I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durian (Durio zibethinus L.) merupakan tanaman buah tropika yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk tanaman buah tahunan berbentuk pohon. Buahnya memiliki duri banyak dan rasa yang enak, sehingga menarik untuk dibudidayakan, dikonsumsi dalam bentuk segar dan bentuk olahan seperti keripik, permen, biskuit dan dodol (Sudjijo, 2009). Menurut Salakpectch. S.S et al. (1992) buah durian mempunyai aroma khas menyengat dengan kandungan gizi setiap 100 g daging buah mengandung 67 g air, 2,5 g protein, 2,9 g lemak, 28,3 g karbohidrat, 1,4 g serat, 20 mg kalsium, 63 mg fosfor, 601 mg kalium, 0,27 mg tiamin, 0,29 riboflavin, dan 57 mg vitamin C. Perbanyakan dengan sambung pucuk dapat menggunakan batang bawah dengan umur relatif muda 1,5-2 bulan, karena lebih cepat dibandingkan perbanyakan menggunakan batang bawah umur 4-5 bulan (Sukarmin, 2010). Penggunaan varietas lokal sebagai batang bawah belum dapat mengatasi permasalahan untuk produksi benih dalam jumlah yang banyak, hal ini disebabkan oleh ketersediaan biji varietas lokal untuk batang bawah masih sedikit, sehingga penangkar lebih memilih biji sapuan sebagai batang bawah (Rahardi. F, 2007). Tanaman durian umumnya diperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan. Benih sambungan yang baik adalah kompatibel antara batang bawah dengan batang atas, tingkat keberhasilan penyambungan ditandai dengan terbentuknya pertautan yang sempurna antara batang bawah dan batang atas serta laju pertumbuhan benih tersebut (Sudjijo, 2009). 1 Varietas Otong telah dikenal mempunyai keunggulan seperti buah besar, juring besar, daging tebal, tekstur daging cukup keras, dan mempunyai rasa manis serta mempunyai peluang pasar yang baik. Hampir disetiap swalayan menyediakan durian tersebut, dan perlu dicari berbagai upaya untuk perbanyakan tanamannya (Tirtawinata M.R, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan antara lain keterampilan pelaksana, iklim mikro di area pembibitan, kondisi batang bawah dan batang atas. Batang bawah yang digunakan yaitu tanaman dengan pertumbuhan optimum, sehat dan tidak terserang hama dan penyakit, mempunyai daya kompatibilitas dengan batang atas yang serasi. Umur yang optimum untuk disambung umur 1,5-2 bulan dan batang masih lunak, batang atas yang cocok untuk disambung adalah umur tunas 2,5-4 bulan (Sukarmin dan A. Wahyudi, 2008). Batang bawah yang digunakan saat ini untuk perbanyakan pada benih, menggunakan biji durian lokal dan jarang memperhatikan bobot biji yang digunakan sebagai batang bawah, oleh karena itu dilakukan perlakuan yang berjudul “ Pengaruh Bobot Biji Sebagai Batang Bawah Terhadap Pertumbuhan Sambung Pucuk Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) Varietas Otong ”. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir adalah : Mengetahui pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap keberhasilan pertumbuhan sambung pucuk pada durian varietas Otong. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Karakteristik Komoditi Tanaman durian (Durio zibethinus L.) dengan klasifikasi sebagai berikut (Rukmana, 1996) : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Malvales Famili : Bombacaceae Genus : Durio Spesies : Durio zibethinus L. Durian merupakan tanaman daerah tropis, dapat tumbuh baik di Indonesia. Buah yang matang memilki panjang hingga 30-45 cm dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5 kg. Ukuran, rasa, tekstur, dan ketebalan daging dapat ditentukan oleh varietas yang berbeda (Nazaruddin dan Muchlisah, 1994). Tanaman ini berbentuk pohon, berukuran sedang hingga besar dengan tinggi hingga 50 m dan umurnya mencapai puluhan hingga ratusan tahun. Pohon berbentuk segitiga dengan kulit batang berwarna merah coklat gelap, kasar, dan kadang terkelupas. Buah memiliki aroma cukup menyengat, berduri dan didalam terdapat lima ruang lima. Berwarna hijau hingga kecoklatan dan tertutup dengan 3 duri berbentuk menyerupai piramid lebar, tajam, dengan panjang 1 cm. Pohon berumur tua dapat menghasilkan buah antara 80 hingga 200 buah (Rukmana R, 1996). Morfologi tanaman 1. Daun Daun durian berbentuk jorong hingga lanset 10-15(-17) cm x 3-4, 5 (-12,5) cm terletak berseling, bertangkai, berpangkal lancip atau tumpul dan berujung lancip melandai sisi atas berwarna hijau terang, sisi bawah tertutup sisik-sisik berwarna perak atau keemasan dengan bulu-bulu bintang. 2. Bunga Bunga durian tumbuh pada karangan yang berbentuk malai, tumbuh pada pangkal cabang sampai tengah, jarang tumbuh pada ujung cabang, berbentuk mangkok bermahkota 5 helai, dengan bagian atas terlepas dan bagian bawah menyatu berbentuk cincin, panjang kelopak tidak sama dengan mahkota, dan tergolong bunga sempurna, memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. 