Pengadaan Barang dan Jasa

advertisement
Potensi Persaingan Tidak Sehat Pada Penerapan Harga Kamar
Oleh Anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
Ahmad Ramadhan Siregar*)
ABSTRAK
Walaupun Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat telah berusia lebih dari
satu dasawarsa, namun kesadaran untuk menegakkan persaingan usaha
belum merata pada seluruh pelaku industri. Berdasarkan pengamatan, masih
banyak elemen masyarakat yang belum memahami dan mengetahui
keberadaan dan arah undang undang ini. Sejumlah kelompok industri belum
memahami dan mengaplikasikan undang undang in secara baik. Beberapa
kelompok industri baik secara tunggal maupun melalui asosiasi masih
melakukan sejumlah pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999.
Minimnya pemahaman terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 terjadi pula pada kelompok industri perhotelan. Masih terjadi ruang
untuk melakukan pelanggaran yang bersifat anti persaingan usaha, seperti
praktik penetapan harga. Kesepakan harga merupakan salah satu potensi
pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh kelompok industri perhotelan di
Indonesia. Telah terjadi kesepakatan harga kamar berdasarkan subkelas
pelayanan pada hotel-hotel di setiap wilayah di Indonesia. Sulit mendapatkan
disparitas yang besar pada harga-harga kamar di setiap subkelas pelayanan
di setiap wilayah. Akibatnya pelanggan sulit mendapatkan variasi harga
dengan variasi pelayana yang diinginkan.
Kertas kerja ini bertujuan mengetahui Potensi potensi persaingan
usaha tidak sehat pada penetapan harga kamar oleh anggota Perhimpunan
Hotel dan Restoran Indonessia (PHRI). Penelitian ini bersifat deskriptif, yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata
seputar harga dan penetapan harga kamar pada industri perhotelan. Peneliti
bertindak sebagai pengamat, dimana membuat kategori perilaku, mengamati
gejala dan mencatatnya. Metode deskriptif dilanjutkan dengan analisis dan
interpretasi tentang arti dan melakukan interpretasi atas data tersebut
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka diperoleh
kesimpulan terdapat potensi pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat oleh anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia.
Kesepakatan harga tersebut menyebabkan tiadanya disparitas harga kamar
pada setiap subkelas pelayanan pada beberapa wilayah di Indonesia.
Kata Kunci : Persaingan Tidak Sehat, Harga Kamar, Anggota PHRI
Industri jasa telah tumbuh
masyarakat
untuk
dan berkembang seiring dengan
pelayanan
meningkatnya
kebutuhan individual atau lembaga.
keinginan
guna
mendapatkan
memenuhi
Meningkatnya
kebutuhan
pelayanan
jasa
atas
mendorong
Keinginan
investor
menempatkan
untuk
investasinya
tumbuhnya industri yang terfokus
tentunya didorong oleh sejumlah
pada
faktor
upaya
pemberian
nilai
tambah dan kepuasan konsumen.
Industri
jasa
pendukung
negara
atau
yang
wilayah
dimiliki
tersebut.
telah
Selain keunggulan sumber daya
berkembang menjadi suatu bisnis
dan kemudahan perizinan, arus
yang
masuknya investasi juga ditentukan
memiliki
tumbuh
prospek
dan
keuntungan
untuk
memberikan
bagi
Pengembangan
investor.
investasi
pada
oleh
pandangan
tersebut. Persepsi positif seperti
kemudahan
pemerintah
pelayanan
pertumbuhan
menciptakan
ekonomi
persepsi
calon investor terhadap daerah
sektor jasa searah dengan upaya
untuk
dan
perizinan,
dan
sistem
akseptabilitas
dan
masyarakat menjadi pertimbangan
kerja.
utama calon investor. Untuk itu
Kesempatan berusaha ini akan
diperlukan upaya pencitraan positif.
memberikan peluang kerja bagi
Industri jasa yang tumbuh
penyerapan
investor
tenaga
serta
dapat
menjadi
dan berkembang dewasa ini adalah
stimulus bagi industri pendukung
industri
dan mendorong tumbuhnya industri
pariwisata telah menjadi salah satu
baru.
sumber
Setiap negara atau wilayah
pariwisata.
Industri
pertumbuhan
pergerakan
ekonomi
dan
nasional.
akan berpacu menarik investor jasa
Industri jasa telah berkembang dan
agar berusaha di wilayahnya. Arus
memberikan
investasi
yang variatif serta terarah pada
yang
masuk
akan
menentukan pertumbuhan ekonomi
cermin
kesejahteraan
dan
Salah satu sektor unggulan
tingkat
pada kegiatan pariwisata adalah
kemakmuran
industri perhotelan. Seiring dengan
rakyat setempat. Untuk itu mereka
makin
akan
wisatawan
seta
mobilitas
ekonomi,
memberikan insentif dan
melakukan
produk
kepuasan konsumen.
suatu negara atau daerah dan
menjadi
diferensiasi
promosi
untuk memikat investor.
maksimal
kebutuhan
meningkatnya
akan
arus
tumbuhnya
kamar
maka
hotel
semakin besar. Bisnis pariwisata
identik
dengan
kepastian
akan
alternatif pilihan hotel, kamar, jenis
tersedianya hotel yang baik, bersih
pelayanan
dan harga yang sesuai.
perbedaan
Pertumbuhan industri hotel
dan
yang
terbentuknya
sejumlah
berefek
harga.
pada
Perbedaan
ditunjang pula oleh struktur bisnis
harga juga dipengaruhi oleh lokasi
yang
yang menarik atas geografi dan
sangat
peningkatan
kompetitif,
pelayanan
penetapan
dan
harga
wilayah setempat.
yang
Bisnis
industri
perhotelan
menyesuaikan dengan keinginan
telah mengalami liberalisasi, baik
pelanggan. Telah tumbuh hotel
dari
dengan stratifikasi layanan yang
maupun kemampuan membentuk
berbeda antara satu dengan yang
jaringan.
Industri
perhotelan
lainnya.
terlebih
dahulu
mengalami
Tersedia
kamar
yang
sisi
investasi,
pelayanan
disiapkan oleh hotel kelas melati
liberalisasi
dibandingkan
hingga hotel berbintang lima.
komoditi
lainnya.
Tumbuhnya
bisnis
Sehingga
industri
persaingan pada industri ini cukup
perhotelan harus menjamin pula
besar dengan munculnya berbagai
telah terciptanya persaingan sehat
strategi
di
konsumen.
antara
para
pelaku
tersebut.
Struktur
sempurna
harus
usaha
persaingan
terlihat
dari
untuk
mendapatkan
Strategi
bersaing
berdasarkan
kemampuan
penetapan harga yang dilakukan
menetapkan harga yang terjangkau
oleh
hotel.
merupakan
dimaksudkan
keunggulan
masing-masing
Persaingan
tidak
fundamental
bisnis
perhotelan.
untuk mematikan pelaku usaha
Seharusnya terdapat variatif harga
lain,
yang
namun
membangkitkan
merupakan
indikasi
keinginan untuk lebih berinovasi
kemampuan melakukan efisiensi,
dan unggul dalam memberikan
biaya
pelayanan.
sumber daya.
Sehingga
dipastikan
akan terdapat pelaku usaha yang
unggul
karena
kemampuan
bersaing.
memiliki
sejumlah
dan
efektivitas
Penetapan
harga
kamar
sejumlah
pelaku
usaha
perhotelan
Calon pengguna hotel harus
dipastikan
oleh
rendah
sering
tidak
mencerminkan kondisi persaingan
antara satu dengan yang lainnya.
Peluang
terjadinya
persaingan
bias.
Pada
akhirnya
praktik
usaha tidak sehat mungkin terjadi
penetapan harga di antara pelaku
melalui
di
industri perhotelan akan merugikan
antara mereka. Keinginan untuk
mereka sendiri untuk jangka waktu
menciptakan keseragaman harga
yang panjang.
pada
kesepakatan
tiap
harga
subkelas
pelayanan
menjadi
wujud
akhirnya
persekongkolan
diatara
Perumusan Masalah
mereka
yang anti kompetisi.
Berdasarkan latar belakang
di
Seharusnya
kondisi
atas,
maka
perumusan
dapat
masalah
dibuat
sebagai
persekongkolan melalui penetapan
berikut :”Bagaimana Persaingan
harga ini sudah tidak boleh terjadi
Usaha Tidak Sehat yang terjadi
di era pasar yang sangat kompetitif
pada Penetapan Harga Kamar
dan
Hotel
terbuka
ini.
Liberalisasi
perdagangan dan investasi yang
Pada
Setiap
Subkelas
Pelayanan oleh Anggota PHRI?”
semakin pesat merupakan wujud
ketatnya
persaingan
penyedia
jasa,
antara
termasuk
dalamnya
bisnis
Seharusnya
keterbukaan
Tujuan Penelitian
di
perhotelan.
