jurusan ilmu kesehatan masyarakat fakultas ilmu

advertisement
57
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PENJAMAH DAN SANITASI
MAKANAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli
(Studi Pada Warung Jus Buah Di Sekitar Kampus UNNES Sekaran
Gunungpati Semarang Tahun 2011)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NUR LAILA AGUSTINA
6450405017
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
58
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Agustus 2011
ABSTRAK
Nur Laila Agustina.
Hubungan antara Higiene Penjamah dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan
Bakteri Escherichia coli (Studi pada Warung Jus Buah di Sekitar Kampus UNNES
Sekaran Gunungpati Semarang Tahun 2011).
XV+ 92 halaman+ 16 tabel+ 10 gambar+ 24 lampiran
Penyakit yang disebabkan oleh bahan pangan meliputi beberapa faktor yaitu
terdapat agen penyebab penyakit pada saat pengolahan makanan, kontaminasi silang,
adanya makanan yang berperan sebagai media perantara, penyimpanan makanan pada
suhu ruangan selama lebih dari 2 jam dan adanya subyek (manusia) yang rentan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan hasil bahwa dari 5 sampel jus buah yang
di uji di laboratorium seluruhnya mengandung bakteri Escherichia coli. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara higiene penjamah makanan
dan sanitasi makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada warung jus buah
di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati Semarang Tahun 2011.
Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warung jus buah di wilayah
Sekaran yang berjumlah 26. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik simple random sampling dan diperoleh 21 sampel. Instrumen dalam penelitian ini
adalah kuesioner, lembar check list dan uji laboratorium Escherichia coli. Analisa data
dengan menggunakan uji chi square dengan α 0,05, jika tidak memenuhi syarat maka
menggunakan uji alternatif yaitu Fisher’s.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara higiene penjamah
makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli (p= 0,003 dan CC= 0,644). Ada
hubungan antara sanitasi alat dengan keberadaan bakteri Escherichia coli (p= 0,042 dan
CC= 0,462). Ada hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli (p=0,008 dan CC 0,590). Ada hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan
bakteri Escherichia coli (p value 0,026 dan CC 0,500). Ada hubungan antara Sanitasi
bahan dengan keberadaan bakteri Esherichia coli (p value 0,015 dan CC 0,542).
Simpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara higiene penjamah
makanan, sanitas alat, sanitasi tempat, sanitasi air dan sanitasi bahan dengan keberadaan
bakteri Escherichia coli. Saran bagi penjual dan puskesmas yaitu dapat meningkatkan
higiene sanitasi makanan, mengadakan pengawasan dan penyuluhan tentang higiene dan
sanitasi makanan. Bagi peneliti lanjut hendaknya dapat mengembangkan variabel baru
mengenai higiene dan sanitasi makanan.
Kata Kunci: Higiene Penjamah dan Sanitasi Makanan, Keberadaan Bakteri Escherichia
coli.
Kepustakaan: 42 (1994-2010)
ii
59
Public Health Department
Sport Science Faculty
Semarang State University
August 2011
ABSTRACT
Nur Laila Agustina.
The Correlation between The Food Handler Hygiene and The Food Sanitation with
The Existence of Escherichia Coli ( A Study in Fruit Juice Shops arround UNNES
Sekaran Gunungpati Semarang Year 2011).
XV+ 92 pages+ 16 tables+ 10 pictures+ 24 attachments
The disease which is caused by the foodstuff can be influenced by some factors,
for instances the influence of disease agent while the process of producing food, cross
contamination, food whose function as a mediator, the process of storing food in the room
temperature for more than 2 hours and the susceptible subject (human). Based on the
result of the earlier study, from 5 samples of juice tested in a laboratorium were contained
Escherichia coli. The statement of problem in this research is to find the relation between
producer and consumer of food and the food sanitation with the appearance of
Escherichia coli bacteria in fruit juice shops around UNNES Sekaran Gunungpati
Semarang year 2011.
The type of this research was Explanatory Research with Cross Sectional
Approach. The population of it was all of the fruit juice sellers in Sekaran. They were 26
fruit juice sellers. The sample which was taken in this research was done by using simple
random sampling technique and finally got 21 samples. The instruments of this research
were questionnaire, check list paper, and laboratories test of Escherichia coli. Data was
analyzed by using chi square experiment with α 0,05. If it is not fulfilling the
prerequirement, there will be used an alternative experiment of Fisher’s.
The result of this research shows that there was a correlation between the food
handler hygiene and the existence of Escherichia coli (p= 0,003 and CC= 0,644). After
that, there was a correlation between tools sanitation and the existence of Escherichia coli
(p= 0,042 and CC= 0,462). Moreover, there was a correlation between place sanitation
and the existence of Escherichia coli (p=0,008 and CC 0,590). There was a correlation
between water sanitation and the existence of Escherichia coli (p value 0,026 and CC
0,500). There was a correlation between foodstuff sanitation and the existence of
Escherichia coli (p value 0,015 and CC 0,542).
The conclusion of this research is there is a correlation between the food handler,
tools sanitation, place sanitation, water sanitation, foodstuff sanitation and the existence
of Escherichia coli bacteria. I suggest fruit juice sellers and local government clinic to
increase the food sanitation hygienic, observe and guide about hygienic and food
sanitation. For the next researcher, they should develop a new variable about hygienic and
food sanitation.
Key words: The Food Handler Hygiene and Food Sanitation, The existence of
Escherichia coli
References: 42 (1994-2010)
iii
60
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama:
Nama
: Nur Laila Agustina
NIM
: 6450405017
Judul
:“Hubungan antara Higiene Penjamah dan Sanitasi Makanan
dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli (Studi pada
Warung Jus Buah di Sekitar Kampus UNNES Sekaran
Gunungpati Semarang Tahun 2011)”
: Selasa
: 20 September 2011
Pada hari
Tanggal
Panitia Ujian
Ketua Panitia
Sekretaris
Drs. H. Harry Pramono, M.Si
NIP.19591019 198503 1 001
Irwan Budiono, S.KM.M,Kes
NIP. 19751217 200501 1 003
Dewan Penguji
Ketua Penguji
Arum Siwiendrayanti, SKM, M.Kes
NIP.19800909 200501 2 002
Anggota Penguji
(Pembimbing Utama)
dr. Yuni Wijayanti, M.Kes
NIP.19660609 200112 2 001
Anggota Penguji
dr. Hj. Arulita Ika Fibriana, M.Kes
(Pembimbing Pendamping) NIP.19740202 200112 2 001
iv
Tanggal Persetujuan
61
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
™ ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia
mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang diperbuatnya”. (QS. Al-Baqarah: 286).
™ “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. (QS. ArRahman: 13)
™ “Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati
sebagai orang kerdil, tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang
besar dan mati sebagai orang besar” (Sayyid Quthb)
Persembahan:
Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis pada Allah SWT
dan cinta pada Rasulullah SAW skripsi ini saya persembahkan kepada :
Orang Tuaku “Bapak Karyoto dan Ibu Katem”
yang telah mencurahkan segenap do’a, cinta, ketulusan dan
pengorbananan terbaik untuk ananda
Semoga Allah menghimpun kalian dalam keridhaan-Nya
Adik-adikku “Sulaiman, Leni Cahya Ningsih dan Ahmad Ali Zarkasyi”
Terimakasih untuk semangatnya
yang memberikan Kakak kesempatan menyelesaikan studi
v
62
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Kita memuji-Nya dan memohon
pertolongan serta ampunan-Nya. Kita berlindung dari segala keburukan diri kita
dan kesalahan perbuatan kita. Dialah Allah, satu-satu-Nya yang disembah. Aku
bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya.
Alhamdulillah, penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Higiene
Penjamah Makanan dan Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli (Studi pada Warung Jus Buah di Sekitar Kampus UNNES
Sekaran Gunungpati Semarang Tahun 2011)” dapat penulis selesaikan dengan
proses yang terbaik.
Dalam kesempatan ini, izinkan penulis secara khusus menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan karya sederhana ini. Terima kasih penulis
ucapkan untuk :
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. H.
Harry Pramono, M.Si., atas ijin yang diberikan.
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Bapak Drs. Said Junaidi, M.Kes., atas ijin penelitian.
3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M.Kes., atas ijin
penelitian.
vi
63
4. Pembimbing I, dr. Yuni Wijayanti M.Kes., atas arahan, bimbingan, dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Pembimbing II, dr. Hj. Arulita Ika Fibriana M.Kes(epid)., atas arahan,
bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas bekal ilmu pengetahuan yang
diberikan selama perkuliahan.
7. Bapak Sungatno, atas arahan dan bantuan dalam mengurus perijinan.
8. Kepala Kesbangpolinmas Kota Semarang, Dinas Kesehatan Kota Semarang,
Puskesmas Sekaran Gunungpati Semaran dan Kelurahan Sekaran Gunungpati
Semarang atas ijin penelitian yang diberikan.
9. Pengelola warung jus buah di Sekaran Gunungpati Semarang, atas bantuan
dan partisipasinya dalam penyusunan skripsi.
10. Kepala Laboratorium Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
UNNES, Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si., atas ijin penggunaan laboratorium
Biologi.
11. Petugas Laboratorium Biologi unit Mikrobiologi, Sriyadi, S.Pd atas bantuan
teknis selama penelitian di laboratorium Biologi.
12. Bapak, Ibu, dan Adik serta keluarga tercinta atas kasih sayang, perhatian,
bantuan, motivasi dan do’a dalam penyusunan skripsi ini.
13. Ustadzah Sarri Andriyani, S.Pd, atas tarbiyah, cinta dan pengorbanannya.
14. Sahabat-sahabat terbaikku: Anni, Mira, Nenden, Nining, Eka, Rina, Isti,
Sheila, Mb. Huza, Ummi, Titin, Mimin, Ulfa Jazakumullah atas do’a, cinta,
inspirasi, kepercayaan, dan ruh kebersamaan yang diberikan selama ini.
vii
64
15. Adik-adikku tersayang di RPPBI Ummu Aiman, Sepenuh cinta tak terbatas
milik-Nya. Mudah-mudahan kita diberikan kekuatan dalam dekapan ukhuwah.
Teruslah Berkarya dan senantiasa berproses menjadi generasi terbaik-Nya.
16. Saudara-saudaraku di FORMMASIBUMI, FORMASI IKM, KARISMA FIK,
DPM FIK 2008, UKKI UNNES 2009, dan Pengurus RPPBI 2011 atas
dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Teman-teman Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 dan semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan melimpah amal baik Bapak, Ibu,
dan Saudara. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang,
Agustus 2011
Penyusun
viii
65
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..............................................................................................................
i
ABSTRAK ........................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1
Latar Belakang masalah............................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian .....................................................................................
6
1.4
Manfaat Penelitian ....................................................................................
6
1.5
Keaslian Penelitian ...................................................................................
8
1.6
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 11
2.1
Landasan Teori ......................................................................................... 11
2.1.1 . Escherichia coli ........................................................................................ 11
2.1.1.1 Bakteri Escherichia coli ....................................................................... 11
2.1.1.2 Klasifikasi Escherichia coli ................................................................. 11
2.1.1.3 Morfologi ............................................................................................... 12
ix
66
2.1.1.4 Fisiologi ................................................................................................. 12
2.1.1.5 Jenis-jenis Escherichia coli .................................................................. 12
2.1.2 Makanan ................................................................................................... 14
2.1.3 Higiene dan Sanitasi Makanan ................................................................. 17
2.1.3.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan............................................. 17
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan ...................................... 18
2.1.3.3 Manfaat Higiene dan Sanitasi Makanan ................................................ 20
2.1.3.4 Higiene Perorangan/ Penjamah .............................................................. 20
2.1.3.5 Ruang Lingkup Sanitasi ......................................................................... 23
2.1.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktek Higiene dan Sanitasi
Makanan ................................................................................................... 27
2.1.4.1 Pengetahuan (Knowledge)...................................................................... 27
2.1.4.2 Sikap (Attitude) ...................................................................................... 28
2.1.5 Penyakit Akibat Makanan ........................................................................ 28
2.1.5.1 Infeksi dari Makanan ............................................................................. 29
2.1.5.2 Peracunan Makanan ............................................................................... 32
2.1.6 Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan ................................................... 34
2.2
Kerangka Teori ......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 37
3.1
Kerangka Konsep...................................................................................... 37
3.2
Hipotesis Penelitian .................................................................................. 38
3.3
Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 38
3.4
Variabel Penelitian.................................................................................... 39
3.5
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel.............................. 40
3.6
Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 45
3.7
Sumber Data Penelitian ............................................................................ 46
x
67
3.8
Instrumen Penelitian ................................................................................. 47
3.9
Teknik Pengambilan Data......................................................................... 49
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 57
4.1. Deskripsi Data .......................................................................................... 57
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 57
4.1.2 Karakteristik Responden ........................................................................... 57
4.2. Hasil Penelitian......................................................................................... 60
4.2.1 Analisis Univariat ..................................................................................... 60
4.2.2 Analisis Bivariat......................................................................................... 66
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 73
5.1
Pembahasan................................................................................................ 73
5.2
Keterbatasan Penelitian............................................................................. 83
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 85
6.1
Simpulan................................................................................................... 85
6.2
Saran......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 87
LAMPIRAN....................................................................................................... 93
xi
68
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Keaslian Penelitian .................................................................................
8
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ............................
40
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .........................
57
4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden ..........................
58
4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden
.....................................
59
4.4 Distribusi Frekuensi Higiene Penjamah Makanan .................................
60
4.5 Distribusi Frekuensi Sanitasi Alat ..........................................................
61
4.6 Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat .....................................................
62
4.7 Distribusi Frekuensi Sanitasi Air ............................................................
63
4.8 Distribusi Frekuensi Sanitasi Bahan .......................................................
64
4.9 Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Jus Buah
65
4.10 Tabulasi Silang antara Higiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan
Bakteri Escherichia coli ......................................................................
67
4.11 Tabulasi Silang antara Sanitasi Alat dengan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli .......................................................................................................
68
4.12 Tabulasi Silang antara Sanitasi Tempat dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli ...................................................................................
69
4.13 Tabulasi Silang antara Sanitasi Air dengan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli .......................................................................................................
70
4.14 Tabulasi Silang Sanitasi Bahan dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli
..............................................................................................................
71
xii
69
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Teori .......................................................................................
36
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................
37
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................
58
4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden…………. .........................................
59
4.3 Distribusi Frekuensi Higiene Penjamah Makanan .........................................
61
4.4 Distribusi Frekuensi Sanitasi Alat ..........................................................
62
4.5 Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat .....................................................
63
4.6 Distribusi Frekuensi Sanitasi Air ............................................................
64
4.7 Distribusi Frekuensi Sanitasi Bahan .......................................................
65
4.7 Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Jus Buah 66
xiii
70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Tugas Pembimbing ...........................................................................
94
2. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Kesbanglinmas Kota
Semarang ....................................................................................................
95
3. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
Semarang ....................................................................................................
96
4. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Puskesmas Sekaran
Gunungpati Kota Semarang .......................................................................
97
5. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Kelurahan Sekaran
Gunungpati Kota Semarang .......................................................................
98
6. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kepala Laboratorium Biologi
FMIPA UNNES .........................................................................................
99
7. Surat Ijin Rekomendasi dari Kesbanglinmas Kota Semarang ...................
100
8. Surat Ijin Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang .................
101
9. Surat Ijin Rekomendasi dari Kelurahan Sekaran Gunungpati Kota
Semarang ....................................................................................................
102
10. Lembar Kuesioner Penjaringan .................................................................. 103
11. Lembar Kuesioner Penelitian ..................................................................... 109
12. Lembar Check List Penelitian .................................................................... 112
13. Data Mentah Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................... 114
14. Data Mentah Hasil Penelitian..................................................................... 117
15. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................
123
16. Hasil Analisis Univariat .............................................................................
127
xiv
71
17. Hasil Analisis Bivariat ...............................................................................
129
18. Daftar Responden .......................................................................................
134
19. Data Hasil Laboratorium Keberadaan Escherichia coli.............................
135
20. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kelurahan Sekaran
Gunungpati Kota Semarang......................................................................
136
21. Surat Keterangan Telah Melakukan Studi Pendahuluan dari Laboratorium
Biologi FMIPA UNNES ...........................................................................
137
22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Laboratorium Biologi
FMIPA UNNES ........................................................................................
139
23. Surat Tugas Panitia Ujian Sarjana ............................................................
141
24. Dokumentasi Penelitian ............................................................................
142
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting.
Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang
akan dikonsumsi semakin besar (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 1). Bahan
pangan jarang sekali dijumpai dalam keadaan steril, sekalipun ada beberapa bahan
pangan yang dapat membatasi pertumbuhan beberapa jenis mikroorganisme.
Hampir semua bahan pangan dicemari oleh berbagai mikroorganisme terutama
dari lingkungan sekitarnya seperti udara, air, tanah, debu, kotoran, ataupun bahan
organik yang telah busuk (I Wayan Suardana, 2009: 1).
Juli Soemirat (2002: 171), mengatakan bahwa makanan tidak hanya
berperan sebagai sumber energi utama manusia, tetapi juga sebagai salah satu
sumber penyakit. Sumber penyakit yang bersumber dari makanan biasanya
disebabkan karena adanya mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi
makanan.
Penyakit yang timbul bila seseorang mengkonsumsi makanan atau
minuman dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: terdapat agen
penyebab penyakit pada saat pengolahan makanan, yang ditularkan melalui bahan
makanan, pekerja, atau hewan; kontaminasi silang melalui tangan, permukaan
peralatan memasak, atau pakaian; adanya makanan yang berperan sebagai media
perantara; penyimpanan makanan pada suhu ruangan selama lebih dari 2 jam dan
adanya subyek (manusia) yang rentan (I Wayan Suardana, 2009: 217).
1
2
Beberapa penelitian yang mendukung adanya kontaminasi organisme pada
makanan diantaranya penelitian tentang kandungan bakteri Total coli dan
Escherichia coli pada depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
oleh Athena dkk (2003), dari keseluruhan sampel yang diambil menunjukkan
31,6% tidak memenuhi syarat Total coli dan 28,9% tidak memenuhi syarat Fecal
coli.
Penelitian Badar Kirwono (2003) tentang makanan hasil olahan di katering
embarkasi haji Donohudan Boyolali menunjukkan bahwa dari 30 sampel yang
diuji di Balai Laboratorium Kesehatan Semarang 3 sampel (10,00%) positif
mengandung Escherichia coli dan 2 sampel (6,66%) positif mengandung
Staphylococcus.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadamsih (2004) terhadap nasi
bungkus yang dijual di kelurahan Tembalang, Hasil uji laboratorium
menunjukkan rata-rata total bakteri 170,91 bakteri/gram, jumlah maksimal 572
bakteri/gram dan jumlah minimal 0 bakteri/gram. Sedangkan menurut Kepmenkes
RI no 907 tahun 2002 syarat kandungan bakteri adalah 0 bakteri/ gram.
Penelitian yang dilakukan oleh Edisa Putra Ginting (2005) pada daging
burger yang dijual di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara Medan
menunjukan terdapat 20% bakteri E. coli dari keseluruhan sampel yang diteliti (10
sampel).
Penelitian Efvi Ulina Sirait (2009) tentang higiene sanitasi pengolahan dan
pemeriksaan Escherichia coli dalam susu kedelai pada usaha kecil di kota Medan
tahun 2009, menunjukkan bahwa semua pembuat minuman belum menerapkan
3
seluruh prinsip higiene sanitasi sehingga pengolahan susu kedelai belum
memenuhi syarat kesehatan. Dari 10 sampel susu kedelai yang diperiksa 4
diantaranya mengandung Escherichia coli dan sisanya (6 sampel) tidak terdapat
Escherichia coli.
