BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan Tentang Pendidikan Seks
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun melalui pengalaman. Notoatmodjo (2003). Di dalam bidang
keperawatan Pengetahuan berperan penting untuk memaksimalkan kerja perawat
dalam merawat pasien dan memberikan asuhan keperawatan berdasarkan
standart operasional prosedur atau SOP.
2. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) Tingkat pengetahuan mencakup di dalam domain kognitif
yang mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh
beban yang dipelajari.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4
5
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
e. Sintesis(Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi- formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi objek.Penilaian-penilaian itu, didasarkan atas suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang tersedia.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003), faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor– faktor sebagai berikut :
a. Faktor internal
1) Jasmani
Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indera seseorang.
2) Rohani
Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor
serta kondisi efektif dan kognitif individu.
b. Faktor eksternal
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi
respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
6
berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
2) Paparan Media Massa
Melalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar
media massa (TV, radio, majalah, pamphlet, dll) akan memperoleh
informasi media ini, berarti paparan media massa mempunyai tingkat
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
3) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi dibanding
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
4) Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bias diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misal sering
mengikuti kegiatan yang mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat
memperluas jangkuan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan
tersebut informasi tentang satu hal dapat diperoleh.
B. Pendidikan Seks
1. Pengertian pendidikan seks
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi,
sehingga ruang lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas dan lebih
difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.Seks berarti
jenis kelamin, yaitu suatu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan
perempuan, sedangkan seksual berarti yang ada hubungannya dengan seks atau
yang muncul dari seks (BKKBN, 2006).
7
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada
dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk
menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi
pendidikan seksual ini idealnya diberikan pertama kali oleh orang tuanya sendiri.
Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak
di dalam membicarakan permasalahan seksual (Dianawarti, 2006).
2. Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif
yang tidak diharapkan seperti pelecehan seksual, kehamilan yang tidak
direncanakan, aborsi, Penyakit Menular Seks (PMS) (Sarwono, 2010).Tiap 15
juta remaja berumur 15 sampai 19 tahun melahirkan, ini adalah 1/5 dari jumlah
kelahiran di dunia. Pertahun 1 juta sampai 4,4 juta remaja di negara berkembang
menjalani pengguguran, komplikasi dari kehamilan, kelahiran bayi, dan
pengguguran yang tidak aman penyebab utama kematian pada perempuan umur
15-19 Tahun.
Tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara lain
(Dianawarti, 2006):
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental
dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual
pada remaja.
b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan
dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).
c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua
manifestasi yang bervariasi.
d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
8
e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan
dengan perilaku seksual.
f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
mengganggu kesehatan fisik dan mental.
g. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional
dan eksplorasi seks yang berlebihan.
h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran,
misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
3. Manfaat Pendidikan Seks
Pada umumya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang
pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam hubungan
kelamin. Perlu diluruskan kembali pengertian pendidikan seks, pendidikan seks
berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan
negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja
bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada setiap orang,
selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual
berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.
Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi remaja dapat
dilihat dari penelitian WHO (1986) di enam belas negara Eropa yang hasilnya
adalah:
a.
Lima negara mewajibkannya di setiap sekolah.
b.
Enam negara menerima dan mensahkannya dengan undang-undang tetapi
tidak mengharuskannya disetiap sekolah.
c.
Dua negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak
mengukuhkannya dengan undang-undang.
d.
Tiga negara tidak melarang, tetapi juga tidak mengembangkannya.
9
Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain diajukan oleh Zelnik
dan Kim yang menyatakan bahwa remaja yang telah mendapatkan pendidikan
seks tidak cendrung melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum
pernahmendapatkan pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami
kehamilan yang tidak dikehendaki (Sarwono, 2010).
4. Materi Pendidikan Seks
Materi pendidikan seks sangat bervariasi dibicarakan dikalangan remaja
(BKKBN, 2008) adalah: Tumbuh kembang remaja. Tumbuh ialah tahap
perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh.Tumbuh kembang
remaja ialah tahap perubahan fisik dan psikologi remaja.Prinsip tumbuh
kembang remaja.
a. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan
yang saling mempengaruhi secara timbal balik.
b. Tumbuh kembang mengikuti pola atau aturan tertentu dan berkesinambungan.
c. Setiap anak memiliki ciri dan sifat yang khas, sehingga tidak ada dua anak
yang persis sama, walaupun mereka kembar.
d. Tumbuh kembang pada masa remaja paling mencolok dan mudah diamati.
e. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan remaja laki-laki dan perempuan
berbeda.
