BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Resort Berikut ini

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Resort
Berikut ini merupakan pemaparan mengenai pengertian dan bagian-bagian
resort.
2.1.1 Definisi Resort
a. Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi
seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiata
olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya.
(Dirjen Pariwisata , Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 13, November,
1988)
b. Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di
pegunungan yang banyak dikunjungi. (John M. Echols, Kamus InggrisIndonesia, Gramedia, Jakarta, 1987)
c. Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang
dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. (A.S. Hornby,
Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press,
1974)
d. Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus
untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking,
dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul
lingkungan resor, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil
menikmati keindahan alam sekitar resort ini. (Nyoman.S. Pendit. Ilmu
Pariwisata, Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)
e. Sebuah resort sebaiknya mempunyai lahan yang ada kaitannya dengan
obyek wisata, oleh sebab itu sebuah resort berada pada perbukitan,
II-1
pegunungan, lembah, pulung kecil dan juga pinggiran pantai. (Nyoman S.
Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999)
2.1.2 Karakteristik Resort
Menurut buku Panduan Perancangan Bangunan Komersial yang disusun
Endy Marlina, disebutkan bahwa resort merupakan hotel yang dibangun di
tempat-tempat wisata. Tujuan pembangunan hotel semacam ini tentunya
adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wisata. resort memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan jenis hotel yang lain, yaitu:
a. Segmen Pasar
Resort
merupakan suatu fasilitas akomodasi yang terletak di daerah
wisata. Sasaran pengunjung resort adalah wisatawan yang bertujuan untuk
berlibur, bersenang-senang, mengisi waktu luang, dan melupakan rutinitas
kerja sehari-hari yang membosankan. Rancangan resort yang baik harus dapat
merespons kebutuhan ini sehingga rancangan sebuah resort perlu dilengkapi
dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan konsumen untuk bersenangsenang, refreshing, dan mendapatkan liburan.
b. Lokasi
Umumnya resort berlokasi di tempat-tempat yang mempunyai
potensi wisata yang baik, misalnya tempat-tempat dengan pemandangan alam
yang indah seperti pantai, pegunungan, tepi sungai, tepi danau, ataupun
tempat-tempat khusus yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas
yang padat dan bising, serta polusi udara, meskipun ada juga resort jenis
tertentu yang justru memanfaatkan keramaian kota sebagai daya tariknya.
c. Fasilitas
Motivasi pengunjung resort untuk bersenang-senang dengan
mengisi waktu luang menuntut tersedianya fasilitas pokok serta fasilitas
rekreasi indoor dan outdoor. Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area
pribadi. Fasilitas rekreasi indoor merupakan ruang-ruang publik dalam
II-2
ruangan seperti restoran, lounge, balkon, dan fasilitas lainnya. Fasilitas
rekreasi outdoor merupakan fasilitas rekreasi luar ruangan, misalnya lapangan
tenis, kolam renang, area resort, dan lansekap.
Secara umum fasilitas yang disediakan pada resort terdiri dari 2
kategori utama, yaitu:
1) Fasilitas umum, yaitu penyediaan kebutuhan umum seperti akomodasi,
pelayanan, hiburan, relaksasi. Semua tipe resort menyediakan fasilitas ini.
2) Fasilitas tambahan, yang disediakan pada lokasi khusus dengan
memanfaatkan kekayaan alam yang ada pada tapak dan sekitarnya untuk
kegiatan rekreasi yang lebih spesifik dan dapat menggambarkan kealaian
resort. Contoh fasilitas ini adalah kondisi fisik di tepi laut, yaitu pasir pantai
dan sinar matahari dimanfaatkan untuk berjemur atau bermainb voli pantai.
Lautnya yang luas dimanfaatkan untuk kegiatan berenang, selancar, dan
menyelam.
d. Arsitektur dan suasana
Wisatawan
yang berkunjung ke
resort cenderung mencari
akomodasi dengan arsitektur dan suasana khusus, yang berbeda dengan jenis
hotel lain. Arsitektur dan suasana alami merupakan pilihan mereka.
Beragam daerah pariwisata yang ada di dunia ini mempengaruhi
spesifikasi resort yang ada.
1)
Berdasarkan
letak
dan
fasilitasnya,
resort
hotel
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Beach Hotel Resort
Resort hotel ini terletak di daerah pantai, mengutamakan
potensi alam pantai dan laut sebagai daya tariknya.
Pemandangan yang lepas kea rah laut, keindahan pantai, dan
fasilitas olahraga air sering kali dimanfaatkan sebagai
pertimbangan utama perancangan bangunan. Contoh Beach
II-3
Resort Hotel adalah Amari Trang Beach Resort Hotel. Hotel
ini dilengkapi dengan fasilitas resotran yang memungkinkan
untuk sekaligus bersantai baik di dalam maupun di luar
ruangan. Selain itu, hotel juga dilengkapi dengan kolam
renang luar ruangan agar dapat melakukan rekreasi berenang
sambil menikmati pemandangan dan cuaca luar yang menarik.
Gambar 2.1, Amari Trang Resort
Sumber: Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Endy
Marlina
b) Marina Resort Hotel
Resort hotel ini terletak di kawasan marina (pelabuhan
laut). Oleh karena terletak di kawasan marina, rancangan
resort ini memanfaatkan potensi utama kawasan tersebut
sebagai kawasan perairan. Biasanya respons rancangan resort
ini diwujudkan dengan melengkapi resort dengan fasilitas
dermaga serta mengutamakan penyediaan fasilitas yang
berhubungan dengan aktivitas olahraga air dan kegiatan yang
berhubungan dengan air. Contoh resort ini adalah Mauritius
Hotel yang dilengkapi dengan fasilitas berenang dan berjemur
di tepi perairan menikmati sinar matahari yang berlimpah.
II-4
Gambar 2.2, Mauritius Hotel
Sumber: Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Endy
Marlina
c) Mountain Resort Hotel
Resort
hotel
ini
terletak
di
daerah
pegunungan.
Pemandangan daerah pegunungan yang indah merupakan
kekuatan lokasi yang dimanfaatkan sebagai ciri rancangan
resort ini. Fasilitas yang disediakan lebih ditekankan pada halhal yang berkaitan dengan lingkungan alam dan rekreasi yang
bersifat kultural dan natural seperti seperti mendaki gunung,
hiking, dan aktivitas lainnya. Beberpa pegunungan kadangkadang memiliki kondisi khusus yang merupakan daya tarik
wisata di daerah tersebut, misalnya daerah pegunungan yang