Penelitin ini memiliki tujuan
untuk
mengetahui
Potensi
pasar
Persaingan Usaha Tidak Sehat
menciptakan kreativas di antara
yang terjadi pada Penetapan Harga
pelaku
Kamar Hotel Pada Setiap Subkelas
usaha
strategi
untuk
yang
pengembangan
membuat
tepat
pasar
bagi
Pelayanan oleh Anggota PHRI.
guna
meningkatkan daya saing di pasar.
Praktik penetapan harga di
antara para pelaku usaha pada
1. Peningkatan Daya Saing dan
Ancaman Terhadap
Persaingan
industri perhotelan akan merugikan
masyarakat
yang
mendapatkan biaya tinggi atas jasa
yang
diperolehnya.
Selanjutnya
akan terjadi minimnya kreativitas
dan
inovasi
di
Persaingan
akan
antara
mereka
karena telah menikmati pasar yang
tersebar
bertumbuh
tahun.
luas
tidak
melainkan
lebih
Banyak
hebat
hanya
juga
setiap
perusahaan
multinasional melakukan produksi
di negara-negara berkembang dan
menjual
barang
berharga
lebih murah ke pasar.
pasar
telah
yang
menarik adalah segmen yang
Karena
memiliki
begitu
masuk
menjadi
hambatan
yang
bersaing, maka perusahaan harus
hambatan
memberi
rendah.
perhatian
besar
pada
untuk
tinggi
untuk
dan
keluar
Sedikit perusahaan
para pesaing mereka. Perusahaan
baru
yang berhasil adalah mereka yang
industri, dan perusahaan yang
dapat
dan
berkinerja buruk dapat dengan
untuk
mudah keluar. Jika hambatan
mengumpulkan informasi penting
untuk masuk dan hambatan
yang
untuk keluar tinggi, potensi
merancang
mengoperasikan
sistem
kontinyu
tentang
perusaahaan pesaing.
dapat
memasuki
laba tinggi, namun perusahaan
Ada lima macam ancaman
persaingan
yang
yang akan dihadapi
menghadapi risiko yang lebih
besar karena perusahaan yang
oleh setiap pelaku usaha, yaitu
berkinerja buruk tinggal dan
a. Ancaman
persaingan
berjuang keras disana.
ketat
Segmen
:
yang
tertentu
Jika
hambatan untuk masuk dan
menjadi tidak menarik jika ia
keluar
telah memiliki pesaing yang
daapat dengan mudah masuk
banyak, kuat, atau agresif.
dan keluar dari industri, dan
bahkan
menjadi
lebih
Ia
tidak
rendah,
tingkat
perusahaan
pengembalian
menarik jika segmen tersebut
investasinya stabil dan rendah.
stabil atau menurun.
Kasus
tersebut
akan
Kondisi
menyebabkan
terburuk
hambatan
adalah
untuk
jika
masuk
terjadi perang harga, perang
rendah dan hambatan untuk
iklan, dan pengenalan produk
keluar
baru, sehingga menjadi sangat
perusahaan-perusahaan
akan
mahal bagi perusahaan untuk
masuk
yang
bersaing.
menguntungkan
b. Ancaman
pendatang
baru:
tinggi:
dalam
Disini
situasi
namun
sulit
untuk keluar dari situasi yang
Daya tarik segmen berbeda-
buruk.
beda
tingginya
terjadinya kelebihan kapasitas
hambatan untuk masuk dan
yang kronis penurunan harga
menurut
keluarnya. Segmen yang paling
Akibatnya
adalah
dan penghasilan bagi semua
yang memiliki kekuatan posisi
pihak.
tawar yang paling rendah atau
c. Ancaman
produk
substitusi:
sulit mengganti pemasok.
Segmen tertentu menjadi tidak
e. Ancaman peningkatan kekuatan
menarik jika terdapat subtitusi
posisi tawar pemasok: Segmen
produk
atau
tertentu menjadi tidak menarik
Substitusi
jika para pemasok perusahaan
dan laba.
mampu menaikkan harga atau
yang
aktual
potensial.
membatasi
harga
Perusahaan harus memantau
mengurangi
secara ketat tren harga produk
mereka pasok. Para pemasok
subtitusi.
cenderung
d. Ancaman peningkatan kekuatan
mereka
kuantitas
yang
menjadi kuat jika
terkonsentrasi
atau
posisi tawar pembeli: Segmen
terorganisasi, terdapat sedikit
menjadi
jika
substitusi, produk yang dipasok
kekuatan
merupakan input yang penting,
tidak
pembeli
menarik
memiliki
posisi tawar (barganing power)
biaya
berpindah
yang
tinggi,
dan
kuat
atau
meningkat.
