemahaman ilmu Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif? 2)
Apakah metode Berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik?.
Jurnal



3
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Dengan metode active learning berkelompok terhadap pemahaman ilmu
tajwid hukum bacaan lam ta’rif diharapkan dapat tercapai respon positif
pembelajaran. Dimana pengertian pemahaman disini adalah siswa mampu
memperoleh pengetahuan tentang ilmu tajwid bacaan lam ta’rif dengan baik secara
teoritis serta dapat terwujud pengaplikasiannya dalam sisi teori maupun penerapan
praktek dalam membaca al Qur’an.
Setelah adanya latar belakang dan rumusan masalah penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh setelah penggunaan Metode Berkelompok Siswa
Kelas III SD Negeri Bogempinggir Sidoarjo terhadap peningkatan pemahaman ilmu
Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif dan mengetahui peningkatan hasil belajar setelah
diterapkannya Metode active learning Berkelompok Siswa Kelas III SD Negeri
Bogempinggir Sidoarjo. Yang pada intinya tujuan melalui kegiatan penelitian ini
adalah menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pemahaman ilmu
Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasilnya nanti dapat memberikan
konstribusi atau manfaat yaitu bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang
pendidikan khususnya untuk guru, sehingga memperoleh metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi PAI yang disampaikandan siswa tidak mengalami
kesulitan dalam pemahaman ilmu Tajwid hukum bacaan Lam Ta’rif. Dapat
meningkatkan hasil belajar dan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran PAI
serta memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil
kebijakan di sekolah tersebut.
KERANGKA KONSEPTUAL
Pemahaman
Menurut kamus psykologi kata pemahaman berasal dari kata “insight” yang
mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam, jadi arti dari
insight adalah suatu pemahaman atau penilaian yangberalasan mengenai reaksireaksi pengetahuan atau kecerdasan dankemampuan yang dimiliki seseorang.
Suryadi Suryabrata menyatakan insight adalah didapatkannya pemecahan problem,
didapatkannya persoalan dan mendapat pencerahan. Pemahaman dapat pula
diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, maka belajar harus mengerti secara
mental makna dan filosofinya, maksud danimplikasi serta aplikasi-aplikasinya,
sehingga menyebabkan siswa memahamisuatu situasi. Hal ini sangat penting bagi
siswa yang belajar. Karena memahami maksud dari suatu materi menangkap
maknanya adalah tujuan akhir dari setiap mengajar.
4
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Sedangkan Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah
bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan (Arikunto, 2009: 118-137).
Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian
belajar pada proposisinya.Dalam belajar unsur comprehension atau pemahaman itu
tidak dapat dipisahkan dari unsur psikologi yang lain. Dengan motivasi,
konsentrasi, dan reaksi maka subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ideide atau skill dengan semua unsur tersebut, maka subjek belajar adalah menata halhaltersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis. Perlu diingat
bahwa comperhension atau pemahaman tidaklah sedikit akan tetapi juga
menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah
dipelajari dan dipahami kalau sudah demikian belajar itu akan bersifat mendasar.
Metode Active Learning (Pembelajaran Aktif) Berkelompok
Metode berasal dari bahasa latin “methodos“ yang berarti jalan yang harus
dilalui. Menurut Nana Sudjana, metode adalah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pelajaran,
oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar mengajar.
Metode belajar aktif atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM
(pembelajaran kreatif, aktif dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan
pentingnya dikalangan praktisi pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi
jawaban bagi suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban
dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi
anak didik. Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang
terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.
Cara belajar siswa aktif adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para
pendidik. Sebab ruh dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah
pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif baik guru dan siswa sama-sama
menjadi mengambil peran yang penting. Dalam memulai pelajaran apapun, kita
sangat perlu menjadikan siswa aktif semenjak awal, karena jika tidak, kemungkinna
besar kepasifan siswa akan melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk
mengeringknnya (Silberman, 2011: 61).
Guru sebagai pihak yang; 1) merencanakan dan mendesain tahap skenario
pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas, 2) membuat strategi
pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai adalah belajar
dengan bekerja sama), membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi
antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, 3) Mencari keunikan
siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar siswa
dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang setara dan
Jurnal



5
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
seimbang, 4) Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan harus
merupakan penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill
(biasa disebut psikomotorik), 5) Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes
tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau
proyek, 6) Membuat portofolio pekerjaan siswa.
Siswa menjadi pihak yang: 1) menggunakan kemampuan bertanya dan
berpikir, 2) melakukan riset sederhana, 3) mempelajari ide-ide serta konsep-konsep
baru dan menantang, 4) memecahkan masalah (problem solving), 5) belajar mengatur
waktu dengan baik, 5) melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau
berkelompok (belajar menerima pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team
player), 6) mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action, 7)
Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan,
mendengarkan guest speaker), 8) Banyak kegiatan yang dilakukan dengan
berkelompok.
Istilah berkelompok mengandung arti siswa-siswa dalam kelas dibagi kedalam
beberapa kelompok, baik kelompok kecil maupun besar. Pengelompokan
didasarkan atas tujuan bersama. Dengan kata lain metode kerja berkelompok yaitu
suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa
kedalam beberapa kelompok atau group teretntu untuk menyelesaikan tugas yang
telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama dan bertolong-tolongan (Yusuf dan
Anwar, 1995: 58).
Langkah-langkah pengelompokan yang perlu diperhatikan adalah 1) tidak
mengabaikan asas individualitas, dalam kelompok pribadi masing-masing siswa
dipandang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing, 2)
dimaksudkan untuk memperoleh dan memperbesar peran atau partisipasi dari
masing-masing siswa dalam kelompok, 3) mempertimbangkan fasilitas yang tersedia
4) pembagian jenis kerja dan tujuan khusus yang hendak dicapai.
Kebaikan metode kerja berkelompok yaitu 1) menumbuhkan rasa
kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan perbuatan, 2) menumbuhkan rasa
ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai kelompok yang
terbaik, sehingga terjadilah persaingan yang sehat untuk mencari kemajuan dan
prestasi dalam kelompok, 3) kemungkinan terjadi adanya transfer pengetahuan
antar sesama dalam kelompok masing-masing dapat saling mengisi dan melengkapi
kekurngan dan kelebihan antar mereka, 4) timbul rasa kesetiakawanan sosial antar
kelompok yang dilandasi motivasi kerja sama untuk kepentingan dan kebaikan
bersama 5) dapat meringankan tugas guru dan pemimpin sekolah.
6
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Kekurangan dalam metode kerja berkelompok yaitu 1) memerlukan
persiapan dan perencanaan yang cukup matang, 2) persaingan tidak sehat kan
terjadi manakala guru tidak dapat memberikan pengertian kepada siswa, 3) bagi
siswa yang tidak memiliki disiplin tinggi dan pemalas akan pasif dalam
kelompoknya, 4) sifta dan kemampuan individualitas kadang terasa diabaikan, 5)
jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian tidak terdapat
batas waktu maka cenderung tugas diabaikan, 6) tugas akan terbengkalai manakala
tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis peserta didik (Yusuf dan
Anwar, 1995: 59-60).
Materi Pokok: Tajwid Hukum Bacaan Lam Ta’rif
Tajwid yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca dengan baik.
Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan al-Qu’ran. Pengucapan huruf hija'iyah harus
benar, karena pengucapan yang tidak tepat akan menghasilkan arti yang berbeda.
Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan
ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Sebagian ulama ada yang
berpendapat bahwa pengucapan hadis-hadis Rasulullah SAW pun harus dilakukan
dengan aturan-aturan tajwid, karena merupakan penjelasan dan sumber hukum
kedua setelah al-Qu’ran.
Masalah yang dicakup dalam ilmu tajwid adalah makharij al-huruf (tempat
keluar masuk), ahkam al-huruf (hubungan antarhuruf), ahkam al-maddi wa al-qasr
(masalah panjang dan pendek ucapab), ahkam al-waqf wa al-ibtida (masalah memulai
dan menghentikan bacaan), dan al-katt al-Utsmani (masalah bentuk tulisan mushaf
Usmani).
Mempelajari tajwid sebagai disiplin ilmu merupakan fardu kifayah atau
kewajiban kolektif. Namun, membaca Alquran dengan memaknai aturan-aturan
tajwid merupakan fardu ain atau kewajiban individu.
Di dalam ilmu tajwid alah satunya adalah mempelajari hukum bacaan lam
ta’rif. Lam Ta’rif ( ‫ ) ال‬adalah lam yang masuk pada kata benda (isim) dan didahului
oleh hamzah washal. Hukum lam ta’rif membahas tentang alif lam (‫ )ال‬ketika
menghadapi huruf hijaiyyah, baik yang tergolong huruf-hurufqomariyyah maupun
huruf-huruf syamsiyyah. Hukum bacaan lam ta’rif ini dibagi menjadi dua: Idzhar
Qomariyah ( ‫) ِإ ْظ َه ُرا ْظاا َه َه ِإ َّي ِإ‬, Yaitu apabila ada Lam Ta’rif yang bertemu dengan salah
‫ك َهو َهخ ْظ‬
satu huruf yang ada dalam kalimat: ( ‫ف َهع ِإ ْظي َه هُر‬
‫)اَهب ِإْظغ َهح َّيج َه‬. Cara membacanya adalah
‫ اَه ْظا َه َه ُر ْظ‬Dan
dengan membaca huruf lam tersebut dengan jelas. Contoh: ‫اَه ْظا ُر ْظ ُرآ‬, ‫اا َه َّي ُرا‬,
bacaan yang kedua adalah Idghom Syamsiyyah ( ‫) ِإ ْظ َه ُرا اا َّيل ْظ ِإ يَّي ِإ‬, Yaitu apabila ada Lam
Ta’rif yang bertemu dengan salah satu huruf yang ada dalam kalimat: ( ‫َه ْظع سُروْظ َهء َه ٍّن ُرزاْظ‬
‫) ِإ ْظ ُر َّي ِإ ْظ َهاحْظ ًف َه ُر ْظ ِإ ْظ‬. Cara membacanya adalah dengan
‫َه ِإ ْظ ًف اِإ ْظ َه َه ِإا‬
‫ف َه ا ِإ َه ْظ‬
memasukkan huruf lam tersebut ke huruf sesudahnya sehingga yang terbaca
hanyalah huruf sesudahnya dengan memakai Tasydid. Contoh: ‫اَها ِّدل ُرْظن‬, ‫اَها َّي َه ُرا‬, ‫اَها َّيل ْظ س‬
Jurnal



