pengaruh tayangan korean wave di internet

advertisement
PENGARUH TAYANGAN KOREAN WAVE
DI INTERNET TERHADAP PERILAKU KOMUNITAS
KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ISNI RAHMAWATI
NIM: 109051000174
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
PENGARUH TAYANGAN KOREAN WAVE
DI INTERNET TERHADAP PERILAKU KOMUNITAS
KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Isni Rahmawati
NIM: 109051000174
Pembimbing:
Hj. Nunung Khairiyah, MA
NIP. 19730252 007012 018
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku
Komunitas Korean Beloved Addict (KBA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 mei
2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 7 Mei 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekertaris
Drs. Jumroni, M.Si
Umi Musyarrofah, MA
NIP. 19630515 199203 1 006
NIP. 19710816 199703 2 002
Anggota
Penguji I
Penguji II
Ade Masturi, MA
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP. 19750606 200710 1 001
NIP. 19710412 200003 2 001
Pembimbing
Hj. Nunung Khairiyah, MA
NIP. 19730252 00701 2 018
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 27 April 2014
Isni Rahmawati
ABSTRAK
Isni Rahmawati
Pengaruh Tayangan Korean Wave di Internet Terhadap Perilaku Komunitas
Korean Beloved Addict (KBA)
Media massa memegang peran penting dalam perkembangan suatu gejala
sosial. Perkembangan gejala sosial tersebut juga tidak terlepas dari khalayak yang
menggemarinya. Khalayak seakan terbawa pada setiap keindahan yang
ditampilkan media. Begitu pun halnya dengan Korean wave, apapun yang
ditampilkan media tentang Korean wave terlihat menarik untuk dicoba dan ditiru.
Korean wave adalah gelombang budaya, musik, film dan segala sesuatu tentang
Korea yang menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana
pengaruh tayangan Korean wave di internet terhadap perilaku imitasi anggota
komunitas Korean Beloved Addict? Apakah faktor dominan yang memunculkan
perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA) akibat Korean
wave?
Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif
dengan jenis penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner yang
kemudian dilakukan pengujian analisis uji regresi linear berganda, uji korelasi
pearson, dan uji T-test dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows
release.
Berdasarkan hasil penelitian, tayangan Korean wave di internet memiliki
hubungan yang positif terhadap perilaku imitasi komunitas Korean Beloved
Addict (KBA) meskipun tidak signifikan. Hasil regresi linear berganda
menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,658 sedangkan koefisien determinan R
Square = 0,433 berarti variabel tayangan Korean wave di internet memengaruhi
perilaku imitasi sebesar 43,3% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
model yang digunakan peneliti.
Keyword: Media internet, Korean wave, perilaku imitasi
i
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung Peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tayangan Korean Wave di
Internet Terhadap Perilaku Komunitas Korean Beloved Addict (KBA)” dengan
baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada
seluruh umat manusia.
Peneliti ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan mengajarkan peneliti banyak hal.
Ucapan terimakasih tersebut terutama penulis haturkan bagi:
1.
Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, M.A, selaku Wakil Dekan I, Bapak
Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II, dan juga Bapak Drs Sunandar,
M.Ag selaku Wakil Dekan III.
2.
Bapak Rachmat Baihaky, M.A, selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam, dan Ibu Hj. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Sekertaris
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3.
Ibu Hj. Nunung Khairiyah, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.
ii
4.
Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik
serta memberikan beragam ilmu yang sangat bermanfaat. Semoga ilmu-ilmu
para Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga.
5.
Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
membantu peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian
skripsi ini.
6.
Kepada Ayahanda tercinta Giman Soitomo (Alm) dan Ibunda tercinta Tarti,
terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya peneliti bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan semangat. Kiranya peneliti tidak bisa membalas rasa cinta
mereka dengan karya apapun, tetapi peneliti yakin dengan selesainya tugas
akhir ini bisa membuat mereka bangga terhadap peneliti.
7.
Pada kakak-kakak dan keponakan-keponakan yang selalu memberikan warna
tersendiri di saat peneliti sedang jenuh.
8.
Sahabat yang selalu rela menyempatkan waktu untuk berbagi ilmu dan tidak
pernah lelah memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini, Fitri
Mutiara, Nur Afifah, Revina Septhiani, Putu Ameliana, Azzaningtyas
Auliani, Romys Binekasri.
9.
Teman-teman angkatan 2009 khususnya KPI E, Hernisya, Ahmad Hudallah
Salam, Sita Mawarni, Dwi Pranata, Farwah Assegaf, Yusli Anggriyawan,
Lela Muspita, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
10. KKN Cerdas Aktif Sosial 2012, M. Ulul Azmi, Aprilia Safitri, Dhanni
Azijaya, M. Khariswan, M. Dermawan, Meta Yunita, Rachmawaty Landjar,
dan lainnya.
iii
11. Untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, peneliti berharap semoga
karya sederhana ini dapat berguna bagi peneliti dan pembaca. Dan semoga Allah
SWT membalas jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada peneliti
selama pembuatan skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin
yarabbal alaamiin.
Jakarta, 27 April 2014
Isni Rahmawati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................. 1
B.
Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah ........................................................ 7
2.
Perumusan Masalah ......................................................... 7
C.
Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D.
Manfaat Penelitian
1.
Segi Akademis ................................................................. 8
2.
Segi Praktis ...................................................................... 8
E.
Kerangka Pemikiran .................................................................... 8
F.
Pengajuan Hipotesis Penelitian ................................................... 9
G.
Tinjauan Pustaka ........................................................................ 10
H.
Sistematika Penulisan ................................................................. 10
LANDASAN TEORI
A.
Komunikasi
1.
Komunikasi Massa ......................................................... 13
2.
Unsur-Unsur Komunikasi Massa ................................... 13
3.
Efek Komunikasi Massa ................................................. 16
B.
Konsep Pengaruh ....................................................................... 17
C.
Konsep Media Internet
1.
Pengertian Media ............................................................ 18
v
2.
Pengertian Internet ......................................................... 19
3.
Internet Sebagai Media Komunikasi .............................. 21
D.
Teori Uses and Effect ................................................................. 23
E.
Perilaku ...................................................................................... 25
F.
Teori Proses Belajar Sosial ........................................................ 25
G.
Perilaku Imitasi
H.
1.
Pengertian Perilaku Imitasi ............................................ 27
2.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Imitasi ........ 29
3.
Indikator Perilaku Imitasi ............................................... 30
Pengertian Akhlak ...................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ........................................................................... 33
B.
Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................... 34
C.
Populasi Dan Sampel
1.
Populasi .......................................................................... 34
2.
Sampel ............................................................................ 34
D.
Variabel Penelitian ..................................................................... 36
E.
Definisi Operasional ................................................................... 37
F.
Metode Pengumpulan Data ........................................................ 38
G.
Etika Penelitian .......................................................................... 40
H.
Validitas Dan Reabilitas
1.
Validitas .......................................................................... 41
2.
Reabilitas ........................................................................ 41
I.
Pengolahan Data ......................................................................... 43
J.
Metode Analisa Data .................................................................. 44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.
Globalisasi Budaya ......................................................... 50
2.
Media dalam Budaya ...................................................... 50
3.
Budaya Korean Wave ..................................................... 51
vi
BAB V
4.
Situs Kshowonline.com .................................................. 52
5.
Budaya Korea dalam Pandangan Islam .......................... 52
6.
Komunitas Korean Beloved Addict (KBA) ................... 54
B.
Analisa Data Lapangan .............................................................. 58
C.
Analisa Data Penelitian .............................................................. 63
PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................ 68
B.
Saran ........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Kerangka Pemikiran ....................................................................... 8
Tabel 2
Definisi Operasional ..................................................................... 38
Tabel 3
Tingkat reliabel berdasarkan nilai alpha ...................................... 42
Tabel 4
Skala Likert .................................................................................. 44
Tabel 5
Nilai Koefisien ........ .................................................................... 45
Tabel 6
Lamanya Responden Mengakses Korea .................................... 58
Tabel 7
Frekuensi Responden Mengakses Situs Kshowonline.com ......... 58
Tabel 8
Atensi Responden Mengakses Situs Kshowonline.com .............. 59
Tabel 9
Perilaku Imitasi ............................................................................ 59
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Skema Hubungan Variabel Independen dan dependen ................ 37
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman tidak lepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak
perubahan kepada masyarakat, baik dalam cara berpikir maupun tingkah laku.
Kemajuan yang telah dicapai manusia telah dapat melahirkan media yang
sanggup menjangkau seluruh komponen manusia yang heterogen dan lokasi
yang berbeda hingga pelosok bumi ini. Kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan ini adalah realitas yang harus dihadapi oleh manusia.
Salah satu penyebabnya adalah jangkauan pemberitaan media yang
semakin mendunia. Setiap orang, kini, dapat dengan mudah mengakses
informasi yang diinginkan dari berbagai media. Peristiwa yang terjadi di
berbagai belahan dunia secara cepat dapat diketahui oleh siapapun dan di
mana pun ia berada. Informasi yang ada sangat terbuka dan dapat diakses
oleh semua orang serta tidak ada lagi batas waktu dan tempat.
Sebagaimana yang dikutip oleh Wawan Kusnadi dalam majalah
Analisis yang diterbitkan oleh CSIS, Abdul Muis mengatakan bahwa
“Kemajuan teknologi dan informasi melahirkan keanekaragaman saluran
(media) yang semakin lama semakin canggih serta dapat memungkinkan
dalam berbagai macam kejadian.”1
1
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media TV, (Jakarta: Rineka
Putra, 1996), cet. 1, h. 2.
1
2
Media yang dimaksud adalah media massa yang mempunyai
karakteristik dan memiliki kemampuan dalam menarik perhatian khalayaknya
secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). Maka sesuai
dengan sifatnya yang digunakan sebagai penyampai pesan-pesan komunikasi
massa, media massa harus benar-benar mendapatkan perhatian dan
pengawasan lebih, karena hal ini bersangkutan dengan khalayak yang akan
diterpa media tersebut.2
Perkembangan media massa sebagai sarana informasi di Indonesia,
tidak terlepas dari jalannya perkembangan dan perubahan zaman di segala
sektor kehidupan masyarakat. Media massa, pada hakikatnya berupaya
memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan kritis dalam menyoroti
berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.
Media massa tersebut dapat berupa media cetak maupun elektronik. Di
mana fungsi dari media massa tersebut yaitu menyampaikan pesan-pesan
yang dimiliki media kepada khalayak, baik berupa informasi maupun hiburan
semata.
Fungsi media massa sebagai informasi bertujuan untuk memberikan
pemahaman tentang segala sesuatu tanpa mengenal adanya jarak, ruang, dan
waktu. Media massa menghilangkan batas-batas pemisah antar negara yang
memungkinkan terjadinya keseragaman budaya di seluruh dunia. Suatu
kebudayaan dalam suatu negara budaya dapat diketahui, disukai bahkan
diterapkan oleh masyarakat dari negara lain.
2
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 39
3
Salah satu contoh fungsi media massa sebagai media hiburan yang saat
ini sedang marak di kalangan masyarakat Indonesia ialah Budaya pop Korea.
Budaya pop Korea adalah budaya Korea yang ringan dan dikemas secara
menarik yang disebarkan melalui media massa. Hal ini terbukti dengan
banyaknya drama Korea (K-drama) dan musik pop Korea (K-pop) yang mulai
bermunculan di media massa Indonesia. Perkembangan drama Korea dan
musik pop Korea yang sedang melanda Indonesia ini dikenal dengan istilah
Korean wave atau Hallyu.
Korean wave adalah gelombang budaya, musik, film dan segala sesuatu
tentang Korea yang menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia.
Negara yang beribukota di Seoul ini mampu menggebrak dunia di abad ke-21
ini melalui dunia entertainment dengan Korean wave nya.3
Drama Korea (K-drama), musik pop Korea (K-pop), olahraga (Ksports), fashion (K-fashion), seni rupa merupakan produk-produk budaya pop
yang ditawarkan oleh Korea Selatan. Keberhasilan merebaknya budaya Korea
di beberapa negara di dunia tidak lepas dari peran media massa.
