perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ENSAN GALUH PERTIWI G0009001 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Ensan Galuh Pertiwi, NIM: G0009001, Tahun: 2012 Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari …..........., Tanggal …...........................2012 Pembimbing Utama Penguji Utama Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ NIP. 19500131 197603 1 001 NIP. 19490422 197609 1 001 Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes Bagus Wicaksono, Drs., M.Si NIP. 19560320 198312 1 002 NIP. 19620901 198903 1 003 Tim Skripsi Vicky Eko Nurcahyo H. dr., Sp.THT-KL, M.Sc NIP. 19770914 200501 1 001 commitiito user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Ensan Galuh Pertiwi, NIM : G0009001, Tahun : 2012 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis, Tanggal 8 November 2012 Pembimbing Utama Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ (K) NIP : 19500131 197603 1 001 (………………………) Pembimbing Pendamping Nama : H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes NIP : 19560320 198312 1 002 (………………………) Penguji Utama Nama : Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ NIP : 19490422 197609 1 001 (………………………) Anggota Penguji Nama : Bagus Wicaksono, Drs., M.Si NIP : 19620901 198903 1 003 (………………………) Surakarta, Ketua Tim Skripsi Muthmainah, dr., M.Kes. NIP 19660702 199802 2 001 Dekan FK UNS Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19510601 197903 1 002 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 8 November 2012 Ensan Galuh Pertiwi NIM G0009001 iii commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Ensan Galuh Pertiwi, G0009001, 2012. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat mengalami kekambuhan. Salah satu hal yang tidak dapat diabaikan dalam meningkatkan status kesehatan pasien ialah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan analitik dengan pendekatan case control studies di Poliklin ik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling kepada keluarga pasien skizofrenia sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel mengisi (1) lembar informed consent dan identitas, (2) kuesioner penelitian. Dari sebanyak 60 sampel diurutkan berdasarkan skor dukungan keluarga, kemudian diambil sebanyak 30% peringkat teratas dan terbawah sehingga jumlah sampel akhir sebanyak 36 orang. Data kemudian dianalisis menggunakan (1) Uji Chi Square, (2) Odds Ratio, (3) Uji Spearman melalui SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan (1) Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta (p = 0,040; CI 95 %), (2) Dukungan keluarga rendah meningkatkan risiko pasien untuk kambuh (OR = 4,375), (3) Jika dukungan keluarga rendah, maka kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah (Spearman’s rho = -0,506; CI = 99 %). Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh dukungan keluarga kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Kata kunci : dukungan keluarga, kekambuhan pasien skizofrenia iv commit to user terhadap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Ensan Galuh Pertiwi, G0009001, 2012. Influence of Family Support Toward Relapse of Patients with Schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital. Mini Thesis. Faculty of Med icine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Schizophrenia is a psychiatric disorder that can have a relapse. One of the most important things that can not be ignored in improving the health status of patients is family support. This study was aimed to know the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital. Methods: This study was observational and analytical approach of case-control studies in the Outpatient Clinic Surakarta Mental Hospital. Sampling was done by purposive sampling based on inclusion and exclusion criterias. Sample answered (1) informed consent sheets and identities, (2) research questionnaire. The datas were taken from 60 samples then were sorted by the scores of family support, then taken as much as 30% upper and lower ranking so the final sample number were 36 peoples. The data was then analyzed using (1) Chi Square test, (2) Odds Ratio, (3) Spearman test with SPSS 17.0 for Windows. Results: Based on the results obtained (1) There was the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in RSJD Surakarta (p = 0.040 CI 95%), (2) low family support increased the patient's risk for recurrence (OR = 4.375), (3 ) If family support was low, the recurrence was high, and also, if family support was high, then the recurrence was low (Spearman's rho = -0.506; CI = 99%). Conclusions: There was the influence of family support on relapse of patients with schizophrenia in the Surakarta Mental Hospital. Keywords: family support, relapse of patients with schizophrenia v commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKATA Alhamdulillahirobbil’aalamin, segala puja dan puji kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada : 1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. H. Endang Sutisna S, dr., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini 4. Yusvick M Hadin, dr., Sp.KJ selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bagus Wicaksono, Drs., M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Vicky Eko Nurcahyo H, dr., Sp.THT-KL, M.Sc, Mutmainah, dr.,M.Kes, Mas Nardi dan Bu Eny selaku TIM Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini. 7. Yang tercinta kedua orang tua saya, Drs. Joko Susanto dan Endah Supeni, SMPh., yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan selalu memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini. 8. Adik-adik tersayang Sinta Puspita Sari dan Laras Santi Nur’aini, yang senantiasa memberikan semangat dan doa hingga penelitian ini terselesaikan. 9. Sahabat-sahabat terdekat, Seven Eleven, Ductus, Dwi, Nani, Monica, Devrisa, Ali Husein, Aya, Irene, Tikara, atas semangat dan waktu yang tersedia. 10. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telah berkenan memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian. 11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Surakarta, 8 November 2012 Ensan Galuh Pertiwi commitvito user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA ..................................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................................... B. Perumusan Masalah ................................................................................. C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................................... BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... A. Tinjauan Pustaka........................................ ............................................ 1. Skizofrenia ............................................................. .......................... a. Defin isi ............................................ ............................................ b. Etiologi ........................... .............................................................. c. Gambaran Klinis ....................... ................................................... d. Gejala ........................................... ................................................ e. Diagnosis ........................................ ............................................. f. Jenis Skizofrenia .............. ............................................................ g. Prognosis .............. ....................................................................... 2. Kekambuhan Skizofren ia ....................................................... ......... a. Defin isi .......................................................................................... b. Gejala ............................................................................................ c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia . 3. Keluarga dan Dukungan Keluarga ................................................... a. Defin isi Keluarga ...................................................................... . b. Fungsi Pokok Keluarga ............................................................. c. Defin isi Dukungan Keluarga ..................................................... d. Komponen Dukungan Keluarga ................................................ e. Instrumen untuk Mengukur Dukungan Keluarga...................... . B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... C. Hipotesis ................................................................................................. BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................................. A. Jenis Penelitian ....................................................................................... B. Lokasi Penelitian .................................................................................... C. Subjek Penelitian .................................................................................... D. Teknik Sampling ..................................................................................... E. Rancangan Penelitian ............................................................................. F. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................. G. Definisi Operasional Variabel ............................................................... H. Alat dan Bahan ....................................................................................... I. Instrumen Penelitian ............................................................................... commit to user vii vi vii ix x xi 1 1 3 3 3 5 5 5 5 5 6 7 9 10 12 12 12 12 14 15 15 16 18 19 21 23 23 24 24 24 24 25 26 27 27 28 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id J. Cara Kerja Penelitian ............................................................................. K. Teknik Analisis Data .............................................................................. BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................... A. Data Hasil Penelitian .............................................................................. B. Analisis Data ........................................................................................... BABV. PEMBAHASAN ........................................................................................... BABVI. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... A. Simpulan ................................................................................................. B. Saran ........................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... LAMPIRAN commit to user viii 30 30 32 32 41 45 50 50 51 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa psikotik dan dapat menetap seumur hidup (National Institute of Mental Health, 2012). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007), angka kejadian gangguan jiwa berat seperti skizofrenia di Indonesia ialah sebesar 0,46% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011), sehingga angka prevalensi skizofrenia pada penduduk Indonesia berkisar angka 1,1 juta jiwa (jumlah penduduk Indonesia tahun 2011 yaitu 241 juta jiwa). Angka prevalensi kejadian skizofrenia d i Propinsi Jawa Tengah sebesar 0,33% yakni berkisar angka 110.000 jiwa (jumlah penduduk Jawa Tengah 32,6 juta jiwa) (IICB, 2012). Berdasarkan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (2008), angka kejadian skizofrenia ialah jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1,893 pasien dari 2.551 pasien (72,7 %) yang tercatat pada tahun 2005. Hal tersebut mengindikasikan perlunya perhatian khusus terhadap pasien skizofrenia. Penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) melaporkan skizofrenia akan diderita seumur hidup oleh 1,3% penderita (Kaplan et al., 2010). Kekambuhan skizofrenia terjadi pada 40% penderita (Nantingkaseh, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa penderita skizofrenia dapat mengalami pengurangan gejala atau tidak memiliki gejala psikotik, namun commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 tetap berisiko untuk kambuh suatu saat (Davidson et al., 2007; Harvey and Bellack, 2009). Salah satu hal yang berpengaruh terhadap kekambuhan ialah ada/tidaknya dukungan keluarga. Keluarga adalah lingkungan pasien tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, keluarga berfungsi untuk menjaga kesehatan anggota keluarga baik kesehatan jasmani, rohani, maupun sosial, sehingga keluarga menjadi unsur penting dalam perawatan/pemulihan pasien skizofrenia (Samuel et al., 2012). Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pasien skizofrenia baik moril maupun materil (Pharoah, 2010). Dukungan keluarga terjadi dalam semua tahap siklus kehidupan. Dengan adanya dukungan keluarga, keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan (Friedman, 2010). Dengan demikian, dukungan keluarga berkaitan dengan kekambuhan skizofrenia sehingga tidak dapat diabaikan dalam penatalaksanaan skizofrenia. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap kekambuhan skizofrenia. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan skizofrenia. commit to user 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 B. Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia d i Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. b. Untuk mengetahui peningkatan faktor risiko terjadi kekambuhan pada dukungan keluarga rendah. c. Untuk mengetahui korelasi peringkat dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. commit to user 3 dukungan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 b. Menjadi bukti empiris mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia bagi dunia medis dan keluarga pasien skizofrenia. 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi keluarga pasien Memberikan sumbangan pemikiran bagi keluarga pasien skizofrenia dalam membantu menangani pasien skizofrenia sehingga dapat mengurangi kekambuhan. b. Bagi tenaga kesehatan Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk mengoptimalkan peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia. commit to user 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Skizofrenia a. Definisi Skizofrenia terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yakni schizein yang berarti terpisah dan phren yang berarti jiwa. Penderita skizofrenia mengalami ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku sehingga tidak dapat membedakan alam nyata dan alam khayal (Hawari, 2003). Skizofrenia merupakan gangguan psikotik khas ditandai dengan terganggunya kemampuan penilaian realitas dengan pembentukan delusi/ waham, halusinasi, ketidakharmonisan emosional, dan perilaku regresif (NCBI, 2012; Buckley et al., 2007). b. Etiologi Skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berkombinasi, seperti yang diterangkan oleh teori Diathesis-Stress Model untuk menjelaskan penyebab skizofrenia. Teori Diathesis-Stress Model dijelaskan dalam dua model, yaitu: Diathesis Model, yang menyatakan bahwa penyebab skizofrenia adalah faktor genetik sebagai predisposisi biologis, seperti : kerusakan struktur commit to user 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 otak, ketidakmampuan menerima dan mengorganisasikan informasi yang kompleks, dam kekacauan sistem regulasi neurotransmitter. Sedangkan Stress Model, berhubungan dengan kemampuan individu untuk menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang tepat. Stressor diklasifikasikan menjadi 2 yakni stressor yang bersifat fisik dan psikologis. Teori Diathesis-Stress Model menggabungkan antara faktor psikologis, b iologis, dan lingkungan (ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis) yang mempengaruhi seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia (Kaplan et al., 2010). c. Gambaran Klinis Perjalanan klinis skizofrenia dibagi dalam 3 fase yakni: 1) Fase prodromal : timbul gejala non spesifik yang lamanya bervariasi sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya/ gangguan/ penurunan fungsi pekerjaan, sosial, penggunaan waktu luang dan perawatan diri. 2) Fase aktif : gejala psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Biasanya penderita datang berobat pada fase ini. 3) Fase residual : gejala yang terjadi pada fase ini sama dengan gejala fase prodromal dengan gejala psikotik yang jelas berkurang (Nantingkaseh, 2007). commit to user 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 d. Gejala Menurut Bleuler dalam Maramis (2010), berikut ialah gejala pada pasien skizofrenia: 1) Gejala Primer a) Gangguan proses pikir Gangguan proses pikir dapat berupa gangguan bentuk, arus, atau isi pikir. Gangguan bentuk pikir seperti terjadinya asosiasi longgar di mana ide berpindah dari satu subjek ke subjek lain yang tidak memiliki kaitan. Gangguan arus pikir seperti terjadinya blocking thought atau macet pikir. Sedangkan gangguan isi pikir berupa waham pada penderita (Maramis, 2010). b) Gangguan afek dan emosi Gangguan ini berupa kedangkalan pada afek dan emosi, hilangnya kemampuan untuk mengekspresikan emosi dengan baik (Maramis, 2010). c) Gangguan kemauan Pasien mempunyai kelemahan kemauan, tidak dapat mengambil keputusan, atau otomatisme yaitu pasien merasa dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar dalam memutuskan kemauannya sehingga pasien melakukan sesuatu secara otomatis (Maramis, 2010). commit to user 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 d) Gejala psikomotor Gangguan psikomotor ini dapat berupa gejala katatonik, stupor (tidak menunjukkan pergerakan sama sekali), atau hiperkinesis dimana penderita terus bergerak saja dan sangat gelisah (Kaplan et al., 2010). 