PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY

advertisement
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUALLY
REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA
Mita Syahliani, M. Arifuddin Jamal, Syubhan An’nur
Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin
[email protected]
ABSTRAK: Rendahnya hasil belajar siswa yang diduga disebabkan oleh penerapan
model pembelajaran konvensional pada proses pembelajaran mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai bagaimana keefektifan penerapan model pembelajaran
AIR untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang secara khusus bertujuan untuk
mendeskripsikan: (1) keterlaksanaan RPP, (2) aktivitas siswa selama proses
pembelajaran, (3) hasil belajar siswa, dan (4) respon siswa terhadap model pembelajaran
AIR. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan sebanyak 3 siklus dengan subjek penelitian siswa kelas VIII-E SMP Negeri 7
Banjarmasin. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik observasi, tes hasil
belajar, dan angket sedangkan analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terjadi
peningkatan pada persentase keterlaksanaan RPP model pembelajaran AIR yang
dikategorikan baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II dan siklus III (2)
terjadi peningkatan pada persentase aktivitas siswa yang mana pada siklus I dan siklus II
dikategorikan aktif menjadi sangat aktif pada siklus III, (3) terjadi peningkatan pada
persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yaitu 48%; 66,7%; dan 86,7%, dan (4)
Respon siswa terhadap model pembelajaran AIR secara keseluruhan berkategori baik
ditinjau dari aspek minat siswa. Diperoleh kesimpulan bahwa keefektifan penerapan
model pembelajaran AIR di kelas VIII-E SMP Negeri 7 Banjarmasin dikategorikan
efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Hasil belajar, Model pembelajaran AIR.
PENDAHULUAN
Menteri
Pendidikan
rendahnya minat siswa terhadap proses
dan
pembelajaran yang disebabkan karena
Kebudayaan melalui pidatonya pada
pembelajaran
Simposium PPI 2012 di New Delhi,
menarik menyebabkan siswa menjadi
menekankan bahwa beberapa hal yang
pasif
harus ada pada pelajar adalah kebiasaan
Minimnya
untuk mengobservasi dan menggunakan
menyebabkan kurangnya penggunaan
panca
maksimal,
panca indera, kurangnya kemampuan
kemampuan nalar, serta kemampuan
bernalar, serta rendahnya kemampuan
mengkomunikasikan.
mengkomunikasikan.
indera
secara
Namun,
213
dalam
IPA
proses
dirasa
kurang
pembelajaran.
keaktifan
siswa
Permasalahan-
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
permasalahan tersebut mengakibatkan
pembelajaran IPA berlangsung dimana
timbulnya masalah lain yaitu rendahnya
siswa hanya menjadi pendengar yang
hasil belajar siswa.
baik yang mencatat apa yang dituliskan
Hasil belajar seringkali dijadikan
guru di papan tulis. Selain itu, diketahui
patokan untuk mengetahui sejauh mana
bahwa sebanyak 56,7% nilai siswa kelas
penguasaan siswa terhadap materi ajar
VIII-E berada di bawah KKM. Data ini
atau dengan kata lain sejauh mana
diperoleh dari hasil ulangan harian I
pencapaian siswa dalam proses belajar.
yang dilaksanakan pada bulan Februari.
Tetapi,
Data tersebut memberikan gambaran
beberapa
penelitian
membuktikan bahwa hasil belajar siswa
bahwa
Indonesia
jika
materi ajar tergolong rendah karena
lain,
hanya
masih
dibandingkan
rendah
dengan
negara
penguasaan
43,3%
siswa
siswa
terhadap
yang
hasil
diantaranya adalah hasil studi IEA
belajarnya mencapai KKM. Berdasarkan
(Internasional
the
angket penelitian yang telah dibagikan
Evaluation of Educational Achievement)
kepada para siswa diketahui bahwa
pada
memperlihatkan
minat siswa terhadap pelajaran IPA
bahwa, diantara 38 negara peserta,
tergolong rendah. Hal inilah yang
prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia
menjadi salah satu faktor penyebab
berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-
rendahnya hasil belajar siswa.
tahun
Association
1999
for
34 untuk Matematika. Selain itu anak-
Masalah
tersebut
perlu
segera
anak Indonesia ternyata hanya mampu
diatasi agar tidak terulang kembali pada
menguasai 30% dari materi bacaan dan
ujian selanjutnya. Salah satu upaya yang
ternyata mereka sulit sekali menjawab
ditawarkan adalah penerapan model
soal-soal
yang
pembelajaran yang tidak hanya berpusat
memerlukan penalaran. Hal ini mungkin
pada guru, memaksimalkan penggunaan
karena
indera,
berbentuk
mereka
uraian
sangat
terbiasa
kemampuan
bernalar
serta
menghafal dan mengerjakan soal pilihan
kemampuan
ganda.
