hubungan antara kadar c-reactive protein dengan kadar feritin

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KADAR C-REACTIVE PROTEIN DENGAN
KADAR FERITIN SERUM PADA ANAK DENGAN GIZI KURANG
USIA 7-9 TAHUN DI SEKOLAH DASAR SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Ilmu Biomedik Kesehatan Anak
Oleh :
Fadhilah Tia Nur
S5907001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KADAR C-REACTIVE PROTEIN DENGAN
KADAR FERITIN SERUM PADA ANAK DENGAN GIZI KURANG
USIA 7-9 TAHUN DI SEKOLAH DASAR SURAKARTA
Disusun oleh :
Fadhilah Tia Nur
S5907001
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama
Pembimbing I
Pembimbing II
Tanda tangan
Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., SpA(K)
NIP. 19441226197310 1 001
........................
Endang Dewi Lestari, dr., MPH., SpA(K)
NIP. 19591201198603 2 008
........................
Mengetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, PAK., MM., M.Kes
NIP 19480313 197610 1 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KADAR C-REACTIVE PROTEIN DENGAN
KADAR FERITIN SERUM PADA ANAK DENGAN GIZI KURANG
USIA 7-9 TAHUN DI SEKOLAH DASAR SURAKARTA
Disusun oleh :
Fadhilah Tia Nur
S5907001
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK., MM., M.Kes
NIP. 19480313 197610 1 001
.....................
Sekretaris
Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., SpPA(K)
NIP. 19490317 197609 1 001
.....................
Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., SpA(K)
NIP. 19441226197310 1 001
.....................
Endang Dewi Lestari, dr., MPH., SpA(K)
NIP. 19591201198603 2 008
.....................
Anggota
Mengetahui
Direktur PPS UNS
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D commit
Prof. Dr.
Didik Tamtomo, dr, PAK., MM., M.Kes
to user
NIP. 19570820 198503 1 004
NIP : 19480313 197610 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Fadhilah Tia Nur
NIM
: S5907001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan antara
Kadar C-Reactive Protein dengan Kadar Feritin Serum pada Anak dengan
Gizi Kurang Usia 7-9 Tahun di Sekolah Dasar Surakarta adalah betul-betul
karya sendiri. Hal - hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 5 Maret 2011
Yang membuat pernyataan
Fadhilah Tia Nur
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT tesis dengan judul Hubungan antara Kadar
C-Reactive Protein dengan Kadar Feritin Serum pada Anak dengan Gizi
Kurang Usia 7-9 Tahun di Sekolah Dasar Surakarta dapat penulis selesaikan
dengan bantuan dari pembimbing dan berbagai belah pihak. Tesis ini disusun
untuk memenuhi persyaratan sebagai peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Anak dan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga.
Rasa hormat dan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp. KJ (K) selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
3. Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, PAK, MM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
4. Prof. Dr. dr. Ahmad Arman Subijanto, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penulis untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
5. drg. Basoeki Soetardjo, MMR selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai PPDS I
Ilmu Kesehatan Anak untuk menggunakan fasilitas dan sarana yang ada di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
6. dr. Ganung Harsono, SpA(K) selaku Kepala Ilmu Kesehatan Anak FK
UNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan
untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
7. Prof. DR. dr. Harsono Salimo, SpA(K) selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Spesialis FK UNS/RSDM yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang
diberikan.
8. dr. Endang Dewi Lestari, SpA(K), MPH selaku pembimbing substansi yang
telah memberikan banyak waktu dan tenaga untuk pembuatan proposal
penelitian ini.
9. Prof. DR. dr. Harsono Salimo, SpA(K) selaku pembimbing metodologis yang
dengan kesabarannya meneliti proposal penelitian ini sehingga menjadi lebih
baik.
10. Semua staf pengajar di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, PPS
UNS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Semua staf pengajar Bagian Anak FK UNS/RSDM: Prof. Dr. dr. B. Soebagyo,
SpA(K); dr. Mustarsid, SpA; dr. Sunyataningkamto, SpA; dr. Syahrir Dullah,
SpA; dr. Yulidar Hafidh, SpA; dr. Ganung Harsono, SpA(K); dr. Rustam
Siregar, SpA; dr. Pudjiastuti, SpA(K); dr. Sri Lilijanti, SpA(K); Dra. Suci
Murti Karini,Msi; dr. Dwi Hidayah, SpA, MKes; dr. Sri Martuti, SpA, MKes;
dr. Muhammad Riza, SpA, MKes; dr. Annang Giri M, SpA, MKes; dr.
Ismiranti Andarini, SpA, MKes; dr. Hari WN, SpA, MKes, terimakasih atas
segala bimbingan dan dorongan semangat serta doa semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan yang telah beliau-beliau berikan.
12. Ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
haturkan kepada Ayah penulis dr. H. Zaenal Abidin, MKes dan Ibu penulis Hj.
Dwi Subekti yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah
membesarkan, membimbing, mendidik serta senantiasa mendoakan sehingga
penulis dapat mencapai jenjang pendidikan seperti sekarang ini. Juga kepada
mertua penulis Ibu drg. Hj. Ratna Liestiati Harini yang dengan penuh kasih
sayang dan kesabaran telah ikut mendidik serta membentuk pribadi penulis.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang sebaik-baiknya dan senantiasa
melimpahkan karuniaNya bagi Ayah dan Ibu.
13. Kepada suami penulis tercinta, Taufik Harris Edyna, SE, penulis sampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang tak ternilai atas segala pengertian,
pengorbanan, kesetiaan, dukungan dan kesabarannya mendorong dan memberi
semangat penulis.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Kepada anak penulis tersayang Muhammad Fattah Akbar Harfadh dan Rania
Nabila Harfadh yang telah menjadi inspirasi dan membesarkan semangat
penulis untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
15. Semua teman-teman PPDS I Ilmu Kesehatan Anak dr. Imelda, dr. Sukmawan,
dr. Evi, dr. Rahmi, dr. Rikki, dr. Ardi tetaplah menjadi sahabat yang terbaik
walaupun jarak akan memisahkan kita kelak. Untuk teman residen lain yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segenap dukungan
dan doa yang diberikan.
16. Dinas Pendidikan Kotamadya Surakarta yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian di beberapa Sekolah Dasar Surakarta
sampai selesai.
17. Mbak Dyah, Mas Muh, Bu Kus, Mas Joko, Mbak Nungki, Mbak Hanita,
terima kasih atas kebaikannya.
18. Segenap kepala perawat dan perawat di ruang PICU, Melati 2, KBRT, dan
Poliklinik anak. Penulis mohon maaf apabila banyak kata dan sikap penulis
yang tidak berkenan.
19. Kepada para dokter muda, terima kasih telah membantu penulis dalam
mengerjakan tugas di bangsal anak.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
dunia kedokteran terutama di bidang Ilmu Kesehatan Anak. Penulis memohon
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maaf bila terdapat penulisan dan kata yang salah. Segala masukan akan penulis
jadikan kritik untuk membangun lebih baik lagi.
Terima kasih.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI..........................................................
iii
PERNYATAAN................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................
v
DAFTAR ISI.....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xv
ABSTRAK........................................................................................................ xvi
ABSTRACT........................................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian..............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian............................................................................
