VI. KESINPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian, diperoleh beberapa temuan sebagaimana dikemukakan pada kesimpulan berikut : Kaiian Linakunaan Permukiman 1. Kondisi rumah sehat yang merupakan faktor pembentuk kualitas lingkungan permukiman, mempunyai korelasi nyata dengan tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan penghuninya. 2. Manfaat nyata peta foto udara dalam kajian kuali- tas permukiman adalah : a. tipe permukiman yang dibentuk K t U, P, J pada setiap kecamatan yang ada di Yogyakarta menghasilkan peta distribusi tipologi permukiman dan kualitas lingkungan permukiman kota Yogyakarta secara umum. b. ketepatan dalam penetapan Unit pemetaan untuk seluruh tipe permukiman (KUPJ) di Yogyakarta cukup teliti (79,06%). 3. Parameter utama penelitian lingkungan permukiman terdiri atas faktor fisik, sosial-ekonomi dan biologi, r = dari 25 0,9664 dengan a peubah = terdapat korelasi 0,05. Terbukti masih diper- lukan dukungan pengamatan lapangan sebesar 50%. 4. Kualitas lingkungan permukiman kota Yogyajarta berdasar cara kombinasi menghasilkan kualitas baik (9,77%), kualitas cukup baik (45,98%), kualitas kurang baik (37,93%), dan kualitas tidak baik (6,32%). Kesimpulan kualitas lingkungan permukiman kota Yogyakarta secara umum tergolong kategori kualitas cukup baik. 5. K t U, P I J bisa mendeteksi kondisi sosial-ekonomi penghuni dan diperoleh 4 konsep kunci pengenalan kualitas lingkungan permukiman termasuk faktor penghambatnya yaitu kondisi rumah sehat, kualitas air sumur, tingkat pendapatan, dan kepadatan penduduk . 6. Kondisi kualitas lingkungan permukiman dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kepadatan penduduk. Kecenderungan faktor tingkat pendapatan penduduk berkaitan dengan pilihan lokasi yang lebih nyaman, dimana semakin besar pendapatan, akan semakin besar peluang untuk memilih lokasi yang nyaman, enak, dan bebas polusi . . 7. Konsep "KUPJW merupakan kunci dasar yang akan membantu di dalam menilai kualitas lingkungan permukiman kota, sebab dengan cara v'proxylv, konsep ini telah menggambarkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat dengan cukup baik. 8. Konsep "KUPJvvmemiliki kontribusi nyata dalam pembuatan mintakat sesuai fungsi lahan dikaitkan dengan Paket deregulasi 23 Oktober 1993 dan membantu dalam penataan ulang penggunaan lahan dalam penyempurnaan Rencana Detil Tata Ruang Kota Yogyakarta. Perubahan Denaaunaan Lahan 1. Sebagian besar perubahan penggunaan lahan di Yogyakarta dari tahun 1982-1987 dan 1987-1991 adalah pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan. Perubahan penggunaan lahan di kota Yogyakarta tidak berjalan flsmoothwsesuai Rencana Induk Kota, tetapi berkembang seperti katak loncat "Leap Frog1! menuju daerah pinggiran kota (urban fringe) yang merupakan daerah penetrasi (alihan) penduduk dari kota-keluar, dan dari desa-masuk ke kota (digunakan sebagai daerah transit). 2. Dinamika perpindahan penduduk dari dalam kota menuju ke pinggir kota disebabkan : a. daya dorong dari dalam kota berupa kepadatan ruangan oleh perumahan, tingkat polusi tinggi, nilai lahan yang tinggi, jumlah penduduk selalu meningkat. b. daya tarik dari pinggiran kota berupa nilai lahan yang relatif lebih murah, aksesibilitas (kemudahan jarak tempuh dari lokasi ke pusat kegiatan di kota). 3. Secara bersama-sama penyebab perubahan penggunaan lahan di Yogyakarta adalah faktor pertambahan penduduk, dan aksesibilitas. 6.2. Saran-saran 1. Penelitian khusus mengenai perubahan penggunaan lahan kota dan faktor-faktor yang berpengaruh perlu digalakkan agar bisa dibuat langkah berguna untuk mengantisipasi perkembangan kota, selanjutnya disusun Rencana Induk Kota (masterplan) yang mantap, untuk menghindari perkembangan yang melompat-lompat (leap frog) . 2. Karena peta foto udara yang digunakan terbukti dapat dimanfaatkan untuk menilai kualitas permukiman, dianjurkan agar pihak pengelola permukiman di kota Yogyakarta dapat memanfaatkan peta foto udara waktu jamak untuk keperluan memantau kualitas permukiman kota . 3. Hasil penelitian bisa dipergunakan sebagai patokan oleh pihak perencana daerah dalam menentukan "RDTRKr kota Yogyakarta terutama dalam uji kualitas ling- kungan permukiman dengan konsep KUPJ dan mendukung kebijakan pelaksanaan Pakto 93. 4. Untuk peneliti berikutnya, perlu menguji peubah lain yang dapat dilihat dari peta foto udara 1:2.000 atau foto udara 1:10.000 yang dipakai membuat unit pemetaan (selain kepadatan rumah, ukuran rumah, pola rumah dan panjang jalan setapak) yang sekiranya berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman.