5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Setiap produsen

advertisement
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran
Setiap produsen senantiasa menginginkan produk yang dihasilkan
dapat terjual atau dibeli oleh kosumen dengan tingkat harga yang akan
memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Sehingga produk
yang dijual dapat menjamin kehidupan dan kestabilan perusahaan untuk
tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu setiap produsen harus memikirkan
bagaimana kegiatan pemasaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik
dan keberhasilan dari usaha pemasaran dari produk yang dihasilkan. Berikut
adalah beberapa pengertian pemasaran menurut para ahli:
1. Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi
pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan,
dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya
(Kotler dan Armstrong, 2008).
2. The American Marketing Association (AMA) dalam Rangkuti (2002),
mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses perencanaan dan
implementasi dari konsep, pricing, promosi dan distribusi (ide, produk
maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus.
3. Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial (Rangkuti, 2002).
4. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran
(Assauri, 2010).
2.2. Strategi
Pengertian strategi pertama kali dikenalkan oleh Chandler pada tahun
1962, seperti dikutip dalam Rangkuti (2002), strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Menurut Hamel
dan Prahalad dalam Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat
6
incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan.
2.3. Strategi Pemasaran
Peranan strategi pemasaran bagi perusahaan jelas merupakan hal yang
sangat penting. Keberadaan tenaga pemasaran dan pemimpin perusahaan
dalam mencetuskan ide-ide baru, membentuk penalaran yang lebih
mendalam dan perincian dalam penetapan strategi harus berdasarkan pada
situasi dan kondisi pasar, tentunya dengan menilai kedudukan perusahaan di
dalam pasar.
Menurut Rangkuti (2002), strategi pemasaran merupakan sekumpulan
tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam rangka memberikan nilai
kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Tull dan Kahle dalam Tjiptono (2008), mendefinisikan strategi pemasaran
sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan
dengan
mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran
yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Strategi pemasaran
adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi
arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada
masing-masing tindakan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai
tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan persaingan yang
selalu berubah (Assauri, 2010).
2.4. Surat Kabar
Surat kabar adalah bagian dari media massa periodik dan termasuk
kedalam kategori media cetak. Oplah merupakan jumlah copy surat kabar
yang dicetak setiap harinya. Surat kabar adalah media komunikasi massa
yang menjangkau khalayak regional, nasional, maupun lokal (Kasali, 2007).
7
Kasali (2007), mengklasifikasikan surat kabar kedalam lima bagian,
yaitu:
1. Frekuensi penerbitan, surat kabar umumnya dibedakan menjadi surat
kabar harian dan mingguan.
2. Ukuran, umumnya dikenal dua jenis surat kabar yaitu tabloid dan standar
(broadsheet). Tabloid terdiri dari lima atau enam kolom yang masingmasing memiliki lebar sekitar 2 inci (5 cm) dan panjang dari atas ke
bawah sekitar 14 inci (35 cm). Sedangkan bentuk standar (broadsheet)
memiliki ukuran dua kali lipat ukuran tabloid dengan delapan atau
sembilan kolom ke samping. Namun, demi kepentingan pragmatis dan
estetika maka banyak koran standar yang mengurangi jumlah kolomnya
menjadi hanya enam kolom. Lebih dari 90% surat kabar yang beredar di
Indonesia (dan di dunia) adalah surat kabar yang berbentuk standar.
3. Sirkulasi, merupakan kata-kata yang digunakan oleh orang-orang surat
kabar dalam menjelaskan jumlah surat kabar yang terjual.
4. Format isi, dalam hal ini perlu diperhatikan rubrik-rubrik yang menjadi
kekuatan suatu media massa dengan tingkat popularitas tertentu yang
dapat diperbandingkan dengan rubrik sejenis pada media lainnya.
Misalnya, rubrik olahraga, dakwah (agama), kesehatan, resep masakan,
politik internasional, analisa ekonomi, klenik dan lain-lain.
5. Kelas sosial pembacanya, dalam hal ini surat kabar dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu: (1) High Brow Newspapaer (Quality), yang merupakan
koran-koran untuk golongan masyarakat menengah ke atas, dan (2)
Boulevard (Popular) Newspaper, yang merupakan koran-koran untuk
golongan masyarakat menengah ke bawah.
Kasali (2007), juga menyebutkan beberapa hal yang menjadi faktor
kekuatan dan kelemahan dalam surat kabar. Beberapa faktor yang menjadi
kekuatan antara lain:
1. Market coverage
Surat kabar dapat menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai dengan
cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal).