Ika Purnamasari A. (2009), melakukan penelitian kandungan bakteri
Escherichia coli pada es krim yang dijajakan di Kecamatan Medan Petisah,
ditemukan dari 8 sampel es krim 3 diantaranya positif mengandung Escherichia
coli dan dari 8 sampel es krim dari penjual yang sama setelah 7 jam dijajakan
100% mengandung Escherichia coli.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sepashilia terhadap 20 sampel
penjual sup buah di wilayah kampus Universitas Diponegoro Pleburan dan
Tembalang pada tahun 2007 menunjukkan bahwa higiene penjamah makanan,
sanitasi peralatan, kualitas air cucian dan kualitas es batu pada sup buah kurang
baik dengan prosentase masing-masing 55%, 65%, 30% dan 45%. Kandungan
bakteri E. coli pada sup buah, es batu dan air cucian masing-masing memiliki
prosentase 40%, 25% dan 15%. Sedangkan kandungan bakteri A. faecalis pada
sup buah, es batu dan air cucian masing-masing memiliki prosentase 20%, 30%
dan 15% (Sephasilia, 2007).
Sedangkan hasil penelitian Siti Mukhlisoh tahun 2009 pada jus buah yang
dijual di wilayah kelurahan Tembalang menunjukkan bahwa dari 20 sampel
minuman jus buah yang diambil dan diuji di laboratorium 100% positif
mengandung bakteri E. coli. Higiene penjamah, sanitasi air serta tingkat
pengetahuan responden mengenai higiene dan sanitasi belum memenuhi syarat,
4
sedangkan sanitasi alat dan tempat sudah memenuhi syarat (Siti Mukhlisoh,
2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tanggal
21-28 Desember 2010, di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati Semarang
yaitu wilayah Sekaran dan Banaran mengenai keberadaan bakteri Escherichia coli
pada jus buah dan gambaran higiene dan sanitasi makanan pada warung jus buah,
didapatkan hasil bahwa dari 5 sampel yang diuji di laboratorium mikrobiologi
FMIPA UNNES semua sampel atau 100 % mengandung bakteri Escherichia coli.
Gambaran higiene dan sanitasi makanan diantaranya, Sanitasi alat di 5
kios tersebut sangat kurang hal tersebut dapat dilihat dari penjual hanya mencuci
alat-alat yang akan digunakan (blender, pisau, talenan) dua kali yaitu sebelum
membuka kios dan setelah kios ditutup. Selama proses penjualan, alat-alat
tersebut (pisau, talenan) tidak dicuci, sedangkan untuk blender hanya dilakukan
pembilasan dengan menggunakan air tanpa menggunakan sabun. Sanitasi air juga
sangat kurang, sebanyak 2 kios menggunakan air mentah dalam pembuatan es
batu, 2 kios menggunakan air isi ulang dan 1 kios menggunakan air matang.
Dalam hal penggunaan air untuk membuat jus, 5 kios menggunakan air kemasan
isi ulang dalam membuat jus buah, untuk air cucian buah juga hanya ada 3 kios
yang air cuciannya diganti satu sampai dua kali selama proses penjualan
sedangkan 2 kios lainnya mencuci buah dengan air yang selalu diganti.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Higiene Penjamah dan Sanitasi
Makanan dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli (Studi pada Warung
5
Jus Buah di Sekitar Kampus UNNES Sekaran Gunungpati Semarang Tahun
2011)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang dapat diambil
adalah:
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Adakah hubungan antara higiene penjamah dan sanitasi makanan dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Adakah hubungan antara higiene penjamah dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli?
2. Adakah hubungan antara sanitasi alat dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli?
3. Adakah hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli?
4. Adakah hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli?
5. Adakah hubungan antara sanitasi bahan dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli?
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis hubungan higiene penjamah dan sanitasi makanan
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis tentang hubungan antara higiene penjamah
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
2. Mengetahui dan menganalisis tentang hubungan antara sanitasi alat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli.
3. Mengetahui dan menganalisis tentang hubungan antara sanitasi air dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli.
4. Mengetahui dan menganalisis tentang hubungan antara sanitasi tempat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli.
5. Mengetahui dan menganalisis tentang hubungan antara sanitasi bahan dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat bagi Peneliti
1. Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penulisan karya ilmiah dan
melatih kemampuan untuk mengadakan penelitian di masyarakat.
7
2. Memperluas wawasan pengetahuan khususnya bidang kesehatan lingkungan
mengenai hubungan higiene penjamah dan sanitasi makanan dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah.
3. Dapat digunakan sebagai pembanding antara teori-teori yang diperoleh dari
bangku kuliah dengan kenyataan yang sebenarnya.
1.4.2
Manfaat bagi Masyarakat
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
masyarakat terkait dengan bagaimana memilih dan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bersih dan sehat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai
acuan dalam praktek higiene dan sanitasi yang baik dan benar khususnya
dalam pengelolaan makanan dan minuman.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding terkait dengan
masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang higiene penjamah dan sanitasi
makanan dengan masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan tentang higiene
penjamah makanan dan sanitasi makanan.
1.4.3
Manfaat bagi Lembaga Pendidikan
Menambah pustaka dan wawasan keilmuan mengenai kesehatan
lingkungan khususnya tentang higiene penjamah dan sanitasi makanan yang
sesuai dengan standar kesehatan.
8
1.4.4
Manfaat bagi Lembaga Terkait
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui higiene dan sanitasi yang
sesuai dengan standar kesehatan.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini
No.
(1)
1.
Judul
Penelitian/
Nama Peneliti
(2)
Hubungan
higiene penjamah
dan sanitasi
makanan dengan
keberadaan jenis
mikroorganisme
di seputar
kampus UNDIP
Semarang/
Sepashilia
Tahun
Penelitian
Desain
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
(3)
2007
(4)
Explanatory
research
dengan
pendekatan
cross
sectional
(5)
Variabel
terikat:
keberadaa
n jenis
mikroorga
nisme
Variabel
bebas:
higiene
penjamah
makanan,
sanitasi
peralatan,
kualitas es
batu dan
kualitas air
cucian
(6)
Dari keseluruhan
sampel yang diteliti
menunjukkan bahwa:
Higiene penjamah
makanan 55% tidak
baik, sanitasi makanan
65% tidak baik,
kualitas air cucian
30% tidak baik, dan
kualitas es batu 45%
tidak baik.
Kandungan E. coli
pada sup buah 40%, es
batu 25%, air cucian
15%. Kandungan A.
faecalis pada sup buah
20%, air cucian 15%,
dan pada es batu
sebesar 30%. Sebagian
besar higiene
penjamah, sanitasi
peralatan, kualitas air
cucian dan es batu
secara bakteriologis
belum baik karena
terdapat jenis
mikroorganisme E.
coli dan A. faecalis.
9
2.
Identifikasi
pencemaran
Escherichia coli
dan faktor-faktor
yang
mempengaruhiny
a pada jus buah
yang dijual di
wilayah
kelurahan
Tembalang/ Siti
Mukhlisoh
2009
Deskriptif
menggunak
an metode
survei
dengan
pendekatan
cross
sectional
Variabel
terikat:
pencemara
n
Escherichi
a coli
Variabel
bebas:
higiene
penjamah ,
sanitasi
alat,
sanitasi
air,
sanitasi
tempat dan
tingkat
pengetahu
an
responden
Dari hasil uji
laboratorium diperoleh
seluruh jus buah
positif mengandung
bakteri E. coli.
Higiene penjamah,
sanitasi air, serta
tingkat pengetahuan
responden mengenai
higiene dan sanitasi
belum memenuhi
syarat. Sanitasi alat
dan tempat sudah
memenuhi syarat.
Kualitas bakteriologis,
higiene dan sanitasi
pada jus buah yang di
jual di wilayah
kelurahan Tembalang
masih dalam kategori
rendah meskipun tidak
seluruh penjual jus
buah memiliki higiene
dan sanitasi yang
buruk.
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian tentang hubungan higiene penjamah makanan dan sanitasi makanan
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah belum pernah
dilakukan di wilayah kampus Unnes Sekaran Gunungpati Semarang.
2. Variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu adalah higiene penjamah
makanan, sanitasi makanan yang mencakup sanitasi alat, sanitasi air, sanitasi
tempat dan sanitasi bahan.
3. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Explanatory Research
menggunakan Metode Survei Analitik dengan Pendekatan Cross Sectional.
10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1
Ruang Lingkup Tempat
Skripsi ini disusun di UNNES Semarang dan penelitian akan dilakukan di
sekitar kampus yaitu wilayah kelurahan Sekaran (Sekaran dan Banaran).
1.6.2
Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 2011.
1.6.3
Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat, dengan
kajian bidang tentang kesehatan lingkungan, khususnya tentang hubungan antara
higiene penjamah dan sanitasi makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli pada jus buah.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Escherichia coli
2.1.1.1 Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam
usus besar manusia sebagai flora normal. Genus Escherichia terdiri dari 2 spesies
yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanii (Agus Syahrurachman dkk,
1994: 163).
Escherichia coli selain menyebabkan diare juga dapat menyebabkan
infeksi saluran kencing yang merupakan infeksi terbanyak (80%), gastroenteritis
dan meningitis pada bayi, peritonitis, infeksi luka, kolesistis, syok bakteremia
karena masuknya organisme ke dalam darah dari uretra, kateterisasi/ sistoskopi
dari daerah sepsis pada abdomen atau pelvis (J.M Gibson M.D, 1996: 24-25).
2.1.1.2 Klasifikasi Escherichia coli
Menurut Bergey’s Manual of Systemic Biology dalam Jawetz et al (2005:
58) klasifikasi E.coli adalah:
Kingdom
: Procaryotae
Divisi
: Gracilicutes
Kelas
: Scotobacteria
Bangsa (Ordo)
: Eubacteriales
11
12
Suku (Familia)
: Enterobacteriaceae
Marga (Genus)
: Escherichia
Jenis (Spesies)
: Escherichia coli
2.1.1.3 Morfologi
Kuman berbentuk batang pendek (kokobasil), negatif gram, ukuran 0,4-0,7
µm x 1,4 µm, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul.
2.1.1.4 Fisiologi
E. coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di
laboratorium mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman
enterik, sebagian besar strain E. coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa.
E. coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah
menunjukkan hemolisis tipe beta.
2.1.1.5 Jenis-jenis E. coli
1. VTEC /EHEC (verocytotoxin-producing Escherichia coli/ enterohaemoragic
E coli)
Strain VTEC (juga dikenal sebagai E. coli enterohemorogik) merupakan
penyebab penting diare di Eropa dan Amerika Utara, dan penyebab sindrom
hemolitik-uremik (HUS) akibat diare. VTEC O157 merupakan strain yang paling
sering terlibat, serotip lain kadang-kadang juga menjadi penyebab. Insidensi
paling tinggi pada anak-anak berusia <5 tahun, namun semua kasus rentan terkena
infeksi ini. Infeksi ini bersifat zoonotik, reservoir utama adalah usus lembu,
domba, dan hewan lainnya. Jumlah organisme yang diperlukan untuk
menimbulkan infeksi sangat rendah (<100 organisme) sehingga mudah ditularkan.
13
Penularannya melalui konsumsi makanan terkontaminasi, burger, produk susu dan
air, kontak dengan hewan, kolam renang dan sari buah. Masa inkubasi 3-4 hari
(berkisar 2-14 hari).
Patogenesis aktivitas verositotoksin serupa dengan toksin Sigha dari S.
dysentriae tipe 1. Menyebabkan destruksi sel kolon dan merusak endotel kapiler
sehingga menyebabkan colitis hemoragik dan angiopati mikrovaskuler, terutama
mengenai glomerulus dan sistem saraf pusat (SSP) (Mandal dkk, 2004:146-148).
2. EPEC (enteropathogenic E. coli)
Merupakan penyebab utama diare infantile di negara berkembang, sering
terjadi wabah pada tempat perawatan anak. Penularan melalui fekal-oral,
seringkali melalui makanan bayi yang terkontaminasi.
EPEC
tidak
dianggap
invasif
tetapi
melekat
(faktor
virulensi),
menyebabkan lesi melalui pengikisan permukaan (Louise B Hawley, 2003: 73).
Patogenesis organisme melekat pada sel mukosa usus halus yang menyebabkan
disolusi mikrovili (Mandal dkk, 2004: 146-148).
3. ETEC (enterotoxigenic E. coli)
Merupakan penyebab umum diare infantile di negara berkembang dan
penyebab penting traveller’s diarrhea pada turis yang berkunjung ke daerah ini.
Penularan
melalui
fekal-oral,
seringkali
melalui
makanan
bayi
yang
terkontaminasi. Makanan dan air terkontaminasi atau tangan terkontaminasi
(wabah di ruang perawatan akibat ETEC). (Mandal dkk, 2004: 146-148). Di
negara-negara berkembang, ETEC ditularkan melalui pemakaian feses manusia
14
sebagai pupuk tanaman dan umumnya pada sanitasi yang buruk
(Louise B
Hawley, 2003: 73).
Patogenesis jenis ini adalah diare disebabkan oleh aksi dua toksin: toksin
yang tidak tahan panas (heat-labile toxin, LT) menstimulasi adenilat siklase dan
menyebabkan peningkatan adenosine monofosfat siklik dalam sel, toksin tahan
panas (heat stable toxin, ST) menstimulasi guanilat siklase dan menyebabkan
peningkatan guanosin monofosfat. Selanjutnya terjadi peningkatan sekresi usus
(Mandal dkk, 2004: 146-148).
4. EAggEC (enteroaggregatif E. coli)
Merupakan penyebab penting diare persisten pada anak-anak di negara
berkembang. Patogenesis tidak jelas. Manifestasi klinis yaitu diare cair dengan
onset akut, umumnya menetap selama 14 hari (Mandal dkk, 2004: 146-148).
5. EIEC (enteroinvansive E. coli)
Merupakan penyebab yang tidak umum dari penyakit menyerupai disentri
di negara berkembang, serupa dengan yang ditimbulkan shigellosis (demam,
diare, muntah, kram abdomen, dan tenesmus) (Louise B Hawley, 2003:73).
Penularan melalui makanan dan air terkontaminasi. Pathogenesis
menginvasi mukosa ileum dan kolon sehingga menyebabkan inflamasi dan
penyakit menyerupai disentri (Mandal dkk, 2004:146-148).
2.1.2 Makanan
Secara umum makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan
bergizi (mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin dan mineral) (Mukono,
2004: 134). Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang diperlukan
15
setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat
bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola
makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi
makanan. Prinsip-prinsip sanitasi makanan adalah teori praktis tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku manusia dalam mentaati azas kesehatan (health),
azas kebersihan (cleanliness) dan azas keamanan (security) dalam menangani
makanan (Depkes RI, 2000:1).
Penyehatan makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor tempat,
peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
gangguan kesehatan atau keracunan makanan (Depkes RI, 2000:2).
Empat aspek penyehatan makanan adalah aspek pokok dari penyehatan
makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan, yaitu:
1. Kontaminasi
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam
makanan yang tidak dikehendaki. Diantaranya yaitu pencemaran mikroba (seperti
bakteri, jamur, cendawan), pencemaran fisik (seperti rambut, debu, tanah dan
kotoran lainnya), pencemaran kimia (seperti pupuk, pestisida, merkuri, kadmium,
arsen, HCN dan sebagainya), pencemaran radioaktif (seperti radiasi, sinar alfa,
sinar gamma, radio aktif, kosmis dan sebagainya).
Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam dua cara:
a) Pencemaran langsung yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke
dalam makanan secara langsung baik disengaja maupun tidak.
16
b) Pencemaran silang (cross contamination) yaitu pencemaran yang
terjadi secara tidak langsung sebagai akibat ketidaktahuan dalam
pengelolaan makanan (Depkes RI, 2000: 3).
2. Keracunan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan. Keracunan dapat
terjadi karena bahan makanan alami, infeksi mikroba, racun/ toksin, kimia, dan
alergi (Depkes RI, 2000: 3-4).
3. Pembusukan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan
baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi
keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan
alam (maturasi), pencemaran (kontaminasi), atau sebab lain. Pembusukan dapat
terjadi karena: fisika, enzim, dan mikroba (Depkes RI, 2000: 5).
4. Pemalsuan
Pemalsuan adalah upaya menurunkan mutu makanan dengan cara
menambah, mengurangi atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang akibatnya akan
berdampak buruk kepada konsumen.
Contoh pemalsuan yang banyak terjadi
seperti zat warna, bahan pemanis, bahan pengawet atau pengental, bahan
pengganti, merk/ label (Depkes RI, 2000: 5-6).
17
2.1.3 Higiene dan Sanitasi Makanan
2.1.3.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene dan sanitasi makanan merupakan bagian penting dalam proses
pengolahan makanan yang harus dilaksanakan dengan baik (Siti Fathonah,
2005:1). Menurut Kepmenkes RI no 942 tahun 2003 tentang pedoman persyaratan
higiene sanitasi makanan jajanan, higiene sanitasi adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi
kebersihan tangan, mencuci piring melindungi kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan (Depkes RI, 2000: 1).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air bersih untuk
mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk menjaga agar sampah tidak
dibuang sembarangan (Depkes RI, 2000: 1).
Berkaitan dengan proses pengolahan makanan, sanitasi adalah penciptaan
atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi
makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan. Atau dengan
kata lain sanitasi adalah usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang
terdapat dalam bahan makanan sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan
manusia dapat terpelihara dengan sempurna (Siti Fathonah, 2005: 1).
18
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene dan sanitasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
karena memiliki keterkaitan yang erat antara keduanya (Depkes RI, 2000: 2).
Misalnya higiene sudah baik sebagai contoh mencuci tangan, tetapi sanitasinya
tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan
menjadi tidak sempurna. Higienenya sudah baik ingin membuang sampah, tetapi
sanitasinya tidak tersedia tempat sampah akibatnya sampah dibuang sembarangan
saja.
Beberapa pinsip dari higiene dan sanitasi makanan berdasarkan standar
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000) diantaranya adalah:
1. Pemilihan makanan
Bahan makanan dibagi dalam tiga golongan besar yaitu:
a) Bahan makanan mentah (segar), yaitu makanan yang perlu pengolahan
sebelum dihidangkan. Contoh: daging, beras, ubi, kentang, sayuran,
buah-buahan dan sebagainya.
b) Makanan terolah (pabrikan), yaitu makanan yang dapat langsung
dimakan tetapi digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih
lanjut. Contoh: tahu, tempe, kecap dan sebagainya.
c) Makanan siap santap, yaitu makanan yang langsung dimakan tanpa
pengolahan seperti nasi rames, mie bakso, ayam dan sebagainya.
2. Penyimpanan bahan makanan
Ada empat prinsip penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya,
yaitu:
19
a) Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10o-15o C
untuk jenis minuman, buah dan sayuran.
b) Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4o-10o C
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah
kembali.
c) Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0o-4o C
untuk bahan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24
jam.
d) Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan <0o C untuk
bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu >24
jam.
3. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap.
4. Penyimpanan makanan
5. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam
mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran makanan selama dalam
pengangkutan dapat berupa fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya
adalah membuang atau setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan
pencemaran.