bersalju. Resort yang dibangun di daerah-daerah semacam ini
kadang-kadang dioperasikan dengan dengan waktu yang
menyesuaikan
dengan
waktu
wisata
di
lokasi
yang
bersangkutan. Misalnya, resort di lokasi wisata ski hanya
dibuka pada saat musim dingin dan meyediakan fasilitas
olahraga musim dingin, yaitu ski.
II-5
Gambar 2.3, Pacung Mountain Resort
Sumber: Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Endy
Marlina
Contohnya, Pacung Mountain Resort. Hotel ini dibangun
di daerah pegunungan dan memanfaatkan pemandangan dan
iklim sejuk pegunungan sebagai daya tariknya. Untuk
menambah daya tarik pengunjung, hotel ini dilengkapi dengan
kolam renang di luar ruangan agar pengunjung dapat sekaligus
menikmati pemandangan alam yang indah sambil berenang.
d) Health Resorts and Spas
Resort hotel ini dibangun di daerah-daerah dengan potensi
alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana penyehatan,
misalnya melalui aktivitas spa. Rancangan resort semacam ini
dilengkapi fasilitas untuk pemulihan kesegaran jasmani,
rohani, maupun mental serta kegiatan yang behubungan
dengan kebugaran. Contoh resort jenis ini adalah Thermal
hotel di Aquincum, Budhapest; The Cangkringan Spa & Villas
Hotel. Hotel ini menarik pengunjung dengan menonjolkan
fasilitas spa alami sebagai sarana mencapai kesegaran jasmani
dan relaksasi rohani.
II-6
Gambar 2.4, The Cangkringan Spa & Villas Hotel
Sumber: Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Endy
Marlina
e) Rural Resort and Country Hotels
Pergeseran tren pariwisata dewasa ini yang mengarah
kepada aktivitas wisata yang dilakukan di daerah-daerah yang
masih alami dengan potensi alam yang menarik membuka
peluang dibangunnya resort jenis ini. Rural Resort and
Country Hotels adalah resort hotel yang dibangun di daerah
pedesaan, jauh dari area bisnis dan keramaian. Daya tarik
resort ini adalah lokasinya yang masih alami, diperkuat dengan
fasilitas olahraga dan rekreasi yang jarang ada di kota seperti
berburu, bermain golf, tenis, berkuda, panjat tebing, memanah,
atau aktivitas khusus lainnya. Contoh resort ini adalah Village
Equestre de Pompadour, Correze, France.
f) Themed Resorts
Resort
hotel
ini
dirancang dengan
tema
tertentu,
menawarkan atraksi yang special sebagai daya tariknya.
Contoh resort ini adalah Grosvenor Resort In Walt Disney
World Resort Hotel-Lake Buena Vista Florida. Hotel ini
memanfaatkan atraksi Walt Disney sebagai daya tarik
kunjungannya.
II-7
Gambar 2.5, Grosvenor Resort In Walt Disney World Resort
Hotel
Sumber: Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Endy
Marlina
g) Condominium, time share, and residential development
Resort hotel ini mempunyai strategi pemasaran yang
menarik. Sebagian dari kamar resort ini ditawarkan untuk
disewa selama periode waktu yang telah ditentukan dalam
kontrak,
biasanya
dalam
jangka
panjang.
Tentunya
pengehitungan biaya sewanya berbeda dengan biaya sewa
harian dari kamar-kamar tersebut. Sistem ini dapat dilakukan
sebagai daya tarik untuk memfasilitasi serangkaian kegiatan
yang dapat dilakukan di resort tersebut. Dalam operasionalnya,
perlu dilakukan pembedaan area dalam fasilitas publik resort
seperti entransce, lobby, dan elevator, harus dipisahkan untuk
penggunaan residen dan tamu hotel yang biasa.
h) All-suites hotels
Resort jenis ini tergolong resort mewah di mana semua
kamar yang disewakan di dalam hotel tersebut tergolong ke
dalam kelas suite. Contoh resort ini adalah Conrad Hotel yang
terletak di pelabuhan New Chelsea, London. Hotel ini
memiliki 160 kamar suite dengan beberapa desain, di mana
tiap kamar memiliki kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu
II-8
yang terpisah, meja kerja eksekutif, TV dan VCR, 3 telepon
dengan 2 jalur untuk faksimili, computer privadi, pengontrol
AC pribadi, dan kunci pengaman alat-alat elektronik.
i) Sight-seeing Resort Hotel
Resort hotel ini terletak di daerah yang mempunyai potensi
khusus atau tempat-tempat menarik seperti pusat perbelanjaan,
kawasan bersejarah, tempat hiburan, dan sebagainya. Contoh
resort jenis ini adalah Hotel Amanjiwo di Magelang yang
berada di dekat Candi Borobudur dan sekaligus memanfaatkan
keindahan alam pedesaan sebagai daya tariknya.
Gambar 2.6, Hotel Amanjiwo
Sumber: Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Endy
Marlina
2) Berdasarkan periode pelakuannya, resort hotel dapat dibagi
menjadi:
a) Winter Resort Hotel, merupakan resort yang dibuka hanya
pada musim dingin, biiasaya karena potensi wisatanya
memang hanya menonjol di musim dingin, misalnnya resort
hotel di kawasan-kawasan wisata ski.
b) Summer Resort Hotel, merupakan resort yang dibuka hanya
pada musim panas saja, biasanya karena potensi wisata di
daerah tersebut hanya menonjol di musim panas. Contoh
resort ini adalah Sharm El Sheikh Resort Hotel yang terletak
II-9
di tepi pantai. Hotel ini memanfaatkan iklim panas yang
berlimpah dengan fasilitas kolam renang luar ruangan dan
area berjemur sebagai daya tarik pengunjung.
c) Year Round Hotel, merupakan resort yang dibuka sepanjang
tahun.
2.1.3 Prinsip Desain Resort
Penekanan perencanaan hotel yang diklasifikasikan sebagai resort
dengan tujuan pleasure dan rekreasi adalah adanya kesatuan antara bangunan
dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat diciptakan harmonisasi yang
selaras.
Di samping itu perlu diperhatikan bahwa suatu tempat yang sifatnya
rekreatif akan banyak dikunjungi wisatawan pada waktu-waktu tertentu, yaitu
pada hari libur. Oleh karenanya untuk mempertahankan occupancy rate tetap
tinggi, maka sangat perlu disediakan pula fasilitas yang dapat dipergunakan
untuk fungsi non-rekreatif seperti, function room, dan banquet.
Setiap lokasi yang akan dikembangkan sebagai suatu tempat wisata
memiliki karakter yang berbeda, yang memerlukan pemecahan yang khusus.
Dalam merencanakan sebuah resort perlu diperhatikan prinsip-prinsip desain
sebagai berikut:
a.
Kebutuhan dan persyaratan individu dalam melakukan kegiatan wisata
b.
Pengalaman unik bagi wisatawan
c.
Menciptakan suatu citra wisata yang menarik
2.1.4 Persyaratan Resort
Motivasi utama wisatawan yang menginap di resort adalah berlibur
dan berekreasi.Berlibur dapat diartikan sebagai kegiatan beristirahat,
menghindari kegiatan rutin, serta mengembalikan kesegaran badan dan
pikiran. Berekreasi diartikan sebagai kegiatan rekreatif, terutama yang
menimbulkan rasa senang, kegembiraan dan kesegaran, untuk rileks dan
santai. Adapun kecenderungan yang dituntut resort adalah:
II-10