8
2. Comparison shopping (catalog value)
Informasi sekelebat yang dimuat secara tertulis dalam surat kabar dapat
dibawa ke mana-mana dan dijadikan referensi untuk memilih barang
dalam berbelanja.
3. Positives consumer attitudes
Konsumen umumnya memandang surat kabar memuat hal-hal aktual
yang perlu segera diketahui khalayak pembaca.
4. Flexibility
Pengiklan dapat memilih secara bebas pasar mana (dalam cakupan
geografis) yang akan diprioritaskan.
Sedangkan beberapa faktor yang menjadi kelemahan dalam surat
kabar yaitu:
1. Short life span
Surat kabar dibaca orang dalam tempo yang sangat singkat sekali,
umumnya tidak lebih dari lima belas menit dan hanya dibaca sekali saja.
Berita dalam surat kabar juga cepat basi, hanya berusia 24 jam.
2. Clutter
Isi yang dipaksakan di halaman surat kabar yang tidak punya manajemen
redaksi dan tata letak yang baik bisa mengacaukan mata dan daya serap
pembaca.
3. Limited coverage of certain groups
Sekalipun memiliki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar
teretentu tidak dapat dilayani dengan baik.
4. Products that don’t fit
Beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan baik di surat kabar.
Terutama produk yang tidak ditujukan untuk umum, atau yang memuntut
peragaan untuk merebut emosi pembaca yang tinggi.
2.5. Lingkungan Pemasaran
Lingkungan
pemasaran
(marketing
environment)
adalah
para
perusahaan yang terdiri dari pelaku dan kekuatan di luar kekuatan
pemasaran yang mempengaruhi kekuatan manajemen pemasaran untuk
membangun dan mempertahankan hubungan yang berhasil dengan
9
pelanggan sasaran (Kotler dan Armstrong, 2008). Perusahaan yang berhasil
adalah perusahaan yang mengetahui pentingnya melakukan pengamatan
secara terus menerus dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah.
Umar (2008), menyebutkan bahwa lingkungan pemasaran dapat
dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu:
1. Lingkungan internal meliputi aspek pemasaran: Segmentation, Targeting
and Positioning (STP) serta Marketing Mix (Bauran Pemasaran):
Product, Price, Promotion and Distribution
2. Lingkungan eksternal meliputi: Lingkungan Jauh dan Lingkungan
Industri.
2.5.1
Lingkungan Internal
Lingkungan internal menurut Umar (2008), merupakan aspekaspek yang berada di dalam perusahaan. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan lingkungan internal perusahaan adalah:
1. Segmentation, Tergeting and Positioning (STP)
a) Segmentation
adalah membagi pasar menjadi kelompok-
kelompok kecil dengan kebutuhan, karakteristik atau perilaku
yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran
pemasaran tersendiri (Kotler dan Armstrong, 2008). Sedangkan
Tjiptono (2008), menyebutkan bahwa segmentasi pasar adalah
proses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa yang
bersifat heterogen ke dalam beberapa segmen, di mana masingmasing segmennya cenderung bersifat homogen dalam segala
aspek.
Kotler dan Armstrong (2008), mengklasifikasikan segmentasi
pasar berdasarkan empat variabel berikut:
 Segmentasi Geografis adalah pembagian pasar menjadi unit
geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah,
kabupaten, kota dan lingkungan sekitar.
 Segmentasi Demografis adalah pembagian pasar menjadi
kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin,
10
ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, generasi dan kebanggan.
 Segmentasi Psikografis adalah pembagian pasar menjadi
kelompok berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup atau
karakteristik kepribadian.
 Segmentasi
Perilaku
adalah
pembagian
pasar
menjadi
kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau
respons konsumen terhadap sebuah produk.
b. Targeting adalah proses mengevaluasi daya tarik masing-masing
segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki
(Kotler dan Armstrong, 2008). Pada umumnya, penetapan target
pasar bisa dilaksanakan pada beberapa tingkat yang berbeda,
seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
Pemasaran
Massal
Pemasaran
Tersegmentasi
Pemasaran
Terkonsentrasi
Pemasaran
Mikro
Gambar 1. Strategi pemasaran sasaran
 Pemasararan massal atau tanpa diferensiasi merupakan bentuk
strategi cakupan pasar dimana perusahaan memutuskan untuk
mengabaikan
perbedaan
segmen
pasar
dan
mengejar
keseluruhan pasar dengan satu tawaran.