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
6
A. C-Reactive Protein............................................................................
6
B. Zat Besi………………………..........................................................
commit to user
8
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Feritin………………………………………………………………
12
D. Gizi Kurang........................................................................................ 14
E. Hubungan antara Kadar CRP dengan Kadar Feritin Serum............... 16
F. Kerangka berpikir................................................................................ 19
K. Hipotesis............................................................................................... 19
BAB III. METODOLOGI.................................................................................
20
A. Desain...............................................................................................
20
B. Tempat Dan Waktu........................................................................... 20
C. Populasi............................................................................................
20
D. Sampel Dan Cara Pemilihan Sampel...............................................
20
E. Besar Sampel....................................................................................
21
F. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................
21
G. Definisi Operasional........................................................................
21
H. Izin Subyek Penelitian...................................................................... 23
I. Alur Penelitian.................................................................................
24
J. Pengolahan Data............................................................................
24
K. Jadwal Penelitian............................................................................
25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
26
A. Hasil Penelitian...............................................................................
26
B. Pembahasan.....................................................................................
28
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN..........................................................
34
A. Simpulan.......................................................................................
34
B. Saran.................................................................................................
34
C. Implikasi Penelitian..........................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 41
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan besi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin............ 8
Tabel 4.1 Karakteristik dasar subyek penelitian……......................................... 26
Tabel 4.2 Karakteristik kadar CRP dan feritin serum.......................................... 27
Tabel 4.3 Hubungan antara mean kadar feritin serum dan CRP > 5 mg/L serta
jenis kelamin......................................................................................................... 27
Tabel 4.4 Analisis multivariat antara kadar CRP > 5 mg/L dan jenis kelamin
terhadap mean kadar feritin serum…................................................................... 27
Tabel 4.5 Hubungan antara mean kadar feritin serum dan mean CRP serta jenis
kelamin ………………........................................................................................ 28
Tabel 4.6 Analisis multivariat antara mean kadar CRP dan jenis kelamin terhadap
mean kadar feritin serum ………………..................…………........................... 28
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
Terjadinya
Penyakit
pada
Kondisi
Status
Gizi
Kurang……………………...................................................................... 15
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Penjelasan penelitian.................................................................... 41
Lampiran 2
Surat ijin kelaikan etik penelitian………………………………. 42
Lampiran 3
Data dasar hasil penelitian........................................................... 43
Lampiran 4
Hasil pengolahan data penelitian................................................. 52
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Fadhilah Tia Nur, S5907001. 2011. Hubungan antara Kadar C-Reactive Protein
dengan Kadar Feritin Serum pada Anak dengan Gizi Kurang Usia 7-9 Tahun di
Sekolah Dasar Surakarta. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga,
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang: Kekurangan mikronutrien masih banyak terjadi di negara
berkembang. Protein fase akut meningkat secara signifikan selama proses
inflamasi akut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar CRP
dengan kadar feritin serum pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun di
sekolah dasar di Surakarta.
Metoda: Penelitian uji potong lintang dilakukan di 10 SD di Surakarta pada 217
anak gizi kurang usia 7-9 tahun. Hubungan antara kadar CRP dan kadar feritin
serum dinilai menggunakan analisis regresi logistik. Analisis statistik
menggunakan SPSS versi 17.0.
Hasil: Analisis regresi logistik menunjukkan terdapat hubungan secara signifikan
antara rata-rata kadar feritin serum dengan kadar CRP>5 mg/L (OR=6,38, p=
0,006, 95% CI 1,7–23,9). Apabila menggunakan rata-rata kadar CRP, rata-rata
kadar feritin mempunyai hubungan dengan rata-rata kadar CRP sebesar OR=2,77
(p=0,005, 95% CI 1,3–5,6).
Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CRP dengan kadar
feritin serum.
Kata Kunci: kadar CRP, kadar feritin serum, gizi kurang
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Fadhilah Tia Nur, S59060001. 2010. The Association between C-Reactive Protein
Levels and Ferritin Serum Levels of Schoolchildren in Surakarta. Thesis: Master
Program in Family Medicine, Post-Graduate Program, Sebelas Maret University
Surakarta.
Background: Micronutrients deficiencies are still prevalent in most developing
countries. Acute phase proteins rise significantly during acute inflammation.
Objective: The aim was to analyze association between C-reactive protein levels
and ferritin serum levels of underweight schoolchildren aged 7-9 years old in
Surakarta.
Methods: A cross sectional study was conducted at 10 elementary schools in
Surakarta, using a group of 217 underweight children aged from 7 to 9 years old .
The association between CRP levels and ferritin serum levels was assessed using
logistic regression analysis. Statistical analysis were performed using SPSS for
Windows software version 17.0.
Results: Logistic regression analysis indicated that mean ferritin serum level was
strongly correlated with CRP level of >5mg/L (OR=6,38, p=0,006, 95% CI 1,7–
23,9). Whereas by using mean CRP level, mean feritin serum level had
association with mean CRP level as OR=2,77 (p=0,005, 95% CI 1,3–5,6).
Conclusion: CRP level had strong association with ferritin serum level
Keywords: CRP level, ferritin serum level, underweight
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekurangan zat-zat mikronutrien masih merupakan masalah utama di sebagian
besar negara yang sedang berkembang. Kekurangan zat besi merupakan penyebab
terbesar kekurangan zat mikronutrien di negara-negara yang sedang berkembang.
Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan lebih dari setengah anakanak di negara berkembang kekurangan zat besi (Dijkhuizen, 2001).
Besi merupakan mineral penting dalam tubuh manusia. Besi seperti yang
telah diketahui bersama berperan penting dalam pembentukan sel-sel darah
merah, pengangkutan elektron, imunitas tubuh, serta proses tumbuh kembang
terutama motorik dan mental (Berger, 2002; Ohls, 2004). Kekurangan besi akan
mengakibatkan beberapa kelainan. Salah satu kelainan yang disebabkan oleh
karena kekurangan zat mineral ini adalah gangguan pada fungsi imunitas tubuh
(Dijkhuizen, 2001). Kekurangan zat besi berhubungan dengan kejadian infeksi
dan inflamasi, hal ini digambarkan dengan perubahan kadar feritin serum, zat besi
serum, dan saturasi transferin pada saat fase akut (Thomas C dan Thomas L,
2002).
Beberapa penelitian menunjukkan beberapa penanda proses inflamasi yang
bisa digunakan untuk menggambarkan proses inflamasi yang berkaitan dengan
perubahan kadar zat besi dalam tubuh (Asobayire et al., 2001; Wieringa et al.,
2002, Baillie dan Morrison, 2003). Penelitian terbaru menunjukkan penanda
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
protein fase akut yang paling sering yaitu C-reactive protein (CRP) dan α1-acid
glycoprotein (AGP) pada bayi dan anak-anak (Asobayire et al., 2001).
Feritin merupakan protein di dalam sel yang digunakan untuk menyimpan
zat besi sehingga suatu saat dapat digunakan oleh tubuh. Feritin dapat ditemukan
di seluruh jaringan tubuh dan konsentrasi tertinggi didapatkan di hati, limpa, dan
sumsum tulang. Feritin plasma secara alami berasal dari sistem retikuloendotelial
(RE) dan setiap distribusi zat besi dari sel darah merah ke dalam tempat
penyimpanan digambarkan oleh perubahan kadar konsentrasi feritin plasma
(Wormwood, 2001). Jumlah feritin dalam darah secara langsung dihubungkan
dengan jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh (Hillmann, 2005).
