Front Matter God Save Me

advertisement
Saya Harap
Allah
Akan
Menyelamatkan
Saya
Harold Camping
i
Saya Harap Allah Akan Menyelamatkan Saya
(I Hope God Will Save Me - Indonesian)
Oleh Harold Camping
Diterbitkan dan dicetak oleh;
Family Stations, Inc.
Oakland, California 94621
www.familyradio.org
E-mail: [email protected]
(Catatan: Seluruh ayat-ayat suci yang dikutip di
dalam penerbitan ini berasal dari Alkitab versi
TB (Terjemahan Baru –
LAI 1974.)
03-15-11
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................... v
Saya Harap Allah Akan Menyelamatkan Saya .................................... 1
Apakah Yang Harus Dilakukan Allah untuk Menyelamatkan
Seseorang? .................................................................................................. 3
Dipilih Allah ............................................................................................. 4
Orang-orang Pilihan Diserahkan kepada Kristus ............................ 6
Penanggung Dosa .................................................................................... 7
Sejumlah Besar Orang Yang Tidak Dapat Dibinasakan Allah ..... 8
Pada Hakikatnya Seluruh Umat Manusia Sudah Mati
Secara Rohani .......................................................................................... 10
Kepada Kita Harus Diberikan Sebuah Jiwa Baru Yang Sudah
Mengalami Kebangkitan ....................................................................... 11
Kenyataan tentang Keselamatan Umat Pilihan .................................. 13
Mukjizat Kelahiran Baru ..................................................................... 14
Definisi Alkitab tentang Karya Rohani ............................................. 16
Kristus Telah Melakukan Segala Pekerjaan Yang
Dibutuhkan bagi Keselamatan Kita .................................................... 17
Kalau Begitu, Mengapa Allah Memberikan Kita
Perintah-perintah Itu? ........................................................................... 18
Hubungan Yang Misterius antara Allah dan Umat Manusia ....... 19
Allah Menguji Umat Manusia ............................................................. 22
Teramat Pentingnya Sabat Hari Ketujuh .......................................... 23
Berkat-berkat dalam Program Pengujian Allah .............................. 24
Allah Meningkatkan Kesukaran dalam Program Pengujian-Nya 26
Dapatkah Kita Mendengar Alkitab, tetapi Tidak Mendengar? .... 29
Membandingkan Ayat Kitab Suci dengan Ayat Kitab Suci ........... 30
Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Berseru
kepada Allah .......................................................................................... 33
Menjadi Percaya ..................................................................................... 35
Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk
Mempercayai Allah ............................................................................... 38
Kristus Telah Melakukan Segala Karya Itu -- Ia Setia -Menyelamatkan Kita ............................................................................. 39
iii
Tindakan Memeteraikan Selalu Merupakan Karya Allah ............
Jarang Sekali, Terjemahan Harus Diperbaiki ....................................
Apakah Abraham Mempercayai Allah dan oleh karena Itu
Ia Menerima Keselamatan? ...................................................................
Ketika Kita Mempercayai Kristus, Ia Mungkin
Menyelamatkan Kita ..............................................................................
Kebingungan di dalam Memahami Kata “Menjadi Percaya” .......
Iblis Datang sebagai Malaikat Terang ................................................
Dapatkah Gereja-gereja Terus Dijaga Kemurniannya? .................
Sebuah Perubahan Yang Besar ..........................................................
Orang Yang Diselamatkan Hidup di dalam Sebuah Tubuh Yang
Belum Diselamatkan ..............................................................................
Hasrat-hasrat dari Orang Yang Diselamatkan .................................
Rasa Takut dan Gentar ..........................................................................
Tetapi Kasih Yang Sempurna Melenyapkan Ketakutan ..................
Apakah Ada Harapan bagi Saya? .......................................................
40
41
43
45
48
49
52
54
55
57
58
60
63
Indeks Ayat-ayat Kitab Suci ............................................................ 71
iv
KATA PENGANTAR
B
anyak orang berkata, “Saya ingin diselamatkan.” Dan
demikianlah, dalam buku kecil ini, kita akan berupaya dengan
penuh kejujuran untuk menjawab pertanyaan: Apakah yang harus
saya lakukan untuk diselamatkan? Karena kita akan belajar bahwa
tidak seorang pun dapat melakukan apa pun untuk menerima
keselamatan, maka hal tersebut akan dengan cepat mengecilkan hati
banyak pembaca yang akan menyimpulkan bahwa mereka tak
memiliki pengharapan dan tidak seorang pun yang akan menerima
keselamatan. Namun, faktanya ialah, harapan dari orang-orang
yang dapat diselamatkan di zaman kita cukup besar. Sesungguhnya,
bila kita pelajari Alkitab dengan saksama, kita mendapati bahwa
bukti dalam Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa terdapat
sangat banyak tuaian jiwa yang akan diselamatkan pada saat ini di
dalam sejarah.
Bukti dalam Alkitab menyatakan bahwa pada masa sekarang,
lebih banyak orang sedang diselamatkan dibandingkan dengan saat
kapan pun dalam sejarah. Tetapi mereka menerima keselamatan
bukan karena mengikuti rencana keselamatan dari organisasi gereja
setempat apa pun atau pengabar injil siapa pun yang mengikuti
rencana keselamatan dari sebuah jemaat setempat. Kita akan belajar
bahwa sangatlah penting mereka yang mengajarkan program
keselamatan Allah melakukannya dengan kesetiaan yang tertinggi
pada rencana keselamatan yang sudah dilembagakan oleh Allah
seperti yang tercatat di dalam Alkitab.
v
vi
Saya Harap Allah Akan
Menyelamatkan Saya
A
llah menciptakan dunia ini kira-kira 13.000 tahun yang
lalu. Pada saat itu, diawali dengan orangtua kita yang pertama, Adam
dan Hawa, Allah menciptakan umat manusia di dalam gambar dan
rupa-Nya. Tetapi umat manusia memberontak melawan Allah, dan
sebagai hukuman, seluruh umat manusia berada di bawah murka
Allah. Pemberontakan itu begitu seriusnya sehingga menurut hukum
Allah, manusia bukan hanya akan kehilangan keberadaannya yang
kekal bersama dengan Allah, tetapi juga akan dihancurkan untuk
selamanya melalui pemusnahan pada hari terakhir dari keberadaan
bumi ini. Dan, dengan demikian banyak orang akan berseru, “Saya
sangat ingin diselamatkan dari hukuman penghancuran kekal itu.”
Setiap manusia tahu bahwa ada Allah yang menuntut
pertanggungjawaban atas dosa-dosanya. Hal ini terjadi karena umat
manusia telah diciptakan di dalam gambar dan rupa Allah. Dan
walaupun ia terasing dari Allah karena pemberontakannya melawan
Allah, pengetahuan tentang Allah, dan pertanggungjawabanannya
kepada Allah, terus hadir dalam dirinya. Kita membaca di dalam
Roma 2:13-15, dan di dalam ayat-ayat ini, ungkapan “bangsa-bangsa
lain” menunjuk kepada semua manusia di dunia yang tidak memiliki
pengetahuan tentang Alkitab.
Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar
di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah
yang akan dibenarkan. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak
memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan
apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak
memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri
mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa
isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati
mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau
saling membela.
Oleh karena itu, seluruh umat manusia secara naluriah
mengetahui bahwa adalah berdosa, yaitu melakukan pelanggaran
1
atas hukum Allah, untuk membunuh, mencuri, berzina, dan lainlain. Ia juga secara naluriah mengetahui bahwa Allah menuntut
hukuman atas dosa-dosanya. Oleh karena itu, setiap manusia
berupaya untuk menemukan suatu cara supaya ia dapat didamaikan
dengan Allah, yaitu ia ingin menemukan sebuah jalan di mana ia
dapat terlepas dari hukuman atas dosa-dosanya yang mengerikan.
Sebagian orang berupaya untuk memecahkan masalah yang
mengerikan ini dengan meyakinkan diri mereka sendiri bahwa tidak
ada Allah kepada siapa mereka harus memberikan jawaban. Dalam
kasus itu, mereka berupaya sangat keras untuk menjadi seorang
penganut atheis (yang tidak mengakui adanya Allah) atau seorang
penganut evolusionis (yang percaya bahwa segala yang hidup
berkembang dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang
rumit) atau agnostik (yang percaya bahwa manusia tidak mengetahui
ada tidaknya Allah).
Yang lain telah merancang ilah-ilah yang mereka sembah.
Mereka membuat ilah-ilah dari kayu atau batu, seperti penganut
agama Budha atau seperti para astrolog, mereka melihat pada planetplanet dan bintang-bintang sebagai suatu macam ilah atau, seperti
banyak orang, mereka mendapati suatu agama di mana mereka
dapat merasa nyaman. Agama itu barangkali tidak memiliki
hubungan sama sekali dengan Alkitab, atau menggunakan beberapa
ayat Alkitab untuk mendukungnya. Jadi, mereka menemukan agama
yang menurut keyakinan mereka merupakan yang terbaik dalam
upaya mendamaikan diri mereka kepada Allah.
Faktanya ialah bahwa dewasa ini, sekitar sepertiga dari
jumlah penduduk dunia menyebut diri mereka sendiri “Kristen”. Ini
berarti bahwa mereka memiliki hubungan dengan sebuah agama
yang menggunakan bagian-bagian dari Alkitab untuk mendukung
pernyataannya bahwa adalah Injil yang akan membawa orang-orang
kepada Allah. Setiap agama, entah bila sangat sedikit hubungannya
dengan Alkitab, sekecil apa pun hubungannya dengan Alkitab, atau
apakah pengajarannya benar menurut ajaran Alkitab, menyatakan
bahwa agama tersebut memiliki jalan yang paling benar untuk
berdamai dengan Allah. Hal ini berlaku untuk denominasidenominasi yang dikenal baik seperti Katolik Roma, Baptis,
Reformed, Presbiterian, Advent Hari Ketujuh, Saksi Yehovah,
Mormon, dan sebagainya. Sayangnya, tidak satu pun dari
denominasi-denominasi ini yang memiliki pemahaman yang memadai
mengenai keadaan dari apa yang dibutuhkan bagi seseorang untuk
didamaikan dengan Allah, yakni selamat dari murka Allah, yang
merupakan hukuman atas dosa mereka.
2
Sayangnya, orang-orang yang telah menaruh kepercayaan
mereka untuk memperoleh keselamatan mereka di dalam salah satu dari
agama-agama tersebut masih berada di dalam kesulitan yang besar dengan
Allah karena agama mereka tidak dapat menyelamatkan mereka.
Sayangnya, orang-orang yang telah menaruh kepercayaan
mereka untuk memperoleh keselamatan mereka di dalam salah satu
dari agama-agama tersebut masih berada di dalam kesulitan yang
besar dengan Allah karena agama mereka tidak dapat
menyelamatkan mereka, dan mereka tidak sedang mendengarkan
dengan saksama kepada Alkitab, satu-satunya sumber kebenaran
yang sejati.
Di dalam buku kecil ini, kita akan berupaya untuk
menetapkan, dengan seteliti mungkin, ajaran Alkitab mengenai
rencana Allah di mana banyak orang memang didamaikan dengan
Allah dan memang terlepas dari penghakiman mengerikan yang akan
menimpa umat manusia pada hari kiamat.
Kita harus ingat bahwa Alkitab, dalam bahasa aslinya, ditulis
Allah, tetapi Allah menggunakan juru tulis manusia, seperti yang
dinyatakan dalam 2 Petrus 1:21:
Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia,
tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama
Allah.
Kata-kata yang mereka tuliskan didiktekan oleh Allah sendiri
(Yeremia 36:1-4). Oleh karena itu, dengan membaca dan mempelajari
Alkitab, kita memiliki sumber kebenaran yang terutama dan sebagai
wewenang yang paling dasar dan terakhir. Oleh karena itu, setiap
kesimpulan yang berkaitan dengan rencana keselamatan Allah harus
benar seutuhnya kepada ajaran-ajaran Alkitab. Demikianlah, kita
harus siap untuk memeriksa dengan cermat kesimpulan apa pun
yang ditetapkan manusia dari sudut pandang ayat mana pun dalam
Alkitab.
Apakah Yang Harus Dilakukan Allah untuk Menyelamatkan
Seseorang?
Kita akan melanjutkan pemahaman kita dengan menentukan
secara saksama apa yang dinyatakan Alkitab sehubungan dengan
penyelesaian atas keadaan mengerikan yang dihadapi umat
manusia. Kita akan mendapati bahwa keadaan umat manusia begitu
3
mengerikan sehingga hanya Allah sendiri yang dapat menyediakan
sebuah jalan kelepasan.
Kita harus ingat bahwa seluruh isi Alkitab merupakan sebuah
kitab hukum, ditulis oleh Allah sendiri, di mana seluruh umat
manusia ada di bawah kekuasaan Allah dan juga di mana Allah
sendiri tidak bisa bertindak di luar apa yang sudah diputuskan-Nya
(Mazmur 138:2). Oleh karena itu, penyelesaian atas masalah yang
mengerikan ini harus memenuhi seluruh persyaratan hukum yang
diuraikan di dalam kitab hukum Allah, Alkitab.
Ada tiga tindakan yang sangat penting yang diambil oleh
Allah sendiri yang secara mutlak dibutuhkan sebelum siapa pun dapat
mengalami keselamatan dalam hidupnya. Ketiga tindakan tersebut
dibutuhkan setiap orang yang akan menerima keselamatan. Tidak
ada perkecualian.
Dipilih Allah
Tindakan pertama yang dilakukan Allah mewakili semua
orang yang akan akan menerima keselamatan adalah bahwa sebelum
dunia diciptakan, Allah telah memilih setiap orang yang akan
diselamatkan-Nya. Kita membaca di dalam Efesus 1:3-5:
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam
Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di
dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum
dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus
Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan
kehendak-Nya,
Sementara Allah bersiap untuk menciptakan dunia ini dan
bermilyar penduduk manusianya, Ia memandang ke dalam loronglorong waktu dan menyaksikan sekumpulan besar umat manusia
yang menyedihkan yang seluruhnya memberontak melawan Dia.
Walaupun Allah telah menciptakan umat manusia sebagai makhluk
yang sempurna, di dalam gambar dan rupa Allah, Alkitab dengan
jelas mengatakan bahwa Allah tahu bahwa umat manusia akan
memberontak terhadap Allah, dan pemberontakan itu akan
mengakibatkan seluruh umat manusia mengalami kematian secara
rohani dan sepenuhnya dikuasai oleh dosa. Allah juga telah tahu
bahwa umat manusia akan berusaha mati-matian untuk berdamai
dengan Allah dengan mencari Allah melalui berbagai rencana yang
dirancang oleh pikiran-pikiran manusia, yang tercemar seluruhnya
oleh dosa, dan tidak ada seorang pun yang akan mencari Allah sesuai
4
dengan persyaratan-persyaratan Allah yang sudah ditentukan Allah
seutuhnya.
Allah juga telah mengetahui bahwa umat manusia akan
berusaha mati-matian untuk berdamai dengan Allah dengan mencari
Allah melalui berbagai rencana yang dirancang oleh pikiran-pikiran
manusia.
Di dalam Roma 3:10-12, Allah menjabarkan keadaan umat
manusia yang menyedihkan itu. Di sana kita membaca:
Seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.
Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun
yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka
semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun
tidak.
Akan tetapi, walaupun terdapat bencana menyeluruh sebagai
akibat dari pemberontakan manusia melawan Allah, Allah telah
membuat keputusan yang mengherankan bahwa Ia akan selamanya
tetap berada bersama dengan banyak dari para pemberontak ini di
dalam kekekalan. Tetapi bagaimana Ia dapat berada bersama dengan
orang-orang ini untuk selama-lamanya? Hukuman atas dosa mereka
sangat besar. Bagaimana Allah dapat berada bersama dengan orangorang untuk selama-lamanya yang secara hukum, oleh karena dosadosa mereka, harus dihancurkan? Hukuman dosa sangat mengerikan
karena dosa umat manusia sangat mengerikan. Ini merupakan latar
belakang yang mengherankan dari program keselamatan yang
mengagumkan yang telah direncanakan Allah bagi umat manusia.
Dan demikianlah, sejak sebelum dunia diciptakan, Allah
bukan hanya telah memilih orang-orang yang ingin dikuduskan-Nya
bagi diri-Nya (Efesus 1:4), namun Ia juga telah membayar dosa-dosa
mereka. Pemilihan-Nya tidak ada hubungan sama sekali dengan
tindakan atau kerinduan apa pun dari umat manusia. Allah
menyatakan dalam Roma 9:15:
. . . Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau
menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa
Aku mau bermurah hati.
Dengan memberi tahu kita tentang tindakan awal Allah
yang secara sangat penting itu, Allah menyediakan sebuah harapan
yang sangat besar bagi setiap orang yang belum diselamatkan. Allah
5
menekankan bahwa Ia tidak mengistimewakan orang (Roma 2:11,
Efesus 6:9, dan Kolose 3:25). Tidak ada kebangsaan atau tingkatan
kelas dalam masyarakat yang lebih tercakup menjadi umat pilihan
Allah daripada kelompok apa pun. Tidak ada golongan orang berdosa
yang berada jauh di luar kemungkinan untuk menjadi orang-orang
pilihan dibandingkan dengan golongan mana pun.
Alkitab mencatat keselamatan dari perempuan pezina di
dalam Yohanes 8, dan Alkitab mencatat keselamatan dari penjahat
yang disalibkan di samping Yesus di dalam Lukas 23:9-43. Oleh
karena itu, betapapun besarnya dosa kita, jika kita memiliki suatu
kerinduan yang mendalam untuk menerima keselamatan yang sesuai
dengan persyaratan Allah, ada suatu kemungkinan yang pasti bahwa
kita dapat termasuk di antara orang-orang pilihan Allah. Dengan
adanya fakta seperti itu dewasa ini, kumpulan besar orang banyak
akan diselamatkan, adalah mungkin bahwa saya juga dapat menjadi
salah satu di antara mereka. Dan hal itu merupakan sebuah dorongan
yang sangat besar.
Orang-orang Pilihan Diserahkan kepada Kristus
Mereka yang dipilih Allah untuk ditebus atau diselamatkan,
diberikan kepada Tuhan Yesus Kristus, seperti kita baca di dalam
Yohanes 6:37:
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku,
dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Akan tetapi, supaya Yesus memiliki orang-orang pilihan
tersebut sebagai milik-Nya yang kekal, sesuatu harus dilakukan
mengenai dosa-dosa mereka. Hukum Allah yang sempurna, yang
telah ditulis oleh Allah sendiri, menetapkan bahwa karena umat
manusia telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka
setiap orang harus membayar hukuman yang dituntut oleh hukum
Allah atas dosa-dosa mereka. Oleh karena itu, walaupun mereka telah
dipilih Allah dan diberikan kepada Kristus untuk menjadi milik-Nya
yang kekal, Kristus tidak akan pernah dapat memiliki mereka, kecuali
hukuman atas dosa mereka telah dibayar lunas. Hukum Allah
menetapkan bahwa hukuman bagi dosa adalah kematian ; jadi pada
hakikatnya, mereka yang telah dipilih dan diberikan kepada Kristus
tidak akan pernah menjadi milik Kristus karena mereka tidak dapat
pernah membayar hukuman atas dosa mereka. Hal itu membawa
kita kepada sebuah tindakan dramatis kedua yang diambil Allah
demi kepentingan semua yang telah diselamatkan.
6
Penanggung Dosa
Ketika Allah meninjau alam semesta, yang direncanakanNya untuk diciptakan pada awal waktu, Ia menyaksikan bahwa tidak
ada seorang pun yang dapat digunakan-Nya untuk menanggung
murka Allah mewakili umat pilihan, yaitu orang-orang yang dipilih
Allah dan akan diberikan kepada Kristus sebagai milik-Nya yang
kekal. Hal ini diajarkan di dalam Yesaya 63:5 dan Yehezkiel 22:30.
Akan tetapi, hukum Allah yang sempurna menetapkan bahwa
hukuman mati harus dibayar sebelum manusia siapa pun dapat
diizinkan untuk masuk ke dalam surga Allah yang kudus. Setiap
segi dari hukum Allah yang sempurna harus dipuaskan dengan
sempurna.
Oleh karena itu, di dalam sebuah tindakan belas kasihan
dan kasih yang tidak ada bandingannya, Kristus sendiri
telah menjadi penanggung dosa mewakili orang-orang yang
telah diberikan kepada Dia.
Oleh karena itu, di dalam sebuah tindakan belas kasihan dan
kasih yang tidak ada bandingannya, Kristus sendiri telah menjadi
penanggung dosa mewakili orang-orang yang telah diberikan kepada
Dia. Kita membaca di dalam Yesaya 53:6:
Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya
kejahatan kita sekalian.
Kata “sekalian” di dalam ayat ini sedang berbicara tentang
seluruh umat pilihan, yaitu semua yang telah dipilih Allah sebelum
dunia diciptakan untuk diselamatkan. Ia sebenarnya memang telah
membayar dosa-dosa mereka sebelum dunia diciptakan. Dalam
serangkaian gambaran (perumpamaan sejarah secara tiga dimensi),
Kristus memperlihatkan kepada dunia bagaimana Ia menderita untuk
membayar dosa orang-orang pilihan. Hal ini terutama sekali terlihat
dalam demonstrasi penderitaan-Nya ketika Ia disalibkan. Misalnya,
Ia sangat dipermalukan dengan digantung di atas kayu salib untuk
memperlihatkan bahwa ketika Ia membayar dosa-dosa kita, Ia telah
menjadi suatu kutuk – “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib”. Ketika jasad-Nya dimasukkan ke dalam kubur dan Ia bangkit
pada hari Minggu pagi, itu merupakan sebuah demonstrasi bahwa
sebenarnya ketika Ia telah membayar dosa-dosa kita sebelum dunia
7
diciptakan, Ia sebenarnya harus mati dalam seluruh kepribadian,
tubuh, dan jiwa-Nya, dan bangkit kembali untuk memperlihatkan
bahwa pembayaran atas dosa-dosa kita sudah sepenuhnya selesai
dilakukan. (Lihat Kemuliaan Hanya bagi Allah).