7
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan: “Dengan menggunakan metode Active Learning
Berkelompok maka pemahaman pada pembelajaran PAI akan meningkat.”
METODE PENELITIAN
PenelitianTindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu pendekatan dalam
penelitian yang berbasis kelas atau sekolah untuk melakukan pemecahan berbagai
permasalahan yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Sifat
penelitian ini adalah penelitian dekriptif, karena mengambarkan suatu teknik dan
strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pengajar PAI dan untuk
mengetahui sejauh mana model dan strategi pembelajaran sebagai obat berguna
untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakannya dalam KBM
(Sukidin, 2002: 10).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Bogempinggir tahun
ajaran 2011-2012. Dengan jumlah siswa 33 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki
dan 19 siswa perempuan. Dalam standar kompetensi “mengenal kalimat dalam alQur’an” dan kompetensi dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an” pada semester
ganjil. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai
bulan Desember 2011.
Prosedur Penelitian
Tindakan dalam penelitian ini menggunakan skenario kerja dan prosedur
tindakan dengan mengadaptasi model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu: perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dan perencanaan kembali
yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah (Sukidin,
2002: 48). Dan pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral tindakan
(Hopkins, 1993;32) sebagai berikut:
8
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Identifikasi Masalah
Perencanaan 1
Tindakan 1
Siklus 1
Refleksi 1
Observasi 1
Perencanaan 2
Tindakan 2
Siklus 2
Refleksi 2
Observasi 2
Gambar 1: Alur PTK
Perencanaan Tindakan yang dilakukan peneliti bersama guru pendamping
adalah merumuskan masalah, mempersiapkan jadwal penelitian, materi atau bahan
pelajaran kemudian peneliti menyusun tujuan, membuat rencana tindakan dan
perangkat pembelajaran dan memprsiapkan kelengkapan lain yang mendukung
penelitian. Pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti untuk membangun pemahaman konsep peserta didik, dan pelaksanaan
tindakan pada dasarnya mengaju pada setting yang telah ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Observasi Kegiatan yang dilaksanakan peneliti
untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, serta untuk
mengetahui sejauh mana perhatian dan aktivitas proses belajar siswa dalam
pemahaman materi tajwid hukum bacaan lam ta’rif dengan metode secara
berkelompok. Refleksi atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Kemudian
peneliti membuat rancangan atau rencana yang direvisi sebagai evaluasi,
berdasarkan hasil refleksi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Jurnal



