sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2004 ISSN 0125 - 9830 No. 36:15-31 KONDISI PERAIRAN MUARA SUNGAI DIGUL DAN PERAIRAN LAUT ARAFURA DILIHAT DARI KANDUNGAN LOGAM BERAT Oleh ENDANG ROCHYATUN1), LESTARI1) & ABDUL ROZAK 1) ABSTRAK Pengamatan kandungan logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn) dalam air laut dan dalam sedimen di perairan muara sungai Digul telah dilakukan pada bulan Oktober 2002. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar logam berat Cu didalam sedimen di sebelah timur (Stasiun 1-9) perairan muara Sungai Digul lebih tinggi dibandingkan di sebelah barat (Stasiun 10-29). Kadar logam berat dalam sedimen pada lapisan permukaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan pada lapisan dasar. Kadar logam berat dalam air laut maupun sedimen di muara Sungai Digul Arafura berturut-turut adalah Pb = 0,0028-0,0030 ppm dan 6,41-7,09 ppm, Cd = <0,001 ppm dan 0,07-0,09 ppm, Cu = <0,001 ppm dan 4,20-4,54 ppm, Zn = 0,006-0,034 ppm dan 49,73-58,78 ppm. Kadar logam berat dalam air lebih rendah dibandingkan di dalam sedimen. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kadar semua logam berat masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas Baku Mutu Air Laut yang ditetapkan oleh Kep-02/MENKLH/I/1988 peruntukan biota, selain itu ada indikasi bahwa logam berat tersebut terakumulasi dalam sedimen. ABSTRACT DIGUL ESTUARINE AND ARAFURA SEA WATERS CONDITION WERE OBSERVED FROM HEAVY METALS CONTENT. Monitoring of heavy metals content (Pb. Cd. Cu. and Zn) in seawater and sediment in Digul Estuary have been done on October 2002. The result showed that Cu contents in sediment in East Digul Estuary (Stasions 1 to 9) higher than in West Digul Estuary (Stations 10 to 24). Heavy metals in sediment on surface layer generally lower than bottom layer. Heavy metals contents in seawater and sediment were varied between Pb = 0.0028-0.0030 ppm and 6.41-7.09 ppm. Cd = <0.001 ppm and 0.07-0.09 ppm. Cu =<0.001 ppm and 4.20-4.54 ppm. Zn = 0.0060.034 ppm and 49.73-58.78 ppm respectively. Heavy metals contents in seawater were lower than in sediment. The results showed that all heavy metals contents still in lined with the threshold value stated by Kep-02/MENKLH/I/1988 for fisheries importance, inspite of that there were and indication of accumulation of heavy metals on sediments 1) Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et al. PENDAHULUAN Laut dahulu diduga mampu menyerap limbah dengan kapasitas yang tidak terbatas, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini, makin nyata bahwa lingkungan laut memiliki kemampuan terbatas dalam menampung limbah yang dapat dihancurkan atau diencerkan hingga tidak berbahaya (CONNEL & MILLER 1995). Limbah rumah tangga, pertanian dan industri diketahui potensial mencemari laut sebagai tempat pembuangan limbah terakhir dan terluas. Estuaria adalah salah satu tempat yang sangat potensial sebagai gudang bahan pencemar (TETELEPTA, dalam SYAHMINAN 1996). Di dalam laut komposisi unsur kimia relatif stabil dan beragam karena terbentuk secara berangsur-angsur dalam kurun waktu yang lama. Secara alamiah logam berat tersedia di alam dalam kadar yang rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang banyak mengandung logam berat masuk ke laut dalam jumlah besar. Logam berat secara alamiah terdapat di seluruh lapisan alam, namun kadarnya sangat rendah. Pada tingkat kadar yang rendah ini logam berat umumnya dibutuhkan oleh organisme hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Sebaliknya bila kadar logam berat meningkat, maka akan berubah menjadi racun (PHILIPS 1980). Peningkatan kadar logam berat terjadi karena masuknya limbah yang banyak mengandung unsur logam berat ke lingkungan laut. Sumber limbah yang banyak mengandung logam berat biasanya berasal dari aktivitas industri, pertambangan, pertanian dan pemukiman. Limbah dari aktivitas tersebut masuk ke lingkungan perairan laut melalui aliran sungai. Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar, karena umumnya limbah mengandung zat kimia beracun; antara lain senyawa khlor (Cl), arsen (As), raksa (Hg), khrom (Cr), timbal (Pb) dan lain sebagainya yang sering digunakan dalam proses produksi suatu industri baik sebagai bahan baku, katalisator ataupun bahan utama. Namun timbulnya kasus pencemaran logam berat di beberapa lokasi perairan dan mencemari biota konsumsi, contohnya kasus Minamata - Jepang, (1953 - 1965), telah menimbulkan rasa takut berlebihan pada masyarakat terhadap keberadaan logam berat dalam lingkungan. Kandungan logam berat dalam perairan dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia yaitu arus, suhu, salinitas, padatan tersuspensi dan derajat keasaman (pH). Pada umumnya faktor oseanografi yang paling berperan dalam penyebaran bahan cemaran (logam berat) adalah arus, pasang surut, gelombang dan keadaan bathimetri perairan. Sifat racun logam berat berbeda-beda, tergantung dari sifat anion dan kation yang terdapat bersamaan, proses ini dikenal sebagai faktor sinergis. Dalam perairan logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut 16 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA Gambar 1. Posisi stasiun Oseanografi di laut Arafura dekat perairan Digul Tanggal 17-22 Oktober 2002. Figure 1. Position station Oseanography in Arafura Sea closed to Digul Waters at 17 to 22 October 2002. dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk kompleks dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal terabsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi. Propinsi Irian Jaya memiliki bentuk muka bumi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran rendah sepanjang pantai, dataran rendah sepanjang daerah aliran sungaisungai besar, daerah perbukitan sampai dataran tinggi dan pegunungan yang beberapa puncaknya diselimuti salju abadi. Di Propinsi ini mengalir sekitar 40 buah sungai besar dan kecil, adalah Sungai Memberamo yang bermuara ke Samudera Pasifik dan sungai Digul yang bermuara ke Laut Arafura. Wilayah Irian Jaya memiliki sumber daya kelautan, dan pertambangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Sungai Digul adalah salah satu sungai yang terbesar di Irian Jaya. Sungai ini mengalir dan bermuara di pantai Digul perairan Laut Arafura. Perairan ini merupakan badan air terakhir dari sungai-sungai yang mengalir ke sebelah Barat Irian Jaya. Kondisi perairan tersebut sangat dipengaruhi oleh pola arus pasang surut dan sungai-sungai disekitamya.Tulisan ini bertujuan mengetahui kondisi perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura dari aspek kandungan logam beratnya. 17 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et.al BAHAN DAN METODE Penelitian kandungan logam berat di perairan muara sungai Digul, Irian Jaya dilakukan pada bulan Oktober 2002 menggunakan sarana kapal penelitian Baruna Jaya VIII Contoh air laut dan sedimen diambil dari 23 stasiun (Stasiun 2-24), 3 stasiun (Stasiun SD 1-SD 3) di muara sungai Digul dan 1 stasiun (Stasiun SD 4) harian (24 jam) dengan pengambilan contoh air laut 6 jam sekali (Gambar 1 ). Contoh air diambil dari 2 kedalaman, yaitu permukaan (±lm) dan dasar (± 3 m dari dasar perairan). Contoh air permukaan diambil dengan botol Van Dorn yang volumenya 5 liter, sedangkan air dasar diambil dengan menggunakan Rosette Sampler. Contoh air tersebut segera disaring dengan kertas saring sellulose nitrat yang berpori-pori (0,45 um dengan garis tengahnya 47 mm) yang sebelumnya dicuci dengan HNO3 (1:1) Setelah itu diawetkan dengan HNO3 (pH < 2) (BATLEY & GARDNER 1977). Contoh air kemudian dibawa ke laboratorium di Jakarta. Di laboratorium air tersebut (250 ml) dimasukkan dalam corong pisah teflon, kemudian diekstraksi dengan APDC/NaDDC/MIBK. Fase organiknya diekstraksi kembali dengan HNO3 (BRULAND et aL 1979). Contoh sedimen diambil 2 lapisan yaitu permukaan (0-5 cm) dan bawah (45-50 cm) dengan menggunakan piston core. Contoh sedimen tersebut dimasukan dalam botol polietilen, disimpan dalam frezer dan dibawa ke laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Di laboratorium, contoh sedimen dimasukkan dalam beaker teflon dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 8 jam. Setelah kering dibilas 3 kali dengan air suling bebas logam berat. Kemudian dikeringkan kembali dan digerus hingga homogen. Sebanyak 5 gram contoh sedimen tersebut didestruksi dalam beaker teflon dengan HNO3/HCI pada suhu ± 100°C selama 8 jam (LORING & RANTALA 1977). Untuk mendeteksi ada tidaknya kontaminasi selama pengambilan sampel, penyaringati, pengawetan dan transportasi ke Jakarta, maka dilakukan Metode Blanko (control). Kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn) dalam contoh air dan sedimen ditentukan dengan AAS jenis Varian SpektrAA menggunakan nyala campuran Udara - Asetilen. 