Judul : Donor Darahuntuk Deteksi Si Pembunuh Hat Media : Koran Tempo Wartawan : Cheta Nilawatycheta tempo.co.irf Tanggal : 12-Aug-2015 Nada Pemberitaan : Netral Halaman : 16 Donor Darahuntuk Deteksi Si Pembunuh Hat Hepatitis C belum memiliki vaksin dan infeksinya tidak menimbulkan gejala apa pun. Bila dibiarkan dapat mematikan hati. Cheta [email protected] SINYAL buruk itu berpendar dari laboratorium Palang Merah Indonesia. Kepala Unit Transfusi Darah PMI Ria Syafitri menyatakan hasil perhitungan laporan uji saring atau screening menunjukkan ada 0,37 persen donor dari seluruh Indonesia yang darahnya mengandung virus hepatitis C. "Mereka baru menyadari saat mendonorkan darahnya,"kata dia dalam peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, pekan lalu. Fakta yang lebih mengerikan adalah kebanyakan dari penderita itu emoh ambil pusing. Menurut Ria, hanya sekitar 15-30 persen dari mereka yang kemudian berkonsultasi ke dokter. Ada pula donor yang alpa dalam mengisi data pribadi sehingga tidak dapat dipanggil untuk dirujuk ke dokter. Petugas PMI juga kerap menemui penderita yang cuek saat divonismenderita Hepatitis C dengan alasan proses donor membuang darah kotor dan tubuh akan menggantinya dengan darah bersih. "Ini anggapan yang salah dan perlu diubah," kata Ria, dokter ahli biomedis. Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Rino A. Gani mengatakan Hepatitis C disebabkan virus yang menyebabkan kerusakan hati. Sebanyak 80 persen pasien datang ke rumah sakit saat kerusakan hati sudah mencapai tahap lanjut. "Kondisi seperti ini kadang tidak dapat diobati," kata dokter spesialis penyakit dalam ini. Hepatitis C yang tidak diobati biasanya akan berlanjut menjadi penyakit kanker hati. Hepatitis C berisiko ditularkan melalui darah yang terinfeksi. Misalnya pada penggunaan alatmedis yang terkontaminasi virus, penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan alat cukur yang tidak steril Hepatitis C juga menyebar melalui hubungan seksual, ibu kepada kandungannya - kasusnya sangat jarang. "Meski begitu, virus Hepatitis C tidak menular melalui air susu ibu," ujar Rino. Penderita biasanya memiliki waktu 15-20 tahun mulaiterinfeksi -virus masukdarah, menempel di hati, lalu berkembang biak, sampai terbentuknya kanker hati. Perkembangannya bergantung pada kondisi pasien, kebiasaan, genotipe virus, serta pengobatan. Karena belum ada vaksinnya (tidak seperti hepatitis A dan B), hanya ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, kolaborasi immunomodula tor-kandungan yang dapat mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh-dan anti virus yang diakui Badan Kesehatan Dunia, WHO. Kedua, berupa pencegahan, dengan perilaku hidup sehat. Hati lebih awet dengan makan makanan sehat dan minum cukup air putih. Minuman beralkohol harus menjadi pantangan karena penyaringan dan pembuangan alkohol dapat mempercepat kerusakan hati. Dokter Rino menyarankan agar kita melakukan uji saring darah di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis C-disebut tes anti-HCV. Tes itu juga dapat dilakukan di PMI, meski tidak untuk donor.