3. Buah Buah bertipe kapsul berbentuk bulat, bulat telur hingga lonjong, dengan panjang hingga 25 cm dan diameter hingga 20 cm. Kulit tebal, permukaan bersudut tajam (berduri). Berwarna hijau kekuning-kuningan, kecokelatan hingga keabu abuan. Buah berkembang setelah pembuahan dan memerlukan 4-6 bulan untuk pemasakan, pada masa tersebut terjadi persaingan antar buah pada satu kelompok, sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai 4 kemasakan, dan sisanya gugur, umumnya berat buah durian dapat mencapai 1,5 kg hingga 5 kg. Setiap buah memiliki lima ruang yang menunjukan banyak buah yang dimiliki, masing masing ruangan terisi oleh beberapa biji, tiga butir atau lebih, lonjong panjang hingga 4 cm, berwarna merah muda kecokelatan mengkilap. Biji terbungkus oleh arilus (salut berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan arilus ini dapat mencapai 3 cm. Pemuliaan tanaman diarahkan untuk menghasilkan buah dengan salut biji tebal dengan biji yang kecil. Beberapa varietas unggul menghasilkan buah dengan biji kecil dengan salut biji yang tebal (“sukun”). Biji dengan berat 100 g mengandung 67 gr air, 28,3 g karbohidrat, 2,5 g lemak, 2,5 g protein, 1,4 g serat, serta memilki energi sebesar 520 kk, banyak mengandung vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C, serta kalium, kalsium dan fosfor, dan banyak digemari di kota-kota besar untuk dikomsumsi segar maupun sebagai olahan lainnya. 1.2. Faktor Lingkungan Durian tumbuh baik dan menghasilkan panen yang maksimal dengan beberapa syarat tumbuh, antara lain iklim, media tanam dan ketinggian tempat. 1. Iklim Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000 – 3500 mm/tahun dan minimal 1500 – 3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1 – 2 bulan sebelum berbunga. Intensitas matahari yang dibutuhkan adalah 60 – 80%. Durian yang baru ditanam di kebun tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20 – 30°C, pada suhu 15°C durian dapat tumbuh 5 tetapi pertumbuhan tidak optimal, jika suhu mencapai 35°C menyebabkan daun akan terbakar. 2. Media Tanam Durian menghendaki tanah yang subur dan kaya bahan organik, partikel penyusun yang seimbang antara pasir, tanah liat dan debu sehingga mudah membentuk remah. Tanah yang cocok adalah jenis tanah grumosol dan ondosol, memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur lapisan atas bebutirbutir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi. Keasaman tanah yang cocok adalah (pH) 5 – 7, dengan pH optimum 6 – 6,5. Durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalaman cukup, antara 50 – 150 cm dan 150 – 200 cm, jika kedalaman air terlalu dangkal rasa buah tidak manis tetapi tanaman akan kekeringan apabila terlalu dangkal/dalam, rasa buah tidak manis, tanaman akan kekeringan, dan akar akan membusuk. 3. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat untuk bertanam durian kurang dari 800 m dpl, beberapa tanaman durian ada yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit atau memiliki kemiringan yang cukup tinggi kurang baik dibanding dengan lahan yang datar. Durian dapat ditanam didataran rendah dengan curah hujan merata sepanjang tahun, umumnya, waktu berbunga tanaman yang ditanam didataran tinggi akan lebih lambat dibandingkan dengan yang ditanam didataran rendah. 6 1.3. Varietas – varietas Durian 1. Otong Durian otong memiliki ciri – ciri, daun memanjang dengan panjang 3 kali lebarnya dengan ujung meruncing, permukaan atas berwarna hijau, daun muda berwarna hijau mengkilap, dan bagian bawah berwarna krem, bagian urat daun agak bergelombang dan belahannya melengkung keatas, batang berbentuk bulat, berwarna kecoklatan dan halus, kedudukan cabang mendatar dengan ujung condong keatas. 2. Kani Durian kani memiliki daun memanjang dengan panjang 3 kali lebarnya dengan bagian ujung meruncing, permukaan atas berwarna hijau tua dan bagian bawah kekuningan. Daun muda berwarna hijau muda dan kurang mengkilap dengan belahan simetris, kedudukan mendatar sampai menggantung. Batang membulat, agak kasar, berwarna coklat, dan kedudukan cabang agak condong keatas. 3. Sitokong Daun tampak membulat dengan ujung meruncing, panjang 3,5 kali lebarnya, permukaan atas berwarna hijau dan bagian bawahnya krem, kedudukan mendatar, ujung melengkung kebawah. Batang agak bulat, berwarna kecoklatan, letak cabang condong keatas, sehingga penampilan bibit lebih kuat. 4. Sunan Daun bibit memanjang, ujung tumpul, dan melengkung keatas, panjang 3 kali lebarnya, permukaan atas berwarna hijau tua dan bagian bawah 7 berwarna krem, kedudukan mendatar. Batangnya bulat kecoklatan, letak cabang mendatar, ujungnya condong kebawah. 5. Sipetruk Bibit durian petruk memiliki daun yang tampak melebar dengan ujung meruncing, panjang 3,5 kali lebarnya, permukaan atas berwarna hijau dan bagian bawah coklat kemerahan, kedudukan mendatar, pinggir daun melengkung keatas. Batang kecoklatan, percabangan rapat, ujung cabang merunduk atau terkulai. 6. Sukun Bibit dengan daun melebar, ujung runcing agak memanjang, panjang 2,5 kali lebarnya, permukaan atas berwarna hijau dan bagian bawah kekuningan, kedudukan daun mendatar dengan ujung melengkung kebawah, batang berwarna kecoklatan. 