8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Fasilitas Belajar Siswa Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan beberapa batasan dari para ahli. Menurut Zakiah Daradjat di dalam Arianto Sam (2008) “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Suryo Subroto di dalam Arianto Sam (2008) “ fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas Arikunto di dalam Arianto Sam (2008) berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah. Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, 9 buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum loboratorium dan segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar. Adapun yang dimaksud belajar menurut Wasty Soemanto di dalam Arianto Sam (2008) adalah “proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang”. Sedangkan menurut Slameto di dalam Arianto sam (2008) belajar adalah “ suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri yang berinteraksi dengan lingkungannya”. Dari definisi-definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh perubahan baik berupa pengalaman. Tingkah laku maupun keterampilan. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah semua kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah. Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang memuaskan. 2.2 Tinjauan Fasilitas Sebagai Sarana Dan Prasaran Fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII 10 Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 di dalam Prantiya (2008) menegaskan bahwa (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Mulyasa di dalam Prantiya (2008) menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, 11 teman temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain komponen pembelajaran itu sendiri. Dimana di dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen sebagai berikut; tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/siswa, dan adanya pendidik/guru di dalam Prantiya (2008). “Komponen Pembelajaran”. 2.3 Tinjauan Terhadap Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa Fasilitas belajar yang tersedia dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang erat kaitannya dengan belajar teori. Kelengkapan fasilitas belajar dapat diartikan ketersediaan dari segala sesuatu (benda) yang di miliki siswa dan dapat menunjang (baik secara langsung maupun tidak langsung) dalam proses belajar. Kelengkapan fasilitas belajar termasuk salah satu faktor non sosial (faktor eksternal). Sukardi (2003:51) menjelaskan bahwa faktor-faktor non sosial dalam belajar adalah keadaan udara, cuaca, waktu (pagi, siang, dan malam), hari/letak gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar. Kurangnya kelengkapan fasilitas belajar merupakan faktor yang menyebabkan hambatan-hambatan dalam belajar. Sebaliknya dengan adanya kelengkapan fasilitas belajar yang memadai, baik di rumah maupun di sekolah akan menunjang tercapainya hasil belajar yang baik. Surya (1979:80) mengemukakan bahwa ketersediaan fasilitas belajar yang memadai akan dapat tercapai hasil belajar yang lebih efisien dibandingkan dengan keadaan fasilitas belajar yang kurang memadai. Dari uraian di atas dapat 12 disimpulkan bahwa betapa pentingnya kelengkapan fasilitas belajar untuk merangsang proses belajar mengajar. Penelitian menjelaskan bahwa fasilitas belajar yang dimiliki siswa di rumah yang merangsang motivasi siswa dalam belajar dan penyelesaian tugastugas menggambar teknik adalah sebagai berikut : 1) Ruang Belajar Untuk mewadahi aktivitas siswa di rumah dalam menyelesaikan tugastugas menggambar teknik maka dibutuhkan ruang belajar yang sesuai dengan standar kebutuhan. Selanjutnya Surya (1979:80) menjelaskan : “Keadaan fisik fasilitas tempat belajar itu berlangsung di sekolah maupun di rumah, sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar dengan tenang dan teratur. Sebaliknya keadaan lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi efisiensi hasil belajar. Untuk itu perlu sekali diperhatikan masalah fisik untuk belajar ini, misalnya ukuran ruangan, pengaturan cahaya, ventilasi, suasana tempat belajar, kelengkapan peralatan yang diperlukan seperti alat-alat tulis, buku-buku dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat di atas, maka kelengkapan fasilitas belajar siswa khususnya ruangan harus diperhatikan masalah ukuran ruang, pengaturan cahaya, ventilasi juga suasana tempat belajarnya. 2) Peralatan, Alat Tulis dan Alat Gambar Dalam rangka bentuk kegiatan belajar mutlak diperlukan peralatan belajar, semakin lengkap peralatan belajar itu semakin lancar pula proses belajarnya. Menurut Kartono (1985:6) berpendapat bahwa : 13 “Lengkap dan tidaknya peralatan belajar baik yang dimiliki siswa itu sendiri maupun yang dimiliki sekolah dapat menimbulkan hasil akibat tertentu terhadap motivasi siswa dan hasil belajar siswa. Kekurangan peralatan dalam fasilitas belajar dapat membawa akibat negatif antara lain, misalnya murid tidak bisa belajar secara baik sehingga sulit diharapkan untuk mencapai prestasi tinggi”. Selain peralatan belajar yang bersifat umum, siswa juga dituntut untuk dapat menggunakan peralatan lain yang bersifat khusus sesuai dengan bidang keahliannya.. Dalam penelitian ini peralatan dan alat belajar yang dapat merangsang motivasi dalam pembelajaran dan penyelesaian tugas-tugas mata pelajaran menggambar teknik diantaranya: rapidograph dengan berbagai ukuran, tinta rapidho, perangkat mesin gambar, busur derajat, jangka, sablon huruf/angka, mal lingkaran (circle), pensil lunak dan keras dalam berbagai ukuran, alat untuk mewarnai dan sebagainya. 