AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KOPI ARABIKA

advertisement
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KOPI ARABIKA (Coffea
arabica L) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
MEGA AYU ANGGRAENI
NIM 11 028
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
AGUSTUS 2014
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KOPI ARABIKA (Coffea
arabica L) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program D III
bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH
MEGA AYU ANGGRAENI
NIM 11 028
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
Agustus 2014
LEMBAR PERSEMBAHAN
Hiduplah seperti dandelion
Dandelion yang tak akan mampu melawan hembusan angin
Menerbangkannya dan merubahnya menjadi suatu batang yang tegak
Untuk tumbuh menjadi kehidupan yang baru.
Hiduplah seperti dandelion
Yang menghargai setiap waktu yang singkat
Mengejar dan menggapai cita-cita walaupun jalan yang ditempuh berbatu dan
terjal.
Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan segala kekuranganku.
Terima kasih karena telah memberikan mereka yang selalu memberikan
semangat dan doa disaat aku tertatih.
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk sepasang malaikat yang
dikirimkan Tuhan untukku. Mereka yang dalam sujud-sujud panjangnya
berdoa untuk segala kebaikan bagiku selama 20 tahun ini. Tiada kata yang bisa
menggantikan segala kasih sayang, usaha, semangat dan materi untuk anak
sulunya ini. Terima kasih Ibu dan Ayah, maaf karena hingga detik ini belum
bisa membahagiakan kalian. Terima kasih untuk nenek, adek-adek tercinta, dan
semua keluarga besarku.
Untuk dosen pembimbing Ibu Dra. Wigang Solandjari, terima kasih
untuk kesediaan untuk meluangkan waktu membimbing dan membagi ilmu,
terima kasih atas segalanya. Terima kasih untuk para dosen, AKAFARMA dan
AKFAR Putra Indonesia Malang yang telah memberikan ilmu yang sangat
berharga di sebagian hidupku. Untuk staf dan karyawan terima kasih.
Tak
lupa
untuk
sahabat-sahabatku
dan
teman
seperjuangan
“ElvAkaSquad’11 dan Akfar 2011”yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Terima kasih telah memberikan semangat, senyuman, kenangan indah dan
warna dalam kehidupanku.
Karya Tulis Ilmiah
Oleh Mega Ayu Anggraeni
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Pembimbing,
Dra. Wigang Solandjari
Karya Tulis Ilmiah
Oleh Mega Ayu Anggraeni ini
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 11 Agustus 2014
Dra. Wigang Solandjari
Penguji I
Misgiati,A.Md,M.Pd
Penguji II
Ernanin Dyah S.Si,MP
Penguji III
Mengetahui,
Menegaskan,
Pembantu Direktur Bidang Akademik
Direktur AKAFARMA
AKAFARMA
Dyah Ratna Wulan,S.Si
Ayu Ristamaya Yusuf,A.Md.,S.
ABSTRAK
Anggraeni, Mega Ayu. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kopi
Arabika (Coffea arabica L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra
Indonesia Malang. Dosen Pembimbing : Dra. Wigang Solandjari.
Kata kunci : Aktivitas Antibakteri, Ekstrak Daun Kopi Arabika, S. aureus
Daun Kopi Arabika merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang telah
dipercaya dalam penyembuhan berbagai macam penyakit misalnya sebagai
antidiabetes, dapat berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh. Daun kopi
mengandung berbagai macam senyawa yang dapat bersifat sebagai antibakteri
seperti alkaloid, flavonoid dan polifenol. Staphylococcus aureus merupakan
salah satu agen mikroba yang ditengarai menyebabkan infeksi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kopi arabika
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Ekstraksi daun kopi
arabika dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan maserasi dengan pelarut
etanol dengan konsentrasi 80% selama 5 hari. Selanjutnya, setelah dilakukan
maserasi, dan ekstrak yang didapatkan dilakukan pemisahan dengan pelarutnya
menggunakan rotary vacum evaporator dan dipekatkan dengan menggunakan
water bath hingga didapatkan ekstrak kental. Hasil skiring fitokimia pada
ekstrak positif mengandung alkaloid, flavonoid dan polifenol yang digunakan
dalam pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kopi memiliki aktivitas
antibakteri yang ditandai dengan adanya peningkatan diameter zona hambat
pada setiap peningkatan konsentrasi. Diameter zona hambat yang dihasilkan
pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% adalah 13,6 mm, 14,3 mm,
21,6 mm, 26,3 mm, 28,2 mm. Pembuktian kebenaran aktivitas antibakteri yang
ditimbulkan oleh ekstrak daun kopi dihitung dengan uji statistik dengan uji
One Way ANAVA dan menunjukkan hasil bahwa ekstrak tersebut memiliki
aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil
penelitian diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan membandingkan
ekstrak dan antibiotik pembanding, sehingga ekstrak daun kopi dapat
dimanfaatkan dalam dunia pengobatan dalam masa mendatang.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kopi Arabika (Coffea arabica L)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan program DIII di Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Putra Indonesia Malang.
Sehubungan dengan terselesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak, yaitu :
1. Ibu Ayu Ristamaya Yusuf, A.Md.,S.T. selaku Direktur Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.
2. Ibu Dra. Wigang Solandjari selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
3. Ibu Misgiati,A.Md,M.Pd, dan Ibu Ernanin Dyah S.Si,MP. Selaku dosen
penguji.
4. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang serta semua staf.
5. Kedua orang tua, nenek dan adikku yang memberikan doa serta motivasi.
6. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tak
langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada
penulis.
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bajwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan
sangat diharapkan.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Agustus 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1
Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3
Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.3.1
Tujuan Umum ............................................................................................3
1.3.2
Tujuan Khusus............................................................................................3
1.4
Kegunaan Penelitian ...........................................................................................4
1.4.1
Bagi peneliti ...............................................................................................4
1.4.2
Bagi institusi ...............................................................................................4
1.4.3
Bagi Masyarakat .........................................................................................4
1.5
Asumsi Penelitian ...............................................................................................4
1.6
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ......................................................4
1.6.1
Ruang Lingkup ...........................................................................................4
1.6.2
Keterbatasan Penelitian ..............................................................................5
1.7
Definisi Istilah ....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................6
2.1
Kopi Arabica (Coffea arabica L) .......................................................................6
2.1.1
Klasifikasi Kopi Arabika ............................................................................6
2.1.2
Morfologi Kopi Arabika ............................................................................8
2.1.3
Kandungan Kimia Kopi Arabika (Coffea arabica L) .................................9
2.2
Ekstraksi ........................................................................................................... 13
2.3
Antibakteri ....................................................................................................... 17
2.3.1
2.4
Pengertian Antibakteri ..............................................................................17
Penentuan Aktivitas Antibakteri ....................................................................... 18
2.4.1
Metode Penyebaran (Diffusion Method) ...................................................19
iv
2.4.2
Metode Pengenceran (Dilution Method) ...................................................20
2.4.3
Metode Bioautografi (Bioautography Method) ........................................21
2.5
Bakteri Staphylococcus aureus ......................................................................... 22
2.5.1
Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus ...............................................23
2.5.2
Karakteristik Bakteri Staphylococcus aureus ...........................................23
2.5.3
Morfologi .................................................................................................24
2.5.4
Patogenesis dan manifestasi klinis ............................................................24
2.5.5
Idetifikasi Staphylococcus aureus dengan Pewarnaan Gram ....................26
2.6
Kerangka Teori................................................................................................. 26
2.7
Hipotesis .......................................................................................................... 28
2.8
Kerangka Operasional ...................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 31
3.1
Rancangan Penelitian ....................................................................................... 31
3.2
Populasi dan Sampel ........................................................................................ 31
3.2.1
Populasi ....................................................................................................31
3.2.2
Sampel ......................................................................................................31
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 32
3.3.1
Lokasi Penelitian ......................................................................................32
3.3.2
Waktu Penelitian ......................................................................................32
3.4
Instrumen Penelitian ......................................................................................... 33
3.5
Definisi Operasional Variabel .......................................................................... 33
3.6
Pengumpulan Data ........................................................................................... 34
3.7
Analisis Data .................................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 43
4.1
Hasil Determinasi Daun Kopi Arabika (Coffea Arabica L) .............................. 43
4.2
Hasil Ekstraksi Daun Kopi Arabika ................................................................. 43
4.3
Hasil Identifikasi Ekstrak Daun Kopi Arabika ................................................. 43
4.4
Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri .............................................................. 44
4.5
Analisis Data .................................................................................................... 45
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................................ 47
5.1
Pembahasan preparasi sampel daun Kopi Arabika ........................................... 47
5.2
Pembahasan ekstraksi daun Kopi Arabika ........................................................ 47
5.3
Pembahasan uji fitokimia ekstrak daun kopi arabika ........................................ 48
5.4
Pembahasan hasil uji aktivitas ekstrak daun kopi terhadap S.aureus ................ 51
v
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 54
6.1
Kesimpulan ...................................................................................................... 54
6.2
Saran ................................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 55
LAMPIRAN ................................................................................................................... 57
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel .....................................................