1.4. Teknik Sambung Pucuk Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan generatif dengan menggunakan biji sebagai bahan perbanyakan, dan dapat dilakukan dengan vegetatif yaitu menggunakan bagian tanaman itu sendiri seperti daun, batang, pucuk dan akar. Keberhasilan dari perbanyakan dapat dipengaruhi oleh jenis tanaman yang digunakan, waktu pelaksanaan dan keterampilan. Sambung pucuk merupakan salah satu perbanyakan vegetatif, dengan menyambungkan batang bawah dan batang atas yang berasal dari tanaman sejenis, sehingga didapatkan tanaman baru yang bersifat lebih unggul. Perbanyakan dengan penyambungan harus memperhatikan tanaman yang akan disambung, batang yang baik untuk batang bawah dan batang atas. Batang 8 bawah berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik, yaitu tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah serta keadaan air tanah tertentu yang tidak baik. Batang atas diambil dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Penyatuan batang atas dan batang bawah meliputi, pertama kambium batang atas dan batang bawah harus saling melekat, kedua kambium batang atas dan batang bawah berproduksi sel-sel parenkim, ketiga parenkim membentuk kalus antara lapisan kambium batang bawah dan batang atas sampai membentuk kambium baru, keempat sel kambium baru berproduksi jaringan vaskular baru, kedalam membentuk xilem dan keluar membentuk floem (Anwar, S, 2006). Keberhasilan penyambungan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : keadaan batang bawah, keadaan batang atas, kondisi lingkungan dan keterampilan teknik penyambungan. Batang bawah yang akan digunakan harus siap disambung baik secara teknis maupun secara fisiologis. Secara teknis batang bawah yang siap disambung mempunyai diameter pangkal batang yang sama atau lebih besar dari diameter batang atas. Secara fisologi adalah keadaan batang bawah memiliki cadangan makanan dan hormon serta mampu mendukung kehadiran batang atas yang akan disambungkan, berdasarkan pada kondisi lingkungan maka temperatur, kelembaban udara, dan cahaya matahari mempunyai peran yang cukup menentukan dalam menunjang keberhasilan penyambungan (Anwarudin, J, 2002). 2.5. Kelebihan dan kelemahan perbanyakan generatif dan vegetatif Kelebihan perbanyakan generatif yaitu : mempunyai perakaran yang kuat, tahan terhadap cekaman lingkungan, dan kelemahannya yaitu : waktu berbuah lama, buah menyimpang dari sifat asli induk, rata-rata pohonnya tinggi. Kelebihan 9 perbanyakan vegetatif yaitu : cepat menghasilkan buah, buahnya sama dengan induknya, memudahkan perawatan dan pembentukan arsitektur tanaman. dan kelemahannya yaitu : bila batang bawah dengan batang atas terjadi inkompatibel/ tidak serasi, maka pertumbuhan akan dwarf/ kerdil, sehingga buah tidak sempurna. 10 III. METODA PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian bobot biji sebagai batang bawah pada pengalaman kerja praktek mahasiswa adalah tanggal 16 Maret – 13 Juni 2015. Tempat pelaksanaan praktek di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok dengan ketinggian tempat 435 m dpl. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah gunting stek, gembor, pisau okulasi, mistar, pena, papan pengamatan, spidol permanen, dan label. Bahan yang digunakan adalah batang bawah durian lokal, batang atas durian varietas Otong, tali plastik, sungkup plastik (plastik es), polibag ukuran 15 x 21 cm, kertas koran, tanah dan pupuk kandang. 3.3. Perlakuan Perlakuan perbanyakan tanaman durian secara sambung pucuk yang dilakukan menggunakan bobot biji yang berbeda yaitu : bobot biji kecil dengan berat <18 gram, bobot biji sedang dengan berat 18-28 gram, dan bobot biji besar dengan berat >18 gram. Setiap perlakuan terdiri dari 50 tanaman , sehingga jumlah tanaman yang digunakan sebanyak 150 tanaman. 3.4. Pelaksanaan 1. Penyiapan batang bawah Batang bawah yang digunakan berasal dari varietas lokal, biji diambil dari buah yang telah masak secara fisiologis, dikupas dan dibersihkan dari daging buah, diseleksi biji yang bernas untuk disemai. Persemaian dilakukan menggunakan polibag yang berukuran 15 x 21 cm dengan campuran media tanah 11 dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 3 : 1 ), untuk pertumbuhan optimal dilakukan pemeliharaan diantaranya : penyiraman setiap 2-3 hari sekali bila tidak ada hujan, dan penyiangan dengan membuang gulma yang ada pada media tanam, batang bawah durian disambung berumur 1,5-2 bulan setelah semai. 2. Persiapan batang atas / entres Batang atas/entres yang digunakan varietas Otong, kriteria entres yang digunakan dalam penyambungan adalah, entres yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, kondisi pucuk entres dalam keadaan dorman, mata tunas bernas, sehat dan tidak terserang hama dan penyakit. 3. Pengambilan entres Pengambilan entres yang baik adalah pada jam 07.00-09.00 WIB dengan menggunakan gunting stek. Entres yang digunakan varietas Otong dengan panjang 15-25 cm, kemudian dibungkus dengan kertas koran yang telah dilembabkan dengan percikan air dan dimasukkan kedalam plastik dan dibawa ketempat penyambungan. 