6. Penyajian makanan
20
2.1.3.3 Manfaat Higiene dan Sanitasi Makanan
Beberapa manfaat yang bisa diambil dari penerapan higiene dan sanitasi
makanan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi
2. Mencegah penyakit menular
3. Mencegah kecelakaan akibat kerja
4. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap
5. Menghindari pencemaran
6. Mengurangi jumlah (prosentase) sakit
7. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman (Siti Fathonah, 2005: 2).
2.1.3.4 Higiene Perorangan/ Penjamah
Menurut Kepmenkes RI no 942 tahun 2003 tentang pedoman persyaratan
higiene sanitasi makanan jajanan, penjamah makanan adalah orang yang secara
langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya
sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai
dengan penyajian.
Higiene perorangan yang terlibat dalam pengolahan makanan perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan pangan, disamping untuk mencegah
terjadinya penyebaran penyakit melalui makanan (Hiasinta A. Purnawijayanti,
2006: 41). Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Pencucian tangan
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan
virus patogen dari tubuh, feses, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu
21
pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang
terlibat dalam penanganan makanan. Meskipun tampaknya merupakan kegiatan
ringan dan sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah
kontaminasi pada makanan.
Langkah-langkah pencucian tangan yang memadai untuk menjamin
kebersihan adalah sebagai berikut:
a) membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
b) menggosok tangan secara menyeluruh selama sekurang-kurangnya 20
detik, pada bagian-bagian meliputi punggung tangan, telapak tangan,
sela-sela jari, dan bagian di bawah kuku
c) menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan bagian di
bawah kuku
d) pembilasan dengan air mengalir
e) pengeringan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau dengan alat
pengering
f) menggunakan alas kertas tissue untuk mematikan tombol atau kran air
dan membuka pintu ruangan (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 4243).
2. Kebersihan dan kesehatan diri
Ada beberapa kebiasaan yang perlu dikembangkan oleh para pengolah
makanan, untuk menjamin keamanan pangan yang diolahnya. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
22
a) Berpakaian dan berdandan
Pakaian pengolah dan penyaji makanan harus selalu bersih. Pakaian
sebaiknya tidak bermotif dan berwarna terang. Hal ini dilakukan agar pengotoran
pada pakaian mudah terlihat. Disarankan untuk mengganti dan mencuci pakaian
secara periodik, untuk mengurangi risiko kontaminasi.
Pekerja harus mandi setiap hari. Penggunaan make-up dan deodoran yang
berlebihan harus dihindari. Kuku pekerja harus selalu bersih, dipotong pendek,
dan sebaiknya tidak dicat. Perhiasan dan aksesoris sebaiknya dilepas. Kulit bagian
bawah perhiasan seringkali menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan
berkembangbiak mikroba.
Celemek (apron) yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak boleh
digunakan sebagai lap tangan (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 45-47).
b) Rambut
Rambut pekerja harus selalu dicuci secara periodik. Selama mengolah atau
menyajikan makanan harus dijaga agar rambut tidak terjatuh ke dalam makanan.
Pekerja yang berambut panjang harus mengikat rambutnya, dan disarankan
menggunakan topi atau jala rambut (hairnet). Setiap kali tangan menyentuh,
menggaruk, menyisir, atau mengikat rambut, harus segera dicuci sebelum
digunakan lagi untuk menangani makanan (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 47).
c) Kondisi sakit
Pekerja yang sedang sakit flu, demam, atau diare sebaiknya tidak
dilibatkan terlebih dahulu dalam proses pengolahan makanan, sampai gejalagejala penyakit tersebut hilang. Pekerja yang memiliki luka pada tubuhnya harus
23
menutup luka tersebut dengan pelindung yang kedap air, misalnya plester, sarung
tangan plastik atau karet, untuk menjamin tidak berpindahnya mikroba yang
terdapat pada luka ke dalam makanan (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 48).
Selain hal-hal tersebut, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
pekerja yang terlibat dalam pengolahan makanan, sebagai berikut:
a) Tidak merokok, makan, atau mengunyah selama melakukan aktivitas
penanganan makanan
b) Tidak meludah atau membuang ingus di dalam daerah pengolahan
c) Selalu menutup mulut dan hidung pada waktu batuk atau bersin,
sedapat mungkin batuk dan bersin tidak didekat makanan.
d) Tidak mencicipi atau menyentuh makanan dengan tangan atau jari
e) Sedapat mungkin tidak sering menyentuh bagian tubuh misalnya
mulut, hidung, telinga, atau menggaruk bagian-bagian tubuh pada
waktu menangani makanan
f) Seminimal mungkin menyentuh makanan yang siap disajikan dengan
menggunakan tangan. Pada waktu memegang gelas minum pun
dilarang untuk menyentuh bibir gelas.
g) Jangan
sekali-kali
duduk
di
atas
meja
kerja
(Hiasinta
A.
Purnawijayanti, 2006: 48).
2.1.3.5 Ruang Lingkup Sanitasi
1. Penyediaan Air Bersih/ Sanitasi Air
Air merupakan unsur yang paling penting untuk bisa melakukan proses
sanitasi dan higiene yang baik. Air penting di dalam sumber pangan karena tidak
24
hanya digunakan untuk keperluan pembersihan dan sanitasi, tetapi juga diperlukan
selama penanganan dan pengolahan produk.
Secara garis besar terdapat 3 kriteria utama mutu air yang harus
diperhatikan, yaitu (1) kriteria fisik, (2) kriteria
kimia, dan (3) kriteria
mikrobiologi (Purwiyatno Hariyadi dkk,2009:54).
Kriteria fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan
oleh:
a) Bahan padat keseluruhan, yang terapung maupun terlarut
b) Kekeruhan
c) Warna
d) Bau dan rasa
e) Temperatur
Kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam air berpengaruh
terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air
meliputi:
a) pH (Derajat Keasaman)
b) Kandungan bahan kimia organik
c) Kandungan bahan kimia anorganik
d) Kesadahan (hardness)
Kriteria biologi/ mikrobiologi diantaranya adalah:
a) Tidak mengandung organisme patogen
Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa
mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan
25
bakteri (Salmonella typhi, Shighella dysentria, Salmonella paratyphi,
dan Leptospira), protozoa (Entoniseba histolyca dan Amebic dysentry),
virus (Infectus hepatitis).
b) Tidak mengandung mikroorganisme nonpatogen
Mikroorganisme nonpatogen merupakan jenis mikroorganisme yang
tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan
bau dan rasa yang tidak enak, lendir dan kerak pada pipa. Beberapa
mikroorganisme nonpatogen yang ada di dalam air yaitu, beberapa
jenis bakteri (Actinomycetes, bakteri coli, Fecal streptococci, bakteri
besi), sejenis ganggang dan algae, cacing yang hidup bebas di dalam
air (Totok Sutrisno dkk, 2006).
2. Pembuangan sampah
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang.
Sampah dapat berasal dari rumah tangga, rumah sakit, hotel, restoran dan industri.
Sampah perlu dikelola karena sampah dapat menimbulkan penyakit, terutama
yang ditularkan melalui tikus, lalat dan nyamuk, tidak sedap dipandang mata,
menyebabkan polusi udara (bau tidak enak). Sampah dapat dibedakan menjadi 6
jenis, yaitu:
a) Garbage, sisa pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk,
seperti kotoran dari dapur RT, restoran, hotel.
b) Rubbish, bahan atau sisa pengelolaan yang tidak mudah membusuk,
kayu, kertas, kaleng, kaca, plastik.
c) Ashes, segala jenis abu, hasil pembakaran kayu, batu bara.
26
d) Dead animal, segala jenis bangkai terutama binatang besar seperti
kuda, sapi,kucing, tikus.
e) Street sweeping, segala jenis kotoran yang berserakan di jalan.
f) Industrial waste, benda-benda padat sisa hasil industri, misal sisa
kaleng yang tidak dapat digunakan (Siti Fathonah, 2005: 35).
3. Pembuangan air limbah/ air kotor
Air limbah atau air kotor atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan
mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia dan
atau hewan. Lebih kurang 80 % dari air yang digunakan untuk aktivitas manusia
akan dibuang lagi dalam bentuk air limbah. Limbah dari pengolahan makanan
umumnya memiliki ciri-ciri: kandungan bahan organiknya tinggi, kandungan
organisme terutama bakteri tinggi serta BOD dan COD tinggi (Siti Fathonah,
2005:44).
4. Sanitasi Peralatan
Pemilihan jenis pembersih, sanitaiser, dan aplikasi sistem yang tepat
bergantung pada jenis cemaran yang berbahaya, jenis kotoran, dan jenis sarana
pengolahan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembersihan dan
sanitasi peralatan adalah sebagai berikut:
a) Semua peralatan yang digunakan untuk penanganan dan pengolahan
produk pangan harus selalu diperhatikan kebersihannya. Selain harus
selalu pada keadaan bersih, peralatan tersebut juga harus bebas karat,
jamur, minyak atau oli, cat yang terkelupas, dan kotoran-kotoran atau
sisa-sisa pengolahan sebelumnya.
27
b) Setiap saat setelah digunakan (biasanya pada sore hari, setelah
pekerjaan selesai) semua peralatan pengolahan harus segera dicuci
sampai bersih.
c) Untuk peralatan kecil (misalnya sendok, garpu, dan pengaduk) yang
susah dibersihkan, hendaknya direndam dalam larutan detergen panas
beberapa waktu setelah sebelumnya dibersihkan dengan larutan
menggunakan larutan sanitaiser.
d) Ketel, wadah, alat pencampur (blender ataupun mixer) dan peralatan
lain yang mempunyai mulut lebar dan terbuka harus dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi (terutama berupa jatuhan dari atas) selama
digunakan untuk pengolahan.
e) Air yang digunakan dalam proses pengolahan bahan dan pencucian
peralatan hendaknya air yang bersih.
f) Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan untuk mengolah produk
pangan harus secara rutin dibersihkan. Jangan sampai menjadi sumber
kontaminasi (terutama tercampurnya minyak oli, ataupun debu dengan
produk pangan) (Purwiyatno Hariyadi,dkk.2009: 68-70).
2.1.4
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktek Higiene dan
Sanitasi Makanan
2.1.4.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
28
raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 143-144).
Dalam “Dictionary of Education” menyebutkan bahwa pendidikan
merupakan suatu faktor yang melatarbelakangi pengetahuan dan selanjutnya
pengetahuan mempengaruhi perilaku (Massudi Suwandi, 2003: 30). Pendidikan
bagi penjamah makanan dan konsumen mengenai cara-cara penanganan makanan
yang higienis merupakan unsur yang sangat menentukan didalam mencegah
penyakit bawaan makanan. Setiap kontaminasi, baik yang terjadi di awal maupun
akibat penanganan selama penyiapannya, bila tidak dikendalikan pada tahap ini
akan memberikan dampak negatif secara langsung bagi kesehatan konsumennya.
2.1.4.2 Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:
146-147).
2.1.5
Penyakit Akibat Makanan
Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan dapat digolongkan menjadi 2,
yaitu infeksi dan peracunan. Infeksi terjadi apabila setelah mengkonsumsi
29
makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme patogen hidup,
kemudian timbul gejala-gelaja penyakit. Adapun peracunan makanan terjadi
apabila di dalam makanan terdapat racun, baik racun kimiawi maupun intoksikasi
(Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 75).
2.1.5.1 Infeksi dari Makanan
Infeksi dari makanan akan timbul apabila mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi mikroorganisme patogen yang hidup. Mikroorganisme hidup
tersebut kemudian akan berkembang di dalam tubuh dan menimbulkan gejalagejala penyakit.
Mikroorganisme yang paling banyak menimbulkan infeksi makanan
adalah dari kelompok bakteri. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Salmonella sp
Genus Salmonella meliputi lebih dari 1600 spesies. Salmonella sp
merupakan bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora, dapat hidup pada
lingkungan aerob, maupun pada kondisi kurang oksigen, serta tumbuh baik pada
suhu kamar, dengan suhu optimumnya 37o C.
Sumber kontaminasi Salmonella adalah manusia dan hewan, yaitu dari
saluran pencernaannya. Ada 2 jenis penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
Salmonella, yaitu salmonellosis dan demam enterik. Salmonellosis disebabkan
oleh Salmonella choleraesuis dan Salmonella enteriditis, sedangkan demam
enterik atau deman thypoid disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella
parathypi. Waktu inkubasi Salmonellosis adalah antara 5-72 jam, biasanya 12-48
30
jam, dengan gejala-gejala sakit perut, diare, demam, muntah, dehidrasi, sakit
kepala dan lemas.
2. Shigella sp
Bakteri Shigella sp bertanggung jawab terhadap timbulnya penyakit
shigellosis, atau lebih dikenal dengan disentri basiler. Adapun gejala penyakit
tersebut antara lain sakit perut, diare, demam sampai suhu tubuh mencapai 40o C,
sakit kepala, terdapat darah dalam feses, pening, dehidrasi, dan lemah. Waktu
inkubasi berkisar antara 1-7 hari, biasanya kurang dari 4 hari.
Kontaminasi Shigella sp pada makanan biasanya berasal dari feses orang
yang terinfeksi, baik secara langsung maupun dengan perantaraan air.
3. Vibrio parahaemolyticus
Bakteri Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri yang tahan pada
lingkungan yang mengandung garam sampai kadar 7%. Bakteri ini juga suka pada
lingkungan yang kurang oksigennya. Banyak ditemukan pada hasil perairan laut
dan pada air laut.
Infeksi Vibrio parahaemolyticus ditandai dengan sakit atau kram perut,
diare (kotoran berair, mengandung darah), mual dan muntah, demam ringan,
dingin, sakit kepala, dan lemah. Waktu inkubasi berkisar antara 2-48 jam,
biasanya pada 10-20 jam. Penderita akan sembuh setelah 2-5 hari.
4. Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli normal terdapat dalam feses, baik hewan dan
manusia. Beberapa galur atau strain dari bakteri ini tidak berbahaya, meskipun
demikian banyak pula yang dapat menyebabkan penyakit. Escherichia coli yang
31
dapat menyebabkan diare pada manusia dikelompokkan dalam enteropatogenik
Escherichia coli (EEC).
EEC Golongan pertama dapat memproduksi racun pada usus kecil dan
menimbulkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi 8-24 jam (rata-rata 11 jam),
dengan
gejala
diare,
muntah-muntah
dan
dehidrasi.
Golongan
kedua
menyebabkan penyakit colitis seperti disentri, dengan gejala demam, dingin, sakit
kepala, kejang perut dan diare. Waktu inkubasi berkisar antara 8-44 jam (rata-rata
26 jam).
5. Clostridium perfringens
Bakteri ini terdapat pada tanah, debu, hewan, maupun feses manusia.
Penyakit yang ditimbulkan oleh Clostridium perfringens adalah gastroenteritis
(gangguan saluran pencernaan), dengan gejala kejang perut akut, diare,
terbentuknya gas, dan kadang-kadang disertai dehidrasi dan lemah. Waktu
inkubasi antara 6-24 jam (rata-rata 8-12 jam). Gejala penyakit akan hilang setelah
1 hari.
6. Virus
Beberapa jenis virus, seperti virus penyebab hepatitis dan poliomyelitis
dapat ditularkan melalu makanan. Virus hepatitis dijumpai dalam darah, air seni,
dan feses manusia maupun hewan pembawa. Penyebaran virus hepatitis dapat
melalui kontak langsung, ataupun dengan perantaraan air, serangga, dan hewan
pengerat. Waktu inkubasi 10-50 hari (rata-rata 30 hari). Gejala demam, pusing,
sakit perut, dan cepat merasa lelah. Gejala berikutnya adalah sakit kuning dalam
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Virus penyebab poliomyelitis
32
waktu inkubasi 5-35 hari, dengan gejala demam, muntah, sakit kepala, nyeri otot,
dan kelumpuhan (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 76-81).
2.1.5.2 Peracunan Makanan
Peracunan makanan dapat disebabkan oleh racun dari mikroorganisme
yang mengkontaminasi makanan, racun alamiah yang terdapat dalam jaringan
hewan atau tanaman dan dari bahan kimia beracun yang terdapat dalam makanan.
1. Staphylococcus aureus
Bakteri ini ditemukan pada manusia, yang antara lain terdapat dalam ingus
dan dahak, tangan dan kulit, pada luka yang terinfeksi, serta pada bisul dan
jerawat, juga terdapat dalam feses dan rambut. Diperkirakan bakteri ini terdapat
pada 20% orang dengan kesehatan yang tampaknya baik.
Gejala keracunan toksin Staphylococcus aureus antara lain kejang perut,
mual, muntah, pusing, diare berdarah dan mengandung lendir, kejang otot,
berkeringat dingin, lemas, napas pendek dan suhu tubuh di bawah normal. Akan
hilang setelah 1 atau 2 hari, dan jarang menyebabkan kematian. Waktu inkubasi 18 jam, paling sering 2-4 jam.
2. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum bertanggung jawab pada timbulnya keracunan
makanan yang disebut ‘botulism’. Racun botulin yang dihasilkan sangat
berbahaya dan berakibat fatal bila terkonsumsi. Gambarannya adalah satu sendok
teh (sekitar 4 gram) racun botulin murni dapat menyebabkkan kematian bagi 400
ribu sampai 500 ribu orang.
33
Keracunan botulin berakibat fatal karena toksinnya dapat menyebabkan
kelumpuhan pada otot-otot tak sadar. Gejalanya mula-mula adalah gangguan
pencernaan akut, mual, muntah, diare, demam, pusing, mulut kering, fatig (lemah
fisik dan mental). Gejala lanjutan berupa pandangan berubah menjadi dua, sulit
menelan dan berbicara, kelumpuhan otot kemudian menyebar pada sistem
pernafasan dan jantung, serta kematian akibat kesulitan pernafasan. Waktu
inkubasi 2 jam sampai 14 hari, paling umum 12-36 jam. Bakteri ini ditemukan
dalam tanah, air yang terkontaminasi, debu, buah-buahan, sayuran, madu, pakan
dan juga dalam limbah.
3. Bacillus cereus
Beberapa galur atau strain dari bakteri ini mampu menghasilkan toksin
dalam makanan. Toksin tersebut menimbulkan keracunan dengan gejala pusing,
sakit perut, muntah dan diare. Waktu inkubasi pendek antara 15 menit sampai 16
jam (rata-rata 1-5 jam) setelah mengkonsumsi makanan terkontaminasi. Gejala
hilang dalam waktu satu hari atau kurang, dan jarang berakibat fatal. Banyak
terdapat dalam tanah, debu, biji-bijian dan sayuran.
4. Pseudomonas cocovenenans
Bakteri Pseudomonas cocovenenans sering mengkontaminasi proses
fermentasi tempe bongkrek. Bakteri ini dapat menghasilkan 2 jenis racun yang
mematikan manusia, yaitu toksoflavin dan asam bongkrek. Konsumsi toksin pada
dosis tinggi dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 4 hari.
34
5. Racun dalam jamur
Beberapa jenis jamur atau kapang yang mengkontaminasi bahan makanan
berpotensi memproduksi racun yang disebut mikotoksin.
Penyebab intoksikasi lainnya adalah terkonsumsinya jaringan tanaman
maupun hewan yang secara alamiah mengandung racun, diantaranya adalah:
a) Jamur (mushroom) liar dari genus Amanita
b) Racun glikosida alkaloid steroidal yang terdapat dalam beberapa jenis
kentang dan tomat
c) Racun glikosida sianogenik ada dalam berbagai bahan makanan seperti
ketela pohon varietas tertentu, rebung, gadung, dan sorghum
d) Racun hemaglutinin yang terdapat dalam kacang-kacangan, seperti
kacang kedele dan kacang merah
e) Racun Myristicin yang terdapat dalam biji pala
f) Asam jengkolat yang terdapat dalam jengkol
g) Keracunan histamin dari ikan scombroid, seperti tuna, mackerel dan
tongkol (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006: 81-88).