9
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Instrument Penelitian
Intrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data atau informasi hasil pelaksanaan tindakan. Yang diantaranya
merupakan perencanaan pokok bahasan yaitu: 1) Menentukan standar kompetensi
yaitu “mengenal kalimat dalam al-Quran” dan kompetensi dasar “membaca kalimat
dalam al-Qur’an”. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
akan diterapkan. 3) Membuat soal pre tes dan soal pos tes. 3) Selanjutnya membuat
format obervasi pembelajaran.
Instrumen untuk tindakan pembelajaran meliputi: 1) Mengadakan pre tes
sebelum pembelajaran dimulai. 2) Menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran.
3) Mengamati peserta didik berdiskusi dan berkelompok tentang materi yang
dibahas. 4) Mengadakan evaluasi dengan pos tes.
Metode Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah; 1)
Lembar Observasi meliputi: a) Catatan penelitian berupa catatan kejadian-kejadian
atau segala perubahan-perubahan yang dijumpai ketika tindakan berlangsung. b)
Lembar observasi tindakan yang dilakukan guru didalam kelas. c) Lembar observasi
tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran aktif atau
secara berkelompok. 2) Soal tes, soal tes tertulis yang disusun peneliti dalam bentuk
isian mengenai materi tajwid hukum bacaan lam ta’rif.
Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan memfokuskan
,mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai
dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif, yaitu hasil
belajar dianalisis dengan membandingkan hasil belajar dari nilai tes antar siklus
maupun dengan indikator kinerja.
Ketuntasan belajar terdapat 2 kategori yaitu ketuntasan belajar secara
perorangan dan secara klasikal. Di SDN Bogempinggir ditentukan seorang peserta
didik telah tuntas belajar bila telah sampai skor 65% atau nilai 65 atau ketuntasan
perorangan, dan kelas telah disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat
85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65% atau ketuntasan
klasikal, untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
10
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
P = ∑ peserta didik yang tuntas belajar X 100%
∑ peserta didik
Kriteria Keberhasilan
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan
dengan berdasar pada rencana tindakan yang ditetapkan, maka kriteria yang
digunakan adalah bersumber dari tujuan atau misi dilakukannya tindakan. Adapun
misi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman ilmu tajwid hukum bacaan lam ta’rif dengan metode active learning
berkelompok matapelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas III SD
Negeri Bogempinggir Sidoarjo. Kriteria yang dijadikan tolak ukur keberhasilan
tindakan dimaksud adalah pencapaian ketuntasan belajar minimal sesuai isi
indikator kompetensi yang ditetapkan.
HASIL PENELITIAN
Siklus Pertama
Penelitian tindakan kelas siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12
November 2011, jumlah yang mengikuti pembelajaran adalah 33 peserta didik yang
terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Materi Pembelajaran dengan
standar kompetensi al-Qur’an “mengenal kalimat dalam al-Qur’an” dan kompetensi
dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an” pada semester ganjil 2010-2011.
Kegiatan dalam penelitian siklus I menggunakan alur sebagai berikut:
Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan adalah 1)
menentukan tindakan berupa pemahaman tajwid hukum bacaan lam ta’rif dan
model pembelajaran active learning berkelompok, 2) menyiapkan kartu untuk
pembentukan kelompok, 3) membagikan kartu ajaib yang dibuat guru berisi
penjelasan materi dan soal-soal untuk tugas, 4) menyiapkan kertas yang beisi
keterangan materi untuk ditempelkan pada papan tulis 5) menyiapkan soal pre test
dan pos tes 6) memberikan penjelasan dan mengadakan kesepakatan bersama akan
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas menggunakan active learning secara
berkelompok.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Jurnal



