Tantangan Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam

advertisement
Tantangan
Profesi
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi
Dalam
Indonesia Digital 2020
Oleh : Betti Alisjahbana, Ketua Komite Tetap Perangkat Lunak KADIN dan Ketua Asosiasi Open Source
Software Indonesia (AOSI).
Menyambut tahun 2020, Indonesia berpeluang untuk memanfaatkan lompatan teknologi digital.
Pada tahun 2010 terdaftar 220 juta pengguna ponsel. Pengguna internet juga meningkat tajam,
tumbuh 20 % setiap tahun dan di proyeksikan akan mencapai 100 juta pengguna pada tahun
2016, sehingga meningkatkan konektivitas secara drastis. Berbagai perusahaan akan semakin
memanfaatkan digital media untuk memberikan informasi tentang produk dan jasa mereka dan
mempengaruhi konsumer untuk bertransaksi dengan mereka. Dengan pengguna lebih dari 40 juta,
Indonesia adalah market terbesar ke empat dari facebook, sesudah USA, Brazil dan india.
sementara pengguna twitter jumlah telah mencapai
29 juta (data Juni 2012). Hal ini
menunjukkan antusiasme pengguna untuk memanfaatkan aplikasi digital. E-commerse di
ramalkan akan berkembang pesat. Berdasarkan Digital Consumer Asia survey, saat ini 5 % dari
pengguna internet melakukan transaksi e-commerce. Namun demikian angka ini di proyeksikan
akan meningkat, sejalan dengan meningkatnya kepercayaan konsumer pada reliabilitas dan
proteksi terhadap resiko atas transaksi dengan kartu kredit. Demikian pula layanan publik seperti
kesehatan, pendidikan dan pengurusan ijin-ijin di proyeksikan akan menggunakan media digital
untuk memperbaiki akses.
Meski pertumbuhan akses internet sangat tinggi, namun penetrasi pita lebar masih tertinggal dari
negara tetangga. Vietnam misalnya sudah lebih dari 4 % penetrasi pita lebarnya, sementara
Indonesia masih 1 %. Padahal menurut World Bank, peningkatan penetrasi pita lebar sangat
berpengaruh pada laju pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
Peluang Di Dunia TIK
Data-data diatas beserta proyeksi pertumbuhannya menunjukkan bahwa tersedia peluang
yang sangat luas untuk berkarya dan ber inovasi di dunia TIK, baik sebagai pegawai
maupun sebagai entrepreneur. Saya baru saja membaca prediksi dari IDC, sebuah
lembaga riset dengan fokus Teknologi Informasi dan Komunikasi, yang menyatakan
bahwa negara-negara di Asia akan menikmati pertumbuhan TIK yang luarbiasa yang
dimotori oleh China, India, Indonesia, Vietnam dan Philippines. Kesempatan kerja dan
berkarir terbuka lebar bagi di bidang TIK, bahkan perebutan dan saling bajak tenaga kerja
dibidang TIK sangat terasa.
TIK & Karya Anak Bangsa
TIK berkembang sangat pesat dan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
hidup kita. Seperti telah di sebutkan di awal tulisan ini, pertumbuhan pengguna Internet ,
telpon selular, dan social media sangat pesat di Indonesia.
Pertanyaan yang harus kita jawab adalah, apakah kita telah memanfaatkan teknologi
tersebut untuk hal-hal yang produktif yang memajukan dan mensejahterakan bangsa
kita ? Ataukah
hanya
untuk sarana hiburan dan menjalin silaturahmi online ? Lalu,
apakah kita hanya sebagai pengguna saja atau kita ikut memproduksi, baik itu perangkat
keras, perangkat lunak dan kontennya ?
Kita sering dibuat sedih, karena sementara pertumbuhan makro ekonomi di Indonesia
baik, tetapi pertumbuhan tersebut lebih di dorong oleh konsumsi, sehinga kita lebih
menjadi penikmat keringat nya orang luar negeri. Sebagai akibatnya, penciptaan lapangan
kerja baru terbatas dan angka kemiskinan pun masih tinggi. Di bidang TIK pun demikian,
produk yang kita nikmati kebanyakan adalah produk impor.