Kekuatan posisi
tawar
para
berkembang
menjadi
atau
semakin
pemasok
dapat
melakukan integrasi ke hilir.
pembeli
Kegiatan
mereka
membangun hubungan dengan
terkonsentrasi
para pemasok atau memakai
jika
lebih
pemasok
terorganisasi,
produk
terbaik
adalah
berbagai sumber pasokan.
tersebut menjadi bagian yang
Selain
ancaman
signifikan dari biaya pembeli,
peningkatan
produk
tidak
sektor
biaya
harus memperhatikan pula efek
ke
liberalisasi perdagangan. Berbagai
tersebut
terdiferensiasi,
pemindahan
investasi
pesaing,
pariwisata
di
Indonesia
pemasok/produk lain rendah,
strategi
pembeli peka terhadap harga
meningkatkan
karena laba yang rendah, atau
perhotelan di antaranya dengan
pembeli
dapat
membuat
integrasi
ke
melakukan
dilakukan
termasuk
citra
branding.
untuk
industri
Pembuatan
Untuk
branding haruslah dapat sesuai
melindungi diri mereka, para
dengan kondisi sistem liberalisasi
penjual dapat memilih pembeli
itu sendiri. Adapun beberapa hal
hulu.
yang perlu diketahui sehubungan
liberaliasi
itu
tiadanya
sendiri
adalah
rintangan
:
investasi,
investasi portofolio dan munculnya
hambatan
nontarif
seperti
isu
1. Menentukan
pokok dari pembeli yang
akan dilayani dan di penuhi
2. Menentukan
pembeli
sasaran.
dan sebagainya. Semua elemen
3. Menentukan
harus
turut
berpartisipasi melakukan promosi
kelompok
yang
lingkungan, HAM, teroris, penyakit
masyarakat
kebutuhan
menjadi
produk
program pemasaran.
4. Mengadakan
dan menjaga kesesuaian terhadap
pada
citra industri perhotelan.
mengukur,
penelitian
konsumen
sikap,
Dewasa ini para pebisnis
untuk
menilai
menafsirkan
2. Konsep Pemasaran
dan
dan
keinginan,
serta
perilaku
konsumen.
amat menyadari bahwa pemasaran
5. Penentuan dan pelaksanaan
merupakan sebuah bidang yang
strategi yang paling baik.
amat
vital
bagi
perusahaan,
b. Penyusunan
kegiatan
ibaratnya pemasaran adalah ruh
pemasaran
secara
bagi
pengintegrasian
integral
mati
hidupnya
suatu
perusahaan.
Bermula
dari
pemasaran berarti bahwa setiap
sebuah
orang dan setiap bagian dalam
disebut
perusahaan ikut serta dalam
kesadaran
ini
lahirlah
pandangan
baru
yang
konsep pemasaran
kegiatan
suatu usaha yang terkoordinir
Konsep pemasaran adalah
untuk
memberikan
kepuasan
falsafah bisnis yang menyatakan
pada
konsumen,
sehingga
bahwa
tujuan
pemuasan
konsumen
ekonomi
kebutuhan
merupakan
dan
sosial
syarat
bagi
kelangsungan hidup perusahaan.
Ada tiga unsur pokok
perusahaan
dapat
dicapai.
c. Kepuasan
Konsumen
merupakan salah satu faktor
yang menentukan pencapaian
konsep pemasaran, yaitu:
laba perusahaan dalam jangka
a. Orientasi pada konsumen
panjang.
bahwa
berusaha
Hal ini tidak berarti
perusahaan
harus
memaksimalkan
kepuasan
konsumen,
perusahaan
tetapi
pemasaran
dengan
harus
mencerminkan tingkat harga dari
mendapatkan laba dengan cara
produk
memberi
diperlukan. Suatu perusahaan yang
kepuasan
kepada
konsumen.
telah
atau
baik
yang
menjalankan
pemasaran
3. Makna Harga
barang
dengan
kegiatan
baik
akan
dapat menjual barang atau jasa
banyak
dalam jumlah besar sesuai dengan
masalah yang dihubungan dengan
selera dan keinginan konsumen
penetapan harga, berawal dari hal-
atau
hal
menganggap
Sebenarnya
sederhana
yang
tidak
pasar.
Konsumen
harga
biasa
sebagai
dimengerti. Artinya, tidak diketahui
indikator kualitas produk atau jasa
makna kata harga.
yang
Dalam teori
bersangkutan.
Sebagian
ekonomi, bahwa harga (price), nilai
konsumen berpendapat semakin
(value),
mahal suatu produk maka makin
dan
manfaat
(utility)
merupakan konsep yang saling
tinggi
berkaitan. Manfaat (utility) adalah
ditawarkan tersebut.
atribut sebuah item/barang yang
kualitas
produk
yang
Harga adalah jumlah uang
mempunyai
kemampuan
untuk
(kemungkinan ditambah beberapa
memuaskan
keinginan.