Media massa (baik cetak maupun elektronik) memegang peran penting
dalam perkembangan Korean wave. Rutinnya media massa memberitakan
tentang budaya Korea merupakan salah satu alasan berkembangnya budaya
Korea di Indonesia.
Televisi merupakan media elektronik yang paling mudah dijangkau dan
diminati oleh semua kalangan dan semua umur, dan memberikan pengaruh
besar terhadap pengetahuan, motivasi, serta perilaku penontonnya. Kekuatan
3
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia, (Yogyakarta:
INAKOS bekerja sama dengan Pusat Studi Korea Universitas Gajah Mada, 2012), cet. 1, h. 154
4
audiovisual yang dimiliki televisi mampu menyentuh jiwa khalayak, sehingga
mereka yang menyaksikan drama Korea seperti terbawa dalam perasaan
setiap peran yang ditampilkan dalam drama tersebut.
Tidak seperti televisi yang bersifat audiovisual, radio juga mampu
menyebarkan budaya Korea di masyarakat. Walaupun hanya berupa suara
(audio), radio mampu menyebarkan budaya Korea dengan cara memutar
musik pop Korea (K-pop). Seperti yang kita ketahui, boyband dan girlband
Korea cukup diminati khalayak di Indonesia. Berkembangnya K-pop di
berbagai belahan dunia juga merupakan pencetus lahirnya boyband dan
girlband di Indonesia.
Media cetak seperti majalah, koran, dan tabloid juga turut berperan
dalam perkembangan Korean wave di Indonesia walaupun kemampuannya
dalam memengaruhi khalayak tidak sebesar televisi, radio, dan internet. Cara
media cetak menyebarkan Korean wave di Indonesia yaitu dengan
memberitakan hal baru mengenai artis-artis Korea yang dikemas secara
menarik. Media cetak ini membantu memberikan informasi bagi mereka yang
wilayahnya tidak terjangkau internet.
Media massa elektronik yang juga tidak kalah penting dalam
perkembangan Korean wave adalah internet. Melalui internet, informasi
mengenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung,
sehingga membuatnya menjadi suatu peranti meriah yang sangat efektif.
Banyak sekali forum yang tersedia untuk tujuan istimewa ini. Hal ini
5
dikarenakan internet sebagai perkakas sempurna untuk menyiagakan dan
mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis.4
Internet melengkapi keingintahuan khalayak yang berlebih mengenai
Korean wave. Melalui situs-situs resmi perusahaan entertainment Korea, situs
jejaring sosial, serta blog-blog mengenai Korea merupakan sarana paling
mudah dan cepat menyebarnya
Korean wave secara Internasional.
Beragamnya informasi yang disajikan internet mengenai Korean wave
menjadikan khalayak aktif dalam mencari informasi yang dibutuhkannya.
Antusias khalayak Indonesia yang cukup besar terhadap Korean wave
menyebabkan negara yang terkenal dengan sebutan negeri gingseng tersebut
semakin gencar dalam menyebarkan virus Korean wave di Indonesia.
Seperti gejala sosial lain yang ditampilkan media, Korean wave juga
memiliki efek tertentu bagi khalayak. Efek yang ditimbulkan pun berbedabeda pada setiap khalayak. Efek tersebut dapat berupa efek kognitif, efek
afektif, ataupun efek behavioral.
Efek Korean wave dapat dilihat dari semakin banyak restoran yang
menyajikan makanan khas Korea, banyak bermunculannya online shop yang
menjual mode baju Korea, dan yang tidak kalah menarik banyak produk
kecantikan yang beredar yang menjanjikan kecantikan layaknya orang Korea.
Perilaku yang timbul akibat Korean wave pun bermacam-macam dan
berbeda-beda pada setiap orang. Perilaku-perilaku tersebut diantaranya yaitu
seperti, belajar bahasa Korea Selatan (Hangul), aktif mengikuti festivalfestival Korea Selatan yang diadakan di Indonesia sehingga dapat menambah
4
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h. 144
6
pengetahuan budaya, mewarnai rambut seperti idolanya, menyukai kuliner
khas Korea Selatan, menggunakan mode baju Korea Selatan, dan masih
banyak lagi perilaku yang ditimbulkan Korean wave.
Dari kegemaran khalayak pada Korean wave secara tidak langsung
mengubah pola perilaku masyarakat Indonesia, khususnya kalangan muda.
Kalangan muda mudah terbius dengan apa yang ditampilkan media sehingga
apa yang ditampilkan media mengenai Korea Selatan terlihat menarik di mata
penikmat Korea.
Mahasiswa sebagai bagian dari kalangan muda dan terpelajar pada
umumnya
dianggap
memiliki
akses
lebih
banyak
terhadap
media
dibandingkan masyarakat biasa. Mahasiswa dianggap sebagai khalayak yang
cukup aktif menggunakan berbagai media massa. Mahasiswa secara aktif
dapat mengakses berbagai hal mengenai Korean wave melalui media massa
yang ada.
Dari sifat aktif yang dimiliki mahasiswa terhadap penggunaan media
massa tersebut, timbul sebuah pertanyaan, apakah mahasiswa yang notabene
dapat mengkritisi, memilih dan memilah dapat terpengaruh akan perilaku
yang timbul akibat Korean wave?
Pertanyaan di atas merupakan alasan mengapa peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tayangan Korean Wave di
Internet Terhadap Perilaku Komunitas Korean Beloved Addict (KBA).
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang dapat diteliti mengenai Korean wave, namun
dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada pengaruh
situs Kshowonline.com terhadap perilaku imitasi mahasiswa, dan
mahasiswa yang dijadikan batasan dalam penelitian ini yaitu sebuah
komunitas pecinta Korea yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Korean Beloved Addict (KBA).
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1) Bagaimana pengaruh situs Kshowonline.com terhadap perilaku
imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA)?
2) Apakah faktor dominan yang memunculkan perilaku imitasi
anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA) akibat terpaan
situs KBS?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai judul pada penelitian ini, maka tujuan dilakukannya penelitian
yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh situs Kshowonline.com
terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA)
dan mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi timbulnya perilaku
imitasi.
8
D. Manfaat Penelitian
1.
Segi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pengetahuan
yang memadai
kepada pembaca,
khususnya dalam mata kuliah Ilmu Komunikasi, yaitu sebagai
pembuktian bahwa media massa cukup berperan dalam mengubah
perilaku seseorang.
2.
Segi Praktis
Hasil
penelitian
ini
juga
diharapkan
sebagai
wadah
pengevaluasian diri dalam menyikapi permasalahan sosial yang hadir
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mengetahui dampak positif
dan negatif yang timbul dari sebuah gejala sosial.
E. Kerangka Pemikiran
Adapun
kerangka
pemikiran
yang
digunakan
peneliti
merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kerangka Pemikiran
Tayangan Korean wave
di Internet
Variabel X
Perilaku imitasi
Variabel Y
dalam
9
Media massa baik cetak maupun elektronik termasuk internet
merupakan agen sosialisasi yang mudah digunakan dalam masyarakat saat
ini. kebutuhan khalayak akan informasi menjadikan media massa semakin
berkembang. Hasil dari terpaan media berdampak pada perubahan kognitif,
afektif, dan behavioral khalayaknya.
Begitupun dengan Korean wave, salah satu gejala sosial ini juga
memiliki dampak bagi khalayak yang menggemarinya, yaitu berupa perilaku
imitasi atau meniru. Perilaku imitasi atau meniru tersebut dapat berupa cara
berbicara, cara berpakaian, menggunakan asesoris seperti artis idolanya, dan
lain-lain.
F. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula
dengan hipotesis alternatif (Ha).5 Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
1.
Ho : βo = 0
Tayangan
Korean
wave
di
internet
tidak
berpengaruh terhadap perilaku imitasi anggota
komunitas Korean Beloved Addict (KBA).
2.
Ha : βo ≠ 0
Tayangan Korean wave di internet berpengaruh
terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean
Beloved Addict (KBA).
5
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 1999), Cet. ke-2, h. 22-23
10
G. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang telah dilakukan oleh
peneliti di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti
menemukan skripsi yang memiliki kemiripan judul dengan yang akan peneliti
teliti, judul skripsi tersebut adalah:
1.
Skripsi yang dibuat oleh Nuri Rahma Fajria (107051003387), dengan
judul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perilaku
Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”. Skripsi ini membahas
tentang seberapa besar tayangan opera van java memengaruhi perilaku
kekerasan remaja.
2.
Skripsi yang dibuat oleh Meila Meilani (108051100065), dengan judul
“Pemberitaan K-Pop di Media Online detikcom Terhadap Perilaku
Komunitas Facebook Asrama EXO”. Skripsi ini membahas tentang
kebenaran informasi yang diberitakan detikcom dalam memberitakan
K-pop.
3.
Skripsi yang dibuat oleh Andri Yanto (108051000046), dengan judul
“Pengaruh Facebook Terhadap Keterbukaan Diri Mahasiswa UIN
Syarif
Hidayatullah”.
Skripsi
ini
membahas
tentang
tingkat
keterbukaan dan kepercayaan mahasiswa terhadap akun pengguna lain
di jejaring sosial facebook.
H. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka peneliti
akan membagi pokok-pokok permasalahan ke dalam lima bab, yaitu sebagai
berikut:
11
BAB I
PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan dan
Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kerangka Pemikiran, Pengajuan Hipotesis Penelitian,
Tinjauan Kepustakaan, dan Sistematika Penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
Berisi tentang Komunikasi Massa, Pengaruh, Media
Internet, Teori Uses and Effect, Perilaku, Teori Proses
Belajar Sosial (Social Learning Theory), Perilaku Imitasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu
Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian,
Definisi Operasional, Metode Pengumpulan Data, Etika
Penelitian, Validitas dan Reabilitas, Instrumen Penelitian,
Pengolahan Data, Metode Analisa Data.
BAB IV PENGARUH
TAYANGAN
KOREAN
WAVE
DI
INTERNET TERHADAP PERILAKU KOMUNITAS
KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)
Berisi tentang budaya Korea, profil komunitas Korean
Beloved Addict (KBA), dan analisa terhadap penelitian yang
telah dilakukan.
12
BAB V
PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran. Kemudian bagian
terakhir memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi
1.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia
(human communication). Ia lahir dengan penggunaan alat-alat
mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Di
Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu, baru lahir pada
tahun 1940-an. Ketika itu para ilmuan sosial mulai melakukan
pendekatan-pendekatan ilmiah mengenai gejala komunikasi, adapun
di Indonesia, gejala komunikasi yang menggunakan media massa baru
dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an.
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass
communication sebagai kependekan dari mass media communication
(komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan
media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass
communication atau communications diartikan sebagai saluran, yaitu
media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass
communication.1
2.
Unsur-unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa terdiri dari unsur : sumber (source), pesan
(message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect).
1
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 67-69
13
14
Menurut Lasswell unsur-unsur dalam komunikasi massa adalah
sebagai berikut:2
a)
Who (Sumber atau Komunikator)
Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau
organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau
organisasi (institutionalized person). Pengertian institutionalized
dalam hal ini ialah stasiun televisi, sedangkan yang dimaksud
dengan person adalah redaktur atau kerabat kerja.
b) Says What (Pesan)
Wright (1977), memberikan karakteristik pesan dalam
komunikasi massa sebagai berikut:
1) Publicity
Pesan-pesan bersifat terbuka untuk umum atau publik.
2) Rapid
Pesan dalam komunikasi massa dapat mencapai pemirsa yang
luas dalam waktu yang singkat serta terus-menerus.
3) Transient
Pesan dalam komunikasi massa bersifat sementara dan bukan
permanent.
c)
In Which Channel (Saluran atau Media)
Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang
digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi
2
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 70-80
15
massa, bisa juga disebut sebagai media penunjang untuk
menyampaikan pesan.
d) To Whom (Penerima)
Unsur ini berkaitan dengan sasaran dalam komunikasi massa.