Penyediaan macam rekreasi luar/dalam bangunan yang sesuai
dengan
kondisi/potensi
daerah
pariwisatanya
dan
tujuan
kedatangannya.

Dalam
jarak
cepat,
cukup
dekat
dari
objek-objek
rekreasi/pariwisata lain (kontinuitas objek pariwisata).

Tersedianya media kontak antar wisatawan.

Menjamin faktor aman, privacy, confort, dan air bersih.

Ketentuan setiap fasilitas yang disediakan termasuk dalam tarif
resort.

Sifat
operasi,
pelayanan,
dan
pengawasan
dalam
ruang
lengkap/bangunan dan site dengan tata cara yang tidak resmi.
1) Kriteria Umum Resort
Kecenderungan yang dituntut resort adalah :

Orientasi bangunan dari koridor-koridor dekat pemandangan
(view) yang langsung terhadap suasana lingkungan seperti
sungai, pantai, danau, gunung, atau bangunan-bangunan
bersejarah tergantung jenis resort. Untuk itu diperlukan
penataan tapak yang baik dan kontrol terhadap batas
ketinggian
bangunan,
sehingga
dapat
menonjolkan
karakteristik resort.

Penjagaan rona lingkungan yang spesifik meliputi rona-rona
alam yang menarik seperti pohon-pohon besar, tanaman khas
kawasan, atau formasi geologis (bukit-bukti dan Kontur).

Pengelompokan
fasilitas-fasilitas
dan
kegiatan
wisata.Pengelompokan secara fungsional tipe akomodasi,
fasilitas rekreasi, dan fasilitas komersial. Dimaksudkan
untuk menciptakan kemudahan bagi pengunjung dan
perencana
infrastruktur
sekaligus
untuk
memperoleh
penzoningan yang baik karena adanya kekontrasan bebrapa
kegiatan (beberapa kegiatan bersifat tenang dan hening serta
beberapa kegiatan lainnya yang bersifat sibuk dan dinamis).
II-11

Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan
atraksi resort yang utama. Kriteria ini meliputi penataan
tapak resort yang menghasilkan akses yang sangat baik
terhadap zona atraksi yang utama, misalnya pantai atau
kolam.

Akses ke lingkungan resort membatasi jumlah kendaraan
dan mengurangi kemungkinan terjadinya masalah-masalah
lalu lintas kendaraan. Biasanya satu atau dua jalan
masuk (access point) sudah cukup, ditambah satu jalan
terpisah untuk kendaraan servis jika diperlakukan.

Lokasi resort mudah dicapai terutamanya kendaraan darat
motor, mobil. Kendaraan laut seperti perahu, Jonson,
langsung
ke
area
resort.
resortharus
terhindar
dari
pencemaran yang diakibatkan gangguan luar yang berasal
dari suasana bising, bau tidak enak, debu asap, serangga, dan
binatang pengerat.

Bangunan resort memenuhi persyaratan perizinan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pengaturan ruang resort
ditata sesuai dengan fungsinya sehingga memudahkan arus
tamu, arus karyawan, arus barang/produksi resort. Untuk
unsur-unsur dekorasi lokal harus tercermin dalam ruang
lobby, restoran, kamar tidur, atau function room.

Untuk unit kamar tidur, jumlah kamar minimal 100 buah,
termasuk empat kamar suite. Semua kamar dilengkapi
dengan kamar mandi di dalam kamar. Standarnisasi luasan
kamar mengacu pada standar internasional dengan konsep
desain ruang budaya tradisional.

Untuk fasilitas olahraga dan rekreasi, resort menyediakan
sarana kolam renang untuk dewasa dan anak-anak yang
terpisah atau digabung dan dilengkapi pengaman, area
bermain
anak
(children
playground),
dan
diskotik.
Sedangkan jenis sarana olahraga dan rekreasi lainnya
II-12
merupakan pilihan dari:tennis, bowling, golf, fitness centre,
sauna, billiard, dan jogging.

Terdapat zona pembatas resort. Penataan lansekap sepanjang
batas lingkungan resort dapat menciptakan pemisah dari
lingkungan yang berdekatan, terutama jika kegiatan-kegiatan
dalam resort dapat menggangu lingkungan sekitarnya.
2) Kegiatan dan Fasilitas Resort
Resort harus dilengkapi dengan fasilitas yang mampu
mengantisipasi tujuan wisatawan yang datang menginap,
berlibur, dan berekreasi.
Untuk resort yang terletak di daerah pantai, fasilitas umum
yang dijumpai adalah :

Fasilitas makan dan minum seperti restoran, bar, lobby bar,
pool bar, dan lain-lain.

Fasilitas penunjang seperti: shoping arcade, klinik kesehatan
resort, salon money changer dan barber shop, taman baca,
dan lain-lain.