4. Teknik Penyambungan Sambung pucuk dilakukan dengan tahap–tahap diantaranya, mempersiapkan alat dan bahan, batang bawah dipotong 1-2 cm diatas hipokotil dengan pisau okulasi dan dibelah menjadi 2 bagian yang sama sedalam 1-2 cm. Pangkal entres disayat kedua sisinya hingga membentuk huruf “V”, sayatan entres dimasukkan kebelahan batang bawah kemudian diikat dengan tali plastik dari bawah keatas dan kembali lagi kebawah. Benih durian yang telah disambung disungkup dengan plastik es untuk mengurangi proses transpirasi atau penguapan, setelah umur 3 minggu sambungan mulai bertunas dan sungkup plastik dibuka dan dilakukan 12 pengamatan, jika entres berwarna hijau segar itu menandakan penyambungan berhasil, dan jika berwarna coklat berarti gagal, tali sambungan dibuka setelah pertautan batang bawah dan batang atas menyatu secara sempurna, yaitu umur 22,5 bulan. 5. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan tujuan tanaman tumbuh secara optimal, yang meliputi penyiraman tiap dua hari sekali, penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pemangkasan tunas batang bawah dengan menggunakan gunting, dan pengendalian hama dan penyakit dengan cara menyemprotkan pestisida dosis 2 gr/ liter air (Sukarmin, Ihsan F, dan Endriyanto, 2009). 3.4 Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan pada umur 2 bulan setelan penyambungan dengan interval dua minggu sekali. Parameter yang diamati antara lain : 1. Persentase sambungan jadi (%), diamati dengan cara menghitung jumlah sambungan yang hidup dan yang mati, diamati 2 bulan setelah penyambungan, dengan rumus Sambungan jadi Persentase sambungan jadi = Jumlah sambungan X 100 % 2. Tinggi tanaman, diamati dengan mengukur dari bidang sambungan sampai dengan titik tumbuh menggunakan mistar, diamati 2 bulan setelah penyambungan, sampel yang diamati sebanyak 10 tanaman. 3. Jumlah cabang, diamati dengan cara menghitung jumlah cabang yang muncul diatas bidang sambungan dengan interval dua minggu sekali, 13 diamati 2 bulan setelah penyambungan, sampel yang diamati sebanyak 10 tanaman. 4. Jumlah daun, diamati dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna, diamati 2 bulan setelah penyambungan, sampel yang diamati sebanyak 10 tanaman. 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Persentase Hidup Hasil rata – rata pengamatan persentase hidup pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian (Durio zibethinus L.) varietas Otong selama tiga bulan ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 1. Hasil Rata-rata Pengamatan Persentase Hidup (%) pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong 2 Bulan setelah Penyambungan. Perlakuan Pesentase (%) Bobot biji kecil <18 gr Bobot biji sedang 18-28 gr Bobot biji besar >28 gr 86% 72% 66% Dari Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa persentase tumbuh tanaman durian varietas Otong menggunakan bobot biji kecil, boot biji sedang, dan bobot biji besar menunjukkan perbedaan. Tanaman durian dengan perlakuan bobot biji kecil tumbuh 86%, pada perlakuan bobot biji sedang 72%, sedangkan pada perlakuan bobot biji besar 66%. Untuk melihat persentase hidup (%) pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian varietas otong selama tiga bulan dapat dilihat pada grafik 1. 15 Grafik 1. Hasil Rata-rata Pengamatan Persentase Hidup (%) pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 86 72.00 Bobot biji kecil Bobot bij sedang 66 Bobot biji besar Dari grafik 1 diatas menunjukkan bahwa persentase tumbuh tanaman durian varietas Otong menggunakan bobot biji kecil, boot biji sedang, dan bobot biji besar menunjukkan perbedaan, disebabkan oleh beberapa tanaman mengalami kematian, sehingga pada perlakuan bobot biji kecil persentase hidup 86%, pada perlakuan bobot biji sedang persentase hidup 72% dan pada perlakuan bobot biji besar persentase hidup 66 %. Persentase hidup (%) yang paling baik berasal dari perlakuan bobot biji kecil. 4.1.2. Tinggi tanaman Hasil rata – rata pengamatan pertumbuhan tinggi pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian varietas otong selama tiga bulan ditampilkan pada Tabel 3. 16 Tabel 2. Hasil Rata-rata Pengamatan Tinggi Tanaman pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong. Pengamatan Perlakuan 1 2 3 4 Bobot biji kecil < 18 gr 17,62 18,34 21,28 22,67 Bobot biji sedang 18-28 gr 22,73 23,23 26,15 29,6 Bobot biji besar > 28 gr 23,55 24,04 24,88 27,26 Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa tinggi tanaman durian menggunakan bobot bij sedang rata-rata pada pengamatan ketiga dan keempat lebih tinggi dibandingkan dengan bobot biji besar dan bobot biji kecil. Pengamatan 1 bobot biji kecil 17,62 cm, bobot biji sedang 22,73, bobot biji besar 23,55 cm. Pengamatan 2 bobot biji kecil 18,34 cm, bobot biji sedang 23,23 cm, bobot biji besar 24,04 cm. Pengamatan 3 bobot biji kecil 21,28 cm, bobot biji sedang 26,15 cm, bobot biji besar 24,88 cm. Pengamatan 4 bobot biji kecil 22,67 cm, bobot biji sedang 29,6 cm, bobot biji besar 27,26 cm. Untuk