2) Gejala Sekunder a) Waham Kriteria waham: (1) Penderita percaya 100% bahwa isi pikirannya benar. (2) Bersifat egosentris. (3) Tidak sesuai dengan logika. (4) Tidak dapat dikoreksi. (5) Penderita hidup atau berperilaku menurut wahamnya. (Nuhriawangsa, 2006; Fannon et al., 2009) b) Halusinasi Halusinasi timbul tanpa adanya penurunan kesadaran. Halusinasi yang sering muncul pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran, penciuman, cita rasa, dan taktil (Kaplan et al., 2010). Gejala skizofren ia dapat pula dibedakan menjadi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif disebut positif karena perilaku dan pikir yang seharusnya tidak ada menjadi ada dalam diri seseorang ketika berinteraksi. Gejala ini meliputi waham, commit to user 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 halusinasi, kekacauan alam pikiran, gaduh gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, semangat dan gembira berlebihan (Fletcher et al., 2009). Gejala negatif ialah kebalikan gejala positif, dimana perilaku dan pikir yang seharusnya ada menjadi hilang. Gejalanya berupa afek tumpul dan datar, menarik diri, tidak mau bergaul dengan orang lain, kontak emosional sangat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam, pasif, apatis, sulit berpikir nyata, tidak mampu untuk berinisiatif dan mengikuti jalannya kegiatan, dan tidak punya ketertarikan dalam hidup (Blanchard et al., 2006). e. Diagnosis Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (Maslim, 2003), diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila terdapat sedikitnya satu gejala jelas atau lebih dari gangguan pengendalian pikiran, delusi/waham, halusinasi auditorik, atau waham menetap. Atau paling sedikit dua gejala berikut yang harus selalu ada secara jelas yaitu halusinasi, gangguan arus pikir, perilaku katatonik, atau gejala-gejala negatif. Gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih dan harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari perilaku pribadi. commit to user 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 f. Jenis Skizofrenia Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (Maslim, 2003), skizofrenia terbagi atas beberapa jenis, yaitu: 1) Skizofrenia Paranoid Jenis skizofrenia dengan halusinasi dan waham menonjol. Halusinasi auditorik berupa ancaman atau perintah atau tanpa kata verbal. Waham dapat berupa waham dikendalikan, dipengaruhi, passivity, atau waham kejar (Mawson et al., 2010; Waters et al., 2010). 2) Skizofrenia Katatonik Skizofrenia dengan klinis dominan stupor (amat berkurangnya reaktivitas dan aktivitas spontan serta mutisme/tidak berbicara), gaduh-gelisah (aktivitas motorik tanpa tujuan dan tanpa stimulant eksternal), negativisme mempertahankan (perlawanan diri pada posisi aneh tertentu, terhadap semua perintah), rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya), fleksibilitas cerea (mempertahankan posisi tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar), atau command automatism (kepatuhan otomatis terhadap perintah). commit to user 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 3) Skizofrenia Residual Jenis skizofrenia dengan gejala negatif skizofrenia, dengan sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofren ia, dan onset psikotik sangat berkurang paling sedikit selama satu tahun. 4) Skizofrenia Tak Terinci Skizofrenia ini memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, atau skizofrenia residual. 5) Skizofrenia Simpleks Skizofrenia yang berjalan berlahan dan progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik d isertai dengan perubahan perilaku bermakna. Gejala psikotik kurang jelas dibanding tipe skizofrenia lainnya. 6) Skizofrenia Hebefrenik Skizofrenia dengan gambaran khas perilaku yang tidak bertanggung jawab. Afek penderita dangkal, tidak wajar, dan sering disertai giggling (cekikikan). Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir yang biasanya menonjol dengan halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol). commit to user 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 g. Prognosis Penderita skizofrenia kebanyakan memiliki gejala sisa dengan keparahan bervariasi walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan (Nantingkaseh, 2007). 2. Kekambuhan Skizofrenia a. Definisi Kekambuhan merupakan keadaan muncul tanda dan gejala yang pernah dialami dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (Andri, 2008; Yosep, 2007). b. Gejala Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi pasien dan keluarga yaitu menjadi ragu-ragu, tidak ada nafsu makan, sukar konsentrasi, depresi, menarik d iri, sulit tidur, dan tidak ada minat (Yosep, 2007). Penilaian pasien psikiatrik dapat menggunakan Brief Psychiatric Rating Scale (Kaplan et al., 2010) yang meliputi: 1) Permasalahan somatik (preokupasi dengan kesehatan fisik, rasa takut akan penyakit fisik, hipokondriasis). 2) Kecemasan (rasa takut, cemas, rasa prihatin berlebih terhadap masa sekarang dan masa depan). commit to user 12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 3) Penarikan emosional (hilangnya interaksi yang spontan, isolasi, kekurangan dalam hal hubungan orang lain). 4) Disorganisasi konseptual (proses pikir kacau, tidak berhubungan, terdisorganisasi, terputus). 5) Rasa bersalah (menyalahkan diri sendiri, malu, penyesalan yang dalam terhadap perilaku masa lalu). 6) Ketegangan (manifestasi disik dan motorik atau kegelisahan, overaktivitas, ketegangan). 7) Manerisme dan posturing (perilaku motorik yang aneh, kacau, dan tidak alami). 8) Kebesaran (pendapat diri sendiri yang dilebih-lebihkan, kesombongan, keyakinan memiliki kekuatan atau kemampuan yang tidak lazim). 9) Mood depresi (penderitaan, kesedihan, kemurungan, pesimisme). 10) Permusuhan (kebencian, menghina, berkelahi, menghina orang lain). 11) Kecurigaan (tidak percaya, yakin bahwa orang lain memiliki maksud yang jahat atau diskriminasi). 12) Perilaku halusinatorik (persepsi tanpa kesesuaian stimulus normal). 13) Retardasi psikomotor (gerakan atau bicara yang melambat dan lemah, penurunan tonus tubuh). 14) Tidak dapat bekerja sama (menolak, bertahan, menolak perintah). 15) Isi pikiran yang tidak lazim (isi pikir tidak lazim, aneh, asing). commit to user 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 16) Afek tumpul (penurunan tonus emosional, penurunan intensitas perasan normal, datar). 17) Luapan (peninggian tonus emosional, agitasi, peningkatan reaktivitas). 18) Disorientasi (konfusi atau hilangnya asosiasi terhadap orang, tempat, atau waktu yang benar). c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia Menurut Widodo (2003) beberapa hal yang bisa memicu pasien skizofrenia kambuh, antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stres. Sullinger dalam Yosep (2007) mengidentifikasi faktor penyebab kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu : 1) Klien Pasien yang minum obat tidak teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Pasien kronis sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan penilaian realitas. Perawat di rumah sakit bertugas untuk memantau pasien minum obat sedangkan di rumah digantikan oleh keluarga. 2) Dokter (pemberi resep) Pemakaian obat neuroleptik lama dapat menimbulkan efek samping tardive dyskinensia yang dapat menyebabkan gangguan commit to user 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 saat melakukan hubungan sosial seperti gerakan tidak terkontrol sehingga perlu dosis terapeutik yang dapat mencegah kambuh serta efek sampingnya. 3) Penanggung jawab klien Setelah pasien pulang ke rumah, perawat puskesmas bertanggung jawab atas program adaptasi pasien di rumah. Penanggung jawab pasien mempunyai kesempatan lebih banyak untuk bertemu dengan klien seh ingga penanggung jawab klien dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan. 4) Keluarga Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk menghindarkan pasien dari kekambuhan. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Dukungan keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga status kesehatan klien meningkat. 3. Keluarga dan Dukungan Keluarga a. Definisi Keluarga Newnan dan Grauerholz (2002) mendefinisikan keluarga sebagai seseorang atau lebih dengan hubungan ikatan darah, perkawinan, atau adopsi atau sekelompok orang yang tidak perlu terkait darah, perkawinan, atau adopsi, yang hidup bersama dalam suatu rumah tangga di suatu hunian. commit to user 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 Duval dalam Setiadi (2008) membuat definisi keluarga yaitu sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Defin isi lain keluarga dapat ditinjau pula dari dimensi hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun di antara keluarga tidak terdapat hubungan darah (Shochib, 1998). b. Fungsi Pokok Keluarga 1) Fungsi Afektif Fungsi afektif terkait dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk memenuhi kebutuhan psikososial terutama bagi pasien gangguan jiwa. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. commit to user 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Komponen yang perlu dipenuhi keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah: a) Saling asuh dan saling dukung antara keluarga dengan anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa sehingga tercipta hubungan yang hangat dan harmonis. b) Saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak masingmasing anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif. c) Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian dan dukungan. Keluarga harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru tingkah laku positif tersebut. 2) Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalu i setiap anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi sosial. Keluarga merupakan tempat setiap anggota keluarga untuk belajar bersosialisasi. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa keluarga dibimbing untuk mau bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar. commit to user 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 3) Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, fungsi ini penting untuk dapat tersedianya dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat d i rumah sakit jiwa dan perlengkapan yang dibutuhkan. 4) Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa/ kekambuhan atau merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. (Friedman (1998) dalam Setyowati dan Murwani (2008)). c. Definisi Dukungan Keluarga Kane dalam Friedman (2010) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan yang terjadi dalam semua tahap kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi (Friedman, 2010). Pasien skizofrenia harus diterima dengan baik oleh pihak keluarga. Karena pasien skizoferia sebenarnya tidak dapat menerima emosi yang berlebihan dari orang lain (Durand, et al., 2007) commit to user 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perhatian, dorongan yang didapatkan individu dari orang lain melalui hubungan interpersonal yang meliputi perhatian, emosional dan penilaian (Stolte KM, 2004). d. Komponen Dukungan Keluarga Menurut Kaplan dalam Friedman (2010) dan House dalam Setiadi (2008), komponen-komponen dukungan keluarga terdiri dari: 1) Dukungan Informasi Dukungan informasi meliputi pemberian pengetahuan penyakitnya, solusi masalah (bagaimana cara minum obat), dan saran terapi dan tindakan spesifik bagi pasien dalam melawan stressor (penyebab stres) atau meningkatkan strategi koping pasien (bagaimana cara mengurangi ketegangan dan cara komunikasi yang benar). Keluarga bertindak sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi. 2) Dukungan Emosional/Afeksional Dukungan afeksional yang diberikan membuat pasien merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi ada orang lain yang peduli, memperhatikan, mendengar keluh-kesahnya, commit to user 19 berempati, dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 membantu memecahkan masalah. Keluarga memberikan peluang pasien untuk berinteraksi sosial antara pasien dengan keluarga, tetangga, dan teman sebaya serta memberikan kegiatan sesuai kemampuan. Dukungan afeksional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta, dukungan, kepercayaan, perhatian dan penghargaan. Keluarga berfungsi pula sebagai tempat aman dan damai untuk pemulihan dan penguasaan terhadap emosi. 3) Dukungan Fasilitas Dukungan fasilitas meliputi waktu, tenaga, dan akomodasi. Keluarga meluangkan waktu untuk pasien di rumah, menyediakan waktu dan tenaga untuk mendampingi pasien kontrol ke fasilitas kesehatan, serta menyediakan akomodasi bagi pasien berupa kendaraan untuk berobat. 4) Dukungan Finansial Keluarga menyediakan dana untuk kesehatan jiwa dan raga bagi anggota keluarga, dana tersebut dapat dalam bentuk tabungan maupun simpanan dalam bentuk lain yang sewaktu-waktu dapat digunakan. commit to user 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 e. Instrumen untuk Mengukur Dukungan Keluarga Untuk mengukur dukungan keluarga pada pasien skizofrenia digunakan Kuesioner Dukungan Keluarga. Kuesioner ini telah dilakukan validasi oleh Mujiyono dari Magister Kedokteran Keluarga UNS. Kuesioner ini telah d ilakukan: 1) Face validity yaitu mengkonsulkan tiap-tiap butir pernyataan kepada pakar psikiatri, dengan hasil: dari sejumlah 30 item pernyataan kuesioner dinyatakan valid 12 butir, direvisi 14 butir, didrop 1 butir, dan ditambah 4 butir. 2) Uji validitas dengan diujicobakan kepada responden dan dianalisis menggunakan product moment, dengan hasil perhitungan tiap-tiap item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai signifikansi terendah 0,039 (dinyatakan valid bila harga signifikansi < 0,05). 3) Uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien korelasi Alpha Cronbach, dengan hasil: 30 item yang telah dinyatakan valid terbukti reliabel dengan nilai a = 0,920 (dinyatakan reliabel bila a > 0,6). Kuesioner terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang bersifat mendukung, memihak, dan menunjukkan ciri atribut yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang bersifat tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur. commit to user 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 Tabel 2.1 Sebaran Item Skala Dukungan Keluarga Item Jumlah Favourable 18 Unfavorable 12 Total 30 Skala ini menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Bobot penilaian pernyataan favorable yaitu: Selalu :4 Sering :3 Kadang-Kadang :2 Jarang :1 Tidak Pernah :0 Sedangkan bobot penilaian pernyataan unfavorable yaitu: Selalu :0 Sering :1 Kadang-Kadang :2 Jarang :3 Tidak Pernah :4 Nilai dukungan keluarga diperoleh dari skor subjek pada skala dukungan keluarga. Makin tinggi jumlah skor yang dipero leh subjek, makin tinggi dukungan keluarganya, begitu juga sebaliknya. commit to user 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 B. Kerangka Pemikiran Dukungan Informasi Dukungan Afeksional Dukungan Fasilitas Dukungan Finansial Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia Dukungan Keluarga Tinggi Dukungan Keluarga Rendah Motivasi Pasien Berobat Tinggi Motivasi Pasien Berobat Rendah Pasien Berobat Teratur dan Kepatuhan Minum Obat Tinggi Pasien Berobat Tidak Teratur dan Kepatuhan Minum Obat Rendah Tanda dan Gejala Menurun Tanda dan Gejala Meningkat Tidak Kambuh Kambuh Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. commit to user 23 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan analitik dengan pendekatan case control studies yaitu pendekatan dengan membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk melihat apakah terdapat perbedaan jumlah paparan faktor yang berpengaruh pada kedua kelompok (Petrie dan Sabin, 2005). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. C. Subjek Penelitian 1. Populasi sumber Keluarga pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Kriteria inklusi sebagai berikut: a. Anggota keluarga dari pasien skizofrenia yang mengantar atau menunggu pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. b. Keluarga tinggal satu rumah dengan pasien. c. Usia pasien 20-60 tahun. commit to user 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 d. Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed consent 3. Kriteria eksklusi sebagai berikut: Anggota keluarga atau pasien skizofrenia pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam satu tahun terakhir baik sebagai pelaku atau korban. D. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atas sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Arief, 2009). Penelitian ini melibatkan satu variabel dependen dan satu variabel independen. Jumlah sampel dapat menggunakan rumus patokan umum yakni “rule of thumb” (Murti, 2010). Dari 60 sampel diurutkan sesuai ranking berdasarkan skor dukungan keluarga kemudian diambil 30% peringkat teratas dan 30% peringkat terbawah untuk dilakukan analisis data sedangkan 40% sisanya tidak dianalisis karena merupakan borderline. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan antara dukungan keluarga tinggi dan rendah, sehingga didapatkan jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel. commit to user 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 E. Rancangan Penelitian Populasi : Keluarga Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta Purposive sampling Sampel yang Akan Diteliti Lembar Persetujuan + Pengisian Identitas Kuesioner Penelitian Kambuh Dukungan Keluarga Rendah Tidak Kambuh Dukungan Keluarga Tinggi Dukungan Keluarga Rendah Uji Chi Square dan Uji Spearman Gambar 3.1 Rancangan Penelitian commit to user 26 Dukungan Keluarga Tinggi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 F. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Variabel bebas : dukungan keluarga 2. Variabel terikat : kekambuhan skizofrenia 3. Variabel terkendali : usia tidak terkendali : sensitivitas individu G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh caregiver kepada pasien yang didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. a. Alat ukur : kuesioner dukungan keluarga b. Hasil ukur : 1) dukungan keluarga tinggi: 30% peringkat teratas dari skor dukungan keluarga. 2) dukungan keluarga rendah: 30% peringkat teratas dari skor dukungan keluarga. c. Skala variabel : kategorikal commit to user 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 2. Variabel terikat Kekambuhan pasien skizofrenia yaitu munculnya gejala yang sama dengan saat pasien didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (dapat saat akut, eksaserbasi, atau fase aktif). a. Alat ukur : kuesioner atau rekam medik b. Hasil ukur : 1) kambuh : pasien menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya. 2) tidak kambuh : pasien tidak menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya. c. Skala variabel : kategorikal H. Alat dan Bahan 1. Identitas responden 2. Kuesioner dukungan keluarga 3. Rekam medik untuk mengkonfirmasi diagnosis I. Instrumen Penelitian Instrumen pengukuran penelitian ini adalah kuesioner dukungan keluarga yang sudah dilakukan uji coba (kuesioner terlampir). Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai permintaan untuk mendapatkan data. Keuntungan commit to user 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 menggunakan kuesioner dapat memperoleh data yang banyak dalam waktu singkat, menghemat waktu dan biaya, secara psikologis responden tidak merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih terbuka (Notoatmojo, 2002). Kuesioner dukungan keluarga disusun berdasarkan komponen dukungan keluarga meliputi dukungan informasi, dukungan afeksional, dukungan fasilitas, dan dukungan finansial. Kuesioner telah divalidasi oleh pakar psikiatri dengan hasil sebagai berikut: dari sejumlah 30 item pernyataan kuesioner dinyatakan valid 12 butir, direvisi 14 butir, didrop 1 butir, dan ditambah 4 butir. Kuesioner terdiri dari 18 pernyataan favorable dan 12 pernyataan unfavorable. Kuesioner menggunakan skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Bobot penilaian pernyataan favorable yaitu selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0) dan nilai sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Dikategorikan dalam dukungan keluarga tinggi jika jumlah nilai di atas rata-rata dan dukungan keluarga rendah jika jumlah nilai di bawah rata-rata. Kuesioner dilakukan uji coba oleh Mujiyono (2008). Hasil uji validitas 30 item pernyataan dinyatakan semua item valid dengan nilai signifikansi terendah 0,039. Hasil uji reliabilitas 30 item pernyataan yang telah dinyatakan valid terbukti reliabel dengan nilai alpha cronbach a = 0,920. commit to user 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 J. Cara Kerja Penelitian Cara kerja dalam penelitian ini adalah : 1. Peneliti membagi lembar inform consent dan kuesioner kepada subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 2. Subjek diminta menandatangani lembar persetujuan keikutsertaan (inform consent) dalam penelitian. 3. Subjek diminta mengisi identitas dan menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner. 4. Dilakukan analisis dari data yang diperoleh. K. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Chi Square. Menurut Sarwono (2009), uji Chi Square dapat dilakukan jika frekuensi yang diharapkan untuk masing-masing kategori harus setidak-tidaknya 1 dan tidak diperbolehkan lebih dari 20% dari kategori mempunyai frekuensi yang diharapkan kurang dari 5. Data dimasukkan ke dalam tabel kontingensi kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilai Odds Ratio. Tabel 3.1 Tabel Kontingensi 2x2 Dukungan Keluarga Kambuh Rendah Tinggi Ya a b Tidak c d commit to user 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Odds Ratio (OR) digunakan untuk mengukur asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit. ad Odds Ratio= bc Gambar 3.2 Odds Ratio Data kemudian diurutkan berdasarkan ranking skor dukungan keluarga tertinggi hingga terendah. Selanjutnya analisis data menggunakan Uji Spearman untuk mengetahui korelasi peringkat dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan. Data pada penelitian ini diolah dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution 17.0 for Windows. commit to user 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Data penelitian didapatkan dari 60 responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengisian kuesioner memberikan informasi berupa identitas, dukungan keluarga, dan kekambuhan pasien sebagai data pada penelitian ini. Rekam medik digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa diagnosis pasien tersebut adalah skizofrenia. Jumlah 60 kuesioner yang dibagikan kepada responden telah kembali 100% dan semuanya terisi dengan lengkap. Data isian kuesioner kemudian direkapitulasi dan dilakukan penghitungan. Dari total 60 sampel tersebut diurutkan sesuai ranking berdasarkan skor dukungan keluarga yang kemudian akan diambil 30% peringkat teratas dan 30% peringkat terbawah untuk dilakukan analisis sedangkan 40% sisanya tidak dianalisis karena merupakan borderline. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan antara dukungan keluarga tinggi dan rendah, sehingga didapatkan jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel. commit to user 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 Distribusi karakteristik responden penelitian ini sebagai berikut. Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Usia Frekuensi Persentase Kumulatif 21-30 tahun 7 19,44 % 19,44 % 31-40 tahun 7 19,44 % 38,89 % 41-50 tahun 10 27,78 % 66,67 % 51-60 tahun 5 13,89 % 80,56 % >60 tahun 7 19,44 % 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.1 menunjukkan, usia terbanyak responden ialah umur 41-50 tahun sebanyak 10 orang (27,78 %), dan paling sedikit pada usia 51-60 tahun sebanyak 5 orang (13,89 %), sedangkan responden usia 21-30 tahun, usia 3140 tahun, usia >60 tahun masing-masing sebanyak 7 orang (19,44 %). Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Kumulatif Laki-laki 23 63,89 % 63,89 % Perempuan 13 36,11 % 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 commit to user 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Tabel 4.2 menunjukkan, jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 23 orang (63,89 %), dan sisanya perempuan sebanyak 13 orang (36,11%). Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakh ir Frekuensi Persentase Kumulatif Tidak 2 5,56 % 5,56 % SD 9 25 % 30,56 % SMP 4 11,11 % 41,67 % SMA 10 27,78 % 69,45 % D3/ D4 5 13,89 % 83,34 % S1/S2 6 16,66 % 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.3 menunjukkan, pendidikan terakh ir responden terbanyak adalah SMA sebanyak 10 orang (27,78 %), dan paling sedikit yaitu tidak berpendidikan sebanyak 2 orang (5,56 %), sedangkan responden berpendidikan terakhir SD sebanyak 9 orang (25 %), berpendidikan SMP sebanyak 4 orang (11,11 %), berpendidikan D3/D4 sebanyak 5 orang (13,89 %), dan sisanya berpendidikan S1/S2 sebanyak 6 orang (16,66 %). commit to user 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase Kumulatif Swasta 13 36,11 % 36,11 % Petani 5 13,89 % 50 % Buruh 4 11,11 % 61,11 % Mahasiswa 3 8,33 % 69,44 % Guru 2 5,55 % 74,99 % Rumah Tangga 2 5,55 % 80,54 % Pensiun 1 2,78 % 83,32 % PNS 1 2,78 % 86,1 % Dosen 1 2,78 % 88,88 % Tata Usaha 1 2,78 % 91,66 % Sopir 1 2,78 % 94,44 % Pedagang 1 2,78 % 97,22 % Tidak Bekerja 1 2,78 % 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.4 menunjukkan, pekerjaan responden adalah bekerja swasta sebanyak 13 orang (36,11 %), petani sebanyak 5 orang (13,89 %), buruh sebanyak 4 orang (11,11 %), guru sebanyak 2 orang (5,55 %), rumah tangga sebanyak 2 orang (5,55%), dan sisanya bekerja sebagai PNS, pensiun, dosen, tata usaha, sopir, pedagang, dan tidak bekerja, yang masing-masing sebanyak 1 orang (2,78 %). commit to user 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan dengan Pasien Hubungan Frekuensi Persentase Kumulatif Orang Tua 18 50 % 50 % Pasangan 2 5,56 % 55,56 % Anak 1 2,78 % 58,34 % Saudara 12 33,33 % 91,67 % Lain-lain 3 8,33 % 100 % Jumlah 36 100 % Kandung Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.5 menunjukkan, hubungan responden terbanyak dengan pasien skizofrenia adalah orang tua pasien sebanyak 18 orang (50 %), dan paling sedikit adalah anak sebanyak 1 orang (2,78 %), sedangkan responden lain adalah saudara kandung pasien sebanyak 12 orang (33,33 %), pasangan pasien sebanyak 2 orang (5,56 %), dan sisanya lain-lain sebanyak 3 orang (8,33 %). commit to user 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Pasien Skizofrenia Berdasarkan Umur Umur Pasien Frekuensi Persentase Kumulatif 21-30 tahun 21 58,33 % 58,33 % 31-40 tahun 11 30,55 % 88,88 % 41-50 tahun 2 5,56 % 94,44 % 51-60 tahun 2 5,56% 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.6 menunjukkan, usia terbanyak pasien skizofrenia terbanyak adalah umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (58,33 %), sedangkan pada usia 31-40 tahun sebanyak 11 orang (30,55 %), usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang (5,56 %), dan sisanya usia 51-60 tahun sebanyak 2 orang (5,56 %). Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Pasien Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Kumulatif Laki-laki 22 61,11 % 61,11 % Perempuan 14 38,89 % 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.7 menunjukkan, jenis kelamin terbanyak pasien skizofrenia terbanyak adalah laki-laki sebanyak 22 orang (61,11 %), dan sisanya perempuan sebanyak 14 orang (38,89 %). commit to user 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 Tabel 4.8 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Karakteristik Dukungan Keluarga Responden Rendah Tinggi 21-30 tahun 1 6 31-40 tahun 6 1 41-50 tahun 6 4 51-60 tahun 3 2 >60 tahun 2 5 13 10 Perempuan 5 8 Tidak 2 0 SD 5 4 SMP 3 1 SMA 3 7 D3/ D4 3 2 S1/S2 2 4 Swasta 8 5 Petani 5 0 Buruh 1 3 Mahasiswa 0 3 Guru 0 2 Rumah Tangga 1 1 Pensiun 1 0 PNS 0 1 Dosen 0 1 Tata Usaha 1 0 Sopir 1 0 Pedagang 0 1 Tidak Bekerja 0 1 Orang Tua 10 8 Pasangan 2 0 Anak 0 1 Saudara Kandung 3 9 Lain-lain 3 0 Usia Responden Jenis Kelamin Laki-laki Pendidikan Terakhir Pekerjaan Hubungan dengan Pasien Sumber: Data Primer, 2012 commit to user 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 Tabel 4.8 menunjukkan, distribusi karakteristik responden berdasarkan dukungan keluarga. Tabel ini untuk membantu melengkapi analisis yang digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dukungan keluarga berdasarkan distribusi karakteristik responden. Tabel 4.9 Distribusi Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase Kumulatif Tinggi 18 50 % 50 % Rendah 18 50 % 100 % Jumlah 36 100 % Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.9 menunjukkan, dukungan keluarga tinggi dan rendah sama besar yakni masing-masing sebanyak 18 orang (50 %). Deskriptif data skor dukungan keluarga pada responden memiliki nilai terendah 49, nilai tertinggi 110, nilai rata-rata 80,47, dan standar deviasi 19,581 (data terlampir). Tabel 4.10 Distribusi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Kekambuhan Frekuensi Persentase Kumulatif 14 38,89 % 38,89 % Kambuh 22 61,11 % 100 % Jumlah 36 100 % Tidak Kambuh Sumber: Data Primer, 2012 commit to user 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 Tabel 4.10 menunjukkan, sebanyak 22 pasien (61,11 %) mengalami kambuh, dan sisanya 14 pasien (38,89 %) tidak mengalami kambuh. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Frekuensi Kekambuhan Frekuensi Persentase Kumulatif 14 38,89 % 38,89 % 1 8 22,22 % 61,11 % 2 4 11,11 % 72,22 % 3 5 13,89 % 86,11 % 4 4 11,11 % 97,22 % 5 0 0% 97,22 % 6 1 2,78 % 100% Jumlah 36 100% 0 Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.11 menunjukkan, sebanyak 14 pasien tidak mengalami kambuh, sedangkan sisanya kambuh dengan frekuensi kekambuhan berbedabeda. Dalam satu tahun, 8 pasien (22,22 %) mengalami kambuh sebanyak 1 kali, 4 pasien (11,11 %) mengalami kambuh sebanyak 2 kali, 5 pasien (13,89 %) mengalami kambuh sebanyak 3 kali, 4 pasien (11,11 %) mengalami kambuh sebanyak 4 kali, dan sisanya sebanyak 1 pasien (2,78 %) mengalami kambuh sebanyak 6 kali. commit to user 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 Tabel 4.12 Distribusi Kekambuhan Berdasarkan Dukungan Keluarga Kambuh Tidak Kambuh Jumlah 14 4 18 Dukungan Keluarga Tinggi 8 10 18 Jumlah 22 14 36 Dukungan Keluarga Rendah Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.12 menunjukkan, sebanyak 18 pasien yang memiliki dukungan keluarga rendah : 14 pasien di antaranya mengalami kambuh dan 4 orang tidak mengalami kambuh, sedangkan 18 pasien yang memiliki dukungan keluarga tinggi : 8 pasien yang mengalami kambuh dan 10 orang tidak mengalami kambuh. B. Analisis Data Hipotesis kerja (Ha) yang diajukan ialah terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Analisis yang digunakan untuk dua variabel dengan skala kategorikal (nominal) untuk menguji hipotesis tersebut ialah Uji Chi Square. Berdasarkan output data Uji Chi Square menggunakan SPSS 17.0 for Windows, diperoleh hasil nilai Pearson Chi-Square sebesar 4,208 dengan p = 0,040 pada taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Harga commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 signifikansi p < 0,05, maka hipotesis nol (Ho) dito lak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir). Untuk melengkapi hasil perhitungan uji tersebut diperlukan analisis pada tabel 4.8 untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah dukungan keluarga berdasarkan karakteristik responden menggunakan uji Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk distribusi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien, sedangkan Uji Chi Square untuk distribusi jenis kelamin (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir). Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada kelompok masing-masing distribusi karakteristik menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan Uji Chi Square tersebut, karena didapatkan hasil bahwa nilai p masing-masing > 0,05, sehingga disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan dukungan keluarga pada tiap kelompok, dijelaskan sebagai berikut. 1. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok umur. 2. p = 0,298 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. commit to user 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 3. p = 0,491 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga pada masing-masing kelompok tingkat pendidikan. 4. p = 0,057 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga antara masing-masing pekerjaan. 5. p = 0,766 (p > 0,05) menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan dukungan keluarga berdasarkan hubungan keluarga. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa distribusi karakteristik responden pada penelitian ini terdistribusi normal/setara artinya tidak terdapat perbedaan antara kelompok karakteristik responden dengan dukungan keluarga sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga pada penelitian ini secara statistik tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan hubungan responden dengan pasien. Analisis data selanjutnya menggunakan tabel 2x2 seperti pada tabel 4.13 dan diperoleh nilai Odds Ratio sebesar 4,375 (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir). Nilai Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit; dihitung dengan membandingkan yang terpajan/sakit (a) dan yang tidak terpajan/tidak sakit (d) dengan yang tidak terpajan/sakit (c) dan yang terpajan/tidak sakit (b) (Timmreck TC, 2004). Odds Ratio penelitian ini sebesar 4,375 yang artinya pasien dengan dukungan commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 keluarga rendah memiliki risiko 4,375 kali lebih besar untuk kambuh dibandingkan dengan pasien dengan dukungan keluarga tinggi. Analisis data selanjutnya menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berskala kategorikan (ordinal) (non-parametrik). Skor dukungan keluarga diranking berdasarkan skor tertinggi hingga terendah, begitu pula kekambuhan diranking berdasarkan frekuensi tertinggi hingga terendah (data primer terlampir). Uji Spearman pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui adakah hubungan peringkat skor dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia (hasil penghitungan SPSS 17.0 for Windows terlampir). Berdasarkan hasil analisis didapatkan angka probabilitas ialah sebesar 0,002 (p < 0,01) sehingga hubungan kedua variabel ini signifikan dan Ho ditolak. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan kekambuhan. Hasil Uji Spearman menunjukkan angka sebesar -0,506. Angka ini menunjukkan korelasi yang kuat (angka korelasi >0,5 – 0,75) dan tidak searah. Ini berarti, jika variabel dukungan keluarga rendah, maka variabel kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah. commit to user 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 BAB V PEMBAHASAN Hasil analisis data yang diperoleh pada penelitian ini diketahui bahwa hasil penelitian sesuai dengan hipotesis kerja penulis yakni terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (p = 0,040). Berdasarkan kaidah statistika, nilai p hasil Uji Chi Square tersebut dinyatakan signifikan (bermakna) sebab nilai p < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Tingkat kepercayaan 95% berarti jika 95 dari 100 sampel akan mempunyai nilai populasi yang sebenarnya dalam jangkauan ketepatan sebagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya (Sarwono, 2009). Hal ini sesuai dengan teori bahwa keluarga memiliki peran yang terkait dengan aspek kehidupan masing-masing anggota keluarga di dalamnya. Dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien dapat membantunya untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi (Friedman, 2010). Hasil ini didukung pula oleh hasil penelitian yang d ilakukan oleh Ambari P (2010) bahwa terdapat hubungan sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit dengan nilai p = 0,00. Hasil uji pada penelitian ini dilengkapi pula dengan analisis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dukungan keluarga pada kelompok masing-masing distribusi karakteristik responden yang menunjukkan bahwa commit to user 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 masing-masing nilai p > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa pada penelitian in i, dukungan keluarga secara statistik tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, perkerjaan, dan hubungan dengan pasien, sehingga tidak terdapat karakteristik responden yang dapat menjadi perancu dalam pemberian dukungan keluarga. Pada umumnya, jika seseorang mempunyai sistem dukungan mental yang kuat, maka kerentanan untuk mengalami gangguan jiwa lebih kecil, dan kemungkinan untuk pemulihan lebih tinggi (Kaplan, 2010). Sistem dukungan mental dibentuk oleh keluarga di mana keluarga mempunyai tanggung jawab dapat perawatan pasien dan membantu proses pemulihan kesehatan pasien. Dalam hal in i, dukungan keluarga dapat membantu pasien untuk mencegah/ meminimalkan terjadinya kambuh dengan mengingatkan keteraturan minum obat, kontrol ke dokter, menerima keadaan pasien, dan membimbingnya (Sullinger dalam Yosep, 2007). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilaku kan Nurdiana (2007) mengenai hubungan peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia di Rumah Sakit Dr. Moch. Ansyari Saleh Banjarmasin. Hasil Chi Square Test menunjukkan signifikan dengan p = 0,006. Diketahui berdasarkan teori bahwa pasien dengan dukungan keluarga rendah memiliki risiko untuk kambuh lebih besar daripada pasien dengan dukungan keluarga tinggi. Dalam penelitian ini dibuktikan dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4,375 yang memiliki arti pasien dengan dukungan keluarga commit to user 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 rendah memiliki risiko 4,375 kali lebih besar untuk kambuh dibandingkan dengan pasien dengan dukungan keluarga tinggi (OR = 4,375). Dukungan keluarga rendah memberikan dampak yang kurang baik dalam perkembangan pasien (Pharoah et al., 2010). Jika keluarga yang diharapkan dapat menjadi tumpuan harapan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka besar kemungkinan justru akan menjadikan masalah/beban bagi pasien, sehingga risiko mengalami kekambuhan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika keluarga dapat memberikan dukungan meliputi dukungan emosional/afeksional sehingga pasien tidak merasa sendiri dalam menghadapi permasalahannya, dukungan fasilitas dan finansial dalam kelancaran dan rutinnya pasien menjalani pengobatan, serta dukungan informasi di mana keluarga berfungsi sebagai penghimpun dan pemberi informasi bagi pasien (mengenai penyakitnya, solusi permasalahannya, cara berkomunikasi, mengurangi ketegangan, dan meningkatkan strategi koping pasien), maka kekambuhan dapat dicegah/diminimalkan. Keluarga sangat diperlukan dalam pemulihan pasien skizofrenia karena keluarga merupakan perawat utama (main caretakers) pasien (Varghese et. al., 2002). Keluarga yang mengawasi pasien untuk minum obat dan kontrol, memberikan ekspresi emosi, dukungan sosial dan finansial bagi pasien. Keluarga dapat meningkatkan adaptasi individu namun dapat pula menambah masalah bagi kesehatan individu apabila fungsi keluarga tidak berjalan dengan semestinya (Prasetyawati, 2010). Dengan adanya dukungan keluarga, diharapkan kekambuhan pasien skizofrenia dapat diminimalkan untuk meningkatkan kesehatannya. commit to user 47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 Hal tersebut didukung oleh hasil korelasi peringkat dukungan keluarga dengan peringkat frekuensi kekambuhan sebesar -0,506 dengan p = 0,002 yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman pada penelitian ini. Data skor dukungan keluarga dan frekuensi kekambuhan sebelumnya diurutkan berdasarkan peringkat, sehingga peringkat itu lah yang dikorelasikan dan dilihat bagaimana korelasi peringkat kedua variabel tersebut. Nilai p pada korelasi ini dianggap signifikan bila < 0,01 (tingkat kepercayaan 99%), sehingga korelasi peringkat kedua variabel tersebut signifikan. Interpretasi nilai uji tersebut menurut kaidah ialah jika 0 = tidak ada korelasi antara dua variabel; >0 – 0,25 = korelasi sangat lemah; >0,25 – 0,5 = korelasi cukup; >0,5 – 0,75 = korelasi kuat; >0,75 – 0,99 = korelasi sangat kuat; dan 1 = korelasi sempurna (Sarwono, 2009). Korelasi peringkat pada penelitian ini tergolong memiliki korelasi kuat. Tanda negatif di depan nilai menunjukkan arah korelasi negatif, artinya jika dukungan keluarga tinggi, maka frekuensi kekambuhan rendah, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga rendah, maka frekuensi kekambuhan tinggi. Secara keseluruhan, berdasarkan teori dan uraian yang telah dikemukan, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia. Dukungan keluarga rendah meningkatkan risiko pasien untuk kambuh, dan jika dukungan keluarga rendah, maka kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu jumlah sampel yang terbatas dan hanya dilakukan pada satu lokasi saja yakni Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sehingga jumlah sampel belum mencakup commit to user 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 seluruh populasi pasien skizofrenia d i rumah sakit tersebut. Keterbatasan lain pada penelitian ini juga terdapat dalam pengambilan data yang dikarenakan karena terbatasnya waktu sehingga penulis hanya dapat menggali data melalui 1 sumber saja yakni anggota keluarga yang mengantar pasien untuk kontrol. Mengingat bahwa interaksi pasien melibatkan seluruh anggota keluarga sehingga akan lebih baik apabila data didapatkan dari seluruh anggota keluarga pasien sehingga data dukungan keluarga dapat didapatkan secara lengkap dari seluruh anggota. Dari segi teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling di mana pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Kelemahan dari teknik in i ialah sampel yang didapatkan kurang acak. Semakin acak pemilihan sampel, maka akan semakin baik karena mengurangi unsur subjektivitas dalam memilih sampel. Keterbatasan penelitian ini juga disebabkan karena tidak dapat dikendalikan variabel-variabel lain yang memungkinkan kekambuhan pada pasien skizofrenia, seperti sensitivitas individu maupun strategi pertahanan individu. commit to user 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis melalui Uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,040 pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai p tersebut < 0,05 sehingga keputusannya ialah hipotesis kerja diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Nilai Odds Ratio pada penelitian ini didapatkan sebesar 4,375. Ini berarti dukungan keluarga rendah akan meningkatkan risiko kambuh pada pasien skizofrenia sebesar 4,375 kali jika dibandingkan dengan pasien yang memiliki dukungan keluarga tinggi. Nilai Spearman’s rho didapatkan sebesar -0,506 pada p = 0,002. Nilai p tersebut < 0,01 sehingga keputusannya hubungan kedua variabel in i signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %. Hasil Uji Spearman menunjukkan angka sebesar -0,506. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat (angka korelasi >0,5 – 0,75) namun tidak searah. Ini berarti terdapat korelasi negatif antara dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan, jika variabel dukungan keluarga rendah, maka variabel kekambuhan tinggi, dan sebaliknya, jika dukungan keluarga tinggi, maka kekambuhan rendah. commit to user 50 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 B. Saran 1. Saran teoritis a. Sebaiknya informasi ilmiah tentang perlunya dukungan keluarga ditambahkan agar jumlah lebih banyak sehingga memperkuat keyakinan keluarga mengenai pentingnya dukungan keluarga. b. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan kendali pada variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi kekambuhan seperti kepatuhan minum obat, keteraturan kontrol, pengetahuan keluarga, penerimaan keluarga terhadap pasien, dan lain-lain sehingga dapat memperkuat simpulan dan memperkecil bias. c. Penelitian selanjutnya diharapkan melibatkan sampel yang lebih banyak dan melibatkan seluruh anggota keluarga sehingga hasil penelitian akan lebih mendekati jumlah populasi. Hal ini dilakukan untuk memperkecil tingkat kesalahan. 