Mahasiswa Internasional Meminati Belajar Kesejahteraan

advertisement
Mahasiswa Internasional Meminati Belajar
Kesejahteraan, Kesetaraan dan Lingkungan di
Swedia
Dikirim oleh denok pada 30 November 2015 | Komentar : 0 | Dilihat : 3937
Titi Holmgren sosialisasikan
pendidikan di Swedia
Anda tentu telah mengenal Volvo, Electrolux, Spotify dan Ericsson. Tapi tahukah Anda darimana brand-brand
tersebut berasal? Ya, brand-brand tersebut berasal dari Swedia. Selain produk dengan brand ternama, negara ini
juga melahirkan ilmuwan terkenal seperti Alfred Nobel yang namanya tersemat dalam Nobel Prize. Setiap tahun,
penganugerahan Nobel Prize untuk ilmuwan sedunia dilakukan di Ibukota Swedia, Stockholm.
Swedia merupakan salah satu negara maju di kawasan Eropa Utara atau lebih dikenal dengan kawasan
Skandinavia. Untuk pertama kalinya, Swedia pada Senin (30/11/2015) diperkenalkan di Universitas Brawijaya
(UB). Pengenalan sedikit tentang Swedia dilakukan oleh Titi Holmgren yang dalam kesempatan tersebut
mensosialisasikan beasiswa dari Swedish Institute. Lebih jauh, Sweden Educational Consultant ini juga
mensosialisasikan kesempatan studi lanjut program magister dan doktoral di berbagai perguruan tinggi di negara
tersebut.
Selain Swedish Institute, beasiswa untuk menempuh studi di Swedia bisa berasal dari Swedish Universities,
Erasmus Mundus, EIT Grant (KTH) serta dari pemerintah Indonesia yakni Dikti dan LPDP.
Dijelaskan Titi bahwa program magister di Swedia meliputi kuliah (course) dan penelitian (research). "Tidak ada
program studi untuk magister yang hanya menawarkan program course saja," kata Titi. Dalam proses aplikasinya,
sistem seleksi dilakukan terpusat di Administrative Central di Swedia. Meskipun begitu, pelamar berkesempatan
untuk memilih empat program studi yang diminati. Urutan nomor pada program studi menunjukkan skala prioritas
pilihan.
Pada 2014, tercatat sekitar 40 mahasiswa Indonesia belajar di Swedia. Pada 2015, jumlahnya meningkat menjadi
60 mahasiswa. Jumlah ini memang lebih rendah dibanding Inggris, Belanda dan Jerman yang dinilainya lebih
populer. "Paling banyak ada sekitar 2 mahasiswa Indonesia pada satu program studi," kata Titi yang sempat
menempuh program Sarjana Komunikasi dan Magister Hubungan Internasional di Universitas Indonesia.
Berbeda dengan negara lain, Swedia tidak menawarkan beasiswa untuk program doktoral. Disampaikan Titi, di
negara ini mahasiswa program doktoral digaji untuk aktivitas seperti mengajar dan penelitian. Sehingga aplikasi
untuk program doktoral hanya bisa dilakukan by appointment dengan profesor ataupun melamar melalui vacancy
yang dibuka. Gaji untuk mahasiswa program doktoral tersebut berasal dari grant penelitian yang diberikan
Pemerintah Swedia melalui lembaga penelitian dan berbagai perguruan tinggi. Sementara untuk program sarjana
dan magister, sejak 2011 mahasiswa dari negara-negara di luar Uni Eropa ditarik tuition fee.
Swedia dihuni oleh sekitar 9.2 juta jiwa. Dengan area lebih luas sedikit dari Pulau Sumatera, 85% kawasannya
merupakan daerah hutan, danau, sungai dan kawasan pertanian. Negara berbentuk Monarki ini sangat concern
dengan isu lingkungan. Karena itu, Pemerintah Swedia menyediakan beasiswa besar-besaran untuk program studi
yang mendukung isu tersebut seperti environmental technology, renewable energy, dan waste management.
Suku Sami merupakan penduduk Asli Swedia yang tinggal di daerah sebelah utara, perbatasan antara Norwegia
dan Finlandia. Dalam kesehariannya, mereka bermata pencaharian dengan bertani dan beternak rusa. Swedia
beranjak menjadi negara maju pada awal tahun 1900-an ketika universitas bermunculan dan industri mulai bangkit.
Sementara sebelumnya, negara yang memberi jaminan kesejahteraan bagi warganya ini merupakan negara miskin.
Sehingga banyak diantara warganya yang memilih untuk bermigrasi dengan kapal laut ke Amerika Utara sekitar
tahun 1800-an.
Model jaminan kesejahteraan seperti pendidikan, kesehatan dan pensiunan yang diberikan kepada warganya serta
kesetaraan seperti gender di Swedia, mengundang mahasiswa dari berbagai negara untuk mempelajarinya termasuk
mahasiswa Indonesia. [denok/Humas UB]
Artikel terkait
Sosialisasi Perizinan Warga Negara Asing di UB
UB Berupaya Agar Mahasiswa Internasional Nyaman Tinggal dan Belajar di Indonesia
Futsal, Ajang Berkumpulnya Mahasiswa Internasional di Malang
Mahasiswa Asing UB Raih Juara Favorit Turnamen Futsal
International Office Fasilitasi Rencana Belajar Ke Australia Bagi Mahasiswa UB
Download