PENGARUH TEMPERATUR HARDENING PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP UJI KEKERASAN DAN IMPACT BAJA AISI 1060 1,2 Maxtigor H. Sinaga1, Muslich Nasution. MT.2 Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan 2016 E-mail :[email protected] ABSTRAK Proses pengerasan atau hardening untuk suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada temperatur austenisasi yang digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit yang kemudian di quenching.Pada tahap ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya atom-atom sehingga terbentuk struktur body center tetragonal atau struktur yang tidak setimbang yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas.Adapuntujuanyang ingindicapaipadapenelitianiniadalalhuntuk mendapatkan nilai kekerasan, energi yang diserap (E), dan harga impact (HI)pada setiap spesimen baja karbon AISI 1060 sebelum dan sesudah Hardening. Hasil penelitian diperoleh nilai HRC tertinggi didapat pada spesimen yang tidak dipanaskan yaitu sebesar 5,83, pada pemanasan 900⁰C sebesar 5 dan terendah diperoleh pada pemanasan 850⁰C sebesar 3,5. Nilai E tertinggi didapat pada spesimen yang dipanaskan pada suhu 900⁰C yaitu sebesar 293,97 Joule dengan harga impact sebesar 3,27 Joule/mm2. Untuk spesimen yang dipanaskan pada suhu 850⁰C diperoleh nilai E terendah yaitu 292,36 Joule dengan harga impact 2,96 Joule/mm2. Kata kunci: Hardening, Baja AISI 1060, Kekerasan, Impact. ABSTRACT The process of hardening to a head treatment process is performed to produce a head workpiece,the process is carried out at a high temperature at temperature austenisasi use to dissolve the cementite in autenite then quenching. In this stage will result in rapping carbon that will causing the shifting atoms so forming the body center tetragonal structure or structures that are not balanced called martensite brittle and strong goals to be achived in this research is to optain hardness value ,the absorbed energy prices and carbon steel specimens inpact .AISI 1060 before and after the research the study hardening.Result highest values obtained HRC obtained specimens hat are not heated in the amount of 5,83 at 900⁰C heating by 5 and the lowest was obtained on waring 3,5 the value of 850⁰C is equal to the energy absorbed the highest obtained of specimen is heated at a temperature of 900 ⁰C is equal to 293,97 joules at a price at 3,27 joule / mm2. to the specimen is heated at a temperature of 850⁰C obtained the lowest value of the energy absorted is equal to a price of 292,36 joules impact of 2,96 joules /mm.2 Keywords: Hardening, AISI 1060, Hardness,Impact. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, suatu hasil produksi harus diimbangi dengan peningkatan suatu hasil produksi, saat ini material baja sebagai bahan utama dalam proses produksi. Ini dikarenakan baja carbon dan paduan baja termasuk logam yang memiliki kekuatan tinggi.Pengunaan baja pada dunia industri sudah sejak dulu populer.Namun mempunyai sifat yang kurang baik, tidak tahan terhadap karat.yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain: komposisi kimia, perlakuan panas, cairan pendingin, temperatur pemanasan dan lain-lain. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitis), holding time, dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability. Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Cu. Sifat baja karbon tergantung pada kadar karbon, oleh karena itu baja ini dikelompokkan berdasarkan pada kadar karbonnya. Pada pengelompokannya baja karbon dibagi menjadi tiga, yaitu baja karbon rendah (low Carbon Steel) baja ini mengandung karbon 0,03% - 0,05%, baja karbon menengah (Medium High Carbon Steel ) mengandung karbon 0,3% - 0,60%, baja karbon tinggi (High Carbon Steel) mengandung karbon 0,60% - 0,75%, baja karbon sangat tinggi (Very High Carbon Steel) mengandung karbon 0,75% - 1,90%.Dari latar belakang yang telah di uraikan di depan maka penelitian lebih menitik beratkan pada “Pengaruh temperatur hardening pada proses perlakuan panas terhadap uji kekerasan dan uji impact baja karbon AISI 1060”, dengan alasan bahwa penentuan hardening yang digunakan pada proses impact berpengaruh dalam menentukan kekerasan yang dihasilkan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa rumusan yaitu: 1. Bagaimanakah kekerasan yang dimiliki baja karbon AISI 1060 setelah diberikan perlakuan panas dengan variasi temperatur hardening? 