2. Saran praktis a. Bagi keluarga pasien 1) Diharapkan keluarga pasien meningkatkan pengetahuan dengan aktif mengikuti penyuluhan tentang penyuluhan gangguan kesehatan jiwa atau mencari informasi melalui buku atau bertanya/konsultasi kepada dokter mengenai pentingnya peran dan dukungan keluarga sehingga dapat commit to user 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 menerapkan sikap yang mendukung dalam peningkatan status kesehatan pasien skizofrenia. 2) Keluarga sebaiknya menyebarluaskan informasi yang didapatkan setelah kontrol atau konsultasi kepada dokter/ tenaga medis kepada anggota keluarga yang lain dalam rangka pemulihan pasien. Informasi ini terutama mengenai hal apa yang seharusnya (seperti menerima pasien, membimbingnya, memberi kesempatan berinteraksi, dan lainlain) dan tidak seharusnya dilakukan oleh keluarga kepada pasien (seperti berperilaku mengkritik berlebihan atau perasaan bermusuhan). 3) Keluarga diharapkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dukungan keluarga yang telah d iberikan untuk mencegah/mengurangi kekambuhan pada pasien, dengan cara merawat pasien dengan penuh kasih sayang dan membimbing ke arah yang benar. b. Bagi tenaga medis 1) Diharapkan seluruh dokter yang menangani pasien skizofrenia berperan lebih aktif untuk memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai pentingnya dukungan keluarga. 2) Bagi perawat sebaiknya memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif dan holistik kepada pasien dan commit to user 52 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 keluarganya sehingga keluarga dapat mencontoh perawatan yang diberikan untuk pasien ketika di rumah. 3) Bagi psikolog diharapkan untuk lebih membina komunikasi dan konseling kepada pasien dengan mengikutsertakan keluarga untuk membantu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pasien dan keluarganya. 4) Perlu disediakan media sosialisasi mengenai kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa seperti d iberikan majalah kesehatan jiwa di ruang tunggu. c. Bagi lembaga sosial dan pemerintah 1) Meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai perlunya dukungan keluarga dalam pemulihan pasien jiwa, seperti diselenggarakan seminar atau penyebaran pamflet. 2) Melakukan sosialisasi untuk membantu mengubah stigma dalam masyarakat mengenai pasien dengan gangguan jiwa sehingga keluarga dan masyarakat dapat saling mendukung untuk peningkatan kesehatan pasien skizofrenia dan tidak lantas menelantarkannya. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan iklan di media massa atau di jalan raya. commit to user 53 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 3) Perlu disediakan pos khusus untuk melayani keingintahuan masyarakat mengenai kesehatan jiwa pada umumnya, terutama mengenai dukungan keluarga dalam mencegah/ meminimalkan kekambuhan pasien skizofrenia. commit to user 54 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 DAFTAR PUSTAKA Ambari P (2010). Hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. Universitas Diponegoro. Abstrak. Andri (2008). The treatment gap for schizophrenia. Proseding kongres nasional skizofrenia V. Lombok: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Arief, M (2009). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press. Blanchard JJ, Cohen AS (2006). The structure of negative symptoms within schizophrenia: Implications for assessment. Oxford Journals, 32 (2): 238-245. Buckley PF, Wirshing DA, Bhusahan P, Pierre JM, Resnick SA, Wirshing WC (2007). Lack of insight in schizophrenia: Impact on treatment adherence. Adis International, 21 (2): 129-141. Davidson L, Schmutte T, Dinzeo T, Hyman RA (2007). Remission and recovery in schizophrenia: Practitioner and patient perspective. Oxford Journals, 34 (1): 5-8. Durand VM, Barlow DH (2007). Intisari psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fannon D, Hayward P, Thompson N, Green N, Surguladze S, Wykes T (2009). The self or the voice? relative contributions of self-esteem and voice appraisal in persistent auditory hallucinations. Schizophrenia Research, 112 (1-3): 174180. Fletcher PC, Frith CD (2009). Perceiving is believing: a Bayesian approach to explain ing the positive symptoms of schizophrenia. Nature Reviews Neuroscience, 10: 48-58. Francis S, Satiadarma MP (2004). Pengaruh dukungan keluarga terhadap kesembuhan in yang mengidap penyakit kanker payudara. Jurnal I lmiah Psikologi "ARKHE", 9 (1). Friedman M (2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori, dan praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC. Harvey PD, Bellack AS (2009). Toward a terminology for functional recovery in schizophrenia: Is functional remission a viable concept? Oxford Journal, 35 (2): 300-306. commit to user 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 Hawari, Dadang (2003). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. IICB (2012). Profil Provinsi Jawa Tengah. Indonesia Investment Collaboration Board. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/demografipendudukjkel.php ?ia=33&is=37 – Diakses November 2012. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA (2010). Sinopsis psikiatri jilid satu. Tangerang: Binarupa Aksara, pp: 699-743. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Panduan hari kesehatan jiwa sedunia tahun 2011: The great push investing the mental health. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Jiwa. Maramis WF (2010). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, pp: 215-234. Maslim R (2003). Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, pp: 46-51. Mawson A, Cohen K, Berry K (2010). Reviewing evidence for the cognitive model of auditory hallucinations: The relationship between cognitive voice appraisals and distress during psychosis. Clinical Psychology Review, 30 (2): 248-258. Mujiyono (2008). Pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien psikosis di RSJ Daerah Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Tesis. Murti B (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Edisi ke 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nantingkaseh L (2007). Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Proseding simposium sehari kesehatan jiwa dalam rangka menyambut hari kesehatan jiwa sedunia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia Cabang Jakarta. National Institute of Mental Health (2012). Schizophrenia. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/schizophrenia.html -Diakses Februari 2012 NCBI (2012). Schizophrenia. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/mesh/68012559 Diakses 1 Maret 2012. Newnan DM, Grauerholz L (2002). Sociology of families. Edisi ke 2. California: Pine Forge Press. Notoatmojo S (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Cetakan II. Jakarta: Rineka Cipta. commit to user 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 Nuhriawangsa IH (2006). Symptomatologi psikiatri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Nurdiana, Syafwani, Umbransyah (2007). Korelasi peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 3(1). Petrie A, Sabin C (2005). Medical statistics at a glance. Edisi ke 2. Oxford: Blackwell Publishing Ltd, p: 40. Pharoah F, Mari J, Rathbone J, Wong W (2006). Family intervention for schizophrenia. Cochrane Database of Systematic Reviews, 4 (CD000088): 2. Pharoah F, Mari J, Rathbone J, Wong J (2010). Family intervention for schizophrenia (review). The Cochrane Collaboration. Prasetyawati (2010). Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Samuel PS, Rillotta F, Brown I (2012). Review: The development of family quality of life concepts and measures. Journal of Intellectual Disability Research, 56: 1–16. Sarwono (2009). Statistik itu mudah: Panduan lengkap untuk belajar komputasi statistic menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Setiadi (2008). Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC. Setyowati & Murwani (2008). Asuhan keperawatan keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Shochib M (1998). Pola asuh orang tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Stolte, KM (2004). Wellness nursing diagnosis: Diagnosa keperawatan sejahtera edisi 1. Jakarta: EGC. Timmreck TC (2004). Epidemiologi suatu pengantar. Jakarta: EGC. Varghese M, Shah A, Kumar G (2002). Family intervention and support in schizophrenia: A manual on family intervention for the mental health professional. Family Psychiatrics Center. Waters F, Woodward T, Allen P, Aleman A, Sommer I (2010). Self-recognition deficits in schizophrenia patients with auditory hallucinations: A metaanalysis of the literature. Oxford Journals, 10: 144. Widodo A (2003). Buku ajar keperawatan jiwa I. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yosep, I (2007). Keperawatan jiwa. Cetakan 1. Jakarta: PT. Refika Aditama. commit to user 57