18 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA HASIL DAN PEMBAHASAN Timbal (Pb) Hasil pengamatan kadar Pb dalam air dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura disajikan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar Pb rerata (permukaan dan dasar) berkisar antara 0,0028-0,0030 ppm. Dari Tabel 1 terlihat bahwa kadar Pb di muara Sungai Digul Arafura sangat bervariasi baik dalam air permukaan dan dekat dasar, dan kadar Pb dalam air tersebut semakin ke arah laut kadarnya cukup rendah, hal ini kemungkinan karena pengaruh proses pengenceran oleh pola arus pasang surut. Bila mengacu pada NAB yang ditetapkan oleh Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KMNKLH 1988) untuk kepentingan kehidupan biota laut yakni <0,0l ppm maka kadar Pb hasil pengamatan masih sesuai dan belum berbahaya bagi kehidupan biota yang hidup di perairan tersebut, demikian juga bila mengacu pada KMNKLH Nomer 51, Tahun 2004, kadar Pb tersebut masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas Baku Mutu Air Laut untuk peruntukan kehidupan Biota laut yakni 0,008 ppm. Untuk kepentingan biota perairan, kadar Pb sebesar 0,1-0,2 ppm telah dapat menyebabkan keracunan pada jenis ikan tertentu (RODIER dalam THAMZIL et al 1980) dan pada kadar 188 ppm dapat membunuh ikan-ikan (PALAR 1994). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh MURPHY (1979) diketahui bahwa biota perairan yang dari golongan krustase akan mengalami kematian setelah 245 jam, pada badan perairan Pb yang terlarut pada konsentrasi 2,75 - 49 ppm. Berdasarkan kadar Pb dalam air laut, perairan ini belum berbahaya bagi kepentingan biota di atas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar Pb dalam sedimen di muara Sungai Digul perairan Arafura berkisar antara 6,41-7,092 ppm. Secara umum kadar Pb hasil pengamatan ini tergolong rendah. Kadar Pb yang dijumpai di daerah Tor Bay Grand Bretagne yang tidak tercemar, mempunyai kandungan Pb dengan kisaran antara 21,3-65,7 ppm (THAYIB dan RAZAK 1988). Kadar logam Pb dalam sedimen dimasing-masing stasiun sangat bervariasi, kadar logam Pb dalam sedimen yang cukup tinggi pada umumnya ditemukan di stasiun dekat dengan muara sungai, hal ini kemungkinan karena logam tersebut mengalami proses pengenceran yang masih cukup rendah oleh pengaruh pola pasang surut dibandingkan di laut lepas, disamping itu sedimen yang didapatkan di muara sungai mempunyai komposisi lumpur berpasir, yang mempunyai pori-pori cukup kecil, daya absorsinya cukup besar, sehingga logam tersebut tertahan di sedimen. Kadar logam Pb di 19 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et al. Tabel 1. Kadar Pb dalam air laut dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura. Tabel 1. Pb content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea. Station Sea water (ppm) Sediment (ppm) Surface Bottom Surface Bottom 2 <0.001 <0.001 5.17 10.19 3 <0.001 <0.001 6.39 6.24 4 <0.001 0.002 6.15 8.08 5 0.003 0.002 8.56 5.57 6 0.001 0.002 8.73 5.71 7 0.002 0.004 5.78 5.19 8 0.001 0.002 5.72 5.91 9 0.001 0.003 7.14 1.49 10 <0.001 0.008 0.54 10.16 11 0.003 <0.001 7.05 4.82 12 0.003 0.002 5.94 3.39 13 <0.001 0.002 6.73 7.34 14 0.005 0.001 5.00 4.71 15 <0.001 <0.001 7.27 8.80 16 0.006 0.002 5.18 6.97 17 0.004 <0.001 6.60 10.86 18 <0.001 <0.001 6.69 4.56 19 0.001 0.001 9.86 2.26 20 0.004 0.004 9.56 11.05 21 0.001 0.001 5.82 5.47 22 <0.001 0.002 7.16 12.10 23 0.003 0.005 4.81 2.72 24 0.004 0.003 5.58 8.53 Min. <0.001 <0.001 0.54 2.26 Max. 0.006 0.008 9.86 12.49 Means 0.0028 0.0030 6.41 7.092 Note : Threshold Value of sea water: <0.001 ppm (KMNKLH 1988) Threshold Value of sea water: 0.01 ppm(EVERAART 1980) Threshold Value of sea water: 0.008 ppm (KMNKLH 2004) sedimen pada lapisan permukaan yang cukup tinggi yaitu >7 ppm ditemukan di stasiun 5, 6, 9, 11, 15, 19, 20 dan 22, sedangkan pada lapisan dasar >10 ppm ditemukan di stasiun 2,10,17, 20 dan 22 (Tabel 1). Kadar logam Pb dalam sedimen pada lapisan permukaan pada umumnya lebih kecil dibandingkan pada lapisan dasar. Hal ini kemungkinan kadar logam Pb dalam sedimen di lapisan permukaan tersebut mendapatkan pengaruh pola arus pasang surut, proses pengenceran dan komposisi sedimennya berbentuk lumpur berpasir (tidak stabil). Dalam keadaan alamiah, kadar logam berat di lapisan permukaan lebih rendah dibandingkan dengan lapisan dasar. Menurut Reseau National d'Observation (RNO dalam THAYIB dan RAZAK 1981) Kadar normal Pb dalam sedimen yang tidak terkontaminasi berkisar antara 10-70 ppm. Sedangkan MOORE & RAMAMOORTHY dalam EVERAART (1980), menyatakan kadar logam berat yang terdapat dalam sedimen yang tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar 20 