31
Tabel 3.2 ANAVA ......................................................................................
38
Tabel 4.3.1 Uji Kualitatif Ekstrak ...............................................................
41
Tabel 4.3.2 Uji Organoleptis Ekstrak ..........................................................
41
Tabel 4.3.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri ................................................
42
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Tanaman Kopi Arabika ...............................................
7
Gambar 2. Gambar Daun Kopi Arabika .....................................................
8
Gambar 3. Simplisia Daun Kopi Arabika ...................................................
53
Gambar 4. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri ......................................
54
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi dan Rendemen ................................
57
Lampiran 2. Hasil Analisis Data Statistik ...................................................
58
Lampiran 3. Hasil Determinasi Tanaman Kopi ..........................................
61
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
yang sangat melimpah terutama dalam segi kelautan (bahari) dan segi
pengolahan pertanian. Dalam bidang pertanian, banyak tumbuhan yang
ternyata memiliki potensi sebagai tumbuhan berkhasiat obat yang belum
dieksplorasi secara maksimal. Padahal jika tumbuhan-tumbuhan tersebut
dimanfaatkan dengan baik, akan memberikan keuntungan yang besar bagi
negara. Salah satu sektor pertanian yang akan memberikan keuntungan yang
cukup besar adalah tanaman kopi.
Tanaman kopi (Coffea sp) termasuk familia Rubiaceae dan
merupakan tanaman tropis yang banyak diperdagangkan di dunia. Menurut
perwakilan dari Indonesia Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI) ,
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga penghasil kopi di dunia setelah
Brazil dan Vietnam (Radydjencole, 2011). Namun hingga saat ini upaya ini
masih terhambat karena Indonesia tidak pernah menggunakan bahan tanaman
unggul sehingga perkembangan produktivitas kopi sangat lamban.
Berdasarkan data yang dilansir Harian Kompas, produksi kopi untuk
tahun 2012 mencapai 700 ribu ton pertahun yang mencakup 140 ribu ton
untuk Kopi Arabika dan 560 ton untuk Kopi Robusta. Namun banyaknya
produksi kopi ini tidak diimbangi dengan pengolahan limbah yang sesuai,
1
2
baik kulit kopi maupun daun kopi yang hanya dibuang dan menjadi hasil
samping setelah masa panen kopi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pakar kopi dan botani dari
Royal Botanic Garden di Kew London dan Joint Research for Unit Crop
Diversiy Adaptation and Development di Montepellier yang dilansir dalam
media cetak Telegraph, daun kopi mengandung beberapa senyawa kimia
berkhasiat yang mampu mengatasi tekanan darah tinggi, mengurangi resiko
penyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner, kolesterol dan diabetes
serta dapat menjaga daya tahan tubuh. Selain itu beberapa penelitian
menyebutkan bahwa ekstrak bubuk kopi memiliki aktivitas sebagai senyawa
antibakteri terhadap bakteri E.coli, Lactobacillus sp, B. cereus, S.aureus,
Salmonella sp dan S. Faecalis. Menurut Dr.Aaron Davies dan Dr. Claudine
Campa dari 23 spesies tanaman kopi yang diteliti telah dibuktikan bahwa ada
7 spesies tanaman kopi yang terbukti mengandung beberapa senyawa kimia
yang mempunyai efek antibakteri.
Senyawa kimia yang terkandung dalam daun kopi arabika yang
memiliki khasiat sebagai antibakteri antara lain alkaloid, polifenol, flavonoid
(Rahmawati,2010). Zat-zat dalam daun Kopi Arabika ini diduga memiliki
sifat antibiotik alami untuk beberapa strain bakteri yang mampu menghambat
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus aureus.
Staphylococcus
aureus
merupakan salah satu bakteri potensial patogen yang ada pada tubuh manusia
dan keadaannya berimbang dengan bakteri lain. Salah satu strain
Staphylococcus
aureus
yang
berbahaya
adalah
Methicillin-resistant
3
Staphylococcus aureus (MRSA), bakteri ini sering ditemukan pada berbagai
tingkat penyakit mulai yang ringan bahkan sampai bakteriemia.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa perlu untuk
melakukan suatu peneliian yang bertujuan untuk membuktikan aktivitas
antibakteri dari ekstrak daun kopi arabika. Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi informasi penting bagi perkembangan pemanfaatan bahan alam
sebagai obat, dan khususnya bagi petani kopi dapat dipakai sebagai
pertimbangan untuk pemanfaatan limbah berupa daun kopi tersebut.
Pengujian
aktivitas
antibateri
dilakukan
terhadap
bakteri
Staphylococcus aureus menggunakan ekstrak daun kopi arabika yang diambil
dengan metode maserasi dalam beberapa konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%,
80% dan 100%. Pengujian aktivitas antibakteri ini menggunakan metode
difusi sumuran terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun kopi arabika (Coffea arabica L) dengan konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100% mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui aktivitas antibakteri Kopi Arabika (Coffea arabica L)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
1.3.2
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui adakah perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak daun
kopi pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% yang diamati dengan
adanya zona bening pada media yang telah dilubangi dengan alat sumuran.
4
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1
Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini mahasiswa dapat mengetahui manfaat
penggunaan ekstrak daun kopi arabika sebagai senyawa antibakteri.
Selain itu, penelitian ini dapat dikembangkan pemanfaatannya dalam
dunia farmasi.
1.4.2
Bagi institusi
Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan referensi tentang daun
kopi arabika yang menunjang serta bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya.
1.4.3
Bagi Masyarakat
Meningkatkan nilai ekonomis dari daun kopi arabika, sehingga dapar
memperbaiki kesejahteraan petani kopi. Selain itu diharapkan dapat
mengurangi masalah lingkungan karena limbah daun kopi.
1.5 Asumsi Penelitian
Adapun asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1
Daun Kopi Arabika (Coffea arabica L) memiliki khasiat sebagai
senyawa antibakteri.
1.5.2
Metode pengujian antibakteri ekstrak daun Kopi Arabika
menggunakan metode difusi sumuran.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1.6.1
Ruang Lingkup
5
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengujian aktivitas antibakteri daun
Kopi Arabika (Coffea arabica L) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan mengukur diameter zona hambat.
1.6.2
Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah pada penelitian ini tidak
menggunakan isolat senyawa yang bersifat antibakteri pada daun kopi
arabika.
1.7 Definisi Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap beberapa istilah, maka
akan diuraikan sebagai berikut:
1.7.1
Daun kopi arabika adalah daun tunggal berbentuk lonjong dengan tepi rata
dengan ujung yang meruncing dan pangkal tumpul dan berwarna hijau tua.