Fasilitas rekreasi seperti: lapangan olahraga (tennis, volley
ball, dan lain-lain), fasilitas olahraga air ( kolam renang,
menyelam/diving, surfing, ski air, perahu layar, dan lainlain), dan fasilitas kebugaran.
3) Organisasi Resort
Pada umumnya organisasi resort meliputi: pengelompokan
bidang kerja, hubungan antara bidang-bidang kerja yang ada,
untuk mengetahui siap pimpinan yang ditunjuk melaksanakan
pekerjaan tertentu. Dengan organisasi resort yang jelas, setiap
karyawan resort dapat mengetahui bidang pekerjaan, siapa
atasan, dan tugas serta tanggung jawabnya. Bertolak dari fungsi
dan tugas karyawan resort inilah, maka karyawan resort terbagi
atas dua bagian. Bagian tertinggi adalah kelompok eksekutif
(pimpinan)
secretary,
yang
terdiri
eksekutif
dari general
asistent
manager,
manager dan
eksekutif
kepala–kepala
II-13
departemen yang semuanya bertugas mengatur roda operasi
resort. Bagian kedua adalah unit-unit kerja (departemen) yang
terbagi menurut masing-masing. Jumlah dan jenis departemen
pada setiap resort dapat berbeda antara satu dengan lainnya yang
disebabkan oleh perbedaan tipe/jenis resort maupun sistem
manajemen resort.
4) Dasar Penentu Fasilitas Resort
Sejalan dengan perkembangan bisnis resort, fasilitas yang
ditawarkan (baik
utama maupun fasilitas
khusus) terus
berkembang ke berbagai ragam jenis, yang mendorong
munculnya jenis-jenis resort. Hal ini disebabkan oleh faktorfaktor diantaranya :
a. Lokasi dan karakteristiknya
Lokasi resort harus terletak di daerah peristirahatan
seperti
daerah
pegunungan,
daerah
pantai,
daerah
permandian air panas, sesuai dengan karakteristik resort.
Luas site menentukan jumlah dan besarannya.
b. Tuntutan dan kebutuhan pasar
Dengan menetapkan terlebih dahulu sasaran pasar
yang potensial, menetapkan fasilitas dan komponennya yang
fleksibel terhadap kemungkinan perubahan tuntutan pasar
serta menetapkan fasilitas khusus resort sebagai daya tarik
tambahan bagi para tamu.Jumlah juga disesuaikan prediksi
kebutuhan kamar beberapa tahun kedepan.
c. Kompetisi dan persaingan antar resort
Memperhatikan kelebihan dan kekurangan usahausaha resort sejenis, sebagai dasar penetapan strategi dan
kemampuan
untuk
memenangkan
kompetisi
dan
persaingan.Menjadi dasar pertimbangan bagi kemungkinan
pengembangan fisik bangunan dan penambahan fasilitas.
d. Tingkat kualitas (quality level)
II-14
Memperhatikan tingkat kualitas fasilitas-fasilitas
resort lain yang melakukan perbandingan untuk perbaikan
dan peningkatan mutu fasilitas.
e. Rencana Operasional
Menetapkan sistem kerja atau penekanan pada
fasilitas publik agar dapat memberikan kepuasan para tamu
dan enampilkan image yang diinginkan.
f. Konsep pelayanan makanan/restoran
Memperlihatkan fasilitas yang banyak memberikan
pemasukan seperti restoran yang akan mempengaruhi
fasilitas
penunjangnya,
seperti kithceh,
food
storage, dan locker area.
g. Jumlah staf
Jumlah staf disesuaikan dengan jumlah tamu yang
ditargetkan berkunjung ke resort.
h. Dana dan lain-lain
Untuk
pengadaan
resort
di
Indonesia,
dalam
menentukan fasilitas (facilities programming) mengacu pada
“Himpunan Peraturan Usaha Akomodasi Bidang Usaha
Hotel” yang dikeluarkan Dirjen Pariwisata.
Dasar penentuan fasilitas pada
resort ini juga
didasarkan pada permintaan pihak owner yang mana telah
disesuaikan lagi dengan tuntutan spesifik dari tamu resort.
Hendaknya seluruh fasilitasnya yang dibangun mampu
memberi kenyamanan bagi tamu resort yang menghuni
resort ini. Oleh karena pelaku resort ini para wisatawan
yang melancong maupun yang berlibur. Maka penentuan
kebutuhan
dan
jenis
fasilitas
yang
akan
dibangun
berdasarkan kebutuhan dari semua pelaku didalam resort
ini. Pengelompokan fasilitas dibagi berdasarkan sifat
karakteristik dari fasilitas tersebut yaitu:
II-15
a. Publik, fasilitas ini terbuka bagi semua orang yang
datang ke resort ini sehingga harus memiliki akses
langsung dari luar.
b. Semi publik, fasilitas ini hanya dapat dipergunakan oleh
semua penghuni resort, dan tidak memperkenankan
orang luar mempergunakan dengan alasan menjaga
ketenangan penghuni.
c. Privat, fasilitas ini bersifat sangat privat dan hanya dapat
dipergunakan oleh orang yang berkepentingan langsung
dengan fasilitas tersebut (seperti guest room).
d. Service, fasilitas ini merupakan fasilitas pendukung dari
seluruh fasilitas dan pelayanandi kawasan resort ini.
5) Pelaku Kegiatan
a. Tamu
Ditinjau dari maksud dan tujuannya, dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu:
 Tamu yang menginap
Pengunjung yang datang untuk menggunakan
fasilitas yang tersedia dengan harapan mendapatkan
pelayanan akomodasi yang memuaskan.
 Tamu yang tidak menginap
Pengunjung yang datang untuk sementara (tidak
menginap) dimana kunjungannya ada yang bersifat
formal (mengadakan diskusi, rapat kerja seminar, dan lain
– lain). Pelayanan tamu yang langsung berhubungan
dengan tamu misalnya dalam kegiatan – kegiatan di
front office, restoran bar, coffee shop, dan lain – lain.
II-16
b. Staf dan karyawan
Bagan 2.1, struktur organisasi hotel dan resort pada umumnya.
Sumber: Triska, 2015.
1) Tingkatan eksekutif, terdiri dari :
a) General manager (GM)
b) Resident Manager (RM)
c) Executive Assistant Manger (EAM)
d) Room Divison Manager (RDM)
e) Food& Beverage Manager (FBM)
f) Chief Accountant (CA)
g) Sales & Marketing (SM)
h) Chief Engineer (SM)
i) Personal Manager (PM)
2) Tingkatan Staff eksekutif, terdiri dari :
a) Out Let Head
b) Restaurant Manager/Head Waiter
c) Banquet Manager
d) Chief de Cuisien
e) Bar Manager
f) Assistant Departmen Manager
II-17
3) Tingkatan Pembantu staff (level supervisor), terdiri dari:
a) Supervisor Out Let
b) Food & Beverage Captain
c) Bell Captain
d) FO Group Leader (Chief de Reception)
e) Sales Executiva/Purel Officer
f) Guest Relation Officer (GRO)
g) Employee Relation Officer, dll
4) Karyawan biasa (worker), terdiri dari :
a) Waiter/ess
b) Greeters
c) Clerker (reception, receiving, accounting)
d) Bell Boy/Doorman
e) Room Boy/Maid
f) Houseman/Maid/Guard
g) Attendant
h) Gardener/yadman
i) Steward, dll
6) Aktifitas Pengelola dan Tamu Resort
Jenis aktifitas pada resort dapat dibedakan antara pengelola
dan pelaku tamu :
a. Aktifitas pengelola
 Pengelola
melakukan
kewajibannya
sesuai
dengan
tugasnya masing-masing
 Staf melakukan tugasnya masing-masing meliputi:
Ø Operasional akomodasi seperti mempersiapkan guest
room, mencuci, membersihkan, dan merawat unitunit guest room.
Ø Operasional
penjadwalan
administrasi,
penggunaan
seperti
akomodasi,
mengatur
mengatur
pelaksanaan program pertukaran liburan, mengontrol
kegiatan resort dalam manajerial.
II-18
Ø Operasional
rekreasi
pelayanan
makanan,
dan
komersial,
pelayanan
seperti
kesehatan,
pertunjukan seni dan budaya, rekreasi, olahraga dan
lain-lain.
b. Aktifitas pelaku (tamu resort)
 Aktifitas sosial (berkumpul, berbincang-bincang antara
sesama tamu , makan, minum, membaca, bermain, dan
lain-lain.
 Berekreasi di alam terbuka dan beberapa lokasi wisata
pada kawasan tersebut.
 Mengikuti acara-acara pada waktu tertentu, baik yang
diadakan
oleh
pihak
pengelola
atau
acara
dari
tamu/pengunjung itu sendiri.
2.2 Tinjauan Ekologi Arsitektur
Dari beberapa tempat wisata di Wonogiri, paling banyak adalah wisata
yang berhubungan langsung dengan alam seperti goa, pantai, hutan, dan air
terjun. Banyaknya jumlah potensi wisata alam di Wonogiri sangat layak
untuk
dikembangkan
namun
tanpa
merusak
lingkungan
disitu.
Pembangunannya pun seharusnya dirancang dan direncanakan sesuai ekologi
kawasan tersebut.
Pantai Nampu memiliki pengunjung yang banyak dibanding Pantai
Sembukan. Diperlukan hubungan yang seimbang antara manusia dan
lingkungan. Apalagi Pantai Nampu terletak di kawasan karst yang rentan jika
ekosistemnya tergangggu. Desain resort sebagai wadah user Pantai Nampu
nantinya menggunakan tolok ukur ekologi arsitektur.
2.2.1 Pengertian Ekologi Arsitektur
Ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada
perncangan arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang
sama, antara lain: Yeang (2006), mendefinisikannya sebagai:
II-19
Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of
the locality, and low energi design. Yeang, menekankan pada:
integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi
tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap
pada iklim, penggunan energi yang rendah, diawali dengan upaya
perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk,
konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami,
dan penggunaan warna. Integrasi tersebut dapat tercapai melalui tiga
tingkatan, yaitu:
a. Integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi
keadaan tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim dan
sebagainya.
b. Integrasi sistem-sistem dengan proses alam, meliputi: cara
penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair,
sistem pembuangan dari bangunan dan pelepasan panas dari
bangunan dan sebagainya.
c. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan
sumber daya alam yang berkelanjutan.
Menurut Frick (1998; hal. 27), ekologi arsitektur tidak
menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena
tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran
baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Ekoarsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural,
ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko arsitektur
bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung
bagian – bagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan),
arsitektur surya, arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi bagi
kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu eko
arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung
semua bidang.
II-20
Gambar 2.7, Sistem Eco-Architecture yang Holistik
(Keseluruhan)
Sumber: Seri Eko-Arsitektur 2: Arsitektur Ekologis,
Heinz Frick. 2006
Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan
lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal
mungkin. (id.wikipedia.org)
Jadi, ekologi arsitektur atau arsitektur ekologis adalah suatu
pembangunan yang memanfaatkan kondisi ekologi setempat dan
potensi alam seoptimal mungkin dengan upaya perancangan secara
pasif.
2.2.2 Konsep Dasar Penerapan Ekologi Arsitektur
2.2.2.1 Unsur Pokor Ekologi Arsitektur
Unsur-unsur alam yang dijadikan pedoman oleh
masyarakat tradisional antara lain udara, air, api, tanah
(bumi), merupakan unsur-unsur pokok yang sangat erat
dengan kehidupan manusia di bumi. Dalam kehidupan
masyarakat modern pun juga harus tetap memperhatikan
unsur-unsur tersebut karena sedikit saja penyalahgunaan
unsur alam tersebut besar akibatnya terhadap keseimbangan
ekologis. Adapun unsur-unsur pokok eko-arsitektur dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
II-21
Gambar 2.8, Unsur-unsur Pokok Eko-Arsitektur.
Sumber: Frick, 1997:29
Dalam hal ini aplikasi pada arsitektur ekologis menyangkut
pengolahan tanah, kebutuhan air, sumber energi dan
pengolahan limbah kawasan.
a.
Konservasi air dengan cara mengolah air menggunakan
pengolahan khusus sehingga air yang kotor bisa diolah dan
digunakan kembali. Sekitar 80% air minum yang digunakan
oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah yang
mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang
dan sebagainya. Kualitas air limbah tidak memadai untuk
langsung dibuang ke lingkungan, oleh karena itu harus
dikumpulkan dan dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah.
b. Konservasi Energi dengan penggunaan Energi mandiri, yaitu
energi yang terbarukan baik energi air, biogas, surya, angin
dan energi alternatif non-fosil.
II-22
c.
Konservasi Tanah, dengan penghijauan dan penanaman
kawasan, sehingga tanah tetap subur, tidak ter-erosi dan
mencegah terjadinya tanah longsor.
d. Pengolahan limbah/sampah. Sampah dibagi menjadi 2
kategori, yakni sampah organik yang bisa di komposkan
sehingga dapat digunakan untuk pupuk atau biogas, dan
sampah anorganik yang bisa didaur ulang atau dihancurkan
sehingga tidak mencemari alam.
2.2.2.2 Aspek Pendekatan Ekologi Arsitektur Terhadap Desain
a.
Struktur dan Konstruksi Bangunan
Struktur bangunan merupakan salah satu aspek bagi
terciptanya bangunan yang ekologis. Bentuk dan Struktur
bangunan yang berkualitas turut mempengaruhi perencanaan
bangunan ber-arsitektur ekologis (Frick Heinz, Purwanto,
LMF, Sistem Bentuk Struktur Bangunan, Hal. 13-14).
Struktur mengandung massa dan isi. Dinding pembatas,
tiang, lantai, lubang bukaan dan sebagainya mempengaruhi
bentuk ruang. Penggolongan struktur adalah sebagai berikut
(Frick, 1998 : 19):
Gambar 2.9, Penggolongan Struktur
Sumber : Frick, 1998:19
b. Matahari dan Cahaya
Cahaya matahari yang masuk melalui bukaan-bukaan pada
dinding sangat mempengaruhi orientasi di dalam ruang.
II-23
Perpaduan antara cahaya, warna dan bayangan dapat
menimbulkan keindahan serta menciptakan suasana yang
diinginkan dalam suatu ruangan.
Karena Indonesia merupakan daerah ber-iklim tropis
dengan efek sampingan sinar panas, maka orang sering
menganggap ruang yang agak gelap akan terasa lebih sejuk
dan nyaman. Tetapi hal tersebut melawan ketentuan akan
kebutuhan
cahaya
bagi
manusia.
Pencahayaan
alami
mengandung efek penyembuhan dan kreatifitas manusia
(Gunawan, Yurika, Arsitektur Ekologis Dalam Bangunan
rumah Tinggal, 2000 : 7).
Untuk orientasi bangunan dan perlindungan dari pancaran
sinar matahari berlaku suatu aturan dasar sebagai berikut:
1) Di daerah iklim tropika basah perlu suatu perlindungan
terhadap bangunan agar cahaya yang terpancar secara
langsung atau tidak langsung perlu suatu lubang yang
bertujuan agar sinar menyebar keseluruh ruangan.
2) Di daerah iklim tropika kering, dalam musim panas diperlukan
suatu pelindung untuk lubang-lubang pada dinding bangunan
tertutup. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh dari
udara kering.
3) Untuk fasade bangunan yang terbuka menghadap ke utara atau
ke selatan sebaiknya tidak terkena sinar radiasi langsung,
sehingga tidak menimbulkan pertambahan panas yang tinggi.
Selain pencahayaan alami, pencahayaan buatan juga
mempengaruhi
kesehatan
manusia.
Maka
dibutuhkan
pencahayaan alami yang terang tetapi tidak menimbulkan
silau. Salah atu caranya adalah dengan mencerminkan atau
memantulkan sinar tersebut dalam air kolam dan lewat langitlangit
(Gunawan,
Yurika,
Arsitektur
Ekologis
Dalam
Bangunan rumah Tinggal, 2000 : 49).
II-24
Gambar 2.10, Pencahayaan.
Sumber: Frick, 1998:19
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling
tepat dan menguntungkan terdapat sebagai hubungan letak
antara bangunan berarah dari timur ke barat dan tegak lurus
terhadap arah angin (Frick, 1998 : 56).
Gambar 2.11, Arah Pencahayaan.
Sumber: Frick, 1998:56
c.
Iklim
Hayati
(Lippsmeier,
George,
Bangunan
Tropis,
Erlangga, Jakarta, 1994, Hal 32-36).
Iklim Hayati terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
1) Temperature
Temperature atau suhu dipengaruhi oleh pemakaian bahan
bangunan yang sesuai, berat atau ringan, sehubungan dengan
II-25
kecepatan atau kelembabannya dalam mengubah temperature
ruangan dan membantu membuat ruangan menjadi terasa
dingin dan sejuk. Untuk ruangan dengan kondisi daerah kering
diharapkan tidak menggunakan bahan yang tidak menyerap
panas.
2) Kelembaban Udara
Kadar kelembaban udara, berbeda dengan unsur lain, kadar
kelembaban udara dapat mengalami fluktuasi yang tinggi
tergantung pada perubahan temperature udara. Semakin tinggi
temperature, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap
air. Kadar kelembaban juga tergantung dari curah hujan dan
suhu udara.
3) Gerakan Udara
Gerakan udara merupakan faktor perencanaan yang penting
karena sangat mempengaruhi kondisi alam, baik untuk setiap
bangunan rumah tinggal maupun bangunan gedung. Arah
angin turut menentukan arah orientasi bangunan.
4) Persyaratan-persyaratan Kenyamanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan di dalam
ruangan tertutup adalah temperature udara, kelembaban udara,
temperature radiasi rata-rata dari dinding dan atap, kecepatan
gerakan udara, tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya pada
dinding pandangan.
d. Bahan Bangunan
Pemakaian bahan bangunan yang ekologis dan tepat guna
tidak hanya ditentukan oleh iklim tetapi juga oleh kemampuan
dalam mengolah bahan bangunan tersebut baik secara
tradisional maupun secara modern. Bahan bangunan yang
ekologis adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Dapat
memberi pengaruh positif bagi
kesehatan dan
kenyamanan penghuni bangunan
2) Bahan bangunan yang hemat energi
II-26
3) Tidak terlalu banyak mencemari lingkungan
4) Bahan
bangunan
yang
dapat
dibudidayakan
kembali
(regenerative), contoh: kayu, rotan, serabut kelapa dan lainlain
5) Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali, contoh:
tanah, batu kali, batu alam dan lain-lain
6) Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan lagi (recycling),
contoh: sampah, potongan, ampas dari perusahaan industri dan
sebagainya seperti ban mobil bekas, potongan kaca dan seng
7) Bahan bangunan yang mengalami perubahan sederhana,
contoh: genting tanah liat, bata merah
8) Bahan
bangunan
yang
mengalami
beberapa
tahapan
perubahan, contoh: Bahan plastik yang membutuhkan banyak
energi pada proses produksinya
Bahan-bahan alam seperti batu alam, kayu, bambu dan
sebagainya tidak mengandung zat kimia yang menganggu
kesehatan tetapi bahan bangunan yang sudah diolah secara
modern seperti keramik, pipa, plastik, perekat dan sebagainya
dapat mengganggu kesehatan manusia. Resiko gangguan
kesehatan ini sepenuhnya ditanggung oleh para penghuni, para
tukang pekerja, para buruh yang bekerja di pabrik dan para
buruh yang kemudian hari akan membongkar bangunan yang
dibangun
dengan
bahan
bangunan
yang
mengganggu
kesehatan (Frick, 1998 : 103-104).
2.2.2.3 Membangun Kembali dan Recycling
Istilah
persyaratan
‘membangun
dasar,
kembali’
yaitu
mengandung
menghindari
empat
monokultur,
meningkatkan mobilitas mental, membatasi penggunaan
energi, struktur gedung yang ada dapat digunakan kembali
(building recycling). Dalam hubungannya dengan bahan
bangunan, istilah recycling mengandung 3 macam istilah, yaitu
II-27
diolah kembali, didaur ulang, dan digunakan kembali (Frick,
1998 : 119).
Pengolahan
sampah
yang
berasal
dari
kegiatan
pembangunan dan pemugaran gedung terdiri dari bahan
organik (kayu, tripleks, bambu, dsb) dan bahan anorganik
(semen, pasir, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, kaleng, cat
sintetis, pipa plastik dan bahan sintetis lainnya) (Frick, 1998 :
121).
Berhubungan dengan sampah yang berasal dari kegiatan
pembangunan, kita dapat ikut bertanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan kita dengan memilih bahan yang
ekologis saja.
2.2.2.4 Konsep Ekologi Arsitektur
Konsep ekologis menurut Titisari (2012; hal. 21-22) merupakan
konsep penataan lingkungan dengan memanfaatkan potensi atau
sumberdaya
alam
dan
penggunaan
teknologi
berdasarkan
manajemen etis yang ramah lingkungan. Pola perencanaan dan
perancangan Arsitektur Ekologis (Eko-Arsitektur) adalah sebagai
berikut:
a. Elemen-elemen
arsitektur
mampu
seoptimal
mungkin
memberikan perlindungan terhadap sinar panas, angin dan
hujan.
b. Intensitas energi yang terkandung dalam material yang
digunakan saat pembangunan harus seminimal mungkin, dengan
cara-cara:
1) Perhatian pada iklim setempat.
Perhatian pada iklim setempat penggunaan tumbuhan dan air
sebagai pengatur iklim. Pembangunan yang menghemat
energi. Orientasi terhadap sinar matahari dan angina.
Penyesuain pada perubahan suhu siang-malam.
II-28
2) Substitusi, minimalisasi, dan optimasi sumber energi yang
tidak dapat diperbaharui.
Meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin.
Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
Optimalisasi penggunaan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui
dengan
memajukan
penggunaan
energi
alternatif penggunaan energi surya.
3) Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan
menghemat energi.
Memilih bahan bahan bangunan menurut penggunaan energi,
menghemat sumber bahan mentah yang tidak dapat
diperbaharui, minimalisasi penggunaan sumber bahan yang
tidak dapat diperbaharui. Penggunaan kembali sisa-sisa
bangunan (limbah) dengan optimalisasi bahan bangunan
yang dapat dibudidayakan.
4) Pembentukan siklus yang utuh antara penyediaan dan
pembuangan bahan bangunan, energi, atau limbah dihindari
sejauh mungkin.
Menghemat sumberdaya alam (udara, air, dan tanah).
Perhatian pada bahan mentah dan sampah yang tercemar.
Perhatian pada peredaran air bersih dan limbah air.
5) Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi
Memanfaatkan/ menggunakan bahan bangunan bekas pakai.
Menghemat hasil produk bahan bangunan.Mudah dirawat
dan dipelihara.
Cowan dan Ryn (1996; hal. 63) mengemukakan prinsip-prinsip
desain yang ekologis sebagai berikut:
a. Solution Grows from Place: solusi atas seluruh permasalahan
desain harus berasal dari lingkungan di mana arsitektur itu akan
dibangun. Prinsipnya adalah memanfaatkan potensi dan sumber
daya lingkungan untuk mengatasi setiap persoalan desain.
Pemahaman atas masyarakat lokal, terutama aspek sosial-
II-29
budayanya
juga
keputusan
desain.
memberikan
Prinsip
andil
ini
dalam
pengambilan
menekankan
pentingnya
pemahaman terhadap alam dan masyarakat lokal. Dengan
memahami hal tersebut maka kita dapat mendesain lingkungan
binaan tanpa menimbulkan kerusakan alam maupun ‘kerusakan’
manusia.
b. Ecological Acounting Informs Design: perhitungan-perhitungan
ekologis merupakan upaya untuk memperkecil dampak negatif
terhadap lingkungan. Keputusan desain yang diambil harus
sekecil
mungkin
memberikan
dampak
negatuf
terhadap
lingkungan.
c. Design with Nature: arsitektur merupakan bagian dari alam.
Untuk itu setiap desain arsitektur harus mampu menjaga
kelangsungan hidup setiap unsur ekosistem yang ada di
dalamnya sehingga tidak merusak lingkungan. Prinsip ini
menekankan pada pemhaman mengenai living process di
lingkungan yang hendak diubah atau dibangun.
d. Everyone is a Designer: melibatkan setiap pihak yang terlibat
dalam proses desain. Tidak ada yang bertindak sebagai user atau
participant saja atau desianer/arsitek saja. Setiap orang adalah
participant-designer. Setiap pengetahuan yang dimiliki oleh
siapapun dan sekecil apapun harus dihargai. Jika semua orang
bekerjasama
untuk
