Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Lokasi Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 2012 A bright star in Indonesia Energy star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Tabel 6.1. Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Kegiatan Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3,90 MWe) No. (1) 1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (2) Tahap Pra Konstruksi Masyarakat masih ada yang menganggap bahwa pengelolaan dari kegiatan eksisting selama ini masih belum optimal, sehingga rencana Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3 Sebesar 90 MWe) akan menimbulkan keresahan masyarakat. Sumber dampak adalah kegiatan survei lapangan (3) (4) (5) (6) (7) Laporan ketidakpuasan masyarakat kepada desa masing-masing atau Kecamatan Pangalengan Untuk mencegah timbulnya gejolak sosial dan menekan timbulnya keresahan masyarakat - - - - Meningkatkan komunikasi yang telah berjalan baik selama ini dengan masyarakat melalui berbagai aktifitas baik formal maupun informal yang dilakukan oleh SEGWWL maupun yang dilakukan oleh masyarakat Melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat melalui koordinasi dengan Muspika, pemerintahan desa dan tingkat RW setempat apabila ada kegiatan bersekala besar seperti konstruksi, perawatan dan kegiatan lainnya, sehingga masyarakat mengetahuinya sehingga tidak timbul keresahan. Senantiasa berupaya memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja proyek sesuai kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan secara transparan, khusus untuk rekanan (kontraktor) melalui mekanisme yang telah disepakati bersama. Mempertahankan dan meningkatkan berbagai pengelolaan lingkungan hidup yang telah berjalan selama ini. Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. at. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Dilakukan setiap enam bulan satu kali selama kegiatan berlangsung Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung dan Muspika Kecamatan Pangalengan BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 53 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) harmonis II. Tahap Konstruksi 1. Kualitas Udara 1 Kegiatan Pemboran Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah penurunan kualitas udara ambien di lokasi sumur yang sedang dilakukan kegiatan Uji Produksi serta lokasi sekitarnya. Kegiatan pemboran sumur produksi merupakan kegiatan rutin dalam rangka mempertahankan pasokan uap untuk kebutuhan operasi pembangkit Unit 1, 2. Tolok ukur dampak adalah kadar adalah H2S dan NH3 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan, yaitu untuk H2S sebesar 0,02 ppm (63 µg/m3) dan NH3 sebesar 2,0 ppm (1.360 µg/m3) Kegiatan Konstruksi PLTP Unit 3 Kegiatan pengangkutan Kadar gas debu material tanah galian (TSP) yang 3 sekitar 73.413 m dari ditimbulkan lokasi pembangkit Unit dibandingkan dengan 3 ke lokasi disposal Baku Mutu yang jumlah ritasinya berdasarkan sekitar 68 rit/hari. Peraturan Pemerintah Apabila selama No. 41 Tahun 1999 pengangkutan terjadi tentang Pengendalian ceceran tanah sepanjang Pencemaran Udara jalur angkutan, maka untuk debu sebesar pada saat musim 230 g/m3 kemarau akan menyebabkan debu lokal, sedangkan pada musim hujan akan menyebabkan jalan licin (becek) Mengurangi emisi gas H2S dan NH3 pada saat uji produksi sehingga konsentrasi pencemar di udara ambien menjadi minimal agar gangguan kesehatan bagi pekerja atau penduduk yang berada dalam radius sebaran tidak terjadi - - - Untuk menekan konsentrasi debu agar tidak melebihi baku mutu - - - - - Uap panas dari sumur akan dialirkan ke Rock Muffler yang telah diisi air dan NaOH atau larutan NaOH diinjeksikan ke dalam pipa di bagian hulu dari Rock Muffler. Larutan NaOH tersebut akan mengurangi kandungan H2S sebelum diemisikan ke udara. Pengelolaan dengan NaOH akan dilanjutkan sampai ± 2 jam setelah pembukaan uji sumur atau sampai kadar H2S turun dan menjadi stabil. Memasang alat pendeteksi gas H2S yang dilengkapi sistem alarm yang mengeluarkan suara sehingga diketahui oleh seluruh pekerja agar menjauh dari lokasi Uji Produksi. Rambu-rambu dilarang masuk bagi mereka yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan uji sumur produksi Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di Tapak Sumur yang dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU, WWV dan WWW Pengelolaan lingkungan dilakukan selama kegiatan Uji Produksi SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Melakukan penyiraman jalan pada saat cuaca panas khususnya di lingkungan permukiman apabila ritasi pengangkutan lebih dari 68 rit/hari atau lebih dari 10 rit/jam. Menutup bak truk angkutan material (tanah) dengan terpal/plastik agar material yang dibawa tidak tercecer Pembatasan kecepatan untuk kendaraan berat (truk) maksimal 20 km/jam dan kendaraan kecil maksimal 30 km/jam pada saat melewati permukiman. Kendaraan angkutan tidak beriringan pada saat melewati permukiman, minimal interval waktu 15 menit antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya, sehingga memungkinkan partikel tanah (debu) jatuh ke permukaan tanah. Roda truk pengangkut tanah galian sebelum meninggalkan lokasi pembangkit Unit 3 harus dibersihkan terlebih dahulu dari tanah yang menempel pada roda, sehingga tidak mengotori jalan yang dilalui. Apabila terjadi ceceran tanah di jalan yang dilalui, maka segera dibersihkan agar tidak Sepanjang jalan yang dilalui oleh kegiatan pengangkutan tanah galian ke lokasi penimbunan yang melewati khususnya : a. Kp. Kertamanah (perumahan dan Kantor Kebun Kertamanah), b. Kp. Cibeureum c. Kp. Cikakapa d. Kantor PTPN VIII (Kebun Malabar) dan permukiman karyawan PTPN VIII e. Kp. Tanara Dilakukan selama kegiatan pengangkutan tanah galian menuju lokasi disposal, kecuali program HSE dilakukan sebelum kegiatan penggalian dan penimbunan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 54 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) (4) - - - 2. 1 Kebisingan Kegiatan Pemboran Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah peningkatan intensitas kebisingan di lokasi sumur pada saat kegiatan uji sumur produksi Tolok ukur dampak adalah tingkat kebisingan yang ditimbulkan dibandingkan dengan Baku Mutu (Ambient) berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep– 48/MENLH/II/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk kebisingan, yaitu untuk areal Tapak Sumur maksimum 70 dBA dan ruang Tujuan pengelolaan lingkungan adalah untuk menekan tingkat kebisingan akibat dari kegiatan uji sumur produksi agar tidak melebihi baku mutu Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (5) timbul debu lokal pada saat cuaca panas, sedangkan pada saat turun hujan tidak menimbulkan lumpur (becek). Memasang rambu pembatas kecepatan dan memasangnya di tempat yang strategis khususnya di permukiman penduduk agar sopir dapat mengetahuinya, serta ada pemeriksaan rutin terhadap kedisplinan sopir. Bagi sopir yang melanggar maka akan dikenai sanksi displin. Aturan tersebut dituangkan dalam kontrak kerja dengan kontraktor sehingga mengikat bagi kontrkator dan harus melaksanakannya. Seluruh kendaraan yang digunakan untuk angkutan material, serta seluruh kendaraan yang digunakan untuk mendukung kegiatan SEGWWL harus kendaraan baru (5 tahun terakhir), serta dilengkapi uji emisi agar emisi gas buang memenuhi standar baku mutu. Menjalankan program SHE (Safety Health and Environment) Induction khususnya terhadap calon sopir pengangkut tanah galian, sehingga mereka mengerti tentang perlindungan lingkungan yang dikaitkan dengan potensi debu. (6) (7) Pemasangan Rock Muffler dan atau Silencer yang dapat mereduksi kebisingan hingga 16 dBA. Pemakaian ear plug bagi pekerja yang sedang melaksanakan uji sumur produksi. Memasang rambu-rambu dilarang masuk bagi mereka yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan uji sumur produksi. Sosialisasi / pemberitahuan kepada masyarakat Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di Tapak Sumur yang dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU, WWV dan WWW Pengelolaan lingkungan dilakukan pada kegiatan uji sumur produksi Pengelolaan Lingkungan Hidup - Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) SEGWWL Pengawas (9) BPLH Kabupaten Bandung. Pelaporan (10) BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 55 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak (1) (2) 2. Tolok Ukur Dampak (3) terbuka hijau sebesar 50dBA Kegiatan Konstruksi PLTP Unit 3 Kegiatan pengangkutan Tingkat kebisingan material tanah galian yang ditimbulkan 3 sekitar 73.413 m dari dibandingkan dengan lokasi pembangkit Unit Baku Mutu 3 ke lokasi disposal (Ambient) yang jumlah ritasinya berdasarkan sekitar 68 rit/hari. Keputusan Menteri Peningkatan kebisingan Negara Lingkungan akan terjadi sepanjang Hidup No. 48 Tahun jalur angkutan 1996 untuk khususnya di kebisingan di permukiman penduduk, lingkungan sehingga akan permukiman sebesar menurunkan 55dBA kenyamanan lingkungan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) (6) (7) Mengatur jumlah dan kecepatan kendaraan saat melewati permukiman penduduk agar tidak beriringan yaitu interval waktu antara satu kendaraan dengan kendaraan lain minimal 15 menit dan kecepatan maksimum kendaraan truk pengangkut tanah tidak melebihi 20 km/jam. Melakukan semua kegiatan angkutan pada siang hari antara jam 05.00 – 20.00 sehingga tidak mengganggu penduduk saat beristirahat pada malam hari. Memasang rambu pembatas kecepatan dan memasangnya di tempat yang strategis khususnya di permukiman penduduk agar sopir dapat mengetahuinya, serta ada pemeriksaan rutin terhadap kedisplinan sopir. Bagi sopir yang melanggar maka akan dikenai sanksi displin. Aturan tersebut dituangkan dalam kontrak kerja dengan kontraktor sehingga mengikat bagi kontrkator dan harus melaksanakannya. Seluruh kendaraan yang digunakan untuk angkutan material serta seluruh kendaraan yang digunakan untuk mendukung kegiatan SEGWWLharus kendaraan baru (5 tahun terakhir), serta dilengkapi knalpot standar (peredam suara) sehingga tingkat kebisingannya sesuai standar pabrik. Menjalankan program SHE (Safety Health and Environment) Induction khususnya terhadap calon sopir pengangkut tanah galian, sehingga mereka mengerti tentang perlindungan lingkungan yang dikaitkan dengan potensi kebisingan Sepanjang jalan yang dilalui oleh kegiatan pengangkutan tanah galian menuju disposal, khususnya : - Kp. Kertamanah (perumahan dan Kantor Kebun Kertamanah), - Kp. Cibeureum - Kp. Cikakapa - Kantor PTPN VIII (Kebun Malabar) dan permukiman karyawan PTPN VIII - Kp. Tanara Selama kegiatan pengangkutan tanah galian menuju lokasi disposal, kecuali program SHE dilakukan sebelum kegiatan penggalian dan penimbunan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Upaya pengelolaan untuk kualitas air limbah pemboran dan uji sumur produksi adalah : 1. Penggunaan lumpur bor berbahan dasar air (water based mud). Penanganan lumpur bor sesuai dengan Peraturan Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor dalam kegiatan Pengeboran Migas (Peraturan Menteri Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan di Tapak Sumur yang dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO, Pengelolaan lingkungan dilakukan pada kegiatan pemboran dan uji sumur produksi SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Untuk menekan tingkat kebisingan agar tidak melebihi baku mutu - - - - - 3. 1 Kualitas Air Kegiatan Pemboran Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pembuangan limbah cair pemboran, lumpur bor, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 045 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Untuk mempertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta tidak terjadi gangguan terhadap biota air a. Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) VI - 56 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (2) keratan (cutting), serta limbah cair uji produksi (3) Bor Pada Kegiatan Pemboran Minyak dan Gas Bumi dan PP No. 18 jo. 85 tahun 1999, tentang Penanganan Limbah B3. Pengelolaan limbah cair pemboran dan saluran drainase mengacu kepada PERMENLH No. 04 Tahun 2007 Lampiran II. Sedangkan untuk kualitas air permukaan adalah Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (4) Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan (5) ESDM No. 045 Tahun 2006). 2. Pengelolaan Lumpur Bor dan Serbuk Bor dan tingkat toksisitas berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 045 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor Pada Kegiatan Pemboran Minyak dan Gas Bumi dan PP No. 18 jo. 85 tahun 1999, tentang Penanganan Limbah B3. 3. Pemboran menggunakan teknologi “air drilling” saat masuk zona reservoir untuk mengurangi pemakaian air, sehingga penggunaan lumpur bor dapat dikurangi untuk setiap lubang sumur bor. 4. Limbah pemboran ditampung di kolam penampung limbah (waste pit) yang dilapisi HDPE yaitu bahan yang impermeable, kapasitas kolam tersebut sekitar 6.000 m3. 5. Cutting dipisahkan di shale shaker, kemudian masuk ke cutting box, selanjutnya dibawa ke TPS di Tapak Sumur MBA menggunakan dump truk yang dilengkapi kain penutup. Keratan sumur yang terkumpul di TPS diambil oleh pihak ketiga yang meiliki ijin dari KLH Jakarta. 6. Penggunaan air untuk pembuatan lumpur pemboran berasal dari Condensate yang ditampung di Thermal Pond, kemudian dipompakan melalui pipa ke lokasi sumur yang dibor, sehingga tidak menimbulkan konflik dengan masyarakat yang menggunakan air permukaan. Setelah selesai kegiatan pemboran, air tersebut dikembalikan ke Thermal Pond. 7. Air terproduksi yang dihasilkan dari kegiatan uji sumur produksi, digabungkan dengan air limbah pemboran, kemudian disalurkan kembali ke Thermal Pond untuk diinjeksikan ke sumur injeksi. b) Upaya pengelolaan ceceran minyak, oli dan pelumas adalah : 1. Membuat saluran drainase sekeliling rig pemboran dan gudang agar air hujan yang mengandung minyak tidak menyebar, kemudian disalurkan ke Oil Trap. 2. Membuat Oil Trap untuk memisahkan lapisan minyak yang terbawa oleh air hujan, kemudian lapisan minyak yang terkumpul di angkut ke TPS B3 dan diambil oleh pihak ketiga yang (6) WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU, WWV dan WWW Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Periode Pengelolaan Lingkungan (7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) VI - 57 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) Baku Mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, Golongan 2 dan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 2. Kegiatan PLTP Unit 3 Kegiatan pengggalian di PS dan penimbunan di lokasi disposal sekitar 73.413 m3 pada saat konstruksi pondasi pembangkit Unit 3 dan penimbunan tanah galian di lokasi disposal akan meningkatkan pelumpuran, kekeruhan dan TSS di perairan umum khususnya anak Sungai Cisangkuy, cibeureum dan Cilaki pada saat turun hujan akibat material tanah terbawa oleh air hujan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) meiliki ijin dari KLH Jakarta. 3. Ceceran pelumas dan pelumas bekas dikumpulkan dan di angkut ke TPS B3 dan diambil oleh pihak ketiga yang meiliki ijin dari KLH Jakarta. c) Upaya pengelolaan limbah cair domestik dan limbah padat adalah : 1. Pembuatan septik tank yang dilengkapi bidang rembesan untuk limbah domestik (MCK). 2. Limbah domestik padat akan dikumpulkan dan diimbil oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung untuk dikirim ke TPA sampah. 3. Sisa bahan kimia lumpur bor akan dikumpulkan dan dikembalikan ke gudang untuk dipergunkan kembali dalam pemboran berikutnya (6) (7) Untuk mempertahankan daya dukung air agar tidak merana (rentan) serta tidak terjadi gangguan terhadap biota air - Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan penggalian di PS dan penimbunan di disposal, pada ujung saluran tersebut dibuat kolam (bak) pengendapan untuk menampung lumpur yang terbawa air hujan sehingga TSS yang terbawa pada saat hujan dapat dikendalikan. - Penggalian untuk pondasi dilakukan secara selektif artinya hanya pada batas-batas kawasan yang telah ditandai sebagai rencana tapak pondasi, kemudian tanah hasil galian segera diangkut ke lokasi disposal agar potensi erosi apabila turun hujan dapat diminimalkan. - Penimbunan tanah galian di disposal area dilakukan secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap 50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak gembur, sehingga apabila turun hujan akan mengurangi erosi. - Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor) di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong kawat, sehingga tidak terjadi longsoran khususnya pada saat turun hujan. - Menjalankan program SHE (Safety Health and Environment) Induction khususnya terhadap calon pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat - Lokasi penggalian pondasi di pembangkit Unit 3. - Lokasi yang berada di selatan Power Stattion (PS) unit 1&2. - Lokasi yang berada di disposal area WWE Wellpad. - Lokasi disposal area MBC Wellpad. - Lokasi disposal area WWN Pembuatan saluran air hujan, kolam pengendapan, DPT dan program SHE dilakukan sebelum penggalian dan penimbunan dilakukan, sedangkan yang lainnya dilakukan selama kegiatan penggalian dan penimbunan Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) SEGWWL Pengawas (9) BPLH Kabupaten Bandung Pelaporan (10) BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 58 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) 4. 5. Fisiografi dan Geologi Kegiatan penimbunan sebanyak 73.413 m3 di lokasi disposal pada saat konstruksi pondasi pembangkit Unit 3 dan penimbunan tanah hasil galian di lokasi disposal akan berpotensi menimbulkan longsoran karena daerahnya cukup miring khususnya di lokasi disposal area MBC Lalulintas Terjadinya kerusakan jalan berupa jalan berlubang yang dapat menimbulkan keresahan penduduk sepanjang jalan yang dilalui. Sumber dampaknya adalah angkutan material dan peralatan pemboran, serta angkutan tanah galian menuju lokasi disposal Terjadinya gerakan tanah (longsor) di lokasi disposal Tingkat kerusakan jalan sebelum kegiatan berlangsung Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) mengerti tentang perlindungan lingkungan yang dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi (6) (7) Untuk mempertahankan kondisi kestabilan tanah di lokasi disposal - Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan penimbunan di lokasi disposa agar air hujan dari bagian atas (dari luar) lokasi penimbunan tidak masuk ke lokasi yang sedang ditimbun, sehingga gerakan tanah dapat diminimalkan. - Penimbunan tanah galian di disposal dilakukan secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap 50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak gembur, sehingga apabila turun hujan akan mengurangi erosi. - Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor) di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong kawat, sehingga tidak terjadi longsoran khususnya pada saat turun hujan. - Menjalankan program SHE (Safety Health and Environment) Induction khususnya terhadap calon pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka mengerti tentang perlindungan lingkungan yang dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi. - Lokasi yang berada di selatan Power Station (PS) unit 1&2. - Lokasi yang berada di disposal area WWE -. - Lokasi disposal area MBC. - Sebelum dilakukan kegiatan pengangkutan material dan peralatan yang menggunakan alat dan kendaraan berat, maka dilakukan sosialisasi melalui surat pemberitahuan formal kepada para pemangku kepentingan terkait terlebih dahulu - Melakukan perbaikan jalan sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan beradasarkan pertimbangan teknik dan sosial secara proporsional. - Penjadwalan pengangkutan atau mobilisasi kendaraan dengan kualifikasi berat khusus di jalur akses (Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Cikakapa – Cibitung - Kertamanah) Wayang Windu yaitu mulai jam 05.00 WIB hingga 20.00 WIB, terkecuali pada saat keadaan/kondisi darurat dengan pemberitahuan sebelumnya, serta pemasangan rambu-rambu lalu lintas sesuai arahan Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan selalu berkoordinasi. Di sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di wilayah Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Kertamanah, , Kp. Cibitung, Kp. Cikakapa dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara Bertujuan untuk meminimalisir tingkat kerusakan jalan agar kenyamanan masyarakat pengguna jalan tidak terganggu Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat - Lokasi disposal area WWN Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Pembuatan saluran air hujan, kolam pengendapan, DPT dan program SHE dilakukan sebelum penggalian dan penimbunan dilakukan, sedangkan yang lainnya dilakukan selama kegiatan penggalian dan penimbunan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Dilakukan sebelum kegiatan (sosialisasi), selama kegiatan pengangkutan dan setelah kegiatan konstruksi (perbaikan jalan) SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 59 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) Keanekaan jenis plankton dan benthos digunakan tolok ukur Indeks Diversitas Shannon- Wiener dan indeks dominansi Simpson 6. 7. 1. Biota Air Kegiatan penggalian di PS dan penimbunan di lokasi disposal akan menimbulkan gangguan terhadap biota air karena terjadi penurunan kualitas air. Kegiatan penyebabnya adalah bahan galian sekitar 73.413 m3 pada saat konstruksi pondasi pembangkit Unit 3 dan penimbunannya di lokasi disposal Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) - Untuk mobilisasi peralatan PLTP Unit 3 yang memiliki ukuran dan berat yang khusus (Transformer, Turbin, Generator) pengelolaan yang dilakukan berdasarkan pengalaman mobilisasi saat pengembangan Unit 1 dan Unit 2 yaitu melibatkan aparat Kepolisian(Polisi Sektor Pangalengan dan Resort Kota Besar Bandung) dan DLLAJ setempat (6) (7) Untuk mempertahankan daya dukung air agar tidak terjadi gangguan terhadap biota air - Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan penggalian di PS dan penimbunan di disposal, pada ujung saluran tersebut dibuat kolam (bak) pengendapan untuk menampung lumpur yang terbawa air hujan sehingga TSS yang terbawa pada saat hujan dapat dikendalikan. - Penggalian untuk pondasi dilakukan secara selektif artinya hanya pada batas-batas kawasan yang telah ditandai sebagai rencana tapak pondasi, kemudian tanah hasil galian segera diangkut ke lokasi disposal agar potensi erosi apabila turun hujan dapat diminimalkan. - Penimbunan tanah galian di disposal dilakukan secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap 50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak gembur, sehingga apabila turun hujan akan mengurangi erosi. - Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor) di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong kawat, sehingga tidak terjadi longsoran khususnya pada saat turun hujan. - Menjalankan program SHE (Safety Health and Environment) Induction khususnya terhadap calon pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka mengerti tentang perlindungan lingkungan yang dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi - Lokasi penggalian pondasi di pembangkit Unit 3. - Lokasi yang berada di selatan Power Station (PS) unit 1&2. - Lokasi yang berada di disposal area WWE . - Lokasi disposal area MBC. - Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Mata Pencaharian Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Konstruksi Terbukanya kesempatan Jumlah masyarakat Meningkatkan kerja dan peluang usaha setempat yang pendapatan masyarakat bagi masyarakat direkrut sebagai dan aktivitas ekonomi setempat sebagai tenaga kerja sesuai lokal dampak dari kegiatan kualifikasi dan Senantiasa berupaya memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja proyek sesuai kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan secara transparan, khusus untuk rekanan (kontraktor) melalui mekanisme yang telah Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat - Lokasi disposal area WWN Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Pembuatan saluran air hujan, kolam pengendapan, DPT dan program SHE dilakukan sebelum penggalian dan penimbunan dilakukan, sedangkan yang lainnya dilakukan selama kegiatan penggalian dan penimbunan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Dilakuakan satu kali sebelum kegiatan berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi VI - 60 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. (1) 2. 8. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (2) mobilisasi dan aktivitas tenaga kerja konstruksi untuk kegiatan pemboran yang akan melibatkan tenaga kerja sekitar 150 orang dan kegiatan konstruksi pembangunan lapangan uap dan pembangkit Unit 3 sebanyak 350 orang dan 800 orang saat puncaknya (3) kebutuhan, serta usaha penduduk yang terkait dengan kegiatan konstruksi dan tenaga kerja pendatang Pematangan Lahan Kegiatan penimbunan tanah hasil kegiatan penggalian sebanyak 73.413 m3 di lokasi disposal apabila longsor dan mengenai kebun sayuran yang berbatasan dengan lokasi timbunan akan menimbulkan terganggunya mata pencaharian petani akibat hasil panen terganggu, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan Keresahan Keresahan penduduk merupakan dampak turunan dari kerusakan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup (4) (5) disepakati bersama - Mekanisme perekrutan tenaga kerja setempat yang selama ini dilakukan dapat dievaluasi bersama dengan pemangku kepentingan terkait agar harapan masyarakat dan keluhan selama ini dapat direspon dengan baik Lokasi Pengelolaan Lingkungan (6) Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan. Periode Pengelolaan Lingkungan (7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Jawa Barat Laporan tentang kejadian longsor yang menyebabkan kebun penduduk terganggu Untuk meminimalisir gangguan terhadap kebun petani dan mencegah keresahan - Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan penimbunan di lokasi disposa agar air hujan dari bagian atas (dari luar) lokasi penimbunan tidak masuk ke lokasi yang sedang ditimbun, sehingga gerakan tanah dapat diminimalkan. - Penimbunan tanah galian di disposal dilakukan secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap 50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak gembur, sehingga apabila turun hujan akan mengurangi erosi. - Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor) di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong kawat, sehingga tidak terjadi longsoran khususnya pada saat turun hujan. - Menjalankan program SHE (Safety Health and Environment) Induction khususnya terhadap calon pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka mengerti tentang perlindungan lingkungan yang dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi. - Memberi kompensasi bagi tanaman yang terkena gangguan langsung di sekitar area kerja oleh kegiatan penimbunan. Pemberian kompensasi dilakukan sesuai mekanisme dan memegang asas kepatutan yang berlaku berdasarkan kesepahaman bersama Di lokasi disposal yang berbatasan dengan kebun penduduk yaitu sekitar disposal area Power Station Unit 1 dan 2 serta disposal area MBC Dilakukan sebelum dan selama kegiatan penimbunan berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Kejadian protes dari penduduk bahkan kemungkinan Untuk mencegah timbulnya gejolak sosial dan menekan timbulnya - Melakukan pengelolaan terhadap komponen lingkungan lalulintas (kerusakan jalan) akibat dampak kegiatan angkutan material dan peralatan - Sebelum dan selama kegiatan bersangkutan SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja BPLH Kabupaten Bandung & Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Sepanjang jalur angkutan untuk kegiatan pemboran dan sepanjang jalur angkutan menuju VI - 61 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (1) (2) jalan akibat angkutan kegiatan mobilisasi kendaraan material/peralatan pemboran dan pengangkutan tanah buangan ke lokasi disposal, serta timbulnya dampak terhadap tanaman di sekitar lokasi disposal area Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC (3) terjadinya unjuk rasa akibat tidak terkelola dengan baik dampak utama 9. Kamtibmas Adanya keresahan masyarakat karena timbulnya gannguan jalan berupa jalan berlubang yang dapat menimbulkan keresahan penduduk sepanjang jalan akses yang dilalui pada saat kegiatan angkutan material dan peralatan pemboran, serta angkutan tanah buangan menuju lokasi disposal No. 10 Kenyamanan Gangguan kenyamanan disebabkan kerusakan jalan (komponen lalulintas) berupa jalan berlubang yang dapat menimbulkan debu pada saat cuaca panas (debu yang menempel pada permukaan bangunan dan tanaman) dan becek pada saat hujan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan (4) keresahan masyarakat (5) pemboran, serta angkutan tanah hasil buangan agar tidak terjadi kerusakan jalan. - Melakukan pengelolaan terhadap komponen lingkungan fisiografi dan geologi akibat kegiatan penimbunan tanah hasil buangan di lokasi disposal, tanaman di sekitar lokasi disposal area Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC tidak terkena gangguan dari lokasi penimbunan (6) disposal, yaitu wilayah Kp. Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara. - Lokasi disposal area Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC (7) berlangsung Adanya ungkapan ketidak-puasan masyarakat yang berujung terjadinya protes terhadap kegiatan Untuk mencegah timbulnya gejolak sosial dan gangguan kamtibmas - Terus menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat. - Mengatur jumlah dan kecepatan kendaraan pengangkut saat melewati permukiman penduduk agar tidak beriringan dengan kecepatan maksimum kendaraan tidak melebihi 30 km/jam. - Melakukan semua kegiatan pada siang hari dan jadwal yang berlaku untuk lintasan di jalan akses - Menutup bak truk pengangkut material galian menggunakan suatu lapisan (kain terpal) sehingga partikel galian tidak tertiup angin pada saat diangkut ke disposal area. - Meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan hidup terhadap kegiatan yang telah berjalan Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di wilayah permukiman yang dilalui angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal, yaitu wilayah Kp. Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara Debu yang menempel pada permukaan bangunan dan tanaman pada saat cuaca panas dan becek pada saat hujan Untuk mencegah debu dan pelumpuran (becek) akibat ceceran tanah dan kerusakan jalan, sehingga tidak menimbulkan gangguan kenyamanan - Melakukan pengelolaan terhadap komponen kualitas udara agar debu lokal dan pelumpuran yang disebabkan ceceran tanah sepanjang jalur angkutan dapat diminimalkan. - Melakukan pengelolaan terhadap komponen kebisingan agar peningkatan kebisingan sepanjang jalur angkutan memenuhi baku mutu lingkungan permukiman. Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di wilayah permukiman yang dilalui angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal, yaitu wilayah Kp. Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII (Kebun Malabar) dan Kp. Tanara - Melakukan pengelolaan terhadap kerusakan jalan (komponen lalulintas) agar tidak timbul debu lokal dan pelumpuran sepanjang jalur angkutan Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Kabupaten Bandung Pelaporan (10) BPLHD Provinsi Jawa Barat Selama kegiatan pematangan lahan berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Selama kegiatan pematangan lahan berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 62 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (1) (2) sepanjang jalan yang dilalui pada saat kegiatan angkutan material dan peralatan pemboran, serta kebisingan yang menyebabkan gangguan istirahat penduduk sepanjang jalan angkutan (3) (4) (5) (6) (7) 11 Angka Kesakitan Gangguan kesehatan berupa angka kesakitan ISPA disebabkan kerusakan jalan (komponen lalulintas) berlubang dan ceceran tanah yang dapat menimbulkan debu pada saat cuaca panas sepanjang jalan angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di wilayah permukiman yang dilalui angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal, yaitu wilayah Kp. Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di wilayah permukiman yang dilalui angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal, yaitu wilayah Kp. Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara No. 12 III 1. Kesehatan Masyarakat Gangguan Kesehatan Masyarakat akibat vektor penyakit disebabkan kerusakan jalan (komponen lalulintas) berlubang dan ceceran tanah yang dapat menimbulkan debu pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan sepanjang jalan angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal Data tentang 10 penyakit dominan dari Puskesmas Pangalengan, khususnya jumlah penderita ISPA Untuk meminimalkan gangguan Kesehatan Masyarakat yang dapat menimbulkan angka kesakitan - Melakukan pengelolaan terhadap komponen kualitas udara agar debu lokal dan pelumpuran yang disebabkan ceceran tanah sepanjang jalur angkutan dapat diminimalkan. Debu yang menempel pada permukaan bangunan dan tanaman pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan Untuk meminimalkan gangguan Kesehatan Masyarakat - Melakukan pengelolaan terhadap komponen kualitas udara agar debu lokal dan pelumpuran yang disebabkan ceceran tanah sepanjang jalur angkutan dapat diminimalkan. - Melakukan pengelolaan terhadap kerusakan jalan (komponen lalulintas) agar tidak timbul debu lokal dan pelumpuran sepanjang jalur angkutan - Melakukan pengelolaan terhadap kerusakan jalan (komponen lalulintas) agar tidak timbul debu lokal dan pelumpuran sepanjang jalur angkutan Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Selama kegiatan pematangan lahan berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Selama kegiatan pematangan lahan berlangsung SEGWWL Dinas Kesehatan dan BPLH Kabupaten Bandung. Dinas Kesehatan dan BPLH Kabupaten Bandung , serta BPLHD Provinsi Jawa Barat Tahap Operasi Kualitas Udara Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 63 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (1) (2) Pengoperasian lapangan uap dan PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 akan meningkatkan gas H2S dan NH3 di udara ambient, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan (ISPA). Sumber dampak berasal dari non condensable gas (NCG) yang tidak retangkap (terserap) air di cooling tower, sehingga terlepas ke udara bebas (3) Kadar emisi gas H2S dan NH3 dari cerobong cooling tower, kemudian dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal, yaitu untuk gas H2S sebesar 35 mg/m3 dan NH3 sebesar 0,5 mg/m3 dan untuk udara ambien Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan, yaitu untuk H2S sebesar 0,02 ppm (63 µg/m3) dan NH3 sebesar 2,0 ppm (1.360 µg/m3) (4) Untuk menekan konsentrasi H2S agar tidak melebihi baku mutu (5) - Pengelolaan terhadap kualitas udara selama masa operasional PLTP adalah melalui pemipaan non condensable gas (NCG) yang dialirkan ke menara pendingin agar gas tersebut larut dalam air kondensat yang kemudian diinjeksikan ke dalam sumur injeksi. - Pembersihan Pipa air distribusi dan filler Menara Pendingin secara rutin untuk menurunkan temperatur pendinginan steam di kondenser agar kelarutan NCG menjadi optimum, sehingga emisi NCG menjadi minimal (6) Lokasi PLTP, khususnya pada menara pendingin (7) Selama operasional PLTP berlangsung 2. Kebisingan Kebisingan yang ditimbulkan dari turbin dan generator pembangkit Unit 1 dan Unit 2 masih memenuhi baku mutu namun apabila ditambah dengan turbin dan generator pembangkit Unit 3 maka berpotensi akan meningkatkan kebisingan. Sumber dampak adalah pengoperasian PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit Tingkat kebisingan yang ditimbulkan dibandingkan dengan Baku Mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep48/MENLH/XI/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu tingkat kebisingan untuk daerah industry (areal Power Station) sebesar 70 Untuk menekan tingkat kebisingan agar tidak melebihi baku mutu - Memelihara secara rutin berbagai mesin pembangkit agar suara yang ditimbulkan oleh mesin tersebut tetap normal sesuai standar pabriknya. - Pengelolaan lingkungan pada saat kondisi emergency dan overhaul, maka steam dialirkan ke Rock Muffler yang dapat mereduksi kebisingan sebesar 16 dBA. Lokasi PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Selama operasional PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 berlangsung. No. Pengelolaan Lingkungan Hidup - Lokasi Pengelolaan Lingkungan Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) SEGWWL Pengawas (9) BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung Pelaporan (10) BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Memelihara dan melakukan peremajaan tanaman green barrier sekitar batas areal Power Station karena sebaran kebisingan dapat diredam (tereduksi) sebesar 2 - 5 dBA (Raw dan Wooten, 1980) oleh tanaman tergantung jenis dan kerapatan tanaman Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 64 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (1) (2) (3) dBA, areal terbuka hijau (kebun teh dan hutan) adalah 50 dBA dan lingkungan permukiman adalah 55 Dba 3 3. 1. 2. Kualitas Air Pengoperasian Lapangan Uap Pengoperasian Jumlah brine water tambahan lapangan uap yang mengalir ke WWT akan anak Sungai meningkatkan jumlah Cisangkuy. brine water menjadi ± 158.745 m3/bulan (5.292 m3/hari) dari sebelumnya ± 119.059 m3/bulan (3.969 m3/hari) dan akan diinjeksikan ke dalam sumur yang telah beroperasi yaitu sumur injeksi WWW-1 Pengoperasian PLTP Unit 1, 2 dan Unit 3 Pengoperasian PLTP Jumlah Condensate akan menghasilkan yang mengalir ke Condensate dari Unit 1 anak Sungai dan Unit 2 (eksisting) Cisangkuy adalah sekitar 380.808 m3/bulan (12.693 m3/hari), akan meningkat sebesar 126.936 m3/bulan (4.231 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) (6) (7) Untuk mencegah agar brine water tidak masuk ke air permukaan - Menginjeksikan seluruh Brine Water yang dihasilkan dari lapangan uap ke dalam sumur injeksi WWW-1. - Memlihara sumur injeksi cadangan agar siap digunakan setiap saat apabila terjadi gangguan di sumur injeksi WWW-1. Apabila proses injeksi Brine Water ke sumur injeksi WWW-1 mengalami gangguan, maka bisa dilakukan injeksi ke sumur WWW-2. - Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau WWW, maka injeksi bisa dilaihkan ke WWW atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi tersebut sudah terpasang jalur pipanya. - Mempertahankan kapasitas pipa untuk Brine saat ini sebesar 300 kg/s. Yang terpakai saat ini sebesar 30 kg/s, sedangkan setelah Unit 3 beroperasi diperkirakan menghasilkan Brine sebesar 30 kg/s, sehingga kapasitas pipa tidak terlampaui. , Untuk itu, jalur pipa ke sumur injeksi sampai saat ini tidak perlu ada penambahan dan cukup dengan jalur yang ada - Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi brine dari PLTP ke sumur injeksi Sumur injeksi WWW-1 dan area kegiatan SEGWWL Untuk mencegah agar Condensate tidak masuk ke air permukaan - Menginjeksikan seluruh air condensate yang berasal dari Cooling Tower pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 ke dalam sumur injeksi yang telah beroperasi yaitu sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3. - Memelihara sumur injeksi cadangan agar siap diginakan setiap saat apabila terjadi gangguan di sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3. Apabila proses injeksi condensate ke sumur injeksi Sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3 dan area kegiatan SEGWWL Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Selama operasional lapangan uap SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Dilakukan selama operasional seluruh unit PLTP SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 65 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) m3/hari) setelah pembangkit Unit 3 beroperasi, sehingga jumlah seluruh Condensate dari pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 yang harus diinjeksi ke sumur WWF-1 dan WWF-3 menjadi 507.744 m3/bulan (16.925 m3/hari) (3) 4 1. Hidrologi Pengoperasian Lapangan Uap WWT Pengoperasian lapangan Jumlah brine water uap WWT akan yang mengalir ke meningkatkan jumlah anak Sungai brine water menjadi ± Cisangkuy 3 158.745 m /bulan (5.292 3 m /hari) dari sebelumnya ± 119.059 m3/bulan (3.969 m3/hari) dan akan diinjeksikan ke dalam sumur injeksi WWW-1, apabila terjadi gangguan pada sumur injeksi WWW-1 brine water harus dialirkan ke badan air, sehingga akan meningkatkan debit air permukaan No. Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) WWWF-1 atau WWF-3 mengalami gangguan, maka bisa dilakukan injeksi ke sumur WWS. - Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau WWW, maka injeksi bisa dialihkan ke WWW atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi tersebut sudah terpasang jalur pipanya. - Mempertahankan kapasitas pipa untuk condensate adalah sebesar 200 kg/s. Yang terpakai saat ini sebesar 100 kg/s, sedangkan setelah Unit 3 beroperasi diperkirakan menghasilkan Condensate sebesar 80 kg/s, sehingga kapasitas pipa tersebut tidak terlampaui. Untuk itu, jalur pipa ke sumur injeksi sampai saat ini tidak perlu ada penambahan dan cukup dengan jalur yang ada - Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi kondensat dari PLTP ke sumur injeksi (6) (7) Untuk meminimalisir brine water yang masuk ke air permukaan - Menginjeksikan seluruh Brine Water yang dihasilkan dari lapangan uap ke dalam sumur injeksi WWW-1. - Memelihara sumur injeksi cadangan agar siap digunakan setiap saat apabila terjadi gangguan di sumur injeksi WWW-1. Apabila proses injeksi Brine Water ke sumur injeksi WWW-1 mengalami gangguan, maka bisa dilakukan injeksi ke sumur WWW-2. - Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau WWW, maka injeksi bisa dialihkan ke WWW atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi tersebut sudah terpasang jalur pipanya. - Mempertahankan kapasitas pipa untuk Brine saat ini sebesar 300 kg/s, yang terpakai saat ini sebesar 30 kg/s, sedangkan setelah Unit 3 beroperasi diperkirakan menghasilkan Brine sebesar 30 kg/s, sehingga kapasitas pipa tidak terlampaui. , Untuk itu, jalur pipa ke sumur injeksi sampai saat ini tidak perlu ada penambahan dan cukup dengan jalur yang ada Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Sumur injeksi WWW-1 dan area kegiatan SEGWWL Selama operasional lapangan uap Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 66 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) (4) 2 5. Pengoperasian PLTP Unit 1, 2 dan Unit 3 Pengoperasian PLTP Jumlah Condensate Unit 3 akan yang mengalir ke meningkatkan jumlah anak Sungai Condensate menjadi ± Cisangkuy 3 507.744 m /bulan 3 (16.925 m /hari) dari sebelumnya ± 380.808 m3/bulan (12.693 m3/hari) yang berasal dari Unit 1 dan Unit 2, Condensate tersebut akan diinjeksikan ke dalam sumur injekasi WWF-1 dan WWF-3, apabila terjadi gangguan pada sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3 Condensate harus dialirkan ke badan air, sehingga akan meningkatkan debit air permukaan Fisiografi dan Geologi Kegiatan injeksi brine water ke dalam sumur injeksi WWW-1 dan Condensate ke dalam sumur injeksi WWF-1 dan WWF-2 telah menimbulkan isu yang berkembang di masyarakat bahwa kegiatan PLTP turut memicu gempa yang selama ini kerap terjadi, Riwayat gempa yang terjadi selama ini Pengelolaan Lingkungan Hidup (5) - Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi brine dari PLTP ke sumur injeksi Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (6) (7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Untuk meminimalisir Condensate yang masuk ke air permukaan - Menginjeksikan seluruh air condensate yang berasal dari Cooling Tower ke dalam sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3. - Memlihara sumur injeksi cadangan agar siap digunakan setiap saat apabila terjadi gangguan di sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3. Apabila proses injeksi condensate ke sumur injeksi WWWF-1 atau WWF-3 mengalami gangguan, maka bisa dilakukan injeksi ke sumur WWS. - Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau WWW, maka injeksi bisa dialihkan ke WWW atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi tersebut sudah terpasang jalur pipanya. - Mempertahankan kapasitas pipa untuk condensate adalah sebesar 200 kg/s. Yang terpakai saat ini sebesar 100 kg/s, sedangkan setelah Unit 3 beroperasi diperkirakan menghasilkan Condensate sebesar 80 kg/s, sehingga kapasitas pipa tersebut tidak terlampaui. Untuk itu, jalur pipa ke sumur injeksi sampai saat ini tidak perlu ada penambahan dan cukup dengan jalur yang ada - Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi kondensat dari PLTP ke sumur injeksi Sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3 dan area kegiatan SEGWWL Selama operasional seluruh unit PLTP. SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Untuk meredam isu yang berkembang di masyarakat mengenai gempa - Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai riwayat gempa serta mengenai kegiatan yang dilakukan oleh SEGWWL, karena gempa yang terjadi selama ini merupakan bagian dari bahaya lingkungan beraspek geologi berupa gerakan tanah, erupsi freatik dan gempa bumi. - Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah Di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Selama operasional kegiatan SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 67 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak (1) (2) sehingga dapat menimbulkan keresahan. Sumber dampak adalah Pengoperasian Lapangan Uap dan Pengoperasian PLTP Unit 1 Unit 2 dan Unit 6. Lalulintas Terjadinya kerusakan jalan berupa jalan berlubang di sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di wilayah Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Cikakapa Kertamanah yang dianggap oleh masyarakat akibat dari kegiatan SEGWWL, sehingga dapat menimbulkan keresahan. Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi dan aktivitas angkutan tenaga kerja pada saat kegiatan operasi 7. Ruang dan Lahan Proyek PLTP Panas Bumi SEGWWL mempunyai daya tarik Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (3) (4) Pengelolaan Lingkungan Hidup (5) studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih harmonis Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (6) (7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Kerusakan jalan atau laporan keluhan masyarakat mengenai kerusakan jalan Meminimalisir kerusakan jalan agar kenyamanan masyarakat pengguna jalan tidak terganggu - Melakukan perbaikan jalan sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan beradasarkan pertimbangan teknik dan sosial secara proporsional. - Penjadwalan pengangkutan atau mobilisasi kendaraan dengan kualifikasi berat khusus di jalur akses (Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Cikakapa – Cibitung - Kertamanah) Wayang Windu yaitu mulai jam 05.00 WIB hingga 20.00 WIB, terkecuali pada saat keadaan/kondisi darurat dengan pemberitahuan sebelumnya, serta pemasangan rambu-rambu lalu lintas sesuai arahan Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan selalu berkoordinasi. - Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih harmonis Di sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di wilayah Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Kertamanah, , Kp. Cibitung, Kp. Cikakapa dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara Dilakukan selama operasional kegiatan berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Alih fungsi lahan dari perkebunan dan hutan menjadi Untuk mengendalikan alih fungsi lahan - Melakukan koordinasi untuk klarifikasi dengan pemerintah baik desa, kecamatandan dinas terkait di Kabupaten Bandung apabila terjadi Wilayah Kuasa Pertambangan SEGWWL Dilakukan selama operasional kegiatan SEGWWL BPLH dan Dinas ... Kabupaten BPLH Kabupaten Bandung & Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 68 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. (1) 8 1. 2. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (2) bagi penduduk baik bagi penduduk setempat maupun bagi penduduk luar. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan mobilitas penduduk baik yang bersifat sementara sebagai wisatawan maupun permanen, sehingga mendorong terciptanya gangguan pada ruang dan lahan, utamanya penyusutan terhadap ruang terbuka hijau (RTH) akibat alih fungsi lahan (3) infrastruktur kegiatan wisata Biota Air Pengoperasian Lapangan Uap WWT Gangguan terhadap Keanekaragaman biota air merupakan biota air di perairan dampak turunan dari permukaan. penurunan kualitas air permukaan akibat masuknya brine water ke perairan umum pada saat kegiatan pengoperasian lapangan uap Pengoperasian PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Gangguan terhadap Keanekaragaman biota air merupakan biota air di perairan dampak turunan dari permukaan penurunan kualitas air permukaan akibat masuknya Condesate ke perairan umum pada kegiatan pengoperasian pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup (4) - (5) indikasi pembangunan fisik di sekitar areal kerja SEGWWL. Lokasi Pengelolaan Lingkungan (6) Periode Pengelolaan Lingkungan (7) berlangsung Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Bandung Pelaporan (10) BPLHD Provinsi Jawa Barat Melaporkan secara rutin setiap tahun kepada BPLH Kabupaten Bandung mengenai berbagai fasilitas fisik bangunan yang dimiliki SEGWWL Mencegah agar biota air tidak terganggu Melakukan pengelolaan terhadap penurunan kualitas air seperti yang telah diuraikan di bagian kualitas air Sumur injeksi WWW-1 dan area kegiatan SEGWWL Selama operasional lapangan uap SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Untuk mencegah agar biota air tidak terganggu Melakukan pengelolaan terhadap penurunan kualitas air seperti yang telah diuraikan di bagian kualitas air Sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3 dan area kegiatan SEGWWL Selama operasional seluruh unit PLTP SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 69 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. (1) 9. 1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (2) (3) Mata Pencaharian Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Operasi Mobilisasi dan aktivitas Jumlah masyarakat tenaga kerja setempat yang pengoperasian lapangan direkrut sebagai uap dan pembangkit tenaga kerja untuk Unit 1 dan Unit 2 selalu kegiatan melibatkan masyarakat lokal, sehingga pengoperasian pembangkit Unit 3 akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Sumber dampak adalah mobilisasi dan aktivitas tenaga kerja untuk seluruh operasional kegiatan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) (6) (7) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan aktivitas ekonomi lokal - Senantiasa berupaya memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja proyek sesuai kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan secara transparan, khusus untuk rekanan (kontraktor) melalui mekanisme yang telah disepakati bersama - Mekanisme perekrutan tenaga kerja setempat yang selama ini dilakukan dapat dievaluasi bersama dengan pemangku kepentingan terkait agar harapan masyarakat dan keluhan selama ini dapat direspon dengan baik. - Bekerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten Bandung atau lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan tenaga semi skill di SEGWWL - Memberikan kesempatan magang kepada siswa SMA, D3 – S1 khususnya bagi yang menerima beasiswa dari SEGWWL dalam proses penyelesaian tugas akhir. - Melakukan pembinaan manajerial dan pemberian dukungan finansial terhadap dunia usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Kecamatan Pangalengan, serta mendirikan Koperasi UMKM sebagai dukungan finansial. - Pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan usaha pengembangan potensi alam setempat seperti yang pernah dilakukan yaitu : Kegiatan penanaman kopi arabika. Pengadaan bibit tanaman untuk reboisasi atau penanaman lahan gundul seperti tanaman Bibit yang disediakan Perusahaan antara lain adalah bibit pohon Rasamala, Eucalyptus, Suren, Damar, Salamander, Puspa, Acacia Decuren, Pinus, Cypres, dan Alpukat. Program Sapi Laktasi Bergulir adalah program pemberian bantuan sapi laktasi kepada para peternak sapi. Program Budi daya Ulat Sutra dan Daun Murbei Program Pengadaan Reaktor Biogas Penyusunan program CSR selalu dikoordinasikan dengan berbagai pihak baik masyarakat maupun pemerintah (desa dan Di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Dilakukan