Nilai
barang) yang dibutuhkan untuk
adalah ukuran kuantitatif bobot
memperoleh kombinasi produk dan
sebuah
pembayaran yang menyertainya.
produk
yang
dapat
dipertukarkan dengan produk lain.
Harga
Harga adalah nilai yang disebutkan
pertimbangan
dalam rupiah dan sen atau medium
orang sejenis bagi sebagian besar
moneter lainnya sebagai alat tukar.
masyarakat
Sistem
sekarang
perekonomian
ini,
mengadakan
merupakan
utama
Indonesia
faktor
terhadap
terutama
mereka yang tergolong ke dalam
golongan lemah.
Harga dapat
pertukaran atau mengukur nilai
dipandang kedalam dua sudut:
suatu produk telah menggunakan
a. Kalau dipandang dari sudut
uang, bukan lagi melalui sistem
konsumen
barter. Suatu perusahaan yang
peranan penting terutama kalau
telah
menyangkut sejumlah barang
menjalankan
kegiatan
harga
memegang
tertentu yang mutunya tidak
terangan
menentukan
beda jauh.
penerapan harga.
sasaran
b. Kalau dipandang dari sudut
Sasaran penetapan harga
pengusaha harga berkaitan erat
dibagi menjadi tiga: berorientasi
dengan
pada
ongos
maupun
target
produksi
laba
yang
diharapkan.
harga
suatu
barang
dipandang dari dua kepntingan
yang
berbeda
penentuan
kebijaksanaan
amat penting karena perusahaan
mempertahankan
status
1. Berorientasi pada laba, untuk :
a. Mencapai
investasi
merupakan
perusahaanyang
pada
quo.
menyebabkan
harga
berorientasi
penjualan, atau berorientasi pada
usaha
Dengan melihat pentingnya
peranan
laba,
target
laba
atau
laba
penjualan bersih
b. Memaksimalkan laba
2. Berorientasi
pada
penjualan,
harus mempertimbangkan perilaku
untuk :
konsumen,
a. Meningkatkan penjualan
juga
dalam
menetapkan harga jual produk agar
b. Mempertahankan
atau
barang yang dijual dapat habis
meningkatkan pangsa pasar
terjual dan dapat menghasilkan
3. Berorientasi pada status quo,
laba.
untuk :
a. Menstabilkan harga
A. Sasaran Penetapan Harga
b. Menangkal persaingan
Setiap tugas pemasaran –
termasuk
(dan
mungkin
juga,
Sasaran penetapan harga
(pricing goal) yang dipilih oleh
terutama) penetapan harga – harus
manajemen
diarahkan ke tercapainya suatu
sesuai dengan tujuan perusahaan
tujuan.
dan
manajemen
Dengan
harus
kata
lain,
menentukan
harus
benar-benar
tujuan
pemasarannya.
program
Jadi
harga
lebih dahulu sasaran penetapan
merupakan suatu imbalan yang
harga (princing objective) sebelum
harus dipenuhi setiap orang untuk
menetapkan harganya itu sendiri.
mendapatkan
Walaupun
sejumlah
terdengarnya
logis,
namun hanya sedikit perusahaan
yang secara sadar atau terang-
pelayanan.
barang
Bagi
sebuah
atau
ataupun
suatu
jasa
produk
penetapan harga merupakan suatu
fungsi
hal yang penting.
pesaing.
Harga erat kaitanya dengan
masalah
penepatan
harga
itu
biaya, dan harga
6. Memilih Harga Akhir, Setelah
menetapkan
sendiri . Dalam penetapan harga ,
penetapan
ada enam langkah yaitu:
selanjutnya
1. Memilih Sasaran Harga, yaitu,
menetapkan
sasaran-sasaran
harga,
maka
adalah
harga
bauran
memutuskan sasaran harga jika
pemasarannya.
telah memilih pasar
penetapan harga jual produk
dan
posisi
sasaran
pasar dengan
cermat.
2. Menentukan
yaitu,
Permintaan,
setiap
ditentukan
kepada
harga
akan
yang
membawa
tingkat
permintaan
yang berbeda.
Adapun
menurut
perusahaan
memilih
beberapa
dapat
metode
penetapan harga yaitu :
a. Cost
Plus
Pricing
penetapan
atau
harga
berdasarkan
biaya
plus.
