ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN BANTEN (BANK BJB) Oleh DIAN YUDO PALUPI H24070045 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 RINGKASAN DIAN YUDO PALUPI. H24070045. Analisis Peluang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI dan RADEN DIKKY INDRAWAN. Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanekaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten (Bank BJB) Cabang Depok. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui peraturan perundangundangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok, 2) mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan lainnya, 3) mengetahui kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya, 4) mengetahui posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok pada Bank BJB. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur (kuesioner), In depth interview, survei lapang, dan studi literatur. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis kelembagaan, analisis SWOT, dan analisis finansial. Berdasarkan analisis kelembagaan bahwa Pemerintah Kota Depok hanya dapat melakukan penyertaan modal jangka panjang yakni penanaman saham pada BUMD saja (Bank BJB), dapat melakukan penyertaan modal jangka pendek seperti simpanan berbentuk tabungan dan deposito yang dilakukan pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial, serta membeli obligasi pemerintah yang memiliki resiko sangat kecil. Dilihat analisis finansial dengan menggunakan kriteria EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity) bahwa ROE dan EPS Bank BJB mengalami kenaikan dari tahun 2006-2010. Dari sisi analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki Bank BJB dapat mendukung perkembangan usaha yang dijalankan dan untuk produk investasi jangka pendek, produk deposito merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Kota Depok yang membutuhkan dana operasional per bulan dan deposito adalah instrumen investasi jangka pendek yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok selain di Bank BJB yakni di bank lainnya yang berkategori sehat. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang. Untuk investasi jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada produk perbankan di semua bank yang sehat yakni deposito dan tabungan (simpanan). ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN BANTEN (BANK BJB) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh: DIAN YUDO PALUPI H24070045 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Judul Skripsi : Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Nama : Dian Yudo Palupi NIM : H24070045 Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, (Farida Ratna Dewi, SE. MM) NIP. 19710307 200501 2 001 (R. Dikky Indrawan, SP. MM) Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak dari pasangan Sugiono dan Liana, dimana penulis memiliki dua orang kakak perempuan bernama Melan dan Melly Novita serta seorang adik laki-laki yaitu Hendi Setiawan. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Mei 1990. Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN Semplak 1 Bogor tahun 1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMPN 4 Bogor pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh pendidikan menengah atas pada SMAN 2 Bogor. Melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB). Semasa kuliah, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB sebagai staf Perekonomian dan aktif di berbagai kepanitian di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, serta sebagai pengurus di Beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat. Penulis pernah menjadi mahasiswa magang pada bagian Proses Pengembangan Data dan Informasi (PPDI) Bank Indonesia. iii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis sadar penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Februari 2011 Penulis iv UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Farida Ratna Dewi, SE. MM dan R. Dikky Indrawan, SP. MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Pihak Bank Jabar Banten dan Pemerintah kota Depok, Ibu Rika sebagai pembimbing lapang yang telah banyak membantu penulis dalam penyediaan data saat melakukan penelitian. 6. Bapak Sugiono dan Ibu tercinta Liana yang telah membantu penulis untuk dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta memberi semangat dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. 7. Keluarga tercinta : Kak Melan, Kak Melly, dan Hendi yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat dan kebahagiaan dalam hidup penulis. 8. M. Ilham Mutaqien untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap inspirasi, dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan mengisi hari-hari penulis, serta kasih sayangnya yang luar biasa. 9. Norvi, Gerry, Nanda, Enny, Lely, Ahmad Ajie, Fani, Imam, Septi, Rari, Dani, Indri, Dimpy, dan Arif yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, perhatian, dan motivasi serta selalu memberikan warna bagi kehidupan penulis. v 10. Teman-teman BEM FEM 2009-2010, Pengurus Paguyuban KSE IPB, dan Tim Danone Buitenzorg, serta PT Masasi Indonesia yang dengan rasa kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan membantu dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama. 11. Teman-teman Manajemen 44 yang tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan canda tawa selama ini 12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Februari 2011 Penulis vi DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang .......................................................................... 1 Rumusan Masalah ..................................................................... 4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 Manfaat Penelitian .................................................................... 5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6 2.1. Manajemen Kas Daerah ............................................................ 6 2.2. Investasi .................................................................................... 8 2.2.1. Pengertian Investasi ..................................................... 8 2.2.2. Proses Investasi ............................................................. 8 2.3. Manajemen Investasi Daerah ................................................... 9 2.3.1. Investasi Aset Keuangan ............................................... 10 2.3.2. Risiko Investasi. ............................................................ 11 2.3.3. Prinsip Manajemen Investasi Daerah. ........................... 13 2.4. Saham ....................................................................................... 14 2.4.1. Pengertian Saham ......................................................... 14 2.4.2. Penilaian Saham ............................................................ 16 2.5. Pengertian Bank ........................................................................ 18 2.6. Pengertian Pasar Modal ............................................................ 19 2.6.1. Jenis Pasar Modal ......................................................... 20 2.6.2. Instrumen Pasar Modal. ................................................ 20 2.6.3. Lembaga Yang Terkait Dengan Pasar Modal. .............. 22 2.6.4. Pelaku Dalam Pasar Modal. .......................................... 23 2.6.5. Lembaga Penunjang. ..................................................... 24 2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................ 27 III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 30 3.2. Lokasi dan Waktu .................................................................... 30 vii 3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 31 3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 32 3.4.1. Analisis SWOT ............................................................ 32 3.4.2. Analisis Finansial. ......................................................... 36 3.4.3. Analisis Kelembagaan................................................... 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42 4.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................. 42 4.2. Analisis Kelembagaan .............................................................. 44 4.3. Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank bjb) Sebelum IPO ............................................................................ 50 4.4. Kebijakan Saham Setelah IPO ................................................. 53 4.5. Kinerja Bank Jabar Banten ....................................................... 56 4.5.1. Analisis SWOT ............................................................ 58 4.6. Analisis Finansial. ..................................................................... 67 4.7. Implikasi Manajerial ................................................................. 75 4.7.1. Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B ................ 76 4.7.2. Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan B ...... 77 4.7.3. Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B .......................................................... 78 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 81 1. Kesimpulan ............................................................................................... 81 2. Saran ......................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83 LAMPIRAN .................................................................................................. 85 viii DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Halaman Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data ................................... Metode Analisis ............................................................................... Penentuan Bobot Faktor Strategis .................................................... Penentuan Nilai Faktor Strategis...................................................... Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE. ....... Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah ....................................................................................... Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB ............... Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya) ............................................... Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya ......................... Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya ....................... Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB ....................... Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010-2014 .................................. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2011-2015 ................................. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten...................................... ix 31 32 34 35 36 44 54 65 68 68 69 70 71 75 DAFTAR GAMBAR No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Halaman Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... Analisis SWOT ................................................................................ Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok ..................... Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB............................... Grafik Perkembangan untuk EPS dan ROE Bank BJB ................... Grafik Forecasting untuk EPS Bank BJB ........................................ Grafik Forecasting untuk ROE Bank BJB ....................................... Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten .......................................... Financial Highlights Bank Jabar Banten ......................................... Rasio Keuangan Bank Jabar Banten ................................................ x 30 33 53 57 69 70 71 72 72 73 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanyaan Wawancara Kepada Pihak Bank BJB .......................... Kuesioner Terhadap Bank BUMN dan Bank Swasta di Depok ..... Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................ Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................ Perhitungan Bobot IFE dan EFE ...................................................... Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 ................. Posisi Saham Bank BJB sebelum dan sesudah IPO ......................... Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB ............................... Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan .................................................................... 10. Suku Bunga Tabungan ..................................................................... 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar ................... 10. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT Bank BJB Tbk. ........................................................................... xi 85 88 89 92 95 101 123 129 133 136 137 138 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Depok merupakan kota yang mulai berkembang dimana secara administratif berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor dan Tangerang. Laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk Kota Depok semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kota Depok berfungsi sebagai penyangga (buffer) yang menerima dampak dari pertumbuhan ekonomi wilayah di sekitarnya. Kota Depok banyak memasok berbagai kebutuhan di Jakarta. Selain itu, penduduk yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya banyak yang bermukim di Depok. Dengan demikian, Depok berkembang menjadi kota yang potensial dan strategis dalam kegiatan sosial dan ekonomi. Dalam perkembangannya, kota Administratif (Kotif) Depok tumbuh dengan sangat cepat. Melihat pertumbuhan yang pesat tersebut dan adanya tuntutan aspirasi masyarakat, maka dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, serta pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa mendatang. Untuk itu dibentuklah Pemerintah Daerah Tingkat II (DATI II) Kota Depok pada tanggal 20 April 1999, berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999. Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Pembentukan ini bermakna pula sebagai wujud dukungan akan kemampuan dan potensi wilayah Kota Depok dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tersebut tentunya akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undangundang tentang desentralisasi fiskal (UU No. 25 tahun 1999), dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pusat dan Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber 2 keuangan diantaranya melalui "hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan" yang bersumber dari bagian laba BUMD maupun hasil kerjasama dengan pihak ketiga. Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanakaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah daerah tentunya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membangun derahnya serta memiliki daya saing tinggi dengan mengkombinasikan antara faktor kondisi ekonomi, kualitas kelembagaan publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan membangun kemampuan daerah untuk lebih berkembang dan berdaya saing (UU No. 32 tahun 2004). Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada sektor perbankan, karena berdasarkan data Biro Riset InfoBank, industri perbankan menguasai 90,46 persen pangsa pasar keuangan di Indonesia, yakni dengan penyertaan modal terhadap Bank BJB. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00. 3 Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Lalu pada tahun 2007 terjadi perubahan nama, dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dengan sebutan Bank Jabar Banten. Dan pada tanggal 5 Juli 2010, perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB. Pada tanggal 8 Juli 2010 Bank Jabar Banten secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Jabar Banten telah berhasil mengukir prestasi sebagai Bank Pembangunan Daerah pertama yang telah melakukan penawaran perdana saham (IPO) kepada publik. Dengan terjadinya hal ini, maka terjadi juga perubahan komposisi kepemilikan saham pada Bank BJB. Bank Jabar Banten telah menjual saham seri A terhadap pemerintah dari tahun 1999 dan setelah IPO Bank BJB menawarkan saham kepada publik sejumlah 2.424.072.500 lembar saham Seri B, termasuk EMSA (karyawan dan nasabah) dengan harga penawaran Rp 600 per saham 4 dengan dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan saham ke masyarakat ini setara dengan 25% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Bank Jabar Banten. Perubahan status hukum Bank BJB setelah berhasil berubah bentuk menjadi Perseroan Terbatas dan melakukan IPO (Initial Public Offering), maka banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah, terutama Pemerintah Kota Depok terkait dengan penyertaan modal untuk seterusnya. Tentunya untuk melakukan penyertaan modal tersebut diperlukan kejelian dan ketajaman dan keakuratan daya analisis dari aparat daerah. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka analisis mengenai penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok kepada pihak ketiga yakni Bank BJB maupun produk pesaingnya perlu untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Perubah status hukum Bank BJB sebagai Perseroan Terbatas, mengakibatkan berubah pula otonomi saham Bank BJB yang mulanya saham pemerintah mutlak 100% menjadi 75% dan sisanya dimiliki oleh masyarakat umum. Dari hal ini, Pemerintah Daerah Kota depok perlu mengidentifikasi apakah penyertaan modal terhadap Bank BJB masih layak atau tidak. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penyertaan modal oleh Kota Depok ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok? 2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB dalam industri perbankan saat ini? 3. Bagaimana kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya? 4. Bagaimana posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok pada Bank BJB? 5 1.3 Tujuan 1. Menganalisis peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok 2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan lainnya 3. Menganalisis kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya 4. Menganalisis posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok pada Bank BJB 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak Pemerintah Kota Depok, penelitian ini dapat dijadikan alternative, masukan, dan pertimbangan untuk melaksanakan keputusankeputusan dalam Pemerintah Kota Depok yang berkaitan dengan penyertaan modal pada Bank BJB guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia terutama pada kalangan akademis dan masyarakat pada umumnya. 1.5 Ruang Lingkup Kajian ini membahas tentang peluang penyertaan modal yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Depok terhadap Bank Jabar dengan produk pesaingnya yaitu PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Kas Daerah Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Terdapat tiga tujuan utama manajemen kas, yaitu: 1. keamanan kas 2. menjaga likuiditas keuangan 3. memperoleh keuntungan investasi Manajemen kas bertujuan untuk menjaga keamanan kas dalam arti melindungi kas dari kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan manajemen yang buruk atau karena tindak korupsi dalam praktek pengumpulan, pengeluaran, dan pemanfaatan kas. Tujuan kedua adalah menjaga likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas yang memadai dan mencukupi untuk memenuhi kewajiban finansial, seperti membayarkan kembali hutang jangka pendek yang jatuh tempo, membayar kewajiban kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah dianggarkan, dan membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari pemanfaatan kas dalam investasi jangka pendek. Seringkali antara tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh keuntungan investasi bersifat kontradiktif. Likuiditas yang tinggi membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun, kondisi keuangan yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan memperoleh keuntungan investasi, sebab kas yang terlalu banyak tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk investasi sehingga menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, menginvestasikan kas yang terlalu besar dalam 7 instrumen investasi jangka pendek juga berarti menurunkan likuiditas. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh manajer keuangan sektor publik adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling optimal, yaitu menentukan jumlah kas di tangan yang mencukupi untuk mendanai kegiatan operasional dan menginvestasikan kas yang masih menganggur (Mahmudi, 2010) Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi (PP 58/2005, Pasal 2): a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah, dana retribusi daerah serta melakukan pinjaman; b. Kewajiban daerah untuk menyelengggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga; c. Penerimaan daerah d. Pengeluarah daerah; e. Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang; termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 4) 1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah (Halim, 2010). 8 2.2. Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi Menurut Husnan (1998) investasi adalah setiap pengguna dana dengan maksud memperoleh penghasilan. Sedangkan menurut Halim (2003) investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2000). Dari beberapa pengertian investasi dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan dalam bidang finansial yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kekayaan atau asset yang ditanam. 2.2.2 Proses Investasi Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah; a. Menentukan kebijakan investasi Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. b. Analisis Sekuritas Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut. 9 c. Pembentukan Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya. d. Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. e. Evaluasi Kinerja Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari potofolio lainnya (Husnan, 2000). 2.3. Manajemen Investasi Daerah Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi. Investasi daerah merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Mahmudi, 2010). Terdapat tiga tujuan utama dilakukannya investasi daerah, yaitu: 1. Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield); 2. Untuk keamanan aset daerah (safety); 3. Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas keuangan (likuidity). 10 Adapun kebijakan investasi daerah, setidaknya harus memperhatikan empat hal: 1. Instrumen investasi apa yang akan dibeli; 2. Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan; 3. Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan; 4. Seberapa besar manfaat dan risiko investasi. Pada dasarnya investasi daerah luas meliputi: 1. Investasi Aset Keuangan (Financial Assets), antara lain: Deposito, Saham, Obligasi, Sukuk (Obligasi Syariah), Reksadana, Surat Berharga lainnya, dan Penyertaan modal. 2. Investasi Aset Nonkeuangan, meliputi: • Aset Berwujud (tangiable assets) dalam bentuk Aset Tetap, antara lain: Tanah dan bangunan; Jalan, irigasi, dan jembatan; Infrastruktur dan jaringan; Mesin dan peralatan; • Investasi Aset Tidak Berwujud (intangiable assets), antara lain: Sumber Daya Manusia (intelellectual assets); Data Base dan sistem Informasi. 