Kabar baiknya kini lebih banyak kesempatan bagi kita untuk tidak sekedar menjadi
pengguna tetapi juga menjadi pencipta. Di bidang konten misalnya, Fahma Waluya
Rosmansyah adalah pembuat aplikasi Nokia Ovi Store yang termuda. Berusia 12 tahun
Fahma berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Award) untuk kategori Secondary
Student Project. Karyanya berupa game edukasi kini dipasarkan di seluruh dunia melalui
Nokia Ovi Store.
Pada saat saya menulis artikel ini, saya membaca kabar gembira bahwa Tim STEI yang
terdiri dari Gregorius Ronny Kaluge (IF'08), Irvan Jahja (IF'09), Chistianto Handojo (IF'10)
yang tergabung dalam DongskarPedongi, Institut Teknologi Bandung, ditetapkan menjadi
juara pertama kompetisi dunia "2012 IEEE EXTreme Global Programming Competition".
Tim ini mengalahkan sebanyak 1940 tim lain dari seluruh dunia. Hal ini menjadi bukti lagi
bahwa kita mempunyai kemampuan kelas dunia. Upaya extra perlu kita lakukan agar,
kemampuan ini tidak berhenti di tingkat kompetisi, melainkan di realisasikan hingga
menjadi produk akhir yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Event kompetisi baik di dalam negeri seperti INAICTA (Indonesia ICT Award) dan Telkom
Indigo Award dimana pemenangnya mendapat akses pada permodalan dan mentor
adalah contoh upaya untuk membawa produk yang prima ke pasar.
Komite Tetap Perangkat Lunak KADIN bekerja sama dengan Kementrian Kominfo, kini
sedang membangun Katalog Perangkat Lunak Karya Pengembang Indonesia di
www.software.or.id . Katalog ini rencananya selain muncul dalam bentuk katalog online
juga akan dicetak setahun sekali, untuk di promosikan ke berbagai institusi pemerintah,
BUMN dan Anggota KADIN. Melalui upaya ini diharapkan produk-produk karya Indonesia
dapat semakin dikenal, dicintai dan berkembang.
Didalam memajukan kemampuan TIK lokal, selain berperan sebagai produsen, kita pun
bisa berperan sebagai fasilitator bagi tumbuh dan berkembangnya karya-karya anak
bangsa dengan menggunakan produk karya Indonesia. Setiap kita akan membeli produk
TIK kita perlu bertanya, apakah sudah ada yang karya Anak Bangsa ? Bila ada, kita perlu
pertimbangkan untuk menggunakannya. Dan bila tidak ada, itu adalah peluang bagi kita
untuk membuatnya. Di era dimana perubahan terjadi sangat cepat seperti saat ini, yang
dibutuhkan adalah keinginan untuk mencari peluang untuk melakukan inovasi.
TIK Sebagai Katalisator Kemajuan Bangsa
TIK telah dan akan memberikan kontribusi yang signifikan
untuk meningkatkan
produktifitas, kreativitas dan daya saing individu, organisasi dan bangsa. Penelitian Bank
Dunia atas 120-negara, dengan basis data tahun 1980~2006, yang disajikan dalam
laporan InfoDev 2009 menunjukkan bahwa penetrasi broadband 10% di negara sedang
berkembang akan meningkatkan GDP sebesar 1,38%.
Sebagai praktisi TIK kita berkewajiban mendorong pemanfaatan TIK untuk memecahkan
berbagai pemecahan masalah-masalah bangsa. Misalnya saja, salah satu masalah
terbesar yang dihadapi bangsa kita adalah maraknya korupsi. Dibutuhkan peran serta
berbagai pihak untuk memecahkanya. Sistem informasi yang baik dapat mendukung
transparansi dan tata kelola yang baik (good governance). Ketika e-government
diterapkan dengan baik, bagi masyarakat ini berarti layanan yang lebih mudah diakses,
Bagi komunitas bisnis mengurangi beban pengurusan administrasi dengan memanfaatkan
internet, bagi kantor-kantor pemerintah ini berarti efisiensi dan efektivitas kerja yang
menurunkan biaya, pelaporan yang lebih mudah dan pengukuran kinerja yang lebih jelas.