kan,sehingga keterlibatan siswa dalam
Berdasarkan
di
proses pembelajaran lebih dominan.
lapangan, pembelajaran IPA umumnya
Diantara banyak model yang ada, salah
masih menggunakan metode tradisional
satunya adalah model pembelajaran
yakni
itu
Auditory Intelectually Repetition (AIR).
kurangnya keterlibatan siswa dalam
Model pembelajaran AIR adalah model
pembelajaran
pengajaran yang memperhatikan 3 aspek
metode
hasil
observasi
mengkomunikasi-
ceramah,
yang
selain
terlihat
saat
214
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
yaitu
auditory,
intellectually
dan
Model AIR telah diteliti pada
repetition. Aspek auditory menekankan
tingkat pendidikan yang berbeda-beda
pada penggunaan indera dalam proses
yaitu SD, SMP, dan SMA. Penelitian
belajar
Nirawati (2009) di SMP menyatakan
seperti
menyimak,
mendengarkan dan berbicara, aspek
bahwa
intelectually
yang
mendapatkan respon positif dari siswa
menekankan pada penggunaan nalar
dan membuat siswa lebih aktif. Menurut
dalam memecahkan masalah, dan aspek
penelitian Mardina (2012) dan Sihalolo
repetition bermakna pendalaman yang
(2012) penerapan model pembelajaran
dalam
AIR
adalah
hal
ini
aspek
membantu
proses
model
di
pembelajaran
SD
dan
SMA
dapat
belajar
siswa.
mengingat, dimana pada aspek ini siswa
meningkatkan
diberikan tugas atau kuis. Penggunaan
Penelitian-penelitian tersebut menunjuk-
model
dapat
kan bahwa Model AIR efektif untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, selain
pembelajaran dan membiasakan siswa
itu penerapan model ini diharapkan
untuk
secara
dapat meningkatkan penguasaan siswa
mandiri, sehingga dapat meningkatkan
kelas VIII-E SMP Negeri 7 Banjarmasin
penguasaan dan pengetahuan faktual
terhadap
siswa. Sebagaimana menurut Suherman
meningkatkan hasil belajar siswa.
ini
diharapkan
memecahkan
masalah
hasil
AIR
materi
ajar,
dan
dapat
(2004) dalam Sihalolo (2012) kelebihan
Berdasarkan masalah diatas, maka
model pembelajaran AIR adalah melatih
rumusan masalah dalam penelitian ini
pendengaran
siswa
adalah bagaimanakah keefektifan model
pendapat
pembelajaran AIRdalam meningkatkan
untuk
hasil belajar siswa kelas VIII-E SMP
memecahkan masalah secara kreatif
Negeri 7 Banjarmasin tahun ajaran
(intelectually),
2012-2013 pada materi ajar Bunyi?.
untuk
dan
keberanian
mengungkapkan
(auditory),
melatih
melatih
siswa
siswa
untuk
mengingat kembali tentang materi yang
Tujuan umum penelitian ini adalah
pernah dipelajari (repetition), siswa
mendeskripsikan keefektifan penerapan
menjadi
model
lebih
aktif
dan
kreatif.
pembelajaran
AIR
untuk
Pencapaiannya dapat dilihat dari hasil
meningkatkan hasil belajar siswa kelas
pembelajaran yang dilakukan siswa,
VIII-E SMP Negeri 7 Banjarmasin
yaitu
Tahun ajaran 2012-2013 pada materi
tentang
penguasaan
terhadap
materi ajar.
ajar bunyi.
215
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
Belajar (THB),
METODE PENELITIAN
keterlaksanaan
Jenis penelitian yang digunakan
adalah
Penelitian
Tindakan
Data-data yang diperoleh selama
penelitian
fisika di SMPN 7 Banjarmasin.
secara
deskriptif,
yang dilakukan terhadap data-data yang
kelas VIII-E SMP Negeri 7 Banjarmasin
diperoleh adalah analisis keterlaksanaan
yang berjumlah 30 orang siswa yang
RPP, analisis tes hasil belajar, analisis
terdiri dari 16 orang siswa perempuan
aktivitas siswa, dan analisis respon
dan 14 orang siswa laki-laki. Penelitian
Negeri
diolah
kuntitatif dan kualitatif.Adapun analisis
Subjek penelitian adalah siswa
SMP
lembar
respon siswa.
untuk mengatasi rendahnya hasil belajar
di
RPP,
pengamatanaktivitas siswa, dan lembar
Kelas
(PTK). Dimana penelitian ini bertujuan
dilaksanakan
lembar pengamatan
siswa.