2.3.1 Investasi Aset Keuangan Investasi aset keuangan dapat dibedakan mejadi dua jenis, yaitu: 1. Berdasarkan jangka waktunya, terdiri atas: • Investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun) • Investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun) 2. Berdasarkan sifat kepemilikannya, terdiri atas: • Investasi permanen; • Investasi tidak permanen. Investasi jangka pendek adalah investasi pada berbagai instrumen keuangan yang memiliki masa jatuh tempo atau kepemilikan kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk mengoptimalkan 11 manajemen kas daerah. Investasi jangka pendek dilakukan untuk memanfaatkan kas daerah yang masih menganggur atau belum digunakan sampai jangka waktu tertentu, menjaga keamanan kas daerah, serta untuk memperoleh keuntungan investasi. Instrumen investasi jangka pendek yang bisa dipilih antara lain: • Deposito 1 bulan; • Deposito 3 bulan; • Deposito 6 bulan; • Surat Perbendaharaan Negara (SPN); • Saham untuk dijual kembali dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun. Investasi jangka panjang adalah investasi yang memiliki masa jatuh tempo atau kepemilikan lebih dari satu tahun. Investasi jangka panjang merupakan instrumen pembiayaan anggaran yang dalam jangka pendek digunakan untuk mengalokasikan surplus anggaran dan jangka panjangnya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta menjaga kesinambungan fiskal daerah. Instrumen investasi jangka panjang yang bisa dipilih antara lain; • Deposito 12 bulan; • Surat Utang Negara; • Obligasi/penyertaan modal jangka panjang; • Dana bergulir(roll-over fund). 2.3.2 Risiko Investasi Menurut Mahmudi (2010), seperti halnya dengan utang, investasi daerah di samping memberikan keuntungan juga mengandung risiko yang harus dikelola dengan baik. Risiko investasi tersebut antara lain : 1. Risiko kredit (credit risk) Risiko kredit adalah risiko yang terkait dengan kegagalan peminjam dana pemerintah untuk mengembalikan dana yang dipinjam tersebut pada saat jatuh tempo. Risiko kredit dapat diminimalisasi dengan cara 12 melakukan analisis kredit secara cermat, membatasi jumlah investasi terhadap kredit yang berisiko tinggi, mensyaratkan adanya penjaminan atas investasi tertentu. 2. Risiko Likuiditas (liquidity risk) Risiko likuiditas terkait dengan kemudahan untuk instrumen investasi sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian. Semakin sulit suatu instrumen investasi untuk dijual, maka semakin tinggi risiko likuiditasnya. Risiko likuiditas dapat dikurangi dengan cara memilih instrumen investasi yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder serta membuat perkiraan arus kas dan skedul jatuh jatuh tempo investasi sehingga antara kebutuhan kas dengan pencairan investasi bisa disesuaikan. 3. Risiko pasar dan suku bunga (market and interest rate risk) Risiko pasar adalah risiko yang terkait dengan penurunan investasi yang disebabkan terjadinya perubahan pasar keuangan. Harga pasar keuangan sangat terkait dengan perubahan tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga dapat berisiko menurunkan harga surat berharga. Investasi dengan tingkat pendapatan tetap (fixed income securities) tidak akan banyak terpengaruh oleh perubahan harga pasar, sedangkan untuk investasi dengan tingkat pendapatan mengambang (floating income securities) sangat dipengaruhi oleh perubahan perubahan harga pasar. 4. Risiko reinvestasi (reinvestment risk) Risiko reinvestasi terjadi jika pendapatan dari investasi tidak dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan dana pokok yang diinvestasikan. Hal ini pada umumnya terjadi pada surat berharga yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo (callable securities). Penerbit surat berharga biasanya melunasi/menarik kembali surat berharganya pada saat terjadi penurunan tingkat suku bunga di pasar keuangan. Hal ini kemudian memicu munculnya risiko reinvestasi bagi investor. 13 2.3.3 Prinsip Manajemen Investasi Daerah Prinsip manajemen investasi daerah antara lain: legalitas, keamanan, likuiditas, keuntungan, dan kesesuaian. • Legalitas Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya undangundang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang pokokpokok pengelolaan keuangan daerah. Untuk investasi jangka panjang harus mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas tidak harus melalui persetujuan DPRD tetapi harus mengacu pada peraturan di tingkat daerah terkait, misalnya peraturan kepala daerah tentang kebijakan manajemen investasi daerah. • Keamanan Keputusan investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan investasi. Oleh karena itu, setiap keputusan investasi daerah harus didukung dengan analisis yang memadai tentang manfaat dan risiko investasi. Karakteristik investasi adalah semakin tinggi tingkat keuntungan investasi (rate of return), maka semakin tinggi risiko investasi tersebut (high risk high return). Untuk tujuan keamanan, investasi dengan tingkat risiko tinggi pada dasarnya kurang sesuai bagi daerah. Pemerintah daerah sebaiknya memilih instrumen investasi yang lebih aman bagi keuangan daerah. • Likuiditas Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut dapat dicairkan kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian berarti. Semakin likuid suatu investasi, maka semakin mudah pemerintah daerah memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan kas yang mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah yang tidak memiliki proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen investasi yang tidak likuid. 14 • Keuntungan Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Investasi yang dilakukan daerah harus memberikan keuntungan yang optimal. Manajer keuangan daerah harus berupaya untuk membuat portofolio investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi daerah dengan tingkat resiko tertentu. • Kesesuaian Karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan bisnis, bukan juga l embaga keuangan, maka tidak semua jenis instrumen investasi cocok untuk daerah. Sebagai contoh, pemerintah daerah tidak dibenarkan ikut bermain valas meskipun investasi pada zero coupon bond dan surat berharga yang jatuh temponya lebih dari lima tahun. Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang sesuai untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak melanggar peraturan perundangan yang terkait 2.4. Saham 2.4.1 Pengertisan Saham Sekuritas atau efek adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan di pasar modal primer maupun sekunder (Gitosudarmo, 1999). Sedangkan menurut Thian Hin (2001). Saham yaitu surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham merupakan tanda bukti pengambilan pengambilan bagian saham, juga merupakan tanda bukti pengambilan bagian peserta dalam suatu perusahaan (Riyanto, 1999). Saham adalah tanda penyertaan modal pada perusahaan perseroan terbatas. Jenis saham antara lain: a. Saham Biasa Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo, 1999). 15 b. Saham Preferen Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2003), saham preferen adalah saham yang memberikan hak deviden dan atau bagian kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan disamping itu mempunyai preferen untuk digunakan dalam mengajukan pencalonan direksi/ komisaris (Gitosudarmo, 1999). c. Saham Treasury ( Treasury stock ) Saham treasury adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri (Jogiyanto, 2003). Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut (binder produk–produk yang ada di pasar modal). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan, pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanam di perusahaan (Tjiptono dan Hendy, 1995). Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai 3 tujuan investasi utama ( Kertonegoro, 1995) adalah: a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chip dan saham nonspekulatif lainnya. b. Sebagai pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang sehingga mereka mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham, sumber penghasilan untuk mendapatkan deviden. 16 c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan deviden sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi. 2.4.2 Penilaian Saham Harga saham adalah harga yang dibentuk dan interaksi para penjual dan pembeli saham dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu para investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Menurut Ang (1997) nilai dari saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga jenis: a. Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam saham yang berfungsi untuk tujuan akuntansi, nilai ini tidak dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam neraca. b. Harga dasar (Base Price) Harga dasar saham baru merupakan harga perdananya, harga saham diperoleh dari perkalian antara nilai par value dengan jumlah saham yang diterbitkan. Harga dasar suatu saham sangat erat hubungannya dengan harga pasar tersebut. Harga dasar diperhitungkan dalam perhitungan indeks harga saham, harga dasar akan berubah seiring dengan aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split, warrant, redemtion. c. Harga Pasar (Market Price) Harga pasar merupakan harga dimana harga tersebut berlaku saat pasar sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (Closing Price), harga pasar adalah harga yang mencerminkan naik turunnya suatu saham. Jika harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan terbentuk market value. 17 Harga saham dibursa ditentukan oleh kekuatan pasar yang berarti saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran, karena permintaan dan penawaran atas saham berfluktuasi setiap harinya, maka harga sahampun akan mengikuti pada fluktuasi tersebut. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih banyak, maka harga saham akan cenderung meningkat . Faktor-faktor yang menentukan harga saham dipasar adalah: 1. Taksiran penghasilan yang akan diterima 2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang mana dipengaruhi oleh keuntungan yang bebas risiko serta risiko yang ditanggung investor. Harga saham mencerminkan prestasi emiten, pergerakan harga saham dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilan dari operasi usaha semakin besar, hal ini berarti keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang saham juga semakin besar. Bagi investor, harga saham dan pergerakannya merupakan faktor penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham dikatakan tidak wajar apabila harganya ditetapkan terlalu tinggi (overprice) ataupun terlalu rendah (underprice). Melalui penilaian saham inilah para investor akan bisa memutuskan untuk menentukan strategi invetasi melalui keputusan untuk membeli, menjual atau mempertahankan saham tertentu. Harga saham juga mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham maka, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan semakin rendah harga saham maka semakin rendah pula nilai peruahaan, oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat memperhatikan harga saham. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik namun, bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi investor untuk membeli sehingga menimbulkan harga saham sulit meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal terebut maka banyak perusahaan yang melakukan stock split terhadap sahamnya, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli. 18 2.5 Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat (Hasibuan, 2008). Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan undang-undang No. 10 Tahun 1998 yakni Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Umum adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegitannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank adalah pengumpul dana dari SSU (Suplus Spending Unit) dan penyalur kredit kepada DSU (Defisit Spending Unit); tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat; pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan ekonomis; penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C; dan penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi. a. Simpanan Menurut Hasibuan (2008), simpanan atau tabungan adalah dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito 19 berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu (UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab 1 Pasal 1 ayat (6)). • Tabungan Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, tabungan dapat didefinisikan sebagai simpanan pihak ketiga di bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu. Pengertian tabungan tersebut ditinjau dari sudut mikro yaitu sebagai salah satu produk di bank. • Deposito Pengertian deposito menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank.(henmedya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../sumber+dana+bank-M2.pdf) 2.6 Pengertian Pasar Modal Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya. Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan 20 sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek. 2.6.1 Jenis Pasar Modal Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Pasar perdana Penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut. b. Pasar sekunder Penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di luar bursa efek. c. Bursa parallel Pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE). 2.6.2 Instrumen Pasar Modal Saham adalah satu efek yang pasar umumnya dijual di pasar modal (bursa efek) adalah saham. Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT). 21 Obligasi Surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan oleh perusahaan penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo. • Obligasi atas unjuk (bearer bonds) berarti pemegang obligasi dianggap sebagai pemilik atas hak obligasi tersebut. • Obligasi atas nama (registered bonds) berarti yang berhak atas sejumlah nilai uang atas obligasi tersebut adalah sesuai dengan nama yang tertera pada obligasi tersebut. Surat Berharga Lainnya Selain dari dua jenis efek yang telah diuraikan di atas yang sudah banyak digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat beberapa jenis efek yang juga dapat digunakan sebagai media hutang, seperti option, warrant, dan right. a) Option Surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. b) Warrant Surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant tersebut. c) Right Surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli tambahan saham pada penerbitan saham baru. 22 2.6.3 Lembaga yang Terkait dengan Pasar Modal Pengatur Pasar Modal (BAPEPAM) Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan suatu lembaga yang mengatur pasar modal tersebut. Pasar modal di Indonesia diatur oleh suatu lembaga pemerintah disebut Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) atas nama Departemen Keuangan. Pasar modal yang ada di Indonesia dikelola oleh swasta, dan oleh pemerintah. Bursa Efek Jakarta yang beroperasi di Jakarta dikelola oleh BAPEPAM milik pemerintah, Bursa Efek Surabaya yang beroperasi di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa Efek Surabaya milik swasta, dan Bursa Paralel dikelola oleh Persatuan Pedagang Uang dan Efek-efek (PPUE). Instansi Pemerintah Selain sebagai pengatur pasar modal, pemerintah juga campur tangan dalam hal-hal tertentu agar pasar modal tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Instansi Pemerintah yang terlibat dalam mekanisme pasar modal adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis, dan Departemen Kehakiman. BKPM memberikan ijin penanaman modal yang meliputi komposisi dan jumlah dana investasi, besarnya modal dasar, batas waktu penyetoran modal dan komposisi pemegang saham. Departemen Teknis memberikan ijin usaha dalam bidangbidang tertentu. Misalnya ijin usaha perbankan diberikan oleh Departemen Keuangan dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia. Departemen Teknis bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan/distributor adalah Departemen Perdagangan dan Industri. Lembaga Swasta Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum, Badan Penilai (Appraiser), dan Konsultan Efek (Investment Advisor). Akuntan Publik, termasuk akuntan negara di bawah Badan Pemeriksa 23 Keuangan dan Pengawas Pembangunan (BPKP), berperan sebagai penilai kondisi keuangan perusahaan yang akan go public, meliputi pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri. 2.6.4 Pelaku dalam Pasar Modal Perkembangan suatu pasar modal sangat bergantung dari aktivitas pelakunya dan aktivitas lembaga-lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pasar modal tersebut. a. Emiten Perusahaan yang menjual pemilikannya kepada masyarakat (go public). Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang go public, yaitu: 1. memperoleh tambahan dana yang digunakan dalam perluasan usaha 2. mengubah/memperbaiki komposisi modal 3. melakukan pengalihan pemegang saham. b. Investor (pemodal) Badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan go public. Dalam suatu perusahaan yang go public, investor pertama adalah pemegang saham pendiri. Sedangkan pemegang saham yang kedua adalah pemegang saham melalui pembelian saham pada penawaran umum di pasar modal. • Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas namanya sendiri melakukan penanaman modal (investasi). • Pemodal badan (lembaga) adalah investasi yang dilakukan atas nama lembaga, seperti perusahaan, koperasi, yayasan, dana pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek yang dibeli atas nama lembaga merupakan hak dan beban lembaga tersebut. 24 2.6.5 Lembaga Penunjang Lembaga Penunjang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung bekerjanya pasar modal, antara lain: a. Penjamin Emisi (Underwriter) Berfungsi sebagai penjamin dalam penjualan efek yang diterbitkan oleh perusahaan go public. Jaminan yang dikeluarkan oleh penjamin emisi mengandung risiko jika efek yang dijual tidak Iaku dan sebaliknya akan memperoleh imbalan jika Iaku. Besarnya imbalan sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Karena terdapat risiko yang mungkin diderita penjamin emisi, maka biasanya penjamin emisi tidak mutlak menjamin penjualan efek secara keseluruhan. Ada 4 macam bentuk penjaminan efek oleh penjamin emisi, yaitu Full Firm Commitment, Best Effort Commitment, Standby Commitment, dan All or None Commitment. b. Wali Amanat (Trustee) Wali amanat hanya diperlukan hanya jika perusahaan menerbitkan efek dalam bentuk obligasi. Lembaga ini akan bertindak sebagai wali si pemberi amanat. Pemberi amanat dalam penerbitan obligasi adalah investor, sehingga wali amanat mewakili kepentingan investor. Tugas wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah: 1. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten. 2. Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan. 3. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten. 4. Mengikuti secara terus menerus perkembangan perusahaan emiten dan jika diperlukan memberi nasihat kepada emiten. 5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran bunga dan pinjaman pokok obligasi. 6. Sebagai Agen Utama Pembayaran. 25 c. Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang) Pihak yang melakukan jual beli efek yang listing di bursa efek. Pialang memperoleh balas jasa dari layanan yang ia berikan kepada investor. Layanan tersebut berupa informasi yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan (financial management). Badan atau perorangan dapat menjadi perantara perdagangan efek. Badan yang dimaksud dapat berbentuk LKBB, bank, atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang khusus bergerak di bidang perantara perdagangan efek. Badan atau perorangan yang ingin beroperasi sebagai perantara perdagangan efek harus memenuhi syarat bahwa badan atau perorangan tersebut berada di Indonesia, mempunyai keahlian di bidang perdagangan efek, mempunyai modal disetor minimal Rp25.000.000,00 dan harus memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia. d. Pedagang Efek (Dealer) Melakukan perdagangan efek di lantai bursa. Berbeda dengan Broker, Pedagang Efek dapat membeli efek atas namanya sendiri, selain itu juga bisa memberi informasi kepada kleinnya tentang kondisi pasar modal. Walaupun Pedagang Efek ini juga dapat memperjual belikan efek selain memberi informasi kepada klien, dalam praktiknya ia harus mengutamakan pesanan kliennya. Dari aktivitas perdagangan efek tersebut, Pedagang Efek dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan atau kerugian. Jika harga efek (saham/obligasi) yang ia jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek akan memperoleh keuntungan (capital gain) dan apabila harga efek yang ia jual lebih rendah dibandingkan dengan harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek menderita kerugian modal (capital loss). 26 e. Perusahaan Surat Berharga (Securities Company) Bergerak di bidang perdagangan efek-efek yang tercatat di bursa efek. Perusahaan Surat Berharga ini didukung oleh tenaga profesional dalam mekanisasi perdagangan efek, seperti underwriter, broker, fund management Jadi, perbedaannya dengan Pedagang Efek (Dealer) adalah bahwa pedagang efek mempunyai aktivitas jual beli efek dan memberi informasi dan konsultasi kepada klien saja, sedangkan perusahaan surat berharga tidak hanya itu, tetapi juga menyediakan jasa profesional yang lain, seperti underwriter, fund management f. Perusahaan Pengelola Dana (investment Company) Perusahaan yang beroperasi di pasar modal dengan mengelola modal yang berasal dari investor. Perusahaan pengelola dana mempunyai dua unit yang paling utama, yakni : • Pengelolaan dana (fund management) dan • Penyimpanan dana (qustodian). Pengelola dana memutuskan efek mana yang harus dijual dan efek mana yang harus dibeli, setelah itu yang melaksanakan penjualan atau pembelian adalah penyimpan dana (qustodian). Qustodian juga melakukan penagihan bunga dan deviden kepada emiten. g. Biro Administrasi Efek Berperan sebagai pihak yang melakukan administrasi yang berkenaan dengan kepentingan investor dan emiten. Jasa biro ini sangat diperlukan pada pasar modal yang telah berkembang luas. Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan Biro Administrasi Efek, di antaranya: 1. Membanfu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek; 2. Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak atas saham para investor; 27 3. Menyusun Daftar Pemegang Saham dan perubahannya untuk melakukan Pembukuan Pemegang Saham (pembuatan Daftar Pemegang Saham) atas permintaan emiten; 4. Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham, misalnya pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham dan pengumumam pembayaran deviden atas nama emiten; 5. Membuat laporan-laporan bila diminta oleh instansi berweweng, seperti Bapepam (Anwar, 2010) 2.7. Penelitian Terdahulu Dewi (2007) yang menganalisis strategi penyertaan modal Provinsi DKI Jakarta kepada beberapa perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi model-model penyertaan modal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model tersebut, serta penyusunan strategi penyertaan modal yang dapat dijadikan acuan bagi pemerintah di Propinsi DKI Jakarta dalam memberikan penyertaan modal kepada Perusahaan Daerah dan Perusahaan lainnya. Untuk menjawab tujuan dari penelitian, maka dilakukan terhadap model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta, analisis dilakukan untuk mengevaluasi kebaikan dan kelemahan dari masing-masing model selama ini. Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan dengan model-model penyertaan modal baik di tingkat nasional maupun dunia dengan analisis review literature secara konseptual dan aplikasinya. Untuk mengetahui posisi model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap model-model pesaing dilakukan analisis perbandingan dengan menggunakan matrik profil kompetitif yaitu dengan memberi peringkat pada masing-masing model yang diperbandingkan. Dengan mengacu pada hasil kuisioner maupun wawancara secara mendalam dari responden serta dari data-data sekunder, akan didapat informasi menyeluruh yang menggambarkan secara obyektif kondisi dan 28 posisi perusahaan daerah. Selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk analisis SWOT yang akan memetakan keunggulan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan daerah yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan strategi dalam penyertaan modal bagi permerintah Provinsi DKI Jakarta kepada perusahaan-perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Pada penelitian ini, penyusunan strategi dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu (1) tahap masukan input (input stage) dengan menggunakan matriks Internal Factor Analysis (IFA) dan External Factor Analysis (EFA); dan (2) tahap pemaduan (matching stage) dengan menggunakan matriks Internal dan Eksternal (Matriks IE) serta matriks SWOT. Hasil dari analisis SWOT adalah berbagai alternatif strategi, selanjutnya alternatif strategi yang ada akan dipilih strategi yang terbaik dengan mempergunakan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). Selain metode di atas kajian ini juga dilengkapi dengan analisis dari sisi keuangannya yaitu analisa investasi yang meliputi Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan Index Profitability untuk memperkuat strategi yang sudah diperoleh dari perhitungan metode QSPM, sehingga penyertaan modal yang dilakukan oleh Provinsi DKI Jakarta mendatangkan keuntungan dan tepat sasaran yaitu penyertaan modal pada perusahaan yang menguntungkan. III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian penyusunan rencana penyertaan modal Pemerintah Kota Depok terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga, lalu dibuat empat perbandingan perencanaan penyertaan modal yakni Perbandingan 1 (Penyertaan modal terhadap PT Bank Jabar Banten), Perbandingan 2 (Penyertaan modal terhadap bank swasta lainnya), Perbandingan 3 (Penyertaan modal terhadap Bank swasta lainnya), dan Perbandingan 4 (Produk perbankan lainnya). Setelah dibuat keempat perbandingan tersebut, maka dilakukan Analisis Kelembagaan unutk mengetahui peraturan mana yang mendukung dan menghambat penyertaan modal dalam keempat perbandingan. Setelah diketahui mana perbandingan yang layak sesuai Analisis Kelembagaan, maka dilakukan Analisis Finansial (ROE dan EPS) dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk mengetahui tingkat kelayakan perbandingan tersebut. Kemudian, jika perbandingan tersebut layak dapat dikembangkan dan jika tidak layak dapat dijadikan sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Depok. Kerangka pemikiran tersebut dapat disajikan dalam Gambar 1. 30 Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga Perbandingan 1 Penyertaan modal terhadap Bank BJB Perbandingan 2 Penyertaan modal terhadap Bank BUMN Perbandingan 3 Penyertaan modal terhadap Bank swasta lainnya Perbandingan 4 Produk perbankan lainnya Analisis Kelembagaan Identifikasi Peraturan Kota Depok terhadap penyertaan modal ke pihak ketiga Analisis Kelayakan Finansial ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share) Analisis SWOT (Stength, Weakness, Opportunity, Oppurtunity, and Threat) Layak Tidak Layak Dapat Diusahakan dan Dikembangkan Saran Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan (November 2010Januari 2011) pada Pemerintah Kota Depok dan PT Bank Jabar Banten Depok, serta pada bank-bank pembandingnya yang berlokasi di Kota Depok antara lain PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT. Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia. 31 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan, wawancara, kuisioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari buku, internet, jurnal, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Survei lapangan yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan tujuan untuk memahami kondisi lapangan yang sebenarnya. 2. In depth interview dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan rencana umum penyertaan modal yaitu Bank Jabar Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok. 3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada Bank Jabar Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok. 4. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk diolah lebih lanjut. Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan analisis data disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten • Primer • Sekunder • Kuesioner • Wawancara • Survei • Bank Jabar Banten Penyetaan modal terhadap Bank swasta, Bank BUMN, dan lainnya. • Primer • Sekunder • Kuesioner • Wawancara • Survei • BRI • BNI • Bank Panin • Bank Permata • BCA • Bank Danamon Yang didasarkan pada kriteria ROE dan EPS Penyertaan modal terhadap produk perbankan (tabungan, deposito, dan obligasi pemerintah) • Primer • Sekunder • Kuesioner • Wawancara • Survei BRI, BNI, Bank panin, Bank Permata, BCA, Bank Danamon, yang didasarkan pada tingkat suku bunga 32 3.4. Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka pada kajian ini digunakan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif yang disesuaikan dengan tujuan tersebut. Metode analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Metode Analisis No Tahapan Kajian Metode Analisis 1. Identifikasi Peraturan Kota Depok terhadap modal pihak ketiga • Analisis Kelembagaan 2. Perencanaan Penyertaan terhadap pihak ketiga • Analisis Kelembagaan 3. Penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten • Analisis SWOT • Analisis Finansial 4. Penyertaan modal terhadap bank swasta (Bank Panin, BCA, Bank Permata, Bank Danamon) dan Bank BUMN (BNI dan BRI) • Analisis SWOT • Analisis Finansial 5. Penyertaan modal terhadap pihak yang dianggap memenuhi kelayakan • Analisis SWOT • Analisis Finansial 3.4.1 Modal Analisis SWOT Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Umumnya unit bisnis harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya), dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005). Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: • Strengths (kekuatan) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 33 • Weakness (kelemahan) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. • Opportunities (peluang) Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. • Threats (ancaman) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Gambar dari analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Analisis SWOT 34 Pada kasus ini, Analisis SWOT digunakan dua kali, pertama Bank BJB dievaluasi menggunakan Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factors Evaluation (EFE) yang disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal dan eksternal pada Analisis SWOT. Selanjutnya, untuk mengkaji perbandingan dengan bank lain dan produk perbankan lainnya menggunakan SWOT Deskriptif. SWOT Deskriptif adalah suatu analisa yang membandingkan antara kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang dan ancaman yang terjadi dalam perusahaan untuk memilih dan memilah alternatif strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, namun datadata dalam objek penelitian tidak dinyatakan dalam angka-angka (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21088596.pdf). Untuk analisa kuantitatif deskriptif, perhitungan bobot dan nilai dari para responden dilakukan dengan Teknik Delphi. Pengukuran bobot dilakukan terhadap faktor-faktor strategis yang ada, dengan penilaian 1= pengaruh faktor strategis terhadap perusahaan kurang menentukan, 2= pengaruh faktor strategis terhadap perusaahaan cukup menentukan, 3= pengaruh faktor strategis terhadap perusaahaan menentukan, dan 4= pengaruh faktor strategis terhadap perusaahaan sangat menentukan yang ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis Faktor Strategis 1 2 … N Rata-rata Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 X Y Z Rata-rata Bobot a b A B R 1,00 Dimana : 1-4 : Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis 1-N : Faktor-faktor strategis yang digunakan a : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}/responden A : (a/R) x 100 % 35 Penentuan nilai terhadap faktor strategis dilakukan dengan memberikan nilai dengan skala 1 (respon perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat lemah) sampai skala 4 (respon perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat kuat). Nilai terhadap faktor strategis tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis Faktor Strategis Nilai 1 1 2 … N Rata-rata X 2 Y Jumlah Nilai 3 Z Rata-rata nilai 4 c d C D Dimana : c : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…} C : c/jumlah responden Untuk mendapatkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penyertaan modal perusahaan dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah dengan wawancara dengan manajemen PT. Bank Jabar Banten mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyertaan modal dan dilanjutkan dengan tahap kedua menggunakan kuisioner dengan materi hasil wawancara. Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen baik secara bersama maupun terpisah. Hasil wawancara tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal, dan dibuat ke dalam kuisioner yang dibagikan kepada para pakar. Dari pengisian kuisioner tersebut, maka dibuat perhitungan IFE dan EFE matriks. Hasil perhitungan bobot dan nilai IFE dan EFE dihitung untuk menghasilkan nilai angka terbobot (weighted score) masing-masing faktor. Nilai angka terbobot tersebut menunjukkan tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal. 36 Tabel 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE Faktor Strategis 1 2 … N Total Bobot A B Rating X Y Skor Bobot AX BY AX+BY Apabila telah didapatkan hasil penentukan angka terbobot (weighted score) faktor EFE dan IFE, maka dapat diketahui tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal. Matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang terendah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0. Dalam konteks penyertaan modal, faktor-faktor di dalam matriks IFE dan EFE dibuat ke dalam matriks SWOT untuk menentukan kegiatan perusahaan dalam mencapai target dana. Masing-masing berdasarkan matriks SWOT menunjukkan serangkaian kegiatan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan. 3.4.2 Analisis Finansial Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank Jabar Banten. Pada kajian ini untuk mengetahui kelayakan finansial Bank Jabar Banten digunakan kriteria ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning Per Share) yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini: 37 ROE (Return on Equity) Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yakni seberapa baik manajer perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Penggunaan lain dari ekuitas adalah untuk menentukan tingkat pengembalian pada ekuitas (Return on Equity). ROE adalah sebuah ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai ekuitasnya. Tidak seperti yang lainya, satuan dari ROE ini adalah persentase ROE = Pendapatan bersih Ekuitas pemegang saham biasa …….…… 1 EPS (Earning Per Share) EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: EPS = Laba Bersih Setelah Pajak dan Bunga Jumlah Saham yang Beredar ............. 2 EPS adalah salah satu bentuk dari rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa kinerja suatu badan usaha yang mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham, sehingga 38 pesaing sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik badan usaha. Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan EPS. Rasio–rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva (kewajiban) terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor–faktor yang mendasari laba perusahaan. Rasio–rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang lebih baik terhadap sebab–sebab terjadinya laba Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabelvariabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS). Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham : 1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 39 4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih. Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena : 1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih. Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-sha re-eps definisi dan.html). • Forecasting ROE dan EPS Menurut Heizer dan Render (2006), keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk membandingkan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total. 40 Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara, antara lain adalah : 1. MAD (Mean Absolute Deviation), mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut kesalahan. ∑| | …………………………………….......3 2. MSD (Mean Squarred Deviation), mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari kesalahan. MSD 3. ∑ …………………………………………4 MAPE (Mean Absolute Percentage Error) Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSD adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah ini, dapat menggunakan MAPE. MAPE digunakan untuk mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolute kesalahan. MAPE ∑ ………………………………………5 3.4.3 Analisis Kelembagaan Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan perundangan-undangan Republik Indonesia baik yang mendukung dan menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT. Bank Jabar Banten (Bank BJB). Peraturan Republik Indonesia seperti Peraturan Pemerintah Dalam Negeri dan Peraturan lainnya yang berkaitan dengan penyertaan modal dan dijadikan pedoman antara lain: 41 Peraturan pemerintah tersebut bersumber dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatarbelakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00. Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank Jabar “ dengan logo baru. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 43 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah. Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten. Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia No.12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo serta Surat Keputusan Direksi Nomor 1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB. Bank Jabar Banten Cabang Depok merupakan perpanjangan dari kantor pusat yang melakukan tugas dan aktivitas usaha dibidang perbankan dalam arti seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan nasional yang merata dalam rangka peningkatan, pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional di bidang ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 44 Nilai-nilai perusahaan Bank BJB memiliki 6 nilai yang disebut dengan akronim SPIRIT: • Service : Excellence Ramah, tulus, kekeluargaan Selalu memberikan pelayanan prima • Profesionalism: Cepat, tepat, akurat Kompeten dan bertanggung jawab Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan • Integrity : Konsisten, disiplin dan penuh semangat Menjaga citra bank melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika • Respect : Fokus pada Nasabah Peduli lingkungan • Intellegence : Selalu memberikan solusi yang terbaik Berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri menyukai perubahan yang positif • Trust : Menumbuhkan transparansi, kebersamaan dan kerjasama yang sehat, menjaga rahasia bank dan perusahaan 4.2. Analisis Kelembagaan Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan perundangan-undangan baik yang mendukung dan menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank BJB. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah No 1. Peraturan 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Perihal (1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum. (2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/ Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku. (3) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan. Keterangan Pasal 24 45 Lanjutan Tabel 6. 2. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaharaan Negara (1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah. (2) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah. Pasal 25 3. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaharaan Negara (1) Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/ daerah diatur dengan peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi dengan bank sentral. (2) Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/ daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur dengan peraturan daerah. Pasal 28 4. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaharaan Negara (1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dengan Undang-undang APBN. (2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah /BUMN/ BUMD. (3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Belanja Negara. (4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/ BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah. Pasal 38 46 Lanjutan Tabel 6. 5. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaharaan Negara 6. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaharaan Negara 7. 75/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah (1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. (2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung. (3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. (4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/ swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah. (5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah /swasta ditetapkan dengan peraturan daerah. (1) Setiap kerugian negara/ daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hu-kum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut. (3) Setiap pimpinan kemen-terian negara/lembaga/ kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tun-tutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun. Pasal 41 Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan Pasal 75 Pasal 59 47 Lanjutan Tabel 6. 8. 56/PERM ENDAGRI /No 13 tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 9. 115/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah 10. 1/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah 11. 19/PP/No 105 tahun 2000 Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah 12. 118/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah APBD diperkirakan surplus yakni anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah, diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Pengertian Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Apabila Pemerintah Daerah dalam rangka pembangunan fasilitas pelayanan publik tidak memiliki dana ataupun dana yang ada tidak mencukupi, maka Daerah dapat mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan jangka panjang melalui kerjasama dengan pihak lain termasuk masyarakat. Kerjasama yang mempunyai akibat keuangan terhadap APBD diatur dengan Peraturan Daerah Karakteristik investasi jangka pendek adalah: a. dapat segera diperjualbelikan/ dicairkan; b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan berisiko rendah. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka pendek dan SBI. Pasal 56 Pasal 115 Pasal 1 point ke 65 Penjelasan Pasal 19 Ayat 2 Penjelasan Pasal 118 ayat 1 48 Lanjutan Tabel 6. 13. 118/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah 14. 19/PP/No 105 tahun 2000 Pengelolaan dan Pertanggung -jawaban Keuangan Daerah 15. 119/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah 16. 119/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha; surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri; surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Yang dimaksud dengan investasi dalam bentuk penyertaan modal adalah penyertaan modal Pemerintah Daerah yang dilakukan melalui badan usaha milik Daerah. Yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan berjangka pada bank yang sehat. Dalam rangka penganggaran, investasi dicantumkan pada anggaran pembiayaan. Yang dapat digolongkan sebagai investasi permanen antara lain kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya maupun investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Yang dapat digolongkan sebagai investasi non permanen antara lain pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah. Penjelasan Pasal 118 ayat 2 Penjelasan Pasal 19 Ayat 3 Penjelasan Pasal 119 Ayat 2 Penjelasan Pasal 119 Ayat 3 49 Berdasarkan analisis peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyertaan modal dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan penyertaan modal jika jumlah yang akan disertakan telah ditetapkan sebelumnya pada peraturan daerah pada tahun anggaran dan jika APBD mengalami surplus yakni anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka panjang yakni pada perbandingan kesatu, kedua, dan ketiga, serta dapat melakukan investasi jangka pendek pada perbandingan keempat, selagi semua perbandingan dapat memberikan manfaat ekonomi seperti meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), memberikan manfaat sosial seperti pelayanan kepada masyarakat, ataupun manfaat lainnya. Investasi pada sektor perbankan dapat mendatangkan manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lainnya sehingga sesuai dengan empat perbandingan tersebut. Tujuan dari kerjasama dengan pihak ketiga (penyertaan modal) yakni untuk pembiayaan fasilitas publik dalam rangka peningkatan pelayanan daerah. Investasi pada empat perbandingan ini, dapat memberikan PAD. Yang termasuk ke dalam investasi jangka pendek adalah perbandingan keempat yakni tabungan, deposito, dan obligasi pemerintah, sesuai dengan karakteristik investasi jangka pendek. Hampir seluruh perbankan memiliki saham pada reksadana, namun hal ini tidak dapat dimasukkan ke dalam perbandingan karena memiliki resiko yang tinggi, walaupun dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga (high risk high return). Investasi jangka panjang yang dimaksudkan dalam peraturan adalah membeli surat berharga pada suatu badan usaha untuk menambah kepemilikan dan menjaga hubungan baik, seperti yang telah dilakukan Pemerintah Kota Depok pada Bank Jabar Banten (perbandingan kesatu). Investasi jangka panjang seperti penanaman modal dalam bentuk saham hanya dapat dilakukan pada Badan Usaha Milik Dearah (BUMD), pada sektor perbankan seperti penyertaan modal pada Bank Jabar Banten yakni yang terkait adalah perbandingan kesatu sedangakan pada perbandingan 50 kedua dan ketiga tidak memenuhi kriteria. Untuk simpanan deposito (investasi jangka pendek) yakni perbandingan keempat, hanya dilakukan pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial. Investasi permanen juga dapat dilakukan pada pembelian Surat Utang Negara (Perbandingan keempat) yang hasilnya bertujuan untuk membantu pemberdayaan masyarakat. 4.3 Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum IPO Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998, yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. 584.32-027 tanggal 13 Januari 1999 dan telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 3 tahun 1999 Seri D tanggal 26 Januari 1999 dibuat dihadapan Ny. Poppy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung, yang telah diumumkan dalam Tambahan No. 2811 Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 14 Mei 1990, modal dasar Perseroan adalah sebesar Rp 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh miliar Rupiah) yang terbagi dalam dua jenis saham yaitu Saham Seri A sebanyak 20.000.000 (dua puluh juta) lembar saham dan Saham Seri B sebanyak 5.000.000 (lima juta) lembar saham, masing-masing saham dengan nilai nominal sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per lembar saham. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 9.363.400 (sembilan juta tiga ratus enam puluh tiga ribu rupiah empat ratus) lembar saham atau senilai Rp 93.634.000.000,- (sembilan puluh tiga miliar enam ratus tiga puluh empat juta Rupiah). Pemegang saham Perseroan terdiri dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten. Perseroan meningkatkan modal disetor Perseroan menjadi sejumlah 10.997.081 (sepuluh juta sembilan ratus sembilan puluh tujuh ribu delapan puluh satu) saham atau sebesar Rp 109.970.810.000,-(seratus sembilan miliar sembilan ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus sepuluh ribu 51 Rupiah) untuk tahun buku 1999 pada tahun 2000. Pada tahun 2001 terjadi peningkatan modal dasar Perseroan dari semula sebesar Rp 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh juta miliar Rupiah) menjadi sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) dan peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan sebesar Rp 190.201.210.000,(seratus sembilan puluh miliar dua ratus satu juta dua ratus sepuluh ribu Rupiah). Untuk tahun 2002 dan 2003 tidak terjadi peningkatan modal Perseroan. Pada tahun 2004, Perseroan meningkatkan modal dasar perseroan dari semula sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) menjadi sebesar Rp 2.000.000.000.000,- (dua triliun Rupiah) dan penambahan modal disetor Perseroan dari sebesar Rp 509.368.403.638,88 (lima ratus sembilan puluh tiga ratus enam puluh delapan juta empat ratus tiga ribu enam ratus tiga puluh delapan Rupiah delapan puluh delapan sen) menjadi Rp 684.141.163.63,84 (enam ratus delapan puluh empat miliar seratus empat puluh satu juta seratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus enam puluh tiga Rupiah delapan puluh empat sen). Dengan adanya peningkatan modal disetor, Pemegang saham Perseroan menjadi terdiri dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se-Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se-Banten. Perseroan meningkatkan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan dari semula sebesar 68.414.105 (enam puluh delapan juta empat ratus empat belas ribu seratus lima) saham atau senilai Rp 684.141.050.000 (enam ratus delapan puluh empat miliar seratus empat puluh satu juta lima puluh ribu Rupiah) menjadi sebanyak 86.134.245 (delapan puluh enam juta seratus tiga puluh empat ribu dua ratus empat puluh lima) saham atau senilai Rp 861.342.450.000,- (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga ratus empat puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen) pada tahun 2005. Untuk tahun 2006 terjadi lagi peningkatan modal dasar Perseroan menjadi Rp 4.000.000.000.000,- (empat miliar Rupiah) dari yang sebelumnya Rp 2.000.000.000,- (dua miliar Rupiah) dan peningkatan 52 modal disetor sebesar Rp 211.692.276.850,16 (dua ratus sebelas miliar enam ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tujuh puluh enam ribu delapan ratus lima puluh koma enam belas Rupiah) dari semula Rp 861.342.563.149,84 (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga ratus empat puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat puluh sembilan koma delapan puluh empat Rupiah) menjadi Rp 1.073.034.840.000,- (satu triliun tujuh puluh tiga miliar tiga puluh empat juta delapan ratus empat puluh ribu Rupiah). Dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan modal disetor dan ditempatkan menjadi Rp 1.264.475.880.349,84 (satu triliun dua ratus enam puluh empat miliar empat ratus tujuh puluh lima juta delapan ratus ratus delapan puluh ribu tiga ratus empat puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen). Tahun 2008 tanggal 31 Januari 2008, yang isinya sehubungan dengan (i) pengubahan nilai nominal saham perseroan dari semula sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per saham, dan (ii) peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan dari semula sebesar Rp 1.264.475.770.000,- (satu triliun dua ratus enam puluh empat juta empat ratus tujuh puluh lima ribu tujuh ratus tujuh puluh ribu Rupiah) menjadi Rp 1.495.597.116.250,- (satu triliun empat ratus sembilan puluh lima miliar lima ratus sembilan puluh tujuh juta seratus enam belas ribu dua ratus limapuluh Rupiah). Sedangkan untuk tahun 2009, Perseroan meningkatkan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan sebesar Rp 45.503.409.250,(empat puluh lima miliar lima ratus tiga juta empat ratus sembilan ribu dua ratus lima puluh Rupiah) atau 182.013.637 (seratus delapan puluh dua juta tiga belas ribu enam ratus tiga puluh tujuh) saham Seri A. Untuk rincian komposisi pemegang saham Bank Jabar Banten dari tahun 1999-2009 disajikan di Lampiran 6 dan Lampiran 7. Sebagai pemegang saham, Kota depok mulai menanamkan sahamnya terhadap Bank Jabar banten pada tahun 2002 sebanyak 64.549 lembar saham seri A dengan nilai nominal per saham sebesar Rp 10.000,00 atau setara dengan Rp 640.590.000,00. Dari tahun ke tahun Pemerintah Daerah 53 Kota Depok terus melakukan peningkatan penanaman saham terhadap Bank Jabar Banten, sehingga pada Juli 2010 Pemerintah Daerah Kota Depok memiliki sebanyak 89.581.968 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 250 per saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000. Perkembangan penanaman saham Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank Jabar Banten dapat dilihat pada Gambar 3: 10000000 90000000 Lembar Saham 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 0 Tahun Gambar 3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok (www.bankjabar.co.id) 4.4 Kebijakan Saham Setelah IPO Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Para Emisi Efek atas nama Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum sebesar 2.424.072.500 (dua miliar empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima ratus) saham baru yang merupakan Saham Atas Nama Seri B atau sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari modal ditempatkan dan disetor dengan nilai nominal Rp 250,- (dua ratus lima puluh Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Penawaran Rp 600,- (enam ratus Rupiah) setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan Pembelian Saham (“FPPS”). Nilai saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum secara keseluruhan adalah sebesar Rp 54 1.454.443.500.000,- (satu triliun empat ratus lima puluh empat miliar empat ratus empat puluh tiga juta lima ratus ribu Rupiah). Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam Penawaran Umum ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum secara proforma ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB Keterangan Sebelum Penawaran Umum Jumlah Saham Jumlah Nominal (Rp) Nilai (%) Modal Dasar Seri A Seri B 9.600.000.000 2.400.000.000.000 6.400.000.000 1.600.000.000.000 16.000.000.000 4.000.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetror Penuh Seri A Pemerintah 3.709.994.733 927.496.683.250 Provinsi Jawa Barat Pemerintah 2.289.395.681 572.348.920.250 Kota/Kabupaten Se-Jawa Barat Pemerintah 520.589.856 130.147.464.000 Provinsi Banten 752.238.396 188.059.599.000 Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Banten Total Seri A 7.272.218.666 1.818.054.666.500 Seri B Masyarakat Karyawan dan manajemen (program EMSA) Total Seri B Jumlah Modal 7.272.218.666 1.818.054.666.500 Ditempatkan dan Disetor Penuh Saham dalam Portepel Seri A 2.327.781.334 581.945.333.500 Seri B 6.400.000.000 1.600.000.000.000 Jumlah Saham 8.727.781.334 2.181.945.333.500 dalam Portepel Setelah Penawaran Umum dan Program EMSA Jumlah Saham Jumlah Nilai (%) Nominal (Rp) 9.600.000.000 6.400.000.000 16.000.000.000 2.400.000.000.000 1.600.000.000.000 4.000.000.000.000 51,02 3.709.994.733 927.496.683.250 38,26 31,48 2.289.395.681 572.348.920.250 23,61 7,16 520.589.856 130.147.464.000 5,37 10,34 752.238.396 188.059.599.000 7,76 100,00 7.272.218.666 1.818.054.666.500 75,00 - 586.701.375.000 19.316.750.000 24,20 0,80 2.424.072.500 100,00 9.696.291.166 606.018.125.000 2.424.072.791.500 25,00 100,00 2.327.781.334 6.400.000.000 8.727.781.334 581.945.333.500 993.981.875.000 1.575.927.208.500 2.346.805.500 77.267.000 Sumber: www.bankjabar.co.id Bersamaan dengan pencatatan sebesar 2.424.072.500 (dua miliar empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima ratus) saham baru yang merupakan saham biasa atas nama Seri B yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini atau sebesar 25% (dua puluh lima persen), Perseroan atas nama Pemegang saham Pendiri akan mencatatkan 7.175.255.754 (tujuh miliar seratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh lima ribu tujuh ratus lima puluh empat) saham Seri A sehingga jumlah seluruh saham yang 55 akan dicatatkan pada BEI berjumlah 9.599.328.254 (sembilan miliar lima ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus dua puluh delapan ribu dua ratus lima puluh empat) saham atau 99% (sembilan puluh sembilan persen) dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah Penawaran Umum yang terdiri dari 74% (tujuh puluh empat persen) dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh yang berupa Saham Seri A dan 25% (dua puluh lima persen) dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh saham biasa atas nama Seri B. Sedangkan sejumlah 96.962.912 (sembilan puluh enam juta sembilan ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus dua belas) saham atau 1% (satu persen) saham milik Pemegang Saham Pendiri tidak dicatatkan guna memenuhi Peraturan Pemerintan No.29 Tahun 1999 (“PP No.29”) tentang Pembelian Saham Bank Umum. Dari jumlah saham yang akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 10% (sepuluh persen) akan dijatahkan kepada karyawan dan Manajemen Perseroan melalui Program EMSA (Employee and Management Stock Allocation) dengan Harga Penawaran. Sebagai salah satu pemegang saham Bank BJB, Pemerintah Daerah Kota Depok mulai menanamkan saham terhadap Bank Jabar banten mulai tahun 2002 hingga sekarang dengan jumlah yang terus meningkat. Pemerintah Daerah Kota Depok sebelum IPO pada Juli 2010 memiliki saham sebesar 1,23%, setelah IPO saham Pemerintah Daerah Kota Depok di Bank Jabar Banten mengalami penurunan menjadi 0,92%. Setelah IPO ini status saham Seri A Pemerintah Daerah kota Depok tetap sama. Saham Seri A tetap hanya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi. Saham seri A memiliki kewenangan untuk memberikan keputusan dalam RUPS sedangkan Saham seri B hanya bersifat untuk memberikan masukan. Jika ada pelepasan saham baru ke masyarakat, maka Pemerintah akan mendapatkan penawaran terlebih dahulu dari Bank Jabar Banten sehingga Pemerintah dapat memutuskan akan menambah kepemilikan saham lagi atau tidak. Untuk kebijakan deviden yang diberikan Bank BJB terhadap pemegang saham, Perseroan akan membayarkan dividen tunai minimum 56 40,00% dari laba bersih setiap tahunnya dimulai dari tahun buku 2010, yang besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi Direksi. Keputusan untuk membayar deviden tergantung pada laba, kondisi keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan setelah memperoleh persetujuan RUPS. Dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi kredit perseroan (80%), pembukaan kantor cabang baru (10%), dan pengembangan teknologi informasi (10%). Perseroan juga menetapkan kebijakan dividen minimal sebesar 40% dari laba bersih perseroan. Pembagian dividen dipastikan akan dimulai untuk tahun buku 2010. Perseroan menunjuk PT CIMB Securities dan PT Bahana Securities sebagai penjamin emisi IPO. Kapitalisasi pasar PT PT Bank BJB Tbk Banten Tbk sebesar Rp5,759 triliun. P/E ratio industri per 6 Juli 2010 sebesar 17,01 kali dan PBV industri per 6 Juli 2010 sekitar 2,05 kali. 4.5 Kinerja Bank Jabar Banten Kinerja Bank BJB mengalami peningkatan dari sejak berdiri pada tahun 1961 hingga sekarang. Hal ini terkait dengan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Hasil analisis terhadap strategi menunjukkan bahwa dalam penyusunan perencanaan penyertaan modal disusun berdasarkan matriks IE. Matriks IE menghasilkan strategi pertumbuhan. IE (Internal-Eksternal) Matriks : memposisikan organisasi ke dalam matriks dengan EFE (baris) dan IFE (kolom) dengan 3 ukuran, kuatsedang-lemah. Umumnya matriks ini digunakan untuk menilai posisi bersaing sebuah organisasi atau sebuah unit di dalam perusahaan. Posisi ini akan menentukan strategi dan keputusan di dalam perusahaan. Dalam kasus pengembangan usaha Bank BJB, matriks IE digunakan untuk mengetahui posisi bersaing Bank BJB dalam persaingan pengembangan usaha. Posisi ini penting untuk menentukan posisi strategi yang akan ditetapkan. Secara umum, matriks ini menghasilkan tiga posisi strategi yaitu: 57 1. Strategi Pertumbuhan. Organisasi yang berada pada sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai grow dan build. Strategi-strategi yang cocok bagi organisasi ini adalah strategi intensif. 2. Strategi Stabilitas. Organisasi yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi hold dan maintain. 3. Strategi Penciutan. Organisasi yang berada pada sel-sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi harvest atau divestiture. Hasil analisis IFE dan EFE menunjukkan bahwa skor bobot faktor internal adalah 2.8 dan skor bobot faktor eksternal adalah 2.94, artinya tingkat reaksi reaksi atau respon perusahaan terhadap pengaruh dari faktor internal terhadap penyertaan modal adalah rata-rata dan reaksi dari faktor internal terhadap penyertaan modal adalah sedang. Sehingga bentuk diagram matriks IE digambarkan pada Gambar 4. Total Skor Bobot IFE 2.8 Kuat 3.0 - 4.0 Rata-rata 2.0 - 2.99 Lemah 1.0 - 1.99 I II III IV V VI VII VIII IX Tinggi 3.0 - 3.99 2.94 Sedang Total Skor 2.0 - 2.99 Bobot EFE Rendah 1.0 - 1.99 Gambar 4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB Kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut pada matriks IE menghasilkan posisi strategi stabilitas (Hold and Maintain). Strategi Hold and Maintain ini menunjukkan bahwa perusahaan harus mempertahankan kondisi saat ini untuk menghadapi tantangan yang semakin besar. Tantangan tersebut adalah pengembangan usaha yang diarahkan kepada upaya investasi, agar mampu membangun daya tarik perusahaan di mata 58 penanam modal untuk melakukan investasi. Oleh karena itu, salah satu yang harus diperhatikan adalah posisi strategi Bank BJB saat ini tepat dengan menjaga stabilitas pengembangan usaha di Bank BJB, antara lain upaya mempertahankan kinerja perusahaan dan mengembangkan pasar. Uraian di atas menunjukkan bahwa posisi kompetitif perusahaan di dalam industri membuat perusahaan harus selalu berupaya mendapatkan dana (modal) yang ingin dicapai. Kekuatan perusahaan mampu memperoleh modal pada industri ini, jika semua kondisi terpenuhi. Posisi strategi Hold and Maintain menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Depok layak menempatkan sahamnya di Bank BJB pada tahun ini. Untuk dapat merealisasikan target dana yang ditetapkan, maka yang diperlukan perusahaan adalah menentukan langkah-langkah operasional yang tepat dalam mencapai target dana tersebut. Langkah-langkah tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT. 4.5.1 Analisis SWOT Bank BJB adalah salah satu BUMD yang bergerak di sektor perbankan. Umumnya setiap unit bisnis harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya), dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005). Dari empat perbandingan yang disajikan, yang hanya sesuai dengan analisis kelembagaan hanya perbandingan kesatu dan keempat. Maka, pada tahap ini Perbandingan ke-1 (Penyertaan Modal terhadap Bank BJB) dan Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya) dikaji dari sektor internalnya (kekuatan, kelemahan) dan sektor eksternalnya (peluang dan ancaman) menggunakan Analisis SWOT, seperti yang disajikan di bawah ini: Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-1 (Penyertaan Modal terhadap Bank BJB) antara lain: 59 a. Kekuatan Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah. Hal ini dibuktikan dengan Bank BJB meraih prestasi pada tahun 2009 sebagai "The Best BPD" Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah. Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik. Hal ini terlihat dari penghimpunan dana pada tahun 2005 sebesar Rp. 13.350.999 juta dan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp.32.410.329 juta Pertumbuhan laba yang meningkat. Laba sebelum pajak meningkat secara terus menerus dari tahun 2005, sebesar Rp 511.048 juta sampai tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 985.377 juta. Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik. Kinerja keuangan Bank Jabar Banten sampai dengan tahun 2009 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini ditunjukan oleh beberapa indikator kinerja keuangan pada periode tahun 2005-2009. Jumlah aset Bank Jabar Banten pada tahun 2009 telah mencapai 32,4 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 6,4 triliun atau tumbuh sebesar 24,61% dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 26 triliun. Dana pihak ketiga yang dihimpun pada tahun 2009 sebesar 23,7 triliun atau meningkat sebesar 5,4 triliun. Sedangkan untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar 35,2% dibandingkan posisi Desember 2009. Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi. Dana pihak ketiga yang dihimpun pada tahun 2009 sebesar 23,7 triliun atau meningkat sebesar 5,4 triliun. Sedangkan untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak Ketiga 60 mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar 35,2% dibandingkan posisi Desember 2009. Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru. Setelah secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka akan mengubah citra penilaian baru terhadap Bank BJB, sehingga adanya potensi untuk meningkatkan jumlah nasabah baru. Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional. Penggunaan desain struktur organisasi yang menggunakan Struktur Strategic Bussiness Unit (SBU) sehinngga memudahkan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab untuk setiap unti kepada eksekutif senior yang melapor secara langsung pada CEO (Chief Executive Officer). b. Kelemahan Promosi yang masih minim terhadap sektor publik. Karena Bank BJB baru go public pada bulan Juli 2010 sehingga perhatian pemasarannya masih kurang terhadap publik secara luas. Kurangnya tenaga khusus promosi. Dengan adanya IPO, sehingga memunculkan para investor baru dan memungkinkan bertambahnya nasabah, seharusnya Bank BJB menambah tenaga pemasarannya untuk menaikkan pangsa pasar Bank BJB. Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional. Bank BJB yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah memiliki nasabah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 70% dan sisanya masyarakat umum. Skala permodalan pemerintah. sebagian besar masih lingkup 61 Berdasarkan struktur saham Bank BJB setelah IPO pada bulan Juli 2010 sebesar 75% masih dikuasai oleh pemerintah. Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan. Pelayanan pada teller dan customer service masih kurang efektif dan efisien dibuktikan dengan jumlah nasabah yang menumpuk dan waktu penanganan per nasabah yang masih lambat. Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai. Saat ini Bank Jabar Banten hanya memiliki 44 kantor cabang, 131 kantor cabang pembantu, 44 kantor kas, 34 payment point, dan 269 jaringan ATM. Jumlah jaringan kantor ini telah dikurangi oleh jumlah jaringan kantor Bank Jabar Banten Syariah yang terdiri dari 6 kantor cabang syariah, 15 kantor cabang pembantu syariah dan 10 ATM syariah. Jumlah ini dibilang kurang memadai jika dibandingkan dengan bank lainnya. Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata. Ditunjukkan dengan pelayanan Bank BJB dan inovasiinovasi yang belum muncul dari pihak bjb. Produk yang ditawarkan masih terbatas. Produk Bank BJB masih terpusat pada simpanan dan kredit (yang kebanyakan kredit konsumtif PNS), belum ada layanan yang berbasis internasional, seperti pelayanan pengiriman uang ke luar negeri. Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic). Sehingga memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online 62 system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut. Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim. Saat ini nilai kredit yang disalurkan masih relatif kecil dibandingkan nilai Investasi UMKM dengan rasio rata-rata jumlah kredit UMKM terhadap nilai Investasi UMKM untuk wilayah Jawa Barat dan Banten sebesar 34,3 persen, sedangkan nasional 55,4 persen. Adapun rasio kredit terhadap nilai investasi UMKM sebesar 7,9 persen. c. Peluang Penggunaan teknologi dalam pelayanan. Menggunakan penggunaan teknologi jaringan berbasis komputerisasi komunikasi khusus dan untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah. Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan. Mengencarkan promosi melalui media massa untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap Bank BJB. Perizinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan. Didukung dengan berbagai Peraturan Republik Indonesia seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005, Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000. Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat. Kepemilikan saham Pemprov. Jabar sekarang sebesar 38% dari seluruh saham Bank BJB dan setelah IPO ini dapat meningkatkan minat masyarakat secara umum untuk berinvestasi secara langsung terhadap Bank BJB. Kebijakan mendukung. Pemerintah dan Bank Indonesia yang 63 Adanya sentralisai dari Bnak Indonesia terhadap seluruh bank-bank di Indonesia dan kebijakan pemerintah untuk mengutamakan asset-aset pemerintah, seperti Bank BJB sebagai BUMD. Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat Terbukti untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar 35,2% dibandingkan posisi Desember 2009. Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir. Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen Dirut Bank BJB menyebutkan sejak diluncurkan pada 2006, Kredit Mikro Utama tumbuh pesat dengan CAGR periode 2007-2009 sebesar 165 persen. Pada 2009 Kredit Mikro Utama menyumbang sekitar 16,7 persen dari kredit produktif, atau 4,1 persen dari total kredit yang disalurkan perseroan. Pertumbuhan Kredit Mikro Utama memberikan harapan atas pertumbuhan kredit di masa depan, mengingat potensi pertumbuhan kredit UMKM di regional Jawa Barat dan Banten maupun nasional masih sangat besar. Dengan perkembangan UMKM yang masih besar, maka akan adanya peningkatan perhatian pemerintah terhadap sektor UMKM baik dari segi dana maupun bantuan lainnya. Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali. Padatnya masyarakat Jawa Barat hingga ke pelosok kecamatan yang masih belum mengenal perbankan, dapat dijadikan target pasar baru dalam ekspansi usaha Bank BJB. 64 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar. Terbukti saat akhir pekan lalu tanggal 9 Desember 2010, harga penutupannya pada level Rp 1.650 per lembar. Bahkan, sempat menembus Rp 1.700 per lembar pada bulan November. Dalam setiap transaksi, rata-rata saham yang tertransaksikan juga menggembirakan pihak Bank BJB, jumlah saham yang tertransaksikan, rata-rata 50-80 ribu lot. Respon positif itu didasari oleh beberapa hal. Di antaranya dalam hal performa, kinerja, dan kepercayaan masyarakat yang positif terhadap citra Bank BJB. d. Ancaman Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta Sampai saat ini, masih ada peraturan yang menekankan bahwa pembelian saham hanya boleh dilakukan pada BUMD. Jika adanya revisi undang-undang penanaman modal, maka pihak Pemerintah akan bergulir ke bank lainnya yang memiliki return yang lebih besar dari pada penanaman modal di Bank BJB. Ilmu pengetahuan dan teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir Bank-bank lainnya sudah berbasiskan sistem komputerisasi yang canggih yang memungkinkan melayani nasabah hingga ke luar negeri. Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima Layanan ramah tamah dan waktu pelayanan yang efektif serta penawaran-penawaran produk yang inovatif membuat nasabah dapat beralih ke bank lainnya. Krisis keuangan global dan mempengaruhi sektor perbankan nasional yang dapat 65 Dengan krisis keuangan global membuat perekonomian melemah seperi terjadinya inflasi yang akan menurunkan minat masyarakat terhadap simpanan. Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro. Bank-bank milik asing maupun yang telah bekerjasama antara Indonesia dengan pihak asing seperti Bank CIMB Niaga, Bank ANZ Panin, dan Bank OCBC NISP yang makin banyak bermunculan serta mulai menunjukkan ketertarikan dalam usaha mikro. Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR. Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung pada perbaikan perekonomian kita. Selain menganalisis dari segi faktor internal dan eksternal Bank BJB (perbandingan ke-1) dilakukan juga perbandingan antara produk perbankan (deposito, tabungan, dan obligasi pemerintah) dari setiap bank untuk mengetahui produk dan dari bank mana yang paling layak untuk Pemerintah Daerah Kota Depok berinvestasi. Maka, perbandingan ke-4 ini, dapat dilihat pada Tabel 8: Tabel 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya) Strength (kekuatan) Deposito Tabungan • Nilainya tetap dan • Nominal yang tidak dijamin oleh pemerintah ditentukan (bebas sesuai dengan keinginan • Memiliki suku bunga nasabah) yang tinggi • Likuiditas yang tinggi, • Likuiditas tinggi, dapat dapat diambil kapan saja: diambil kapan saja, counter bank dan ATM meskipun ada jangka • Kemudahan bertransaksi: waktu tertentu. pengiriman uang, • Dapat dijaminkan: untuk pembayaran (telepon, mendapatkan hutang dari kartu kredit, dan lainbank yang sama. lain), penukaran uang, • Dijamin oleh pemerintah dan lain-lain. Obligasi Pemerintah • Memiliki risiko yang rendah • Nilainya dijamin oleh pemerintah • Kemungkinan kecil terjadi risiko gagal bayar • Tingkat pengembalian lebih tinggi dari deposito 66 Lanjutan Tabel 8. Deposito Weakness (kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman) Tabungan • Jangka waktu yang telah • Adanya penurunan minat ditetapkan (jatuh tempo investor tidak fleksibel) • Suku bunga yang • Adanya denda jika diberikan sangat rendah, pencairan dilakukan di bawah tingkat inflasi. sebelum jatuh tempo • Bunga kena pajak 20% • Bunga kena pajak 20%, untuk yang di atas Rp 7,5 di atas Rp 7,5 juta. juta. • Pertumbuhan ekonomi • Bertambahnya kebutuhan yang semakin pesat masyarakat akan menabung ketentuan • Adanya penurunan minat • Adanya nominal simpanan yang investor dijamin LPS yakni di • Krisis keuangan global bawah Rp.100 juta jika dan nasional yang dapat bank mengalami mempengaruhi investor kebangkrutan • Krisi keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi investor Obligasi Pemerintah • Sebagian besar adalah obligasi ritel (individu) • Tidak setiap saat tersedia • Kurang likuid • Berkembangnya paradigma tentang obligasi pemerintah • Adanya nilai VaR yang dapat menurun karena inflasi Dilihat dari dari kekuatannya, seperti dari segi suku bunga yang diberikan, obligasi pemerintah seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang memberikan suku bunga sebesar 12,00%, namun dari segi likuiditas menunjukkan bahwa tabunganlah yang memiliki likuiditas tertinggi karena tidak memiliki jatuh tempo dalam pencairan dananya, serta kemudahan bertransaksi seperti untuk pembayaran dan sebagainya. Selanjutnya dilihat dari kelemahannya, suku bunga terendah dimiliki oleh tabungan. Faktor lainnya seperti likuiditas, deposito dan obligasi pemerintah memiliki jangka waktu dalam pengambilannya, sehingga dananya tidak dapat dicairkan kapan saja. Dari faktor eksternal seperti peluang, peluang tertinggi berada pada deposito. Hal ini terlihat dari jumlah sumber dana yang berasal dari deposito pada bank umum di tahun 2005 mencapai Rp 455.308 miliar dan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 758.280 miliar sedangkan untuk jumlah sumber dana yang berasal dari tabungan di bank umum pada tahun 2009 sebesar Rp 565.610 miliar. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa minat nasabah pada simpanan (investasi) jenis deposito lebih besar dari pada tabungan dan obligasi pemerintah belum banyak diminati oleh masyarakat. Untuk faktor eksternal selanjutnya yakni ancaman, untuk deposito dan tabungan belum adanya jaminan untuk dana yang disimpan 67 lebih dari Rp 100 juta, hal ini dapat berpengaruh pada ketidakamanan dana yang diinvestasikan. Berdasarkan Analisis SWOT terhadap produk perbankan lainnya, jika Pemerintah Daerah Kota Depok menginginkan suku bunga yang tinggi, maka dapat memilih investasi pada obligasi pemerintah, namun jika membutuhkan investasi dengan likuiditas tinggi maka dapat memilih simpanan jenis tabungan atau deposito berjangka satu bulan. Sedangkan dari sisi yang berpeluang tinggi, maka dapat memilih deposito. Namun, dari faktor ancaman Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih obligasi pemerintah yang memiliki rendah risiko. 4.6 Analisis Finansial Analisis finansial mencakup perbandingan EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity), dan tingkat suku bunga. Obligasi Negara Republik Indonesia yang ditawarkan seri ORI003-ORI004, kupon rate yang ditawarkan adalah ORI003 sebesar 9.4000%, ORI004 sebesar 9.5000%, ORI005 sebesar 11.4500%, ORI006 sebesar 9.1500%, dan ORI007 sebesar 7.9500%, serta jenis Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 sebesar 12.0000%, dan Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 sebesar 8.7000%. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat membeli obligasi pemerintah sebagai salah satu investasi jangka panjang yang memberikan nilai suku bunga yang tinggi seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang memberikan suku bunga sebesar 12,00%. Namun, pembelian obligasi pemerintah ini harus bersifat permanen yakni tidak berpindah tangan atau diperjualbelikan di pasar sekunder, hanya boleh diperjualbelikan di pasar primer. Dari sisi EPS, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 bahwa rata-rata EPS tertinggi diraih oleh BRI yakni Rp. 429,23 dan yang terendah dimiliki oleh Bank Panin sebesar 38,96. Hal ini menunjukkan bahwa BCA memberikan rata-rata pengembalian dari saham yang ditanamkan lebih besar dibandingkan keenam bank lainnya. Sedangkan EPS dari Bank BJB menempati peringkat kelima dari ketujuh bank. Hal ini terlihat bahwa sebagai bank yang masih berskala daerah dan baru melakukan IPO, Bank 68 BJB dapat bersaing dengan memberikan nilai rata-rata EPS sebesar Rp 76.18,- dibandingkan dengan bank yang sudah berskala nasional maupun internasional seperti Bank ANZ Panin. Tabel 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya Nama Bank BRI Bank Danamon BCA BNI Bank BJB Bank Permata Bank Panin EPS (dalam Rupiah) 2007 2008 2009 403.64 496.99 442.17 2010 555.25 Rata-rata EPS 429.23 186.36 262.12 308.68 236 80 91.82 209 163 113.75 251 193 - 239.50 125.17 76.18 64.45 58.43 62.01 67.33 55.09 42.32 34.6 41.01 46.87 38.96 2005 321.7 2006 355.62 407.71 268.91 423.27 303.7 213 106 - 345 145 29.58 183 64 69.56 38.1 40.23 31.48 37.46 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan Bank Panin dari Tahun 2005-2010 Untuk rata-rata ROE tertinggi diraih juga oleh BRI yakni sebesar 34.40% dan terendah pada Bank Panin. Dilihat dari sisi ROE bahwa pada hampir semua bank mengalami tingkat ROE yang fluktuatif, namun pada BNI dan BCA cenderung naik dari tahun 2007-2010 seperti yang disajikan pada Tabel 10. Dilihat dari ROE Bank BJB, terlihat jelas bahwa Bank BJB memiliki rata-rata tertinggi kedua setelah BRI, mengalahkan bank lainnya seperti BCA dan BNI. Dari hal ini, maka pengembalian atas ekuitas Bank BJB berkategori baik dan dapat bersaing dengan bank lainnya yang berskala nasional. Dengan ROE yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan laba yang akan diperoleh perusahaan sehingga akan berdampak pula terhadap deviden. Deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham adalah minimum 40% dari laba yang diperoleh perusahaan. Maka, dengan ROE yang tinggi akan meningkatkan deviden. Tabel 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya Nama Bank BRI Bank BJB BCA Bank Danamon 2005 38.00 23.54 27.35 2006 33.75 22.28 29.07 ROE(%) 2007 2008 31.64 34.50 19.58 25.54 26.74 30.16 2009 34.23 28.09 32.00 2010 34.28 31.70 32.25 Rata-rata ROE 34.40 25.12 29.60 24.20 15.10 22.90 14.90 19.70 19.85 22.30 69 Lanjutan Tabel 10. Bank Permata BNI Bank Panin 14.30 13.10 18.10 12.40 18.02 25.10 16.84 12.64 14.14 22.61 14.27 8.03 13.98 9.01 10.16 16.34 10.40 25.12 15.48 15.63 13.07 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan Bank Panin dari Tahun 2005-2010 Pada Tabel 11 yang telah diolah, EPS dari tahun 2005-2010 dan data ROE dari tahun 2006-2010, Bank BJB memiliki rata-rata ROE sebesar 25.12% dan rata-rata EPS sebesar Rp. 76.18. Rata-rata pertumbuhan EPS dari tahun 2006-2009 yakni 33.67% dan rata-rata pertumbuhan EPS dari tahun 2005-2010 sebesar 4.88%. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan EPS Bank BJB terlihat bahwa pertumbuhan dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan ROE Bank BJB berada dalam keadaan yang fluktuatif seperti yang dittampilkan pada Gambar 5. Tabel 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB Tahun Pertumbuhan EPS 2005-2006 Pertumbuhan ROE 1.26 100 5.66% 22.28 2.7 100 13.79% 19.58 5.96 100% 23.34% 25.54 2.55 100% 9.08% 28.09 -----39.98 69.58 22.26 91.82 2006-2007 2007-2008 21.93 113.75 2008-2009 2009-2010 ------- Rata-Rata 33.67% 100 57.48% 100 24.24% 100 19.28% 3.61 31.70 100% 11.39% 4.88% Sumber : www.bankjabar.co.id (diolah) EPS (Rp) ROE (%) 150 40.00% 30.00% 100 20.00% EPS (Rupiah) 50 10.00% 0.00% 2009 2008 2007 0 2006 Gambar 5. Grafik Perkembangan EPS dan ROE Bank BJB ROE (%) 70 Selanjutnya dilakukan analisis tren dengan metode kuantitatif pada ROE (%) dan EPS (Rupiah) pada Bank BJB Data historis yang digunakan adalah tahun 2006 sampai dengan 2010. Untuk peramalan EPS, bentuk persamaan yang dihasilkan merupakan hubungan antara variabel dependen (Yt) yang berupa EPS (Rp) dan variabel independen (t) yang berupa deret waktu (tahun) sedangkan untuk ROE variabel dependen (Yt) yang berupa ROE (%) dan variabel independen (t) yang berupa deret waktu (tahun). Tampilan perhitungan analisis tren menggunakan program komputer MInitab untuk EPS dapat dilihat pada Gambar 6. Trend Analysis Plot for C10 Linear Trend Model Yt = 7.485 + 27.477*t Variable A ctual Fits Forecasts 250 C10 200 A ccuracy Measures MA PE 8.4270 MA D 4.5125 MSD 24.1428 150 100 50 0 1 2 3 4 5 Index 6 7 8 9 Gambar 6. Forecasting untuk EPS Bank BJB Dari data yang telah diperoleh pada Gambar 6, sehingga model matematis untuk peramalan EPS adalah Yt =7.485+27.477*t dengan nilai kesalahan peramalan, yakni MAD = 4.5125, MSD = 24.1428, MAPE = 8.4270. Model matematis tersebut dapat meramalkan EPS untuk masa yang akan datang. Dari data pada Tabel 12, menunjukkan peramalan untuk EPS Bank BJB lima tahun ke depan akan mengalami peningkatan, sehingga dengan keadaan EPS yang meningkat dapat menguntungkan para pemegang saham Bank BJB. Tabel 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010 - 2014 Tahun Forecast (Rupiah) 2010 144,870 2011 172,347 2012 199,824 2013 227,301 2014 254,778 71 Sedangkan untuk peramalan ROE diperoleh model matematis Yt = 25.924+1.04886*t dengan nilai MAPE = 2.7903, MAD = 0.77686, dan MSD = 1.22786 seperti yang terlihat pada Gambar 7. Trend Analysis Plot for C2 Linear Trend Model Yt = 25.924 + 1.04886*t 38 Variable A ctual Fits Forecasts 36 A ccuracy MA PE MA D MSD C2 34 32 Measures 2.75603 0.77686 1.22786 30 28 26 1 2 3 4 5 6 Index 7 8 9 10 11 Gambar 7. Forecasting untuk EPS Bank BJB Sehingga dari model matematis yang diperoleh dapat meramalkan ROE Bank BJB untuk masa yang akan datang yakni untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2010 - 2014 Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Forecast (%) 33,2660 34,3149 35,3637 36,4126 37,4614 Data peramalan ROE Bank BJB menunjukkan untuk peramalan lima tahun ke depan yakni sampai tahun 2015, ROE Bank BJB akan mengalami kenaikan, walaupun kenaikan tersebut hanya sekitar 1% per tahun. Dengan nilai ROE yang diprediksikan mengalami peningkatan, hal ini akan berdampak terhadap laba yang diperoleh Bank BJB sehingga berdampak juga terhadap deviden yang diberikan kepada para pemegang saham Bank BJB. Sebagai bank memiliki kriteria untuk dapat dikatakan baik atau tidak, seperti dalam faktor pertumbuhan bisnis dan rasio keuangannya. Pertumbuhan bisnis Bank BJB dapat dilihat dari tahun 2005-2010 memiliki rata-rata aset sebesar Rp 26,79 Miliar, rata-rata kredit yang diberikan sebesar Rp 16.55 Miliar, rata-rata Simpanan dari Pihak Ketiga sebesar Rp 72 21,56 Miliar, dan rata-rata Ekuitas (modal saham, modal ditempatkan dan disetor, modal disetor lainnya, serta saldo laba) sebesar Rp 2,65 Miliar. Pertumbuhan bisnis Bank BJB ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten Jika dilihat dari sisi lainnya seperti EBIT dan laba bersih menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yakni dari tahun 2005 sampai bulan September tahun 2010 Bank BJB memiliki rata-rata EBIT sebesar Rp 727,39 Miliar dan laba bersih sebesar Rp 495,39 Miliar yang ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten 73 Bank BJB memiliki rasio-rasio keuangan yang tergolong baik seperti dari sisi CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, rata-rata CAR (Rasio kecukupan modal) Bank BJB sebesar 17,81%, rata-rata NIM (Marjin Pendapatan Bunga Bersih) sebesar 7,61%, rata-rata ROA (Imbal Hasil Investasi) sebesar 3,06%, rata-rata ROE (Imbal Hasil Ekuitas) sebesar 25,12%, dan rata-rata LDR (Rasio jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga) sebesar 79,59%, serta rata-rata BOPO (rasio total beban operasional dibagi total pendapatan operasional) sebesar 77,15%. Grafik Rasio Keuangan Bank BJB dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam Gambar 10. Gambar 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten 74 Selain dari rasio keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO, masih terdapat lima rasio keungan lainnya. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa Bank BJB menduduki peringkat 15 dari 20 bank terbesar yang telah didata oleh Bank Indonesia. Dalam penyertaan modal ini, ada beberapa rasio yang penting diperhatikan oleh Pemerintah Kota Depok. Seperti ROE (Return on Equity) atau Imbal Hasil Ekuitas yang merupakan perbandingan antara jumlah laba setelah pajak dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut dengan jumlah rata-rata ekuitas dalam periode yang sama, Bank BJB menduduki peringkat kesatu dari 20 bank dalam hal ROE. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah laba atas ekuitas berkategori baik, sehingga dari tingkat ROE yang tinggi akan berdampak pada pemberian deviden yang tinggi pula, tentunya hal ini dapat menguntungkan pemegang saham. Untuk ROA yang berarti singkatan dari “Return on Assets” atau Imbal Hasil Investasi yang merupakan perbandingan antara jumlah laba sebelum pajak dalam kurun waktu 12 bulan berturut-turut dengan jumlah rata-rata aktiva dalam periode yang sama. Tahun 2009 Perseroan mampu membukukan ROA sebesar 3,24% di atas ketentuan Bank Indonesia dan mendapatkan peringkat kedua dari 20 bank terbesar. Hal ini menunjukkan, dari sisi tingkat pengembalian asset yang dimiliki akan berdampak terhadap kenaikan laba yang juga berdampak pada tingkat pemberian deviden kepada para pemegang saham. Rasio lainnya seperti NPL (Non Performing Loan) yaitu kredit yang non-performing meliputi kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. NPL adalah salah satu kriteria bank yang sehat yakni jika memiliki NPL yang kecil. Bank Indonesia pada tahun 2001 menetapkan batas maksimum NPL - Netto untuk bank-bank di Indonesia adalah 5% dan Bank BJB mempertahankan rasio NPL (gross) pada kisaran 0,45% sampai dengan 1,97%. Dari 20 bank, Bank BJB meraih peringkat ketiga dalam kategori NPL, hal ini berarti Bank BJB memiliki kredit macet yang relatif lebih kecil dari bank lainnya. Rasio NPL dalam salah satu kriteria bank yang sehat sesuai dengan syarat investasi jangka panjang dan pendek yang telah tercantum dalam peraturan pada analisis kelembagaan. 75 Tabel 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Nama Bank Mandiri BRI BCA BNI CIMB Niaga Danamon Panin BII Permata BTN Citi Bank Bukopin Standard Chartered HSBC Bank BJB Mega OCBC NISP Tokyo Mitsubishi DBS UOB Buana Assets Depposits Loans Equity CAR NPL NIM ROA ROE BOPO LDR 1 2 3 4 1 2 3 4 2 1 3 4 1 2 3 4 15 16 14 18 6 17 1 18 14 2 11 7 6 3 4 13 4 2 3 7 2 5 1 8 5 15 1 7 5 5 5 6 20 8 4 8 9 7 13 6 7 8 9 10 11 12 6 7 8 9 10 11 12 6 7 8 10 9 12 11 5 7 9 8 12 10 18 12 4 13 17 5 2 19 14 9 11 15 16 20 10 1 12 9 10 8 16 15 5 10 19 11 16 1 18 10 13 17 5 15 8 11 6 12 18 11 15 4 14 17 8 12 14 19 6 11 13 18 18 20 11 19 18 12 14 16 16 14 15 16 15 14 13 16 15 17 19 16 14 9 10 8 13 3 2 13 3 17 7 2 14 12 1 6 17 3 10 2 4 3 17 16 14 11 7 12 6 17 16 13 9 18 20 13 13 1 4 20 15 19 19 20 19 17 19 17 6 5 19 20 20 20 10 20 19 20 15 3 7 5 9 18 9 18 Sumber : www.bi.go.id Berdasarkan data-data keuangan tersebut, terlihat bahwa Bank BJB memiliki kinerja dari aspek finansial yang tergolong baik. Seperti dari rasio keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO menunjukkan bahwa Bank BJB dapat bersaing dan bahkan lebih unggul dari bank-bank yang berskala nasional maupun internasional. Dengan keadaan finansial yang baik, sehingga memungkinkan bagi Pemerintah Kota Depok untuk menyertakan modalnya di Bank BJB. 4.7 Implikasi Manajerial Pemerintah Daerah Kota Depok memiliki otonomi daerah yang dapat digunakan secara maksimal untuk mendatangkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan Kota Depok dan mengembangkan Kota Depok sebagai Kota administratif. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang. Karakteristik investasi jangka pendek yang diperbolehkan untuk Pemerintah Daerah Kota Depok adalah investai yang dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan dan ditujukan dalam rangka manajemen kas, serta berisiko rendah. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau 76 yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka pendek dan SBI. Penempatan modal pada deposito atau tabungan harus di semua bank yang berkategori sehat. Untuk investasi jangka panjang, Pemerintah Daerah Kota Depok hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat sebagai investasi permanen (tidak diperjualbelikan) antara lain kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dalam hal ini adalah penanaman saham pada Bank BJB. Saham yang dapat ditanamkan di Bank BJb terdiri dari dua jenis yakni Saham Seri A dan Saham Seri B. Pengertian masing-masing jenis saham, aturan tentang saham di Bank BJB, dan aturan transaksi pemindahan saham untuk Pemerintah Daerah Kota Depok dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 4.7.1 Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B Saham ialah saham-saham Seri A dan saham-saham Seri B yang dimaksud dengan pemegang saham ialah pemegang saham ialah pemegang saham seri A dan pemegang saham seri B kecuali apabila dengan tegas dinyatakan lain. Saham Perseroan adalah saham atas nama dan dikeluarkan atas nama pemiliknya yang terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham yang terdiri dari saham Seri A yang hanya khusus dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kota, dan Kabupaten dan Saham Seri B yang dapat dimiliki oleh Direksi, Dewan Komisaris, Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah. Saham Seri A ialah saham yang memberikan hak khusus kepada pemegangnya dalam kuorum kehadiran dan kuorum persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Anggaran Dasar Bank BJB, untuk: 1. Menghadiri dan menyetujui pengangkatan, pemberhentian, dan persetujuan pengunduran diri Direksi dan Dewan Komisaris; 77 2. Menghadiri dan menyetujui pengeluaran efek bersifat perubahan ekuitas atau anggaran dasar, perubahan modal ditempatkan dan disetor; 3. Menghadiri dan menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda selain uang, baik benda berwujud, maupun tidak berwujud; 4. Menghadiri dan menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan, serta pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan pailit dan pembubaran perseroan. Sepanjang dalam anggaran dasar tidak ditetapkan lain, maka pemegang saham Seri A dan pemegang saham Seri B mempunyai hak yang sama. Untuk komposisi besaran modal untuk seluruh saham yang ditempatkan adalah 100% (seratus persen) dengan ketentuan batas maksimum saham Seri B adalah 40% (empat puluh persen) dan selebihnya merupakan Saham Seri A. 4.7.2 Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan Seri B Seluruh saham Perseroan yang dicatatkan, di luar saham-saham yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini, tidak akan dijual dalam jangka waktu maksimal 12 (dua belas) bulan sejak Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif yakni pada tanggal 8 Juli 2010. Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Dari hal tersebut, Pemerintah Daerah Kota Depok baru dapat membeli saham baik Saham Seri A maupun saham Seri B pada tanggal 8 Juli 2011. Saham yang telah ditanam pada Bank BJB akan mendapatkan dividen tunai minimum 40,00% dari laba bersih yang dibayar setiap tahunnya dimulai dari tahun buku 2010. Persentase deviden yang dibayarkan besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi Direksi. Keputusan untuk membayar dividen tergantung laba, kondisi keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang- 78 undangan dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan setelah memperoleh persetujuan RUPS. 4.7.3 Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan jual beli saham sesama Pemerintah yang memiliki saham Seri A. Jika Pemerintah Derah Kota Depok berniat untuk menambah Saham A, maka tergantung kepada direksi dan juga pemegang saham A lainnya. Untuk pemindahan saham seri B, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan jual beli saham dengan Direksi, Dewan Komisaris, Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah. Jika ingin menambah Saham Seri B, Pemerintah Kota Depok sebagai pemilik saham berhak melakukan pemesanan terlebih dahulu terhadap saham seri B Bank BJB sebelum ditawarkan kepada publik. Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B dilatarbelakangi oleh Anggaran Dasar Bank Jabar Banten: Pasal 10 Tentang Pemindahan Hak Atas Saham yang berisi antara lain: 1. Persyaratan dan peraturan pemindahan hak atas saham yaitu: a. Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama Pihak yang memindahkan hak dan oleh atau atas nama Pihak yang menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan. b. Pemindahan Hak atas saham yang termasuk dalam Penitipan Kolektif dilakukan dengan pemindahbukuan dari rekening Efek yang lain pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian dan Perusahaan efek. Dokumen pemindahan hak atas saham harus berbentuk sebagaimana ditentukan dan/atau yang dapat diterima oleh Direksi dengan ketentuan, bahwa dokumen pemindahan hak atas saham-saham yang tercatat pada Bursa Efek harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku pada Bursa Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan, dengan tidak mengurangi peraturan perundangan yang berlaku di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan. 79 c. Pemindahan hak atas Saham Seri A hanya dapat dilakukan oleh dan di antara pemegang saham Seri A. 2. Pemindahan hak atas saham-saham yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini atau tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku atau tanpa persetujuan dari pihak yang berwenang jika disyaratkan, tidak berlaku terhadap perseroan. 3. Direksi atas kebijaksanaan mereka sendiiri dan denagn memberikan alasan untuk itu, dapat menolak untuk mendaftarkan pemindahan hak atas saham dalam Daftar Pemegang Saham apabila ketentuan dalam Anggaran Dasar ini tidak dipenuhi. 4. Apabila direksi menolak untuk mendaftarkan pemindahan hak atas saham, maka direksi wajib mengirimkan pemberitahuan penolakan kepada pihak yang akan memindahkan haknya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal permohonan untuk pendaftaran itu diterima oleh Direksi dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku di bidang Pasar Modal dan peraturan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan tersebut dicatatkan. 5. Dalam hal terjadi perubahan ngubahan pemilikan dari suatu saham, pemilik asalnya yang dalam daftar Pemegang Saham dianggap tetap sebagai pemilik dari saham tersebut hingga nama dari pemilik baru tersebut telah tercatat dalam Daftar Pemegang Saham, hal tersebut dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku dan ketentuan di bidang Pasar Modal serta ketentuan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan. 6. Setiap orang yang memperoleh hak atas suatu saham karena kematian seorang pemegang saham atau karena sebab lain yang mengakibatkan pemilikan suatu saham berubah berdasarkan hukum, dapat dengan mengajukan bukti-bukti haknya tersebut, sebagaimana sewaktu-waktu dapat disyaratkan oleh Direksi, mengajukan permohonan secara tertulis untuk di daftar sebagai 80 pemegang saham dari saham tersebut. Pendaftaran hanya dapat dilakukan apabila Direksi dapat menerima baik atas dasar buktibukti hak itu dan tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini. 7. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di Pasar Modal wajib memenuhi peraturan perundangan dibidang Pasar Modal dan ketentuan-ketentuan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan, kecuali untuk saham Seri A hanya dapat dipindahkan kepada pemerintah saja sebagaimana tersebut dalam Pasal 10.1.c Anggaran Dasar Bank BJB. Berdasarkan dari analisis keadaan lingkungan internal dan eksternal Bank BJB, serta harga saham yang terus meningkat, sebaiknya Pemerintah Daerah Kota Depok tidak menjual Saham Seri A yang dimilikinya tetapi menambah kepemilikan saham dengan membelinya dari pemerintah daerah lain sesuai dengan kesepakatan dan aturan yang ada. Dengan berinvestasi pada Saham Seri A di Bank BJB maka akan meningkatkan modal yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Depok. Untuk pembelian Saham Seri B sangat baik dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok jika investasi dilakukan untuk jangka panjang dan tidak diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan terkait dengan permasalahan hukum (analisis kelembagaan) dimana Pemerintah Daerah Kota Depok hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat permanen dan hanya boleh menyertakan modal pada investasi yang beresiko rendah. Dengan melihat adanya harga yang fluktuatif pada Saham Seri B, maka akan sangat beresiko jika menempatkan modal pada Saham Seri B yang bersifat sebagai jangka pendek dan diperjualbelikan dalam waktu yang singkat. Dari hal tersebut, untuk mengurangi resiko dan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi pada Saham Seri B Bank BJB maka Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih Saham Seri B sebagai salah satu investasi jangka panjang. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Melihat adanya otonomi daerah yang diberikan Pemerintah Daerah Kota Depok, pemerintah dapat memanfaatkan otonomi daerah dengan tetap melihat peraturan (undang-undang) yang ada. Dilihat dari peraturan yang terkait dan dianalisis kelembagaan, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka pendek yakni investasi pada produk perbankan di bank sehat yakni deposito dan tabungan (simpanan) dan untuk investasi jangka panjang dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang, tidak diperjualbelikan (bersifat sebagai investasi permanen juga). Untuk investasi jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada produk perbankan di semua yang bank sehat yakni seperti deposito, tabungan (simpanan), dan obligasi pemerintah. Dengan berubahnya status Bank BJB menjadi perseroan terbuka dan melakukan IPO, membuat Bank BJB terus meningkatkan prestasinya untuk dapat bersaing dengan bank lainnya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Dilihat dari lingkungan eksternal dan internalnya Bank BJB memiliki skor bobot faktor internal sebesar 2,8 dan eksternalnya sebesar 2,94, hal ini berarti tingkat atau eksternal terhadap penyertaan modal adalah sedang dan menghasilkan posisi Hold and Maintain yang menunjukkan bahwa perusahaan harus mempertahankan kondisi saat ini karena tantangannya semakin besar, sehingga dengan keadaan tersebut bagi Pemerintah Kota Depok layak menempatkan sahamnya di Bank BJB. Untuk hal produk simpanan (tabungan dan deposito), Bank BJB masih memberikan bunga deposito terbesar yakni 8,75% kepada Pemerintah Daerah Kota Depok dibandingkan dengan perbankan lainnya. Di sisi lain, jika dilihat 82 dari deviden per saham yang dibagikan, Bank BJB masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan bank pesaing. Namun, Pemerintah Daerah Kota Depok tetap hanya dapat melakukan penanaman saham hanya di Bank BJB. Di sisi lain, dilihat dari harga saham yang terus meningkat setelah terjadinya IPO membuat modal yang ditanamkan Kota Depok menjadi terus bertambah. Semenjak tahun 2002 sampai dengan saat ini, Pemerintah Daerah Kota Depok telah menanamkan Saham Seri A di Bank BJB. Saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Depok sebanyak 89.581.968 lembar saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000 dengan presentase sebesar 0,92% setelah IPO yakni menurun dari 1,23% sebelum terjadinya IPO. Dari keseluruhan analisis dapat disimpulkan bahwa penanaman investasi jangka panjang maupun jangka pendek layak dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok. 2. Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian berikutnya berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian tentang: • Menganalisis kinerja Bank BJB setelah melakukan IPO (Initial Public Offering) • Menganalis keadaan Saham Seri A dan Seri B setelah melakukan IPO (Initial Public Offering) • Mengetahui dan menganalisis proses IPO (Initial Public Offering) PT Bank BJB dari status perusahaan sebelumnya yakni Bank Pembangungan Daerah DAFTAR PUSTAKA Ang, R. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Anonim. 2010. Earnings Per Share (EPS) : Definisi dan Faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Laba Per Saham. http://jurnalsdm.blogspot. com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi-dan.html. [1 Desember 2010] Anwar, J. 2010. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung : PT. Alumni Dewi, F.R, dkk. 2007. Analisis Strategi Penyertaan Modal Provinsi DKI Jakarta Terhadap Beberapa Perusahaan Daerah dan Perusahaan Lainnya. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gito S.I. 1999. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Halim, A. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta Hasibuan, M. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE. Kertonegoro,S. 1995. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya Press 73. Kotler. P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Erlangga Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Riyanto, B. 1999. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta: BPFE. Thian, L.H. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Jakarta: Elex Media Komputindo. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tlngkat II Depok Dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilego. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 84 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah www.bankjabar.co.id. [27-29 Desember 2010] www.bi.go.id. [2 Desember 2010] www.bni.co.id. [29 November 2010] www.danamon.co.id. [29 November 2010] www.panin.co.id. [30 November 2010] www.permatabank.com.[3 November 2010] LAMPIRAN Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara kepada Pihak Bank BJB PERTANYAAN WAWANCARA Bank Jabar Banten Cabang Depok I. Pertanyaan tentang gambaran umum perusahaan 1. Bagaimana proses berdirinya Bank Jabar Banten? 2. Apa visi, misi dan tujuan dari Bank Jabar Banten? 3. Bagaimana struktur organisasi, tugas dan wewenang setiap jabatan? 4. Bagaimana status badan hukumnya? 5. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bank Jabar Banten? II. Pertanyaan tentang Lingkungan Internal. 1. Produksi a) Bagaimana penyedian produk-produk perbankan? b) Bagaimana pengawasan mutu yang dilakukan ? c) Apa saja produk perbankan yang ada di Bank Jabar Banten? 2. Sumber daya manusia a) Berapa jumlah karyawannya? (rinci menurut jenis pekerjaan, jenis kelamin, umur, dan pendidikan) b) Bagaimana jam kerja diberlakukan? c) Bagaimana cara peningkatan dan pengembangan karyawan? d) Apa masalah ketenagakerjaan yang dihadapi? 3. Keuangan a) Bagaimana sistem pencatatan keuangan pada perusahaan? b) Bagaimana pertumbuhan laba perusahaan, himpunan dana, dan rasio NPL? c) Apa masalah keuangan yang dihadapi perusahaan? 86 Lanjutan Lampiran 1. 4. Pemasaran a) Produk apa saja yang dihasilkan oleh Bank Jabar Banten? Apa yang menjadi produk utama? b) Apakah ada pengklasifikasian produk? c) Apa yang membedakan produk Bank BJB dengan produk perbankan sejenis lainnya? Deskripsikan! d) Berapa tingkat suku bunga yang ditawarkan untuk produk simpanan dan kredit? e) Bagaimana cara memasarkan produk-produk dari Bank Jabar Banten? f) Apakah ada agen pemasaran untuk memasarkan produknya? g) Kegiatan promosi apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan? h) Media apa saja yang digunakan untuk sarana promosi? i) Apakah ada fasilitas konsultasi, kritik dan saran untuk konsumen? 5. Sistem Informasi Manajemen. a) Apakah Bank Jabar Banten menggunakan sistem informasi manajemen? b) Bagaimana penggunaan sistem informasi tersebut? III. Pertanyaan tentang lingkungan mikro pemasaran. 1. Apakah Bank Jabar Banten telah mengetahui dan mendata para pesaing? 2. Siapa saja yang menjadi pesaing potensial dari Bank Jabar Banten ini? 3. Bagaimana kekuatan yang dimiliki pesaing tersebut? 4. Bagaimana pertumbuhan perbankan sejenis khususnya di Depok? 5. Apakah terdapat faktor-faktor yang mempermudah masuknya pendatang baru? 6. Bagaimana saluran distribusi untuk memasarkan produknya? 87 Lanjutan Lampiran 1. IV. Pertanyaan tentang lingkungan makro pemasaran. 1. Apakah perubahan gaya hidup masyarakat seperti kebiasaan menabung mempengaruhi kegiatan pemasaran Bank Jabar Banten? 2. Apakah terdapat teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas Bank Jabar Banten? 3. Bagaimana pengaruh krisis global dunia terhadap bisnis Bank Jabar Banten? 4. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap penyertaan modal Bank Jabar Banten? 88 Lampiran 2. Kuesioner terhadap bank BUMN dan bank swasta di Depok. KUESIONER ANALISIS PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP BANK 1. Apa saja jenis produk simpanan (investasi) yang perusahaan Anda tawarkan? ………………………………………………………………………………… 2. Berapa besar suku bunga dan benefit yang ditawarkan dari setiap produk simpanan? ………………………………………………………………………………… 3. Untuk simpanan deposito, berapa suku bunga yang perusahaan Anda tawarkan? o Rp. 100-500 juta, suku bunga …..% o Rp. 500 juta-1 M, suku bunga …..% o Rp. 1-20 M, suku bunga …..% o Rp. 20-50 M, suku bunga …..% o Rp. 50-100 M, suku bunga …..% Ket : asumsi suku bunga yang diberikan daam jangka waktu 1 tahun 4. Berapa jenis saham yang perusahaan Anda tawarkan? o Saham ……………………, EPS………………….. o Saham ……………………, EPS………………….. Ket : EPS yang diberikan pada tahun terakhir (2010) 5. Jika perusahaan Anda mengeluarkan obligasi, jenis obligasi apa yang ditawarkan? Berapa besar suku bunga dari obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan Anda? ………………………………………………………………………………… Terima Kasih 89 Lampiran 3. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYERTAAN MODAL TERHADAP BANK BJB Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi kemapuan PT Bank Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor internal dan eksternal industri perbankan yang diperoleh dari wawancara. Tingkat kepentingan adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor operasional tersebut menentukan keberhasilan penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten. Petunjuk Umum: 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban 4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat. Petunjuk Khusus: 1. Pemberian bobot terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang tersedia pada kuesioner ini, seperti yang dipaparkan di bawah ini: 1 = kurang menentukan atau kurang penting 2 = cukup menentukan atau cukup penting 3 = menentukan atau penting 4 = sangat menentukan atau sangat penting 2. Pemberian bobot masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ( X ) pada tingkatan (1-4) yang paling sesuai menurut responden. 90 Lanjutan Lampiran 3 A. Faktor Strategis Internal Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan. Tabel 1. Faktor- Faktor Internal No Faktor Internal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik Pertumbuhan laba yang meningkat Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional Promosi yang masih minim terhadap sektor publik Kurangnya tenaga khusus promosi Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai Kualitas SDM yang masih berkategori ratarata Produk yang ditawarkan masih terbatas Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim 2 Bobot 3 4 91 Lanjutan Lampiran 3. B. Faktor Eksternal Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan. Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Penggunaan teknologi dalam pelayanan Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa Bobot 2 3 4 92 Lampiran 4. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL (PENETUAN RATING) Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal yaitu dengan cara pemberian peringkat yang mempengaruhi kemapuan PT Bank Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor internal dan eksternal industri perbankan. Petunjuk Umum: 1. Pengisian kuesioner dilakukan secra tertulis oleh responden 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban 4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan yang berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang kuat. Petunjuk Khusus : A. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) adalah sebagai berikut : 1=kelemahan utama, 2=kelemahan kecil, 3=kekuatan kecil, 4=kekuatan utama B. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) adalah sebagai berikut: 1 = respon perusahaan di bawah rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 2 = respon perusahaan rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 3 = respon perusahaan di atas rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 4 = respon perusahaan superior tehadap faktor-faktor tersebut Pemberian peringkat masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ( √ ) pada skala likert (1-4) yang paling sesuai menurut responden. 93 Lanjutan Lampiran 4. C. Faktor Strategis Internal Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan. Tabel 1. Faktor- Faktor Internal No Faktor Internal Nilai 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik Pertumbuhan laba yang meningkat Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional Promosi yang masih minim terhadap sektor publik Kurangnya tenaga khusus promosi Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai Kualitas SDM yang masih berkategori ratarata Produk yang ditawarkan masih terbatas Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim 2 3 4 94 Lanjutan Lampiran 4. D. Faktor Eksternal Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan. Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal Nilai 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Penggunaan teknologi dalam pelayanan Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa 2 3 4 95 Lampiran 5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE a. Bobot Faktor-faktor Internal No 1 Faktor Internal Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan 2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik 3 Pertumbuhan laba yang meningkat 4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik 5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi 6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru 7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional 8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik 9 Kurangnya tenaga khusus promosi 10 Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional 11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah 12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan 13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai 14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata 15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 16 Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut 17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim Jumlah rata-rata Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 1 1 Bobot 2 3.5 0.064 1 2 3.5 0.064 1 2 1 2 2 4 3.5 0.073 0.064 1 1 2 3.5 0.064 2 3 0.055 2 3.5 0.064 2 2 3 0.055 2 2 2 2 3 3 0.055 0.055 2 2 3 0.055 1 2 2.5 0.046 1 2 3 0.055 1 1 2 3.5 0.064 1 1 2 3.5 0.064 2 2.5 0.046 2 3.5 0.064 55 1.00 1 1 1 Ratarata 1 2 1 Jumlah Responden 1 1 1 1 96 Lanjutan Lampiran 5. b. Nilai Faktor-Faktor Internal No Faktor Internal Tingkat Kepentingan 1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan 2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik 3 Pertumbuhan laba yang meningkat 4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik 5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi 6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru 7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional 8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik 9 Kurangnya tenaga khusus promosi 10 Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional 11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah 12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan 13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai 14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata 15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 16 Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut 17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim Jumlah rata-rata 2 Jumlah responden Jumlah Nilai RataRata Nilai 3 4 1 1 2 7 3.5 2 2 8 4 2 2 2 2 8 8 4 4 2 2 8 4 2 2 8 4 2 2 8 4 2 2 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 1 1 2 3 1.5 1 1 2 3 1.5 1 1 2 3 1.5 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 4 2 92 46 1 97 Lanjutan Lampiran 5. c. Bobot Faktor-Faktor Eksternal No Faktor Eksternal Nilai 1 1 2 Penggunaan teknologi dalam pelayanan Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan 3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan 4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat 5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung 6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat 7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir 8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen 9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali 10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar 11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta 12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir 13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima 14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan 15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro 16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR 17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa Jumlah Rata-Rata 2 1 3 2 1 Jumlah Responden RataRata Bobot 4 2 2 3 2.5 0.051 0.043 2 2 0.034 2 2 4 0.068 2 2 4 0.068 2 2 4 0.068 2 2 4 0.068 2 2 3 0.051 2 2 3 0.051 2 2 2 2 3 0.051 1 1 2 3.5 0.060 1 1 2 3.5 0.060 1 1 2 3.5 0.060 2 2 4 0.068 1 2 3.5 0.051 2 2 4 0.068 2 2 4 0.068 58.5 1.00 1 98 Lanjutan Lampiran 5. d. Nilai faktor-faktor eksternal No. Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan 1 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan 3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan 4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat 5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung 6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat 7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir 8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen 9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali 10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar 11 Adanya revisi terhadap undangundang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta 12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir 13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima 14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan 15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro 16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR 17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa Jumlah Rata-Rata 2 1 3 1 Jumlah Nilai Ratarata Nilai 4 2 5 2.5 1 1 2 7 3.5 1 1 2 7 3.5 2 2 8 4 2 2 8 4 2 2 8 4 2 2 8 4 1 2 7 3.5 2 2 8 4 2 2 8 4 2 2 4 2 2 2 4 2 1 2 3 1.5 2 2 4 2 2 2 4 2 2 5 2.5 2 4 2 102 51 1 1 Jumlah Responden 1 2 1 99 Lanjutan Lampiran 5. e. Internal Factor Evaluation (IFE) Bank Jabar Banten No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total Faktor Internal Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik Pertumbuhan laba yang meningkat Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional Promosi yang masih minim terhadap sektor publik Kurangnya tenaga khusus promosi Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai Kualitas SDM yang masih berkategori ratarata Produk yang ditawarkan masih terbatas Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim Nilai yang Bobot Bobot Peringkat 0.064 3.5 0.224 0.064 4 0.256 0.073 4 0.292 0.064 4 0.256 0.064 4 0.256 0.055 4 0.22 0.064 4 0.256 0.055 2 0.11 0.055 2 0.11 0.055 2 0.11 0.055 1.5 0.0825 0.046 1.5 0.069 0.055 1.5 0.0825 0.064 2 0.128 0.064 2 0.128 0.046 2 0.092 0.064 2 0.128 1.00 46 2.8 100 Lanjutan Lampiran 5. f. Eksternal Factor Evaluation (EFE) Bank Jabar Banten No. Faktor Eksternal Bobot Penilaian 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan 0.051 2.5 Skor Bobot 0.1275 0.043 3.5 0.1505 0.034 3.5 0.119 0.068 4 0.272 0.068 4 0.272 0.068 4 0.272 0.068 4 0.272 0.051 3.5 0.051 4 0.204 0.051 4 0.204 0.060 2 0.12 0.060 2 0.12 0.060 1.5 0.09 0.068 2 0.136 0.051 2 0.102 0.068 2.5 0.068 2 0.136 1.00 51 2.946 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa 0.1785 0.17 101 Lampiran 6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 (Sebelum IPO) • No. 1. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 20.000.000 200.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 5.000.000 500.000.000.000 - - % 5.366.749 53.667.490.000 - - 57,32 462.922 86.788 16.080 30.782 65.175 220.091 146.768 139.566 70.958 45.846 102.250 4.629.220.000 867.880.000 160.800.000 307.820.000 651.750.000 2.200.910.000 1.467.680.000 1.395.660.000 709.580.000 458.460.000 1.022.500.000 - - 4,94 0,93 0,17 0,33 0,69 2,35 1,57 1,46 0,76 0,49 1,09 101 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kepemilikan Saham Tahun 1999 102 Lanjutan Lampiran 6. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27 Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 88.336 110.563 370.563 96.743 227.380 110.419 53.598 39.045 47.660 95.611 883.360.000 1.105.630.000 3.705.630.000 967.430.000 2.273.800.000 1.104.190.000 535.980.000 390.450.000 476.600.000 956.110.000 - - 9,43 1,18 3,96 1,03 2,43 1,18 0,57 0,42 0,51 1,02 156.003 509.547 502.757 87.451 113.749 1.560.030.000 5.095.470.000 5.027.570.000 874.510.000 1.137.490.000 - - 1,67 5,44 5,37 0,93 1,22 9.363.400 93.634.000.000 - - 100,00 10.636.600 106.366.000.000 5.000.000 50.000.000.000 102 103 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 20.000.000 200.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 5.000.000 500.000.000.000 - - % 6.664.868 66.648.680.000 - - 60,60 489.512 91.567 20.513 180.781 68.581 232.450 155.767 155.806 74.780 48.360 108.041 4.895.120.000 915.670.000 205.130.000 1.807.810.000 685.810.000 2.324.500.000 1.557.670.000 1.558.060.000 747.800.000 483.600.000 1.080.410.000 - - 4,45 0,83 0,73 1,64 0,62 2,11 1,42 1,42 0,66 0,44 0,98 103 Kepemilikan Saham Tahun 2000 104 Lanjutan Lampiran 6. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 97.606 115.562 220.562 105.085 282.524 120.419 57.597 41.248 52.389 109.265 976.060.000 1.155.620.000 2.205.620.000 1.050.850.000 2.825.240.000 1.204.190.000 575.970.000 412.480.000 523.890.000 1.092.650.000 - - 0.88 1,05 2,00 0,96 2,57 1,09 0,52 0,38 0,48 0,99 164.349 560.792 527.756 107.317 143.584 1.643.490.000 5.607.920.000 5.277.560.000 1.073.180.000 1.435.840.000 - - 1,49 5,10 4,80 0,98 1,30 10.997.081 109.970.810.000.000 - - 100,00 9.002.919 90.029.190.000 5.000.000 50.000.000.000 104 105 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kepemilikan Saham Tahun 2001 Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 80.000.000 800.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 20.000.000 200.000.000.000 - - % 21.564.868 215.648.680.000 - - 71,84 962.426 129.852 25.513 358.425 127.487 522.674 214.727 187.966 152.993 409.851 548.344 9.624.260.000 1.298.520.000 255.130.000 3.584.250.000 1.274.870.000 5.226.740.000 2.147.270.000 1.879.660.000 1.529.930.000 4.098.510.000 5.483.440.000 - - - - 3,21 0,43 0,09 1,19 0,42 1,74 0,72 0,51 0,49 1,37 1,83 105 106 Lanjutan Lampiran 6. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Kota Depok Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kabupaten Lebak Kota Tangerang Kabupaten Tangerang Kabupaten Pandeglang Kabupaten Serang Kota Cilegon Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 147.011 166.288 361.262 151.317 486.451 175.419 92.703 86.566 144.167 158.679 24.549 1.470.110.000 1.662.880.000,00 3.612.620.000,00 1.513.170.000,00 4.864.510.000,00 1.754.190.000,00 927.030.000,00 865.660.000,00 1.441.670.000,00 1.586.790.000,00 245.490.000,00 - - 0,49 0,55 1,20 0,50 1,62 0,58 0,31 0,29 0,49 0,53 0,08 152.478 278.339 732.654 402.728 1.201.465 50.000 1.524.780.000,00 2.783.390.000,00 7.325.540.000,00 4.027.280.000,00 12.014.650.000,00 500.000.000,00 - - 0,50 0,93 2,44 1,34 4,00 0,17 30.017.202 300.172.020.000.000 - - 100,00 49.982.798 499.827.980.000 20.000.000 200.000.000.000 106 107 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kepemilikan Saham Tahun 2002 Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 80.000.000 800.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 20.000.000 200.000.000.000 - - % 21.564.868 215.648.680.000 - - 70,32 1.112.603 129.852 50.513 358.425 127.487 64.549 522.674 248.327 217.966 152.993 423.845 11.126.030.000 1.298.520.000 505.130.000 3.584.250.000 1.274.870.000 645.490.000 5.226.740.000 2.483.270.000 2.179.660.000 1.529.930.000 4.238.450.000 - - 3,63 0,42 0,16 1,17 0,42 0,21 1,70 0,81 0,71 0,50 1,38 107 108 Lanjutan Lampiran 6. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29 Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 558.344 172.011 216.288 361.262 151.317 486.451 275.419 92.703 111.566 144.167 180.479 5.583.440.000 1.720.110.000 2.162.880.000 3.612.620.000 1.513.170.000 4.864.510.000 2.754.190.000 927.030.000 1.115.660.000 1.441.670.000 1.804.790.000 - - 1,82 0,56 0,70 1,18 0,49 1,59 0,90 0,30 0,36 0,47 0,59 363.339 50.000 1.201.465 732.654 152.478 444.377 3.633.390.000 500.000.000 12.014.650.000 7.326.540.000 1.524.780.000 4.443.770.000 - - 1,18 0,16 3,92 2,39 0,50 1,45 30.668.422 306.684.220.000,- 49.331.578 493.315.780.000,- 100,00 20.000.000 200.000.000.000 108 109 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 80.000.000 800.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 20.000.000 200.000.000.000 - - % 31.564.868 315.648.680.000 - - 61,97 1.212.603 157.606 110.513 429.925 202.330 239.549 100.000 2.522.674 299.227 257.966 182.427 12.126.300.000 1.576.060.000 1.105.130.000 4.299.250.000 2.023.300.000 2.395.490.000 1.000.000.000 25.226.740.000 2.992.270.000 2.579.660.000 1.824.270.000 - - 2,38 0,30 0,22 0,84 0,40 0,47 0,20 4,95 0,59 0,51 0,36 109 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kepemilikan Saham Tahun 2003 110 Lanjutan Lampiran 6. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 623.845 870.844 256.111 286.288 551.262 351.317 1.136.451 375.419 112.703 136.566 264.167 280.479 6.238.450.000 8.708.440.000 2.561.110.000 2.862.880.000 5.512.620.000 3.513.170.000 11.364.510.000 3.754.190.000 1.127.030.000 1.365.660.000 2.641.670.000 2.804.790.000 - - 1,22 1,71 0,50 0,56 1,08 0,69 2,23 0,74 0,22 0,27 0,52 0,55 4.500.000 45.000.000.000 - - 8,83 561.722 150.000 1.440.459 882.654 182.478 694.377 5.617.220.000 1.500.000.000 14.404.590.000 8.826.540.000 1.824.780.000 6.943.770.000 - - 1,10 0,29 2,83 1,73 0,36 1,36 50.936.830 509.368.300.000,- 29.063.170 290.631.700.000,- 100,00 20.000.000 200.000.000.000 110 111 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kepemilikan Saham Tahun 2004 Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A 160.000.000 Nilai (Rp) 160.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 40.000.000 400.000.000.000 - - % 39.064.868 390.648.680.000 - - 57,10 1.412.603 172.856 170.513 567.425 367.487 389.549 600.000 600.000 5.022.674 370.227 357.966 361.902 14.126.030.000 1.728.560.000 1.705.130.000 5.674.250.000 3.674.870.000 3.895.490.000 6.000.000.000 6.000.000.000 50.226.740.000 3.702.270.000 3.579.660.000 3.619.020.000 - - 2,06 0,25 0,25 0,83 0,54 0,57 0,88 0,88 7,34 0,54 0,52 0,53 111 112 Lanjutan Lampiran 6. 2,00 1,46 0,59 14. 15. Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi 1.373.845 1.000.000 13.738.450.000 10.000.000.000 - - 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 406.111 386.288 801.262 1.001.317 1.136.451 575.419 187.703 186.566 364.167 380.479 4.061.110.000 3.862.880.000 8.012.620.000 10.013.170 11.364.510 5.754.190.000 1.877.030.000 1.865.660.000 3.641.670.000 3.804.790.000 - - 4.500.000 45.000.000.000 - - 6.58 1.161.722 300.000 1.690.459 2.382.654 217.478 904.114 11.617.220.000 3.000.000.000 16.904.590.000 23.826.540.000 2.174.780.000 9.041.140.000 - - 1,70 0,44 2,47 3,48 0,32 1,32 68.414.105 684.414.105.000,- 91.585.895 915.858.950.000,- 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 0,56 1,17 1,46 1,66 0,84 0,27 0,27 0,53 0,56 100,00 400.000.000.000 112 40.000.000 113 Lanjutan Lampiran 6. • No. Pemegang Saham 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Modal Dasar Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon 13. 14. 15. Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya 1. Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 40.000.000 400.000.000.000 % Saham A 160.000.000 Nilai (Rp) 160.000.000.000 46.849.868 468.498.680.000 - - 54,39 1.622.603 187.856 270.513 667.425 467.487 589.549 1.100.000 900.000 10.000 7.022.674 440.227 16.226.030.000 1.878.560.000 2.705.130.000 6.674.250.000 4.674.870.000 5.895.490.000 11.000.000.000 9.000.000.000 100.000.000 70.226.740.000 4.402.270.000 - - 407.966 395.696 1.573.845 4.079.660.000 3.956.960.000 15.738.450.000 - - 1,88 0,22 0,31 0,77 0,54 0,68 1,28 1,04 0,01 8,15 0,51 0,47 0,46 1,83 113 Kepemilikan Saham Tahun 2005 114 Lanjutan Lampiran 6. 1.100.000 506.111 486.288 951.262 1.001.317 1.836.451 860.419 287.703 286.566 11.000.000.000 5.061.110.000 4.862.880.000 9.512.620.000 10.013.170 18.364.510.000 8.604.190.000 2.877.030.000 2.865.660.000 - - Kabupaten Garut 434.167 4.341.670.000 - - 1,28 0,59 0,56 1,10 1,16 2,13 1,00 0,33 0,33 0,50 Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten 480.479 4.804.790.000 - - 0,56 6.715.000 67.150.000.000 - - 7,80 1.661.722 400.000 1.940.459 3.382.654 267.478 1.030.460 16.617.220.000 4.000.000.000 19.404.590.000 33.826.540.000 2.674.780.000 10.304.600.000 - - 1,93 0,46 2,25 3,93 0,31 1,20 86.134.245 861.342.563.149,84 73.865.755 738.657.550.000 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 100,00 40.000.000 400.000.000.000 114 115 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A 320.000.000 Nilai (Rp) 3.200.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 80.000.000 800.000.000.000 - - % 56.849.868 568.498.680.000 - - 52,98 1.872.603 215.556 320.513 767.425 618.887 689.549 1.600.000 900.000 125.000 9.522.674 540.227 607.966 460.804 18.726.030.000 2.155.560.000 3.205.130.000 7.674.250.000 6.188.870.000 6.895.490.000 16.000.000.000 9.000.000.000 1.250.000.000 95.226.740.000 5.402.270.000 6.079.660.000 4.608.040.000 - - 1,74 0,20 0,30 0,71 0,58 0,64 1,49 0,84 0,12 8,87 0,50 0,57 0,43 115 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kepemilikan Saham Tahun 2006 116 Lanjutan Lampiran 6. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten 16.738.450.000 13.500.000.000 6.061.110.000 7.611.970.000 11.512.620.000 10.013.170.000 28.364.510.000 10.604.190.000 3.877.030.000 5.865.660.000 4.341.670.000 5.804.790.000 - - 1,56 1,26 0,56 0,71 1,07 0,93 2,64 0,99 0,36 0,55 0,40 0,54 9.150.122 91.501.220.000 - - 8,53 2.161.722 500.000 2.240.459 4.382.654 317.478 1.030.460 21.617.220.000 5.000.000.000 22.404.590.000 43.826.540.000 3.174.780.000 10.304.600.000 - - 2,01 0,46 2,09 4,08 0,29 0,96 107.303.484 1.073.034.840.000 - - 100,00 212.696.516 2.126.965.160.000 80.000.000 800.000.000.000 116 Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 1.673.845 1.350.000 606.111 761.197 1.151.262 1.001.317 2.836.451 1.060.419 387.703 586.566 434.167 580.479 117 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham A 320.000.000 Nilai (Rp) 3.200.000.000.000 Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 80.000.000 800.000.000.000 - - % 61.849.868 618.498.680.000 - - 48,91 2.400.000 315.556 420.513 867.425 721.038 1.189.549 1.850.000 1.100.000 225.000 12.522.674 740.227 807.966 543.027 24.000.000.000 3.155.560.000 4.205.130.000 8.674.250.000 7.210.380.000 11.895.490.000 18.500.000.000 11.000.000.000 2.250.000.000 125.226.740.000 7.402.270.000 8.079.660.000 5.430.270.000 - - 1,90 0,25 0,33 0,69 0,57 0,94 1,46 0,87 0,18 9,90 0,59 0,64 0,43 117 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kepemilikan Saham Tahun 2007 118 Lanjutan Lampiran 6. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 2.473.845 1.850.000 856.111 1.161.197 1.351.262 1.151.317 3.836.451 1.560.419 487.703 886.566 459.167 730.479 24.738.450.000 18.500.000.000 8.561.110.000 11.611.970.000 13.512.620.000 11.513.170.000 38.364.510.000 15.604.190.000 4.877.030.000 8.865.660.000 4.591.670.000 7.304.790.000 - - 1,96 1,46 0,68 0,92 1,07 0,91 3,03 1,23 0,39 0,70 0,36 0,58 9.650.122 96.501.220.000 - - 7,63 2.661.722 650.000 2.617.781 5.382.654 497.478 2.630.460 26.617.220.000 6.500.000.000 26.177.810.000 53.826.540.000 4.974.780.000 26.304.600.000 - - 2,11 0,51 2,07 4,26 0,39 2,08 126.447.577 1.264.475.770.000 - - 100,00 193.552.423 1.935.524.230.000 80.000.000 800.000.000.000 118 119 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 12.800.000.000 3.200.000.000.000 Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 3.200.000.000 800.000.000.000 - - % 2.873.994.733 718.498.683.250 - - 48,04 116.000.006 12.622.248 28.820.520 38.697.024 33.641.553 55.581.968 84.000.000 52.000.000 33.000.000 680.906.967 37.609.080 34.318.644 25.721.097 29.000.001.500 3.155.562.000 7.205.130.000 9.674.256.000 8.410.388.250 13.895.492.000 21.000.000.000 13.000.000.000 8.250.000.000 170.226.741.750 9.402.270.000 8.579.661.000 6.430.274.250 - - 1,94 0,21 0,48 0,65 0,56 0,93 1,40 0,87 0,55 11,38 0,63 0,57 0,43 119 Kepemilikan Saham Tahun 2008 120 Lanjutan Lampiran 6. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 118.953.800 74.000.000 38.244.474 54.447.907 65.550.504 46.052.684 153.458.066 102.416.760 23.508.120 35.462.669 22.366.698 35.219.171 29.738.450.000 18.500.000.000 9.561.118.500 13.611.976.750 16.387.626.000 11.513.171.000 38.364.516.500 25.604.190.000 5.877.030.000 8.865.667.250 5.591.674.500 8.804.792.750 - - 1,99 1,24 0,64 0,91 1,10 0,77 2,57 1,71 0,39 0,59 0,37 0,59 476.589.856 119.147.464.000 - - 7,97 106.468.914 38.000.000 124.311.251 26.617.228.500 9.500.000.000 31.077.812.750 219.306.189 35.899.154 105.218.408 54.826.547.250 8.974.788.500 26.304.602.000 - - 1,78 0,64 2,08 3,67 0,60 1,76 5.982.388.465 1.495.597.116.250 - - 100,00 6.817.611.535 1.704.402.883.750 3.200.000.000 800.000.000.000 120 Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 121 Lanjutan Lampiran 6. • No. 1. Pemegang Saham Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Saham A Nilai (Rp) 12.800.000.000 3.200.000.000.000 Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Saham B Nilai (Rp) 3.200.000.000 800.000.000.000 - - % 2.873.994.733 718.498.683.250 - - 46,62 116.000.006 17.039.629 32.820.520 50.697.024 40.237.809 59.581.968 94.000.000 52.000.000 33.000.000 680.906.967 45.609.080 38.318.644 28.721.097 126.953.800 29.000.001.500 4.259.907.250 8.205.130.000 12.674.256.000 10.059.452.250 14.895.492.000 23.500.000.000 13.000.000.000 8.250.000.000 170.226.741.750 11.402.270.000 9.579.661.000 7.180.274.250 31.738.450.000 - - 1,88 0,28 0,53 0,82 0,65 0,97 1,52 0,84 0,54 11,05 0,74 0,62 0,47 2,06 121 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Kepemilikan Saham Tahun 2009 122 Lanjutan Lampiran 6. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 74.000.000 38.244.474 62.447.907 65.550.504 46.052.684 173.458.066 102.416.760 25.508.120 35.462.669 22.366.698 39.219.171 18.500.000.000 9.561.118.500 15.611.976.750 16.387.626.000 11.513.171.000 43.364.516.500 25.604.190.000 6.377.030.000 8.865.667.250 5.591.674.500 9.804.792.750 - - 1,20 0,62 1,01 1,06 0,75 2,81 1,66 0,41 0,58 0,36 0,64 488.589.856 122.147.464.000 - - 7,93 106.468.914 50.000.000 144.311.251 259.306.189 35.899.154 105.218.408 26.617.228.500 12.500.000.000 36.077.812.750 64.826.547.250 8.974.788.500 26.304.602.000 - - 1,73 0,81 2,34 4,21 0,58 1,71 6.164.402.102 1.541.100.525.500 - - 100,00 6.635.597.898 1.658.899.474.500 3.200.000.000 800.000.000.000 122 Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Provinsi Banten Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten Kota Tangerang Kota Cilegon Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Saham dalam Portepel 123 Lampiran 7. Posisi Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum dan Setelah IPO • No. A PEMEGANG SAHAM Pemerintah propinsi Jawa Barat Posisi Modal Dividen Tahun Buku Dividen Tahun Buku Desember /2009 2009 2008 Kenaikan (Penurunan) (Rupiah) (%) 927.498.683.250,00 220.387.795.821 175.924.594.410,00 44.463.201.411,29 25,27% 566.448.920.250,00 161.779.975.993 125.158.322.613,00 36.621.653.379,74 29,26% 142.219.239.000,00 29.000.001.500,00 4.259.907.250,00 9.205.130.000,00 14.924.256.000,00 11.184.452.250,00 26.000.000.000,00 22.395.492.000,00 15.000.000.000,00 10.250.000.000,00 39.761.609.920 8.684.757.575 1.275.733.098 2.656.875.838 4.151.240.834 3.196.600.227 7.162.429.009 5.771.018.714 4.242.553.768 2.620.400.857 28.973.793.811,00 7.100.658.109,00 795.173.472,00 1.886.603.138,00 2.858.444.698,00 2.259.208.666,00 5.447.918.440,00 3.422.719.115,00 3.183.053.471,00 2.020.014.702,00 10.787.816.108,72 1.584.099.465,53 480.559.626,02 770.272.700,45 1.292.796.136,15 937.391.561,18 1.714.510.568,52 2.348.299.598,98 1.059.500.297,11 600.386.154,78 37,23% 22,31% 60,43% 40,83% 45,23% 41,49% 31,47% 68,61% 31,47% 29,72% 424.229.681.250,00 122.018.366.073 96.184.528.802,00 25.833.837.271,02 26,86% 170.226.741.750,00 13.402.270.000,00 50.978.548.563 3.464.600.177 41.680.063.163,00 9.298.485.400,19 22,31% 2.751.040.476,00 713.559.701,00 25,94% 11.579.661.000,00 3.218.249.854 2.243.561.609,00 974.688.245,28 43,44% 8.180.274.250,00 2.200.220.603 1.589.757.508,00 610.463.094,60 38,40% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemerintah Kota dan Kab. seJawa Barat Pemerintah Kota se - Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Cimahi Kota Depok Kota Tasikmalaya Kota Banjar 1 2 Pemerintah Kab. se - Jawa Barat Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon 3 Kabupaten Karawang 4 Kabupaten Ciamis 5 Kabupaten Tasikmalaya 32.738.450.000,00 9.554.765.148 7.424.296.744,00 2.130.468.404,44 28,70% 6 Kabupaten Sukabumi 20.750.000.000,00 5.596.427.544 4.529.729.939,00 1.066.697.605,11 23,55% B 123 Pembagian Deviden Bank BJB Sebelum IPO 124 Lanjutan Lampiran 7. 7 Kabupaten Subang 10.731.639.500,00 2.921.733.579 2.341.042.417,00 580.691.161,78 24,80% 8 Kabupaten Indramayu 17.611.976.750,00 4.825.124.306 3.496.129.653,00 1.328.994.653,29 38,01% 9 Kabupaten Bekasi 18.387.626.000,00 5.007.498.990 4.012.514.601,00 994.984.389,08 24,80% 10 Kabupaten Sumedang 11.513.171.000,00 3.447.899.789 2.819.002.993,00 628.896.795,87 22,31% 11 Kabupaten Bogor 48.364.516.500,00 13.111.342.843 9.801.645.885,00 3.309.696.958,50 33,77% 12 Kabupaten Cianjur 25.604.190.000,00 7.667.799.019 6.269.192.757,00 1.398.606.261,64 22,31% 13 Kabupaten Kuningan 6.877.030.000,00 1.984.625.725 1.510.407.026,00 474.218.698,56 31,40% 14 Kabupaten Majalengka 8.865.667.250,00 2.655.040.235 2.170.760.993,00 484.279.242,18 22,31% 15 Kabupaten Garut 16 Kabupaten Purwakarta C D 1.774.388.069 3.610.101.629 1.369.122.994,00 2.176.260.044,00 405.265.074,90 1.433.841.584,61 29,60% 65,89% Pemerintah Propinsi Banten 130.147.464.000,00 37.378.634.850 29.234.500.936,00 8.144.133.913,91 27,86% Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 188.059.599.000,00 53.190.902.271 40.167.926.005,00 13.022.976.265,61 32,42% Pemerintah Kota se-Banten 44.375.848.500,00 11.845.843.060 9.169.780.063,00 2.676.062.996,68 29,18% 1 Kota Tanggerang 29.875.848.500,00 8.052.500.867 6.517.235.504,00 1.535.265.363,02 23,56% 2 Kota Cilegon 14.500.000.000,00 3.793.342.193 2.652.544.559,00 1.140.797.633,67 43,01% 143.683.750.500,00 41.345.059.211 30.998.145.942,00 10.346.913.268,93 33,38% Kabupaten Serang 36.077.812.750,00 10.804.380.736 8.323.557.361,00 2.480.823.375,08 29,80% Kabupaten Tanggerang 72.326.547.250,00 19.975.404.750 14.036.420.399,00 5.938.984.350,96 42,31% 8.974.788.500,00 2.687.719.254 2.197.479.360,00 490.239.894,26 22,31% 26.304.602.000,00 7.877.554.471 6.440.688.822,00 1.436.865.648,62 22,31% 1.812.154.666.500,00 472.737.308.935 370.485.343.964,00 102.251.964.970,56 Pemerintah Kabupaten se-Banten Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang JUMLAH 124 6.591.674.500,00 12.804.792.750,00 125 Lanjutan Lampiran 7. • No. PEMEGANG SAHAM A Pemerintah propinsi Jawa Barat B Deviden Deviden Tahun Buku 2007 Tahun Buku 2008 Kenaikan/Penurunan (Rupiah) (%) 134,290,454,822.00 175,924,594,410.48 41,634,139,588.48 31.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat Pemerintah Kota se - Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Cimahi Kota Depok Kota Tasikmalaya Kota Banjar 95,121,728,944.00 20,625,156,400.00 5,356,325,734.00 658,527,964.00 1,190,592,183.00 1,897,166,540.00 1,649,064,073.00 4,034,634,714.00 2,656,353,155.00 2,365,130,694.00 817,361,343.00 125,158,322,613.04 28,973,793,810.81 7,100,658,109.37 795,173,471.71 1,886,603,137.53 2,858,444,698.26 2,259,208,666.02 5,447,918,440.06 3,422,719,114.78 3,183,053,470.59 2,020,014,702.49 30,036,593,669.04 8,348,637,410.81 1,744,332,375.37 136,645,507.71 696,010,954.53 961,278,158.26 610,144,593.02 1,413,283,726.06 766,365,959.78 817,922,776.59 1,202,653,359.49 31.58% 40.48% 32.57% 20.75% 58.46% 50.67% 37.00% 35.03% 28.85% 34.58% 147.14% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pemerintah Kab. se - Jawa Barat Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur 74,496,572,544.00 33,176,538,693.00 1,579,546,274.00 1,738,300,327.00 1,202,795,772.00 5,597,384,386.00 3,860,728,045.00 1,925,728,103.00 2,492,842,917.00 3,019,915,622.00 2,402,660,665.00 8,006,214,333.00 3,847,689,914.00 96,184,528,802.22 41,680,063,162.71 2,751,040,475.72 2,243,561,608.75 1,589,757,508.48 7,424,296,744.14 4,529,729,938.92 2,341,042,417.25 3,496,129,652.52 4,012,514,601.08 2,819,002,993.01 9,801,645,885.43 6,269,192,757.02 21,687,956,258.22 8,503,524,469.71 1,171,494,201.72 505,261,281.75 386,961,736.48 1,826,912,358.14 669,001,893.92 415,314,314.25 1,003,286,735.52 992,598,979.08 416,342,328.01 1,795,431,552.43 2,421,502,843.02 29.11% 25.63% 74.17% 29.07% 32.17% 32.64% 17.33% 21.57% 40.25% 32.87% 17.33% 22.43% 62.93% 125 Pembagian Deviden Pemegang Saham 126 Lanjutan Lampiran 7. 13 14 15 16 Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta 1,191,684,317.00 1,850,158,433.00 975,618,096.00 1,628,766,647.00 1,510,407,025.68 2,170,760,993.02 1,369,122,994.13 2,176,260,044.36 318,722,708.68 320,602,560.02 393,504,898.13 547,493,397.36 26.75% 17.33% 40.33% 33.61% C Pemerintah Propinsi Banten 21,320,147,490.00 29,234,500,935.80 7,914,353,445.80 37.12% D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 31,449,486,410.00 40,167,926,004.64 8,718,439,594.64 27.72% 1 2 Pemerintah Kota se-Banten Kota Tanggerang Kota Cilegon 7,172,028,303.00 5,554,696,284.00 1,617,332,019.00 9,169,780,063.02 6,517,235,504.19 2,652,544,558.83 1,997,751,760.02 962,539,220.19 1,035,212,539.83 27.85% 17.33% 64.01% 24,277,458,107.00 5,803,852,573.00 11,250,345,301.00 1,733,805,375.00 5,489,454,858.00 30,998,145,941.62 8,323,557,360.64 14,036,420,398.56 2,197,479,360.21 6,440,688,822.21 6,720,687,834.62 2,519,704,787.64 2,786,075,097.56 463,673,985.21 951,233,964.21 27.68% 43.41% 24.76% 26.74% 17.33% 282,181,817,666.00 370,485,343,963.95 88,303,526,297.95 Pemerintah Kabupaten se-Banten Kabupaten Serang Kabupaten Tanggerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang JUMLAH 126 127 Lanjutan Lampiran 7. • No. A B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PEMEGANG SAHAM Pemerintah propinsi Jawa Barat Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat Pemerintah Kota se - Jawa Barat Kota Bandung Kota Cirebon Kota Sukabumi Kota Bekasi Kota Bogor Kota Cimahi Kota Depok Kota Tasikmalaya Kota Banjar Pemerintah Kab. se - Jawa Barat Kabupaten Bandung Kabupaten Cirebon Kabupaten Karawang Kabupaten Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Sukabumi Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu Kabupaten Bekasi Kabupaten Sumedang Kabupaten Bogor Kabupaten Cianjur JULI LEMBAR SAHAM 2010 Juli-2010 KEPEMILIKAN SETELAH IPO (%) 38,26% 927.498.683.250,00 3.709.994.733,00 KEPEMILIKAN SEBELUM IPO (%) 51,02% 572.348.920.250,00 2.289.395.681,00 31,48% 23,61% 142.719.239.000,00 29.000.001.500,00 4.259.907.250,00 9.205.130.000,00 14.924.256.000,00 11.684.452.250,00 26.000.000.000,00 22.395.492.000,00 15.000.000.000,00 10.250.000.000,00 570.876.956,00 116.000.006,00 17.039.629,00 36.820.520,00 59.697.024,00 46.737.809,00 104.000.000,00 89.581.968,00 60.000.000,00 41.000.000,00 7,85% 1,60% 0,23% 0,51% 0,82% 0,64% 1,43% 1,23% 0,83% 0,56% 5,89% 1,20% 0,18% 0,38% 0,62% 0,48% 1,07% 0,92% 0,62% 0,42% 429.629.681.250,00 170.226.741.750,00 13.402.270.000,00 13.579.661.000,00 8.180.274.250,00 32.738.450.000,00 20.750.000.000,00 10.731.639.500,00 21.011.976.750,00 18.387.626.000,00 11.513.171.000,00 48.364.516.500,00 25.604.190.000,00 1.718.518.725,00 680.906.967,00 53.609.080,00 54.318.644,00 32.721.097,00 130.953.800,00 83.000.000,00 42.926.558,00 84.047.907,00 73.550.504,00 46.052.684,00 193.458.066,00 102.416.760,00 23,63% 9,36% 0,74% 0,75% 0,45% 1,80% 1,14% 0,59% 1,16% 1,01% 0,63% 2.66% 1,41% 17,72% 7,02% 0,55% 0,56% 0,34% 1,35% 0,86% 0,44% 0,87% 0,76% 0,47% 2,00% 1,06% 127 Posisi Saham Bank BJB setelah IPO 128 Lanjutan Lampiran 7. 