2.1.6
Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan
Pengendalian dan pengurangan jumlah organisme yang ada dalam
makanan dapat dilakukan dengan melakukan praktek kesehatan yang baik pada
saat menyiapkan, menangani dan mengolah makanan.
Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal:
1. Mengolah makanan atau makan dengan tangan kotor
2. Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan
35
3. Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan lainlainnya
4. Dapur, alat masak dan makanan yang kotor
5. Makanan yang sudah jatuh ke tanah masih dimakan
6. Makanan yang disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat
menjangkaunya
7. Makanan mentah dan matang disimpan bersama-sama
8. Makanan dicuci dengan air kotor
9. Makanan terkontaminsi kotoran akibat hewan yang berkeliaran disekitarnya
10. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang terkontaminasi
11. Memakan sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang
terkontaminasi
12. Pengolah makanan yang sakit atau carrier penyakit
13. Pasar yang kotor, banyak insekta, dan sebagainya
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pemilihan bahan baku yang sehat, tidak busuk, warna yang segar
2. Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus, atau jangan
sampai membusuk
3. Pengolahan makanan yang higienis serta prosesnya dapat mematikan
penyebab penyakit : peralatan masak harus bersih
4. Pengolah makanan bukan carrier penyakit, dan tidak sakit
5. Penyajian makanan tidak terkena lalat, debu, dan udara kotor, peralatan makan
yang higienis (terutama di tempat umum) (Juli Soemirat Slamet,2002: 177).
36
2.1 Kerangka Teori
Pengetahuan dan sikap penjamah
tentang higiene dan sanitasi makanan
1. Higiene Penjamah
Kebiasaan cuci tangan
dengan sabun, kebiasaan
cuci tangan setelah
BAB, kebiasaan
memotong kuku dan
Keberadaan Bakteri Escherichia
lain-lain.
coli pada Jus Buah
2. Sanitasi Alat
Mencuci alat (blender,
pisau, talenan dan lainlain), kebiasaan
mengganti serbet.
3.Gambar
Sanitasi
2.1tempat
Kerangka Teori
Kebiasaan
(Sumber:
Mukono 2004, Siti Mukhlisoh 2009, Depkes RI 2000, Siti Fathonah
membersihkan
tempat,
2005,
Hiasinta A.Purnawijayanti
2006, Purwiyatno Hariyadi dkk 2009, Totok
jarak tempat
sampah,
Sutrisno
dkk 2006,
Agus Syahrurachman dkk 1994, Mandal dkk 2004, Juli
banyaknya
lalat.
Soemirat
Slamet
2002)
4. Sanitasi Air
Sumber air, pergantian
air untuk mencuci
5. Sanitasi Bahan
Pemilihan kualitas buah,
sumber air, es batu.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus sehingga kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep (variabel-variabel) yang diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:
68). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas
Variabel Terikat
1. Higiene Penjamah
Keberadaan
2. Sanitasi Alat
bakteri
3.2 3. Sanitasi Air
4. Sanitasi Tempat
3.3
5. Santasi Bahan
Escherichia
coli pada jus
Variabel Pengganggu*
1. Pengetahuan penjamah tentang higiene dan sanitasi
makanan.
2. Sikap penjamah tentang higiene dan sanitasi makanan.
*Variabel pengganggu tidak dikendalikan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
37
38
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo
Notoatmodjo, 2002:72). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:67)
hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis yang dapat
diambil dalam penelitian ini adalah:
3.2.1
Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara higiene penjamah dan sanitasi makanan dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli.
3.2.2
Hipotesis Minor
1. Ada hubungan antara higiene penjamah dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli.
2. Ada hubungan antara sanitasi alat dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
3. Ada hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
4. Ada hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli.
5. Ada hubungan antara sanitasi bahan dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli.
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (Explanatory Research)
yaitu penelitian yang menjelaskan antara variabel-variabel melalui pengujian
39
hipotesa, dalam hal ini ingin menjelaskan hubungan antara higiene penjamah
makanan dan sanitasi makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross
sectional karena penelitian higiene penjamah makanan dan sanitasi makanan
(variabel bebas) dan keberadaan bakteri Escherichia coli (variabel terikat)
dilakukan pada waktu bersamaan (Bhisma Murti, 2003: 104).
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96). Variabel penelitian ini
terdiri dari variabel bebas (Independent variable), variabel terikat (dependent
variable) dan variabel pengganggu (confounding variable).
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah faktor-faktor yang menjadi pokok permasalahan
yang ingin diteliti. Variabel bebas atau independent variable yang diukur dalam
penelitian ini adalah higiene penjamah makanan, sanitasi alat, sanitasi air, sanitasi
tempat dan sanitasi bahan.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang besarnya
tergantung dari variabel bebas yang diberikan dan diukur untuk menentukan ada
tidaknya pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat atau dependent variable
dalam penelitian ini adalah keberadaan bakteri Escherichia coli.
40
3.4.3 Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu (confounding variable) adalah variabel yang
berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung, tetapi bukan
merupakan variabel antara (Sudigdo Sastroasmoro, 2002:222). Variabel
pengganggu dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap penjamah tentang
higiene dan sanitasi makanan.
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam penelitian terdiri dari 6 variabel yaitu
higiene penjamah, sanitasi alat, sanitasi air, sanitasi tempat, sanitasi bahan dan
keberadaan bakteri Escherichia coli. Penjelasan mengenai definisi operasional
tersebut dapat di lihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
(1)
1.
(2)
Higiene
penjamah
(3)
Upaya yang dilakukan
oleh penjamah (penjual
jus buah) untuk
menghindari dari halhal yang dapat
menyebabkan
kontaminan masuk ke
dalam jus buah, di
mulai pada saat
melakukan proses
pembuatan jus buah
sampai hasil akhir
diperoleh.
Syarat:
- mencuci tangan
sebelum dan
Cara
Pengukuran
(4)
Wawancara
menggunakan
kuesioner
Skala
Kategori
(5)
Ordinal
(6)
a. Memenuhi
syarat, jika
semua syarat
terpenuhi
b. Tidak memenuhi
syarat , jika salah
satu syarat tidak
terpenuhi
(Kepmenkes no.
942, 2003)
41
No
Variabel
Definisi Operasional
(1)
(2)
(3)
sesudah bekerja
mencuci tangan
dengan
menggunakan
sabun
- mengeringkan
tangan dengan lap
bersih setelah
mencuci tangan
- menggunakan
penutup mulut/
sapu tangan
apabila batuk/
bersin
- tidak mengobrol
saat bekerja
- kuku tangan dalam
keadaan pendek
dan bersih
- melepas perhiasan/
tidak memakai
perhiasan pada saat
bekerja
- memakai penutup
rambut/ topi pada
saat bekerja
- dalam keadaan
sehat dan tidak
menderita penyakit
yang dapat
ditularkan
- tidak mengolah
makanan ketika
sedang sakit
- tidak melakukan
kebiasaan
menggaruk
anggota badan dan
batuk-batuk dan
memencet jerawat
pada saat bekerja
(Kepmenkes no. 942,
-
Cara
Pengukuran
(4)
Skala
Kategori
(5)
(6)
42
No
Variabel
Definisi Operasional
(1)
(2)
(3)
Cara
Pengukuran
(4)
Skala
Kategori
(5)
(6)
2003)
2.
Sanitasi Alat
Kondisi kebersihan
alat-alat yang
digunakan pada
pembuatan jus buah
agar terlindung dari
hal-hal yang dapat
menyebabkan
kontaminan dapat
masuk ke dalam jus
buah.
Syarat:
- Alat-alat dicuci
dengan air bersih
sebelum digunakan
- Alat-alat dicuci
dengan sabun dan
atau sejenisnya
- Alat-alat
dikeringkan
dengan lap/ serbet
bersih
- Alat-alat disimpan
ditempat yang
bersih dan bebas
dari sumber
pencemaran
- Lap/ serbet selalu
dicuci dan diganti
setiap hari
(Kepmenkes no. 942,
2003)
Observasi atau
pengamatan
langsung
dengan
menggunakan
lembar check
list
Ordinal
a. Memenuhi
syarat, jika
semua syarat
terpenuhi
b. Tidak memenuhi
syarat , jika salah
satu syarat tidak
terpenuhi
(Kepmenkes no.
942, 2003)
3.
Sanitasi Air
Kondisi air yang
digunakan pada saat
pembuatan jus buah,
seperti air yang
digunakan dalam
pembuatan es batu dan
Wawancara
menggunakan
kuesioner
Ordinal
a. Memenuhi
syarat, jika
semua syarat
terpenuhi
b. Tidak memenuhi
syarat , jika salah
satu syarat tidak
43
No
Variabel
Definisi Operasional
(1)
(2)
(3)
air yang digunakan
untuk membuat jus
buah
Syarat:
- Cara mendapatkan
es batu
- Air bahan
pembuatan es batu
- Air yang
digunakan untuk
membuat jus
(Kepmenkes no. 942,
2003)
4.
Sanitasi
Tempat
Kebersihan tempat
disekitar lingkungan
penjualan yang
digunakan untuk
menjual jus buah.
Mulai dari kebersihan
tempat sekitar, juga
kebersihan tempat
meletakkan barangbarang yang
berhubungan dengan
proses pembuatan jus
buah.
Syarat:
- Tempat penjualan
jauh dari sumber
pencemaran
- Tersedia tempat
sampah dan
tertutup
- Tempat penjualan
tidak dekat dengan
TPS (tempat
pembuangan
sampah)
- Tidak ada lalat
Cara
Pengukuran
(4)
Skala
Kategori
(5)
(6)
terpenuhi
(Kepmenkes no.
942, 2003)
Observasi atau
pengamatan
langsung
dengan
menggunakan
lembar check
list
Ordinal
a. Memenuhi
syarat, jika
semua syarat
terpenuhi
b. Tidak memenuhi
syarat , jika salah
satu syarat tidak
terpenuhi
(Kepmenkes no.
942, 2003)
44
No
Variabel
Definisi Operasional
(1)
(2)
(3)
Cara
Pengukuran
(4)
Skala
Kategori
(5)
(6)
berterbangan sama
sekali ditempat
penjualan
- Buah disimpan
dalam tempat yang
tertutup/ beretalase
- Tempat pembuatan
jus dalam keadaan
bersih dari bahanbahan pencemar
makanan.
(Kepmenkes no. 942,
2003)
5.
Sanitasi
Bahan
Wawancara
Kondisi bahan yang
menggunakan
digunakan dalam
kuesioner
pembuatan jus buah
seperti kondisi buah,
apakah kebersihannya
terjamin.
Syarat:
- Buah dalam
keadaan segar dan
berkualitas baik
- Buah disimpan di
tempat tertutup
- Mencuci buah
sebelum di blender
- Sisa buah disimpan
di lemari
pendingin/ kulkas
- Jus buah terhindar
dari lalat, debu dan
lain-lain
(Kepmenkes no. 942,
2003)
Ordinal
a.
6.
Keberadaan
bakteri
Escherichia
coli
Adanya salah satu jenis
bakteri kontaminan
pada makanan yang
terdapat pada jus buah
Nominal
a. Ada bakteri
Escherichia coli
b. Tidak ada bakteri
Escherichia coli
Uji
Laboratorium
Metode MPN
dengan APM 3
Memenuhi
syarat, jika
semua syarat
terpenuhi
b. Tidak memenuhi
syarat , jika salah
satu syarat tidak
terpenuhi
(Kepmenkes no. 942,
2003)
45
No
Variabel
Definisi Operasional
(1)
(2)
(3)
yaitu E. coli
Cara
Pengukuran
(4)
Tabung
Skala
Kategori
(5)
(6)
(Kepmenkes RI No.
907/ Menkes/ SK/
VII/ 2002)
46
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2005:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua jus buah yang ada di sekitar kampus
UNNES Sekaran Gunungpati Semarang yaitu wilayah Sekaran dan Banaran
berjumlah 26.
3.6.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2005:56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi itu.
Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi
ketepatan (accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi, dapat menggunakan
formula sebagai berikut (Lameshow Stanley, 1997: 54):
n
=
Z21-α/2 P(1-P)N
d2 (N-1) + Z21-α/2 P(1-P)
1,962 . 0,5 . (1-0,5)26
n
=
n
=
0,12 (26-1) + 1,962 . 0,5 (1-0,5)
3,84 . 0,25 . 26
0,25 + 3,84 . 0,25
24,96
n
=
1,21
n
= 20,63 ≈ 21
47
Keterangan :
n
= Jumlah sampel minimal
N
= Jumlah populasi penelitian
Z21-α/2 = Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan confidence level 95%
d
= Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (d=0,1)
P
= Estimasi proporsi populasi (p=50%)
Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel minimal dapat diperoleh
sebesar 21 sampel. Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah penjual jus
buah yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah sampel yaitu 21 orang.
3.6.3
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling
dengan simple random sampling.
3.7 Sumber Data Penelitian
3.7.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung pada saat penelitian.
Didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang bisa dilakukan oleh peneliti
(Sugiarto,dkk, 2003: 16-17). Data berupa hasil survey pendahuluan tentang
kandungan bakteri Escherichia coli pada jus buah diketahui dengan menggunakan
kuesioner pendahuluan dan data uji laboratorium bakteri Escherichia coli pada
laboratorium mikrobiologi FMIPA UNNES.
48
3.7.2
Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder sering disebut metode penggunaan
bahan dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil
data sendiri tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan
oleh pihak-pihak lain (Sugiarto,dkk,2003: 19).
Data sekunder dimanfaatkan sebagai data pelengkap/ pendukung data
primer yang berhubungan dengan keperluan penelitian. Data sekunder yang
digunakan diambil dari arsip data Puskesmas Sekaran tentang data kejadian diare,
data higiene sanitasi, data uji mikrobiologi depot air minum isi ulang dan jurnaljurnal penelitian yang mendukung.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Suharsimi Arikunto, 2002:136).
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner, lembar check list
untuk mengetahui higiene penjamah makanan, santasi alat, sanitasi air, sanitasi
tempat dan sanitasi bahan serta alat untuk menguji bakteri Escherichia coli untuk
mengetahui keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah.
3.8.1 Syarat Instrumen yang Baik
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat terpenuhinya syarat
validitas dan reabilitas yang baik. Uji instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
49
3.8.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui instrumen yang valid atau sahih
kuesioner diuji validitasnya menggunakan uji product moment. Suatu instrumen
dikatakan valid apabila korelasi tiap butir memiliki nilai positif dan nilai r hitung>
r tabel (Soekidjo Notoatmojo, 2002:129).
rxy
=
N (∑ XY ) − (∑ X )(∑Y )
((N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 )(N ∑Y 2 − (∑Y ) 2 )
Keterangan :
rxy
: Koefisien korelasi antara item dengan total
ΣXY
: Jumlah perkalian nilai item dengan nilai total
ΣX
: Jumlah nilai masing-masing item
ΣY
: Jumlah nilai total
N
: Jumlah subyek
Item pertanyaan dinyatakan valid apabila rxy yang diperoleh dari hasil
pengujian setiap item soal lebih besar dari r table ( rxy > r tabel).
3.8.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo Notoatmojo, 2002:
133). Ini berarti menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
50
Untuk uji reliabilitas instrumen dilakukan setelah uji validitasnya. Uji
reliabilitas instrument untuk pertanyaan yang valid diuji dengan rumus Alpha
dengan bantuan komputer.
3.9 Teknik Pengambilan Data
Data
merupakan
faktor
yang
sangat
penting
dalam
setiap
penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengambilan data yang digunakan adalah :
3.9.1
Observasi
Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, antara lain melihat
dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:93). Observasi dilakukan
untuk mendapatkan data tentang variabel yang diteliti yaitu sanitasi alat dan
sanitasi tempat pada pedagang jus buah yang ada di sekitar kampus UNNES
Sekaran Gunungpati Semarang.
3.9.2
Wawancara
Wawancara ditujukan kepada para pedagang jus buah yang menjadi
sampel penelitian. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang identitas
responden, higiene penjamah makanan, sanitasi air dan sanitasi bahan.
Wawancara dilaksanakan satu kali terhadap sampel yang diteliti yaitu para
pedagang jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati semarang.
51
3.9.3
Uji Laboratorium
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan bakteri
Escherichia coli pada jus buah, apakah masih dalam ambang batas atau melebihi
ambang batas.
Pengujian sampel dilakukan oleh pegawai laboratorium yang menjadi
tempat sampel diuji. Menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Pengambilan Sampel
1) Waktu : pukul 10.00-17.00
2) Prosedur Pengambilan Sampel
(a) Botol steril tidak boleh dibuka sebelum akan dipergunakan untuk
pengambilan sampel
(b) Tutup pada botol dibuka, dijaga agar jari-jari tidak menyentuh
tutup botol bagian dalam atau mulut botol
(c) Botol diisi dengan jus buah ditutup kembali seperti semula
b) Pemeriksaan Sampel
1) Alat dan bahan
(a) Alat
(1) Tabung reaksi
(2) Botol steril/ gelas steril
(3) Pipet steril 1 ml dan 10 ml
(4) Tabung durham
(5) Tabung Smith
(6) Rak tabung reaksi
52
(7) Ose
(8) Petridish
(b) Bahan
(1) Jus buah
(2) Lactosa Broth cair (LB) ganda
(3) Brilliant Green Lactosa Bile Broth (BGLB)
(4) Lactosa Broth (LB) tunggal
(5) Nutrient Agar miring
(6) Endo Agar
(7) Eosin Methylen Blue
2) Cara Kerja
(a) Uji pendugaan
(1) Contoh jus diambil secara aseptik dengan botol tertutup atau
gelas steril. Masukkan botol dengan mulut dibawah sedalam 30
cm, balikkan kembali, kemudian diangkat dan tutup rapatrapat. Contoh jus secepat mungkin dianalisa atau bila tidak
segera
dianalisa
disimpan
dalam
temperature
6-100C
maksimum selama 6 jam.
(2) Siapkan 9 tabung lengkap dengan tabung fermentasi yang
berisi medium lactosa broth cair.
(3) Pada 3 tabung I masukkan masing-masing 1 ml jus contoh dan
gojoglah pelan-pelan.
53
(4) Pada 3 tabung II masukkan masing-masing 0,1 ml jus contoh
dan gojoglah.
(5) Pada 3 tabung III masukkan masing-masing 0,01 ml jus contoh
dan gojoglah.
(6) Inkubasikan dalam suhu 370C selama 48 jam.
(7) Amati adanya pembentukan gas, catat jumlah yang positif
masing-masing tabung yang diinokulasi dengan 1 ml, 0,1 ml
dan 0,01 ml jus.
(8) Tetapkan MPNnya dengan melihat pada daftar Hoskins.
(b) Uji penetapan
(1) Tuangkan medium Eosin methylen blue dan Endo agar yang
telah dicairkan masing-masing ke dalam petridish yang steril.
(2) Setelah padat dan dingin inokulasikan secara goresan dengan
mempergunakan biakan yang menunjukkan hasil positif pada
uji pendugaan.
(3) Pada medium Brilliant green lactosa bile broth, inokulasikan 1
ose biakan positif yang telah digojog.
(4) Sebagai pembanding inokulasikan biakan murni E. coli pada
ketiga jenis medium seperti diatas.