Menurut Wright, penerima pesan dalam komunikasi massa
memiliki karakteristik seperti:
1) Large (besar)
Besarnya mass audience bersifat relatif, menyebar di berbagai
lokasi, dan tidak saling berinteraksi satu sama lain secara
langsung.
2) Heterogen (beraneka ragam)
Sasaran komunikasi massa bersifat heterogen, yaitu sangat
beragam dari berbagai lapisan masyarakat.
3) Anonim (tidak saling mengenal)
Baik komunikator maupun komunikan dalam komunikasi
massa tidak saling mengenal satu sama lain.
e)
With What Effect (unsur efek atau akibat)
Efek merupakan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
diri pemirsa sebagai akibat dari pesan-pesan media. Ada tiga jenis
efek yang dapat timbul dalam diri pemirsa:
1) Efek Kognitif
Efek yang dapat mengubah nilai yang saat ini ada dan telah
terpelihara di dalam masyarakat.
16
2) Efek Afektif
Efek ini merupakan proses yang berhubungan dengan emosi
dan perasaan seseorang, seperti ketakutan, kegelisahan, serta
moral.
3) Efek Konatif
Efek konatif merupakan hasil perluasan efek kognitif dan
afektif.
3.
Efek Komunikasi Massa
Efek atau pengaruh adalah salah satu elemen dalam
komunikasi yang sangat penting, untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya proses komunikasi yang dilakukan. Efek adalah perubahanperubahan yang terjadi di dalam diri audiens akibat keterpaan pesanpesan media.3
David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam
tiga kategori yaitu perubahan dalam pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), dan perilaku nyata (behavior). Ketiga jenis perubahan itu
biasanya (tidak selalu) berlangsung secara berurutan. Perubahan
perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan
sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui
melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan
sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana
untuk mengetahui efek.4
3
4
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 70
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 9.
17
Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan
pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media
massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan
dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee,
ini pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan
kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak
komunikasi massa. Berupa penerimaan informasi, perubahan perasaan
atau sikap, dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain, perubahan
kognitif, afektif, dan konatif (behavioral). Pendekatan ketiga meninjau
satuan observasi yang dikenal efek komunikasi massa-individu,
kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.5
B. Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.6 Dari pengertian di atas telah
dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya
yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.
Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri
penerima, karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan ini
meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku
nyata. Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau
5
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya), cet. Ke-21,
h. 218.
6
Tim Penyusun Khusus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988),
Edisi pertama, h. 664.
18
perubahan-perubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti
pengetahuan, sikap, dan perilaku atau ketiganya. Perubahan-perubahan di
pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan
penerima sebagai umpan balik di pihak penerima.7
Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau
hubungan sebab akibat antara apa yang memengaruhi dengan apa yang
dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa ada
hal yang menghubungkannya. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang
bisa memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang
disebut
pengaruh
tersebut
berubah,
maka
akan
ada
akibat
yang
ditimbulkannya.
Dari pengertian di atas, diketahui bahwa pengaruh adalah suatu daya
yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga dalam
penelitian ini, peneliti meneliti mengenai seberapa besar daya yang ada atau
ditimbulkan oleh media internet tentang Korean wave terhadap perilaku
imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).
C. Media Internet
1.
Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara
harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Kata tengah
itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai
„perantara‟ atau
yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena
posisinya di tengah ia juga bisa disebut sebagai pengantar atau
7
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 39
19
penghubung, yakni yang menghantarkan atau menghubungkan atau
menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi lainnya.8
Dalam perkembangannya, media mengikuti perkembangan
teknologi. Dimulai
dengan sistem percetakan, kemudian lahir
teknologi audiovisual dan sekarang muncul teknologi mikro-prosesor
yang melahirkan pemakaian komputer dan layanan interaktif.
2.
Pengertian Internet
Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir
(sejak munculnya TV) adalah penemuan dan pertumbuhan internet.
Internet adalah jaringan komputer dunia yang mengembangkan
ARPANET, suatu sistem yang terkait dengan pertahanan-keamanan
yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi
yang berjaringan ini dengan cepat ditangkap oleh para peneliti dan
pendidik secara umum. Akhir-akhir ini, melalui komputer di rumah,
modem, dan warnet, serta melalui layanan-layanan seperti Web-TV,
internet hadir untuk publik. Pada keadaan seperti inipun masih ada
beberapa orang yang tak setuju bahwa internet merupakan sebuah
media massa baru.9
Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya
diversivikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio,
komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang
8
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 6
9
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. ke-5, h. 443
20
disebut dengan internet.10 Internet merupakan salah satu solusi luar
biasa yang pernah diciptakan oleh manusia, informasi apapun dan dari
manapun memungkinkan untuk didapatkan melalui teknologi ini.11
Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang
berarti jaringan yang saling berhubungan. Disebut demikian karena
internet merupakan jaringan komputer-komputer di seluruh dunia
yang saling berhubungan dengan bantuan jalur telekomunikasi.12
Selain itu, internet juga merupakan kumpulan dari manusia-manusia
yang secara aktif berpartisipasi sehingga membuat internet menjadi
sumber daya informasi yang sangat berharga.13
Quarterman dan Mitchell membagi manfaat internet dalam
empat kategori, yaitu:14
1.
Internet sebagai media komunikasi, merupakan manfaat internet
yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet
dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
2.
Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup,
FTP dan WWW (World Wide Web – jaringan situs-situs web)
para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar
informasi dengan cepat dan murah.
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-5, h. 113
11
Jack Febrian, Menggunakan Internet, (Bandung: Informatika, 2005), h. 1
12
Ali Akbar, Visual Basic: Net Belajar Praktis Melalui Berbagai Tutorial dan Tips,
(Bandung: Informatika, 2005), h. 10
13
Jack Febrian, Menggunakan Internet, h. 22
14
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal IIK Novianto.pdf diakses pada 20 februari
2014, pukul 21.38
21
3.
Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet
yang pesat, menjadikan WWW sebagai salah satu sumber
informasi yang penting dan akurat.
4.
Manfaat komunitas, internet membentuk masyarakat baru yang
beranggotakan para pengguna internet dari seluruh dunia. Dalam
komunitas ini pengguna internet dapat berkomunikasi, mencari
informasi,
berbelanja,
melakukan
transaksi
bisnis,
dan
sebagainya.
3.
Internet Sebagai Media Komunikasi
Pertumbuhan
dramatis
internet
telah
mempresentasikan
gagasan “mediamorfosis” oleh Roger Fidler yang berarti sebagai
perubahan bentuk media komunikasi yang biasanya disebabkan oleh
interaksi kompleks dari kebutuhan-kebutuhan penting, tekanantekanan kompetitif dan politis dan inovasi-inovasi sosial dan
teknologi.15
Internet telah membentuk ruang dan waktu baru, yang bersifat
nirjarak dan nirwaktu, yang disebut cyberspace. Hampir semua media
komunikasi saat ini yang kita kenal akhirnya berkonvergensi menyatu
membuat internet disebut sebagai multimedia. Sebagian buku
mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media massa,
sebagian lagi mengkategorikannya sebagai media antar pribadi. Kedua
pandapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Karena, kedua
pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat
15
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, h. 443
22
internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah
media massa, misalnya ketika seseorang berkunjung ke majalah
elektronik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar
pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang teman,
misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi
juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan
atau mengkajinya.16
Sifat media seperti, kesiapan (mengetahui sesuatu dengan
segera), penyediaan stabilitas (mendapatkan berita kapan saja mereka
inginkan), mengatasi keterbatasan ruang (memberikan informasi
rinci), menaklukan jarak (mendapatkan berita dari tempat yang jauh),
memberikan rangkuman berita, memberikan berbagai pilihan (melihat
jenis berita tertentu), serta daya akses yang ekonomis merupakan
alasan mengapa banyak khalayak yang mengunjungi situs-situs
online.17
Profesor Gabriel Weimann, guru besar Ilmu Komunikasi pada
Universitas Haifa, Israel mengemukakan bahwa para ilmuwan perlu
mencermati secara serius adanya kecenderungan yang kini terjadi di
media internet yang dinamakan narrowcasting, yang berbanding
terbalik dengan broadcasting. Yang diartikan sebagai penyebaran
informasi untuk kalangan terbatas, bukan ditujukan untuk publik
16
D. Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2004), h. 106
17
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, h. 455
23
sebagaimana peran yang dilakukan dunia penyiaran konvensional
(broadcasting).18
Kecenderungan ini memungkinkan munculnya kalangankalangan tertentu dalam dunia maya yang disebut juga komunitas
maya (virtual communities). Ruang chatting, e-mail, milis dan
kelompok-kelompok diskusi via elektronik adalah contoh baru
tempat-tempat
yang
dipakai
oleh
komunitas
untuk
saling
berkomunikasi.19
D. Teori Uses and Effect
Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Berarti
„exposure‟ yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam
konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih
komplek, di mana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk
memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat
dipenuhi.
Jika dalam uses and gratification penggunaan media pada dasarnya
ditentukan oleh kebutuhan dasar individu, sementara pada uses and effect
kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap
media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa individu kepada
keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media.
18
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30393/4/Chapter II.pdf (Majalah Dictum,
hal 2, Desember 2007), diakses pada 20 Februari 2014 22.42
19
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, h. 447
24
Pemikiran yang pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl ini
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori
tradisional mengenai efek. Konsep „use‟ (penggunaan) merupakan bagian
yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. karena pengetahuan
mengenai penggunaan media dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi
pemahaman
dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi
massa.20
Model Aliran Satu Tahap (One Step Flow)
Model aliran satu tahap merupakan model komunikasi yang
berinteraksi langsung dengan audience-nya. Dengan kata lain, pesan-pesan
media mengalir tanpa perantara (audience bisa mengakses langsung media
tersebut).
Media massa bukanlah all powerfull dan tidak semua media massa
mempunyai kekuatan yang sama dalam menarik pembacanya melalui isi
pesan yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena audience menyeleksi
setiap pesan yang disampaikan media tersebut. Pesan-pesan yang diterima
sangat tergantung pada sistem seleksi yang ada pada masing-masing
audience. Tidak semua audience menghasilkan dampak atau efek yang sama
setelah menerima pesan-pesan dari media massa tertentu.
Oleh karena itu, model aliran satu tahap membantu penelitian ini
sebagai langkah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan situs
Kshowonline.com terhadap perilaku anggota komunitas Korean Beloved
Addict (KBA).
20
5.44
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.43-
25
E. Perilaku
Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu
pengondisian. Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang
membentuk rangkaian kompleks perilaku. Rangkaian kompleks meliputi
pemikiran, motivasi, kepribadian, emosi, dan pembelajaran. Teori perilaku
adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat
membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang.
Menurut Skinner, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.21
F. Teori Proses Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori yang digagas Albert Bandura, yakni pakar psikologi ini
mengemukakan bahwa manusia belajar tidak hanya melalui pengalaman
langsung, melainkan juga melalui peniruan (modelling). Bandura berpijak
pada pemikiran bahwa perilaku seseorang adalah gabungan hasil faktor-faktor
kognissi dan lingkungan.22
Dalam proses belajar sosial (Social Learning Process), Albert Bandura
menggagas bahwa media massa merupakan agen sosialisasi utama selain
21
2003)
22
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
E. B Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan kekerasan Mengancam
Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 142-143
26
orang tua, keluarga besar, guru, sekolah, sahabat dan seterusnya. Bandura
membagi prosesnya ke dalam empat tahapan, yakni:23
a.
Proses Perhatian (Attention)
Pada tahapan ini seseorang mengamati peristiwa secara langsung atau
tidak langsung. Peristiwa atau kejadian dapat saja berupa tindakan
tertentu, misalnya pemikiran (abstract modelling) seperti sikap, nilainilai atau pandangan hidup.
b.