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA 0,001 pptn. Jika tnengacu kepada apa yang diungkapkan oleh THAYIB & RAZAK (1988) dan RNO, maka sedimen di perairan ini belum tercemar oleh Pb, tetapi bila mengacu kepada MOORE & RAMAMOORTHY dalam EVERAART (1980), maka dapat dikatakan perairan ini telah terkontaminasi oleh Pb. Seiring dengan berjalannya waktu kontaminasi ini akan dapat menimbulkan akumulasi baik pada tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan dan akan berbahaya bagi kehidupan biota, yang pada gilirannya akan berbahaya pula bagi manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Tabel I menunjukkan kadar Pb dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan air laut. Data ini menunjukkan adanya akumulasi Pb dalam sedimen. Baku Mutu Pb di dalam lumpur atau sedimen di Indonesia belum ditetapkan, padahal senyawa-senyawa logam berat lebih banyak terakumulasi dalam sedimen (karena proses pengendapan) di mana terdapat kehidupan biota dasar. Biota dasar yang resisten terhadap perubahan kualitas lingkungan (tercemar oleh logam berat) umumnya dijadikan sebagai indikator pencemaran. KADMIUM (Cd) Hasil pengukuran kadar Cd rerata dalam air laut (permukaan dan dasar) dan sedimen di perairan muara Sungai Digul Arafura disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut kadar Cd dalam air rerata berkisar antara <0,001 ppm. Kadar ini masih sesuai dengan kadar Cd normal dalam air laut yakni 0,11 ppm (WALDICHUK 1974), dan NAB yang ditetapkan oleh KMNKLH (1988) untuk kepentingan biota laut yakni <0,01 ppm. Demikian juga bila dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut untuk biota laut yang ditetapkan oleh KMNKLH Nomer 51, Tahun 2004 yakni 0,001 ppm. Kadar Cd dalam air laut di muara Sungai Digul Arafura ini sangat rendah di setiap stasiun. Rendahnya kadar Cd tersebut kemungkinan karena adanya proses pengenceran oleh pola arus pasang surut. Distribusi kandungan Cd dalam air di muara Sungai Digul Arafura di semua stasiun merata, tetapi tidak menunjukkan korelasi antara Cd dengan jarak stasiun yang menjauh dari muara. Terlihat kandungan Cd secara keseluruhan yaitu tak terdeteksi (<0,001 ppm). 21 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et al Tabel 2. Kadar Cd dalam air laut dan sedimen di perairan ntuara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura. Table 2. Cd Content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea. Station 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Min. Max. Means Sea water (ppm) Surface Bottom <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 Sediment (ppm) Surface Bottom 0.14 0.07 0.05 0.04 0.10 0.12 0.16 0.13 0.06 0.09 0.11 0.10 0.09 0.09 0.15 0.14 0.09 0.05 0.02 0.15 0.07 0.02 0.01 0.09 0.07 0.10 0.11 0.12 0.05 0.01 0.01 0.07 0.11 0.05 0.14 0.06 0.02 0.06 0.11 0.01 0.02 0.02 0.09 0.04 0.08 0.11 0.01 0.01 0.16 0.15 0.09 0.07 Note: Threshold Value of sea water : <0.001 ppm (KMNKLH 1988) Threshold Value of sea water : 0.01 ppm (EVERAART 1980) Threshold: Value of sea water : 0.001 ppm(KMNKLH 2004) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar Cd dalam sedimen di muara Sungai Digul perairan Arafura berkisar antara 0,07-0,09 ppm. Secara umum kadar Cd hasil pengamatan ini tergolong tinggi. Kadar Cd yang dijumpai di daerah Tor Bay Grand Bretagne yang tidak tercemar, mempunyai kandungan Cd dengan kisaran antara 0,020-0,070 ppm (THAYIB dan RAZAK 1988). Dalam keadaan alamiah, kadar logam berat di lapisan permukaati lebih rendah dibandingkan dengan lapisan dasar, hal yang sama bahwa kadar logam Cd dalam sedimen pada lapisan permukaan pada umumnya lebih kecil dibandingkan pada lapisan dasar. Hal ini mungkin karena kadar logam Cd dalam sedimen di lapisan permukaan tersebut mendapatkan pengaruh pola arus pasang surut, proses pengenceran dan komposisi sedimennya berbentuk lumpur berpasir (tidak stasbil), sehinga kadar logam Cd yang diperoleh cukup rendah, karena daya absorbsi dari sedimen yang berbentuk lumpur berpasir cukup kuat Kadar logam Cd yang cukup tinggi yaitu > 0,09 ppm dalam sedimen di kedua lapisan, 22Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 Oseanologi dan sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA ditemukan di stasiun 4, 5, 7, 9 dan 11 Stasiun-stasiun tersebut umumnya berada dekat pantai. MOORE & RAMAMOORTHY dalam EVERAART (1980) menyatakan kadar logam yang terdapat dalam sedimen yang tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar 0,01 ppm. Berdasarkan data di atas, sedimen di dasar perairan ini terkontaminasi oleh Cd. Seiring dengan berjalannya waktu maka logam Cd ini juga akan terakumulasi di dalam tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalamnya. Secara keseluruhan kondisi ini dapat membahayakan kehidupan biota di perairan ini, mengingat Cd bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia. Logam berat Cd merupakan unsur yang paling beracun setelah raksa (Hg). Kadmium akan diubah oleh aktivitas mikroorganisme menjadi senyawa organik yang beracun. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong dalam bangsa udang-udangan (krustase) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-504 jam., bila di dalam badan perairan terlarut logam atau persenyawaan Cd pada rentang konsentrasi antara 0,005-0,15 ppm. Kadar Cd dalam di perairan ini belum berbahaya bagi kehidupan biota perairan. Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar Cd dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air laut. Data ini menunjukkan adanya akumulasi Cd dalam sedimen. Tembaga (Cu) Hasil pengukuran Cu rerata dalam air laut (permukaan dan dasar) dan sedimen di perairan muara Sungai Digul Arafiira disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat kadar Cu rerata berkisar antara <0,00L Kadar ini masih sesuai dengan kadar normal Cu yang ada dalam air laut. Kadar Cu normal dalam air laut berkisar antara 0,002-0,005 ppm (PALAR 1994) dan 0,002 ppm (WALDHICHUCK 1974), begitu juga bila dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh KMNKLH (1988) untuk kepentingan kehidupan biota laut yakni <0,06 ppm. Bila mengacu pada Nilai Ambang Batas dari KMNKLH (1988) dan Baku Mutu Air Laut untuk biota laut yang ditetapkan oleh KMNLH Nomer 51, tahun 2004 yakni 0,008 ppm serta (CONNEL & MILLER 1995), konsentrasi Cu sebesar 2 mg/1 dapat membunuh ikan, konsentrasi 0,05 mg/1 telah membahayakan lingkungan laut maka dapat dikatakan bahwa perairan tersebut belum berbahaya bagi kehidupan organisme yang hidup di perairan tersebut. Tembaga (Cu) masuk ke lingkungan laut melalui erosi batuan mineral dan kegiatan manusia serta sampah kota. 23 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et al Tabel 3, menunjukkan bahwa kadar Cu di dalam sedimen adalah berkisar antara 4,20-4,54 ppm. Kadar ini relatif lebih rendah, kadar Cu di dalam sedimen di perairan Toy Bay Grand Bretagne yang tidak tercemar berkisar antara 0,2-0,7 ppm (TAYLOR 1974). MARTIN dalam THAYIB dan RAZAK (1988) menemukan kadar normal logam berat Cu dalam lumpur di perairan utara Bretagne berkisar antara 4,4-41,6 ppm. Kadar Cu dalam sedimen yang tidak terkontaminasi adalah 5 ppm (RNO). Bila mengacu pada RNO di atas, dapat dikatakan bahwa perairan muara sungai Digul Arafuru masih layak untuk kehidupan biota laut. Dalam keadaan alamiah, kadar logam berat Cu dalam sedimen di lapisan permukaan (4,20 ppm) lebih rendah dibandingkan di lapisan dasar (4,54 ppm). Hal ini menunjukkan kadar logam berat dalam sedimen di lapisan permukaan tersebut mendapatkan pengaruh pola arus pasang surut, proses pengenceran dan keadaan sedimen berupa pasir berlumpur, sehingga mempunyai daya absorbsi cukup kecil untuk menahan logam agar tidak lepas dari sedimen. Kadar logam Cu dalam sedimen baik dilapisan permukaan maupun maupun di lapisan dekat dasar yang cukup tinggi yaitu > 4,5 ppm ditemukan di stasiun 4,6 dan 20. Kadar logam Cu di dalam sedimendi sebelah utara perairan muara sungai Digul Arafuru lebih tinggi dibandingkan di sebelah selatan. Kadar Cu semakin tinggi kearah muara, hal ini menjelaskan bahwa kemungkinan besar Cu yang ada di perairan muara sungai Digul Arafuru ini berasal dari buangan industri pertambangan. Berdasarkan kepentingan biota perairan, Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial, dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai enzim dalam proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi. Biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam badan perairan dimana ia hidup. Dalam tenggang waktu yang sama, biota yang tergolong ke dalam keluarga moluska akan mengalami kematian bila kadar Cu yang terlarut dalam badan perairan tempat biota tersebut hidup berkisar antara 0,16-0,5 ppm, dan kadar Cu sebesar 2,5-3,0 ppm dalam badan perairan telah dapat membunuh ikan-ikan (BRYAN 1976). Penurunan jumlah spesies biota dasar umumnya disebabkan oleh akumulasi Cu dalam substrat sedimen. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA Tabel 3. Kadar Cu dalam air laut dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura. Table 3. Cu content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea. Station 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Min. Max. Means Sea water (ppm) Surface Bottom <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.00l <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 Sediment (ppm) Surface Bottom 3.00 7.53 5.74 4.40 5.27 5.58 6.29 2.54 8.05 4.76 5.32 3.85 4.80 3.52 4.42 7.85 0.39 6.39 4.51 2.49 4.35 1.65 2.76 6.87 2.75 2.18 3.03 8.04 3.95 4.19 4.02 6.55 4.12 2.08 6.39 1.69 5.37 6.19 2.63 3.17 3.45 6.07 2.50 1.31 3.49 3.09 0.39 1.31 8.05 8.04 4.20 4.54 Note: Threshold Value of sea water : <0.001 ppm (KMNKLH 1988) Threshold Value of sea water : 0.01 ppm (EVERAART 1980) Threshold: Value of sea water : 0.008 ppm(KMNKLH 2004) Kadar Cu dalam air laut lebih rendah dibandingkan dalam sedimen, hal ini menunjukkan adanya akumulasi Cu dalam sedimen. Namun demikian kadar Cu di perairan muara Sungai Digul Arafura belum berbahaya bagi kehidupan organisme yang hidup di perairan tersebut. Zink (Zn) Hasil pengukuran kadar Zn dalam air laut (pada permukaan dan dasar) dan sedimen di perairan Digul Arafura disajikan pada Tabel 4. Tabel tersebut menurijukkan bahwa kadar Zn rerata berkisar antara 0,006-0,034 ppm. Kadar normal Zn dalam air laut adalah 2,0 ppb atau 0,002 ppm (WALDICHUK 1974). Kadar Zn ini berbahaya bagi kehidupan organisme perairan. Kadar ini masih sesuai dengan NAB yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KMNKLH. 1988) untuk kepentingan kehidupan biota laut yakni <0,l ppm. Demikian juga bila dibandingkan dengan Baku Mutu Air 25 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et al Laut yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomer: 51 Tahun 2004 untuk kehidupan biota laut yakni: 0,05 ppm. Kadar logam berat Zn dalam air laut yang cukup tinggi > 0,007 ppm ditemukan di dekat muara Sungai Digul yaitu stasiun 2, 9 dan 11. Hal ini mungkin karena ada aktifitas pembuangan limbah yang mengandung logam Zn dari daratan ke perairan laut. Dalam sedimen kadar Zn berkisar antara 49,73-58,78 ppm, kadar Zn ini cukup tinggi. Kadar Zn dalam sedimen di perairan Tor Bay Grand Bretagne yang relatip tidak tercemar berkisar antara 10,7-42,0 ppm (TAYLOR1974). MARTIN dalam THAYIB dan RAZAK 1988 menemukan kadar normal logam berat Zn dalam sedimen di perairan utara Bretagne yaitu berkisar antara 38,8-268,0 ppm. Dengan demikian bila mengacu pada penemuan TAYLOR 1974 dapat dikatakan bahwa perairan ini telah terkontaminasi oleh logam Zn. Pada Tabel 4 tampak bahwa kadar logam Zn baik di lapisan atas maupun dasar cukup tinggi yaitu > 58,75 ppm ditemukan di stasiun 4 dan 8 dekat muara sungai (Gambar 1), hal ini kemungkinan karena proses sedimentasi yang cukup luas dengan komposisi sedimen tersebut berupa lumpur, sehingga mempunyai daya absorbsi terhadap logam cukup tinggi dengan demikian kadar logam yang terkandung dalam lumpur cukup tinggi. Bila dilihat untuk kepentingan biota perairan, Zn juga bersifat racun dalam kadar tinggi, namun dalam kadar rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai koenzim. Hasil percobaan LC50 selama 96 jam menunjukkan bahwa Zn pada kadar 60 ppm telah dapat menyebabkan kematian 50 hewan uji (ikan) (BRYAN dalam CONNEL & MILLER. 1995), pada kadar 310 ppb telah dapat mematikan 50 % embrio kerang Chloromya virginica (LC50, 24 jam), dan pada kadar 166 ppb dan 195,4 ppb telah dapat mematikan embrio dan larva kerang Mytilus marcenaria sebanyak 50 % (LC50, 24 jam) (CALABRESE et. al 1977). Hasil yang diperoleh kadar Zn dalam air laut di perairan ini belum berbahaya bagi kepentingan biota di atas. Kadar Zn dalam air laut lebih rendah dibandingkan dalam sedimen, hal ini menunjukkan adanya akumulasi Zn dalam sedimen. Baku Mutu Zn di dalam lumpur atau sedimen di Indonesia belum ditetapkan, padahal senyawa-senyawa logam berat lebih banyak terakumulasi dalam sedimen (karena proses pengendapan) tempat kehidupan biota dasar. 