Strategi Pengembangan Usaha Minyak Kelapa

advertisement
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
MINYAK KELAPA SAWIT (CPO)
Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
JUNITA HUTABARAT
H34096053
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
i
Aku tahu Tuhan, Kau yang membentuk dan berencana dalam hidupku.
Terima kasih untuk waktu dan kesempatan yang Kau berikan padaku
Selama di Institut Pertanian Bogor ini.
Biarlah ini tetap menjadi hari-hari yang penuh kenangan dalam hidupku
”Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,
tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
(Amsal 1:7)
”Tetapi
carilah
kebenaran-Nya,
dahulu
maka
Kerajaan
Allah
dan
semuanya
itu
akan
ditambahkan kepadamu.”
(Matius 6:33)
ii
RINGKASAN
JUNITA HUTABARAT.Strategi Pengembangan Usaha Minyak Kelapa Sawit
(CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV. Dibawah bimbingan
HARIANTO.
Unit Usaha Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926
dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang
bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938 budidaya tembakau dirubah
menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatschappy
(SCM)”. Komoditas yang dikelola PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) terbagi
dalam tiga budidaya yaitu Kelapa Sawit, Kakao, dan Teh.Namun sejak awal tahun
2006 hanya budidaya Kelapa Sawit dan Teh. PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero) mengelola 35 unit usaha dan 3 proyek pengembangan yang berlokasi di
10 daerah Tingkat II yaitu Simalungun, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan,
Labuhan Batu, Langkat, Toba-Samosir, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan
Kota Medan. Dan Unit Usaha Adolina merupakan Unit Usaha yang terbesar dan
memegang peranan penting dalam pengembangan usaha PT Perkebunan
Nusantara IV bila dibandingkan dengan Unit Usaha yang lain, dimana komoditas
utama yang ingin dikembangkan perusahaan ini ialah CPO yang proses
produksinya kebanyakan dilakukan di Unit Usaha Adolina.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah 1).Komoditas
unggulan perusahaan ini adalah CPO dimana sebagai perusahaan produsen CPO
PT Perkebunan Nusantara IV harus menghadapi persaingan yang ketat baik di
dalam pasar kelapa sawit domestik maupun Internasional baik dari sisi luas lahan
dan kualitas produk yang dihasilkan dimana dalam hal produksi CPO dilakukan
oleh Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk: 1). Menganalisis faktor eksternal dan internal yang ada di Unit Usaha
Adolina PT Perkebunan Nusantara IV, 2). Memformulasikan strategi
pengembangan usaha yang dapat diterapkan sesuai dengan potensi dan juga factor
internal dan eksternal yang mempengaruhi Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV, 3). Merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi
Unit Usaha Adolina untuk mengembangkan usahanya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.Data primer diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian,
melalui pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi fisik usaha, proses
penanganan produksi, wawancara langsung dengan pihak manajemen usaha,
pengisian kuisioner yang dijawab oleh pihak manajemen sebagai pengambil
keputusan di Kebun Adolina PT Perkebunan Nusantara IV dan juga melibatkan
salah satu perusahaan konsumen yaitu PT X. Data sekunder adalah jenis data yang
sudah diterbitkan. Beberapa data sekunder yang dapat dipergunakan untuk
membantu dalam penulisan skripsi berupa data produksi CPO di Indonesia,
jumlah ekspor CPO di Indonesia, permintaan dan perkembangan pasar serta
prospek CPO yang diperoleh dari data literatur yang terdapat di perusahaan,
Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian Direktorat Jendral
Perkebunan, Internet.
iii
Perumusan strategi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan matriks
faktor-faktor internal (IFE) dan eksternal (EFE) perusahaan. Matriks IFE
merupakan alat perumusan strategi dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
fungsional perusahaan. Matriks ini menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang tersebut.Hasil evaluasi matriks
EFE, pada faktor peluang terlihat bahwa Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat di bidang pengembangan mesin dan komputerisasi yang sangat
direspon baik oleh perusahaan memperoleh peringkat pertama dengan skor bobot
0,224.Dan faktor peluang kedua ialah PIR membantu PT Perkebunan Nusantara
IV dalam meningkatkan produksi dengan skor bobot 0,162.Hasil identifikasi
faktor eksternal berupa ancaman bagi perusahaan yaitu Peraturan Pemerintah
berupa penerapan pajak dan kenaikan harga BBM yang memperoleh skor 0,24.
Dimana kenaikan tersebut berdampak pada meningkatnya biaya operasional
perusahaan yang mengakibatkan menurunnya keuntungan usaha. Hasil dari
keseluruhan perhitungan faktor strategis eksternal menghasilkan skor sebesar
2.072 yang mengindikasikan bahwa Unit usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV cukup merespon peluang dan ancaman yang ada di dalam
industrinya. Strategi perusahaan yang efektif mampu menarik keuntungan dari
peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman
eksternal.
Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 17 diperoleh Total skor sebesar
2,982. Nilai ini mengindikasikan bahwa Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV berada pada posisi diatas rata-rata yang berarti perusahaan memiliki
posisi internal yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kekuatan yang besar dan mampu mengatasi setiap kelemahan usahanya. Bobot
faktor fasilitas sistem informasi manajemen yang tersedia memperoleh peringkat
pertama dengan rata-rata 0,404.Dan kekuatan utama perusahaan lainnya adalah
perusahaan telah mimiliki visi, misi, sasaran dan tujuan perusahaan dengan nilai
rata-rata 0.320. Dua kekuatan inilah yang menjadi andalan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Sedangkan faktor kelemahan utama perusahaan
yang memiliki skor tertinggi adalah Kualifikasi personel Litbang memadai blm
dapat diwujudkan dan efektif dan masalah moral karyawan.
Tahapan pencocokan merupakan tahap kedua dalam proses perumusan
strategi, berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada
perusahaan dengan peluang dan ancaman terhadap perusahaan dari lingkungan
eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks SWOT. Tujuan dari
Matriks SWOT ialah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan
oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisisi dari Matriks IFE dan
EFE ke dalam Matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu strategi
SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST
(Strengths-Threaths), dan strategi WT (Weakness-Threaths).Hasil dari pengolahan
QSPM diperoleh tiga prioritas strategi yang dapatditerapkan oleh Unit Usaha
Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yaitu Menekan biaya operasional,
Mempertahankan konsep manajemen yang sudah tersusun, Meningkatkan pangsa
pasar untuk meningkatkan penjualan dengan melakukan promosi secara ekstensif.
iv
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
MINYAK KELAPA SAWIT (CPO)
Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
JUNITA HUTABARAT
H34096053
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
v
Judul
: Strategi Pengembangan Usaha Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
Nama
: Junita Hutabarat
NIM
: H34096053
Menyetujui,
Pembimbing
Dr.Ir.Harianto, MS
NIP. 19581021 198501 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
vi
PERNYATAAN
Dengan
ini
saya
menyatakan
bahwa
skripsi
saya
yang
berjudul
“Strategi Pengembangan Usaha Minyak Kelapa Sawit (CPO) Unit Usaha Adolina
PT Perkebunan Nusantara IV” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2011
Junita Hutabarat
H34096053
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 25 Juni 1988
dan merupakan anak pertama dari pasangan H. Hutabarat dan P. Sitorus Skp.
Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) di YP
Methodist 7 Medan,kemudian menyelesaikan SD di RK Makmur Budi Murni 7
Medandan lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama RK Makmur Budi Murni 4 dan lulus pada tahun 2003
dan selanjutnya menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 11
Medan pada tahun 2006.
Sejak tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Direktorat Program
Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis
melalui jalur USMI. Pada tahun 2009 melanjutkan studi ke tingkat Sarjana
melalui Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat dan rahmat-Nya hingga skipsi penelitian ini dapat
dibuat sebagai salah satu syarat untuk lulus, adapun judul penelitian ini adalah
”Strategi Pengembangan UsahaMinyak Kelapa Sawit (CPO) Unit Usaha Adolina
PT Perkebunan Nusantara IV.”Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan Mama yang sangat penulis
kagumi dan sayangi sepanjang hidup penulis. Adik-adik yang selalu memberi
semangat. Keluarga besar Hutabarat dan Sitorus yang sudah banyak memberi
semangat pada penulis selama mengikuti perkuliahan.
Akhir kata, Penulis berharap skripsi penelitian ini dapat berguna dan
berfungsi sebagaimana mestinya.
Bogor, November 2011
Junita Hutabarat
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Bapa yang
masih memberikan kesehatan sampai saat ini sehingga penulisan skripsi ini dapat
selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
bersedia memberikan dukungan dan bantuan antara lain :
1. Dr.Ir.Harianto, MS selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas kesabaran,
bimbingan dan segala masukannya selama membimbing.
2. Ir.Popong Nurhayati, MM selaku Dosen Evaluator, terimakasih atas masukan
yang diberikan guna perbaikan Skripsi ini.
3. Papa dan Mama, terima kasih atas segala nasehat, dorongan, doa, dan materi
yang papa dan mama berikan.
4. Kedua Adikku, Desmond dan Fernando. Terima kasih atas segala dukungan
dan doa kalian. Tanpa itu semua tidak akan mungkin tercapai ini semua.
5. Eva Christy, Nanda Pramudya Wardhani, Roselina Bakara dan Siti Rahmawati
sebagai teman yang senantiasa menemani penulis dalam suka maupun duka.
6. Untuk karyawan-karyawan yang ada di PT Perkebunan Nusantara IV. Terima
kasih atas kerjasama dan informasi selama penulis menjalani Penelitian.
Bogor, November 2011
Junita Hutabarat
x
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
I.
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 11
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 12
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian........................................ 12
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13
2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia ......................................... 13
2.2. Perkembangan Ekspor dan Impor CPO Indonesia .............................. 14
2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................... 18
3.1. Kerangka Teoritis ................................................................................ 18
3.2. Analisis Lingkungan Eksternal ............................................................. 19
3.2.1. Analisis Lingkungan Makro .................................................... 19
3.2.2. Analisis Lingkungan Industri .................................................. 20
3.3. Analisis Internal Perusahaan ................................................................ 21
3.4. Perumusan Strategi ............................................................................... 22
3.4.1. Matriks IFE dan EFE .................................................................. 22
3.4.2. Matriks SWOT......................................................................... 22
3.4.3. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) ....................... 23
3.5. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 23
IV.
METODE PENELITIAN.......................................................................... 27
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 27
4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 27
4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 28
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 28
4.4.1. Analisis Deskriptif ...................................................................... 28
4.4.2. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation).................. 29
4.4.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation).................... 31
4.4.4. Analisis Matriks SWOT ............................................................. 33
4.4.5. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ......... 34
V.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................. 35
5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................... 35
5.2. Visi dan Misi Perusahaan .................................................................... 38
5.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan .......................................................... 39
5.4.Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................. 40
VI.
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN .. 45
6.1. Identifikasi dan Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan .............. 45
6.1.1. Lingkungan Jauh (Makro) ......................................................... 45
xi
6.1.2. Lingkungan Industri .................................................................. 49
6.2 Identifikasi dan Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ................... 52
VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS MINYAK
KELAPA SAWIT (CPO) Unit Usaha Adolina
PT Perkebunan
Nusantara IV ................................................................................................ 57
7.1. Tahapan Masukan ................................................................................. 57
7.1.1. Matriks EFE (External Factors Evaluation) ............................... 57
7.1.2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) .................................. 59
7.2. Tahapan Pencocokan (Matching Stage) ............................................... 61
7.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ....................................................... 65
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 66
8.1. Kesimpulan .......................................................................................... 66
8.2.Saran ...................................................................................................... 67
LAMPIRAN ......................................................................................................... 70
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produksi dan Konsumsi CPO Dunia (ribu ton) ................................................... 2
2. Negara Pengespor Utama CPO (ribu ton) ........................................................... 2
3. Impor CPO Dunia dari Tahun 2002-2006 (ribu ton) .......................................... 3
4. Produksi, Konsumsi, dan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2007 (juta ton).. 3
5. Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Pengusahaannya Tahun 2006-2010 (Ha) .... 4
6. Produksi Nominal dan Pertumbuhan Tanaman Perkebunan di Indonesia Tahun
2002-2005 (000) ................................................................................................. 5
7. Kandungan Gizi Minyak Kelapa Sawit, Kelapa, Kacang Tanah ........................ 6
8 Penelitian-Penelitian Terdahulu ......................................................................... 17
9 Matriks EFE ....................................................................................................... 30
10. Matriks IFE ..................................................................................................... 32
11. Penilaian Bobot Strategi Internal/Eksternal .................................................... 33
12. Matriks SWOT ................................................................................................ 33
13. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) .......................................... 34
14. Nilai Mata Uang Indonesia dan Malaysia (US$) ............................................ 46
15. Laju Pertumbuhan Penduduk di Dunia dan Indonesia (persen) ...................... 48
16. Identifikasi Faktor-faktor Internal Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV..................................................................................................... 56
17. HASIL ANALISIS MATRIKS EFE............................................................... 58
18. HASIL ANALISIS MATRIKS IFE ................................................................ 60
19. MATRIKS SWOT Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV ......... 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .................................................... 26
2. Nilai kurs Mata Uang Rupiah Indonesia terhadap 1US$ .................................. 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Capaian Produksi dan Produktifitas TBS Ton/Ha Unit Usaha Adolina Tahun
2006-2010......................................................................................................... 71
2. Daftar nama-nama yang menjabat Anggota Dewan Komisaris PT Perkebunan
Nusantara IV..................................................................................................... 72
3. Jumlah Karyawan Unit Usaha PT Perkebunan Nusantara IV ........................... 73
4. Jam Kerja Bagian Kantor dan Pabrik Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV..................................................................................................... 74
5. Struktur Organisasi Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV........... 75
6. Luasan Lahan Tanaman Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV Tahun
2005-2009......................................................................................................... 76
7. Kuisioner Penelitian Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ................... 77
8. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV..................................................................................................... 86
xv
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam Prahastuti (2000) ditinjau dari aspek perekonomian makro
Indonesia, CPO memegang peranan yang cukup strategis. Hal ini didasarkan
beberapa alasan, pertama CPO merupakan bahan baku utama minyak goreng yang
merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh
masyarakat setiap hari sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan
harga dari minyak goreng tersebut. Kedua CPO merupakan salah satu komoditi
pertanian andalan ekspor yang dapat menghasilkan devisa negara serta sebagai
sumber perolehan pajak. Ketiga meningkatnya kebutuhan akan minyak CPO
untuk industri dalam negeri maupun ekspor memacu pertumbuhan sub sektor
kelapa sawit sebagai penyedia lapangan kerja maupun sumber pendapatan petani.
Konsumsi dalam negeri CPO cukup besar mengingat industri yang
menggunakan CPO sebagai bahan baku juga berkembang. Umumnya ada tiga
industri yang menggunakan CPO sebagai bahan baku yaitu industri minyak
goreng, margarin dan oleo-kimia (sabun). Dalam Iyung Pahan (2006) jumlah
industri pengolahan minyak sawit (CPO) pada tahun 2004 memiliki kapasitas
produksi 9,74 ton. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Industri minyak goreng, kapasitas produksi 8,62 juta ton.
b. Industri margarin, kapasitas produksi 0,45 juta ton.
c. Industri oleo kimia (sabun), kapasitas produksi 0,68 juta ton.
Tingginya permintaan akan minyak kelapa sawit tercermin dari semakin
meningkatnya konsumsi CPO dunia dapat dilihat pada Tabel 1. Perbandingan
produksi dan konsumsi CPO dunia yang setiap tahunnya meningkat. Produksi
CPO pertumbuhannya dari tahun 2001 sampai 2008 mencapai 6,75 persen dan
pertumbuhan konsumsi pada rentang tahun yang sama mencapai 6,93 persen. Hal
ini menunjukan pertumbuhan produksi dan konsumsi hampir sama, namun
pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Kebutuhan konsumen
dunia untuk CPO cukup besar, hanya saja masih di imbangi dengan kenaikan
produksi CPO.
1
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi CPO Dunia (ribu ton)
Tahun
Produksi
2001
23.940
2002
25.220
2003
28.080
2004
30.890
2005
33.500
2006
37.163
2007
38.673
2008
42.904
Pertumbuhan
(persen)
6,75
Sumber : Departemen Perdagangan, 2008
Konsumsi
23.790
25.090
28.310
29.990
33.030
36.192
37.892
42.500
6,93
Menurut Oil World volume dan nilai ekspor crude palm oil (CPO)
cenderung mengalami kenaikan setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Kondisi
ini mendakan bahwa adanya peluang yang besar untuk mengembangkan
CPO.Indonesia merupakan Negara pengespor CPO terbesar kedua setelah
Malaysia. Malaysia sebagai pengekspor utama CPO yakni pada tahun 2007
sebesar 12.575.000 ton dan disusul oleh Indonesia pada tahun yang sama sebesar
820.000 ton, Thailand dan singapura diurutan berikutnya yakni 339.000 ton dan
237.000 ton pada tahun 2007 dan hongkong sebesar 127.000 ton pada tahun yang
sama.
Tabel 2. Negara Pengespor Utama CPO (ribu ton)
Tahun
Malaysia Indonesia Thailand Hongkong Singapura
2005
10.886
6.490
324
318
220
2006
12.266
7.310
327
185
250
2007
12.575
8.820
339
127
237
Laju
(persen/tahun)
13,70
28,33
-117,36
-116
6,51
Sumber : Oil world, 2008 (diolah)
Tingginya permintaan dunia akan minyak sawit juga terlihat dari semakin
meningkatnya impor CPO dunia dapat dilihat dari Tabel 3. Pasar dunia semakin
terbuka bagi pengembangan kelapa sawit mendorong peningkatan investasi usaha
dibidang kelapa sawit dan produk olahannya.Peningkan impor minyak kelapa
sawit cenderung terjadi di negara-negara yang banyak jumlah penduduknya dan
negara-negara yang kurang kondusif dari segi geografis untuk mengusahakan
2
kelapa sawit seperti India, Uni eropa dan China.Impor CPO dunia yang masuk ke
negara-negara yang tinggi permintaannya ditujukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Impor CPO Dunia dari Tahun 2002-2006 (ribu ton)
Tahun
Negara
2002
2003
2004
2005
2006
India
3.461
4.067
3.451
3.315
2.926
Uni eropa
3.370
3.593
3.945
4.470
4.741
China
2.660
3.851
3.851
4.320
5.500
Pakistan
1.300
1.468
1.432
1.646
1.630
Mesir
611
678
702
774
593
Malaysia
371
473
713
555
602
Bangladesh
436
481
644
931
811
Lainnya
7.168
7.681
9.214
10.145 11.622
Total
19.377 21.794 23.952 26.156 28.425
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008
Laju
(persen/tahun)
-5,08
8,14
5,23
5,23
-1,97
8,64
12,67
11,30
9,12
Dengan semakin meningkatnya produksi CPO dalam negeri, maka laju
ekspor CPO Indonesia ke berbagai negara pun semakin meningkat dapat dilihat
pada Tabel 4. Ekspor sendiri merupakan sisa produksi ketika produksi yang ada
telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi CPO Indonesia dari tahun
ketahun terus mengalami peningkatan. Semakin tinggi ekspor CPO Indonesia,
maka kontibusi CPO terhadap total devisa akan semakin meningkat. Saat ini
Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, melebihi
Malaysia. Pada tahun 2006, luas lahan sawit Indonesia mencapai 6,1 juta hektar
dengan total produksi CPO sekitar 16 juta ton sementara Malaysia menghasilkan
15,8 juta ton. Pada tahun 2007 di Indonesia dilakukan peningkatan luas lahan
menjadi 6,78 juta hektar dengan produksi CPO mencapai 17,37 juta ton, pada
tahun yang sama ekspor CPO mencapai 5,13 juta ton atau sebesar 30,54 persen
dari total produksi, sementara sisanya sekitar 11,37 juta ton atau 69,46 persen
diolah di dalam negeri.