7
Banjarmasin yang terletak di Jalan
Veteran Km. 4,5 No. 99 Rt. 29 , No 99,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Banjarmasin,
Provinsi
Keterlaksanaan RPP
Selatan
bulan
pada
Kalimantan
April
2013.
Keterlaksanaan
RPP
adalah
Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus
keberhasilan guru dalam melaksanakan
dimana pada setiap siklus terdiri dari
kegiatan pembelajaran berdasarkan RPP
satu pertemuan.
yang telah disusun sebelumnya, dimana
Teknik
yang
digunakan
untuk
pada RPP tersebut kegiatan
dibagi
mengumpulkan data dalam penelitian ini
menjadi 3 yaitu pendahuluan, inti dan
adalah dengan menggunakan tes hasil
penutup. Berdasarkan hasil pengamatan
belajar,
dan
dua orang pengamat pada 3 siklus
dokumentasi. Perangkat dan instrumen
pembelajaran yang telah dilaksanakan
yang digunakan dalam penelitan ini
diperoleh
adalah
keterlaksanaan RPP pada siklus I, II dan
observasi,
Rencana
angket,
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), handout, lembar
persentase
kenaikan
III, yang dilihat pada Tabel 1.
Kegiatan Siswa (LKS), lembar Tes Hasil
Tabel 1 Persentase keterlaksanaan RPP
Kegiatan
Pembelajaran
Pendahuluan
Inti
Penutup
Rata-rata
Reliabilitas
%
87,5
68,8
100,0
85,4
96,0
Siklus 1
Kategori
Sangat baik
Baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
%
87,5
87,5
93,8
89,6
94,9
216
Siklus 2
Kategori
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
%
95,8
90
96,9
94,2
97,5
Siklus 3
Kategori
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
Secara keseluruhan rata-rata skor
telah
mengalami
peningkatan
Aktivitas siswa adalah kegiatan
pada
yang dilakukan siswa selama proses
siklus I, II, dan III hingga mencapai
pembelajaran
kategori sangat baik, selain itu aspek-
mendengarkan
aspek yang umumya telah terlaksana
mempelajari materi di dalam kelompok,
dengan baik pada siklus sebelumnya
berdiskusi, bertanya, mengerjakan soal.
dapat
siklus
Berdasarkan
secara
dilakukan oleh 2 orang pengamat,
keseluruhan RPP telah telah terlaksana
diperoleh persentase aktivitas siswa
dengan sangat baik.
selama 3 siklus pembelajaran, yang
Aktivitas siswa
disajikan dalam Tabel 2.
dipertahankan
selanjutnya.
pada
Sehingga
berlangsung
meliputi:
penjelasan
guru,
pengamatan
yang
Tabel 2. Persentase aktivitas siswa
No
Aktivitas siswa
3.
4.
Mendengarkan
penjelasan guru
Mempelajari materi
dalam kelompok
Berdiskusi
Bertanya
5.
Mengerjakan soal
1.
2.
Rata-rata
Siklus I
Kategori
Sangat
92,0
aktif
Siklus II
Kategori
Sangat
92,0
aktif
60,0
Aktif
76,0
72,0
60,0
Aktif
Aktif
Sangat
aktif
Aktif
76,0
76,0
%
88,0
70,6
Secara keseluruhan aktivitas siswa
pada
siklus
meskipun
I,
dikategorikan
demikian
masih
%
88,0
79,3
siswa
%
96,0
Sangat aktif
Aktif
88,0
Sangat aktif
Aktif
Aktif
Sangat
aktif
Aktif
84,0
88,0
Sangat aktif
Sangat aktif
92,0
Sangat aktif
89,3
Sangat aktif
masih
dikategorikan
Peningkatan pada siklus II terlihat pada
terdapat
aspek bertanya yang sebelumnya masih
berkategori
cukup
ditingkatkan
berkategori
aktif.
aktivitas
siklus
bertanya
aktif.
aktif,
aspek yang harus diperhatikan dan
pada
Siklus III
Kategori
ini
yaitu
dan
aktif
menjadi
Sementara
itu,
aktivitas mempresentasikan hasil diskusi
mempresentasikan hasil diskusi. Kedua
juga
aspek ini masih dikategorikan cukup
dimana pada siklus ke-II ini aktivitas
pada siklus I, padahal kedua aspek ini
tersebut sudah dikategorikan aktif. Hal
termasuk aspek penting dalam model
ini menunjukkan bahwa pada siklus
pembelajaran AIR yaitu aspek auditory.
kedua pembelajaran di kelas sudah
Peningkatan terjadi pada siklus ke-II,
mulai menampakkan peningkatan dalam
walaupun secara keseluruhan aktivitas
hal penggunaan aspek auditory pada
217
mulai
mengalami
peningkatan
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
pembelajaran.