13 14 15 16 Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Garut Kabupaten Purwakarta C Pemerintah Propinsi Banten D 1 2 Pemerintah Kota dan Kabupaten seBanten Pemerintah Kota se-Banten Kota Tanggerang Kota Cilegon Pemerintah Kabupaten se-Banten Kabupaten Serang Kabupaten Tanggerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang TOTAL PEMDA MASYARAKAT (IPO 07 JULI 2010) TOTAL 6.877.030.000,00 8.865.667.250,00 6.591.674.500,00 12.804.792.750,00 27.508.120,00 35.462.669,00 26.366.698,00 51.219.171,00 0,38% 0,49% 0,36% 0,70% 0,28% 0,37% 0,27% 0.53% 130.147.464.000,00 520.589.856,00 7,16% 5.37% 188.059.599.000,00 752.238.396,00 10,34% 7,76% 44.375.848.500,00 29.875.848.500,00 14.500.000.000,00 177.503.394,00 119.503.394,00 58.000.000,00 2,44% 1,64% 0,80% 1,83% 1,23% 0,60% 143.683.750.500,00 36.077.812.750,00 72.326.547.250,00 8.974.788.500,00 26.304.602.000,00 1.818.054.666.500,00 574.735.002,00 144.311.251,00 289.306.189,00 35.899.154,00 105.218.408,00 7.272.218.666,00 7,90% 1,98% 3,98% 0,49% 1,45% 100,00% 5,93% 1,49% 2,98% 0,37% 1,09% 75,00% 606.018.125.000,00 2.424.072.500,00 - 25,00% 2.424.072.791.500,00 9.696.291.166,00 100,00% 100,00% 128 129 Lampiran 8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB Date Open High Low Close Volume Adj Close* Dec 17, 2010 1,510.00 1,560.00 1,480.00 1,530.00 23,350,000 1,530.00 Dec 16, 2010 1,590.00 1,590.00 1,510.00 1,510.00 11,837,500 1,510.00 Dec 15, 2010 1,590.00 1,610.00 1,570.00 1,590.00 7,699,000 1,590.00 Dec 14, 2010 1,590.00 1,620.00 1,580.00 1,590.00 8,090,500 1,590.00 Dec 13, 2010 1,630.00 1,630.00 1,580.00 1,590.00 10,614,000 1,590.00 Dec 10, 2010 1,650.00 1,650.00 1,600.00 1,620.00 19,629,000 1,620.00 Dec 9, 2010 1,580.00 1,660.00 1,580.00 1,650.00 49,742,000 1,650.00 Dec 8, 2010 1,580.00 1,610.00 1,570.00 1,600.00 17,232,000 1,600.00 Dec 6, 2010 1,570.00 1,600.00 1,570.00 1,580.00 16,703,000 1,580.00 Dec 3, 2010 1,590.00 1,620.00 1,560.00 1,560.00 27,482,000 1,560.00 Dec 2, 2010 1,520.00 1,590.00 1,510.00 1,580.00 58,537,500 1,580.00 Dec 1, 2010 1,450.00 1,500.00 1,440.00 1,500.00 40,111,000 1,500.00 Nov 30, 2010 1,520.00 1,520.00 1,410.00 1,450.00 59,943,000 1,450.00 Nov 29, 2010 1,540.00 1,550.00 1,510.00 1,520.00 9,736,000 1,520.00 Nov 26, 2010 1,560.00 1,560.00 1,530.00 1,560.00 9,558,500 1,560.00 Nov 25, 2010 1,540.00 1,560.00 1,540.00 1,560.00 17,030,000 1,560.00 Nov 24, 2010 1,540.00 1,560.00 1,520.00 1,530.00 16,121,000 1,530.00 Nov 23, 2010 1,600.00 1,600.00 1,540.00 1,540.00 30,943,500 1,540.00 Nov 22, 2010 1,590.00 1,610.00 1,580.00 1,600.00 28,830,000 1,600.00 Nov 19, 2010 1,590.00 1,600.00 1,570.00 1,590.00 34,382,000 1,590.00 Nov 18, 2010 1,620.00 1,620.00 1,560.00 1,580.00 19,232,500 1,580.00 Nov 16, 2010 1,630.00 1,650.00 1,580.00 1,590.00 25,881,000 1,590.00 Nov 15, 2010 1,630.00 1,640.00 1,610.00 1,630.00 17,297,000 1,630.00 Nov 12, 2010 1,680.00 1,680.00 1,610.00 1,630.00 30,374,500 1,630.00 Nov 11, 2010 1,700.00 1,710.00 1,670.00 1,680.00 20,207,000 1,680.00 Nov 10, 2010 1,680.00 1,720.00 1,660.00 1,700.00 51,219,500 1,700.00 Nov 9, 2010 1,660.00 1,680.00 1,640.00 1,680.00 23,594,000 1,680.00 Nov 8, 2010 1,670.00 1,680.00 1,660.00 1,660.00 7,655,500 1,660.00 Nov 5, 2010 1,670.00 1,680.00 1,640.00 1,670.00 28,753,000 1,670.00 Nov 4, 2010 1,700.00 1,720.00 1,640.00 1,650.00 36,206,500 1,650.00 Nov 3, 2010 1,710.00 1,740.00 1,680.00 1,700.00 11,244,500 1,700.00 Nov 2, 2010 1,720.00 1,740.00 1,710.00 1,720.00 9,329,500 1,720.00 Nov 1, 2010 1,750.00 1,750.00 1,730.00 1,730.00 7,675,000 1,730.00 Oct 29, 2010 1,720.00 1,740.00 1,720.00 1,740.00 4,383,500 1,740.00 Oct 28, 2010 1,740.00 1,740.00 1,720.00 1,720.00 7,471,500 1,720.00 130 Lanjutan Lampiran 8. Oct 27, 2010 1,750.00 1,750.00 1,710.00 1,730.00 13,428,500 1,730.00 Oct 26, 2010 1,770.00 1,780.00 1,730.00 1,740.00 29,256,500 1,740.00 Oct 25, 2010 1,740.00 1,770.00 1,740.00 1,770.00 50,050,000 1,770.00 Oct 22, 2010 1,740.00 1,750.00 1,720.00 1,720.00 19,027,500 1,720.00 Oct 21, 2010 1,710.00 1,740.00 1,700.00 1,740.00 31,524,000 1,740.00 Oct 20, 2010 1,730.00 1,730.00 1,680.00 1,700.00 49,534,500 1,700.00 Oct 19, 2010 1,690.00 1,760.00 1,690.00 1,730.00 32,271,000 1,730.00 Oct 18, 2010 1,690.00 1,710.00 1,680.00 1,690.00 9,250,500 1,690.00 Oct 15, 2010 1,690.00 1,700.00 1,670.00 1,690.00 6,535,500 1,690.00 Oct 14, 2010 1,710.00 1,730.00 1,670.00 1,690.00 44,108,000 1,690.00 Oct 13, 2010 1,610.00 1,730.00 1,610.00 1,700.00 84,924,000 1,700.00 Oct 12, 2010 1,590.00 1,640.00 1,560.00 1,610.00 47,173,000 1,610.00 Oct 11, 2010 1,580.00 1,600.00 1,580.00 1,590.00 4,082,000 1,590.00 Oct 8, 2010 1,580.00 1,600.00 1,570.00 1,580.00 15,872,000 1,580.00 Oct 7, 2010 1,610.00 1,630.00 1,560.00 1,570.00 30,931,500 1,570.00 Oct 6, 2010 1,640.00 1,660.00 1,600.00 1,610.00 32,566,500 1,610.00 Oct 5, 2010 1,610.00 1,630.00 1,600.00 1,630.00 29,709,000 1,630.00 Oct 4, 2010 1,610.00 1,670.00 1,600.00 1,610.00 44,288,000 1,610.00 Oct 1, 2010 1,560.00 1,610.00 1,560.00 1,600.00 15,547,000 1,600.00 Sep 30, 2010 1,600.00 1,600.00 1,540.00 1,560.00 16,069,500 1,560.00 Sep 29, 2010 1,580.00 1,610.00 1,580.00 1,590.00 20,314,000 1,590.00 Sep 28, 2010 1,580.00 1,640.00 1,560.00 1,570.00 44,453,500 1,570.00 Sep 27, 2010 1,530.00 1,590.00 1,520.00 1,570.00 45,865,500 1,570.00 Sep 24, 2010 1,450.00 1,530.00 1,450.00 1,510.00 73,355,500 1,510.00 Sep 23, 2010 1,410.00 1,470.00 1,410.00 1,450.00 57,109,500 1,450.00 Sep 22, 2010 1,410.00 1,440.00 1,400.00 1,420.00 38,732,000 1,420.00 Sep 21, 2010 1,440.00 1,460.00 1,390.00 1,420.00 29,565,500 1,420.00 Sep 20, 2010 1,460.00 1,480.00 1,430.00 1,440.00 24,810,000 1,440.00 Sep 17, 2010 1,430.00 1,460.00 1,410.00 1,450.00 37,298,500 1,450.00 Sep 16, 2010 1,410.00 1,440.00 1,400.00 1,420.00 23,349,500 1,420.00 Sep 15, 2010 1,280.00 1,420.00 1,280.00 1,410.00 64,090,000 1,410.00 131 Lanjutan Lampiran 8. Sep 7, 2010 1,360.00 1,360.00 1,340.00 1,350.00 22,104,000 1,350.00 Sep 6, 2010 1,350.00 1,380.00 1,350.00 1,360.00 39,332,500 1,360.00 Sep 3, 2010 1,320.00 1,370.00 1,310.00 1,340.00 92,825,500 1,340.00 Sep 2, 2010 1,310.00 1,320.00 1,290.00 1,320.00 19,333,500 1,320.00 Sep 1, 2010 1,290.00 1,320.00 1,280.00 1,290.00 35,902,500 1,290.00 Aug 31, 2010 1,280.00 1,300.00 1,260.00 1,280.00 41,955,000 1,280.00 Aug 30, 2010 1,310.00 1,330.00 1,280.00 1,280.00 11,818,500 1,280.00 Aug 27, 2010 1,320.00 1,350.00 1,300.00 1,300.00 33,943,500 1,300.00 Aug 26, 2010 1,310.00 1,340.00 1,310.00 1,320.00 30,484,000 1,320.00 Aug 25, 2010 1,310.00 1,340.00 1,300.00 1,310.00 26,259,000 1,310.00 Aug 24, 2010 1,340.00 1,380.00 1,300.00 1,320.00 71,293,000 1,320.00 Aug 23, 2010 1,270.00 1,340.00 1,270.00 1,340.00 76,355,000 1,340.00 Aug 20, 2010 1,280.00 1,300.00 1,260.00 1,290.00 22,218,000 1,290.00 Aug 19, 2010 1,230.00 1,290.00 1,230.00 1,280.00 68,215,000 1,280.00 Aug 18, 2010 1,270.00 1,270.00 1,230.00 1,230.00 35,962,000 1,230.00 Aug 16, 2010 1,300.00 1,300.00 1,250.00 1,250.00 60,703,000 1,250.00 Aug 13, 2010 1,280.00 1,300.00 1,270.00 1,300.00 48,151,000 1,300.00 Aug 12, 2010 1,260.00 1,290.00 1,230.00 1,270.00 48,937,500 1,270.00 Aug 11, 2010 1,280.00 1,300.00 1,250.00 1,260.00 28,300,000 1,260.00 Aug 10, 2010 1,300.00 1,310.00 1,270.00 1,290.00 32,108,000 1,290.00 Aug 9, 2010 1,280.00 1,320.00 1,270.00 1,300.00 52,162,500 1,300.00 Aug 6, 2010 1,300.00 1,320.00 1,260.00 1,280.00 67,534,500 1,280.00 Aug 5, 2010 1,220.00 1,300.00 1,210.00 1,300.00 126,175,500 1,300.00 Aug 4, 2010 1,180.00 1,230.00 1,170.00 1,210.00 77,464,000 1,210.00 Aug 3, 2010 1,240.00 1,240.00 1,170.00 1,180.00 59,995,000 1,180.00 Aug 2, 2010 1,260.00 1,270.00 1,220.00 1,230.00 33,387,000 1,230.00 Jul 30, 2010 1,240.00 1,260.00 1,230.00 1,260.00 33,705,500 1,260.00 132 Lanjutan Lampiran 8. Jul 29, 2010 1,250.00 1,270.00 1,230.00 1,240.00 63,644,500 1,240.00 Jul 28, 2010 1,220.00 1,260.00 1,210.00 1,250.00 53,406,000 1,250.00 Jul 27, 2010 1,260.00 1,270.00 1,200.00 1,220.00 71,543,000 1,220.00 Jul 26, 2010 1,230.00 1,280.00 1,210.00 1,250.00 113,447,500 1,250.00 Jul 23, 2010 1,150.00 1,240.00 1,150.00 1,200.00 204,177,000 1,200.00 Jul 22, 2010 1,060.00 1,140.00 1,060.00 1,140.00 202,152,500 1,140.00 Jul 21, 2010 1,030.00 1,070.00 1,030.00 1,070.00 114,354,000 1,070.00 Jul 20, 2010 1,000.00 1,040.00 990.00 1,030.00 98,706,500 1,030.00 Jul 19, 2010 980.00 1,010.00 950.00 990.00 92,687,500 990.00 Jul 16, 2010 990.00 990.00 970.00 980.00 34,684,000 980.00 Jul 15, 2010 1,020.00 1,020.00 980.00 1,000.00 53,100,500 1,000.00 Jul 14, 2010 1,050.00 1,050.00 1,000.00 1,020.00 51,835,500 1,020.00 Jul 13, 2010 1,040.00 1,060.00 980.00 1,010.00 134,506,000 1,010.00 Jul 12, 2010 1,130.00 1,130.00 1,030.00 1,040.00 90,789,000 1,040.00 Jul 9, 2010 1,050.00 1,120.00 980.00 1,120.00 702,960,500 1,120.00 Jul 8, 2010 830.00 900.00 800.00 900.00 194,855,000 900.00 * Close price adjusted for dividends and splits. Lampiran 9. Tabel Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan Analisis Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Bank BUMN (BNI dan BRI) Kelembag • aan a. Aturan yang Mendukun g • 56/PERMEN DAGRI/No • 56/PERMEN 13 tahun 2006 DAGRI/No tahun 2006 No 1. 115/PP RI/No 58 tahun • 115/PP RI/No 58 2005 tahun 2005 • 1/PP RI/No 58 tahun 2005 • 1/PP RI/No tahun 2005 • 118/PP RI/No 58 tahun • 118/PP RI/No 58 2005 (penjelasan pasal tahun 2005 118 ayat 1) (penjelasan pasal 118 ayat 1) • 118/PP RI/No 58 tahun • 118/PP RI/No 58 2005 (penjelasan pasal tahun 2005 118 ayat 2) (penjelasan pasal 118 ayat 2) • 19/PP/No 105 tahun 2000 • 19/PP/No tahun 2000 • 119/PP RI/No 58 tahun 2005 a. Aturan yang tidak mendukung 2 13 Tidak ada Lingkungan Kekuatan - - - Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik dan pertumbuhan laba yang meningkat Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro cukup besar. Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru. 58 105 119/PP RI/No 58 tahun 2005 Tidak dianalisis karena tidak didukung dengan peraturan di atas. Bank Swasta (BCA, Bank Danamon, Bank Panin, dan Bank Permata) 133 Produk Perbankan (Tabungan, Deposito) dan obligasi pemerintah • 56/PERMEN • 56/PERME DAGRI/No N 13 tahun DAGRI/No 2006 13 tahun 200 • 115/PP RI/No • 115/PP 58 tahun RI/No 58 2005 tahun 2005 • 1/PP RI/No • 1/PP RI/No 58 tahun 58 tahun 2005 2005 • 118/PP RI/No • 118/PP 58 tahun RI/No 58 2005 tahun 2005 (penjelasan (penjelasan pasal 118 pasal 118 ayat 1) ayat 1) • 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2) • 19/PP/No 105 • 19/PP/No 105 tahun tahun 2000 2000 • 119/PP RI/No 58 tahun 2005 119/PP RI/No 118/PP 58 tahun 2005 RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2) Tidak dianalisis karena tidak didukung dengan peraturan di atas. Terlampir pada tabel di bawah ini 134 Lanjutan Lampiran 9. 2 - Kelemaha • Promosi yang masih n minim terhadap sektor publik • Kurangnya tenaga khusus promosi • Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional • Skala permodalan yang masih lingkup pemerintah • Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan • Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai • Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata • Produk yang ditawarkan masih terbatas • Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic). - Peluang • • • • • • • • Penggunaan teknologi dalam pelayanan Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan. Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir. Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen. 135 Lanjutan Lampiran 9. - Peluang • • - Ancaman - - - - - - - 3 Finansial : EPS ROE Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali. Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar Adanya revisi terhadap UU penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima Krisi keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro. Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR. Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung pada perbaikan perekonomian kita. EPS Bank BJB : 76.18 Bank BJB Deposito : 6.75% Rata-rata ROE bjb : 25.12% EPS BNI : 125.17 BRI : 429.23 Rata-Rata ROE BNI : 35.63% BRI : 34.40% EPS Rata-rata BCA : 239.50 rate Danamon : Obligasi : 308.68 - Obligasi Permata : Negara 55.09 Republik Indonesia : Muamalat : 142.69 Kupon 9.53 Panin : 38.96 - Sukuk Rata-Rata Negara Ritel : ROE BCA : 29.60% Kupon Danamon : 10.35 19.85% *Untuk suku Permata : bunga 16.84% deposito dan Muamalat : 19.34% tabungan terlampir Panin : 13.07% 136 Lampiran 10. Suku Bunga Tabungan Jenis Tabungan 1. Bank Panin • Tabungan Bisnis Reguler • Tabungan Bisnis Promo • Tabungan Bisnis Combo • Tabungan Panin 2. Bank Permata • TabunganPermata Bebas • Tabungan Optima Perusahaan 3. Bank Central Asia • Tahapan • Tapres 4. Bank Danamon • Danamon Lebih 5. Bank Nasional Indonesia • Tabungan Plus (TAPLUS) • BNI Taplus Bisnis 6. Bank Rakyat Indonesia • Tabungan BritAma • Simpedes Nominal Suku Bunga Rp. 1-5 juta Rp. 5-25 juta Rp. 25-100 juta Rp. 100-500 juta Rp. 500 juta- 1 Milyar > Rp. 1 Milyar Rp. 5-25 juta Rp. 25-500 juta > Rp. 500 juta > Rp.100 juta Rp. 250 ribu-5 juta Rp. 5-25 juta Rp. 25-100 juta Rp. 100-500 juta Rp. 500 juta- 1 Milyar > Rp. 1 Milyar 2.25% 3.25% 3.50% 3.75% 4.25% 5.25% 2.00% 5.50% 6.50% 1.00% 2.00% 3.00% 3.25% 3.50% 3.75% 4.25% < Rp. 1 juta ≥ Rp.1-50 juta ≥ Rp. 50 juta Rp. 0 - < 100 juta Rp. 100 - < 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar 0.00% 1.00% 2.00% 1.00% 5.50% 6.00% < Rp. 1 juta ≥ Rp. 1-10 juta ≥ Rp. 10-100 juta ≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar < Rp. 1 juta ≥ Rp. 1-10 juta ≥ Rp. 10-100 juta ≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar 0.00% 1.75% 2.00% 2.25% 3.00% 0.00% 1.75% 2.25% 2.75% 3.75% ≥ Rp. 1-10 juta 1.00% ≥ Rp. 1 juta ≥ Rp. 5 juta 2.50% 3.50% > Rp. 500 ribu- 5 juta > Rp. 5-100 juta > Rp. 100 juta – 1 Milyar > Rp. 1 Milyar > Rp. 500 ribu- 5 juta > Rp. 5-100 juta > Rp. 100 juta – 1 Milyar > Rp. 1 Milyar 0.00% 2.00% 3.25% 4.00% 0.00% 2.00% 3.25% 4.00% Sumber : Kuesioner dari Bank Swasta dan BUMN (diolah) 137 Lampiran 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar Jangka Waktu (Bulan) Nama Bank 1 PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Permata Tbk PT ANZ Panin Bank PT Bank JB Tbk* PT BNI Tbk PT BRI Tbk* 6 12 5.75% 5.75% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7.00% 6.50% 7.00% 5.50% 7%+1.2% 7.00% 6.75% 7.00% 6.75% 7%+1.2% 7.00% 6.75% 7.00% 6.75% 5.50% 2 - 7%+1% 6.50% 5.50% 3 5.75% 7%+1% 7.00% 6.50% 7.00% 5.50% 4 - 7%+1.2% 6.75% - Sumber : Kuesioner dari masing-masing bank (diolah) Keterangan: Special rate yang diberikan oleh Bank PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Bank Permata Tbk dapat berubah-ubah, karena akan tergantung oleh kebijakan masing-masing cabang dan selama masa promosi belum berakhir dan tanda bintang (*) menunjukkan bunga yang diberikan adalah counter rate. 138 Lampiran 12. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT Bank BJB Tbk. 1. BANK PANIN a. Deposito Panin Deposito Panin adalah simpanan berjangka waktu tertentu dalam mata uang Rupiah dan/atau valuta asing, dengan tingkat suku bunga yang bervariasi dan kompetitif, sesuai kebutuhan investasi Nasabah. Keuntungan Deposito Panin sebagai berikut: • Tingkat suku bunga bervariasi dan kompetitif • Pilihan berbagai mata uang Rupiah dan Asing • Kurs mata uang asing yang kompetitif • Jangka waktu simpanan yang bervariasi sesuai kebutuhan(7 hari, 14 hari atau 1, 3, 6, 12 hingga 24 bulan) • Pencairan atau perpanjangan deposito secara mudah • Jaringan kantor yang luas b. Tabungan Bisnis Panin Keuntungan dari Tabungan Bisnis Panin: • Detail transaksi yang lengkap pada buku tabungan • Fasilitas account sweeping • Fasilitas appointee 2. Bank Central Asia a. Deposito BCA Deposito Berjangka BCA memberikan keuntungan dan memiliki keleluasaan tinggi. Jangka waktu deposito mulai 1, 3, 6, 12 bulan. Keuntungan Deposito Berjangka BCA: • Ada 8 pilihan mata uang: Rupiah, USD, SGD, HKD, AUD, JPY, GBP, dan EUR. • Dapat mentransfer bunga deposito nasabah secara otomatis ke rekening Giro/Tapres/Tahapan BCA/BCA Dollar atau rekening di bank lain. • ARO (Automatic Roll Over): Perpanjangan nominal deposito secara otomatis. 139 • ARO+: Perpanjangan nominal deposito plus bunga secara otomatis pada saat jatuh tempo dengan jangka waktu yang sama. • Non ARO: Bila tidak ada permintaan dari deposan, maka deposito yang sudah jatuh tempo tidak akan diperpanjang secara otomatis. • Suku bunga yang kompetitif. • Bisa digunakan sebagai jaminan kredit. b. Tahapan Gold Tahapan Gold yang disediakan khusus bagi nasabah bisnis dalam membantu kelancaran usahanya. Selain berbagai keunggulan Tahapan Gold di atas, nasabah masih tetap dapat menikmati berbagai manfaat lain sama seperti fasilitas Tahapan BCA. Keunggulan Tahapan Gold: 1. Ukuran buku tabungan yang lebih Kecil 2. Informasi mutasi rekening lebih lengkap 3. Layanan Autoprint 4. Layanan Appointee 5. Automatic Transfer System (ATS) online c. TAPRES • Dapatkan Kartu TAPRES yang berfungsi sebagai kartu identitas, kartu ATM BCA Gold yang dan sekaligus juga berfungsi sebagai kartu Debit BCA dan Tunai BCA. • Nikmati berbagai kemudahan layanan yang ditawarkan oleh jaringan ATM BCA dan kantor cabang yang terhubung secara online di seluruh Indonesia, mulai dari penarikan tunai, transfer sampai pembelian pulsa isi ulang dari sejumlah operator telepon seluler. • Gunakan Kartu Tapres untuk berbelanja di ribuan outlet toko yang memasang logo Debit BCA, dan pengambilan uang tunai di merchant/toko Tunai BCA. • Kemudahan mengecek layanan BCA by Phone*) posisi terakhir saldo tabungan melalui 140 • Nasabah dapat memilih pengiriman laporan rekening bulanan dikirim melalui surat, atau diambil sendiri di kantor cabang BCA yang Nasabah inginkan. 3. Bank Danamon a. Deposito Danamon Simpan Pinjam Deposito DSP adalah produk simpanan berjangka Danamon Simpan Pinjam yang memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan dengan minimum penempatan Rp 1 juta. Deposito yang telah jatuh tempo dapat diperpanjang kembali sampai dengan periode tertentu. Sebagai bukti penempatan dana pada Deposito DSP, Nasabah akan mendapat bilyet deposito. b. Danamon Lebih Ada lima kelebihan dari tabungan Danamon Lebih antara lain: • Bebas biaya bulanan • Cash back dimana-mana, 5% • Gratis asuransi jiwa • Gratis biaya transfer di atm danamon dan gratis tarik tunai di 18.000 atm bersama • Banyak kejutan hadiahnya c. Produk dan Layanan PrimaGold ¾ RETAIL BONDS Untuk mengantisipasi kebutuhan nasabah akan produk-produk investasi, kami persembahkan produk ekslusif Retail Bonds yang merupakan layanan pembelian dan penjualan obligasi pemerintah melalui Bank Danamon. Potensi keuntungan Nasabah akan semakin maksimal dengan fitur produk dan service prima dari officer kami. Fitur Produk: • Obligasi yang Ditawarkan : Obligasi Pemerintah dan Surat Utang Negara (SUN) • Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi : Lebih dari 1 Tahun • Jenis Bonds : Variable dan Fix Coupon Rate • Harga : Kompetitif 141 • Minimal Investasi : IDR 500.000.000 Service: • Layanan Bank Danamon Custodial Services untuk penyimpanan, coupon collection & penilaian portfolio obligasi • Daily Market Commentary • Daily Market Quote • Monthly Valuation Statement Resiko Investasi Minimal Dengan melakukan investasi dalam Obligasi Pemerintah investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari Deposito dengan resiko yang minimal. Proteksi Keuntungan Investasi Nasabah untuk Jangka Panjang Tingkat pengembalian atas Investasi Nasabah akan terproteksi untuk jangka panjang dengan adanya coupon obligasi dengan jenis Fixed maupun Variable Rate. ¾ Dua Jenis Deposito Bank Danamon Deposito On Call • Kemudahan dan keleluasaan mengatur dana sesuai kebutuhan aliran kas dengan keuntungan maksimal. • Jangka waktu penempatan dana antara 7 sampai 17 hari • Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah, USD, AUS, SGD • Minimum Deposito Rp 100 juta atau USD 25.000 untuk perorangan Deposito Berjangka • Deposito bulanan dengan jangka waktu penempatan dana yang paling fleksibel • Pilihan jangka waktu penempatan dana 1, 2, 3, 6, dan 12 bulan • Tersedia dalam mata uang Rupiah, Dollar Amerika, Dollar Singapura dan Dollar Australia dengan setoran awal untuk perorangan sebesar Rp 8.000.000,- Perusahaan/yayasan/koperasi sebesar Rp 10.000.000,- dan untuk 142 • Manfaatkan pula fasilitas tambahan berupa Automatic Roll Over dengan bunga deposito yang dapat ditempatkan pada rekening tabungan. 4. Bank Rakyat Indonesia a. Deposito BRI Produk Deposito BRI yang memberikan kenyamanan dan keamanan dalam investasi dana Nasabah. Keunggulan • Keleluasaan dalam memilih jangka waktu Deposito BRI, mulai dari 1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan • Bebas biaya administrasi • Pencairan sebagian nominal Deposito BRI tanpa merubah nomor rekening • Pencairan Deposito BRI di unit kerja lainnya. • Suku bunga kompetitif • Suku bunga negosiasi (apabila memenuhi kriteria tertentu) Fasilitas • Perpanjangan Deposito BRI dapat dilakukan secara otomatis (automatic roll-over) • Pencairan Deposito BRI pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara: 1. Tunai 2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI 3. Ditransfer / kliring ke rekening Bank lain • Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara: 1. Tunai 2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI 3. Dikliringkan ke rekening Bank lain 4. Menambah pokok Deposito BRI pada saat perpanjangan (add-on) 5. Kombinasi dari beberapa pilihan tersebut di atas b. Deposit On Call (DOC) Produk Deposit on Call (DOC) Bank BRI merupakan produk deposito yang menawarkan hasil investasi yang tinggi. 143 Keunggulan: 1. Suku bunga kompetitif 2. Bebas biaya administrasi 3. Jangka waktu 7 hari s/d 1 bulan kurang 1 hari Fasilitas: 1. Pilihan mata uang: Rupiah, USD dan EUR 2. Pencairan Deposit on Call (DOC) pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara: a. Tunai b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI c. Ditransfer/kliring ke rekening Bank lain 3. Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara: a. Tunai b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI c. Ditransfer/kliring ke rekening pada Bank lain d. Tabungan BritAma Fasilitas Tabungan BritAma: 1. Fasilitas Transfer Otomatis Antar Rekening. 2. Automatic Fund Transfer (AFT), yaitu fasilitas untuk mentransfer dana dari rekening BritAma ke rekening simpanan di BRI, baik di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain, setiap tanggal tertentu dengan nominal transfer tertentu yang bersifat tetap (secara rutin). 3. Account Sweep, adalah fasilitas untuk mentransfer dana dari satu rekening ke rekening lainnya di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain secara otomatis yang sebelumnya di set up saldo minimal atau saldo maksimalnya. Transfer otomatis terjadi apabila batas saldo minimal atau maksimal tersebut terlampaui. Fasilitas ini dapat digunakan untuk keperluan BritAma mem-back up giro secara otomatis. 4. Automatic Grab Fund (AGF), yaitu fasilitas transfer otomatis untuk menarik (mendebet) dana secara otomatis oleh satu rekening dari rekening lainnya, baik di Kanca sendiri maupun kanca lain. Inisiatif pendebetan berasal dari rekening yang akan mendebet, dengan nominal 144 transaksi yang bersifat tetap. Fasilitas ini dapat digunakan untuk pembayaran angsuran pinjaman secara otomatis, dimana rekening pinjaman akan secara otomatis mendebet rekening BritAma untuk membayar angsurannya. 5. Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident). Setiap nasabah BritAma dengan saldo minimal Rp 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah), berhak atas jaminan asuransi kecelakaan diri (Personal Accident) dengan nilai pertanggungan sebesar 250 % dari saldo dan maksimal pertanggungan Rp. 100.000.000,-. Selain itu asuransi BritAma juga mengcover rawat inap dan cacat tetap. 6. Aksesibilitas BRI Card 7. Jaringan BRI Card 8. Undian Berhadiah Miliaran Rupiah 5. Bank Nasional Indonesia a. BNI Deposito BNI Deposito merupakan simpanan berjangka yang menjadikan simpanan Nasabah aman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif. Keuntungan • Tingkat suku bunga kompetitif. • Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit. • Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan *) Kemudahan • Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah dengan nilai nominal Rp. 8.000.000,00 atau asing (USD, JPY, GBP, SGD, HKD, EURO). • Bunga dapat ditransfer ke rekening Tabungan, Giro atau menambah pokok simpanan. • Pada saat jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over/ARO) atau tidak otomatis (non ARO) • Tersedia pilihan jangka waktu :1, 6, 12, 24, 36 bulan 145 b. Tabungan Plus (TAPLUS) Keunggulan • Bunga BNI TAPLUS dihitung atas dasar saldo harian. Penarikan tunai melalui teller tidak dibatasi jumlahnya, sedangkan melalui ATM BNI sebesar Rp. 5 juta per hari. • Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang/capem BNI. • Dapat dipakai sebagai agunan kredit (Cash Collateral Credit). • TAPLUS dapat digunakan untuk pembayaran listrik, telepon, pajak dan KPR melalui BNI. • Dapat dipakai sebagai alat pembayaran di toko-toko (merchant) yang memasang logo Master Card. • Dapat diikutkan dalam program hadiah, apabila BNI akan memberikan hadiah kepada penabung TAPLUS. 6. Bank Permata a. Permata Deposito Permata Deposito adalah produk simpanan berjangka yang memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan dan memiliki jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan sesuai rencana Nasabah. Permata Deposito juga memberikan pilihan mata uang Rupiah atau asing (USD, JPY, SGD, HKD). Jika nominal deposito lebih atau sama dengan Rp. 500 juta, maka suku bunganya adalah sebesar 7%. b. Permata Deposito Syariah Permata Deposito Syariah merupakan produk khusus bagi Nasabah yang menginginkan investasi dengan pola bagi hasil (nisbah) yang optimal. PermataDeposito Syariah menggunakan prinsip Mudharabah Muthlaqah dimana Nasabah memberi kebebasan penuh kepada PermataBank Syariah untuk mengelola dana secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan dibagihasilkan sebelumnya. sesuai dengan nisbah/porsi yang telah disepakati 146 Manfaat dan Kelebihan • Investasi berjangka dengan berbagai pilihan jangka waktu dalam mata uang rupiah (IDR) maupun US Dollar (USD). • Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana nasabah, sesuai dengan nisbah yang disepakati saat pembukaan rekening. • Jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan sesuai rencana nasabah. Pokok deposito tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo. • Masing-masing jangka waktu memiliki nilai nisbah yang berbeda-beda, dengan bagi hasil dilakukan pada setiap bulannya. • Pokok deposito dapat di roll-over secara otomatis (ARO/Automatic Roll Over). • Dapat dijadikan jaminan pembiayaan. • Hasil Investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke rekening tabungan/giro di PermataBank Syariah, atau ditambahkan ke pokok deposito, sesuai dengan keinginan Nasabah.