Ketika Kristus menyediakan keselamatan bagi orang-orang
pilihan, setiap dosa dari setiap orang yang Ia rencanakan untuk
diselamatkan-Nya telah ditanggungkan kepada Dia Dan kemudian,
dengan beban dosa yang sangat besar ini, Ia berdiri di hadapan
pengadilan Allah, Sang Hakim, dan Ia dinyatakan bersalah. Untuk
memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat, maka Ia harus
menanggung hukuman penuh sesuai yang dituntut oleh hukum
Taurat untuk mewakili setiap orang yang telah direncanakan-Nya
untuk diselamatkan. Hukuman itu adalah kematian: “Dan orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati” (Yehezkiel 18:4b). Demikianlah,
kita juga membaca, “Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia
orang mati.” Hal ini menunjukkan Kristus telah mati dan bangkit
kembali dari kematian sebelum Ia menciptakan dunia. Bagaimana
semua hal ini bisa terjadi semuanya terkunci di dalam misteri Allah.
Oleh karena itu sekarang ada banyak orang di dunia ini, yang
sejak sebelum penciptaan, telah dipilih untuk menerima keselamatan
dan yang telah diberikan kepada Kristus untuk menjadi milik-Nya
yang kekal. Dosa-dosa mereka telah ditanggung seutuhnya karena
Kristus telah menjadi Juruselamat mereka dengan membayar lunas
dosa-dosa mereka, bahkan sebelum dunia ini diciptakan.
Sejumlah besar orang yang belum diselamatkan yang tidak dapat
dibinasakan Allah
Hari ini, di seluruh dunia, ada suatu kumpulan besar orang
banyak yang belum diselamatkan, tetapi Allah tidak dapat
menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Bagaimana hal itu
mungkin terjadi?
Hal ini disebabkan orang-orang itu telah dipilih Allah untuk
diselamatkan. Oleh sebab itu, lama sebelum mereka dilahirkan, semua
dosa yang kotor dan buruk yang akan dilakukan orang-orang pilihan
ini sepanjang hidup mereka di bumi dibebankan kepada Tuhan
Yesus. Yesus, sebagai pengganti mereka, sebagai pemeran pengganti,
telah berdiri di tempat mereka di hadapan takhta penghakiman Allah
pada saat ia disalibkan. Dan oleh karena dosa-dosa tersebut, Yesus
telah menjadi bersalah di hadapan hukum Allah yang benar dan Allah
menghukum Dia karena dosa-dosa mereka. Demikianlah, orang-orang
untuk siapa Ia telah menanggung murka Allah sebagai pembayaran
atas dosa-dosa mereka sekarang dibenarkan, yaitu bagi mereka
masing-masing, tak peduli betapa besarnya dosa mereka, murka
8
Allah, yang dituntut oleh hukum Taurat sebagai hukuman atas dosadosa tersebut, telah dibayar seluruhnya. Orang-orang ini telah
dibenarkan Allah.
Oleh karena itu, sementara mereka masing-masing
dilahirkan ke dalam dunia ini, mereka memperoleh jaminan bahwa
mereka tidak akan pernah dihukum atas dosa-dosa mereka.
Sebaliknya, pada suatu saat dalam hidup mereka, mereka
memperoleh jaminan bahwa Allah akan menerapkan Firman Allah,
Alkitab, ke dalam hidup mereka, dan mereka akan menerima suatu
jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan. Hal ini akan terjadi
kapan pun waktunya yang telah dipilih Allah. Hal ini dapat terjadi
sementara mereka masih berada di dalam kandungan ibu mereka
atau beberapa menit sebelum mereka meninggal. Hal ini dapat terjadi
apakah mereka sama sekali cacat mental atau apakah mereka memiliki
pikiran dewasa yang cemerlang. Orang-orang ini telah dibenarkan
lama sebelum mereka dilahirkan.
Hal tersebut dapat terjadi sementara mereka masih
berada di dalam kandungan ibu mereka atau beberapa menit
sebelum mereka meninggal.
Namun, tidak seorang pun, kecuali Allah sendiri yang
mengetahui siapakah mereka itu. Hanya setelah mereka menerima
jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan, yaitu setelah mereka
diselamatkan, mereka akan mulai memahami bahwa Allah telah
menyelamatkan mereka. Tetapi faktanya adalah bahwa mereka
dibenarkan sejak awal waktu karena Kristus adalah Anak Domba
yang disembelih sejak sebelum dunia dijadikan (Wahyu 13:8).
Akan tetapi, ketika mereka menerima keselamatan, mereka
akan mengetahui bahwa mereka telah diselamatkan hanya karena
Allah dalam kasih karunia-Nya yang tak ada bandingannya telah
memilih mereka dan membayar lunas dosa-dosa mereka. Dan
keselamatan menjadi suatu kenyataan dalam hidup mereka pada
saat Allah menyelamatkan mereka dengan memberikan kepada
mereka hidup yang kekal dan suatu jiwa baru yang sudah mengalami
kebangkitan.
Demikianlah, pada saat ini dalam sejarah, dalam dunia
dewasa ini, ada sejumlah besar orang banyak yang tidak pernah
harus membayar atas dosa-dosa mereka, tetapi masih hidup di dalam
dosa, sama seperti sisa orang-orang yang masih hidup di dunia yang
masih hidup dalam dosa.
9
Pada hakikatnya Seluruh Umat Manusia Sudah Mati Secara Rohani
Kita harus menyadari bahwa umat manusia yang belum
diselamatkan, apakah dipilih Allah untuk diselamatkan ataupun
tidak dipilih untuk diselamatkan, secara rohani mati. Baik dalam
tubuh maupun jiwa, mereka dikuasai oleh dosa. Itulah sebabnya
kita membaca dalam Matius 15:19 demikian:
Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Allah menjabarkan orang-orang yang telah direncanakan-Nya
untuk diselamatkan, tentang bagaimana mereka hidup sebelum
mereka diselamatkan, dalam Efesus 2:3, di mana kita membaca:
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka
[perbuatan atau perilaku], ketika kami hidup di dalam hawa nafsu
daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang
jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai,
sama seperti mereka yang lain.
Menurut hukum Allah yang adil, hukuman atas dosa
harus dibayar, dan pembayaran yang dituntut oleh hukum
Allah adalah kematian.
Kita harus selalu ingat bahwa menurut hukum Allah yang
adil, hukuman atas dosa harus dibayar, dan pembayaran yang
dituntut oleh hukum Allah adalah kematian. Hanya setelah
pembayaran itu dilunasi, barulah Allah dapat memberikan
kehidupan, hidup yang kekal, kepada orang yang berdosa. Dan
karena pembayaran yang dibutuhkan bagi dosa adalah kematian,
maka manusia yang belum diselamatkan akan mati dan dimusnahkan
untuk selama-lamanya dan tidak pernah hidup kembali. Allah
menguraikan kematian dan pemusnahan seutuhnya ini dalam Wahyu
20:14-15, di mana Ia berkata:
Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan
api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang
tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu,
ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
10
Sekali seseorang dibuang ke dalam lautan api, ia dimusnahkan,
dihancurkan untuk selama-lamanya. Tidak ada kemungkinan bahwa
ia akan hidup kembali. Ini merupakan inti dari “kematian kedua”.
Akan tetapi, lama sebelum ia dilahirkan, Kristus telah
membayar dosa-dosa seluruh umat pilihan, dan dengan demikian,
orang itu telah dibenarkan secara hukum (yaitu, menurut hukum, ia
sudah tidak bersalah karena dosanya). Tetapi sebelum Allah benarbenar menerapkan Firman Allah kepadanya dan memberikan dia
suatu jiwa yang baru yang sudah mengalami kebangkitan, ia masih
hidup di bawah murka Allah, yaitu ia masih dikuasai dosa, dan ia
seutuhnya masih berada dalam keadaan mati rohani. Ia masih seperti
sebuah mayat yang berbau busuk (Yohanes 11:39) dan seperti sebuah
lembah yang terdiri dari tulang-tulang yang kering (Yehezkiel 37:12). Tidak ada kemungkinan bahwa ia dapat mengubah keadaan
rohaninya yang mati dari seluruh kepribadiannya lebih daripada
seseorang yang mati secara jasmani yang entah bagaimana dapat
kembali hidup secara jasmani.
Kepada Kita Harus Diberikan Sebuah Jiwa Baru Yang Sudah
Mengalami Kebangkitan
Hanya Allah sendiri yang dapat memberikan kehidupan,
seperti yang kita saksikan dengan kelahiran dari seorang anak. Dan
anak tersebut tidak dapat membantu dalam cara apa pun dalam
upayanya untuk memperoleh kehidupan jasmani itu. Demikian juga,
siapa pun yang telah dipilih Allah untuk menerima keselamatan,
walaupun Kristus telah membayar hukuman atas dosa-dosanya,
masih harus diberi kehidupan rohani. Di dalam Yohanes 3, ayat 3
dan ayat 7, Allah berbicara tentang hal ini sebagai “dilahirkan
kembali”. Kata Yunani yang digunakan Allah di sini secara harfiah
berarti “dilahirkan dari atas” Demikian juga, dalam 1 Petrus 1:23,
Allah menekankan bahwa kelahiran baru ini sama dengan “dilahirkan
kembali”.
Kelahiran baru ini, yang berasal dari atas, yaitu dari surga,
bukan hanya sebuah benih kehidupan yang harus berkembang dalam
suatu jangka waktu tertentu dalam kepribadian orang-orang yang
diselamatkan. Seketika hal itu menjadi suatu inti roh atau jiwa yang
sama sekali baru. Benihnya adalah Kristus sendiri yang berdiam dalam
diri orang-orang yang diselamatkan (Yohanes 14:23). Allah
meyakinkan kita bahwa itu merupakan suatu inti jiwa yang sama
sekali baru ketika Ia menggunakan kiasan tentang berupaya
menambal baju tua dengan menggunakan secarik kain yang belum
susut pada bagian yang robek (Matius 9:16). Itu harus dilakukan
pada sepotong baju yang sama sekali baru. Demikian juga, Ia
11
memberi kiasan tentang berusaha untuk menyimpan anggur yang
baru di dalam kantong kulit yang tua. Anggur yang baru harus
disimpan di dalam kantong kulit yang baru (Matius 9:17). Hal ini
ditekankan lebih jauh di dalam ayat-ayat Alkitab yang lain, seperti 2
Korintus 5:17, di mana kita membaca:
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Bagian dari kepribadian orang tersebut yang seketika menjadi
makhluk yang baru adalah roh yang baru (jiwa baru yang sudah
mengalami kebangkitan), yang diberikan Allah pada saat Ia
menanamkan Firman Allah di dalam hidupnya (Yehezkiel 36:26).
Demikian juga, pada akhir zaman, kepada orang pilihan ini akan
diberikan tubuh kebangkitan yang sama sekali baru, “dalam sekejap
mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan
berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan
yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus
15:52).
Jadi, perumpamaan-perumpamaan penting yang
menggambarkan ketidaksanggupan seutuhnya umat manusia untuk
hidup secara rohani, yaitu untuk menerima keselamatan, dijelaskan
dalam Alkitab. Hal ini dinyatakan dalam Yehezkiel 37, di mana
Allah melambangkan umat manusia yang belum diselamatkan sebagai
tulang-tulang yang kering, akan tetapi Allah juga memperlihatkan
bahwa ketika Allah bertindak, tulang-tulang kering tersebut dapat
dihidupkan kembali secara utuh. Sebuah perumpamaan bersejarah
lainnya dicatat dalam Yohanes 11, di mana kita membaca tentang
mayat yang berbau busuk dari seorang laki-laki yang bernama Lazarus
hidup kembali atas perintah Tuhan Yesus. Demikian juga, Allah
adalah satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan rohani yang
kekal kepada umat manusia yang pada hakikatnya sudah mati secara
rohani.
Kita dapat merasa yakin bahwa ada dua macam
orang yang belum diselamatkan di dalam dunia.
Kita dapat merasa yakin bahwa ada dua macam orang yang
belum diselamatkan di dalam dunia. Ada orang-orang yang mati
secara rohani yang telah dipilih dan yang secara hukum tidak lagi
berada di bawah murka Allah, dan ada mereka yang tidak tercakup
ke dalam orang-orang pilihan, dan oleh karena itu, secara pasti,
12
mereka tidak akan pernah memiliki hidup yang kekal dan akan
menderita karena menerima murka Allah. Dalam kasus mana pun,
walaupun mereka sudah mati secara rohani, hukum Allah pada suatu
tingkatan tertentu tertulis dalam hati mereka. Demikianlah, mereka
tahu, dan hati nurani mereka akan bersaksi kepada mereka bahwa
mereka seharusnya menaati hukum-hukum Allah.
Selain itu, suatu bagian integral dari kepribadian mereka
adalah inti jiwa atau roh mereka di mana Allah dapat menuntun
mereka kepada sebuah kerinduan yang lebih besar untuk menaati
hukum-hukum Allah, atau Iblis dapat menuntun mereka kepada
kejahatan yang lebih besar. Lagi pula, ada suatu kejahatan, suatu
kematian rohani yang secara hakiki menjadi bagian dari kepribadian
mereka seutuhnya, yang tidak membutuhkan bantuan dari Iblis
untuk menemukan perwujudannya dalam pikiran, perkataan maupun
perbuatan mereka.
Kenyataan tentang Keselamatan Umat Pilihan
Seperti telah dicatat sebelumnya, ada satu lagi tindakan
Allah yang agung yang dibutuhkan. Orang-orang yang telah dipilih
untuk menerima keselamatan adalah orang-orang berdosa. Mereka
tidak mengetahui apa pun tentang rencana-rencana Allah bagi
mereka. Keadaan yang sesungguhnya dari rencana keselamatan Allah
bagi mereka harus diterapkan di dalam kehidupan mereka.
Sebelum menerima keselamatan, tidak seorang manusia pun
tahu apakah ia dipilih Allah untuk menerima keselamatan. Hanya
setelah Allah menyelamatkan kita, barulah kita mengenali bahwa
satu-satunya alasan kita tercakup dalam rencana keselamatan Allah
ialah karena Allah di dalam kerelaan kehendak-Nya yang berdaulat
telah memilih kita bahkan sebelum Ia menciptakan dunia. Seperti
sebagian umat manusia yang tidak akan pernah diselamatkan, orangorang yang diselamatkan pada dasarnya memiliki tubuh dan jiwa.
Tubuh mereka merupakan bagian dari kepribadian mereka yang
dikuburkan pada saat mereka meninggal dunia. Dalam kasus
seseorang yang diselamatkan, pada saat ia mati secara jasmani, inti
jiwa atau rohnya (yang sama nyatanya sebagai bagian dari sebuah
kepribadian seperti juga tubuhnya), meninggalkan tubuhnya dan
dibawa masuk ke dalam surga di mana ia tinggal dan memerintah
bersama dengan Kristus. Kemudian pada hari kiamat, ketika Kristus
datang kembali, Ia akan membangkitkan tubuh tersebut (2 Korintus
5:8, 1 Tesalonika 4).
Akan tetapi, sebelum keselamatan itu terjadi, orang yang
dipilih itu hidup di dalam dunia ini sama seperti manusia siapa pun
yang tidak dipilih untuk menerima keselamatan.
13
Kita membaca tentang orang-orang pilihan dalam
Efesus 2:1-3:
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti
jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang
durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara
mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan
menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain.
Sebelum ia diselamatkan, baik di dalam tubuhnya maupun
jiwanya ia memiliki nafsu untuk berbuat dosa. Ia mati secara rohani
sama seperti siapa pun yang tidak akan pernah diselamatkan
Hal tersebut membawa kita kepada tindakan besar Allah
yang ketiga yang dilakukan-Nya mewakili mereka kepada siapa
Kristus telah datang untuk menyelamatkan.
Mukjizat Kelahiran Baru
Tindakan ketiga yang dilakukan Allah mewakili mereka
yang diberikan kepada Kristus sebagai milik-Nya yang kekal ialah
bahwa Ia melakukan mukjizat dengan memberikan kepada orangorang pilihan tersebut suatu roh yang sama sekali baru yang sudah
mengalami kebangkitan. Yesus berbicara tentang hal ini dalam
Yohanes 3 :5, di mana kita baca:
. . . Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam
Kerajaan Allah.
Sebelum ayat itu, kita membaca dalam Yohanes 3:3:
. . . Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.
Untuk dilahirkan dari air dan Roh berarti untuk dilahirkan
dari Injil (air), melalui tindakan Allah Roh Kudus (Yohanes 4:10-15,
Yohanes 7:38). Allah berbicara mengenai tindakan ini di dalam Roma
10:17, di mana Ia berkata:
Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh
Firman Kristus.
14
Di dalam rencana ilahi Allah, Ia telah menciptakan
lingkungan di mana Ia menyelamatkan orang-orang.
Di dalam rencana ilahi Allah, Ia telah menciptakan lingkungan
di mana Ia menyelamatkan orang-orang. Lingkungan itu adalah
Alkitab, yang merupakan satu-satunya Firman Allah. Oleh karena
itu, adalah mustahil bagi siapa pun di dalam dunia untuk menerima
keselamatan, kecuali mereka mendengar kata-kata dari Allah, dan
satu-satunya Firman Allah adalah Alkitab. Itulah sebabnya sepanjang
zaman gereja, Allah memerintahkan jemaat-jemaat setempat untuk
menyebarkan Injil ke seluruh pelosok dunia. Itulah sebabnya dewasa
ini, kita harus melanjutkan untuk menyebarkan Injil dengan penuh
semangat ke dalam dunia, tetapi sekarang, kita melakukannya secara
perseorangan, dan bukannya sebagai sebuah organisasi gereja. Kita
secara perseorangan melayani sebagai utusan-utusan Kristus.
Kita seharusnya menyadari kenyataan bahwa dewasa ini tidak
ada seorang pun yang dapat menerima keselamatan di dalam gereja.
Menurut jadwal waktu Allah, zaman gereja telah berakhir, dan Roh
Kudus telah meninggalkan gereja. Akan tetapi, Alkitab mengajarkan
kepada kita bahwa di luar lingkungan gereja suatu tuaian besar
orang-orang percaya sejati sedang dibawa masuk ke dalam kerajaan
Allah. (Anda diundang untuk menghubungi Radio Keluarga dan
meminta buku-buku gratis, Akhir Dari Masa Gereja dan Selanjutnya
serta Gandum dan Lalang.)
Memang Allah yang melakukan seluruh karya keselamatan,
dan oleh karena itu, Ia dapat menyelamatkan seorang umat pilihan
kapan saja pada masa kehidupan orang itu. Satu-satunya syarat
adalah bahwa orang itu sedang mendengarkan pengajaran Alkitab.
Pada saat keselamatan terjadi, Allah memberikan telinga rohani
dan suatu jiwa kekal yang baru kepada orang ini. Demikianlah,
seperti yang sudah kita lihat sebelumnya, seorang bayi dapat
menerima keselamatan sama seperti seorang dewasa yang sudah
matang. Dan seseorang yang memiliki pikiran anak yang berumur
dua tahun dapat menerima keselamatan sama siapnya seperti seorang
guru besar di perguruan tinggi.
Di atas kayu salib, Kristus mendemonstrasikan bagaimana
Ia telah menderita sebelum Ia menciptakan dunia, ketika Ia membayar
semua dosa umat pilihan. Dengan demikian, apa yang tersisa untuk
dilakukan adalah bahwa pada suatu saat yang tepat yang hanya
diketahui Allah, Allah akan membuat orang ini benar-benar
mengalami kenyataan dari keselamatan yang menakjubkan.
15
Sejauh ini dalam pemahaman kita, kita telah mulai
mempelajari apa yang akan dilakukan Allah sesuai dengan hukum
Allah, yaitu Alkitab. Pertanyaannya barangkali masih menghantam
pikiran kita, apakah yang dapat saya lakukan untuk menerima
keselamatan? Adakah ada jalan apa pun yang dapat memastikan
saya bahwa saya akan termasuk di antara orang-orang yang telah
dipilih untuk menerima keselamatan? Dalam pemahaman kita, kita
akan memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan yang sangat
serius ini.
Definisi Alkitab tentang Karya Rohani
Pada tahapan ini dalam pemahaman kita, kita seharusnya
memperkenalkan sebuah konsep yang menekankan pada pokok
permasalahan tentang menerima keselamatan. Hal tersebut
berhubungan dengan definisi Alkitab tentang “pekerjaan” rohani.
Alkitab berulang-kali menekankan bahwa keselamatan kita tidak
pernah merupakan sebuah hasil dari upaya apa pun yang kita lakukan
(Efesus 2:8-9, Galatia 2:16). Oleh karena itu, kita harus mengetahui
bagaimana Allah mendefinisikan “pekerjaan” rohani itu.
Dalam Yunus 3:10, Allah menyatakan:
Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana
mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka
menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
Dan dalam Matius 7:22, Allah menyatakan:
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Allah,
Allah, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?
Kapan pun kita menaati perintah-perintah Allah,
kita sedang melakukan pekerjaan yang berkenan kepada Allah
Dari ayat-ayat tersebut serta ayat-ayat Alkitab lainnya, kita
belajar bahwa kapan pun kita menaati perintah-perintah Allah,
kita sedang melakukan pekerjaan yang berkenan kepada Allah.