Kadar feritin serum dapat meningkat pada penyakit infeksi akut maupun
kronis, seperti pada inflammatory bowel disease (Bartels et al., 1998), infeksi
virus atau bakteri (Birgegard et al., 2008), keracunan endotoksin tanpa
penumpukan
zat
besi
dan
keadaan
hiperferitinemia
tersebut
dapat
menggambarkan derajat kerusakan hepatoseluler serta demam rematik (Bentley
dan Williams, 2002). Peningkatan kadar serum feritin berhubungan juga dengan
keganasan (Jacobs et al., 2002).
Protein fase akut memegang peranan dalam proses inflamasi yang
kompleks. Konsentrasi protein fase akut meningkat secara signifikan selama
proses inflamasi akut karena tindakan pembedahan, adanya infark miokard,
infeksi dan tumor. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan sintesis di hati,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan penyebab inflamasi. Pengukuran
protein fase akut dapat digunakan untuk mengamati progresivitas dari inflamasi
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
serta melihat respon terapi dengan melihat nilai protein fase akut saat mulai
meningkat dan kadar yang tertinggi (Pepys, 2007).
Kepustakaan menyatakan kadar feritin serum tidak dapat menggambarkan
indeks cadangan besi dalam tubuh pada saat terjadi kerusakan sel tubuh. Feritin
diproduksi oleh sistem RS. Sistem RS berperan penting dalam proses
metabolisme zat besi saat pembentukan hemoglobin dari sel darah merah
senescent. Proses inflamasi dan infeksi akut akan memicu blokade pelepasan zat
besi sehingga akan menurunkan kadar zat besi serum. Peningkatan kadar feritin
serum menggambarkan respons klinis terhadap mikroorganisme (Worwood, 1990;
Griffiths, 1991; Wooldridge dan Williams, 1993; Krol dan Cunha, 2003).
Peningkatan kadar feritin serum terlihat pada penderita ensefalitis dan
peningkatannya sebanding dengan peningkatan protein fase akut (Cunha et al.,
2004). Peningkatan kadar feritin serum juga terlihat pada penderita infeksi virus
dengue (Chaiyaratana et al., 2008). Penelitian oleh Beard et al memperlihatkan
hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar feritin serum dengan kadar
protein fase akut yaitu CRP dan AGP (Beard et al., 2006).
Anak yang dipilih pada penelitian adalah anak dengan umur 7 sampai
dengan 9 tahun, pemilihan ini dimaksudkan untuk menyamakan populasi dan
untuk menghindari masa pertumbuhan cepat (growth spurt) yang dimulai pada
usia 9 tahun.
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara kadar CRP dengan kadar feritin serum pada anak dengan
gizi kurang usia 7-9 tahun di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menentukan hubungan antara kadar CRP dengan kadar feritin serum pada
anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun.
2. Tujuan khusus
i.
Mengetahui kadar feritin serum pada anak gizi kurang di sekolah
dasar di Surakarta.
ii.
Mengetahui kadar CRP pada anak gizi kurang di sekolah dasar di
Surakarta.
iii.
Menganalisis hubungan antara kadar CRP dengan kadar feritin
serum pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun di sekolah
dasar di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bidang akademik
Memberikan bukti ilmiah hubungan antara kadar CRP dengan kadar feritin
serum pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Manfaat bidang pelayanan
Memberikan informasi dibidang kedokteran keluarga mengenai hubungan
antara kadar CRP dengan kadar feritin serum, sehingga dapat digunakan
sebagai prediksi adanya proses inflamasi.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. C-Reactive Protein (CRP)
CRP adalah suatu alfa globulin (protein plasma) yang timbul dalam serum apabila
terjadi inflamasi. CRP pertama kali ditemukan oleh Tillett dan Francis pada tahun
1930. Protein ini disebut demikian karena ia bereaksi dengan C-polisakarida yang
terdapat pada pneumokokus. Pada awalnya diduga protein ini merupakan respon
spesifik terhadap infeksi pneumokokus, tetapi ternyata protein ini adalah suatu
reaktan fase akut, yaitu indikator non spesifik untuk inflamasi, sama halnya
seperti laju endap darah (LED). Hati merupakan tempat utama sintesis CRP.
Interaksi CRP akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis
antigen (Matondang, 2008; Widmann, 1999).
CRP merupakan salah satu protein plasma yang diperlukan untuk
membantu komplemen pada pertahanan melawan infeksi. CRP terikat ke
fosforilkolin di mikroba dan menyelubungi mikroba tersebut untuk difagosit
(melalui reseptor CRP pada makrofag). Kadar CRP akan meningkat cepat pada
infeksi, hal ini disebut sebagai respon fase akut. Peningkatan ini berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi interleukin-6 (IL-6) di dalam plasma yang
sebagian besar diproduksi oleh makrofag (Matondang, 2008).
Respon pejamu terhadap invasi mikroba dapat dibagi dalam tiga tahapan.
Tahapan pertama bersifat non spesifik atau innate, yaitu berupa respon inflamasi.
Tahapan kedua bersifat spesifik dan didapat, yang diinduksi oleh komponen
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antigenik mikroba. Sedangkan tahap ketiga adalah respons peningkatan dan
koordinasi sinergistik antara sel spesifik dan non spesifik yang diatur oleh
berbagai produk komponen respon inflamasi, seperti mediator kimia (Matondang,
2008).
CRP berperan dalam tahap pertama, CRP akan dilepaskan oleh hati
sebagai respon terhadap inflamasi. Peranan CRP sebagai salah satu protein fase
akut dapat berperan sebagai stimulator maupun inhibisi (Matondang, 2008).
CRP akan meningkat cepat pada keadaan infeksi. Infeksi virus cenderung
menunjukkan peningkatan CRP yang lebih rendah daripada infeksi bakteri.
Penetapan kadar CRP secara serial menunjukkan indeks aktivitas penyakit dan
dapat digunakan untuk mengikuti pengobatan penyakit seperti artritis reumatoid,
demam rematik. Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur kadar CRP
seperti ELISA, immunoturbidimetri, rapid immunodiffusion, serta aglutinasi
visual. Rentang harga normal CRP berkisar antara 0,067-1,8 mg/L. Kadar CRP
dalam plasma disebut meningkat bila kadar CRP > 5 mg/L (Beard, 2006;
Behrman, 2004; Widmann, 1999).
Kadar CRP dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor
tersebut diantaranya infeksi, status gizi, usia dan daya tahan tubuh. Selain faktorfaktor tersebut status mikronutrien akan mempengaruhi kadar CRP. Secara garis
besar gangguan pada imunitas tubuh akan mempengaruhi kadar CRP, hal ini
disebabkan karena peranan penting sistim imun dalam melawan infeksi
(Matondang, 2008; Pepys, 2003; Widmann, 1999).
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Zat Besi
Besi merupakan mineral penting bagi tubuh. Mineral ini dibutuhkan dalam
berbagai proses metabolisme utama di dalam tubuh. Besi terutama berperan
penting dalam pembentukan sel-sel darah merah, selain itu besi juga berperan
penting dalam pengangkutan elektron (Ohls, 2004).
Kebutuhan besi pada bayi baru lahir cukup bulan sekitar 7-8 mg per hari.