Tabel 4. Produksi, Konsumsi, dan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2007 (juta
ton)
Periode
Laju
Sektor
2003
2004
2005
2006
2007 (persen/tahun)
Produksi
10,44
10,83
11,86
17,35
17,37
11,01
Konsumsi
7,54
7,84
8,05
8,55
11,37
9,27
Ekspor
2,89
2,96
3,81
8,6
5,01
2,20
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008
3
Produksi CPO dipengaruhi oleh harga CPO domestik dan luas areal kelapa
sawit. Dimana, areal penanaman kelapa sawit Indonesia terkonsentrasi di lima
propinsi yakni Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi
dan Aceh. Areal penanaman besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara (dengan
sentra produksi di Labuhan Batu, Langkat, dan Simalungun) dan Riau. Pada 1997,
dari luas areal tanam 2,5 juta hektar, kedua propinsi ini memberikan kontribusi
sebesar 44persen, yakni Sumatera Utara 23,24 persen (584.746 hektar) dan Riau
20,76 persen (522.434 hektar). Sementara Kalimantan Barat, Sumatera Selatan,
Jambi dan Aceh masing-masing memberikan kontribusi sebesar 7 persen hingga
9,8 persen, dan propinsi lainnya 1persen hingga 5 persen.
Dilihat dari status kepemilikannya, perkebunan kelapa sawit Indonesia terdiri
dari Perkebunan Negara, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat. Perkebunan
rakyat terkonsentrasi pada 4 propinsi yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan
Kalimantan Barat. Perkebunan milik Negara (PTP) terkonsentrasi di Sumatera
Utara .dan perkebunan swasta terkonsentrasi di Riau, Sumatera Utara, Aceh, dan
Sumatera
Selatan.
Indonesia
merupakan
negara
yang
potensial
untuk
mengembangkan kelapa sawit karena memiliki lahan yang tersedia luas dan
mendukung untuk diusahakan. Rata-rata laju pertumbuhan luasan areal
penanaman kelapa sawit Indonesia sejak tahun 2006 sampai 2010 (2010 masih
berupa angka sementara) untuk kategori Perkebunan Rakyat (PR) adalah 4,56
persen atau bertambah seluas 528.057 hektar, untuk Perkebunan Besar Nasional
(PBN) mengalami penurunan 2,11 persen atau menurun seluas 49.943 hektar,
sedangkan untuk Perkebunan Besar Swasta (PBS) adalah sebesar 6,02 persen atau
bertambah seluas 963.403 hektar.
Tabel 5. Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Pengusahaannya Tahun 2006-2010
(Ha)
Tahun
PR
PBN
PBS
TOTAL
2.549.572
687.428
3.357.914
6.594.914
2006
2.752.172
606.248
3.408.416
6.766.836
2007
2.881.898
602.963
3.878.986
7.363.847
2008
3.061.413
630.615
4.181.368
7.873.294
2009
3.077.629
637.485
4.321.317
8.430.027
2010*
Laju
4,56
-2,11
6,02
5,93
(persen/tahun)
Sumber ; Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010
Keterangan :*) Angka Sementara
4
Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit Indonesia bervariasi menurut
jenis pemilikan. Menurut Departemen Pertanian, pada umumnya tingkat
produktivitas perkebunan rakyat paling rendah dibandingkan perkebunan Negara
dan swasta. Diperkirakan produktivitas perkebunan rakyat hanya mencapai ratarata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha. Ini
disebabkan kurangnya perawatan perkebunan tersebut. Sementara itu perkebunan
Negara memiliki produktivitas tertinggi yakni rata-rata menghasilkan 4,82 ton
CPO per ha dan 0,91 ton PKO per ha. Sedangkan perkebunan swasta rata-rata
menghasilkan 3,48 ton CPO per ha dan 0,57 ton PKO per ha.
Produksi Kelapa Sawit pada Subsektor Perkebunan PDB dapat dilihat pada Tabel
6. Tabel 6 menunjukkan besarnya secara nominal minyak sawit dan biji sawit
dalam subsektor perkebunan Indonesia, dimana tingkat pertumbuhan untuk
minyak sawit pada tahun 2003 adalah sebesar 30,04 persen, tahun 2004
mengalami penurunan sebesar 1,53 persen, dan tahun 2005 naik menjadi 70,99
persen. Biji sawit pada tahun 2003 sebesar 29,54 persen, 2004 naik sebesar 1,75
persen, dan tahun 2005 menjadi 63,91 persen. Dalam tiga tahun terakhir
pertumbuhan produksi kurang stabil disebabkan oleh faktor musim dan faktorfaktor yang terkait pada sisi penawaran.
Tabel 6. Produksi Nominal dan Pertumbuhan Tanaman
Tahun 2002-2005 (000)
Nominal
Rincian
2002
2003
2004
2005*
Tanaman
Perkebunan
1. Karet Kering
330,7 337,1
341,3
405
2. Minyak
Sawit
4.224,6 5.493,6 5.409,8 9.250
3. Biji Sawit
963,9 1.249 1.270,4 2.082,3
4. Coklat
58,5
56,9
57,1
56,2
5. Kopi
26,1
24,0
28,9
32,1
6. Teh
131,4 131,6
134,4
130,1
7. Kulit Kina
0,6
0,8
0,6
0,5
8. Gula Tebu
20.776 1.974,4 2.161,8 2.154,4
9. Tembakau
42
4,7
2,4
5,2
Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV
Perkebunan di Indonesia
Pertumbuhan
2003
2004
2005
1,94
1,25
18,69
30,04
29,54
(2,74)
8,05
0,15
33,33
(4,97)
11,90
(1,53)
1,75
0,35
20,42
2,13
(25,00)
9,49
(48,94)
70,99
63,91
(1,58)
11,07
(3,20)
(16,67)
(0,34)
116,67
5
Minyak kelapa sawit ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003):
1. Tersusun atas asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh.
2. Mengandung beta karoten atau pro vitamin A yang sangat diperlukan dalam
proses metabolisme dalam tubuh manusia dan sebagai antioksidan, dan pro
vitamin E selain berperan dalam metabolisme dan untuk kesehatan.
3. Mengandung kolesterol rendah, antara 12-19 ppm (rata-rata 16 ppm).
Berdasarkan pada keunggulan-keunggulan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
minyak kelapa sawit berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Selain itu, minyak
kelapa sawit juga mengandung berbagai jenis zat makanan yang diperlukan oleh
tubuh manusia. Jenis-jenis zat makanan yang terkandung di dalam minyak kelapa
sawit dan juga minyak nabati lainnya berdasarkan analisis gizi dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa perbandingan kandungan zat makanan dalam
minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kacang tanah, dan minyak wijen.
Kandungan kalori yang dimiliki minyak kelapa sawit sama besarnya dengan
kandungan kalori yang dimiliki oleh minyak kacang tanah dan minyak wijen,
yaitu sebesar 900 kalori, akan tetapi diantara keempat jenis minyak nabati
tersebut, minyak kelapa sawit merupakan satu-satunya minyak yang memiliki
kandungan Vitamin A, yaitu sebesar 60.000 mg.
Tabel 7. Kandungan Gizi Minyak Kelapa Sawit, Kelapa, Kacang Tanah
Zat Makanan
Kalori (kal)
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Mineral (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (mg)
Vitamin B1
(mg)
Vitamin C (mg)
Minyak
Minyak Kacang
Minyak
Kelapa Sawit
Minyak Kelapa Tanah
Wijen
900
886
900
900
0
0
0
0
0
1
0
0
100
98
100
100
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
60.000
0
0
0
0
0
0
0
Keterangan: kal=Kalori, g=Gram, mg=Miligram
Sumber:Direktorat
Gizi
Departemen
Mangoensoekarjo&Semangun (2003)
0
0
Kesehatan
0
0
dalam
6
Melihat banyaknya keunggulan dan juga kegunaan dari minyak kelapa
sawit, maka tidak salah jika produksinya dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan yang cukup berarti. Saat ini terdapat enam pemain terbesar CPO yang
menguasai lebih dari 50 persen areal perkebunan kelapa sawit yakni PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) yang terdiri dari Sembilan PTPN, termasuk PT
Perkebunan Nusantara IV, Sinar Mas, Raja Garuda Mas, Astra Agro Lestari,
Minamas Plantation (Kelompok Guthrie Berhad asal Malaysia) dan Indofood
Tbk.Sekitar 60persen dari produk CPO Indonesia diekspor ke luar negeri,
sementara sisanya diserap untuk konsumsi di dalam negeri. Untuk penggunaan
lokal, industri minyak goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 29,6
persen dari total produksi, sedang sisanya dikonsumsi oleh industri Oleokimia,
sabun dan Margarine atau Shortening.
Saat ini terdapat sekitar 215 pabrik CPO di Indonesia (lebih sedikit dibanding
Malaysia yang memiliki 374 pabrik). Kapasitas pabrik CPO terbesar terdapat di
Sumatera – terdiri dari 199 perusahaan) yang mencapai 85 persen dari kapasitas
CPO nasional.Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2009, Provinsi
Sumatera Utara merupakan provinsi terluas kedua yang memiliki areal
perkebunan kelapa sawit setelah Provinsi Riau yakni 1.048.692 hektar. Salah satu
PBN yang terdapat di Sumatera Utara adalah PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero). PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki luas lahan kelapa
sawit sebesar 50,56 persen dari total keseluruhan areal kelapa sawit milik PTPN di
daerah Sumatera Utara yakni 144.509 Ha dari 285.808,98 hektar. Unit usaha
Adolina merupakan salah satu unit usaha milik PT Perkebunan Nusantara IV.
Kebun kelapa sawit Adolina memiliki luas areal penanaman kelapa sawit 8.815,69
hektar yang terdapat di enam wilayah kecamatan, yaitu Perbaungan, Bangun
Purba, Pantai Cermin, Galang, STM Hilir dan Gajahan serta dua Kabupaten
lainnya, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai.
7
Unit usaha Adolina merupakan pintu gerbang PT Perkebunan Nusantara
IV, yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya dipinggiran jalan raya
Medan-Pematang Siantar. Letak pabrik kelapa sawit unit usaha adolina berada
tidak jauh dari daerah perkebunannya dan infrastruktur yang baik menjadi salah
satu keunggulan unit usaha ini, sehingga mempermudah tranportasi pengangkutan
TBS maupun CPO ke pabrik kelapa sawit.
Sesuai dengan perkembangannya saat ini dunia sedang mengalami
globalisasi ekonomi, demikian juga dengan Indonesia yang secara cepat membuka
cakrawala baru bagi manajemen perusahaan di Indonesia termasuk Unit Usaha
Adolina PT Perkebunan Nusantara IV, yang semula hanya tertuju ke lingkungan
domestik saat ini tujuannya dikembangkan atau diperluas ke lingkungan global.
Teknologi informasi dan globalisasi yang berkembang pesat sekarang merupakan
perubahan eksternal yang mengubah bisnis dan masyarakat pada saat ini.
Setiap organisasi bisnis dihadapkan kepada dua jenis lingkungan yaitu
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Makin besar suatu perusahaan atau
organisasi, makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat interaksi yang terjadi
dalam menghadapi kedua jenis lingkungan tersebut (Siagian, 2001). Perubahan
lingkungan eksternal akan memberikan peluang dan sekaligus tantangan yang
baru bagi perusahaan. Pemanfaatan peluang yang muncul dan pengurangan
pengaruh ancaman yang datang dari lingkungan eksternal tersebut dapat dilakukan
oleh perusahaan dalam upaya pemanfaatan kekuatan, pengurangan kelemahan,
serta dengan melalui perbaikan-perbaikan lingkungan internalnya. Kemampuan
perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut David (2002), organisasi yang efektif adalah organisasi yang
secara efektif mengelola perubahan dan secara terus menerus membenahi
birokrasi, strategi, sistem, produk dan budaya organisasi untuk dapat bertahan dari
goncangan serta dapat mengatasi kekuatan dengan mematikan persaingan.
Kebutuhan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan menuntut adanya
proses manajemen strategis. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi
harus secara terus-menerus memantau kondisi internal dan eksternal serta
8
kecenderungannya,
sehingga
perubahan
dapat
secara
berkala
dilakukan
berdasarkan kebutuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor eksternal dan internal
yang mempengaruhi Unit Usaha Adolina pada saat ini, memformulasikan
berbagai alternatif strategi pengembangan bisnis yang dapat diterapkan oleh
perusahaan sesuai dengan faktor eksternal dan internal, dan memilih alternatif
strategi pengembangan usaha yang terbaik untuk perusahaan.
1.2.
Perumusan Masalah
Lingkungan yang selalu berubah menuntut kesiapan manajemen
perusahaan untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi dan
situasi lingkungan yang dihadapi. Perkembangan permintaan minyak nabati baik
dalam negeri maupun luar negeri yang semakin meningkat, memberikan peluang
yang besar bagi pengembangan usaha CPO yang berbahan baku kelapa sawit.
Dengan peningkatan konsumsi minyak nabati maka pertumbuhan produksi CPO
pun juga harus ditingkatkan terutama oleh Indonesia yang saat ini menjadi Negara
penghasil CPO terbesar kedua di dunia. Tujuan dari peningkatan produksi ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati baik di dalam
maupun di luar negeri. Untuk itu Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara
IV sebagai perusahaan penghasil CPO sebaiknya mengembangkan strategi terbaik
yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dan sesuai dengan
perkembangan usaha untuk memenuhi permintaan pasar dan kelangsungan hidup
usaha.
Sebagai perusahaan produsen CPO PT Perkebunan Nusantara IV harus
menghadapi persaingan yang ketat baik di dalam pasar kelapa sawit domestik
maupun Internasional baik dari sisi luas lahan dan kualitas produk yang
dihasilkan. Persaingan ini menuntut perusahaan untuk melakukan efisiensi dalam
rangka memenangkan persaingan untuk merebut pasar, persaingan inovasi dan
teknologi. Di dalam pasar domestik Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV harus bersaing dengan perusahaan swasta dan BUMN dengan luas
lahan yang dimiliki antara lain PT PP London Sumatera (40.534 hektar), PT Salim
(161.973 hektar), PT Astra Agro Lestari (189.970 hektar), PT Sinar Mas (282.000
9
hektar), PT Perkebunan Nusantara III (105.067,57 hektar), PT Perkebunan
Nusantara I (46.377 hektar), PT Perkebunan Nusantara VII (31.874 hektar), PT
Perkebunan Nusantara XIII (35.546,68 hektar). Hal ini sangat berpengaruh
terhadap jumlah produksi berupa Tandan Buah Segar (TBS) yang dihasilkan.
Terbatasnya luas areal perkebunan kelapa sawit yang dimiliki berpengaruh kepada
ketidaksesuaian antara produksi di kebun dengan kapasitas pabrik pengolahan
TBS menjadi minyak kelapa sawit dan juga produk turunannya.
Pabrik kelapa sawit (PKS) Adolina memiliki kapasitas PKS yang
terpasang 30 ton TBS/jam, dengan dengan rata-rata 22 jam kerja per hari dan 25
hari kerja perbulan. Kapasitas tersebut merupakan batasan kemampuan pabrik
untuk melakukan kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO. Artinya PKS mampu
mengolah 16.500 ton TBS per bulan atau sekitar 198.000 ton TBS per tahun.
Dengan kapasistas produksi pabrik kelapa sawit tersebut, sementara produksi unit
usaha perkebunan Adolina yang hanya mampu menghasilkan 133.920 ton TBS
maka capaian produksi CPO hanya 32.364 ton. Capaian produksi dan rendemen
CPO Unit Usaha Adolina pada tahun 2006 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Dalam rangka pencapaian efisiensi usaha pengolahan Adolina selama ini
telah melakukan kegiatan pengadaan bahan baku melalui pembelian. Pengadaan
bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari
ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari permintaan dan penawaran pasar.
Perusahaan perlu melakukan optimalisasi pengadaan tandan buah segar (TBS)
sebagai bahan baku industri pengolahan CPO untuk mencapai keuntungan
perusahaan yang maksimal.
Permasalahan lain yang dihadapi perusahaan ini ialah dari sisi biaya.
Dimana, ada 4 (empat) biaya yang termasuk didalam beban pokok produksi yaitu
Biaya Langsung, Biaya Tidak Langsung,Biaya Penyusutan dan Biaya Pengiriman.
Untuk biaya usaha yang terdiri dari Biaya Penjualan,Biaya Umum,dan
Administrasi dipengaruhi oleh Volume Penjualan. Harga Jual Rata-rata Ekspor
dan Harga Jual Rata-rata Lokal serta Penjualan Ekspor dari Minyak Sawit dan
Penjualan Lokal dari Minyak Sawit menentukan Volume Penjualan. Dengan
adanya biaya-biaya ini maka penentuan harga menjadi lebih sulit, dimana
10
biasanya harga CPO mengikuti harga pasar dan disesuaikan dengan biaya-biaya
pokok produksi. Ini merupakan dilema bagi Unit Usaha Adolina dimana jika
harga yang dibuat terlalu besar dari harga pasar maka pelanggan akan lari ke
producen CPO lagi, sebaliknya jika harga CPO yang ditetapkan terlalu kecil maka
perusahaan bisa merugi. Keempat biaya ini menyebabkan rendahnya profit yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah sistem pengembangan usaha CPO Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV?
2. Apa saja lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam rangka pengembangan usaha
CPO yang dijalankan?
3. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk Unit Usaha
Adolina PT Perkebunan Nusantara IV?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan utama
penelitian adalah merumuskan strategi pengembangan usaha minyak kelapa sawit
(CPO) di Unit Usaha Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV. Secara rinci tujuan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor eksternal dan internal yang ada di Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV.
2. Memformulasikan strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan sesuai
dengan potensi dan juga faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
Unit Usaha Adolina PT PerkebunanNusantara IV.
3. Merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi Unit Usaha
Adolina untuk mengembangkan usahanya.
11
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang didapat diharapkan memberikan manfaat bagi
berbagai pihakantara lain:
1. Melatih kemampuan analisis dan menambah pengetahuan serta wawasan
penulis mengenai manajemen strategi suatu perusahaan yang bergerak di
sektor usaha perkebunan.
2. Sebagai tambahan masukan dan pertimbangan bagi pihak perusahaan untuk
mengembangkan usahanya.
3. Sebagai dasar acuan dan informasi bagi penelitian lebih lanjut.
1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terfokus pada tahap kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Penelitian dilaksanakan sampai pada tahap rekomendasi strategi
pengembangan usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan, sedangkan
implementasinya diserahkan kepada pihak manajemen Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia
Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya
tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa
sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia
hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997
telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada
kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata
200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan
swasta. Sejalan dengan peningkatan luas areal, produksi CPO Indonesia
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Produsen CPO terbesar adalah
Sumatera Utara yang memberikan kontribusi lebih dari 4,5 juta ton CPO atau
sekitar 50 persen dari total produksi CPO nasional.
