7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen mempunyai peran yang besar terhadap naik turunnya efektivitas organisasi dalam lingkungan yang selalu berubah-berubah yang dapat menyebabkan terpenuhinya tujuan organisasi. Manajemen sebagai suatu cara pendekatan yang mempunyai kemampuan untuk menyajikan rangka dasar agar kita dapat menangani banyak masalah yang berkaitan dengan efektivitas organisasi. Para manajer yang menyadari terjadinya perubahan kondisi organisasi dan lingkungan yang menyebabkan organisasi dan lingkungan itu semakin rumit, membutuhkan falsafah, metode, dan pendekatan yang lebih tepat. Manajemen merupakan solusi yang tepat untuk digunakan dalam sebuah organisasi. Untuk melangkah pada pembahasan objek yang akan diteliti, penulis merasa perlu untuk menjelaskan secara singkat mengenai definisi manajemen terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut : Definisi Manajemen menurut James A.F. Stoner dalam bukunya Manajemen (2001 : 4), yaitu : “Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian upaya anggota dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.” 8 Sedangkan definisi manajemen dalam buku Manajemen, Mohammad Masud (2001 : 3), menurut Richard L. Draft yaitu : “Pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi.” Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu aktivitas yang harus dilakukan dengan efektif dan efisien melalui keterkaitan antara perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Dalam perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mendorong perusahaan untuk maju dan berhasil dalam menjalankan semua aktivitasnya. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, pemimpin dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan ini tidak akan terwujud tanpa adanya peranan karyawan. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu saja perlu dilakukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Dibawah ini penulis akan mengemukakan beberapa definisi mengenai manajemen sumber daya manusia, menurut beberapa ahli, diantaranya : Definisi manajemen sumber daya manusia menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2001 : 10), yaitu : "Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat." "Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat." 9 Sedangkan menurut T. Hani Handoko dalam buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (2004 : 3), yaitu : "Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi." Dan menurut Stanford H. fillmore dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2000 : 93), adalah sebagai berikut : "Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian diri dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan, dengan maksud untuk mewujudkan tujuan perusahaan, individu, karyawan dan masyarakat." Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses antara perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian diri dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian karyawan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Drs. T. Hani Handoko dalam buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (2004 : 19), manajemen personalia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. 10 Manajemen sumber daya manusia mempunyai 4 tujuan utama yaitu : 1. Tujuan sosial Agar organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan dari masyarakat. Departemen sumber daya manusia dibentuk untuk meminimalkan dampak negatif masyarakat terhadap organisasi. 2. Tujuan organisasi Target organisasi yang dibuat untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Departemen sumber daya manusia dibentuk untuk membantu para pimpinan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. 3. Tujuan fungsional Merupakan tujuan untuk mempertahankan peranan departemen sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 4. Tujuan pribadi Tujuan pribadi dari setiap anggota yang hendak dicapai melalui aktivitasnya didalam organisasi. Jika tujuan pribadi dan tujuan organisasi tidak cocok, maka anggota kemungkinan memilih untuk menarik diri dari organisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen sumber daya manusia bukan hanya untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi saja, melainkan mempunyai tujuan lainnya seperti tujuan sosial, organisasi, fungsional, pribadi, yang didalamnya mempunyai suatu tujuan untuk meningkatkan efektivitas dalam bidang masing-masing. 11 Manajemen sumber daya manusia adalah bagian dari manajemen, karena itu teori manajemen umum menjadi dasar pembahasannya, manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan pada pembahasan proses manusia dalam mencapai tujuan secara maksimal. Dari definisi yang dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2001: 23), Fungsi sumber daya manusia terdiri dari : 1. Perencanaan (Human Resources Planning) Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. 2. Pengorganisasian (Organization) Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. 3. Pengarahan (Directing) Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. 12 4. Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan dan kesalahan, diadakan tindakan perbaikan atau penyempurnaan karyawan. 5. Pengadaan (Procurement) Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi, untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya pencapaian tujuan. 6. Pengembangan (Development) Adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan pendidikan. Pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini ataupun masa yang akan datang. 7. Kompensasi (Compensation) Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. 8. Pengintegrasian (Integration) Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi hasil dari pekerjaanya. 13 9. Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi. 10. Kedisiplinan (Dicipline) Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah kegiatan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial. 11. Pemberhentian (Separation) Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi sumber daya manusia meliputi perencanaan, pengembangan, pengorganisasian, kompensasi, pengarahan, pengintegrasian, pengendalian, pemeliharan, pengadaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Fungsi-fungsi ini berguna untuk mewujudkan hasil yang maksimal melalui kegiatan-kegiatan karyawan. Hal ini menegaskan bahwa sumber daya manusia sangat berperan penting dalam aktivitas-aktivitas organisasi. 14 2.3. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi dalam manajemen hanya ditunjukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, serta berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri karyawan yang perlu dipenuhi agar karyawan tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan sebagai suatu kondisi yang menggerakkan karyawan kearah suatu tujuan tertentu. Pengertian motivasi dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia, Malayu S.P. Hasibuan (2001 : 143), yaitu : "Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai. " Pengertian motivasi menurut Heidjrachman Suad Husnan dalam buku Manajemen Personalia (2000 : 197), yaitu : "Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan, dengan membangkitkan, menggairahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja." Pengertian motivasi menurut Drs. Faustino Gardoso Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2002 : 177), yaitu : "Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan dan motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan performansi pekerjaan." 15 Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. 2.3.1. Proses-Proses Motivasi Proses motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal), dan proses motivasi dapat juga dikatakan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja, karena proses motivasi berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang, organisasi, atau masyarakat didalam mencapai tujuan-tujuannya. Proses motivasi yang baik biasanya diketahui berdasarkan penelitian terhadap karyawan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kesimpulan secara menyeluruh tentang kepuasaan karyawan sehubungan dengan gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-relasi antar perorangan dalam kerja, peluang-peluang dimasa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri. Menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2001 : 150), ada enam proses motivasi yaitu : a. Tujuan Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru kemudian para karyawan dimotivasi ke arah tujuan itu. 16 b. Mengetahui kepentingan Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau perusahaan saja. c. Komunikasi efektif Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan karyawan. Karyawan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya. d. Integrasi tujuan Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi. e. Fasilitas Perusahaan penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman. f. Team work (kerja tim) Perusahaan harus membentuk team work yang terkoordinasi dengan baik, untuk mencapai tujuan perusahaan. Team work itu sangat penting, karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian. 17 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses motivasi berguna untuk mengetahui kebutuhan karyawan yang belum dipenuhi, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan karyawan, perilaku yang berorientasi pada tujuan, hasil karya (evaluasi dari tujuan yang tercapai), imbalan atau hukuman untuk karyawan, dan kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali oleh karyawan. 2.3.2. Teori-Teori Motivasi Teori-teori motivasi melakukan pendekatan atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak serta berperilaku dengan cara tertentu. Teori-teori motivasi memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri karyawan yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Teori-teori motivasi mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan karyawan dan apa yang mendorong semangat kerja karyawan. Teori-teori motivasi dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perusahaan, Dr. A. A. Anwar Prabu Mangkunegara., Drs., M.si. Psi (2002 : 94), menurut Abraham Maslow dan Frederick Herzberg yaitu : a. Maslow's Need Hierarchy Theory Maslow (1943) mengemukakan teori motivasi yang dinamakan Maslow's Need Hierarchy Theory/A Theory of Human Motivation atau Teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow. Maslow berpendapat, kebutuhan yang dibutuhkan seseorang itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan 18 muncul menjadi tingkat yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang/hierarki, yaitu : 1. Physiological Needs (kebutuhan fisik dan biologis) Kebutuhan fisiologis yaitu, kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. 2. Safety and Security Needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan) Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan, serta perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. 3. Affiliation or Acceptance Needs or Belongingness (kebutuhan sosial) Kebutuhan untuk bersosialisasi, berteman, berinteraksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan mau hidup menyendiri seorang diri ditempat terpencil, manusia selalu membutuhkan kehidupan berkelompok. 4. Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise) Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat di lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Perlu juga diperhatikan oleh perusahaan 19 bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam organisasi, maka semakin tinggi pula prestisenya. 5. Self Actualization Needs (kebutuhan aktualisasi diri) Kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya berbeda satu dengan lainnya. Pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan perusahaan dengan menyelenggarakan Pendidikan dan latihan. b. Herzberg's Two Factors Motivation Theory Frederick Herzberg (1950), seorang profesor Ilmu Jiwa pada Universitas di Cleaveland, Ohio, mengemukakan teori motivasi dua faktor atau Herzberg's Two Factors Motivation Theory atau sering disebut juga Teori Motivasi Kesehatan (Faktor Higienis). Menurut Herzberg orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu : 1. Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance factors. Faktor pemeliharaan berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketenteraman dan kesehatan badaniah. Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya: orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu makan, dan seterusnya. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas, dan macam-macam tunjangan lain. Hilangnya faktor pemeliharaan dapat 20 menyebabkan timbulnya ketidakpuasan (dissatisfiers = faktor higienis) dan tingkat absensi serta turnover karyawan akan meningkat. Faktor-faktor pemeliharaan perlu mendapat perhatian yang wajar dari perusahaan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja karyawan dapat ditingkatkan. 2. Faktor pemeliharaan menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intristik, kepuasan pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor ini dinamakan satisfiers atau motivators yang meliputi : 1. Prestasi (achievement) 2. Pengakuan (recognition) 3. Pekerjaan itu sendiri (the work it self) 4. Tanggung jawab (responsibility) 5. Kemajuan (advancement) 6. Pengembangan potensi individu (possibility of growth) Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya (job content) yakni kandungan pekerjaan pada tugasnya. Motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. 21 Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan mendapatkan alat dan cara yang terbaik dalam memotivasi semangat bekerja karyawan agar mereka mau bekerja giat untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Hanya saja teori hierarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow diilhami oleh Human Science Theory Elton Mayo, bukan dikembangkan atas hasil penelitiannya. Jadi, teori ini belum pernah diujicoba kebenarannya. Sedangkan teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg dikembangkan atas hasil penelitiannya, dan telah diujicoba kebenarannya. 2.3.3. Faktor-Faktor Motivasi Hal yang memotivasi semangat kerja karyawan adalah unuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun nonmateriil yang diperolehnya sebagai imbalan jasa dari jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Apabila materiil dan nonmateriil yang diterimanya semakin mememuaskan, semangat kerja karyawan semakin meningkat. Dalam buku Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (2001 : 142), Peterson dan Plowman mengatakan bahwa orang mau bekerja karena faktor-faktor motivasi, yaitu sebagai berikut : 1. Keinginan untuk hidup (The Desire to Live) Keinginan untuk hidup merupakan kegiatan utama dari setiap orang, manusia bekerja untuk mendapat makan, dan makan untuk melanjutkan hidupnya. 22 2. Keinginan untuk suatu posisi (The Desire for Position) Keinginan untuk suatu posisi atau jabatan di tempat dia bekerja dan ini salah satu sebab mengapa manusia mau bekerja. 3. Keinginan akan kekuasaan (The Desire for Power) Keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan selangkah diatas keinginan untuk memiliki, yang mendorong orang mau bekerja. 4. Keinginan akan pengakuan (The Desire for Recognation) Keinginan akan pengakuan, penghormatan, dan status sosial, merupakan jenis terakhir dari kebutuhan yang mendorong orang untuk bekerja. Dengan demikian, setiap pekerja mempunyai motif keinginan (want) dan kebutuhan (needs) tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya. Drs. Faustino Gardoso Gomes dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2002 : 181), mengatakan bahwa motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individu dan faktor-faktor organisasional. Yang tergolong faktor-faktor yang sifatnya individual adalah : 1. Kebutuhan-kebutuhan (needs) 2. Tujuan-tujuan (goals) 3. Sikap (attitudes) 4. Kemampuan-kemampuan (abilities) 23 Sedangkan yang tergolong pada faktor-faktor yang berasal dari organisasi, meliputi : 1. Pembayaran atau gaji (pay) 2. Keamanan pekerjaan (job security) 3. Sesama pekerja (co-workers) 4. Pengawasan (supervision) 5. Pujian (praise) 6. Pekerjaan itu sendiri (job it self) Untuk memotivasi karyawan, perusahaan harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan. Orang mau bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs), berbentuk materi atau nonmateri, kebutuhan fisik maupun rohani. 2.3.4. Jenis-Jenis dan Alat-alat Motivasi Pada garis besarnya motivasi yang diberikan bisa dibagi menjadi dua yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Perusahaan haruslah menggunakan kedua jenis motivasi tersebut. Bagi perusahaan yang lebih percaya bahwa ketakutan akan mengakibatkan karyawan segera bertindak mereka akan lebih banyak menggunakan motivasi negatif. Sebaliknya kalau perusahaan percaya "kesenangan" akan menjadi dorongan bekerja, perusahaan akan banyak menggunakan motivasi positif. Masalah 24 utama dari penggunaan kedua jenis motivasi tersebut adalah penimbangan (proporsi) penggunaannya, dan juga kapan kita akan menggunakannya. Menurut Ambar Teguh Sulistiyani dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2003 : 192), ada dua jenis motivasi, yaitu : 1. Motivasi Positif (Insentif Positif) Motivasi positif maksudnya perusahaan memotivasi (merangsang) karyawan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima hal yang baik saja. 2. Motivasi Negatif (Insentif Negatif) Motivasi negatif maksudnya perusahaan memotivasi karyawan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat karyawan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik. Dalam praktik, kedua motivasi di atas sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Yang menjadi masalah ialah kapan motivasi positif dan motivasi negatif dapat efektif meningkatkan gairah kerja karyawan. Motivasi positif efektif untuk jangka panjang, sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek. Akan tetapi, perusahaan harus konsisten dan adil dalam menerapkannya. 25 Dalam memotivasi para karyawannya, perusahaan hendaknya menyediakan peralatan, menciptakan suasana pekerjaan yang baik, dan memberikan kesempatan untuk promosi, salah satunya dengan cara memberikan alat-alat motivasi (daya perangsang) kepada karyawannya. Menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2001 : 149), alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada karyawan dapat berupa : a. Material Incentive Material incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan prestasi yang diberikan karyawan kepada perusahaan. Yang termasuk material incentive adalah yang berbentuk uang dan barang-barang. b. Nonmaterial Incentive Nonmaterial incentive adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak berbentuk materi. Yang termasuk nonmaterial incentive adalah penempatan yang tepat, pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang wajar, dan sejenisnya. Dengan adanya alat-alat motivasi, memungkinkan para karyawan meningkatkan semangat kerjanya untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan yang diinginkannya, yang merupakan daya penggerak untuk memotivasi karyawan dalam mengerahkan semua potensi yang dimilikinya. 26 2.3.5. Hambatan-Hambatan Motivasi Kepuasan atau ketidak-puasan karyawan dengan pekerjaan merupakan keadaan yang sifatnya subyektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh karyawan dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya. Sementara setiap karyawan secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh suatu keadaan sosial (social frame of reference). Menurut Heidjrachman Suad Husan dalam buku Manajemen Personalia (2000 : 179), ada tiga hambatan motivasi yang dapat menghambat proses motivasi dalam perusahaan, yaitu : 1. Perilaku karyawan tidak memperlihatkan goal directed (berorientasikan tujuan) 2. Perilaku karyawan tidak diarahkan pada tujuan yang bernilai bagi perusahaan 3. Karyawan tidak komitmen terhadap tujuan, dan karenanya mudah terganggu dan menuntut pengawasan yang tinggi Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Organisasi dan Motivasi (2003 : 102), ada empat hambatan motivasi, yaitu : 1. Sulitnya menentukan alat motivasi yang paling tepat, karena keinginan setiap individu karyawan tidak sama 2. Kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif 27 3. Manajer sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu karyawan 4. Manajer sulit memberikan insentif yang adil dan layak Kepuasan kerja dari karyawan itu sendiri akan mempengaruhi motivasi kerja dalam dirinya untuk bekerja pada perusahaan. Kesediaan atau motivasi seorang karyawan untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas-aktivitas pekerjaan yang dilakukan dengan giat dan yang berorientasikan tujuan. Jadi yang disebut karyawan yang termotivasi adalah karyawan yang perilakunya dapat diarahkan kepada tujuan organisasi dan tidak mudah terganggu oleh hambatan-hambatan motivasi didalam perusahaan.