5. Perubahan Fisik pada Masa Remaja
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari
anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Pada masa ini terjadi suatu perubahan
fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan
organ-organ reproduksi (organ seksual)untuk mencapai kematangan yang
ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.Perubahan
yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai
berikut.
10
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung
dengan organ seks. Dalam Modul Kesehatan Reproduksi Remaja (Depkes,
2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai
berikut.
a. Remaja laki-laki.
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah
mengalami mimpi basah.Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja lakilaki usia antara 10-15 tahun.Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu
cara tubuh laki-laki ejakulasi.Ejakulasi terjadi karena sperma yang terusmenerus diproduksi perlu dikeluarkan.Ini adalah pengalaman yang normal
bagi semua remaja laki-laki.
b. Remaja wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah
ditandai dengan datangnya menstruasi (manarche).Menstruasi adalah
proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina.Hal ini
berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika seorang
berumur sekitar 40-50 tahun.
2. Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Remaja laki-laki.
1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang;tangan dan kaki bertambah
besar.
2) Bahu
melebar,pundak
serta
dada
bertambah
besar
dan
membidang,pinggul menyempit.
3) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin,ketiak,dada,tangan dan kaki.
11
4) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil
lagi.
5) Tumbuh jakun,suara menjadi besar.
6) Penis dan buah zakar membesar.
b. Remaja wanita
1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang;tangan dan kaki bertambah
besar.
2) Pinggul lebar,bulat dan membesar.
3) Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina.
4) Tulang-tuang wajah mulai memanjang dan membesar.
5) Pertumbuhan payudara,puting susu membesar dan menonjol,serta
kelenjar susu berkembang,payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
6) Kulit menjadi lebih kasar,lebih tebal,agak pucat,lubang pori-pori
bertambah besar,kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
7) Otot semakin besar dan semakin kuat,terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa puber,sehingga memberikan bentuk pada
bahu,lengan dan tungkai.
8) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
6. Metode Pendidikan Seks
Usaha untuk mempersiapkan remaja di masa depan agar mampumembentuk
keluarga yang bahagia dan bertanggung jawab tidak cukup dilakukandengan
mengemukakan contoh-contoh ataupun perbuatan seks saja. Hal inimemang
merupakan salah satu dari aspek seks, namun secara keseluruhanpendidikan seks
dapat di pahami dengan menghubungkan masalah penyesuaiandiri dalam
kehidupan sosial kultural tempat ia berada (Dianawarti, 2006).
12
Dianawarti (2006)mengemukakan beberapa metode dalammenyampaikan
pendidikan seks yaitu:(1) Metode Ceramah, (2) Metode tanya jawab,(3) Diskusi
kelompok, (4) Pemutaran Film, (5) Magnetic panel,(6)Metode gambar.
Penyampain informasi keliling (infoling) serta melalui pendidikan teman
sebayadan remaja yang terlibat pada program ini disebut pendidik teman
sebaya.Penjelasan tentang masing - masing metode adalah sebagai berikut:
a. Ceramah dan diskusi seksualitas remaja (CDSR)
Pada metode ini seorang penceramah yang telah terlebih dahulu
mendapatkanpelatihan akan menyampaikan materi yang berisikan informasi
seputarseksualitas remaja, diantaranya masalah kesehatan reproduksi, organorganreproduksi serta fakta-fakta aktual yang telah teijadi menyangkut
perilakuseksual remaja, setelah itu penceramah menjadi nara sumber dan
diadakantanya jawab dengan peserta. Metode ini memang sangat terbatas
karena terjadisecara insidentil dengan tenggang waktu kurang lebih 2 jam.
