Revisi RKL dan RPL

advertisement
Revisi RKL dan RPL
Pengembangan Lapangan Uap
dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2
(Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Lokasi
Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
2012
A bright star in Indonesia Energy
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Tabel 6.1. Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Kegiatan Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2
(Pembangunan Unit 3,90 MWe)
No.
(1)
1.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(2)
Tahap Pra Konstruksi
Masyarakat masih ada
yang menganggap
bahwa pengelolaan dari
kegiatan eksisting
selama ini masih belum
optimal, sehingga
rencana Pengembangan
Lapangan Uap dan
PLTP Wayang Windu
Unit 1 dan 2
(Pembangunan Unit 3
Sebesar 90 MWe) akan
menimbulkan keresahan
masyarakat. Sumber
dampak adalah kegiatan
survei lapangan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laporan
ketidakpuasan
masyarakat kepada
desa masing-masing
atau Kecamatan
Pangalengan
Untuk mencegah
timbulnya gejolak sosial
dan menekan timbulnya
keresahan masyarakat
-
-
-
-
Meningkatkan komunikasi yang telah berjalan
baik selama ini dengan masyarakat melalui
berbagai aktifitas baik formal maupun informal
yang dilakukan oleh SEGWWL maupun yang
dilakukan oleh masyarakat
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat
setempat melalui koordinasi dengan Muspika,
pemerintahan desa dan tingkat RW setempat
apabila ada kegiatan bersekala besar seperti
konstruksi, perawatan dan kegiatan lainnya,
sehingga masyarakat mengetahuinya sehingga
tidak timbul keresahan.
Senantiasa berupaya memprioritaskan
penduduk setempat sebagai tenaga kerja proyek
sesuai kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan
secara transparan, khusus untuk rekanan
(kontraktor) melalui mekanisme yang telah
disepakati bersama.
Mempertahankan dan meningkatkan berbagai
pengelolaan lingkungan hidup yang telah
berjalan selama ini.
Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan
sumber informasi bagi masyarakat yang
membutuhkan di Kecamatan Pangalengan.
Buletin disebarluaskan ke setiap kantor desa di
wilayah studi dan di Kantor Kecamatan
Pangalengan. Buletin berisikan informasi
umum mengenai segala aktifitas yang terkait
dengan panas bumi di Wayang Windu termasuk
informasi terkini yang sedang berkembang di
masyarakat. at. Keberadaan buletin tersebut
diharapkan menjadi bentuk interaksi perusahaan
kepada masyarakat dan atau sebaliknya
mengenai masukan, informasi dari keduabelah
pihak demi membina hubungan yang lebih
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti,
Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Dilakukan setiap
enam bulan satu
kali selama
kegiatan
berlangsung
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung dan
Muspika
Kecamatan
Pangalengan
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 53
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
harmonis
II. Tahap Konstruksi
1.
Kualitas Udara
1
Kegiatan Pemboran
Komponen lingkungan
yang terkena dampak
adalah penurunan
kualitas udara ambien di
lokasi sumur yang
sedang dilakukan
kegiatan Uji Produksi
serta lokasi sekitarnya.
Kegiatan pemboran
sumur produksi
merupakan kegiatan
rutin dalam rangka
mempertahankan
pasokan uap untuk
kebutuhan operasi
pembangkit Unit 1,
2.
Tolok ukur dampak
adalah kadar adalah
H2S dan NH3
berdasarkan
Keputusan Menteri
Negara Lingkungan
Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996
tentang Baku Tingkat
Kebauan, yaitu
untuk H2S sebesar
0,02 ppm (63 µg/m3)
dan NH3 sebesar 2,0
ppm (1.360 µg/m3)
Kegiatan Konstruksi PLTP Unit 3
Kegiatan pengangkutan
Kadar gas debu
material tanah galian
(TSP) yang
3
sekitar 73.413 m dari
ditimbulkan
lokasi pembangkit Unit
dibandingkan dengan
3 ke lokasi disposal
Baku Mutu
yang jumlah ritasinya
berdasarkan
sekitar 68 rit/hari.
Peraturan Pemerintah
Apabila selama
No. 41 Tahun 1999
pengangkutan terjadi
tentang Pengendalian
ceceran tanah sepanjang
Pencemaran Udara
jalur angkutan, maka
untuk debu sebesar
pada saat musim
230 g/m3
kemarau akan
menyebabkan debu
lokal, sedangkan pada
musim hujan akan
menyebabkan jalan licin
(becek)
Mengurangi emisi gas
H2S dan NH3 pada saat
uji produksi sehingga
konsentrasi pencemar di
udara ambien menjadi
minimal agar gangguan
kesehatan bagi pekerja
atau penduduk yang
berada dalam radius
sebaran tidak terjadi
-
-
-
Untuk menekan
konsentrasi debu agar
tidak melebihi baku
mutu
-
-
-
-
-
Uap panas dari sumur akan dialirkan ke Rock
Muffler yang telah diisi air dan NaOH atau
larutan NaOH diinjeksikan ke dalam pipa di
bagian hulu dari Rock Muffler. Larutan NaOH
tersebut akan mengurangi kandungan H2S
sebelum diemisikan ke udara. Pengelolaan
dengan NaOH akan dilanjutkan sampai ± 2 jam
setelah pembukaan uji sumur atau sampai kadar
H2S turun dan menjadi stabil.
Memasang alat pendeteksi gas H2S yang
dilengkapi sistem alarm yang mengeluarkan
suara sehingga diketahui oleh seluruh pekerja
agar menjauh dari lokasi Uji Produksi.
Rambu-rambu dilarang masuk bagi mereka
yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan
uji sumur produksi
Lokasi pengelolaan lingkungan
dilakukan di Tapak Sumur yang
dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA,
MBB, MBC, MBD, MBE, WWA,
WW, WWC, WWD, WWE, WWF,
WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK,
WWL, WWM, WWN, WWO,
WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT,
WWU, WWV dan WWW
Pengelolaan
lingkungan
dilakukan selama
kegiatan Uji
Produksi
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Melakukan penyiraman jalan pada saat
cuaca panas khususnya di lingkungan
permukiman apabila ritasi pengangkutan lebih
dari 68 rit/hari atau lebih dari 10 rit/jam.
Menutup bak truk angkutan material
(tanah) dengan terpal/plastik agar material yang
dibawa tidak tercecer
Pembatasan kecepatan untuk
kendaraan berat (truk) maksimal 20 km/jam
dan kendaraan kecil maksimal 30 km/jam pada
saat melewati permukiman.
Kendaraan angkutan tidak beriringan pada saat
melewati permukiman, minimal interval waktu
15 menit antara satu kendaraan dengan
kendaraan lainnya, sehingga memungkinkan
partikel tanah (debu) jatuh ke permukaan tanah.
Roda truk pengangkut tanah galian sebelum
meninggalkan lokasi pembangkit Unit 3 harus
dibersihkan terlebih dahulu dari tanah yang
menempel pada roda, sehingga tidak mengotori
jalan yang dilalui.
Apabila terjadi ceceran tanah di jalan yang
dilalui, maka segera dibersihkan agar tidak
Sepanjang jalan yang dilalui oleh
kegiatan pengangkutan tanah galian
ke lokasi penimbunan yang
melewati khususnya :
a. Kp. Kertamanah (perumahan dan
Kantor Kebun Kertamanah),
b. Kp. Cibeureum
c. Kp. Cikakapa
d. Kantor PTPN VIII (Kebun
Malabar) dan permukiman
karyawan PTPN VIII
e. Kp. Tanara
Dilakukan selama
kegiatan
pengangkutan
tanah galian
menuju lokasi
disposal, kecuali
program HSE
dilakukan sebelum
kegiatan
penggalian dan
penimbunan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 54
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
(4)
-
-
-
2.
1
Kebisingan
Kegiatan Pemboran
Komponen lingkungan
yang terkena dampak
adalah peningkatan
intensitas kebisingan di
lokasi sumur pada saat
kegiatan uji sumur
produksi
Tolok ukur dampak
adalah tingkat
kebisingan yang
ditimbulkan
dibandingkan dengan
Baku Mutu
(Ambient)
berdasarkan
Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup
No. Kep–
48/MENLH/II/1996
tentang Baku Tingkat
Kebisingan untuk
kebisingan, yaitu
untuk areal Tapak
Sumur maksimum 70
dBA dan ruang
Tujuan pengelolaan
lingkungan adalah
untuk menekan tingkat
kebisingan akibat dari
kegiatan uji sumur
produksi agar tidak
melebihi baku mutu
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(5)
timbul debu lokal pada saat cuaca panas,
sedangkan pada saat turun hujan tidak
menimbulkan lumpur (becek).
Memasang rambu pembatas kecepatan dan
memasangnya di tempat yang strategis
khususnya di permukiman penduduk agar sopir
dapat mengetahuinya, serta ada pemeriksaan
rutin terhadap kedisplinan sopir. Bagi sopir
yang melanggar maka akan dikenai sanksi
displin. Aturan tersebut dituangkan dalam
kontrak kerja dengan kontraktor sehingga
mengikat bagi kontrkator dan harus
melaksanakannya.
Seluruh kendaraan yang digunakan untuk
angkutan material, serta seluruh kendaraan yang
digunakan untuk mendukung kegiatan
SEGWWL harus kendaraan baru (5 tahun
terakhir), serta dilengkapi uji emisi agar emisi
gas buang memenuhi standar baku mutu.
Menjalankan program SHE (Safety Health and
Environment) Induction khususnya terhadap
calon sopir pengangkut tanah galian, sehingga
mereka mengerti tentang perlindungan
lingkungan yang dikaitkan dengan potensi
debu.
(6)
(7)
Pemasangan Rock Muffler dan atau Silencer
yang dapat mereduksi kebisingan hingga 16
dBA.
Pemakaian ear plug bagi pekerja yang sedang
melaksanakan uji sumur produksi.
Memasang rambu-rambu dilarang masuk bagi
mereka yang tidak berkepentingan pada saat
dilakukan uji sumur produksi.
Sosialisasi / pemberitahuan kepada masyarakat
Lokasi pengelolaan lingkungan
dilakukan di Tapak Sumur yang
dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA,
MBB, MBC, MBD, MBE, WWA,
WW, WWC, WWD, WWE, WWF,
WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK,
WWL, WWM, WWN, WWO,
WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT,
WWU, WWV dan WWW
Pengelolaan
lingkungan
dilakukan pada
kegiatan uji sumur
produksi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
-
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
SEGWWL
Pengawas
(9)
BPLH
Kabupaten
Bandung.
Pelaporan
(10)
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 55
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
(1)
(2)
2.
Tolok Ukur
Dampak
(3)
terbuka hijau sebesar
50dBA
Kegiatan Konstruksi PLTP Unit 3
Kegiatan pengangkutan
Tingkat kebisingan
material tanah galian
yang ditimbulkan
3
sekitar 73.413 m dari
dibandingkan dengan
lokasi pembangkit Unit
Baku Mutu
3 ke lokasi disposal
(Ambient)
yang jumlah ritasinya
berdasarkan
sekitar 68 rit/hari.
Keputusan Menteri
Peningkatan kebisingan
Negara Lingkungan
akan terjadi sepanjang
Hidup No. 48 Tahun
jalur angkutan
1996 untuk
khususnya di
kebisingan di
permukiman penduduk,
lingkungan
sehingga akan
permukiman sebesar
menurunkan
55dBA
kenyamanan lingkungan
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
(6)
(7)
Mengatur jumlah dan kecepatan kendaraan saat
melewati permukiman penduduk agar tidak
beriringan yaitu interval waktu antara satu
kendaraan dengan kendaraan lain minimal 15
menit dan kecepatan maksimum kendaraan truk
pengangkut tanah tidak melebihi 20 km/jam.
Melakukan semua kegiatan angkutan pada
siang hari antara jam 05.00 – 20.00 sehingga
tidak mengganggu penduduk saat beristirahat
pada malam hari.
Memasang rambu pembatas kecepatan dan
memasangnya di tempat yang strategis
khususnya di permukiman penduduk agar sopir
dapat mengetahuinya, serta ada pemeriksaan
rutin terhadap kedisplinan sopir. Bagi sopir
yang melanggar maka akan dikenai sanksi
displin. Aturan tersebut dituangkan dalam
kontrak kerja dengan kontraktor sehingga
mengikat bagi kontrkator dan harus
melaksanakannya.
Seluruh kendaraan yang digunakan untuk
angkutan material serta seluruh kendaraan yang
digunakan untuk mendukung kegiatan
SEGWWLharus kendaraan baru (5 tahun
terakhir), serta dilengkapi knalpot standar
(peredam suara) sehingga tingkat
kebisingannya sesuai standar pabrik.
Menjalankan program SHE (Safety Health and
Environment) Induction khususnya terhadap
calon sopir pengangkut tanah galian, sehingga
mereka mengerti tentang perlindungan
lingkungan yang dikaitkan dengan potensi
kebisingan
Sepanjang jalan yang dilalui oleh
kegiatan pengangkutan tanah galian
menuju disposal, khususnya :
- Kp. Kertamanah (perumahan
dan
Kantor
Kebun
Kertamanah),
- Kp. Cibeureum
- Kp. Cikakapa
- Kantor PTPN VIII (Kebun
Malabar) dan permukiman
karyawan PTPN VIII
- Kp. Tanara
Selama kegiatan
pengangkutan
tanah galian
menuju lokasi
disposal, kecuali
program SHE
dilakukan sebelum
kegiatan
penggalian dan
penimbunan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Upaya pengelolaan untuk kualitas air limbah
pemboran dan uji sumur produksi adalah :
1. Penggunaan lumpur bor berbahan dasar air
(water based mud). Penanganan lumpur bor
sesuai dengan Peraturan Pengelolaan Lumpur
Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor dalam
kegiatan Pengeboran Migas (Peraturan Menteri
Lokasi pengelolaan lingkungan
dilakukan di Tapak Sumur yang
dilakukan Uji Produksi, yaitu MBA,
MBB, MBC, MBD, MBE, WWA,
WW, WWC, WWD, WWE, WWF,
WWG, WWH, WWI, WWJ, WWK,
WWL, WWM, WWN, WWO,
Pengelolaan
lingkungan
dilakukan pada
kegiatan pemboran
dan uji sumur
produksi
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Untuk menekan tingkat
kebisingan agar tidak
melebihi baku mutu
-
-
-
-
-
3.
1
Kualitas Air
Kegiatan Pemboran
Komponen lingkungan
yang terkena dampak
adalah penurunan
kualitas air permukaan
akibat kegiatan
pembuangan limbah cair
pemboran, lumpur bor,
Peraturan Menteri
Energi dan Sumber
Daya Mineral No.
045 Tahun 2006
tentang Pengelolaan
Lumpur Bor, Limbah
Lumpur dan Serbuk
Untuk mempertahankan
daya dukung air agar
tidak merana (rentan)
serta tidak terjadi
gangguan terhadap
biota air
a.
