PENGGUNAAN BAHASA DALAM TATAP MUKA DIKLAT Oleh: Siti Ainun Jariyah, M.Pd Deskripsi Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian kata, kalimat, rangkaian kalimat yang segalanya serba tertata, bermakna, menarik, dan interaktif. Hal ini sangat penting dalam pelaksanaan tatap muka diklat. Kemungkinan terjadinya penggunaan bahasa yang tidak efektif tentu disebabkan banyak hal. Oleh karena itu perlu disikapi dengan bijak dan arif oleh widyaiswara. Pada saatnya akan dilakukan upaya pemecahan yang konstruktif sehingga interaksi antara penatar dan peserta diklat akan semakin dinamis dan positif. Gambar A. Rasional Sering terdengar komentar dari peserta diklat bahwa penggunaan bahasa seorang widyaiswara sangat lemah, bahwa bahasa Indonesia yang dipakai tidak baik dan tidak benar, sering juga terdengar ”Wah kosa kata beliau itu saat mengajar begitu kaya, luas, dan menarik”. Ada juga yang berujar, ” Perbendaharaan kata seorang pentar tergolong miskin, kering, tidak menarik, dan monoton”. Ada lagi yang berkomentar: ”Penggunaan bahasa penatar tersebut tidak mengindahkan tata bahasa yang berlaku, susunan kata, susunan kalimatnya kacau, meloncat-loncat, terputus-putus”. Selain hal-hal seperti di atas, berikut ini ada komentar yang perlu diluruskan. “Kalimat-kalimat Bapak Penatar itu sulit ditangkap”. Ini bisa terjadi, disebabkan beberapa hal, mungkin saja penyampaiannya terlalu cepat, atau terlalu lambat, atau putus-putus. Ada komentar: ”Ucapan1 ucapan beliau itu tidak jelas”. Dalam kasus ini bisa jadi warna suaranya yang tidak bening, somber, parau, pokoknya mengganggu. Komentar berikut: ”Kalimat penatar itu tidak terstruktur, tidak to the point. Terlalu banyak kata sambung, kata penghubung yang tidak perlu”. Ada lagi komentar:”Beliau sering mengulang kata-kata yang yang tidak perlu, yang semakin lama semakin mengganggu. Lama-lama bisa jadi olok-olok”. Katakata yang dimaksud misalnya: “Berbincang masalah soal” atau “Kembali ke masalah” atau “ Dalam tanda petik” atau “Saya tidak bermaksud untuk menggurui”. Gambar Dalam kasus-kasus tersebut perlu diklarifikasi mana yang tergolong penggunaan bahasa yang tidak efektif. Dengan uraian di bawah ini semoga dapat membawa pencerahan. B. Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang pengertian penggunaan bahasa, jenis-jenis kalimat yang sering diujarkan secara lisan dalam tatap muka diklat, penyebab-penyebab kesulitan dalam penyajian dan solusinya. C. Pengertian Bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota 2 masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar berarti bermakna, menarik, mudah dipahami dan menurut kaidah berbahasa. Sedangkan tata bahasa adalah (1) kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa, (2) buku tentang kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis (2005: 1148) 1. Kata Kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal dan morfem gabungan. Dari jenis-jenis kata akan terjadi kalimat dan serangkaian kalimat. Gambar 2. Kalimat Kalimat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 494) adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Ada 10 jenis kalimat seperti di bawah ini: 1. Kalimat aktif, yakni kalimat yang subyeknya melakukan perbuatan dalam predikat verbalnya. 2. Kalimat pasif, yakni kalimat yang subyeknya merupakan tujuan dalam perbuatan dalam predikat verbalnya. 3. Kalimat bebas, yakni struktur sintaksis yang tidak memerlukan konteks tambahan untuk dapat difahami maknanya. 4. Kalimat berita, yakni kalimat yang isinya memberitakan atau menyatakan sesuatu. Contoh: ”Kemarin saya menatar di PPPPTK Seni dan Budaya Sleman Yogyakarta”. 3 5. Kalimat bersusun, yakni kalimat majemuk bertingkat. 6. Kalimat dasar, yakni kalimat inti yang hanya terdiri atas unsur-unsur wajib berdasarkan tipe verba predikatnya yang dihasilkan atau disusun dengan kaidah-kaidah dasar. 