Sekitar 60 persen dari produk CPO Indonesia diekspor ke luar negeri,
sementara sisanya diserap untuk konsumsi di dalam negeri. Untuk penggunaan
lokal, industri minyak goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 29,6
persen dari total produksi, sedang sisanya dikonsumsi oleh industri oleokimia,
sabun dan margarine atau shortening, saat ini terdapat sekitar 215 pabrik CPO di
Indonesia.
Menurut National Distribution Network, saat ini terdapat sekitar 80
perusahaan penyulingan minyak goreng sawit di Indonesia yang tersebar di 11
propinsi di Sumatera, Jawa dan Kalimantan dengan total kapasitas produksi 7,79
juta ton per tahun. Sebesar 62 persen diantaranya (4,8 juta ton) dikuasai oleh 7
Grup produsen yakni Hasil Karsa, Musirr Mas, Sinar Mas, Karya Prajona Nelayan,
Raja Garuda Mas, dan Sungai Budi.
Dimasa mendatang, konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan
terus mengalami peningkatan dan mencapai 5,6 juta ton. Penggunaan terbesar
pada industri minyak goreng (51 persen), diikuti industri margarine dan
shortening (37 persen), Oleochemical (8 persen), industri sabun mandi (3 persen)
dan industri sabun cuci (1 persen).
13
2.2. Perkembangan Ekspor dan Impor CPO Indonesia
Menurut Departemen Perdagangan volume ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia cenderung meningkat sejak 1999. Ekspor minyak sawit Indonesia
ditujukan ke 123 negara. Volume ekspor terbesar ke India dengan kontribusi 28
persen (1,8 juta ton), diikuti Belanda 17 persen (1,1 juta ton), Cina 8 persen (483
ribu ton), dan Malaysia serta Singapura masing-masing sebesar 6 persen. Kelima
negara ini secara bersama-sama menyerap sekitar 65 persen dari total ekspor
minyak kelapa sawit Indonesia.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan harga CPO di pasar internasional
sangat berfluktuasi. Pada 1999 misalnya, harga CPO melonjak hingga US$ 700
per ton, namun kembali merosot tajam pada 2001 menjadi US$ 276 per ton.
Sementara pada 2004, harga CPO cenderung meningkat dengan harga yang cukup
menggairahkan, berkisar pada US$ 400 hingga US$ 550 per ton. Ini disebabkan
menurunnya produksi minyak kedelai, tingginya tingkat permintaan dari Cina dan
India, serta produksi minyak sawit Malaysia yang cenderung flat. Pada 2010,
volume ekspor CPO Indonesia mencapai 4,5 juta ton, sedangkan ekspor turunan
lainnya mencapai 5,6 juta ton sehingga proyeksi kebutuhan CPO untuk ekspor
pada tahun 2010 adalah 10,1 juta ton. Untuk impor Indonesia tidak terlalu besar,
impor CPO dilakukan jika terjadi kekurangan hasil produksi dalam negeri untuk
dijual atau diekspor ke Negara lain.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai formulasi strategi bisnis suatu perusahaan telah
dilakukan oleh banyak peneliti di perusahaan yang berbeda. Hal ini
mengindikasikan bahwa strategi bisnis merupakan hal kristis dalam sebuah
perusahaan, sehingga sangat penting untuk diteliti. Beberapa kajian penelitian
tersebut akan diuraikan pada penjelasan di bawah ini.
Menurut Prahastuti (2000) Sub sector perkebunan khususnya kelapa sawit
mempunyai peranan yang strategis yaitu sebagai bahan baku industri minyak
goring, sumber devisa Negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan
petani. Dengan menggunakan data deret waktu dari tahun 1982 hinggga 1998
dianalisis dengan model regresi Linier berganda. Data harga bulanan dari januari
14
1992 hingga juli 1998 digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara pasar CPO
dan minyak goring sawit di Indonesia. Dimana luas areal penanaman kelapa sawit
dipengaruhi oleh harga CPO domestic, harga pupuk, harga ekspor CPO, dan
tingkat suku bunga. Untuk produksi CPO dipengaruhi oleh harga CPO domestic
dan luas areal kelapa sawit. Ekspor CPO sendiri dipengaruhi oleh harga CPO
domestic, produksi CPO dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
Konsumsi CPO oleh industri minyak goreng dipengaruhi oleh ekspor CPO, nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga CPO domestik, dan penawaran CPO
domestik. Keterkaitan antara harga CPO domestik dengan harga minyak goreng
sawit di tingkat perdagangan besar maupun ecerannya menunjukkan keterkaitan
yang erat antara kedua pasar. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga CPO
domestik mempengaruhi pembentukan harga minyak goreng sawit di Indonesia.
Leliana (1998) dan Arif Budiman (2007) sama-sama menggunakan
analisisi SWOT. Leliana dalam penelitiannya dilatarbelakangi oleh adanya
peningkatan ekspor non migas terutama sektor pertanian khususnya subsektor
pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan faktor-faktor
internal dan eksternal perusahaan, mengetahui tingkat kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman dan menganalisis strategi yang dapat diterapkan dalam rangka
pengembangan perusahaan. Arif Budiman dilatarbelakangi oleh adanya masuknya
madu impor yang memiliki kualitas lebih baik dan beredarnya madu palsu yang
disebabkan oleh produksi madu Indonesia belum mampu memenuhi permintaan
masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan strategi usaha
yang sudah dilaksanakan perusahaan, mengidentifikasikan faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan yang menjadi peluang dan ancaman, maupun kekuatan
dan kelemahan bagi perusahaan, merekomendasikan alternatif strategi yang paling
sesuai bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya.
Alat analisis yang digunakan kedua peneliti ini didasarkan pada
pendekatan secara terstruktur, dengan menggunakan analisis IFE dan EFE serta
analisis SWOT. Berdasarkan alat-alat analisis tersebut, Leliana menyimpulkan
posisi dan kondisi bahwa perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan dan
peluang yang ada guna mengatasi kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi
15
yang dapat dilakukan antara lain perusahaan berusaha meningkatkan kemampuan
menghasilkan benih bermutu tinggi untuk tetap mempertahankan pelanggan dan
menarik pelanggan baru, peningkatan volume pengadaan dan penyaluran untuk
melayani permintaan yang meningkat melalui peningkatan target produksi,
menjalankan prinsip pemasaran secara optimal dan adanya peningkatan pelayanan
purna jual, serta melayani pasar utama dengan lebih intensif sebagai upaya
peningkatan volume penjualan.
Berdasarkan alat-alat analisis tersebut, Arif Budiman menyimpulkan
posisi dan kondisi bahwa respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal
tergolong sedang. Strategi yang dapat dilakukan antara lain perusahaan harus
mulai melakukan riset pengembangan produk untuk menghasilkan produk turunan
madu, memperbanyak jumlah pengecer dan kedai, melakukan survei lapang untuk
mencari sumber lahan baru penghasil pakan lebah, melakukan pengujian produk
secara berkala di laboratorium bekerjasama dengan perguruan tinggi maupun
lembaga pemerintah, mulai melakukan promosi secara rutin, melakukan koneksi
jaringan ke internet, dan melakukan penganggaran secara efektif dan mulai
mencoba untuk melakukan pengajuan kredit kepada bank.
Penelitian Yasmin Chairunisa Muchtar tentang prospek pengolahan kelapa
sawit di propinsi sumatera utara menyimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku
(TBS) belum optimal untuk memenuhi kebutuhan dan kapasitas pabrik sehingga
hal ini berdampak pada hari kerja, industri pengolahan kelapa sawit yang diteliti
memiliki beragam jenis, alur dan jaringan produk yang dihasilkan dari bahan baku
(TBS) yaitu CPO dan Kernel yang merupakan hasil utama, cangkang, tandan
kosong serta sludge merupakan hasil sampingan, proses pengolahan pada industr
pengolahan kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap nilai tambah produk,
rendemen, pendapatan usaha, tingkat keuntungan pengolahan dan kesempatan
kerja, dan yang terakhir dalam proses pengolahan kelapa sawit ditemukan adanya
masalah yaitu belum optimalnya ketersediaan bahan baku (TBS) di daerah
penelitian sehingga berdampak pada prospek pengolahan kelapa sawit.
Penelitian Pasaribu (2002) tentang Strategi Pengembangan Bisnis Minyak
Kelapa Sawit (CPO), studi kasus di PT Socfindo, Sumatera Utara menyimpulkan
bahwa PT Socfindo berada pada sel II dimana kekuatan dari perusahaan ini adalah
16
produk CPO yang dihasilkan berkualitas tinggi, kelemahannya dalah luas areal
perkebunan yang dimiliki tergolong kecil. Peluang utama perusahan adalah
produk turunan kelapa sawit menghasilkan nilai tambah yang tinggi, dan ancaman
utamanya adalah adanya pencurian buah sawit. Strategi yang dapat dikembangkan
oleh perusahaan adalah strategi intensif berupa penetrasi pasar, pengembangan
pasar dan produk. Berdasarkan hasil analisa QSPM strategi terbaik yang dapat
dijalankan perusahaan adalah strategi ketiga yaitu memperluas areal perkebunan
kelapa sawit dan memberikan nilai tambah kepada produk hilir kelapa sawit.
Tabel 8 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Metode
Strategi
Analisis
Pasaribu
Pengembangan
SWOT,
(2002)
Bisnis Minyak
matriks EFE,
Kelapa Sawit
IFE dan QSPM
(CPO), studi kasus
di PT Socfindo,
Sumatera Utara
Kurniawan
(2004)
Strategi
Pengembangan
Bisnis Kelapa
Sawit Studi Kasus
pada PTPN VIII,
Propinsi Banten
Hasil
Berdasarkan hasil analisa
QSPM strategi terbaik
yang dapat dijalankan
perusahaan adalah
strategi ketiga yaitu
memperluas areal
perkebunan kelapa sawit
dan memberikan nilai
tambah kepada produk
hilir kelapa sawit.
Analisis
Berdasarkan analisa
SWOT,
SWOT strategi terbaik
matriks EFE,
yang dilakukan
IFE dan QSPM perusahaan ialah dengan
melakukukan
peningkatan produksi.
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana
perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan
keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing. Manajemen
strategis merupakan perpaduan manajemen pemasaran, keuangan, produksi dan
operasi, iinformasi, penelitian dan pengembangan dalam mencapai keberhasilan
(David, 2002). Tujuan manajemen strategik adalah memanfaatkan dan
menciptakan peluang-peluang baru untuk masa depan, meliputi aktivitas membuat
perumusan sasaran-sasaran organisasi, strategi-strategi, dan pengembangan
rencana-rencana, tindakan, dan kebijakan untuk mencapai sasaran.
Manajemen strategi terdiri atas sembilan tugas penting :
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (Purpose), filosofi (Philosophy), dan tujuan (Goal).
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi internal dan
kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktorfaktor internal umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber dayanya dengan
lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap
opsi yang ada berdasrkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (Grand
Strategic) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan cara mengalokasikan sumber
daya angggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, sumber daya
manusia, strukturteknologi, dan imbalan.
18
3.2.Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis Eksternal digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor
yang menjadi sumber peluang dan ancaman bagi PT Perkebunan Nusantara IV,
yang meliputi faktor akonomi, sosial, politik, kebijakan pemerintah dan teknologi.
Analisis eksternal dibagi dua kelompok yaitu :
3.2.1. Analisis Lingkungan Makro
Lingkungan makro yang dikaji terdiri dari faktor-faktor ekonomi, sosial,
politik dan teknologi. Lingkungan makro menimbulkan kesempatan-kesempatan,
ancaman dan batasan-batasan bagi perusahaan. Analisis ini bermanfaat untuk
mengetahui sejauh mana lingkungan makro mempengaruhi perusahaan dalam
menjalankan kegiatannnya. Sifat yang mendukung maupun sifat yang
menghambat dari lingkungan makro disajikan dalam pertimbangan apakah sifatsifat tesebut sejalan atau bertentangan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan
(Rangkuti, 2001).
Faktor politik sangat mempengaruhi kondisi usaha kelapa sawit di
Indonesia. Misalnya Peraturan Daerah (PERDA) tentang Pajak Produksi Hasil
Tanaman Perkebunan yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan ketentuan masingmasing pemerintah daerah. Penetapan jumlah pajak produksi hasil perkebunan
kelapa sawit dapat merangsang pengembangan bisnis kelapa sawit atau sebaliknya
menghambat pengembangan bisnis kelapa sawit di Indonesia, sehingga
pemerintah daerah harus hati-hati dalam menentukan besar kecilnya pajak
produksi hasil tanaman perkebunan.
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Kondisi perekonomian
sangat mempengaruhi iklim berbisnis dari suatu perusahaan/perkebunan kelapa
sawit. Inflasi, produktivitas, tenaga kerja, dampak dari kenaikan dan penurunan
suku bunga, adanya investasi, fluktuasi harga dari kelapa sawit serta siklus bisnis
menjadi faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis alternatif
straategi yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan bisnis kelapa sawit.
Bisnis kelapa sawit adalah jenis usaha yang membutuhkan modal yang
sangat besar, sehingga banyak perusahaan kelapa sawit meminjam modal dari
lembaga-lembaga keuangan. Dalam hal ini tingkat suku bunga pinjaman dan
19
tingkat inflasi adalah faktor yang paling mempengaruhi keputusan pengusaha
kelapa sawit ketika akan meminjam modal pada lembaga keuangan tertentu.
Faktor sosial sangatlah penting untuk disadari oleh para pengambil
keputusan strategis. Pihak perkebunan harus mengenal dan memahami kondisi
masyarakat di sekitarnya. Pengelola perkebunan harus menghormati nilai-nilai
dan norma-norma yang dianut masyarakat, karena hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi lingkungan eksternal perusahaan.
Faktor teknologi dewasa ini berkembang demikian pesatnya dibarengi
dengan semakin majunya ilmu pengetahuan. Berbagai perangkat keras maupun
lunak yang mendukung kegiatan usaha kini semakin beranekaragam. Adaptasi
teknologi yang tepat guna, dan membuka kemungkinan terciptanya produk baru,
maupun penyempurnaan terhadap proses produksi dan produk yang sudah ada.
3.2.2. Analisis Lingkungan Industri
Industri dapat didefenisikan sebagai kelompok perusahaan yang
menghasilkan produk yang dapat saling menggantikan. Dalam llingkungan
industri terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri.
Lima kekutan tersebut adalah masuknya pendatang baru, ancaman produk
pengganti,
kekuatan
tawar-menawar
pemasok
serta
persaingan
diantara
perusahaan yang ada. Dalam penyusunan strategi korporat, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan diciptakan, dan
menempatkannya pada masing-masing unit bisnis. Pelanggan, pemasok, produk
pengganti serta pendatang baru potensial semuanya merupakan pesaing bagi
perusahaan-perusahaan dalam industri (Porter, 1995).
Analisis makro dan analisis industri menggunakan analisis SWOT yang
meliputi :Analisis makro meliputi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
industri seperti aspek politik dan kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial budaya
dan teknologi.Analisis industri menggunakan konsep Five-Forces dari Porter
yaitu persaingan dalam industri, pendatang baru, produk subsitusi, daya tawar
pembeli dan pemasok.
20
3.3. Analisis Internal Perusahaan
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam perusahaan,
yang mencakup struktur, kultur, dan sumberdaya perusahaan. Lingkungan internal
memperlihatkan daftar kekuatan dan kelemahan yang berada di dalam kontrol
perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997).
David (2002) membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa
variabel dalam analisis lingkungan internal antara lain :
1. Manajemen
Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang
mencakup sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumberdaya manusia, dan
keuangan. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu
perencanaan,
pengorganisasian,
pemotivasian,
penunjukan
staf
dan
pengendalian.
2. Pemasaran
Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptakan dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk. Terdapat tujuh
fungsi dasar pemasaran, yaitu (1) Analisis pelanggan, (2) Menjual produk, (3)
Merencanakan produk dan jasa,(4) Menetapkan harga, (5) Distribusi, (6) Riset
pemasaran, dan (7) Analisis peluang.
3. Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing
perusahaan dan daya tarik bagi investor. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
antara lain: Kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan
jangka panjang, rasio-rasio keuangan, biaya masuk industri dan hambatan
masuk.
4. Produksi dan Operasi
Fungsi produksi terdiri atas aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang
dan jasa. Manajemeen produksi dan operasi menangani masukan, pengubahan
dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar.
5. Penelitian dan Pengembangan
Dalam menjalankan strategi pengembangan produk suatu perusahaan harus
mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat.
21
6. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan modaal utama bagi suatu perusahaan.
Strategi yang terbaik sekalipun menjadi tidak berarti apabila mausia yang
dipekerjakannya tidak memiliki keterampilan memadai untuk melakkukan
tugas-tugas tersebut. Kualitas kesesuaian SDM ini berpengaruh terhadap
kinerja, kepuasan karyawan, dan perputaran tenaga kerja.
7. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Ssistem
informasi manajemen yang efektif berusaha mengumpulkan, memberi kode,
menyimpan, mensintesa, dan menyajikan informasi database, sehingga dapat
melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi yang tepat.
3.4. Perumusan Strategi
3.4.1. Matriks IFE dan EFE
Perumusan strategi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan
matriks faktor-faktor internal (IFE) dan eksternal (EFE) perusahaan. Matriks IFE
merupakan alat perumusan strategi dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
fungsional perusahaan. Matriks ini menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang tersebut.
Matriks EFE merupakan alat yang memungkinkan perencana strategi
dalam mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, politik, pemerintah,
hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks ini membantu dalam mengorganisir
faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kategori-kategori yang diterima secara
umum (David, 2002).
3.4.2. Matriks SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) serta dapat
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Asumsi dasar dari
analisis tersebut adalah bahwa kinerja perusahaan dalam suatu industri ditentukan
22
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. (Rangkuti dalam Kusumawardhanie,
2003).
Analisis yang membandingkan antara faktor internal dan eksternal ini
logika
dasar
penyusunan
strateginya
adalah
bagaimana
perusahaan
memaksimalkan kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan kekuatan dan
peluang yang ada, dan pada saat yang bersamaan meminimalkan kelemahan dan
ancaman yang dihadapi. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif
strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T.
Analisis SWOT mempertimbangkan kombinasi faktor-faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal yang akan menghasilkan peluang (Opportunities) dan
ancaman
(Threats)
dikombinasikan
dengan
faktor
internal
yang
akan
menghasilkan kekuatan (Srenghts) dan kelemahan (Weakness) sehingga akan
memunculkan suatu rumusan strategi bagi perusahaan. Faktor eksternal dan
internal dapat diperoleh dari analisis situasi yang terjadi di sekitar perusahaan.
3.4.3. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)
Matriks perencanaan Strategis Kuantitatif atau Quantitative Strategic
Planning Matriks (QSPM) dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari
tindakan-tindakan alternatif yang layak. Teknik ini secara sasaran menunjukkan
strategi alternatif mana yang terbaik.