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
VI - 56
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(2)
keratan (cutting), serta
limbah cair uji produksi
(3)
Bor Pada Kegiatan
Pemboran Minyak
dan Gas Bumi dan
PP No. 18 jo. 85
tahun 1999, tentang
Penanganan Limbah
B3. Pengelolaan
limbah cair
pemboran dan
saluran drainase
mengacu kepada
PERMENLH No. 04
Tahun 2007
Lampiran II.
Sedangkan untuk
kualitas air
permukaan adalah
Peraturan Pemerintah
No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan
pengendalian
Pencemaran Air
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(4)
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
(5)
ESDM No. 045 Tahun 2006).
2. Pengelolaan Lumpur Bor dan Serbuk Bor dan
tingkat toksisitas berdasarkan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.
045 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur
Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor Pada
Kegiatan Pemboran Minyak dan Gas Bumi dan
PP No. 18 jo. 85 tahun 1999, tentang
Penanganan Limbah B3.
3. Pemboran menggunakan teknologi “air
drilling” saat masuk zona reservoir untuk
mengurangi pemakaian air, sehingga
penggunaan lumpur bor dapat dikurangi untuk
setiap lubang sumur bor.
4. Limbah pemboran ditampung di kolam
penampung limbah (waste pit) yang dilapisi
HDPE yaitu bahan yang impermeable,
kapasitas kolam tersebut sekitar 6.000 m3.
5. Cutting dipisahkan di shale shaker, kemudian
masuk ke cutting box, selanjutnya dibawa ke
TPS di Tapak Sumur MBA menggunakan dump
truk yang dilengkapi kain penutup. Keratan
sumur yang terkumpul di TPS diambil oleh
pihak ketiga yang meiliki ijin dari KLH Jakarta.
6. Penggunaan air untuk pembuatan lumpur
pemboran berasal dari Condensate yang
ditampung di Thermal Pond, kemudian
dipompakan melalui pipa ke lokasi sumur yang
dibor, sehingga tidak menimbulkan konflik
dengan masyarakat yang menggunakan air
permukaan. Setelah selesai kegiatan pemboran,
air tersebut dikembalikan ke Thermal Pond.
7. Air terproduksi yang dihasilkan dari kegiatan
uji sumur produksi, digabungkan dengan air
limbah pemboran, kemudian disalurkan
kembali ke Thermal Pond untuk diinjeksikan ke
sumur injeksi.
b) Upaya pengelolaan ceceran minyak, oli dan
pelumas adalah :
1. Membuat saluran drainase sekeliling rig
pemboran dan gudang agar air hujan yang
mengandung minyak tidak menyebar,
kemudian disalurkan ke Oil Trap.
2. Membuat Oil Trap untuk memisahkan lapisan
minyak yang terbawa oleh air hujan, kemudian
lapisan minyak yang terkumpul di angkut ke
TPS B3 dan diambil oleh pihak ketiga yang
(6)
WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT,
WWU, WWV dan WWW
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(7)
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
VI - 57
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
Baku Mutu
berdasarkan PP No.
82 Tahun 2001,
Golongan 2 dan
Keputusan Gubernur
Jawa Barat No. 39
Tahun 2000
2.
Kegiatan PLTP Unit 3
Kegiatan pengggalian di
PS dan penimbunan di
lokasi disposal sekitar
73.413 m3 pada saat
konstruksi pondasi
pembangkit Unit 3 dan
penimbunan tanah
galian di lokasi disposal
akan meningkatkan
pelumpuran, kekeruhan
dan TSS di perairan
umum khususnya anak
Sungai Cisangkuy,
cibeureum dan Cilaki
pada saat turun hujan
akibat material tanah
terbawa oleh air hujan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
meiliki ijin dari KLH Jakarta.
3. Ceceran pelumas dan pelumas bekas
dikumpulkan dan di angkut ke TPS B3 dan
diambil oleh pihak ketiga yang meiliki ijin dari
KLH Jakarta.
c) Upaya pengelolaan limbah cair domestik dan
limbah padat adalah :
1. Pembuatan septik tank yang dilengkapi
bidang rembesan untuk limbah domestik
(MCK).
2. Limbah domestik padat akan dikumpulkan
dan diimbil oleh Dinas Kebersihan
Kabupaten Bandung untuk dikirim ke TPA
sampah.
3. Sisa bahan kimia lumpur bor akan
dikumpulkan dan dikembalikan ke gudang
untuk dipergunkan kembali dalam pemboran
berikutnya
(6)
(7)
Untuk mempertahankan
daya dukung air agar
tidak merana (rentan)
serta tidak terjadi
gangguan terhadap
biota air
- Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih
dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan
penggalian di PS dan penimbunan di disposal,
pada ujung saluran tersebut dibuat kolam (bak)
pengendapan untuk menampung lumpur yang
terbawa air hujan sehingga TSS yang terbawa
pada saat hujan dapat dikendalikan.
- Penggalian untuk pondasi dilakukan secara
selektif artinya hanya pada batas-batas kawasan
yang telah ditandai sebagai rencana tapak
pondasi, kemudian tanah hasil galian segera
diangkut ke lokasi disposal agar potensi erosi
apabila turun hujan dapat diminimalkan.
- Penimbunan tanah galian di disposal area
dilakukan secara bertahap, lapis demi lapis
maksimal setiap 50 cm segera dipadatkan agar
tanah tidak gembur, sehingga apabila turun hujan
akan mengurangi erosi.
- Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor)
di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan
tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong
kawat, sehingga tidak terjadi longsoran
khususnya pada saat turun hujan.
- Menjalankan program SHE (Safety Health and
Environment) Induction khususnya terhadap
calon pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
- Lokasi penggalian pondasi di
pembangkit Unit 3.
- Lokasi yang berada di selatan
Power Stattion (PS) unit 1&2.
- Lokasi yang berada di disposal
area WWE Wellpad.
- Lokasi disposal area MBC
Wellpad.
- Lokasi disposal area WWN
Pembuatan saluran
air hujan, kolam
pengendapan, DPT
dan program SHE
dilakukan sebelum
penggalian dan
penimbunan
dilakukan,
sedangkan yang
lainnya dilakukan
selama kegiatan
penggalian dan
penimbunan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
SEGWWL
Pengawas
(9)
BPLH
Kabupaten
Bandung
Pelaporan
(10)
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 58
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
4.
5.
Fisiografi dan Geologi
Kegiatan penimbunan
sebanyak 73.413 m3 di
lokasi disposal pada saat
konstruksi pondasi
pembangkit Unit 3 dan
penimbunan tanah hasil
galian di lokasi disposal
akan berpotensi
menimbulkan longsoran
karena daerahnya cukup
miring khususnya di
lokasi disposal area
MBC
Lalulintas
Terjadinya kerusakan
jalan berupa jalan
berlubang yang dapat
menimbulkan keresahan
penduduk sepanjang
jalan yang dilalui.
Sumber dampaknya
adalah angkutan
material dan peralatan
pemboran, serta
angkutan tanah galian
menuju lokasi disposal
Terjadinya gerakan
tanah (longsor) di
lokasi disposal
Tingkat kerusakan
jalan sebelum
kegiatan berlangsung
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
mengerti tentang perlindungan lingkungan yang
dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi
(6)
(7)
Untuk mempertahankan
kondisi kestabilan tanah
di lokasi disposal
- Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih
dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan
penimbunan di lokasi disposa agar air hujan dari
bagian atas (dari luar) lokasi penimbunan tidak
masuk ke lokasi yang sedang ditimbun, sehingga
gerakan tanah dapat diminimalkan.
- Penimbunan tanah galian di disposal dilakukan
secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap
50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak gembur,
sehingga apabila turun hujan akan mengurangi
erosi.
- Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor)
di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan
tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong
kawat, sehingga tidak terjadi longsoran
khususnya pada saat turun hujan.
- Menjalankan program SHE (Safety Health and
Environment) Induction khususnya terhadap
calon pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka
mengerti tentang perlindungan lingkungan yang
dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi.
- Lokasi yang berada di selatan
Power Station (PS) unit 1&2.
- Lokasi yang berada di disposal
area WWE -.
- Lokasi disposal area MBC.
- Sebelum dilakukan kegiatan pengangkutan
material dan peralatan yang menggunakan alat
dan kendaraan berat, maka dilakukan sosialisasi
melalui surat pemberitahuan formal kepada para
pemangku kepentingan terkait terlebih dahulu
- Melakukan perbaikan jalan sesuai kebutuhan dan
kondisi lapangan beradasarkan pertimbangan
teknik dan sosial secara proporsional.
- Penjadwalan pengangkutan atau mobilisasi
kendaraan dengan kualifikasi berat khusus di
jalur akses (Norogtog – Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Cikakapa –
Cibitung - Kertamanah) Wayang Windu yaitu
mulai jam 05.00 WIB hingga 20.00 WIB,
terkecuali pada saat keadaan/kondisi darurat
dengan pemberitahuan sebelumnya, serta
pemasangan rambu-rambu lalu lintas sesuai
arahan Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung
dan selalu berkoordinasi.
Di sepanjang jalan menuju lokasi
kegiatan, khususnya di wilayah
Norogtog – Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum –
Kertamanah, , Kp. Cibitung, Kp.
Cikakapa dan perumahan karyawan
PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
Bertujuan untuk
meminimalisir tingkat
kerusakan jalan agar
kenyamanan
masyarakat pengguna
jalan tidak terganggu
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
- Lokasi disposal area WWN
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Pembuatan saluran
air hujan, kolam
pengendapan, DPT
dan program SHE
dilakukan sebelum
penggalian dan
penimbunan
dilakukan,
sedangkan yang
lainnya dilakukan
selama kegiatan
penggalian dan
penimbunan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Dilakukan sebelum
kegiatan
(sosialisasi),
selama kegiatan
pengangkutan dan
setelah kegiatan
konstruksi
(perbaikan jalan)
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 59
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
Keanekaan jenis
plankton dan benthos
digunakan tolok ukur
Indeks Diversitas
Shannon- Wiener dan
indeks dominansi
Simpson
6.
7.
1.
Biota Air
Kegiatan penggalian di
PS dan penimbunan di
lokasi disposal akan
menimbulkan gangguan
terhadap biota air karena
terjadi penurunan
kualitas air. Kegiatan
penyebabnya adalah
bahan galian sekitar
73.413 m3 pada saat
konstruksi pondasi
pembangkit Unit 3 dan
penimbunannya di
lokasi disposal
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
- Untuk mobilisasi peralatan PLTP Unit 3 yang
memiliki ukuran dan berat yang khusus
(Transformer, Turbin, Generator) pengelolaan
yang dilakukan berdasarkan pengalaman
mobilisasi saat pengembangan Unit 1 dan Unit 2
yaitu melibatkan aparat Kepolisian(Polisi Sektor
Pangalengan dan Resort Kota Besar Bandung)
dan DLLAJ setempat
(6)
(7)
Untuk mempertahankan
daya dukung air agar
tidak terjadi gangguan
terhadap biota air
- Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih
dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan
penggalian di PS dan penimbunan di disposal,
pada ujung saluran tersebut dibuat kolam (bak)
pengendapan untuk menampung lumpur yang
terbawa air hujan sehingga TSS yang terbawa
pada saat hujan dapat dikendalikan.
- Penggalian untuk pondasi dilakukan secara
selektif artinya hanya pada batas-batas kawasan
yang telah ditandai sebagai rencana tapak
pondasi, kemudian tanah hasil galian segera
diangkut ke lokasi disposal agar potensi erosi
apabila turun hujan dapat diminimalkan.
- Penimbunan tanah galian di disposal dilakukan
secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap
50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak
gembur, sehingga apabila turun hujan akan
mengurangi erosi.
- Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor)
di lokasi disposal perlu dibangun dinding
penahan tanah (DPT) atau retaining wall atau
bronjong kawat, sehingga tidak terjadi longsoran
khususnya pada saat turun hujan.
- Menjalankan program SHE (Safety Health and
Environment) Induction khususnya terhadap
calon pekerja di bagian pondasi, sehingga
mereka mengerti tentang perlindungan
lingkungan yang dikaitkan dengan potensi
pelumpuran/erosi
- Lokasi penggalian pondasi di
pembangkit Unit 3.
- Lokasi yang berada di selatan
Power Station (PS) unit 1&2.
- Lokasi yang berada di disposal
area WWE .
- Lokasi disposal area MBC.
-
Lokasi pengelolaan lingkungan
adalah di desa-desa terdekat dengan
lokasi kegiatan, yaitu Desa
Margamukti, Desa Sukamanah,
Desa Wanasuka, Desa Margamulya,
Mata Pencaharian
Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Konstruksi
Terbukanya kesempatan
Jumlah masyarakat
Meningkatkan
kerja dan peluang usaha
setempat yang
pendapatan masyarakat
bagi masyarakat
direkrut sebagai
dan aktivitas ekonomi
setempat sebagai
tenaga kerja sesuai
lokal
dampak dari kegiatan
kualifikasi dan
Senantiasa berupaya
memprioritaskan
penduduk setempat sebagai tenaga kerja proyek
sesuai kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan
secara transparan, khusus untuk rekanan
(kontraktor) melalui mekanisme yang telah
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
-
Lokasi disposal area WWN
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Pembuatan saluran
air hujan, kolam
pengendapan, DPT
dan program SHE
dilakukan sebelum
penggalian dan
penimbunan
dilakukan,
sedangkan yang
lainnya dilakukan
selama kegiatan
penggalian dan
penimbunan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Dilakuakan satu
kali sebelum
kegiatan
berlangsung
SEGWWL
BPLH dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
VI - 60
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
(1)
2.
8.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(2)
mobilisasi dan aktivitas
tenaga kerja konstruksi
untuk kegiatan
pemboran yang akan
melibatkan tenaga kerja
sekitar 150 orang dan
kegiatan konstruksi
pembangunan lapangan
uap dan pembangkit
Unit 3 sebanyak 350
orang dan 800 orang
saat puncaknya
(3)
kebutuhan, serta
usaha penduduk yang
terkait dengan
kegiatan konstruksi
dan tenaga kerja
pendatang
Pematangan Lahan
Kegiatan penimbunan
tanah hasil kegiatan
penggalian sebanyak
73.413 m3 di lokasi
disposal apabila longsor
dan mengenai kebun
sayuran yang berbatasan
dengan lokasi timbunan
akan menimbulkan
terganggunya mata
pencaharian petani
akibat hasil panen
terganggu, sehingga
dikhawatirkan akan
menimbulkan keresahan
Keresahan
Keresahan penduduk
merupakan dampak
turunan dari kerusakan
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(4)
(5)
disepakati bersama
-
Mekanisme perekrutan tenaga kerja setempat
yang selama ini dilakukan dapat dievaluasi
bersama dengan pemangku kepentingan terkait
agar harapan masyarakat dan keluhan selama
ini dapat direspon dengan baik
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
(6)
Desa Banjarsari, dan Desa
Pangalengan.