Metode yang memberikan
3. Memperkirakan Biaya, yaitu,
biaya plus, yaitu metode
menetapkan harga yang dapat
yang
menutupi
keuntungan yang standar
biayanya
dalam
memberikan
tingkat
menghasilkan,
dari biaya-biaya yang telah
mendistribusikan dan menjual
dibebankan pada barang.
b. Break Even Analysis, and
produk.
4. Menganalisis
Penawaran,
Target Pricing atau Analisis
mengetahui
Titik Impas dan Penetapan
harga dan penawaran (produk)
Harga untuk Sasaran Laba,
pesaing,
yaitu
yaitu,
dengan
digunakan
orientasi
maka
sebagai
untuk
dapat
titik
menetukan
harga produk yang ditawarkan.
5. Memilih
Metode
Metode
Harga,
Suatu
dengan
metode
yang
menetapkan harga jual yang
diharapkan
akan
menghasilkan
keuntungan
yang menjadi sasarannya.
c. Perceived
Value
Pricing
Penetapan
Harga
memakai tiga metode seperti
atau
skedul permintaan konsumen,
Menurut
Persepsi
Nilai,
yaitu penetapan harga jual
yang berdasarkan nilai atau
citra
yang
Perceived
dirasakan
Value
)
(
oleh
B. Metode Penelitian
Penelitian
untuk
dan bukannya biaya yang
tentang
telah
sekarang.
perusahaan
oleh
sebagai
titik
penetapan harga.
mengumpulkan
Penetapan Harga dengan
Mengikuti Harga yang ada
informasi
keadaan-keadaan
sebagai
Peneliti
nyata
bertindak
pengamat,
membuat
d. Going Rate Pricing atau
bersifat
deskriptif, yang berarti dirancang
konsumen terhadap produk
dikeluarkan
ini
kategori
mengamati
hanya
perilaku,
gejala
dan
dari
metode
mencatatnya.
Pelaksanaan
di Pasar, yaitu metode yang
deskriptif tidak hanya sampai pada
berdasarkan
pengumpulan
harga
perhitungan
jualnya
harga-harga
terutama
jual
yang
ditetapkan pesaing.
e. Sealed
Bid
Pricing
Tertutup
atau
yaitu,
metode yang berorientasi
pada
persaingan
penyusunan
data, tetapi juga meliputi analisis
dan interpretasi tentang arti data
itu. Adapun metode deskriptif terdiri
Penetapan Harga dengan
Sampul
dan
dari dua macam sifat, yaitu:
1. Memusatkan
pada
masalah-
masalah yang ada pada masa
sekarang dan bersifat aktual.
yang
2. Data yang dikumpulkan mula-
berdasarkan tingkat harga
mula disusun, dijelaskan dan
yang
kemudian dianalisis.
lebih
perkiraan
tinggi
dugaan
Penelitian ini berlandaskan
tentang bagaimana pesaing-
hasil kerja KPPU pada kegiatan
pesaingnya
akan
Monitoring
memasang harga dan pada
diharapkan
hubungan
data dan analisis faktual.
dengan
atau
pada
langsungnya
biaya
sehingga
dapat mendapatkan
atau
permintaan yang dihadapi
perusahaan.
Perhotelan
C. Industri
Pariwisata
dan
Perhotelan di Indonesia
Berdasarkan
Badan
Pusat
data
Statistik
dari
jumlah
wisatawan mancanegara (wisman)
yang
berkunjung
hingga
Juli
4.577.510
ke
Indonesia
2012
sebesar
orang.
Angka
ini
dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun
jumlah
wisatawan
asing
kedatangan
ke
Indonesia
meningkat 5,4 % dibandingkan
masih lebih rendah dibandingkan
periode yang sama pada tahun
jumlah kunjungan ke negara lain di
2011. Sedangkan target wisatawan
Asia
mancanegara pada tahun 2012
kunjungan
mencapai 8 juta orang.
Singapura
.
sebesar 14 juta orang. Angka ini
Adapun tingkat penghunian
Tenggara.
Target
wisatawan
pada
asing
tahun
lebih
ke
2012
kamar (TPK) hotel berbintang di 20
sangat
provinsi tujuan wisata pada bulan
dibandingkan
Juli 2012 mencapai rata-rata 52,53
wisatawan asing ke Indonesia pada
% atau turun dibandingkan TPK
tahun yang sama sebesar 8 juta
Juli 2011 yang mencapai angka
orang.