Misalnya saja, 77 % kasus korupsi yang ditangani KPK adalah menyangkut pengadaan.
Daerah-daerah yang telah menerapkan e-procurement dengan berhasil, bisa mencegah
korupsi karena peluang kontak langsung antara penyedia jasa dengan petugas
pengadaan menjadi lebih kecil, proses lebih transparan dan lebih mudah di audit. Studi
yang dilakukan oleh KPK menunjukan penerapan e-procurement telah menghasilkan
penghematan anggaran sebesar 23.5 % dan penghematan HPS (Harga Penetapan
Sendiri) sebesar 20 %. Juga terjadi penghematan waktu pelaksanaan dari rata-rata 36 hari
menjadi 20 hari.
Sebagai praktisi dan calon praktisi TIK, kita semua harus mendorong penerapan TIK
untuk meningkatkan transparansi dan tata kelola yang baik. Dengan demikian kita
berharap korupsi dapat ditekan. Jadi kita tidak lagi setiap hari disuguhi tontonan Gayus di
televisi, tetapi melihat tokoh-tokoh TIK menjadi pejuang anti korupsi melalui penerapan
TIK yang baik.
Kuasai Softskills
Sepanjang lebih dari 25 tahun berkecimpung di bidang TIK saya telah merekrut ratusan
praktisi TIK. Dari situ saya menemukan pola bahwa mereka yang sukses adalah mereka
yang tidak saja mahir berbicara dengan komputer, tetapi juga mahir berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan bahasa manusia. Implementasi TIK hanya bisa berhasil bila kita
bisa membuatnya dimengerti oleh orang awam. Jadi jangan berusaha untuk terlihat
pandai dengan menggunakan bahasa-bahasa yang memusingkan, tetapi kuasailah seni
berkomunikasi yang mampu membuat orang tertarik untuk memanfaatkan TIK secara
maksimal.
Demikian pula perkembangan TIK yang demikian cepat telah membuat kolaborasi antar
negara dan antar organisasi yang difasilitasi oleh internet dan TIK menjadi bagian dari
kegiatan sehari-hari.
Perusahaan kini bisa menjalankan operasinya secara terintegrasi di berbagai negara.
Misalnya Sistem Informasi nya di pusatkan di India dan Indonesia, pengadaan dilakukan
di China, call center dari Philippines dan pusat administrasi pelanggan dilakukan di
Malaysia. Dalam situasi seperti ini, tenaga kerja masa kini harus mampu bekerja dalam
TEAM dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan kolaborasi antar organisasi dan antar
negara. Dan syaratnya selain hard skills, kita perlu menguasai juga softskills. Apa saja
yang termasuk softskills ? Diantaranya kemampuan untuk berkomunikasi, beradaptasi
pada situasi yang berbeda-beda, bernegosiasi, mengatur waktu, memecahkan masalah,
bekerja dalam tim dan memimpin suatu tim. Gaya kepemimpinan masa kini adalah gaya
kepemimpinan yang memberdayakan, membangun kolaborasi dan memupuk segenap
potensi-potensi yang ada.
Bila kita bisa menjawab tiga tantangan utama di profesi TIK : Bersama-sama membangun
kemampuan menjadi produsen TIK, Menjadikan TIK sebagai katalisator Kemajuan
Bangsa, dan menguasai Softskills, tentunya TIK di Indonesia akan berkembang pesat,
menciptakan peluang kerja yang tinggi serta menjadi katalisator transparansi dan tata
kelola yang baik serta produktivitas yang tinggi di setiap bidang.
Download