1.7.2
Ekstrak daun kopi adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental,
berwarna hijau kecoklatan dan cair yang dibuat dengan cara menyari
simplisia daun kopi arabika
1.7.3
Antibakteri adalah suatu zat yang dapat membunuh bakteri atau menekan
pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Antibakteri berguna untuk mengobati
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
1.7.4
Aktivitas antibakteri adalah kemampuan suatu zat dalam membunuh
maupun menghambat pertumbuhan bakteri.
1.7.5
Maserasi adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan prinsip
perendaman suatu simplisia dengan pelarut organik dengan lama waktu
tertentu kurang lebih 5 hari untuk mendapatkan sari simplisia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopi Arabica (Coffea arabica L)
Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di
Indonesia. Sejarah perkopian di Indonesia mencatat bahwa pertam kali
masuk ke Indonesia sekitar tahun 1699 yang merupakan jenis Kopi
Arabika (Coffea arabica L). Sejak abab ke-18 Kopi Arabika tersebut
menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dengan nama yang sesuai
dengan daerah pengembangnya (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang
terletak di antara 20oLU dan 20oLS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia
terletak di antara 5oLU dan 10oLS. Hal ini berarti sangat ideal dan
potensial bagi pengembangan tanaman kopi.(AAK,2009)
Sebenarnya tanaman kopi yang banyak diusahakan di Indonesia
ada dua jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi
tersebut secara fisiologis memiliki persyaratan kondisi iklim yang berbeda.
Kopi Arabika menghendaki lahan dataran tinggi daripada Kopi Robusta,
sebab apabila ditanam pada lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan
produktivitasnya menurun juga akan lebih rentan penyakit karat daun.
(AAK,2009)
2.1.1
Klasifikasi Kopi Arabika
6
7
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya
sangat berbeda dengan tanaman musiman. Klasifikasi tanaman kopi
adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliiopsida
Ordo
: Rubiales
Family
: Rubiaceae
Genus
: Coffea
Species
: Coffea arabica L.
Gambar 2.1 Tanaman Kopi Arabika
8
Gambar 2.2 Daun Kopi Arabika
2.1.2
Morfologi Kopi Arabika
Tanaman Kopi Arabika merupakan spesies tanaman berbentuk
pohon yang termasuk famili Rubiaceae dengan batang pohon yang tegak,
bulat, percabangan monopodial, permukaan kasar berwarna kuning kotor
dan memiliki tinggi hingga mencapai 2-3 m. Tanaman Kopi Arabika
memiliki akar tunggang berwarna kuning muda, akar yang lurus masuk
kedalam tanah berguna untuk menegakkan tanaman dan menolong bila
terjadi kekeringan. Pada akar tunggang sering tumbuh ajar yang
kesamping yang disebut akar lebar. Pada akar lebar tumbuh rambut akar
dan bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menyerap makanan. (AAK,
2009)
Daun kopi merupakan daun tunggal berbentuk lonjong dengan tepi
rata dengan ujung yang meruncing dan pangkal tumpul. Daun kopi
memiliki panjang dengan kisaran antara 8-15 cm dan lebar 4-7 cm,
bertangkai pendek berwarna hijau dengan pertulangan menyirip.
(AAK,2009)
9
Kopi Arabika memiliki persyaratan tumbuh dan hasil produksi
seperti ketinggian antara 700-1700 m dpl dan suhu 16-20oC, daerah yang
memiliki iklim kering atau bulan kering selama 3 bulan/tahun secara
berturut-turut, yang sesekali mendapat kiriman hujan. Produksi rata-rata
4,5-5 ku kopi beras/ha/th, harga kopi jenis Arabika lebih tinggi dibanding
jenis kopi lain. Dalam pengelolaan yang baik, hasil panennya bisa
mencapai 15-20 ku/ha/th dengan rendemen ± 18%. (Najiyati dan Danarti,
2004).
2.1.3
Kandungan Kimia Kopi Arabika (Coffea arabica L)
Kandungan kimia daun kopi adalah sebagai berikut :
1. Kafein
Ashihara et al., (2004) menyebutkan kafein diproduksi dari daun
muda dan buah yang matang dan terus menumpuk secara bertahap
selama pematangan organ-organ ini. Katabolisme kafein dalam daun
kopi pertama kali dilaporkan oleh kalberer pada tahun 1965. Daun
muda dari kopi varietas arabika terdiri dari teobromin dan sedikit
kandungan kafeinnya. Kafein terdapat dalam daun dan kotiledon
dengan konsentrasi 0,8% - 1,9% db (Ashihara, 2004).
10
2. Alkaloida
Zheng dan Ashihara, (2004) menyebutkan bahwa terdapat
senyawa alkaloid dalam daun kopi. Alkaloid adalah sebuah golongan
senyawa basa nitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat
dalam tumbuhan (tetapi tidak mengecualikan senyawa yang berasal
dari hewan). Senyawa alkaloida yang terdapat dalam kopi berupa
senyawa Xanthine, antara lain 1,3-dimetil xanthine (Theopilin), 3,7dimetil Xanthine (Theobromine), asam amino, peptida, protein.
Theophilin
Theobromin
Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan
cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian pada sel tersebut (Julianti, 2008). Gugus basa
yang mengandung nitrogen kan bereaksi dengan senyawa asam
amino yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi
ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan asam
amino sehingga akan menimbulkan perubahan keseimbangan genetik
pada rantai DNA sehingga akan mengalami kerusakan akan
11
mendorong terjadinya lisis sel bakteri yang akan menyebabkan
kematian pada sel bakteri (Gunawan, 2009).
3. Flavonoida
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat
banyak reaksi oksidasi baik secara enzim maupun non enzim.
Flavonoid yang terdapat dalam daun kopi arabika antara lain terdiri
dari kaemferol dan quersetin.
Kaemferol
Quersetin
Mekanisme kerja flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara
membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang
mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Mekanisme kerjanya
dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran
sel, mikrosom dan lisosom tanpa dapat diperbaiki lagi, sebagai hasil
dari ineeraksi antara flavonoid dnegan DNA bakteri (Julianti, 2008).
Sementara
menurut
Mirzoeva
mengemukakan bahwa
et
al.
dalam
penelitiannya
flavonoid mampu melepaskan energi
transduksi terhadap membran sitoplasma bakteri selain itu juga
menghambat motilitas bakteri. Mekanisme berbeda dikemukakan
oleh Di Carlo et al. dan Estrela et al yang menyatakan bahwa gugus
hidroksil
yang
terdapat
pada
struktur
senyawa
flavonoid
12
menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi yang
akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap bakteri.
4. Polifenol
Golongan polifenol berupa senyawa tanin yang terdiri dari katekin
dan eternya dengan asam galat seperti: kathekin, kathekin-galat,
epikhatekin, epikhatekin-galat, epigalokatekin, epihalokatekin galat
dan lain-lain.
Katekin
Epikatekin
5. Mangiferin
Dari penelitian dari Yoshimi et al dari Departement of Pathology,
University
of
Medicine,
Jepang,
mangiferin
(1,3,6,7-
tetrahydroxyxanthon-C2-beta-D-glucoside) adalah salah satu derivat
xanthon dan C-glucosylxanthone, yang digunakan untuk pengobatan
kuno. Senyawa alami yang merupakan turunan xanthon, biasanya
hanya dapat ditemukan pada tanaman mangga. (Campa,2012)
13
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan bahan aktif dari jaringan tumbuhan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sedangkan ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Dengan kata lain ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental,
kental dan cair, dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi dan pengadukan
dengan air mendidih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstraksi adalah
suatu proses penarikan bahan aktif yang terdapat pada jaringan tumbuhan
atau hewan dengan menggunakan pelarut yang sesuai yang diperoleh
dengan cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi dan pengadukan dengan
air mendidih.(Prasetyo,2008)
Metode maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin “macerace” yang berarti
merendam, merupakan proses paling tepat dimana suatu simplisia yang
sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam suatu larutan dan
melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.