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(7)
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Jawa Barat
Laporan tentang
kejadian longsor
yang menyebabkan
kebun penduduk
terganggu
Untuk meminimalisir
gangguan terhadap
kebun petani dan
mencegah keresahan
- Dibuatkan saluran air hujan darurat terlebih
dahulu disekeliling lokasi sebelum dilakukan
penimbunan di lokasi disposa agar air hujan dari
bagian atas (dari luar) lokasi penimbunan tidak
masuk ke lokasi yang sedang ditimbun, sehingga
gerakan tanah dapat diminimalkan.
- Penimbunan tanah galian di disposal dilakukan
secara bertahap, lapis demi lapis maksimal setiap
50 cm segera dipadatkan agar tanah tidak gembur,
sehingga apabila turun hujan akan mengurangi
erosi.
- Daerah curam dan rentan gerakan tanah (longsor)
di lokasi disposal perlu dibangun dinding penahan
tanah (DPT) atau retaining wall atau bronjong
kawat, sehingga tidak terjadi longsoran khususnya
pada saat turun hujan.
- Menjalankan program SHE (Safety Health and
Environment) Induction khususnya terhadap calon
pekerja di bagian pondasi, sehingga mereka
mengerti tentang perlindungan lingkungan yang
dikaitkan dengan potensi pelumpuran/erosi.
- Memberi kompensasi bagi tanaman yang terkena
gangguan langsung di sekitar area kerja oleh
kegiatan penimbunan. Pemberian kompensasi
dilakukan sesuai mekanisme dan memegang asas
kepatutan yang berlaku berdasarkan kesepahaman
bersama
Di lokasi disposal yang berbatasan
dengan kebun penduduk yaitu
sekitar disposal area Power Station
Unit 1 dan 2 serta disposal area
MBC
Dilakukan sebelum
dan selama
kegiatan
penimbunan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Kejadian protes dari
penduduk bahkan
kemungkinan
Untuk mencegah
timbulnya gejolak sosial
dan menekan timbulnya
- Melakukan pengelolaan
terhadap komponen
lingkungan lalulintas (kerusakan jalan) akibat
dampak kegiatan angkutan material dan peralatan
-
Sebelum dan
selama kegiatan
bersangkutan
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
BPLH
Kabupaten
Bandung &
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Sepanjang jalur angkutan untuk
kegiatan pemboran dan
sepanjang jalur angkutan menuju
VI - 61
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(1)
(2)
jalan akibat angkutan
kegiatan mobilisasi
kendaraan
material/peralatan
pemboran dan
pengangkutan tanah
buangan ke lokasi
disposal, serta
timbulnya dampak
terhadap tanaman di
sekitar lokasi disposal
area Power Station Unit
1 & 2 dan disposal area
MBC
(3)
terjadinya unjuk rasa
akibat tidak terkelola
dengan baik dampak
utama
9.
Kamtibmas
Adanya keresahan
masyarakat karena
timbulnya gannguan
jalan berupa jalan
berlubang yang dapat
menimbulkan keresahan
penduduk sepanjang
jalan akses yang dilalui
pada saat kegiatan
angkutan material dan
peralatan pemboran,
serta angkutan tanah
buangan menuju lokasi
disposal
No.
10
Kenyamanan
Gangguan kenyamanan
disebabkan kerusakan
jalan (komponen
lalulintas) berupa jalan
berlubang yang dapat
menimbulkan debu pada
saat cuaca panas (debu
yang menempel pada
permukaan bangunan
dan tanaman) dan becek
pada saat hujan
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
(4)
keresahan masyarakat
(5)
pemboran, serta angkutan tanah hasil buangan
agar tidak terjadi kerusakan jalan.
- Melakukan pengelolaan terhadap komponen
lingkungan fisiografi dan geologi akibat kegiatan
penimbunan tanah hasil buangan di lokasi
disposal, tanaman di sekitar lokasi disposal area
Power Station Unit 1 & 2 dan disposal area MBC
tidak terkena gangguan dari lokasi penimbunan
(6)
disposal, yaitu wilayah Kp.
Kertamanah, Kp. Cinyiruan dan
Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan
perumahan karyawan PTPN VIII
Kebun Malabar dan Kp. Tanara.
- Lokasi disposal area Power
Station Unit 1 & 2 dan disposal
area MBC
(7)
berlangsung
Adanya ungkapan
ketidak-puasan
masyarakat yang
berujung terjadinya
protes terhadap
kegiatan
Untuk mencegah
timbulnya gejolak sosial
dan gangguan
kamtibmas
- Terus menjalin komunikasi yang baik dengan
masyarakat.
- Mengatur jumlah dan kecepatan kendaraan
pengangkut saat melewati permukiman penduduk
agar tidak beriringan dengan kecepatan
maksimum kendaraan tidak melebihi 30 km/jam.
- Melakukan semua kegiatan pada siang hari dan
jadwal yang berlaku untuk lintasan di jalan akses
- Menutup bak truk pengangkut material galian
menggunakan suatu lapisan (kain terpal) sehingga
partikel galian tidak tertiup angin pada saat
diangkut ke disposal area.
- Meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup terhadap kegiatan yang telah berjalan
Lokasi pengelolaan lingkungan
adalah di wilayah permukiman yang
dilalui angkutan material dan
peralatan pemboran dan tanah galian
menuju lokasi disposal, yaitu
wilayah Kp. Kertamanah, Kp.
Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp.
Cibitung dan perumahan karyawan
PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
Debu yang
menempel pada
permukaan bangunan
dan tanaman pada
saat cuaca panas dan
becek pada saat
hujan
Untuk mencegah debu
dan pelumpuran (becek)
akibat ceceran tanah
dan kerusakan jalan,
sehingga tidak
menimbulkan gangguan
kenyamanan
- Melakukan pengelolaan terhadap komponen
kualitas udara agar debu lokal dan pelumpuran
yang disebabkan ceceran tanah sepanjang jalur
angkutan dapat diminimalkan.
- Melakukan pengelolaan terhadap komponen
kebisingan agar peningkatan kebisingan
sepanjang jalur angkutan memenuhi baku mutu
lingkungan permukiman.
Lokasi pengelolaan lingkungan
adalah di wilayah permukiman yang
dilalui angkutan material dan
peralatan pemboran dan tanah galian
menuju lokasi disposal, yaitu
wilayah Kp. Kertamanah, Kp.
Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp.
Cibitung dan perumahan karyawan
PTPN VIII (Kebun Malabar) dan
Kp. Tanara
- Melakukan pengelolaan terhadap kerusakan jalan
(komponen lalulintas) agar tidak timbul debu
lokal dan pelumpuran sepanjang jalur angkutan
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Kabupaten
Bandung
Pelaporan
(10)
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Selama kegiatan
pematangan lahan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Selama kegiatan
pematangan lahan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 62
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(1)
(2)
sepanjang jalan yang
dilalui pada saat
kegiatan angkutan
material dan peralatan
pemboran, serta
kebisingan yang
menyebabkan gangguan
istirahat penduduk
sepanjang jalan
angkutan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
11
Angka Kesakitan
Gangguan kesehatan
berupa angka kesakitan
ISPA disebabkan
kerusakan jalan
(komponen lalulintas)
berlubang dan ceceran
tanah yang dapat
menimbulkan debu pada
saat cuaca panas
sepanjang jalan
angkutan material dan
peralatan pemboran dan
tanah galian menuju
lokasi disposal
Lokasi pengelolaan lingkungan
adalah di wilayah permukiman yang
dilalui angkutan material dan
peralatan pemboran dan tanah galian
menuju lokasi disposal, yaitu
wilayah Kp. Kertamanah, Kp.
Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp.
Cibitung dan perumahan karyawan
PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
Lokasi pengelolaan lingkungan
adalah di wilayah permukiman yang
dilalui angkutan material dan
peralatan pemboran dan tanah galian
menuju lokasi disposal, yaitu
wilayah Kp. Kertamanah, Kp.
Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp.
Cibitung dan perumahan karyawan
PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
No.
12
III
1.
Kesehatan Masyarakat
Gangguan Kesehatan
Masyarakat akibat
vektor penyakit
disebabkan kerusakan
jalan (komponen
lalulintas) berlubang dan
ceceran tanah yang
dapat menimbulkan
debu pada saat cuaca
panas dan lumpur pada
saat hujan sepanjang
jalan angkutan material
dan peralatan pemboran
dan tanah galian menuju
lokasi disposal
Data tentang 10
penyakit dominan
dari Puskesmas
Pangalengan,
khususnya jumlah
penderita ISPA
Untuk meminimalkan
gangguan Kesehatan
Masyarakat yang dapat
menimbulkan angka
kesakitan
- Melakukan pengelolaan terhadap komponen
kualitas udara agar debu lokal dan pelumpuran
yang disebabkan ceceran tanah sepanjang jalur
angkutan dapat diminimalkan.
Debu yang
menempel pada
permukaan bangunan
dan tanaman pada
saat cuaca panas dan
lumpur pada saat
hujan
Untuk meminimalkan
gangguan Kesehatan
Masyarakat
- Melakukan pengelolaan terhadap komponen
kualitas udara agar debu lokal dan pelumpuran
yang disebabkan ceceran tanah sepanjang jalur
angkutan dapat diminimalkan.
- Melakukan pengelolaan terhadap kerusakan jalan
(komponen lalulintas) agar tidak timbul debu
lokal dan pelumpuran sepanjang jalur angkutan
-
Melakukan pengelolaan terhadap kerusakan jalan
(komponen lalulintas) agar tidak timbul debu
lokal dan pelumpuran sepanjang jalur angkutan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Selama kegiatan
pematangan lahan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Selama kegiatan
pematangan lahan
berlangsung
SEGWWL
Dinas
Kesehatan dan
BPLH
Kabupaten
Bandung.
Dinas
Kesehatan
dan BPLH
Kabupaten
Bandung ,
serta
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Tahap Operasi
Kualitas Udara
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 63
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(1)
(2)
Pengoperasian lapangan
uap dan PLTP Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3 akan
meningkatkan gas H2S
dan NH3 di udara
ambient, sehingga
dikhawatirkan akan
menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan
(ISPA). Sumber dampak
berasal dari non
condensable gas (NCG)
yang tidak retangkap
(terserap) air di cooling
tower, sehingga terlepas
ke udara bebas
(3)
Kadar emisi gas H2S
dan NH3 dari
cerobong cooling
tower, kemudian
dibandingkan dengan
baku mutu menurut
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup
No. 21 tahun 2008
tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Usaha
Dan/Atau Kegiatan
Pembangkit Tenaga
Listrik Termal, yaitu
untuk gas H2S
sebesar 35 mg/m3
dan NH3 sebesar 0,5
mg/m3 dan untuk
udara ambien
Keputusan Menteri
Negara Lingkungan
Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996
tentang Baku Tingkat
Kebauan, yaitu
untuk H2S sebesar
0,02 ppm (63 µg/m3)
dan NH3 sebesar 2,0
ppm (1.360 µg/m3)
(4)
Untuk menekan
konsentrasi H2S agar
tidak melebihi baku
mutu
(5)
- Pengelolaan terhadap kualitas udara selama masa
operasional PLTP adalah melalui pemipaan non
condensable gas (NCG) yang dialirkan ke menara
pendingin agar gas tersebut larut dalam air
kondensat yang kemudian diinjeksikan ke dalam
sumur injeksi.
- Pembersihan Pipa air distribusi dan filler Menara
Pendingin secara rutin untuk menurunkan
temperatur pendinginan steam di kondenser agar
kelarutan NCG menjadi optimum, sehingga emisi
NCG menjadi minimal
(6)
Lokasi PLTP, khususnya pada
menara pendingin
(7)
Selama operasional
PLTP berlangsung
2.
Kebisingan
Kebisingan yang
ditimbulkan dari turbin
dan generator
pembangkit Unit 1 dan
Unit 2 masih memenuhi
baku mutu namun
apabila ditambah
dengan turbin dan
generator pembangkit
Unit 3 maka berpotensi
akan meningkatkan
kebisingan. Sumber
dampak adalah
pengoperasian PLTP
Unit 1, Unit 2 dan Unit
Tingkat kebisingan
yang ditimbulkan
dibandingkan dengan
Baku Mutu
berdasarkan
Keputusan Menteri
Negara Lingkungan
Hidup No.Kep48/MENLH/XI/1996,
tentang Baku Tingkat
Kebisingan, yaitu
tingkat kebisingan
untuk daerah
industry (areal Power
Station) sebesar 70
Untuk menekan tingkat
kebisingan agar tidak
melebihi baku mutu
- Memelihara secara rutin berbagai mesin
pembangkit agar suara yang ditimbulkan oleh
mesin tersebut tetap normal sesuai standar
pabriknya.
- Pengelolaan lingkungan pada saat kondisi
emergency dan overhaul, maka steam dialirkan
ke Rock Muffler yang dapat mereduksi
kebisingan sebesar 16 dBA.
Lokasi PLTP Unit 1, Unit 2 dan
Unit 3
Selama operasional
PLTP Unit 1, Unit
2 dan Unit 3
berlangsung.
No.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
-
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
SEGWWL
Pengawas
(9)
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
Pelaporan
(10)
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Memelihara dan melakukan peremajaan tanaman
green barrier sekitar batas areal Power Station
karena sebaran kebisingan dapat diredam
(tereduksi) sebesar 2 - 5 dBA (Raw dan Wooten,
1980) oleh tanaman tergantung jenis dan
kerapatan tanaman
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 64
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(1)
(2)
(3)
dBA, areal terbuka
hijau (kebun teh dan
hutan) adalah 50
dBA dan lingkungan
permukiman adalah
55 Dba
3
3.
1.
2.
Kualitas Air
Pengoperasian Lapangan Uap
Pengoperasian
Jumlah brine water
tambahan lapangan uap
yang mengalir ke
WWT akan
anak Sungai
meningkatkan jumlah
Cisangkuy.
brine water menjadi ±
158.745 m3/bulan (5.292
m3/hari) dari
sebelumnya ± 119.059
m3/bulan (3.969 m3/hari)
dan akan diinjeksikan ke
dalam sumur yang telah
beroperasi yaitu sumur
injeksi WWW-1
Pengoperasian PLTP Unit 1, 2 dan Unit 3
Pengoperasian PLTP
Jumlah Condensate
akan menghasilkan
yang mengalir ke
Condensate dari Unit 1
anak Sungai
dan Unit 2 (eksisting)
Cisangkuy
adalah sekitar 380.808
m3/bulan (12.693
m3/hari), akan
meningkat sebesar
126.936 m3/bulan (4.231
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
(6)
(7)
Untuk mencegah agar
brine water tidak masuk
ke air permukaan
- Menginjeksikan seluruh Brine Water yang
dihasilkan dari lapangan uap ke dalam sumur
injeksi WWW-1.
- Memlihara sumur injeksi cadangan agar siap
digunakan setiap saat apabila terjadi gangguan di
sumur injeksi WWW-1. Apabila proses injeksi
Brine Water ke sumur injeksi WWW-1
mengalami gangguan, maka bisa dilakukan
injeksi ke sumur WWW-2.
- Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa
injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan
salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau
WWW, maka injeksi bisa dilaihkan ke WWW
atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi
tersebut sudah terpasang jalur pipanya.