Bayi yang berumur 6 bulan membutuhkan kira-kira 0,5-0,8 mg/kgbb besi per hari,
hal ini berhubungan dengan konsumsi energi yang cukup tinggi untuk
pertumbuhan. Pada usia berikutnya, kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan
menurun sampai 0,2-0,3 mg/kgbb per hari, dan bertambah lagi selama
pertumbuhan menuju remaja sebanyak 0,5-1 per hari. Pada masa remaja,
perempuan memerlukan besi sedikit lebih banyak untuk memenuhi kehilangan
basal dan kehilangan darah pada saat menstruasi (National Institute of Health,
2008; Raspati, 2005).
Tabel 2.1. Kebutuhan besi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.
Kelompok Umur
Tingkat Usia
Bayi
0-6 bulan
7-12 bulan
Anak
1-3 tahun
4-8 tahun
Laki-laki
9-13 tahun
14-18 tahun
19-30 tahun
31-50 tahun
Perempuan
9-13 tahun
14-18 tahun
19-30 tahun
31-50 tahun
Dikutip dari National Institute of Health, 2008
commit to user
8
Kebutuhan Besi
(mg/hari)
0,27 mg
11 mg
7 mg
10 mg
8 mg
11mg
8 mg
8 mg
8 mg
15 mg
18 mg
18 mg
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Makanan yang kaya kandungan besi adalah makanan yang berasal dari
protein hewani. Besi akan dihambat penyerapannya oleh makanan yang
mengandung fitat dan serat, sedangkan asam askorbat akan memacu penyerapan
besi didalam usus (Chiplonkar, 2005; Etcheverry, 2006).
Tubuh mempunyai mekanisme yang bervariasi untuk menyerap zat besi
dan mendistribusikannya. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi zat besi dan
meminimalkan toksisitas zat besi. Zat besi yang masuk lewat makanan masuk ke
saluran cerna dan diikat oleh protein (apoferitin) membentuk feritin yang akan
disimpan dalam sel. Selanjutnya zat besi akan dibawa oleh protein (transferin)
untuk dimanfaatkan pada proses selanjutnya. Zat besi ada yang dibawa ke otot
untuk selanjutnya disimpan dalam bentuk mioglobin, ada yang dibawa ke sumsum
tulang untuk proses hematopoiesis (hemoglobin), ada yang dibawa ke hepar untuk
disimpan dalam bentuk terikat sebagai feritin. Zat besi pada tubuh banyak diubah
menjadi bentuk hemoglobin yang akan membawa oksigen pada sel darah merah
untuk didistribusikan ke seluruh tubuh (Mahan, 2000).
Zat besi memainkan peranan yang penting pada transport dan
penyimpanan oksigen, metabolisme oksidatif, proliferasi sel dan berbagai proses
dalam tubuh meliputi sistem kekebalan tubuh, perkembangan kognitif, pengaturan
suhu, metabolism energi dan kemampuan kerja (Mahan, 2000).
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keberadaan zat besi dalam tubuh dapat dinilai dari beberapa parameter
yaitu (Greer et al., 2009; Hillman, 2005):
1. Hemoglobin dan hematokrit
Hemoglobin merupakan parameter zat besi yang paling akhir. Hal ini
disebabkan karena perubahan kadar hemoglobin baru akan terjadi apabila
terdapat defisiensi besi yang berat. Sehingga kadar hemoglobin merupakan
parameter yang baik untuk anemia tetapi kurang tepat untuk menilai status
besi tubuh.
2. Eritrosit Zink Protoporfirin
Dapat digunakan untuk deteksi awal terjadinya defisiensi besi yang
mempengaruhi eritropoiesis. Sangat baik untuk menilai defisiensi besi
pada anak karena hanya sedikit membutuhkan darah dan dapat diukur
dalam waktu cepat. Masih jarang digunakan karena biaya pemeriksaan
yang mahal.
3. Total Iron Binding Capacity (TIBC)
Mengukur jumlah besi yang diikat oleh transferin.
4. Serum Iron (SI)
Mengukur langsung jumlah besi yang dapat terikat oleh transferin dan
kemudian mengukur kadar transferin.
5. Serum Transferrin Receptor (sTfR)
Dapat digunakan untuk menilai defisiensi besi pada tahap awal, namun
kadar sTfR meningkat dengan cepat apabila terdapat kelebihan cadangan
besi. sTfR tidak dipengaruhi keadaan inflamasi.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Serum Feritin (SF)
Digunakan untuk menilai cadangan besi total yang ada dalam tubuh. Pada
semua usia kadar feritin akan rendah <12 µg/liter apabila terjadi defisiensi
besi.
Defisiensi besi selain dari pemeriksaan laboratorium dapat dilihat dari
klinis yaitu berkurangnya kemampuan kerja, gangguan pertumbuhan pada anak,
gangguan fungsi kognitif dan apabila terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan
kematian pada janin, kelahiran prematur dan berat lahir rendah (Prasad, 2003).
Kekurangan besi terjadi apabila kadar feritin di dalam serum darah kurang
dari 12µg/liter (Prasad, 2003; Raspati, 2005). Kekurangan besi banyak terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang, hal ini dipengaruhi oleh pola diit yang
banyak mengandung fitat dan rendahnya konsumsi protein hewani serta tingkat
penghasilan yang rendah (Bhutta, 2007).
Anemia defisiensi besi merupakan akibat paling sering dari kekurangan
besi (Raspati, 2005). Anemia defisiensi besi diderita oleh hampir setengah jumlah
anak-anak di Indonesia. Anemia defisiensi besi akan menyebabkan penurunan
fungsi otak, fungsi kognitif dan yang paling penting adalah perubahan imunitas
tubuh (Dijkhuizen, 2001).
Kekurangan besi dapat mempengaruhi imunitas tubuh baik imunitas
humoral maupun imunitas seluler. Kekurangan besi akan menyebabkan perubahan
pada sel-sel imun yaitu penurunan fungsi sel polimorfonuklear terutama netrofil,
penurunan jumlah dan fungsi limfosit T, penurunan aktivitas sel natural killer,
serta penurunan aktivitas limfosit dan makrofag (Oppenheimer, 2001).
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Besi yang berlebihan dalam tubuh juga mengakibatkan toksisitas yang
berakibat pada (Caballero, 2005):
1. Iritasi lambung
2. Pada anak-anak dapat menyebabkan kematian karena keracunan
3. Kelebihan Fe dalam tubuh dapat menyebabkan produksi radikal bebas
meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif
4. Dapat digunakan oleh bakteri untuk berkembang biak
C. Feritin
Feritin merupakan protein di dalam sel yang digunakan untuk menyimpan zat besi
sehingga suatu saat dapat digunakan oleh tubuh. Jumlah feritin dalam darah secara
langsung dihubungkan dengan jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh
(Hillmann, 2005).
Feritin pada manusia merupakan sebuah molekul atom dengan berat
450.000 daltons yang terdiri dari protein sebagai bagian luar atau pembungkusnya
dan zat besi sebagai intinya. Setiap molekul ferritin terdiri dari 4000 atom besi.
Pada keadaan normal ferritin menggambarkan 25% dari besi yang dapat
ditemukan di tubuh. Konsentrasi feritin yang tinggi dapat ditemukan pada
sitoplasma sistem retikuloendotelial, hepar, lien, dan sumsum tulang (Wormwood,
2001).
Pemeriksaan kadar serum feritin dapat digunakan untuk mengetahui
cadangan besi tubuh. Pemeriksaan serum feritin dapat dilakukan sebagai
pemeriksaan rutin dan sangat bermanfaat untuk deteksi awal anemia defisiensi
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besi pada individu yang sehat. Serum feritin dapat digunakan untuk memonitor
cadangan besi pada wanita hamil, pendonor darah dan pasien yang menjalani
dialysis (Jacobs et al., 2002).