melihat tinggi tanaman pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian varietas otong selama tiga bulan dapat dilihat pada grafik 2. Grafik 2. Hasil Rata-rata Pengamatan Tinggi Tanaman pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong. 35 29.6 27.26 26.15 30 24.04 23.55 24.88 23.23 22.73 22.67 25 21.28 18.34 20 17.62 15 10 5 0 Pengamatan 1 Pengamatan 2 Bobot biji kecil Pengamatan 3 Bobot bij sedang 17 Pengamatan 4 Bobot biji besar Dari grafik 2 diatas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman durian varietas Otong menggunakan bobot biji sedang lebih baik dibandingkan bobot biji kecil dan besar. Pengamatan 1, 2, 3 dan 4 menggunakan bobot biji sedang paling tinggi pada pengamatan 4 yaitu 29,6 cm, perlakuan menggunakan bobot biji kecil pengamatan 1, 2, 3 dan 4 yang paling tinggi terlihat pada pengamatan 4 yaitu 23,24 cm, perlakuan menggunakan bobot biji besar pengamatan 1, 2, 3 dan 4 yang paling tinggi terlihat pada pengamatan 4 yaitu 27,26 cm. 4.1.3. Jumlah Cabang Hasil rata – rata pengamatan jumlah cabang pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian varietas Otong selama tiga bulan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 3. Hasil Rata-rata Pengamatan Jumlah Cabang pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong. Pengamatan Perlakuan 1 2 3 4 Bobot biji kecil <18 gr 2,6 2,6 3,2 3,5 Bobot biji sedang 18-28 gr 3,3 3,4 3,5 3,7 Bobot biji besar > 28 gr 4,3 4,3 4,3 4,5 Dari tabel 3 diatas menunjukkan bahwa jumlah cabang tanaman durian menggunakan bobot biji besar rata-rata pada pengamatan pertama hingga keempat lebih banyak dibandingkan dengan bobot biji sedang dan bobot biji kecil. Pengamatan 1 bobot biji kecil 2,6 buah, bobot biji sedang 3,3 buah, bobot biji besar 4,3 buah. Pengamatan 2 bobot biji kecil 2,6 buah, bobot biji sedang 3,4 buah, bobot biji besar 4,3 buah cm. Pengamatan 3 bobot biji kecil 3,2 buah, bobot biji sedang 3,5, bobot biji besar 4,3 buah. Pengamatan 4 bobot biji kecil 3,5 buah, bobot biji sedang 3,7 buah, bobot biji besar 4,5 buah. 18 Untuk melihat jumlah cabang pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian (Durio zibethinus L.) varietas otong selama tiga bulan dapat dilihat pada grafik 3. Grafik 3. Hasil Rata-rata Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong. 5 4.5 4.3 4.3 4.3 3.7 3.5 4 3.5 3.4 3.30 3.2 3 2.6 2.6 2 1 0 Pengamatan 1 Pengamatan 2 Bobot biji kecil Pengamatan 3 Bobot bij sedang Pengamatan 4 Bobot biji besar Dari grafik 3 diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah cabang tanaman durian varietas Otong menggunakan bobot biji besar lebih baik dibandingkan bobot biji kecil dan sedang. Pengamatan 1, 2, 3 dan 4 menggunakan bobot biji besar paling banyak pada pengamatan 4 yaitu 4,5 buah, perlakuan menggunakan bobot biji sedang pengamatan 1, 2, 3 dan 4 yang paling banyak terlihat pada pengamatan 4 yaitu 3,7 buah, perlakuan menggunakan bobot biji kecil pengamatan 1, 2, 3 dan 4 yang paling banyak terlihat pada pengamatan 4 yaitu 3,5 buah. 4.1.4. Jumlah Daun Hasil rata – rata pengamatan jumlah daun pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian Varietas Otong selama tiga bulan ditampilkan pada Tabel 5. 19 Tabel 4. Hasil Rata-rata Pengamatan Jumlah Daun pada Sambung Pucuk Durian Varietas Otong. Pengamatan Perlakuan 1 2 3 4 Bobot biji kecil 9,9 9,9 10,4 15,9 Bobot biji sedang 12 12,2 12,5 16,7 Bobot biji besar 15,5 15,6 15,8 18,2 Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman durian menggunakan bobot biji besar rata-rata pada pengamatan pertama hingga keempat lebih banyak dibandingkan dengan bobot biji sedang dan bobot biji kecil. Pengamatan 1 bobot biji kecil 9,9 helai, bobot biji sedang 12 helai, bobot biji besar 15,5 helai. Pengamatan 2 bobot biji kecil 9,9 helai, bobot biji sedang 12,2 helai, bobot biji besar 15,6 helai. Pengamatan 3 bobot biji kecil 10,4 helai, bobot biji sedang 12,5 helai, bobot biji besar 15,8 helai. Pengamatan 4 bobot biji kecil 15,9 helai, bobot biji sedang 16,7 helai, bobot biji besar 18,2 helai. Untuk melihat jumlah cabang pada berbagai macam pengaruh bobot biji sebagai batang bawah terhadap pertumbuhan sambung pucuk tanaman durian varietas otong selama tiga bulan dapat dilihat pada grafik 4. 20 Grafik 4. Hasil Rata-rata Pengamatan Jumlah Daun Tanaman pada Sambung Pucuk Durian (Durio zibethinus L.) Varietas Otong. 20 18.2 16.7 15.8 15.9 15.6 15.5 15 12.5 12.2 12.00 10.4 9.9 9.9 10 5 0 Pengamatan 1 Pengamatan 2 Bobot biji kecil Pengamatan 3 Bobot bij sedang Pengamatan 4 Bobot biji besar Dari grafik 3 diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman durian varietas Otong menggunakan bobot biji besar lebih baik dibandingkan bobot biji kecil dan sedang. Pengamatan 1, 2, 3 dan 4 menggunakan bobot biji besar paling banyak pada pengamatan 4 yaitu 18,2 helai, perlakuan menggunakan bobot biji sedang pengamatan 1, 2, 3 dan 4 yang paling banyak terlihat pada pengamatan 4 yaitu 16,7 helai, perlakuan menggunakan bobot biji kecil pengamatan 1, 2, 3 dan 4 yang paling banyak terlihat pada pengamatan 4 yaitu 15,9 helai. 