(5) Inkubasikan secara terbalik pada temperature 350C selama 24
jam.
54
(6) Amati bentuk koloni, warna koloni dan warna medium
disekitar koloni, bandingkan dengan medium yang diinokulasi
dengan biakan murni.
(c) Uji lengkap
(1) Inokulasi medium secara aseptis dengan biakan yang
menunjukkan hasil positif.
(2) Inkubasikan pada temperatur 350C selama 48 jam.
(3) Amati adanya fermentasi dan pembentukan gas pada medium
fermentasi.
(4) Dari biakan miring amati bentuk koloni, buat preparat dengan
pengecatan gram dan pengecatan spora.
(5) Buat kesimpulan dari hasil-hasil pengujian diatas.
(Siti Harnina Bintari dkk, 2010: 43-45).
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.10.1 Pengolahan Data
Data yang didapat dari lapangan dikumpulkan dan diperiksa dan diteliti
ulang tentang kelengkapannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.10.1.1 Editing
Merekap hasil nilai, melengkapi jawaban dan menghitung bobot skor tiap
responden kemudian dijumlahkan sehingga dapat di kategorikan menjadi dua
yaitu tidak memenuhi syarat kesehatan skor 0 dan memenuhi syarat kesehatan
skor 1. Urutan jawaban bertujuan memudahkan dalam memasukkan data.
55
3.10.1.2 Coding
Mengklasifikasikan data dan memberikan kode dari setiap data pada
masing-masing jawaban untuk memudahkan pengolahan data.
3.10.1.3 Entry
Entri data yaitu memasukkan data yang sudah diedit dan diberi kode ke
dalam komputer untuk diolah lebih lanjut.
3.10.1.4 Tabulating
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan, tidak semua data yang diperoleh
diolah, tetapi ada sebagian data yang dijadikan sebagai data pendukung dalam
penelitian.
3.10.2 Analisis Data
Analisis data ditentukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Selain itu, analisis data dapat digunakan untuk menguji
hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik:
3.10.2.1 Analisis satu variabel (univariate)
Análisis univariate adalah análisis yang dilakukan terhadap variabel dari
hasil penelitian. Dalam analisis ini dihasilkan distribusi dan prosentase dari tiap
variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188).
Analisis univariate dilakukan untuk mendeskripsikan variabel bebas yaitu:
higiene penjamah, sanitasi alat, sanitasi air, sanitasi tempat dan sanitasi bahan
dalam bentuk prosentase karena skala data yang digunakan berupa ordinal.
56
3.10.2.2 Analisis dua variabel (bivariate)
Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188).
Uji statistik untuk mengetahui hubungan antara higiene penjamah
makanan dan sanitasi makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli
dengan menggunakan uji chi-square. Uji chi-square adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih
kelas, merupakan data kategorik dan sampelnya besar (Sugiyono, 2005:104).
Syarat uji chi-square adalah tidak ada sel yang nilai observed (O) bernilai
nol dan sel yang nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel
(Sopiyudin Dahlan, 2006:104).
Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya
yaitu:
1. Alternatif uji chi-square untuk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher
2. Alternatif uji chi-square untuk tabel 2 x K adalah uji Kolmogorov-Smirnov
3. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji chi-square untuk tabel selain 2
x 2 dan 2 x K sehingga terbentuk suatu tabel B x K yang baru. Setelah
dilakukan penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel B x K
yang baru tersebut (Sopiyudin Dahlan, 2006:19).
Menurut Sugiyono (2005:216) taraf signifikansi yang digunakan adalah
95% dengan nilai kemaknaan 5%. Untuk mengetahui tingkat keakuratan
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat maka digunakan koefisien
57
korelasi. Kriteria keakuratan hubungan dengan menggunakan koefisien korelasi
yaitu:
0,00
-
0,199 = sangat rendah
0,20
-
0,399 = rendah
0,40
-
0,599 = sedang
0,60
-
0,799 = kuat
0,80
-
1,000 = sangat kuat
58
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di wilayah kelurahan Sekaran kecamatan
Gunungpati kota Semarang. Penelitian difokuskan pada 2 lokasi yaitu Sekaran dan
Banaran yang merupakan daerah sekitar wilayah kampus Universitas Negeri
Semarang. Penelitian dilakukan pada 21 responden penjual jus buah disekitar
kampus Universitas Negeri Semarang.
4.1.2 Karakteristik Responden
4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi data responden menurut
tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
1
2
3
4
Tingkat Pendidikan
SD/ MI
SMP/ Mts
SMA/ MA/ SMK
PT (Akademi/ Universitas)
Total
Sumber: Data Penelitian Tahun 2011
Frekuensi
1
9
7
4
21`
Persentase (%)
4,8
42,9
33,3
19,0
100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
berpendidikan SD sebanyak 1 orang (4,8 %), SMP/ Mts sebanyak 9 orang (42,9
%), SMA/ MA/SMK sebanyak 7 orang (33,3 %), dan PT sebanyak 4 orang (19,0
%).
58
59
T
Tingkat
Pen
ndidikan
4 1
SD/ MI
7
SMP
P/ Mts
9
SMA
A/ MA/ SMK
K
Akaademi/ Univerrsitas
Gambar 4.1 Distribussi Respondeen Berdasark
kan Tingkaat Pendidikaan
4.1.2.2 Diistribusi Frrekuensi Tiingkat Peng
getahuan Responden
R
ttentang Hig
igiene
d Sanitassi Makanan
dan
n
Beerdasarkan hasil pennelitian dip
peroleh distribusi frekuensi tingkat
pengetahuuan respondden tentang higiene dan sanitaasi makanaan. Untuk lebih
jelasnya dapat
d
dilihatt pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat
T
Pen
ngetahuan Responden
R
tentang Hiigiene
dan Sanitaasi Makanann
No
1
2
3
Tingkat Penggetahuan
T
B
Baik
C
Cukup
K
Kurang
T
Total
Sumber: Data
D
Penelitian Tahun 2011
Frekueensi
2
21
0
0
21`
Peersentase (%
%)
100,0
0,00
0,00
100,0
Daari tabel di atas dapat dilihat bahw
wa jumlah responden 100 % mem
miliki
tingkat peengetahuan baik. Proseentase berkiisar antara 83,33
8
% - 100 %. Kattegori
ini berdassarkan pengghitungan apabila
a
ting
gkat pengettahuan baikk jika lebih
h dari
80% jawaaban benar, tingkat penngetahuan cukup
c
jika 60-80
6
% jaw
waban benaar dan
tingkat peengetahuan kurang jikaa kurang daari 60 % jaw
waban benaar (Yayuk Farida
F
Baliwati, 2004:118).
2
60
4.1.2.3 Diistribusi Frrekuensi Sikap
S
Resp
ponden tenttang Higien
ne dan San
nitasi
M
Makanan
Beerdasarkan hasil
h
penelittian diperoleh distribussi frekuensi sikap respo
onden
tentang hiigiene dan sanitasi maakanan. Un
ntuk lebih jelasnya
j
daapat dilihat pada
tabel berikkut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Ressponden tenntang Higieene dan Saanitasi
Makanan
No
1
2
Sikap
Positif
N
Negatif
Frekueensi
1
15
6
21`
T
Total
Sumber: Data
D
Penelitian Tahun 2011
Peersentase (%
%)
71,4
28,6
100,0
Daari tabel di atas dapat dilihat bah
hwa jumlahh respondenn yang mem
miliki
sikap posiitif sebanyak 15 responnden (71,4 %)
% dan respponden yangg memiliki sikap
negatif seebanyak 6 responden
r
(
(28,6
%). Hal
H ini didaasarkan padda penghitu
ungan
bahwa sikkap positif lebih
l
dari atau
a
sama dengan
d
40 dan
d negatiff kurang darri 40.
Dengan kategori
k
darri poin-poinn pertanyaan
n yaitu sanngat setuju 5 poin, settuju 4
poin, raguu-ragu 3 poin,
p
tidak setuju 2 poin
p
dan sangat
s
tidakk setuju 1 poin
(Saifuddinn Azwar, 20008:107).
Sikap
p
6
Poositif
15
Neegatif
Gambar 4.2
4 Distribuusi Frekuenssi Sikap Reesponden teentang Higiene dan Saanitasi
Makanan.
61
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
variabel bebas (higiene penjamah, sanitasi alat, sanitasi tempat, sanitasi air dan
sanitasi bahan) dan variabel terikat (keberadaan Escherichia coli) pada jus buah
yang dijual di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati Semarang yang
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4.2.1.1 Higiene Penjamah
Berdasarkan hasil penelitian dari 21 responden yang diteliti diperoleh data
distribusi frekuensi mengenai higiene penjamah yang dikategorikan menjadi 2
kategori yaitu tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat yang dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Higiene Penjamah Makanan
No.
1
2
Higiene Penjamah
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Total
Sumber : Data Penelitian Tahun 2011
Frekuensi
17
4
21
Persentase (%)
81,0
19,0
100,0
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa higiene penjamah makanan yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 17 responden (81,0 %) dan higiene penjamah
makanan yang memenuhi syarat sebanyak 4 responden (19,0 %).
62
Higiene Peenjamah
4
Tiddak Memenuhii Syarat
Mem
menuhi Syaraat
17
Gambar 4.3 Distribussi Frekuensii Higiene Peenjamah
4.2.1.2 Saanitasi Alat
Beerdasarkan hasil
h
penelittian dari 21 respondenn yang diteliiti diperoleh
h data
distribusi frekuensi mengenai
m
saanitasi alat yang
y
dikateegorikan meenjadi 2 kattegori
yaitu tidakk memenuhhi syarat daan memenuh
hi syarat yaang dapat ddilihat pada tabel
4.5 sebagaai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
F
Sanitasi Alatt
Sanitasi Alatt
Tidak Memenuhi
M
S
Syarat
Mem
menuhi Syaarat
Tootal
Sumber : Data
D Peneliitian Tahun 2011
No.
1
2
Frekuenssi
13
8
21
Peersentase (%
%)
61,9
38,1
100,0
Beerdasarkan tabel
t
menunnjukkan bah
hwa sanitassi alat yang tidak memenuhi
syarat sebbanyak 13 responden
r
(
(61,9
%) daan sanitasi alat yang m
memenuhi syarat
s
sebanyak 8 respondenn (38,1 %).
63
Sanitasii Alat
8
Tidaak Memenuhi Syarat
13
Mem
menuhi Syaratt
Gambar 4.4 Distribussi Frekuensii Sanitasi Alat
A
4.2.1.3 Saanitasi Temppat
Beerdasarkan hasil
h
penelittian dari 21 respondenn yang diteliiti diperoleh
h data
distribusi frekuensi mengenai sanitasi teempat yangg dikategorrikan menjaadi 2
kategori yaitu
y
tidak memenuhi syarat dan
n memenuhhi syarat yaang dapat dilihat
d
pada tabell 4.6 sebagaai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
F
Sanitasi Tem
mpat
Sannitasi Tempat
Tidak Memenuhi
M
S
Syarat
Mem
menuhi Syaarat
Tootal
Sumber : Data
D Peneliitian Tahun 2011
No.
1
2
Frekuenssi
16
5
21
Peersentase (%
%)
76,2
23,8
100,0
Beerdasarkan tabel mennunjukkan bahwa saanitasi temppat yang tidak
memenuhii syarat seebanyak 16 responden
n (76,2 %) dan sanitaasi tempat yang
memenuhii syarat sebanyak 5 ressponden (23
3,8 %).
64
Sanitasi Tempat
5
Tiidak Memenuhhi Syarat
M
Memenuhi
Syarrat
166
Gambar 4.5 Distribussi Frekuensii Sanitasi Tempat
4.2.1.4 Saanitasi Air
Beerdasarkan hasil
h
penelittian dari 21 respondenn yang diteliiti diperoleh
h data
distribusi frekuensi mengenai
m
saanitasi air yang
y
dikateegorikan meenjadi 2 kattegori
hi syarat yaang dapat ddilihat pada tabel
yaitu tidakk memenuhhi syarat daan memenuh
4.7 sebagaai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
F
Sanitasi Air
S
Sanitasi
Air
Tidak Memenuhi
M
S
Syarat
Mem
menuhi Syaarat
Tootal
Sumber : Data
D Peneliitian Tahun 2011
No.
1
2
Frekuenssi
14
7
21
Peersentase (%
%)
66,7
33,3
100,0
Beerdasarkan tabel
t
menunnjukkan bah
hwa sanitassi air yang tidak memenuhi
syarat sebbanyak 14 responden
r
(
(66,7
%) dan
d sanitasi air yang m
memenuhi syarat
s
sebanyak 7 respondenn (33,3 %).
65
Sanitasi Air
7
Tidakk Memenuhi Syarat
S
14
Mem
menuhi syarat
Gambar 4.6 Distribussi Frekuensii Sanitasi Air
A
4.2.1.5 Saanitasi Bahaan
Beerdasarkan hasil
h
penelittian dari 21 respondenn yang diteliiti diperoleh
h data
distribusi frekuensi mengenai sanitasi bahan yang dikategoriikan menjaadi 2
y
tidak memenuhi syarat dan
n memenuhhi syarat yaang dapat dilihat
d
kategori yaitu
pada tabell 4.8 sebagaai berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi
F
Sanitasi Bah
han
Saanitasi Bahan
Tidak Memenuhi
M
S
Syarat
Mem
menuhi Syaarat
Tootal
Sumber : Data
D Peneliitian Tahun 2011
No.
1
2
Frekuenssi
15
6
21
Peersentase (%
%)
71,4
28,6
100,0
Beerdasarkan tabel mennunjukkan bahwa saanitasi bahhan yang tidak
memenuhii syarat seebanyak 155 responden
n (71,4 %)) dan sanittasi bahan yang
memenuhii syarat sebanyak 6 ressponden (28
8,6 %).
66
Sanitasi Bahan
B
6
Tidakk Memenuhi Syarat
S
Mem
menuhi Syarat
15
Gambar 4.7 Distribussi Frekuensii Sanitasi Bahan
4.2.1.6 Keeberadaan Bakteri
B
Esccherichia co
oli pada Juss Buah
Beerdasarkan hasil peneelitian dari 21 sampel jus buaah yang diteliti
d
diperoleh data distribbusi frekuennsi mengenai keberadaaan bakteri Escherichia
a coli
yang dikategorikan menjadi
m
2 kategori yaittu tidak adaa dan ada yaang dapat dilihat
d
pada tabell 4.9 sebagaai berikut :
Tabel 4.99 Distribusi Frekuensi Keberadaaan Bakteri Escherichiia coli pada Jus
Buah
Kebeeradan Baktteri
Esccherichia cooli
1
Ada
2
T
Tidak
Ada
Tootal
Sumber : Data
D Peneliitian Tahun 2011
No.
Frekuenssi
Peersentase (%
%)
18
3
21
85,7
14,3
100,0
Beerdasarkan tabel menuunjukkan baahwa keberradaan bakkteri Escherrichia
coli pada jus buah, sebanyak
s
3 sampel (14
4,3 %) mennunjukkan ttidak ada baakteri
Escherichia coli sedaangkan sebbanyak 18 sampel
s
(85,,7 %) menuunjukkan ad
danya
bakteri Esscherichia coli.
c
67
Keberadaaan Bakterri Escherich
hia coli
3
Tiddak ada
Adda
18
Gambar 4.8 Distribussi Frekuensii Keberadaaan Bakteri Escherichia
E
coli
4.2.2 An
nalisis Bivaariat
Annalisis bivariat dalam penelitian ini mengguunakan rum
mus Chi Sq
quare,
dimana ujji tersebut digunakan
d
u
untuk
meng
getahui adaa tidaknya hhubungan antara
a
higiene peenjamah, saanitasi alat,, sanitasi teempat, saniitasi air dann sanitasi bahan
b
dengan keeberadaan bakteri
b
Eschherichia colli pada jus buah yang dijual di seekitar
kampus UNNES
U
Sekaran Gununngpati Semaarang.
4.2.2.1 Hu
ubungan antara
a
Higgiene Penjjamah den
ngan Keberradaan Ba
akteri
Esscherichia coli
c pada Ju
us Buah
Addapun untuuk mengetahhui hubung
gan antara higiene peenjamah deengan
keberadaaan bakteri Escherichia
E
coli pada jus buah dapat
d
dilihaat dalam tab
bulasi
sebagai beerikut:
68
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Higiene Penjamah dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli
Higiene
Penjamah
Keberadaan bakteri Escherichia coli
Tidak ada
Ada
Total
%
∑
%
∑
%
0
0
17
100
17
100
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
3
75
1
Syarat
Total
3
14,3
18
Sumber : Data Penelitian Tahun 2011
25
4
100
85,7
21
100
α
p
CC
0,05
0,003
0,644
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 17 sampel higiene penjamah yang
tidak memenuhi syarat, terdapat 17 sampel (100 %) positif bakteri Escherichia
coli. Sedangkan dari 4 sampel higiene penjamah yang memenuhi syarat, terdapat
3 sampel (75 %) negatif Escherichia coli dan 1 sampel (75 %) positif Escherichia
coli.
Berdasarkan uji Chi-square terdapat sel yang nilai expected (E) kurang
dari 5 sebanyak 50% dari jumlah sel. dikarenakan bentuk tabel merupakan tabel
2x2 maka yang digunakan adalah uji alternatif uji Chi-square yaitu dengan
menggunakan uji Fisher dan diperoleh nilai p=0,003 (p<0,05) sehingga Ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara higiene penjamah dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli. Berdasarkan symmetric measures didapatkan
Contingency coefficient (CC) sebesar 0,644. Hal ini dikatakan bahwa ada
hubungan yang kuat antara higiene penjamah dengan keberadaan Escherichia
coli pada jus buah.
69
4.2.2.2 Hubungan
antara
Sanitasi
Alat
dengan
Keberadaan
Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Adapun untuk mengetahui hubungan antara sanitasi alat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah dapat dilihat dalam tabulasi
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Sanitasi Alat dengan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli
Sanitasi alat
Keberadaan bakteri Escherichia coli
Tidak ada
Ada
Total
%
∑
%
∑
%
0
0
13
100
13
100
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
3
37,5
5
Syarat
Total
3
14,3
18
Sumber : Data Penelitian Tahun 2011
62,5
8
100
85,7
21
100
α
p
CC
0,05
0,042
0,462
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 13 sampel sanitasi alat yang tidak
memenuhi syarat, terdapat 13 sampel (100 %) positif bakteri Escherichia coli.
Sedangkan dari 8 sampel sanitasi alat yang memenuhi syarat, terdapat 3 sampel
(37,5 %) negatif Escherichia coli dan 5 sampel (62,5 %) positif Escherichia coli.
Berdasarkan uji Chi-square terdapat sel yang nilai expected (E) kurang
dari 5 sebanyak 50% dari jumlah sel. dikarenakan bentuk tabel merupakan tabel
2x2 maka yang digunakan adalah uji alternatif uji Chi-square yaitu dengan
menggunakan uji Fisher dan diperoleh nilai p=0,042 (p>0,05) sehingga Ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara sanitasi alat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli. Berdasarkan symmetric measures didapatkan
Contingency coefficient (CC) sebesar 0,462. Hal ini dikatakan bahwa ada
70
hubungan yang sedang antara sanitasi alat dengan keberadaan Escherichia coli
pada jus buah.