(Astuti,2012)
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan.
Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat Farmakope
(umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) direndam dengan
bahan pengekstraksi (cairan penyari)
selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya langsung (untuk mencegah
14
reaksi katalis cahaya atau perubahan warna). Waktu lamanya maserasi
berbeda-beda. (Anonim, 2008).
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Anonim, 2008). Bila cairan
penyari yang digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat
ditambah bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat halus yang dikocok dimasukkan ke dalam bejana,
kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulan-ulang diaduk. Setelah
5 hari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari
secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak
100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan. Semakin besar
perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin
banyak hasi yang diperas.
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.
Cairan penyari yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu murah
dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak
menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat yang
berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat,
15
diperbolehkan oleh peraturan. Farmakope Indonesia menetapkan bahwa
sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter.
Air memiliki gaya ekstraksi yang menonjol untuk banya bahan
kandungan simplisia yang aktif secara terapetik, tetapi sekaligus juga
mampu mengekstraksi sejumlah besar bahan pengotor. Kekurangannya
adalah dapat menyebabkan reaksi pemutusan secara hidrolitik dan
fermentatif yang mengakibatkan cepatnya perusakan bahan aktif. Larutan
dalam air juga mudah dikontaminasi.
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,
selain itu kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak
beracun, netral absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada
segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana.
Sedang
kerugiannya
antara
lain
waktu
yang
diperlukan
untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih
banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai
tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat
dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
1. Modifikasi maserasi melingkar
2. Modifikasi maserasi digesti
3.
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
4. Modifikasi remaserasi
5.
Modifikasi dengan mesin pengaduk
16
Rotavapor
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu:
evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan
evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat
diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat
diartikan sebagai proses penguapan dari
liquid (cairan) dengan
penambahan panas. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan
pada proses pendidihan secara intensif yaitu pemberian panas ke dalam
cairan, pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
pemisahan uap dari cairan, dan mengkondensasikan uapnya. Evaporasi
atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke
dalam zat cair mendidih.
Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk mengurangi volume
cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut pada recycle.
Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada
permukaannya. Pada tipe ini, koefisien perpindahan panas meningkat
dengan perubahan temperatur, tetapi relatif lambat.
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari
pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya
hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran
umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
17
dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi.
Prinsip utama alat ini terletak pada penurunan tekanan sehingga
pelarut dapat menguap pada suhu dibawah titik didihnya. Rotary
evaporator lebih disukai karerna mampu menguapkan pelarut dibawah titik
didihnya sehingga zat yang terkandung didalam pelarut tidak rusak oleh
suhu yang tinggi. Banyak cairan organik yang tidak dapat didistilasi pada
tekanan
atmosfer
karena
temperatur
yang
diperlukan
untuk
berlangsungnya distilasi dapat menyebabkan senyawa terdekomposisi
(biasanya terjadi pada senyawa bertitik didih lebih dari 200 oC).
Penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran oleh labu alas bulat dibantu dengan penururnan tekanan
dengan
bantuan pompa vacum, uap larutan penyari akan naik ke
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung (Anonim,
2008).
2.3 Antibakteri
2.3.1
Pengertian Antibakteri
Antibakteri
pertumbuhan
dan
adalah
suatu
metabolisme
bahan
yang
mikroba.
dapat
mengganggu
Sedangkan
menurut
(Ganiswarna,et al., 1995) antibakteri adalah suatu senyawa yang dalam
konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh proses
kehidupan suatu mikroorganisme. Penggunaan antibakteri bertujuan
sebagai usaha pengendalian terhadap bakteri yaitu menghambat,
18
membasmi atau menyingkirkan bakteri. Usaha pengendalian tersebut
meliputi beberapa hal yaitu, mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi bakteri pada inang yang terinfeksi dan mencegah pembusukan
dan perusakan bahan oleh bakteri.
2.4 Penentuan Aktivitas Antibakteri
Penentuan daya kerja senyawa antibakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Metode yang digunakan dalam menguji aktifitas suatu
senyawa antibakteri disebut dengan metode uji aktivitas antibakteri.
Pengujian aktivitas suatu antibakteri terhadap kuman dapat
dilakukan secara in vitro. Ada tiga metode yang dapat dilakukan untuk
menguji aktivitas antibakteri. Pertama, metode penyebaran (Diffusion
Method)
yang meliputi metode cakram kertas (Paper Disk Method),
metode casan dalam cincin (Ring Diffusion Method), metode lubang (Hole
Plate Method). Kedua, Metode Pengenceran (Dilution Method) yang
meliputi metode pengenceran agar (Agar Dilution Method), metode
pengenceran tabung (Tube Dilution Method). Ketiga, metode Biaugrafi
(Bioautography Method) yang meliputi metode Bioautografi Pencelupan
(Immersion Bioautography Method). (Jawelz,1995)
Menurut (Berghe, 1991) ada tiga kondisi yang harus dipenuhi oleh
senyawa aktif dalam suatu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri
agar dapat dideteksi. Pertama, ekstrak tanaman yang diduga memiliki
senyawa antibakteri tersebut harus mengalami kontak dengan dinding sel
bakteri. Kedua, yaitu pengaturan kondisi sedemikian rupa supaya bakteri
dapat tumbuh dalam suatu media. Ketiga, pengujian antibakteri yang
19
dilakukan harus dapat memberikan hasil yang berarti selama dalam kurun
waktu yang ditentukan.
2.4.1
Metode Penyebaran (Diffusion Method)
Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme
terhadap antibakteri adalah dengan menginokulasi plat agar dengan biakan
dan membiarkan antibakteri berdifusi ke media agar . Cakram yang telah
mengandung antibakteri di letakkan di permukaan plat agar yang
mengandung organisme yang di uji. Konsentrasi menurun sebanding
dengan luas bidang difusi pada jarak tertentu dari masing-masing cakram
antibakteri terdifusi sampai pada titik dimana antibakteri tidak lagi
menghambat pertumbuhan mikroba. Efektifitas antibakteri di tunjukkan
oleh zona hanbatan. Zona hambatan ini tampak sebagai area jernih /
bening yang mengelilingi cakram dimana zat dengan aktifitas anti mikroba
terdifusi. Diameter zona dapat dihitung dengan penggaris dan hasil dari
eksperimental ini merupakan satu anti biogram.
Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan cakram
kertas saring yang tersedia secara kormesial , kemasan yang menunjukkan
konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif dari
antibiotik yang berbeda menjadi dasar dari spektrum sensitivitas suatu
organisme. Informasi ini, bersama dengan berbagai pertimbangan
farmakologi, di gunakan dalam memilih antibakteri untuk pengobatan.
Ukuran dari zona hambatan dapat di pengaruhi oleh kepadatan atau
viskositas dari media biakan, kecepatan difusi antibiotik , konsentrasi
antibiotik pada cakram filter, sensitivitas organisme terhadap antibiotik,
20
dan interaksi antibiotik dengan media. Media cakram difusi mewakili
prosedur sederhana mempunyai aktivitas antibakteri yang berguna.
( Biomed & Harminto , 2005 : 2-3). Keuntungan metode difusi adalah
jumlah sampel kecil dan dapat dikerjakkan dalam satu cawan petri 5-6
sampel sekaligus untuk satu jenis mikroorganisme. (Recio, 1988 : 128
dalam Priatna, 2008).
Uji aktivitas antibateri dapat dilakukan dengan metode difusi dan
metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan
dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan
petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu
senyawa dalam ekstrak. Syarat jumlah bakeri untuk uji kepekaan /
sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL. (Hermawan dkk., 2007)
Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder,
metode lubang/ sumuran, dan metode cakram kertas. Metode lubang/
sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi
dengan bakteri. jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji.
Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat
ada tidaknya daerah hambatan disekeliling lubang. (Kusmayati dan
Agustini. 2007).