11
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Tabel 1: Proses Kegiatan Belajar Mengajar
No.
Kegiatan Guru
1.
Membagikan soal pre tes
2.
Menginformasikan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran yang akan
dipelajari kepada peserta didik
3.
Menjelaskan secara singkat model atau
strategi pembelajaran yang akan
dilakukan
4.
Meminta peserta didik untuk maju sau
persatu mengambil kartu untuk
pembagisn kelompok
5.
Guru membagikan kartu ajaib yang
berisi penjelasan materi kepada
masing-masing kelompok
6.
Guru menjelaskan materi dan mkasud
dari kartu ajaib yang berisi penjelasan
materi
7.
Guru meminta perwakilan salah satu
peserta didik maju untuk mengambil
kartu jaib kedua yang berisi soal-soal
8.
Guru
meminta
masing-masing
kelompok membahas dan menjawab
soal kemudian menempelkan jawaban
kartu ajaib di papan tulis
9.
Mengkoreksi bersama peserta didik
hasil
pekerjaan
masing-masing
kelompok dan pemberian skor
(penilaian)
10. Melakukan refleksi pembelajaran dan
penguatan
11. Membagi soal pos tes
Kegiatan Peserta Didik
Mengerjakan soal pre tes
Mendengarkan
informasi
dan
penjelasan yang disampaikan guru
Mendengarkan penjelasan guru dan
mengembangkan pikiran
Maju dan mengambil kartu, serta
berkumpul dengan kelompok masingmasing dan memilih ketua
Masing-masing kelompok mendapatkan
kartu ajaib yang berisi penjelasan
materi
Peserta didik mendengarkan penjelasan
Peserta didik dalam masing-masing
kelompok mendapat kartu ajaib yang
berisi soal-soal
Membahas kartu ajaib soal dan
menjawab
dengan
menempelkan
dipapan tulis
Ikut mengkoreksi bersama guru
Melakukan refleksi pembelajaran dan
mendengarkan penguatan guru
Mengerjakan soal pos tes
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai guru pada proses belajar mengajar
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran active learning. Pelaksanaan test
sumatif dijadikan perekam semua proses yang terjadi selama proses belajar
mengajar. Dan hasil test formatif akan dijadikan acuan untuk menentukan nilai
dan ketercapaian KKM individual atau klasikal, sehingga peneliti mendapatkan
data hasil evaluasi yang valid untuk menetapkan siswa yang tuntas pada siklus I.
siklus I dilaksanakan di kelas III SD Negeri Bogempinggir Sidoarjo dengan jumlah
33 orang siswa. Dibawah ini data hasi evaluasi pada siklus I.
12
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Tabel 2: Hasil Evaluasi Siklus 1 Siswa Kelas 3 SDN Bogempinggir
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Nama Peserta Didik
Afny Nur Rosyidah
Achmad Wildan Faris
Alfiana
Andika
Anisatul Nur
Andy Sela
Achmad yusuf
Bogeleo Dio
Calvin M
Cindy Ayu
Dichi Dermawan
Diajeng Canthika
Jefri Ichwan
Della Ayu
Dian Perdana
Faris Asmar
Fany Hadi
Habib Hasyim
Irfanal Nur
lailatul Abidah
Lidya Nur
Marcelina
Mohammad Yosfir
Maulidiyah
Mohammad Dani
Nur Asita
Oktavian
Rifki Bagus
Ramanda
Rendy Febri
Shelly
Wesa Tanesa
Yulia Dea
Jumlah
Nilai Rata-rata
Presentase Ketuntasan Belajar
KKM
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
Nilai
Pretest
70
90
75
10
50
25
10
60
55
85
25
0
65
55
40
60
10
0
45
40
50
30
50
25
10
70
35
50
25
40
80
25
10
1370
41,51
Nilai
Tuntas
100
100
100
35
55
70
65
70
25
100
65
0
100
40
70
100
30
0
70
55
70
75
75
65
45
100
75
65
40
55
100
70
40
2125
64,39



Belum
Tuntas






























21
12
63,63%
36,36%
Jurnal



13
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Dari data hasil evaluasi di atas, pembelajaran yang menerapkan model active
learning didapatkan nilai rata-rata sebesar 64,39 setelah adanya pretest sebelum
diterapkannya model pembelajaran active learning dengan nilai rata-rata 41,51.
Dengan ketuntasan yang dicapai peserta didik mencapai 63,63% atau 21 anak dari
33 jumlah peserta didik yang mengikuti evaluasi pada siklus I sudah tuntas belajar.
Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar secara individual sebanyak 36,36% atau
12 peserta didik. Data ini menunjukkan bahwa secara klasikal hasil belajar pada
siklus pertama belum mengalami ketuntasan, karena peserta didik yang
memperoleh nilai ketuntasan ≤ 65 sebesar 63,63% kurang dari presentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu 65%, karena secara intelektual peserta didik
memiliki homogen.
Untuk mengamati setiap perkembangan pada penelitian tindakan kelas,
peneliti menggunakan lembar observasi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada
tabel.
Tabel 3: Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1.
No.
1.
2.
3.
4.
Aspek yang diamati
Antusiasme dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar
Kelancaran siswa dalam mengemukakan
ide-ide atau pendapat dalam pemecahan
masalah
Keaktifan siswa bertanya pada proses
pembelajaran
Kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan
BS
B

C
K



Keterangan :
BS
: Baik Sekali
B
: Baik
C
: Cukup
K
: Kurang
Instrument kegiatan berkelompok siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel.
14
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Tabel 4: Instrumen Observasi Kegiatan Kelompok Siswa pada Siklus 1.
No.
Aspek Observasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aktif berdiskusi
Aktif mencari sumber belajar
Partisipasi anggota
Kelancaran dalam menjawab pertanyaan
Kemampuan mengemukakan pendapat
Kemampuan mengkoreksi antar kelompok
Kemampuan menyimpulkan hasil diskusi
Kekompakkan dan kerja sama dalam
kelompok
1