Proses Mengingat (Retention)
Dari tahapan perhatian terhadap suatu peristiwa, seseorang akan
menyimpan peristiwanya ke dalam memorinya dalam bentuk imajinasi
atau lambang secara verbal sehingga menjadi ingatan (memory) yang
sewaktu-waktu dapat datang kembali.
c.
Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproduction)
Pada tahapan ini, seseorang akan menyatakan kembali pengalamanpengalaman yang sebelumnya perseptual. Hasil ingatan tadi akan
meningkat menjadi bentuk perilaku.
d.
Proses Motivasional (Motivasional)
Suatu motivasi sangat tergantung kepada peneguhan (reinforcement)
yang mendorong perilaku seseorang ke arah pemenuhan tujuan tertentu.
Perilaku akan terwujud apabila ada nilai peneguhan, misalnya self
reinforcement adalah rasa puas diri.
23
Hurley, S dan Nick Charter, Perspectives on Imitation, (Cambridge, MA: MIT press,
2005), h. 36
27
G. Perilaku Imitasi
1.
Pengertian Perilaku Imitasi
Perilaku mempunyai arti yang lebih kongkret dari pada “jiwa“.
Karena lebih kongkret itu, maka perilaku lebih mudah dipelajari dari
pada jiwa dan melalui perilaku kita tetap akan dapat mempelajari jiwa.
Termasuk dalam perilaku di sini adalah perbuatan-perbuatan yang
terbuka (overt) maupun yang tertutup (covert). Perilaku yang terbuka
adalah perilaku yang kasat mata, dapat diamati langsung oleh
pancaindera, seperti cara berpakaian, atau cara berbicara. Perilaku
yang tertutup hanya dapat diketahui secara tidak langsung, misalnya
berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dsb.24
Teori peniruan (modelling theory) hampir sama dengan teori
identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
mengembangkan kemampuan afektifnya. Tetapi berbeda dengan teori
identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam
pencarian gratifikasi. Di sini, individu dipandang secara otomatis
cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya
dan meniru perilakunya. Kita membandingkan perilaku kita dengan
orang yang kita amati, yang berfungsi sebagai model. Komunikasi
massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya.
Media cetak mungkin menyajikan pikiran dan gagasan yang lebih
jelas dan lebih mudah dimengerti daripada yang dikemukakan orangorang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Media piktoral seperti
24
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi
Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 52
28
televisi, film, dan komik secara dramatis mempertontonkan perilaku
fisik yang mudah dicontoh. Teori peniruanlah yang dapat menjelaskan
mengapa media massa begitu berperan dalam menyebarkan mode –
berpakaian, berbicara, atau berperilaku tertentu lainnya.25
Menurut Gabriel Tarde, perilaku imitasi adalah seluruh
kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja.
Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam
interaksi sosial itu tidak kecil. Gabriel Tarde (1903), juga berpendapat
bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk
menandingi (menyamai atau bahkan melebihi) tindakan orang di
sekitarnya.
Ia berpendapat bahwa mustahil bagi dua individu yang
berinteraksi dalam waktu
yang cukup panjang untuk tidak
menunjukan peningkatan dalam peniruan perilaku secara timbal balik.
Perilaku imitasi itu terjadi karena adanya tokoh idola yang dijadikan
sebagai model untuk ditiru. Ketika keterpesonaan sekedar menjadi
sarana melepaskan diri dari kenyataan menuju impian yang
termanifestasikan pada diri seseorang, maka kita masih berada pada
wilayah kewajaran. Tapi, manakala dalam keterpesonaan tersebut, kita
menyingkirkan batas antara kenyataan dan impian, dan berupaya
mencampuradukan keduanya, itulah awal mala petaka dari sebuah
keterpesonaan.
25
216
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.
29
Proses pengimitasian diri itu sendiri berlangsung lebih dalam,
peniruannya tidak cukup sebatas aspek-aspek penampilan simbolis,
tapi meliputi totalitas kepribadiannya, termasuk hal-hal yang secara
prinsipil perlu dihindari. Meniru perilaku destruktif berupa hedonis
(pemuasan diri di luar batas kepatutan), memamerkan kemewahan,
merongrong sendi-sendi moralitas, mempertontonkan keberanian yang
tidak diperlukan, maupun tindakan yang mengarah kepada keinginan
melakukan
bunuh
diri,
merupakan
bentuk
kekaguman
yang
membahayakan.26
2.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Imitasi
Perilaku merupakan hasil dari faktor kognitif dan lingkungan.
Individu belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi juga dari
peniruan atau peneladanan (modelling). Perilaku akan berpengaruh
pada lingkungan dan diri organisme atau person; person akan
berpengaruh pada lingkungan atau perilaku; demikian pula sebaliknya,
lingkungan akan berpengaruh pada perilaku person atau organisme.
Dari formulasi di atas menunjukkan adanya berbagai macam
formulasi mengenai perilaku, namun dapatlah dikemukakan bahwa
dalam perilaku organisme itu tidak dapat lepas dari pengaruh
lingkungan dan organisme itu sendiri.27
26
27
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 52
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 10-11
30
3.
Indikator Perilaku Imitasi
1. Indikator Motif
Meliputi dorongan yang bersifat irasional maupun yang rasional,
ikut-ikutan dan uji coba. Pada awalnya dorongan seorang
konsumen untuk melakukan tindak pemilihan diantara jenis
kegiatan karena rasa senang.
2. Indikator Mode
Mencakup kegiatan yang sedang popular dan digemari oleh banyak
orang. Adapun kesempatan dari aspek-aspek yang mendasari
perilaku seseorang dalam berperilaku adalah pengenalan masalah,
pencarian
informasi,
penilaian
alternatif,
keputusan
untuk
melakukan perilaku.28
H. Pengertian Akhlak
Dalam Islam, perilaku disebut dengan akhlak. Secara etimologi kata
„akhlak‟ berasal dari bahasa Arab jama‟ dari bentuk mufradatnya „Khuluqun‟
yang menurut logat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Sementara secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang
yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik.29
28
http://jurnal-kommas.com/docs/JURNAL paramitha anggun.pdf diakses pada 27 Februari
2014, pukul 20.27
29
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak. diakses pada 9 Mei 2014, pukul 20.15
31
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia yang dapat dinilai baik atau buruk dengan menggunakan
ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.30
Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu:
1.
Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlaqul Mahmudah), yaitu perbuatan
yang baik terhadap Tuhan , sesama manusia dan makhluk-makhluk
lainnya.
2.
Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaqul Madzmumah), yaitu
perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhlukmakhluk lainnya.
Akhlak merupakan etika perilaku manusia, baik terhadap sesama
manusia, perilaku manusia dengan Allah SWT, maupun perilaku manusia
terhadap lingkungan.
Manusia dapat kehilangan arah jika nilai-nilai spiritualnya ditinggalkan.
Nilai-nilai spiritual yang dimaksud adalah ajaran agama yang berupa
perintah, larangan atau anjuran yang kesemuanya berfungsi untuk membentuk
perilaku atau kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah
serta sebagai masyarakat.31
Di zaman modern saat ini, akhlak Islami terkadang menjadi hal yang
hampir terlupakan. Tingkah laku yang dilakukan manusia kini lebih banyak
mengedepankan kesenangan semata tanpa memikirkan halal atau haram
akibat terbawa arus peradaban modern. Seorang muslim haruslah berperilaku
menurut syariat-syariat yang dianjurkan oleh agama. Islam mengatur setiap
30
31
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawwuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 5
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawwuf, h. 39
32
aspek kehidupan, mulai dari hal kecil sampai perkara yang kompleks. Dan
setiap manusia yang mengaku beragama Islam, ia terikat sepenuhnya kepada
seluruh hukum Islam tanpa terkecuali.
Dalam penelitian ini, akhlak Islami yang menjadi perhatian peneliti,
yaitu cara berpakaian anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA)
Di dalam ajaran Islam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup
badan, tidak hanya sekedar mode atau tren yang mengikuti perkembangan
zaman. Islam mengajarkan tata cara berpakaian yang sesuai dengan ajaran
agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan.
Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim haruslah memenuhi
syarat tertentu, yakni: menutup aurat, tidak terbuat dari emas atau sutera,
tidak menyerupai pakaian wanita untuk laki-laki, tidak menyerupai laki-laki
untuk yang perempuan, tidak transparan dan tidak terlalu ketat, dan tidak
menyerupai orang-orang kafir.32
32
http://mahabesar.wordpress.com/sdsmpsma/adab-dalam-berpakaian. diakses pada 9 mei
2014, pukul 19.54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Dalam setiap penelitian perlu adanya suatu metode yang digunakan.
Hal ini merupakan cara akurat untuk memecahkan masalah serta
mempermudah menarik kesimpulan.
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis pendekatan
kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dapat diukur dengan menggunakan
rumus statistik untuk analisis data dan dihitung secara langsung. Dengan
kata lain, data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Angka
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan, penggunaan,
dan pemecahan masalah.1
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain deskriptif yaitu
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Sedangkan ciri-ciri penelitian
deskriptif secara harfiah adalah penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian.2
1
Muslich, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1993),
2
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 63-64
h. 4
33
34
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan januari 2014 sampai
dengan april 2014, dan adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi
objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu,
kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa
menjadi sumber data penelitian.3 Populasi menunjukkan pada
sekumpulan orang atau objek yang memiiki kesamaan dalam satu
atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu
penelitian khusus.4 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
komunitas Korean Beloved Addict (KBA). Berdasarkan data yang
ada, komunitas tersebut beranggotakan sebanyak 120 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Sampel juga
merupakan sebuah cuplikan yang diambil dari satu populasi dan
diteliti secara profesional.5 Untuk menentukan sampel yang diteliti,
maka harus dilakukan terlebih dahulu teknik sampling. Teknik
3
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada, Media
Group, 2005), cet. Ke-3, h. 99
4
Ahmad Jamili dan Sari Winahjoe, Dasar-dasar Riset Pemasaran, (Yogyakarta: Media
Widya Mandala, 1992), cet. Ke-1, h. 73
5
Ahmad Jamili dan Sari Winahjoe, Dasar-dasar Riset Pemasaran, h. 75
35
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data.
Untuk mengetahui jumlah responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin. Rumus Slovin
untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran
populasi (N) pada taraf signifikansi a. Sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan yaitu 5% atau a = 0,05. Adapun rumus Slovin
adalah sebagai berikut:6
Keterangan:
n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= nilai error sebesar 10%
Derajat error yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
10%. Jumlah sampel dalam penelitian ini akan ditentukan sebagai
berikut:
Populasi komunitas Korean Beloved Addict (KBA) adalah
120, maka:
6
156
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
36
Sampel diambil dari total populasi sebagai wakil dari total
populasi yang merupakan anggota komunitas yang mengakses situs
Kshowonline.com.
Teknik
sampling
merupakan
cara
yang
digunakan dalam pengambilan sampel penelitian. Dalam penelitian
ini teknik pengambilan sampel dengan metode Probability Sampling
(sampling probabilitas) merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Untuk penarikan sampel, peneliti menggunakan sampling
acak sederhana (simple random sampling), dikatakan simpel karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.7
D.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,
yaitu variabel independen (variabel pengaruh) dan variabel dependen
(variabel terpengaruh).
Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah liputan media
internet tentang Korean wave yang meliputi: durasi, frekuensi, dan atensi
dalam mengakses internet.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku
imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).
Bila dilihat dalam skema hubungan variabel independen dan dependen
adalah sebagai berikut:
7
Sugiyono, Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Ganesha,
2006), h. 74
37
Gambar 1.
Skema hubungan variabel independen dan variabel dependen
Variabel Pengaruh

Variabel Terpengaruh

Tayangan media internet
Perilaku imitasi
tentang Korean wave
Pengaruh terhadap perilaku
responden adalah:
E.

