BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah (PMI,2011). Transfusi darah merupakan sebuah prosedur terapetik, namun transfusi darah yang terkontaminasi dapat mentransmisikan membahayakan kehidupan. merupakan penyakit kehidupan Pelayanan landasan infeksi daripada transfusi dari dan menyelamatkan darah efektifnya dapat yang sistem aman pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi (Manzoor, 2009). Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai bank darah di Indonesia telah melakukan uji saring atas 4 parameter penyakit yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 2011 yaitu Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV/AIDS sehingga peran PMI sangat penting dalam mengurangi risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah. Ada banyak indikasi kenapa seseorang menerima transfusi darah, antara lain untuk pengganti darah yang hilang ataupun waktu operasi, karena terjadinya penyakit tertentu perdarahan yang masif, memerlukan 1 2 transfusi darah. Namun, transfusi darah merupakan faktor risiko untuk beberapa penyakit infeksi melalui darah antara lain HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis serta penyakit infeksi lainnya (Kemenkes RI,2003). Hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang bisa ditularkan melalui transfusi darah. Menurut data dari WHO (2013), lebih dari 240 juta orang mengidap Hepatitis B kronis dan sekitar 600.000 orang meninggal karena konsekuensi dari penyakit Hepatitis B akut dan kronis. Di Indonesia, hasil Riskesdas Biomedis Tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg positif sebesar 9,4 % yang menandakan bahwa Indonesia termasuk negara dengan tingkat endemisitas tinggi (>8%) (Kemenkes RI, 2012). Data di Indonesia pada tahun 2013 menunjukan bahwa prevalensi hepatitis di Indonesia meningkat 2 kali lipat dari tahun 2007 dari 0,6 % menjadi 1.2 %, dan jenis hepatitis yang paling banyak menginfeksi orang Indonesia adalah hepatitis B(21,8%) (Kemenkes RI, 2013). Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar menunjukkan bahwa orang yang 3 memiliki riwayat transfusi berisiko 5,6 kali menderita Hepatitis B (Musdalifah et al., 2013). Di lain pihak, data mengenai seroprevalensi Hepatitis B melalui donor darah masih kurang, sehingga diperlukan sebuah studi epidemiologi penyakit Hepatitis B untuk mengetahui perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi Hepatitis B. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi penyakit Hepatitis B di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya studi ini, para petugas klinis akan lebih waspada terhadap kemungkinan pendonor yang memiliki faktor risiko menderita penyakit Hepatitis B dan juga meningkatkan kesadaran untuk melakukan skrining pada darah donor. I.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran seroprevalensi Hepatitis B pada donor darah yang reaktif di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011 - 2014? 2. Bagaimana reaktif karakteristik Hepatitis B di pendonor UPTD RSUP Yogyakarta pada tahun 2011 - 2014? darah Dr. yang Sardjito 4 3. Bagaimana hubungan karakteristik reaktivitas pendonor darah di HBsAg UPTD dengan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011–2014? I.3.Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui angka seroprevalensi Hepatitis B di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011 - 2014. 2. Mengetahui dan membandingkan karakteristik pendonor darah yang reaktif Hepatitis B di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2011 2014 yang meliputi jenis kelamin, kelompok usia, golongan darah, wilayah kabupaten, dan pekerjaan. I.4.Keaslian Penelitian Fauzi (2012) telah melakukan penelitian analisis perbandingan seroprevalensi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis antara UTD PMI Kota Yogyakarta dengan UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam rentang waktu satu tahun pada tahun 2010. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan studi potong lintang dengan analisis observasional retrospektif bersifat deskriptif dan analitik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan seroprevalensi kasus 5 HBsAg, HCV, dan Sifilis darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan UTD PMI Kota Yogyakarta. Sedangkan seroprevalensi HIV darah donor di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta lebih rendah dibandingkan dengan UTD PMI Kota Yogyakarta. Dalam penelitian ini, studi yang dilakukan adalah menganalisis dan menggambarkan seroprevalensi HBsAg di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dari Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2014. I.5.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai jumlah darah donor yang terinfeksi Hepatitis B di UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta serta karakteristik jenis kelamin, kelompok usia, golongan darah, wilayah asal, dan pekerjaan. Penelitian ini diharapkan juga mampu memberikan manfaat bagi pihak penyedia layanan donor darah di Kota Yogyakarta, khususnya UPTD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat skrining pada darah donor untuk mengurangi faktor risiko menerima infeksi menular melalui transfusi darah. Untuk klinisi, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menggunakan darah donor. Manfaat bagi pasien adalah diharapkan pasien lebih 6 kritis dalam meminimalkan menerima transfusi darah terjadinya penularan infeksi transfusi darah. sehingga melalui