 Pemasaran tersegmentasi atau terdiferensiasi merupakan
strategi cakupan pasar dimana perusahaan memutuskan untuk
menargetkan
beberapa
segmen
pasar
dan
merancang
penawaran terpisah bagi masing-masing segmen.
 Pemasaran terkonsentrasi atau ceruk merupakan strategi
cakupan pasar dimana perusahaan mengejar pangsa besar salah
satu atau beberapa segmen atau ceruk (niche).
 Pemasaran mikro merupakan praktek penghantaran produk dan
program pemasaran khusus untuk kebutuhan dan keinginan
11
individual tertentu dan kelompok pelanggan setempat,
termasuk pemasaran lokal dan pemasaran individual.
c. Positioning adalah pengaturan produk untuk menduduki tempat
yang jelas, berbeda dan diinginkan dibandingkan produk pesaing
dalam pikiran konsumen sasaran (Kotler dan Armstrong, 2008).
Sedangkan Tjiptono (2008), mendefenisikan positioning sebagai
upaya identifikasi, pengembangan dan komunikasi keunggulan
yang bersifat khas dan unik sedemikian rupa sehingga produk dan
jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus
(disctinctive) dibandingkan produk dan jasa para pesaing dalam
benak pasar sasaran.
2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis
terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan
respons yang diinginkannya dalam pasar sasaran (Kotler dan
Armstrong, 2008). Bauran pemasaran menurut Assauri (2010),
adalah strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan
dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran
produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan pasar
sasarannya.
a) Product berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada pasar sasaran (Kotler dan Armstrong,
2008). Menurut Tjiptono (2008), produk merupakan kombinasi
yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta,
dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan
kebutuhan
atau
keinginan
pasar
yang
bersangkutan. Assauri (2010), mengklasifikasikan produk ke
dalam tiga tingkatan, yaitu:
 Produk Inti (Core Product), yang merupakan inti atau dasar
yang sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh oleh
seorang konsumen dari produk tersebut
12
 Produk Formal (Formal Product), yang merupakan bentuk,
model, kualitas, merek dan kemasan yang menyertai produk
tersebut.
 Produk Tambahan (Augemented Product), yang merupakan
tambahan produk formal dengan berbagai jasa yang
menyertainya, seperti pemasangan (instalasi), pelayanan,
pemeliharaan dan pengangkutan secara cuma-cuma.
b) Price adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan
untuk memperoleh produk (Kotler dan Armstrong, 2008).
Sedangkan Rangkuti (2002), menjelaskan bahwa price adalah
harga jual per unit yang akan ditawarkan kepada pelanggan
untuk produk dan jasa yang kita tawarkan tersebut. Kotler dan
Armstrong dalam Tjiptono (2008), menyebutkan bahwa ada
dua faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
harga, yaitu:
 Faktor internal perusahaan yang terdiri dari: (1) Tujuan
pemasaran perusahaan, (2) Strategi bauran pemasaran, (3)
Biaya, (4) Organisasi.
 Faktor eksternal perusahaan yang terdiri dari: (1) Sifat pasar
dan permintaan, (2) Persaingan, (3) Unsur lingkungan
eksternal
lain
seperti
kondisi
ekonomi,
kebijakan
pemerintah dan aspek sosial.
c) Promotion berarti aktifitas yang menyampaikan manfaat
produk yang membujuk pelanggan membelinya (Kotler dan
Armstrong, 2008). Menurut Tjiptono (2008), bentuk promosi
dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya, beberapa
tugas tersebut sering disebut bauran promosi (promotion mix,
promotion blend, communication mix) adalah:
 Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka)
antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan
suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk
13
pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka
kemudian akan mencoba dan membelinya.
 Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan
media
komunikasi
untuk
menyampaikan
informasi
khalayak ramai dalam satu waktu.
 Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang dapat di atur untuk
merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau
meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
 Public relation (hubungan masyarakat) merupakan upaya
komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk
mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap
berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.
 Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat
interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media
iklan untuk menimbulkan respon yang terukur dan atau
transaksi di sembarang lokasi.
d) Distribution/Place adalah kegiatan perusahaan yang membuat
produk tersedia bagi pelanggan sasaran (Kotler dan Armstrong,
2008). Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis,
jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan) (Tjiptono, 2008).
2.5.2
Lingkungan Eksternal
Menurut Umar (2008), lingkungan eksternal di bagi menjadi
dua kategori, yaitu: lingkungan jauh dan lingkungan industri.