Kadar serum feritin pada usia 1 – 5 tahun adalah 6 – 60 µg/liter. Kadar
serum feritin di bawah 12 µg/liter dikatakan sebagai kadar yang rendah (WHO,
2001). Serum feritin biasanya diperiksa dengan metode ELISA. Kadar serum
feritin tidak hanya dipengaruhi oleh cadangan besi di dalam tubuh. Ada banyak
faktor yang turut mempengaruhi kadar serum feritin dalam tubuh (Jacobs et al.,
2002).
Kadar serum feritin akan meningkat pada keadaan : gangguan fungsi
hepar, transfusi Packed Red Cell (PRC) secara rutin, hemokromatosis, Lymphoma
Hodgkin’s dan anemia megaloblastik. Kadar feritin serum dapat meningkat pada
penyakit infeksi akut maupun kronis, seperti pada inflammatory bowel disease
(Bartels et al., 1998), infeksi virus atau bakteri (Birgegard et al., 2008), keracunan
endotoksin tanpa penumpukan zat besi dan keadaan hiperferitinemia tersebut
dapat menggambarkan derajat kerusakan hepatoseluler serta demam rematik
(Bentley dan Williams, 2002). Peningkatan kadar serum feritin berhubungan juga
dengan keganasan (Jacobs et al., 2002). Kadar serum feritin akan menurun pada
keadaan perdarahan lama dan anemia defisiensi besi (Hillmann, 2005). Status gizi
kurang juga menyebabkan rendahnya kadar ferritin (Kamyar, 2004).
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Gizi Kurang
Dalam daur hidup manusia terdapat beberapa masa kritis dimana seorang individu
dapat dengan mudah jatuh pada kondisi defisiensi (kekurangan). Masa anak-anak
(0-5 tahun) merupakan satu masa kritis yang dialami seorang individu. Pada masa
ini terdapat pertumbuhan cepat yang membutuhkan asupan zat gizi optimal. Salah
satu jenis asupan zat gizi optimal yang harus dipenuhi adalah asupan zat gizi
mikro (Gordon, 2007).
Anak sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi mikro yaitu Fe, zinc
(Zn), kalsium (Ca), Vitamin A dan vitamin B (B6 dan asam folat). Hal ini dapat
disebabkan karena kurang adekuatnya asupan sumber zat gizi mikro yang
dikonsumsi sehari-hari karena faktor pola makan yang dipengaruhi adat dan
keadaan sosial ekonomi. Setelah usia 2 tahun anak sudah tidak mendapatkan ASI
(Air Susu Ibu), sebagai salah satu sumber zat gizi mikro. Komposisi ASI terdiri
dari energi, protein, vitamin A, Vitamin D, Vitamin B6, Ca dan Fe. Selain karena
asupan makanan, defisiensi zat gizi mikro dapat disebabkan karena status gizi
seorang anak (Butte, 2002).
Status gizi kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah pola makan yang tidak baik, kekurangan asupan makanan dan terjadinya
infeksi berulang. Asupan yang kurang dan adanya infeksi sering terjadi pada
populasi yang secara ekonomi kurang. Status gizi kurang dapat meningkatkan
resiko terjadinya morbiditas dan mortalitas (Blossner, 2005).
Kategori status gizi kurang didefinisikan dengan status antropometri berat
badan menurut umur berada dibawah persentil 10 pada kurva CDC tahun 2000.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anak dengan status gizi kurang sering dikaitkan dengan mudahnya terjadi infeksi
dan defisiensi zat gizi mikro (Blossner, 2005). Pada anak dengan status gizi
kurang asupan makanan sebagai salah satu sumber mikronutrien kurang yang
akan berakibat pada kondisi defisiensi. Kondisi defisiensi ini akan menyebabkan
gangguan sistem kekebalan tubuh yang berakibat pada mudahnya terjadi infeksi
pada anak dengan status gizi kurang (Niedzwiecki, 2005).
(dikutip dari Niedzwiecki, 2005.h 6)
Gambar 2.1. Terjadinya Penyakit pada Kondisi Status Gizi Kurang
Zat gizi mikro di perlukan untuk berbagai fungsi fisiologis tubuh. Apabila
terjadi defisiensi maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak, anemia, dan osteoporosis di kemudian hari (Gordon,
2007). Kekurangan besi merupakan penyebab terbesar kekurangan zat
mikronutrien di negara-negara yang
sedang
berkembang. Food and Agriculture
commit
to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Organization (FAO) menyatakan lebih dari setengah anak-anak di negara
berkembang kekurangan besi (Dijkhuizen, 2001).
E. Hubungan antara Kadar CRP dengan Kadar Feritin Serum
Kadar CRP seseorang dipengaruhi oleh faktor nutrisi, salah satunya adalah
mineral dan zat gizi mikro. Zat besi dapat mempengaruhi respon imun sehingga
akan berpengaruh juga terhadap terjadinya infeksi pada seseorang, infeksi tersebut
akan dapat meningkatkan kadar CRP. Proses atau respon imun spesifik
membutuhkan zat besi dalam mengeliminasi mikroorganisme yang masuk ke
dalam tubuh. Dilain pihak mikroorganisme juga membutuhkan zat besi ketika
masuk ke dalam tubuh pejamu untuk proses multiplikasi. Oleh karena itu,
kekurangan zat besi maupun kelebihan zat besi dapat berhubungan dengan
kejadian infeksi dan perubahan sistim imun, sehingga dapat dikatakan bahwa
kekurangan zat besi maupun kelebihan zat besi akan dapat merubah kadar CRP.
Kekurangan zat besi berhubungan dengan pola diit dan tingkat penghasilan
sedangkan kelebihan zat besi jarang sekali disebabkan oleh pola diit. Kelebihan
zat besi berhubungan dengan gangguan metabolisme Fe seperti hemokromatosis
(Brock, 1986; Oppenheimer, 2001).
Kadar CRP akan meningkat cepat pada infeksi, hal ini disebut sebagai
respon fase akut. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
interleukin-6 (IL-6) di dalam plasma yang sebagian besar diproduksi oleh
makrofag. Makrofag merupakan sel imun yang berperan langsung dengan kadar
besi dalam tubuh manusia. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa makrofag
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membutuhkan zat besi untuk memproduksi highly toxic hydroxyl radical,
makrofag juga merupakan tempat penyimpanan besi yang utama pada saat terjadi
proses inflamasi. Sitokin, radikal, serta protein fase akut yang dihasilkan oleh hati
akan mempengaruhi homeostasis besi oleh makrofag dengan cara mengatur
ambilan dan keluarnya besi sehingga akan memicu peningkatan retensi besi dalam
makrofag pada saat terjadi inflamasi. Besi juga mengatur aktivitas sitokin,
proliferasi dan aktivitas limfosit sehingga diferensiasi dan aktivasi makrofag akan
terpengaruh (Theurl, 2005).
Protein fase akut memegang peranan dalam proses inflamasi yang
kompleks. Konsentrasi protein fase akut meningkat secara signifikan selama
proses inflamasi akut karena tindakan pembedahan, adanya infark miokard,
infeksi dan tumor. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan sintesis di hati,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan penyebab inflamasi. Pengukuran
protein fase akut dapat digunakan untuk mengamati progresivitas dari inflamasi
serta melihat respon terapi dengan melihat nilai protein fase akut saat mulai
meningkat dan kadar yang tertinggi (Pepys, 2007).
