Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA Agus Budiyono 1, Hartini2 Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Islam Madura, Pamekasan, Indonesia. Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh signifikansi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan bentuk desain eksperimen pretest-posttest kontrol group design. Populasinya adalah kelas X MA Matsaratul Huda Pamekasan dengan sampel sebanyak dua kelas yang dipilih secara random sampling. Pengambilan data menggunakan tes instrumen keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai pretest dan posttest pada kelas kontol 33,13 dan 56,06 sedangkan nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen 31,04 dan 85. Analisis data menggunakan uji t diperoleh data thitung sebesar 8,94, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,01 atau thitung < ttabel artinya terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai <g> sebesar 0,78 atau berada pada kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol memperoleh nilai <g> sebesar 0,34 atau berada dalam kategori sedang. Kata Kunci: Model pembelajaran inkuiri terbimbing, peningkatan dan keterampilan proses sains PENDAHULUAN suatu proses penemuan”. Di dalam Berdasarkan kurikulum KTSP kurikulum tersebut juga ditegaskan (BSNP, 2006) bahwa “IPA (sains) bahwa pembelajaran IPA (sains) harus berhubungan dengan cara mencari menekankan tahu secara sistematis, sehingga bukan konsep melalui serangkaian proses hanya sebagai kumpulan pengetahuan ilmiah. Serangkaian proses ilmiah yang hanya berupa fakta, konsep atau tersebut kebenaran sejati tetapi juga merupakan mengembangkan pengalaman untuk 141 Vol. 4, No. 2, Desember 2016 kepada diharapkan penguasaan dapat Wacana p-ISSN : 2337-9820 dapat Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains merumuskan masalah, Didaktika mengajar dikemukakan oleh Dimyati mengajukan dan menguji hipotesis (2009) keterampilan melalui percobaan, merancang dan sangat penting diterapkan dalam merangkai proses belajar mengajar karena intrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah menafsirkan data dan serta proses sains percepatan perubahan IPTEK ini, tidak bagi memungkinkan guru menkomunikasikan hasil percobaan bertindak sebagai satu-satunya orang secara lisan maupun tertulis, sehingga yang menyalurkan fakta dan teori- siswa akan memiliki kemampuan pikir teori. Untuk mengatasi hal-hal ini dan tindak yang efektif dan kreatif perlu dalam ranah abstrak dan konkret memperoleh dan memproses semua sebagai fakta, konsep, dan prinsip pada diri pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. Keterampilan proses sains pengembangan keterampilan siswa agar anak dapat berlatih untuk selalu bertanya, berfikir kritis, (KPS) sangat penting dimiliki oleh menumbuh-kembangkan keterampilan siswa untuk menghadapi persaingan di fisik dan mental serta sebagai wahana era untuk globalisasi yang menuntut menyatukan pengembangan persaingan antar manusia. Haryono konsep dengan pengembangan sikap (2006), bahwa dan nilai yang penting sebagai bekal sangat terhadap tantangan di era globalisasi. mengungkapkan keterampilan proses sains penting untuk dikembangkan dalam pendidikan karena kompetensi Namun kenyataan yang terjadi merupakan di dunia pendidikan, keterampilan untuk proses sains belum dikembangkan dasar mengembangkan sikap ilmiah siswa secara dan keterampilan dalam memecahkan Nandang (2009), mengungkapkan bahwa proses masalah, sehingga dapat membentuk penyelenggaraan pendidikan siwa yang kreatif, kritis terbuka, sekolah inovatif dalam berbagai keterampilan yang dimiliki persaingan pada dunia global di siswa, hal ini salah satunya disebabkan masyarakat. oleh pembelajaran yang bersifat umum dan Selain kompetitif megoptimalkan dan teoritik serta kurang menuntut keterampilan siswa menggunakan alat pikirnya, proses sains dalam kegiatan belajar sementara dalam masyarakat siswa perlunya alasan belum di yang melandasi itu, optimal. Vol. 4, No. 2, Desember 2016 142 Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820 dituntut untuk mampu menggunakan langsung untuk memecahkan suatu keterampilan secara optimal. masalah yang