- Mempertahankan kapasitas pipa untuk Brine saat
ini sebesar 300 kg/s. Yang terpakai saat ini
sebesar 30 kg/s, sedangkan setelah Unit 3
beroperasi diperkirakan menghasilkan Brine
sebesar 30 kg/s, sehingga kapasitas pipa tidak
terlampaui. , Untuk itu, jalur pipa ke sumur
injeksi sampai saat ini tidak perlu ada
penambahan dan cukup dengan jalur yang ada
- Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa
secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi
brine dari PLTP ke sumur injeksi
Sumur injeksi WWW-1 dan area
kegiatan SEGWWL
Untuk mencegah agar
Condensate tidak
masuk ke air
permukaan
- Menginjeksikan seluruh air condensate yang
berasal dari Cooling Tower pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3 ke dalam sumur injeksi yang
telah beroperasi yaitu sumur injeksi WWF-1 dan
WWF-3.
- Memelihara sumur injeksi cadangan agar siap
diginakan setiap saat apabila terjadi gangguan di
sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3. Apabila
proses injeksi condensate ke sumur injeksi
Sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3
dan area kegiatan SEGWWL
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Selama operasional
lapangan uap
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Dilakukan selama
operasional seluruh
unit PLTP
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 65
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
m3/hari) setelah
pembangkit Unit 3
beroperasi, sehingga
jumlah seluruh
Condensate dari
pembangkit Unit 1, Unit
2 dan Unit 3 yang harus
diinjeksi ke sumur
WWF-1 dan WWF-3
menjadi 507.744
m3/bulan (16.925
m3/hari)
(3)
4
1.
Hidrologi
Pengoperasian Lapangan Uap WWT
Pengoperasian lapangan
Jumlah brine water
uap WWT akan
yang mengalir ke
meningkatkan jumlah
anak Sungai
brine water menjadi ±
Cisangkuy
3
158.745 m /bulan (5.292
3
m /hari) dari
sebelumnya ± 119.059
m3/bulan (3.969 m3/hari)
dan akan diinjeksikan ke
dalam sumur injeksi
WWW-1, apabila terjadi
gangguan pada sumur
injeksi WWW-1 brine
water harus dialirkan ke
badan air, sehingga akan
meningkatkan debit air
permukaan
No.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
WWWF-1 atau WWF-3 mengalami gangguan,
maka bisa dilakukan injeksi ke sumur WWS.
- Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa
injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan
salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau
WWW, maka injeksi bisa dialihkan ke WWW
atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi
tersebut sudah terpasang jalur pipanya.
- Mempertahankan kapasitas pipa untuk
condensate adalah sebesar 200 kg/s. Yang
terpakai saat ini sebesar 100 kg/s, sedangkan
setelah Unit 3 beroperasi diperkirakan
menghasilkan Condensate sebesar 80 kg/s,
sehingga kapasitas pipa tersebut tidak
terlampaui. Untuk itu, jalur pipa ke sumur injeksi
sampai saat ini tidak perlu ada penambahan dan
cukup dengan jalur yang ada
- Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa
secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi
kondensat dari PLTP ke sumur injeksi
(6)
(7)
Untuk meminimalisir
brine water yang masuk
ke air permukaan
- Menginjeksikan seluruh Brine Water yang
dihasilkan dari lapangan uap ke dalam sumur
injeksi WWW-1.
- Memelihara sumur injeksi cadangan agar siap
digunakan setiap saat apabila terjadi gangguan di
sumur injeksi WWW-1. Apabila proses injeksi
Brine Water ke sumur injeksi WWW-1
mengalami gangguan, maka bisa dilakukan
injeksi ke sumur WWW-2.
- Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa
injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan
salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau
WWW, maka injeksi bisa dialihkan ke WWW
atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi
tersebut sudah terpasang jalur pipanya.
- Mempertahankan kapasitas pipa untuk Brine saat
ini sebesar 300 kg/s, yang terpakai saat ini
sebesar 30 kg/s, sedangkan setelah Unit 3
beroperasi diperkirakan menghasilkan Brine
sebesar 30 kg/s, sehingga kapasitas pipa tidak
terlampaui. , Untuk itu, jalur pipa ke sumur
injeksi sampai saat ini tidak perlu ada
penambahan dan cukup dengan jalur yang ada
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Sumur injeksi WWW-1 dan area
kegiatan SEGWWL
Selama operasional
lapangan uap
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 66
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
(4)
2
5.
Pengoperasian PLTP Unit 1, 2 dan Unit 3
Pengoperasian PLTP
Jumlah Condensate
Unit 3 akan
yang mengalir ke
meningkatkan jumlah
anak Sungai
Condensate menjadi ±
Cisangkuy
3
507.744 m /bulan
3
(16.925 m /hari) dari
sebelumnya ± 380.808
m3/bulan (12.693
m3/hari) yang berasal
dari Unit 1 dan Unit 2,
Condensate tersebut
akan diinjeksikan ke
dalam sumur injekasi
WWF-1 dan WWF-3,
apabila terjadi gangguan
pada sumur injeksi
WWF-1 dan WWF-3
Condensate harus
dialirkan ke badan air,
sehingga akan
meningkatkan debit air
permukaan
Fisiografi dan Geologi
Kegiatan injeksi brine
water ke dalam sumur
injeksi WWW-1 dan
Condensate ke dalam
sumur injeksi WWF-1
dan WWF-2 telah
menimbulkan isu yang
berkembang di
masyarakat bahwa
kegiatan PLTP turut
memicu gempa yang
selama ini kerap terjadi,
Riwayat gempa yang
terjadi selama ini
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(5)
- Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa
secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi
brine dari PLTP ke sumur injeksi
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(6)
(7)
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Untuk meminimalisir
Condensate yang masuk
ke air permukaan
- Menginjeksikan seluruh air condensate yang
berasal dari Cooling Tower ke dalam sumur
injeksi WWF-1 dan WWF-3.
- Memlihara sumur injeksi cadangan agar siap
digunakan setiap saat apabila terjadi gangguan di
sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3. Apabila
proses injeksi condensate ke sumur injeksi
WWWF-1 atau WWF-3 mengalami gangguan,
maka bisa dilakukan injeksi ke sumur WWS.
- Membuat jalur pipa interkoneksi antar jalur pipa
injeksi agar apabila terjadi gangguan dengan
salah satu sumur injeksi baik itu di WWF atau
WWW, maka injeksi bisa dialihkan ke WWW
atau sebaliknya ke WWF karena ke dua lokasi
tersebut sudah terpasang jalur pipanya.
- Mempertahankan kapasitas pipa untuk
condensate adalah sebesar 200 kg/s. Yang
terpakai saat ini sebesar 100 kg/s, sedangkan
setelah Unit 3 beroperasi diperkirakan
menghasilkan Condensate sebesar 80 kg/s,
sehingga kapasitas pipa tersebut tidak
terlampaui. Untuk itu, jalur pipa ke sumur injeksi
sampai saat ini tidak perlu ada penambahan dan
cukup dengan jalur yang ada
- Pemeliharaan rutin meliputi penggantian pipa
secara berkala dan pemeriksaan jalur injeksi
kondensat dari PLTP ke sumur injeksi
Sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3
dan area kegiatan SEGWWL
Selama operasional
seluruh unit PLTP.
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Untuk meredam isu
yang berkembang di
masyarakat mengenai
gempa
- Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai riwayat gempa serta mengenai
kegiatan yang dilakukan oleh SEGWWL, karena
gempa yang terjadi selama ini merupakan bagian
dari bahaya lingkungan beraspek geologi berupa
gerakan tanah, erupsi freatik dan gempa bumi.
- Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
di Kecamatan Pangalengan. Buletin
disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah
Di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti,
Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Selama operasional
kegiatan
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 67
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
(1)
(2)
sehingga dapat
menimbulkan
keresahan. Sumber
dampak adalah
Pengoperasian
Lapangan Uap dan
Pengoperasian PLTP
Unit 1 Unit 2 dan Unit
6.
Lalulintas
Terjadinya kerusakan
jalan berupa jalan
berlubang di sepanjang
jalan menuju lokasi
kegiatan, khususnya di
wilayah Norogtog –
Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan –
Cibeureum – Cikakapa Kertamanah yang
dianggap oleh
masyarakat akibat dari
kegiatan SEGWWL,
sehingga dapat
menimbulkan
keresahan. Sumber
dampak adalah kegiatan
mobilisasi dan aktivitas
angkutan tenaga kerja
pada saat kegiatan
operasi
7.
Ruang dan Lahan
Proyek PLTP Panas
Bumi SEGWWL
mempunyai daya tarik
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(3)
(4)
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(5)
studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan.
Buletin berisikan informasi umum mengenai
segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi
di Wayang Windu termasuk informasi terkini
yang sedang berkembang di masyarakat.
Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi
bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat
dan atau sebaliknya mengenai masukan,
informasi dari keduabelah pihak demi membina
hubungan yang lebih harmonis
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(6)
(7)
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Kerusakan jalan atau
laporan keluhan
masyarakat mengenai
kerusakan jalan
Meminimalisir
kerusakan jalan agar
kenyamanan
masyarakat pengguna
jalan tidak terganggu
- Melakukan perbaikan jalan sesuai kebutuhan dan
kondisi lapangan beradasarkan pertimbangan
teknik dan sosial secara proporsional.
- Penjadwalan pengangkutan atau mobilisasi
kendaraan dengan kualifikasi berat khusus di
jalur akses (Norogtog – Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Cikakapa –
Cibitung - Kertamanah) Wayang Windu yaitu
mulai jam 05.00 WIB hingga 20.00 WIB,
terkecuali pada saat keadaan/kondisi darurat
dengan pemberitahuan sebelumnya, serta
pemasangan rambu-rambu lalu lintas sesuai
arahan Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung
dan selalu berkoordinasi.
- Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
di Kecamatan Pangalengan. Buletin
disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah
studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan.
Buletin berisikan informasi umum mengenai
segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi
di Wayang Windu termasuk informasi terkini
yang sedang berkembang di masyarakat.
Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi
bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat
dan atau sebaliknya mengenai masukan,
informasi dari keduabelah pihak demi membina
hubungan yang lebih harmonis
Di sepanjang jalan menuju lokasi
kegiatan, khususnya di wilayah
Norogtog – Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum –
Kertamanah, , Kp. Cibitung, Kp.
Cikakapa dan perumahan karyawan
PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
Dilakukan selama
operasional
kegiatan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas
Perhubungan
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Alih fungsi lahan
dari perkebunan dan
hutan menjadi
Untuk mengendalikan
alih fungsi lahan
- Melakukan koordinasi untuk klarifikasi dengan
pemerintah baik desa, kecamatandan dinas
terkait di Kabupaten Bandung apabila terjadi
Wilayah Kuasa Pertambangan
SEGWWL
Dilakukan selama
operasional
kegiatan
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas
...
Kabupaten
BPLH
Kabupaten
Bandung &
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 68
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
(1)
8
1.
2.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(2)
bagi penduduk baik bagi
penduduk setempat
maupun bagi penduduk
luar. Hal ini dapat
berdampak pada
peningkatan mobilitas
penduduk baik yang
bersifat sementara
sebagai wisatawan
maupun permanen,
sehingga mendorong
terciptanya gangguan
pada ruang dan lahan,
utamanya penyusutan
terhadap ruang terbuka
hijau (RTH) akibat alih
fungsi lahan
(3)
infrastruktur kegiatan
wisata
Biota Air
Pengoperasian Lapangan Uap WWT
Gangguan terhadap
Keanekaragaman
biota air merupakan
biota air di perairan
dampak turunan dari
permukaan.
penurunan kualitas air
permukaan akibat
masuknya brine water
ke perairan umum pada
saat kegiatan
pengoperasian lapangan
uap
Pengoperasian PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3
Gangguan terhadap
Keanekaragaman
biota air merupakan
biota air di perairan
dampak turunan dari
permukaan
penurunan kualitas air
permukaan akibat
masuknya Condesate ke
perairan umum pada
kegiatan pengoperasian
pembangkit Unit 1, Unit
2 dan Unit 3
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(4)
-
(5)
indikasi pembangunan fisik di sekitar areal kerja
SEGWWL.
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
(6)
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(7)
berlangsung
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Bandung
Pelaporan
(10)
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Melaporkan secara rutin setiap tahun kepada
BPLH Kabupaten Bandung mengenai berbagai
fasilitas fisik bangunan yang dimiliki SEGWWL
Mencegah agar biota air
tidak terganggu
Melakukan pengelolaan terhadap penurunan
kualitas air seperti yang telah diuraikan di bagian
kualitas air
Sumur injeksi WWW-1 dan area
kegiatan SEGWWL
Selama operasional
lapangan uap
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Untuk mencegah agar
biota air tidak
terganggu
Melakukan pengelolaan terhadap penurunan
kualitas air seperti yang telah diuraikan di bagian
kualitas air
Sumur injeksi WWF-1 dan WWF-3
dan area kegiatan SEGWWL
Selama operasional
seluruh unit PLTP
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 69
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
(1)
9.
1.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(2)
(3)
Mata Pencaharian
Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Operasi
Mobilisasi dan aktivitas
Jumlah masyarakat
tenaga kerja
setempat yang
pengoperasian lapangan
direkrut sebagai
uap dan pembangkit
tenaga kerja untuk
Unit 1 dan Unit 2 selalu
kegiatan
melibatkan masyarakat
lokal, sehingga
pengoperasian
pembangkit Unit 3 akan
membuka kesempatan
kerja bagi masyarakat
setempat. Sumber
dampak adalah
mobilisasi dan aktivitas
tenaga kerja untuk
seluruh operasional
kegiatan
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
(6)
(7)
Meningkatkan
pendapatan masyarakat
dan aktivitas ekonomi
lokal
- Senantiasa berupaya memprioritaskan penduduk
setempat sebagai tenaga kerja proyek sesuai
kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan secara
transparan, khusus untuk rekanan (kontraktor)
melalui mekanisme yang telah disepakati
bersama
- Mekanisme perekrutan tenaga kerja setempat
yang selama ini dilakukan dapat dievaluasi
bersama dengan pemangku kepentingan terkait
agar harapan masyarakat dan keluhan selama ini
dapat direspon dengan baik.
- Bekerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten
Bandung atau lembaga pendidikan untuk
menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan
tenaga semi skill di SEGWWL
- Memberikan kesempatan magang kepada siswa
SMA, D3 – S1 khususnya bagi yang menerima
beasiswa dari SEGWWL dalam proses
penyelesaian tugas akhir.
- Melakukan pembinaan manajerial dan
pemberian dukungan finansial terhadap dunia
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang
ada di Kecamatan Pangalengan, serta mendirikan
Koperasi UMKM sebagai dukungan finansial.
- Pemberdayaan masyarakat melalui
pendampingan usaha pengembangan potensi
alam setempat seperti yang pernah dilakukan
yaitu :
 Kegiatan penanaman kopi arabika.
