BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoretis Kajian teoretis ini terdiri dari tiga sub bab yaitu model pembelajaran Think Pair Share (TPS), media gambar dan sintaks pembelajaran Think Pair Share (TPS)berbantuan media gambar. Pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang berisi pengertian model pembelajaran think pair share menurut para ahli, media gambar berisi pengertian media gambar dari para ahli dan kelebihan gambar, dan sintaks pembelajaran think pair share (tps) berbantuan media gambar. 2.1.1 Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Model pembelajaran Think Pair Share(TPS) adalah model pembelajaran kooperatif yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain serta mempunyi tiga tahapan penting yaitu (think), berpasangaan (pair), berbagi (share).Tahap pertama yaitu think, yaitu guru memberi soal pada siswa kemudian siswa diberi kesempatan berpikir secara mandiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahap kedua pair, yaitu siswa dibagi kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan dan bertukar pikiran untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahapan yang ketiga share, yaitu setiap kelompok pasangan saling berbagi pendapat yang sudah didiskusikan dalam kelompok pasangan tadi dengan kelompok pasangan yang lain dalam satu kelas untuk memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Cara berbagi pendapat dengan kelompok lain yaitu salah satu kelompok mencoba memberikan pendapat dari kelompoknya ke depan kelas, sedangkan kelompok lain dapat memberikan tanggapan dan saran kepada kelompok yang maju. Sugiyanto (2010) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para 6 7 pengajar dalam pembelajaran. merancang dan melaksanakan aktivitas Joyce & Weil dalam Rusman (2012:133) berpendapat bahwa: Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pelajaran dikelas atau yang lain. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Isjoni (2011:132) salah satu model pembelajaran yang memberikan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain adalah Think Pair Share menurut Isjoni. Menurut suyitno (2012) Model Think-Pair-Share (TPS), tumbuh dari pembelajaran kooperatif. Think-Pair-Share (TPS) dapat juga disebut sebagai model belajar mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland Think-Pair-Share (TPS) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lain. Menurut Trianto dalam Arends (1997) bahwa: “Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu”. Slavin (2010:257) menyatakan bahwa: Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaba. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. 8 Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa pada Think Pair Share ada 3 tahap yaitu tahap Think atau peserta didik harus berpikir secara individu, tahap Pair atau tahap berpasangan untuk bertukar pendapat dengan teman dan tahap Share atau tahap presentasi hasil diskusi mereka yang kemudian akan membuat para siswa dapat mengetahui pengetahuan dari kelompok lain. Sehingga rasa toleransi, kepedulian antar sesama siswa akan tumbuh. Ciri-ciri model think pair share menurut Suprijono (2010:91) adalah : 1) “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. 2) “Pairing”, pada tahap ini meminta peserta didik berpasangpasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui intersubjektif dengan pasangannya. 3) Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari. Menurut Suprijono (2010:91) tujuan Think Pair Share adalah: 1) “Think” guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikrkan jawabannya 2) “Pairing” diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. 3) “Sharing” diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari. Menurut Isjoni dalam Jarolimek dan Parker (2010: 36) bahwa beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1) Saling ketergantungan yang positif, 2) Adanya pengakuan dan merespon perbedaan individu, 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) Suasana kelas yang rileks 9 dan menyenangkan, 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, 6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Solihatin(2009: 6) mengemukakan bahwa: “Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantar sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik”. Lie (2005: 46) mengemukakan kelebihan dari kelompok berpasangan yaitu 1) meningkatkan partisipasi anak, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak kesempatan untuk montribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, 5) lebih mudah dan cepat membentuknya Model Think Pair Share merupakan teknik sederhana yang mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan pertisipasi siswa mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke dalam kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam kelompok (share). Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersamasama mencari solusinya. Isjoni (2010: 112), mengatakan bahwa: Model Think Pair Share adalah memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Selain itu dapat mengoptimalkan partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Trianto (mengutip simpulan Arends) bahwa: “Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”. Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu (2011: 132). 10 2.1.2 Media Gambar Jhon D. Lateheru (1988: 41) mengatakan bahwa “Gambar adalah foto atau sejenisnya yang menampakkan orang, tempat, dan benda. Foto dapat bersifat visual konkrit yang menampilkan objek dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik”. Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, baik yang ditulis maupun yang diucapkan Amir Hamzah S, (1981: 27). Rudi Susiana (2008:15) mengatakan “media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Biasanya sama dengan bentuk foto yaitu gambar diam. Foto-foto yang menampilkan gambar bentuk dan wujud yang sesuai dengan aslinya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambar merupakan foto atau sejenisnya didapat dan menampilkan bentuk dan wujud sesuai dengan aslinya sehingga dapat dilihat dengan jelas dan membantu yang melihatnya mengingat dan mengerti arti. Kelebihan yang lain dari media gambar adalah : a. Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata, b. Gambar dapat mengatasi masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anakanak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya. c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman dan, e. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus. Oleh sebab itu dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh dari internet kemudian diprint agar lebih mudah dibawa dan ditunjukkan kepada siswa 11 dalam proses belajar mengajar dengan tujuan siswa akan lebih mudah mengingat materi pelajaran yang dipelajari sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru sehingga hasil yang diperoleh akan memuaskan. 2.1.3 Penerapan Model Think Pair Share (TPS) dengan media gambar Sintaks pembelajaran model Think Pair Share berbantuan media gambar terdapat pada tabel 2. 12 Tabel 2 Sintaks Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Gambar No Langkah-langkah 1 Tahap 1 Pendahuluan 2 Tahap 2 Think 3 Tahap 3 Pair Tahap 4 Share 4 Tahap 5 Penghargaan Kegiatan pembelajaran a. Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktifitas pemecahan masalah b. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. a. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi dengan menujukkan gambargambar perkembangan teknologi komunikasi kepada siswa. b. Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada seluruh siswa c. Siswa mengerjakan LKS secara individu a. Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya b. Siswa berdiskusi denganpasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan a. Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru a. Siswa dinilai secara individu dan kelompok Karena pembelajaran ini menggunakan TPS dengan berbantuan media gambar, maka guru dalam memberikan materi dengan menunjukkan dan 13 memberikan gambar-gambar alat teknologi komunikasi kepada setiap kelompok agar dalam menyelesaikan soal yang diberikan menjadi mudah dan jelas dalam mengerjakan. 2.1.4 Belajar dan Hasil Belajar Dalam belajar terdapat pengertian dari para ahli mengenai belajar, prinsip belajar dn tujuan belajar. Pada hasil belajar terdapat pengertian hasil belajar dari para ahli, dan faktor yang mempengaruhi hasil belajar. 2.1.4.1 Belajar Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:2), “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas”. Menurut Morgan dalam Suprijono (2009:3), “belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil pengalaman”. Menurut Yamin (2007: 96) belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010:35), “belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap seta kemampuan intelektual, sosial, afektif, maupun psikomotor”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan sebagai hasil pengalaman dan perubahan tingkah lakunya dapat diamati. Proses belajar yang berlangsung menyebabkan terjadinya perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa , baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. Berdasarkan teori taksonomi Bloom dalam Hermawan (2011:10.20,) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Dengan perincian sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Ranah ini tertidi dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif 14 Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai. 3. Ranah Psikomotor Ranah ini meliputi keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Prinsip belajar yang pertama adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku memiliki ciri-ciri seperti : a. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, b. Permanen atau tetap, c. Bertujuan dan terarah, d. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. Prinsip belajar yang kedua adalah belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Dan prinsip belajar yang ketiga belajar merupakan bentuk pengalaman. Tujuan belajar adalah untuk mendapat pengetahuan sehingga mampu berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. 2.1.4.2Hasil Belajar Menurut Hermawan (2011:10.20), “hasil belajar mengacu pada sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan”. Menurut Udin (2011:4.42), “hasil belajar dinilai melalui beragam cara dan perwujudan menggunakan berbagai bentuk”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Dan hasil belajar tersebut digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor dari luar (ekstern) yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program seklah, 15 guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan menantang. Faktor dari dalam (intern) berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi adalah motivasi. Berdasarkan teori taksonomi Bloom dalam Hermawan (2011:10.20) hasil belajar terdiri dari 3 ranah yaitu: 1). Ranah Kognitif Ranah ini tertidi dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2). Ranah Afektif Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai. 3). Ranah Psikomotor Ranah ini meliputi keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). 2.2 Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, dilakukan oleh Ristina Prihatiningsih (2011) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SD Negeri 2 Jagalan Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2010/ 2011” menyimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar perkalian siswa kelas II SD Negeri 2 Jagalan Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Irma Wahyutin (2011) yang berjudul “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menjumlahkan Bilangan Bulat Bagi Siswa Kelas IV SDN Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011” menyimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think 16 Pair Share dapat meningkatkan kemampuan menjumlah bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Nikmatu Rohmah (2010) dengan judul meningkatkan hasil belajar IPS melalui media gambar pada siswa kelas II SDN Turi 1 Kota Blitar mengatakan bahwa dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPS meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Charlotte Ambat harun dan Siti Nadiroh (2010) dengan penerapan Model Think Pair Share dalam Pembelajaran Speaking di Kelas III Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) menyimpulkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran tersebut kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan ekspresif dan pronunciation kata-kata bahasa inggris sudah baik. Hasil penelitian yang relevan tersebut secara jelas digambarkan dalam tabel 3. 17 Tabel 3 Hasil Penelitian yang Relevan No Nama Mapel Peneliti Ristina Matematika Prihatiningsih Variabel yang diteliti Hasil Belajar Perkalian 2 Irma Wahyutin Kemampuan 2011 Menjumlahkan Bilangan Bulat 3 Umi Nikmatu IPS Rohmah Hasil Belajar IPS 2010 4 Dra. Charlotte Ambat harun Pembelajaran Speaking 2010 1 Matematika Bahasa Inggris Tahun 2011 Subjek Penelitian Siswa Kelas 2 SD Negeri 2 Jagalan Karangnongko Klaten. siswa kelas IV SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Siswa kelas II SDN Turi 1 Kota Blitar. Siswa Kelas III Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung). Dari penelitian di atas ada persamaan dengan apa yang dilakukan oleh peneliti penggunaan model pembelajaran Think Pair Share. Perbedaanya adalah mata mata pelajaran, variabel yang diteliti dan kelas yang diteliti tidak sama. 2.3 Kerangka Pikir Menurut Uma dalam Sugiyono (2010:91), “ kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Penerapan Think Pair Share berbantuan media gambar dipandang akan meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa karena model pembelajaran TPS a. memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan, karena secara tidak langsung 18 memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan guru,serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. b. siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikirannya dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. c. siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri 2 orang d. siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. e. memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. Menggunakan media gambar memungkinkan siswa lebih memahami apa yang dipelajari karena dengan gambar yang dilihat siswa akan lebih jelas dalam mengingat materi yang diajarkan. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kerangka berpikir, maka ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut : “ melalui penerapan Think Pair Share berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang materi perkembangan teknologi komunikasi pada siswa kelas 4 SD Negeri Candi Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester 2/2012-2013”