Kadar feritin serum tidak dapat menggambarkan indeks cadangan besi
dalam tubuh pada saat terjadi kerusakan sel tubuh. Feritin diproduksi oleh sistem
RS. Sistem RS berperan penting dalam proses metabolisme zat besi saat
pembentukan hemoglobin dari sel darah merah senescent. Proses inflamasi dan
infeksi akut akan memicu blokade pelepasan zat besi sehingga akan menurunkan
kadar zat besi serum. Peningkatan kadar feritin serum menggambarkan respons
klinis terhadap mikroorganisme (Worwood, 1990; Griffiths, 1991; Wooldridge
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Williams, 1993; Krol dan Cunha, 2003). Peningkatan kadar feritin serum
terlihat pada penderita ensefalitis dan peningkatannya sebanding dengan
peningkatan protein fase akut (Cunha et al., 2004). Peningkatan kadar feritin
serum juga terlihat pada penderita infeksi virus dengue (Chaiyaratana et al.,
2008). Penelitian oleh Beard et al memperlihatkan hubungan yang signifikan
antara peningkatan kadar feritin serum dengan kadar protein fase akut yaitu CRP
dan AGP (Beard et al., 2006).
F. Kerangka berpikir
Gizi kurang
Inflamasi
Aktivitas mediator
imunitas terganggu
Defisiensi besi
Respon imun terganggu
Cadangan
besi tubuh
Produksi IL-6
terganggu
Kadar Feritin
Umur
Kadar CRP
Transfusi
berulang
Jenis kelamin
Lingkup penelitian
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan kerangka berpikir
Kadar feritin akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah status
imun, umur, status gizi, cadangan besi tubuh, transfusi berulang, jenis kelamin,
umur dan proses inflamasi. Kadar CRP juga dipengaruhi oleh status gizi, status
imun dan proses inflamasi. Untuk menghindari faktor perancu umur, maka dalam
penelitian ini yang masuk sebagai subyek penelitian adalah anak dengan usia 7-9
tahun, sedang faktor yang lain yaitu status gizi dikendalikan dengan subyek
penelitian adalah gizi kurang dan menyamakan tingkat penghasilan orang tua.
H. Hipotesis
Hipotesis kerja dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan sinergis antara kadar Creactive protein (CRP) dengan kadar feritin serum pada anak dengan gizi kurang
usia 7-9 tahun di Surakarta.
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan uji potong lintang untuk menganalisis hubungan antara
kadar C-reactive protein (CRP) dengan kadar feritin serum pada anak dengan gizi
kurang.
B. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di 10 sekolah dasar (SD) di Surakarta pada Juli 2007.
C. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua anak gizi kurang di sekolah dasar
di Surakarta. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak dengan gizi
kurang berusia 7-9 tahun di sekolah dasar di Surakarta.
D. Sampel dan cara pemilihan sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara multi staging sampling.
Randomisasi SD dilakukan pada SD di Surakarta, kemudian pemilihan sampel
penelitian dilakukan secara purposive sampling anak di sekolah dasar di
Surakarta, yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai
berikut:
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Kriteria inklusi
a. Usia 7-9 tahun.
b. Gizi kurang (bb/u < P10, CDC 2000).
c. Tidak menderita penyakit ginjal, penyakit tiroid, talasemia, cacat bawaan
secara klinis.
d. Memahami informasi penelitian secara tertulis dan menandatangani
informed consent.
ii. Kriteria eksklusi
Anak dengan kadar hemoglobin kurang dari 8 gr/dl.
E. Besar sampel
Penelitian ini merupakan penelitian payung dari penelitian uji klinis mengenai
efek susu fortifikasi besi dan zink. Besar sampel pada penelitian ini menggunakan
besar sampel untuk uji klinis dengan rumus sebagai berikut:
P1 x (100-P1 ) + P2 x (100-P2 )
n (per group) = ------------------------------------------------------ x f (ά,β)
(P1–P2) 2
Dengan perkiraan susu dengan fortifikasi besi dan zink akan mempunyai tingkat
keberhasilan 95% (P1) dan plasebo akan memberikan keberhasilan 80% (P2)
sedangkan nilai ά adalah 0,05 dan β adalah 0,1 didapatkan nilai f 10,5, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 92,2 orang ditiap kelompok dibulatkan
menjadi 100 pada tiap kelompok. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan
Nasional terdapat 10 SD di Surakarta dengan tingkat penghasilan orang tua
kurang dari Rp 500.000. Pada penelitian ini dimasukkan seluruh anak usia 7-9
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun dengan gizi kurang di sekolah dasar Surakarta yang memenuhi kriteria
inklusi. Didapatkan sebanyak 217 anak yang mengikuti penelitian ini. Sebanyak 3
orang diekslusi, ketiganya dengan alasan menolak mengikuti penelitian.
F. Identifikasi variabel penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar CRP sedang variabel
tergantungnya adalah kadar feritin.
G. Definisi operasional
1. CRP
a. Definisi: C-reactive protein (CRP) adalah suatu alfa globulin (protein
plasma) yang timbul dalam serum apabila terjadi inflamasi.
b. Alat ukur: menggunakan metode immunoturbidimetri
c. Cara pelaksanaan: pengambilan sampel darah diambil dari darah vena.
Pengukuran kadar CRP menggunakan metode immunoturbidimetri.
d. Skala pengukuran: Kontinyu. Kadar CRP plasma dikatakan meningkat
bila kadar CRP > 5 mg/L.
2. Feritin serum
a. Definisi: Feritin merupakan sebuah protein di dalam sel yang dapat
digunakan untuk menyimpan besi sehingga suatu saat dapat digunakan
oleh tubuh
b. Alat ukur: menggunakan metode ELISA
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Cara pelaksanaan: pengambilan sampel darah diambil dari darah vena.
Pengukuran kadar feritin serum menggunakan metode ELISA.
d. Skala pengukuran: Kontinyu. Kadar feritin dikatakan meningkat bila
kadar feritin > mean.
H. Izin subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orangtua atau wali dengan cara
menandatangani informed consent yang diajukan oleh peneliti, setelah
sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian
tersebut.
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. Alur penelitian
Pendataan SD di Surakarta berdasarkan data dari DEPDIKNAS
Randomisasi SD
Pengisian informed consent oleh orang tua murid
Pengukuran antropometri
Underweight
(P5<bb/u<P10, CDC 2000)
Normal, overweight
(bb/u<P5, bb/u>P10, CDC 2000)
Pengambilan darah vena
(pengukuran kadar CRP,
feritin serum)
eksklusi
Analisis
J. Pengolahan data
Data yang didapat akan diolah dengan menggunakan SPSS 17.0. Hubungan antara
kadar CRP dengan kadar feritin serum diolah menggunakan analisis regresi
logistik. Hasil dikatakan sangat signifikan bila p < 0,05, cukup signifikan bila 0,1
< p ≤ 0,05 dan tidak signifikan bila p ≥ 0,1.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
K. Jadwal kegiatan
Bulan Juni 2007 – Januari 2011
KEGIATAN
WAKTU
Jun
Jul
Agt
2007
Penelusuran kepustakaan
Penyusunan naskah
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Penyusunan laporan penelitian
commit to user
25
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
2010
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan Juli 2007. Didapatkan 217
anak usia 7-9 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Orang
tua dari setiap anak telah menyetujui untuk mengikuti penelitian ini. Karakteristik
dasar subyek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.1 Karakteristik dasar subyek penelitian.
Karakteristik dasar
n
% dari total
subyek (217)
Umur
7-8 tahun
8-9 tahun
107
110
49,3
50,7
Jenis kelamin
Laki-laki
perempuan
112
105
51,6
48,4
Kadar CRP
>5
<5
13
204
5,9
94,1
Kadar Ferritin (mean)
> 29,5
< 29,5
80
137
36,9
63,1
Tabel diatas menunjukkan karakteristik dasar subyek penelitian. Total
anak pada penelitian adalah 217 anak. Usia 7-8 tahun sejumlah 107 anak dan usia
8-9 tahun sejumlah 110 anak. Terdapat 112 anak laki-laki (51,6 %) dan 105 anak
perempuan (48,4 %). Kadar CRP > 5 mg/L didapatkan pada 13 anak (5,9%) dan
204 anak (94,1%) kadar CRP < 5 mg/L. Anak yang kadar feritinnya diatas ratacommit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rata atau > 29,5 µg/L sebanyak 80 anak (36,9%) dan < 29,5 µg/L sebanyak 137
anak (63,1%).
Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik kadar CRP dan feritin serum. Mean
kadar CRP sebesar 1,44 mg/L dengan standar deviasi (SD) 3,92 mg/L. Mean
kadar feritin sebesar 29,55 µg/L dengan SD sebesar 18,84 µg/L.
Tabel 4.2 Karakteristik kadar CRP dan feritin serum
n=217
Median
Mean
SD
Kadar CRP
0,36
1,44
3,92
Kadar Ferritin
27,1
29,55
18,84
Tabel 4.3 Hubungan antara mean kadar feritin serum dan CRP > 5 mg/L serta
jenis kelamin
feritin serum (mean)
OR
P
95% CI
CRP > 5 mg/L
6,38
0,006
1,7 - 23,9
Jenis kelamin
0,71
0,228
0,4 - 1,2
Berdasarkan analisis regresi logistik dapat dilihat bahwa terdapat
hubungan secara signifikan antara kadar feritin serum dengan kadar CRP, dan
tidak terdapat hubungan secara signifikan antara kadar feritin serum dengan jenis
kelamin.
Tabel 4.4 Analisis multivariat antara kadar CRP > 5 mg/L dan jenis kelamin
terhadap mean kadar feritin serum
feritin serum (mean)
OR
P
95% CI
CRP > 5 mg/L
6,33
0,006
1,6 - 23,8
Jenis kelamin
0,71
0,251
0,4 - 1,2
Analisis multivariat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa CRP mempunyai
OR sebesar 6,33 (p = 0,006; 95% CI 1,6 – 23,8), sedangkan jenis kelamin
mempunyai OR sebesar 0,71 (p = 0,251; 95% CI 0,4 – 1,2). Berdasarkan hasil ini
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar
feritin serum dengan peningkatan kadar CRP.
Apabila cut off point CRP dirubah menjadi mean (berdasar penelitian
sebelumnya oleh Beard JL, et al pada 2006), analisis regresi logistik tetap
menunjukkan adanya hubungan secara signifikan antara kadar feritin serum
dengan kadar CRP, dan tidak terdapat hubungan secara signifikan antara kadar
feritin serum dengan jenis kelamin. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Hubungan antara mean kadar feritin serum dan mean CRP serta jenis
kelamin
feritin serum (mean)
OR
P
95% CI
CRP (mean)
2,84
0,003
1,4 – 5,7
Jenis kelamin
0,71
0,228
0,4 - 1,2
Tabel 4.6 Analisis multivariat antara mean kadar CRP dan jenis kelamin terhadap
mean kadar feritin serum
feritin serum (mean)
OR
P
95% CI
CRP (mean)
2,77
0,005
1,3 – 5,6
Jenis kelamin
0,75
0,331
0,4 - 1,3
Analisis multivariat pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa mean CRP mempunyai
OR sebesar 2,77 (p =
0,005; 95% CI 1,3 – 5,6), sedangkan jenis kelamin
mempunyai OR sebesar 0,75 (p = 0,331; 95% CI 0,4 – 1,3). Berdasarkan hasil ini
dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar
feritin serum dengan peningkatan kadar CRP.
B. Pembahasan
Besi merupakan mineral penting bagi tubuh. Mineral ini dibutuhkan dalam
commit
user tubuh. Besi terutama berperan
berbagai proses metabolisme utama
di todalam
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penting dalam pembentukan sel-sel darah merah, selain itu besi juga berperan
penting dalam pengangkutan elektron (Ohls, 2004).
Kekurangan besi berhubungan dengan tingkat penghasilan dan pola makan
yang kurang tepat. Pola makan di negara berkembang yang mengandung fitat
dalam jumlah yang tinggi, lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat dan
karbohidrat sedangkan protein hewani hanya sedikit asupannya akan menurunkan
penyerapan besi dan zink. Rendahnya pendapatan penduduk akan menyebabkan
ketidakmampuan untuk membeli bahan makanan yang kaya kandungan besi dan
zink (Bhutta, 2007; Ho, 2008).
Kekurangan zat-zat mikronutrien masih merupakan masalah utama di
sebagian besar negara yang sedang berkembang. Food and Agriculture
Organization (FAO) menyatakan lebih dari setengah anak-anak di negara
berkembang kekurangan zink dan besi (Dijkhuizen, 2001). Subyek yang diambil
adalah anak dengan status gizi kurang dan tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini
dimaksudkan untuk mencari subyek yang mengalami kekurangan mikronutrien
besi dan zink yang banyak terjadi pada anak dengan status gizi kurang dan tingkat
ekonomi rendah. Seperti yang dikemukakan diatas, besi berperan dalam fungsi
imunitas tubuh maka pada anak-anak ini diasumsikan mempunyai imunitas yang
rendah.
Penelitian uji potong lintang ini menggunakan 217 subyek anak usia 7-9
tahun di sekolah dasar di daerah masyarakat ekonomi rendah di Solo. Penentuan
sekolah dasar ini menggunakan data yang didapat dari Dinas Pendidikan Nasional
Surakarta. Hal ini dimaksudkan agar subyek yang didapat mempunyai
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karakteristik yang serupa seperti dalam hal konsumsi makanan sehari-hari.
Pemilihan subyek dengan status gizi kurang dan mengeksklusi anak dengan kadar
hemoglobin kurang dari 8 g/dl dimaksudkan untuk menyetarakan kadar besi pada
subyek.
Kadar CRP seseorang dipengaruhi oleh faktor nutrisi, salah satunya adalah
mineral dan zat gizi mikro. Zat besi dapat mempengaruhi respon imun sehingga
akan berpengaruh juga terhadap terjadinya infeksi pada seseorang, infeksi tersebut
akan dapat meningkatkan kadar CRP. Proses atau respon imun spesifik
membutuhkan zat besi dalam mengeliminasi mikroorganisme yang masuk ke
dalam tubuh. Dilain pihak mikroorganisme juga membutuhkan zat besi ketika
masuk ke dalam tubuh pejamu untuk proses multiplikasi. Oleh karena itu,
kekurangan zat besi maupun kelebihan zat besi dapat berhubungan dengan
kejadian infeksi dan perubahan sistim imun, sehingga dapat dikatakan bahwa
kekurangan zat besi maupun kelebihan zat besi akan dapat merubah kadar CRP.