 Pengadaan bibit tanaman untuk reboisasi atau
penanaman lahan gundul seperti tanaman
Bibit yang disediakan Perusahaan antara lain
adalah bibit pohon Rasamala, Eucalyptus,
Suren, Damar, Salamander, Puspa, Acacia
Decuren, Pinus, Cypres, dan Alpukat.
 Program Sapi Laktasi Bergulir adalah program
pemberian bantuan sapi laktasi kepada para
peternak sapi.
 Program Budi daya Ulat Sutra dan Daun
Murbei
 Program Pengadaan Reaktor Biogas
 Penyusunan program CSR selalu
dikoordinasikan dengan berbagai pihak baik
masyarakat maupun pemerintah (desa dan
Di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti,
Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Dilakukan satu kali
sebelum setiap
kegiatan
berlangsung
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 70
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
(4)
2.
Pengoperasian Lapangan Uap dan PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3
Adanya anggapan dari
Laporan gangguan
Untuk mencegah
masyarakat bahwa
terhadap tanaman
keresahan petani
pengoperasian lapangan
akibat pengoperasian
uap dan pembangkit
lapangan uap dan
Unit 1, Unit 2 dan Unit
pembangkit Unit 1,
3 terhadap tanaman
Unit 2 dan Unit 3
sayuran yang lokasinya
dari petani atau desa
berdekatan dengan area
atau kecamatan
kegiatan. Sumber
dampaknya adalah uap
panas yang terbuang ke
udara bebas
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(5)
kecamatan), serta disosialisasikan agar
program tersebut terlaksana dengan baik dan
mencapai sasaran di masyarakat setempat.
- Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
di Kecamatan Pangalengan. Buletin
disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah
studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan.
Buletin berisikan informasi umum mengenai
segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi
di Wayang Windu termasuk informasi terkini
yang sedang berkembang di masyarakat.
Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi
bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat
dan atau sebaliknya mengenai masukan,
informasi dari keduabelah pihak demi membina
hubungan yang lebih harmonis
(6)
(7)
- Melakukan pengelolaan terhadap dampak
penurunan kualitas udara seperti yang telah
diuraikan di bagian atas (kualitas udara) pada
saat pengoperasian lapangan uap dan
pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3.
- Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
di Kecamatan Pangalengan. Buletin
disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah
studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan.
Buletin berisikan informasi umum mengenai
segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi
di Wayang Windu termasuk informasi terkini
yang sedang berkembang di masyarakat.
Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi
bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat
dan atau sebaliknya mengenai masukan,
informasi dari keduabelah pihak demi membina
hubungan yang lebih harmonis
- Memberi kompensasi bagi tanaman yang terkena
gangguan langsung di sekitar area kerja.
Pemberian kompensasi dilakukan sesuai
mekanisme dan memegang asas kepatutan yang
berlaku berdasarkan kesepahaman bersama
Di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti,
Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Dilakukan selama
kegiatan
berlangsung
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 71
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
(1)
10
1.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
(2)
(3)
Keresahan
Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Operasi
Timbulnya keresahan
Jumlah tenaga kerja
masyarakat karena
setempat yang
sebagian penduduk
bekerja di
menganggap bahwa
SEGWWL.
sebagian besar tenaga
kerja operasi selalu diisi
oleh tenaga kerja dari
luar sehingga peluang
kerja akan sulit
dinikmati oleh
masyarakat setempat
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(4)
(5)
(6)
(7)
Untuk mencegah
timbulnya keresahan di
masyarakat
- Senantiasa berupaya memprioritaskan penduduk
setempat sebagai tenaga kerja proyek sesuai
kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan secara
transparan, khusus untuk rekanan (kontraktor)
melalui mekanisme yang telah disepakati
bersama
- Mekanisme perekrutan tenaga kerja setempat
yang selama ini dilakukan dapat dievaluasi
bersama dengan pemangku kepentingan terkait
agar harapan masyarakat dan keluhan selama ini
dapat direspon dengan baik.
- Bekerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten
Bandung atau lembaga pendidikan untuk
menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan
tenaga semi skill di SEGWWL
- Memberikan kesempatan magang kepada siswa
SMA, D3 – S1 khususnya bagi yang menerima
beasiswa dari SEGWWL dalam proses
penyelesaian tugas akhir.
- Melakukan pembinaan manajerial dan
pemberian dukungan finansial terhadap dunia
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang
ada di Kecamatan Pangalengan, serta mendirikan
Koperasi UMKM sebagai dukungan finansial.
- Pemberdayaan masyarakat melalui
pendampingan usaha pengembangan potensi
alam setempat seperti yang pernah dilakukan
yaitu :
- Kegiatan penanaman kopi arabika.
- Pengadaan bibit tanaman untuk reboisasi atau
penanaman lahan gundul seperti tanaman Bibit
yang disediakan Perusahaan antara lain adalah
bibit pohon Rasamala, Eucalyptus, Suren,
Damar, Salamander, Puspa, Acacia Decuren,
Pinus, Cypres, dan Alpukat.
- Program Sapi Laktasi Bergulir adalah program
pemberian bantuan sapi laktasi kepada para
peternak sapi.
- Program Budi daya Ulat Sutra dan Daun Murbei
- Program Pengadaan Reaktor Biogas
Penyusunan program CSR selalu
dikoordinasikan dengan berbagai pihak baik
masyarakat maupun pemerintah (desa dan
kecamatan), serta disosialisasikan agar program
Di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti,
Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Satu kali sebelum
mobilisasi dan
aktivitas tenaga
kerja operasi
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 72
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
(4)
-
2.
Pengoperasian PLTP Unit 3
Timbulnya keresahan
Laporan ketidak
masyarakat akibat
puasan masyarakat
dampak turunan dari
terhadap pengelolaan
kerusakan jalan
komponen fisik(lalulintas), karena
kimia yang tidak
terganggunya mata
maksimal
pencaharian mereka
akibat tanaman sayuran
yang lokasinya
berdekatan dengan area
kegiatan PLTP
(fisiografi), serta
kekhawatiran gempa
akibat dipicu oleh
aktifitas lapangan uap
(geologi)
Untuk mencegah
timbulnya gejolak sosial
dan menekan timbulnya
keresahan masyarakat
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(5)
tersebut terlaksana dengan baik dan mencapai
sasaran di masyarakat setempat.
Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
di Kecamatan Pangalengan. Buletin
disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah
studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan.
Buletin berisikan informasi umum mengenai
segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi
di Wayang Windu termasuk informasi terkini
yang sedang berkembang di masyarakat.
Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi
bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat
dan atau sebaliknya mengenai masukan,
informasi dari keduabelah pihak demi membina
hubungan yang lebih harmonis
(6)
(7)
- Melakukan pengelolaan terhadap dampak
penurunan kualitas udara seperti yang telah
diuraikan di bagian atas (kualitas udara) pada
saat pengoperasian lapangan uap dan
pembangkit Unit 1, Unit 2 dan Unit 3.
- Menerbitkan Buletin secara periodik minimal 1
(satu) tahun sekali sebagai pegangan dan sumber
informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
di Kecamatan Pangalengan. Buletin
disebarluaskan ke setiap kantor desa di wilayah
studi dan di Kantor Kecamatan Pangalengan.
Buletin berisikan informasi umum mengenai
segala aktifitas yang terkait dengan panas bumi
di Wayang Windu termasuk informasi terkini
yang sedang berkembang di masyarakat.
Keberadaan buletin tersebut diharapkan menjadi
bentuk interaksi perusahaan kepada masyarakat
dan atau sebaliknya mengenai masukan,
informasi dari keduabelah pihak demi membina
hubungan yang lebih harmonis.
- Melakukan pelatihan minimal 1 (satu) kali
dalam setahun terhadap tenaga penyuluh
lapangan melalui koordinasi dengan pemerintah
desa dan kecamatan, materi pelatihan khususnya
mengenai aktifitas secara umum yang dilakukan
oleh SEGWWL dan berbagai pengelolaan dan
pemantauan lingkungan serta SOP yang
dijalankan
Di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti,
Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Dilakukan selama
operasional PLTP
berlangsung
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 73
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
11
Kamtibmas
Timbulnya gangguan
kamtibmas merupakan
dampak lanjutan dari
keresahan masyarakat
karena sebagian
penduduk menganggap
bahwa sebagian besar
tenaga kerja operasi
selalu diisi oleh tenaga
kerja dari luar sehingga
peluang kerja akan sulit
dinikmati oleh
masyarakat setempat
Adanya ungkapan
ketidak-puasan
masyarakat yang
berujung terjadinya
protes terhadap
kegiatan
Utuk mencegah
timbulnya gejolak sosial
dan gangguan
kamtibmas
Melakukan pengelolaan terhadap sumber dampak
keresahan secara baik dan benar sesuai langkahlangkah pengelolaan yang telah diuraikan dalam
bagian atas yaitu komponen lingkungan mata
pencaharian untuk kegiatan mobilisasi tenaga kerja
Lokasi pengelolaan lingkungan
adalah di desa-desa terdekat dengan
lokasi kegiatan, yaitu Desa
Margamukti, Desa Sukamanah,
Desa Wanasuka, Desa Margamulya,
Desa Banjarsari, dan Desa
Pangalengan
Data tentang 10
penyakit dominan
dari Puskesmas
Pangalengan,
khususnya jumlah
penderita ISPA
Untuk meminimalkan
jumlah gangguan
kesehatan terhadap
penduduk yang tinggal
di sekitar lokasi
kegiatan
- Melakukan pengelolaan terhadap sumber
dampak penurunan kualitas udara secara baik
dan benar sesuai langkah-langkah pengelolaan
yang telah diuraikan dalam bagian atas yaitu
komponen lingkungan kualitas udara untuk
kegiatan pengoperasian lapangan uap dan
pembangkit Unit 1. Unit 2 dan Unit 3.
- Melaksanakan komitmen dalam peningkatan
kesehatan dan peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap arti penting kesehatan diri,
keluarga, serta lingkungan. Realisasi dari
komitmen ini dalam pelaksanaan program Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM), dengan penekanan pada pencegahan
penyakit menular dan berbahaya.
- Mendukung dan memberikan bantuan fasilitas
kesehatan kepada masyarakat melalui beberapa
program bantuan yang pernah dan rutin
dilakukan seperti :
- Revitalisasi Posyandu dan Polindes dengan
meningkatkan kelengkapan peralatan pelayanan
kesehatan dasar.
- Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya.
- Pemberian suplemen makanan kaya gizi
terutama bagi ibu dan balita yang mengalami
masalah kurang gizi .
- Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana
-
12
Angka Kesakitan
Kegiatan pengoperasian
lapangan uap akan
mengemisikan sejumlah
uap/gas-gas dalam
jumlah yang cukup
besar yang
dikhawatirkan akan
menimbulkan gangguan
angka Kesakitan
berupa ISPA
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Pengelolaan dampak terhadap
penurunan kualitas udara adalah
di lapangan uap dan pembangkit
Unit 1, Unit 2 dan Unit 3.
- Pengelolaan program kesehatan
masyarakat adalah di
Kecamatan Pangalengan
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Pengelolaan
lingkungan
dilakukan setiap
penerimaan tenaga
kerja untuk
mendukung
kegiatan operasi
SEGWWL, serta
selama kegiatan
operasi dilakukan
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
Selama kegiatan
operasi
berlangsung
SEGWWL
BPLH
dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung &
BPLHD
Provinsi
Jawa Barat
VI - 74
star energy
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
No.
Dampak Penting dan
Sumber Dampak
Tolok Ukur
Dampak
Tujuan Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(1)
(2)
(3)
(4)
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Periode
Pengelolaan
Lingkungan
(5)
maupun siaga gawat darurat kesehatan seperti
membentuk Desa Siaga untuk tanggap darurat
bencana.
- Kegiatan-kegiatan lain seperti promosi kesehatan
dan lingkungan.
(6)
(7)
-
Institusi Pengelolaan Lingkungan
Pelaksana
(8)
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Melakukan promosi hidup sehat dan
pendidikan/edukasi kesehatan dasar
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VI - 75
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Tabel 7.1. Matriks Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan Kegiatan Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1
dan 2 (Pembangunan Unit 3,90 MWe)
No.
(1)
1
II
1.
1
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Tahap Pra Konstruksi
Masyarakat masih ada
yang menganggap
bahwa pemantauan
dari kegiatan eksisting
selama ini masih belum
optimal, sehingga
rencana Pengembangan
Lapangan Uap dan
PLTP Wayang Windu
Unit 1 dan 2
(Pembangunan Unit 3
Sebesar 90 MWe) akan
menimbulkan
keresahan masyarakat
TAHAP KONSTRUKSI
Kualitas Udara
Kegiatan Pemboran
Komponen lingkungan
yang terkena dampak
adalah penurunan
kualitas udara ambien
akibat meningkatnya
zat pencemar
khususnya parameter
H2S dan NH3
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
Kegiatan survei
lapangan
Laporan ketidakpuasan
masyarakat kepada desa
masing-masing atau
Kecamatan Pangalengan
Untuk mencegah
timbulnya gejolak
sosial dan menekan
timbulnya keresahan
masyarakat
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Metoda yang digunakan dalam kegiatan
pemantauan ialah dengan cara observasi lapangan
dan survey. Teknik pengumpulan data primer
dilakukan dengan cara menghitung jumlah
responden.
Data dianalisis dengan metoda kuantitatif, dan
kemudian dituangkan dalam bentuk tabel.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa
Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa
Pangalengan
Setiap enam
bulan satu kali
selama kegiatan
berlangsung.
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung dan
Muspika
Kecamatan
Pangalengan
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Sumber dampak
adalah kegiatan Uji
Produksi setelah
kegiatan pemboran
sumur produksi
selesai karena
kegiatan tersebut
merupakan kegiatan
rutin dalam rangka
mempertahankan
pasokan uap untuk
kebutuhan operasi
pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3
Parameter lingkungan
hidup yang di pantau
adalah H2S dan NH3
Tujuan pemantauan
lingkungan adalah
untuk untuk
mengetahui
konsentrasi H2S dan
NH3 apakah tidak
melebihi baku mutu
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
sampling udara ambient yang dilakukan oleh
laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi
Laboratorium Lingkungan dari KLH.
Hasil analisis udara kemudian dibandingkan
dengan baku mutu berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan, yaitu untuk H2S sebesar 0,02 ppm (63
µg/m3) dan NH3 sebesar 2,0 ppm (1.360 µg/m3).
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan adalah lokasi
tapak sumur yang sedang dilakukan kegiatan Uji
Sumur Produksi, yaitu di Tapak Sumur MBA,
MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW, WWC,
WWD, WWE, WWF, WWG, WWH, WWI,
Pemantauan
dilakukan 1 kali
pada saat awal
kegiatan Uji
Sumur Produksi
berlangsung
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 43
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN, WWO,
WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT, WWU,
WWV dan WWW.
2.
2.
1.
Kegiatan konstruksi PLTP Unit 3
Kegiatan pengangkutan
Kegiatan angkutan
material tanah galian
tanah galian dari
3
sekitar 73.413 m dari
lokasi pembangkit
lokasi pembangkit Unit
Unit 3 ke lokasi
3 ke lokasi disposal
disposal
yang jumlah ritasinya
sekitar 68 rit/hari.
Apabila selama
pengangkutan terjadi
ceceran tanah
sepanjang jalur
angkutan, maka pada
saat musim kemarau
akan menyebabkan
debu lokal, sedangkan
pada musim hujan akan
menyebabkan jalan
licin (becek)
Kebisingan
Kegiatan Pemboran
Komponen lingkungan
yang terkena dampak
adalah peningkatan
kebisingan di areal
tapak sumur
Sumber dampak
adalah kegiatan Uji
Produksi setelah
kegiatan pemboran
sumur produksi
selesai karena
kegiatan tersebut
merupakan kegiatan
rutin dalam rangka
mempertahankan
pasokan uap untuk
kebutuhan operasi
pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3
Peningkatan debu
Untuk mengetahui
konsentrasi debu
apakah tidak
melebihi baku mutu
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling
udara ambient yang dilakukan oleh laboratorium
yang terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium
Lingkungan dari KLH.
Hasil analisis udara kemudian dibandingkan
dengan baku mutu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu
untuk parameter kunci debu adalah 230 µg/m3.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan adalah :
1. Kp. Kertamanah (perumahan dan Kantor Kebun
Kertamanah),
2. Kp. Cibeureum
3. Kp. Cikakapa
4. Kantor PTPN VIII (Kebun Malabar) dan
permukiman karyawan PTPN VIII
5. Kp. Tanara
Pemantauan
dilakukan 1 kali
setahun saat
cuaca panas
pada saat
kegiatan
angkutan tanah
galian dari
lokasi
pembangkit
Unit 3 ke lokasi
disposal
berlangsung
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Parameter lingkungan
hidup yang di pantau
adalah kebisingan
Tujuan pemantauan
lingkungan adalah
untuk mengetahui
tingkat kebisingan
khususnya di sekitar
tapak sumur
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengukuran langsung di lapangan mengenai
tingkat kebisingan dengan alat sound level meter
yang dilakukan oleh laboratorium yang
terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium
Lingkungan dari KLH.
Hasil analisis kebisingan dibandingkan dengan
baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, yaitu untuk areal Tapak
Sumur maksimum 70 dBA dan ruang terbuka
hijau sebesar 50dBA.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di
Tapak Sumur yang dilakukan Uji Produksi, yaitu
MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW,
WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH,
Pemantauan
dilakukan 1 kali
pada saat awal
kegiatan Uji
Sumur Produksi
berlangsung
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 44
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
(7)
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(8)
(9)
(10)
WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN,
WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT,
WWU, WWV dan WWW.
2.
3.
1
Kegiatan konstruksi PLTP Unit 3
Kegiatan pengangkutan
Kebisingan berasal
material tanah galian
dari suara mesin truk
3
sekitar 73.413 m dari
angkutan material
lokasi pembangkit Unit
tanah galian dari
3 ke lokasi disposal
lokasi pembangkit
yang jumlah ritasinya
Unit 3 ke lokasi
sekitar 68 rit/hari.
disposal.
Peningkatan kebisingan
akan terjadi sepanjang
jalur angkutan
khususnya di
permukiman penduduk,
sehingga akan
menurunkan
kenyamanan
lingkungan
Kualitas Air
Kegiatan Pemboran
Komponen lingkungan
yang terkena dampak
adalah penurunan
kualitas air permukaan
akibat kegiatan
pemboran. Dampak
penurunan kualitas air
tersebut akan
menyebabkan
gangguan biota air,
serta daerah hilir dari
system DAS
Cisangkuy, Cibeureum
dan Cilaki
Sumber dampak
adalah kegiatan
pemboran sumur
produksi dan uji
sumur produksi
Kebisingan
Untuk mengetahui
tingkat kebisingan
khususnya di
permukiman
penduduk
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengukuran langsung di lapangan mengenai tingkat
kebisingan dengan alat sound level meter yang
dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi KAN
dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH.
Hasil analisis kebisingan dibandingkan dengan
baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, yaitu di lingkungan
permukiman sebesar 55 dBA.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
1. Kp. Kertamanah (perumahan dan Kantor Kebun
Kertamanah),
2. Kp. Cibeureum
3. Kp. Cikakapa
4. Kantor PTPN VIII (Kebun Malabar) dan
permukiman karyawan PTPN VIII
5. Kp. Tanara
Satu kali pada
saat awal
kegiatan
pengangkutan
tanah galian
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Parameter kunci adalah
sesuai dengan Peraturan
Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral
No. 045 Tahun 2006
tentang Pengelolaan
Lumpur Bor, Limbah
Lumpur dan Serbuk Bor
Pada Kegiatan Pemboran
Minyak dan Gas Bumi
dan PP No. 18 jo. 85
tahun 1999, tentang
Penanganan Limbah B3.
Parameter limbah cair
pemboran dan saluran
drainase mengacu kepada
PERMENLH No. 04
Tahun 2007 Lampiran II.
Sedangkan untuk
Tujuan pemantauan
lingkungan adalah
untuk mengetahui
daya dukung
kualitas air anak
Sungai Cisangkuy,
Cibeureum dan
Cilaki
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
sampling kualitas air yang dilakukan oleh
laboratorium yang terkreditasi KAN dan Lisensi
Laboratorium Lingkungan dari KLH.
Hasil analisis TCLP Lumpur Bor dibandingkan
dengan Baku Mutu berdasarkan PP No. 18 jo. 85
tahun 1999, tentang Penanganan Limbah B3. Hasil
analisis air limbah pemboran dan saluran drainase
mengacu kepada PERMENLH No. 04 Tahun 2007
Lampiran II. Sedangkan hasil analisis kualitas air
permukaan adalah Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
pengendalian Pencemaran Air.
Pemantauan
dilakukan 1 kali
pada saat awal
kegiatan
Pemboran dan
Uji Sumur
Produksi
berlangsung
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan lumpur bor, air
limbah dan saluran drainase adalah tapak sumur
MBA, MBB, MBC, MBD, MBE, WWA, WW,
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 45
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
parameter kualitas air
permukaan adalah
Peraturan Pemerintah No.
82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air
dan pengendalian
Pencemaran Air
2.
4
5.
Kegiatan Konstruksi PLTP Unit 3
Kegiatan penggalian di
Kegiatan penggalian
PS dan penimbunan di
di PS dan
lokasi disposal sekitar
penimbunan di
73.413 m3 pada saat
lokasi disposal
konstruksi pondasi
sekitar 73.413 m3
pembangkit Unit 3
pada saat konstruksi
akan meningkatkan
pondasi pembangkit
pelumpuran,
Unit 3
kekeruhan dan TSS di
perairan umum
khususnya anak Sungai
Cisangkuy, Cibeurum
dan Cilaki pada saat
turun hujan akibat
material tanah terbawa
oleh air hujan
Fisiografi dan Geologi
Kegiatan penimbunan
sebanyak 73.413 m3 di
lokasi disposal pada
saat konstruksi pondasi
pembangkit Unit 3
akan berpotensi
menimbulkan
longsoran karena
daerahnya cukup
miring khususnya Well
Pad MBC
Lalulintas
Terjadinya kerusakan
jalan berupa jalan
berlubang yang dapat
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
WWC, WWD, WWE, WWF, WWG, WWH,
WWI, WWJ, WWK, WWL, WWM, WWN,
WWO, WWP, WWQ, WWR, WWS, WWT,
WWU, WWV dan WWW.
Sedangkan lokasi pemantauan lingkungan untuk
kualitas air permukaan adalan di bagian hulu dan
hilir effluent tapak sumur di anak Sungai
Cisangkuy, Cibeureum dan Cilaki.
Kekeruhan dan TSS,
kemudian dibandingkan
dengan Baku Mutu
berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001, Golongan 2
Untuk mengetahui
daya dukung
kualitas air anak
Sungai Cisangkuy
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
sampling kualitas air (TSS dan kekeruhan) yang
dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi
KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan dari
KLH.
Hasil analisis, kemudian dibandingkan dengan
Baku Mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001,
Golongan 2
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan adalah
1. Anak sungai Cisangkuy sekitar lokasi disposal area
Power Station Unit 1 & 2 serta sekitar lokasi
disposal area WWE
2. Anak sungai Cibeureum sekitar lokasi disposal area
MBC.
3. Anak sungai Cilaki sekitar lokasi disposal area
WWN
Dilakukan 1
kali saat
kegiatan awal
penggalian dan
penimbunan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Kegiatan
penimbunan di
lokasi disposal
sekitar 73.413 m3
pada saat konstruksi
pondasi pembangkit
unit 3
Terjadinya gerakan tanah
(longsor) di lokasi
disposal
Untuk mengetahui
daya dukung tanah
di lokasi disposal
a) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengamatan langsung di lapangan terhadap gejala
longsor serta penataan kemiringan penimbunan.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di lokasi
disposal :
- Sekitar Power Station
- Lokasi yang berada di disposal area WWE -.
- Lokasi disposal area MBC.
- Lokasi disposal area WWN
dilakukan 1 kali
saat kegiatan
awal penggalian
dan
penimbunan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Angkutan material
dan peralatan
pemboran, serta
Kerusakan jalan
Mengetahui
kerusakan jalan
akibat angkutan
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan secara visual langsung.
Data dianalisis dengan cara membandingkan
Enam bulan
satu kali selama
kegiatan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 46
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
6.
7.
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
menimbulkan
keresahan penduduk
sepanjang jalan yang
dilalui. Sumber
dampaknya adalah
angkutan material dan
peralatan pemboran,
serta angkutan tanah
galian menuju lokasi
disposal
Biota Air
Kegiatan penggalian di
PS dan penimbunan di
lokasi disposal akan
menimbulkan
gangguan terhadap
biota air karena terjadi
penurunan kualitas air .
Kegiatan penyebabnya
adalah bahan galian
sekitar 73.413 m3 pada
saat konstruksi pondasi
pembangkit Unit 3 dan
penimbunannya di
lokasi disposal
angkutan tanah
galian menuju lokasi
disposal
Kegiatan penggalian
di PS dan
penimbunan di
lokasi disposal
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Parameter lingkungan
yang dipantau
berdasarkan keanekaan
jenis plankton dan
benthos digunakan tolok
ukur Indeks Diversitas
Shannon- Wiener dan
indeks dominansi
Simpson
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
(5)
Untuk mngetahui
gangguan terhadap
biota air di badan air
penerima
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
(7)
kondisi jalan sebelum dan sesudah kegiatan
mobilisasi alat dan material konstruksi.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di
sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya
di wilayah Norogtog – Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Kertamanah, ,
Kp. Cibitung, Kp. Cikakapa dan perumahan
karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
konstruksi
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Organisme perairan yang diteliti meliputi
plankton, benthos dan ikan. Pengambilan contoh
organisme plankton dilakukan melalui penyaringan
air sebanyak 60 liter dengan menggunakan
plankton net no 25. Suspensi plankton yang
diperoleh diawetkan dengan formalin 4%.
Untuk mendapatkan contoh organisme benthos
dilakukan dengan alat Eckman Grab. Kedua
organisme tersebut kemudian diperiksa secara
mikroskopis dan dideterminasi (ditentukan
jenisnya) dengan menggunakan buku identifikasi
Ward and Whipple (1965). Sementara itu data
nekton khususnya jenis ikan dilakukan dengan cara
pengamatan langsung dan wawancara dengan
penduduk setempat.
Data yang didapat kemudian dianalisis melalui
perhitungan indeks keanekaan, dimana untuk
organisme plankton dan benthos dilakukan
berturut-turut dengan menggunakan rumus
Simpson dan Shannon & Wiener
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah anak Sungai
Cisangkuy, Cibeurum dan Cilaki yang berada di
sekitar lokasi penggalian dan penimbunan, yaitu :
- Anak sungai Cisangkuy sekitar lokasi disposal
area Power Station Unit 1 & 2 serta sekitar
lokasi disposal area WWE
- Anak sungai Cibeureum sekitar lokasi disposal
area MBC
- Anak sungai Cilaki sekitar lokasi disposal area
WWN
Dilakukan 1
kali saat
kegiatan awal
penggalian dan
penimbunan
Pelaksana
Pengawas
(8)
(9)
Pelaporan
(10)
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Mata Pencaharian
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 47
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
1.
2.
8.
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Mobilisasi Dan Aktivitas Tenaga Kerja Konstruksi
Terbukanya
Kegiatan mobilisasi
Jumlah masyarakat
kesempatan kerja dan
dan aktivitas tenaga
setempat yang direkrut
peluang usaha bagi
kerja konstruksi
sebagai tenaga kerja, serta
masyarakat setempat
usaha penduduk yang
sebagai dampak dari
terkait dengan kegiatan
kegiatan mobilisasi dan
konstruksi dan tenaga
aktivitas tenaga kerja
kerja pendatang
konstruksi untuk
kegiatan pemboran
yang akan melibatkan
tenaga kerja sekitar 150
orang dan kegiatan
konstruksi
pembangunan lapangan
uap dan pembangkit
Unit 3 sebanyak 350
orang dan 800 orang
saat puncaknya
Pematangan Lahan
Kegiatan penimbunan
tanah hasil kegiatan
penggalian sebanyak
73.413 m3 di lokasi
disposal apabila
longsor dan mengenai
kebun sayuran yang
berbatasan dengan
lokasi timbunan akan
menimbulkan
terganggunya mata
pencaharian petani
akibat hasil panen
terganggu, sehingga
dikhawatirkan akan
menimbulkan
keresahan
Keresahan
Keresahan penduduk
merupakan dampak
turunan dari kerusakan
jalan akibat angkutan
kegiatan mobilisasi
Kegiatan
penimbunan tanah
hasil galian di lokasi
disposal
Laporan masyarakat
tentang kejadian longsor
yang menyebabkan kebun
penduduk terganggu
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
(5)
(6)
Mengetahui
keterlibatan
masyarakat setempat
sebagai tenaga kerja
a)
b)
Mengetahui
gangguan terhadap
tanaman sayuran
petani
a)
b)
Kerusakan jalan dan
gangguan tanaman
sayuran penduduk
akibat longsoran dari
lokasi disposal
Laporan masyarakat
tentang kerusakan jalan
dan kejadian longsor yang
menyebabkan kebun
penduduk terganggu
Mengetahui
keresahan
masyarakat yang
terjadi selama
kegiata konstruksi
a)
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
(7)
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data tenaga kerja dari bagian
ketenagaa kerjaan kontraktor pelaksana dan dari
Pihak ke 3 sebagai pelaksana jasa penerimaan
tenaga kerja. Wawancara juga dilakukan
terhadap informan kunci (key informan) yaitu
pemuka dan tokoh masyarakat. Data kuantitatif
dianalisis dengan teknik tabulasi frekuensi dan
tabulasi silang, dan data kualitatif akan
dianalisis dengan Content Analysis.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa
Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa
Pangalengan
Satu kali
sebelum
kegiatan
berlangsung
dan satu kali
pada saat
konstruksi
mencapai
puncaknya
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data laporan tentang kejadian
longsor yang menyebabkan kebun penduduk
terganggu, serta besarnya nilai ganti rugi,
kemudian dibandingkan dengan catatan
kesepakatan antara SEGWWL dan petani yang
disaksikan desa dan kecamatan. Data tersebut
dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan
kasus sejenis dikemudian hari.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan :
- Sekitar Power Station
- Well Pad MBC
Pemantauan
dilakukan pada
saat akhir
kegiatan
penimbunan
Metode pengumpulan data dan
analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data laporan masyarakat tentang
kerusakan jalan dan kejadian longsor yang
Dilakukan pada
saat
pertengahan
kegiatan
konstruksi
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(8)
(9)
(10)
SEGWWL
SEGWWL
BPLH dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
BPLH dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
VII - 48
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
kendaraan
material/peralatan
pemboran dan
pengangkutan tanah
buangan ke lokasi
disposal, serta
timbulnya dampak
terhadap tanaman di
sekitar lokasi disposal
area Power Station
Unit 1 & 2 dan disposal
area MBC
(6)
b)
10
Kamtibmas
Adanya keresahan
masyarakat karena
kerusakan jalan berupa
jalan berlubang yang
dapat menimbulkan
keresahan penduduk
sepanjang jalan yang
dilalui pada saat
kegiatan angkutan
material dan peralatan
pemboran, serta
angkutan tanah galian
menuju lokasi disposal
Kenyamanan
Gangguan kenyamanan
disebabkan kerusakan
jalan (komponen
lalulintas) berupa jalan
(7)
Pelaksana
Pengawas
(8)
(9)
menyebabkan kebun penduduk terganggu, serta
besarnya nilai ganti rugi, kemudian
dibandingkan dengan catatan kesepakatan antara
SEGWWL dan petani yang disaksikan desa dan
kecamatan. Data tersebut dapat dijadikan
referensi untuk kegiatan dan kasus sejenis
dikemudian hari.