21 4.2. Pembahasan 1. Persentase Hidup (%) Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman durian varietas Otong dengan perlakuan bobot biji kecil, sedang, dan besar menunjukkan hasil yang berbeda. Persentase tumbuh yang paling banyak yaitu pada pelakuan bobot biji kecil, pada perlakuan bobot biji kecil yang di sambung sejumlah 50 tanaman setelah polybagnya diganti mengalami kematian 7 tanaman sehingga jumlah tanaman yang hidup sebanyak 43 tanaman atau 86%, hal ini diduga oleh curah hujan yang tinggi, menyebabkan akar tanaman busuk karena terserang penyakit. Menurut (Sukarmin, Ihsan F, dan Endriyanto, 2009) bahwa faktor iklim terutama curah hujan yang tinggi selama penyambungan juga dapat menyebabkan kegagalan pertautan antara batang bawah dan batang atas. Persentase tumbuh dapat dipengaruhi oleh kondisi batang bawah yang tepat dan relatif muda, pada umur 1,5-2 bulan setelah semai dan kondisi batang atas yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, tidak terserang hama dan penyakit, serta keterampilan pelaksana dalam melakukan penyambungan (Sukarmin, 2010). Biji durian yang berukuran kecil dalam kondisi bernas, sehat dan tidak terserang hama dan penyakit mampu memberikan tingkat persentase tumbuh yang tinggi, disebabkan biji durian dengan ukuran kecil mempunyai pola pertumbuhan yang vigor, cadangan makanan yang cukup dan faktor internal dari biji tersebut. Menurut (Koestriningrum, R dan Setyadi, 1983) menyatakan bahwa faktor – faktor internal yang dimiliki tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang lebih baik. 22 2. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan yang rata - rata paling baik yaitu pada perlakuan biji ukuran sedang, pada perlakuan tersebut pertumbuhan tanaman berlansung secara sempurna dan pada umur 14 minggu tinggi tanaman mencapai 29,6 cm. Tinggi tanaman pada perlakuan bii ukuran kecil pada umur 14 minggu mencapai 22,67 cm, sedangkan perlakuan biji ukuran besar tinggi tanaman mencapai 27,26 cm, diduga daun entres sebagai tempat fotosintesis menghasilkan cadangan makanan dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Sukarmin dan Miswar F.Z, 2012). Tingginya tingkat pertumbuhan sambung durian dengan panjang entres 17 - 25 cm diduga karena entres mempunyai cadangan makanan berupa karbohidrat yang cukup tersedia untuk proses pertautan antara batang bawah dan batang atas. Cadangan makanan yang berasal dari biji batang bawah berfungsi untuk menyokong pertumbuhan tanaman itu sendiri. Menurut Jawal MA, M. Winarno, dan H. Sunarjono (1989) cadangan makanan selain digunakan untuk menunjang hidup entres juga diperlukan untuk proses pertautan bidang sambung. Ketersediaan karbohidrat sebagai cadangan makanan pada biji durian diduga cukup banyak, namun cadangan makanan yang lebih besar, terletak pada seluruh bagian entres, sehingga cadangan makanan dan hormon tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sambungan tanaman durian. 3. Jumlah Cabang Pada pengamatan jumlah cabang dapat dilihat bahwa yang banyak dihasilkan pada perlakuan bobot biji besar, jumlah cabang yang dihasilkan 4,5 buah, sedangkan pada perlakuan bobot biji sedang sebanyak 3,7 buah dan pada 23 perlakuan bobot biji kecil dihasilkan jumlah cabang 3,5 buah, diduga disebabkan sambungan durian telah bertaut secara sempurna dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dan air dari dalam tanah untuk pembentukan sel-sel baru dalam pertumbuhan batang dan jumlah percabangan serta daun (Sukarmin, 2010). Biji yang berukuran besar mempunyai cadangan makanan berupa karbohidrat yang cukup banyak untuk pertumbuhan selanjutnya. Biji yang berukuran besar mengandung karbohidrat yang lebih banyak dibanding bobot biji sedang dan bobot biji kecil. Menurut (Hartmann. H.T dan D.E Kester, 1985) bahwa cadangan makanan yang terbentuk dari proses fotosintesis yang diperlukan untuk memacu inisiasi pembentukan kalus didaerah pertautan, merangsang pecah tunas dan pertumbuhan tanaman. 4. Jumlah Daun Pada pengamatan jumlah daun dapat dilihat bahwa yang banyak dihasilkan pada perlakuan bobot biji besar, jumlah daun yang dihasilkan sebanyak 18,2 helai, sedangkan pada perlakuan biji ukuran sedang menghasilkan 16,7 helai daun dan pada biji ukuran kecil dihasilkan 15,9 helai daun, karena fungsi daun sebagai tempat fotosintesis yang hasilnya ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman sehingga dapat mempercepat proses tumbuhnya tunas (Hartmann. H.T dan D.E Kester, 1985). Batang bawah durian yang dihasilkan dari biji berukuran besar dan sedang berpengaruh terhadap jumlah daun yang dihasilkan, ini dapat terjadi karena pada ukuran biji tersebut terdapat sejumlah cadangan makanan yang banyak sehingga transformasi cadangan makanan, unsur hara dan air berjalan dengan optimal. Keberhasilan sambungan akan memacu transformasi unsur hara dan air ke seluruh 24 bagian tanaman batang atas yang akan mempengaruhi komponen pertumbuhan lainnya, seperti daun dan tinggi tanaman (Soegito, A. Soemargono dan Rebin, 2002). 