2. Bagaimanakah ketangguhan impact yang dimiliki baja karbon AISI 1060 setelah diberikan perlakuan panas dengan variasi temperatur hardening? Batasan Masalah Agar dalam penyusunan skripsi ini lebih mengarah ke tujuan penelitian dengan membatasi pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bahan yang digunakan adalah baja karbon AISI 1060. 2. Suhu hardening yang digunakan adalah 850°C, 900°C, dan 950°C. 3. Media pendingin pada perlakuan panas adalah Oli SAE 40. 4. Pengujian kekerasan hasil proses perlakuan panas dengan metode Rockwell. 5. Pengujian ketangguhan impact hasil proses perlakuan panas dengan metode Charpy. Tujuan Penelitian Adapuntujuanyang ingindicapaipadapenelitianiniadalah: 1. Untuk mendapatkan nilai kekerasan pada setiap spesimen baja karbon AISI 1060 sebelum dan sesudah Hardening. 2. Untuk mengetahui besar energi yang diserap (E) dan harga impact (HI) pada setiap spesimen baja karbon AISI 1060 sebelum dan sesudah Hardening. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti dapat menerapkan apa yang dipelajari di buku dengan terjun langsung melakukan proses perlakuan panas terhadap baja karbon AISI 1060. 2. Bagi akademik dapat menambah pengetahuan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan guna referensi penelitian selanjutnya. 3. Bagi industri dapat memberikan manfaat apabila pada suatu konstruksi memerlukan proses perlakuan panas untuk material yang dipakai. 2. TINJAUANPUSTAKA Heat Treatment Prosesperlakuanpanas(HeatTreatment) adalahsuatuprosesmengubahsifat logamdengancaramengubahstrukturmikromelalu iproses pemanasandan pengaturankecepatanpendinginandenganatautanp a merubahkomposisi kimialogamyang bersangkutan.Adanya sifatalotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur mikrodari berbagaijenislogam.Alotropikitusendiriadalah merupakan transformasidarisatubentuksusunan atom(selsatuan) ke bentuksusunan atomyanglain.Pada temperature di bawah910⁰CselsatuannyaBody CenterCubic (BCC), temperatur antara 910⁰C dan 1392⁰C sel satuannya FaceCenter Cubic (FCC) sedangkan temperatur diatas 1392⁰C sel satuannyakembali menjadi BCC. Proses perlakuan panasadaduakategori,yaitu: a. So ftening(Pelunakan) adalahusahauntukmenurunkansifatmeka nik agarmenjadilunakdengancaramendingin kanmaterialyang sudah dipanaskan didalamtungku(annealing)atau mendinginkan dalamudara terbuka(normalizing). b. Ha rdening (Pengerasan) adalah usaha untuk meningkatkan sifat materialterutamakekerasandengancara celupcepat(quenching)material yangsudahdipanaskankedalamsuatumedi aberupaair,air garam, maupun oli. Berikut adalah macam-macam proses Heat Treatment yang biasanya dilakukan yaitu: Hardening Hardening adalahperlakuanpanasterhadaplogamdengansasar an meningkatkan kekerasan alamilogam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu penghentianyang memadaipadasuhupengerasan danpendinginan (pengejutan)berikutnyasecara cepat dengankecepatanpendinginankritis. Tempering Perlakuanuntukmenghilangkantegangan dalam danmenguatkanbaja dari kerapuhandisebut dengan memudakan(tempering). Tempering didefinisikan sebagaiproses pemanasanlogamsetelahdikeraskan pada temperature tempering(dibawahsuhukritis),yang dilanjutkandengan prosespendinginan. Annealing Annealingadalahperlakuan panas logam dengan pendinginanyang lambat berfungsiuntukmemindahkan tekanan internalatau untukmengurangidan menyuling struktur Kristal (melibatkanpemanasandiatas temperature kritis bagian atas. Normalizing Normalizingadalah perlakuan panas logam disekitar40⁰Cdiatasbatas kritis logam,kemudianditahanpada temperature tersebutuntukmasa waktuyang cukupdandilanjutkandenganpendinginnanpadaud ara terbuka.Pada prosespendinginan initemperatur logamterjagauntuk sementarawaktusekitar 2 menitper mmdari