Kekurangan zat besi berhubungan dengan pola diit dan tingkat penghasilan
sedangkan kelebihan zat besi jarang sekali disebabkan oleh pola diit. Kelebihan
zat besi berhubungan dengan gangguan metabolisme Fe seperti hemokromatosis
(Brock, 1986; Oppenheimer, 2001).
Kadar CRP akan meningkat cepat pada infeksi, hal ini disebut sebagai
respon fase akut. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
interleukin-6 (IL-6) di dalam plasma yang sebagian besar diproduksi oleh
makrofag. Makrofag merupakan sel imun yang berperan langsung dengan kadar
besi dalam tubuh manusia. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa makrofag
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membutuhkan zat besi untuk memproduksi highly toxic hydroxyl radical,
makrofag juga merupakan tempat penyimpanan besi yang utama pada saat terjadi
proses inflamasi. Sitokin, radikal, serta protein fase akut yang dihasilkan oleh hati
akan mempengaruhi homeostasis besi oleh makrofag dengan cara mengatur
ambilan dan keluarnya besi sehingga akan memicu peningkatan retensi besi dalam
makrofag pada saat terjadi inflamasi. Besi juga mengatur aktivitas sitokin,
proliferasi dan aktivitas limfosit sehingga diferensiasi dan aktivasi makrofag akan
terpengaruh (Theurl, 2005).
Protein fase akut memegang peranan dalam proses inflamasi yang
kompleks. Konsentrasi protein fase akut meningkat secara signifikan selama
proses inflamasi akut karena tindakan pembedahan, adanya infark miokard,
infeksi dan tumor. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan sintesis di hati,
dan tidak dapat digunakan untuk menentukan penyebab inflamasi. Pengukuran
protein fase akut dapat digunakan untuk mengamati progresivitas dari inflamasi
serta melihat respon terapi dengan melihat nilai protein fase akut saat mulai
meningkat dan kadar yang tertinggi (Pepys, 2007). Protein fase akut meningkat 10
jam setelah onset proses inflamasi dan meningkat cepat dalam satu minggu.
Protein fase akut dapat pula meningkat pada keadaan kronis seperti penyakit
koroner, gizi kurang (Wieringa et al., 2001)
Kadar feritin serum tidak dapat menggambarkan indeks cadangan besi
dalam tubuh pada saat terjadi kerusakan sel tubuh. Feritin diproduksi oleh sistem
RS. Sistem RS berperan penting dalam proses metabolisme zat besi saat
pembentukan hemoglobin dari sel darah merah senescent. Proses inflamasi dan
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
infeksi akut akan memicu blokade pelepasan zat besi sehingga akan menurunkan
kadar zat besi serum. Peningkatan kadar feritin serum menggambarkan respons
klinis terhadap mikroorganisme (Worwood, 1990; Griffiths, 1991; Wooldridge
dan Williams, 1993; Krol dan Cunha, 2003). Peningkatan kadar feritin serum
terlihat pada penderita ensefalitis dan peningkatannya sebanding dengan
peningkatan protein fase akut (Cunha et al., 2004). Peningkatan kadar feritin
serum juga terlihat pada penderita infeksi virus dengue (Chaiyaratana et al.,
2008). Penelitian oleh Beard et al memperlihatkan hubungan yang signifikan
antara peningkatan kadar feritin serum dengan kadar protein fase akut yaitu CRP
dan AGP (Beard et al., 2006).
Gizi kurang berisiko mengalami kekurangan zat gizi mikro. Kekurangan
zat gizi mikro akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Pada penelitian ini
tidak didapatkan klinis infeksi pada semua subjek penelitian, sehingga faktor
infeksi sebagai faktor perancu dapat disingkirkan. Semua subjek penelitian adalah
gizi kurang sehingga berisiko mudah terjadi infeksi dan berisiko terjadi
peningkatan protein fase akut. Hasil kadar CRP dan kadar feritin pada penelitian
ini kadarnya meningkat meskipun kadar feritin masih berada dalam rentang
normal. Perubahan konsentrasi kadar feritin pada saat terjadi respon fase akut
berbeda dengan zat gizi mikro lainnya seperti vitamin A, zink. Hal ini disebabkan
karena feritin merupakan salah satu jenis protein fase akut. Adanya dua hal yang
berlawanan mengenai perubahan kadar zat besi saat terjadinya infeksi
memberikan gambaran bahwa kadar feritin tidak menggambarkan kadar besi
darah yang sesungguhnya pada saat terjadinya infeksi. Parameter zat besi yang
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menggambarkan kadar besi dalam tubuh dan tidak terpengaruh oleh adanya
infeksi yaitu Serum Transferrin Receptor (sTfR). sTfR dapat digunakan untuk
menilai defisiensi besi pada tahap awal, namun kadar sTfR meningkat dengan
cepat apabila terdapat kelebihan cadangan besi (Cook JD et al., 1993; Wieringa et
al.,2001).
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara peningkatan kadar feritin serum dengan peningkatan kadar CRP.
Berdasarkan Tabel. 4.4 dapat dilihat CRP mempunyai OR sebesar 6,33 (p =
0,006; 95% CI 1,6 – 23,8), sedangkan jenis kelamin mempunyai OR sebesar 0,71
(p = 0,251; 95% CI 0,4 – 1,2). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Beard et al yang juga memperlihatkan hubungan
yang signifikan antara peningkatan kadar feritin serum dengan kadar protein fase
akut yaitu CRP dan AGP (Beard et al., 2006).
Berdasarkan analisis multivariat, variabel jenis kelamin tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kadar feritin serum. Terdapat beberapa
kelemahan pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan uji potong lintang,
sehingga peneliti tidak dapat menentukan sebab dan akibat. Kelemahan kedua
yaitu peneliti hanya berdasarkan satu kali pengambilan sampel darah, sehingga
peneliti tidak dapat melihat perubahan kadar CRP dan kadar feritin serum yang
dapat terjadi pada saat terdapat proses inflamasi.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar CRP
dengan kadar feritin serum pada anak dengan gizi kurang usia 7-9 tahun di
Surakarta. Anak yang mengalami peningkatan kadar CRP mempunyai kesempatan
6,33 kali mengalami peningkatan kadar feritin serum (p = 0,006; 95% CI 1,6 –
23,8).
B. Saran
Kadar feritin serum dapat digunakan sebagai prediksi adanya proses inflamasi,
seperti halnya kadar CRP. Penelitian ini merupakan uji potong lintang, sehingga
peneliti tidak dapat menentukan sebab dan akibat. Kelemahan kedua yaitu peneliti
hanya berdasarkan satu kali pengambilan sampel darah, sehingga peneliti tidak
dapat melihat perubahan kadar CRP dan kadar feritin serum yang dapat terjadi
pada saat terdapat proses inflamasi. Diperlukan penelitian selanjutnya dengan
metode cohort yang lebih baik untuk melihat hubungan sebab dan akibat antara
kadar CRP dan kadar feritin.
C. Implikasi Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi para klinisi untuk
memberikan informasi dibidang kedokteran keluarga mengenai hubungan antara
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kadar CRP dengan kadar feritin serum, sehingga dapat digunakan sebagai prediksi
adanya proses inflamasi.
commit to user
35
Download