DRAF SISTEM RUJUKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2014 A. Pendahuluan Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Diharapkan dengan adanya sistem rujukan pasien dapat pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, selain itu dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang dapat bersifat vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya. Rujukan kesehatan adalah rujukan upaya kesehatan yang bersifat vertikal dan horisontal yang terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya yang mendukungnya. Sistem rujukan medis di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta mencakup 3 (tiga) aspek pelayanan medis yaitu rujukan pasien, rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya dan rujukan pengetahuan. Sistem rujukan layanan primer dapat dilaksanakan secara horisontal, vertikal atau kedua-duanya dari tingkat bawah ke tingkat yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan telah tersedia pada semua tingkatan mulai dari tingkat dasar seperti klinik pratama / klinik utama, puskesmas pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta / bidan praktek swasta sampai ke tingkat yang lebih tinggi seperti rumah sakit. Apabila klinik pratama / klinik utama, puskesmas pembantu, puskesmas, atau dokter praktek swasta/bidan praktek swasta menerima atau merawat kasus gawat darurat atau non gawat darurat (penyakit kronis) dan tidak berwenang atau tidak mampu memberikan penanganan medis tertentu atau pelayanan kesehatan penunjang, maka harus merujuk pasien tersebut kepada fasilitas kesehatan yang lebih mampu, misalnya rumah sakit pemerintah/swasta atau fasilitas kesehatan terdekat. Pada tanggal satu Januari 2014 Sistem Jaminan Sosial Nasional mulai diberlakukan, dan ditargetkan pada tahun 2019 seluruh penduduk sudah menjadi peserta SJSN, tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dokter dimana dengan diberlakukannya SJSN akan membuat dokter yang memberikan layanan primer (termasuk dokter yang bekerja di Puskesmas) akan betugas sebagai “gatekeeper” dimana dari sisi layanan tingkat lanjut ( RS ) juga akan memberikan manfaat berupa: a. meningkatkan efisiensi layanan kesehatan b. meningkatkan mutu layanan kesehatan c. memperbaiki akses layanan kesehatan di tingkat lanjut gatekeeper dapat terlaksana secara efektif apabila memiliki sistem rujukan yang baik, yaitu yang terdiri dari komponen sistem rujukan berupa: Manual rujukan (rencana detail kegiatan rujukan); sistem monitoring dan evaluasi (melalui audit) dan dokter pemberi layanan primer yang kompeten dan berkualitas. Saat ini penerapan sistem rujukan pelayanan primer di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta belum berjalan secara optimal di semua tingkat fasilitas kesehatan, hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya morbiditas yang memerlukan rujukan dan rujukan balik namun tidak dapat terlayani secara memadai, antara lain: belum adanya 1) Petunjuk teknis yang terpadu bagi petugas kesehatan yang ada di lapangan, 2) Upaya konseling terhadap pasien atau keluarga pasien oleh petugas kesehatan, 3) Sebagian sarana dan prasarana rujukan 4) Fasilitas pelayanan kesehatan menangani pasien tidak sesuai dengan kelasnya 5) Ada perbedaan kebijakan penjamin jaminan kesehatan. Beberapa permasalahan yang di temukan dalam pelaksanaan rujukan pasien, antara lain : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Rujukan dibuat berdasarkan atas permintaan sendiri Sistem Rujukan Balik tidak berjalan Sistem Rujukan Online (SPGDT 119) belum berjalan dengan baik Masih ditemukannya penerima pertama pasien kegawatdaruratan bukan tenaga kesehatan terlatih Tenaga kesehatan yang sudah terlatih dimutasi ke fasilitas pelayanan kesehatan lain atau bagian lain. Pelaksanaan rujukan balik belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petugas rumah sakit dan puskesmas/jajarannya. Puskemas merasa kesulitan untuk merujuk karena terkadang RS penuh sehingga petugas Puskesmas harus mencari rumah sakit lain. Koordinasi antara RS, PKM masih kurang Masih tingginya biaya transportasi dan terkadang terlambat dalam penanganan karena lama sampai ke RS Dari beberapa masalah tersebut di atas, maka perlu disusun suatu pedoman atau petunjuk teknis yang mengatur tentang sistem rujukan layanan primer di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Yang nantinya diharapkan bisa dijadikan acuan bagi semua petugas di fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Pratik Kedokteran 3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Mkes/Per/I/2011 tentang Klinik C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Pedoman Sistem Rujukan layanan Kesehatan Primer ini disusun sebagai pedoman prosedur rujukan layanan primer sesuai standar di semua fasilitas Pelayanan kesehatan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Tujuan Khusus a. Dapat terlaksananya prosedur operasional pra rujukan dan rujukan pasien, b. Dapat terlaksananya prosedur operasional memberi rujukan balik pasien, c. Dapat terlaksananya prosedur operasional menerima rujukan balik pasien. d. Dapat terlaksananya prosedur operasional rujukan lintas batas e. Dapat terlaksananya prosedur operasional pengelolaan pasien di ambulance f. Dapat terlaksananya Prosedur Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen D. ANALISA SITUASI 1. Praktek Swasta, Klinik Pratama, Klinik Utama, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas yang ada di Provinsi DKI Jakarta berjumlah 340 puskesmas (Rekapitulasi Puskesmas Kementerian kesehatan tahun 2014). Diantaranya terdapat 30 puskesmas perawatan dan 310 puskesmas non perawatan. 