Ketika kita melanggar perintah-perintah Allah, kita sedang
melakukan pekerjaan yang tidak berkenan kepada Allah. Misalnya,
16
Alkitab memerintahkan seluruh umat manusia untuk percaya kepada
Kristus. Apakah menjadi percaya merupakan hal yang kita lakukan?
Memang demikian. Kata “menjadi percaya” merupakan bentuk kata
kerja dari kata benda “iman”. Alkitab berbicara dengan jelas tentang
hal ini dalam 1 Tesalonika 1:3 dan 2 Tesalonika 1:11, tentang
“pekerjaan iman”.
Pertama Tesalonika 1 :3, memberitahukan kepada kita:
Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu
dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus
di hadapan Allah dan Bapa kita;
Dan 2 Tesalonika 1: 11, kita membaca:
Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah
kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan
kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik
dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
Yang penting, Allah berbicara mengenai pekerjaan iman dan
juga tentang upaya melakukan kasih. Oleh karena itu, kita dapat secara
jelas memahami bahwa baik penerapan dari iman maupun kasih,
merupakan pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan. Demikian juga,
ketaatan pada perintah apa pun dari Alkitab merupakan pekerjaan
yang harus kita lakukan. Oleh karena itu, kita harus mengingat
dengan baik dalam pikiran kita bahwa ketika Allah memerintahkan
kita untuk berdoa, mencari Kristus, untuk menerima keselamatan,
untuk berseru kepada Allah, untuk menunggu jawaban Allah, untuk
membaca dan mempelajari Alkitab, dan sebagainya, dalam setiap
perintah tersebut, Allah sedang memerintahkan kita untuk melakukan
pekerjaan. Itulah sebabnya, Allah mendefinisikan “kasih” sebagai
perbuatan menaati perintah-perintah Allah, misalnya. Ketika kita
mengasihi Allah dan sesama kita, kita sedang melakukan pekerjaan
rohani. Prinsip ini, bahwa menaati perintah apa pun merupakan
pekerjaan yang kita lakukan, adalah sebuah prinsip yang sangat
penting yang seharusnya tidak pernah kita lupakan sewaktu kita
dengan saksama mempelajari ayat-ayat Alkitab yang berhubungan
dengan keselamatan.
Kristus Telah Melakukan Segala Pekerjaan yang Dibutuhkan bagi
Keselamatan Kita
Ada
sebuah prinsip lain yang sangat penting yang harus
selalu kita ingat. Itu adalah bahwa pekerjaan yang dibutuhkan untuk
17
menyelamatkan seseorang hanya dapat dilakukan oleh Allah.
Pemilihan dari orang-orang yang telah direncanakan Allah untuk
diselamatkan-Nya, pembayaran yang dilakukan Kristus mewakili
mereka untuk siapa Ia datang untuk menyelamatkan, jiwa baru yang
diberikan Allah kepada mereka yang diselamatkan-Nya, ini semua
merupakan pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan Allah.
Pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan seseorang
hanya dapat dilakukan Allah.
Faktanya ialah, pemilihan dilakukan sebelum manusia siapa
pun diciptakan. Lagi pula, pembayaran atas dosa-dosa umat pilihan
telah lunas dibayar sejak sebelum dunia dijadikan (Wahyu 13:8).
Demikianlah, secara mutlak tidaklah mungkin bagi manusia siapa
pun untuk melakukan upaya apa pun untuk membantu di dalam
kadar yang paling kecil pun untuk memperoleh keselamatan.
Kalau Begitu, Mengapa Allah Memberikan Kita Perintah-perintah
Itu?
Allah memberi kita perintah-perintah ini supaya kita
mepercayainya, berdoa, dan sebagainya, tetapi bagaimanakah kita
dapat bahkan mulai menaati perintah-perintah itu? Secara rohani,
kita sudah mati. Allah melambangkan umat manusia yang belum
diselamatkan seperti sebuah lembah berisi tulang-tulang kering
(Yehezkiel 37:1-14) dan sebagai sebuah mayat yang berbau busuk
(Yohanes 11:39). Dan Allah menekankan dalam Roma 3:10-12:
Seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.
Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun
yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka
semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun
tidak.
Sesungguhnya, Alkitab dengan jelas menekankan kematian
total dari umat manusia yang belum diselamatkan. Kita harus ingat
bahwa umat manusia, diawali dengan kejatuhan Adam ke dalam dosa,
secara rohani mati ditinjau dari fakta bahwa Allah tidak berdiam di
dalam diri mereka, dan secara rohani mereka tidak diberi kekuatan
oleh Allah. Dan oleh karena dosa-dosa manusia, ia berada di bawah
murka Allah, dan hal itu berarti bahwa pada hari kiamat, ia akan
dihancurkan dan tak pernah hidup kembali. Sebagaimana telah kita
18
catat sebelumnya, di dalam seluruh kepribadiannya, ia sudah sangat
dikuasai oleh dosa.
Akan tetapi, walaupun ia mati secara rohani, ia masih mampu
untuk menaati hukum-hukum Allah. Demikianlah, ia dapat percaya
kepada Kristus pada tingkatan tertentu, ia dapat berdoa, ia dapat
mencari Allah, dan ia dapat berpaling dari dosa-tertentu, seperti
mabuk, dusta, dan sebagainya. Ia mampu untuk melakukan hal itu
sedikitnya karena dua alasan.
Alasan pertama ialah bahwa ia masih memiliki suatu hati
nurani yang dapat menuduh dirinya atas dosa yang dilakukannya
(Roma 2:14-15, Yohanes 8:9). Hal ini terjadi demikian karena manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan walaupun ia telah
hidup sama sekali terpisah dari Allah, hukum Allah pada tingkatan
tertentu masih ada dalam kepribadiannya.
Alasan yang kedua adalah bahwa
Allah dapat
memberlakukan kehendak-Nya dalam kehidupan seseorang yang
belum diselamatkan walaupun barangkali Allah tidak bermaksud
untuk menyelamatkan orang itu. Kita lihat prinsip ini berlaku dalam
kehidupan Bileam yang jahat (Bilangan 22:12-13), dan di dalam hidup
Saul, raja Israel yang pertama (1 Samuel 10:9-12).
Selanjutnya, jika Allah telah memilih orang yang belum
diselamatkan itu dan telah membayar bagi seluruh dosanya, sebelum
Allah benar-benar memberikan orang itu sebuah hati yang baru,
sebuah roh baru yang sudah mengalami kebangkitan, Allah Bapa
mungkin sedang menarik dia ke dalam program keselamatan-Nya
(Yohanes 6:44).
Akan tetapi, sementara orang ini berupaya keras untuk
menaati perintah-perintah Allah, ia sama sekali tidak dapat
mengetahui alasan-alasan yang disebut di atas, jika ada, yang
menyebabkan dia berupaya untuk menaati perintah-perintah Allah.
Itu menunjukkan bahwa ia tidak memiliki bukti, atau ia bahkan
tidak mampu berpikir sejenak pun bahwa ketaatannya dijamin untuk
menghasilkan keselamatan.
Hubungan yang Misterius antara Allah dan Umat Manusia
Selain itu, ada suatu hubungan pribadi yang misterius dan
dinamis yang hadir antara Allah dan setiap orang di kalangan
umat manusia. Hal ini bukan hanya berlaku antara Allah dan orangorang yang telah dipilih-Nya untuk menerima keselamatan, tetapi
juga berlaku antara Allah dan orang-orang yang tidak dipilih-Nya,
dan oleh karena itu, akan dibinasakan.
Kita melihat hal ini dalam kenyataan bahwa Yesus menangisi
Yerusalem (Lukas 19:41), walaupun bukti yang diberikan dalam
19
Alkitab menyatakan kepada kita bahwa sebagian besar dari
penduduk Yerusalem yang sedang dilihat-Nya akan dibinasakan.
Kita melihat hal itu dalam kenyataan bahwa Alkitab menyatakan
bahwa Allah tidak berkenan pada kematian orang fasik (Yehezkiel
33:11). Dan kita melihat dalam kenyataan bahwa pada suatu
tingkatan tertentu, hukum Allah tertulis di dalam hati seluruh umat
manusia (Roma 2:15).
Kita melihat hal itu dalam kenyataan bahwa berdasarkan
hukum Allah, seorang pembunuh harus mati karena ia telah
membunuh seorang manusia yang telah diciptakan di dalam gambar
dan rupa Allah (Kejadian 9:6). Kita melihatnya dalam perintah Allah
bahwa kita hendaknya mengasihi musuh-musuh kita. Kita harus ingat
bahwa siapa pun yang bukan merupakan umat pilihan adalah musuh
Allah, namun demikian tidak ada umat manusia yang tidak bisa kita
kasihi. Kita menyaksikan hal itu dalam peringatan yang diberikan
Allah dalam Matius 5:22 bahwa kita hendaknya tidak memanggil siapa
pun “Kafir”, yaitu tidak berharga atau bodoh. Kita tidak pernah
diizinkan untuk memandang pada manusia hidup mana pun sebagai
makhluk yang tak memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan.
Dari bukti di atas kita boleh menyimpulkan bahwa walaupun
umat manusia telah mati secara rohani karena dosa-dosanya, dan
ia sudah tidak diberi kuasa lagi oleh Allah atau didiami oleh Allah,
ia tidak dicampakkan atau dikucilkan dari Allah. Dalam keadaan
mati rohani dan belum menerima keselamatan, ia masih memiliki
tanggung-jawab penuh dalam hal ia harus menaati Allah, dan
sesungguhnya, ia masih memiliki sesuatu kemampuan untuk menaati
Allah. Hanya pada hari kiamatlah, ia sama sekali akan kehilangan
hubungan dengan Allah (Yesaya 66:24, Yeremia 23:39-40, 24:10).
Demikianlah, setiap manusia dapat diharapkan oleh Allah
untuk percaya pada Allah sehingga sampai pada tingkatan tertentu
mereka akan berupaya untuk menaati perintah-perintah Alkitab.
Sebagaimana telah dicatat sebelumnya di dalam pemahaman kita,
ketaatan ini dapat diperkaya oleh Allah sendiri yang bekerja di dalam
hidup seseorang, yang merupakan situasi yang terjadi dalam diri
Bileam yang jahat (Bilangan Pasal 22 dan 23), atau bisa saja Allah
yang bekerja di dalam hidup seseorang yang adalah umat pilihan
Allah, tetapi yang kepadanya belum diberikan sebuah jiwa yang kekal
dan baru (Yohanes 6:44).
Allah memiliki sebuah hak yang sah dalam memerintahkan
umat manusia untuk menaati hukum-hukum-Nya.
20
Kita juga harus ingat bahwa Allah memiliki hak yang sah
dalam memerintahkan umat manusia untuk menaati hukum-hukumNya. Karena umat manusia telah diciptakan di dalam gambar dan
rupa Allah, maka umat manusia, seperti Allah sendiri, seutuhnya
tunduk terhadap kitab hukum Allah, Alkitab. Oleh karena itu, kita
seharusnya memahami bahwa tindakan percaya kepada Kristus dapat
disaksikan dalam kehidupan seseorang yang belum diselamatkan
yang barangkali telah dipilih untuk menerima keselamatan ataupun
tidak. Sementara ia percaya kepada Kristus, ia akan berupaya
semampunya untuk mengikuti perintah Alkitab dalam Lukas 13:24,
di mana Allah berkata:
Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab
Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk,
tetapi tidak akan dapat.
Dan di dalam Ibrani 4:11, kita membaca:
Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian
itu, supaya jangan seorang=pun jatuh karena mengikuti contoh
ketidaktaatan itu juga.
Akan tetapi, sekali lagi, haruslah ditekankan secara tegas
bahwa tidak ada satu pun dari tindakan menjadi percaya ini dapat
menjamin atau memberi sumbangan dalam cara apa pun untuk
menerima keselamatan karena segala pekerjaan yang dibutuhkan
untuk memperoleh keselamatan telah sepenuhnya dilakukan oleh
Kristus lama sebelum orang tersebut dilahirkan.
Tidak ada satu pun dari tindakan menjadi percaya ini
dapat menjamin atau memberi sumbangan dalam cara apa pun
untuk menerima keselamatan karena segala pekerjaan yang dibutuhkan
untuk memperoleh keselamatan telah sepenuhnya dilakukan oleh
Kristus lama sebelum orang tersebut dilahirkan.
Yang menakjubkan, sementara seseorang yang belum
diselamatkan berupaya untuk melakukan kehendak Allah, dua berkat
utama tercapai.
Berkat yang pertama adalah bahwa sementara orang yang
belum diselamatkan berusaha untuk menaati perintah-perintah Allah,
akanlah penting baginya untuk lebih mendalami isi Alkitab. Hal ini
akan memperkaya hidupnya sementara ia belajar mengenai
21
kebenaran-kebenaran penting seperti kengerian dosa, hukuman atas
dosa, keadilan Allah, dan belas kasihan Allah.
Kedua, hal tersebut akan menempatkannya dalam lingkungan
yang terbiasa mendengarkan Firman Allah. Jadi, jika Allah berencana
untuk menyelamatkan dia, ia berada di dalam lingkungan yang tepat
bagi Allah untuk menanamkan Firman Allah di dalam hatinya.
Allah Menguji Umat manusia
Ada alasan ketiga mengapa Allah memerintahkan orangorang untuk percaya. Tindakan itu menguji dia atau menempatkan
orang itu dalam ujian atau menguji dirinya. Apakah ia akan mulai
berpikir bahwa upaya-upayanya untuk menaati perintah Allah
membantu proses keselamatannya?
Allah terus-menerus menguji umat manusia. Adam dan Hawa
diuji di Taman Eden. Dan mereka gagal dalam ujian itu dan dosa
mulai memasuki dunia. Abraham diuji melalui perintah untuk
mengorbankan anak laki-lakinya Ishak (Kejadian 22). Ia lulus dalam
ujian itu. Umat Israel diuji melalui berbagai cara sepanjang 40 tahun
selama mereka berada di padang gurun. Mereka gagal dalam ujian
itu. Orang percaya sejati diuji setiap hari karena ia masih memiliki
sebuah tubuh yang memiliki nafsu terhadap dosa. Yesus diuji Allah
yang mengizinkan Iblis mencobai Dia. Yang menakjubkan, Ia lulus
dalam ujian itu.
Demikian juga, perintah untuk menjadi percaya itu dan upaya
untuk berseru kepada Allah untuk memohonkan keselamatan
merupakan sebuah ujian. Akankah kita sepenuhnya mengenali
kenyataan bahwa sementara ini semua merupakan perintah-perintah
Allah, yang harus ditaati, ketaatan terhadap perintah-perintah itu
tidak pernah dapat menjadi sebuah penentu dari keselamatan kita?
Dan program ujian ini sangat serius. Umat manusia secara
alaminya angkuh, dan ia ingin menerima suatu pujian dan kemuliaan
untuk apa pun yang telah dicapainya melalui tindakan-tindakannya.
Selain itu, pada hakikatnya, dan mungkin tanpa
menyadarinya, banyak orang tidak percaya bahwa Allah akan
menyelamatkan mereka kecuali mereka sendiri memicu proses
keselamatan itu melalui tindakan mereka sendiri.
Kita tidak boleh sejenak pun berpikir bahwa pekerjaan
apa pun di pihak kita mungkin dapat membantu, bahkan di dalam cara
yang paling sederhana, untuk menerima keselamatan
22
Tetapi Allah sudah selayaknya cemburu. Allah telah
melakukan segala upaya untuk menyelamatkan kita. Oleh karena
itu, kita bahkan tak boleh berpikir sejenak pun bahwa upaya apa
pun di pihak kita mungkin dapat membantu, bahkan dalam jalan
yang paling sederhana, dalam upaya kita untuk menerima
keselamatan.
Teramat Pentingnya Sabat Hari Ketujuh
Seluruh kebenaran yang penting ini diperlihatkan dalam cara
yang sangat dramatis dalam Perjanjian Lama. Kita harus ingat bahwa
Sabat hari ketujuh harus dijalankan dengan sungguh-sungguh oleh
umat, yaitu bangsa Israel. Sabat merupakan sebuah hukum yang
berhubungan dengan upacara yang menunjuk kepada kebenaran
bahwa karya keselamatan itu dilakukan seutuhnya oleh Allah. Bahkan
sebagaimana umat Israel tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun
pada Sabat hari ketujuh, demikian juga, kita tidak boleh melakukan
pekerjaan apa pun dalam upaya untuk membantu keselamatan kita.
Dalam Keluaran 31:13 , 14, Allah menyatakan:
Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari
Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku
dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa
Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu
pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang
melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati,
sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang
itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya.
Di dalam ayat-ayat yang diungkapkan itu, Allah sedang
menyatakan prinsip yang sangat penting bahwa Allah telah
melakukan seluruh pekerjaan untuk menguduskan kita. Dan kata
“menguduskan” berarti dipisahkan untuk melayani Allah. Kita
dipisahkan secara rohani untuk melayani Dia ketika kita
diselamatkan. Di dalam ayat ini, Allah menekankan bahwa Dia
melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menguduskan
atau menyelamatkan kita.
Sebagai sebuah “tanda” yang menunjuk kepada pengajaran
yang sangat penting ini, Allah telah memerintahkan bahwa tidak
ada pekerjaan yang boleh dilakukan pada Sabat hari ketujuh.
Seseorang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada Sabat hari ketujuh
adalah bagaikan seseorang yang percaya bahwa pekerjaan rohaninya
membantu di dalam
cara tertentu untuk memperoleh
keselamatannya. Dan seseorang yang melakukan hal seperti itu harus
23
dihukum mati, yaitu seseorang yang seperti itu masih akan
mengalami murka Allah yang kekal.
Allah memberi kita sebuah contoh untuk menjelaskan betapa
seriusnya kebenaran ini. Dalam Bilangan 15, ayat 32-36, Allah
menceritakan kepada kita tentang
seorang laki-laki yang
mengumpulkan kayu api pada Sabat hari ketujuh. Ini merupakan
sebuah pelanggaran yang sangat kecil, yang hampir tidak disengaja
terhadap perintah untuk tidak melakukan pekerjaan apa pun pada
hari Sabat ketujuh.
Dan akan tetapi, sewaktu Musa bertanya kepada kepada Allah
tentang apa hukuman yang seharusnya dikenakan untuk pelanggaran
sangat sepele dari perintah yang berhubungan dengan Sabat ini,
Allah telah memerintahkan agar orang itu dirajam sampai mati.
Peristiwa dramatis ini menggambarkan keseriusan kebenaran yang
mutlak bahwa kita ingin benar-benar memperoleh kepastian bahwa
kita memahami bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui
karya Yesus Kristus.
TIDAK ADA BELAS KASIHAN BAGI MEREKA
YANG BERPIKIR BAHWA MEREKA DAPAT MEMPRAKARSAI
ATAU MEMBANTU DALAM CARA APA PUN UNTUK
MEMPEROLEH KESELAMATAN MEREKA.
Kita seharusnya tidak pernah berpikir bahwa kita telah
membantu proses keselamatan kita dengan menaati hukum-hukum
Allah. Ingatlah, ketaatan apa pun kepada hukum Taurat merupakan
pekerjaan rohani yang kita lakukan. Pada hakikatnya, melalui
perumpamaan bersejarah tentang hukuman mati terhadap seorang
laki-laki yang mengumpulkan kayu api pada Sabat hari ketujuh,
Allah sedang berseru kepada kita: TIDAK ADA BELAS KASIHAN
BAGI MEREKA YANG BERPIKIR BAHWA MEREKA DAPAT
MEMPRAKARSAI ATAU MEMBANTU DALAM CARA APA PUN
UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN MEREKA.
Berkat-berkat dalam Program Pengujian Allah
Program ujian ini merupakan sebuah berkat yang sangat besar
bagi mereka yang percaya bahwa mereka telah menerima
keselamatan. Dalam 2 Korintus 13:5, Allah memerintahkan:
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.
Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa
24
Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian,
kamu tidak tahan uji.
Bagaimana kita dapat membuktikan kepada diri kita sendiri
bahwa kita telah benar-benar menerima keselamatan? Satu hal utama
yang dapat kita lakukan ialah memeriksa bagaimana kita percaya
bahwa kita telah menerima keselamatan.
Kita ingin merasa yakin bahwa kita seutuhnya menanggalkan
gagasan atau pikiran apa pun yang mungkin kita miliki bahwa kita
telah melakukan pekerjaan ini atau itu, dan dengan demikian kita
telah memprakarsai atau membantu dalam cara tertentu dalam
memperoleh keselamatan kita. Kita harus memastikan bahwa kita
secara jelas memegang prinsip Alkitab bahwa jika kita benar-benar
telah diselamatkan, seluruh upaya keselamatan itu telah dilakukan
Kristus lama sebelum kita dilahirkan. Keselamatan telah dicapai
seutuhnya melalui karya Kristus, dan kita sama sekali tidak dapat
melakukan apa-apa dalam membantu kita untuk memperoleh
keselamatan. Kita harus memahami bahwa bahkan pekerjaan yang
paling kecil sekalipun, yaitu ketaatan terhadap perintah Allah yang
mana pun, tidak dapat membantu kita untuk memperoleh
keselamatan. Penghakiman yang menimpa laki-laki yang
mengumpulkan kayu api pada Sabat hari ketujuh seharusnya
bergema di telinga kita.