diberikan guru. Pernyataan didukung fakta lapangan. di atas yang Hasil terjadi observasi wawancara peneliti juga di Model adalah inkuiri salah satu terbimbing cara dalam dan pembelajaran berbasis inkuiri yang dengan guru digunakan dalam pendidikan sains. fisika di salah satu SMA di Pamekasan Nur menunjukkan bahwa KPS siswa di mengungkapkan bahwa model inkuiri sekolah tersebut belum pernah diukur. terbimbing menekankan pada proses Selain pencarian itu model yang sering dalam (Haryono, pengetahuan 2006) dari digunakan oleh guru dalam sistem transfer pembelajaran adalah model ceramah dipandang subjek belajar yang perlu (teacher dilibatkan secara aktif dalam proses centered), sehingga pengetahuan. pada Siswa menyebabkan siswa kurang mampu pembelajaran, mengembangkan keterampilan dalam hanyalah fasilitator yang membimbing menemukan dan dan menghubungkan konsep yang telah guru sampaikan. Selain itu model tersebut di duga sedangkan guru mengoordinasikan kegiatan belajar siswa. Menurut Jauhar (2011) pembelajaran inkuiri kurang mampu memfasilitasi siswa kegiatan untuk mengembangkan KPS. Salah ditujukan satu upaya yang dapat dilaksanakan kemampuan dalam mengembangkan keterampilan menggunakan proses sains siswa adalah dengan dengan merumuskan pertanyaan yang model mengarah pada kegiatan investigasi, pembelajaran inkuiri terbimbing. suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah experimen, menambah siswa dalam keterampilan proses merumuskan Model pembelajaran inkuiri merupakan untuk dengan merencanakan melakukan experimen, hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang mengumpulkan dan menganalisis data melibatkan kemampuan siswa dalam serta menarik kesimpulan. Jadi, dalam mencari proses inkuiri siswa terlibat secara sistematis, 143 Vol. 4, No. 2, Desember 2016 dan menyelidiki kritis, logis, secara analitik, Wacana p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains sehingga mereka dapat merumuskan dapat sendiri penemuannya dengan bantuan Proses Sains. pertanyaan METODE panduan. menunjukkan Penelitian bahwa terbimbing dapat inkuiri meningkatkan Didaktika meningkatkan Penelitian ini keterampilan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen proses, dengan bentuk desain eksperimen pretest- belajar posttest kontrol group design (Sugiono, Hasil 2012). Populasi dalam penelitian ini penelitian Schlenker dalam (Trianto, adalah seluruh siswa kelas X MA 2009), menunjukkan bahwa latihan Matsaratul Huda. Sampel diambil inkuiri dengan keaktifan, motivasi siswa keterampilan dan pengalaman (Suwasono, 2011). dapat meningkatkan teknik random sampling sains, produktif dalam sejumlah 2 kelas yaitu satu kelas berpikir kreatif, dan siswa menjadi kontrol dan satu kelas eksperimen. terampil Kelas eksperimen berjumlah 24 siswa pemahaman dalam memperoleh dan dan kelas kontrol berjumlah 24 siswa. menganalisis informasi. Keberhasilan dari Instrumen model penelitian terbimbing menggunakan tes KPS. Analisa data terhadap kererampilan proses sains dalam penelitian ini menggunakan uji dibuktikan oleh Sabahiyah (2013) t. Uji t dilakukan setelah uji prasyarat yang menyimpulkan bahwa model yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing dapat homogenitas. Adapun analisa data meningkatkan proses yang digunakan untuk mengetahui sains. Kurniawan (2010) menyatakan peningkatan KPS siswa digunakan bahwa model pembelajaran inkuiri data skor rata-rata <g> yang diolah terbimbing dengan menggunakan persamaan yang pembelajaran inkuiri keterampilan dapat meningkatkan uji normalitas keterampilan proses sains dengan dikembangkan oleh objek penelitian mahasiswa semester 1 yaitu sebagai berikut. pada mata kuliah Praktikum Fisika Dasar 1 IKIP PGRI Semarang. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran Supardi bahwa Inkuiri (2013) model Terbimbing <g> dan uji Hake (1999), <S post S pre Sm ideal S pre Keterangan: <g> : <Spost> : <Spre> skor rata-rata gain yang dinormalisasi skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa Vol. 4, No. 2, Desember 2016 144 Wacana Didaktika Sm ideal Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820 skor maksimum ideal Sedangkan (Hake, 1999) kategori <g> HASIL DAN PEMBAHASAN disajikan pada Tabel 1. Hasil dari penelitian ini berupa Tabel 3.Kategori Tingkat <g> Batasan N-gain <g> > 0,70 0,30 ≤ <g> ≥ 0,70 <g> < 0,30 Kategori Tinggi Sedang Rendah data tes keterampilan proses sains (KPS) siswa yang disajikan dalam table 2: Table 2. distribusi data KPS siswa Eksperimen Kontrol Data Nilai Maks Nilai Min Pretest Postest ̅ 𝒙 𝑺𝐠 thitung ttabel <g> Kategori 50 95 10 70 Ratarata 31,04 85 85 SD Nilai Maks Nilai Min 10,91 7,80 55 85 15 40 Ratarata SD 33,33 56,04 56,04 12,33 13,82 11,22109843 8,9398 2,0129 0,78 Tinggi Berdasarkan diatas, pemahaman sains, produktif dalam diketahui bahwa nilai pretes dan berfikir kreatif, dan siswa menjadi postes terampil KPS tabel siswa 1 0,34 Sedang pada kelas dalam memperoleh eksperimen dan kontrol berdistribusi menganalisis normal dalam Trianto, 2010). dan homogen setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Lebih informasi lanjut table dan (Schlenker 1 juga Selanjutnya memperlihatkan bahwa peningkatan Berdasarkan hasil uji-t data postest KPS siswa berdasarkan data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dan posttest pada kelas eksperimen diperoleh thitung = 8,9398 lebih besar dan kontrol terdapat perbedaan. Pada dari ttabel = 2,0129. Untuk itu dapat kelas eksperimen peningkatan KPS dinyatakan bahwa penerapan model berada pada kategori tinggi dengan pembelajaran nilai <g> sebesar 0,74 sedangkan inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam pada kelas meningkatkan KPS siswa. Hal ini kategori sedangn dengan nilai <g> disebabkan karena latihan dengan sebesar 0,34. Hal ini memperkuat inkuiri bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan 145 Vol. 4, No. 2, Desember 2016 kontrol berada pada Wacana p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika terbimbing member dampak yang sedangkan pada kelompok kontrol baik terhadap peningkatan KPS siswa. mencapai Lebih lanjut deskripsi peningkatan keterampilan KPS siswa pada setiap indikator KPS pada kelompok eksperimen mencapai tersaji dalam grafik berikut. 0,91 sedangkan kelompok kontrol 0,78 0,88 0,56 0,64 0,29 0,95 0,93 dan untuk mengkomunikasikan mencapai 0,37. Hal ini disebabkan 0,4 0,37 0,39 0,03 karena siswa pada kelompok kelas eksperimen terlibat langsung dalam merancang dan mengkomunikasikan hasil eksperimen percobaan praktikum kontrol dalam yang kegiatan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat, Grafik nilai <g> pada indikator KPS. sedangkan pada siswa kelompok kontrol hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Secara umum hasil data keterampilan proses <g> sains siswa kelompok eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi dari kelompok kontrol. Salah satu nilai hasil data <g> keterampilan proses sains yang terlihat kelompok sangat signifikan kelas kelompok eksperimen kontrol keterampilan mencapai 0,88 antara dan adalah memprediksikan sedangkan pada kelompok kontrol hanya mencapai 0,03. Perbedaaan juga terlihat pada keterampilan hipotesis mengkomunikasikan keterampilan yaitu hipotesis dan pada untuk kelompok eksperimen mencapai 0,93 Perbedaan nilai hasil <g> yang paling rendah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlihat pada keterampilan mengklasifikasikan yaitu sebesar 0,78 untuk kelompok eksperimen dan 0,56 untuk kelompok kontrol, hanya terpaut nilai sebesar 0,22. Hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran pada tahap guru menjelaskan materi ajar siswa mendengarkan dengan baik Namun pada aspek keterampilan menafsirkan hasil nilai <g> untuk kelas eksperimen mendapatkan nilai sebesar 0,64. Padahal berdasarkan respon aktivitas, siswa bisa menafsirkan hasil pengamatan untuk Vol. 4, No. 2, Desember 2016 146 Wacana Didaktika dijadikan Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains kesimpulan dengan yang p-ISSN : 2337-9820 menggunakal mendapatkan presentase 100%. Tidak konvensional sesuainya presentase antara aktifitas bahwa kelompok yang menggunakan siswa model dan nilai <g>. Hal ini dapat model disimpulkan pembelajaran inkuiri dikarenakan pada saat pembelajaran terbimbing lebih baik dari kelompok pada tahap eksplorasi hanya beberapa yang siswa