Namun sebagaipermulaan metode ini cukup efektif karena dapat menjangkau
semuakalangan usia.
b. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terarah)
Metode ini juga merupakan salah satu cara penyampaian informasi
seksualitasremaja yang mengajak beberapa orang remaja (7-10 orang)
kemudianmembentuk sebuah kelompok diskusi. Dengan difasilitasi oleh
seorangfasilitator yang telah dibekali pengetahuan seputar seksualitas,
kemudiankepada
peserta
disampaikan
suatu
kasus
yang
kemudian
didiskusikan antarsesama peserta. Metode ini memang cukup interaktif
karena dengan jumlahyang sedikit perhatian peserta menjadi lebih terfokus.
Namun metode inihanya bisa menjangkau sekelompok orang dan kurang
disenangi bagi merekayang sangat pasif dalam berdiskusi atau mengeluarkan
pendapat.
13
c. Informasi Keliling (Infoling)
Metode ini disampaikan dengan cara membagikan pamflet ataupun liflet
yangberisikan masalah seksualitas remaja. Metode ini dilakukan ditempattempatkeramaian ataupun tempat-tempat yang banyak dikunjungi remaja.
Kelemahandari metode ini adalah terkadang remaja kurang berkeinginan
untuk rnembacaapalagi ketika berada di tempat keramaian. Tidak jarang liflet
ataupun pamflettersebut hanya dibuang di tempat sarnpah. Kelebihan dari
metode ini adalahdalam vvaktu yang cukup singkat dapat membagikan
informasi kepada banyakorang.
d. Metode Pendidikan Teman Sebaya
Pada program ini remaja menjadi pelaku aktif sebagai sumber informasi
danmendukung
teman-teman
sebayanya
dalam
mengatasi
setiap
permasalahanseksuakitas yang mereka hadapi. Diharapkan melalui program
ini dimanaseorang pendidik teman sebaya akan memberikan informasiya
kepada 5 – 8orang temannya dalam sebulan maka di harapkan dalam satu
semester berartiada sekitar 30 48 orang yang mendapatkan informasi tentang
pendidikanseks. Hal ini akan terus berlanjut dengan menghasilkan terus
remaja-remajapendidik teman sebaya melalui pelatihan yang nantinya mereka
akan terusmemberikan informasinya kepada teman sebaya secara berantai.
Kelebihandari metode ini adalah informasi yang tersampaikan akan terus
menerustersampaikan
kepada
teman-temannya
yang
lain,
sementara
kekurangannyaadalah masih minimnya kader-kader pendidik teman sebaya
pada tiap sekolah.
C. Perilaku seks Remaja
1. Pengertian Perilaku Seks Remaja
Perilaku adalah sebagai segala sesuatu yangdapat dilakukan individu dan yang
dapat diobservasi baik secara langsungmaupun tidak langsung. Ditambahkan
pula bahwa perilaku itu dapat diukurdengan melihat apa yang dikerjakan
14
sehingga dapat dibuat satu kesimpulanmengenai perasaan-perasaan, sikap-sikap
dan proses mental yang lain (Kumulasari dan Andhyanto, 2012).
Perilaku seksual adalah segalamacam bentuk kegiatan yang dapat menyalurkan
dorongan seksual seseorang.Dalam hubungan antar jenis, bentuk-bentuk
kegiatan yang dapat menyalurkandorongan seksual biasanya melibatkan dua
orang yang berbeda jenis kelaminnya.
2. Tahap – Tahap Perilaku Seks
Hurlock
(1973)
mengemukakan
bahwa
pada
masa
remaja
perhatian
lebihtercurah pada lawan jenisnya sehingga perhatian kepada kelompok
yangsejenisnya menjadi berkurang. Hal ini kemudian dimanifestasikan
kedalamperilaku pacaran, menurut Hurlock pola - pola berpacaran remaja dibagi
menjadiempat periode, yaitu :
a. Periode
pertama,
seorang
beberapaindividu
berbeda.
individu
Berkencan
melakukan
diartikan
kencan
seperti
dengan
percakapan
ditelepon,pertemuan di perpustakaan, di jalan dan sebagainya.
b. Periode kedua, remaja mulai menyeleksi satu orang yang akan dipilih
menjadipasangan tetap.
c. Periode
ketiga,
sudah
terjadi
hubungan
yang
lebih
serius
dan
merencanakanpertunangan.