satu kali sebelum setiap kegiatan berlangsung Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 70 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) (4) 2. Pengoperasian Lapangan Uap dan PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Adanya anggapan dari Laporan gangguan Untuk mencegah masyarakat bahwa terhadap tanaman keresahan petani pengoperasian lapangan akibat pengoperasian uap dan pembangkit lapangan uap dan Unit 1, Unit 2 dan Unit pembangkit Unit 1, 3 terhadap tanaman Unit 2 dan Unit 3 sayuran yang lokasinya dari petani atau desa berdekatan dengan area atau kecamatan kegiatan. Sumber dampaknya adalah uap panas yang terbuang ke udara bebas Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (5) kecamatan), serta disosialisasikan agar program tersebut terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran di masyarakat setempat. - Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih harmonis (6) (7) - Melakukan pengelolaan terhadap dampak penurunan kualitas udara seperti yang telah diuraikan di bagian atas (kualitas udara) pada saat pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3. - Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih harmonis - Memberi kompensasi bagi tanaman yang terkena gangguan langsung di sekitar area kerja. Pemberian kompensasi dilakukan sesuai mekanisme dan memegang asas kepatutan yang berlaku berdasarkan kesepahaman bersama Di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Dilakukan selama kegiatan berlangsung Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 71 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. (1) 10 1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak (2) (3) Keresahan Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Operasi Timbulnya keresahan Jumlah tenaga kerja masyarakat karena setempat yang sebagian penduduk bekerja di menganggap bahwa SEGWWL. sebagian besar tenaga kerja operasi selalu diisi oleh tenaga kerja dari luar sehingga peluang kerja akan sulit dinikmati oleh masyarakat setempat Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (4) (5) (6) (7) Untuk mencegah timbulnya keresahan di masyarakat - Senantiasa berupaya memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja proyek sesuai kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan secara transparan, khusus untuk rekanan (kontraktor) melalui mekanisme yang telah disepakati bersama - Mekanisme perekrutan tenaga kerja setempat yang selama ini dilakukan dapat dievaluasi bersama dengan pemangku kepentingan terkait agar harapan masyarakat dan keluhan selama ini dapat direspon dengan baik. - Bekerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten Bandung atau lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan tenaga semi skill di SEGWWL - Memberikan kesempatan magang kepada siswa SMA, D3 – S1 khususnya bagi yang menerima beasiswa dari SEGWWL dalam proses penyelesaian tugas akhir. - Melakukan pembinaan manajerial dan pemberian dukungan finansial terhadap dunia usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Kecamatan Pangalengan, serta mendirikan Koperasi UMKM sebagai dukungan finansial. - Pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan usaha pengembangan potensi alam setempat seperti yang pernah dilakukan yaitu : - Kegiatan penanaman kopi arabika. - Pengadaan bibit tanaman untuk reboisasi atau penanaman lahan gundul seperti tanaman Bibit yang disediakan Perusahaan antara lain adalah bibit pohon Rasamala, Eucalyptus, Suren, Damar, Salamander, Puspa, Acacia Decuren, Pinus, Cypres, dan Alpukat. - Program Sapi Laktasi Bergulir adalah program pemberian bantuan sapi laktasi kepada para peternak sapi. - Program Budi daya Ulat Sutra dan Daun Murbei - Program Pengadaan Reaktor Biogas Penyusunan program CSR selalu dikoordinasikan dengan berbagai pihak baik masyarakat maupun pemerintah (desa dan kecamatan), serta disosialisasikan agar program Di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Satu kali sebelum mobilisasi dan aktivitas tenaga kerja operasi Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 72 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) (4) - 2. Pengoperasian PLTP Unit 3 Timbulnya keresahan Laporan ketidak masyarakat akibat puasan masyarakat dampak turunan dari terhadap pengelolaan kerusakan jalan komponen fisik(lalulintas), karena kimia yang tidak terganggunya mata maksimal pencaharian mereka akibat tanaman sayuran yang lokasinya berdekatan dengan area kegiatan PLTP (fisiografi), serta kekhawatiran gempa akibat dipicu oleh aktifitas lapangan uap (geologi) Untuk mencegah timbulnya gejolak sosial dan menekan timbulnya keresahan masyarakat Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (5) tersebut terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran di masyarakat setempat. Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih harmonis (6) (7) - Melakukan pengelolaan terhadap dampak penurunan kualitas udara seperti yang telah diuraikan di bagian atas (kualitas udara) pada saat pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3. - Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1 (satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan di Kecamatan Pangalengan. Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan. Buletin berisikan informasi umum mengenai segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk informasi terkini yang sedang berkembang di masyarakat. Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat dan atau sebaliknya mengenai masukan, informasi dari keduabelah pihak demi membina hubungan yang lebih harmonis. - Melakukan pelatihan minimal 1 (satu) kali dalam setahun terhadap tenaga penyuluh lapangan melalui koordinasi dengan pemerintah desa dan kecamatan, materi pelatihan khususnya mengenai aktifitas secara umum yang dilakukan oleh SEGWWL dan berbagai pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta SOP yang dijalankan Di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Dilakukan selama operasional PLTP berlangsung Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 73 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 11 Kamtibmas Timbulnya gangguan kamtibmas merupakan dampak lanjutan dari keresahan masyarakat karena sebagian penduduk menganggap bahwa sebagian besar tenaga kerja operasi selalu diisi oleh tenaga kerja dari luar sehingga peluang kerja akan sulit dinikmati oleh masyarakat setempat Adanya ungkapan ketidak-puasan masyarakat yang berujung terjadinya protes terhadap kegiatan Utuk mencegah timbulnya gejolak sosial dan gangguan kamtibmas Melakukan pengelolaan terhadap sumber dampak keresahan secara baik dan benar sesuai langkahlangkah pengelolaan yang telah diuraikan dalam bagian atas yaitu komponen lingkungan mata pencaharian untuk kegiatan mobilisasi tenaga kerja Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Data tentang 10 penyakit dominan dari Puskesmas Pangalengan, khususnya jumlah penderita ISPA Untuk meminimalkan jumlah gangguan kesehatan terhadap penduduk yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan - Melakukan pengelolaan terhadap sumber dampak penurunan kualitas udara secara baik dan benar sesuai langkah-langkah pengelolaan yang telah diuraikan dalam bagian atas yaitu komponen lingkungan kualitas udara untuk kegiatan pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1. Unit 2 dan Unit 3. - Melaksanakan komitmen dalam peningkatan kesehatan dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap arti penting kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan. Realisasi dari komitmen ini dalam pelaksanaan program Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), dengan penekanan pada pencegahan penyakit menular dan berbahaya. - Mendukung dan memberikan bantuan fasilitas kesehatan kepada masyarakat melalui beberapa program bantuan yang pernah dan rutin dilakukan seperti : - Revitalisasi Posyandu dan Polindes dengan meningkatkan kelengkapan peralatan pelayanan kesehatan dasar. - Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya. - Pemberian suplemen makanan kaya gizi terutama bagi ibu dan balita yang mengalami masalah kurang gizi . - Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana - 12 Angka Kesakitan Kegiatan pengoperasian lapangan uap akan mengemisikan sejumlah uap/gas-gas dalam jumlah yang cukup besar yang dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan angka Kesakitan berupa ISPA Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Pengelolaan dampak terhadap penurunan kualitas udara adalah di lapangan uap dan pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3. - Pengelolaan program kesehatan masyarakat adalah di Kecamatan Pangalengan Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Pengelolaan lingkungan dilakukan setiap penerimaan tenaga kerja untuk mendukung kegiatan operasi SEGWWL, serta selama kegiatan operasi dilakukan SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Selama kegiatan operasi berlangsung SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VI - 74 star energy BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN No. Dampak Penting dan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (1) (2) (3) (4) Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Periode Pengelolaan Lingkungan (5) maupun siaga gawat darurat kesehatan seperti membentuk Desa Siaga untuk tanggap darurat bencana. - Kegiatan-kegiatan lain seperti promosi kesehatan dan lingkungan. (6) (7) - Institusi Pengelolaan Lingkungan Pelaksana (8) Pengawas (9) Pelaporan (10) Melakukan promosi hidup sehat dan pendidikan/edukasi kesehatan dasar Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VI - 75 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN Tabel 7.1. Matriks Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan Kegiatan Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3,90 MWe) No. (1) 1 II 1. 1 Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Tahap Pra Konstruksi Masyarakat masih ada yang menganggap bahwa pemantauan dari kegiatan eksisting selama ini masih belum optimal, sehingga rencana Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3 Sebesar 90 MWe) akan menimbulkan keresahan masyarakat TAHAP KONSTRUKSI Kualitas Udara Kegiatan Pemboran Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah penurunan kualitas udara ambien akibat meningkatnya zat pencemar khususnya parameter H2S dan NH3 Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Metode Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaksana Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) Kegiatan survei lapangan Laporan ketidakpuasan masyarakat kepada desa masing-masing atau Kecamatan Pangalengan Untuk mencegah timbulnya gejolak sosial dan menekan timbulnya keresahan masyarakat a) Metode pengumpulan data dan analisis data Metoda yang digunakan dalam kegiatan pemantauan ialah dengan cara observasi lapangan dan survey. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menghitung jumlah responden. Data dianalisis dengan metoda kuantitatif, dan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Setiap enam bulan satu kali selama kegiatan berlangsung. SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung dan Muspika Kecamatan Pangalengan BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Sumber dampak adalah kegiatan Uji Produksi setelah kegiatan pemboran sumur produksi selesai karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin dalam rangka mempertahankan pasokan uap untuk kebutuhan operasi pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Parameter lingkungan hidup yang di pantau adalah H2S dan NH3 Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk untuk mengetahui konsentrasi H2S dan NH3 apakah tidak melebihi baku mutu a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling udara ambient yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan, yaitu untuk H2S sebesar 0,02 ppm (63 µg/m3) dan NH3 sebesar 2,0 ppm (1.360 µg/m3). b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi pemantauan lingkungan adalah lokasi tapak sumur yang sedang dilakukan kegiatan Uji Sumur Produksi, yaitu di Tapak Sumur MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, WWI, Pemantauan dilakukan 1 kali pada saat awal kegiatan Uji Sumur Produksi berlangsung SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 43 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaksana Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU, WWV dan WWW. 2. 2. 1. Kegiatan konstruksi PLTP Unit 3 Kegiatan pengangkutan Kegiatan angkutan material tanah galian tanah galian dari 3 sekitar 73.413 m dari lokasi pembangkit lokasi pembangkit Unit Unit 3 ke lokasi 3 ke lokasi disposal disposal yang jumlah ritasinya sekitar 68 rit/hari. Apabila selama pengangkutan terjadi ceceran tanah sepanjang jalur angkutan, maka pada saat musim kemarau akan menyebabkan debu lokal, sedangkan pada musim hujan akan menyebabkan jalan licin (becek) Kebisingan Kegiatan Pemboran Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah peningkatan kebisingan di areal tapak sumur Sumber dampak adalah kegiatan Uji Produksi setelah kegiatan pemboran sumur produksi selesai karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin dalam rangka mempertahankan pasokan uap untuk kebutuhan operasi pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Peningkatan debu Untuk mengetahui konsentrasi debu apakah tidak melebihi baku mutu a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling udara ambient yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu untuk parameter kunci debu adalah 230 µg/m3. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi pemantauan lingkungan adalah : 1. Kp. Kertamanah (perumahan dan Kantor Kebun Kertamanah), 2. Kp. Cibeureum 3. Kp. Cikakapa 4. Kantor PTPN VIII (Kebun Malabar) dan permukiman karyawan PTPN VIII 5. Kp. Tanara Pemantauan dilakukan 1 kali setahun saat cuaca panas pada saat kegiatan angkutan tanah galian dari lokasi pembangkit Unit 3 ke lokasi disposal berlangsung SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Parameter lingkungan hidup yang di pantau adalah kebisingan Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan khususnya di sekitar tapak sumur a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung di lapangan mengenai tingkat kebisingan dengan alat sound level meter yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis kebisingan dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu untuk areal Tapak Sumur maksimum 70 dBA dan ruang terbuka hijau sebesar 50dBA. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di Tapak Sumur yang dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, Pemantauan dilakukan 1 kali pada saat awal kegiatan Uji Sumur Produksi berlangsung SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 44 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan (7) Pelaksana Pengawas Pelaporan (8) (9) (10) WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU, WWV dan WWW. 2. 3. 1 Kegiatan konstruksi PLTP Unit 3 Kegiatan pengangkutan Kebisingan berasal material tanah galian dari suara mesin truk 3 sekitar 73.413 m dari angkutan material lokasi pembangkit Unit tanah galian dari 3 ke lokasi disposal lokasi pembangkit yang jumlah ritasinya Unit 3 ke lokasi sekitar 68 rit/hari. disposal. Peningkatan kebisingan akan terjadi sepanjang jalur angkutan khususnya di permukiman penduduk, sehingga akan menurunkan kenyamanan lingkungan Kualitas Air Kegiatan Pemboran Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pemboran. Dampak penurunan kualitas air tersebut akan menyebabkan gangguan biota air, serta daerah hilir dari system DAS Cisangkuy, Cibeureum dan Cilaki Sumber dampak adalah kegiatan pemboran sumur produksi dan uji sumur produksi Kebisingan Untuk mengetahui tingkat kebisingan khususnya di permukiman penduduk a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung di lapangan mengenai tingkat kebisingan dengan alat sound level meter yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis kebisingan dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu di lingkungan permukiman sebesar 55 dBA. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan 1. Kp. Kertamanah (perumahan dan Kantor Kebun Kertamanah), 2. Kp. Cibeureum 3. Kp. Cikakapa 4. Kantor PTPN VIII (Kebun Malabar) dan permukiman karyawan PTPN VIII 5. Kp. Tanara Satu kali pada saat awal kegiatan pengangkutan tanah galian SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Parameter kunci adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 045 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor Pada Kegiatan Pemboran Minyak dan Gas Bumi dan PP No. 18 jo. 85 tahun 1999, tentang Penanganan Limbah B3. Parameter limbah cair pemboran dan saluran drainase mengacu kepada PERMENLH No. 04 Tahun 2007 Lampiran II. Sedangkan untuk Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui daya dukung kualitas air anak Sungai Cisangkuy, Cibeureum dan Cilaki a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling kualitas air yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis TCLP Lumpur Bor dibandingkan dengan Baku Mutu berdasarkan PP No. 18 jo. 85 tahun 1999, tentang Penanganan Limbah B3. Hasil analisis air limbah pemboran dan saluran drainase mengacu kepada PERMENLH No. 04 Tahun 2007 Lampiran II. Sedangkan hasil analisis kualitas air permukaan adalah Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air. Pemantauan dilakukan 1 kali pada saat awal kegiatan Pemboran dan Uji Sumur Produksi berlangsung SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi pemantauan lingkungan lumpur bor, air limbah dan saluran drainase adalah tapak sumur MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 45 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) parameter kualitas air permukaan adalah Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air 2. 4 5. Kegiatan Konstruksi PLTP Unit 3 Kegiatan penggalian di Kegiatan penggalian PS dan penimbunan di di PS dan lokasi disposal sekitar penimbunan di 73.413 m3 pada saat lokasi disposal konstruksi pondasi sekitar 73.413 m3 pembangkit Unit 3 pada saat konstruksi akan meningkatkan pondasi pembangkit pelumpuran, Unit 3 kekeruhan dan TSS di perairan umum khususnya anak Sungai Cisangkuy, Cibeurum dan Cilaki pada saat turun hujan akibat material tanah terbawa oleh air hujan Fisiografi dan Geologi Kegiatan penimbunan sebanyak 73.413 m3 di lokasi disposal pada saat konstruksi pondasi pembangkit Unit 3 akan berpotensi menimbulkan longsoran karena daerahnya cukup miring khususnya Well Pad MBC Lalulintas Terjadinya kerusakan jalan berupa jalan berlubang yang dapat Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaksana Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU, WWV dan WWW. Sedangkan lokasi pemantauan lingkungan untuk kualitas air permukaan adalan di bagian hulu dan hilir effluent tapak sumur di anak Sungai Cisangkuy, Cibeureum dan Cilaki. Kekeruhan dan TSS, kemudian dibandingkan dengan Baku Mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, Golongan 2 Untuk mengetahui daya dukung kualitas air anak Sungai Cisangkuy a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling kualitas air (TSS dan kekeruhan) yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis, kemudian dibandingkan dengan Baku Mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, Golongan 2 b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi pemantauan lingkungan adalah 1. Anak sungai Cisangkuy sekitar lokasi disposal area Power Station Unit 1 & 2 serta sekitar lokasi disposal area WWE 2. Anak sungai Cibeureum sekitar lokasi disposal area MBC. 3. Anak sungai Cilaki sekitar lokasi disposal area WWN Dilakukan 1 kali saat kegiatan awal penggalian dan penimbunan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Kegiatan penimbunan di lokasi disposal sekitar 73.413 m3 pada saat konstruksi pondasi pembangkit unit 3 Terjadinya gerakan tanah (longsor) di lokasi disposal Untuk mengetahui daya dukung tanah di lokasi disposal a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengamatan langsung di lapangan terhadap gejala longsor serta penataan kemiringan penimbunan. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Lokasi pemantauan lingkungan adalah di lokasi disposal : - Sekitar Power Station - Lokasi yang berada di disposal area WWE -. - Lokasi disposal area MBC. - Lokasi disposal area WWN dilakukan 1 kali saat kegiatan awal penggalian dan penimbunan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Angkutan material dan peralatan pemboran, serta Kerusakan jalan Mengetahui kerusakan jalan akibat angkutan a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan secara visual langsung. Data dianalisis dengan cara membandingkan Enam bulan satu kali selama kegiatan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 46 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) 6. 7. Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) menimbulkan keresahan penduduk sepanjang jalan yang dilalui. Sumber dampaknya adalah angkutan material dan peralatan pemboran, serta angkutan tanah galian menuju lokasi disposal Biota Air Kegiatan penggalian di PS dan penimbunan di lokasi disposal akan menimbulkan gangguan terhadap biota air karena terjadi penurunan kualitas air . Kegiatan penyebabnya adalah bahan galian sekitar 73.413 m3 pada saat konstruksi pondasi pembangkit Unit 3 dan penimbunannya di lokasi disposal angkutan tanah galian menuju lokasi disposal Kegiatan penggalian di PS dan penimbunan di lokasi disposal Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Parameter lingkungan yang dipantau berdasarkan keanekaan jenis plankton dan benthos digunakan tolok ukur Indeks Diversitas Shannon- Wiener dan indeks dominansi Simpson Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (5) Untuk mngetahui gangguan terhadap biota air di badan air penerima Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan (7) kondisi jalan sebelum dan sesudah kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah di sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di wilayah Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Kertamanah, , Kp. Cibitung, Kp. Cikakapa dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara konstruksi a) Metode pengumpulan data dan analisis data Organisme perairan yang diteliti meliputi plankton, benthos dan ikan. Pengambilan contoh organisme plankton dilakukan melalui penyaringan air sebanyak 60 liter dengan menggunakan plankton net no 25. Suspensi plankton yang diperoleh diawetkan dengan formalin 4%. Untuk mendapatkan contoh organisme benthos dilakukan dengan alat Eckman Grab. Kedua organisme tersebut kemudian diperiksa secara mikroskopis dan dideterminasi (ditentukan jenisnya) dengan menggunakan buku identifikasi Ward and Whipple (1965). Sementara itu data nekton khususnya jenis ikan dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk setempat. Data yang didapat kemudian dianalisis melalui perhitungan indeks keanekaan, dimana untuk organisme plankton dan benthos dilakukan berturut-turut dengan menggunakan rumus Simpson dan Shannon & Wiener b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah anak Sungai Cisangkuy, Cibeurum dan Cilaki yang berada di sekitar lokasi penggalian dan penimbunan, yaitu : - Anak sungai Cisangkuy sekitar lokasi disposal area Power Station Unit 1 & 2 serta sekitar lokasi disposal area WWE - Anak sungai Cibeureum sekitar lokasi disposal area MBC - Anak sungai Cilaki sekitar lokasi disposal area WWN Dilakukan 1 kali saat kegiatan awal penggalian dan penimbunan Pelaksana Pengawas (8) (9) Pelaporan (10) & BPLHD Provinsi Jawa Barat SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Mata Pencaharian Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 47 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) 1. 2. 8. Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Konstruksi Terbukanya Kegiatan mobilisasi Jumlah masyarakat kesempatan kerja dan dan aktivitas tenaga setempat yang direkrut peluang usaha bagi kerja konstruksi sebagai tenaga kerja, serta masyarakat setempat usaha penduduk yang sebagai dampak dari terkait dengan kegiatan kegiatan mobilisasi dan konstruksi dan tenaga aktivitas tenaga kerja kerja pendatang konstruksi untuk kegiatan pemboran yang akan melibatkan tenaga kerja sekitar 150 orang dan kegiatan konstruksi pembangunan lapangan uap dan pembangkit Unit 3 sebanyak 350 orang dan 800 orang saat puncaknya Pematangan Lahan Kegiatan penimbunan tanah hasil kegiatan penggalian sebanyak 73.413 m3 di lokasi disposal apabila longsor dan mengenai kebun sayuran yang berbatasan dengan lokasi timbunan akan menimbulkan terganggunya mata pencaharian petani akibat hasil panen terganggu, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan Keresahan Keresahan penduduk merupakan dampak turunan dari kerusakan jalan akibat angkutan kegiatan mobilisasi Kegiatan penimbunan tanah hasil galian di lokasi disposal Laporan masyarakat tentang kejadian longsor yang menyebabkan kebun penduduk terganggu Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Metode Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu (5) (6) Mengetahui keterlibatan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja a) b) Mengetahui gangguan terhadap tanaman sayuran petani a) b) Kerusakan jalan dan gangguan tanaman sayuran penduduk akibat longsoran dari lokasi disposal Laporan masyarakat tentang kerusakan jalan dan kejadian longsor yang menyebabkan kebun penduduk terganggu Mengetahui keresahan masyarakat yang terjadi selama kegiata konstruksi a) Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan (7) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data tenaga kerja dari bagian ketenagaa kerjaan kontraktor pelaksana dan dari Pihak ke 3 sebagai pelaksana jasa penerimaan tenaga kerja. Wawancara juga dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yaitu pemuka dan tokoh masyarakat. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik tabulasi frekuensi dan tabulasi silang, dan data kualitatif akan dianalisis dengan Content Analysis. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Satu kali sebelum kegiatan berlangsung dan satu kali pada saat konstruksi mencapai puncaknya Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan tentang kejadian longsor yang menyebabkan kebun penduduk terganggu, serta besarnya nilai ganti rugi, kemudian dibandingkan dengan catatan kesepakatan antara SEGWWL dan petani yang disaksikan desa dan kecamatan. Data tersebut dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus sejenis dikemudian hari. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan : - Sekitar Power Station - Well Pad MBC Pemantauan dilakukan pada saat akhir kegiatan penimbunan Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan masyarakat tentang kerusakan jalan dan kejadian longsor yang Dilakukan pada saat pertengahan kegiatan konstruksi Pelaksana Pengawas Pelaporan (8) (9) (10) SEGWWL SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi VII - 48 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) kendaraan material/peralatan pemboran dan pengangkutan tanah buangan ke lokasi disposal, serta timbulnya dampak terhadap tanaman di sekitar lokasi disposal area Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC (6) b) 10 Kamtibmas Adanya keresahan masyarakat karena kerusakan jalan berupa jalan berlubang yang dapat menimbulkan keresahan penduduk sepanjang jalan yang dilalui pada saat kegiatan angkutan material dan peralatan pemboran, serta angkutan tanah galian menuju lokasi disposal Kenyamanan Gangguan kenyamanan disebabkan kerusakan jalan (komponen lalulintas) berupa jalan (7) Pelaksana Pengawas (8) (9) menyebabkan kebun penduduk terganggu, serta besarnya nilai ganti rugi, kemudian dibandingkan dengan catatan kesepakatan antara SEGWWL dan petani yang disaksikan desa dan kecamatan. Data tersebut dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus sejenis dikemudian hari. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan : - Sepanjang jalur angkutan untuk kegiatan pemboran dan sepanjang jalur angkutan menuju disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara. 9. Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaporan (10) Jawa Barat Lokasi sekitar disposal area Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC Kerusakan jalan dan gangguan tanaman sayuran penduduk akibat longsoran dari lokasi disposal Laporan masyarakat tentang kerusakan jalan dan kejadian longsor yang menyebabkan kebun penduduk terganggu Mengetahui gangguan kamtibmas berupa indikator awal adalah keresahan masyarakat yang terjadi selama kegiata konstruksi a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan masyarakat tentang kerusakan jalan dan kejadian longsor yang menyebabkan kebun penduduk terganggu, serta besarnya nilai ganti rugi, kemudian dibandingkan dengan catatan kesepakatan antara SEGWWL dan petani yang disaksikan desa dan kecamatan. Data tersebut dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus sejenis dikemudian hari. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan : 1. Sepanjang jalur angkutan untuk kegiatan pemboran dan sepanjajng jalur angkutan menuju disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara. 2. Lokasi sekitar disposal area Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC. Pada saat pertengahan kegiatan konstruksi SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Kerusakan jalan sepanjang jalan angkutan material dan peralatan Debu yang menempel pada permukaan bangunan dan tanaman pada saat cuaca panas dan Untuk mengetahui gangguan kenyamanan selama kegiatan a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan masyarakat tentang kerusakan jalan yang menyebabkan gangguan Sebelum kegiatan konstruksi dan pada saat SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 49 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) 11 12 Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pengawas (8) (9) Pelaporan (2) (3) berlubang yang dapat menimbulkan debu pada saat cuaca panas (debu yang menempel pada permukaan bangunan dan tanaman) dan becek pada saat hujan sepanjang jalan yang dilalui pada saat kegiatan angkutan material dan peralatan pemboran, serta kebisingan yang menyebabkan gangguan istirahat penduduk sepanjang jalan angkutan Angka Kesakitan Gangguan kesehatan berupa angka kesakitan ISPA disebabkan kerusakan jalan (komponen lalulintas) berlubang dan ceceran tanah yang dapat menimbulkan debu pada saat cuaca panas sepanjang jalan angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal Kesehatan Masyarakat Gangguan Kesehatan Masyarakat akibat faktor penyakit disebabkan kerusakan jalan (komponen lalulintas) berlubang dan ceceran tanah yang dapat menimbulkan debu pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan sepanjang pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal becek pada saat hujan pengangkutan kebutuhan konstruksi kenyamanan berupa keluhan debu pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan, kemudian dibandingkan dengan data pengamatan di lapangan terhadap debu pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan pada saat sebelum kegiatan konstruksi berupa foto dokumentasi. Data tersebut dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus sejenis dikemudian hari. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah wilayah permukiman yang dilalui angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII (Kebun Malabar) dan Kp. Tanara. kegiatan konstruksi mencapai puncaknya Kerusakan jalan sepanjang jalan angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal Data tentang 10 penyakit dominan dari Puskesmas Pangalengan, khususnya jumlah penderita ISPA Untuk mengetahui peningkatan penderita ISPA selama kegiatan konstruksi, sehingga data series ini dapat dijadikan referensi untuk pengelolaan terhadap kegiatan sejenis dikemudian hari a) Metode pengumpulan data dan analisis data Metoda yang digunakan ialah dengan cara mengumpulkan data sekunder 10 jenis penyakit dominan di Kecamatan Pangalengan. Data series sebelum dan setelah kegiatan konstruksi kemudian. Data dianalisis dengan metoda kuantitatif, dan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah Puskesmas Kecamatan Pangalengan Sebelum dan setelah kegiatan konstruksi SEGWWL Dinas Kesehatan dan BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung Kerusakan jalan sepanjang jalan angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal Debu yang menempel pada permukaan bangunan dan tanaman pada saat cuaca panas dan becek pada saat hujan Untuk mengetahui gangguan kenyamanan selama kegiatan pengangkutan kebutuhan konstruksi a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan masyarakat tentang kerusakan jalan yang menyebabkan gangguan kenyamanan berupa keluhan debu pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan, kemudian dibandingkan dengan data pengamatan di lapangan terhadap debu pada saat cuaca panas dan lumpur pada saat hujan pada saat sebelum kegiatan konstruksi berupa foto dokumentasi. Data tersebut dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus Dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dan pada saat kegiatan konstruksi mencapai puncaknya SEGWWL Dinas Kesehatan dan BPLH Kabupaten Bandung Dinas Kesehatan dan BPLH Kabupaten Bandung , serta BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (7) Pelaksana (10) Provinsi Jawa Barat VII - 50 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) jalan angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal III 1. TAHAP OPERASI Kualitas Udara Pengoperasian lapangan uap dan PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 akan meningkatkan gas H2S dan NH3 di udara ambient, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan (ISPA). Sumber dampak berasal dari non condensable gas (NCG) yang tidak retangkap (terserap) air di cooling tower, sehingga terlepas ke udara bebas Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaksana Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) Dilakukan enam bulan satu kali selama operasional PLTP SEGWWL sejenis dikemudian hari b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah wilayah permukiman yang dilalui angkutan material dan peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan karyawan PTPN VIII (Sukaratu). Kegiatan pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Kadar emisi gas H2S dan NH3 dari cellcooling tower dan kualitas udara ambient Untuk mengetahui konsentrasi H2S dan NH3 di udara a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling udara emisi dan ambient yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisa kualitas udara emisi dan ambient tersebut, kemudian dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal, yaitu untuk gas H2S sebesar 35 mg/m3 dan NH3 sebesar 0,5 mg/m3. Sedangkan tolok ukur dampak kualitas udara ambient untuk gas H2S dan NH3 mengacu kepada baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan, yaitu untuk H2S sebesar 0,02 ppm dan NH3 sebesar 2,0 ppm BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah : A. Kualitas udara emisi : - Salah satu cerobong cooling tower pembangkit Unit 1. - Salah satu cerobong cooling tower pembangkit Unit 2. - Salah satu cerobong cooling tower pembangkit Unit 3. B. Kualitas udara ambien : - Power Station, sekitar pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3. Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 51 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan (7) Pelaksana Pengawas Pelaporan (8) (9) (10) - Lapangan uap (Unit penangkap uap dan scrubbers) - Villa Wayang Windu - Kp. Kertamanah - Kp. Cibitung - Kp. Sukaratu - Kp. Kertasari 2. 3. Peningkatan Kebisingan Kebisingan yang Pengoperasian PLTP ditimbulkan dari turbin Unit 1, Unit 2 dan dan generator Unit 3 pembangkit Unit 1 dan Unit 2 masih memenuhi baku mutu -, namun apabila ditambah dengan turbin dan generator pembangkit Unit 3 maka berpotensi akan meningkatkan kebisingan. Sumber dampak adalah pengoperasian PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Kualitas Air Pengoperasian tambahan lapangan uap WWT akan meningkatkan jumlah brine water menjadi ± 158.745 m3/bulan (5.292 m3/hari) dari Pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Kebisingan Untuk mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan Power Station dan sekitarnya Parameter lingkungan yang dipantau adalah sesuai baku mutu untuk sumber air yang diambil, yaitu : - Air limbah drainase : minyak dan lemak Untuk mengetahui kualitas air limbah dan anak Sungai Cisangkuy a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung di lapangan mengenai tingkat kebisingan dengan alat sound level meter yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisa tingkat kebisingan dibandingkan dengan Baku Mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep48/MENLH/XI/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu tingkat kebisingan untuk daerah industry (areal Power Station) sebesar 70 dba, dan lingkungan permukiman adalah 55 dba. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah : - Power Station, sekitar cooling tower Unit 1, Unit 2 dan Unit 3, generator, turbin, Klinik dan Pos Satpam. - Lapangan uap (Unit penangkap uap dan scrubbers) Villa Wayang Windu - Kp. Kertamanah - Kp. Cibitung - Kp. Sukaratu - Kp. Kertasari Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling kualitas air yang dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH. Hasil analisis kemudian dianalisis kemudian dibandingkan dengan masing-masing sumber Bersamaan dengan sampling kualitas udara, yaitu enam bulan satu kali selama operasional PLTP SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Satu bulan sekali untuk Air limbah drainase, terproduksi, limbah domestik SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung VII - 52 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) sebelumnya ± 119.059 m3/bulan (3.969 m3/hari) dan akan diinjeksikan ke dalam sumur yang telah beroperasi yaitu sumur injeksi WWW-1 Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) - - - - Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (5) dan karbon organik total Air permukaan/air anak Sungai Cisangkuy : TSS, TDS dan Cl Air tanah/sumur gali : Cl, TS, TDS dan TSS. Air Condensate : Ammonia, Arsen, Merkuri, ph, Temperatur dan Sulphide Air limbah domestik baik influent maupun air olahan STP : TSS, ph, BOD dan minyak & lemak Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (6) air yang diambil, yaitu : Air Limbah Drainase Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 19 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi (bagian limbah drainase untuk kegiatan panas bumi) Air Permukaan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air Tanah Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 416/menkes/Per/IX/1990 tentang SyaratSyarat Dan Pengawasan Kualitas Air Lampiran II tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih. Air Terproduksi Pemantauan sukarela terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 19 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi (bagian air terproduksi untuk kegiatan panas bumi) Air Limbah Olahan Sewage Treatment Plant Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan untuk kualitas air adalah sebagai berikut : - Air Limbah Drainase : Air settling Pond Outlet Oil Catcher Warehouse-1 Outlet Oil Separator Warehouse-1 Outlet Oil Separator SS-1 - Air Permukaan : Air kali kecil yang mengalir dekat Stasiun Separator-1 (SS-1) dan sekitar Warehouse Air kali di bagian hulu dan hilir Wayang Windu Village Mata air panas (hot spring) di Kp. Cibolang - Air Tanah : Air tanah dangkal di Kp. Sukaratu dan Kp. Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan (7) Pelaksana Pengawas Pelaporan (8) (9) (10) selama operasional PLTP Enam bulan satu kali untuk air permukaan dan air tanah selama operasional PLTP VII - 53 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan (7) Pelaksana Pengawas Pelaporan (8) (9) (10) Cibolang - Air Terproduksi : Brine water di WW-W ; Air kondensat di J-5; dan Air Thermal Pond - Air Limbah Sewage Treatment Plant Influent dan Effluent (hasil olahan) Sewage Treatment Plant (STP). 4. 5. Hidrologi Pengoperasian lapangan uap WWT akan meningkatkan jumlah brine water menjadi ± 158.745 m3/bulan (5.292 m3/hari) dari sebelumnya ± 119.059 m3/bulan (3.969 m3/hari) dan akan diinjeksikan ke dalam sumur injeksi WWW-1, apabila terjadi gangguan pada sumur injeksi WWW-1 brine water harus dialirkan ke badan air, sehingga akan meningkatkan debit air permukaan Fisiografi dan Geologi Kegiatan injeksi brine water ke dalam sumur injeksi WWW-1 dan Condensate ke dalam sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3 telah menimbulkan isu yang berkembang di masyarakat bahwa kegiatan PLTP turut memicu gempa yang selama ini kerap terjadi, sehingga dapat menimbulkan Pengoperasian lapangan uap pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Brine Water dan Condensate yang mengalir ke anak Sungai Cisangkuy Untuk mengetahui debit air anak Sungai Cisangkuy a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan melalui pengamatan secara langsung di lapangan terhadap kondisi anak Sungai Cisangkuy, yaitu dilakukan pengukuran debit sesaat dengan cara metoda apung (floating methode). b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah anak Sungai Cisangkuy sekitar lapangan uap dan Power Station Satu kali setahun pada musim hujan selama operasional lapangan uap SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung Pengoperasian Lapangan Uap dan Pengoperasian PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Gerakan tanah (longsoran) dan erosi tanah, serta riwayat gempa yang terjadi selama in Mengetahui resiko gerakan tanah dan erosi, serrta meredam isu yang berkembang di masyarakat mengenai gempa a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan pengamatan secara langsung dilapangan terhadap kondisi gerakan tanah (longsoran) dan erosi tanah yang terjadi, yang disertai dengan dimensi dari longsoran dan erosi tanah tersebut, serta pengumpulan data sekunder terjadinya gempa dan riwayat gempa. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah lapangan uap, Power Station dan sekitarnya, serta di wilayah studi dilakukan satu kali setahun selama operasional kegiatan SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 54 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) 6. 7. 8. Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) keresahan. Dampak utama dari aspek fisiografi geologi sebenarnya adalah gerakan tanah (longsoran) dan erosi tanah Lalulintas Terjadinya kerusakan jalan berupa jalan berlubang di sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari dianggap oleh masyarakat akibat dari kegiatan SEGWWL Ruang dan Lahan Proyek PLTP Panas Bumi SEGWWL mempunyai daya tarik bagi penduduk baik bagi penduduk setempat maupun bagi penduduk luar. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan mobilitas penduduk baik yang bersifat sementara sebagai wisatawan maupun permanen, sehingga mendorong terciptanya gangguan pada ruang dan lahan, utamanya penyusutan terhadap ruang terbuka hijau (RTH) akibat alih fungsi lahan Biota Air Gangguan terhadap Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Metode Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaksana Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) Kegiatan kerusakan jalan atau laporan keluhan masyarakat mengenai kerusakan jalan Kerusakan jalan Untuk mengetahui kerusakan jalan akibat angkutan yang dilakukan SEGWWL a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan secara visual langsung. Data dianalisis dengan cara membandingkan kondisi jalan sebelum dan sesudah kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi. b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di wilayah Norogtog – Berman – Sukadana – Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Kertamanah, , Kp. Cibitung, Kp. Cikakapa dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp. Tanara Satu kali setahun selama operasional kegiatan berlangsung SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Kegiatan SEGWWL menjadi daya tarik wisatan untuk berkunjung Alih fungsi lahan dari perkebunan dan hutan menjadi infrastruktur kegiatan wisata Untuk mengetahui alih fungsi lahan dari perkebunan dan hutan menjadi infrastruktur kegiatan wisata a) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan secara visual langsung terhadap pembangunan fisik oleh pihak lain di sekitar areal kerja SEGWWL, serta data sekunder tentang Tata Guna Lahan. Data tersebut merupakan data series dan dibandingkan dengan data terakhir untuk mengetahui adanya perubahan ruang dan lahan. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah WKP SEGWWL Satu kali setahun selama operasional kegiatan berlangsung SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Metode pengumpulan data dan analisis data Dilakukan 6 SEGWWL BPLH BPLH b) Kegiatan Parameter lingkungan Mengetahui a) Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 55 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau (2) biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat masuknya brine water ke perairan umum pada saat kegiatan pengoperasian lapangan uap. Sumber Dampak (3) pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1. Unit 2 dan Unit 3 Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) yang dipantau berdasarkan keanekaan jenis plankton dan benthos digunakan tolok ukur Indeks Diversitas Shannon-Wiener dan indeks dominansi Simpson Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup Pelaksana (5) (6) gangguan terhadap biota air di badan air penerima b) 9 1. Mata Pencaharian Mobilisasi Dan Ativitas Tenaga Kerja Operasi Mobilisasi dan aktivitas Mobilisasi dan tenaga kerja aktivitas tenaga pengoperasian kerja untuk seluruh lapangan uap dan operasional kegiatan pembangkit Unit 1 dan SEGWWL Unit 2 selalu melibatkan masyarakat lokal, sehingga pengoperasian pembangkit Unit 3 akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Jumlah masyarakat setempat yang direkrut sebagai tenaga kerja, serta usaha penduduk yang terkait dengan kegiatan operasi dan tenaga kerja pendatang Mengetahui keterlibatan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan a) b) Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (7) Organisme perairan yang diteliti meliputi plankton, benthos dan ikan. Pengambilan contoh organisme plankton dilakukan melalui penyaringan air sebanyak 60 liter dengan menggunakan plankton net no 25. Suspensi plankton yang diperoleh diawetkan dengan formalin 4%. Untuk mendapatkan contoh organisme benthos dilakukan dengan alat Eckman Grab. Kedua organisme tersebut kemudian diperiksa secara mikroskopis dan dideterminasi (ditentukan jenisnya) dengan menggunakan buku identifikasi Ward and Whipple (1965). Sementara itu data nekton khususnya jenis ikan dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk setempat. Data yang didapat kemudian dianalisis melalui perhitungan indeks keanekaan, dimana untuk organisme plankton dan benthos dilakukan berturut-turut dengan menggunakan rumus Simpson dan Shannon & Wiener. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah : - Air kali kecil yang mengalir dekat Stasiun Separator-1 (SS-1) - Air kali di bagian hulu dan hilir Wayang Windu Village - Anak sungai sekitar kegiatan uji sumur lapangan uap bulan sekali selama operasional lapangan uap Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data tenaga kerja dari bagian ketenaga kerjaan SEGWWL, kontraktor pelaksana, desa, kecamata dan dari Pihak ke 3 sebagai pelaksana jasa penerimaan tenaga kerja. Wawancara juga dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yaitu pemuka dan tokoh masyarakat. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik tabulasi frekuensi dan tabulasi silang, dan data kualitatif akan dianalisis dengan Content Analysis. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Dilakukan satu kali setahun selama kegiatan operasi (8) SEGWWL Pengawas (9) Pelaporan (10) Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VII - 56 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) 2. 10 11 Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan tentang tanaman penduduk yang terganggu baik melalui langsung laporan ke tenaga penyuluh lapangan SEGWWL maupun desa dan kecamatan. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Satu kali setahun selama kegiatan operasi SEGWWL BPLH dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan masyarakat tentang gangguan dari aktifitas SEGWWL baik melalui langsung laporan ke tenaga penyuluh lapangan SEGWWL maupun desa dan kecamatan Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Dilakukan satu kali setahun selama kegiatan operasi SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Metode pengumpulan data dan analisis data Pemantauan dilakukan dengan cara mengumpulkan data laporan masyarakat tentang gangguan dari aktifitas SEGWWL baik melalui langsung laporan ke tenaga penyuluh lapangan SEGWWL maupun desa dan kecamatan Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desa- Satu kali setahun selama kegiatan operasi SEGWWL BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan. Pengoperasian Lapangan Uap dan PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Adanya anggapan dari Pengoperasian Laporan masyarakat masyarakat bahwa lapangan uap dan tentang tanaman pengoperasian pembangkit Unit 1, penduduk yang terganggu lapangan uap dan Unit 2 dan Unit 3. akibat pengoperasian pembangkit Unit 1, lapangan uap dan Unit 2 dan Unit 3 pembangkit Unit 1, Unit 2 terhadap tanaman yang dan Unit 3 lokasinya berdekatan dengan area kegiatan. Sumber dampaknya adalah uap panas yang terbuang ke udara bebas Keresahan Timbulnya keresahan Kegiatan penerimaan Laporan ketidak puasan masyarakat karena tenaga kerja dan masyarakat terhadap sebagian penduduk kerusakan jalan dan pengelolaan komponen menganggap bahwa kekhawatiran potnsi fisik-kimia yang tidak sebagian besar tenaga gempa maksimal kerja operasi selalu diisi oleh tenaga kerja dari luar sehingga peluang kerja akan sulit dinikmati oleh masyarakat setempat Kamtibmas Timbulnya gangguan kamtibmas merupakan dampak lanjutan dari keresahan masyarakat karena sebagian penduduk menganggap bahwa sebagian besar tenaga kerja operasi Pelaksana (6) Sumber dampak adalah mobilisasi dan aktivitas tenaga kerja untuk seluruh operasional kegiatan Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Kegiatan penerimaan tenaga kerja dan operasi SEGWWL Laporan ketidak puasan masyarakat terhadap pengelolaan komponen fisik-kimia yang tidak maksimal Mengetahui gangguan terhadap tanaman penduduk a) b) Mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan SEGWWL malui data keresahan a) b) Mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan SEGWWL melalui data keresahan dan gangguan kamtibmas a) b) Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat VII - 57 star energy BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN No. (1) 12 Dampak Besar dan Dampak Penting yang Dipantau Sumber Dampak (2) (3) selalu diisi oleh tenaga kerja dari luar sehingga peluang kerja akan sulit dinikmati oleh masyarakat setempat serta gangguan akibat operasi SEGWWL Angka Kesakitan Kegiatan pengoperasian lapangan uap akan mengemisikan sejumlah uap/gas-gas dalam jumlah yang cukup besar yang dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan angka Kesakitan berupa ISPA Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau (4) Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Jangka Waktu Metode Pemantauan Lingkungan Hidup (5) (6) Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksanaan Pelaksana Pengawas Pelaporan (7) (8) (9) (10) Selama satu kali setahun selama kegiatan operasi SEGWWL desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan Kegiatan pengoperasian lapangan uap dan pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3 Data tentang 10 penyakit dominan dari Puskesmas Pangalengan, khususnya jumlah penderita ISPA Untuk mengetahui peningkatan penderita ISPA selama kegiatan operasi SEGWWL, sehingga data series ini dapat dijadikan referensi untuk perbaikan pengelolaan a) b) Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe) Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Metode pengumpulan data dan analisis data Metoda yang digunakan ialah dengan cara mengumpulkan data ekunder 10 jenis penyakit dominan di Kecamatan Pangalengan. Data series sebelum dan setelah kegiatan konstruksi kemudian. Data dianalisis dengan metoda kuantitatif, dan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi pemantauan lingkungan adalah Puskesmas Kecamatan Pangalengan BPLH Kabupaten Bandung BPLH Kabupaten Bandung & BPLHD Provinsi Jawa Barat VII - 58