memperbaiki
lingkungannya,
maka
sebenarnya mereka memperbaiki diri mereka sendiri.
e. Make Nature Visible: proses-proses alamiah merupakan proses
yang siklis. Arsitektur sebaiknya juga mampu untuk melakukan
proses tersebut sehingga limbah yang dihasilkan dapat ditekan
seminimal mungkin.
II-30
2.3 Preseden
Beberapa resort yang menjadi referensi resort dengan pendekatan ekologi
arsitektur di Pantai Nampu Wonogiri adalah sebagai berikut:
a. Alila Villas Uluwatu, Bali
1. Lokasi
Beralamat di Jl. Belimbing Sari, Banjar Tambiyak Desa Pecatu,
Bali, Indonesia. Terletak di sebuah dataran tinggi di tepi pantai
selatan Bali di Bukit Peninsula, berlokasi 30 menit dari Bandara
Internasional Ngurah Rai, dan 15 menit dari Pura Uluwatu. Luas
tanah 14,4 hektar berada di tebing batuan kapur menghadap
langsung ke Samudera Hindia. Iklim setempat mencapai minimum
27o C dan 32o C untuk suhu rata-rata.
Gambar 2.12, peta lokasi Alila Villas Uluwatu
Sumber: Alilahotels.com
2. Fasilitas
Terdapat 65 villa pada resort ini. One-Bedroom Pool Villas dengan
luas 291 sqm dan jumlah 49 villa double bed, 7 villa twin bed.
Kemudian two-Bedroom Villas dengan luas 2000 sqm 3 villa, lalu
Three-Bedroom Cliffside Pool Villas dengan luas 2000-3000 sqm
berjumlah 6 villa.
II-31
Fasilitas lainnya yaitu F&B Outlet: The Warung dan Cire, wellness
session: spa, gym, dan yoga, wedding event, sunset cabana, galeri,
kolam renang di tebing setinggi 50 meter, perpustakaan, dan klinik 24
jam.
Gambar 2.13, beberapa fasilitas Alila Villas Uluwatu
Sumber: Alilahotels.com
3. Konsep
Gambar 2.14, resort map dan view Alila Villas
Sumber: Alilahotels.com
Luxurious resort yang didesain oleh firma arsitektur WOHA ini
mengusung tema eco-resort, kontemporer, dan sustainable design.
Berikut beberapa prinsip ekologi yang diaplikasikan pada resort Alila
Villas:
a) Water Conservation, instalasi tangki air hujan dan pengolahan
kembali air bekas pakai. Jenis tanaman terpilih pun yang tidak banyak
membutuhkan irigasi sehingga tidak boros membuang air.
b) Konsumsi minimum energi, menggunakan bahan daur ulang
sepertikayu dari bantalan rel kereta api dan tiang-tiang telepon dan
desain yang unik dari setiap villa dengan penggunaan atap batu dari
lava, langit-langit bambu, dan penempatan jendela yang mendorong
aliran udara serta meminimalkan penggunaan lampu dan AC.
II-32
c) Bahan lokal bangunan, bambu lokal untuk material langit-langit,
batu kapur dari lokasi site, dan batu palimanan Yogyakarta untuk atap
setiap villa.
d) Lingkungan alam, tanaman lokal dari ekosistem Uluwatu Bali pada
lokasi site untuk mendorong kehidupan burung dan binatang.
e) Desain arsitektur terintegrasi, lansekap didesain oleh arsitek seperti
lingkungan Bali yaitu dengan memunculkan trap atau level tanah yg
berbeda layaknya terasiring.
Pada penjabaran preseden Alila Villas Uluwatu, terdapat
kesamaan existing dengan Pantai Nampu Wonogiri. Keduanya samasama terletak di kawasan karst, bebatuan gamping dan kapur, dan
menghadap langsung ke Samudera Hindia. Beberapa fasilitas yang
ada bisa diterapkan di resort Pantai Nampu Wonogiri seperti F&B
Outlet, wellness session, wedding event, sunset cabana, galeri, kolam
renang, perpustakaan, dan klinik 24 jam. Sedangkan poin-poin
ekologinya dapat diaplikasikan dalam perancangan resort Pantai
Nampu salah satunya penggunanaan bahan lokal bangunan.
b. Ayana Resort & Spa, Bali
1. Lokasi
Jalan Karang Mas Sejahtera, Jimbaran, Bali, Indonesia.
Gambar 2.15, blockplan Resort Ayana Bali
Sumber: ayanaresort.com
II-33
2. Fasilitas
Ayana Resort dilengkapi oleh pasir putih yang terbentang luas di
Pantai Jimbaran. Resort ini berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia. Ayana Resort memiliki 15 restoran dan bar termasuk Rock
Bar Bali letaknya di tepi tebing, 11 kolam renang, spa dengan
Aquatonic Seawater Therapy Pool dan Spa on The Rock, lapangan
golf dan pusat kebugaran, serta fasilitas pertemuan dan pernikahan.
Ayana Resort memiliki 290 kamar dan 78 villa dengan kolam renang
pribadi.
3. Konsep
Gambar 2.16, desain Resort Ayana Bali
Sumber: ayanaresort.com
Bangunan pada Ayana Resort menerapkan
bentuk-bentuk
tradisional Bali yang modern dan mewah. Villa-villa tersebar berjajar
linier. Masing-masing villa memiliki fasilitas kolam renang pribadi dan
menghadap ke Samudera Hindia. Letak-letak bangunan memanfaatkan
existing site yang ada, seperti lokasi spa yang berada di batu karang.
II-34
Ekologi yang terapkan pada Ayana Resort salah satunya adalah material
yang digunakan yaitu kayu dan genteng tanah liat. Serta luasan ruang
terbuka hijau lebih besar dibanding luas keseluruhan bangunan. Ruang
terbuka hijau tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga golf. Ayana
Resort menawarkan kegiatan ekologis yang bisa dilakukan para tamu
berupa penanaman bibit tumbuhan di kebun yang disebut dengan EcoMemories.
c. Queen of The South Beach Resort, Yogyakarta
1. Lokasi
Desa Parangrejo, Kec. Purwosaro, Kab. Gunung Kidul, DIY,
Indonesia
Gambar 2.17, beberapa view di sudut Queen of The South Beach Resort
Sumber: travelmateku.com
2. Fasilitas
Resort ini terdiri dari 38 bungalow dengan tipe standart, superior,
dan family suite. Selain itu terdapat juga restoran, kolam renang,
ruangan yoga, dan spa.
3. Konsep
Queen of The South Beach Resort terletak di salah satu tebing
kawasan Pantai Parangtritis. Memiliki geografis yang serupa dengan
rencana site resort di kawasan Pantai Nampu. Pengolahan tata massa
II-35
bangunan memaksimalkan view yang langsung menghadap Samudera
Hindia. Tema bangunan menerapkan gaya tropis modern.
II-36
Download