yang mengikuti petunjuk guru konvensional. dengan seksama. pembelajaran Berdasarkan hasil menggunakan model Artinya inkuiri model terbimbing observasi berpengaruh terhadap keterampilan keterlaksanaan proses sains. Sains berkaitan dengan pembelajaran pada saat pelajaran cara mencari tahu tentang alam secara berlangsung sistematis, mengenai menunjukkan bahwa sehingga sains inkuiri terbimbing melibatkan siswa hanya untuk pembelajaran, pengetahuan yang berupa fakta-fakta khususnya keterampilan proses sains. dan prinsip-prinsip saja tetapi juga Dalam merupakan aktif dalam kegiatan observasi dilakukan diketahui keterampilan proses sains yang penguasaan bukan proses kumpulan suatu proses bahwa penemuan, demikian dengan fisika yang yang berkaitan dengan kehidupan dilakukan siswa selama pembelajaran sehari- berlangsung. Hal ini sejalan dengan dengan model pembelajaran inkuiri karekteristik sains yang berhubungan terbimbing melibatkan siswa aktif dengan sesuatu dalam kegiatan laboratorium sehingga bukan hanya fakta dan konsep saja siswa memperoleh pemahaman yang tetapi menekankan pada penemuan. mendalam mengenai fakta dan konsep kemampuan siswa dalam menemukan tentang materi yang dipelajari. Hal ini konsep sesuai dengan ungkapan Roth dalam kegiatan cara mengetahui perlu dilakukan dengan pembelajaran yang beriorentasi pada proses. hari. Nuryani praktikum Hasil perbandingan perbandingan observasi, Pembelajaran yaitu melalui siswa membuat sains kegiatan melakukan prediksi, nilai <g> siswa yang menggunakan membuat hipotesis, menganalisis data model inkuiri dan membuat kesimpulan tentang terbimbing dengan nilai <g> siswa konsep yang dipelajari melalui fakta pembelajaran 147 Vol. 4, No. 2, Desember 2016 Wacana p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika langsung sehingga konsep tersebut DAFTAR PUSTAKA menjadi lebih nyata dan bermakna BSNP. bagi siswa. PENUTUP Berdasarkan pembahasan bahwa hasil dapat terdapat dan disimpulkan pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing proses terhadap sains dengan siswa model keterampilan dibandingkan Dimyati, dkk. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar 7(1). 1-13. Hake, RR. 1998. Analizhing change/gain scores. Indiana: Indiana University. Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. pembelajaran konvensional. Selain itu peningkatan KPS siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,74 atau berada pada kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,34 atau berada pada kategori sedang. Penulis penelitian menyarankan berikutnya dalam agar memadukan model inkuiri terbimbing ini dengan model lain yang beririsan sehingga dapat memperkaya hasilhasil penelitian yang sejenis yang telah dilakukan dan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti: Peneliti, Mahasiswa, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Guru-guru Fisika. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas Kurniawan, W. 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains. JP2F volume 1 nomor 2 (2010). Nandang. 2009. Pendidikan Sains di Sekolah dan Kebutuhan Masyarakat. [online] Diakses pada http://nandang.blogdetik.com/ 2009/04/08/pendidikan-siansdi-sekolah-dan-kebutuhanmasyarakat/ Rabu, 20 Maret 2015. Sabahiyah, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap keterampilan Proses Sains dan Vol. 4, No. 2, Desember 2016 148 Wacana Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Penguasaan Konsep IPA siswa kelas v gugus 03 Wanasaba Lombok. e-jurnal program pasca sarjana universitas pendidikan ganesha (volume 3). Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R 𝓈 D. Bandung: Alfabeta. Supardi, Imam. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada pokok bahasan Kalor untuk melatihkan keterampilan proses Sains terhadap hasil belajar di SMAN 1 Sumenep. Suwasono, P. 2011. Upaya meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa Fisika Angkatan Tahun 2010/2011 Offering M Kelas G Melalui Penerapan Pembelajaran Fisika Model Inkuiri Terbimbing. Jurnal Fisika dan Pembelajarannya. 15 (1). Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana 149 Vol. 4, No. 2, Desember 2016 p-ISSN : 2337-9820