1. Lingkungan Jauh
Umar
(2008),
berpendapat
bahwa
lingkungan
jauh
perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar
dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh memberikan
kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju dan juga dapat
14
menjadi hambatan serta ancaman untuk maju. Faktor-faktor
utama dalam lingkungan jauh terdiri dari:
a) Faktor Politik
Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi
faktor penting bagi para pengusaha untuk maju dan
berkembang. Situasi politik yang tidak stabil dalam suatu
negara ikut menyumbang andil besar terhadap perkembangan
dunia usaha, begitu pula dalam kondisi sebaliknya.
b) Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara cukup berpengaruh
terhadap
iklim
berbisnis
perusahaan.
Pemerintah
dan
masyarakat harus bekerja sama demi meningkatkan kondisi
ekonomi ke arah yang lebih baik sehingga perusahaan dapat
maju dan berkembang.
c) Faktor Sosial
Kondisi sosial yang berubah-ubah yang terjadi di masyarakat
ikut mempengaruhi perusahaan, beberapa aspek sosial yang
terlibat diantaranya adalah sikap, gaya hidup, adat-istiadat dan
kebiasaan orang-orang yang berada di lingkungan eksternal
perusahaan yang dikembangkan, misalnya dari kondisi
kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan dan etnis.
Sebagai contoh adalah seandainya sikap sosial berubah maka
permintaan untuk berbagai tipe pakaian, buku dan aktivitas
lain yang menyenangkan juga dapat berubah.
d) Faktor Teknologi
Teknologi tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat baru,
akan tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau berbagai
metode baru dalam mengerjakan sebuah pekerjaan, yang
berarti bahwa teknologi memberikan sebuah gambaran yang
luas, seperti: mendesain, menghasilkan dan mendistribusikan.
15
2. Lingkungan Industri
Umar (2008), mengatakan bahwa aspek lingkungan industri
lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan
berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan
yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri
perlu untuk dianalisis. Michael E. Porter mengemukakan konsep
Competitive Strategy yang melibatkan lima variabel utama, yang
kemudian dilengkapi variabel ke enam oleh Wheelen Hunger
dengan mengutip lima kekuatan bersaing R. E. Freeman, seperti
yang dijelaskan pada Gambar 2.
Berikut adalah enam aspek atau variabel yang membentuk
model strategi bersaing:
a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Masuknya
perusahaan
sebagai
pendatang
baru
akan
menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah
ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya
perebutan pangsa pasar serta perebutan sumber daya produksi
yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan ancaman bagi
perusahaan yang telah ada.
b) Persaingan Sesama Perusahaan di Dalam Industri
Persaingan sesama industri akan mempengaruhi kebijakan dan
kinerja perusahaan. Dalam persaingan oligopoli, perusahaan
mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi
pasar. Sedangkan pada persaingan sempurna, biasanya akan
memaksa perusahaan untuk menjadi follower termasuk dalam
hal harga produk.
c) Ancaman dari Produk Pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri
tertentu akan bersaing dengan produk pengganti. Walapun
memiliki karakteristik yang berbeda, barang subtitusi mampu
memberikan barang atau jasa yang sama. Ancaman produk
16
subtitusi akan semakin kuat bilamana konsumen dihadapkan
pada switching cost yang sedikit dan jika produk subtitusi
tersebut memiliki harga yang lebih murah atau kualitasnya
sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
d) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Buyers)
Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu
mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk,
meningkatkan mutu dan servis, serta mengadu perusahaan
dengan kompetitornya.
e) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Suppliers)
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan
mereka menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk
atau servis.
f) Pengaruh Kekuatan Stakeholder lainnya
Kekuatan keenam yang ditambahkan oleh Freeman yang
dikutip oleh Wheelen Hunger adalah berupa kekuatan diluar
perusahaan yang mempunyai pengaruh dan kepentingan secara
langsung bagi perusahaan. Stakeholder yang dimaksud antara
lain
adalah
pemerintah,
serikat
pekerja,
lingkungan
masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok
yang mempunyai kepentingan lain dan pemegang saham.
Pengaruh masing-masing stakeholder bervariasi di antara
industri satu dan lainnya.