25 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pengaruh bobot biji durian yang disambungkan dengan durian varietas Otong berpengaruh terhadap persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun. 2. Perlakuan bobot biji durian yang disambung dengan entres varietas Otong. Menghasilkan persentase tumbuh 86% pada bobot biji kecil, untuk tinggi tanaman yang paling baik, pada bobot biji sedang dengan tinggi rata – rata 29,6 cm, untuk jumlah cabang yang paling baik, pada bobot biji besar dengan jumlah 4,5 buah dan jumlah daun 18,2 helai. 5.2. Saran Untuk batang bawah durian sebagai bahan perbanyakan secara sambung (grafting), sebaiknya menggunakan biji berukuran besar, yang lebih efektif dalam menunjang pertumbuhan tanaman durian. 26 DAFTAR PUSTAKA Anwarudin, J. 2002. Teknologi Perbanyakan pada Tanaman Buah. Makalah Penelitian Balitbu. Solok. 51 hal. Anwar, S. 2006. Pertumbuhan Mata Tunas Okulasi karena Perbedaan Ekstrak Bawang Merah. Fakultas Pertanian. Unsoed. Hartmann. H. T. And D. E. Kester. 1985. Plant Propagation Priciples and Practices. Prentice Hall of India Private Limited. New Delhi. 661 hal Jawal, MA, M. Winarno, dan H. Sunarjono. 1989. Pengaruh letak dan model sambungan terhadap keberhasilan penyambungan dalam perbanyakan durian petruk secara sambung pucuk. Penelitian Hortikultura 3(3): 7-12) Koestriningrum. R dan Setyadi. 1983. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 76 hal Nazaruddin dan F. Muchlisah, 1994. Buah Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta Rahardi. F. 2007. Agar tanaman cepat berbuah. PT. Agro Media. Jakarta. Hal 31. Rukmana. R. 1996. Durian. Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta Salakpetch. S. S. Chandrapamik. H. Hiranprsdit and U. Poonnachit. 1992. Sourcesink Relationship Affecting Fruit Development and Fruit Quality in Durian. Acta. Hort. 321:691-694. Soegito. A. Soemargono dan Rebin. 2002. Kompatibilitas Antara Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan Mangga di Daerah Rendah Basah. Fakultas Pertanian Universitas Muhammad Yamin. J. Ilmu Pertanian Farming. 1(1):121-126. Sudjijo. 2009. Pengaruh Ukuran Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan Durian Monthong, Hepe, dan DCK-01. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Raya Solok-Aripan Km. 8, Solok 27301. 2 Desember 2009 Sukarmin dan A. Wahyudi. 2008. Berbagai Macam Cara Perbanyakan Durian. Makalah diklat teknologi maju tanaman buah-buahan bagi penyuluh pertanian Provinsi Riau. Balitbu tropika, 26-28 Agustus 2008. Hlm. 58-61 Sukarmin, Ihsan F, dan Endriyanto. 2009. Teknik Perbanyakan F1 Mangga Dengan Menggunakan Batang Bawah Dewasa Melalui Sambung Pucuk. Buletin Teknik Pertanian. Vol 14. No. 2 27 Sukarmin. 2010. Teknik Sambung Dini pada Durian (Zibethinus L.). Prosiding Temu Teknis Nasonal. Bogor, 12-13 Oktober 2010. Hlm 24-29 Sukarmin. Miswar, F,Z. 2012. Perlakuan Panjang Entres pada Sambung Dini Durian (Durio zibethinus L.). Buletin Teknik Pertanian. Vol 17. No 2 Tirtawinata, M.R. 2006. Butir-butir Tentang : Pengalaman, Pandangan terhadap Durian Nasional dan Informasi Mengenai Durian Unggul Nasional. Kumpulan Makalah Temu Pakar dan Pelaku Agribisnis Durian, Jakarta 20 Nopember 2006. 10 Hlm 28 Lampiran 1 : Gambar Kegiatan Gambar 1 : Penimbangan Biji Bobot biji ukuran kecil Bobot biji ukuran sedang Bobot biji ukuran besar Gambar 2 : Berat biji masing – masing kriteria Bobot biji kecil Bobot biji sedang Bobot biji besar Gambar 3 : Biji yang akan di semai 29 Bobot biji kecil varietas otong Bobot biji sedang varietas otong Gambar 4 : Kode tanaman Bobot biji besar varietas otong Gambar 5 : Tanaman umur 8 minggu Tanaman bobot biji kecil Tanaman bobot biji Tanaman bobot biji sedang besar Gambar 6 : Tanaman umur 12 minggu 30 Penyiangan Pemupukan Gambar 7 : Pemeliharaan Tinggi tanaman Jumlah cabang Gambar 8 : Pengamatan 31 Jumlah daun Lampiran 2. Profil balai penelitian buah tropika (BALITBU) Solok Struktur Organisasi KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN (BALITSA) Lembang – Bandung , Jawa Barat 2. BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA (BALITBU TROPIKA) JL. Raya Solok – Aripan, Km.8. Solok, Sumatera Barat Telepon (0755) 20137, Fax (0755) 20592 e-mail : [email protected] 3. BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS (BALITHI) Pacet, Segunung – Cianjur , Jawa Barat` 4. BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIK Tlekung – Malang TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, dan perbenihan tanaman buah tropika. 32 2. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi, dan pemanfaatan plasmanutfah tanaman buah tropika. 3. Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan fitopatologi tanaman buah tropika. 4. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman buah tropika. 5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman buah tropika. 6. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman buah tropika. 