Kelompok
2
3











4





Ket


Keterangan:
Perlu penambahan waktu untuk kegiatan berdiskusi dan peserta didik masih
kurang dalam kemampuan mengkoreksi antar kelompok
Lembar observasi Guru, pada tabel 5.
Tabel 5: Instrumen Observasi Kegiatan Guru pada Siklus 1
No.
1
2
3
Kegiatan
PENDAHULUAN
1. Guru melaksanakan apersepsi
2. Guru memberikan motivasi
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai
4. Guru menjelaskan langkah-langkah KBM
KEGIATAN INTI
1. Guru membagi siswa kedalam kelompok
2. Guru membimbing kesiapan berdiskusi dalam
berkelompok
3. Guru mengamati diskusi dalam berkelompok
4. Guru mengintervensi jalannya diskusi
5. Guru melaksanakan diskusi kelas
6. Guru memberikan penguatan
PENUTUP
1. Melakukan evaluasi
2. Menyimpulkan hasil diskusi dalam berkelompok
Ya
Tidak












Jurnal



15
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
Berdasarkan tabel di atas aktifitas guru selama proses Kegiatan Belajar
Mengajar adalah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan active learning
yang disesuaikan dengan RPP. Aktifitas guru dalam pembelajaran adalah
melakukan apersepsi, memberikan motivasi, menjelaskan langkah-langkah KBM,
yakni bertujuan untuk membangkitkan semangat memberikan gambaran kepada
siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada proses kegiatan ini
guru melakukan pembimbingan dan kontrol terhadap pelaksanaan diskusi
berkelompok untuk memastikan bahwa kegiatan diskusi berjalan lancar sesuai
dengan yang diharapkan. Namun, pada tahap ini masih ada beberapa hal yang
terlupakan sehingga akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Refleksi
Dari pengamatan selama proses pembelajaran masih menunjukkan adanya
kekurangan yaitu guru kurang maksimal dalam mengelola kelas, guru kurang
memberikan semangat dan motivasi pada peserta didik, dari hasil evaluasi siswa
masih banyak siswa yang belum tuntas, guru masih kurang baik dalam mengatur
efisiensi waktu sehingga banyalk waktu terbuang untuk mengatur siswa dalam
pelaksanaan diskusi dan berkelompok.
Siklus Kedua
Penelitian tindakan kelas siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 19
November 2011, jumlah yang mengikuti pembelajaran adalah 33 peserta didik
terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Materi Pembelajaran dengan
standar kompetensi Al Qur’an “mengenal kalimat dalam al-Qur’an” dan
kompetensi dasar “membaca kalimat dalam al-Qur’an” pada semester ganjil 20102011. Kegiatan dalam penelitian siklus II menggunakan alur sebagai berikut:
Tahap Perencanaan II
Berdasarkan refleksi dari siklus I, maka pada siklus II ini merupakan
perbaikan dari siklus I untu mendapatkan hasil lebih baik. Pada tahap perencanaan
ini, peneliti memepersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP 2, LKS 2, Bahan
ajar 2, lembar observasi 2, untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di
kelas ketika latihan dan kerja kelompok dilaksanakan, mendesain alat evaluasi
berdasarkan perkembangan pada siklus I serta menyiapkan instrumen pendukung
pembelajaran lainnya. Dan berdasarkan pada kekurangan-kekurangan pada siklus I
maka peneliti perlu mempersiapkan media yang diberi nama “Kartu Ajaib” dengan
memperbaiki bahan yang digunakan untuk kartu ajaib sehingga lebih menarik dan
jelas. Serta diusahakan guru untuk lebih tenang dan rileks dalam memberikan
penjelasan dan banyak improvisasi. Guru bisa menambahkan volume suara agar
lebih keras dan bisa didengar oleh seluruh peserta didik dalam kelas, guru juga
16
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
lebih memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik untuk tidak malumalu dan aktif dalam kegiatan berkelompok pada pembelajaran active learning.
Tahap Pelaksanaan Tindakan II
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, adapun proses pembelajaran
mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan tindakan
sesuai dengan RPP dan lembar observasi yang telah dibuat mengacu pada revisi
siklus I, sehingga diharapkan kekeliruan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus
II. Pada proses belajar-mengajar digunakan pendekatan pembelajaran active learning
dengan tahapan, pemberian materi, kerja kelompok, skor pengembangan individu
dan penghargaan kelompok. hasil tes formatif akan dijadikan acuan untuk
menentukan nilai dan ketercapaian KKM individual atau klasikal, sehingga peneliti
mendapatkan data hasil evaluasi yang valid untuk menetapkan jumlah peserta didik
yang tuntas atau belum pada siklus II. Pada akhir proses belajar mengajar diberikan
tes evaluasi pada siklus II dengan tujuan untuk, mengetahui bahan hasil belajar
mengajar yang sudah dilaksanakan, kemudian dikomparasikan dengan hasil pada
siklus I. Adapun data hasil tes evaluasi pada Siklus II.
Tabel 6: Hasil Tes Evaluasi Siklus 2 Siswa Kelas 3 SDN Bogempinggir
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Nama Peserta Didik
Afny Nur Rosyidah
Achmad Wildan Faris
Alfiana
Andika
Anisatul Nur
Andy Sela
Achmad yusuf
Bogeleo Dio
Calvin M
Cindy Ayu
Dichi Dermawan
Diajeng Canthika
Jefri Ichwan
Della Ayu
Dian Perdana
Faris Asmar
Fany Hadi
Habib Hasyim
Irfana Nuril
Lailatul Abidah
Lidya Nur
Marcelina
KKM
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
Nilai
100
100
100
60
80
80
65
100
65
100
100
50
75
100
80
100
90
0
100
70
100
90
Tuntas