d. Periode
Keempat,
pasangan
sudah
siap
melangkah
ke
jenjang
perkawinanBesarnya hasrat yang dimiliki remaja karena telah berfungsinya
hormon-hormonseksual mereka membuat remaja kemudian berusaha
untukmemanifestasikannya ke dalam bentuk perilaku yang nyata.(Hurlock,
1973) membagi perilaku berkencan remaja menjadisatu skala yang dimulai
dari tidak ada kontak fisik sama sekali, berpegangantangan, sampai
bersenggama.Menurut
Rustam
(Kumulasari
dan
Andhyanto,
2012)
memberikan secara rinci mengenaitahapan perilaku heteroseksual, yaitu
perilaku-perilaku seksual dengan lawan jenisyang pernah dilakukan remaja
15
sebelum menikah. Mulai dari tahap paling awalatau rendah sampai dengan
terjadinya hubungan senggama sebagai berikut:
e. Memandang tubuh lawan bicara tetapi menghindari adanya kontak mata.
1) Mengadakan kontak mata.
2) Berbincang-bincang dan membandingkan gagasan,jika pada tahap ini ada
kecocokan hubungan akan berjalan terus, jika tidak makahubungan
menjadi terputus.
3) Berpegangan tangan.
4) Memeluk bahu, tubuhlebih didekatkan.
5) Memeluk pinggang, tubuh dalam kontak yang rapat.
6) Ciuman di bibir.
7) Berciuman bibir sambil berpelukan.
8) Rabaan, elusan daneksplorasi tubuh pasangannya.
9) Saling meraba-raba bagian daerah erogen dan bersenggama.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks
Seks merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan remaja, untuk
ituperilaku seksual remaja perlu diperhatikan jika tidak ingin membawa
malapetakayang
bisa
menghancurkan
hidupnya.
Upaya
untuk
menyalurkandorongan seksual yang dimiliki oleh remaja pada dasarnya
dipengaruhi olehberbagai faktor baik dari dalam diri individu sendiri yaitu
munculnya doronganseksualnya ataupun dari luar diri individu berupa
rangsangan-rangsangan yangdapat berasal dari media cetak ataupun media
elektronika (Kumulasari dan Andhyanto, 2012).
Sarwono (2010) pengaruh dari dalam diri individu itu berasaldari perubahan
hormonal yang terjadi secara alamiah dan berakibat padapeningkatan hasrat
seksual seseorang. Hal ini kemudian tidak dapat tersalurkankarena adanya aturan
hukum tentang batas usia tertentu untuk perkawinan Kondisiremaja yang
16
mengalami
masa
puber
pada
hormon-hormon
seksualnya
juga
akanmeningkatkan keinginan individu untuk melakukan aktivitas seksual.
4. Perilaku Seks Normal
Kumulasari dan Andhyanto (2012).menyatakan bahwa perilaku seksual yang
normal dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi
juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri
atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya
menjadi lebih baik. Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang normal
mengandung pengertian seperti berikut:
a. Hubungan seksual yang tidak menimbulkan efek-efek merugikan, baik bagi
diri maupun bagi partnernya.
b. Tidak menimbulkan komplit psikis, tidak bersifat paksaan atau perkosaan.
5. Penyimpangan Perilaku Seks
Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam masyarakat norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga dan
lain-lain dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (deviation). Namun jika
penyimpangan itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana berulah disebut
kenakalan (delinquent). Dengan demikan kenakalan yang dimaksudkan adalah
tingkah laku yang dilakukan oleh orang dewasa disebut sebagai kejahatan dan
jika tingkah laku tersebut dilakukan oleh remaja yang masih di bawah umur
maka di sebut perilaku menyimpang saja (Sarwono, 2010).
Sarwono (2010) ada beberapa penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan
seksual di antaranya sebagai berikut:
a. Masturbasi
Masturbasi adalah tindakan menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh
sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk
mendapatkan kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat
17
maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh
yang sensitif, namun tidak sama pada setiap orang. Misalnya: puting
payudara, paha bagian dalam dan alat kelamin.
b. Onani
Onani mempunyai arti yang sama dengan masturbasi. Namun ada yang
berpendapat bahwa onani hanya di peruntukkan bagi laki-laki, sedangkan
istilah masturbasi dapat berlaku bagi perempuan maupun laki-laki. Istilah
onani diambil dari seseorang yang bernama Onan yang sejak kecil sering
merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa sepinya ia mencari hiburan dengan
membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya
yang sensitif, sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama Onan
berkembang menjadi onani.
c. Petting
Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi
tanpa melakukan penetrasi penis kedalam vagina, hanya sebatas digesekkan
saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang mengatakan petting sebagai
bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan
coitus.