Lokasi Pemantauan Lingkungan
Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan :
- Sepanjang jalur angkutan untuk kegiatan
pemboran dan sepanjang jalur angkutan
menuju disposal, yaitu WKP . Kertamanah,
Kp. Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung
dan perumahan karyawan PTPN VIII Kebun
Malabar dan Kp. Tanara.
9.
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaporan
(10)
Jawa
Barat
Lokasi sekitar disposal area Power Station
Unit 1 & 2 dan disposal area MBC
Kerusakan jalan dan
gangguan tanaman
sayuran penduduk
akibat longsoran dari
lokasi disposal
Laporan masyarakat
tentang kerusakan jalan
dan kejadian longsor yang
menyebabkan kebun
penduduk terganggu
Mengetahui
gangguan
kamtibmas berupa
indikator awal
adalah keresahan
masyarakat yang
terjadi selama
kegiata konstruksi
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data laporan masyarakat tentang
kerusakan jalan dan kejadian longsor yang
menyebabkan kebun penduduk terganggu, serta
besarnya nilai ganti rugi, kemudian dibandingkan
dengan catatan kesepakatan antara SEGWWL dan
petani yang disaksikan desa dan kecamatan. Data
tersebut dapat dijadikan referensi untuk kegiatan
dan kasus sejenis dikemudian hari.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan :
1. Sepanjang jalur angkutan untuk kegiatan
pemboran dan sepanjajng jalur angkutan menuju
disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp.
Cinyiruan dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan
perumahan karyawan PTPN VIII Kebun
Malabar dan Kp. Tanara.
2. Lokasi sekitar disposal area Power Station Unit
1 & 2 dan disposal area MBC.
Pada saat
pertengahan
kegiatan
konstruksi
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Kerusakan jalan
sepanjang jalan
angkutan material
dan peralatan
Debu yang menempel
pada permukaan
bangunan dan tanaman
pada saat cuaca panas dan
Untuk mengetahui
gangguan
kenyamanan selama
kegiatan
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data laporan masyarakat tentang
kerusakan jalan yang menyebabkan gangguan
Sebelum
kegiatan
konstruksi dan
pada saat
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 49
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
11
12
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pengawas
(8)
(9)
Pelaporan
(2)
(3)
berlubang yang dapat
menimbulkan debu
pada saat cuaca panas
(debu yang menempel
pada permukaan
bangunan dan tanaman)
dan becek pada saat
hujan sepanjang jalan
yang dilalui pada saat
kegiatan angkutan
material dan peralatan
pemboran, serta
kebisingan yang
menyebabkan
gangguan istirahat
penduduk sepanjang
jalan angkutan
Angka Kesakitan
Gangguan kesehatan
berupa angka kesakitan
ISPA disebabkan
kerusakan jalan
(komponen lalulintas)
berlubang dan ceceran
tanah yang dapat
menimbulkan debu
pada saat cuaca panas
sepanjang jalan
angkutan material dan
peralatan pemboran
dan tanah galian
menuju lokasi disposal
Kesehatan Masyarakat
Gangguan Kesehatan
Masyarakat akibat
faktor penyakit
disebabkan kerusakan
jalan (komponen
lalulintas) berlubang
dan ceceran tanah yang
dapat menimbulkan
debu pada saat cuaca
panas dan lumpur pada
saat hujan sepanjang
pemboran dan tanah
galian menuju lokasi
disposal
becek pada saat hujan
pengangkutan
kebutuhan
konstruksi
kenyamanan berupa keluhan debu pada saat cuaca
panas dan lumpur pada saat hujan, kemudian
dibandingkan dengan data pengamatan di lapangan
terhadap debu pada saat cuaca panas dan lumpur
pada saat hujan pada saat sebelum kegiatan
konstruksi berupa foto dokumentasi. Data tersebut
dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus
sejenis dikemudian hari.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah wilayah
permukiman yang dilalui angkutan material dan
peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi
disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan
dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan
karyawan PTPN VIII (Kebun Malabar) dan Kp.
Tanara.
kegiatan
konstruksi
mencapai
puncaknya
Kerusakan jalan
sepanjang jalan
angkutan material
dan peralatan
pemboran dan tanah
galian menuju lokasi
disposal
Data tentang 10 penyakit
dominan dari Puskesmas
Pangalengan, khususnya
jumlah penderita ISPA
Untuk mengetahui
peningkatan
penderita ISPA
selama kegiatan
konstruksi, sehingga
data series ini dapat
dijadikan referensi
untuk pengelolaan
terhadap kegiatan
sejenis dikemudian
hari
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Metoda yang digunakan ialah dengan cara
mengumpulkan data sekunder 10 jenis penyakit
dominan di Kecamatan Pangalengan. Data series
sebelum dan setelah kegiatan konstruksi kemudian.
Data dianalisis dengan metoda kuantitatif, dan
kemudian dituangkan dalam bentuk tabel.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah Puskesmas
Kecamatan Pangalengan
Sebelum dan
setelah kegiatan
konstruksi
SEGWWL
Dinas
Kesehatan dan
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
Kerusakan jalan
sepanjang jalan
angkutan material
dan peralatan
pemboran dan tanah
galian menuju lokasi
disposal
Debu yang menempel
pada permukaan
bangunan dan tanaman
pada saat cuaca panas dan
becek pada saat hujan
Untuk mengetahui
gangguan
kenyamanan selama
kegiatan
pengangkutan
kebutuhan
konstruksi
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data laporan masyarakat tentang
kerusakan jalan yang menyebabkan gangguan
kenyamanan berupa keluhan debu pada saat cuaca
panas dan lumpur pada saat hujan, kemudian
dibandingkan dengan data pengamatan di lapangan
terhadap debu pada saat cuaca panas dan lumpur
pada saat hujan pada saat sebelum kegiatan
konstruksi berupa foto dokumentasi. Data tersebut
dapat dijadikan referensi untuk kegiatan dan kasus
Dilakukan
sebelum
kegiatan
konstruksi dan
pada saat
kegiatan
konstruksi
mencapai
puncaknya
SEGWWL
Dinas
Kesehatan dan
BPLH
Kabupaten
Bandung
Dinas
Kesehatan
dan BPLH
Kabupaten
Bandung ,
serta
BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
(7)
Pelaksana
(10)
Provinsi
Jawa
Barat
VII - 50
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
jalan angkutan material
dan peralatan
pemboran dan tanah
galian menuju lokasi
disposal
III
1.
TAHAP OPERASI
Kualitas Udara
Pengoperasian
lapangan uap dan PLTP
Unit 1, Unit 2 dan Unit
3 akan meningkatkan
gas H2S dan NH3 di
udara ambient,
sehingga dikhawatirkan
akan menimbulkan
gangguan terhadap
kesehatan (ISPA).
Sumber dampak
berasal dari non
condensable gas
(NCG) yang tidak
retangkap (terserap) air
di cooling tower,
sehingga terlepas ke
udara bebas
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
Dilakukan
enam bulan satu
kali selama
operasional
PLTP
SEGWWL
sejenis dikemudian hari
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah wilayah
permukiman yang dilalui angkutan material dan
peralatan pemboran dan tanah galian menuju lokasi
disposal, yaitu WKP . Kertamanah, Kp. Cinyiruan
dan Kp. Tirtasari, Kp. Cibitung dan perumahan
karyawan PTPN VIII (Sukaratu).
Kegiatan
pengoperasian
lapangan uap dan
pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3
Kadar emisi gas H2S dan
NH3 dari cellcooling
tower dan kualitas udara
ambient
Untuk mengetahui
konsentrasi H2S dan
NH3 di udara
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
sampling udara emisi dan ambient yang
dilakukan oleh laboratorium yang terkreditasi
KAN dan Lisensi Laboratorium Lingkungan
dari KLH.
Hasil analisa kualitas udara emisi dan ambient
tersebut, kemudian dibandingkan dengan baku
mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik
Termal, yaitu untuk gas H2S sebesar 35 mg/m3
dan NH3 sebesar 0,5 mg/m3.
Sedangkan tolok ukur dampak kualitas udara
ambient untuk gas H2S dan NH3 mengacu
kepada baku mutu berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan, yaitu untuk H2S sebesar 0,02 ppm
dan NH3 sebesar 2,0 ppm
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah :
A. Kualitas udara emisi :
- Salah satu cerobong cooling tower pembangkit
Unit 1.
- Salah satu cerobong cooling tower pembangkit
Unit 2.
- Salah satu cerobong cooling tower pembangkit
Unit 3.
B. Kualitas udara ambien :
- Power Station, sekitar pembangkit Unit 1, Unit
2 dan Unit 3.
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 51
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
(7)
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(8)
(9)
(10)
- Lapangan uap (Unit penangkap uap dan
scrubbers)
- Villa Wayang Windu
- Kp. Kertamanah
- Kp. Cibitung
- Kp. Sukaratu
- Kp. Kertasari
2.
3.
Peningkatan Kebisingan
Kebisingan yang
Pengoperasian PLTP
ditimbulkan dari turbin
Unit 1, Unit 2 dan
dan generator
Unit 3
pembangkit Unit 1 dan
Unit 2 masih
memenuhi baku mutu -,
namun apabila
ditambah dengan turbin
dan generator
pembangkit Unit 3
maka berpotensi akan
meningkatkan
kebisingan. Sumber
dampak adalah
pengoperasian PLTP
Unit 1, Unit 2 dan Unit
3
Kualitas Air
Pengoperasian
tambahan lapangan uap
WWT akan
meningkatkan jumlah
brine water menjadi ±
158.745 m3/bulan
(5.292 m3/hari) dari
Pengoperasian
lapangan uap dan
pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3
Kebisingan
Untuk mengetahui
tingkat kebisingan di
lingkungan Power
Station dan
sekitarnya
Parameter lingkungan
yang dipantau adalah
sesuai baku mutu untuk
sumber air yang diambil,
yaitu :
- Air limbah drainase :
minyak dan lemak
Untuk mengetahui
kualitas air limbah
dan anak Sungai
Cisangkuy
a)
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengukuran langsung di lapangan mengenai
tingkat kebisingan dengan alat sound level meter
yang dilakukan oleh laboratorium yang
terkreditasi KAN dan Lisensi Laboratorium
Lingkungan dari KLH.
Hasil analisa tingkat kebisingan dibandingkan
dengan Baku Mutu berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep48/MENLH/XI/1996, tentang Baku Tingkat
Kebisingan, yaitu tingkat kebisingan untuk
daerah industry (areal Power Station) sebesar 70
dba, dan lingkungan permukiman adalah 55 dba.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah :
- Power Station, sekitar cooling tower Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3, generator, turbin, Klinik dan
Pos Satpam.
- Lapangan uap (Unit penangkap uap dan
scrubbers)
Villa Wayang Windu
- Kp. Kertamanah
- Kp. Cibitung
- Kp. Sukaratu
- Kp. Kertasari
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
a)
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
sampling kualitas air yang dilakukan oleh
laboratorium yang terkreditasi KAN dan
Lisensi Laboratorium Lingkungan dari KLH.
Hasil analisis kemudian dianalisis kemudian
dibandingkan dengan masing-masing sumber
Bersamaan
dengan
sampling
kualitas udara,
yaitu enam
bulan satu kali
selama
operasional
PLTP
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Satu bulan
sekali untuk Air
limbah
drainase,
terproduksi,
limbah
domestik
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
VII - 52
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
sebelumnya ± 119.059
m3/bulan (3.969
m3/hari) dan akan
diinjeksikan ke dalam
sumur yang telah
beroperasi yaitu sumur
injeksi WWW-1
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
-
-
-
-
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
(5)
dan karbon organik
total
Air permukaan/air
anak Sungai
Cisangkuy : TSS,
TDS dan Cl
Air tanah/sumur gali :
Cl, TS, TDS dan
TSS.
Air Condensate :
Ammonia, Arsen,
Merkuri, ph,
Temperatur dan
Sulphide
Air limbah domestik
baik influent maupun
air olahan STP : TSS,
ph, BOD dan minyak
& lemak
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(6)
air yang diambil, yaitu :
Air Limbah Drainase
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 19
tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak Dan
Gas Serta Panas Bumi (bagian limbah
drainase untuk kegiatan panas bumi)
Air Permukaan
 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Air Tanah
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No:
416/menkes/Per/IX/1990 tentang SyaratSyarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Lampiran II tentang Daftar Persyaratan
Kualitas Air Bersih.
Air Terproduksi
 Pemantauan sukarela terhadap Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No 19 tahun
2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak Dan Gas
Serta Panas Bumi (bagian air terproduksi
untuk kegiatan panas bumi)
Air Limbah Olahan Sewage Treatment Plant
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan untuk kualitas air adalah sebagai
berikut :
- Air Limbah Drainase :
Air settling Pond
Outlet Oil Catcher Warehouse-1
Outlet Oil Separator Warehouse-1
Outlet Oil Separator SS-1
- Air Permukaan :
Air kali kecil yang mengalir dekat Stasiun
Separator-1 (SS-1) dan sekitar Warehouse
Air kali di bagian hulu dan hilir Wayang
Windu Village
Mata air panas (hot spring) di Kp. Cibolang
- Air Tanah :
Air tanah dangkal di Kp. Sukaratu dan Kp.
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
(7)
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(8)
(9)
(10)
selama
operasional
PLTP
Enam bulan
satu kali untuk
air permukaan
dan air tanah
selama
operasional
PLTP
VII - 53
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
(7)
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(8)
(9)
(10)
Cibolang
- Air Terproduksi :
Brine water di WW-W ;
Air kondensat di J-5; dan
Air Thermal Pond
- Air Limbah Sewage Treatment Plant
Influent dan Effluent (hasil olahan) Sewage
Treatment Plant (STP).
4.
5.
Hidrologi
Pengoperasian
lapangan uap WWT
akan meningkatkan
jumlah brine water
menjadi ± 158.745
m3/bulan (5.292
m3/hari) dari
sebelumnya ± 119.059
m3/bulan (3.969
m3/hari) dan akan
diinjeksikan ke dalam
sumur injeksi WWW-1,
apabila terjadi
gangguan pada sumur
injeksi WWW-1 brine
water harus dialirkan
ke badan air, sehingga
akan meningkatkan
debit air permukaan
Fisiografi dan Geologi
Kegiatan injeksi brine
water ke dalam sumur
injeksi WWW-1 dan
Condensate ke dalam
sumur injeksi WWF-1
dan WWF-3 telah
menimbulkan isu yang
berkembang di
masyarakat bahwa
kegiatan PLTP turut
memicu gempa yang
selama ini kerap
terjadi, sehingga dapat
menimbulkan
Pengoperasian
lapangan uap
pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3
Brine Water dan
Condensate yang
mengalir ke anak Sungai
Cisangkuy
Untuk mengetahui
debit air anak
Sungai Cisangkuy
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan melalui pengamatan secara langsung
di lapangan terhadap kondisi anak Sungai
Cisangkuy, yaitu dilakukan pengukuran debit
sesaat dengan cara metoda apung (floating
methode).
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah anak
Sungai Cisangkuy sekitar lapangan uap dan
Power Station
Satu kali
setahun pada
musim hujan
selama
operasional
lapangan uap
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
Pengoperasian
Lapangan Uap dan
Pengoperasian PLTP
Unit 1, Unit 2 dan
Unit 3
Gerakan tanah
(longsoran) dan erosi
tanah, serta riwayat
gempa yang terjadi
selama in
Mengetahui resiko
gerakan tanah dan
erosi, serrta
meredam isu yang
berkembang di
masyarakat
mengenai gempa
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan pengamatan
secara langsung dilapangan terhadap kondisi
gerakan tanah (longsoran) dan erosi tanah yang
terjadi, yang disertai dengan dimensi dari
longsoran dan erosi tanah tersebut, serta
pengumpulan data sekunder terjadinya gempa dan
riwayat gempa.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah lapangan
uap, Power Station dan sekitarnya, serta di
wilayah studi
dilakukan satu
kali setahun
selama
operasional
kegiatan
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 54
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
6.
7.
8.
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
keresahan. Dampak
utama dari aspek
fisiografi geologi
sebenarnya adalah
gerakan tanah
(longsoran) dan erosi
tanah
Lalulintas
Terjadinya kerusakan
jalan berupa jalan
berlubang di sepanjang
jalan menuju lokasi
kegiatan, khususnya di
WKP . Kertamanah,
Kp. Cinyiruan dan Kp.
Tirtasari dianggap oleh
masyarakat akibat dari
kegiatan SEGWWL
Ruang dan Lahan
Proyek PLTP Panas
Bumi SEGWWL
mempunyai daya tarik
bagi penduduk baik
bagi penduduk
setempat maupun bagi
penduduk luar. Hal ini
dapat berdampak pada
peningkatan mobilitas
penduduk baik yang
bersifat sementara
sebagai wisatawan
maupun permanen,
sehingga mendorong
terciptanya gangguan
pada ruang dan lahan,
utamanya penyusutan
terhadap ruang terbuka
hijau (RTH) akibat alih
fungsi lahan
Biota Air
Gangguan terhadap
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
Kegiatan kerusakan
jalan atau laporan
keluhan masyarakat
mengenai kerusakan
jalan
Kerusakan jalan
Untuk mengetahui
kerusakan jalan
akibat angkutan
yang dilakukan
SEGWWL
a) Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan secara visual langsung.
Data dianalisis dengan cara membandingkan
kondisi jalan sebelum dan sesudah kegiatan
mobilisasi alat dan material konstruksi.
b) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah sepanjang
jalan menuju lokasi kegiatan, khususnya di
wilayah Norogtog – Berman – Sukadana –
Tirtasari – Cinyiruan – Cibeureum – Kertamanah,
, Kp. Cibitung, Kp. Cikakapa dan perumahan
karyawan PTPN VIII Kebun Malabar dan Kp.
Tanara
Satu kali
setahun selama
operasional
kegiatan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Kegiatan SEGWWL
menjadi daya tarik
wisatan untuk
berkunjung
Alih fungsi lahan dari
perkebunan dan hutan
menjadi infrastruktur
kegiatan wisata
Untuk mengetahui
alih fungsi lahan
dari perkebunan dan
hutan menjadi
infrastruktur
kegiatan wisata
a)
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan secara visual langsung
terhadap pembangunan fisik oleh pihak lain di
sekitar areal kerja SEGWWL, serta data
sekunder tentang Tata Guna Lahan. Data
tersebut merupakan data series dan dibandingkan
dengan data terakhir untuk mengetahui adanya
perubahan ruang dan lahan.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah WKP
SEGWWL
Satu kali
setahun selama
operasional
kegiatan
berlangsung
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Metode pengumpulan data dan analisis data
Dilakukan 6
SEGWWL
BPLH
BPLH
b)
Kegiatan
Parameter lingkungan
Mengetahui
a)
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 55
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
(2)
biota air merupakan
dampak turunan dari
penurunan kualitas air
permukaan akibat
masuknya brine water
ke perairan umum pada
saat kegiatan
pengoperasian
lapangan uap.
Sumber Dampak
(3)
pengoperasian
lapangan uap dan
pembangkit Unit 1.
Unit 2 dan Unit 3
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
yang dipantau
berdasarkan keanekaan
jenis plankton dan
benthos digunakan tolok
ukur Indeks Diversitas
Shannon-Wiener dan
indeks dominansi
Simpson
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana
(5)
(6)
gangguan terhadap
biota air di badan air
penerima
b)
9
1.
Mata Pencaharian
Mobilisasi Dan Ativitas Tenaga Kerja Operasi
Mobilisasi dan aktivitas
Mobilisasi dan
tenaga kerja
aktivitas tenaga
pengoperasian
kerja untuk seluruh
lapangan uap dan
operasional kegiatan
pembangkit Unit 1 dan
SEGWWL
Unit 2 selalu
melibatkan masyarakat
lokal, sehingga
pengoperasian
pembangkit Unit 3
akan membuka
kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat.
Jumlah masyarakat
setempat yang direkrut
sebagai tenaga kerja,
serta usaha penduduk
yang terkait dengan
kegiatan operasi dan
tenaga kerja pendatang
Mengetahui
keterlibatan
masyarakat setempat
sebagai tenaga kerja
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
a)
b)
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
(7)
Organisme perairan yang diteliti meliputi
plankton, benthos dan ikan. Pengambilan contoh
organisme plankton dilakukan melalui
penyaringan air sebanyak 60 liter dengan
menggunakan plankton net no 25. Suspensi
plankton yang diperoleh diawetkan dengan
formalin 4%.
Untuk mendapatkan contoh organisme benthos
dilakukan dengan alat Eckman Grab. Kedua
organisme tersebut kemudian diperiksa secara
mikroskopis dan dideterminasi (ditentukan
jenisnya) dengan menggunakan buku identifikasi
Ward and Whipple (1965). Sementara itu data
nekton khususnya jenis ikan dilakukan dengan
cara pengamatan langsung dan wawancara
dengan penduduk setempat.
Data yang didapat kemudian dianalisis melalui
perhitungan indeks keanekaan, dimana untuk
organisme plankton dan benthos dilakukan
berturut-turut dengan menggunakan rumus
Simpson dan Shannon & Wiener.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah :
- Air kali kecil yang mengalir dekat Stasiun
Separator-1 (SS-1)
- Air kali di bagian hulu dan hilir Wayang
Windu Village
- Anak sungai sekitar kegiatan uji sumur
lapangan uap
bulan sekali
selama
operasional
lapangan uap
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data tenaga kerja dari bagian
ketenaga kerjaan SEGWWL, kontraktor
pelaksana, desa, kecamata dan dari Pihak ke 3
sebagai pelaksana jasa penerimaan tenaga kerja.
Wawancara juga dilakukan terhadap informan
kunci (key informan) yaitu pemuka dan tokoh
masyarakat. Data kuantitatif dianalisis dengan
teknik tabulasi frekuensi dan tabulasi silang, dan
data kualitatif akan dianalisis dengan Content
Analysis.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Dilakukan satu
kali setahun
selama kegiatan
operasi
(8)
SEGWWL
Pengawas
(9)
Pelaporan
(10)
Kabupaten
Bandung
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
BPLH dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
VII - 56
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
2.
10
11
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan dilakukan dengan cara
mengumpulkan data laporan tentang tanaman
penduduk yang terganggu baik melalui langsung
laporan ke tenaga penyuluh lapangan SEGWWL
maupun desa dan kecamatan.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah adalah di
desa-desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu
Desa Margamukti, Desa Sukamanah, Desa
Wanasuka, Desa Margamulya, Desa Banjarsari,
dan Desa Pangalengan
Satu kali
setahun selama
kegiatan operasi
SEGWWL
BPLH dan
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data laporan masyarakat tentang
gangguan dari aktifitas SEGWWL baik melalui
langsung laporan ke tenaga penyuluh lapangan
SEGWWL maupun desa dan kecamatan
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu
adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa
Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya,
Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan
Dilakukan satu
kali setahun
selama kegiatan
operasi
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Metode pengumpulan data dan analisis data
Pemantauan
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data laporan masyarakat tentang
gangguan dari aktifitas SEGWWL baik melalui
langsung laporan ke tenaga penyuluh lapangan
SEGWWL maupun desa dan kecamatan
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desa-
Satu kali
setahun selama
kegiatan operasi
SEGWWL
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di desadesa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu Desa
Margamukti, Desa Sukamanah, Desa Wanasuka,
Desa Margamulya, Desa Banjarsari, dan Desa
Pangalengan.
Pengoperasian Lapangan Uap dan PLTP Unit 1, Unit 2 dan Unit 3
Adanya anggapan dari
Pengoperasian
Laporan masyarakat
masyarakat bahwa
lapangan uap dan
tentang tanaman
pengoperasian
pembangkit Unit 1,
penduduk yang terganggu
lapangan uap dan
Unit 2 dan Unit 3.
akibat pengoperasian
pembangkit Unit 1,
lapangan uap dan
Unit 2 dan Unit 3
pembangkit Unit 1, Unit 2
terhadap tanaman yang
dan Unit 3
lokasinya berdekatan
dengan area kegiatan.
Sumber dampaknya
adalah uap panas yang
terbuang ke udara
bebas
Keresahan
Timbulnya keresahan
Kegiatan penerimaan
Laporan ketidak puasan
masyarakat karena
tenaga kerja dan
masyarakat terhadap
sebagian penduduk
kerusakan jalan dan
pengelolaan komponen
menganggap bahwa
kekhawatiran potnsi
fisik-kimia yang tidak
sebagian besar tenaga
gempa
maksimal
kerja operasi selalu
diisi oleh tenaga kerja
dari luar sehingga
peluang kerja akan sulit
dinikmati oleh
masyarakat setempat
Kamtibmas
Timbulnya gangguan
kamtibmas merupakan
dampak lanjutan dari
keresahan masyarakat
karena sebagian
penduduk menganggap
bahwa sebagian besar
tenaga kerja operasi
Pelaksana
(6)
Sumber dampak adalah
mobilisasi dan aktivitas
tenaga kerja untuk
seluruh operasional
kegiatan
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Kegiatan penerimaan
tenaga kerja dan
operasi SEGWWL
Laporan ketidak puasan
masyarakat terhadap
pengelolaan komponen
fisik-kimia yang tidak
maksimal
Mengetahui
gangguan terhadap
tanaman penduduk
a)
b)
Mengetahui
pengetahuan
masyarakat
mengenai kegiatan
SEGWWL malui
data keresahan
a)
b)
Mengetahui
pengetahuan
masyarakat
mengenai kegiatan
SEGWWL melalui
data keresahan dan
gangguan
kamtibmas
a)
b)
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
VII - 57
star energy
BAB VII RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
No.
(1)
12
Dampak Besar dan
Dampak Penting yang
Dipantau
Sumber Dampak
(2)
(3)
selalu diisi oleh tenaga
kerja dari luar sehingga
peluang kerja akan sulit
dinikmati oleh
masyarakat setempat
serta gangguan akibat
operasi SEGWWL
Angka Kesakitan
Kegiatan
pengoperasian
lapangan uap akan
mengemisikan
sejumlah uap/gas-gas
dalam jumlah yang
cukup besar yang
dikhawatirkan akan
menimbulkan
gangguan angka
Kesakitan berupa
ISPA
Parameter Lingkungan
Hidup Yang Dipantau
(4)
Tujuan Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
Jangka Waktu
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
(5)
(6)
Institusi Pemantauan Lingkungan
Pelaksanaan
Pelaksana
Pengawas
Pelaporan
(7)
(8)
(9)
(10)
Selama satu kali
setahun selama
kegiatan operasi
SEGWWL
desa terdekat dengan lokasi kegiatan, yaitu
adalah di desa-desa terdekat dengan lokasi
kegiatan, yaitu Desa Margamukti, Desa
Sukamanah, Desa Wanasuka, Desa Margamulya,
Desa Banjarsari, dan Desa Pangalengan
Kegiatan
pengoperasian
lapangan uap dan
pembangkit Unit 1,
Unit 2 dan Unit 3
Data tentang 10 penyakit
dominan dari Puskesmas
Pangalengan, khususnya
jumlah penderita ISPA
Untuk mengetahui
peningkatan
penderita ISPA
selama kegiatan
operasi SEGWWL,
sehingga data series
ini dapat dijadikan
referensi untuk
perbaikan
pengelolaan
a)
b)
Revisi RKL dan RPL Pengembangan Lapangan Uap dan PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 (Pembangunan Unit 3, 90 MWe)
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Metode pengumpulan data dan analisis data
Metoda yang digunakan ialah dengan cara
mengumpulkan data ekunder 10 jenis penyakit
dominan di Kecamatan Pangalengan. Data series
sebelum dan setelah kegiatan konstruksi
kemudian. Data dianalisis dengan metoda
kuantitatif, dan kemudian dituangkan dalam
bentuk tabel.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan lingkungan adalah
Puskesmas Kecamatan Pangalengan
BPLH
Kabupaten
Bandung
BPLH
Kabupaten
Bandung
& BPLHD
Provinsi
Jawa
Barat
VII - 58
Download