BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi suatu perusahaan yang sudah publikasi dan memasarkan sahamnya di bursa efek, laporan keuangan merupakan pintu mereka dalam menarik investor agar tertarik menanamkan modalnya di perusahaan mereka. Hal ini dikarenakan, laporan keuangan dianggap sebagai suatu bentuk transparansi dan pertanggungjawaban dari pihak agen (manajemen) terhadap para pemegang saham sebagai cerminan good corporate governance. Salah satu bentuk pengungkapan itu dapat dilakukan ketika perusahaan menemukan kesalahan dalam laporan keuangannya dan melakukan restatement laporan keuangan, sehingga investor dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya setelah adanya perubahan. Penelitian ini ingin membuktikan apakah restatement yang terjadi karena koreksi kesalahan dapat dikendalikan dengan corporate governance yang baik atau tidak. Karena banyak penelitian terdahulu membuktikan bahwa restatement karena koreksi kesalahan dapat dicegah atau ditanggulangi dengan adanya pengelolaan internal yang kuat (Huang dan Zhang, 2011; Baber dan Kang, 2009; dan Hazarika, Karpoff, dan Nahata, 2011), serta adanya auditor independen yang memiliki kredibilitas (Files, Sharp, dan Thompson, 2012 dan Rani, 2011). Huang dan Zhang (2011) menunjukkan bahwa restatement karena adanya salah saji laporan keuangan dapat dicegah dengan adanya internal control yang kuat. Bentuk internal control 2 yang kuat tersebut ditunjukkan dengan adanya persentase anggota dewan dalam perusahaan yang lebih besar untuk outside director dan komite audit yang dapat melihat keseluruhan proses akuntansi dan pelaporan keuangan sebagai perwakilan dari para investor, serta diperkuat dengan adanya pengendalian dari luar perusahaan seperti pemegang saham dan auditor eksternal. Baber dan Kang (2009) juga membuktikan bahwa restatement dapat dicegah dengan adanya peran aktif pemilik saham dalam pengambilan keputusan. Peran aktif pemilik saham yang dimaksud diantaranya yaitu ikut dalam pengambilan keputusan manajemen dan mengawasi jalannya kegiatan operasi perusahaan. Hal tersebut diduga dapat mengurangi terjadinya restatement, dan perusahaan yang melarang peran serta investor dalam pengambilan keputusan dianggap memiliki pengendalian eksternal yang lemah. Restatement dianggap sebagai bukti kegagalan pengelolaan perusahaan, terbukti pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian Baber dan Kang (2009) mengalami kehilangan 7,7% investor mereka di sekitar waktu pengungkapan restatement. Files dan Sharp (2012) menemukan bahwa restatement secara berulang kali dalam suatu perusahaan disebabkan oleh kualitas audit yang buruk. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa, perusahaan yang melakukan restatement laporan keuangan berulang kali, disebabkan oleh ketidakmampuan auditor perusahaan dalam mendeteksi salah saji material dalam waktu singkat. Sehingga diperoleh perbedaan karakteristik perusahaan yang melakukan restatement overlapping dan non-overlapping. Perusahaan pelaku restatement overlapping cenderung memiliki kualitas akuntansi keseluruhan yang rendah. 3 Peraturan mengenai restatement sudah ditetapkan dalam PSAK No. 25 Revisi 2009 tanggal 15 Desember 2009. Dalam PSAK No. 25 disebutkan bahwa restatement laporan keuangan dapat dilakukan untuk memperbaiki laporan keuangan karena adanya perubahan kebijakan, perubahan estimasi, dan atau adanya koreksi kesalahan. Namun di Indonesia, isu mengenai restatement laporan keuangan masih jarang digunakan sebagai bahan penelitian. Terutama penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap ada atau tidaknya restatement laporan keuangan, khususnya yang berkaitan dengan restatement karena koreksi kesalahan masih belum ada. Dalam melakukan penilaian investasi, seorang investor pada umumnya akan melihat laporan keuangan perusahaan sebagai tolok ukur kinerja perusahaan dan untuk meramalkan going concern perusahaan di masa depan. Hal tersebut terjadi karena dalam laporan keuangan perusahaan tercermin bagaimana kinerja, baik manajemen maupun kegiatan operasi perusahaan tersebut selama ini. Beberapa riset terdahulu menunjukkan bahwa informasi yang ada pada laporan keuangan digunakan untuk menilai perusahaan (Ball and Brown, 1968 dan Beaver, 1968). Agar dalam mengukur kinerja dan proses peramalan tersebut tidak terjadi kesalahan, maka laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan harus mengikuti standar yang telah ditetapkan dan tidak mengandung kesalahan. Namun dalam praktiknya, terkadang perusahaan melakukan kesalahan dalam pelaporan keuangan, yang dapat disebabkan oleh adanya kesalahan baik tidak disengaja (error) maupun disengaja (fraud). Kesalahan tidak disengaja (error) dapat terjadi karena adanya perubahan kebijakan atau perubahan estimasi akuntansi. Sedangkan kesalahan disengaja (fraud) dapat terjadi karena adanya rencana terstruktur dalam memanipulasi laporan keuangan agar tampak baik, yang diindikasikan sebagai earnings management. Dimana terjadinya earnings 4 management dikaitkan dengan corporate governance perusahaan buruk, sehingga laporan keuangan dalam penyajiannya mengandung unsur yang salah. Dan jika terjadi kesalahan, maka perusahaan harus melakukan penyajian kembali laporan keuangan atau financial restatement. Tata kelola perusahaan (corporate governance) yang baik merupakan kebutuhan mutlak bagi pemilik perusahaan dan investor perusahaan, karena dipercaya mampu