ketebalan-nya hingga temperatur spesimen sama dengan temperatur ruangan, dan struktur yang diperolehdalamprosesini diantaranyaperlit(eutectoid), perlit brownferrite(hypoeutectoid)atau perlit brown cementite (hypereutectoid). Holding Time Holdingtimedilakukan untukmendapatkan kekerasan maksimumdari suatu bahan pada proses hardeningdengan menahan pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga strukturaustenitnyahomogeny atauterjadikelarutankarbida kedalam austenite,difusikarbondanunsur paduannya. Quenching Proses quenchingmelibatkanbeberapa factor yangsalingberhubungan.Pertamayaitujenismedia pendingindankondisiprosesyangdigunakan, yang keduadalah komposisikimia danhardenbility dari logamtersebut. Hardenbilitymerupakanfungsidari komposisikimia danukuranbutir pada temperature tertentu.Selainitu,dimensidarilogamjuga berpengaruh terhadap hasilprosesquenching. Baja Karbon Bajaadalah logam paduan,dimanalogam besiadalahunsurdasarnyayang diikutidenganbeberapaelemenlainnyatermasuk karbon.Kandunganunsur karbondalambajaberkisarantara0.2%hingga2.1% sesuai jenisbajaitu sendiri. Karbon,mangan,fosfor, sulfur, silikon,adalah elemen-elemen yang adapadabajakarbon.Selainitu,adaelemenlainyang ditambahkanuntuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadiumdan niobium denganmemvariasikan kandungankarbondan unsurpaduanlainnya kita dapatmendapatkankualitasbajayangkitainginkan. Fungsikarbondalam bajaadalahsebagaiunsurpengerasdenganmencega hdislokasi bergeserpada kisikristal (crystallattice)atombesiPenambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness)dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnyamenjadigetas(brittle)sertamenurunk an keuletannya(ductility)Sedangkan Mangan dipadukan dalam baja karbon dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan luluh dengan kandungan tidak lebih dari0,5% untuk dapatmencegahterjadinyakegetasanpadasuhuting gi(hotshortness)dan untuk mempermudah prosesrollingsaat pembentukan raw material.UntukPoshphor(P)danSulfur(S)Kedua unsurinisedapatmungkin diminimalisir dalampaduanbaja karbon,karenapada dasarnya sulituntuk mendapatkanpaduanbaja karbon tanpa phosphor dansulfur.Phosphor menimbulkan sifat getas dan menurunkan kekuatan baja dalam menahan bebanbenturanpada suhurendah. SedangkanSulfurmenyebabkanbaja menjadigetas padasuhutinggi.Karenahalitu,batas maksimalkandungan keduanyatidak boleh melebihi 0,05%. Mekanisme Penguatan Logam Penguatan logam yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain dengan mekanisme pengerasan regangan (strain hardening), larut-padat (solid-solution), fasa kedua, presipitasi, dispersi, penghalusan butir dan tekstur. Standarisasi Baja Berikut ini beberapa macam standarisasi baja yang banyak dipakai yaitu: 1. Amerika Serikat 2. Jepang (JIS = Japan Industrial Standar) 3. Standarisasi Jerman (DIN = Deutsche Industrie Norman) 4. Standarisasi Perancis (NF) Baja Karbon AISI Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi selama ribuan tahun, penggunaannya menjadi semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih efisien ditemukan pada abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad ke-19, baja menjadi material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi lebih murah..Baja modern secara umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh beberapa lembaga-lembaga standar. 1. Terdap at 3 macam besi mentah a. mentah putih b. mentah kelabu Besi Besi c. Besi mentah bentuk antar 2. Sifatsifat utama baja untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan a. Ketegu han (solidity) artinya mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur. b. Elastisit as (elasticity) artinya kemampuan atau kesanggupan untuk dalam batas-batas pembebanan tertentu, sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula. c. Kekeny alan /keliatan (tenacity) artinya kemampuan atau kesanggupan untuk dapat menerima perubahan bentuk yang besar tanpa menderita kerugian kerugian berupa cacat atau kerusakan yang terlihat dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek. d. Kemun gkinan di tempa (malleability) sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dapat di rubah bentuknya. e. Kemun gkinan di las (weklability) artinya sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tanpa merugikan sifat-sifat keteguhannya. f. Kekera san (hardness) kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain. Uji Impact Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading).Pengujian impact merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut.Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan, dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat, Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mmdankedalaman2mm. Mesin uji impactcharpy Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi. Prinsip dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan. Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga menabrak benda uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah Jadi dengan demikian, energi yang diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada kedudukkan bawah (tinggi ayun Bentuk perpatahan dapat dilihat langsung dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan mikroskop. Standar ASTM uji impact ditunjukkan pada gambar. Pengujian Impact Metode Charpy . a. Pengu jian Impact Metode Izod Metode uji Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa, Benda uji Izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takik V di dekat ujung yang dijepit, kemudian uji impact dengan metode ini umumnya juga dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditujukan untuk material-material yang didisain untuk berfungsi sebagai cantilever Faktor yang mempengaruhi kegagalan material pada pengujian impak adalah: Brinell (HB/BHN) Metoda uji kekerasan yang di ajukan oleh J.A Brinell pada tahun 1900 ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertamakali banyak digunakan dan di susun pembakuannya. Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam menggunakan indentor. Indentor untuk brinell berbentuk bola dengan diameter 10mm, diameter 5mm, diameter 2,5mm, dan diameter 1mm, itu semua adalah diameter bola standar internasional. Uji kekerasan Brinell dapat dirumuskan dengan persamaan 2.3. 1. Notch Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial stress. 2. Temperatur Pada temperature tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi elektronnya yang semakin rendah, begitupun sebaliknya. 3. Strainrate Jika pembebanan di berikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Uji Kekerasan (Hardness) Uji kekerasan atau hardness test merupakan salah satu cara untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan suatu (bahan) material. Sedangkan kekerasan itu sendiri (hardness) ialah salah satu sifat mekanik dari suatu material selain sifat fisik dan teknologi yang dimilikinya. Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanis dari suatu material.Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalampenggunaannya akan mengalami pergesekan (frictional force) dan deformasiplastis.(frictional force) dan deformasiplastis. Di dunia teknik umumnya pengujian kekerasan menggunakan tiga macammetode pengujian yaitu metode Brinell, Rockwell, dan Vickers. Dimana: D = diameter bola (mm) d = impression diameter (mm) F = Load (beban) (kgf) Gambar 2.6. Skema pengujian Brinell Semakin keras logam yang diuji, maka semakin tinggi nilai HB. Bahan-bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk uji kekerasan Brinell adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Mesin uji kekerasan Brinell. Bola baja untuk Brinell (Brinell Ball). Mikroskop pengukur. Stopwatch. Mesin gerinda. Ampelas kasar dan halus. Benda uji (test specimen). Apabila kita memakai bola baja untuk uji Brinell, biasanya yang terbuat dari baja krom yang telah disepuh atau cermentite carbide. Bola Brinell ini tidak boleh berdeformasi sama sekali di saat proses penekanan ke permukaan logam uji.Standar dari bola Brinell yaitu mempunyai Ø 10 mm atau 0,3937 in, dengan penyimpangan maksimal 0,005 mm atau 0,0002 in. Selain yang telah distandarkan di atas, terdapat juga bola-bola Brinell dengan diameter lebih kecil (Ø 5 mm, Ø 2,5 mm, Ø 2 mm, Ø 1,25 mm, Ø 1 mm, Ø 0,65 mm) yang juga mempunyai toleransi-toleransi tersendiri. Misalnya, untuk diameter 1 sampai dengan 3 mm adalah lebih kurang 0,0035 mm, antara 3 sampai dengan 6 mm adalah 0,004 mm, dan antara 6 sampai dengan 10 mm adalah 0,005 mm. Penggunaannya bergantung pada gaya tekan P dan jenis logam yang diuji, maka penguji harus dapat memilih diameter bola yang paling sesuai. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji kekerasan logam dengan metode Brinell, yaitu: 1. Memeriksa dan mempersiapkan specimen sehingga siap untuk diuji. 2. Memeriksa dan mempersiapkan mesin yang akan dipakai untuk menguji. 3. Melakukan pemeriksaan pada pembebanan, diameter bola baja yang digunakan, dan alat pengukur waktu. 4. Membebaskan beban tekan dan mengeluarkan bola dari lekukan lalu memasang alat optis untuk melihat bekas yang kemudian mengukur diameter bekas sebelumnya secara teliti dengan mikrometer pada mikroskop. Pengukuran diameter ini untuk sebuah lekuk dilakukan dua kali secara bersilang tegak lurus dan baru dari dua nilai diameter yang diperoleh, diambil rataratanya. Kemudian dimasukkan ke dalam rumus Brinell untuk memperoleh hasil kekerasan Brinell-nya (HB). 5. Melakukan proses pengujian sebanyak lima kali sehingga diperoleh nilai ratarata dari uji kekerasan Brinell tersebut. 6. Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari titik pusat lekukan baik dari tepi specimen maupun dari tepi lekukan lainnya minimal 2 dari 3/2 diameter lekukannya. Standar yang digunakan dalam metode Brinell yaitu ASTM E10 dan ISO 6506.Kelebihan metode Brinell yaitu sangat dianjurkan untuk material-material atau bahan. Rockwell (HR/RHN) Pengujian rockwell menggunakan indentor bola baja diameter standar (diameter 10 mm, diameter 5 mm, diameter 2,5 mm, dan diameter 1 mm) dan indentor kerucut intan. pengujian ini tidak membutuhkan kemampuan khusus karena hasil pengukuran dapat terbaca langsung, tidak seperti metoda pengujian Brinell dan Vickers yang harus dihitung menggunakan rumus terlebih dahulu.Pengujian ini menggunakan 2 beban, yaitu beban minor/minor load (F0) = 10kg dan beban mayor/mayor load (F1) = 60 kg sampai dengan 150kg tergantung material yang akan di uji dan tergantung menu rockwell yang dipilih (ada HRC, HRB, HRG, dan HRD. Untuk menguji material yang kekerasannya sama sekali belum diketahui kita harus menggunakan rockwell HRC. HRC menggunakan indentor kerucut intan dan beban 150kg.Ini dimaksudkan untuk mencegah rusaknya indentor karena kalah keras dibandingkan material yang di uji.Pengujian kekerasan dengan metode ini bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu bahan/material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut. Nilai rockwell dengan persamaan 2.4. HR = E – e ..................................................(2.4) Dimana: HR = besarnya nilai kekerasan dengan metode Rockwell E = jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line. e = jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm Gambar 2.7. Skema pengujian Rockwell Adapun standar kekerasan metode pengujian Rockwell ditunjukkan pada tabel berikut Tabel 2.5. Skala kekerasan metode pengujian Rockwell Tabel 2.6. Skala kekerasan dan pemakaiannya Skala Pemakaiannya A Untukcarbide cementite, baja tipis, dan baja dengan lapisan keras yang tipis B Untuk paduan tembaga, baja lunak, paduan alumunium, dan besi tempa C Tingkatan skala kekerasan menurut metode Rockwell dapat dikelompokkan menurut jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala. Dalam metode Rockwell ini terdapat dua macam indentor yang ukurannya bervariasi, yaitu : 1. D E K F B G erucut intan dengan besar sudut 120º dan disebut sebagai Rockwell Cone. 2. ola baja dengan berbagai ukuran dan disebut sebagai Rockwell Ball. Untuk cara pemakaian skala ini, kita terlebih dahulu menentukan dan memilih ketentuan angka kekerasan maksimum yang boleh digunakan oleh skala tertentu. Jika pada skala tertentu tidak tercapai angka kekerasan yang akuran, maka