7. Kalimat deklaratif, yakni kalimat yang ditandai intonasi turun dan pada umumnya mengandung makna yang menyatakan atau memberitahukan sesuatu. 8. Kalimat inversi, yakni kalimat dengan susunan predikat mendahului subyek. 9. Kalimat perintah, yaitu kalimat yang mengandung intonasi dan makna perintah atau larangan. 10. kalimat Tanya adalah kalimat yang mengandung intonasi dan makna pertanyaan. Dari 10 jenis kalimat tersebut yang sering digunakan dalam tatap muka diklat adalah kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat perintah, dan kalimat Tanya Gambar D. Penggunaan kata untuk berbagai kepentingan. Dalam tatap muka diklat, penatar sering memprioritaskan beberapa kepentingan, agar peserta diklat dapat dengan mudah memahami isi dan pesan dari materi diklat. Beberapa kepentingan penatar dalam konteks penyerapan materi diklat antara lain (1) berpindah pokok bahasan lain, (2) menunda suatu bahasan untuk dibicarakan kemudian, (3) memberi aba-aba 4 untuk pengembangan suatu ide, (4) menggarisbawahi bagian-bagian penting, dan (5) mengungkapkan suatu perbedaan atau perbandingan. Yayan GH Mulyana dalam Public Speaking (1999: 30) memberi contohcontoh tentang berbagai kepentingan di atas, seperti di bawah ini: 1. Berpindah pokok bahasan lain. Ini untuk menunjukkan bahwa suatu hal telah cukup dipahami dan akan beralih ke hal lain. Gunakan kata-kata: Saya akan beralih ke pokok materi lain, yaitu …. Saya akan menjawab pertanyaan kedua, yaitu … Secara bersama-sama kita akan mengkaji topic berikutnya, yakni …. Bagian berikutnya adalah …… Mari kita simak bersama. Setelah materi pokok ini dianggap cukup, kita akan membahas materi selanjutnya, yakni tentang ……. 2. Menunda suatu bahasan untuk dibicarakan kemudian. Rangkaian kata yang digunakan adalah Maaf, hal tersebut akan dibahas lebih rinci pada bagian berikutnya. Kita akan bahas lebih mendalam pada sesi ke lima, yakni tentang ,,,, Apa yang anda yang anda tanyakan, kita tunjukkan pada sesi ke tiga. Sepakat ya. 3. Memberi aba-aba untuk pengembangan suatu ide. Kita gunakan katakata seperti: Tentang hal ini akan kita bahas lebih rinci. Silakan ikuti tayangan berikut. Mari kita bahas hal ini lebih mendalam lagi. Kita akan elaborasi masalah ini dari berbagai sudut pandang. Mari kita simak hal-hal berikut. 4. Menggarisbawahi bagian-bagian penting. Gunakan kata-kata seperti; Hal yang menarik pada sub materi ini adalah …. Ada satu hal yang penting, yakni ….. Yang harus anda perhatikan adalah …. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah …. 5 5. Mengungkapkan suatu perbedaan atau perbandingan. Beberapa pilihan kata-kata seperti: Dua hal tersebut jelas berbeda. Beberapa hal berbeda, beberapa hal lain ada kesamaan. Kebaikannya sedikit, sedangkan kerugiannya cukup banyak. Gambar E. Struktur Materi diklat. Salah satu struktur materi diklat dalam satu topik pada satu mata diklat adalah seperti di bawah ini: Topik Warna Pokok bahasan (materi pokok) 1 Warna primer 2 Warna sekunder Sub Pokok Bahasan (sub-sub materi pokok) 1. Pengertian/batasan/definisi 2. Jenis-jenis, macam-macam, sifat-sifat, fungsifungsi dst Uraian Contoh-contoh 3. Langkah-langkah, proses, urutan, dst 1.1 Pengertian ….. 1.2. Batasan ….. 2.1 Jenis-jenis …. 2.2 Sifat-sifat 3.1 Langkah-langkah …. 3.2 Proses ……. 1.1.1. Yang dimaksud ….. adalah 1.2.1 Batasan tentang …. adalah 6 2.1.1 Jenis … mengandung …. 2.2.1 Sifat …. merupakan ….. 