Menurur David (2002) QSPM merupakan alat analisis yang digunakan
untuk mengevaluasi pilihan alternatif strategi secara objektif, berdasarkan
perpaduan faktor sukses eksternal dan internal perusahaan. Sifat positif dari
QSPM adalah bahwa set strategi yang dapat diperiksa secara berurutan atau
bersamaan. Tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau
diperiksa sekaligus. Sisi positif lainnnya adalah alat ini mengharuskan ahli strategi
untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait kedalam proses
keputusan. Mengembangkan QSPM membuat faktor-faktor kunci lebih kecil
kemungkinannya terabaikan atau diberi bobot secara tidak sesuai.
3.5. Kerangka Pemikiran Operasional
Proses perumusan alternatif strategi pengembangan usaha di Unit Usaha
Adolina PT Perkebunan Nusantara IV dilakukan melalui serangkaian analisis
23
yang diawali dengan analisis deskriptif dalam mengidentifikasi visi, misi dan
tujuan perusahaan. Identifikasi ini diperlukan untuk mengetahui sasaran yang
ingin dicapai perusahaan sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. Setelah
mengetahui visi, misi dan tujuan perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan ekksternal perusahaan,
yang tujuan akhirnya dapat membantu dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
memilih strategi.
Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan yang
mendukung strategi pengembangan bisnis. Analisis internal dilakukan dalam
bidang maajemen, pemasaran, keuangan, produksi-operasi, sumber daya manusia,
dan litbang. Sedangkan dari analisis eksternal dilakukan dengan menggunakan
alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya-Demografi, Teknologi) dan
alat analisis kompetisis “Model Lima Kekuatan Porter”.
Dari hasil identifikasi tersebut, kemudian akan dimasukkan ke dalam
kerangka kerja perumusan strategi yang terdiri dari tiga tahap, antara lain:
1. Tahap pemasukan (Input Stage) yaitu tahap meringkas informasi atau input
dasar yang diperlukan dalam merumuskan strategi. Pada tahap ini dihasilkan
matriks EFE dan matriks IFE. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi
beragam faktor eksternal-internal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tahap pencocokan (Matching Stage) yaitu tahap memfokuskan dan
menghasilkan alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Pada
tahap ini diihasilkan matriks IE yang merupakan hasil analisis lingkungan
internal-eksternal yang memberikan gambaran mengenai posisi perusahaan,
serta strategi yang harus dilaksanakan dalam mempertahankan posisinya.
Kemudian, matriks SWOT memberikan serangkaian kombinasi strategi yang
dapat dilakukan perusahaan berdasarkan identifikasi terhadap peluangancaman dan kelemahan-kekuatan.
3. Tahap pemilihan strategi (Decision Stage) yaitu tahap pemilihan strategi
berdasarkan sejumlah alternatif strategi yang telah ditetapkan. Metode yang
digunakan pada tahap ini adalah metode PHA untuk mengetahui prioritas
strategi yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan.
24
Dalam penentuan alternatif strategi biasanya menggunakan alat bantu analisis
yaitu QSPM. Hasil yang diperoleh akan menghasilkan strategi mannajemen yang
diprioritaskan. Gambar kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada
Gambar 1.
25
PT Perkebunan Nusantara IV
Kenali visi misi sasaran strategi perusahaan yang ada
Tahap Input
Kenali dan masukkan
Kenali dan masukkan
Peluang dan ancaman
Kekuatan dan kelemahan
Matriks EFE
Matriks IFE
Tahap Pencocokan
Matriks SWOT
Alternatif Strategi
Tahap Keputusan
Matriks QSPM
Strategi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
26
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara, terletak kira-kira 38 km
dari Medan (Ibukota Propinsi Sumatera Utara). Penentuan lokasi ini dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan alasan perusahaan ini berbasis agribisnis milik
negara dan merupakan perusahaan yang besar, ketersediaan datadan kesediaan
pihak perusahaan untuk dijadikan tempat penelitian. Pengumpulan data
dilaksanakan pada kira-kira pertengahan Juni 2011-Juli 2011.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sifat data yang diperoleh, jenis data yang digunakan adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non angka
(non numeric) berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usaha
minyak kelapa sawit (CPO), kondisi usaha, peralatan yang digunakan, teknis
pelaksanaan kegiatan usaha, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.
Data kuantitatif berupa data angka atau numerik seperti pendapatan usaha, jumlah
produksi per periode, jumlah bahan baku, harga jual dan harga input, dan semua
keterangan berupa angka.
Berdasarkan sumber pengolahan data yang digunakan dalam penulisan
penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung
dari sumber atau objek penelitian, melalui pengamatan langsung untuk
mengetahui kondisi fisik usaha, proses penanganan produksi, wawancara
langsung dengan pihak manajemen usaha, pengisian kuisioner yang dijawab oleh
pihak manajemen sebagai pengambil keputusan di Kebun Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV dan juga melibatkan salah satu perusahaan konsumen yaitu PT X.
Data sekunder adalah jenis data yang sudah diterbitkan. Beberapa data
sekunder yang dapat dipergunakan untuk membantu dalam penulisan skripsi
berupa data produksi CPO di Indonesia, jumlah ekspor CPO di Indonesia,
permintaan dan perkembangan pasar serta prospek CPO yang diperoleh dari data
27
literatur yang terdapat di perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan, Internet.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penggunaan data yang mendukung
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi, yang dilakukan untuk melibatkan dan mengamati objek secara
langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi
dilakukan secara langsung pada lokasi produksi CPO yaitu Pabrik Kelapa
Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.
2. Wawancara, yang dilakukan untuk memperoleh keterangan yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian, agara data yang digunakan merupakan kondisi
yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggungjawab
atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada perusahaan.
3. Kuesioner, yang dilakukan dengan pemberian lembar penilaian berupa
kuisioner kepada responden mengenai identifikasi faktor internal dan
eksternal, penentuan rating faktor internal dan eksternal serta penyusunan
strategi terpilih melalui QSPM.
4. Studi pustaka dengan mengumpulkan data melalui membaca mempelajari dan
mengutip pendapat dari berbagai sumber buku, laporan penelitian terdahulu,
diktat, literatur, artikel dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah dengan menggunakan pendekatan konsep manajemen strategi. Alat analisis
yang digunakan antara lain:
4.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar belaka dengan tujuan untuk mendefinisikan visi,misi dan
tujuan perusahaan, strategi yang telah dijalankan, serta data-data yang berkaitan
28
dengan kegiatan pemasaran, pencapaian target penjualan, keuangan, personalia,
serta produksi dan operasi.
4.4.2. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Alat yang digunakan untuk melakukan analisis eksternal adalah matriks
EFE (External Factor Evaluation). Pembuatan matriks EFE dilakukan dengan
lima langkah. Langkah-langkah dalam mengembangkan matriks EFE adalah
sebagai berikut:
1. Daftarkan semua faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi, termasuk peluang
dan ancaman yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya.
Usahakan spesifik mungkin dengan menggunakan presentase, rasio atau angka
perbandingan (jika ada).
2.
Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan
relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(sangat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut
agar berhasil dalam industri tersebut, bobot ini didasarkan pada industri.
Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan
bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis
eksternal tersebut kepada pihak manajemen perusahaan dengan menggunakan
metode
perbandingan
pasangan.
Metode
tersebut
digunakan
untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal. Cara
membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris (sebelah kiri/ ke
bawah) dibandingkan dengan variabel kolom (sebelah atas/ ke kanan) dan
harus konsisten. Setiap variabel menggunakan skala 0, 1, dan 2 untuk
menentukan bobot. Skala yang digunakan adalah :
-
A pada variabel baris/sebelah kiri kurang penting daripada B pada variabel
kolom/bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan B
(atas) nilai = 0
-
A pada variabel baris/sebelah kiri sama penting dengan C, pada variabel
bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas)
nilainya = 1
29
-
A pada variabel baris/sebelah kiri lebih penting daripada D pada variabel
bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas)
nilainya = 2
3. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi
perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Untuk EFE, ratingnya
adalah berikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk
menunjukkan seberapa efektif faktor-faktor tersebut berpengaruh bagi
perusahaan, menjawab faktor ini dengan catatan 4 = peluang utama, 3 =
peluang, 2 = ancaman, 1 = ancaman utama. Peringkat didasarkan pada
efektifitas strategi perushaan ataupun pada keadaan perusahaan.
4. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap
variabelnya.
5. Skor yang telah diperoleh dijumlahkan sehingga diperoleh total skor
organisasi.
6. Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan nilai 1,0 – 2,0 menunjukkan
perusahaan berada dalam kondisi yang rendah atau lemah, nilai 2,0 – 3,0
menunjukkan perusahaan berada pada kondisi rata-rata atau sedang, nilai 3,0 –
4,0 menunjukan perusahaan berada pada kondisi tinggi atau kuat. Total skor
4,0 menunjukan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang
dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan jika total skor 1,0 menunjukkan
organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang
ada.
Berikut dapat dilihat pada Tabel 9
Tabel 9 Matriks EFE
Faktor Kunci Eksternal
Peluang
Ancaman
Total
Sumber: David, 2002 (diolah)
Bobot
Rating
Bobot x Rating
30
Melalui Tabel 9 akan diperoleh hasil kali bobot dan rating dari masing-masing
faktor-faktor kunci eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.
4.4.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Menurut David (2002) alat perumusan strategi ini meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional
dari suatu usaha, dan matriks ini juga memberikan dasar untuk mengenali dan
mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang ini. Penilaian intuitif diperlukan
dalam mengembangkan Matriks IFE, jadi penampilan dari pendekatan ilmiah
tidak harus diinterpretasikan berarti ini merupakan teknik yang amat ampuh.
Pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang dimasukkan lebih penting
ketimbang angkanya sendiri. Langkah-langkah dalam mengembangkan matriks
IFE adalah sebagai berikut:
1. Daftarkan semua faktor-faktor internal yang diidentifikasi, termasuk kekuatan
dan kelemahan yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya.
Usahakan spesifik mungkin dengan menggunakan presentase, rasio atau angka
perbandingan (jika ada).
2.
Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan
relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(sangat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut
agar berhasil dalam industri tersebut, bobot ini didasarkan pada industri.
Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Penentuan
bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal
tersebut kepada pihak manajemen perusahaan dengan menggunakan metode
perbandingan pasangan. Metode tersebut digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Cara membaca
perbandingan dimulai dari variabel pada baris (sebelah kiri/ ke bawah)
dibandingkan dengan variabel kolom (sebelah atas/ ke kanan) dan harus
konsisten. Setiap variabel menggunakan skala 0, 1, dan 2 untuk menentukan
bobot. Skala yang digunakan adalah :
-
A pada variabel baris/sebelah kiri kurang penting daripada B pada variabel
kolom/bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan B
(atas) nilai = 0
31
-
A pada variabel baris/sebelah kiri sama penting dengan C, pada variabel
bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas)
nilainya = 1
-
A pada variabel baris/sebelah kiri lebih penting daripada D pada variabel
bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas)
nilainya = 2
3. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi
perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Untuk IFE, ratingnya
adalah berikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk
menunjukkan seberapa efektif faktor-faktor tersebut berpengaruh bagi
perusahaan, menjawab faktor ini dengan catatan 4 = peluang utama, 3 =
peluang, 2 = ancaman, 1 = ancaman utama. Peringkat didasarkan pada
efektifitas strategi perusahaan ataupun pada keadaan perusahaan.
4. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap
variabelnya.
5. Skor yang telah diperoleh dijumlahkan sehingga diperoleh total skor
organisasi.
6. Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan nilai 1,0 – 2,0 menunjukkan
perusahaan berada dalam kondisi yang rendah atau lemah, nilai 2,0 – 3,0
menunjukkan perusahaan berada pada kondisi rata-rata atau sedang, nilai 3,0 –
4,0 menunjukan perusahaan berada pada kondisi tinggi .
Berikut pada Tabel 10 dapat dilihat contoh bentuk Matriks IFE.
Tabel 10. Matriks IFE
Faktor Kunci Internal
Kekuatan
Kelemahan
Total
Sumber: David, 2002 (diolah)
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Melalui Tabel 10 dapat dilihat hasil kali antara bobot dan rating dari faktor-faktor
kunci internal perusahaan.
32
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penilaian Bobot Strategi Internal/Eksternal
Faktor-faktor Eksternal/Internal A
B
C
D
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
E
Total
Xi
6. …
n
∑ Xi
i =1
Total
Sumber: David, 2002 (diolah)
Bobot setiap faktor diperoleh dengan cara membagi nilai setiap faktor terhadap
jumlah nilai keseluruhan faktor. Adapun bobot yang diperoleh akan berada pada
kisaran 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (terpenting) pada setiap faktor. Faktorfaktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi diberi bobot
tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0.
4.4.4. Analisis Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting yang membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi. Strategi SO, Strategi WO, Strategi
ST, dan Strategi WT. Matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik, dan
tidak ada satu pun kecocokan terbaik (David, 2002). Kombinasi dari Strength
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman)
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Matriks SWOT
Peluang – O
Daftar 5-10 faktor kekuatan
Ancaman T
Daftar 5-10 faktor kekuatan
Kekuatan – S
Strategi S-O
Memanfaatkan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya
Strategi S-T
Memanfaatkan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Kelemahan - W
Strategi W-O
Memanfaatkan peluang
dengan meminimalkan
kelemahan
Strategi W-T
Meminimalkan kelemahan
serta menghindari ancaman
Sumber: David, 2002
33
4.4.5. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Selain membuat peringkat strategi untuk memperoleh daftar prioritas,
hanya ada satu teknik analisis dalam literatur yang dirancang untuk menetapkan
daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak. Teknik ini adalah Matriks
Quantitative Strategic Planning (QSPM) atau Matriks Perencanaan Strategis
Kuantitatif yang merupakan Tahap 3 dari kerangka kerja analitik merumuskan
strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi
strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan pada factor-faktor kritis untuk
sukses eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya. Seperti alat analisis
perumusan strategi yang lain, QSPM memerlukan penilain intuitif yang baik.
(David, 2002). Bentuk format QSPM dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM)
Alternatif Strategi
Faktor sukses
Strategi II
Strategi III
Bobot
Strategi I
kritis
AS WAS
AS WAS
AS WAS
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Total
Keterangan: AS= Attractiveness Score (Skor kemenarikan relatif)
WAS= WeightedAttractiveness (Pembobotan ketertarikan)
Sumber: David, 2002 (diolah)
34
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Unit Usaha Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926
dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang
bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938 budidaya tembakau dirubah
menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatschappy
(SCM)”. Sejak tahun 1973 budidaya karet diganti menjadi kakao, sedangkan
kelapa sawit tetap dipertahankan. Pada tahun 1942 diambil alih oleh Pemerintah
Jepang dari Pemerintah Belanda. Pada tahun 1946 diambil kembali oleh
pemerintah Belanda dengan nama tetap NV SCM. Maka pada tahun 1958
perusahaan ini diambil ahli oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan nama
perusahaan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), tahun 1960 PPN diganti nama
menjadi PPB baru Sumut V.
Pada tahun 1963 PPN Baru Sumut V dipisah menjadi dua kesatuan yaitu:
1. PPN Karet III Kebun Adolina Hulu, Kantor Kesatuan di Tanjung Morawa
2. PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, Kantor Kesatuan di Pabatu.
Pada tahun 1968 PPN Antan II diganti menjadi PNP VI, dengan penggabungan
kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka Tanaman II
Kebun Adolina Hilir, lalu pada tahun 1978 PNP VI dirubah menjadi bentuk
Persero dengan nama PT. Perkebunan VI (Persero).
Tahun 1994 PTP VI,PTP VII dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur
Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan
PTP VI, PTP VII dan PTP VIII diberi nama PTP Nusantara IV (Persero). Unit
Usaha Adolina merupakan salah satu Unit Usaha dari PTP Nusantara IV (Persero)
dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dibentuk berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.9 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, tentang penggabungan
kebun-kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara dari PT. Perkebunan VI,
PT Perkebunan VII, dan PT Perkebunan VIII, menjadi Perusahaan Perseroan
PT Perkebunan Nusantara IV (Lembaran Negara Tahun 1996 No.5) sesuai dengan
Akte Notaris Harun Kamil, SH No.37 tertanggal 11 Maret 1996 dan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI No. C2-20652
35
HT.01.04TH.2002, tanggal 23 Oktober 2002. kemudian sesuai dengan Surat
Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH diadakan perubahan akte pendirian
perusahaan (vide: Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 7
November 2008 Nomor 90).
Komoditas yang dikelola PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) terbagi
dalam tiga budidaya yaitu Kelapa Sawit, Kakao, dan Teh. Namun sejak awal
tahun 2006 hanya budidaya Kelapa Sawit dan Teh. PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero) mengelola 35 unit usaha dan 3 proyek pengembangan yang berlokasi di
10 daerah Tingkat II yaitu Simalungun, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan,
Labuhan Batu, Langkat, Toba-Samosir, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan
Kota Medan. Dan Unit Usaha Adolina merupakan Unit Usaha yang terbesar dan
memegang peranan penting dalam pengembangan usaha PT Perkebunan
Nusantara IV bila dibandingkan dengan Unit Usaha yang lain, dimana komoditas
utama yang ingin dikembangkan perusahaan ini ialah CPO yang proses
produksinya kebanyakan dilakukan di Unit Usaha Adolina.
Untuk pelayanan kesehatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar
perusahaan, PT Perkebunan Nusantara IV (persero) memiliki 3 Unit Rumah Sakit
yaitu RS Laras, RS Balimbingan dan RS Pabatu. Di samping itu PT Perkebunan
Nusantara IV (Persero) juga memiliki anak perusahaan PT Pamina Adolina yang
merupakan industri hilir pengolahan CPO dengan kapasitas 500 ton CPO/hari.
PT Pamina Adolina bergerak di bidang usaha pengolahan minyak kelapa sawit
dan menghasilkan produk-produk seperti : RBD Olein, Crude Stearin, Fatty Acid
dan Margarine serta Biodesel, selain itu juga menerima jasa olah dari pihak
ketiga.
PT.Sarana
Agro
Nusantara
juga
merupakan
anak
perusahaan
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) dengan komposisi permodalan perusahaan
sebesar 55persen. PT Sarana Agro Nusantara bergerak dalam bidang usaha jasa
penyimpanan atau pengapalan Liquid Cargo dan Dry Cargo beserta jasa
pengurusan dokumen atau pengambilan contoh. PT Perkebunan Nusantara IV
(persero) juga memiliki penyertaan pada perusahaan afiliasi yaitu PT.Padasa
Enam Utama sebanyak 15 persen kepemilikan dan Indoham Hamburg sebanyak
18 persen.
36
PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam mendukung kegiatan
rancang bangun dan pemeliharaan pabrik, mengelola 1 Unit Workshop Pabrik
Mesin
Tenera
(PMT)
di
Dolok
Ilir.Sebagai
perusahaan
perkebunan,
PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam sepuluh tahun terakhir memainkan
peranan yang penting. Aset PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) terus
berkembang sehingga mencapai Rp 5,87 triliun pada Desember 2009. Dengan
jumlah karyawan pelaksana sebanyak : 29.374 orang, dan karyawan pimpinan
sebanyak : 613 orang.
Arah Pengembangan Perusahaan adalah untuk menjadi perusahaan
perkebunan terbaik, arah pengembangan perusahaan ke depan adalah membangun
daya saing agar mampu bersaing di pasar nasional/global dan meningkatkan nilai
perusahaan. Peningkatan nilai tambah perusahaan dilakukan melalui pembukaan
areal lahan baru yang berlokasi di dalam/luar Sumatera untuk tanaman komoditi
sawit, sedangkan untuk komoditi teh dilakukan peningkatan produktivitas dan
intensifikasi dengan mereplanting secara bertahap mengganti tanaman teh jenis
lama (seedling) dengan jenis klonal terbaru yang sesuai. PT Perkebunan
Nusantara IV juga membangun kebun benih unggul kelapa sawit sebagai sumber
bibit ungggul yang akan dipakai sendiri dan sebagian akan dijual.
Program pemanfaatan limbah PKS berupa tandan kosong, dengan
menggunakan enzim dijadikan pupuk organik sebagai substitusi pupuk kimia dan
sebagai bahan bakar untuk power plant menghasilkan listrik untuk mensuplai
kebutuhan operasional pabrik lain/PPIS atau dijual kepada PT PLN. sedangkan
limbah cair PKS dimanfaatkan untuk menghasilkan gas methane sebagai bahan
bakar genset untuk menghasilkan listrik melalui CDM proyek. Pengembangan
industri hilir sawit, diarahkan mengembangkan industri biodiesel berbahan baku
CPO, crude stearin dan PFAD (Multy Feed Stock) bekerjasama dengan PTPN III,
PTPN V dan PT Pertamina serta membangun pabrik oleochemical berbahan baku
CPO/PKO dan pabrik bioethanol berbahan baku tandan kosong. Melakukan
sinergi bersama PT Perkebunan Nusantara V bekerjasama dengan PT Pupuk
Kaltim untuk memproduksi pupuk Compound (NPK).Peningkatan kinerja
karyawan dan penempatan yang sesuai, dilakukan dengan berdasarkan
kompetensi, melalui penerapan Key Performance Indicator (KPI) dan sistem
37
CBHRM (Competence Based Human Resource Management). PT Perkebunan
Nusantara IV juga memiliki budaya perusahaan yang sudah dianut sejak lama
yaitu memberi, membimbing dan mendorong perilaku seluruh karyawan
perusahaan agar dalam melaksanakan tugas selalu:
a. Berpikir positif untuk dapat menangkap setiap peluang.
b.
Proaktif dalam menghasilkan inovasi dan prestasi.
c. Kerjasama tim untuk membangun kekuatan.
d. Menempatkan kepentingan perusahaan sebagai pertimbangan utama bagi
setiap keputusan yang diambil oleh setiap jajaran perusahaan.
e. Menempatkan peningkatan kesejahteraan karyawan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari pencapaian sasaran perusahaan.
Corporate Value adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu perusahaan yang
mengakar dan menjadi patokan yang dipegang oleh seluruh pekerja untuk
menjalankan aktivitasnya serta internalisasi diri. PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero) memiliki Corporate Value yang terdiri dari 5 (lima) nilai, yaitu:
P
: Profitability (mengutamakan profit)
R
: Responsibility (bertanggung jawab terhadap stakeholder)
I
: Integrity (integritas)
M
: Market ahead (selalu yang terdepan)
A
: Accountability (terpercaya)
5.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh perusahaan di masa
depan. Visi merupakan cita-cita dari pendiri perusahaan yang mewakili seluruh
anggota perusahaan. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya setiap anggota
dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh visi persero. Adapun visi dari PT
Perkebunan Nusantara IV (Persero) “Menjadi Pusat keunggulan pengelolaan
perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik
serta berwawasan lingkungan”.
Misi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup. Pernyataan misi
yang disusun dengan baik mendefenisikan tujuan mendasar dan unik yang
membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain dan mengidentifikasikan
jangkauan operasi perusahaan dalam produk yang ditawarkan dan pasar yang
38
dilayani. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan mengkomunikasikan
pandangan umum untuk kelompok pemegang saham utama dalam lingkungan
kerja perusahaan. Misi memberitahukan siapa kita dan apa yang kita lakukan.
(David, 2002). Dengan bahasa sederhana Misi didefenisikan sebagai suatu tujuan
unik yang membedakannya dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan
mengidentifikasikan cakupan operasinya. Atau dengan kata lain misi merupakan
penjabaran dari visi perusahaan. Misi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
adalah:
1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif
2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan drngan sistem,
cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan
4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan
yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan
6. Melaksanakan
dan
menunjang
kebijakan
serta
program
pemerintah
pusat/daerah.
Untuk mencapai sasaran yang jelas dalam koridor visi dan misi tersebut,
diperlukan suatu Corporate Plan atau perencanaan stategis jangka panjang yang
akan menjadi acuan/pedoman manajemen dalam menjalankan keputusan strategis.
Penyusunan rencana jangka panjang adalah bagian dari upaya yang konsisten
dalam pelaksanaan dan pencapaian Good Corporate Governance(GCG).
5.3. Maksud dan Tujuan Perusahaan
Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa
yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaiknya diukur jika
memungkinkan. Pencapaian tujuan perusahaan merupakan hasil dari penyelesaian
misi. (David, 2002). Maksud dan Tujuan Perusahaan menurut Anggaran Dasar
perusahaan, antara lain:
a. Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah
di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di
39
sub sektor pertanian dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
b. Melaksanakan kegiatan usaha antara lain:Mengusahakan budidaya tanaman,
meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman dan
pemeliharaan serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan
dengan budidaya tanaman tersebut.Produksi, meliputi pemungutan hasil
tanaman, pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi.Perdagangan, meliputi penyelenggaraan
kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan
perdagangan barang lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha
perusahaan.Pengembangan usaha di bidang perkebunan, agro usaha dan agro
bisnis.
c. Mendirikan/menjalankan perusahaan dan usaha lainnya yang mempunyai
hubungan dengan usaha bidang pertanian, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan badan-badan lainnya, sepanjang hal itu tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.4.Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) memberikan
gambaran tugas dan wewenang dari setiap personil yang terkait. Struktur
organisasi harus disusun sesuai dengan urutan dan kebutuhannya. Pimpinan
sebagai manusia secara umum memiliki kemampuan terbatas, karena itu seorang
pemimpin tidak dapat melaksanakan tugas secara sendiri tanpa dukungan dari
bawahannya, dengan ini sangat dibutuhkan pembagian tugas dan tanggung jawab
untuk mencapai tujuan perusahaan. Organisasi di PTPerkebunan Nusantara IV
terdiri dari Kantor Pusat, Kantor Perwakilan Jakarta, GUU I s.d. GUU VI dan
PMT Dolok Ilir.
Sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan, Perseroan diurus oleh
Direksi dibawah Pengawasan Komisaris. Anggota Direksi diangkat oleh Rapat
Umum Pemegang Saham untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan Anggota
Komisaris diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham untuk jangka waktu 3
(tiga) tahun. Tugas dan wewenang Direksi dan Komisaris diatur dalam Pasal 11
dan 16 dari Anggaran Dasar Perseroan.Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
40
BUMN Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT. Perkebunan Nusantara IV Nomor : KEP-184/MBU/2008, tanggal: 24
September 2008, Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Dewan Komisaris PTPerkebunan Nusantara IV. Komisaris terdiri atas satu orang
yang memegang jabatan sebagai Komisaris Utama dan membawahi lima
Komisaris lainnya. Di Kantor Pusat ada beberapa Direksi terdiri atas satu orang
Direktur Utama dan membawahi beberapa direktur lainnya seperti Direktur
Produksi, Direktur keuangan, Direktur perencanaan dan pengembangan usaha dan
Direktur SDM atau Umum, Sembilan Kepala Bagian, Kepala Urusan, Asisten
Kepala Urusan Karpel.Surat Keputusan Direksi Nomor : 04.11/Kpts/80/XII/2007
tanggal : 27 Desember 2007, untuk pembagian Direktorat di Kantor Pusat,
masing-masing dikepalai oleh Kepala Bagian, ditetapkan sebagai berikut :
a. Direktur Utama, membawahi: bidang tugas Sekretaris Perusahaan dan Satuan
Pengawas Intern (SPI).
b. Direktur Produksi, membawahi: Tanaman, Pengolahan, dan Teknik.
c. Direktur Keuangan, membawahi : Keuangan, Akuntansi, dan Pemasaran.
d.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha, membawahi : Perencanaan,
Pengembangan Usaha, Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
e. Direktur SDM/Umum, membawahi :
Sumber
Daya
Manusia,
Umum,
Hukum dan Pertanahan, Pengadaan.
Daftar nama-nama yang menjabat Anggota Dewan Komisaris PT Perkebunan
Nusantara IV dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pembentukan Grup Unit Usaha (GUU) yang membawahi beberapa unit
usaha dan pendelegasian/pelimpahan sebagian wewenang/tugas Direksi kepada
Manajer GUU, akan memperkecil rentang kendali guna meningkatkan aktivitas
pengambilan keputusan serta fungsi pengawasan dan pengendalian. Untuk Grup
Unit Usaha (GUU) ada Manajer Grup Unit Usaha yang membawahi Manajer
Unit/Kebun/Pabrik Kelapa Sawit (PKS), Manajer asisten Kepala (MASKEP), para
asisten, Kerani dan Karpel.Jumlah Karyawan Unit Usaha Adolina PT. Perkebunan
Nusantara IV dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengelompokan unit usaha dibagi
kedalam 5 (lima) Grup Unit Usaha (GUU) yang masing-masing dikepalai Manajer
GUU dan ditambah Unit Usaha Perbengkelan, sebagai berikut:
41
a. Grup Unit Usaha – GUU
GUU-I meliputi 7 (tujuh) unit usaha dengan komoditi kelapa sawit,yaitu: Bah
Jambi, Balimbingan, Tonduhan, Pasir Mandoge, Sei Kopas, Dolok Sinumbah dan
Marihat.GUU-II meliputi 6 (enam)unit usaha dengan komoditi kelapa sawit, yaitu:
Gunung Bayu, Mayang, Bukit Lima, Dolok Ilir, Laras dan Tanah Itam Ulu.GUUIII meliputi 7 (tujuh) unit usaha dengan komoditi kelapa sawit, yaitu: Pabatu,
Adolina, Air Batu, Tinjowan, Padang Matinggi, Aek Nauli dan Sawit
Langkat.GUU-IV meliputi 5(lima) unit usaha dengan komoditi kelapa sawit
ditambah 1 (satu) unit PKS, yaitu: Pulu Raja, Berangir, Ajamu, Meranti Paham,
Sosa, dan PKS Sosa.GUU-V meliputi 5 (lima) unit usaha dengan komoditi Teh
dan Kelapa Sawit, yaitu: Marjandi (Kelapa Sawit), Bah Birung Ulu (Kelapa
Sawit), Bah Butong (Teh), Tobasari (Teh), dan Sidamanik (Teh).
b. Unit PMT Dolok Ilir, tidak termasuk dalam kelompok Grup Unit Usaha,
yangbergerak dalam bidang rekayasa dan rancang bangun industri pabrik
kelapa sawit.
c. Unit KPJ (Kantor Perwakilan Jakarta), merupakan unit khusus yang bertugas
sebagai penghubung dalam mempercepat tugas-tugas perusahaan di jakarta.
d. Unit Usaha PMN Belawan (pabrik rafinasi dan fraksionasi CPO), administratif
sejak tanggal 1 Oktober 2004 telah di-spin-off dan digabungkan ke PT Pamina
Adolina (anak perusahaan PTPN 4) berdasarkan persetujuan Menteri BUMN
dengan surat no.S-543/MBU/2004 tanggal 11 Oktober 2004 dan dituangkan
dalam akta notaris Syahrir Sofyan SH No.26 tanggal 23 Desember 2004.
e. Unit PAJ (Panai Jaya)merupakan proyek pengembangan kelapa sawit yang
berada di Kabupaten Labuhan Batu.
f. Proyek Pengembangan Kelapa Sawit di Kabupaten Mandailing Natal
(Madina) terdiri dari 2 (dua) unit proyek inti kebun Timur dan Batang Laping,
serta unit Plasma Madina yang dibangun melalui program Kredit
Pengembangan Energi Nabati-Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP).
Dalam pengambilan keputusan di GUU yang bersifat operasional Manajer GUU
dan Manajer Pabrik Kelapa Sawit diberi kewenangan dengan saling berkoordinasi
dan melaporkan setiap tindakan operasional yang dilakukan ke Kantor Pusat
contohnya kepada Direktur Teknis dan bagian-bagian yang terkait dengan
42
permasalahan yang ada. Sedangkan untuk keputusan strategis wajib melaporkan
dan ditambah adanya persetujuan dari Kantor Pusat (Direktur Utama, Direktur
Teknis dan Bagian-bagian yang terkait). Contoh keputusan operasional yakni
penggalian produksi, kebijakan-kebijakan optimalisasi PKS, pemupukan, sanksisanksi, pemeliharaan tanaman dan lain sebagainya. Contoh keputusan strategis
yakni pembelian/pengadaan barang dan jasa dengan nilai materialnnya, hubungan
dengan MUSPIKA, MUSPIDA, PKBL, masalah-masalah KTHI yang prinsipil,
konflik sosial, konflik HI dan lain-lain.Tugas dan wewenang Kepala Unit adalah
sebagai berikut:
1. Tugas-tugasnya antara lain melakukan koordinasi kegiatan operasional unit
yang dipimpinnya yang berpedoman pada Rencana Kerja Operasional yang
telah disetujui Direksi, melakukan koordinasi dalam penyusunan RKAP dan
rencana kerja operasional unit yang dipimpinnya yang berpedoman pada
Kebijakan yang ditetapkan Direksi, membantu dan atau mewakili Direksi
dalam melakuan koordinasi dengan Pemerintah Derah dan Instansi terkait
untuk kelancaran terselenggaranya tugas/pekerjaan perusahaan di daerah
kerjanya.
2. Wewenang antara lain: melakukan penilaian mengenai norma dan standar
kerja yang diberlakukan di Unit Usaha yang dipimpinnya serta mengajukan
usul penyempurnaan, memberikan saran kepada Direksi untuk mengatasi halhal yang perlu segera ditindaklanjuti guna kelancaran operasi Unit Usahayang
dipimpinnya, melakukan konsultasi dengan Direksi beserta perangkat Direksi
lainnya untuk kelancaran tugas koordinasi.
Jam Kerja Karyawan Kantor dan Pabrik dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pada saat ini (2010) PT Perkebunan Nusantara IV mengelola lahan
perkebunan seluas : 175.244,00 Ha yang terdiri dari areal Kelapa Sawit seluas :
168.857 Ha, Teh seluas : 6.387,00 Ha dan areal untuk kebun benih seluas : 150 Ha
serta areal kebun plasma seluas : 9.000 Ha untuk dimiliki 4500 kepala keluarga
(KK). Produk yang dihasilkan berupa CPO, Palm Kernel, Palm Kernel Oil
(PKO), Palm Kernel Meal (PKM), Margarine, Biodiesel dan Teh. Berdasarkan
amanat RUPS Pengesahan RKAP tahun 2006 (butir IV ayat 4) bahwa untuk
43
mengurangi kerugian yang berkelanjutan pada Komoditi Kakao, RUPS telah
menyetujui konversi seluruh tanaman Kakao ke komoditi Kelapa Sawit.
44
VI. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN
PERUSAHAAN
Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan
dalam merumuskan strategi manajemen. Tujuan dari melakukan analisis
lingkungan ini adalah untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Lingkungan
perusahaan itu sendiri terdiri dari dua jenis yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal.
6.1. Identifikasi dan Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Analisis eksternal memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman
yang berasal dari lingkungan luar perusahaan. Analisis lingkungan eksternal
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
dan
mengevaluasi
kecenderungan-
kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol perusahaan.
Dalam analisisi lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi peluang
dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan
strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat memberikan
variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respond an pengaruh terhadap
kondisi di Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV, serta mengetahui
seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel kunci tersebut dalam menunjang
keberhasilan perusahaan.
6.1.1. Lingkungan Jauh (Makro)
1. Ekonomi
Dilihat dari segi ekonomi ada dua hal yang menjadi faktor eksternal
perusahaan yaitu Nilai Mata Uang Negara-negara Eksportir utama CPO dan
Produk Domestik Bruto. Nilai Mata Uang Negara-negara Eksportir utama CPO.
Negara-negara produsen CPO yaitu Indonesia dan Malaysia. Komoditi CPO
merupakan produk berbahan baku lokal sehingga biaya yang ditanggung oleh
produsen mengikuti nilai mata uang lokal. Penawaran yang dilakukan produsen
utama dilakukan berdasarkan perkembangan harga yang terjadi di pasaran dunia,
khusus untuk CPO dilakukan di Belanda. Jika harga yang ditawarkan tinggi maka
produsen akan menawarkan barang dalam jumlah yang besar dan sebaliknya.
45
Harga yang terjadi di pasaran dunia biasanya berdasarkan nilai mata uang
US$. Untuk dapat menghitung berapa nilai dari harga maka para produsen CPO
harus melakukan konversi dari mata uang negara masing-masing ke dalam satuan
mata uang US$. Jika mata uang negara-negara produsen berfluktuasi sangat cepat
maka hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam penawaran CPO di
pasaran dunia. Ketidakseimbangan ini terutama disebabkan harga yang terjadi di
pasar dapat menguntungkan produsen di suatu Negara tetapi juga dapat merugikan
di negara lain. Fluktuasi nilai mata uang dapat menyebabkan produsen di suatu
negara meningkatkan penawarannya dalam jumlah besar sementara produsen di
negara yang lain mengurangi penawarannya atau tidak sama sekali. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan excess supply atau excess demand yang akan
mengakibatkan pasokan pasar tidak terjamin dan turunnya harga keseimbangan
CPO.Produsen utama CPO adalah Indonesia dan Malaysia sehingga fluktuasi nilai
mata uang dari kedua Negara ini sangat mempengaruhi keseimbangan di pasar
CPO dunia. Tabel 14 menunjukkan nilai mata uang Indonesia dan Malaysia
terhadap dollar Amerika (US$).
Tabel 14. Nilai Mata Uang Indonesia dan Malaysia (US$)
Bulan/Tahun
Indonesia
Jun-10
9194
Jul-10
9095
Agust-10
9007
Sep-10
9034
Okt-10
8920
Nov-10
9025
Des-10
8991
Jan-11
9045
Feb-11
8925
Mar-11
8774
Apr-11
8715
Mei-10
8555
Jun-11
8515
Jul-11
8600
Agust-10
8500
Sumber: Bank Negara Malaysia, dan Bank Indonesia (2010)
Malaysia
3,26
3,21
3,16
3,11
3,21
3,10
3,22
3,14
3,30
3,28
2,90
3,00
2,95
3,21
3,30
Kesesuaian penawaran yang dilakukan oleh kedua negara ini akan
mengangkat harga CPO pada tingkat yang menguntungkan bagi kedua negara
tersebut. Keuntungan lain yang diperoleh yaitu jaminan kesediaan pasokan di
dalam pasar dunia sehingga konsumen dapat memperoleh CPO sesuai dengan
46
kebutuhannya. Jaminan pasokan dalam pasar menyebabkan konsumsi CPO
negara-negara konsumen utama menjadi lebih stabil dan tingkat penjualan CPO
juga menjadi lebih stabil. Nilai mata uang yang naik merupakan peluang bagi
perusahaan karena harga yang terbentuk di pasar menjadi lebih naik dan
menguntungkan.