4.2.2.3 Hubungan antara Sanitasi Tempat dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Adapun untuk mengetahui hubungan antara sanitasi tempat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah dapat dilihat dalam tabulasi
sebagai berikut:
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Sanitasi Tempat dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli
Sanitasi
Tempat
Keberadaan bakteri Escherichia coli
Tidak ada
Ada
Total
%
∑
%
∑
%
0
0
16
100
16
100
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
3
60
2
Syarat
Total
3
14,3
18
Sumber : Data Penelitian Tahun 2011
40
5
100
85,7
21
100
α
p
CC
0,05
0,008
0,590
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 16 sampel sanitasi tempat yang tidak
memenuhi syarat, terdapat 16 sampel (100 %) positif bakteri Escherichia coli.
Sedangkan dari 5 sampel sanitasi tempat yang memenuhi syarat, terdapat 3
sampel (60 %) negatif Escherichia coli dan 2 sampel (40 %) positif Escherichia
coli.
Berdasarkan uji Chi-square terdapat sel yang nilai expected (E) kurang
dari 5 sebanyak 75% dari jumlah sel. dikarenakan bentuk tabel merupakan tabel
2x2 maka yang digunakan adalah uji alternatif uji Chi-square yaitu dengan
menggunakan uji Fisher dan diperoleh nilai p=0,008 (p>0,05) sehingga Ho
71
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara sanitasi tempat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli. Berdasarkan symmetric measures didapatkan
Contingency coefficient (CC) sebesar 0,590. Hal ini dikatakan bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi tempat dengan keberadaan Escherichia coli
pada jus buah.
4.2.2.4 Hubungan antara Sanitasi Air dengan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli pada Jus Buah
Adapun untuk mengetahui hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan
bakteri Escherichia coli pada jus buah dapat dilihat dalam tabulasi sebagai
berikut:
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Sanitasi Air dengan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli
Sanitasi Air
Keberadaan bakteri Escherichia coli
Tidak ada
Ada
Total
%
∑
%
∑
%
0
0
14
100
14
100
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
3
42,9 4
Syarat
Total
3
14,3
18
Sumber : Data Penelitian Tahun 2011
57,1
7
100
85,7
21
100
α
p
CC
0,05
0,026
0,500
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 14 sampel sanitasi air yang tidak
memenuhi syarat, terdapat 14 sampel (100 %) positif bakteri Escherichia coli.
Sedangkan dari 7 sampel sanitasi air yang memenuhi syarat, terdapat 3 sampel
(42,9 %) negatif Escherichia coli dan 4 sampel (57,1 %) positif Escherichia coli.
Berdasarkan uji Chi-square terdapat sel yang nilai expected (E) kurang
dari 5 sebanyak 50% dari jumlah sel. dikarenakan bentuk tabel merupakan tabel
72
2x2 maka yang digunakan adalah uji alternatif uji Chi-square yaitu dengan
menggunakan uji Fisher dan diperoleh nilai p=0,026 (p<0,05) sehingga Ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan
bakteri
Escherichia
coli.
Berdasarkan
symmetric
measures
didapatkan
Contingency coefficient (CC) sebesar 0,500. Hal ini dikatakan bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi air dengan keberadaan Escherichia coli
pada jus buah.
4.2.2.5 Hubungan antara Sanitasi Bahan dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Adapun untuk mengetahui hubungan antara Sanitasi Bahan dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah dapat dilihat dalam tabulasi
sebagai berikut:
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Sanitasi Bahan dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli
Sanitasi
Bahan
Keberadaan bakteri Escherichia coli
Tidak ada
Ada
Total
%
∑
%
∑
%
0
0
15
100
15
100
Tidak
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
3
50
3
Syarat
Total
3
14,3
18
Sumber : Data Penelitian Tahun 2011
50
6
100
85,7
21
100
α
p
CC
0,05
0,015
0,542
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 15 sampel sanitasi bahan yang tidak
memenuhi syarat, terdapat 15 sampel (100 %) positif bakteri Escherichia coli.
Sedangkan dari 6 sampel sanitasi bahan yang memenuhi syarat, terdapat 3 sampel
(50 %) negatif Escherichia coli dan 3 sampel (50 %) positif Escherichia coli.
73
Berdasarkan uji Chi-square terdapat sel yang nilai expected (E) kurang
dari 5 sebanyak 50% dari jumlah sel. dikarenakan bentuk tabel merupakan tabel
2x2 maka yang digunakan adalah uji alternatif uji Chi-square yaitu dengan
menggunakan uji Fisher dan diperoleh nilai p=0,015 (p<0,05) sehingga Ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara sanitasi bahan dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli. Berdasarkan symmetric measures didapatkan
Contingency coefficient (CC) sebesar 0,542. Hal ini dikatakan bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi bahan dengan keberadaan Escherichia coli
pada jus buah.
74
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.1.1 Hubungan antara Higiene Penjamah dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara higiene
penjamah dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah. Hasil ini
didasarkan dari 17 sampel higiene penjamah yang tidak memenuhi syarat, terdapat
17 sampel (100 %) positif bakteri Escherichia coli. Sedangkan dari 4 sampel
higiene penjamah yang memenuhi syarat, terdapat 3 sampel (75 %) negatif
Escherichia coli dan 5 sampel (25 %) positif Escherichia coli.
Pada uji alternatif chi-square untuk data 2x2 yaitu Fisher diperoleh nilai p
value = 0,003 (p value<0,05). Nilai Contingency Coefficient (CC) variabel
higiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli adalah
0,644 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara higiene
penjamah dengan keberadaan bakteri Escherichia coli dalam kategori kuat.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Mukhlisoh tahun
2009 pada jus buah yang dijual di wilayah kelurahan Tembalang menunjukkan
bahwa dari 20 sampel minuman jus buah yang diambil dan diuji di laboratorium
100% positif mengandung bakteri E. coli. Masih tingginya kandungan E. coli
dikarenakan higiene penjamah yang belum memenuhi syarat. Escherichia coli
73
75
tidak boleh terdapat pada sampel minuman, karena kontaminasi Escherichia coli
pada makanan dan minuman merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang
baik (Ruli Diah Subekti, 2004).
Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
responden penjual jus buah memiliki higiene penjamah yang tidak memenuhi
syarat, dari 13 item pertanyaan mengenai higiene penjamah terdapat 66,7 %
responden tidak selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Menurut
Hiasinta (2006: 42) tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan
bakteri dan virus patogen dari tubuh, faeces atau sumber lain ke dalam makanan.
Penanganan makanan dapat memasukkan dan menyebarkan mikroorganisme
patogen. Penjamah makanan dapat membawa mikroorganisme patogen tanpa
mengalami efek yang serius pada dirinya (Siti Fathonah, 2005: 10).
Manusia yang sehat merupakan sumber potensial mikroba-mikroba.
Sumber kontaminasi potensial ini terdapat selama jam kerja dari para pekerja yang
menangani makanan. Setiap kali tangan pekerja mengadakan kontak dengan
bagian-bagian tubuh yang mengandung mikroba,
maka tangan tersebut akan
terkontaminasi, dan segera akan mengkontaminasi makanan yang disentuh
(BPOM, 2003: 6).
Sebanyak 52,4 % responden tidak selalu mencuci tangan menggunakan
sabun, kebiasaan tangan (hand habits) dari pekerja pengelola pangan mempunyai
andil yang besar dalam peluang melakukan perpindahan kontaminan dari manusia
ke makanan (BPOM, 2003: 6). 71,4 % responden tidak selalu mengeringkan
tangan dengan lap bersih setelah mencuci tangan, menurut Hiasinta (2006: 42)
dalam proses pencucian tangan perlu adanya langkah- langkah untuk menjamin
76
kebersihan tangan diantaranya membasahi tangan dengan air mengalir dan
menggunakan sabun, menggosok tangan secara menyeluruh pada bagian-bagian
meliputi punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari dan bagian di bawah
kuku, pembilasan dengan air mengalir, dan melakukan pengeringan tangan
dengan handuk atau alat pengering.
Sebanyak 85,7 % responden tidak selalu menggunakan penutup mulut
ketika bersin atau batuk, 85,7 % responden memiliki kebiasaan mengobrol/
berbicara pada saat membuat jus, perpindahan langsung mikroba dari alat
pernafasan ke makanan, terjadi ketika pekerja batuk dan berbangkis (bersin) tanpa
menutupi hidung dan mulutnya. 66,7 % responden memiliki kuku yang panjang
dan tidak terjaga kebersihannya, 76,2 % memakai aksesoris/ perhiasan pada saat
bekerja, 80,9 % responden tidak memakai topi atau penutup kepala pada saat
bekerja, sehingga memungkinkan adanya rambut yang jatuh pada makanan
menurut Hiasinta (2006: 47) meskipun rambut yang jatuh bukan penyebab utama
kontaminasi bakteri, tetapi adanya rambut dalam makanan amat tidak disukai oleh
konsumen.
Sebanyak 42,4 % responden sedang memiliki sakit ringan (batuk, pilek),
47,6 % responden tetap berjualan meskipun dalam keadaan sakit ringan, 66,7 % ,
61,9 % dan 52,4 % responden memiliki kebiasaan batuk- batuk, menggarukgaruk dan memencet jerawat pada saat bekerja. Kebiasaan tangan (hand habits)
dari pekerja pengelola pangan mempunyai andil yang besar dalam peluang
melakukan perpindahan kontaminan dari manusia ke makanan. Kebiasaan tangan
ini dikaitkan dengan pergerakan-pergerakan tangan yang tidak disadari seperti
menggaruk kulit, menggosok hidung, merapikan rambut, menyentuh atau meraba
77
pakaian dan hal-hal lain yang serupa (BPOM, 2003: 6). Pengetahuan dan sikap
penjamah yang baik tidak menjamin bahan makanan/ pangan tidak terkontaminasi
oleh mikroorganisme terutama kontaminasi bakteri Escherichia coli.
Peranan penjamah makanan mengenai higiene dan sanitasi makanan
sangatlah penting, karena sumber kontaminan makanan yang paling besar
pengaruh kontaminasinya adalah dari penjamah makanan itu sendiri, sehingga
penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah
kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian data epidemiologis yang menunjukkan bahwa 5% dari jumlah penyakit
yang dilaporkan di Inggris dan Wales, 10% di New South Wales, dan 20% di
Amerika disebabkan karena bahan pangan yang terkontaminasi langsung oleh
pekerja yang menangani makanan (Siti Fathonah, 2005:11).
Kebersihan penjamah makanan dalam istilah populernya disebut higiene
perorangan, merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman
dan sehat. Dengan demikian, penjamah makanan harus mengikuti prosedur yang
memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya.
Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah pencucian
tangan, kebersihan dan kesehatan diri (Purnawijayanti, 2001:41).
Hal ini sesuai dengan statistik penyakit bawaan makanan yang ada di
berbagai negara industri menunjukkan bahwa 60% dari kasus yang ada
disebabkan oleh buruknya teknik penanganan makanan, dan terkontaminasi pada
saat disajikan di Tempat Pengelolaan Makanan (TPM). Kebersihan penjamah
makanan atau higiene penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan dalam
pengolahan makanan yang aman dan sehat (Depkes, 2001:97).
78
5.1.2 Hubungan antara Sanitasi Alat dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi alat
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah. Hasil ini didasarkan
dari 13 sampel sanitasi alat yang tidak memenuhi syarat, terdapat 13 sampel (100
%) positif bakteri Escherichia coli. Sedangkan dari 8 sampel sanitasi alat yang
memenuhi syarat, terdapat 3 sampel (37,5 %) negatif Escherichia coli dan 5
sampel (62,5 %) positif Escherichia coli.
Pada uji alternatif chi-square untuk data 2x2 yaitu Fisher diperoleh nilai p
value = 0,042 (p value<0,05). Nilai Contingency Coefficient (CC) variabel
sanitasi alat dengan keberadaan bakteri Escherichia coli adalah 0,462 yang
menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara sanitasi alat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli dalam kategori sedang.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no 942 tahun 2003 tentang
pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan, menyatakan bahwa
peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus
sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi,
diantaranya peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan
sabun, lalu dikeringkan dengan alat pengering/ lap yang bersih kemudian
peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan ditempat yang bebas pencemaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 item pertanyaan mengenai
sanitasi alat, terdapat 66,7 % , 85,7 % dan 71,4 % alat hanya dibilas/ tidak dicuci,
mencuci tidak dengan sabun atau sejenisnya serta tidak dikeringkan dengan
79
lap/serbet bersih tetapi hanya ditiriskan. 76,2 % alat-alat yang digunakan tidak
disimpan ditempat yang bersih dan bebas dari pencemaran. 76,2 % lap/ serbet
yang digunakan tidak selalu diganti dengan yang bersih setiap hari. Menurut I
Wayan Suardana (2009: 217), peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan
makanan apabila tidak dijaga kebersihannya dapat menimbulkan adanya
kontaminasi silang melalui peralatan tersebut sehingga dapat menimbulkan
kontaminasi organisme dan menyebabkan penyakit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febria
Agustina dkk (2009) mengenai higiene sanitasi pada pedagang makanan jajanan
tradisional di lingkungan sekolah dasar, terdapat 34,8% responden yang sanitasi
peralatannya sudah baik, sedangkan sisanya sebesar 65,2% responden memiliki
sanitasi yang tidak baik dari segi peralatannya.
5.1.3 Hubungan antara Sanitasi Tempat dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi tempat
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah. Hasil ini didasarkan
dari 16 sampel sanitasi tempat yang tidak memenuhi syarat, terdapat 16 sampel
(100 %) positif bakteri Escherichia coli. Sedangkan dari 5 sampel sanitasi tempat
yang memenuhi syarat, terdapat 3 sampel (60 %) negatif Escherichia coli dan 2
sampel (40 %) positif Escherichia coli.
Pada uji alternatif chi-square untuk data 2x2 yaitu Fisher diperoleh nilai p
value = 0,008 (p value<0,05). Nilai Contingency Coefficient (CC) variabel
sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri Escherichia coli adalah 0,590 yang
80
menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara sanitasi tempat dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli dalam kategori sedang.
Dari 6 item pertanyaan mengenai sanitasi tempat terdapat, 52,4 % tempat
penjualan jus berada di jalan yang ramai dengan arus kecepatan tinggi sehingga
memungkinkan adanya pencemaran dari udara, 90,5 % memiliki tempat sampah
tetapi tidak layak karena jaraknya dekat dengan tempat penjualan dan dalam
keadaan terbuka sehingga memungkinkan adanya vektor pembawa penyakit
seperti lalat yang hinggap di tempat sampah tersebut, 80, 9 % tempat penjualan
dekat dengan tempat pembuangan sampah sisa pembuatan jus, 47,6 % tempat
penjualan jus terdapat lalat, 61,9 % buah yang digunakan dalam proses pembuatan
jus tidak disimpan dalam etalase atau tempat tertutup sehingga memungkinkan
adanya debu atau vektor yang mencemari buah, 38,1 % tempat pembuatan jus
tercemar dari bahan pencemar makanan seperti alat-alat yang masih dalam
keadaan kotor (talenan, pisau), sisa jus buah yang lebih dan tidak dibuang.
Adanya hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli berdasarkan penelitian mungkin disebabkan karena keterikatan
dengan faktor penyebab adanya bakteri Escherichia coli pada sanitasi yang
lainnya seperti sanitasi air dan sanitasi bahan. Sanitasi tempat tidak berhubungan
langsung dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
Bahan pangan dapat tercemar mikroorganisme terutama dari lingkungan
sekitarnya seperti udara, air, tanah, debu, kotoran, ataupun bahan organik yang
telah busuk (I Wayan Suardana, 2009: 1).
81
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Febria Agustina yaitu Terdapat
52,2% responden memiliki sarana penjaja yang sudah baik dan terdapat 47,8%
responden yang memiliki sarana penjaja yang sanitasinya tidak baik.
5.1.4 Hubungan antara Sanitasi Air dengan Keberadaan Bakteri Escherichia
coli pada Jus Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi air
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah. Hasil ini didasarkan
pada uji Fisher yang memperoleh p value = 0,026 (p value<0,05). Nilai
Contingency Coefficient (CC) variabel sanitasi air dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli adalah 0,500 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan
hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan bakteri Escherichia coli dalam
kategori sedang.
Air adalah unsur yang paling penting untuk bisa melakukan proses sanitasi
dan higiene yang baik. Karena tingkat kepentingannya itu, air tidak hanya
digunakan untuk keperluan pembersihan dan sanitasi, tetapi juga diperlukan
selama penanganan dan pengolahan produk (Purwiyatno Hariyadi dkk, 2009: 54).
Air yang kontak langsung dengan produk pangan dalam industri
pengolahan pangan harus memenuhi persyaratan air minum (Purwiyatno Hariyadi
dkk, 2009: 57). Pencemaran lingkungan akibat limbah dari hewan atau manusia
pada saluran air dapat menjadi ancaman yang serius terhadap keamanan makanan.
Pencemaran air dengan tinja dapat memasukkan berbagai jenis bakteri patogen
(sebagai contoh Escherichia coli), virus, protozoa, dan cacing yang ditularkan
82
kepada manusia jika air digunakan untuk minum dan penyiapan makanan (Siti
Fathonah, 2005: 8).
Hasil penelitian dari 3 item sanitasi air terdapat, 61,9 %, 61,9 % dan 57,1
% responden tidak membuat es batu sendiri melainkan didrop dari pabrik es,
membuat jus dengan menggunakan air mentah dan air yang digunakan untuk
membuat jus kebanyakan berasal dari depot air minum isi ulang yang airnya
belum tentu memenuhi persyaratan kualitas air minum layak konsumsi yang
sesuai dengan Kepmenkes RI no 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Ruli Diah Subekti pada es
dawet jabung yaitu komponen higiene sanitasi yang menunjukkan terdapat
hubungan dengan kandungan Escherichia coli adalah sanitasi air baku (p=0,045,
C=0,546) dan sanitasi air pencucian (p=0,018, C=0,632).
5.1.5 Hubungan antara Sanitasi Bahan dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli pada Jus Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi bahan
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada jus buah. Hasil ini didasarkan
pada uji Fisher yang memperoleh p value = 0,015 (p value<0,05). Nilai
Contingency Coefficient (CC) variabel sanitasi bahan dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli adalah 0,542 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan
hubungan antara sanitasi bahan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli dalam
kategori sedang.
Bahan makanan baik nabati maupun hewani akan membawa mikroflora
yang secara alamiah telah ada selama hidupnya dan mikroflora tersebut akan
83
bertahan di dalam produk makanan. Mikroflora bersifat patogen pada manusia
seperti Campylobacter, Salmonella, dan beberapa strain Escherichia coli (Siti
Fathonah: 7).
Dari 5 item pertanyaan sanitasi bahan terdapat, 76,2 % responden
menggunakan buah tidak dalam keadaan segar dan berkualitas baik karena mereka
melakukan belanja buah banyak untuk beberapa hari penjualan. Menurut Depkes
RI 2004 tentang pemilihan bahan makanan disebutkan bahwa dalam memilih
bahan makanan diharapkan memilih bahan yang masih segar, utuh, tidak retak
atau pecah, tidak terdapat kotoran, dan bahan tidak berulat. Berikut ciri-ciri buahbuahan yang baik sesuai dengan Depkes RI 2004 yaitu: keadaan fisiknya baik,
isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor; isi masih terbungkus kulit dengan
baik, warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan
(karbitan), dan warna lain selain warna buah; tidak berbau busuk, bau asam/ basi
atau bau yang tidak segar lainnya; tidak ada cairan getah lain selain getah aslinya.