Sebagai tambahan, kita harus menguji diri kita sendiri dengan
memeriksa diri kita dalam sudut pandang dari ucapan dalam 1
Yohanes 2:3-6, di mana kita membaca:
Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau
kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku
mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah
seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi
barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh
sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa
kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di
dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Setiap orang yang benar-benar telah menerima keselamatan
telah diberikan sebuah jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan,
dan oleh karena itu, ia akan memiliki sebuah kesukaan yang
berkesinambungan dalam melakukan kehendak Allah.
Sesungguhnya, seperti pemazmur dalam Mazmur 139: 23 , 24, ia
akan berdoa:
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
25
kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Allah Meningkatkan Kesukaran dalam Program Pengujian-Nya
Ujian yang dihasilkan melalui perintah-perintah itu dibuat
lebih sulit karena walaupun orang-orang yang belum diselamatkan
sudah mati secara rohani dan berada di bawah murka Allah, ia
masih mampu untuk menaati perintah-perintah Allah, dalam
tingkatan tertentu. Sebelumnya di dalam pemahaman ini, kita
mempelajari hal-hal berikut ini:
1. Orang-orang yang belum diselamatkan masih memiliki
suatu hati nurani yang dapat menuduh bahwa mereka berdosa . Hal
ini terjadi karena hukum-hukum Allah pada suatu tingkatan tertentu
sudah tertanam di dalam hatinya (Yohanes 8:9, Roma 2:14-15).
2. Allah dapat mengakibatkan seseorang yang sudah mati
secara rohani, seperti, Bileam dan Raja Saul di dalam Perjanjian Lama,
untuk melakukan kehendak-kehendak-Nya walaupun Allah tidak
bermaksud untuk menyelamatkan orang itu (Bilangan 22:12-13, 2
Petrus 2:15-16, 1 Samuel 10:9-12, 1 Tawarikh 10:13).
Demikianlah, walaupun seseorang sedang berupaya keras
untuk menaati perintah-perintah Allah, ia tidak dapat mengetahui
apakah hal tersebut adalah Allah yang sedang bekerja di dalam
hatinya atau apakah itu adalah hati nuraninya sendiri yang sedang
menuduh dia. Dan ia tidak dapat mengetahui apakah ia sedang
berupaya menaati Allah dengan sepenuh hatinya. Namun ia harus
tahu bahwa tidak satu pun dari upaya-upayanya untuk hidup
berkenan kepada Allah dapat memprakarsai atau menjamin
keselamatan atau memenuhi syarat apa pun yang akan mengakibatkan
dia menerima keselamatan.
Ia dapat juga salah berpikir bahwa karena ia sedang menaati
perintah-perintah itu, maka Allah akan menyelamatkan dia.
Sewaktu seseorang yang belum diselamatkan mulai menaati
perintah-perintah Allah, ia dapat dengan mudah jatuh ke dalam
perangkap dalam berpikir bahwa ketaatannya merupakan bukti
bahwa Allah telah menyelamatkan dia. Ia dapat juga salah berpikir
bahwa karena ia sedang menaati perintah-perintah tersebut, maka
26
Allah akan menyelamatkan dia. Di dalam kedua kasus tersebut, ia
sedang melanggar hukum Allah yang menyatakan bahwa tidak ada
upaya yang dilakukan siapa pun yang dapat membuat sebuah
sumbangan kepada keselamatannya. Dan walaupun adalah rencana
Allah untuk menguji ketaatan manusia kepada seluruh perintah
Allah, kecuali karena belas kasihan Allah, umat manusia akan gagal
dalam ujiannya.
Hal ini disaksikan secara dramatis dalam perilaku bangsa
Israel purba. Allah memberi tahu mereka bahwa jika mereka menaati
seluruh perintah Allah, maka Ia akan memberkati mereka selamalamanya (Ulangan 28:1, 28:15, 30:6-16).
Oleh karena itu, mereka berupaya untuk berperilaku sebaik
mungkin, percaya bahwa melalui cara ini mereka telah dijamin akan
memperoleh keselamatan. Akan tetapi, sayangnya Allah memberi
tahu kita di dalam Roma 9: 31 , 32:
Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan
mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman,
tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan
Ketika seseorang berusaha dengan rajin untuk memperoleh
keselamatan, ia dapat secara mudah jatuh ke dalam perangkap
dengan berpikir bahwa ketaatannya menjamin atau memprakarsai
keselamatan. Hal tersebut adalah seperti ia sedang bekerja pada
Sabat hari ketujuh, sama seperti seorang laki-laki yang telah
mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat.
Kedudukan kita haruslah hanya dan selalu seperti yang
dilakukan penduduk Niniwe, seperti yang kita baca di dalam Yunus
3:9:
Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta
berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita
tidak binasa?
Kita tidak pernah boleh menganggap bahwa apa pun
yang telah atau sedang kita lakukan lakukan akan memprakarsai
atau menjamin keselamatan kita.
Oleh karena itu, kita tidak pernah boleh menganggap bahwa
apa pun yang telah atau sedang kita lakukan lakukan akan
memprakarsai atau menjamin keselamatan kita. Hal ini berlaku apakah
27
kita percaya bahwa adalah Allah yang sedang bekerja di dalam hidup
kita untuk memberlakukan kehendak-Nya atau apakah kita sedang
berusaha untuk taat karena hati nurani kita sedang menuduh kita.
Doa dari seorang pendoa yang belum diselamatkan haruslah
demikian, “Ya Allah, berbelas kasihanlah kepada saya. Saya tidak
layak menerima keselamatan. Saya bersyukur bahwa sementara saya
dengan rajin berupaya untuk melakukan kehendak-kehendak-Mu,
saya tahu bahwa hanya Engkaulah yang dapat membuat saya
memenuhi persyaratan saya sehingga saya akan mencari Allah dengan
sepenuh hati dan jiwa saya, dan hal ini dapat berlaku hanya ketika
saya telah diberi sebuah hati yang baru, yaitu ketika Engkau telah
menyelamatkan saya.”
Contoh tentang pemungut cukai dalam Lukas 18:13,
seharusnya berada di dalam pikiran kita. Di sana kita membaca:
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak
berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Dan kita seharusnya diingatkan dengan kata-kata yang
diucapkan Allah di dalam Yoel 2:12 -14 yang kita baca:
“Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah
kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan
menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan
jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab
Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih
setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin
Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat,
menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN,
Allahmu.
Dan demikianlah, ini adalah jalan yang melaluinya Allah
membawa umat-Nya, dan hal itu diuraikan lebih jauh dalam Yeremia
31:8 , 9, di mana kita membaca:
Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan
akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka
ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung
bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam
kumpulan besar mereka akan kembali ke mari! Dengan menangis
mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka;
Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata,
28
di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi
bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
Dapatkah Kita Mendengar Alkitab, tetapi Tidak Mendengar?
Dalam banyak bagian di Alkitab, Allah memberikan
peringatan dari Yeremia 29:17-19, yang kita baca:
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan
mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara
mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang
busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan.
Aku akan mengejar mereka dengan pedang, kelaparan dan
penyakit sampar, dan Aku akan membuat mereka menjadi
kengerian bagi segala kerajaan di bumi, menjadi kutuk,
kedahsyatan, suitan dan aib di antara segala bangsa ke mana
mereka Kuceraiberaikan, sebagai ganjaran bahwa mereka tidak
mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN, yang
telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dengan
perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak
mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN.
Mendengarkan ialah memperhatikan dengan penuh perhatian
dan berupaya untuk memahami apa yang sedang diperintahkan
dan berusaha untuk menaatinya.
Mendengarkan ialah memperhatikan dengan penuh perhatian
dan berupaya untuk memahami apa yang sedang diperintahkan dan
berusaha untuk menaatinya Akan tetapi, jika kita mempelajari
Alkitab dengan sebuah pemahaman yang sudah ada dalam benak
kita tentang kebenaran, kita tidak akan mendengarkan kebenaran
itu, dan oleh karena itu, menurut ayat ini, kita tidak akan menyimak
perkataan kebenaran itu.
Contohnya, seseorang yang mengambil sikap fatalistis atau
merasa yakin bahwa injil “menurut keyakinannya dan kehendaknya
sendiri” itu benar, atau seseorang yang dengan sengaja tidak
menghiraukan perintah Allah dengan berupaya sekuat tenaga untuk
menerima keselamatan, ia tidak sedang mendengarkan Firman Allah.
Pada saat ia membaca sesuatu tentang keselamatan dalam Alkitab,
ia membelokkannya di dalam benaknya dan berupaya untuk
mengubah sehingga hal itu akan sejalan dengan gagasan yang sudah
ada dalam benaknya. Bagi dia, kebenaran dari pernyataan Alkitab
29
dihancurkan oleh gagasan-gagasan hasil pemikiran manusia yang
bersifat memberontak. Pada hakikatnya, ia telah menempatkan
dirinya sendiri di luar pemahaman akan Firman Allah. Demikianlah,
ia telah menaruh dirinya sendiri di dalam sebuah kedudukan yang
paling berbahaya karena iman (yaitu Yesus Kristus sebagai
Juruselamat), hanya dapat terjadi melalui pendengaran akan Firman
Allah (Roma 10:17).
Memang benar bahwa secara teoretis, Allah dapat
menyelamatkan siapa pun, tanpa menghiraukan intensitas dari
pemberontakan mereka melawan Allah, bahkan sementara mereka
dengan keras kepala menolak untuk mendengarkan Firman Allah.
Akan tetapi, Alkitab tidak memberi dorongan atau jaminan kepada
orang-orang yang menolak untuk mendengarkan Firman Allah, dan
jadi, kita seharusnya merenungkan dengan hati-hati peringatan dari
Yeremia 29:18,19 yang dikutip di atas Sayangnya seseorang seperti
itu, dan sampai suatu tingkatan yang tinggi, cocok dengan uraianuraian yang buruk tentang orang Farisi yang dibicarakan sepanjang
kitab Matius Pasal 23.
Akan tetapi, masih ada harapan, harapan yang indah, bagi
mereka yang mengakui dosa-dosa mereka dengan rendah hati, dan
yang berpaling dari gagasan-gagasan yang sudah ada dalam benak
mereka sebelumnya, yang dengan tulus berupaya untuk menaati
seluruh ajaran Alkitab, dan yang dengan rendah hati berseru kepada
Allah untuk memohon belas kasihan.
Ketika kita mempelajari isi Alkitab, kita harus menghadapinya
tanpa gagasan-gagasan yang sudah ada dalam benak kita, betapapun
masuk akal dan logisnya pemikiran itu .
Ketika kita mempelajari isi Alkitab, kita harus menghadapinya
tanpa gagasan-gagasan yang sudah ada dalam benak kita, betapapun
masuk akal dan logisnya pemikiran itu. Kita harus mempelajari Alkitab
dengan sikap bahwa, “Saya tidak tahu apa-apa. Ya Allah, Engkau
harus mengajar saya.” Dan ketika kita berupaya dengan rajin untuk
menaati perintah-perintah Allah dengan tekun, sikap kita haruslah
bahwa walaupun kita tidak layak menerima keselamatan di dalam
cara apa pun, kita masih memiliki sebuah harapan besar bahwa
mungkin Allah akan menyelamatkan saya juga (Yunus 3:9).
Membandingkan Ayat Kitab Suci dengan Ayat Kitab Suci
30
Kita harus selalu mengingat sebuah peraturan dasar Alkitab
yang harus diikuti sementara kita berupaya untuk mempelajari
Alkitab, dan peraturan itu adalah bahwa kita harus membandingkan
ayat yang satu dengan ayat yang lain dalam Alkitab (1 Korintus
2:13). Sewaktu kita mempelajari isi Alkitab, kita harus memastikan
bahwa kesimpulan-kesimpulan kita selaras dengan Alkitab secara
keseluruhan.
Dengan mengingat kebenaran-kebenaran
itu dan
menggunakan prinsip-prinsip yang sudah kita pelajari dalam
pemahaman ini, kita akan melihat sejumlah ayat yang berbicara secara
langsung tentang cara memperoleh keselamatan. Dan kita akan mulai
dengan ayat yang dikenal cukup baik, Roma 10:13, di mana Allah
menyatakan:
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan.
Dengan seketika, sebuah bendera merah berkibar, yaitu kita
harus berhati-hati. Menaati perintah untuk berseru kepada Allah
merupakan hal yang kita lakukan. Ayat ini tampaknya mengajarkan
bahwa jika kita berseru kepada Allah, maka hal tersebut akan
mendatangkan keselamatan kita, tetapi hal itu mustahil karena
Allahlah yang melakukan segala pekerjaan untuk menyelamatkan
kita. Demikianlah, kita tahu bahwa kita tidak dapat memahami
ayat ini tanpa mencari lebih banyak keterangan dari bagian Alkitab
lainnya.
Dalam upaya kita untuk memperoleh lebih banyak
keterangan, kita tiba pada Yeremia 29:11 -13, di mana Allah berkata:
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan
apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka
Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu
akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan
segenap hati.
Dan kebenaran yang sama juga diungkapkan dalam Ulangan
4:29, di mana kita membaca:
Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan
menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu.
31
Allah sedang memberikan kita keterangan yang penting
bahwa sewaktu kita berseru kepada Allah atau mencari Allah untuk
memperoleh keselamatan, kita harus mencari Dia dengan sepenuh
hati kita.
Namun, hal itu merupakan suatu hal yang tidak mungkin
dilakukan karena Alkitab memberi tahu kita mengenai keadaan dari
hati orang-orang yang belum diselamatkan, dalam Yeremia 17:9 kita
membaca:
Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya
sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Dan kita membaca di dalam Markus 7:21 demikian:
Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat,
percabulan, pencurian, pembunuhan,
Sebelum siapa pun dapat berseru kepada Allah dengan
segenap hati mereka, mereka harus diberikan sebuah
hati yang baru
Oleh karena itu, sebelum siapa pun dapat berseru kepada
Allah dengan segenap hati mereka, mereka harus diberikan sebuah
hati yang baru, yaitu mereka tidak lagi memiliki hati yang jahat.
Dan ini adalah tepatnya apa yang diajarkan Alkitab, misalnya, dalam
Yehezkiel 36:25-27, Allah berkata:
Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan
mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua
berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan
Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam
di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut
segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturanperaturan-Ku dan melakukannya.
Dalam ayat-ayat ini, Allah dengan jelas mengajarkan bahwa
sebuah hati yang baru diberikan kepada kita oleh Allah. Lewat
mukjizat yang sangat besar dalam memberikan kita sebuah hati yang
baru, yang juga disebut roh yang baru, Allah akan membuat kita
hidup taat di hadapan-Nya. Dan secara kebetulan di dalam
32
pemahaman ini kita berbicara tentang hati yang baru, atau roh yang
baru yang sudah mengalami kebangkitan, yang kita terima ketika
kita menerima keselamatan. Dan ayat-ayat di dalam kitab Yehezkiel
menjabarkan bagaimana Allah menjadikan kita menjadi pribadipribadi yang diselamatkan, dan hanya Allah sendirilah yang
melakukan seluruh karya keselamatan bagi kita.
Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Berseru kepada Allah
Kita membaca di dalam Roma 10:13 bahwa “barangsiapa
yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan,” tetapi kita
tidak dapat tiba pada sebuah kesimpulan sehubungan dengan
keselamatan sampai kita memasukkan keterangan tambahan yang
dibutuhkan bahwa kita harus berseru kepada Allah dengan segenap
hati kita untuk memperoleh keselamatan. Kita tahu bahwa dengan
begitu saja berseru kepada Allah tidak akan mendatangkan
keselamatan. Dan kita tidak akan berseru kepada Dia dengan
segenap hati kita sampai Allah telah menyelamatkan kita dengan
memberikan kita sebuah hati yang baru, yaitu sampai Allah telah
melakukan seluruh karya keselamatan bagi kita.
Tetapi hal itu membawa kita kepada sebuah masalah lain.
Roma 10:13 menyatakan bahwa orang-orang yang berseru kepada
Allah “akan diselamatkan”. Kata-kata “akan diselamatkan”
merupakan sebuah kata kerja Yunani yang menunjukkan bahwa
keselamatan adalah sebuah peristiwa di masa depan sebagai dampak
dari berseru kepada Allah. Kita baru saja belajar bahwa pemahaman
Alkitab dari bagian pertama dari ayat-ayat itu adalah bahwa kita
harus berseru kepada Allah dengan segenap hati kita. Kita juga telah
belajar bahwa kita dapat berseru kepada-Nya dengan segenap hati
kita hanya karena Allah telah menyelamatkan kita dengan
memberikan kita sebuah hati yang baru.
Oleh karena itu, karena ungkapan “akan diselamatkan”
merupakan sebuah hasil dari berseru kepada Allah dengan segenap
hati Anda, maka kita menghadapi sebuah masalah. Bagaimana
seseorang yang sudah menerima keselamatan dapat menerima
keselamatan sekali lagi?
Masalah ini dapat dipecahkan ketika kita menyadari, seperti
telah kita pelajari sebelumnya dalam pemahaman ini, bahwa
kenyataan dari keselamatan di dalam kehidupan salah seorang dari
umat pilihan Allah terdiri dari beberapa langkah kegiatan. Langkah
yang pertama adalah pemilihan orang tersebut untuk menerima
keselamatan. Langkah kedua ialah bahwa pada saat Kristus
melakukan pembayaran yang dituntut Allah untuk menebus dosa-
33
dosa kita, pada saat itu, secara sah, hukuman atas dosa-dosa kita
telah dilunasi.
Langkah yang ketiga terjadi sewaktu Allah memberikan
sebuah hati yang baru atau sebuah roh yang baru kepada orang-orang
pilihan, yaitu mereka untuk siapa Kristus telah menanggung murka
Allah untuk membayar bagi dosa-dosa mereka. Langkah ketiga inilah
yang biasanya ada dalam pikiran kita ketika kita berbicara tentang
menerima keselamatan.
Tetapi keselamatan kita belumlah lengkap. Kita masih
memiliki suatu tubuh yang berdosa yang harus diselamatkan. Dan
hal itu membawa kita kepada langkah yang keempat, yang akan
terjadi pada hari kiamat ketika Kristus datang kembali untuk yang
kedua kalinya untuk memberikan tubuh kebangkitan yang baru
kepada semua orang percaya yang sejati (1 Korintus 15).
Demikianlah, adalah alkitabiah untuk menyatakan, “Kita telah
diselamatkan.” Itulah sebabnya Alkitab dapat menyatakan bahwa
seseorang yang telah diselamatkan “akan diselamatkan”. Itulah
sebabnya kita membaca, misalnya, dalam 1 Petrus 1:5:
Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu
sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir.
13:13:
Dan itulah sebabnya mengapa kita membaca dalam Markus
Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat.
Hanya pada akhirnya, ketika Allah memberi kita suatu
tubuh kebangkitan yang sudah dimuliakan, barulah
kita akan menerima keselamatan dalam setiap bagian dalam
kepribadian kita.
Kita bertahan sampai pada akhirnya karena sebelumnya kita
telah diselamatkan. Tetapi hanya pada akhirnya, ketika Allah
memberi kita suatu tubuh kebangkitan yang sudah dimuliakan,
barulah kita akan diselamatkan dalam setiap bagian dalam
kepribadian kita.
Demikianlah, kita belajar dari ayat ini bahwa jika kita tidak
mengikuti pengajaran Alkitab untuk membandingkan hal-hal yang
rohani dengan hal-hal yang rohani, kita dapat dengan mudah jatuh
34
ke dalam perangkap yang akan membutakan kita terhadap kebenaran
Alkitab. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyimpulkan apa pun
sebelum seluruh isi Alkitab ditelaah.
Sejauh ini kita telah belajar sejumlah kebenaran yang sangat
penting, dan di antaranya adalah hal-hal berikut ini:
1. Hanya Kristus saja yang telah melakukan seluruh pekerjaan
yang dibutuhkan untuk menyelamatkan seseorang.
2. Kapan pun kita menaati sebuah perintah, kita sedang
melakukan suatu pekerjaan rohani. Bahkan seseorang yang belum
diselamatkan, dalam suatu tingkatan tertentu, ia mampu melakukan
pekerjaan rohani seperti percaya kepada Kristus, tetapi upaya ini
tidak pernah dapat memprakarsai keselamatan atau membantu siapa
pun untuk menerima keselamatan.
Sambil mengingat prinsip-prinsip ini, kita diperingati bahwa
walaupun sebuah ayat di dalam Alkitab mungkin tampaknya
mengajarkan bahwa keselamatan kita dalam sesuatu cara tertentu
merupakan hasil dari kepercayaan atau ketaatan kita terhadap
perintah-perintah Alkitab, secara langsung kita tahu bahwa hal itu
sama sekali merupakan sebuah pemahaman yang salah atas ayat
tersebut. Kita tahu bahwa kita harus menyelidiki ayat-ayat Kitab
Suci dan berdoa meminta hikmat supaya kita dapat memahami
ayat tersebut dengan benar.
Menjadi Percaya
Ketika berbicara tentang keselamatan, barangkali kata yang
paling penting yang harus dipahami dengan benar adalah kata
“menjadi percaya”. Seperti yang kita telah pelajari, “percaya”
merupakan bentuk kata kerja dari kata benda “iman”. Dan kita juga
telah belajar bahwa iman adalah suatu upaya, dan oleh karena itu,
“menjadi percaya” merupakan sebuah pekerjaan rohani. Dan kita
telah mempelajari bahwa tidak ada pekerjaan apa pun yang dapat
kita lakukan yang dapat memprakarsai atau membantu dalam
menerima keselamatan kita.
Umat manusia, terpisah dari hal diselamatkan, dapat menjadi
percaya pada suatu tingkatan tertentu karena ia memiliki sebuah
hati nurani, dan pada suatu tingkatan tertentu, hukum Allah tertulis
di dalam hatinya. Sesungguhnya, sewaktu seseorang berupaya
dengan sepenuh hati untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, yaitu
menerima keselamatan, ia akan menaati perintah itu karena ia
mampu untuk menjadi percaya. Akan tetapi menjadi percaya
35
semacam itu bukanlah suatu jenis kepercayaan yang berhubungan
dengan keselamatan. Allah berbicara tentang orang-orang yang
diselamatkan karena mereka menjadi percaya dalam hati mereka
dalam Roma 10:9, 10, di mana kita membaca:
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Akan tetapi ketika kita pelajari bahwa hati manusia itu
sangat jahat (Yeremia 17:9, Matius 15:19). Oleh karena itu adalah
mustahil untuk percaya dari hati kita sampai Allah memberikan kita
suatu hati yang baru. Dan ketika Allah memberi kita suatu hati
yang baru, itu berarti bahwa Ia telah menyelamatkan kita (Yehezkiel
36:24-27). Oleh karena itu, ketika kita percaya sebelum kita
diselamatkan, itu bukan berasal dari hati kita, dan oleh sebab itu,
tindakan itu tidak dapat dihubungkan dengan keselamatan.
Di pihak lain, jika kita percaya dengan segenap hati kita, itu
berarti bahwa Allah telah menyelamatkan kita dengan memberikan
kita suatu hati yang baru. Tindakan kita untuk percaya secara
keseluruhan merupakan hasil dari kenyataan bahwa Allah telah
menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kata “menjadi percaya” dan
ungkapan “memiliki iman” tidak pernah dapat dikenali sebagai suatu
cara atau sebuah alat yang melaluinya kita dapat menerima
keselamatan.
Kita membaca dalam Kisah Para Rasul 8:13- 23, bahwa Simon
si penyihir telah percaya dan dibaptiskan, tetapi ayat-ayat berikutnya
secara jelas menunjukkan bahwa ia belum menerima keselamatan.
Abraham menjadi percaya karena Allah (yaitu Kristus), yang telah
memperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Simon percaya
sebagai seseorang yang belum diselamatkan. Abraham percaya
sebagai seorang yang sudah diselamatkan. Akan tetapi, baik dalam
kehidupan Simon maupun dalam kehidupan Abraham, tindakan
percaya tidak menjadi suatu bantuan untuk menerima keselamatan.
Demikianlah, kita dapat secara pasti menyimpulkan bahwa
menjadi percaya sebelum kita diselamatkan tidak pernah dapat
membantu kita untuk menerima keselamatan dalam cara apa pun.
Untuk percaya, setelah kita diselamatkan, secara keseluruhan selalu
merupakan sebuah hasil dari fakta bahwa Allahlah yang telah
menyelamatkan kita.
36
Menaati perintah untuk percaya berhubungan erat
dengan suatu kerinduan untuk berupaya menaati seluruh
perintah Allah.
Akan tetapi, kata “menjadi percaya” menyatakan nilai dan
pentingnya percaya sebelum kita diselamatkan. Menaati perintah
untuk percaya berhubungan erat dengan suatu kerinduan untuk
berupaya menaati seluruh perintah Allah. Perintah-perintah itu
meliputi mengasihi Allah, mencari keselamatan, menunggu Dia,
bertobat dari dosa-dosa kita, dan berdoa untuk menerima
keselamatan. Menaati perintah-perintah itu merupakan pekerjaan
yang sedang kita lakukan, tetapi upaya itu tidak pernah membawa
kita kepada keselamatan. Walaupun demikian, ketaatan seperti itu
akan mengakibatkan kita untuk mampu mendengarkan ajaran Alkitab
dengan semakin saksama. Demikianlah, kita akan berada di dalam
lingkungan yang benar untuk menerima keselamatan jika Allah
berencana untuk menyelamatkan kita.
Bagaimana kita dapat percaya jika kita mati secara rohani?
Ingat, Allah melambangkan umat manusia yang belum diselamatkan
sebagai sebuah lembah yang berisi tulang-tulang yang amat kering
(Yehezkiel 37), dan sebagai sebuah mayat yang berbau busuk
(Yohanes 11:39). Allah menyatakan bahwa tidak ada seorang pun
yang mencari Allah, seorang pun tidak (Roma 3:10-18). Pernyataanpernyataan tersebut menekankan kenyataan bahwa sebelum
menerima keselamatan, setiap manusia mati secara rohani, secara
rohani mereka adalah mayat. Baik dalam tubuh maupun jiwa, ia
mati secara rohani, dan Allah tidak bersemayam di dalam dirinya.
Secara hukum, karena dosa-dosanya, ia sedang berada di bawah
murka Allah, dan ia sedang menuju kepada kebinasaan.
Setiap dosa membawa pada hukuman kebinasaan, dan oleh
karena itu, tanpa campur tangan Allah, setiap orang pasti akan
menerima kebinasaan. Walaupun hukum Allah pada suatu tingkatan
tertentu ada tertulis di dalam dirinya, dan ia memiliki hati nurani
sehingga ia membedakan apa yang benar dan salah, namun demikian,
tanpa pertolongan Allah, keadaannya tanpa pengharapan
Demikianlah, sementara manusia yang belum selamat berupaya
untuk percaya kepada Kristus, ia masih sebuah mayat yang berbau
busuk, sebuah lembah yang berisi tulang-tulang kering. Ia tidak dapat
mencari Allah dengan segenap hatinya atau percaya dengan segenap
hatinya karena hatinya masih sangat jahat. Hanya bila Allah sudah
memberikan dia sebuah hati yang baru, yaitu ketika Allah
menyelamatkan dia, barulah kemudian ia akan mencari dan percaya
37
kepada Allah dengan sepenuh hatinya. Ketika kepadanya diberikan
suatu hati yang baru, dalam jiwanya, dalam rohnya, ia telah
menerima hidup yang kekal.
Seluruh Umat Manusia Diperintahkan untuk Mempercayai Allah
Kita membaca dalam Kisah Para Rasul 16:31 demikian:
Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau
akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.
Kita tahu bahwa hanya dengan menjadi percaya di dalam hati,
kita terhubung dengan keselamatan. Dan ketika kita percaya di dalam
hati kita, kita sudah diselamatkan karena Allah harus memberi kita
sebuah hati yang baru supaya kita bisa percaya di dalam hati kita
(Yehezkiel 36:26). Jadi sebuah hati yang baru menyatakan fakta bahwa
kita telah menerima keselamatan.
Dan kita membaca di dalam pernyataan yang terkenal dari
Yohanes 3: 16:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
Sekarang, kita tahu bahwa ungkapan “setiap orang” hanya
dapat mencakup orang-orang pilihan Allah. Kita juga tahu bahwa
seseorang yang belum diselamatkan yang tidak pernah direncanakan
Allah untuk diselamatkan dapat percaya kepada Dia, dalam suatu
tingkatan tertentu. Dan kita tahu bahwa mereka yang memang
menerima keselamatan tidak diselamatkan karena mereka telah
menjadi percaya kepada Kristus. Yang benar ialah bahwa mereka
percaya kepada Dia karena Allah telah memberikan mereka hidup
yang kekal. Tindakan mereka untuk percaya merupakan hasil dari
kenyataan bahwa Allah telah menyelamatkan mereka.
Yang benar ialah bahwa mereka percaya kepada Dia
karena Allah telah memberikan mereka hidup yang kekal.
38
Kristus Melakukan Segala Karya Itu —Ia Setia— Menyelamatkan
Kita
Ketika Allah menulis Alkitab, Ia tidak membuatnya mudah
untuk menemukan kebenaran. Ia membuat kita menjadi sangat
rendah hati sementara Ia menyebabkan kita memiliki kesabaran
dan kerajinan untuk menganalisis ayat-ayat yang sulit ini sambil
dengan tak henti-hentinya memohon hikmat kepada Allah. Kita harus
selalu ingat bahwa sampai kita menemukan keselarasan dengan
semua yang diajarkan Alkitab, kita belum memahami ayat yang
sedang dipelajari.
Sebuah teka-teki yang dinyatakan Alkitab ditemukan dalam
banyak ayat dalam Galatia pasal 2 dan 3. Contohnya, Allah
menekankan dalam Galatia 3: 2:
Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu
telah menerima Roh [apakah kamu telah menerima keselamatan ]
karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada
pemberitaan Injil?
Ingatlah bahwa iman merupakan suatu upaya. Tetapi siapakah
yang telah melakukan segala karya untuk menyelamatkan kita?
Yesuslah yang telah melakukannya. Ia seutuhnya setia kepada
seluruh perintah Allah dan Ia telah membawa keselamatan kepada
kita. Demikianlah, kita dapat menyatakan Galatia 3:2 dengan cara
kita sendiri, seperti berikut, “Apakah kamu telah menerima Roh
Kudus atau karena mendengarkan dengan iman (karya yang
dilakukan Yesus untuk menyelamatkan kita)?” Itulah sebabnya namaNya ialah Setia (Wahyu 19:11). Ia merupakan intisari dari pekerjaan
iman.
Dan Galatia 2:16, menyatakan:
Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus
Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus
dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak
ada seorang pun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum
Taurat.
Manusia tidak dibenarkan karena melakukan pekerjaan
hukum Taurat, tetapi karena iman dan karya Yesus Kristus. Ia setia
melakukan segala pekerjaan yang dibutuhkan untuk keselamatan kita.
39
Sering kita dapat lebih memahami ayat-ayat yang
menggunakan kata “iman” dengan lebih mudah sewaktu kita
menggantikan kata “iman” dengan kata “Kristus”, yang nama-Nya
adalah “Setia”. Demikianlah, Efesus 2:8, dapat dipahami seperti
berikut: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman
(Kristus).” Dan Galatia 3:11, dapat dipahami seperti berikut, “Orang
yang benar akan hidup oleh iman (Kristus).” Dan Galatia 3:2, akan
dipahami sebagai berikut,”Apakah kamu telah menerima Roh Kudus
karena melakukan hukum Taurat atau karena mendengarkan dengan
iman (atau karena mendengar pemberitaan tentang Kristus, yang
adalah Firman Allah)?”
Tindakan Memeteraikan Selalu Merupakan Karya Allah
Secara kebetulan, suatu pengajaran Alkitab yang sangat salah
sedang dilakukan oleh para teolog dan gereja yang mengajarkan
bahwa baptisan air memeteraikan seseorang ke dalam perjanjian
atau ke dalam kebenaran.
Mereka mendasarkan kesimpulan yang salah ini berdasarkan
Roma 4:11, di mana kita membaca:
Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran
berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat.
Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak
bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka,
Tindakan untuk memeteraikan merupakan sebuah tindakan
sah secara hukum yang hanya dapat dilakukan oleh Allah.
Contohnya, Allah menguraikan keselamatan dari salah satu umat
pilihan-Nya dalam Efesus 1:13, di mana kita membaca:
Di dalam Dia kamu juga — karena kamu telah mendengar firman
kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di dalam Dia kamu juga,
ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang
dijanjikan-Nya itu.
Di dalam ayat ini, Allah menunjukkan bahwa mereka telah
mendengar Firman Allah (atau iman timbul dari pendengaran), dan
mereka mulai mempercayai Alkitab dan mereka percaya (Yunus
3:5), dan karena mereka merupakan umat pilihan Allah dan karena
Allah telah membayar lunas dosa-dosa mereka, Allah memeteraikan
mereka dengan memberikan mereka Roh Kudus, yang merupakan
jaminan bahwa Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah,
Allah mengajarkan kita bahwa tindakan memeteraikan harus dikenali
40
sebagai tindakan Allah yang memberikan sebuah jiwa baru kepada
seseorang.
Oleh karena itu, kita harus memahami Roma 4:11, sebagai
berikut:
Dan tanda [mukjizat] sunat [sunat rohani, yang merupakan
keselamatan (Ulangan 30:6)] itu diterimanya sebagai meterai [ suatu
jaminan] kebenaran berdasarkan iman [Kristus] yang
ditunjukkannya, sebelum ia bersunat [sunat jasmani] . . .
Dengan pemahaman ini, kita mengetahui bahwa hal tersebut
selaras dengan semua yang diajarkan Alkitab tentang keselamatan.
Jarang Sekali, Terjemahan Harus Diperbaiki
Pada umumnya, kita dapat mempercayai bahwa para
penerjemah yang telah menghasilkan Alkitab versi King James, yang
merupakan terjemahan yang paling dapat dipercaya di antara semua
terjemahan, melakukan pekerjaan yang sangat teliti dalam
menerjemahkan dari bahasa asli Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa
Inggris. Akan tetapi, mereka melakukannya tanpa ilham Allah seperti
orang-orang kudus pada zaman dahulu, para juru tulis, yang telah
menuliskan Alkitab yang asli langsung dari mulut Allah dan oleh
karena itu, para penerjemah dapat saja melakukan beberapa
kesalahan. Dan ketika kita mempelajari dengan saksama beberapa
ayat yang berhubungan dengan perihal diselamatkan, kita
mendapati bahwa, sesungguhnya terjemahan mereka harus dikoreksi.
Ingatlah, terjemahannya harus dikoreksi, bukan bahasa Ibrani atau
Yunani yang asli.
Kenyataannya adalah, di dalam kerinduan kita untuk
menyelaraskan seluruh ayat dalam kitab Suci dengan saksama,
sebuah masalah yang sangat serius dalam penerjemahan Alkitab telah
tersingkap. Biasanya, para penerjemah Alkitab, dan ini terbukti pada
penerjemah Alkitab versi King James, sangat tepat dalam upaya
mereka untuk setepat mungkin dengan naskah asli Ibrani dari
Perjanjian Lama serta naskah asli Yunani dari Perjanjian Baru.
Akan tetapi, ada sebagian ayat dalam Alkitab yang kelihatan
selaras secara sempurna dalam cara penerjemahannya, tetapi
sebenarnya, mereka menghasilkan suatu bencana besar sampai pada
tingkatan tertentu berkaitan dengan pesan keselamatan Allah. Ayatayat tersebut berkaitan kepada gagasan tentang bagaimana tindakan
menjadi percaya itu berhubungan dengan menerima keselamatan.
Perhatikanlah persesuaian yang ada di antara ayat-ayat berikut ini:
41
Kejadian 15:6: Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka
TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Roma 4:3: Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Roma 4:9: Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang
bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami
katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai
kebenaran.
Galatia 3:6: Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka
Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Ayat-ayat ini dengan jelas mengajarkan dengan sangat pasti
bahwa keselamatan akan diterima seseorang sebagai sebuah hasil
dari tindakan orang tersebut untuk percaya kepada Kristus sebagai
Juruselamat mereka, dan kesimpulan itu merupakan landasan dari
doktrin yang sedang diajarkan sebagai program keselamatan Allah
dalam setiap gereja dan denominasi.
Setiap saat kita menaati perintah apa pun dari Alkitab,
termasuk perintah untuk percaya kepada Kristus, hal tersebut merupakan
suatu upaya yang kita lakukan.
Tetapi kesimpulan itu merupakan sebuah kesimpulan yang
mustahil. Percaya kepada Kristus merupakan sebuah perbuatan yang
kita lakukan. Ingatlah, setiap saat kita menaati perintah apa pun
dari Alkitab, termasuk perintah untuk percaya kepada Kristus, hal
tersebut merupakan suatu upaya yang kita lakukan. Dan seperti yang
telah kita pelajari, seluruh karya untuk menyelamatkan seseorang
telah dilakukan oleh Kristus. Oleh karena itu, tidak ada upaya yang
dapat kita lakukan yang akan memprakarsai atau membantu di dalam
cara apa pun untuk memperoleh keselamatan. Percaya ialah memiliki
iman, dan Alkitab mengatakan dengan sangat jelas bahwa iman
merupakan suatu upaya.
Kita membaca dalam 1 Tesalonika 1:3 demikian:
Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu
dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus
di hadapan Allah dan Bapa kita.
42
Dan 2 Tesalonika 1:11 menyatakan:
Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah
kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan
kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik
dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
Kesimpulan bahwa sekadar percaya kepada Kristus akan
mendatangkan keselamatan adalah sama sekali tidak mungkin.
Jadi, kesimpulan bahwa sekadar percaya kepada Kristus
akan mendatangkan keselamatan adalah sama sekali tidak mungkin.
Sayangnya, ajaran bahwa tindakan menjadi percaya entah bagaimana
akan menolong keselamatan kita menyatakan bahwa hal itu sama
dengan suatu rencana keselamatan yang setara dengan upaya yang
dilakukan seorang laki-laki yang mengumpulkan potongan kayu api
pada Sabat hari ketujuh dalam Bilangan 15, dan yang oleh karena
itu, menurut perintah Allah, harus dirajam sampai mati. Ingatlah
bahwa Sabat hari ketujuh, ketika tidak ada pekerjaan dalam bentuk
apa pun boleh dilakukan, merupakan sebuah gambaran dari prinsip
bahwa kita tidak boleh berpikir sejenak pun bahwa upaya apa pun
yang kita lakukan dapat membantu kita untuk memperoleh
keselamatan.
Kita seketika melihat bencana yang telah berkembang secara
nyata dalam setiap gereja. Mereka mengajarkan suatu rencana
keselamatan yang menempatkan setiap orang yang berpikir bahwa
ia telah menerima keselamatan karena ia mulai percaya kepada
Kristus pada posisi yang sama seperti laki-laki yang mengumpulkan
beberapa potong kayu api pada hari Sabat. Orang itu masih berada
di bawah murka Allah. Betapa mengerikannya keadaan yang telah
berkembang!
Jika demikian, bagaimanakah ayat-ayat ini seharusnya
diterjemahkan? Kita akan melihat pada setiap dari ayat itu sambil
mempertimbangkan kebenaran bahwa tindakan menjadi percaya
merupakan suatu upaya.
Apakah Abraham Mempercayai Allah dan Oleh Karena Itu Ia
Menerima Keselamatan ?
Pertama-tama, kita akan melihat pada Kejadian 15:6, di mana
dalam Alkitab versi King James, terjemahannya adalah sebagai
berikut:
43
Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Ayat ini tampaknya meyakinkan kita bahwa iman Abraham
telah diperhitungkan atau dianggap sebagai kebenaran, yaitu karena
ia telah percaya, Allah menyelamatkan dia.
Tindakan menjadi percaya merupakan suatu upaya
yang kita lakukan, dan upaya kita tidak pernah dapat menjadi
bagian dari keselamatan kita.
Tetapi seperti yang telah kita pelajari, kesimpulan itu adalah
mustahil karena tindakan menjadi percaya merupakan suatu upaya
yang kita lakukan, dan upaya kita tidak pernah dapat menjadi
bagian dari keselamatan kita. Konteks di mana ayat ini ditemukan
memberitahukan kita bahwa tindakan Abraham untuk percaya
merupakan tindakan menjadi percaya dari seseorang yang telah
menerima keselamatan. Kita harus ingat bahwa ketika Allah telah
menyelamatkan kita, kita akan melakukan perbuatan-perbuatan baik,
tetapi dalam cara apa pun perbuatan-perbuatan baik itu, yang
meliputi tindakan menjadi percaya, tidak membantu kita untuk
menerima keselamatan. Tindakan-tindakan tersebut selalu merupakan
hasil setelah kita menerima keselamatan.
Kita seharusnya menyadari kenyataan bahwa dalam bahasa
Ibrani, kata sambung “dan” kadang-kadang juga diterjemahkan
sebagai kata “karena”. Oleh karena itu, di dalam ayat ini, kata
sambung “dan” seharusnya diterjemahkan dengan kata “karena”.
Masalah kedua ialah dengan pemahaman atas kata ganti
“hal itu”. Kata ganti “hal itu” telah diterjemahkan dengan benar,
tetapi apa yang dirujuk oleh kata ganti tersebut? Apakah kata ganti
“hal itu” merujuk kepada iman Abraham? Tidak mungkin karena
dua alasan utama. Alasan yang pertama adalah bahwa iman Abraham
tidak pernah dapat diperhitungkan sebagai kebenaran.
Alasan utama kedua adalah bahwa dalam konteks ini, kata
ganti “hal itu” secara tata bahasa merupakan sebuah kata tunggal
jenis perempuan, yaitu kata tersebut merujuk kepada sebuah kata
benda yang secara tata bahasa menunjuk kepada gender perempuan.
Kata benda “iman” adalah sebuah kata benda jenis laki-laki. Oleh
karena itu, secara tata bahasa, kata ganti tersebut tidak dapat merujuk
kepada iman Abraham.
Di pihak lain, kata “kebenaran” adalah sebuah kata benda
jenis perempuan, dan kata tersebut cocok dengan sempurna ke dalam
44
ayat ini. Oleh karena itu, kita seharusnya memahami Kejadian 15:6,
sebagai berikut:
Lalu percayalah Abram kepada TUHAN [Yehovah]; karena [bukan
“maka”] TUHAN telah memperhitungkan hal itu [kebenaran Allah]
kepadanya [Abraham] sebagai kebenaran [keselamatan Abraham].
Hal yang serupa terjadi di dalam Roma 4:3, Galatia 3:6, dan
Yakobus 2:23, di mana terjemahan versi King James mengatakan, “Lalu
percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Seperti yang telah
diterjemahkan, ayat-ayat ini tampaknya mengajarkan bahwa iman
Abraham merupakan penyebab atau cara atau alat melalui mana Allah
menyelamatkan dia. Akan tetapi, seperti yang telah kita nyatakan
berulang kali, hal itu mustahil. Oleh karena itu, kita harus memastikan
bahwa ayat-ayat ini diterjemahkan secara tepat.
Ada dua kata di dalam terjemahannya yang seharusnya
dikoreksi supaya ayat ini selaras dengan prinsip Alkitab yang
menyatakan bahwa Allah melakukan seluruh karya keselamatan.
Sekali lagi, kata pertama yang seharusnya diubah adalah kata
sambung “maka”. Kata tersebut seharusnya telah diterjemahkan
sebagai kata “karena”. Bahkan sama seperti dalam bahasa Ibrani,
kata Yunani yang diterjemahkan sebagai kata “dan” juga sewaktuwaktu telah diterjemahkan sebagai kata “karena”.
Kata kedua yang perlu dikoreksi adalah kata ganti yang
diterjemahkan dengan ungkapan “hal itu”. Secara tata bahasa, kata
tersebut merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Dalam konteks
ini ungkapan “hal itu” seharusnya diterjemahkan sebagai kata ganti
“ia”. Demikianlah, sekali lagi kita ulangi, Roma 4:3, Galatia 3:6, dan
Yakobus 2:23 seharusnya diterjemahkan, “Lalu percayalah Abraham
kepada Allah (ia menerima keselamatan), karena Allah
memperhitungkan tindakannya (Abraham) sebagai kebenaran
(keselamatan Abraham).”
Ketika Kita Mempercayai Kristus, Ia Mungkin Menyelamatkan Kita
Sekarang setelah kita mempelajari bahwa seluruh karya
keselamatan dilakukan Yesus Juruselamat kita, dan bahwa dalam
kondisi apa pun kita harus percaya bahwa upaya apa pun yang kita
lakukan sangat sedikit perannya kepada keselamatan kita, kita dapat
memahami dengan lebih baik beberapa ayat yang tampaknya
mengajarkan sebaliknya.
Misalnya, dalam Galatia 2:16, Allah menyatakan:
45
Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus
Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus
dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak
ada seorang pun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum
Taurat.
Bagian pertama dari ayat ini cukup jelas. Kita tidak
diselamatkan dengan menaati perintah apa pun dalam Alkitab (yaitu,
dengan memelihara hukum Taurat), tetapi melalui iman (upaya iman),
yang telah dilakukan Yesus untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya.
Namun bagian kedua dari ayat ini dapat dengan mudah
disalahpahami. Ayat itu tampaknya mengajarkan bahwa jika kita telah
percaya kepada Kristus, maka Allah akan membenarkan
(menyelamatkan) kita. Kesalahpahaman ini mungkin terjadi
walaupun Allah mengulangi pada bagian terakhir dari ayat itu,
“Tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan
hukum Taurat.” Dan menjadi percaya adalah melakukan hukum
Taurat.
Karena menjadi percaya adalah melakukan hukum Taurat,
kalau demikian halnya, bagaimana kita memahami ungkapan, “Kami
pun telah percaya kepada Kristus Yesus supaya kami dibenarkan”?
Menurut tata bahasa Yunani, ungkapan “supaya dibenarkan” ada di
dalam bentuk pengandaian pasif. Dalam bahasa Yunani, sebuah kata
kerja pengandaian dapat digunakan dengan cara sama seperti yang
digunakan dalam bahasa Inggris. Bentuk kata tersebut menyatakan
sebuah maksud dengan sebuah kemungkinan bahwa hal itu bisa
saja terjadi. Banyak kata kerja pengandaian dalam bahasa Yunani
dalam Alkitab digunakan seperti itu.
Akan tetapi, dalam bahasa Yunani, bentuk pengandaian ini
juga digunakan untuk menyatakan tujuan atau perintah. Misalnya,
kata kerja semacam ini biasanya digunakan dalam Perjanjian Baru
untuk menyatakan bahwa sebuah nubuat dari Perjanjian Lama telah
digenapi. Demikianlah kita membaca ungkapan “supaya genaplah”
firman (Matius 4:14, 8:17, 12:17). Kata kerja “supaya genaplah”
merupakan sebuah kata kerja pengandaian. Di dalam contoh-contoh
tersebut, tidak ada keragu-raguan atau ketidakpastian ditunjukkan
melalui penggunaan dari sebuah kata kerja pengandaian. Nubuatnya
telah digenapi.
Ketika kita kembali pada Galatia 2:16, kita tahu bahwa
karena menjadi percaya merupakan upaya yang kita lakukan, maka
tindakan kita untuk menjadi percaya itu tidak pernah dapat menjamin
keselamatan. Tindakan kita untuk menjadi percaya mungkin
46
membuat kita berupaya menaati perintah-perintah Alkitab untuk
menerima keselamatan, berdoa, bertobat dan sebagainya, tetapi kita
tahu bahwa keselamatan kita tergantung sepenuhnya pada Allah
dan apakah Ia sudah memilih kita untuk diselamatkan dan membayar
lunas dosa-dosa kita.
Keselamatan kita bergantung sepenuhnya pada
Allah dan apakah Ia sudah memilih kita untuk diselamatkan dan
membayar lunas dosa-dosa kita.
Oleh karena itu, kata kerja pengandaian “supaya
dibenarkan” harus dipahami bahwa pembenaran (keselamatan)
merupakan suatu kemungkinan, tetapi sama sekali bukan suatu
jaminan bagi mereka yang menjadi percaya kepada Dia. Orang
Niniwe dalam Yunus pasal 3 benar-benar percaya bahwa Allah akan
membinasakan mereka dalam waktu 40 hari. Oleh karena itu, mereka
menaati perintah Allah untuk bertobat (Yunus 3:8-10). Namun
mereka sepenuhnya menyadari bahwa mereka tidak tahu apakah
Allah akan berbelas kasihan pada mereka atau tidak. Mungkin, Allah
akan menyelamatkan mereka. Ada sebuah kemungkinan bahwa
mereka akan diselamatkan dari kebinasaan. Demikianlah, Galatia 2:16
mengajarkan bahwa sewaktu kita, yaitu sebagai orang-orang yang
belum diselamatkan mempercayai hukum Allah, Allah mungkin
akan menyelamatkan sebagian dari kita.
Ingatlah, kebenaran yang sama ini, bahwa tidak seorang pun
dapat mengetahui apakah ia tercakup ke dalam salah satu dari umat
pilihan Allah sampai setelah ia menerima keselamatan, ditekankan
di dalam Yoel 2:13-14 demikian:
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada
TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan
ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban
curahan bagi TUHAN, Allahmu.
Hal itu juga telah ditekankan dalam Zefanya 2:3:
Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri,
yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan
hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan
TUHAN .
47
Secara kebetulan, dalam ayat-ayat seperti 2 Korintus 2:4
dan 2 Korintus 11:7, Allah menggunakan sebuah kata kerja
pengandaian yang secara tata bahasa telah disusun sama seperti kata
kerja “supaya dibenarkan” yang kita temukan dalam Galatia 2:16.
Dan dalam 2 Korintus 2:4, kata kerjanya diterjemahkan “supaya
bersedih hati”, dan dalam 2 Korintus 11:7, kata kerjanya
diterjemahkan “untuk meninggikan”. Di dalam kedua ayat tersebut,
konteksnya menyatakan bahwa kata kerjanya digunakan untuk
menyatakan suatu kemungkinan ketimbang suatu kepastian.
Kebingungan di dalam Memahami Kata “Menjadi Percaya”
Satu pelajaran besar yang kita pelajari adalah bahwa Allah
tidak membuat program keselamatan-Nya mudah untuk dipahami.
Allah telah menaruh kata kerja “percaya” dan kata benda “iman” di
dalam sejumlah besar ayat, dan hanya dengan mengikuti peraturanperaturan yang dibuat Allah dengan membandingkan ayat Kitab
Suci dengan ayat Kitab Suci lainnya dengan sangat saksama, dan
dengan mencari hikmat Allah, kita dapat mulai menyelaraskan ayatayat yang sulit itu.
Allah tidak membuat program keselamatan-Nya
mudah untuk dipahami.
Beberapa prinsip tentang menjadi percaya yang sangat
menonjol adalah sebagai berikut:
1. Kata kerja “percaya” dan kata benda “iman” harus selalu
dikenali sebagai upaya yang sedang dilakukan. Hal ini dikarenakan
Yesus telah melakukan segala karya yang dibutuhkan untuk
menyelamatkan umat pilihan dan karena namanya adalah “Setia” (
Wahyu 19:11). Kristus merupakan intisari dari iman.
2. Sewaktu seseorang menjadi percaya, sampai pada tingkatan
apa pun, tindakan untuk menjadi percaya tidak pernah dapat menjadi
bagian dari upaya yang dibutuhkan untuk memperoleh
keselamatannya. Ketika ia menjadi percaya, itu mungkin disebabkan
hati nuraninya membuatnya menjadi percaya atau barangkali Allah
sedang bekerja di dalam dia. Akan tetapi, tidak ada jalan yang
diketahuinya yang kemungkinannya benar karena kecuali ia
menerima keselamatan, hatinya sangat jahat dan ia tidak dapat
percaya dengan sepenuh hatinya.
48
3. Ketika seseorang menjadi percaya, setelah ia menerima
keselamatan, itu juga merupakan upaya yang dilakukannya. Akan
tetapi, tindakannya untuk menjadi percaya dengan sepenuh hatinya
terjadi karena pada saat Allah menyelamatkan dia, ia telah diberi
sebuah hati yang baru. Menjadi percaya dengan segenap hatinya
(setelah menerima keselamatan), berarti bahwa keselamatannya akan
menjadi utuh sepenuhnya pada akhir zaman ketika kepadanya
diberikan tubuh rohani dan kebangkitan yang kekal. Hal ini terjadi
demikian karena upaya yang dilakukan Kristus untuk
menyelamatkan kita telah selesai dan menjamin keselamatan dari
seluruh kepribadian kita. Oleh karena itu, penggunaan Alkitab atas
kata-kata “menjadi percaya” dan “iman”, sewaktu diterapkan pada
pekerjaan siapa pun, tidak pernah dapat dihubungkan dalam jalan
apa pun dengan sebuah metode atau cara atau alat yang dapat kita
prakarsai atau membantu kita dalam proses menerima keselamatan.
4. Program keselamatan apa pun yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip itu pada hakikatnya akan menempatkan orang itu
yang berupaya untuk mengikuti bahwa program keselamatan itu
berada dalam kedudukan yang sama seperti laki-laki yang telah
mengumpulkan kayu api pada hari Sabat (Bilangan 15). Ia akan
dihukum mati. Satu-satunya jalan untuk menghindari akhir yang
mengerikan dari hidupnya ialah dengan berpaling dari program
keselamatan buatan manusia dan menanti pada Allah untuk
melakukan seluruh pekerjaan dalam menyelamatkan dia, jika Allah
memang bermaksud untuk menyelamatkan dia.
Iblis Datang sebagai Malaikat Terang
Sekarang setelah kita pelajari dari Alkitab, mengenai akibatakibat yang menakutkan karena mempercayai program keselamatan
apa pun kecuali program keselamatan yang diberikan dalam Alkitab,
kita seharusnya menjadi sangat berhati-hati tentang siapa yang
mengajar kita. Ini adalah gelanggang di mana Iblis dapat datang
sebagai malaikat terang dan pelayan-pelayannya menyamar sebagai
pelayan-pelayan kebenaran (2 Korintus 11:13-15).
Ada banyak pengkhotbah dan penginjil yang sangat
dihormati oleh karena kesetiaan mereka kepada ajaran Alkitab.
Mereka sangat dipuji, dan mereka memiliki martabat yang sangat
baik sebagai hamba-hamba Allah. Dan mereka mengajarkan bahwa
Alkitab merupakan Firman Allah yang tak mungkin salah. Khotbahkhotbah mereka disampaikan langsung dari Alkitab. Dan kemudian,
sehubungan dengan pentingnya keselamatan dan berkat-berkat yang
datang bersamaan dengan keselamatan, mereka mengatakan, “Anda
49
juga, dapat menerima keselamatan malam ini. Percayalah kepada
Yesus sebagai Anak Allah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat
Anda.” Mereka menyatakan hal-hal ini sebagai dorongan melalui
suatu cara yang penuh kasih dan perhatian. Tampaknya ada berbagai
macam bukti bahwa mereka merupakan hamba-hamba Allah yang
sejati. Bukankah mereka berkhotbah di dalam nama Allah langsung
dari Alkitab?
Akan tetapi mereka telah dikelabui untuk mengikuti
sebuah program keselamatan yang dipastikan akan
membinasakan mereka
Dan program keselamatan yang mereka tawarkan tampak
begitu indah karena orang-orang berpikir bahwa, “Saya juga, saat
ini, dapat mengetahui bahwa dosa-dosa saya telah diampuni, dan
posisi saya aman secara kekal di dalam Kristus.” Jadi orang-orang
mempercayai guru-guru Alkitab itu dan mengikuti arahan mereka
menjadi yakin bahwa keadaan mereka aman secara kekal di dalam
Kristus. Mereka telah ditipu dengan mengikuti sebuah program
keselamatan yang pasti akan membinasakan mereka. Mereka telah
dikelabui untuk mempercayai sebuah injil palsu. Dan sangat
disayangkan, nasib mereka serupa dengan laki-laki yang telah
mengumpulkan beberapa potong kayu api pada hari Sabat.
Dalam 2 Korintus 11:14, Allah memperingatkan bahwa Iblis
biasa datang sebagai malaikat terang. Kristus adalah utusan terang
yang sejati. Tetapi Iblis, melalui para pelayan kebenarannya, tampak
mirip seperti Kristus. Para pelayan ini adalah kristus-kristus
gadungan, kristus-kristus palsu. Mereka benar-benar percaya bahwa
mereka sedang melayani Kristus, akan tetapi pada kenyataan, tuan
mereka adalah antikristus, yaitu Iblis.
Jenis khotbah yang mereka sampaikan, yang memiliki ciri
khas seperti dari begitu banyak guru Alkitab yang sangat dihormati,
dapat ditemukan di mana-mana. Akan tetapi di dalam setiap kasus,
ada suatu pelanggaran besar terhadap fakta bahwa Kristus telah
melakukan segala karya yang dibutuhkan untuk menyelamatkan
seseorang, lama sebelum orang itu dilahirkan, Kristus telah membayar
lunas dosa-dosanya. Sesungguhnya, ini adalah yang diajarkan
Alkitab, dan adalah suatu keharusan bahwa kita mendengarkan
kepada seluruh ajaran Alkitab dan menyadari bahwa semua kemuliaan
bagi keselamatan kita hanya ditujukan kepada Kristus dan tidak
satu pun tersisa bagi diri kita sendiri.
50
Pengkhotbah dan penginjil itu benar-benar percaya bahwa
mereka adalah para pelayan Kristus yang berwenang dan setia,
akan tetapi kenyataannya mereka adalah “pelayan-pelayan
kebenaran” yang sedang digunakan Iblis (2 Korintus 11:15). Mereka
datang di dalam nama Kristus, tetapi sebenarnya, mereka adalah para
pelayan Iblis yang datang sebagai malaikat terang (2 Korintus 11:14).
Di dalam rencana keselamatan mereka yang mengajarkan bahwa “kita
bisa melakukannya sendiri,” mereka sedang membawa sebuah dusta
yang sangat besar karena majikan mereka, Iblis, adalah Bapa dari
segala dusta (Yohanes 8:44). Betapa mengerikannya! Renungkanlah
semua orang yang dikasihi ini yang mendengarkan dan mempercayai
mereka, dan sewaktu mereka menerima dusta-dusta itu sebagai
kebenaran, mereka sedang dikunci untuk masuk ke dalam sebuah
jalan yang tak berpengharapan.
Jadi, tolong perhatikan, hal ini sangat penting. Mungkin selama
bertahun-tahun Anda percaya bahwa Anda telah diselamatkan karena
kepada Anda telah diajarkan bahwa jika Anda “menerima” Yesus
sebagai Juruselamat Anda, Anda selamat. Mungkin Anda melayani
sebagai seorang anggota dari gereja Anda yang telah mengakui dosadosa Anda, dan demikianlah selama bertahun-tahun, Anda merasa
yakin bahwa Anda aman di dalam tangan Kristus.
Dan sekarang, diperhadapkan dengan kecemasan yang tibatiba menyelimuti, Anda mendapati bahwa Anda berada dalam
keadaan yang sama seperti laki-laki yang telah mengumpulkan
beberapa potong kayu api pada hari Sabat. Anda masih berada di
bawah murka Allah, sambil menantikan saat kebinasaan Anda.
Hal tersebut bahkan lebih buruk lagi jika Anda telah menjadi seorang
guru Alkitab dan telah mengajarkan banyak orang, dan menjebak
mereka ke dalam rencana keselamatan sama di mana Anda dapat
“melakukannya sendiri”, dan menuntun mereka kepada kebinasaan
mereka.
Dan demikianlah, pertanyaan-pertanyaan ini tampaknya tidak
akan meninggalkan Anda: “Apakah ada harapan apa pun bagi saya?
Mungkinkah Allah akan mengampuni seluruh dosa saya dan
menyelamatkan saya juga?”
Jawaban dari Alkitab adalah, Kristus datang bagi orangorang
berdosa. Anda memiliki jumlah harapan keselamatan yang sama
seperti orang lain yang belum diselamatkan. Anda juga, seharusnya
bertobat atas dosa karena mengikuti ajaran injil yang salah, dan
berdoa, dan berharap bahwa mungkin Allah di dalam belas kasihanNya yang besar telah memilih Anda untuk menerima keselamatan.
Hal yang mengherankan, program-program keselamatan
yang dapat Anda “lakukan sendiri” itu pada hakikatnya ada dalam
51
setiap jemaat. Bagaimana mungkin? Masalahnya adalah bahwa gerejagereja itu tidak menggunakan ajaran Alkitab secara keseluruhan,
dan mereka tidak mengikuti pengajaran Alkitab dengan saksama
dengan membandingkan ayat Kitab Suci dengan ayat Kitab Suci yang
lain. Lagi pula, mereka tidak dapat memahami pesan utama dari
Alkitab sampai kita menemukan ajaran rohani yang diberikan dalam
pernyataan-pernyataan bersejarah tersebut. Dengan kata lain, mereka
memiliki hermeneutik yang salah atau metode penafsiran Alkitab yang
salah (Markus 4:33-34). Akan tetapi, ada sebuah alasan praktis
mengapa injil-injil yang salah itu, program-program keselamatan
yang tidak alkitabiah itu, begitu kuat hadir di antara gereja-gereja.
Dapatkah Gereja-gereja Terus Dijaga Kemurniannya?
Setiap jemaat telah jatuh ke dalam sebuah perangkap, dan hal
itulah yang telah terjadi. Para pemimpin rohani dari jemaat-jemaat
itu barangkali memiliki sebuah hasrat yang baik untuk memelihara
gereja semurni mungkin, dan dengan demikian mereka bermaksud
agar hanya memiliki orang-orang yang benar-benar telah
diselamatkan sebagai anggota-anggota gereja mereka. Untuk
membantu mereka dalam upaya ini, setiap gereja atau denominasi
telah menetapkan sebuah kerangka, sebuah metode, atau sebuah
rencana yang mereka harapkan dapat mencapai sasaran ini. Kerangka
atau rencana itu bisa sama sederhananya seperti sebuah persyaratan
bahwa calon anggota membuat suatu pengakuan iman, atau mengaku
bahwa ia percaya kepada Kristus sebagai Juruselamatnya. Akan
tetapi, biasanya para pemimpin gereja juga menetapkan orang
tersebut harus dibaptiskan di dalam air dan berjanji bahwa sebagai
seorang anggota dari jemaat itu, ia akan mengikuti dengan setia
seluruh ajaran gereja itu.
Mereka mengembangkan suatu kerangka atau sebuah
prosedur yang harus ditaati untuk menjamin keselamatan,tetapi
sesungguhnya membuahkan hasil yang berlawanan.
Sayangnya, kerangka atau sistem yang telah diadaptasi oleh
organisasi gereja-gereja tidak mencakup sebuah prinsip dasar Alkitab,
yaitu ketika kita menaati perintah Allah apa pun dan percaya
bahwa ketaatan kepada Allah akan membantu proses keselamatan
kita, maka kita sama seperti laki-laki yang telah mengumpulkan
beberapa potong kayu api pada hari Sabat (Bilangan 15). Kita masih
berada di bawah murka Allah. Jadi, tindakan mereka dalam
52
mengembangkan sebuah kerangka atau sebuah prosedur yang mereka
tetapkan yang harus diikuti untuk memastikan keselamatan
sesungguhnya membuahkan hasil yang berlawanan. Hal tersebut
membantu orang-orang itu agar tetap berada dalam keadaan belum
selamat.
Keadaan yang menyedihkan ini membantu untuk menjelaskan
kenyataan bahwa dewasa ini, hampir dalam setiap gereja, sebagian
besar orang tidak menaruh perhatian terhadap peringatan bahwa
sekarang Iblis sedang berkuasa dalam gereja-gereja dan bahwa
mereka harus keluar dari gereja-gereja itu supaya secara rohani
mereka tidak melayani Iblis di situ. Dan mereka juga tidak menaruh
perhatian terhadap peringatan serius bahwa akhir zaman sudah
hampir tiba. (Untuk memperoleh lebih banyak keterangan tentang
pokok-pokok pembicaraan ini, silakan hubungi Stasiun Radio Keluarga
dan memesan secara cuma-cuma buku berjudul: Kita Sudah Hampir
Tiba di Sana, Waktu Memiliki Sebuah Akhir, Akhir dari Zaman Gereja
dan Sesudahnya, serta Gandum dan Lalang.)
Meskipun bentuk rencana keselamatan atau rencana
keselamatan yang tidak alkitabiah, itu sudah lazim ada dalam gerejagereja, sejumlah kecil orang sepanjang zaman gereja telah menerima
keselamatan. Mereka barangkali memiliki sangat sedikit atau cukup
banyak pemahaman tentang ajaran-ajaran dari gereja itu, tetapi Allah
menyelamatkan mereka karena mereka telah dipilih untuk menerima
keselamatan. Mereka telah mendengarkan ajaran Alkitab, dan Allah
menyelamatkan mereka. Demikianlah, mereka memiliki sebuah hasrat
yang kuat, dan berkelanjutan untuk menaati seluruh ajaran Alkitab.
Hal itu bisa terjadi demikian walaupun pengetahuan mereka akan
Alkitab mungkin sangat sedikit.
Kita harus mengajarkan bahwa umat manusia
yang belum diselamatkan seharusnya berupaya untuk menaati
hukum-hukum Allah sambil berharap dan berdoa bahwa mereka
juga dapat dimasukkan di dalam rencana keselamatan Allah.
Gereja-gereja telah gagal untuk memahami bahwa tidak ada
bentuk atau rencana yang telah dikembangkan manusia, walaupun
hal itu diikuti dengan penuh perhatian, yang dapat menjamin
seseorang akan keselamatannya dan kegagalan mereka seharusnya
menjadi sebuah peringatan yang sangat besar bagi kita. Sementara
kita memberitakan Injil kepada dunia, kita tidak pernah boleh
menyajikan suatu rencana atau kerangka buatan manusia dan berkata
bahwa jika rencana ini diikuti dengan saksama, maka hal itu akan
menjamin keselamatan. Kita harus mengajarkan bahwa umat manusia
53
yang belum selamat seharusnya berupaya untuk menaati hukumhukum Allah sambil berharap dan berdoa bahwa mereka juga, dapat
dimasukkan ke dalam rencana keselamatan Allah.
Sebuah Perubahan Yang Besar
Sekarang, pertanyaan yang harus diajukan ialah: Bagaimana
keselamatan mempengaruhi kehidupan seseorang? Dan apakah
artinya dengan dilahirkan kembali?
Ingatlah, sebelum seseorang diselamatkan, dalam seluruh
kepribadiannya, keadaannya tepat sama seperti semua orang yang
tidak dipilih yang tidak akan pernah menerima keselamatan. Baik
dalam tubuh maupun jiwanya, ia masih memiliki nafsu terhadap dosa
dan dalam keadaan memberontak melawan Allah.
Tetapi sekarang, ketika ia telah diselamatkan, kepadanya
telah diberikan sebuah jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan.
Dalam bagian dari kepribadiannya, ia menjadi seorang makhluk
ciptaan baru di dalam Kristus. Ketika ia dilahirkan secara jasmani,
ia adalah seorang bayi dengan sebuah kepribadian yang terdiri dari
sebuah tubuh dan sebuah jiwa. Pada saat ia menerima keselamatan,
ia dilahirkan kembali, yaitu kepadanya diberikan sebuah jiwa yang
baru. Itu merupakan sebuah mukjizat yang tidak dapat dipahami
dengan pikiran manusia, dan tidak ada bukti jasmani dari perubahan
ini.
Akan tetapi, hasil dari perubahan jiwanya yang ajaib itu dapat
disaksikan, yaitu sebuah jiwa yang sama sekali baru di dalam tubuh
seseorang yang belum diubah akan berdampak serius dalam
kehidupannya dan mengubah perilakunya.
Hal ini dibuktikan melalui pernyataan Allah dalam 1 Yohanes
3:9, di mana Ia berkata:
Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab
benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa,
karena ia lahir dari Allah.
Allah mengajarkan kita bahwa pada saat menerima
keselamatan, sebuah perubahan besar terjadi dalam kepribadian
orang yang diselamatkan itu.
Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kita bahwa pada saat
menerima keselamatan, suatu perubahan yang besar terjadi dalam
kepribadian orang yang diselamatkan itu. Di dalam jiwa baru yang
54
sudah mengalami kebangkitan, ia tidak dapat berbuat dosa. Karena
dosa merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum Allah, itu berarti
bahwa di dalam jiwa yang merupakan bagian dari kepribadiannya,
ia tidak dapat memprakarsai dosa. Itu berarti bahwa di dalam jiwa
yang merupakan bagian dari kepribadiannya, ia mengasihi Allah
dan hukum-hukum Allah. Hal itu berarti bahwa ia memiliki sebuah
hasrat yang sangat besar dan berkelanjutan untuk menaati semua
perintah Alkitab. Itu berarti bahwa di dalam jiwanya yang baru yang
sudah mengalami kebangkitan, ia sekarang hidup secara rohani.
Karena Allah telah melakukan segala sesuatu untuk
melaksanakan program keselamatannya (memilih dia, membayar
lunas dosa-dosanya, dan memberi dia sebuah roh baru yang sudah
mengalami kebangkitan, yang semuanya penting bagi keselamatan
dari seluruh umat pilihan), orang itu dapat memiliki kepastian bahwa
ia tidak akan pernah kehilangan keselamatannya. Benih yang tinggal
di dalam dirinya adalah Kristus (Galatia 3:16). Sekali ia menerima
keselamatan, ia memiliki keselamatan yang kekal. Allah telah
melaksanakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memberikan
dia hidup yang kekal. Oleh karena itu, seorang percaya yang sejati
tidak pernah dapat kehilangan keselamatannya. Alkitab mengatakan
tidak ada dosa, atau apa pun juga, yang dapat memisahkan seorang
percaya yang sejati dari kasih Allah (Roma 8:35-39).
Orang Yang Diselamatkan Hidup dalam Sebuah Tubuh Yang Belum
Diselamatkan
Walaupun telah menerima jiwa baru yang sudah mengalami
kebangkitan, orang percaya itu masih harus hidup di dalam tubuh
lamanya yang belum diubahkan seutuhnya pada saat keselamatan.
Oleh karena itu, ia telah memiliki sebuah kepribadian dengan dua
hasrat yang saling berlawanan. Di satu pihak, ia selalu ingin menaati
hukum-hukum Allah, dan di pihak lain, ia masih memiliki nafsu
terhadap dosa. Allah menjelaskan keadaan yang janggal ini ketika
Rasul Paulus, di bawah pengilhaman Roh Kudus, menyatakan dalam
Kitab Roma 7:21-24:
Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat
apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku
[yaitu jiwaku] aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam
anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang
melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan
hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku,
manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh
maut ini?
55
Ingin dibebaskan dari tubuh kita yang berdosa merupakan
sebuah hasrat yang berkelanjutan dari setiap orang percaya yang sejati.
Akan tetapi, tarik menarik yang terjadi di dalam kepribadian yang
sudah diselamatkan tidaklah statis. Akan ada kemajuan menuju pada
suatu kehidupan yang semakin berkemenangan bagi orang-orang
yang telah memiliki jiwa baru yang sudah mengalami kebangkitan
(2 Petrus 3:18). Hal ini terjadi karena selain fakta bahwa ia telah
diberi sebuah roh baru yang sudah mengalami kebangkitan, suatu
peristiwa lain yang menakjubkan terjadi dalam kepribadian orang
tersebut pada saat ia menerima keselamatan, yaitu Allah Roh Kudus
mulai bersemayam di dalam diri orang tersebut. Kita membaca dalam
Roma 8:9 bahwa jika kita tidak memiliki Roh Kristus, maka kita “bukan
milik Kristus”.
Kita tidak memahami bagaimana Allah Yang Mahakuasa
dapat bersemayam di dalam diri seseorang yang sudah diselamatkan.
Kita harus mengakui bahwa hal itu sama sekali penuh misteri bagi
kita. Tetapi karena kita mempercayai Alkitab sepenuhnya, kita tahu
bahwa hal itu merupakan sebuah kenyataan, misterius tetapi juga
benar. Kehadiran yang menetap di dalam kehidupan dan kepribadian
orang yang telah diselamatkan lebih merangsangnya untuk menaati
Allah, dan ia hanya menginginkan hal-hal yang berkenan kepada
Allah.
Orang yang diselamatkan telah dibebaskan dari kuasa Iblis,
dan ia telah menjadi seorang warganegara yang kekal dari ke
rajaan Kristus.
Selain itu, orang yang diselamatkan telah dibebaskan dari
kuasa Iblis, ia telah menjadi seorang warganegara yang kekal dari
kerajaan Kristus. Allah memberi tahu kita tentang hal ini di dalam
kitab Kolose 1:12-13, di mana kita membaca:
Dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang
melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia
telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan
kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;
Dalam Filipi 3:20, kita membaca bahwa “kewargaan” kita
ada di dalam surga. Hal ini berlaku untuk setiap orang yang telah
menerima keselamatan.
56
Hasrat-hasrat dari Orang Yang Diselamatkan
Pada saat keselamatan, banyak faktor bekerja di dalam
kehidupan orang percaya yang mengakibatkan suatu perubahan
yang sangat menentukan dan penting dalam perilaku dan
kehendaknya. Ia akan memahami dan mengenali pernyataanpernyataan seperti yang ditemukan dalam Mazmur 119 dan di
tempat-tempat lainnya dalam Alkitab.
Berikut adalah beberapa contoh dari gaya bahasa yang indah
yang ditemukan di dalam kitab Mazmur 119 yang memperlihatkan
kasih dan rasa hormat orang-orang percaya yang sejati terhadap
Alkitab.
Ayat 10: Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah
biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.
Ayat 11: Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku
jangan berdosa terhadap Engkau.
Ayat 16: Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu;
firman-Mu tidak akan kulupakan.
Ayat 24: Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku,
menjadi penasihat-penasihatku.
Ayat 47: Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang
kucintai itu.
Ayat 77: Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup,
sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku.
Ayat 97: Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya
sepanjang hari.
Pernyataan-pernyataan seperti itu dapat ditemukan sepanjang
Alkitab. Siapa pun yang telah benar-benar menerima keselamatan
akan semakin mengalami hasrat serta motivasi tersebut di dalam
hidupnya. Demikianlah, ia akan mengenali kebenaran yang
diungkapkan dalam kitab 1 Yohanes 2:3-5, di mana kita membaca:
Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau
kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku
mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah
seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi
barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh
57
sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa
kita ada di dalam Dia.
Orang percaya yang sejati mengetahui bahwa perintahperintah Allah mencakup seluruh isi Alkitab. Ia juga tahu perasaan
menakutkan yang dimilikinya ketika ia mengizinkan hasrat-hasrat
yang penuh nafsu dari tubuhnya sehingga menyebabkan dia berbuat
dosa. Ia berempati dengan hamba Allah yang sejati, Daud, yang
telah jatuh ke dalam dosa yang berat. Dan kemudian Daud, di bawah
pengilhaman Roh Kudus, telah mencatat penyesalannya dengan
sepenuh hati, yang kita baca di dalam kitab Mazmur 51.
Rasa Takut dan Gentar
Satu segi dari watak orang yang benar-benar telah
diselamatkan adalah pengenalannya akan kekudusan dan kebenaran
Allah, dan kenyataan bahwa Allah merupakan hakim yang adil atas
seluruh bumi. Di dalam Filipi 2:12, Allah menyatakan:
. . . kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.
Keselamatan yang harus “dikerjakan” orang percaya dalam
hidupnya merupakan hasil dari keselamatan yang telah diberikan
Allah kepadanya. Dan sementara ia bertumbuh dalam kasih karunia
(2 Petrus 3:18), yaitu sementara ia semakin menjalani hidup bagi
kemuliaan Allah dan menjauhi hasrat-hasrat yang penuh dosa dari
tubuhnya yang masih belum diselamatkan, ia melakukannya dengan
rasa takut dan gentar.
Gentar dan takut di hadapan Allah mungkin kedengarannya
sama sekali asing bagi keselamatan yang menakjubkan yang telah
diberikan kepada orang yang telah diselamatkan.
Ini adalah sebuah pernyataan yang mengherankan karena kita
mungkin menyangka bahwa sebagai hasil dari keselamatan kita,
seluruh rasa takut terhadap Allah akan lenyap. Dengan bersikap
gentar dan takut di hadapan Allah mungkin kedengarannya sama
sekali asing bagi keselamatan yang menakjubkan yang telah diberikan
kepada orang yang telah diselamatkan. Misalnya, ia tahu bahwa
Kristus telah membayar lunas seluruh dosanya, dan ia tahu bahwa
ia tidak akan pernah merasa terancam dengan kemungkinan menerima
kebinasaan seutuhnya .
58
Akan tetapi kita harus ingat bahwa orang yang diselamatkan
didiami oleh Roh Kudus. Dan orang percaya yang sejati mulai untuk
semakin mengasihi dan menghormati segala sesuatu yang diajarkan
Alkitab. Oleh karena itu, ia belajar dan menjadi semakin sadar akan
kebesaran Allah. Ia tahu bahwa Allah adalah Allah Yang Mahakuasa
yang telah bersabda dan menciptakan alam semesta yang sangat
luas dan besar ini. Ia tahu bahwa Allah adalah hakim yang mahakuasa
yang mengetahui secara lengkap bahkan dosa yang terkecil sekalipun
di dalam setiap umat manusia. Ia tahu bahwa Allah begitu adil dan
benar sehingga bahkan dosa yang paling kecil pun sudah cukup untuk
menyebabkan seseorang menerima kutukan Allah. Orang percaya
sejati sadar bahwa ia sendiri masih memiliki dosa-dosa walaupun
secara dramatis ia sekarang telah menjadi lebih taat terhadap hukumhukum Allah dibandingkan dengan keadaan sebelum ia
diselamatkan. Ia sepenuhnya sadar akan kenyataan bahwa jika bukan
karena belas kasihan dan kasih karunia Allah, ia layak menerima
kebinasaan.
Di satu pihak, karena kasih dan keyakinannya yang semakin
kuat kepada pengajaran Alkitab, orang percaya yang sejati semakin
tahu bahwa ia berada dalam keadaan aman di dalam Kristus secara
kekal, dan ia tahu bahwa ia tidak pernah terancam dengan
kebinasaan. Ia tahu bahwa seluruh dosanya telah ditanggung oleh
Kristus. Di pihak lain, semakin ia mengenali ajaran-ajaran Alkitab,
semakin ia menyadari bahwa ia layak menerima murka yang
menakutkan dari Allah sebagai pembayaran atas dosa-dosanya. Ia
tahu bahwa hanya karena belas kasihan dan kasih karunia Allah
yang menyebabkan ia dapat menerima keselamatannya. Oleh karena
itu, ia gentar dalam rasa takut dan kagumnya di hadapan Allah. Ia
mengenali kenyataan bahwa keselamatannya sama sekali tak layak
diterimanya .
Itulah sebabnya Alkitab menyatakan bahwa orang-orang yang
benar-benar diselamatkan takut terhadap Allah, seperti yang kita
baca di dalam ayat-ayat berikut ini:
Mazmur 34:9: Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang
kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!
Mazmur 112:1: Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan
TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.
Amsal 3:7: Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,
takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;
59
Prinsip ini juga menekankan kebenaran bahwa mereka yang
tidak mau mendengarkan Firman Allah tidak akan takut kepada
Allah. Alkitab menyatakan hal ini di dalam ayat-ayat berikut:
Yeremia 44:9-10: Sudah lupakah kamu kepada kejahatan nenek
moyangmu, kejahatan raja-raja Yehuda, kejahatan para pemuka
mereka, kejahatanmu sendiri dan kejahatan isteri-isterimu yang
dilakukan mereka di tanah Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem?
Mereka tidak remuk hati sampai kepada hari ini, mereka tidak
takut dan tidak mengikuti Taurat-Ku dan ketetapan-Ku yang telah
Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu.
Yeremia 5:24-25: Mereka tidak berkata dalam hatinya: Baiklah kita
takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada
waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir
musim, dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap
untuk panen. Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan
dosamu menghambat yang baik dari padamu.
Yesaya 57:11-12: Kepada siapa gerangan engkau gentar dan takut,
sehingga engkau berdusta dan tidak mengingat Aku atau memberi
perhatian kepada-Ku? Bukankah karena Aku membisu dan
menutup mata, maka engkau tidak takut kepada-Ku! Aku akan
menyebutkan kesalehanmu dan segala perbuatanmu, tetapi
semuanya itu tidak akan berguna bagimu:
Pengkhotbah 8:13: Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh
kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang
umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah.
Tetapi Kasih Yang Sempurna Melenyapkan Ketakutan
Memang benar bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kasih yang
sempurna melenyapkan ketakutan. Kita membaca di dalam 1 Yohanes
4:18:
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna
melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman
dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Kita mungkin menyimpulkan bahwa karena orang percaya
yang sejati telah mengalami kasih Kristus yang sempurna, maka ia
seharusnya tidak perlu merasa takut lagi. Dalam satu arti, hal itu
benar, kita dapat memahami kata “takut” dalam ayat ini berbicara
tentang rasa takut akan kebinasaan kekal. Kasih Allah yang sempurna
untuk orang-orang percaya yang sejati melenyapkan rasa takut ini.
60
Janji besar akan keselamatan merupakan keselamatan kekal di dalam
Kristus.
Akan tetapi, kita masih harus memperhitungkan seluruh ayat
lainnya yang mengajarkan bahwa ciri dari seorang percaya yang
sejati adalah bahwa ia takut akan Allah (Kisah Para Rasul 9:31, 10:35,
Filipi 2:12, 1 Petrus 2:17, Amsal 1:7, Pengkhotbah 8:12-13). Jika
demikian halnya, bagaimana mungkin kita bisa memahami 1 Yohanes
4:18, yang mengajarkan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan
ketakutan? Pemecahannya datang sewaktu kita mempelajari definisi
Alkitab tentang kasih. Dalam Yohanes 14:21 kita membaca:
Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah
yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan
dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan
menyatakan diri-Ku kepadanya.”
Hukum Allah ini diulangi dalam Yohanes 14:23, di mana
kita membaca:
Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti
firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang
kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
Dengan kata lain, kasih secara keseluruhan berhubungan
dengan ketaatan kepada perintah-perintah Allah, Alkitab. Tak peduli
betapa meyakinkannya seseorang berupaya untuk menyatakan
kasihnya untuk Kristus, ujian yang paling menentukan atau ujian yang
sesungguhnya tentang kasihnya kepada Allah adalah ketaatannya,
yaitu ketaatannya kepada kitab hukum Allah, Alkitab.
Kasih yang sempurna akan membutuhkan ketaatan yang sempurna
Dan itu berarti kasih yang sempurna akan membutuhkan
ketaatan yang sempurna. Akan tetapi, ketaatan yang sempurna tak
mungkin dilakukan sebelum kita menerima tubuh kita yang baru
yang sudah dibangkitkan kembali, dan tubuh-tubuh ini tidak akan
diberikan kepada kita sebelum hari Pengangkatan . Dan sementara
itu, di dalam jiwa kita yang baru yang sudah dibangkitkan, yang
telah kita terima pada saat keselamatan, kita masih hidup di dalam
sebuah tubuh yang masih bernafsu terhadap dosa. Oleh karena itu,
pada saat ini, kita tidak memiliki kasih yang sempurna, dan oleh
sebab itu, kita tidak dapat hidup tanpa rasa takut.
61
Sebelumnya dalam pemahaman kita, kita telah mempelajari
satu alasan mengapa kita merasa takut dan gentar di hadapan Allah,
tetapi lebih banyak hal seharusnya dikatakan mengenai hal itu. Ketika
Daud, seseorang yang berkenan di mata Allah, seseorang yang sangat
dikasihi Allah, berbuat dosa, Allah memberi tahu kita tentang reaksi
dari hati Daud dalam Mazmur pasal 51. Seluruh Mazmur ini mencatat
reaksi Daud, tetapi kita hanya akan mengutip satu ayat saja, Mazmur
51:11, di mana kita membaca:
Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah
mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
Daud telah menerima hidup yang kekal. Ia hidup kekal
dengan aman dalam kerajaan Allah. Bagaimana ia dapat
mengucapkan kata-kata dari Mazmur ini, yang diilhamkan Allah Roh
Kudus untuk diucapkannya. Jawabannya datang sewaktu kita
menyadari hukuman yang sangat besar dari dosa. Setiap dosa
menuntut hukuman. Oleh karena itu, ketika seorang percaya yang
sejati melakukan dosa, dua kebenaran seharusnya menembus seluruh
kepribadiannya.
Tuhan Yesus Kristus harus membayar untuk seluruh
dosa kita, termasuk dosa-dosa yang dilakukan orang percaya
setelah ia menerima keselamatan.
Kebenaran yang pertama adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus
harus membayar untuk seluruh dosa kita, termasuk dosa-dosa yang
dilakukan orang percaya setelah ia menerima keselamatan. Memang
benar, tentu saja, bahwa Allah telah mengetahui dari sejak semula
bahwa orang percaya sejati akan melakukan dosa-dosa itu, dan oleh
karena itu, Allah telah menanggungkan dosa-dosa itu pada Yesus,
dan Yesus telah membayar bagi mereka sejak dahulu. Tetapi hal itu
tidak merubah kenyataan bahwa dosa-dosa tersebut dilakukan oleh
seseorang yang telah mempelajari tentang betapa mengerikannya
dosa itu dan pembayaran sangat besar atas dosa yang dibutuhkan
oleh keadilan Allah yang sempurna. Demikianlah, orang percaya
yang sejati takut dan gentar sewaktu ia menyadari bahwa setiap
kali ia melakukan dosa, dosa ini juga, harus ditanggungkan kepada
Juruselamat kita yang penuh berkat .