Perkembangan nilai mata uang Indonesia terhadap mata uang dollar
Amerika dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Nilai kurs Mata Uang Rupiah Indonesia terhadap 1US$
Sumber: Bank Indonesia
Dari Gambar 2 mata uang Rupiah menguat terhadap nilai mata uang dollar
Amerika Serikat bila dibandingkan dari tahun 2010. Menguatnya nilai mata uang
rupiah terhadap dollar ini menimbulkan peluang bagi perusahaan karena harga
CPO menjadi meningkat dan pendapatan perusahaan pun meningkat. Selain itu,
menguatnya nilai mata uang Rupiah dapat menarik investor asing untuk
berinvestasi di Indonesia.
Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto merupakan total
ouput perekonomian yang dihasilkan suatu negara secara domestik. PDB dapat
menjadi ukuran kinerja perekonomian suatu negara setiap tahunnya. Semakin
tinggi tingkat PDB suatu Negara maka semakin efisien perekonomian negara
tersebut. Pertumbuhan konsumsi CPO sangat dipengaruhi oleh tingkat PDB suatu
Negara khususnya negara-negara konsumen utama CPO seperti Amerika Serikat,
Eropa.
47
2. Sosial
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar disertai dengan tingkat
pendidikan yang semakin meningkat, akan menyebabkan perubahan pada perilaku
gaya hidup masyarakat. Tingginya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk ini
menjadi peluang bagi perusahaan dalam meningkatkan pangsa pasar. Dimana hal
ini akan menyebabkan permintaan terhadap CPO meningkat. Pertumbuhan
penduduk di dunia dan Indonesia dapat dilihat dari Tabel 15.
Tabel 15. Laju Pertumbuhan Penduduk di Dunia dan Indonesia (persen)
2005
2006
2007
2008
Dunia
Indonesia
2009
1,18
1,18
1,16
1,13
1,12
1,3
1,3
1,2
1,2
1,1
Sumber: U.S.Census Bureau, International Data Base (2010)
Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk dunia
meningkat rata-rata sebesar satu persen setiap tahunnya, untuk laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia sendiri mengalami fluktuasi yang tidak terlalu signifikan
setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk turun dari 1,45 persen per tahun
selama periode 1990-2000 menjadi 1,33 persen per tahun selama periode 20002010. Dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk ini sangat berpengaruh
terhadap peningkatan permintaan akan CPO karena permintaan terhadap produk
turunan yang dihasilkan dengan berbahan dasar CPO ini juga meningkat, produk
turunan yang dihasilkan oleh CPO ini rata-rata merupakan kebutuhan pokok
masyarakat dunia misalnya minyak goreng, sabun, obat-obatan dan sebagainya.
3. Teknologi
Pemanfaatan teknologi yang modern dan adaptif dapat menguntungkan
perusahaan dalam penciptaan produk baru, penyempurnaan produk yang sudah
ada maupun penyempurnaan dalam teknik produksi, transportasi dan pemasaran.
Manfaat bagi perusahaan dari adanya pemanfaatan teknologi ini, berupa efisiensi
biaya produksi, peningkatan pangsa pasar, dan keuntungan perusahaan.
Kemajuan teknologi ini, diharapkan dapat menghasilkan diversifikasi
produk seperti pengemasan dalam berbagai ukuran, variasi rasa produk, jenis-jenis
produk turunan yang semakin bervariasi dan seterusnya. Salah satu teknologi yang
ada di perusahaan ini ialah sudah menggunakan perangkat komputer dalam
melaksanakan kegiatan administrasi perkantoran dimana perangkat-perangkat
48
komputer tersebut terdapat di masing-masing bagian dan keseluruhannya
tersambung dalam satu operator yang dijalankan oleh seorang Programmer. Selain
itu perusahaan ini juga sudah mengembangkan Unit Usaha pengolahan produk
turunan dari CPO seperti minyak goreng dan margarin.
Dari sisi informasi perkembangan teknologi ini juga memberikan
keuntungan bagi pihak perusahaan. Berbagai bursa perdagangan komoditi seperti
SICOM (Bursa Komoditi Singapura), Bursa Komoditi New York, dan Bursa
Komoditi London yang telah menyediakan informasi harga CPO di masa yang
akan dating. Keuntungan bagi produsen ialah kepastian dalam tingkat harga dan
tingkat penjualan, dengan adanya kepastian tersebut maka perusahaan dapat
melakukan perencanaan yang lebih baik demi kemajuan bisnis usahanya.
Berbagai keuntungan yag diperoleh baik oleh konsumen dan produsen ialah dapat
meningkatkan arus perdagangan CPO di pasaran Internasional dan hal ini
merupakan peluang penting bagi perusahaan untuk dimanfaatkan.
6.1.2. Lingkungan Industri
1. Ancaman Masuk Pendatang baru
Lahan yang tersedia di beberapa kawasan di Indonesia yang mempunyai
iklim yang sesuai, menjadi modal utama dalam pengembangan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Pengembangan industri kelapa sawit akan lebih memberikan
angin segar kepada pihak swasta karena mereka memiliki akses kredit yang lebih
baik daripada PTPN, BUMN sulit berkembang karena keterbatasan dan
permodalan yang dimiliki. Oleh karena itu peranan swasta nasional dan asing
akan berperan sangat penting dalam industri minyak sawit Indonesia di masa
datang baik dalam industri hilir maupun industri hulu. Berkebun kelapa sawit
dapat dilakukan pada luas lahan yang terbatas, misalkan satu hektar. Walaupun
hanya memproduksi TBS, petani dapat menikmati keuntungan yang diperoleh dari
penjualan TBS. Namun, membuka areal perkebunan kelapa sawit di lahan yang
terbatas harus dekat dengan pabrik pengolahan. Tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman yang tidak terlalu membutuhkan perawatan yang intensif serta tahan
terhadap hama dan penyakit sehingga biaya yang diperlukan dalam pengolahan
tanaman tidak terlalu besar.
49
Selain itu industri ini sangat diminati investor karena nilai ekonominya
sangat tinggi. Para investormenginvestasikan modalnya untuk membangun
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Dan industri pengolahan kelapa
sawit di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari
Tabel 4 Produksi, Konsumsi dan Ekspor CPO di Indonesia Tahun 2003-2007.
Dimana tiap tahun keetiga sector tersebut mengalami kenaikan.
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan ancaman perusahaan di
bidang ancaman pesaing baru. Kemudahan pesaing baru dalam memasuki industri
tertentu, akan membuat intensitas persaingan di antara perusahaan semakin
meningkat.
2. Persaingan antar perusahaan
Dalam industri CPO ada beberapa persaingan yang dapat dilihat antara
lain: Persaingan Mendapatkan TBS, Persaingan Pemasaran CPO. Persaingan
Mendapatkan TBS, ada banyak perusahaan di Sumatera Utara yang bersaing
dengan PT Perkebunan Nusantara IV dalam usahanya mendapatkan tandan buah
segar (TBS), yaitu PT Perkebunan Nusantara III, PT Sinar Mas, PT PP London
Sumatera. Perusahaan-perusahaan ini mendapat TBS dari petani program PIR
yang berada di Sumut. Pada saat pembentukan program PIR dilaksanakan, petani
menjadi plasmanya dan PT Perkebunan Nusantara IV menjadi inti atau induknya.
Mereka menjadi mitra kerjasama dalam mengembangkan bisnis kelapa sawit di
Sumut. Akan tetapi saat ini sering kali petani plasma menjual hasil panen bukan
ke pihak PT Perkebunan Nusantara IV melainkan ke perusahaan lain yang
menawarkan harga yang lebih tinggi dari harga yang ditawarkan pihak PT
Perkebunan Nusantara IV. Ini dilakukan melihat harga TBS yang berfluktuatif dan
bersaing dengan amat ketat.
Persaingan pemasaran CPO, dalam era globalisasi berbagai hambatan
perdagangan antar Negara mulai dikurangi secara bertahap untuk mewujudkan
terciptanya pasar bebas. Hal ini juga terjadi dalam industri CPO. Dengan
dikuranginya berbagai hambatan perdagangan ini di berbagai negara konsumen
utama dan negara produsen CPO, masing-masing telah menciptakan suasana
persaingan yang semakin kompetitif dalam rangka meraih pasar yang lebih besar.
Persaingan yang semakin meningkat juga disebabkan oleh produk yang telah
50
memiliki standar yang sama di seluruh dunia yang menyebabkan perusahaan
saling bersaing dalam memperebut pasar yang ada dan tingginya biaya tetap.
Dalam industry ini perseroan selain harus bersaing dengan produsen dalam negeri
juga harus bersaing dengan produsen dari Negara lain terutama Malaysia yang
terus menambah kapasitas produknya juga kualitas produk yang dihasilkan.
Masing-masing produsen juga berusaha untuk lebih produktif sehingga kapasitas
yang dihasilkan dapat mengurangi biaya produksi. Dengan adanya persaingan
baik di dalam maupunluar negeri persaingan di dalam industry ini akan semakin
kompetitif.
3. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Perusahaan memasok bahan baku CPO dari TBS perkebunan milik sendiri
dan pembelian dari perkebunan rakyat melalui agen besar sebagai perantaranya,
dimana besarnya pembelian mencapai 40 persen dari hasil TBS kebun sendiri.
Pemasok bahan baku ini berasal dari daerah sekitar tempat perusahaan beroperasi,
harga yang diberikan ialah berdasarkan harga pasar yang berlaku pada saat itu.
4. Ancaman Produk Substitusi
Produk substitusi merupakan produk yang dapat menggantikan produk
yang dihasilkan di dalam industri, sehingga kehadiran produk substitusi ini dapat
menjadi ancaman bagi perusahaan. Dilihat dari segi manfaat produk substitusi dari
CPO ialah minyak dari tanaman kacang-kacangan, lobak, biji bunga matahari
(soybean oil) dan minyak dari pohon kelapa (VCO). Dilihat dari segi keunggulan
CPO masih lebih baik dari produk substitusinya, keunggulan minyak sawit
dibandingkan minyak yang lain adalah: Pertama produktifitasnya minyak per ha
lebih tinggi minyak sawit sebesar 3,14 ton; dibandingkan kedelai sebesar 0,34 ton,
lobak sebesar 0,51 ton; bunga matahari sebesar 0,53 ton dan kelapa 0,57 ton.
Kedua, sosok tanamannya cukup tangguh, terutama jika terjadi perubaan musim
bisa dibandingkan dengan tananaman penghasil minyak yang lain yang pada
umumnya hanya tanaman semusim. Ketiga, keluwesan dan keleluasaan dalam
keragaman kegunaan baik bidang pangan maupun non pangan. Selain dalam
keragaman kegunaan, diantara minyak nabati sifat interchangeablenya cukup
menonjol. Keempat, kadar kolesterolnya rendah dan tidak menimbulkan gangguan
arteri.
51
Adanya usaha untuk menentang minyak sawit di pasar Internasional dan
ini dilakukan oleh Amerika Serikat melalui ASA (American Soybean
Assosiation), pada akhir-akhir ini menuduh bahwa Kelapa Sawit merupakan
penyebab utama efek rumah kaca (Global Warming). Dikarenakan tanaman
kelapa sawit menyerap air tanah lebih banyak dari tanaman yang lain setiap
harinya.
5. Kekuatan Tawar Menawar Konsumen
Konsumen minyak kelapa sawit (CPO) dilindungi oleh Pemerintah. Ini
dikarenakan CPO merupakan komoditas yang sangat berpengaruh pada inflasi.
CPO merupakan kebutuhan hidup orang banyak. Apalagi Indonesia merupakan
Negara dengan konsumsi CPO terbesar terbesar di dunia. Oleh karena itu
konsumen khususnya produsen yang menggunakan CPO sebagai bahan baku
industrinya mendapatkan keistimewaan dari Pemerintah. Produsen CPO tidak bisa
melakukan tawar-menawar dengan menggunakan mekanisme pasar, pemerintah
selalu ikut campur dalam menentukan harga CPO. Oleh karena itu keuntungan
dalam bentuk ekspor benar-benar diharapkan. Karena selain keuntungannya dalam
bentuk dollar harga yang terjadi sesuai dengan mekanisme pasar dan ini akan
sangat menguntungkan bagi perusahaan. Identifikasi Faktor-faktor Internal Unit
Usaha Adolina PT PerkebunanNusantara IV dapat dilihat pada Lampiran 7.
6.2 Identifikasi dan Analisis Lingkungan Internal Perusahaan
Identifikasi faktor internal perusahaan harus dilakukan seiring dengan
identifikasi faktor eksternal perusahaan. Lingkungan internal perusahaan memiliki
kemampuan untuk merubah suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan
oleh manajemen. Lingkungan internal merupakan proses pengidentifikasian
terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.
Proses internal perusahaan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan
pendekatan fungsional yaitu analisis yang dilakukan oleh masing-masing fungsi
dalam perusahaan dengan mengkaji manajemen, pemasaran, keuangan, produksi,
akuntansi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi manajemen.
1. Manajemen SDM dan Organisasi
Dalam David (2002) disebutkan bahwa manajemen merupakan suatu
tingkatan sistem pengaturan organisasi yang mencakup produksi, pemasaran,
52
pengelolaan sumberdaya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri
dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian,
penunjukan staff dan pengendalian. Fungsi manajemen ini juga dilakukan di
Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.Perencanaan Unit Usaha
Adolina PT Perkebunan Nusantara IV sudah memiliki perencanaan tertulis
baik untuk jangka pendek, maupun jangka panjang yang ditulis di dalam buku
“RJP PT Perkebunan Nusantara IV 2010-2014”. Hal ini terlihat dari adanya
visi, misi dan tujuan perusahaan yang dirumuskan secara tertulis, jelas dan
spesifik di dalam buku “Selayang Pandang” perusahaan. Pengelolaan
StaffPerusahaan menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan asset
yang sangat penting bagi perusahaan sehingga perusahaan ini melakukan
pelatihan kepada seluruh staff yang memegang peranan penting di perusahaan
dengan
cara
mengikuti
seminar-seminar
dan
training-training
yang
diselenggarakan oleh Pemerintah maupun swasta. Selain itu tiap tahunnya
dilakukan tes kepada seluruh staff untuk menguji tingkat kewarasan masingmasing staff tersebut. Struktur Organisasi Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Pemasaran
Perusahaan menjual produk kepada konsumen dengan harga pasaran yang
berlaku. Dimana sebagian besar produknya dilempar ke pasar Internasional
yaitu di Rotterdam, Belanda sebagai pusat pasar CPO Internasional. Sehingga
perusahaan terkadang mengalami kerugian jika harga yang ditetapkan pasar
lebih rendah dari biaya produksi. Produk minyak CPO yang dihasilkan PKS
Adolina ini dipasarkan dengan sistem pemesanan oleh pihak konsumen
dimana selanjutnya pesanan minyak sawit CPO dikirim kepada pihak
konsumen. Daerah pemasaran CPO dari unit usaha Adolina ini diekspor ke
beberapa Negara seperti Belanda, Jepang, Belgia, dan sebagian dikirim untuk
pasar lokal. Sedangkan untuk produk inti tidak dipasarkan, melainkan diproses
lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit di Pabatu. Kegiatan Promosi
dilakukan oleh perusahaan antara lain ialah partisipasi dalam kegiatan expo
perkebunan, pembuatan website perseroan di internet yang berisi profil
perseroan. Lokasi Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV terletak
53
di daerah Perbaungan. Dimana ada beberapa keuntungan dari lokasi pabrik
dan kebun kelapa sawit ini secara umum adalah dari sisi ketersediaan tenaga
kerja di daerah ini banyak tersedia baik di kebun maupun di pabrik. Karena
lokasi kebun dan pabrik dekat dengan pemukiman penduduk. Dimana
sebagian besar penduduk berpendidikan SD dan SMP. Kualifikasi pndidikan
ini sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjadi karyawan
pelaksana perkebunan dalam jumlah yang besar. Upah dan gaji tenaga kerja
pun tergolong murah. Ini akan menyebabkan kebutuhan tenaga kerja
terpenuhi. Dari sisi bahan baku, bahan baku yang dibutuhkan pabrik
pengolahan kelapa sawit (CPO) berasal dari kebun sendiri dan pembelian dari
PIR yang didirikan berdekatan dengan lokasi pabrik sehingga biaya
transportasi menjadi lebih murah. Dari sisi Listrik dan Tenaga, kebutuhan
tenaga listrik pabrik CPO terpenuhi dengan adanya boiler dan generator diesel,
sehingga tidak memakai fungsi PLN dalam menghasilkan tenaga dalam
berproduksi dan ini terpenuhi dengan baik. Dari sisi transportasi, pabrik dekat
dengan jalan lintas Sumatera sehingga memudahkan pengiriman barang via
darat.
3. Keuangan
Karena merupakan perusahaan Pemerintah yang berbasisi BUMN maka modal
perusahaan ini sebagian besar berasal dari Pemerintah, selebihnya di dapat
dari Investasi Investor asing. Sehingga di saat harga CPO menurun tidak
berpengaruh besar terhadap keberlangsungan usaha perusahaan ini. Dalam
bidang keuangan juga perusahaan ini sudah menggunakan sistem pencatatan
keuangan yang baik. Pencatatan keuangan telah memanfaatkan sistem
komputerisasi. Sistem pengelolaan keuangan dilakukan oleh bagian keuangan.
4. Penelitian dan Pengembangan
Dalam hal penelitian dan pengembangan perusahaan ini melibatkan lembagalembaga lain untuk melakukannya. Seperti dalam hal pengembangan produk
olahan dari CPO perusahaan ini melibatkan lembaga Institusi yakni Istitut
Pertanian Bogor (IPB) sampai saat ini, juga melibatkan kampus lokal yakni
Universitas Sumatera Utara (USU) untuk melakukan penelitian terhadap
54
produk yang ingin dikembangkan. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan
hampir setiap tahunnnya untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
5. Produksi
Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang budidaya kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit
berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO. Bahan baku CPO berasal
dari kebun sendiri dan pembelian dari hasil produksi Perkebunan Rakyat yang
ada di sekitar lokasi usaha. Dimana perbandingannya adalah 60persen dari
kebun sendiri dan 40persen dari hasil pembelian. Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV memiliki kebijakan mutu produksi dan sasaran mutu
perusahaan terbukti dengan adanya dilakukannya pembenahan dan pelayanan
demi meningkatkan keunggulan produksi. Pelayanan-pelayanan ini meliputi:
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000, Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14000 : 2004, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).Luasan Lahan Tanaman Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Lampiran 6.
6. Sistem Informasi Komputer
Sistem Informasi Komputer adalah sistem manusia dan mesin yang terpadu
(integrated) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi
manajemen dalam pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Pada saat
ini SIM biasanya menggunakan perangkat keras (Hardware) dan perangkat
lunak (software) komputer serda data-data yang menuat segala hal yang
berhubungan dengan bisnis CPO. Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV telah menggunakan sistem informasi manajemen dengan
fasilitas internet, telepon dan faksimili. Hal ini telah mendukung lancarnya
proses informasi baik untuk kegiatan operasional maupun yang berhubungan
dengan konsumen.
Secara umum PT Perkebunan Nusantara IVmempunyai faktor-faktor
kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan
dan masih mempunyai kelemahan yang harus diatasi perusahaan. Identifikasi
faktor-faktor internal perusahaan dapat dilihat pada Tabel 16.