2. Rumah Sakit Jumlah rumah sakit pemerintah / swasta di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2014 adalah 149 rumah sakit dengan sebarani rumah sakit sebagai berikut : Tabel 1 Sebaran RS berdasarkan penyelenggara dan kelas di Provinsi DKI Jakarta No Penyelenggara A B C D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kemkes Kementrian lain Pemprov Pemkab Pemkot Polri TNI Swasta non profit BUMN 7 0 1 0 0 1 1 0 1 2 1 3 0 3 0 2 10 2 0 0 0 0 1 0 0 16 2 0 1 0 0 0 1 0 5 0 Belum ditetapkan 1 0 0 0 0 0 6 24 0 Total 10 2 4 0 4 2 9 55 5 10 Swasta 1 15 21 5 Jumlah 12 38 40 12 Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi DKI thn 2012 16 47 58 149 3. Dinas Kesehatan Kab/Kota Wilayah Administratif DKI Jakarta terdiri dari 1 (satu) Kabupaten (Kepulauan Seribu), 5 (lima) kota, dari 44 kecamatan dan 267 kelurahan dengan luas wilayah 664,01 Km2. Setiap Kabupaten/Kota memiliki kepala suku dinas. Kepala suku dinas dalam sistem rujukan dan penanggulangan bencana atau wabah bertanggung jawab menyediakan sarana rujukan kepada puskesmas dan memberikan bantuan kepada fasilitas pelayanan kesehatan lain di wilayahnya. Kepala Suku Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat meminta bantuan sarana rujukan dan tenaga kesehatan kepada kepala dinas kesehatan provinsi atau dinas kesehatan kabupaten/kota terdekat atau pihak lain yang terkait. 4. Dinas Kesehatan Provinsi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berwenang mengatur penyelenggaraan dan koordinasi, pengawasan atas pelaksanaan sistem rujukan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta serta memberikan advokasi sistem rujukan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengorganisasian sistem rujukan kesehatan tersebut, apabila memerlukan keterlibatan sektor/pihak lain, maka Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dapat berkonsultasi kepada Pimpinan sektor/pihak lain tersebut dengan berkonsultasi langsung kepada Menteri Kesehatan / pejabat terkait. BAB I GAMBARAN UMUM SISTEM RUJUKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER Sistem rujukan layanan kesehatan primer dimulai dari Puskemas yang melakukan tindakan pengiriman pasien yang dilaksanakan sesuai dengan indikasi medis untuk perawatan dan pengobatan lebih lanjut kesarana pelayanan yang lebih lengkap/kompeten yaitu Rumah sakit. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan ringkat lanjut yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke Puskesmas yang mengirim pasien melalui adanya surat rujukan balik sebagai sistem informasi timbal balik antara puskesmas dan Rumah sakit, fungsi adanya surat rujukan balik ini untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya. Dilakukan menggunakan sistem informasi yang yang sudah disiapkan. Dinas kesehatan berperan untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan sistem rujukan secara kualitatif, kuantitas rujukan, epidemiologi serta hambatan yang terjadi pada saat pelaksanaan sistem rujukan. Puskesmas dan RS wajib melakukan pencatatan kegiatan dan melaporkan ke Dinas Kesehatan. Puskesmas Monev Dinkes Rujukan Balik: Rujukan: Surat balasan rjkn balik: no surat, tgl, status Jamkes swasta/pemerinta h, 7an rujukan penerima, nama dan identitas pasien, dll Surat Rujukan: Rujukan, Nama Puskesmas, Nama Kab/kota, Nama Pasien yg dirujuk, Jamkes pemerintah/swas ta Kualitatif terhadap mutu yang diberikan Kuantitas Rujukan Epidemiologi Hambatan Rumah Sakit Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit Pelaporan dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan BAB II PROSEDUR RUJUKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari: 1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi. 2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi. 3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan. 4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 5. Mencantumkan terapi sementara 6. Mencantumkan tindakan yang telah diberikan 7. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk 8. Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk 9. Menggunakan ambulance transport 10. Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan 11. Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum mengirim pasien 12. Pasien dirujuk 1x24 jam sejak diagnosa ditegakkan Untuk kasus-kasus rujukan tertentu, seperti kasus penyakit dengan pre Eklamsi berat, DBD, Diabetes, Hipertensi, harus: (Terlampir kasus-kasus rujukan dengan kasus tertentu): 1. Rujukan dengan kasus PEB: sebelum dirujuk ke fasilitas lain, maka pasien memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat, seperti Tekanan darah yang tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Tidak perlu dirujuk jika pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-Eklamsia Berat. 2. Rujukan dengan kasus DBD: sebelum dirujuk pada fasilitas lain, pasien harus memenuhi kriteria untuk dirujuk, seperti tidak adanya perbaikan kondisi setelah pemberian terapi cairan 15 ml/kgBB/Jam serta ditemukan adanya tanda-tanda shock seperti Nadi yang tetap tinggi, TD mulai menurun, dan produksi urin berkurang, atau faskes tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan darah serial berulang setiap 6 jam atau melakukan pengawasan ketat pada pasien. Pantau ketat kondisi pasien, monitoring tanda vitasl, rujukan tidak perlu jika pengawasan baik. Segera rujuk jika ditemukan tanda-tanda syok perdarahan, nadi meningkat, TD menurun, urin berkurang, kejang , penkes, hemel,segera stabilisasi dan merujuk agar tidak sampai pada fase irreversible 3. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria untuk dirujuk seperti adanya kerusakan target organ atau komplikasi dari diabetes seperti KAD, nefropati, neuropati, retinopati,cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan insulin dependent atau Diabetes Gestasional. DM tipe 2 tanpa komplikasi dapat dirujuk apabila setelah pemberian 2 obat dan diet sehat pasien tidak mengalami perbaikan selama 2-3 bulan. 4. Rujukan dengan kasus Hipertensi: Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria seperti pasien memiliki hipertensi non esensial atau pasien tidak mencapai target tekanan darah setelah 2-3 bulan pengobatan. Rujukan diberikan apabila target tidak tercapai setelah pemberian obat selama 2-3 bulan atau pasien memiliki hipertensi non esensia. Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk, dalam hal ini Puskesmas dan pihak yang menerima rujukan yaitu Rumah sakit, dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut: 1. Prosedur Operasional Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS a. Prosedur Klinis: 1) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding. 2) Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO). 3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. 4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. 5) Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans, agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat. 6) Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut b. Prosedur Administratif: 1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis. 2) Membuat rekam medis pasien. 3) Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan) 4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip. 5) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien. 6) Menyiapkan sarana transportasi 7) Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien. 8) Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju. 9) Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk membuat laporan 2. Prosedur Operasional rujukan balik ke Puskesmas a. Prosedur Klinis: 1) Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien wajib memberikan umpan balik ke Puskesmas pengirim setelah dilakukan proses antara lain: a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat selanjutnya pasien perlu di tindaklanjuti oleh Rumah Sakit b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi masih memerlukan pengobatan dan perawatan selanjutnya yang dapat dilakukan di Rumah Sakit c. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosis bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit tersebut dalam keadaan: a. Sehat atau Sembuh. b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan. c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain. d. Pasien sudah meninggal. 2) Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien harus memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada Puskesmas/ pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit. b. Prosedur Administratif: 1) Rumah Sakit yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan (format terlampir ) untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Puskesmas yang mengirim pasien yang bersangkutan. 2) Surat balasan rujukan dapat melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan menghubungi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan sebagainya. 3) Bagi Rumah Sakit , wajib mengisi laporan Triwulan 3. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien. a. Prosedur Klinis: 1) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir merawat pasien tersebut. 2) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi klinis pasien sampai sembuh. b. Prosedur Administratif: Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti. 4. Prosedur Operasional rujukan lintas batas a. MOU antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Provinsi (Bagi yang belum memiliki Bapel atau UPT Jamkes) b. MOU antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Provinsi dan MOU antara Rumah Sakit dengan Badan Penyelenggara Jaminan (Bagi yang telah memiliki Bapel / UPT Jamkes) c. Surat Rujukan dikeluarkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik, Puskesmas, Rumah Sakit) berasal dari wilayah terdekat dengan tempat tinggal pasien. d. Untuk Kasus Gawat Darurat, tidak perlu surat rujukan. 5. Prosedur Operasional pengelolaan pasien di ambulans a. Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan. b. Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi pasien ). c. Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk. d. Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas. e. Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat dalam catatan perkembangan pasien/surat rujukan 6. Prosedur Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap.Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya. a) Prosedur standar pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya Prosedur Klinis: 1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan. 2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan. 3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas (dilengkapi jam pengambilan). Prosedur Administratif: 1). Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi jenis spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. 2). Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masing-masing intansinya. 3). Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip. b). Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya Prosedur Klinis 1) Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan. 2) Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan. 3) Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim. Prosedur Administratif 1). Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim. 2). apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen tersebut dikembalikan. 3). Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan masing-masing instansinya. 4). Memastikan kerahasiaan pasien terjamin. 5). Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim. c). Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil pemeriksaan spesimen dan Penunjang diagnostik lainnya. Prosedur Klinis: 1) Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan spesimen/ Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan lengkap 2) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan. 3) Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar dan keraguan diantara beberapa spesimen. Prosedur Administratif: 1) Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip. 2) Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masingmasing instansi. 3) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya. 4) Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim, dan memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan. 7. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit: a. Surat Rujukan Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang dirujuk, status jaminan kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan, nama dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan yang dianggap perlu dan penting. b. Balasan rujukan Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien rujukan. Surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak lanjut yang diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir). c. Rujukan Spesimen Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi surat rujukan spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien, serta diagnosis klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan Spesimen). Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan. BAB III MONITORING DAN EVALUASI RUJUKAN LAYANAN PRIMER Data dan informasi kegiatan rujukan dilakukan analisa sebagai masukan perencanaan perbaikan sistem rujukan di masing-masing dan antar unit pelayanan kesehatan serta Dinas Kesehatan baik Kabupaten/Kota maupun Provinsi. Penanggung jawab pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi sistem rujukan adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Peran dan tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi antara lain: 1. 2. 3. 