Tinggi

Rendah
Definisi Operasional
Definisi
operasional
operasional
berdasarkan
adalah
mendefinisikan
karakteristik
yang
variabel
diamati,
secara
sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional bertujuan
untuk memberi batasan kepada variabel yang terkait dengan penelitian
sehingga variabel dapat diukur sesuai dengan parameter yang dipakai.8
8
Hidayat, Aziz Alimun, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data,
(Jakarta: Salemba Medika, 2007)
38
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
1. V.Independen
a. Durasi
Alat Ukur
Kuesioner
Waktu yang dihabiskan untuk
mengakses internet tentang
Korean wave
b. Frekuensi
Intensitas mengakses internet Kuesioner
tentang Korean wave
c. Atensi
Perhatian
ketika
yang
diberikan Kuesioner
mengakses
internet
tentang Korean wave
1. V. Dependen
Tanggapan
atau
reaksi Kuesioner
a. Perilaku Imitasi
individu yang terwujud di
gerakan (sikap), tidak saja
pada badan atau ucapan.
F.
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka
peneliti melakukan pengumpulan data primer berupa data-data yang
diperoleh dari hasil lapangan atau di lokasi penelitian. Data primer yaitu
data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama di lokasi
penelitian atau objek penelitian.9 Untuk memperoleh data yang empiris,
peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
9
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 120
39
a.
Kuesioner (angket)
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan
oleh peneliti.10
Tujuan dari angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap
tentang suatu masalah tanpa merasa khawatir bila responden
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam
pengisian daftar pertanyaan sehingga jawaban dari responden
merupakan jawaban bagi penelitian.
Sedangkan jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket
tertutup, di mana responden sudah diberi alternatif jawaban oleh
peneliti.11 Dan responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya
sesuai kenyataan yang dialaminya. Angket diberikan kepada mereka
yang sesuai kriteria penelitian, yaitu anggota komunitas Korean
Beloved Addict (KBA).
b.
Dokumentasi
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen berupa bukubuku, buletin, rekaman, majalah atau koran, telusuran website, dan
bahan info lainnya yang berkaitan dengan Korean wave.
10
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 67
11
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 94
40
G.
Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:12
1.
Informasi Consent
Informasi Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan Informasi
Consent diberikan agar responden mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.
2.
Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan. Dengan demikian segala informasi yang menyangkut
identitas subjek tidak terekspos secara luas.
3.
Confidentiality (Kerahasiaan)
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi
untuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Sehingga peneliti perlu
merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek yang
tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh
orang lain. Peneliti memberikan kode di setiap lembar kuesioner.
12
Dharma, Kelana Kusuma, Metodologi Penelitian Keperawatan:
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. (Jakarta: Trans Info Media, 2011)
Panduan
41
4.
Justice (Keadilan)
Prinsip
keadilan
mengandung
makna
bahwa
penelitian
memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan subjek.
H.
Validitas dan Reabilitas
1.
Validitas
Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur
walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai
tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakai
dalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.13
Jika seorang peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan
data, maka kuesioner yang disusunnya harus harus dapat mengukur
apa yang diukurnya. Sementara itu, jenis validitas pengukuran dalam
penelitian ini terkait dengan validitas konstruksi, yang lebih terarah
pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh
pengukur yang ada.14 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan
software SPSS 20.0 for Windows Release.
2.
Reabilitas
Uji reabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang
diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Jika suatu alat ukur dapat dipakai mengukur gejala yang sama dan
hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur
13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 97.
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006), h. 241
14
42
tersebut dikatakan reliabel atau dapat diandalkan.15 Pada uji
instrumen ini peneliti menggunakan Realibility Analysis dengan
metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS 20.0 for
Windows Release. Dengan metode ini, koefisien keandalan alat ukur
dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
α
: Koefisien Keandalan Alat Ukur
Κ
: Jumlah Variabel
: Koefisien Rata-rata Koefisien Variabel
Tabel 3. Tingkat reliabel berdasarkan nilai alpha
Alpha
Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20
Kurang Reliabel
>0,20 s.d 0,40
Agak Reliabel
>0,40 s.d 0,60
Cukup Reliabel
>0,60 s.d 0,80
Reliabel
>0,80 s.d 1,00
Sangat Reliabel
Tingkat reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha diukur
berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut
15
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, h. 241
43
dikelompokkan ke dalam 5 kelas dengan range atau jarak yang
sama, maka ukuran kemantapan alpha diinterpretasikan.
I.
Pengolahan Data
Metode pengolahan data tabulasi dan SPSS. Langkah-langkah
pengolahan data secara manual menurut Notoatmodjo (2010), adalah
sebagai berikut:16
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan
melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata
masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin
dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.
2. Coding (Membuat lembaran Kode)
Setelah semua kuesioner di-edit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Processing (Memasukkan Data)
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
software komputer.
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
16
2010)
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
44
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak-lengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
5. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian.
Tabulasi langsung juga merupakan metode yang paling sederhana bila
dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi dilakukan dengan
memasukan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel yang telah
disiapkan tanpa proses perantara yang lainnya.
6. Komputer
Mengolah data dengan komputer, peneliti terlebih dahulu perlu
menggunakan program tertentu baik yang sudah tersedia maupun
program yang sudah disiapkan secara khusus dapat ditambahkan bahwa
dalam ilmu-ilmu sosial banyak sekali digunakan program SPSS
(Statistical Program for Social Sciences).
J.
Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis
yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara
mengklasifikasikan, mentabulasikan, dan dilakukan dengan menghitung
data statistik. Metode analisis kuantitatif ini yang akan peneliti gunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan Korean wave di
internet terhadap perilaku imitasi anggota komunitas Korean Beloved Addict
(KBA).
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan Korean wave di
internet terhadap perilaku imitasi dilakukan dengan skala likert. Skala likert
45
adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei.
Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu
laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan
dalam skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka
terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang
tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
1.
Sangat tidak setuju
2.
Tidak setuju
3.
Netral
4.
Setuju
5.
Sangat setuju17
Tabel 4. Skala Likert
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Netral
Setuju
Sangat Setuju
(STS)
(TS)
(N)
(S)
(SS)
1
2
3
4
5
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat
penggunaan skala 1–5, dengan dimensi yang tercermin dalam daftar
pertanyaan memungkinkan responden mengekspresikan tingkat pendapat
mereka dalam pengaruh liputan media terhadap perilaku imitasi. Dari segi
17
Rensis Likert. A Technique for the Measurement of Attitudes. (Archives of Psychology
140. 1932). h. 1 - 55
46
statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi keandalannya
dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau “tidak”.
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, di
mana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel dianalisis
berdasarkan variabel pengaruh tayangan Korean wave di internet yang
selanjutnya dapat dilihat pengaruhnya terhadap perubahan perilaku imitasi
anggota komunitas Korean Beloved Addict (KBA).
1.
Uji Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan yang ada
diantara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan
umum regresi linear berganda adalah:18
Keterangan:
18
Υ
= Variabel Dependen (perubahan perilaku imitasi)
α
= Konstanta
b
= Koefisien regresi parsial variabel lama menggemari
X
= Variabel lama menggemari
b
= Koefisien regresi parsial variabel frekuensi
Ẋ
= Variabel frekuensi
b
= Koefisien regresi parsial variabel durasi
Ẋ
= Variabel Durasi
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, h. 43.
47
2.
Uji Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi adalah cara untuk menyatakan tingkat asosiasi
antara dua variabel (besarnya ukuran korelasi).19 Dalam output SPSS,
koefisien korelasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R.
Koefisien adalah persamaan tetap dari garis lurus menurut
Pearson dan sifatnya adalah sebagai ekspresi hubungan timbal balik
antar dua variabel. Bila tidak ada hubungan timbal balik nilainya nol,
bila hubungan itu sempurna nilainya satu (1,0). Nilai positif R
menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk nilai tinggi pada kedua
variabel.20
Istilah korelasi dikenal sebagai nilai hubungan atau korelasi
antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu hipotesis dapat
diterima atau ditolak dalam suatu penelitian. Nilai koefisien korelasi
bergerak dari 0 ≥ 1 atau 1 ≤ 0.21 Kalau dideskripsikan, nilai koefisien
korelasi tersebar sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Nilai Koefisien22
Nilai Koefisien
19
Penjelasan
+0,70 – ke atas
Hubungan positif yang sangat kuat
+0,50 − +0,69
Hubungan positif yang mantap
+0,30 − +0,49
Hubungan positif yang sedang
I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial, (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta), h. 117
20
I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial, h. 117
21
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 184
22
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 184
48
3.
+0,10 − +0,39
Hubungan positif yang tidak berarti
0,0
Tidak ada hubungan
-0,01 − -0,09
Hubungan negatif tidak berarti
-0,10 − -0,29
Hubungan negatif yang rendah
-0,30 − -0,49
Hubungan negatif yang sedang
-0,50 − -0,69
Hubungan negatif yang mantap
-0,70 − -ke atas
Hubungan negatif yang sangat kuat
Uji T-test
T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara inidividual
terhadap variabel
dependen.23 Adapun taraf signifikansinya sebesar α = 1% sampai
dengan 10%.
Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang
perlu diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus
disertai pula dengan hipotesis alternatif (Ha). Seperti berikut:
a) Variabel lama menggemari (X ):
Ho: βo = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
durasi terhadap perilaku imitasi.
Ha: βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara durasi
terhadap perilaku imitasi.
23
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, h.54
49
b) Variabel Frekuensi (X ):
Ho: βo = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
frekuensi mengakses internet tentang Korean
wave terhadap perilaku imitasi.
Ha: βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara
frekuensi mengakses internet tentang Korean
wave terhadap perilaku imitasi.
c) Variabel Durasi (X ):
Ho: βo = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
atensi mengakses internet tentang Korean wave
terhadap perilaku imitasi.
Ha: βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara atensi
mengakses
internet
tentang
Korean
wave
terhadap perilaku imitasi.
Jika sig t > 0,1, maka artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika
sig t < 0,1 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
BAB IV
PENGARUH TAYANGAN KOREAN WAVE DI INTERNET TERHADAP
PERILAKU KOMUNITAS KOREAN BELOVED ADDICT (KBA)
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.
Globalisasi Budaya
Kebudayaan merupakan sekumpulan keteraturan, norma, institusi
sosial, kebiasaan, dan ide-ide yang dimiliki oleh sekumpulan orang yang
mengalami perubahan. Secara umum, globalisasi berarti meningkatnya
keterkaitan antara orang-orang dan tempat-tempat sebagai akibat dari
kemajuan teknologi transportasi, komunikasi, dan informasi yang
memunculkan konvergensi politik, ekonomi, dan budaya.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat.
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan da kemudahan dalam
memeroleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi
bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau
penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara
berkembang seperti Indonesia.1
2.
Media dalam Budaya
Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh
kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang konon katanya lebih
atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian masyarakat, bahkan
1
Koentjaraningrat, Kebudayan, Mentalitas, dan Kebudayaan, (Jakarta: Rajawali Pres,
1999), h. 46
50
51
masyarakat
rendah
status
sosialnyapun
dapat
dengan
mudah
menerapkannya dalam aktifitas kehidupan. Kehadiran media massa
sangat erat kaitannya dengan penyebaran budaya, karena melalui media
massa lah orang-orang kreatif memiliki tempat yang tepat.
3.
Budaya Korean Wave
Korea Selatan pada kurun waktu terakhir ini telah berhasil
menyebarkan produk budaya populernya ke dunia Internasional.
Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion,
gaya hidup hingga produk-produk industri, mulai mewarnai kehidupan
masyarakat di berbagai belahan dunia. Proses penyebaran budaya Pop
Korea dikenal dengan istilah Korean wave atau Hallyu. Proses
penyebaran budaya Korea ke dunia Internasional tidak bisa dilepaskan
dari keberadaan media masa seperti internet, facebook, twitter, youtube,
dan sebagainya, bahkan bisa dikatakan bahwa media masa adalah saluran
utama penggerak Korean wave.2
Meningkatnya popularitas budaya populer Korea di dunia
Internasional banyak memengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tidak
terkecuali masyarakat Indonesia. Budaya Korea berkembang begitu
pesatnya hingga meluas dan diterima publik dunia.