2.4.2
Metode Pengenceran (Dilution Method)
Metode ini dapat dilakukan dengan pengenceran dalam tabung
maupun pengenceran agar. Cara pengenceran dalam tabung dapat
dilakukan dengan mengencerkan bahan uji dengan media cair menjadi
21
kelipatan dua secara bertahap sehingga didapatkan beberapa konsentrasi
dengan kelipatan setengahnya, sedangkan pada pengenceran agar
menggunakan satu seri lempeng agar dengan knsentrasi bahan uji yang
berbeda. Selanjutnya diinkubasi dengan suspensi bakteri dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 36-37oC, kemudian diamati hambatan
pertumbuhan
kuman
dengan
membandingkan
kekeruhan
atau
pertumbuhan dengan kontrol media yang mengandung media konsentrasi.
Penghambatan minimal didapatkan dari tabung yang jernih pada
pengenceran tertinggi. Metode ini digunakan untuk mengetahui Kadar
Hambat Minimal (KHM) suatu antibakteri, tetapi metode ini hanya sesuai
untuk senyawa yang larut dalam air. (Recio, 1988 : 128-129 dalam Priatna,
2008). Konsentrasi Hambatan Minimal adalah konsentrasi antibiotika
terendah yang dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu KHM
dapat ditentukan dengan prosedur tabung dilusi. KHM dapat juga
ditentukan dengan menggunakan konsentrasi tunggal dari suatu antibiotika
dengan membandingkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme pada
tabung kontrol yang diberikan antibiotika. (Dr.Harmita, 2005).
2.4.3
Metode Bioautografi (Bioautography Method)
Metode ini sangat berguna untuk mengetahui senyawa baru atau yang
belum diketahui aktivitas antibakterinya. Bahan uji dipindahkan ke cawan
petri yang berisi agar dan inakulum jamur melalui proses difusi.
Bioautografi kontak menggunakan prinsip difusi senyawa yang terpisah
dengan kromatografi lapis tipis. Lempeng kromat diletakkan pada
permukaan agar yang telah diinokulasi bakteri. Setelah kurang lebih 30
22
menit lempeng dipindahkan, diinkubasi dan diamati. Senyawa antibakteri
akan berdifusi pada lapisan agar dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Pada bioautografi langsung, zona hambatan damati secara langsung pada
lempeng kromatografi yang sudah disemprot suspensi bakteri dalam media
cair, kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Adapun
metode bioautugrafi pencelupan dapat dilakukan dengan pencelupan
lempeng kromat ke dalam media yang menempel pada lempeng kromat
mengeras, lalu diinkubasi dan dilakukan pengamatan daerah hambatan.
(Recio, 1988 : 135 dalam Priatna, 2008)
Dalam penelitihan ini, metode yang digunakan adalah metode
pengenceran (Dilution Method) yang menggunakan uji tabung. Alasan
pemilihan metode ini adalah untuk mengetahui konsentrasi hambat
minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM). KHM adalah
konsentrasi minimal suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
mikrooeganisme sedangkan KBM adalah konsentrasi minimal suatu
senyawa dalam membunuh mikroorganisme.
2.5 Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri yang secara
akrab dikenal dengan Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit
sebagai akibat dari infeksi beragam pada jaringan-jaringan tubuh. Bakteribakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung
oleh infeksi (seperti pada kulit). Penyakit yang berhubungann dengan
Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan
sampai berat atau parah dan berpotensi fatal. (Puspitasari, 2008)
23
Staphylococcus
aureus
merupakan
bakteri
pathogen
yang
memasuki tubuh melalui kulit dan menyebabkan infeksi pada luka bakar,
infeksi kantong rambut, infeksi luka bedah, bisul dan lain-lain.
2.5.1
Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus
Klasifikasi dalam dunia bakteri didasarkan atas sifat-sifat
morfologi, fisiologi, termasuk juga sifat-sifat imunologi. Klasifikasi
bakteri terdiri dari kingdom, divisi, klas, ordo, famili, genus dan
spesies.
Klasifikasi bakteri Bakteri Staphylococcus aureus adalah
sebagai berikut :
Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Micrococcaceae
Marga
: Staphylococcus
Jenis
: Staphylococcus aureus
2.5.2
Karakteristik Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif
yang berbentuk coccus atau bulata yang menyerupai bentuk anggur
dengan diameter 0,7-0,9 mikron. Staphylococcus aureus hidup
sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari
tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan
tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.
Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit,
24
kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan
intoksikasi
Staphylococcus
bermacam-macam
infeksi
aureus
seperti
juga
dapat
jerawat,
menyebabkan
bisul,
meningtis,
osteomeilitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.
(Puspitasari 2008).
2.5.3
Morfologi
Staphylococcus
aureus
merupakan
bakteri
gram
positif
berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah anggur koloni
berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif dan sifatnya
sebagai bakteri komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya
berimbang degan flora normal lain. Staphylococcus aureus pada
manusia diantaranya ditemukan pada hidung, kulit, tenggorok dan
lain-lain. (Priatna, 2008)
2.5.4
Patogenesis dan manifestasi klinis
Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen penyebab
infeksi. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit mulai
dari yang ringan sampai yang berat bahkan sampai sepsis.
Staphylococcus aureus sering menyebabkan osteomielitis, infeksi
Staphylococcus aureus pada organ dalam dapat menyebabkan
endokartis, pneumonia dan infeksi berat lainnya. Pada luka terbuka
Staphylococcus aureus juga sering menyebabkan infeksi.
Infeksi oleh S.aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang
disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan
oleh S.aureus adalah bisul, jerawat, ompetigo dan infeksi luka.
25
Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, masitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis dan endokarditis.
Hal ini dikarenakan S.aureus mempunyai bagian-bagian dan
produk yang mendukungnya sebagai salah satu bakteri patogen
diantaranya adalah dinding sel Staphylococcus sp sebagian besar
terdiri dari peptidoglikan, peptidoglikan mempunyai aktifitas seperti
endotoksin, menstimulasi keluarnya sitokin dari makrofag yaitu
interleukin-1 dan aktifasi komplemen, kapsul akan mencegah
fagositosis PMN, adanya toxin dan enzim yang dihasilkan untuk
merusak sel inang. Selain itu, faktor dari bakteri S.aureus yang
menyebabkan sukarnya penanganan infeksi adalah adanya resistensi
bakteri terhadap antibiotik.
Staphylococcus aureus merupakan anggota flora normal pada
kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Sekitar
40-50% manusia merupakan
pembawa Staphylococcus aureus
dalam hidupnya. Kemampuan parogenik merupakan efek gabungan
faktor-faktor ekstraseluler toksin-toksin. (Priatna, 2008)
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob,
fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan
enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase.
Staphylococcus aureus
mengandung lysostaphin
yang dapat
menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh
Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta
dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan
26
eksfoliatin.
Enterotosin
dan
eksoenzim
keracunan
makanan
terutama
yang
dapat
menyebabkan
mempengaruhi
saluran
pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan
tubuh
akan menurun.
Eksofoliatin merupakan toksin
yang
menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
(Priatna,2008)
2.5.5
Idetifikasi Staphylococcus aureus dengan Pewarnaan Gram
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan bahan
warna dasar setelah dilakukan proses pelunturan (decolorized)
dengan alkohol 96%. Oleh karena bahan warna dasarnya adalah
kristal-violet yang berwarna ungu, bakteri gram positif berwarna
ungu. Menurut teori dijelaskan pada bakteri gram positif apabila
diwarnai akan membentuk kompleks protein ribonukleat yang dapat
mempertahankan warna dasar setelah dilakukan proses pelunturan
(Univeristas Brawijaya.2003:58).