Sebanyak 66,7 % responden tidak menyimpan buah di tempat tertutup
sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran melalui udara dan vektor
pembawa penyakit, 80,9 % responden langsung melakukan blender buah tanpa
proses pencucian terlebih dahulu, 38,1 % responden tidak menyimpan buah dalam
lemari pendingin/ kulkas tetapi hanya disimpan didus- dus tempat penyimpanan
buah, dan 71,4 % jus buah masih tercemar oleh lalat dan debu dikarenakan tempat
penjualan berada dipinggir jalan dengan arus lalu lintas padat dan tempat sampah
yang dimiliki dalam keadaan terbuka sehingga memungkinkan adanya lalat yang
berterbangan dan hinggap pada buah-buahan dan jus buah.
84
5.2 Keterbatasan Penelitian
Hambatan yang dialami oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini
yaitu kejujuran responden dalam pengisian kuesioner. Dalam melakukan
wawancara, peneliti berusaha mencari informasi selengkap mungkin dari
responden dengan cara bertanya sejelas mungkin kepada responden agar
responden memberikan jawaban secara jujur.
Dalam pengambilan sampel jus dilakukan sebanyak 3 kali yaitu masingmasing 7 sampel untuk 1 hari karena terbatasnya peralatan di laboratorium dan
sebelum dilakukan pengujian, sampel disimpan terlebih dahulu dalam lemari
pendingin selama beberapa jam sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi
dan berkembang biaknya bakteri Escherichia coli.
Kelemahan dalam penelitian ini yaitu kuesioner penelitian dikembangkan
oleh peneliti sendiri dan bukan kuesioner standar, maka pernyataan dan
pertanyaan yang ditanyakan kepada responden untuk setiap variabel belum
mencakup secara detail dari semua aspek yang menyangkut variabel tersebut.
Peneliti sudah berusaha meminimalisasi keterbatasan ini dengan cara membuat
pertanyaan/pernyataan berdasarkan pedoman dan teori yang ada, dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan dan sudah melalui tahapan uji validitas dan uji
reliabilitas.
Keterbatasan disegi peneliti, peneliti sendiri adalah peneliti pemula yang
belum mempunyai pengalaman dalam meneliti serta pengetahuan dan riset ilmu
kesehatan masyarakat yang masih sangat kurang sehingga tak jarang peneliti
85
mendapatkan kesulitan didalam melakukan analisa data sehingga dapat
menimbulkan adanya bias pengukuran dalam pengambilan data penelitian.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna dikarenakan beberapa keterbatasan
penelitian antara lain:
1)
Desain yang digunakan adalah Cross sectional yang meneliti faktor-faktor
risiko dan efek dalam waktu sesaat, sehingga tidak dapat mengetahui
hubungan sebab akibat antara faktor risiko dengan efek.
2)
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan terbatas pada beberapa variabel saja,
diantaranya higiene penjamah, sanitasi alat, sanitasi air, sanitasi tempat dan
sanitasi bahan yang tidak diteliti secara mendalam.
3)
Variabel pengganggu dalam penelitian ini tidak dikendalikan sehingga
memungkinkan terjadinya bias.
59
86
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara higiene penjamah
dan sanitasi makanan dengan keberadaan bakteri Escherichia coli pada warung
jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati Semarang tahun 2011
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara higiene penjamah dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli pada warung jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran
Gunungpati Semarang dengan p value 0,003 dan CC sebesar 0,644 yang
berarti bahwa ada hubungan yang kuat antara higiene penjamah makanan
dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
2. Ada hubungan antara sanitasi alat dengan keberadaan bakteri Escherichia coli
pada warung jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati
Semarang dengan p value 0,042 dan CC sebesar 0,462 yang berarti bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi alat dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli.
3. Ada hubungan antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli pada warung jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati
Semarang dengan p value 0,008 dan CC sebesar 0,590 yang berarti bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi tempat dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli.
85
87
4. Ada hubungan antara sanitasi air dengan keberadaan bakteri Escherichia coli
pada warung jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati
Semarang dengan p value 0,026 dan CC sebesar 0,500 yang berarti bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi air dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli.
5. Ada hubungan antara sanitasi bahan dengan keberadaan bakteri Escherichia
coli pada warung jus buah di sekitar kampus UNNES Sekaran Gunungpati
Semarang dengan p value 0,015 dan CC sebesar 0,542 yang berarti bahwa ada
hubungan yang sedang antara sanitasi bahan dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli.
6.2 Saran
6.2.1
Bagi Penjamah Makanan di Warung Jus Buah
Hendaknya penjamah makanan (penjual jus buah) lebih meningkatkan
higiene dan sanitasi makanan dalam menangani makanan dengan menggunakan
higiene sanitasi makanan yang baik, seperti menjaga kebersihan tangan dan
anggota tubuh.
penjamah makanan lebih aktif memperhatikan sarana maupun media untuk
peningkatan pengetahuan tersebut yang dapat diperoleh melalui media massa,
informasi dari masyarakat sekitar dapat juga melalui pelatihan-pelatihan maupun
melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
88
6.2.2
Bagi Puskesmas Sekaran
Mengingat rendahnya higiene dan sanitasi penjamah makanan maka perlu
adanya peningkatan pengawasan dan penyuluhan tentang higiene sanitasi
makanan jajanan sehingga makanan jajanan yang dipasarkan memenuhi syarat
kesehatan.
Peningkatan frekuensi sosialisasi yang lebih rutin oleh pihak terkait
terutama penyampaian informasi dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan
penjamah makanan agar memperhatikan higiene dan sanitasi perorangan sebagai
langkah pencegahan kontaminasi pada makanan.
Perlunya peningkatan monitoring mengenai higiene dan sanitasi
perorangan dan makanan serta penelitian mengenai keberadaan E.coli di tempattempat makan di daerah padat penduduk untuk mengurangi risiko kontaminasi
makanan dan memberikan teguran ataupun tindakan tegas kepada penjamah
makanan yang kurang memperhatikan higiene dan sanitasi perorangan maupun
makanannya.
Perlunya peningkatan uji laboratorium mengenai kualitas air minum pada
depot air minum isi ulang yang berada di wilayah sekitar kampus UNNES
Sekaran Gunungpati Semarang secara lebih berkala karena sebagian penduduk
memanfaatkan jasa depot air minum isi ulang tersebut sehingga perlu adanya
penanganan dan pengawasan yang lebih baik.
89
6.2.3
Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran yang dapat peneliti berikan bagi peneliti selanjutnya adalah:
1. Hendaknya dapat melakukan penelitian lanjut mengenai faktor apa saja yang
berkaitan dan mempengaruhi higiene penjamah makanan dan sanitasi
makanan sehingga higiene sanitasi makanan dapat lebih meningkat.
2. Hendaknya dapat melakukan penelitian lanjut mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keberadaan E.coli dengan mengembangkan beberapa
variabel dan pertanyaan yang lebih focus sesuai dengan kebutuhan sehingga
dapat memperoleh hasil yang maksimal, sebagai contoh sanitasi air dapat
dikembangkan menjadi beberapa variabel, yaitu sanitasi es batu, sanitasi air
cucian, sanitasi air baku. Serta memberikan solusi pencegahannya (keberadaan
dan perkembangan E.coli).
3. Mengembangkan
penelitian
guna
menciptakan
metode
pencegahan
keberadaan E.coli pada makanan yang lebih murah dan mudah penggunannya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurrahman dkk, Staff Pengajar FKUI, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran, Jakarta: Binarupa Aksara.
Athena dkk, 2003, Kandungan bakteri Total coli dan Escherichia coli/ Fecal coli
air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi,
Buletin Penelitian Kesehatan. Volume 32 No.4 2004, hlm.135-143.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2003, Higiene dan Sanitasi Pengolahan
Pangan, Jakarta: BPOM.
Badar Kirwono, 2003, Identifikasi Escherichia coli dan Staphylococcus pada
Makanan Hasil Olahan di Katering Embarkasi Haji Donohudan Boyolali Tahun
2003, http://eprints.undip.ac.id/18879/1/2305.pdf diakses tanggal 13 Agustus
2010 15: 43.
Bhibat K. Mandal, 2008, Penyakit Infeksi, Alih Bahasa Juwalita Surapsari,
Jakarta: Erlangga.
Bhisma Murti, 2003, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
C. Totok Sutrisno, dkk, 2006, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka
Cipta.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan,
Jakarta: depkes RI.
-----------------------------------, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan
Makanan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman, Jakarta:Yayasan Pelayanan
Sanitasi Lingkungan Nasional(PESAN).
-----------------------------------, 2004, Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.
Jakarta: Dirjen PPM dan PL.
Edisa Putra Ginting, 2005, Kandungan Bakteri Escherichia coli dan Salmonella
sp. Pada Daging Burger yang dijual di Sekitar Kampus USU Medan Tahun 2005,
http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=10855&task=v
iew, diakses 1 Juli 2010 09:34.
Efvi Ulina Sirait, 2009, Higiene Sanitasi pengolahan dan Pemeriksaan
Escherichia coli dalam Susu Kedelai pada Usaha Kecil Di Kota Medan Tahun
2009,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14632/1/10E00288.pdf
diakses tanggal 20 agt 2010 8:03
89
91
Febria Agustina dkk, Higiene dan Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan
Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun
Palembang Tahun 2009, http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21098,
diakses tanggal 20 Juli 2010.
Hiasinta A. Purnawijayanti, 2006, Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja
Dalam Pengolahan Makanan, Yogyakarta:Kanisius
H.J. Mukono, 2004, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga
University Press.
Ika Purnamasari A., 2009, Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri
Escherichia coli pada Es Krim yang dijajakan di Kecamatan Medan Petisah Kota
Medan
tahun
2009,
diakses
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14671/1/09E01278.pdf
tanggal 13 Agustus 2010 15:35.
I Wayan Suardana, 2009, Higiene Makanan, Bali: Udayana University Press.
Jawetz et al, 2005, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), Terjemahan
oleh Eddy Mudihardi dkk. Jakarta: Salemba Medika.
J.M. Gibson M.D, 1996, Mikrobiologi dan Patologi Modern untuk Perawat,
Jakarta: EGC.
Juli Soemirat S., 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Jurusan IKM UNNES, 2010, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program
Strata 1, Semarang : Jurusan IKM UNNES.
Kepmenkes RI, 2003, Kepmenkes RI no 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20persyaratan%20hygiene%20sanita
si%20makanan%20jajan%20942-2003.pdf, diakses tanggal 25 januari 2011.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
Louise B. Hawley, 2003, Intisari Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi, Terjemahan
oleh Brahm U. Pendit, Jakarta: Hipokrates.
Massudi Suwandi, 2003, Perilaku Penjamah Makanan dalam Mengelola
Makanan di Warung Sekitar Kampus Universitas Dian Nuswantoro Semarang,
Visikes. Volume II nomor 1 maret 2003, halaman 30.
92
Purwiyatno Hariyadi dkk, 2009, Petunjuk Sederhana Memproduksi Pangan Yang
Aman, Jakarta: Dian Rakyat.
Ruli Diah Subekti, 2004, Hubungan Mutu Sanitasi dengan Kandungan
Escherichia coli pada Es Dawet Jabung Di Kecamatan Mlarak Kabupaten
Ponorogo Tahun 2004.
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3113,
Agustus 2010.
Diakses
16
Saifudin Azwar, 2008, Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sepashilia, 2007, Hubungan Higiene Penjamah dan Sanitasi Makanan dengan
Keberadaan Jenis Mikroorganisme di Seputar Kampus UNDIP Semarang.
Skripsi: Universitas Diponegoro Semarang.
Siti Fathonah, 2005, Higiene dan Sanitasi Makanan, Semarang: Unnes Press.
Siti Harnina Bintari dkk, 2010, Bahan Ajar Mikrobiologi, Semarang: Jurusan
Biologi FMIPA UNNES.
Siti Mukhlisoh, 2009, Identifikasi Pencemaran Escherichia coli dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya pada Jus Buah yang dijual di Wilayah Kelurahan
Tembalang. Skripsi: Universitas Diponegoro Semarang.
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
Rineka Cipta
-----------------------------, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Sopiyudin Dahlan, 2006, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta:
Arkans.
Stanley Lameshow, 1997, ” Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan”.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002, Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto.
Sugiarto dkk, 2003, Teknik Sampling, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
93
Supriyadamsih, 2004, Hubungan Lama Penyimpanan Nasi, Lama Penyimpanan
Lauk, Sanitasi, Personal Higiene, Jenis Lauk dengan Total Bakteri pada Nasi
Bungkus yang dijual di Kelurahan Tembalang Semarang 2004,
http://eprints.undip.ac.id/12362/1/2004PPDS2911.pdf, diakses 1 juli 2010 10:11.
Yayuk Farida Baliwati, 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penebar
Swadaya.
94
LAMPIRAN
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
LEMBAR KUESIONER PENJARINGAN
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PENJAMAH DAN SANITASI
MAKANAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI
(Studi Pada Warung Jus Buah Di Sekitar Kampus Unnes Sekaran
Gunungpati Semarang Tahun 2011)
Karakteristik Responden
1. No Responden
:
2. Nama Responden
:
3. Nama Warung
:
4. Umur
:
5. Alamat
:
6. Jenis Kelamin
: a. laki-laki
7. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak sekolah/ tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Akademi/ Universitas
b. perempuan
A. PENGETAHUAN PENJAMAH TENTANG HIGIENE DAN SANITASI
MAKANAN
1. Apa yang anda ketahui tentang higiene dan sanitasi makanan?
a. Upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu dan lingkungan
b. Upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi tubuh
c. Upaya kesehatan dengan memelihara lingkungan sekitar
2. Apakah tujuan dari higiene dan sanitasi makanan?
a. Tersedianya makanan yang aman bagi kesehatan
b. Terjadinya kontaminasi pada makanan
c. Tersedia makanan yang enak bagi konsumen
3. Apakah manfaat penerapan higiene dan sanitasi makanan?
105
a. Mengakibatkan penularan penyakit karena makanan
b. Menghindari terjadinya pencemaran pada makanan
c. Menimbulkan bau yang tidak sedap pada makanan
4. Apa yang anda ketahui mengenai penjamah makanan?
a. Orang yang menyajikan makanan
b. Orang yang menjual makanan
c. Orang yang secara langsung berhubungan dalam pengolahan makanan
5. Di bawah ini manakah yang termasuk higiene penjamah makanan?
a. Menjamah makanan langsung dengan tangan
b. Menjaga kebersihan tangan, kuku, dan pakaian
c. Tidak memakai perlengkapan kerja saat mengolah makanan
6. Menurut anda yang harus diperhatikan oleh penjamah makanan sebelum
mengolah makanan, adalah?
a. Mencuci tangan dengan sabun
b. Membersihkan tangan dengan lap
c. Mengeringkan tangan
7. Setiap penjamah makanan pada saat mengolah makanan diharuskan memakai
pakaian kerja, seperti?
a. jam tangan
b. Celemek dan penutup kepala
c. Sepatu
8. Di bawah ini, manakah yang termasuk tata tertib penjamah makanan saat
mengolah makanan?
106
a. Mengolah makanan sambil merokok
b. Mengambil makanan langsung dengan tangan
c. Menjaga kebersihan tangan
9. Apa yang anda ketahui mengenai penyakit akibat makanan?
a. Penyakit yang timbul karena memakan makanan tercemar bakteri patogen
b. Penyakit yang timbul karena mengkonsumsi makanan
c. Penyakit yang dihasilkan karena banyak makan
10. Bila anda mempunyai penyakit/sakit menular (TBC, diare, kulit, dll), tindakan
apa yang anda lakukan?
a. Tetap menangani makanan
b. Masuk kerja tetapi tidak menangani makanan
c. Periksa ke dokter atau sarana kesehatan
11. Apa yang anda ketahui tentang intoksikasi karena makanan?
a. Mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi mikroorganisme patogen
b. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi
c. Mengkonsumsi makanan mengandung racun yang dihasilkan oleh
mikroorganisme
12. Manakah hewan yang menularkan penyakit melalui makanan?
a. Kecoa, tikus, lalat
b. Anjing, kucing, monyet
c. Ayam, bebek, babi
13. Faktor yang mengakibatkan penularan penyakit melalui makanan adalah?
a. Keadaan bahan makanan bersih
b. Air yang digunakan untuk mengolah makanan bersih
107
c. Penjamah makanan yang tidak memperhatikan kesehatannya
14. Tujuan penyimpanan makanan yang baik adalah?
a. Terhindar dari debu, kotoran atau bahan berbahaya
b. Agar makanan tahan lama
c. Agar makanan terkontaminasi
15. Saat mengambil makanan, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kebersihan makanan adalah?
a. Mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menjamah makanan
b. Mengambil makanan tanpa penjepit
c. Mengambil makanan langsung dengan tangan
16. Ketika mengolah makanan perlu memperhatikan peralatan, antara lain?
a. Tidak terbuat dari bahan yang beracun
b. Peralatan yang digunakan berlubang atau retak
c. Peralatan yang digunakan berkarat
17. Manakah fasilitas sanitasi yang harus ada dalam proses pengolahan makanan?
a. Air bersih
b. Meja makan
c. Lemari makan
18. Air yang digunakan untuk keperluan mengolah makanan harus memenuhi
parameter air bersih, yaitu?
a. Berwarna
b. Tidak Berasa
c. Berbau
108
A. SIKAP PENJAMAH TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN
Pernyataan untuk mengetahui sikap penjamah makanan terhadap higiene sanitasi
makanan.
Berikan tanda (√) pada kolom SS (sangat setuju), S (setuju), RR (ragu-ragu), TS
(tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).
No. Pernyataan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Warung jus dan fasilitas
penunjangnya
perlu
dibersihkan setiap hari.
Pemilihan
buah
yang
bermutu baik yaitu masak
atau matang.
Bahan
makanan
segar
mudah sekali rusak maka
harus
disimpan
dalam
kulkas.
Tenaga pengolah makanan
harus
melakukan
pemeriksaan
kesehatan
secara rutin (minimal 6
bulan sekali).
Sebelum bekerja, penjamah
makanan
hendaknya
mencuci
tangan
menggunakan sabun.
Memalingkan
muka/
menutup mulut dengan sapu
tangan atau tissu dari
makanan dan alat-alat bila
batuk maupun bersin.
Penjamah makanan tidak
boleh menggaruk kepala,
muka atau hidung ketika
sedang
menangani
makanan.
Penjamah makanan dilarang
memakai cincin dan gelang
ketika
mengolah
atau
menangani makanan.
Penjamah
makanan
hendaknya memakai topi
SS
S
RR
TS
STS
Nilai
109
10.
atau penutup rambut saat
mengolah makanan.
Penjamah makanan dilarang
berbicara atau mengobrol
ketika sedang menangani
makanan.
110
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PENJAMAH DAN SANITASI
MAKANAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI
(Studi Pada Warung Jus Buah Di Sekitar Kampus Unnes Sekaran
Gunungpati Semarang Tahun 2011)
Petunjuk Pengisian
1. Isilah daftar pertanyaan berikut sesuai dengan kondisi anda sebenarnya dengan
member tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih.
2. Hasil survei ini tidak akan dipublikasikan, hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
3. Identitas maupun jawaban yang anda pilih, kami jamin kerahasiaannya.
KUESIONER HIGIENE PENJAMAH
1. Apakah Anda selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja?
1) Tidak
2) Ya
2. Apakah Anda selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun?
1) Tidak
2) Ya
3. Apakah Anda selalu mengeringkan tangan dengan lap bersih setelah
mencuci tangan?
1) Tidak
2) Ya
4. Apakah Anda selalu menggunakan sapu tangan / penutup mulut bila
menutup hidung ketika bersin/ menutup mulut ketika batuk atau bersin?