Peningkatan
kembali
siswa belum dikategorikan tuntas secara
terjadi pada siklus III, dimana semua
klasikal, tetapi pada siklus ini jumlah
aspek telah dikategorikan sangat aktif,
siswa yang tuntas lebih banyak daripada
secara keseluruhan pada siklus III ini
siklus I. Peningkatan kembali terjadi
aktivitas
dikategorikan
pada siklus III, dimana pada siklus ini
sangat aktif. Sehingga peningkatan tidak
hanya 4 orang dari 30 siswa yang belum
hanya pada aspek auditory, tetapi juga
tuntas dan ketuntasan klasikal telah
pada aspek intelectually. Peningkatan
mencapai 86%, hal ini menunjukkan
aktivitas
dengan
bahwa siswa kelas VIII-E telah tuntas
peningkatan aktivitas guru yang diamati
secara klasikal. Selain itu peningkatan
pada keterlaksanaan RPP. Hal ini sesuai
hasil belajar siswa selama 3 siklus juga
dengan pendapat Mulyasa (2013) dalam
menunjukkan bahwa penerapan model
bukunya bahwa aktivitas dan kreativitas
AIR
peserta didik dalam belajar sangat
meningkatkan
bergantung pada aktivitas dan kreativitas
walaupun
guru dalam mempersiapkan rencana
mencapai 100%.
siswa
siswa
telah
ini
sejalan
pembelajaran.
dapat
diterapkan
hasil
ketuntasan
Peningkatan
hasil
untuk
belajar
siswa,
siswa
belum
belajar
pada
siklus II dan siklus III didukung oleh
Hasil Belajar
Hasil belajar kognitif siswa pada
meningkatnya persentase keterlaksanaan
siklus I masih belum dikategorikan
RPP dan aktivitas siswa. Menurut
tuntas secara klasikal, karena pada siklus
Sardiman (2011) tujuan pembelajaran
ini ketuntasan klasikal siswa belum
tidak mungkin tercapai tanpa adanya
mencapai 85% yaitu hanya 44,8%. Pada
aktivitas siswa, dan aktivitas siswa
siklus II, peningkatan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran sangat dipengaruhi
mulai
ketuntasan
oleh aktivitas guru, sehingga dapat
klasikal siswa sudah mencapai 66.7%.
dikatakan bahwa faktor-faktor yang
Peningkatan
siswa
berperan pencapaian hasil belajar siswa
didukung oleh meningkatnya aktivitas
adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa
siswa terutama dalam hal bertanya.
dalam pembelajaran. Selain itu, sesuai
Selain itu peningkatan dalam aktivitas
dengan penelitian Mardina (2012) dan
guru
Sihalolo (2012) yang menyatakan bahwa
terlihat,
dimana
hasil
membimbing
belajar
siswa
dalam
menemukan ide pokok materi dan
penerapan
menyelesaikan
pembelajaran dapat meningkatkan hasil
LKS
juga
turut
berpengaruh, meskipun hasil belajar
belajar siswa.
218
model
AIR
pada
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
100%
86%
80%
60%
66,67%
48%
40%
20%
0%
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Gambar 1 Grafik persentase ketuntasan klasikal
ketertarikan dan kesukaan. Indikator
Respon Siswa
Respon
siswa
diteliti
dengan
yang
digunakan
untuk
dimensi
menggunakan angket respon terhadap
ketertarikan adalah responsif, sedangkan
model pembelajaran, yang digunakan
indikator untuk dimensi kesukaan adalah
untuk mengukur minat siswa. Dimensi
gairah dan inisiatif. Perolehan respon
minat
siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
yang
digunakan
adalah
Tabel 3 Perolehan respon siswa
Respon
Dimensi
Ketertarikan
Minat
Kesukaan
Indikator
Responsif
Gairah
Inisiatif
Rata-rata
Persentase
(%)
80,0
74,0
80,6
78.2
Kategori
Baik
Baik
Baik
Baik
Secara keseluruhan respon siswa
akan mendorong peserta didik terlibat
terhadap penerapan model pembelajaran
aktif dalam proses pembelajaran, selain
AIR baik.