kita dapat menentukan skala lain yang dapat menunjukkan angka kekerasan yang jelas. Berdasarkan rumus tertentu, skala ini memiliki standar atau acuan, dimana acuan dalam menentukan dan memilih skala kekerasan dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut : H K L M Untuk baja, besi tuang keras, besi tempa peritik, titanium, baja dengan lapisan keras yang dalam, dan bahan-bahan lain yang lebih keras daripada skala B-100 Untuk baja tipis, baja dengan lapisan keras yang sedang, dan besi tempa peritik Untuk besi tuang, paduan alumunium, magnesium, dan logam-logam bantalan Untuk paduan tembaga yang dilunakkan dan pelat lunak yang tipis Untuk besi tempa, paduan tembaga, nikel-seng, dan tembaga-nikel Untuk alumunium, seng, dan timbal Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis P R S V Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis Pembebanan dalam proses pengujian kekerasan metode Rockwell diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama disebut beban minor dan tahap kedua(beban utama) disebut beban mayor.Beban minor besarnya maksimal 10 kgsedangkan beban mayor bergantung pada skala kekerasan yang digunakan.Berikut ini merupakan cara pengujian dan penggunaan dengan menggunakan metode pengujian Rockwell, yaitu; 1. C ara pengujian kekerasan Rockwell Cara Rockwell ini berdasarkan pada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan tertentu ke permukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor, maka yang akan dijadikan dasar perhitungan untuk nilai kekerasan Rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter atau diagonal bekas lekukan, tetapi justru dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu. Inilah perbedaan metode Rockwell dibandingkan dengan metode pengujian kekerasan lainnya.Pengujian Rockwell yang umumnya dipakai ada tiga jenis, yaitu HRA, HRB, dan HRC.HR itu sendiri merupakan suatu singkatan kekerasan Rockwell atau Rockwell Hardness Number dan kadang-kadang disingkat dengan huruf R saja. 2. Cara penggunaan mesin uji kekerasan Rockwell. Sebelum pengujian dimulai, penguji harus memasang indentor terlebih dahulu sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan, yaitu indentor bola baja atau kaerucut intan. Setelah indentor terpasang, penguji meletakkan specimen yang akan diuji kekerasannya di tempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan digunakan untuk proses penekanan. Untuk mengetahui nilai kekerasannya, penguji dapat melihat pada jarum yang terpasang pada alat ukur berupa dial indicator pointer. Kesalahan pada pengujian Rockwell dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu a. Benda uji. b. Operator. c. Mesin uji Rockwell. Kelebihan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu : a. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras. b. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik. c. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak. Kekurangan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu : a. Tingkat ketelitian rendah. b. Tidak stabil apabila terkena goncangan. c. Penekanan bebannya tidak praktis. Vickers (HV/VHN) Uji vickers dikembangkan di inggris tahun 1925. Dikenal juga sebagai Diamond Pyramid Hardness test (DPH). Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan, besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling berhadapan adalah 136 derajat. Ada dua rentang kekuatan yang berbeda, yaitu mikro (10g–1000g) dan makro (1kg–100kg).Metode ini bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu bahan/material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometrik berbentuk piramida.Beban yang digunakan juga jauh lebih kecil dibanding yang digunakan pada pengujian Rockwell dan brinell yaitu antara 1 sampai 1000 gram. Nilai kekerasan vickers dirumuskan dengan persamaan 2.5 atau persamaan 2.6. HV = 𝐹. Sin 136°/2 D²/2............................. (2.5) HV = (1,8544×F)/D² ....................................