26 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA Tabel 4. Kadar Zn dalam air laut dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan perairan Laut Arafura. Table 4. Zn Content in sea water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea. Station 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Min. Max. Means Sea water (ppm) Surface Bottom 0.007 <0.001 <0.001 0.002 0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.001 <0.001 <0.001 0.001 <0.001 0.001 0.008 0.001 0.001 0.001 0.009 <0.001 <0.001 <0.001 0.001 <0.001 0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.003 <0.001 0.003 <0.001 0.002 <0.001 0.006 <0.001 0.002 0.003 0.005 0.002 0.004 <0.001 <0.001 <0.001 0.009 0.003 0.0034 0.006 L Sediment (ppm) Surface Bottom 35.72 63.36 51.68 50.35 50.29 60.85 62.14 43.58 54.60 56.23 50.95 47.33 50.33 112.00 49.62 140.47 15.98 69.43 53.34 38.82 46.91 28.30 51.27 54.69 39.80 36.71 69.47 75.14 45.65 44.30 49.84 75.11 50.56 38.08 65.32 29.13 56.43 67.72 49.64 45.43 51.59 59.05 39.71 29.00 52.96 63.38 15.98 28.30 69.47 140.47 49.73 58.78 Note: Threshold Value of sea water : <0.001 ppm (KMNKLH 1988) Threshold Value of sea water : 0.01 ppm (EVERAART 1980) Threshold: Value of sea water : 0.008 ppm(KMNKLH 2004) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn ) dalam air laut permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar logam berat dalam air dasar. Kisaran kadar Pb, Cd, Cu dan Zn dalam air laut di peteirah muara Sungai Digul masih tergolorig rendah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tidak ada limbah yang masuk ke perairan Digul yang bisa menaikan kadar Pb, Cd, Cu, dan Zn. Didalam air permukaan maupun dalam air dasar tidak ditemukan adanya lokasi yang kadar logam beratnya melebihi Baku Mutu air laut peruntukan Biota (ANONYMOUS 1988), ini 27 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et al. Tabel 5. Kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam air sungai dan sedimen di perairan muara Sungai Digul dan Laut Arafura. Table 5. The Content Heavy Metals (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) in river water and sediment of Digul Waters and Arafura Sea. Water (ppm) No Sta Sediment (p 3m/DW) Pb Cd Cu Zn Ni Pb Cd Cu Zn Ni 1 SI < 0.001 < 0.001 < 0,001 < 0.001 < 0.001 3.39 0.06 3.15 35.32 6.22 2 S2 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 7.19 0.01 6.19 53.91 11.60 3 S3 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 8.53 0.09 8.55 67,04 15.30 <0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 3.39 0.01 3.15 35.32 6.22 Max 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 8.53 0.09 8.55 67.04 15.30 Means < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 6.37 0.05 5.96 52.09 11.04 Min berarti bahwa perairan Digul masih memenuhi persyaratan Baku Mutu air laut untuk kehidupan biota laut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam air sungai pada lapisan permukaan di muara Sungai Digul SI, S2 dan S3 (<0,001-0,001 ppm) lebih kecil dibandingkan di lepas pantai. (Tabel 5) Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan bahan polutan berasal dari lepas pantai, karena kadar logam berat di lepas pantai lebih tinggi dibandingkan kadar logam berat dalam air sungai. Namun kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam sedimen di dalam sungai dengan kadar logam berat dalam sedimen di lepas pantai tidak ada perbedaan yang menyolok (Tabel 6). Hal ini karena jenis sedimen yang didapatkan sama yaitu lumpur berpasir. Kadar logam berat dalam sedimen pada lapisan permukaan pada umumnya lebih kecil dibandingkan pada lapisan dasar. Dalam keada&n alamiah, kadar logam berat di lapisan permukaan lebih rendah dibandingkan dengan lapisan dasar. Kadar logam Cu didalam sedimen di sebelah utara (stasiun 3, 4, 5, 6, 7, dan 8) perairan muara Sungai Digul lebih tinggi dibandingkan di sebelah selatan (stasiun 15, 16, 17 dan 18). Hal ini mungkin karena adanya pengaruh pertambangan. Walaupun kadar logam Cu didalam air baik di lapisan permukaan maupun lapisan dasar tidak terdeteksi (<0,001 ppm), kemungkinan kadar Cu dalam air laut tersebut telah mengalami pengenceran karena adanya pengaruh pola arus pasang surut di perairan muara Sungai Digul. Kadar logam berat dalam air pada penelitian tahun 2002 dibandingkan penetitian tahun 2001 tidak menunjukkan perubahan yang berarti, sedangkan kadar logam berat dalam sedimen untuk kadar Cu tidak ada perubahan. 28 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA Tabel 6. Perbandingan kadar Cu, Cd, Pb dan Zn dalam sediment di perairan muara Sungai Digul dan 4 (empat) lokasi lainnya. Table 6. Comparison of Concentration Cu, Cd, Pb and Zn in sediment in Digul Estuary and 4 (four) other locations. Location Pulau Lembar * Teluk Jakarta* Cilacap * Banten * Teluk Jakarta Bagian Tengah* Kolam Pelabuhan Tanjung Priok* Digul I Digul II Cu 10.24 27.4+13.4 8.7+1.8 10.4+3.2 7.2-53.9 34.2-111.7 1.02-10.69 1.31-8.04 Cd 1.06 1.72+0.52 <0.53 <0.5 1.41-2.53 0.72-2.75 <0.1-0.15 0.01-0.16 Pb 15.2+3.0 10.4-3.2 89.5-176.5 101.4-177.5 2.61-14.07 2.72-12.10 Zn 95.19 27.49-105.89 15.98-140.47 Keterangan = ♦ Sumber Hutagalung 1994. Kadar logam berat dalam seditnen di perairan muara Sungai Digul masih bersifat alarm. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa kadar Cu, Cd, Pb di perairan muara Sungai Digul lebih rendah dibandingkan dengan yang di Teluk Banten pada tahun 1980 saat itu belum banyak industri di pantai Banten (Tabel 6) , Teluk Jakarta, Teluk Jakarta Bagian Tengah, kolom Pelabuhan Tanjung Priuk, Pelabuhan Lembar. Namun untuk kadar Zn ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan Pelabuhan Lembar. 29 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ROCHYATUN et.al DAFTAR PUSTAKA ANONIMOUS 1988. Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan. Baku Mutu Air Laut. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. : Kep02/MENKLH/I/1988.Tentang Pedoman penetapan Baku Mutu Air Laut: 57 hai. BATLEY, G. E dan D. GARDNER 1977. Sampling and storage of natural water for trace metal analysis. Water Research. 11 : 745-756. BRULAND, K. W; R. P. FRANKS; KUANER, G. E. and. J. H. MARTIN, 1979. Sampling and analytical methods for the determination of Copper, Cadmium, Zinc and Nickel as the nanogram per liter level in sea water. Anal Chem. 105 ; 233 - 245. BRYAN, G. W. 1976.Some aspects heavy metal tolerance in aquatic organism. In : A. P. M. LOCK WOOD (ed.) Effects of pollutants on aquatic organisms. Combridge University Press, Cambridge. CONNEL, W. D. dan G. J. MILLER 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia : 520 hal. CALABRESE, A., J. R. McINNES, D. A. NELSON and J. E. MILLER 1977. Survival and growth of bivalve larvae under heavy-metal stress. Marine Biol. 41 : 179-184. HUTAGALUNG, HORAS P. 1994. Kandungan logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta. Proseding Seminar Pemantauan Pencemaran Laut dan Interkalibrasi. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta. 7-9 Februari 1994. EVERAARTS, J. M. 1980. Heavy metals (Cu, Zn, Pb dan Cd) in sediment of the Java Sea. Estuarine and coastal areas of east Java and some deep sea areas. Nederland Journal of Sea Research 23 (4):403-413. KANTOR MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. 1988. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep~ 02/MNKLH/I/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta: 32 hal KANTOR MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No Kep51/MNKLH/I/2004 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut. Menteri Negara Lingkungan Hidup :8 hal LORING, D.H. and R. T. T. RANTALA 1977. Geochemichal analysis of sediment and suspended particulated matter. Fisheries and Marine Service Technical Report No : 700. Environmental Canada : 1 -58. MURPHY, M. 1979. A manual for toxicity tests with fresh water macroinvetebrates and a review of the effects of specific toxicants. University of Wales Institute of Science and Tecnology Publication : 134 pp. PALAR, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 152 hal. 30 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LOGAM BERAT DI LAUT ARAFURA PHILIPS, J. D. H. 1980. Proposal for monitoring studies on the contamination of the East Seas by trace metals and organochlorines. South China Sea Fisheries Development and Coordinating programe FAO-UNEP, Manila, May 1980. 1 - 35. SYAHMINAN. 1996. Studi Analisis dan Distribusi Pencemaran Logam Berat di Perairan Estuari Siak Pekanbaru, Riau. ( Skripsi) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan IPB. Bogor. TAYLOR, D 1974. Natural distribution of trace metals in the sediment from a coastal environment, Tor Bay, England. Estuarine and Coastal Marine Science 2 : 417-424. THAMZIL, L., S. SUWIRMA dan S. SURTIPANTI 1980. Studi kandungan logam berat pada aliran Sungai Sunter. Majalah Baton Vol. XIII No. 3 : 41-58. THAYIB, S. S. dan H. RAZAK 1981. Pengamatan kandungan bakteri indikator, logam berat dan pestisida di Perairan Pantai Teluk Ambon, Teluk Banten dan Teluk Jakarta. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Biologi VI, Surabaya : 196-217. THAYIB, S. S. dan H. RAZAK 1988. Pengamatan kandungan bakteri indikator, logam berat dan pestisida di Perairan Pantai Teluk Ambon, Teluk Banten dan Teluk Jakarta. Buku Perairan Indonesia: hal. 114-131. WALDICHUK, M. 1974. Some biological concern in heavy metals pollution. In : VERBERG & VENBERG (eds.) Pollution and Physiology of marine organism . Academic Press, London : 231 pp. 31 Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 36, 2004