2.6 Kerangka Teori
Tanaman Kopi Arabika merupakan salah satu tanaman yang telah
dikenal oleh masyarakat sejak zaman dahulu dan dimanfaatkan sebagai
minuman seduh. Namun, beberapa penelitian menyebutkan bahwa selain
berfungsi sebagai minuman seduh biasa, tanaman kopi juga memiliki
khasiat dalam dunia pengobatan salah satunya sebagai antibakteri
penelitian tersebut menyebutkan bahwa ekstrak bubuk kopi dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, Lactobacillus sp, B. cereus,
S.aureus, Salmonella sp dan S. Faecalis.
27
Bagian tanaman kopi arabika yang dapat digunakan dalam
pengobatan selain biji kopi adalah daun kopi. Daun kopi mengandung
senyawa berkhasiat yang mampu mengatasi tekanan darah tinggi,
mengurangi resiko penyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner,
kolesterol dan diabetes. Beberapa senyawa aktif yang terkandung dalam
daun kopi adalah polifenol, kafein (non-volatine alkaloid), alanin (asam
amino),
arabinogalactican,
galactomanan,
selulosa
(polisakarida
karbohidrat), asam linoleat, asam klorogenat, asam palmitat, trigliserida
(lemak).
Berdasarkan efek farmakologi beberapa senyawa tersebut diatas
ada beberapa senyawa yang dapat berfungsi sebagai antimikroba, maka
dalam penelitian ini akan dilakukan aktivitas antibakteri ekstrak daun kopi
arabika terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penggunaan
bakteri Staphylococcus aureus ini didasarkan karena bakteri ini merupakan
bakteri patogen yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit,
terutama penyakit kulit.
Ekstraksi daun Kopi Arabika dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi dengan pelarut etanol 80% yang berlangsung selama 5
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya . Pemilihan pelarut
etanol 80% dikarenakan senyawa-senyawa kimia yang terkandung
didalamnya larut dalam pelarut polar ini. Konsentrasi ekstrak yang
digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri daun kopi arabika yaitu
sebesar 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
28
Ekstrak yang dihasilkan dilakukan pengujian antibakteri dengan
menggunakan metode difusi cakram untuk mengetahui daya hambat
ekstrak daun Kopi Arabika terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Pengujian ini dilakukan dengan cara melubangi media padat yang telah
disuspensikan bakteri terlebih dahulu kemudian ekstrak daun kopi arabika
diteteskan pada lubang sumuran tersebut dan dilakukan inkubasi.
Penghambatan pertumbuhan bakteri ditandai dengan adanya zona hambat
pada media selektif disekitar area lubang sumuran yang diberi ekstrak.
2.7 Hipotesis
1. Ekstrak
daun
kopi
arabika
memiliki
aktivitas
antibakteri
pada
Staphylococcus aureus.
2. Terdapat konsentrasi yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan adanya zona hambat.
29
2.8 Kerangka Operasional
a. Proses ekstraksi daun kopi arabika
Daun kopi arabika ditimbang
sebanyak 1 kg
Dicuci bersih dan kemudian
dikeringkan
Dipotong kecil-kecil
Dimasukkan ke dalam tabung
maserasi
Ekstrask diuapkan dengan
rotary evaporator
Ekstrak daun kopi arabika
Uji mutu : organoleptis,
uji kualitatif
Uji aktivitas antibakteri
30
b. Prosedur pengujian aktivitas antibakteri
Dibuat biakan bakteri
pada media NA
Disuspensikan bakteri
dengan menggunakan NaCl
0,9%
Disterilkan alat sumuran
dan cawan petri
Disuspensikan 1 ml
bakteri pada media MHA
Dituangkan media MHA
pada cawan petri
Media dilubangi dengan
alat sumuran
Di injeksikan ekstrak daun
kopi pada lubang sumuran
Diinkubasi selama 1x 24
jam pada suhu 37oC
Diamati zona hambat yang
terbentuk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri
dari daun Kopi Arabika (Coffea arabica L) terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
observasi yang meliputi tiga tahap kerja meliputi tahap persiapan, tahap
penelitian, dan tahap akhir. Pertama, tahap persiapan terdiri dari
penyiapan bahan ekstraksi daun Kopi Arabica (Coffea arabica L) dengan
cara ekstraksi maserasi dan rotary vacum evaporator, persiapan bakteri
Staphylococcus aureus. Kedua, tahap pelaksanaan yaitu pengujian
aktivitas antibakteri ekstrak daun kopi arabika pada terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Ketiga, yaitu tahap akhir penelitian yaitu
melakukan pengamatan terhadap hasil pengujian dan analisis data
menggunakan One Way ANAVA.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah daun kopi arabika (Coffea
arabica L).
3.2.2
Sampel
Sampel penelitian ini adalah hasil ekstrak daun Kopi Arabika
(Coffea arabica L) kurang lebih sebanyak ± 300 gram.
31
32
3.2.2.1 Tanaman Uji
Daun Kopi Arabika (Coffea arabica L) diambil dari Desa Sukorejo,
Kalipare Kabupaten Malang. Bahan yang digunakan adalah daun
Kopi Arabika yang masih segar yang telah dicuci bersih dan
diangin-anginkan pada tempat yang teduh tanpa terkena sinar
matahari langsung sampai kering.
3.2.2.2 Bakteri Uji
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus
aureus yang diperoleh dari biakan murni di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
3.2.2.3 Media Uji
Terdapat dua media yang digunakan untuk mengembangbiakan
murni dan pengujian yaitu, Nutrient Agar dan Muller Hinton Agar.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan terdiri dari beberapa tahapan. Tahap
ekstraksi dan penentuan aktivitas antibakteri di Laboratorium
Mikrobiologi Akademi Anaslis Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang.
3.3.2
Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan mulai tahap persiapan,
pelaksanaan ekstraksi, penentuan aktivitas antibakteri dan tahap
analisis data adalah selama dua bulan terhitung sejak bulan MeiJuni 2014.
33
3.4 Instrumen Penelitian
Intrumen adalah semua alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung
maserasi, beaker glass, gelas ukur, alumunium foil, rotary vacum
evaporator, inkubator, autoklaf, cawan petri, kawat oase, batang
pengaduk, spiritus, spiritus, penjepit tabung.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kopi
arabika, aquadest, etanol 80%, biakan bakteri Staphylococcus aureus,
media Muller Hinton Agar, Nutrient Agar, reagen Mayer, Dragendorf,
Boughcardart, NaCl 0,9%, HCl 2N, serbuk Mg, FeCl3 10%.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak daun
kopi arabika, dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas
antibakteri
ekstrak
Staphylococcus aureus.
daun
kopi
arabika
terhadap
pertumbuhan
34
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi
Ekstrak daun Kopi Arabika
Identifikasi
(Coffea
Arabica
L)
ekstrak daun diperoleh
dari
proses
kopi arabika
ekstraksi
maserasi
dan
rotary vacum evaporator
Kemampuan ekstrak daun
Aktivitas
kopi arabika dalam
ekstrak daun menghambat pertumbuhan
kopi sebagai bakteri Staphylococcus
antibakteri
aureus pada media selektif
terhadap
Staphylococc
us aureus
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Sifat organoleptis
meliputi :
Warna,
Bau, Visual
Tekstur dan Rasa
Aktivitas
antibakteri ditandai
dengan diameter
zona hambat
berupa zona bening
di sekitar area
lubang sumuran
Nominal
Alat Ukur
Panca
Indra
Jangka
Sorong
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui langkah kerja
sebagai berikut :
3.6.1. Prosedur Kerja
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan antara lain:
3.6.1.1 Persiapan sampel uji
1. Diambil daun kopi arabika dari desa Sukorejo dan dipilih yang
masih segar.
2. Daun kopi arabika dicuci hingga bersih dan diangin-anginkan
hingga kering untuk mengurangi kadar air.
3. Ditimbang sebanyak 300 g kemudian di blender hingga menjadi
serbuk halus.
4. Daun kopi siap untuk disari dengan metode maserasi.
35
3.6.1.2 Prosedur ekstraksi daun kopi arabika dalam berbagai konsentrasi
1. Disiapkan tabung maserasi
2. Disiapkan etanol 80% sebagai pelarut penyari, kemudian
masukkan dalam tabung maserasi.
3. Dimasukkan serbuk daun kopi arabika ke dalam tabung
maserasi.
4. Dilakukan perendaman selama 5 hari.
5. Hasil maserasi ditampung dalam beaker glass dan ditutup
dengan alumunium foil.
6. Hasil maserasi yang didapatkan dilakukan pemisahan antara
ekstrak daun kopi dengan pelarut etanol menggunakan rotary
vacum evaporator.
7. Dipekatkan ekstrak dengan menggunakan water bath.
8. Hasil ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dicatat berat ekstrak
daun kopi.
9. Selanjutnya dihitung rendemennya dengan rumus :
Rendemen =
x 100%
3.6.1.3 Prosedur Uji kualitatif kandungan kimia ekstrak daun kopi arabika
1. Alkaloid
Ekstrak kental daun kopi arabika ditimbang sebanyak 0,5 g ke
mudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling,
dipanaskan air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat
dipakai untuk percobaan berikut :
a. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer
36
b. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
Bouchardat
c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
Dragendrof
Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit
dua atau tiga dari percobaan diatas.
2. Flavonoid
Sebanyak 1 g ekstrak kental daun kopi arabika kemudian
ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan
disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh kemudian
diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl
pekat dan 2 ml ambil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah.
Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada
lapisan amil alkohol.
3. Polifenol
Adanya polifenol ditunjukkan oleh perubahan warna menjadi biru,
biru hitam, atau biru hijau setelah ditambahkan pereaksi FeCl 3 10%
pada larutan uji.
3.6.1.4 Prosedur pengujian antibakteri ekstrak daun kopi arabika
A. Sterilisasi alat
Dalam penelitian ini mengunakan dua metode sterilisasi yaitu
sterilisasi panas basah dan sterilisasi panas kering. Sterilisasi panas
basah diperuntukkan untuk perlatan yang terbuat dari bahan kaca
atau gelas dengan cara membungkus dengan kertas perkamen dan
37
dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit.
Sedangkan untuk sterilisasi panas kering diperuntukkan untuk
peralatan yang terbuat dari logam dan porselen dengan cara
membungkusnya
menggunakan
alumunium
foil
kemudian
dimasukkan dalam oven pada suhu 160oC selama 2 jam.
B. Pembuatan Media
1. Pembuatan Media Muller Hinton Agar
Komposisi media Muller Hinton Agar
Bahan
Jumlah
Beef infusion
150 g
Casamino acid
8,75 g
Amilum
0,75 g
Agar-agar
8,75 g
Aquadest
500 ml
a. Ditimbang media Muller Hinton Agar sebanyak 16,2 g
kemudian dimasukkan kedalam beaker glass.
b. Dilarutkan dengan 150 ml aquadest lalu dipanaskan diatas
penangas sambil diaduk-aduk hingga mendidih selama 20
menit.
c. Media dituang sebanyak 15 ml kedalam cawan petri dan
dilakukan sterilisasi.
2. Pembuatan Media Nutrient Agar
Komposisi Nutrien Agar
Bahan
Jumlah
38
Ekstrak daging sapi
3g
Pepton
5g
Agar
15 g
Aqua
1000 ml
pH
6,8
a. Ditimbang media 0,08 g Nutrient Agar kemudian dimasukkan
ke dalam beaker glass
b. Dilarutkan dengan 10 ml aquadest lalu dipanaskan di atas
pembakar spiritus sambil diaduk-aduk hingga mendidih selama
20 menit.
c. Diukur pH hingga menjadi 6,8
d. Dimasukkan cawan petri sebanyak 15 ml dan disterilkan.
Tahapan :
1. Dicairkan media Nutrient Agar steril.
2. Dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 15 ml secara
aseptis dan dibiarkan sampai memadat.
3. Diinokulasi biakan murni secara aseptis di inkubator pada suhu
37oC selama 24 jam.
4. Disiapkan larutan NaCl 0,9% sebanyak 25 ml pada labu ukur
untuk mensuspensikan Staphylococcus aureus dan dibiakkan.
5. Serapan suspensi Staphylococcus aureus diukur dengan
spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 540
nm, sedemikian rupa sehingga pada pengenceran tertentu
diperoleh % transmiter 25.
39
C. Pembuatan sampel ekstrak daun kopi arabika dalam berbagai
konsentrasi
1. Konsentrasi ekstrak 20%, ambil ekstrak kental sebanyak 5,53
gram lalu larutkan ke dalam 28 ml aquadest steril, lalu
homogenkan.
2. Konsentrasi ekstrak 40%, ambil ekstrak kental 11.06 gram lalu
larutkan ke dalam 28 ml aquadest steril, lalu homogenkan.
3. Konsentrasi ekstrak 60%, ambil ekstrak kental 16,6 gram lalu
larutkan ke dalam 28 ml aquadest steril, lalu homogenkan
4. Konsentrasi ekstrak 80%, ambil ekstrak kental 22,13 gram lalu
larutkan ke dalam 28 ml aquadest steril, lalu homogenkan.
5. Konsentrasi ekstrak 100%, ambil ekstrak kental sebanyak 27,7
gram.
D. Uji aktivitas antibakteri metode difusi sumuran
1. Ambil cawan petri yang telah disterilisasi terlebih dahulu.
2. Suspensikan bakteri kedalam cawan petri tersebut secara aseptis.
3. Tuang media Muller Hinton Agar kedalam cawan petri yang
telah disuspensikan bakteri tersebut.
4. Biarkan dan dinginkan media Muller Hinton Agar hingga
memadat.
5. Lubangi media dengan alat sumuran berdiameter 5 mm pada
bagian tengah media.
6. Injeksikan ekstrak pada lubang sumuran tersebut.
40
7. Biakan perlakuan dan kontrol diinkubasi dalam inkubator pada
suhu 37oC selama 1x24 jam.
8. Amati dan ukur besar diameter daerah hambat yang terbentuk.
3.7 Analisis Data
Dalam penelitian ini data hasil dari aktivitas antibakteri
diuji
sebaran datanya menggunkan uji Levene’s Test of Quality of Error
Variances (uji homogenitas). Jika hasil yang didapatkan telah homogen
dan memenuhi syarat maka dilakukan uji statistik untuk mengetahui
apakan ada perbedaan yang signifikan dari lima perlakuan menggunakan
Analisis Varian Satu Arah atau ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%
menggunakan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version.
Prosedur dalam analisis varian adalah sebagai berikut :
1. Rumusan Hipotesis
Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara diameter
zona bening tiap konsentrasi
Ha = terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara diameter zona
bening tiap konsentrasi
2. Analisa Ragam
 Faktor Koreksi
FK =
 Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT =
(Xij)2 -FK
 Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
41
JKP =
( )
- FK
 Jumlah Kuadrat Gallat (JKG)
JKG = JKT – JKP
 Derajat Bebas (db)
db perlakuan = t – 1
db perlakuan = t(r-1)
db total = r.t-1
 Kuadrat Tengah (KT)
KTP =
KTG =
 Harga Statistik (F)
F hitung =
Tabel 3.2 ANAVA
Sumber Variasi
Derajat Jumlah
Kuadrat F
bebas
kuadrat Tengah
db
(JK)
(KT)
Antar perlakuan
t -1
JKP
KTP
Galat
t(r-1)
JKG
KTG
Total
r.t-1
JKT
3. Penyimpulan
F tabel
hitung 5% 1%
42
 Jika F hitung > F table 1%, perbedaan rata-rata perlakuan atau
pengaruh perlakuan dikatakan sangat nyata dan pada hasil F
hitung diberikan tanda (**)
 Jika F hitung > F tabel 5%, tetapi < F tabel 1% atau F hitung
terletak diantara F tabel 5% dan F tabel 1% perbedaan
pengaruh perlakuan dikatakan nyata atau ada perbedaan nyata
pengaruh perlakuan, dan pada hasil F hitung diberi tanda (*).