Belum Tuntas



















Jurnal



17
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Mohammad Yosfir
Maulidiyah
Mohammad Dani
Nur Asita
Oktavian
Rifki Bagus
Ramanda
Rendy Febri
Shelly
Wesa Tanesa
Yulia Dea
Jumlah
Nilai Rata-rata
Presentase Ketuntasan Belajar
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65










75
70
85
100
70
100
100
100
100
100
50
2755
83,48

29
4
87,87%
12,12%
Berdasarkan data dari hasil evaluasi di atas pada siklus II diperoleh Nilai ratarata sebesar 83,48, jasil ini menujukkan adanya peningkatan hasil belajar
dibandingkan dengan hasil siklus I yaitu 64,39. Dari 33 peserta didik yang telah
tuntas pada siklus II sebanyak 29 anak dan 4 anak yang belum tuntas. Secara
klasikal ketuntasan belajar pada siklus II telah tercapai sebesar 87,87%, yaitu lebih
dari ketentuan ketuntasan sebesar ≤ 65%. Hasil belajar pada siklus II mengalami
peningkatan secara kuantitatif dan kualitatif dibandingkan hasil belajar pada siklus
I.
Rekaman proses belajar mengajar selama penelitian tindakan kelas siklus II,
pada tabel berikut:
Tabel 7: Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2
No.
Aspek yang diamati
1.
Antusiasme dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar
2.
Kelancaran siswa dalam mengemukakan ideide atau pendapat dalam pemecahan masalah
3.
Keaktifan siswa bertanya pada proses
pembelajaran
4.
Kelancaran
siswa
dalam
menjawab
pertanyaan
Keterangan :
BS
: Baik Sekali
B
: Baik
C
: Cukup
K
: Kurang
18
Jurnal


BS

B



C
K
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Berdasarkan tabel di atas, Dapat diketahui antusiasme siswa mengikuti
pembelajaran dengan sangat baik. Bahwa telah terjadi interaksi siswa selama proses
belajar mengajar interaksi antar siswa, siswa dengan guru, kemampuan siswa
mengemukakan ide atau gagasannya pada diskusi kelompok yang baik. Partisipasi
siswa dalam mengerjakan tugas kelompok juga baik. Kemampuan siswa
mengemukakan, dan respon siswa terhadap berbagai pertanyaan dari kelompok lain
sangat baik. Hubungan antar siswa ditinjau dari keakraban, kerjasama, dan
kompetisi dengan baik. Dari penjelasan ini bahwa ada peningkatan kualitas
pembelajaran dibandingkan dengan siklus I.
Tabel 8: Istrumen Observasi Kegiatan Kelompok Siswa Pada Siklus 2
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aspek Observasi
Aktif berdiskusi
Aktif mencari sumber belajar
Partisipasi anggota
Kelancaran dalam menjawab pertanyaan
Kemampuan mengemukakan pendapat
Kemampuan mengkoreksi antar kelompok
Kemampuan menyimpulkan hasil diskusi
Kekompakkan dan kerja sama dalam kelompok
1