17
Pendatang Baru
Potensial
Ancaman Masuknya
Pendatang Baru
Pengaruh Kekuatan
Stakeholder Lainnya
Para Pesaing
Industri
Kekuatan Tawar
Menawar Pembeli
Stakeholder
Lainnya
Pembeli
Pemasok
Kekuatan Tawar
Menawar Pemasok
Persaingan
Antara
Perusahaan
yang Ada
Kekuatan Tawar
Menawar
Pembeli
Produk
Pengganti
Gambar 2. Konsep competitive strategy Michael R. Porter (Umar, 2008)
2.6. Matriks EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor
Evaluation)
2.6.1 Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Umar (2008), mengatakan bahwa matriks EFE digunakan
untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data
eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut
persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana
perusahaan berada, serta data eksternal lainnya yang relevan.
18
Tahapan kerja matriks EFE dapat di kembangkan melalui lima
langkah berikut:
1. Buatlah daftar critical success factor (faktor-faktor utama yang
mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan
usaha) untuk aspek eksternal yang mencakup perihal oportunities
(peluang) dan threats (ancaman) bagi perusahaan.
2. Tentukan bobot (weight) dan critical success factor tadi dengan
skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan juga
sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot
dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3. Tentukan rating setiap critical success factor antara 1 sampai
dengan 4, dimana:
1 = di bawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = di atas rata-rata
4 = sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan.
Dengan demikian, nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.
4. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan
semua critical success factor.
5. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi
perusahaan yang dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa
perusahaan merespons dengan cara yang luar biasa terhadap
peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman di
pasar industrinya. Sementara itu, skor sebesar 1,0 menunjukkan
bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada
atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
Tabel 1. Matriks EFE
Critical Success Factors
Peluang
Bobot
Rating
Skor
19
Lanjutan Tabel 1.
Critical Success Factors
Bobot
Rating
Skor
Ancaman
Sumber: David (2009)
2.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan
dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari
aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi dan
produksi/operasi.
Tahapan kerja matriks IFE tidak jauh berbeda dengan matriks
EFE, tahapannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).
2. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan
skala yang lebih tinggi bagi yang berpotensi tinggi dan begitu
juga sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai
bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor
yang memiliki nilai:
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
20
Jadi rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot
mengacu pada industri dimana perusahan berada.
4. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skornya.
5. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi
perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di
bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, perusahaan adalah
lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan
posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE,
matriks IFE terdiri dari banyak faktor. Jumlah faktornya tidak
berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
Tabel 2. Matriks IFE
Critical Success Factors
Bobot
Rating
Skor
Kekuatan
Kelemahan
Sumber: David (2009)
2.7. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat)
Umar (2008), menyatakan bahwa matriks SWOT merupakan
matching
tools
yang
penting
untuk
membantu
para
manajer
mengembangkan empat tipe strategi bagi perusahaan, yaitu:
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umunnya, perusahaan
21
melaksanakan strategi WO, ST atau WT untuk menerapkan strategi SO.
Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau tidak
mau perusahaan harus mengatasi kelemahan tersebut agar menjadi kuat.
Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan
harus berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada
peluang-peluang yang ada.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal
perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Kadang
kala perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan berbagai
peluang karena adanya berbagai kelemahan internal.
3. Strategi ST (Strengths-Threats)
Melalui strategi ini, perusahaan berusaha untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari berbagai ancaman eksternal. Hal ini bukan
berarti perusahaan yang tangguh harus selalu mendapatkan ancaman.
4. Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang
dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal
sesungguhnya berada dalam posisi yang berbahaya. Ia harus berjuang
untuk tetap dapat bertahan dengan melakukan strategi-strategi seperti
merger, declared bankruptcy, retrench, atau liquidation.
Ada delapan tahapan dalam membangun penentuan strategi dengan
menggunakan matriks SWOT, yaitu:
1. Buat daftar peluang eksternal perusahaan.
2. Buat daftar ancaman eksternal perusahaan.
3. Buat daftar kekuatan kunci internal perusahaan.
4. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya dalam dalam sel strategi SO.
6. Cocokkan
kelemahan-kelemahan
internal
dan
peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam dalam sel strategi WO.
22
7. Cocokkan
kekuatan-kekuatan
internal
dan
ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam dalam sel strategi ST.
8. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam dalam sel strategi WT.
Tabel 3. Matriks SWOT
IFAS
Strengths (S)
 Tentukan 5-10
faktor-faktor
kekuatan internal
Weakness (W)
 Tentukan 5-10
faktor-faktor
kelemahan internal
EFAS
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
 Tentukan 5-10
faktor peluang
eksternal
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats (T)
Strategi ST
Strategi WT
 Tentukan 5-10
faktor
ancaman
eksternal
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti (2002)
2.8. Metode AHP
Proses Hierarki Analitik atau PHA merupakan suatu model luwes
yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk
membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara
membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
diinginkan darinya (Saaty, 1991).