Walaupun
tanpa
melepaskan
pakaian,
petting
tetap
dapat
menimbulkan kehamilan tidak diingikan karena sperma tetap bisa masuk
kedalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan
cairan yang mempermudah masuknya sperma kedalam rahim, sedangkan
sperma itu sendiri memiliki kemampuan untuk berenang masuk ke dalam
rahim jika tertumpah pada pakaian dalam yang dikenakan perempuan,
terutama jika langsung mengenai bibir kemaluan.
18
d. Hubungan Seksual (Coitus)
Coitus yaitu masuknya (penetrasi) keliang vagina. Bila terjadi ejakulasi
dengan posisi alat kelamin pria dalam vagina, dapat memudahkan pertemuan
sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan
kehamilan.
D. Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut badan kesehatan dunia WHO (Word Health Organization) batasan usia
remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan,
defenisis remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka
yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu BKKBN
(DirektoratRemaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi) batasan usia remaja
adalah 10 sampai 21 tahun (BKKBN, 2008).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti et al, 2009).
2. Tahapan Perkembangan Remaja
Widyastuti (2009) masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :(a)Masa
remaja awal (usia 10-12 tahun), (b) Masa remaja menengah (usia 13-15 tahun),
(c) Masa remaja akhir (usia 16-19 tahun).
3. Ciri-ciri remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja tersebut antara lain :
19
a. Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik dan
mental yang cepat.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa anak-anak
ke masa dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, terjadi perubahan emosi tubuh,
minat dan peran, perubahan nilai-nilai dan tanggung jawab.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah dan karena remaja merasa sudah
mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. Identitas diri yang dicari
remaja berupa usaha untuk mencari siapa diri, apa perannya dalam
masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, anggapan sterotipe
budaya yang bersifat negatif terhadap remaja, mengakibatkan orang dewasa
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, remaja melihat dirinya dan
orang lain sebagai mana yang mereka inginkan.
4. Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
a. Remaja Awal
Merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak ada perubahan
fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja
sudah mulai melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara
seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh
faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan
estrogen pada perempuan. Tidak jarang dari mereka yang memilih untuk
melakukan aktifitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan
perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan
telepon, surat-menyurat atau menggunakan sarana komputer.
20
b. Remaja Menengah
Pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, yakni
adanya mimpi basah dan adanya menstruasi. Pada masa ini gairah seksual
remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan
mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.
c. Remaja akhir
Pada masa ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh,
sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang
sudah jelasdan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk
pacaran (Soetjiningsih, 2009).
E. Hubungan Pengetahuan Tentang Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual
Remaja
Menurut Yuniarti tentang Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai
Seks Pranikah Pada Remaja Tahun 2007. Berdasarkan analisis data yang dilakukan
dengan menggunakan Paired Sample T-test, menunjukkan nilai T sebesar 0,331
dengan taraf signifikansi sebesar 0,741 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada pengaruh
yang signifikan dari pendidikan seks terhadap sikap mengenai seks pranikah pada
subjek penelitian.
Menurut Yulia, Rahma, dan Sri tentang Pengaruh Pendidikan Seksualitas Dasar
Dengan Metode Dinamika Kelompok Terhadap Penurunan Kecenderungan
Perilaku Seksual Pada Remaja. Hasil analisis Independent-Samplse T Test diperoleh
hasi t = 4,750 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa pendidikan seksualitas dasar dengan
metode dinamika kelompok efektif untuk menurunkan kecenderungan perilaku
seksual remaja.
21
F. Kerangka Konsep
Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian maka dapat digambarkan kerangka
konsep sebagai berikut :
Skema 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pengetahuan
Pendidikan Seks
Variabel Dependen
Perilaku
Seksual
Remaja
G. Hipotesa Penelitian
Ha:
Ada hubungan pengetahuan tentangpendidikan seks dengan perilaku
seks
remaja diSMA Yapim SeiGlugurMedanTahun 2014.
Download