(2.6) Dimana: HV = angka kekerasan Vickers D = diagonal (mm) F = beban (kgf) Standar pengujian Vickers yaitu ASTM E 384 (Rentang micro 10gr – 1000gr), ASTM E 92 (Rentang macro 1kg – 100kg), dan ISO 6507 (micro dan macro). logam-logam yang dilunakkan dan mengakibatkan pengukuran panjang diagonal yang berlebihan. Lekukan berbentuk tong (gambar 2.4c) akibat penimbunan ke atas logamlogam di sekitar permukaan penekan tedapat pada logam-logam yang mengalami proses pengerjaan dingin.Gambar 2.9. Tipe-tipe lekukan piramid intan: (a) lekukan yang sempurna, (b) lekukan bantal jarum, (c) lekukan berbetuk tong. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji kekerasan logam dengan metode Vickers, yaitu: Gambar 2.8. Skema pengujian Vickers Karena jejak yang dibuat dengan penekan piramida serupa secara geometris dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak tergantung kepada beban.Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg. tergantung pada kekerasan logam yang akan diuji.Lekukan yang benar yang dibuat oleh penekan piramida intan harus berbentuk bujur sangkar (gambar 2.4a).Lekukan bantal jarum (gambar 2.4b) adalah akibat terjadinya penurunan logam di sekitar permukaan piramida yang datar.Keadaan demikian terjadi pada 1. Persiapkan alat dan bahan pengujian a. Mesin uji kekerasan Vickers (Vickers Hardness Test) b. Indentor piramida intan (diamond pyramid) c. Benda uji yang sudah di gerinda d. Amplas halus e. Stopwatch f. Mikroskop pengukur (biasanya satu set dengan alat) 2. Indentor di tekankan ke benda uji/material dengan gaya tertentu. (rentang micro 10gr– 1000gr dan rentang micro 1kg – 100kg). 3. Menunggu selama 10 – 20 detik. 4. Bebaskan gaya dan lepaskan indentor dari benda uji. 5. U kur 2 diagonal lekukan persegi (belah ketupat) yang terjadi menggunakan mikroskop pengukur. (ukur dengan teliti dan cari rata-ratanya). 6. M asukkan data-data tersebut ke rumus nilai kekerasan. Bentuk ini alat uji kekerasan yang ditunjukkan pada gambar 2.10. 3. 4. 5. 6. Gambar 2.10. Alat uji kekerasan 7. 3 .METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Test, Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan, Sumatera Utara. 8. 9. dalam oven pemanas mula-mula sampai suhu 850⁰C. Setelah suhu pemanasan tercapai lalu ditahan selama 30 menit. Memanaskan 2 spesimen impact dan 1 spesimen uji kekerasan berikutnya secara bersamaan di dalam oven pemanas sampai suhu 900⁰C. Setelah suhu pemanasan tercapai lalu ditahan selama 30 menit. Memanaskan 2 spesimen impact dan 1 spesimen uji kekerasan berikutnya secara bersamaan di dalam oven pemanas sampai suhu 950⁰C. Setelah suhu pemanasan tercapai lalu ditahan selama 30 menit. Selanjutnya melakukan uji kekerasan untuk 4 spesimen yang bulat dimana 1 tidak dipanaskan dan 3 yang sudah dipanaskan. Setiap spesimen ditekan sebanyak 3 titik lalu dicari nilai kekerasannya. Waktu Waktu penelitian dimulai dari pengajuan judul skripsi, pembuatan spesimen, pengujian, analisa data, dan penyusunan laporan sampai dinyatakan selesai. Prosedur Penelitian Adapun prosedur yang di lakukan adalah: 1. Dipersiapkan spesimen untuk perlakuan panas sekaligus untuk pengujian impact dan pengujian kekerasan. Spesimen hasil uji kekerasan 10. Selanjutnya membuat takik pada spesimen uji impact. 11. Selanjutnya melakukan pengujian impact untuk 7 spesimen dimana 1 spesimen tidak dipanaskan dan 6 spesimen yang sudah dipanaskan. 12. Selanjutnya menghitung besar energi yang diserap dan menghitung harga impact Spesimen 2. Memanaskan 2 spesimen impact dan 1 spesimen uji kekerasan secara bersamaan di Spesimen hasil uji impact 4 .HASIL UJI KEKERASAN Pada pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan metodeRockwell yang bekas injakan/indentornya dapat dilihat dengan teropong indentor, dan nilai kekerasannya (HRC) disesuaikan dengan tabel kekerasan. Hasil pengujian kekerasan HR C HRC No . Spesimen 1 Non Hardenin g 7,5 2 850⁰C 3 3,5 4 3,5 3 900⁰C 5 5,5 4,5 5 4 950⁰C 4 4,5 4 4,16 Titi k1 Titi k2 4 Titi k3 6 ratarata 5,83 Jika nilai impactnya besar maka itu artinya bahan yang digunakan tergolong ulet dan dapat mengalami patah getas.Hal-hal yang didapat antara lain adanya takikan, kecepatan pembebanan yang tinggi yang