23
Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan menggunakan
metode PHA antara lain:
1. Kesatuan
PHA memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persoalan yang tidak berstruktur.
2. Kompleksitas
PHA memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling Ketergantungan
PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tak memaksakan pemikiran linear.
4. Penyusunan Hierarki
PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran
PHA memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan tanwujud suatu
metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi
PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintesis
PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
8. Tawar Menawar
PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan
tujuan-tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus
PHA tak memaksakan konsensus, tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
24
10. Pengulangan Proses
PHA memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
2.8.1 Prinsip Pemikiran Analitik
Saaty (1991), menyatakan bahwa terdapat tiga prinsip dalam
memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu: (1)
Prinsip menyusun hierarki, (2) Prinsip menetapkan prioritas, (3)
Prinsip konsistensi logis.
1. Prinsip Menyusun Hierarki
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan
gagasan, mengidentifikasinya, dan mengkomunikasikan apa yang
mereka amati. Untuk memperoleh pengetahuan terinci, pikiran
kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang
menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini ke dalam
bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Jumlah
bagian-bagian ini biasanya berkisar antara lima sampai sembilan.
2. Prinsip Menetapkan Prioritas
Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersepsikan
hubungan antara hal-hal yang mereka pahami, membandingkan
sepasang benda atau hal yang serupa berdasarkan kriteria tertentu,
dan membedakan kedua anggota pasangan itu dengan menimbang
intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibandingkan
dengan hal lainnya. Lalu mereka mensintesis penilaian mereka
melalui imajinasi, atau dalam hal menggunakan PHA, melalui
suatu proses logis yang baru dan memperoleh pengertian yang
lebih baik tetang keseluruhan sistem.
3. Prinsip Konsistensi Logis
Manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antar
obyek atau antar pemikiran sedemikian sehingga koheren, yaitu
obyek-obyek atau pemikiran itu saling terkait dengan baik dan
kaitan mereka menunjukkan konsistensi. Konsistensi berarti dua
25
hal, pertama bahwa pemikiran atau obyek yang serupa
dikelompokkan menurut homogenitas dan relevansinya, kedua
adalah bahwa intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek
yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling membenarkan
secara logis.
2.8.2 Ikhtisar Langkah-Langkah AHP
Menurut Saaty (1991), pengkajian Proses Hierarki Analitik
dimulai dengan menata elemen suatu persoalan dalam bentuk
hierarki, kemudiaan dilanjutkan dengan membuat pembandingan
berpasang antar elemen dan suatu tingkat sesuai dengan yang
diperlukan oleh kriteria-kriteria yang berada setingkat lebih tinggi.
Berbagai pembandingan ini menghasilkan prioritas, dan akhirnya,
melalui sintesis, menghasilkan prioritas menyeluruh. Kita mengukur
konsistensi dan menangani interdependensi.
Semua langkah dasar dari proses ini dapat diringkaskan
menjadi suatu ikhtisar yang singkat. Dalam arti yang luas, proses ini
stabil, meskipun beberapa langkah tertentu mungkin memperoleh
penekanan istimewa dalam berbagai persoalan khusus. Sebagaimana
dicatat dibawah ini, biasanya diperlukan pengulangan.
1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan.
2. Struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh (dari
tingkat-tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan
campur tangan untuk memecahkan persoalan itu).
3. Buatlah sebuah matriks banding berpasang untuk kontribusi atau
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang
berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Dalam matriks ini,
pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan dengan suatu
kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua
elemen,
kebanyakan
orang
lebih
suka
memberi
suatu
pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai suatu
bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk
26
memasukkan
bilangan
itu
dan
satu
tempat
lain
untuk
diperlukan
untuk
memasukkan nilai resiprokalnya.
4. Dapatkan
semua
pertimbangan
yang
mengembangkan perangkat matriks di langkah 3. Jika ada banyak
orang yang ikut serta, tugas setiap orang dapat dibuat sederhana
dengan mengalokasikan upaya secara tepat. Pertimbangan ganda
dapat disintesis dengan memakai rata-rata geometriknya.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan
memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta entri bilangan 1
sepanjang diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan
dalam hierarki itu.
7. Gunakan
komposisi
secara
hierarkis
(sintesis)
untuk
membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteriakriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang
bersangkutan dengan entri prioritas dan tingkat bawah berikutnya,
dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh
untuk tingkat hierarki paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa
buah, boleh diambil nilai rata-rata aritmetiknya.