itu penelitian Nirawati (2009) juga
Respon siswa yang baik
dilihat dari dimensi ketertarikan dan
menyatakan
bahwa
model
kesukaan
mendapatkan
respon
yang
merupakan tanda bahwa
AIR
positif
model pembelajaran AIR mendapat
karena siswa menganggap pembelajaran
respon positif dari siswa yang didukung
dengan model AIR menyenangkan dan
oleh meningkatnya aktivitas dan hasil
membuat
belajar siswa pada setiap siklus, seperti
kegiatan pembelajaran.
yang
dinyatakan
Wahidmurni
dkk
(2010) dalam bukunya bahwa tingginya
minat peserta didik pada suatu pelajaran
219
siswa
lebih
aktif
dalam
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan
analisis
dan
Budiningsih,C.A. (2012). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
pembahasan tentang hasil penelitian,
diperoleh simpulan bahwa keefektifan
penerapan model pembelajaran AIR di
Mardina,T.
(2012).
Upaya
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika Siswa Melalui Model
Pembelajaran
Auditory
Intelectually Repetition (AIR) Pada
Materi Operasi Pecahan Di Kelas
V SD Negeri NO.115479 Aek Tapa
Kab. Labuhan Batu Utara T.A.
2011/2012. Diakses melalui http:
//digilib.unimed. ac.id /UNIMEDUndergraduate
13201/13201
/penerapan-model-pembelajaranauditory-intelectually-repetition.
Pada tanggal 18 Februari 2013
kelas VIII-E SMP Negeri 7 Banjarmasin
dikategorikan
efektif
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi ajar bunyi, yang didukung oleh
temuan penelitian: (1) Keterlaksanaan
RPP model pembelajaran AIR pada
siklus
I
dikategorikan
baik
dan
mengalami peningkatan pada siklus II
dan siklus III dengan kategori sangat
baik.
(2)
Aktivitas
pembelajaran
siswa
selama
menggunakan
model
pembelajaran
AIR
Mulyasa, E. (2003). Menjadi Guru
Profesional.
Bandung:
Rosda
Karya.
mengalami
Nirawati,N. (2009). Pengaruh Model
AIR
(Auditory,
Intelectually,
Repetition) Dalam Pembelajaran
Matematika Terhadap Kompetensi
Strategis (Strategic Competence)
Siswa SMP. Diakses melalui
http://repository.
upi.
edu/skripsilist.php?x_author=
nirawati%2Cnofa&z_
author=
LIKE&x_ judul = auditory+
intelectually+ repetition.html .
Diakses 18 Februari 2013.
peningkatan yang mana pada siklus I
dan siklus II masih dikategorikan aktif
menjadi sangat aktif pada siklus III. (3)
Hasil
belajar
siswa
mengalami
peningkatan setelah diterapkan model
pembelajaran AIR, dimana pada siklus I
ketuntasan klasikal siswa sebesar 48%,
siklus II sebesar 66,7%, dan pada siklus
III sebesar 86,6%. Pada siklus III hasil
Ngalimun. (2012). Strategi dan Model
Pembelajaran.
Banjarmasin:
Scripta Cendekia.
belajar siswa telah dinyatakan tuntas
secara
terhadap
klasikal.
model
(4)
Respon
pembelajaran
siswa
Sihalolo,
H.T.
(2012).
Upaya
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika Siswa Melalui Model
Pembelajaran
Auditory
Intelectually
Repetition
(AIR)Terhadap Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Galang. Diakses melalui
AIR
secara keseluruhan berkategori baik
ditinjau dari minat siswa yang secara
keseluruhan berkategori baik.
220
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktober 2014
http:
//digilib.unimed
.ac.
id/UNIMED
Undergraduate
13201/13201 /penerapan –model –
pembelajaran
-auditoryintelectually
-repetition
pada
tanggal 18 Februari 2013.
Diakses melalui http: //veynisaicha.
Blogspot .com /2011 /07/15 -airauditory-intellectualy. html pada
tanggal 18 February 2013.
Wahidmurni, Alfi Mustikawan, dan Ali
Redho.
(2010).
Evaluasi
Pembelajaran: Kompetensi dan
Praktek. Yogyakarta: Nuha Litera.
Suherman. (2004). Model Pembelajaran
Auditory Intelectually Repetition.
221
Download