KAJIAN PROSPEK INDUSTRI TIWUL BERDASARKAN KEBIASAAN MAKAN MASYARAKAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ciptaning Cahyaningrum1, Endy Suwondo2, Wahyu Supartono2 INTISARI Daerah Istimewa Yogyakarta dihuni oleh 3.457.491 penduduk. Sekitar 11,3 % penduduk tinggal di kota dan 88,7 % tinggal di desa. Yogyakarta merupakan kota yang menjunjung tinggi budaya. Salah satu produk budaya masyarakat Yogyakarta khususnya Gunung Kidul adalah tiwul. Pada jaman dahulu tiwul dimakan sebagai pengganti nasi karena mengenyangkan dan lebih murah. Tiwul memiliki karbohidrat yang tinggi namun rendah protein. Hal ini membuat tiwul dianggap kurang bergizi. Perkembangan Yogyakarta sebagai kota wisata menyebabkan tiwul berubah citranya dari makanan pengganti nasi menjadi makanan oleh – oleh khas Yogyakarta. Akan tetapi adanya globalisasi menyebabkan makanan impor membanjiri pasar – pasar di Yogyakarta membuat tiwul kurang diminati karena tiwul terkesan “ndeso”. Terlebih anggapan masyarakat mengatakan, mereka yang mengkonsumsi tiwul statusnya lebih rendah dari yang mengkonsumsi nasi. Padahal dalam Rakernas disebutkan bahwa produk berbasis budaya memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kekuatan dan kelemahan industri tiwul dilihat dari segi pasar, teknis dan finansial serta data peluang dan ancaman industri tiwul dilihat dari kebiasaan makan tiwul masyarakat di Yogyakarta. Obyek penelitian adalah industri tiwul di Gunung Kidul dan ibu rumah tangga di Kampung Kalangan dan Dusun Banyusoca serta wisatawan domestik. Data – data tersebut dianalisis menggunakan analisis struktur pasar, analisis SWOT dan matriks IFAS dan EFAS untuk merumuskan strategi yang tepat dalam pengembangan industri tiwul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri tiwul terletak pada struktur pasar low concentration dengan bentuk pasar persaingan monopoli. Pemetaan dengan SWOT menunjukkan industri tiwul memungkinkan untuk berkembang lebih cepat dengan growth strategy melalui integrasi vertikal. Kata kunci: kebiasaan makan, tiwul, SWOT, prospek industri 1 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP UGM Staff Pengajar Teknologi Industri Pertanian, FTP UGM xi TIWUL’S INDUSTRY PROSPECT BASED ON DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOCIETY’S FOOD HABIT Ciptaning Cahyaningrum, Endy Suwondo, Wahyu Supartono ABSTRACT The total of residents in Daerah Istimewa Yogyakarta is 3.457.491, with 11,3% people live in urban area, and 88,7% people live in rural area. Yogyakarta is a city with respect to culture. One of the aspects of cultural value is local food, for example: tiwul. Tiwul is local food from Gunung Kidul region, one of the rural areas in Yogyakarta. In the past when rice is too expensive, tiwul was eaten as staple food substitute. Tiwul contains high carbohydrate but low protein, this made tiwul was considered as less nutritious food. Since Yogyakarta becomes a tourist destination, tiwul change its status to special food from Yogyakarta. From now, as a culture food, tiwul will have good prospects to develop. This research focus on data about strengths and weaknesses of tiwul industry from market side, technical and financial aspects, also data about opportunities and threats of tiwul industry with respect to Yogyakarta people’s habits on tiwul consumption. The research objects are tiwul industries in Gunung Kidul and household in Kalangan and Banyusoca village also domestic tourists. Those data will be analyzed using market structure analysis, SWOT analysis and IFAS & EFAS matrix to create strategies of tiwul industry development. The result of this research show that market structure of tiwul industry is on low concentration position with market type is monopoly competition. Mapping of SWOT shows that tiwul industry could grow faster using growth strategy through vertical integration. Keywords: food habit, tiwul, SWOT, prospect of industry xii