58,37 %.
jauh
jumlah
target
kunjungan
Potensi
Rata-rata lama nginap tamu
wisatawan
tinggi
kunjungan
asing
masih
sangat
asing dan Indonesia pada hotel
tinggi bila diperhatikan target turis
bintang di 20 provinsi selama juli
dunia
2012 adalah 2,05 hari atau naik
mencapai 1 miliar orang. Ini berarti
0,08 hari dibandingkan juli 2011
kesempatan bagi pemerintah dan
yang mencapai 1,97 hari.
pelaku usaha untuk membenahi
Angka di atas menunjukkan
pada
sarana
dan
tahun
2012
prasarana
yang
untuk
adanya target peningkatan jumlah
mendukung jumlah kunjungan yang
kunjungan
lebih besar.
wisatawan
Indonesia
bila
asing
ke
dibandingkan
Potensi jumlah kunjungan ke
dengan realisasi kunjungan pada
wilayah
tahun 2011 yang mencapai 7,6 juta
karena didukung keindahan alam
orang.
dan keunikan budaya yang sangat
Selanjutnya pemerintah
menargetkan
jumlah
kunjungan
menarik
Indonesia
bagi
cukup
tinggi
wisatawan
wisatawan asing pada tahun 2013
mancanegara. Namun hal ini tidak
sebesar 9 juta orang.
cukup untuk dapat menarik mereka
Pertumbuhan
kunjungan
wisatawan
jumlah
asing
ke
Indonesia menunjukkan perbaikan
berkunjung ke Indonesia.
Kelemahan
lain
sistem
pemasaran pariwisata Indonesia
adalah minimnya eksploitasi atas
diperoleh tambahan manfaat nilai
potensi
mungkin
dan hasil yang diperoleh dari bisnis
diperoleh dari aktivitas pariwisata
pariwisata. Selain jumlah wisman
itu
menjual
yang akan meningkat, juga akan
harus
diperoleh belanja wisman yang
tingkat
semakin banyak ketika berkunjung
bisnis
sendiri.
yang
Untuk
pariwista
itu
Indonesia
memperhatikan
produk.
lima
Masing-masing tingkat
menambahkan lebih banyak nilai
pelanggan,
dan
kelimanya
ke Indonesia.
Perlu diketahui bahwa bisnis
perhotelan
identik
dengan
membentuk hierarki nilai pelanggan
kreativitas pelayanan yang selalu
(customer value hierarchy), yaitu :
berubah
1. Manfaat inti (core benefit) :
perhotelah tidak memiliki rintangan
layanan
atau
manfaat
setiap
saat.
Bisnis
geografi dalam pelayanan karena
mendasar yang sesungguhnya
memiliki
dibeli pelanggan.
mobilitas tinggi yang mengetahui
2. Pemasaran harus mengubah
konsumen
haknya
sebagai
dengan
konsumen
manfaat ini tersebut menjadi
berdasarkan komparasi di negara
produk dasar (basic product)
atau wilayah lainnya.
3. Menyiapkan
produk
diharapkan
yang
(expected
Kemampuan
bersaing
dari
pelaku usaha perhotelan sangat
product), yaitu beberapa atribut
ditentukan
dan
biasanya
pemanfaatan sumber daya pada
ketika
masing-masing hotel. Pemanfaatan
kondisi
diharapkan
yang
pembeli
mereka membeli produk ini.
4. Produk
yang
(augmented
ditingkatkan
product)
yang
melampaui harapan pelanggan.
5. Produk
Potensial,
yaitu
oleh
manajemen
yang maksimal terhadap seluruh
sumber
daya
berdampak
pada
hotel
efisiensi
akan
dan
semakin optimalnya penggunaan
sumber
daya.
Akhirnya
akan
produsen
terbentuk harga jasa yang murah
menonjolkan produk potensial
karena ditopang oleh biaya rendah
yang mereka miliki.
dan pengalokasian sumber daya
bagaimana
Bila sistem pemasaran di
atas telah dijalankan oleh seluruh
pelaku pariwisata kita, maka akan
yang tepat.
D. Praktik
Penetapan
Harga
pada Industri Perhotelan
Perkembangan
perhotelan
telah
yang menarik atas geografi dan
wilayah setempat.
industri
memberikan
Kemampuan
menetapkan
harga yang terjangkau merupakan
kontribusi pada produk domestik
fundamental
bruto
perhotelan. Seharusnya terdapat
Indonesia.
industri
ini
bergairahnya
Tumbuhnya
ditopang
oleh
variatif
pariwisata
dan
indikasi
berlangsungnya mobilitas ekonomi.