Kelompok
2
3
















4








Ket
Berdasarkan tabel di atas terjadi peningkatan yang sangat baik terhadap
perkembangan aktifitas kelompok. Dan semua kelompok telah mampu
melaksanakan diskusi dengan baik dan hal ini berpengaruh pada peningkatan hasil
belajar.
Tabel 9: Instrumen Observasi Kegiatan Guru pada Siklus 2
No.
Kegiatan
1 PENDAHULUAN
1. Guru melaksanakan apersepsi
2. Guru memberikan motivasi
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Guru menjelaskan langkah-langkah KBM
2 KEGIATAN INTI
1. Guru membagi siswa kedalam kelompok
2. Guru membimbing kesiapan berdiskusi dalam berkelompok
3. Guru mengamati diskusi dalam berkelompok
4. Guru mengintervensi jalannya diskusi
5. Guru melaksanakan diskusi kelas
6. Guru memberikan penguatan
Ya
Tidak










Jurnal



19
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
3
PENUTUP
1. Melakukan evaluasi
2. Menyimpulkan hasil diskusi dalam berkelompok


Berdasarkan data di atas, diperoleh bahwa hasil aktivitas guru pada model
pembelajaran active learning dalam pembelajaran yang paling dominan adalah
peserta didik, peserta didik terlibat secara utuh lewat diskusi kelompok, guru hanya
sebagai partner yang bertugas memberi motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik
memahami orientasi pembelajaran. Pemebelajaran dapat dikatakan sudah sesuai
dengan RPP yang disiapkan.
Refleksi
Pada tahap ini akan merefleksikan kembali apa yang telah dilaksanakan
selama penelitian tindakan kelas dilakukan dari data yang diperoleh dapat
diuraikan, (1) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
pembelajaran dengan cukup baik dengan model pembelajaran active learning
berkelompok, meskipun ada beberapa bagian yang masih belum sempurna, tetapi
presentasi pelaksanaan untuk masing-masing kegiatan cukup baik, (2) berdasarkan
data hasil lembar observasi siswa, tingkat keaktifan, kemampuan menyampaikan ide
dan merangkum hasil diskusi kelompok siswa semakin meningkat dari siklus I ke
Siklus II, (3) kekurangan pada siklus I diperbaiki sehingga tidak terjadi pada siklus
II, dan (4) hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara kualitatif dan
kuantitatif dari siklus I ke Siklus II.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri
Bogempinggir Balong Bendo Sidoarjo selama 2 bulan, dari pemebelajaran yang
telah dilaksanakan dengan dua siklus dan pembahasan seluruh proses analisis
peneliti dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan active
learnig berkelompok dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
hasil belajar baik secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan ditandai naiknya
nilai rata-rata pada siklus pertama pada siklus kedua. Pada Siklus pertama yaitu
diperoleh nilai rata-rata 64,39 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar
63,63% atau sebanyak 21 anak yang tuntas belajar dari total 33 peserta didik. Siklus
kedua terjadi peningkatan hasil belajar, nilai rata-rata yang diperoleh 83,48, dengan
ketuntasan belajar klasikal 87,87% sebanyak 29 peserta didik yng tuntas belajar.
20
Jurnal


Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran Active Laerning Berkelompok
Saran
Model pembelajaran Active Learing memerlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga siswa mengetahui langkah-langkah pembelajaran untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran Active learning sangat cocok untuk
pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam. Agar pembelajaran dengan model
active learning dapat brjalan dengan baik, guru hendaknya membimbing dandan
mengrahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran pada
materi PAI hendaknya dilakukan secara variasi sehingga tidan monoton tidak
menimbulkan kejenuhan, tetapi menark bagi siswa nya, membuta siswanya menjadi
ikut aktif pembelajaran hendakya pula jangan berpusat pada guru tetapi pada siswa
juga, artinya berpusat pada siswa dengan demikian siswa akan terampil,
mendapatkan pengetahuan baru sehingga mampu memecahkan permasalahan yang
dihadapi secara mandiri.
Jurnal



21
Moh. Thoyib – Lina Nur Abidah
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
I Silberman, Melvin. 1996. Active learning. Bandung: Nusamedia.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Insan
Cendekia.
Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2203596pengertianpemahaman/
#ixzz1eS3koZCo (diakses tanggal 14 November 2011).
http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-activelearning/(diakses tanggal 14 November 2011).
(http://edu-articles.com/) (diakses tanggal 21 November 2011)..
22
Jurnal


Download