8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan
setiap indeks konsisitensi dengan prioritas kriteria bersangkutan
dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan
pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak,
yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara
yang sama, setiap indeks konsistensi acak juga dibobot
berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan. Rasio konsistesi hierarki harus 10% atau kurang.
Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki, barangkali dengan
memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat
pembandingan berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki
konsistensi, ada kemungkinan persoalan ini tak terstruktur secara
tepat, yaitu elemen-elemen sejenis tidak dikelompokkan di bawah
27
suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu balik ke langkah 2,
meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dan hierarki
itu yang perlu diperbaiki.
2.8.3 Menetapkan Prioritas
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen
dalam
suatu
persoalan
keputusan
adalah
dengan
membuat
pembandingan berpasangan, yaitu elemen dibandingkan berpasangan
terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk pembandingan
berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai.
Matriks merupakan alat yang sederhana dan biasa dipakai, dan
memberi
kerangka
untuk
menguji
konsistensi,
memperoleh
informasi tambahan dengan cara membuat segala pembandingan
yang mungkin, dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh
terhadap perubahan dalam pertimbangan. Ancangan matriks ini
secara unik mencerminkan dwi segi prioritas: mendominasi dan
didominasi.
Tabel 4. Skala banding secara berpasangan
Intensitas
Pentingnya
1
3
5
7
Definisi
Kedua elemen sama
pentingnya
Elemen yang satu
sedikit lebih penting
ketimbang yang
lainnya
Elemen yang satu
esensial atau sangat
penting ketimbang
elemen yang lainnya
Satu elemen jelas
lebih penting dari
elemen lainnya
Penjelasan
Dua elemen menyumbang
sama besar pada sifat itu
Pengalaman dan
pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen
atas yang lainnya
Pengalaman dan
pertimbangan dengan kuat
menyokong satu elemen
atas elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat
disokong, dan dominannya
telah terlihat dalam praktik
28
Lanjutan Tabel 4.
Intensitas
Definisi
Pentingnya
Satu elemen mutlak
lebih penting
9
ketimbang elemen
lainnya
Penjelasan
Bukti yang menyokong
elemen yang satu atas yang
lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan
Nilai-nilai antara di
antara dua
Kompromi diperlukan
2, 4, 6, 8
pertimbangan yang
antara dua pertimbangan
berdekatan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka
Kebalikan dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai
nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty (1991)
Marimin (2004), menyatakan bahwa ada tiga langkah dalam
menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang
sederhana sampai dengan kasus-kasus umum. Langkah-langkah
penyelesaian secara matematis akan dijelaskan lebih rinci sebagai
berikut:
1. Langkah 1:
(i,j = 1,2,...,n)
(1)
= bobot input dalam baris
= bobot input dalam lajur
2. Langkah 2:
(i,j = 1,2,...,n)
(2)
Bentuk dalam berbagai kasus umum:
∑
= rataan dari
(
)
(3)
29
3. Langkah 3:
Bila perkiraan
baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah
. Jika n juga berubah, maka dirubah menjadi λ maks
sehingga diperoleh:
(
∑
)
(4)
Pengolahan Horizontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas
elemen keputusan pada setiap tingkat hierarki keputusan. Menurut
Saaty (1983), tahapan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
1. Perkalian baris (z) dengan rumus:
√∏
(5)
2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen:
√∑
(6)
∑
√∏
= adalah elemen vektor prioritas ke-1
3. Perhitungan nilai eigen minimum:
(
VA =
(
VB =
)
)
∑
(7)
VA = VB = Vektor antara
Vbi untuk i = 1,2,...,n
4. Perhitungan indeks konsistensi:
(8)
30
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik
atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu
apabila CR ≤ 0,1.
Rumus CR adalah:
(9)
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh
Oarkridge Laboratory.
Berikut adalah Tabel nilai RI:
Tabel 5. Nilai RI
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
Pengolahan vertikal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen
dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan
sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q
terhadap sasaran utama, maka:
∑
(
)
(
)
(10)
Untuk p = 1,2,...,r
T = 1,2,...,s
Dimana:
NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap
sasaran utama.
NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1
31
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2008) dengan judul
“Analisis Strategi Pemasaran Harian Pakuan Raya, Bogor”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
SWOT. Penelitian dilakukan dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan
perusahaan yang kemudian dipetakan kedalam matriks IFE, serta peluang
dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang juga dipetakan kedalam
matriks EFE. Skor total yang diperoleh pada matriks IFE adalah sebesar
2,742 yaitu di atas rata-rata 2,5 yang menunjukkan bahwa posisi internal
perusahaan berada pada posisi yang kuat dengan kata lain perusahaan
berhasil menghimpun kekuatan internal dan meminimalkan kelemahan.
Sedangkan skor total yang diperoleh pada matriks EFE adalah sebesar 2,632
atau di atas rata-rata 2,5 yang juga menunjukkan bahwa perusahaan sudah
berhasil memanfaatkan peluang yang ada serta mengatasi berbagai ancaman
yang muncul.
Pada matriks IE diperoleh hasil bahwa perusahaan berada pada sel V
yang berarti pada posisi pertahankan dan pelihara. Strategi yang dapat
dikembangkan dalam posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan promosi
yang lebih gencar untuk lebih memperkenalkan produknya kepada
konsumen serta melalui pemasangan iklan. Sedangkan pengembangan
produk dapat difokuskan pada efisiensi penjualan untuk menekan jumlah
retur yang masih tinggi, yaitu sekitar 45% setiap harinya. Alternatif
kombinasi strategi yang dihasilkan adalah: (1) Memanfaatkan pangsa pasar
yang luas untuk memperluas jaringan distribusi dan mempertahankan
penyajian berita seputar berita daerah agar lebih menarik pelanggan yang
membutuhkan sajian informasi lokal, (2) Memaksimalkan SDM untuk
mengatasi persaingan dan mengawasi wartawan agar lebih teliti dalam
memuat
isi
berita
agar
tidak
menyinggung
pihak
terkait,
(3)
Mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan berusaha menarik
pelanggan baru, (4) Meningkatkan kapasitas promosi agar lebih dikenal
masyarakat luas.
32
Alkausar (2011) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Strategi
Pemasaran pada PT. Mitra Yomart Sejati”. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode SWOT, yaitu dengan menganalisa kekuatan dan
kelemahan dalam internal perusahaan melalui matriks IFE dan peluang serta
ancaman yang dihadapi perusahaan melalui matriks EFE. Pada matriks IFE,
secara internal diuangkapkan bahwa perusahaan masuk ke dalam kategori
cukup kuat yaitu dengan total skor untuk matriks IFE senilai 2,792593 atau
>2,5. Sehingga dengan hasil ini diharapkan perusahaan dapat berkembang
lebih maju dan mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Sedangkan
pada matriks EFE, diungkapkan bahwa perusahaan berada dalam kategori
yang baik karena memiliki nilai EFE sebesar 2,779412 atau >2,5. Walaupun
mendapat banyak ancaman dari pesaing sejenis dan perusahaan yang lebih
besar, serta hambatan dari pemerintah namun perusahaan mampu
mengendalikannya dengan baik dengan memanfaatkan berbagai peluang
yang ada.
Faktor harga, produk dan promosi merupakan faktor prioritas utama
yang harus menjadi perhatian oleh para direktur dan manajer pemasaran.
Perusahaan juga harus memperhatikan berbagai macam strategi, terutama
perbaikan dalam strategi promosi, seperti media iklan melalui saluran tv
nasional, memberlakukan weekday promotion pada setiap minggunya,
menawarkan kartu Yomart bagi konsumen, tentunya untuk mendapatkan
penawaran khsusus atau diskon dan mendata pelanggan yang sering
melakukan transaksi untuk kemudian diberikan informasi terhadap berbagai
barang yang mendapat potongan khusus melalui layanan SMS (Short
Messages Services).
Penelitian ini memiliki kekhasan baik dari segi metode maupun
produk. Peneliti menggunakan metode SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunities and Threats) untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam
internal maupun eksternal perusahaan melalui matriks IFE dan EFE.
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan strategi menggunakan matriks
SWOT dengan mengacu pada matriks IFE dan EFE. Setelah itu penulis
menggunakan metode AHP untuk memperoleh alternatif strategi yang tepat
33
dan bisa menjadi masukan bagi perusahaan untuk mengambil keputusan
dalam bidang pemasaran. Sedangkan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan adalah surat kabar lokal yaitu Jurnal Bogor. Surat kabar Jurnal
Bogor sendiri merupakan surat kabar yang menyajikan berita lokal yang
mencakup wilayah Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur dan juga cakupan
berita nasional. Porsi berita yang disajikan pada surat kabar Jurnal Bogor
adalah 60% berita lokal dan 40% berita nasional.
Download