3) Perabotan Belajar Menurut Sukardi (2003:46) bahwa dalam hal ini yang disebut dengan perabotan belajar adalah meja, kursi, lemari (rak buku), dan buku-buku. Dalam penelitian ini, perabotan belajar yang akan dibahas hanya terbatas pada meja gambar, kursi belajar dan rak buku yang dimiliki siswa yang menunjang pada bidang diklat menggambar teknik, sebagai berikut : a. Meja Belajar Meja belajar merupakan salah satu kebutuhan terpenting bagi siswa dan harus tersedia di ruang belajar. Hampir seluruh aktivitas belajar yang utama seperti membaca, menulis, mengetik dilakukan pada meja belajar. 14 Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan didalam pemilihan atau penyediaan meja belajar, diantaranya permukaan meja belajar dianjurkan cukup luas serta memadai untuk dipakai aktivitas belajar, permukaannya rata, tidak berwarna gelap atau terlalu mengkilap. Minimal luas permukaan meja belajar 70 cm – 120 cm atau disesuaikan dengan skala tinggi badan siswa itu sendiri. b. Meja Gambar Selain itu, bagi siswa diperlukan meja gambar karena tanpa meja gambar siswa tidak dapat menggambar dengan leluasa. Papan gambar yang baik mempunyai permukaan yang rata, tidak melengkung. Papan tersebut dari kayu yang yang tidak terlalu keras, misalnya kayu pinus ( tua dan kering udara). Sambungan dari papannya rapat tidak berongga, bila permuakaannya diraba tidak terasa adanya sambungan atau tonjolan. Meja gambar yang diperlukan untuk menggambar harus dapat diatur kemiringannya dan dilengkapi degan mesin gambarnya. Mesin gambar ini sangat penting, karena akan memudahkan dan mempercepat dalam menggambar dengan hasil yang lebih baik dan rapi. c. Kursi Belajar dan Kursi Gambar Kursi belajar ataupun kursi gambar harus diusahakan sebagai tempat duduk yang enak untuk belajar dan tingginya dapat disesuaikan dengan tinggi meja belajar dan meja gambar, sehingga terasa nyaman untuk menulis dan menggambar. 15 2.4 Tinjauan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Berbicara motivasi tidak terlepas dari kata motif. Secara morfologi, kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi sebagai berkut: Motif adalah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata kerja yang artinya mendorong. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pengertian motif dan motivasi yang dikemukakan oleh para ahli. Syaodih di dalam Riduwan (2004:200) membedakan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut: Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong atau menggerakan individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu kondisi yang tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif pada seseorang. Sardiman di dalam Riduwan (2004:200) mengemukakan: Motif adalah upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di alam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapaui suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong atau kekuatan dari dalam individu untuk melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu tujuan tertentu. Sementara untuk pengertian motivasi belajar. Berikut ini pendapat beberapa ahli mengenai motivasi belajar. Winkel di dalam Riduwan (2004:200) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah ”keseluruhan daya penggerak di 16 dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai”. Sardiman di dalam Riduwan (2004:200) mengatakan bahwa : Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Prayitno di dalam Riduwan (2004:200) menyatakan bahwa motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Lebih lanjut, Marx & Tombuch (Prayitno) di dalam Riduwan (2004:200) mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline”. Tidaklah menjadi berarti betapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat siswa dan materi yang akan diajarkan serta lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajarnya, maka PBM tidak akan berlangsung optimal. Menurut Surya (1979:32), bahwa belajar hanya terjadi pada kondisikondisi tertentu, yaitu : 1. Harus ada pelajaran potensial yang terdorong karena adanya suatu kebutuhan, keinginan dan minat yang tidak terpenuhi. 2. Harus ada situasi yang memungkinkan siswa dapat melihat keadaan situasi untuk memuaskan dorongannya. 3. Siswa harus memiliki motivasi yang cukup kuat sehingga ia akan berusaha untuk memanipulasi situasi dalam mencapai tujuan. 17 Adapun bentuk motivasi belajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Motivasi Intrinsik b. 1. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Unsur terpenting dalam motivasi intrinsik adalah adanya hasrat ingin tahu seseorang terhadap sesuatu dan ingin mencapai tujuan tertentu yang memuaskan dirinya. Seorang siswa berusaha berusaha mencapai prestasi belajar sebaik mungkin karena ia ingin belajar. Siswa seperti ini tidak perlu memerlukan insentif yang lain untuk melakukan aktivitas belajar, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan pengetahuan, pengertian, pengalaman, dan pengembangan diri. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa didorong untuk berprestasi belajar yang baik karena ada faktor luar yang mempengaruhinya. Ada pula yang berprestasi karena ingin mendapatkan penghargaan, ketenaran dan lain sebagainya. Motivasi seperti ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat siswa itu berinteraksi. Sesungguhnya sulit menentukan mana yang lebih baik, motivasi intrinsik atau motivasi ektrinsik. Memang yang dikehendaki adalah timbulnya motivasi intrinsik pada siswa akan tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu timbul. Oleh karena itu pengaruh lingkungan dari luar sangat berpengaruh terhadap timbul 18 nya motivasi belajar yaitu dengan adanya fasilitas belajar diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dari diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa. Dengan demikian motivasi belajar siswa merupakan daya penggerak atau dorongan yang ada dalam diri siswa atau faktor dorongan dari luar (lingkungan) yang mengarahkan siswa tersebut untuk melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajarnya dalam rangka mencapai tujuan. Maka yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah dorongan atau kemauan yang muncul dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar dengan giat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan sehingga mendapat kepuasan/ganjaran diakhir kegiatan belajarnya dan agar kualitas hasil belajar siswa juga memungkinkannya dapat diwujudkan serta tercapai tujuannya yaitu memiliki prestasi tinggi di sekolah, memiliki pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dapat dibanggakan. Dari penjelasan diatas motivasi timbul karena adanya rangsangan, baik dari dalam diri siswa, maupun dari luar diri siswa. Namun itu dapat mendorong berprilaku belajar. Jelaslah bahwa motivasi belajar siswa dapat dibangkitkan oleh pengaruh dari luar, misalnya fasilitas belajar. Fasilitas dan lingkungan belajar yang tidak menunjang baik yang ada di rumah maupun disekolah turut mempengaruhi berkurangnya motivasi dan semangat siswa untuk belajar. 19 Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Hawley di dalam Riduwan (2004:200) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki motivasi tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar yang dilakukannya. Sardiman di dalam Riduwan (2004:201) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 2.5 Tinjauan Terhadap Menggambar Teknik SMK Bidang diklat menggambar teknik memiliki kekhususan dalam bidang teknologi bangunan, selain menuntut siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis bentuk gambar dari beberapa potongan menjadi satu bentuk yang 20 lebih bermakna, bidang diklat ini juga menuntut siswa untuk bisa membaca gambar dari tampak depan, belakang dan samping serta siswa juga harus mampu membuat gambar perspektif atau tiga dimensinya. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan tamatan menjadi tenaga kerja menengah dalam bidang gambar bangunan yang mampu bekerja mandiri, memiliki pengetahuan, menguasai keterampilan dan sikap profesional serta memiliki kepekaan dalam mengembangkan suatu bangunan. Didalam belajar siswa dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu belajar sehingga tujuan pendidikan tercapai, pengerjaan menggambar teknik disesuaikan dengan pola belajar siswa yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukan apakah siswa membuat perencanaan belajar bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya. Untuk melatih keterampilan siswa dalam memindahkan materi pelajaran yang diberikan sebelumnya kedalam praktik menggambar, maka siswa diberikan tugas-tugas oleh guru bidang diklat yang bersangkutan. Dalam penyelesaiannya ada yang dikerjakan di studio gambar sesuai jadwal dan ada pula yang dikerjakan di rumah. 2.6 Anggapan Dasar Menurut Surakhmad di dalam (Arikunto, 2002:58) bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. 21 Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Fasilitas belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa. 2. Kelengkapan fasilitas belajar membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar, khususnya proses pengerjaan latihan dan tugas mata pelajaran yang diberikan guru terhadap siswa. 3. Motivasi dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran sangat tergantung dari kelengkapan fasilitas yang memadai, karena motivasi didasarkan atas pengaruh rangsangan dari luar dalam mengikuti pembelajaran. 2.7 Hipotesis Menurut Arikunto (2002:64) “ hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kelengkapan fasilitas belajar siswa dengan motivasi belajar menggambar teknik siswa SMKN 2 Garut Jurusan Bangunan”.