Hallyu atau Korean Wave adalah sebuah istilah yang diberikan
untuk tersebarnya budaya Pop Korea atau gelombang Korea secara
global di berbagai negara di dunia termasuk negara Indonesia, atau secara
singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea. Di Indonesia, saat ini,
2
Ardiani Wijayanti, Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean Pop Culture (Study of
Hallyu Fans Yogyakarta City), Journal of Sociology, 2012, h. 3
52
fenomena golombang Korea melanda generasi muda terutama remaja
Indonesia yang umumnya menyenangi drama atau disebut K-drama dan
musik pop korea atau yang lebih dikenal dengan K-Pop (Korean Pop).3
4.
Situs Kshowonline.com
Perkembangan Korean wave di berbagai negara tidak terlepas dari
peran besar internet. Banyak situs-situs resmi Korea yang menyajikan
drama, film, variety show, entertainment, maupun lifestyle dalam satu
situs yang sama. Salah satu dari sekian banyak situs Korea yang ada di
internet yaitu Kshowonline.com.
Alasan
peneliti
memilih
situs
Kshowonline.com
yaitu
berdasarkan observasi yang telah dilakukan, di mana situs tersebut
merupakan salah satu situs yang sering diakses anggota komunitas
Korean Beloved Addict (KBA).
5.
Budaya Korea dalam Pandangan Islam
Islam mengatur setiap aspek dalam kehidupan mulai dari hal-hal
yang remeh hingga perkara yang kompleks. Dari urusan buang air kecil
sampai urusan mengatur negara. Dan setiap manusia yang mengaku
beragama Islam, ia terikat sepenuhnya kepada seluruh hukum Islam
tanpa terkecuali.
Dalam hal berpakaian, saat ini, banyak kaum wanita yang
berlomba-lomba untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan tren
yang sedang terjadi. Mirisnya, tren berpakaian seperti itu juga dikenakan
3
Aulia D Nastiti, “Korean Wave” di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan
Fanatisme Pada remaja (Studi Kasus Terhadap Situs Assian Fans Club di Indonesia dalam
Perspektif Komunikasi Antar Budaya), Journal of Communication, 2010, h. 2
53
wanita yang mengaku beragama Islam. Hal yang terjadi saat ini pakaian
bukan lagi sebagai penutup aurat melainkan hanya sekedar untuk
menutupi bagian tubuh. Salah satunya yaitu tren berpakaian ala budaya
Korea dengan baju yang serba ketat, tipis dan transparan padahal Islam
melarang umatnya untuk memakai pakaian yang ketat dan transparan.
Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 26 berikut:
‫سىْآتِكُنْ ۖوَزَِشًا‬
َ ٌِ‫ََا بٌٍَِ آدَمَ قَدْ أًَْصَلٌَْا عَلَُْكُنْ لِبَاسًا َُىَاز‬
َ‫الّتَ ْقىَيٰىَلِبَاضُ ذَِٰلكَ ۚخَُْسٌ ذَٰلِكَ هِيْ آََاتِ اللَهِ لَعَلَهُنْ َرَّكَسُوى‬
“Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Disebutkan juga dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 59
berikut:
َ‫ََا أََُهَا الٌَبٍُِ قُلْ لِأَ ْشوَاجِكَ وَبٌََاتِكَ وَ ًِسَاءِ الْ ُوؤْهٌُِِيَ َُدًُِْيَ عَلَُْهِيَ هِيْ جَلَابُِبِهِي‬
‫ۚ ذَٰلِكَ أَدًًَْٰ أَىْ َُعْسَفْيَ فَلَا َُؤْذََْيَ ۗ وَّكَاىَ اللَهُ غَفُىزًا زَحُِوًا‬
“Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian
itu supaya mereka mudah dikenali karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi
batasan, karena hal tersebut berkaitan dengan budaya setempat. Oleh
karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun,
selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat
bukan membalut tubuh.
54
6.
Komunitas Korean Beloved Addict (KBA)
a) Sekilas Tentang Komunitas Korean Beloved Addict (KBA)
KBA atau Korean Beloved Addict yang awalnya bernama Korean
Boyband Addict Lovers adalah salah satu kegiatan organisasi yang
bergerak di bidang jasa, yang menawarkan jasa perkumpulan
mahasiswa/i UIN yang tertarik dengan negara Korea Selatan (Seoul).
Organisasi yang berlokasi di Jl. Alle raya 1, Bintaro ini buka setiap hari
jumat dan sabtu.
Organisasi yang dirintis oleh Rahma Sari dan Itta ini berdiri sejak
Desember 2009. Awal mula terbentuknya organisasi perkumpulan Seoul
di UIN ini karena ketertarikan mereka akan Korea Selatan, mulai dari
kebudayaan, entertainment, sampai gaya hidup. Banyaknya pengetahuan
yang mereka miliki tentang Korea Selatan dan koleksi artikel-artikel
yang mereka dapatkan dari berbagai media membuat mereka
membutuhkan suatu tempat atau wadah untuk mengembangkannya yang
merupakan alasan terbentuknya komunitas ini.
Banyak keuntungan yang dapat diambil dari terbentuknya
komunitas ini. Selain sebagai sarana silaturahni antar sesama pecinta
Korea di UIN, komunitas ini juga menjadi tempat untuk berbagi
informasi seputar Korea dengan mereka yang kurang informasi karena
keterbatasan materi dan lainnya.
Saat ini KBA memiliki 400 orang anggota yang tersebar di
seluruh Indonesia yang terhubung satu sama lain melalui jejaring sosial
55
facebook,
120
diantaranya
merupakan
mahasiswa
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tersebar di berbagai fakultas.
Seperti sebuah organisasi pada umumnya, komunitas Korean
Beloved Addict (KBA) juga memiliki struktur kepengurusan yang
bertujuan agar komunitas ini lebih terarah dan terorganisir yang setiap
bagiannya memiliki tugas masing-masing.4
4
Wawancara langsung dengan Rahma Sari (Ketua Komunitas Korean Beloved Addict)
pada tanggal 7 Januari 2014 di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta
56
b)
4.1
4.2
4.3
4.4
Struktur Kepengurusan Komunitas Korean Beloved Addict (KBA)
Rahma Sari
Siti Novinta Rosanti
Arrum Pandan Selasih
Ketua K-Pop
Ketua Kebudayaan
Ketua Drama/Film
Awalina Habibah
Bendahara
Koor. Observasi
Koor. Pengembangan
KBA Lovers
KBA Lovers
Koor. Bahasa
Koor. Entertainment
KBA Lovers
KBA Lovers
Koor. Kegiatan
KBA Lovers
57
c) Logo Komunitas Korean Beloved Addict (KBA)
58
B. Analisa Data Lapangan
1. Durasi
Tabel 6. Lamanya Responden Mengakses Korea
Frekuensi
Persentase (%)
15 menit
7
12,7
Lebih dari 2 jam
48
87,3
Jumlah
55
100
Lamanya responden yang mengakses Kshowonline.com selama
lebih dari dua jam sebanyak 48 orang atau sebesar 87,3%. Sedangkan,
responden yang mengakses Kshowonline.com hanya 15 menit
sebanyak 7 orang atau 12,7%.
2. Frekuensi
Tabel 7.
Frekuensi Responden Mengakses Internet tentang Korean wave
Frekuensi
Persentase (%)
Saat waktu luang
31
56,4
Setiap hari
24
43,6
Jumlah
55
100
Frekuensi responden yang mengakses internet tentang Korean
wave setiap hari sebanyak 24 orang atau 43,6%. Sedangkan,
responden yang mengakses internet tentang Korean wave hanya saat
waktu luang sebanyak 31 orang atau sebanyak 56,4%.
59
3. Atensi
Tabel 8.
Atensi Responden Mengakses Situs Kshowonline.com
Frekuensi
Persentase (%)
Biasa Saja
12
21,8
Sangat Serius
43
78,2
Jumlah
55
100
Sebanyak 43 orang atau 78,2% responden memberikan perhatian
yang sangat serius ketika mengakses situs Kshowonline.com. Dan
sisanya, yaitu 12 orang atau 21,8% hanya memberikan perhatian yang
biasa ketika mengakses situs Kshowonline.com.
4. Perilaku Imitasi
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah,
peneliti
mengklasifikasikan data responden sebagai berikut:
Tabel 9. Variabel Perilaku Imitasi
No.
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
Saya mengikuti tren berpakaian
STS
TS
N
S
SS
JML
0
10
-
13
32
232
0
19
-
14
22
204
9
7
-
18
21
200
0
5
-
15
35
245
ala Korea
K-pop merubah selera musik
saya
Saya melakukan perawatan
wajah
Saya menyisipkan bahasa Korea
di setiap pembicaraan saya
60
Saya memiliki buku
5.
cerita/komik dengan tulisan
8
9
-
15
23
201
9
14
-
17
16
185
18
2
-
15
20
182
17
8
-
13
17
8
10
-
13
24
200
14
10
-
15
16
174
5
6
-
12
32
225
9
8
-
18
20
197
0
14
-
16
25
217
5
6
-
20
22
207
3
16
-
12
24
203
7
7
-
15
24
201
8
7
-
18
23
209
0
10
-
13
32
232
Korea (Hangul)
Saya berlibur ke Korea dan
6.
mengunjungi tempat-tempat
yang ada di drama Korea
7.
Saya tidak suka fashion ala
Korea
Saya menjaga pola makan agar
8.
bentuk tubuh saya seperti artis
170
Korea idola saya
9.
10.
11.
Saya mempelajari tulisan Korea
Saya mengikuti cara berbicara
artis Korea idola saya
Saya belajar bahasa Korea dari
drama dan lagu-lagu Korea
Ketika menggunakan make up
12.
saya membuat mata saya agar
terlihat sipit
Di dunia maya saya memiliki
13.
teman yang berkewarganegaraan
Korea
14.
15.
16.
17.
18.
Saya mencoba memasak
berbagai makanan Korea
Saya suka meng-cover lagu-lagu
K-pop
Saya mengikuti dance Korea
Saya mencari tahu resep
masakan Korea melalui internet
Saya selalu menyempatkan
waktu luang untuk makan di
61
restoran Korea dengan teman
atau keluarga
19.
20.
Saya mengikuti les bahasa Korea
Saya pernah mengikuti event
10
9
-
13
23
195
4
5
-
13
33
231
5
4
-
15
24
193
3
8
-
13
31
226
10
5
-
17
24
208
8
4
-
18
25
213
6
5
-
12
32
224
13
2
-
19
21
198
0
11
-
13
31
229
10
8
-
13
24
198
2
5
-
14
34
238
5
10
-
15
25
210
budaya Korea
Saya menggunakan model
21.
pakaian yang digunakan artis
Korea
Saya menggunakan aksesoris
22.
yang banyak digunakan artis
Korea
Saya chatting dengan orang
23.
Korea untuk memperlancar
kemampuan bahasa Korea
Saya menceritakan ke teman
24.
saya hal-hal terbaru yang saya
ketahui agar terlihat lebih tahu
tentang Korea
25.
Saya memiliki pakaian dengan
brand dari Korea
Pakaian yang saya kenakan
26.
setiap hari merupakan fashion
Korea
27.
28.
29
30.
Saya mengetahui fashion Korea
terbaru
Saya mewarnai rambut seperti
artis Korea idola saya
Saya menyukai makananmakanan Korea
Dalam
keseharian
menggunakan make up
saya
62
31.
Saya menyaksikan konser artis
3
8
-
12
32
227
9
5
-
16
25
208
17
5
-
16
16
171
2
14
-
14
25
211
4
5
-
13
33
231
14
3
-
10
28
200
2
10
-
18
25
219
2
15
-
15
23
207
Korea di Indonesia
Saya tahu hal-hal terbaru
32.
mengenai Korea melalui teman
chatting saya di Korea
33.
34.