Kebenaran yang kedua adalah bahwa orang percaya yang
sejati menjadi semakin mengenal betapa seriusnya dosa itu dan
hukuman menakutkan yang dituntut oleh keadilan Allah yang
62
sempurna sebagai pembayaran atas upah dosa. Ia juga tahu bahwa
setiap kali ia berbuat dosa, ia sedang terlibat di dalam sebuah
pemberontakan melawan Juruselamat yang dikasihinya. Di satu
pihak, ia tahu bahwa dosanya ditutupi oleh darah Yesus yang
tercurah dan tidak akan pernah diperhitungkan terhadapnya . Di
pihak lain, ia tahu bahwa pengampunan atas dosanya terjadi hanya
karena belas kasihan dan kasih karunia Allah. Oleh karena itu,
kenyataan bahwa ia berani untuk berbuat dosa menyebabkan ia
menjalani hidupnya di dalam rasa takut dan gentar di hadapan Allah,
dan hal itu merangsang hasratnya untuk tidak berbuat dosa,
melainkan bahwa dia dapat sungguh-sungguh hidup untuk menjadi
semakin taat kepada seluruh hukum Allah.
Demikianlah, kita memahami bahwa orang yang sudah
diselamatkan akan memiliki sebuah gaya hidup dan suatu sikap yang
sama sekali berbeda terhadap dosa, Allah dan Alkitab, dibandingkan
dengan kehidupan orang-orang yang belum diselamatkan.
Apakah Ada Harapan bagi Saya?
Apakah yang telah kita pelajari sejauh ini berarti bahwa tidak
ada harapan untuk kemungkinan menerima keselamatan? Ya,
memang sesungguhnya hal itu tidak ada harapan jika kita bergantung
dalam cara apa pun pada upaya-upaya kita, iman kita, hasrat kita
atau ketaatan kita untuk menyediakan bahkan sumbangan yang paling
kecil kepada keselamatan kita. Hal ini disebabkan karena jika kita
berpikir bahwa kita dapat memberikan sumbangan apa pun kepada
keselamatan kita, itu merupakan bukti dari suatu sikap
ketidakpedulian yang angkuh terhadap semua yang diajarkan Alkitab
tentang pemeliharaan Allah yang mengherankan dan agung. Itu
berarti bahwa kita sedang mempercayai sebuah rencana keselamatan
yang tidak pernah dapat menyelamatkan siapa pun, dan hal tersebut
sesungguhnya merupakan sebuah penghinaan terhadap rencana
keselamatan Allah yang sempurna.
Kita sedang hidup dalam sebuah masa ketika Allah
sedang menyelamatkan suatu kumpulan besar orang banyak,
yang tak terhitung banyaknya.
Tetapi ketika kita memahami rencana keselamatan Allah,
ketika kita memahami bahwa Ia adalah satu-satunya yang dapat
melakukan segala karya yang dibutuhkan bagi keselamatan kita,
maka kita dapat memiliki pengharapan, pengharapan yang berlimpah-
63
limpah. Kita sedang hidup di dalam sebuah masa ketika Allah sedang
menyelamatkan suatu kumpulan besar orang banyak, yang tak
terhitung banyaknya (Wahyu 7:9). Lagi pula, Alkitab menyatakan
bahwa Allah telah memilih orang-orang tertentu dan menyerahkan
mereka kepada Kristus, dan bahwa Kristus telah membayar lunas
seluruh dosa mereka, dan hal itu menyediakan harapan yang sangat
besar bagi orang-orang yang belum diselamatkan.
Setiap orang yang belum diselamatkan yang memiliki hasrat
yang kuat untuk diselamatkan, dan menyadari bahwa ia hanya dapat
menerima keselamatan berdasarkan persyaratan-persyaratan Allah,
mungkin dapat menjadi salah satu dari umat pilihan Allah atau orangorang yang terpilih. Karena rencana pemilihan Allah tidak ada
hubungannya dengan kelayakan pribadi kita (kita tidak memiliki
kelayakan apa pun), dan betapa besar dan mengerikannya pun dosadosa yang dilakukan seseorang, ia dapat menjadi salah satu dari
umat pilihan Allah sama seperti siapa pun yang telah diselamatkan.
Sesungguhnya, rencana pemilihan Allah memberikan dorongan yang
sangat besar bagi orang-orang yang belum diselamatkan yang mulai
memiliki hasrat yang sungguh-sungguh supaya ia juga dapat
menerima keselamatan.
Paling sedikit ada tujuh kebenaran yang disingkapkan di
dalam Alkitab yang seharusnya merupakan dorongan yang sangat
besar bagi orang yang benar-benar berhasrat agar dosa-dosanya
ditanggung oleh darah Yesus. Kita sudah pernah berbicara beberapa
dari kebenaran-kebenaran tersebut. Akan tetapi, hal-hal ini sangat
penting sehingga kita akan membuat garis besarnya secara singkat
sekali lagi. Dan kebenaran-kebenaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Saat ini merupakan hari keselamatan. Kita telah belajar
bahwa Allah sudah tidak lagi menyelamatkan orang-orang dengan
menggunakan upaya-upaya dari jemaat-jemaat setempat, para
pemimpin mereka, atau anggota-anggota mereka. Akan tetapi, sebuah
pengajaran dari Alkitab yang mengejutkan dan tegas adalah kenyataan
bahwa hari ini, Allah sedang membawa suatu tuaian yang sangat
besar yang terdiri dari orang-orang untuk masuk ke dalam kerajaan
Allah. Sementara pengembangan atas kebenaran ini tak cukup luas
untuk bisa dijelaskan dalam buku kecil ini, sedikitnya kita dapat
mengutip beberapa ayat yang meyakinkan kita bahwa keadaan ini
sesungguhnya demikian.
Dalam Yoel 2:24 kita membaca:
Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum [orang
percaya sejati], dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan
minyak [keselamatan].
64
Dan Alkitab mengatakan dalam Wahyu 7:9:
Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai
jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Lebih lanjut Wahyu 7:13,14 memberitahukan kita:
Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: “Siapakah
mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka
datang?” Maka kataku kepadanya: “Tuanku, tuan mengetahuinya.”
Lalu ia berkata kepadaku: “Mereka ini adalah orang-orang yang
keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah
mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Dalam Habakuk 2:14 kita membaca:
Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan
TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.
Dan dalam Yeremia 33:22, kita membaca:
Seperti tentara langit tidak terbilang dan seperti pasir laut tidak
tertakar, demikianlah Aku akan membuat banyak keturunan
hamba-Ku Daud dan orang-orang Lewi yang melayani Aku.
Ayat-ayat ini dan banyak ayat lainnya memberikan harapan
yang sangat besar kepada setiap orang yang masih belum
diselamatkan yang dengan rendah hati datang kepada Allah dan
memohon belas kasihan-Nya.
Demikianlah, kita dapat merasa yakin bahwa suatu kumpulan
besar orang banyak sedang diselamatkan saat ini. Setiap orang yang
belum diselamatkan kemungkinan besar dapat menjadi salah satu
dari himpunan besar orang banyak itu. Sungguh suatu berkat besar
karena kita tahu bahwa kita sedang hidup dalam sebuah masa ketika
di seluruh pelosok dunia, begitu banyak orang sedang menerima
keselamatan.
2. Latar belakang atau lingkungan di mana Allah
menyelamatkan ialah dengan penyampaian Firman Allah, Alkitab.
Alkitab menyatakan di dalam Roma 10:17:
65
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman
Kristus.
Dewasa ini, lebih daripada saat-saat sebelumnya di dalam
sejarah dunia, persentase orang-orang terpelajar yang lebih tinggi,
dan Alkitab sudah tersedia di dalam bahasa-bahasa asli mereka.
Sungguh suatu dorongan besar bahwa siapa pun dapat menempatkan
dirinya sendiri dan anggota-anggota keluarganya yang sudah
diselamatkan dan yang belum diselamatkan, untuk bisa
mendengarkan pengajaran Alkitab. Ia dapat melakukan hal ini
dengan membaca Alkitab secara pribadi. Dan di dalam banyak
kesempatan, ia dapat mendengarkan Alkitab yang dibacakan dan
diajarkan dengan setia melalui siaran-siaran radio seperti siaran dari
Radio Keluarga. Sesungguhnya, lingkungan yang disediakan Allah
untuk menyelamatkan orang-orang jauh lebih luas dan lebih
membawa pengharapan daripada yang pernah terjadi sebelumnya
dalam sejarah. Dan dengan demikian, kita para orangtua
menginginkan bayi-bayi kita dan semua anak kita mendengarkan
Firman Allah. Dan itu merupakan suatu alasan mengapa radio
merupakan sebuah sarana yang berharga dan penting yang dapat
digunakan untuk menyediakan Injil di dalam masyarakat kita dan
kepada kumpulan besar orang banyak yang tersebar di seluruh dunia.
3. Kristus datang untuk menyelamatkan orang-orang
berdosa. Kristus tidak datang untuk menyelamatkan orang-orang
yang merasa dirinya benar, mereka yang menganggap diri mereka
sopan dan bermoral yang percaya bahwa perilaku mereka yang benar
merupakan sebuah bujukan bagi Allah untuk memandang mereka
berkenan kepada-Nya. Kristus datang untuk menyelamatkan orangorang yang berdosa!
Sungguh suatu hal yang membesarkan hati
ketika kita membaca kisah tentang penjahat yang
disalibkan di samping Yesus.
Sungguh suatu hal yang membesarkan hati ketika kita
membaca kisah tentang penjahat yang disalibkan di samping Yesus.
Pada mulanya, penjahat itu memperlihatkan penghinaan sepenuhnya
terhadap Yesus. Kita membaca di dalam Matius 27:41-44:
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat
dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: “Orang
66
lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia
selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami
akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah:
baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.” Bahkan
penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia
mencela-Nya demikian juga.
Namun demikian, yang mengagumkan adalah, hanya
beberapa menit atau beberapa jam sebelum penjahat yang disalibkan
ini mati, ia memohon belas kasihan kepada Yesus, dan ia menerima
jawaban yang menjamin dia dan menjamin kita bahwa pada saat dan
tempat yang paling tidak memungkinkan itu, ia telah menerima
keselamatan. Kita membaca di dalam Lukas 23:39-43:
Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia,
katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya:
“Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau
menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya
dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan
perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang
sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan
Aku di dalam Firdaus.”
Orang yang berdosa sangat berat itu sedang mendengarkan
Firman karena ia mendengar Yesus berbicara kepada Maria, kepada
Rasul Yohanes, dan kepada Allah sendiri. Dan tepat pada saat itu
dan di tempat itu, orang berdosa yang hina itu telah menerima
kehidupan yang kekal. Demikianlah, siapa pun yang masih belum
menerima keselamatan, tak peduli betapa besar dosanya, dapat
mengetahui bahwa Yesus telah datang untuk orang-orang yang
berdosa. Sungguh suatu dorongan yang sangat indah!
4. Yesus tidak membedakan orang. Ini berarti bahwa tidak
ada kelompok manusia dari kelas tertentu yang lebih memungkinkan
untuk menerima keselamatan dibandingkan dengan kelas atau
kelompok yang lainnya. Seseorang mungkin dikucilkan oleh
masyarakat, dan ia mungkin dianggap sebagai salah satu dari
kelompok yang paling rendah oleh sesamanya, tetapi di dalam
Alkitab, Allah memberi tahu kita tentang orang-orang yang menerima
keselamatan dipandang hina oleh jemaat di zaman Yesus. Contoh-
67
contoh tentang hal ini adalah keselamatan dari perempuan Samaria
(Yohanes 4:4-42), Zakheus si pemungut cukai (Lukas 19:2-8), orang
kusta (Lukas 17:12-19), penjahat yang dihukum mati atas kejahatankejahatannya (Lukas 23:39-43), dan perempuan pezina (Yohanes 8:111). Semua orang ini dipandang sebagai sampah masyarakat, tetapi
Allah menyelamatkan mereka masing-masing. Demikianlah, kita
melihat dengan jelas bahwa Ia tidak membeda-bedakan orang.
Betapa indah kenyataan ini yang dapat terjadi pada setiap orang
yang belum menerima keselamatan.
5. Allah itu penuh dengan belas kasihan. Memang benar
bahwa belas kasihan sudah tidak lagi ditemukan dalam jemaatjemaat setempat di mana para pendeta, penatua, diaken, dan guru
Alkitab melayani orang-orang yang malang itu. Dan betapa
mengerikannya kebenaran itu! Akan tetapi di luar lingkungan jemaatjemaat setempat, di seluruh dunia, Allah terus memperlihatkan
belas kasihan-Nya yang tidak terduga dalamnya. Allah merupakan
Allah yang berbelas kasihan.
Kita membaca di dalam Mazmur 103:8:
TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan
berlimpah kasih setia.
Dan di dalam Ratapan 3:31-32, kita membaca:
Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. Karena
walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut
kebesaran kasih setia-Nya.
Dan Allah dengan indah dan berbelas kasihan menyatakan
dalam Yoel 2:13:
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada
TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya.
6. Secara pribadi, kita dapat mengungkapkan hasrat kita yang
kuat untuk menerima keselamatan kepada Allah. Kita dapat meminta
dan memohon kepada Allah untuk memperoleh keselamatan.
Berdoa kepada Allah merupakan upaya yang kita lakukan, sehingga
kita tahu bahwa berdoa kepada Allah tidak akan menjamin atau
menyumbang kepada keselamatan kita. Tetapi kita dapat mengetahui
68
bahwa sementara kita berseru kepada Allah, Ia akan mengetahui
hasrat kita untuk menerima keselamatan.
Yesus memberi kita ilustrasi tentang pemungut cukai yang
berdoa meminta belas kasihan Allah, yang kita baca di Lukas
18:13-14:
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak
berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
7. Kita tidak pernah dan tidak perlu putus harapan dalam
menanti untuk menerima keselamatan. Jika Allah berencana untuk
menyelamatkan kita, Ia akan melakukannya dalam jadwal waktuNya sendiri. Ia mungkin menyelamatkan kita pada awal masa hidup
kita atau keselamatan mungkin datang pada jam-jam sebelum
kematian kita. Kita tidak boleh berupaya untuk mendiktekan
kerangka waktu dari keselamatan kita kepada Allah, jika memang,
Allah berkehendak untuk menyelamatkan kita.
Jika Allah berencana untuk menyelamatkan kita,
Ia akan melakukannya di dalam jadwal waktu-Nya sendiri.
Kita membaca di dalam Ratapan 3:26:
Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
Dan Allah memberi kita begitu banyak penghiburan di dalam
kitab Mazmur 62:5-8, di mana kita membaca:
Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah
harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota
bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku
dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat
perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu,
hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah
tempat perlindungan kita.
69
Sementara seseorang menanti Tuhan dengan sabar, ia
mungkin dipenuhi dengan kegelisahan yang sangat besar. Menerima
keselamatan merupakan sebuah hal yang sangat serius dan penting.
Tetap berada dalam keadaan belum diselamatkan adalah hal yang
menakutkan.
Indahnya, Allah memberikan banyak penghiburan kepada
kita melalui janji dari Filipi 4:6:
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Kemudian Allah memberi kita jaminan dari Filipi 4:7:
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Demikianlah, Allah menghibur kita dengan memberikan
dorongan untuk bersandar sepenuhnya kepada Dia. Allah
mendorong kita untuk menceritakan segala kekhawatiran. Yang
mengagumkan adalah bahwa Ia secara mutlak setia dan dapat
dipercaya untuk melakukan kehendak-Nya yang sempurna. Kita harus
bersandar pada lengan-Nya yang mahakuasa.
Sementara itu, kita dapat mendengar dari Allah sementara
kita terus membaca Alkitab dengan saksama dan berdoa dengan
sungguh. Dan setiap kali kekhawatiran melanda kita, berkali-kali
kita dengan penuh keberanian dapat menghampiri takhta kasih
karunia Allah untuk menceritakan kepada Allah semua hal itu.
Betapa berbelas kasihannya Allah itu!
Allah memberikan dorongan yang sangat besar kepada
orang-orang yang belum diselamatkan dalam Zefanya 2:3, di mana
kita membaca:
Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri,
yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan
hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan
TUHAN [Yehovah].
Anda.
Dan dengan demikian, mungkin Allah akan menyelamatkan
70
INDEKS AYAT-AYAT KITAB SUCI
Kitab dalam Alkitab
Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Kitab dalam Alkitab
Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Kejadian 9:6,
Kejadian 15:6,
Kejadian 22,
20
42, 43, 45
22
Ratapan 3:26,
Ratapan 3:31-32,
69
68
Bilangan 15,
Bilangan 22:12-13,
Bilangan Pasal
22 and 23,
24, 40, 52
19, 26
20
Yehezkiel 22:30,
Yehezkiel 36:25-27,
Yehezkiel 36:26,
Yehezkiel 37
Yehezkiel 37:1-14,
7
32
12, 38
37
18
Ulangan 28:1,
28:15, 30:6-16,
Ulangan 30:6,
27
41
Yoel 2:13,
Yoel 2:13-14,
Yoel 2:24,
47, 68
47
64
1 Samuel 10:9-12,
19, 26
Mazmur 34:9,
Mazmur 51,
Mazmur 62:5-8,
Mazmur 103:8,
Mazmur 112:1,
Mazmur 119,
59
58
69
68
59
57
Yunus 3,
Yunus 3:9,
Yunus 3:10,
16, 30, 47
30
16
Zefanya 2:3,
47, 70
Amsal 1:7,
Amsal 3:7,
61
59
Matius 5:22,
Matius 7:22,
Matius 9:16,
Matius 9:17,
Matius 15:19,
Matius 27:41-44,
20
16
11
12
10, 36
66
Markus 4:33-34,
Markus 7:21,
52
32
Lukas 13:24,
Lukas 17:12-19,
Lukas 18:13,
Lukas 19:2-8,
Lukas 19:41,
Lukas 23:9-43,
Lukas 23:39-43,
21
67
28
67
19
6
67, 68
Yohanes 3:3,
Yohanes 4:4-42,
Yohanes 4:10-15,
Yohanes 6:37,
14
67
14
6
Pengkhotbah 8:12-13, 61
Pengkhotbah 8:13,
59
Yesaya 57:11-12,
Yesaya 63:5,
Yesaya 66:24,
60
7
20
Yeremia 5:24-25,
Yeremia 17:9, 30,
Yeremia 23:39-40,
24:10,
Yeremia 29:11-13,
Yeremia 29:17-19,
Yeremia 29:18-19,
Yeremia 33:22,
Yeremia 36:1-4,
Yeremia 44:9-10,
60
32, 36
20
29
27
28
65
3
60
71
Kitab dalam Alkitab
Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Yohanes 6:44,
Yohanes 7:38,
Yohanes 8:9,
Yohanes 8:44,
Yohanes 11,
Yohanes 11:39,
Yohanes 14:21,
Yohanes 14:23,
19, 20
14
19, 26
51
11
18, 37
61
11, 61
Kisah Para Rasul
9:31, 10:35,
61
Kisah Para Rasul 16:31, 38
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
Roma
2:11,
2:13-15,
2:14-15,
2:15,
3,
3:10-12,
4:3
4:9,
4:11,
7:21-24,
8:9,
8:35-39,
9:15,
10:13,
10:17,
6
1
19, 26
20
35
5, 18
42, 45
42
40, 41
55
56
55
5
31, 34
30, 65
2 Korintus 11:7,
2 Korintus 11:13-15,
2 Korintus 11:14,
2 Korintus 11:15,
2 Korintus 13:5,
48
49
50, 51
51
24
Galatian 2:16,
Galatian 3:2,
Galatian 3:6,
Galatian 3:11,
Galatian 3:16,
19, 39, 45, 46
47, 48
39, 40
42, 45
40
55
Efesus 1:3-5,
Efesus 1:4,
4
5
72
Kitab dalam Alkitab
Pasal; Ayat-ayat,
Halaman, No.
Efesus 1:13,
Efesus 2:1-3,
Efesus 2:3,
Efesus 2:8,
Efesus 2:8-9,
Efesus 6:9,
40
14
10
16, 40
16
6
Filipus 2:12,
Filipus 3:20,
Filipus 4:6,
58, 61
56
70
Kolose 1:12-13,
Kolose 3:25,
56
6
1 Tesalonika 1:3,
1 Tesalonika 4,
17, 42
13
2 Tesalonika 1:11,
17, 43
Ibrani 4:11,
21
Jakobus 2:23,
45
1 Petrus 1:5,
1 Petrus 1:23,
1 Petrus 2:17,
34
11
61
2 Petrus 1:21,
2 Petrus 3:18,
3
56, 58
1 Yohanes 2:3-5,
57
Wahyu 7:9,
Wahyu 13:8,
Wahyu 19:11,
64, 65
9, 18
39, 48
Kunjungilah situs kami pada alamat internet ini:
www.familyradio.org
Program-program siaran Stasiun Radio Keluarga berdasarkan
ajaran Alkitab tersedia di Internet, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.
Situs ini berisi sebuah pedoman program, sebuah jadwal gelombang
pendek, Pemahaman Alkitab, dan ayat-ayat
Alkitab dalam bentuk audio dan tulisan dalam banyak bahasa.
Anda juga dapat mendengarkan siaran Radio Keluarga atau
mengunduh (download) sebagian besar dari bahan penerbitan Radio
Keluarga dan bahan-bahan berupa ayat-ayat Alkitab dalam bentuk
audio dan tulisan dari situs kami.
Untuk menerima pedoman program tentang siaran-siaran
Injil kami secara cuma-cuma, dan keterangan tentang pelajaran melalui
surat-menyurat dari Sekolah Alkitab kami, serta buku-buku dan
bahan-bahan pelajaran yang disediakan dengan gratis, kirimlah surat
kepada:
Family Radio
Oakland, CA 94621, USA
Alamat e-mail kami adalah: [email protected]
73
74
Download