dapat menyebabkan regangan yang tinggi pula. Pada pengujian impact ini dilakukan dengan metode Charpy dengan sudut awal pemukulan sebesar 144º.Hasil pengujian impact untuk setiap spesimen baja AISI 1060 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hasil uji impact N O . Spesi men b A (m m) grafik gabungan keempat spesimen untuk hasil pengujian kekerasan baja AISI 1060 dapat dilihat pada Gambar dapat dilihat pada Gambar Hasil pengujian kekerasan spesimen gabungan HASIL UJI IMPACT Pada pengujian impact ini bertujuan untuk mengukur keuletan suatu bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur perubahan energi potensial sebuah bandul yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perbedaan tinggi ayunan bandul merupakan ukuran energi yang diserap oleh benda uji.Besar energi yang diserap ditentukan oleh keuletan suatu benda uji. A Α ( m m ) (mm 2) (de raj at) Β (deraj at) 1 Non Hard ening 8,9 10 ,6 94,3 4 14 4 8 2 850⁰ C 9,3 5 10 ,3 5 98,3 6 14 4 8 3 900⁰ C 8,9 5 10 ,2 91,2 95 14 4 4 4 950⁰ C 8,9 5 10 ,0 5 89,9 45 14 4 4,5 Berikut ini grafik energi yang diserap untuk spesimen baja AISI 1060 sebelum dan sesudahperlakuanhardening. Hasil pengujian impact semua spesimen Selanjutnya grafik hargaimpact untuk spesimen baja AISI 1060 yang sudah dipanaskan. Saran Sebaiknya melakukan foto mikro, uji impact dengan metode berbeda, uji tarik, dan uji kekerasan dengan metode berbeda untuk spesimen yang sama. DAFTARPUSTAKA Cahya, Sutowo., 2015. Pengaruh proses hardening pada baja HQ7 AISI 4140 dengan media oli dan air terhadap sifat mekanis dan struktur mikro. Sintek Vol. 7 No. 1 5 .KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pengujian dan pembahasan Pengaruh temperatur hardening pada proses perlakuan panas terhadap uji kekerasan dan uji impact baja karbon AISI 1060 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai HRC tertinggi didapat pada spesimen yang non hardening atau tidak dipanaskan yaitu sebesar 5,83. Untuk spesimen yang dipanaskan nilai HRC tertinggi diperoleh pada pemanasan 900⁰C sebesar 5 dan terendah diperoleh pada pemanasan 850⁰C sebesar 3,5. Untuk spesimen yang dipanaskan pada suhu 950⁰C diperoleh nilai HRC sebesar 4,16. 2. Besar sudut akhir pemukulan (β) yang tertinggi diperoleh pada spesimen suhu 850⁰C dengan nilai 9⁰, sedangkan besar sudut akhir pemukulan (β) yang terendah diperoleh pada spesimen suhu 900⁰C dengan nilai 4⁰. Untuk spesimen original diperoleh sudut β sebesar 8⁰. Nilai E tertinggi didapat pada spesimen yang dipanaskan pada suhu 900⁰C yaitu sebesar 293,97 Joule dengan harga impact sebesar 3,27 Joule/mm2. Untuk spesimen yang dipanaskan pada suhu 850⁰C diperoleh nilai E terendah yaitu 292,36 Joule dengan harga impact 2,96 Joule/mm2.Untuk spesimen yang dipanaskan pada suhu 950⁰C diperoleh nilai E terendah yaitu 293,86 Joule dengan harga impact 3,26 Joule/mm2. Penaikan hanya1 juole disebabkan pemberian suhu yang tidak terlalu tinggi tiap langkah panaikan suhu. LawrenceHVan Vlack.1992.“Ilmu danteknologi Bahan”.Jakarta: Erlangga. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Brinell Scale. Diterima dari https://en.wikipedia.org/wiki/Brinell scale tanggal 06 Juli 2016. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Brinell Scale.Diterimadarihttps://en.wikipedia.org /wiki/Rockwell_scale tanggal 06 Juli 2016. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Brinell Scale.Diterimadarihttps://en.wikipedia.org /wiki/Vickers_hardness_test tanggal 06 Juli 2016. Alat Uji, 2016. What is Hardness Test (Uji Kekerasan).Artikel.Diterimadari http://www.alatuji.com/article/detail/3/wh at-is-hardness-test-uji-kekerasan #.V6iQ7RL0-aM tanggal 06 Juli 2016. Panangian,Samuel.2014.Uji Kekerasan Material. Diterima dari http://pengujiankekerasan.blogspot.co.id/2 014/03/uji-kekerasan-material.html tanggal 06 Juli 2016. Mechanical, Brothers, 2011. Sistem Penomoran AISI, SAE, dan UNS. Diterimadari https://mechanicalbrothers.wordpress.com /2011/02/06/steel-designation-system/ tanggal 06 Juli 2016. MyronL.Begeman. 1993. Teknologi Mekanik. Jakarta:Penerbit Erlangga.