1) Tidak
2) Ya
5. Apakah Anda terbiasa untuk tidak mengobrol/ berbicara ketika sedang
bekerja?
1) Tidak
2) Ya
6. Apakah saat ini kuku tangan Anda dalam keadaan pendek dan terjaga
kebersihannya?
1) Tidak
111
2) Ya
7. Apakah Anda melepas/ tidak memakai perhiasan pada saat bekerja?
1) Tidak
2) Ya
8. Apakah Anda memakai topi atau penutup rambut pada saat bekerja?
1) Tidak
2) Ya
9. Apakah Anda dalam keadaan sehat dan tidak menderita suatu penyakit
yang dapat ditularkan pada makanan pada saat melakukan pengolahan
makanan?
1) Tidak
2) Ya
10. Apakah jika dalam kondisi sakit Anda tidak mengolah bahan makanan?
1) Tidak
2) Ya
11. Apakah Anda tidak melakukan kebiasaan seperti batuk-batuk pada saat
melakukan pengolahan dan penyajian makanan?
1) Tidak
2) Ya
12. Apakah Anda tidak melakukan kebiasaan menggaruk-garuk pada saat
melakukan pengolahan dan penyajian makanan?
1) Tidak
2) Ya
13. Apakah Anda tidak melakukan kebiasaan memencet jerawat pada saat
melakukan pengolahan dan penyajian makanan?
1) Tidak
2) Ya
112
KUESIONER SANITASI AIR
1. Apakah anda membuat es batu sendiri?
1) Tidak
2) Ya
2. Apakah anda menggunakan air matang dalam membuat es batu?
1) Tidak
2) Ya
3. Apakah anda membuat jus dengan menggunakan air yang layak minum?
1) Tidak
2) Ya
KUESIONER SANITASI BAHAN
1. Apakah buah yang digunakan dalam membuat jus masih dalam keadaan
segar dan berkualitas baik?
1) Tidak
2) Ya
2. Apakah buah disimpan ditempat tertutup?
1) Tidak
2) Ya
3. Apakah anda mencuci buah sebelum di blender?
1) Tidak
2) Ya
4. Jika ada sisa buah yang belum habis dijual apakah disimpan dengan baik
dalam lemari pendingin atau kulkas?
1) Tidak
2) Ya
5. Apakah jus buah terhindar dari lalat, debu dan lain-lain?
1) Tidak
2) Ya
113
LEMBAR CHECK LIST PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PENJAMAH DAN SANITASI
MAKANAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI
(Studi Pada Warung Jus Buah Di Sekitar Kampus Unnes Sekaran
Gunungpati Semarang Tahun 2011)
SANITASI ALAT
No. Daftar Pengamatan
1.
Alat-alat
(blender,
Ya
pisau,
talenan,
saringan) dalam proses pembuatan jus
selalu
dicuci
sebelum
digunakan
dengan air bersih.
2.
Alat-alat
(blender,
pisau,
talenan,
saringan) dicuci dengan sabun atau
sejenisnya.
3.
Alat-alat
(blender,
saringan)
pisau,
talenan,
dikeringkan
menggunakan
lap/
dengan
serbet
bersih
sebelum digunakan.
4.
Alat-alat
(blender,
pisau,
talenan,
saringan)
disimpan
ditempat
yang
bersih dan bebas dari pencemaran
5.
Lap/ serbet selalu dicuci dan diganti
dengan yang bersih setiap hari.
Tidak
Keterangan
114
SANITASI TEMPAT
No. Daftar Pengamatan
1.
Ya
Tempat penjualan jauh dari sumber
pencemaran
(tempat
pembuangan
sampah terbuka, tempat pengolahan
limbah, rumah potong hewan, jalan
yang ramai dengan arus kecepatan
tinggi).
2.
Tersedia tempat sampah dan kondisinya
tertutup.
3.
Tempat penjualan tidak dekat dengan
TPS (tempat pembuangan sampah).
4.
Tidak ada lalat sama sekali yang
berterbangan ditempat penjualan.
5.
Buah disimpan dalam tempat yang
tertutup / beretalase.
6.
Tempat pembuatan jus dalam keadaan
bersih dari bahan-bahan kontaminan/
pencemar makanan.
Tidak
Keterangan
115
Data Mentah Uji Validitas dan Reliabilitas
P11
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
2
2
1
2
P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
P21
116
2
2
2
2
P31
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
117
DATA MENTAH HASIL PENELITIAN
P11
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
P12
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
P13
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
jumlah
9
7
7
13
13
13
13
8
9
5
7
4
5
4
8
11
10
8
7
11
10
kriteria
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
118
Sanitasi_air
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
P1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
P2
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
P3
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
Jumlah
1
3
1
3
3
3
1
1
1
2
1
1
1
2
3
3
1
3
2
1
1
Kriteria
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
119
Sanitasi_Bahan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
P1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
P2
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
P3
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
P4
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
P5
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
Jumlah
1
3
2
5
5
5
4
4
4
3
3
1
3
2
5
1
2
5
4
3
5
Kriteria
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
120
Sanitasi_Alat
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
P1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
P2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
P3
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
P4
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
P5
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
Jumlah
2
3
4
5
5
5
4
3
4
3
3
2
3
3
5
5
5
2
3
5
5
Kriteria
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
121
Sanitasi_Tempat
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
P1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
P2
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
P3 P4 P5
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
P6 Jumlah
0
2
0
2
0
2
1
6
1
6
1
6
0
3
1
6
0
3
1
6
1
5
0
2
0
1
0
2
0
2
0
3
1
6
0
3
0
3
1
6
0
3
Kriteria
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
tidak memenuhi syarat
122
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
20
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.947
40
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation
N
P1
1.65
.489
20
P2
1.70
.470
20
P3
1.65
.489
20
P4
1.65
.489
20
P5
1.45
.510
20
P6
1.45
.510
20
P7
1.65
.489
20
P8
1.70
.470
20
P9
1.65
.489
20
P10
1.70
.470
20
P11
1.70
.470
20
P12
1.55
.510
20
P13
1.60
.503
20
123
P14
1.45
.510
20
P15
1.70
.470
20
P16
1.40
.503
20
P17
1.70
.470
20
P18
1.45
.510
20
P19
1.60
.503
20
P20
1.70
.470
20
P21
1.60
.503
20
P22
1.70
.470
20
P23
1.85
.366
20
P24
1.60
.503
20
P25
1.60
.503
20
P26
1.70
.470
20
P27
1.70
.470
20
P28
1.55
.510
20
P29
1.70
.470
20
P30
1.35
.489
20
P31
1.65
.489
20
P32
1.40
.503
20
P33
1.35
.489
20
P34
1.35
.489
20
P35
1.70
.470
20
P36
1.55
.510
20
P37
1.40
.503
20
P38
1.35
.489
20
P39
1.65
.489
20
P40
1.35
.489
20
124
Item-Total Statistics
Scale
Scale Mean if Variance if
Item Deleted Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1
61.55
117.734
.603
.946
P2
61.50
116.368
.768
.944
P3
61.55
117.734
.603
.946
P4
61.55
117.734
.603
.946
P5
61.75
115.039
.829
.944
P6
61.75
115.039
.829
.944
P7
61.55
117.734
.603
.946
P8
61.50
116.368
.768
.944
P9
61.55
117.734
.603
.946
P10
61.50
116.368
.768
.944
P11
61.50
116.368
.768
.944
P12
61.65
122.345
.157
.949
P13
61.60
120.042
.371
.947
P14
61.75
115.039
.829
.944
P15
61.50
116.368
.768
.944
P16
61.80
116.168
.734
.945
P17
61.50
116.368
.768
.944
P18
61.75
115.039
.829
.944
P19
61.60
120.042
.371
.947
P20
61.50
116.368
.768
.944
P21
61.60
118.147
.547
.946
P22
61.50
123.842
.030
.949
P23
61.35
120.345
.485
.946
P24
61.60
118.147
.547
.946
P25
61.60
120.042
.371
.947
P26
61.50
116.368
.768
.944
P27
61.50
130.895
-.626
.954
P28
61.65
116.871
.657
.945
P29
61.50
116.368
.768
.944
125
P30
61.85
118.345
.544
.946
P31
61.55
126.366
-.202
.951
P32
61.80
117.958
.565
.946
P33
61.85
118.345
.544
.946
P34
61.85
118.345
.544
.946
P35
61.50
116.368
.768
.944
P36
61.65
116.871
.657
.945
P37
61.80
117.958
.565
.946
P38
61.85
118.345
.544
.946
P39
61.55
125.629
-.136
.951
P40
61.85
118.345
.544
.946
Scale Statistics
Mean
Variance
63.20 124.379
Std.
Deviation
11.153
N of Items
40
126
HASIL ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table
higiene penjamah
Frequency Percent
Valid tidak memenuhi
syarat
memenuhi syarat
Total
Valid
Percent
Cumulative
Percent
17
81.0
81.0
81.0
4
19.0
19.0
100.0
21
100.0
100.0
sanitasi alat yang digunakan responden
Frequency Percent
Valid tidak memenuhi
syarat
memenuhi syarat
Total
Valid
Percent
Cumulative
Percent
13
61.9
61.9
61.9
8
38.1
38.1
100.0
21
100.0
100.0
sanitasi air yang digunakan responden
Frequency Percent
Valid tidak memenuhi
syarat
memenuhi syarat
Total
Valid
Percent
Cumulative
Percent
14
66.7
66.7
66.7
7
33.3
33.3
100.0
21
100.0
100.0
sanitasi tempat yang digunakan responden
Frequency Percent
Valid tidak memenuhi
syarat
memenuhi syarat
Total
Valid
Percent
Cumulative
Percent
16
76.2
76.2
76.2
5
23.8
23.8
100.0
21
100.0
100.0
127
sanitasi bahan yang digunakan responden
Frequency Percent
Valid tidak memenuhi
syarat
Cumulative
Percent
15
71.4
71.4
71.4
6
28.6
28.6
100.0
21
100.0
100.0
memenuhi syarat
Total
Valid
Percent
keberadaan bakteri E.coli dalam jus buah
Frequency Percent
Valid tidak ada
Valid
Percent
Cumulative
Percent
3
14.3
14.3
14.3
ada
18
85.7
85.7
100.0
Total
21
100.0
100.0
128
HASIL ANALISIS BIVARIAT
higiene penjamah * keberadaan bakteri E.coli dalam jus buah
Crosstab
keberadaan bakteri
E.coli dalam jus
buah
tidak ada
higiene
penjamah
tidak memenuhi
syarat
memenuhi syarat
Count
Total
0
17
17
Expected Count
2.4
14.6
17.0
% within higiene
penjamah
makanan
.0%
100.0%
100.0%
Count
3
1
4
Expected Count
.6
3.4
4.0
75.0%
25.0%
100.0%
3
3.0
18
18.0
21
21.0
14.3%
85.7%
100.0%
% within higiene
penjamah
makanan
Count
Expected Count
% within higiene
penjamah
makanan
Total
ada
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
14.875a
1
.000
b
Continuity Correction
9.381
1
.002
Likelihood Ratio
12.726
1
.000
Fisher's Exact Test
.003
.003
Linear-by-Linear
14.167
1
.000
Association
N of Valid Casesb
21
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .57.
b. Computed only for a 2x2 table
129
Symmetric Measures
Value
Nominal by
Nominal
N of Valid Cases
Contingency
Coefficient
Approx.
Sig.
.644
.000
21
sanitasi alat yang digunakan responden * keberadaan bakteri E.coli dalam ju
s buah
Crosstab
keberadaan bakteri
E.coli dalam jus
buah
tidak ada
sanitasi alat
tidak memenuhi Count
yang digunakan syarat
Expected Count
responden
% within sanitasi alat
yang digunakan
responden
memenuhi syarat Count
Expected Count
Total
% within sanitasi alat
yang digunakan
responden
Count
Expected Count
% within sanitasi alat
yang digunakan
responden
ada
Total
0
13
13
1.9
11.1
13.0
.0% 100.0% 100.0%
3
5
8
1.1
6.9
8.0
37.5%
3
3.0
14.3%
62.5% 100.0%
18
18.0
21
21.0
85.7% 100.0%
130
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
a
Pearson Chi-Square
5.688
1
.017
Continuity
3.037
1
.081
Correctionb
Likelihood Ratio
6.640
1
.010
Fisher's Exact Test
.042
.042
Linear-by-Linear
5.417
1
.020
Association
N of Valid Casesb
21
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.14.
b. Computed only for a 2x2
table
Symmetric Measures
Value
Nominal by
Nominal
N of Valid Cases
Contingency
Coefficient
.462
Approx.
Sig.
.017
21
sanitasi air yang digunakan responden * keberadaan bakteri E.coli dalam jus
buah
Crosstab
keberadaan bakteri
E.coli dalam jus
buah
tidak ada
sanitasi air yang tidak memenuhi
digunakan
syarat
Count
Expected Count
ada
Total
0
14
14
2.0
12.0
14.0
131
responden
% within sanitasi
air yang
digunakan
responden
.0%
100.0%
100.0%
3
4
7
1.0
6.0
7.0
42.9%
57.1%
100.0%
3
3.0
18
18.0
21
21.0
14.3%
85.7%
100.0%
memenuhi syarat Count
Expected Count
% within sanitasi
air yang
digunakan
responden
Count
Expected Count
% within sanitasi
air yang
digunakan
responden
Total
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
7.000a
1
.008
b
Continuity Correction
3.938
1
.047
Likelihood Ratio
7.664
1
.006
Fisher's Exact Test
.026
.026
Linear-by-Linear
6.667
1
.010
Association
N of Valid Casesb
21
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by
Nominal
N of Valid Cases
Contingency
Coefficient
.500
Approx.
Sig.
.008
21
sanitasi tempat yang digunakan responden * keberadaan bakteri E.coli
dalam jus buah
132
Crosstab
keberadaan bakteri
E.coli dalam jus
buah
tidak ada
sanitasi tempat
yang digunakan
responden
tidak memenuhi Count
syarat
Expected Count
% within sanitasi
tempat yang
digunakan
responden
memenuhi syarat Count
Expected Count
% within sanitasi
tempat yang
digunakan
responden
Count
Expected Count
% within sanitasi
tempat yang
digunakan
responden
Total
ada
Total
0
16
16
2.3
13.7
16.0
.0%
100.0% 100.0%
3
2
5
.7
4.3
5.0
60.0%
3
3.0
14.3%
40.0% 100.0%
18
18.0
21
21.0
85.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
a
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
11.200
1
.001
b
Continuity Correction
6.836
1
.009
Likelihood Ratio
10.495
1
.001
Fisher's Exact Test
.008
.008
Linear-by-Linear
10.667
1
.001
Association
N of Valid Casesb
21
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .71.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
133
Value
Nominal by
Nominal
N of Valid Cases
Contingency
Coefficient
.590
Approx.
Sig.
.001
21
sanitasi bahan yang digunakan responden * keberadaan bakteri E.coli
dalam jus buah
Crosstab
keberadaan bakteri
E.coli dalam jus
buah
tidak ada
sanitasi bahan yang tidak memenuhi Count
digunakan
syarat
Expected Count
responden
% within sanitasi
bahan yang
digunakan
responden
memenuhi
syarat
Total
ada
Total
0
15
15
2.1
12.9
15.0
.0% 100.0% 100.0%
Count
3
3
6
Expected Count
.9
5.1
6.0
% within sanitasi
bahan yang
digunakan
responden
Count
Expected Count
% within sanitasi
bahan yang
digunakan
responden
50.0%
3
3.0
14.3%
50.0% 100.0%
18
18.0
21
21.0
85.7% 100.0%
134
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
sided)
a
Pearson Chi-Square
8.750
1
.003
b
Continuity Correction
5.143
1
.023
Likelihood Ratio
8.907
1
.003
Fisher's Exact Test
.015
.015
Linear-by-Linear
8.333
1
.004
Association
N of Valid Casesb
21
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .86.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by
Nominal
N of Valid Cases
No.
Contingency
Coefficient
Approx.
Sig.
.542
21
DAFTAR RESPONDEN
Jenis
Umur
Alamat
Kelamin
Warung
Laki-laki
25
Sekaran
Laki-laki
33
Sekaran
1
2
Nama
Responden
Anwar
Titin
3
Suparti
Perempuan
35
4
5
Maemunah
Dery
Perempuan
Laki-laki
27
26
6
7
Sri Murni
Sulistriani
Perempuan
Perempuan
23
17
Sekaran
(Indomart 1)
Sekaran
Sekaran
(Samping
Alfamart 1)
Sekaran
Sekaran
.003
Nama
Warung
Anwar
Sederhana
Asa
D’D’S
Tingkat
Pendidikan
SMP
Akademi/
Universitas
Akademi/
Universitas
SD
SMA
Fruit
Amigos
SMA
SMA
Mi-U
135
8
Malikhatun
Perempuan
40
9
Perempuan
19
10
Khoirus
Sa’adah
Yuli Ariyanti
Perempuan
30
11
Murni
Perempuan
31
12
Perempuan
30
13
Sumarianatul
Faizah
Siti Alwiyah
Perempuan
30
14
Aska
Perempuan
22
15
Titik Ariani
Perempuan
30
16
17
18
Galih
Dewi
Budi
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
24
20
28
19
20
Sunardi
Nisaun
Aliyah
Chanifatun
Laki-laki
Perempuan
23
30
Perempuan
35
21
Gg.
Cempakasari
Gg. Pete
Fadilah
Nur
Idola
Sekaran Rt
01/ II
Sekaran
(Indomaret
2)
Sekaran
(MIPA)
Banaran
MUA Rt 04
Rw V
Sekaran BNI
UNNES
Sekaran Rt
01 Rw II
Sekaran
Sekaran 02
Alfa Mart
Sekaran 1
Banaran
Gg.
Kalimasada
Banaran
Yuli
SMP
SMP
Master
Akademi/
Universitas
SMP
Isna
SMP
Just Mania
SMA
ASA BNI
SMA
Adam
Mamba
In
Orange
Akademi/
Universitas
SMA
SMP
SMA
Aneka
MM
SMP
SMP
Aqtob
SMP
136
DATA HASIL LABORATORIUM KEBERADAAN
ESCHERICHIA COLI
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
No. Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
APM per ml
9
15
15
3
3
3
4
2400
39
210
240
460
1100
2400
4
11
7
7
11
9
43
Ada
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Tidak Ada
v
v
v
-
Keterangan:
Penghitungan menggunakan APM (Angka Paling mungkin) menggunakan 3
tabung.
Contoh: untuk hasil memiliki nilai 3 berarti dalam 3 tabung reaksi semuanya
negatif (tidak ada E. coli). Selebihnya terindikasi positif E.coli dengan berbagai
variasi nilai.
137
138
139
140
141
142
143
DOKUMENTASI
Dokumentasi 1: Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat
144
Dokumentasi 2: Kondisi sanitasi dan higiene penjamah yang tidak memenuhi
syarat
145
Dokumentasi 3: Kondisi Sanitasi dan Higiene Penjamah yang tidak memenuhi
syarat
146
Dokumentasi 4: Proses wawancara dengan responden
147
Dokumenttasi 5 : Uji Laboratoriuum Tes Uji Pendugaan
148
Dokumenttasi 6: Uji L
Laboratorium
m Tes Uji Penetapan
P
149
Dokumenttasi 7 : Uji Laboratoriu
L
um Tes Uji Lengkap,
L
menentukan Positif dan
Negaatif Escheriichia coli.
Download