4. Menilai mutu rujukan yang telah dilakukan oleh Puskesmas dan RS Menganalisa jumlah pasien rujukan yang ada di puskesmas dan Rumah Sakit Epidemiologi Menganalisa ada tidaknya permasalahan atau hambatan dalam pelaksanaan sistem rujukan di Puskesmas maupun RS dan segera melakukan koordinasi, guna perbaikan sistem rujukan secara berkesinambungan BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN RUJUKAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER 1. Pencatatan Pencatatan kasus rujukan menggunakan Buku Register rujukan, dimana setiap pasien rujukan yang diterima dan yang akan dirujuk dicatat dalam buku register rujukan Alur Registrasi Pasien Rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan layanan primer sebagai berikut: a. Pasien umum yang masuk melalui rawat jalan (loket - Poliklinik) dan UGD dicatat pada buku register pasien di masing-masing unit pelayanan. Apabila pasien di rawat, dicatat juga pada buku register rawat inap. b. Pasien datang dengan surat rujukan dari Poskesdes/ Pustu/Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tetap dicatat pada buku register pasien di masing-masing unit pelayanan dan selanjutnya juga dicatat pada buku registrasi rujukan. c. Apabila pasien telah mendapatkan perawatan baik di UGD, Rawat Inap dan unit pelayanan lainnya yang diputuskan untuk dirujuk, maka langsung dicatat pada buku register rujukan pasien. d. Setelah menerima surat rujukan balasan maka dicatat tanggal rujukan balik diterima pada buku register rujukan pasien (kolom balasan rujukan). e. Pada setiap akhir bulan, semua pasien rujukan (asal rujukan, di rujuk dan rujukan balasan) dijumlahkan dan dicatat pada baris terakhir format buku register rujukan pasien dan dilaporkan sesuai dengan ketentuan. f. Mengumpulkan data dan informasi mengenai kegiatan Pelayanan rujukan yang telah dilaksanakan di unit pelayanan kesehatannya. g. Pimpinan unit pelayanan kesehatan ini menyusun laporan pelaksanaan sistem rujukan, dan kegiatan rujukan pasien. h. Laporan ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap dua. (Rangkap pertama dari laporan ini dikirimkan ke Dinas Kesehatan setempat untuk bahan penilaian dari pelaksanaan sistem rujukan). Rangkap kedua dari laporan ini disimpan sebagai arsip oleh unit pelayanan kesehatan tersebut. 2. Pelaporan Secara rutin sarana pelayanan kesehatan Puskesmas dan Rumah sakit melaporkan kasus rujukan menggunakan format sebagai berikut: 1. P 001 Merupakan laporan rujukan PPK I yg mencakup berbagai kegiatan Rujukan Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya 2. Format laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan rekapan rujukan PPK I yg mencakup berbagai kegiatan Rujukan Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya Frekuensi, Periode Laporan dan Format yang digunakan dijelaskan sebagai berikut: 1) P 001 Laporan rujukan Puskesmas yang menggunakan format P 001 dibuat setiap bulan oleh masing-masing Puskesmas berdasarkan registrasi pasien rujukan, rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya dan pengetahuan. Laporan ini dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/Kota paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. 2) K 001 Merupakan laporan rekapan setiap bulan oleh masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten/kota berdasarkan laporan Puskesmas pasien rujukan, rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya. Laporan ini dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap triwulan paling lambat minggu pertama triwulan berikutnya. 3) R 001Tabel Laporan kegiatan rujukan pasien yang mengunakan formulir R 001 dibuat setiap triwulan oleh masing-masing Rumah Sakit berdasarkan kompilasi pencatatan harian /register pasien rujukan setiap bulan. Laporan ini disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan pertama triwulan berikutnya dan dilaporkan jadi satu dengan data kegiatan pelayanan rawat inap rumah sakit. Seluruh laporan/format monitoring dan evaluasi dibuat rangkap 2 (dua), 1 (satu) rangkap untuk dilaporkan dan 1 (satu) rangkap sebagai tertinggal/arsip. BAB V PENUTUP Sistem Rujukan Layanan Primer ini merupakan pedoman bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam mengelola rujukan antar Puskesmas dan Rumah Sakit, baik secara horizontal maupun vertikal. Pedoman ini dilengkapi dengan format-format pencatatan dan pelaporan yang akan menyediakan informasi dan data tentang kasus-kasus rujukan yang bisa menjadi bahan perbaikan pelayanan kesehatan pada umumnya dan penanganan kasus-kasus rujukan pada masa yang akan datang. Semoga dengan tersusunnya buku sistem rujukan layanan primer menjadi pedoman penyelenggaraan sistem rujukan kesehatan layanan primer di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Rujukan Puskesmas Surat Rujukan Peserta No Rujukan : Puskesmas/dokter keluarga: Kabupaten/Kota: Kode Kode Dirujuk oleh : Nama : Jabatan : Tgl merujuk : Initiating facility : Nama & Emergency/Rawat Jalan Alamat Kepada Yth……. Di RSU………… Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut penderita: Nama : No Kartu BPJS : Diagnosa : Telah diberikan : Demikian, atas bantuannya, diucapkan banyak terimakasih. Mohon jawaban rujukan Salam sejawat,……… TTD perujuk Rujukan balik Nama fasiltas kesehatan : Dibalas oleh : Nama : Orang yang Jabatan : mengisi form ini Initiating vacility : Nama & alamat Nama pasien No. Identitas Alamat pasien Pasien ini diterima oleh : 2.Formulir Rujukan balik No.telp: No.Fax: Tanggal : Spesialisasi : Usia Jenis Kelamin: Pada tanggal : (Nama dan spesialisasi) Anamnesis Hasil penemuan khusus Diagnosis Terapi/operasi Obat yang diresepkan Mohon diteruskan dengan : (Obat,resep,tindak lanjut,perawatan) Dirujuk balik kepada : Nama : L Pada tanggal : Tanda Tangan : P