meminimalisasi assymetri informasi dalam perspektif teori keagenan. Seiring dengan salah satu prinsip good corporate governance, yaitu transparansi, laporan keuangan yang disusun oleh manajemen diharapkan mampu memberikan informasi yang reliable. Ketika suatu perusahaan melakukan restatement laporan keuangan, maka reliabilitas laporan keuangan perusahaan tersebut akan dipertanyakan. Berdasarkan hasil penelitian Huang dan Zhang (2011) dan Praditia (2010), maka penelitian ini ingin memodifikasi pengujian terhadap variabel-variabel yang dapat mengendalikan terjadinya restatement karena adanya salah saji laporan keuangan. Memodifikasi penelitian Huang dan Zhang (2011), penelitian ini menguji kemampuan variabel yang ada dalam penelitian Huang dan Zhang (2011), yaitu komite audit dan outside director (komisaris independen), dengan menambahkan variabel kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, dalam mengendalikan atau mencegah terjadinya restatement karena adanya salah saji laporan keuangan. Untuk menguji hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Restatement Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI)”. 5 1.2. Perumusan Masalah Penelitian mengenai restatement di luar negeri sudah marak dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan corporate governance (Schmidt dan Wilkins (2011); Huang dan Zhang (2011); Files, Sharp, dan Thompson (2012); Hazarika, Karpoff, dan Nahata (2011); Feldmann, Read, dan Abdolmohammadi ; Rotenstein (2011); Rani (2011); dan Baber, Kang, Liang, dan Zhu, (2019)). Salah satunya, Huang dan Zhang (2011) meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap ada atau tidaknya restatement perusahaan di Cina, namun hanya menggunakan dua alat ukur corporate governance, yaitu kualitas audit dan outside board. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Files, Sharp, dan Thompson (2012), menyatakan bahwa jika investor dan stakeholder ingin menginterpretasikan informasi pengumuman restatement laporan keuangan suatu perusahaan adalah dengan melihat auditor (salah satu alat ukur corporate governance) dan karakteristik perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hazarika, Karpoff, dan Nahata (2011) menyatakan bahwa tata kelola internal yang baik dapat meminimalisir kesalahan atau masalah dalam manajemen perusahaan. Sehingga diasumsikan bahwa unsur corporate governance berpengaruh terhadap ada tidaknya kesalahan dalam pelaporan keuangan yang dapat menyebabkan terjadinya restatement ( The U.S. Accounting Office (2002); Byrne et al (2002); Abbott, Parker, dan Peters (2004); Agrawal dan Chadha (2005); Srinivasan (2005); Baber, Kang, Liang, dan Zhu (2009)). Unsur-unsur corporate governance secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu internal perusahaan dan eksternal perusahaa. Unsur internal perusahaan terdiri dari pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan, dan komite audit (Sutedi, 2012). Rotenstein 6 (2011) dalam penelitiannya yang menguji apakah perusahaan yang melakukan restatement melakukan perubahan di dalam internal governance perusahaan untuk menciptakan kinerja yang lebih baik, menggunakan unsur direksi, audit, dan manajer dalam menilai corporate governance perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji pengaruh corporate governance terhadap ada atau tidaknya restatement laporan keuangan pada perusahaan dengan menggunakan unsur-unsur corporate governance yang digunakan dalam penelitian Huang dan Zhang (2011) dan Praditia (2010), yaitu: 1. Apakah kepemilikan institusi mempengaruhi restatement laporan keuangan? 2. Apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi restatement laporan keuangan? 3. Apakah komisaris independen mempengaruhi restatement laporan keuangan? 4. Apakah komite audit mempengaruhi restatement laporan keuangan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah bukti empiris pengaruh corporate governance terhadap ada atau tidaknya restatement laporan keuangan pada perusahaan, khususnya restatement karena adanya koreksi kesalahan, dan bukan karena adanya perubahan kebijakan atau perubahan estimasi. Restatement karena adanya perubahan kebijakan dan perubahan estimasi pada umumnya bukanlah dikarenakan oleh corporate governance yang tidak baik, sehingga tidak digunakan sebagai fokus dalam penelitian ini. Penelitian menguji secara empiris pengaruh corporate governance terhadap restatement, dengan menggunakan empat indikator corporate governance, yaitu: kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit. 7 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu manfaat bidang praktisi dan bidang akademisi. Manfaat bidang praktisi yang pertama, bagi perusahaan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan dan kualitas informasi laporan keuangan, sehingga tidak terjadi kesalahan penyajian laporan keuangan di masa akan datang oleh perusahaan. Kedua, bagi investor, hasil riset ini memberikan gambaran unsur-unsur apa yang harus dilihat dalam mengevaluasi tata kelola perusahaan yang baik dalam menilai kinerjanya, sehingga dalam pengambilan keputusan investasi di masa akan datang tidak terjadi kesalahan. Sedangkan manfaat dibidang akademis yaitu riset ini memberikan bukti baru mengenai pengaruh corporate governance terhadap restatement laporan keuangan, dengan memadukan alat ukur corporate governance yang digunakan dalam penelitian Huang dan Zhang (2011) dan Praditia (2010).