7. Pelayanan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. VISI DAN MISI VISI Menjadi lembaga penelitian berkelas dunia dalam menghasilkan inovasi teknologi buah tropika yang berkelanjutan. MISI 1) Menghasilkan terobosan dalam menghasilkan inovasi teknologi khususnya varietas unggul baru (VUB), produksi benih VUB secara massal, menghasilkan pupuk, biopestisida dan agroinput lain yang berkualitas dan tersertifikasi; 2. Meningkatkan efisiensi dan percepatan diseminasi inovasi teknologi kepad apara pengguna; dan 3. Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan iptek dan peningkatan peran dan citra Balitbu Tropika dalam pengembangan agribisnis buah dan pembangunan pertanian. 33 SUMBER DAYA MANUSIA Rekapitulasi jumlah PNS Balitbu Tropika per 31 Desember 2009 No Kelompok /Bagian Jumlah 1 Tata Usaha 42 2 Pelayanan teknis 4 3 Jasa Penelitian 8 4 Kelompok Peneliti Pemuliaan 17 5 Kelompok Peneliti Ekofisiologi 14 6 Kelompok Peneliti Hama Penyakit 12 7 Laboratorium 6 8 KP. Aripan 13 9 KP. Sumani 7 10 KP. Berastagi 36 Jumlah 159 34 SARANA DAN PRASARANA 1. LABORATORIUM (4 BUAH) • Laboratorium I, Untuk kegiatan penelitian konservasi, perbanyakan in vitro, dan pemuliaan. • Laboratorium II Untuk kegiatan analisa kimia, biokimia, tanah, dan pasca panen • Laboratorium III Untuk kegiatan penelitian Mikrobiologi, Hama dan Penyakit Tumbuhan, • Laboratorium IV Uji Mutu Benih yang sudah terakreditasi. RUMAH KACA DAN NURSERY HOUSE AUDITORIUM, GUEST HOUSE DAN ASRAMA KEBUN PERCOBAAN (7 BUAH) SARANA DAN PRASARANA 2. KEBUN PERCOBAAN (7 BUAH) • Kebun Percobaan Aripan Luas kebun 92,8 Ha, pada ketinggian 425 m dpl., dengan sebaran lahan bergelombang hingga berbukit, jenis tanah didominasi oleh tanah PMK, solum tanah relatif dangkal, dan tingkat kesuburan tanah rendah sampai sedang. Koleksi tanaman : jeruk, mangga, durian, rambutan, durian, manggis, pisang, matoa, sukun, alpukat, nagka, salak, nenas, sirsak dan jambu air • Kebun Percobaan Sumani Luas lahan 25 hektar, ketinggian tempat 435 m dpl, jenis tanah Grumosol. 35 Koleksi tanaman : salak, jeruk, manggis, sirsak, pepaya, durian, sawo, mangga, sarikaya, nangka, alpukat, pisang dan jambu biji • Kebun Percobaan Berastagi Luas Areal 25,96 Ha, jenis tanah Andosol, solum Tanah < 1 M, ketinggian 1.340 M dpl, kemiringan lahan datar, drainase sedang, temperatur 22 O – 28O C, kelembaban 80 – 90 %, curah hujan 2.500 mm – 3.000 mm/tahun. Koleksi tanaman : alpukat, pisang, markisa, pisang, dan terung pirus. • Kebun Percobaan Subang Luas areal 108,52 Ha, terletak pada garis BT 107 44 4 dan 06 33 48.8 LS pada ketinggian 115-148 dpl type tanah latosol dengan tofografi lahan bergelombang berbukit kemiringan antara 5-70 % type iklim C ( agak basah ) dengan 3-4 bulan kering ( bulan Juni – September ) dan 6-7 bulan basah ( bulan Oktober – bulan Mei ) rata-rata curah hujan pertahun 2589.30 mm sedangkan setiap bulan 218.28 mm, derajat keasaman tanah pada umumnya berkisar pada kisaran masam. Koleksi tanaman : koleksi plasma nutfah buah-buahan dan tanaman langka (alpukat, anona, belimbing, bisbul, basia longifolia, cereme, cempedak, durian, duku, delima, jambu air, jambu batu, jambu bol, jeruk bali, jeruk nipis, kedondong, kluwih, langsat, leci, lengkeng, matoa, mangga, manggis, nangka, pisang, rambutan, sawo manila, sawo kecik, sawo duren, salak, sirsak, srikaya, sukun, belimbing wuluh) 36 • Kebun Percobaan Pandean Luas kebun 3,147 Ha, jenis tanah Andosol, tinggi tempat 4 m dpl, curah hujan rata – rata 129 hari / th, suhu rata – rata 29 C, suhu minimum 24 C, suhu maximum 34 C, serta kelembaban 65%. Pusat kegiatan penelitian hama dan penyakit mangga dan merupakan kebun produksi Koleksi tanaman : Gadung / Arumanis 148 pohon, Manalagi 26 pohon, dan Golek 20 • Kebun Percobaan Kraton Luas tanah 7,68 Ha, jenis tanah Dark Grey Grumusol, tinggi tempat 5 m dpl, curah hujan rata rata = 1470 mm/ th, hari hujan rata rata 100 hari/ th, suhu udara rata maximum 32 C, minimum 26 C. Pusat kegiatan penelitian budidaya mangga, etalase teknologi inovatif produksi mangga , dan kebun produksi mangga Koleksi tanaman : Arumanis, Gadung, Golek, Manalagi 69, Malgova, Gondo White, Cengkir, Gedong, Saigon, Endok, Irwin, Kensington Aplle, Podang, Manalagi 163 • Kebun Percobaan Cukur Gondang Luas 13,02 ha pada ketinggian tempat + 50 m dpl, jenis tanah komplek Lathosol, type iklim D (menurut Smith dan Ferguson), curah hujan per tahun 1332 mm dengan 99 hari hujan, suhu rata-rata 270 (suhu maksimum 340 dan minimum 210), kelembaban relatif 65%. - Pusat kegiatan penelitian pemuliaan dan dan perbenihan mangga 37 - Pusat koleksi dan konservasi plasma nutfah mangga terbesar se Asia Tenggara - Lokasi Agrowisata Koleksi tanaman : 208 varietas (298 nomor klon) mangga dengan jumlah tanaman 1148 pohon, yang berasal dari dalam negeri (Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat) dan hasil introduksi dari luar negeri. Dan kebun koleksi Varietas Harapan Cukurgondang sebanyak 21 varietas, yang 10 varietas diantaranya telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. 38