3.1.1 Langkah-langkah mengoles warna primer Langkah-langkah mencampur warna sekunde 3.2.1 Proses menata warna primer dan warna sekunder. F. Penggunaan kalimat dalam struktur materi. Dari 10 jenis kalimat tersebut yang sering digunakan dalam tatap muka diklat adalah kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat perintah, dan kalimat tanya. Keempat jenis kalimat ini akan berkembang pada saat widyaiswara menyampaikan uraian dari setiap sub pokok bahasan. Menurut pengamatan penulis, kalimat aktif lebih sering digunakan pada uraian subpokok bahasan yang tergolong dalam pengertian, batasan, Jenis-jenis, macam-macam, sifat-sifat, fungsi-fungsi dst. Selanjutnya, kalimat pasif sering digunakan pada uraian subpokok bahasan yang tergolong dalam sifat-sifat, langkah-langkah. Kalimat perintah sering digunakan pada uraian subpokok bahasan yang tergolong dalam proses, langkah-langkah, urutan. Kalimat tanya sering digunakan pada uraian subpokok bahasan yang tergolong dalam pengertian, batasan, Jenis-jenis, macam-macam, sifatsifat, fungsi-fungsi, sifat-sifat, langkah-langkah, proses, dan urutan. 7 Gambar G. Kriteria keberhasilan penggunaan bahasa yang baik dan benar 1. Jelas.Teknik memotivasi dengan ucapan yang jelas, berarti harus bisa memilih kata-kata yang jelas, tidak menimbulkan banyak penafsiran. Kata-kata tersebut dikenal dan dipahami oleh hadirin. 2. Menarik. Ujaran, perbuatan maupun tindakan penatar diharapkan bersifat stimulating, menggelitik, menyentuh, menghentak, memacu, menyayat perasaan, memanaskan emosi, atau menggalakkan rasa ingin tahu. Perbendaharaan kata-kata untuk maksud tersebut harus dikuasai dan dilatih. Ini bertujuan untuk membangkitkan imajinasi peserta diklat. Dari segi lain, pengucapan kata-kata yang menarik tersebut diharapkan dapat mengingatkan mengenai bagaimana sesuatu itu kelihatannya, kedengarannya, atau dirasakannya. 3. Berhati-hati. Ujaran, perbuatan maupun tindakan penatar diharapkan bersifat tidak fulgar, tidak kasar, tidak menyinggung perasaan, tidak tergolong SARA (suku, agama, ras). Timbulnya ucapan tersebut bisa karena disengaja, bisa juga karena tidak disengaja. Untuk mencegah gejala ini gunakan kata-kata yang santun, namun masih bisa mengundang tawa. Bisa juga dengan menggunakan teknik menyindir, dengan ucapan yang halus sampai yang lugas. Bukan fulgar. H. Kesulitan dan kelemahan seorang widyaiswara dalam penggunaan bahasa saat tata pmuka diklat. Dalam tatapmuka diklat penggunaan bahasa secara lisan (oral/verbal) seorang penatar menemui kesulitan, yakni: Sering tercampur antara kalimat aktip, kalimat pasif, kalimat perintah dan kalimat tanya. 8 Tidak ada perimbangan variasi antara keempat jenis kalimat tersebut. Penatar yang lebih suka bertanya akan lebih sering menggunakan kalimat bertanya. Penatar yang cenderung memberi perintah akan lebih sering menggunakan kalimat perintah. Tidak menggunakan kata sambung atau kata penghubung secara tepat. Tidak memperhatikan teknik menggiring perhatian peserta diklat untuk kepentingan tertentu. Kombinasi bahasa Indonesia dan bahasa asing yang tidak harmonis. Gambar H. Alternatif solusi 1. Mensosialisasikan konsep penggunaan bahasa saat tatap muka diklat dalam berbagai kesempatan 2. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas tentang penggunaan bahasa saat tatap muka diklat 3. Membuat dan mempublikasikan best practices tentang penggunaan bahasa saat tatap muka diklat 4. Setiap individu menerapkan, merefleksi, memperbaiki penggunaan bahasa saat tatap muka diklat 9 DAFTAR KEPUSTAKAAN Gilley, Jerry W. Ed and Eggland, Steven A. Ph.D. (1989), Principles of Human Resources Development, ADDISON-Wesley Publishing Company.Inc., New York. Hasan Alwi, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta Julia Swannel (1984), The Little Oxford Dictionary, Oxford University Press, New York. Munaya P. Khaura Anjali, 2006, Menjadi Pembicara Ulung di Ruang Publik dan Privat, Diva Press, Yogyakarta Yayan GH Mulyana, 1999, English for Public Speaking, Visipro, Jakarta BIODATA PENULIS Catatan: Siti Ainun Jariyah, M.Pd adalah widyaiswara Madya PPPPTK Seni Budaya Sleman Yogyakarta 10