55
Tabel 16. Identifikasi Faktor-faktor Internal Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV
No Faktor Internal
1 Manajemen
Variabel
Perusahaan memiliki visi,misi, sasaran dan
tujuan perusahaan
Perusahaan memiliki Job Description dan
Job Spesification yang jelas
Moral karyawan yang rendah
Tingkat keluar masuk dan absensi
karyawan perusahaan tinggi
Saluran distribusi dapat diandalkan dan
efektif
2 Pemasaran
Perusahaan melakukan riset pasar
Perusahaan mempunyai strategi promosi,
periklanan, dan publisitas efektif
Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar
strategis
3 Keuangan
Pencatatan keuangan dan neraca keuangan
yang sudah baik
4 Penelitian dan Kualifikasi personel Litbang tidak
Pengembangan memadai
Sumber daya Litbang belum dialokasikan
dengan efektif
5 Produksi
Mutu Produk yang diproduksi baik dan
fasilitasnya memadai
6 Sistem
Informasi
Fasilitas sistem informasi manajemen yang
Komputer
tersedia (internet, telepon, faksimili)
Salah satu dewan komisaris ikut dalam kegiatan partai
7 politik
Keterangan
Kekuatan
Kekuatan
Kelemahan
Kelemahan
Kelemahan
Kekuatan
Kekuatan
Kekuatan
Kekuatan
Kelemahan
Kelemahan
Kekuatan
Kekuatan
Kekuatan
56
VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS
MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) Unit Usaha Adolina
PT Perkebunan Nusantara IV
7.1. Tahapan Masukan
Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation)
dan IFE (Internal Factors Evaluation). Tahap ini merupakan tahap awal dalam
merumuskan strategi setelah mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal dan
internal perusahaan.
7.1.1. Matriks EFE (External Factors Evaluation)
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis eksternal Unit
Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV diperoleh peluang (opportunities)
dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap bisnis minyak kelapa sawit
(CPO). Faktor-faktor eksternal ini diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian
kuisioner oleh pihak manajemen perusahaan dan perusahaan konsumen. Setelah
melakukan penentuan faktor-faktor eksternal, dilakukan pembobotan dari masingmasing variabel eksternal. Nilai pembobotan yang digunakan pada matriks EFE
merupakan hasil rata-rata dari lima responden yang dipilih. Pemberian peringkat
(rating) dilakukan oleh responden yang sama dan merupakan nilai rata-rata dari
lima responden dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman
sebagai faktor eksternal, kemudian diberi bobot dan peringkat maka diperoleh
hasil pada Tabel 17.
Hasil
evaluasi
bahwaPerkembangan
matriks
teknologi
EFE,
yang
pada
semakin
faktor
peluang
meningkat
di
terlihat
bidang
pengembangan mesin dan komputerisasi yang sangat direspon baik oleh
perusahaan memperoleh peringkat pertama dengan skor bobot 0,224. Dan faktor
peluang kedua ialah PIR membantu PT Perkebunan Nusantara IV dalam
meningkatkan produksi dengan skor bobot 0,162.
57
Tabel 17. HASIL ANALISIS MATRIKS EFE
Faktor-faktor Eksternal
PELUANG
1. Pelanggan yang loyal
2. PIR membantu PT Perkebunan Nusantara IV dalam meningkatkan produksi
3. Produk CPO msh lebih baik dari pada substitusi
4. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat di bidang pengembangan mesin dan
komputerisasi
5.Meningkatnya populasi dunia sehingga berkembang bisnis pengolahan CPO
ANCAMAN
1.Nilai mata uang rupiah naik
2.Kemudahan untuk masuk ke dalam bisnis CPO
3. Pengaruh pesaing dalam perkembangan usaha
4. Persaingan dalam mendapatkan TBS
5. Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak dan kenaikan harga BBM
6. Kampanye Anti Minyak Sawit
7. Tingkat Keamanan dalam Negeri belum stabil
8. Konsumen dilindungi dari mekanisme harga pasar
TOTAL
Rata-rata
Bobot Rating
Skor Bobot
0,08
0,09
0,07
1,6
1,8
2
0,128
0,162
0,14
0,08
0,06
2,8
2,4
0,224
0,144
0,1
0,08
0,06
0,08
0,08
0,06
0,08
0,07
1,8
1,6
2
1,8
3
3,4
2
1,4
0,18
0,128
0,12
0,144
0,24
0,204
0,16
0,098
2,072
58
Hasil identifikasi faktor eksternal berupa ancaman bagi perusahaan yaitu
Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak dan kenaikan harga BBM yang
memperoleh skor 0,24. Dimana kenaikan tersebut berdampak pada meningkatnya
biaya operasional perusahaan yang mengakibatkan menurunnya keuntungan
usaha. Hasil dari keseluruhan perhitungan faktor strategis eksternal menghasilkan
skor sebesar 2,072 yang mengindikasikan bahwa Unit usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV cukup merespon peluang dan ancaman yang ada di
dalam industrinya. Strategi perusahaan yang efektif mampu menarik keuntungan
dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari
ancaman eksternal.
7.1.2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktorfaktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matriks IFE disusun berdasarkan
hasil identifikasi dari kondisi internal Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV berupa kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya akan dihitung
dengan rating dan pembobotan. Faktor-faktor strategis internal diperoleh dari
hasil wawancara dengan lima pihak manajemen perusahaan.
Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 18 diperoleh Total skor sebesar
2,982. Nilai ini mengindikasikan bahwa Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV berada pada posisi diatas rata-rata yang berarti perusahaan memiliki
posisi internal yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kekuatan yang besar dan mampu mengatasi setiap kelemahan usahanya. Bobot
faktor fasilitas sistem informasi manajemen yang tersedia memperoleh peringkat
pertama dengan rata-rata 0,404. Dan kekuatan utama perusahaan lainnya adalah
perusahaan telah mimiliki visi, misi, sasaran dan tujuan perusahaan dengan nilai
rata-rata 0,320. Dua kekuatan inilah yang menjadi andalan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Sedangkan faktor kelemahan utama perusahaan
yang memiliki skor tertinggi adalah Kualifikasi personel Litbang memadai blm
dapat diwujudkan dan efektif dan masalah moral karyawan.
59
Tabel 18. HASIL ANALISIS MATRIKS IFE
Faktor-faktor Internal
KEKUATAN
1. Perusahaan memiliki visi,misi, sasaran dan tujuan perusahaan
2. Perusahaan memiliki Job Description dan Job Spesification yang jelas
3. Perusahaan melakukan riset pasar
4. Perusahaan mempunyai strategi promosi, periklanan, dan publisitas efektif
5. Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar strategis
6. Pencatatan keuangan dan neraca keuangan yang sudah baik
7. Fasilitas sistem informasi manajemen yang tersedia (internet, telepon, faksimili)
8. Mutu produk yang diproduksi baik dan fasilitasnya memadai
9. Salah satu dewan komisaris ikut dalam kegiatan partai politik
KELEMAHAN
1.Moral karyawan yang rendah
2.Tingkat keluar masuk dan absensi karyawan perusahaan tinggi
3.Saluran distribusi belum dapat diandalkan dan efektif
4.Kualifikasi personel Litbang tidak memadai
5.Sumber daya Litbang belum dialokasikan dengan efektif
TOTAL
Rata-rata
Bobot Rating
Skor
Bobot
0,08
0,072
0,08
0,066
0,092
0,073
0,101
0,07
0,073
4
3,75
3,25
3
3
3,5
4
3
3
0,320
0,270
0,260
0,198
0,276
0,256
0,404
0,210
0,219
0,045
0,068
0,054
0,059
0,067
1,75
1,8
1,6
2,5
2
0,079
0,122
0,086
0,148
0,134
2,982
60
7.2. Tahapan Pencocokan (Matching Stage)
Tahapan pencocokan merupakan tahap kedua dalam proses perumusan
strategi, berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada
perusahaan dengan peluang dan ancaman terhadap perusahaan dari lingkungan
eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks SWOT. Tujuan dari
Matriks SWOT ialah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan
oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisisi dari Matriks IFE dan
EFE ke dalam Matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu strategi
SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST
(Strengths-Threaths), dan strategi WT (Weakness-Threaths). Hasil analisis
matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 18.
Berdasarkan analisis Matriks SWOT dapat dirumuskan tujuh alternatif
strategi yang terdiri dari ;
A. Strategi S-O (Strengths-Opportunities)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang-peluang eksternal agar memperoleh keuntungan bagi perusahaan.
Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O yaitu:
1. Mempertahankan konsep manajemen yang sudah tersusun (S1, S2,S3, S4, S5,
O1, O2, O3, O4, O5). Perusahaan sudah memiliki visi, misi dan tujuan secara
jelas dan tertulis serta pembagian tanggung jawab yang jelas dan terperinci
pada tiap bagian karyawan. Hal ini membuat kegiatan di perusahaan lebih
teratur. Untuk itu konsep manajemen yang sudah ada harus dipertahankan
demi keteraturan dalam kegiatan perusahaan
2. Meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan penjualan dengan melakukan
promosi secara ekstensif (S3, S4, S5, S6, S7, S8, O1, O2, O3, O4,
O5).Pelanggan yang loyal, kondisi politik, trend pertumbuhan ekonomi
nasional, meningkatnya kurs rupiah terhadap dollar, Meningkatnya populasi
dunia sehingga berkembang bisnis pengolahan CPO, Perkembangan teknologi
yang semakin meningkat di bidang pengembangan mesin dan komputerisasi
maka dilakukan peningkatan pangsa pasar, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan promosi secara ekstensif dengan pembuatan website PT
Perkebunan Nusantara IV dengan memanfaatkan fasilitas sistem informasi
61
manajemen yang tersedia (internet, telepon, faksimili) dan memanfaatkan
kekuatan perusahaan. Perusahaan melakukan riset pasar, Mutu produk dan
pelayanan pelanggan baik, Perusahaan mempunyai strategi promosi,
periklanan, dan publisitas efektif, Perencanaan dan penganggaran pemasaran
efektif, Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar strategis, Manajer pemasaran
mempunyai pengalaman dan pelatihan yang memadai, Pencatatan keuangan
dan neraca keuangan baik, Prosedur penganggaran modal efektif, Pemasok
bahan baku, suku cadang dan sub perakitan dapat diandalkan dan wajar,
Produk yang ada bersaing dalam teknologi, dan Fasilitas sistem informasi
manajemen yang tersedia (internet, telepon, faksimili)
B. Strategi W -O (Weakness–Opportunities)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Terdapat tiga alternatif yang dapat
dilakukan pada strategi W-O, yaitu: Pertama melakukan Training/Pelatihan
terhadap karyawan mengenai kinerja tiap individu (W1,W2, O1, O2, O3, O5,
O6). Peluang perusahaan Pelanggan yang loyal, Kondisi Politik, Trend
pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatnya populasi dunia sehingga
berkembang bisnis pengolahan CPO, Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat di bidang pengembangan mesin dan komputerisasi dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi kelemahan perusahaan dalam mengatur
moral karyawan yang rendah, tingkat keluar masuk dan absensi karyawan
perusahaan tinggi. Hal ini akan membuat karyawan menjadi disiplin dalam
melaksanakan pekerjaannya. Kedua melakukan penataan ulang terhadap
saluran distribusi (W3, O1, O5, O6). Pelanggan yang loyal, meningkatnya
populasi dunia sehingga berkembang bisnis pengolahan CPO, perkembangan
teknologi yang semakin meningkat di bidang pengembangan mesin dan
komputerisasi maka dilakukan penataan ulang terhadap saluran distribusi
untuk mengurangi kelemahan di bidang saluran distribusi yang belum dapat
diandalkan dan efektif. Ketiga melakukan test dan Training terhadap personel
dan lembaga-lembaga yang ingin melakukan Litbang (W4, W5, O1, O2, O3,
O4, O5, O6). Peluang perusahaan Pelanggan yang loyal, Kondisi Politik,
Trend pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatnya populasi dunia
62
sehingga berkembang bisnis pengolahan CPO, Perkembangan teknologi yang
semakin meningkat di bidang pengembangan mesin dan komputerisasi dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi kelemahan perusahaan kualifikasi personel
Litbang tidak memadai dan sumber daya Litbang belum dialokasikan dengan
efektif yang belum terealisasi dalam kegiatan perusahaan agar kegiatan
Litbang yang dilakukan dapat efektif dari segi waktu dan biaya.
C. Strategi S-T (Strengths-Threaths). Strategi ini menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman
eksternal. Terdapat satu alternatif yang dilakukan pada strategi S-T, yaitu:
menekan biaya operasional (S6, S7, T1, T2, T3, T4, T5, T6, T7, T8) dengan
memakai alternatif bahan bakar selain BBM yaitu cangkang sawit. Strategi ini
dilakukan dalam menghadapi biaya BBM yang selalu meningkat dan
memanfaatkan kekuatan perusahaan dalam hal Pencatatan keuangan dan
neraca keuangan yang sudah baik, Prosedur penganggaran modal efektif,
Pemasok bahan baku, suku cadang dan sub perakitan dapat diandalkan dan
wajar, Produk yang ada bersaing dalam teknologi, Fasilitas sistem informasi
manajemen yang tersedia (internet, telepon, faksimili)
D. Strategi W-T (Weakness-Threaths). Strategi ini merupakan taktik defensif
yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu
Mempererat kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait (W1, W2, W3, W4,
W5, T2, T3, T4, T5, T6, T7, T8). Dalam menghadapi persaingan usaha yang
semakin ketat sehingga yang perusahaan bisa lakukan adalah mempererat
hubungan yang selama ini terjalin dengan mempertahankan dan meningkatkan
hubungan tersebut. Hubungan kerjasama antara pelanggan yang loyal,
pemasok bahan baku CPO, dan lembaga-lembaga yang lain tetap berjalan. Hal
ini guna memperoleh informasi yang baru, baik tentang produk maupun
informasi pasar sehingga perusahaan mampu bersaing dengan para pesaingnya
baik dari dalam maupun luar negeri. Kerjasama dengan Pemerintah penting
dilakukan untuk menghadapi ancaman keamanan yang belum stabil dengan
tetap memenuhi peraturan-peraturan yang ada.
63
Tabel 19. MATRIKS SWOT Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
Internal
Kekuatan (Strengths - S)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Eksternal
9.
Perusahaan memiliki visi,misi, sasaran
dan tujuan perusahaan
Perusahaan memiliki Job Description dan
Job Spesification yang jelas
Perusahaan melakukan riset pasar
Perusahaan mempunyai strategi promosi,
periklanan, dan publisitas efektif
Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar
strategis
Pencatatan keuangan dan neraca
keuangan yang sudah baik
Fasilitas sistem informasi manajemen
yang tersedia (internet, telepon,
faksimili)
Mutu produk yang diproduksi baik dan
fasilitasnya memadai.
Salah satu dewan komisaris ikut dalam
kegiatan partai politik
Kelemahan (Weakness - W)
1.
2.
3.
4.
5.
1.
Peluang (Opportunities -O)
1. Pelanggan yang loyal
2. PIR membantu PT
Perkebunan Nusantara IV dalam
meningkatkan produksi.
3. Produk CPO msh lebih baik
dari pada substitusi.
4. Perkembangan teknologi
yang semakin meningkat di
bidang pengembangan mesin
dan komputerisasi.
5. Meningkatnya populasi dunia
sehingga berkembang bisnis
pengolahan CPO.
Ancaman (Threats - T)
1. Nilai mata uang rupiah
naik.
2. Kemudahan untuk masuk
ke dalam bisnis CPO.
3. Pengaruh pesaing dalam
perkembangan usaha
4. Persaingan dalam
mendapatkan TBS
5. Peraturan Pemerintah
berupa penerapan pajak dan
kenaikan harga BBM.
6. Kampanye Anti Minyak
Sawit.
7. Tingkat Keamanan dalam
Negeri belum stabil.
8. Konsumen dilindungi dari
mekanisme harga pasar
Strategi – SO
1. Mempertahankan konsep
manajemen yang sudah tersusun
(S1, S2,S3, S4, S5,
O1,O2,O3,O4,O5)
2. Meningkatkan pangsa pasar untuk
meningkatkan penjualan dengan
melakukan promosi secara ekstensif
(S3, S4, S5, S6, S7, S8,S9,
O1,O2,O3,O4,O5)
2.
3.
Moral karyawan yang tinggi
Tingkat keluar masuk dan absensi
karyawan perusahaan rendah
Saluran distribusi dapat diandalkan
dan efektif
Kualifikasi personel Litbang
memadai
Sumber daya Litbang dialokasikan
dengan efektif
Strategi - WO
Melakukan Training/Pelatihan
terhadap karyawan mengenai
kinerja tiap individu (W1,W2, O1,
O2, O3, O5)
Melakukan penataan ulang
terhadap saluran distribusi (W3,
O1, O5)
Melakukan test dan Training
terhadap personel dan lembagalembaga yang ingin melakukan
Litbang (W4, W5, O1, O2, O3, O4,
O5)
Strategi – WT
1. Mempererat kerjasama dengan
lembaga-lembaga terkait (W1,
W2, W3, W4, W5, T2, T3, T4,
T5,T6,T7,T8)
Strategi – ST
1. Menekan biaya operasional (S6,S7,
T1, T2, T3, T4, T5,T6,T7,T8)
64
7.3 Tahap Keputusan (Decision Stage)
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan pencocokan,
yaitu dengan menggunakan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis strategi
adalah pemilihan strategi terbaik. Alat analisis yang digunakan pada tahap
pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan analisis QSPM. Teknik ini
menggunakan input dari analisis tahapan masukandan hasil pencocokan dari
analisis tahap.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh factor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan
atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masingmasing strategi terhadap factor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS
diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden. Nilai TAS
(TotalAttractiveness Score) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil
perkalian bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap factor kunci strategis. Semakin
tinggi TAS maka semakin menarik alternative strategi tersebut sebagai prioritas
strategi untuk dilaksanakan Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.
Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Score)
dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh TAS dari
masing-masing faktor internal dan eksternal perusahaan.
Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang
dapatdijalankan oleh Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
berdasarkan penjumlahan TAS terbesar. Prioritas strategi yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Menekan biaya operasional dengan cara memakai alternatif bahan bakar selain
BBM yaitu cangkang sawit. Strategi ini dilakukan dalam menghadapi biaya
BBM yang selalu meningkat.
2. Mempertahankan konsep manajemen yang sudah tersusun.
3. Meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan penjualan dengan melakukan
promosi secara ekstensif.
65
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai strategi
pengembangan usaha minyak kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IVdapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor strategis yang merupakan peluang terbesar bagi Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV adalah meningkatnya kurs rupiah terhadap dollar
dan
Perkembangan
teknologi
yang
semakin
meningkat
di
bidang
pengembangan mesin dan komputerisasi. Faktor strategis yang merupakan
ancaman terbesar adalah Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak,
kenaikan harga BBM, gas dan tarif dasar listrik. Faktor strategis internal yang
menjadi kekuatan Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yaitu
perusahaan telah mimiliki visi, misi, sasaran dan tujuan perusahaan. Faktor
internal yang menjadi kelemahan ialah saluran distribusi yang dapat
diandalkan dan efektif.