Telah muncul sejumlah hotel
keunggulan
harga
bisnis
yang
merupakan
kemampuan
melakukan
efisiensi,
biaya
rendah
dan
efektivitas sumber daya.
dan para pelaku usaha baru pada
Harga kamar pada sejumlah
industri ini. Mereka harus menjamin
hotel pada berbagai wilayah di
pula telah terciptanya persaingan
Indonesia tidak menggambarkan
sehat di antara para pelaku usaha
adanya
tersebut.
secara ketat. Penetapan harga
Struktur
sempurna
harus
persaingan
terlihat
dari
keinginan
berkompetisi
kamar oleh sejumlah pelaku usaha
penetapan harga yang dilakukan
perhotelan
oleh masing-masing hotel.
mencerminkan kondisi persaingan
Persaingan
dimaksudkan
pelaku
tidak
untuk
usaha
namun
membangkitkan keinginan
Peluang
persaingan
terjadinya
usaha
tidak
sehat
mungkin
terjadi
lebih berinovasi dan unggul dalam
kesepakatan
harga
memberikan pelayanan. Sehingga
mereka.
dipastikan akan terdapat pelaku
menciptakan keseragaman harga
usaha
pada
yang
unggul
untuk
tidak
antara satu dengan yang lainnya.
mematikan
lain,
sering
karena
kemampuan bersaing.
Pengguna
dipastikan
hotel
memiliki
harus
sejumlah
perbedaan
terbentuknya
dan
yang
sejumlah
berefek
harga.
pada
Perbedaan
harga juga dipengaruhi oleh lokasi
antara
untuk
subkelas
pelayanan
menjadi
wujud
persekongkolan
diatara
mereka
yang anti kompetisi.
alternatif pilihan hotel, kamar, jenis
pelayanan
di
Keinginan
tiap
akhirnya
melalui
Seharusnya
keterbukaan
pasar menciptakan kreativas di
antara
pelaku
usaha
untuk
membuat strategi yang tepat bagi
pengembangan
pasar
guna
meningkatkan daya saing di pasar.
walaupun dalam jangka pendek
Seharusnya
akan
kondisi
memberikan
keuntungan
persekongkolan melalui penetapan
tanpa
harus
melakukan
harga ini sudah tidak boleh terjadi
optimalisasi usaha dan efisiensi.
di era pasar yang sangat kompetitif
dan
terbuka
ini.
Liberalisasi
E. Simpulan
perdagangan dan investasi yang
Berdasarkan hasil penelitian
semakin pesat merupakan wujud
dan pembahasan di atas, maka
ketatnya
diperoleh
persaingan
penyedia
antara
jasa,
termasuk
didalamnya bisnis perhotelan.
kesimpulan
bahwa
potensi persaingan usaha tidak
sehat telah terjadi pada pelaku
Adanya praktik penetapan
usaha industri perhotelan melalui
harga di antara para pelaku usaha
terbentuknya harga pada setiap
pada
subkelas pelayanan.
industri
menyingkirkan
dan
perhotelan
strata
meniadakan
pelayanan
inovasi
dan
F. Saran
kreatias masing-masing untuk lebih
berkreasi
menjual
Keseragaman
ini
jasanya.
menyebabkan
Berdasarkan kesimpulan di
atas,
maka
dapat
disarankan
beberapa hal berikut ini:
harga tinggi dan tiadanya disparitas
1 Setiap pelaku usaha industri
pelayanan yang bisa diperoleh oleh
perhotelan seharusnya bersaing
para pelanggan.
berdasarkan
Akhirnya, praktik penetapan
harga kamar oleh para pelaku
kemampuan
memberikan pelayanan.
2 Penetapan
harga
usaha industri perhotelan akan
sebaiknya
merugikan masyarakat. Konsumen
masing-masing hotel dan tidak
akan
berdasarkan
atas
mendapatkan biaya tinggi
jasa
yang
Selanjutnya tiada
inovasi
lagi
di
diperolehnya.
kreativitas dan
antara
dilakukan
kamar
oleh
harga
kesepakatan yang dibuat oleh
asosiasi.
mereka
karena telah menikmati pasar yang
DAFTAR PUSTAKA
bias. Praktik penetapan harga di
antara pelaku industri perhotelan
akan merugikan mereka sendiri,
Cabral, L.M.B, 2000, Reading in
Industrial
Organization,
Blackweel, Oxford
Nirwandar,S. 2012. Tutup Tahun
2012 dengan Catatan 8
Juta
Wisatawan,
Mungkinkah?, The Globe
Journal, Jakarta.
Stanton, W.J, 1984, Prinsip
Pemasaran,
Erlangga,
Jakarta
Stepherd,
W.G,
1997.
The
Economics of Industrial
Organization
Analysis,
Market, Policies, PrenticeHall, New Jersey
Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan
Praktik
Monopoli
dan
Persaingan Usaha Tidak
Sehat, KPPU, Jakarta
Download