Saya memiliki hanbok (baju adat
Korea)
Potongan rambut saya seperti
artis Korea
Saya pernah mengunjungi
35.
festival budaya Korea di
Indonesia
Ketika ber-make up saya
36.
berusaha membuat make up
yang semirip mungkin dengan
artis Korea idola saya
Ketika saya sedang marah/sedih
37.
saya segera menonton drama
Korea untuk melegakan pikiran
saya
38.
Ada menu makanan Korea yang
tidak saya sukai
Dari tabel di atas diketahui bahwa respon anggota komunitas
Korean Beloved Addict (KBA) terhadap perilaku imitasi yang
menempati rangking pertama yaitu menyisipkan bahasa Korea di setiap
pembicaraan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk kecintaan
responden kepada Korean wave ditunjukkan melalui pengetahuan akan
kemampuan berbahasa Korea yang dimiliki. Sedangkan respon anggota
komunitas Korean Beloved Addict (KBA) terhadap perilaku imitasi
63
yang menempati rangking terakhir adalah menjaga pola makan agar
memiliki tubuh seperti artis Korea idolanya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengaruh dari kegemaran responden akan Korea tidak sampai
taraf merubah bentuk tubuh, tetapi hanya berupa perilaku yang tampak
seperti cara berbicara, dan berpakaian.
C. Analisa Data Penelitian
1. Uji Validitas
Dalam uji instrumen terdapat hasil (lampiran) dan ditemukan
jumlah variabel yang valid dari uji validitas, maka uji terhadap 30
responden keseluruhan dianggap valid dan reliabel. Selanjutnya pada uji
instrumen tersebut peneliti menggunakan software SPSS 20.0 for
windows release.
2. Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah
dengan
menggunakan software SPSS 20.0 for windows, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Model
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
17,460
,672
Durasi
-,113
,563
1
Frekuensi
-,056
,378
Atensi
2,825
,455
a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi
T
25,997
-,021 -,200
-,016 -,147
,657 6,212
Sig.
,000
,842
,884
,000
64
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa:
a.
Koefisien regresi variabel lama menggemari sebesar -0,113, artinya
terjadi hubungan negatif antara durasi dengan perilaku imitasi.
b.
Koefisien regresi variabel frekuensi sebesar -0,056, artinya terjadi
hubungan
negatif
antara
frekuensi
mengakses
situs
Kshowonline.com dengan perilaku imitasi.
c.
Koefisien regresi variabel durasi sebesar 2,825, artinya terjadi
hubungan
positif
antara
atensi
ketika
mengakses
situs
Kshowonline.com dengan perilaku imitasi.
Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi antara variabel
durasi dan variabel frekuensi tidak memengaruhi perubahan perilaku
imitasi, sedangkan variabel atensi memengaruhi perubahan perilaku
imitasi. Ketika variabel durasi dan variabel frekuensi bersifat negatif,
namun jika pada variabel atensi memiliki kecenderungan pada perilaku
imitasi, maka akan ada perubahan perilaku imitasi yang terjadi.
3. Uji Koefisien Korelasi (R)
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah
dengan
menggunakan software SPSS 20.0 for windows, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
65
Model
R
Model Summary
R Square
Adjusted R
Square
,658a
1
,433
Std. Error of the
Estimate
,400
1,38908
a. Predictors: (Constant), atensi, frekuensi, durasi
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,658. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang mantap antara durasi,
frekuensi, dan atensiterhadap perilaku imitasi.
Berdarakan tabel di atas juga diperoleh angka R² (R Square)
sebesar 0,433 atau (44,3%). Hal ini menunjukkan bahwa prosentase
sumbangan pengaruh variabel independen (durasi, frekuensi, dan atensi)
sebesar 44,3%. Atau variasi variabel independen yang digunakan mampu
menjelaskan sebesar 44,3% variasi variabel dependen (perilaku imitasi).
Sedangkan sisanya sebesar 55,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
4. Uji T-test
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah
dengan
menggunakan software SPSS 20.0 for windows, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
66
a) Durasi (X )
Independent Samples Test
Levene's Test
t-test for Equality of Means
for Equality
of Variances
F
Sig.
t
Df
Sig.
Mean
Std. Error
(2Difference Difference
tailed)
Equal
variances
assumed
Perilaku
Equal
Imitasi
variances
not
assumed
,082
,776
,489
53
,627
,357
,731
,378
6,912
,717
,357
,944
Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0,627 dimana angka
tersebut menunjukkan bahwa variabel durasi (X ) tidak berpengaruh
terhadap perilaku imitasi.
b) Frekuensi mengakses internet (X )
Independent Samples Test
Levene's Test
t-test for Equality of Means
for Equality
of Variances
F
Sig.
t
df
Sig.
Mean
Std. Error
(2Difference Difference
tailed)
Equal
variances
assumed
Perilaku
Equal
Imitasi
variances
not
assumed
,820
,369
,014
53
,989
,007
,492
,014 52,193
,989
,007
,484
67
Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0,989 dimana angka
tersebut menunjukkan bahwa variabel frekuensi (X ) tidak berpengaruh
terhadap perilaku imitasi.
c) Atensi (X )
Independent Samples Test
Levene's Test
t-test for Equality of Means
for Equality
of Variances
F
Sig.
t
df
Sig.
Mean
Std. Error
(2Difference Difference
tailed)
Equal
variances
assumed
Perilaku
Equal
Imitasi
variances
not
assumed
7,128
,010
6,356
53
,000
-2,829
,445
42,856
9,575
,000
-2,829
,296
Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0,000 dimana angka
tersebut menunjukkan bahwa variabel atensi (X ) berpengaruh terhadap
perilaku imitasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisis pengaruh liputan media tentang Korean wave
terhadap perilaku imitasi komunitas Korean Beloved Addict (KBA) di bab IV,
maka kesimpulan yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut:
1.
Pengaruh tayangan Korean wave di internet terhadap perilaku komunitas
Korean Beloved Addict (KBA) berdasarkan uji koefisien korelasi yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa tayangan Korean wave di internet
berpengaruh kuat terhadap perilaku imitasi dengan nilai R sebesar 0,658.
2.
Dari penelitian ini juga diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang paling
dominan dalam memengaruhi perilaku imitasi melalui tayangan Korean
wave di internet adalah atensi dalam mengakses internet. Atensi menjadi
faktor dominan dengan nilai koefisien regresi sebesar 2,825 secara
signifikan (0,001).
5.2 Saran
Meninjau dari hasil penelitian yang membuktikan bahwa tayangan
Korean wave di internet memiliki pengaruh terhadap perilaku imitasi anggota
komunitas Korean Beloved addict (KBA), peneliti memiliki beberapa saran,
diantaranya:
1.
Masuknya budaya asing, seperti budaya Korea di Indonesia dapat
menyebabkan lunturnya nilai kebudayaan Indonesia. Gaya hidup yang
cenderung meniru budaya Korea bisa menghilangkan ketertarikan pada
68
69
budaya sendiri. Masyarakat khususnya mahasiswa diharapkan agar tidak
terlalu membangga-banggakan budaya Korea, tetapi harusnya ikut
melestarikan budaya sendiri di tengah merebaknya budaya Korea.
2.
Sebagai umat Islam, kita harus cerdas dalam menghadapi arus budaya
asing karena perilaku meniru budaya asing yang tidak sesuai dengan
ajaran agama Islam dapat mengikis akhlak dan keimanan jika tidak dapat
memfilter atau membatasi dengan mengedepankan nilai-nilai Islam
dibandingkan
dengan
kesenangan
belaka.
Terutama
dalam
hal
berpakaian, hendaknya sebagai muslim kita harus dapat lebih memilih
dan memilah pakaian yang tetap modis namun tanpa meninggalkan
syariat Islam, yaitu menutupi aurat.
3.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memfokuskan lagi tema
apa yang akan diambil dalam suatu penelitian, sehingga hasil yang
didapatkan tidak jauh dari perkiraan peneliti. Bagi peneliti selanjutnya
yang ingin meneliti Pengaruh Korean Wave Terhadap Perilaku Imitasi
(Penelitian pada media internet), agar terlebih dahulu melakukan
observasi dan pendekatan, karena dalam penelitian yang dilakukan
peneliti ini masih banyak kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Akbar, Ali. Visual Basic: Net Belajar Praktis Melalui Berbagai Tutorial dan Tips.
Bandung: Informatika, 2005.
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2006. cet. ke-5
_______________. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada,
Media Group. cet. ke-3. 2005
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Dharma, Kelana Kusuma. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media, 2011.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003.
Febrian, Jack. Menggunakan Internet. Bandung: Informatika, 2005.
Hidayat, Aziz Alimun, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika, 2007.
Herring, Susan C. (ed). Computer-Mediated Communication: linguistic, social
and cross-cultural perspectives. Amsterdam: J. Benjamins, 1996.
INAKOS bekerja sama dengan Pusat Studi Korea Universitas Gajah Mada.
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia.
Yogyakarta: INAKOS bekerja sama dengan Pusat Studi Korea Universitas
Gajah Mada, 2012, cet. ke-1.
Irianto, Agus. Statistik (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007. cet. ke-4
Jamili, Ahmad dan Winahjoe, Sari. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Yogyakarta:
Media Widya Mandala, 1992. cet. ke-1
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006.
Kusnadi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media TV. Jakarta: Rineka
Putra, 1996, cet. ke-1.
70
71
Likert, Rensis. A Technique for the Measurement of Attitudes. Archives of
Psychology 140. 1932.
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, Ahmad. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
Salemba Empat, 2006.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008.
Muslich. Metode Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
1993.
Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, 2003.
___________________. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Putrawan, I Made. Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-penelitian Sosial.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, cet.
ke-21.
S, Hurley dan Charter, Nick. Perspectives on Imitation. Cambridge, MA: MIT
press, 2005.
Santoso, Singgih. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 1999, cet. ke-2
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori
Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Severin, Werner J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,
dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2011. cet. ke-5
Sugiyono. Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Ganesha, 2006.
Sujarweni, V. Wiratna. SPSS untuk Paramedis, Yogyakarta: Penerbit Gava
Media. 2012. cet. ke-1.
Surbakti, E. B. Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan
Mengancam Anda. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008
72
Tim Penyusun Khusus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, 1988. Edisi pertama
Vardiansyah. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2004.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi, 2004.
West, Richard dan Turner, Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo, 2004.
_______. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo, 2000.
B. INTERNET
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30393/4/Chapter II.pdf (Majalah
Dictum, hal 2, Desember 2007)
http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal IIK Novianto.pdf
http://jurnal-kommas.com/docs/JURNAL paramitha anggun.pdf
C. SKRIPSI
Wijayanti, Ardiani A. “Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean Pop Culture
(Study of Hallyu Fans Yogyakarta City)”. Journal of Sociology, 2012.
Nastiti, Aulia. D. ““Korean Wave” di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan
Fanatisme Pada Remaja (Studi Kasus Terhadap Situs Assian Fans Club Di
Indonesia Dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya)”. Journal of
Communication, 2010.
LAMPIRAN
LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN
No.
Keterangan
Periode
1
Observasi awal
Desember 2012
2
Penyusunan proposal skripsi
3
Sidang proposal skripsi
4
Penyusunan BAB II
27 Januari 2014
5
Penyusunan BAB III
Februari 2014
6
Penyusunan kuesioner
27 Februari 2014
7
Penyebaran kuesioner
15 - 29 Maret 2014
8
Analisis data dan penyusunan laporan
22 - 24 April 2014
Mei 2013
17 Juli 2013
penelitian
9
Penyusunan BAB IV
25 April 2014
10
Penyusunan BAB V
25 April 2014
DAFTAR PERTANYAAN
KUESIONER
Dengan ini, saya seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai berikut:
Nama
: Isni Rahmawati
NIM
: 109051000174
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Liputan Media tentang Korean Wave Terhadap Perilaku Komunitas Korean
Beloved Addict (KBA)”. Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka karya ilmiah
(Skripsi).
Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Saudara kiranya berkenan
untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang saya ajukan dengan
benar dan dalam keadaan sadar. Atas perhatian dan perkenaan Saudara, saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta, Februari 2014
Isni Rahmawati
I.
Identitas Responden
1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Jurusan/Fakultas
:
5. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mengakses situs
Kshowonline.com?
a. Lebih dari 2 jam
b. 15 menit
6. Seberapa seringkah Anda mengakses situs Kshowonline.com?
a. Setiap hari
b. Saat waktu luang
7. Seberapa serius kah perhatian yang Anda berikan ketika mengakses situs
Kshowonline.com?
a. Sangat Serius
b. Biasa Saja
II.
Petunjuk pengisian
a. Pada lembar ini terdapat beberapa pernyataan yang harus anda isi.
Kemudian anda diminta untuk menjawab seluruh pernyataan yang ada
dengan jujur dan sebenar-benarnya.
b. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan ini tidak ada jawaban yang
salah. Oleh karena itu diminta tidak ada jawaban yang dikosongkan.
Pilihlah jawaban dengan memberi tanda ( X ) pada salah satu jawaban yang
benar-benar menggambarkan diri anda. Penelitian ini dilakukan dengan skala
berikut:
STS
= Jika Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
TS
= Jika Tidak Setuju dengan pernyataan
S
= Jika Setuju dengan pernyataan
SS
= Jika Sangat Setuju dengan pernyataan
Contoh:
No.
1
Pernyataan
Saat
sedang
menghibur
diri
STS
sedih
saya
dengan
cara
TS
S
SS
X
bernyanyi
Jika ingin mengganti jawaban, maka berilah coretan berupa satu garis
mendatar pada kolom yang sebelumnya diberi tanda silang (X) dan berilah
tanda silang (X) pada kollom lain yang benar-benar menggambarkan diri
anda.
No.
1
Pernyataan
Saat
sedang
menghibur
diri
STS
sedih
saya
dengan
cara
TS
S
Ӿ
X
bernyanyi
STS
= Jika Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
TS
= Jika Tidak Setuju dengan pernyataan
S
= Jika Setuju dengan pernyataan
SS
= Jika Sangat Setuju dengan pernyataan
SS
Variabel Perilaku Imitasi
No.
1.
Pertanyaan
Saya mengikuti tren berpakaian ala
Korea
2.
K-pop merubah selera musik saya
3.
Saya melakukan perawatan wajah
4.
5.
Saya menyisipkan bahasa Korea di
setiap pembicaraan saya
Saya memiliki buku cerita/komik
dengan tulisan Korea (Hangul)
Saya berlibur ke Korea dan
6.
mengunjungi tempat-tempat yang
ada di drama Korea
7.
Saya tidak suka fashion ala Korea
Saya menjaga pola makan agar
8.
bentuk tubuh saya seperti artis Korea
idola saya
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Saya mempelajari tulisan Korea
Saya mengikuti cara berbicara artis
Korea idola saya
Saya belajar bahasa Korea dari
drama dan lagu-lagu Korea
Ketika menggunakan make up saya
membuat mata saya agar terlihat sipit
Di dunia maya saya memiliki teman
yang berkewarganegaraan Korea
Saya mencoba memasak berbagai
makanan Korea
STS
TS
S
SS
15.
16.
17.
Saya suka meng-cover lagu-lagu Kpop
Saya mengikuti dance Korea
Saya mencari tahu resep masakan
Korea melalui internet
Saya selalu menyempatkan waktu
18.
luang untuk makan di restoran Korea
dengan teman atau keluarga
19.
20.
21.
22.
Saya mengikuti les bahasa Korea
Saya pernah mengikuti event budaya
Korea
Saya menggunakan model pakaian
yang digunakan artis Korea
Saya menggunakan aksesoris yang
banyak digunakan artis Korea
Saya chatting dengan orang Korea
23.
untuk memperlancar kemampuan
bahasa Korea
Saya menceritakan ke teman saya
24.
hal-hal terbaru yang saya ketahui
agar terlihat lebih tahu tentang Korea
25.
26.
27.
28.
29
Saya memiliki pakaian dengan brand
dari Korea
Pakaian yang saya kenakan setiap
hari merupakan fashion Korea
Saya mengetahui fashion Korea
terbaru
Saya mewarnai rambut seperti artis
Korea idola saya
Saya menyukai makanan-makanan
Korea
30.
31.
Dalam
keseharian
saya
menggunakan make up
Saya menyaksikan konser artis
Korea di Indonesia
Saya tahu hal-hal terbaru mengenai
32.
Korea melalui teman chatting saya di
Korea
33.
34.
35.
Saya memiliki hanbok (baju adat
Korea)
Potongan rambut saya seperti artis
Korea
Saya pernah mengunjungi festival
budaya Korea di Indonesia
Ketika ber-make up saya berusaha
36.
membuat make up yang semirip
mungkin dengan artis Korea idola
saya
Ketika saya sedang marah/sedih saya
37.
segera menonton drama Korea untuk
melegakan pikiran saya
38.
Ada menu makanan Korea yang
tidak saya sukai
 TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA 
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
%
Valid
30
100,0
a
Cases Excluded
0
,0
Total
30
100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's
N of
Alpha
Alpha Based Items
on
Standardize
d Items
,870
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
VAR00014
VAR00015
VAR00016
VAR00017
VAR00018
,870
38
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation
,6667
,47946
,3667
,49013
,4667
,50742
,8333
,37905
,4333
,50401
,2667
,44978
,3333
,47946
,2000
,40684
,4000
,49827
,2333
,43018
,6333
,49013
,4333
,50401
,5333
,50742
,5667
,50401
,3667
,49013
,4667
,50742
,5667
,50401
,6667
,47946
N
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
VAR00019
VAR00020
VAR00021
VAR00022
VAR00023
VAR00024
VAR00025
VAR00026
VAR00027
VAR00028
VAR00029
VAR00030
VAR00031
VAR00032
VAR00033
VAR00034
VAR00035
VAR00036
VAR00037
VAR00038
,4000
,7000
,4667
,6333
,5333
,6000
,6333
,5000
,6333
,4000
,7667
,5000
,6333
,5333
,2333
,4667
,7000
,4333
,6000
,4333
,49827
,46609
,50742
,49013
,50742
,49827
,49013
,50855
,49013
,49827
,43018
,50855
,49013
,50742
,43018
,50742
,46609
,50401
,49827
,50401
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Summary Item Statistics
Mean Minimum Maximum Range Maximum / Varian N of
Minimum
ce
Items
Inter-Item
Correlations
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
,150
-,396
,756
1,151
-1,911
,029
Item-Total Statistics
Scale
Scale
Corrected
Squared Cronbach's
Mean if Variance if
Item-Total
Multiple
Alpha if
Item Item Deleted Correlation Correlation
Item
Deleted
Deleted
18,5667
56,047
,323
.
,868
18,8667
55,568
,382
.
,867
18,7667
55,289
,405
.
,866
18,4000
55,559
,513
.
,865
18,8000
55,545
,373
.
,867
18,9667
58,102
,043
.
,873
18,9000
55,748
,366
.
,867
19,0333
56,447
,325
.
,868
38
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
VAR00014
VAR00015
VAR00016
VAR00017
VAR00018
VAR00019
VAR00020
VAR00021
VAR00022
VAR00023
VAR00024
VAR00025
VAR00026
VAR00027
VAR00028
VAR00029
VAR00030
VAR00031
VAR00032
VAR00033
VAR00034
VAR00035
VAR00036
VAR00037
VAR00038
18,8333
19,0000
18,6000
18,8000
18,7000
18,6667
18,8667
18,7667
18,6667
18,5667
18,8333
18,5333
18,7667
18,6000
18,7000
18,6333
18,6000
18,7333
18,6000
18,8333
18,4667
18,7333
18,6000
18,7000
19,0000
18,7667
18,5333
18,8000
18,6333
18,8000
54,902
56,621
55,834
56,097
55,941
55,264
55,223
55,771
55,195
55,495
55,178
55,844
55,909
55,352
55,528
54,930
55,628
55,789
56,041
55,730
56,051
55,789
55,559
56,286
56,138
56,047
55,775
55,752
54,792
55,752
,467
,277
,345
,298
,316
,411
,430
,339
,421
,402
,429
,364
,321
,412
,372
,463
,374
,336
,316
,352
,367
,336
,383
,270
,353
,302
,374
,345
,482
,345
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
,865
,869
,867
,868
,868
,866
,866
,867
,866
,866
,866
,867
,868
,866
,867
,865
,867
,868
,868
,867
,867
,868
,867
,869
,867
,868
,867
,867
,864
,867
UJI UNIVARIAT (DESKRIPSI DATA RESPONDEN)
A. VARIABEL INDEPENDEN
Statistics
Durasi
Valid
N
Missing
55
0
Frequency
Valid
Durasi
Percent
< 15 menit
> 2 jam
7
48
12,7
87,3
Valid
Percent
12,7
87,3
Total
55
100,0
100,0
Statistics
Frekuensi Mengakses
Valid
N
Missing
55
0
Frekuensi Mengakses
Frequency Percent
Valid
Percent
Waktu
Luang
Valid
Setiap Hari
Total
Statistics
Atensi
N
Valid
Missing
Cumulative
Percent
12,7
100,0
55
0
Cumulative
Percent
31
56,4
56,4
56,4
24
55
43,6
100,0
43,6
100,0
100,0
Atensi
Frequency Percent
Biasa Saja
Sangat
Valid
Serius
Total
Valid
Cumulative
Percent
Percent
21,8
21,8
12
21,8
43
78,2
78,2
55
100,0
100,0
100,0
B. VARIABEL DEPENDEN
Descriptive Statistics
Minimum Maximum
N
Perilaku
Imitasi
Valid N
(listwise)
55
55
16
24
Mean Std. Deviation
19,55
1,793
UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
Perilaku
Imitasi
55
100,0%
0
Total
N
Percent
0,0%
55
100,0%
Descriptives
Statistic
Mean
19,5455
95% Confidence
Interval for Mean
Perilaku
Imitasi
Lower
Bound
Upper
Bound
19,0607
20,0302
5% Trimmed Mean
Median
Variance
19,5101
19,0000
3,215
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
1,79318
16,00
24,00
8,00
3,00
,243
-,572
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Df
Perilaku
,133
55
Imitasi
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
,017
Std.
Error
,24179
,322
,634
Shapiro-Wilk
Statistic
,959
df
Sig.
55
,059
Variables Entered/Removeda
Mode
Variables
Variables
Method
l
Entered
Removed
Atensi,
1
Frekuensi,
. Enter
b
Durasi
a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi
b. All requested variables entered.
Model Summary
Mode
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l
Square
the Estimate
a
1
,658
,433
,400
1,38908
a. Predictors: (Constant), Atensi, Frekuensi, Durasi
Model
1
Regression
Residual
Sum of
Squares
75,229
98,407
ANOVAa
df
3
51
Mean
Square
25,076
1,930
F
12,996
Sig.
,000b
Total
173,636
54
a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi
b. Predictors: (Constant), Atensi, Frekuensi, Durasi
Model
1
(Constant)
Durasi
Frekuensi
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
t
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
17,460
,672
25,997
-,113
,563
-,021 -,200
-,056
,378
-,016 -,147
Atensi
2,825
a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi
,455
,657
6,212
Sig.
,000
,842
,884
,000
Correlations
durasi
frekuensi
Pearson
1
Correlation
Durasi
Sig. (2-tailed)
N
55
Pearson
,006
Correlation
frekuensi
Sig. (2-tailed)
,965
N
55
Pearson
-,070
Correlation
atensi
Sig. (2-tailed)
,613
N
55
Pearson
-,067
Correlation
perilaku imitasi
Sig. (2-tailed)
,627
N
55
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
atensi
perilaku
imitasi
,006
-,070
-,067
,965
55
,613
55
,627
55
1
,021
-,002
55
,879
55
,989
55
,021
1
,658**
,879
55
55
,000
55
-,002
,658**
1
,989
55
,000
55
55
Download