2. Analisis
SWOT
menghasilkan
empat
tipe
strategi
SO
(Strengths-
Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST (StrengthsThreaths), dan strategi WT (Weakness-Threaths). Hasil dari analisis SWOT
diperoleh tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan
diantaranya Mempertahankan konsep manajemen yang sudah tersusun,
Meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan penjualan dengan melakukan
promosi
secara
ekstensif,
Menekan
biaya
operasional,
Melakukan
Training/Pelatihan terhadap karyawan mengenai kinerja tiap individu,
Melakukan penataan ulang terhadap saluran distribusi, Melakukan test dan
Training terhadap personel dan lembaga-lembaga yang ingin melakukan
Litbang, Mempererat kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait.
3. Hasil dari pengolahan QSPM diperoleh tiga prioritas strategi yang
dapatditerapkan oleh Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yaitu
Menekan biaya operasional, Mempertahankan konsep manajemen yang sudah
tersusun, Meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan penjualan dengan
melakukan promosi secara ekstensif
66
8.2.Saran
Saran-saran yang dapat diajukan sehubungan dengan hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk menekan biaya operasional perusahaan sebaiknya melakukan
minimisasi biaya operasional dengan cara memakai alternatif bahan bakar
selain BBM yaitu cangkang sawit.
2. Untuk mempertahankan konsep manajemen yang sudah tersusun perusahaan
harus memilih karyawan yang benar-benar unggul dan berdaya saing dengan
cara melakukan perekrutan karyawan secara selektif.
3. Untuk meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan penjualan dengan
melakukan promosi secara ekstensif melalui promosi dengan mengupdate
website perusahaan. Website tersebut berisikan tentang keunggulan produk
yang dihasilkan perusahaan, jumlah produk dan harga yang ditawarkan serta
hal-hal lain yang dapat mempromosikan perusahaan ke pasar yang lebih luas
lagi.
67
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Pengembangan Usaha PT Perkebunan Nusantara IV. Produksi Kelapa
Sawit pada Subsektor Perkebunan PDB. PT Perkebunan Nusantara IV.
Medan
Budiman, Arif. 2007. Analisis Strategi Pengembangan Usaha PT Madu Pramuka,
Jakarta. Skripsi. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
David, Fred R. 2002. Manajemen Strategi. PT Prenhallindo. Jakarta
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan dalam Mangoensoekarjo&Semangun.
2003. Jakarta.
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Pengendalian, Jilid dua. Penerbit Erlangga. Jakarta
Muchtar, Yasmin C. 2002. Prospek Pengolahan Kelapa Sawit di Propinsi
Sumatera Utara, Skripsi, Program Studi Agrobisnis Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Pasaribu, Dicky A. 2005. Strategi Pengembangan Bisnis Minyak Kelapa Sawit
(CPO) Studi kasus di PT Socfindo, Sumatera Utara. Skripsi. Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Pahan, Iyung. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit
Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta
Pearce
dan
Robinson.
1997.
Manajemen
Strategik,
Implementasi
dan
Pengendalian, Jilid Satu. Binarupa Aksara. Jakarta
Priyohutomo, Rekso. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Karet Alam Olahan
Kasus PT. Kaliduren Estates Perkebunan Tugu/Cimenteng Desa Langkap
Jaya Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Rachmina D, Rabbani B. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
68
Rangkuti, Freddy, 2001, Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT
Gramedia Pusataka Utama. Jakarta.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Capaian Produksi dan Produktifitas TBS Ton/Ha Unit Usaha Adolina Tahun 2006-2010
Luas areal TM
TBS
Produktifitas
(Ha)
(kg)
(Ton/Ha)
2006
4.671
107.524.025
23.02
2007
5.477
109.335.060
19.96
2008
5.620
114.456.600
20.37
2009
5.056
126.436.320
25.01
2010
5.095
133.920.200
26.28
Tahun
71
Lampiran 2. Daftar nama-nama yang menjabat Anggota Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara IV
Komisaris
- Komisaris Utama
: Muhammad Said Didu
- Komisaris
: Usman Damanik
- Komisaris
: Zainal Arifin
- Komisaris
: H.Irwansyah Nasution
- Komisaris
: H.A. Latief Rabar
- Komisaris
: Tungkot Sipayung
Direksi
- Direktur Utama
: Dahlan Harahap
- Direktur Produksi
: Balaman Tarigan
- Direktur Keuangan
: Setia Dharma Sebayang
- Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha : Ahmad Haslan Saragih
- Direktur SDM/Umum
: Rusdi Lubis
72
Lampiran 3. Jumlah Karyawan Unit Usaha PT Perkebunan Nusantara IV
Uraian
Tenaga Kerja Kebun Adolina
Pria
Wanita
Jumlah
Karyawan Pimpinan
8
0
8
Karyawan Pelaksana
1.193
437
1.630
Honorer
9
2
11
Jumlah
1.210
439
1.649
73
Lampiran 4. Jam Kerja Bagian Kantor dan Pabrik Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
a.
Bagian Kantor
No.
Hari
Waktu Kerja (WIB)
Istirahat
1
Senin – Kamis
06.30 – 09.30
09.30 – 10.30
10.30 – 15.00
2
06.30 – 09.30
Jumat
09.30 – 10.30
10.30 – 12.00
3
06.30 – 09.30
Sabtu
09.30 – 10.30
10.30 – 13.00
b.
Bagian Pabrik
No
Shift
Waktu Kerja (WIB)
1
I
06.30 – 17.00
2
II
17.00 – 05.00
74
Lampiran 5. Struktur Organisasi Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV
Manager Unit
Ka.Dis Tan
Rayon A
Ka.Dis Tan
Rayon B
Ka.Dis Tan
Rayon C
Ass. Afd 1
Ass. Afd 4
Ass. Afd 7
Ass. Afd 2
Ass. Afd 5
Ass. Afd 8
KDTP
Ass.Tek
Pabrik
Ka.Dis TU
Ass.SDM dan
Umum
Ass. Pengolahan 1
Ass. Pengolahan 2
Ass. Afd 3
Ass. Afd 6
Ass. Afd 9
Ass.SDM dan
Umum
75
Lampiran 6. Luasan Lahan Tanaman Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara IV Tahun 2005-2009
Tanaman
TM
TBM
TTAD
Areal Rehab
TU
TB
TK
Luncuran/Pembibitan
Jumlah
Lain--lain
TOTAL
RKAP
96.777
10.459
4.087
7.737
7.284
126.344
14.628
140.972
2005
Real(ha)
96.777
10.413
4.036
RJP
100.316
29.485
14.963
126.189
19.083
145.272
RKAP
91.968
24.839
2.691
5.227
6.701
4.762
1.856
135.028
132.817
135.028
132.817
2006
Real(ha)
91.239
24.74
3.666
6.016
4.242
1.28
1.824
133.007
16.483
149.49
RJP
93.51
44.133
RKAP
93.552
26.506
9.507
983
5.831
5.459
1.02
138.626
141.875
138.626
141.875
2007
Real(ha)
93.552
26.335
9.507
3.788
2.014
2.664
1.013
3.209
138.873
30.277
169.15
RJP
92.357
50.286
576
143.219
143.219
RKAP
94.061
28.832
8.231
4.707
10.978
1.297
148.106
20.652
168.758
2008
Real(ha)
90.747
27.884
8.231
1.646
4.672
3.312
1.137
6.879
144.508
24.348
168.856
RJP
92.883
54.857
2009
RKAP
Real(ha)
97.368
97.355
25.187
25.106
2.122
9.132
17.325
2.122
8.842
4.225
151.134
17.723
168.857
3.31
137.981
30.875
168.857
2.608
150.348
150.348
76
Lampiran 7. Kuisioner Penelitian Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
Judul Penelitian:
Strategi Pengembangan Usaha Minyak Kelapa Sawit (CPO) Unit Usaha Adolina
PT Perkebunan Nusantara IV
Identitas Responden
Nama
:
Jabatan
:
Saya memohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif.
Peneliti:
JUNITA HUTABARAT (H34096053)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
77
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL
Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis minyak
kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang
berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
Tujuan:
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan ke dalam
kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi perusahaan usaha minyak
kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV, yang
dilakukan oleh para responden.
Petunjuk Pengisian:
1. Berikan tanda (√) pada kolom Kekuatan pada Tabel berikut ini, apabila faktorfaktor tersebut menjadi kekuatan dalam penentuan strategi perusahaan usaha
minyak kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.
2. Berikan tanda √)
( pada kolom Kelemahan pada Tabel berikut ini, apabila
faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam penentuan strategi perusahaan
usaha minyak kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan
Nusantara IV.
Tabel 1. Faktor-faktor Strategis Internal
No. Faktor-faktor Strategis Internal
Kekuatan Kelemahan
1 Perusahaan memiliki visi,misi, sasaran dan tujuan perusahaan
Perusahaan memiliki Job Description dan Job Spesification
2 yang jelas
3 Moral karyawan yang rendah
4 Tingkat keluar masuk dan absensi karyawan perusahaan tinggi
5 Saluran distribusi dapat diandalkan dan efektif
6 Perusahaan melakukan riset pasar
Perusahaan mempunyai strategi promosi, periklanan, dan
7 publisitas efektif
8 Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar strategis
9 Pencatatan keuangan dan neraca keuangan yang sudah baik
10 Kualifikasi personel Litbang tidak memadai
11 Sumber daya Litbang belum dialokasikan dengan efektif
12 Mutu Produk yang diproduksi baik dan fasilitasnya memadai
Fasilitas sistem informasi manajemen yang tersedia (internet,
13 telepon, faksimili)
14 Salah satu dewan komisaris ikut dalam kegiatan partai politik
78
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL
Faktor Eksternal merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
bisnis minyak kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara
IV yang berasal dari luar perusahaan itu sendiri.
Tujuan:
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan ke dalam
kelompok peluang dan ancaman dalam strategi perusahaan usaha minyak kelapa
sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV, yang dilakukan
oleh para responden.
Petunjuk Pengisian:
3. Berikan tanda (√) pada kolom Peluang pada Tabel berikut ini, apabila faktor faktor tersebut menjadi peluang dalam penentuan strategi perusahaan usaha
minyak kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.
4. Berikan tanda (√) pada kolom Ancaman pada Tabel berikut ini, apabila faktorfaktor tersebut menjadi ancaman dalam penentuan strategi perusahaan usaha
minyak kelapa sawit (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV.
Tabel 2. Faktor-faktor Strategis Eksternal
No. Faktor-faktor Strategis Eksternal
1 Pelanggan yang loyal
PIR membantu PT Perkebunan Nusantara IV dalam
2 meningkatkan produksi
3 Produk CPO msh lebih baik dari pada substitusi
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat di bidang
4 pengembangan mesin dan komputerisasi
Meningkatnya populasi dunia sehingga berkembang bisnis
5 pengolahan CPO
6 Nilai mata uang rupiah naik
7 Kemudahan untuk masuk ke dalam bisnis CPO
8 Pengaruh pesaing dalam perkembangan usaha
9 Persaingan dalam mendapatkan TBS
Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak dan kenaikan
10 harga BBM
11 Kampanye Anti Minyak Sawit
12 Tingkat Keamanan dalam Negeri belum stabil
13 Konsumen dilindungi dari mekanisme harga pasar
Peluang
Ancaman
79
PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL
Tujuan:
Menentukan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai
tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV. Tingkat kepentingan dimaksud berupa pemberian
bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut berpengaruh terhadap usaha.
Petunjuk Pengisian:
1. Pemberian nilai ini diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan
antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya
terhadap Unit Usaha Adolina.
2. Untuk menentukan bobot tiap variable skala yang digunakan yaitu:
2=Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
1=Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
0=Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
Catatan: Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris 1 terhadap
kolom 1 dan harus konsisten
80
Tabel 3. Penilaian Bobot faktor Strategis Internal Perusahaan
Faktor
A. Perusahaan memiliki visi,misi, sasaran dan tujuan
perusahaan
B. Perusahaan memiliki Job Description dan Job Spesification
yang jelas
C. Perusahaan melakukan riset pasar
D. Perusahaan mempunyai strategi promosi, periklanan, dan
publisitas efektif
E. Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar strategis
F. Pencatatan keuangan dan neraca keuangan yang sudah baik
G. Fasilitas sistem informasi manajemen yang tersedia
(internet, telepon, faksimili)
H. Mutu produk yang diproduksi baik dan fasilitasnya
memadai
I.Moral karyawan yang rendah
J.Tingkat keluar masuk dan absensi karyawan perusahaan
tinggi
K.Saluran distribusi dapat diandalkan dan efektif
L.Kualifikasi personel Litbang tidak memadai
M.Sumber daya Litbang belum dialokasikan dengan efektif
N. Salah satu dewan komisaris ikut dalam kegiatan partai
politik
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
81
N
PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL
Tujuan:
Menentukan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis
dalam Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV. Tingkat kepentingan dimaksud berupa pemberian bobot terhadap seberapa
besar faktor strategi tersebut berpengaruh terhadap usaha.
Petunjuk Pengisian:
1. Pemberian nilai ini diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan
kepentingan atau pengaruhnya terhadap Unit Usaha Adolina.
2. Untuk menentukan bobot tiap variabel skala yang digunakan yaitu:
2=Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
1=Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
0=Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
Catatan: Cara membaca perbandingan dimulai dari variable pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten
82
Tabel 4. Penilaian Bobot faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Faktor
A. Pelanggan yang loyal
B. PIR membantu PT Perkebunan Nusantara IV dalam
meningkatkan produksi
C. Produk CPO msh lebih baik dari pada substitusi
D. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat di
bidang pengembangan mesin dan komputerisasi
E.Meningkatnya populasi dunia sehingga berkembang
bisnis pengolahan CPO
F.Nilai mata uang rupiah naik
G. Kemudahan untuk masuk ke dalam bisnis CPO
H. Pengaruh pesaing dalam perkembangan usaha
I. Persaingan dalam mendapatkan TBS
J. Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak dan
kenaikan harga BBM
K. Kampanye Anti Minyak Sawit
L. Tingkat Keamanan dalam Negeri belum stabil
M. Konsumen dilindungi dari mekanisme harga pasar
Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
83
PENENTUAN RATING FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
Petunjuk Umum :
1. Dalam Pengisian kuisioner ini, responden diharapkan melakukan secara
langsung (tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi
jawaban.
2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor
kekuatan dan kelemahan harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 1).
Tujuan :
Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masingmasing variabel terhadap kondisi lingkungannnya. Variabel faktor internal terdiri
dari faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang
mungkin dapat diatasi dalam upaya perusahaan mampu bersaing.
Petunjuk Pengisian :
1. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada seberapa besar faktor
kekuatan yang dapat dimanfaatkan perusahaan dalam meraih peluang yang
ada berikut, dengan cara membarikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.
2. Penentuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 4, jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama/mayor bagi
perusahaan.
Nilai 3, jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil/minor bagi perusahaan.
Nilai 2, jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil/mayor bagi
perusahaan.
Nilai 1, jika faktor tersebut merupakan kelemahan besar/mayor bagi
perusahaan.
Menurut bapak/Ibu bagaimana kemampuan Unit Usaha Adolina dalam faktorfaktor berikut ini:
No. Faktor-faktor Strategis Internal
4 3
1 Perusahaan memiliki visi,misi, sasaran dan tujuan perusahaan
Perusahaan memiliki Job Description dan Job Spesification yang
2 jelas
3 Moral karyawan yang rendah
4 Tingkat keluar masuk dan absensi karyawan perusahaan tinggi
5 Saluran distribusi dapat diandalkan dan efektif
6 Perusahaan melakukan riset pasar
Perusahaan mempunyai strategi promosi, periklanan, dan publisitas
7 efektif
8 Lokasi, fasilitas, sumber daya dan pasar strategis
9 Pencatatan keuangan dan neraca keuangan yang sudah baik
10 Kualifikasi personel Litbang tidak memadai
11 Sumber daya Litbang belum dialokasikan dengan efektif
12 Mutu Produk yang diproduksi baik dan fasilitasnya memadai
Fasilitas sistem informasi manajemen yang tersedia (internet,
13 telepon, faksimili)
14 Salah satu dewan komisaris ikut dalam kegiatan partai politik
84
2
1
PENENTUAN RATING FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
Petunjuk Umum :
1. Dalam Pengisian kuisioner ini, responden diharapkan melakukan secara
langsung (tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi
jawaban.
2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor eksternal, baik faktor
peluang dan ancaman harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 2).
Tujuan :
Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masingmasing variabel terhadap kondisi lingkungannnya. Variabel faktor eksternal terdiri
dari faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang mungkin
dapat diatasi dalam upaya perusahaan mampu bersaing.
Petunjuk Pengisian :
1. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada seberapa besar respon
perusahaan dalam menghindari ancaman atau memanfaatkan peluang dalam
industri dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu.
2. Penentuan nilai rating didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 4, jika perusahaan superior dalam menghadapi ancaman atau
memanfaatkan peluang.
Nilai 3, jika perusahaan diatas rata-rata dalam menghadapi ancaman atau
memanfaatkan peluang.
Nilai 2, jika perusahaan rata-rata dalam menghadapi ancaman atau
memanfaatkan peluang.
Nilai 1, jika faktor perusahaan dibawah rata-rata dalam menghadapi ancaman
atau memanfaatkan peluang
Menurut bapak/Ibu bagaimana kemampuan Unit Usaha Adolina dalam faktorfaktor berikut ini:
No. Faktor-faktor Strategis Eksternal
4 3 2 1
1 Pelanggan yang loyal
PIR membantu PT Perkebunan Nusantara IV dalam meningkatkan
2 produksi
3 Produk CPO msh lebih baik dari pada substitusi
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat di bidang
4 pengembangan mesin dan komputerisasi
Meningkatnya populasi dunia sehingga berkembang bisnis
5 pengolahan CPO
6 Nilai mata uang rupiah naik
7 Kemudahan untuk masuk ke dalam bisnis CPO
8 Pengaruh pesaing dalam perkembangan usaha
9 Persaingan dalam mendapatkan TBS
Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak dan kenaikan harga
10 BBM
11 Kampanye Anti Minyak Sawit
12 Tingkat Keamanan dalam Negeri belum stabil
13 M. Konsumen dilindungi dari mekanisme harga pasar
85
Lampiran 8. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Unit Usaha Adolina PT
Perkebunan Nusantara IV
No. Faktor-faktor Strategis Eksternal
1 Pelanggan yang loyal
PIR membantu PT Perkebunan Nusantara IV dalam
2 meningkatkan produksi
3 Produk CPO msh lebih baik dari pada substitusi
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat di bidang
4 pengembangan mesin dan komputerisasi
Meningkatnya populasi dunia sehingga berkembang bisnis
5 pengolahan CPO
6 Nilai mata uang rupiah naik
7 Kemudahan untuk masuk ke dalam bisnis CPO
8 Pengaruh pesaing dalam perkembangan usaha
9 Persaingan dalam mendapatkan TBS
Peraturan Pemerintah berupa penerapan pajak dan kenaikan
10 harga BBM
11 Kampanye Anti Minyak Sawit
12 Tingkat Keamanan dalam Negeri belum stabil
13 M. Konsumen dilindungi dari mekanisme harga pasar
Keterangan
Peluang
Peluang
Peluang
Peluang
Peluang
Ancaman
Ancaman
Ancaman
Ancaman
Ancaman
Ancaman
Ancaman
Ancaman
86
Download