 Jika F hitung < F tabel 5%, dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan antara harga rata-rata perlakuan atau tidak ada
pengaruh yang nyata dari perlakuan-perlakuan yang dicobakan
dan pada hasil F hitung diberi tanda tanda (tidak nyata).
4. Pengujian Hipotesa
Jika Ho ditolak maka diperlukan pengujian selanjutnya dengan
menggunakan uji Student Newman Keul (SNK)0,05 yang
dirumuskan sebagai berikut:
SNK = √
Harga t0,05 dapat dicari pada tabel, kemudian dibandingkan
dengan nilai beda mean dari SNK0,05 sebab dianggap uji
rentangan yang paling akurat, jika:
(x1-x2) ≥ SNK0,05 berarti berbeda nyata.
(x1-x2)< SNK0,05 berarti berbeda tidak nyata.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Determinasi Daun Kopi Arabika (Coffea arabica L)
Determinasi tanaman kopi arabika dilakukan di (MMB) Materia
Medika Batu. Dari determinasi yang dilakukan maka dapat dipastikan
bahwa daun kopi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan daun kopi
Arabika yang berasal dari suku Rubiaceae dan dari jenis Coffea arabica.
4.2 Hasil Ekstraksi Daun Kopi Arabika
Ekstrak daun kopi arabika diperoleh dari hasil maserasi dari
sebanyak 300 gram daun kopi arabika kering yang dibuat dalam lima
konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60% 80% dan 100% dengan menggunakan
pelarut berupa etanol 80%. Ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi
selanjutnya di saring untuk memisahkan residu dan difiltratnya. Filtrat
yang diperoleh kemudian diuapkan pelarutnya dan dipekatkan dengan
menggunakan water bath pada suhu 70oC.
4.3 Hasil Identifikasi Ekstrak Daun Kopi Arabika
Ekstrak yang didapatkan dari serangkaian proses ekstraksi
kemudian dilakukan uji organoleptis dan identifikasi senyawa-senyawa
aktif yang terdapat pada daun kopi arabika. Uji skrining fitokimia ini
bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif yang bersifat sebagai
antibakteri. Hasil uji skrining fitokimia di tuliskan dalam tabel berikut :
43
44
Tabel 4.3.1 Uji Kualitatif Ekstrak Daun Kopi Arabika
Pengujian
Hasil pengamatan
Alkaloid :
Hijau kecoklatan
1. Mayer
2. Boughcardart
Kecoklatan
3. Dragendorf
Jingga
Polifenol
Biru hijau
Flavonoid
Kuning jingga
Selain uji kualitatif senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak daun
kopi arabika, pada penelitian ini juga dilakukan uji organoleptis.
Tabel 4.3.2 Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Daun Kopi Arabika
Organoleptis
Hasil pengamatan
Warna
Hijau tua
Bau
Khas
Rasa
Pahit
Tekstur
Kental
4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kopi Terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus
Hasil penelitian aktivitas antibakteri ekstrak daun kopi arabika
(Coffea arabica L) terhadap Staphylococcus aureus dilakukan dengan cara
mengukur diameter zona bening yang terdapat pada sekitar area lubang
45
sumuran pada media berupa Muller Hinton Agar dan dilakukan inkubasi
selama 1x24 jam pada suhu 37oC.
Adapun hasil pengukuran diameter zona bening dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel. 4.3.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Diameter zona bening (mm)
Perlakuan
Total
Rata-rata
0,0
0,0
0,0
29
28
85
28,2
23
29
27
79
26,3
Konsentrasi 60%
17
28
20
65
21,6
Konsentrasi 40%
13
16
14
43
14,3
Konsentrasi 20%
14
15
12
41
13,6
I
II
III
Kontrol media + bakteri
0,0
0,0
Konsentrasi 100%
28
Konsentrasi 80%
4.5 Analisis Data
Tingkat signifikansi (α) : 0,05
Ftabel
= 3,4783
F hitung
= 3,675
Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara diameter
zona bening tiap konsentrasi
Ha = terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara diameter zona
bening tiap konsentrasi
Kesimpulan :
46
Oleh karena Fhitung (3,675) > Ftabel (3,478) atau probabilitas
kesalahan (0,000) < 0,05 maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat
perbedaan rata-rata signifikan antara diameter zona bening pada tiap
kenaikan konsentrasi ekstrak daun kopi arabika.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan preparasi sampel daun Kopi Arabika
Daun kopi arabika yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daun yang masih muda, daun berbentuk lonjong dengan ujung meruncing.
Sampel daun kopi dicuci untuk menghilangkan pengotor berupa debu yang
menempel pada daun. Daun kemudian dipotong kecil-kecil dan
dikeringkan. Fungsi dilakukan pemotongan agar proses pengeringan daun
dapat berlangsung dengan cepat. Daun kemudian ditimbang sebanyak 300
gram lalu di blender untuk mempermudah proses maserasi. Karena jika
dalam proses maserasi dilakukan dengan bentuk daun yang memiliki luas
permukaan yang cukup besar, senyawa aktif yang ada didalam daun
tersebut tidak tersari dengan sempurna.
5.2 Pembahasan ekstraksi daun Kopi Arabika
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi.
Maserasi adalah salah satu metode pemisahan senyawa dengan cara
penarikan komponen dengan cara merendam serbuk kasdar dengan cairan
penyari yang dilakukan selama 5 hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya langsung. Pelarut yang digunakan dalam penelitian
ini adalah etanol 80% dengan alasan senyawa-senyawa aktif yang terdapat
pada daun kopi dapat larut dalam etanol 80%. Ekstrak yang sudah didapat
47
48
disaring untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Filtrat yang telah
diperoleh dari proses penyaringan kemudian dilakukan pemisahan dengan
pelarutnya dengan menggunakan water bath pada suhu 80oC. Proses ini
bertujuan untuk menguapkan etanol yang masih bercampur kedalam
ekstrak, sehingga ekstrak yang didapatkan merupakan ekstrak daun kopi
bebas etanol. Jika dalam ekstrak yang dipakai dalam penentuan aktivitas
antibakteri masih bercampur dengan etanol maka, dikhawatirkan yang
bersifat sebagai antibakteri adalah etanol bukan ekstrak daun kopi tersebut.
Ekstrak yang diperoleh berwarna hijau tua pekat, hal ini dikarenakan
ekstrak yang didapatkan mengandung berbagai senyawa kimia lain.
5.3 Pembahasan uji fitokimia ekstrak daun kopi arabika
Uji fitokimia merupakan uji kualitatif untuk menduga adanya
senyawa-senyawa seperti flavonoid, alkaloid dan polifenol yang bersifat
sebagai antibakteri pada ekstrak daun kopi arabika. Dari hasil skrining
fitokimia didapatkan hasil bahwa ekstrak yang dihasilkan mengandung
senayawa berupa flavonoid, polifenol dan alkaloid yang bersifat sebagai
antibakteri yaitu polifenol menghasilkan warna biru hijau, untuk flavonoid
memberikan hasil positif dengan menghasilkan warna kuning jingga dan
untuk alkaloid digunakan pengujian dengan tiga pereaksi yaitu berupa
Mayer, Boughcardart dan Dragendorf yang memberikan hasil berturutturut yaitu hijau kecoklatan, coklat dan jingga.
Pereaksi mayer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana
pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara
atom N alkaloid dan atom Hg dari pereaksi Mayer sehingga menghasilkan
49
warna kompleks merkuri yang non-polar. Adanya kandungan alkaloid
ditandai dengan adanya endapan. Hal ini terjadi karena senyawa alkaloid
mengandung stom N yang memiliki pasangan atom bebas. Elektron ini
akan disumbangkan pada atom Hg atau logam berat lainnya sehingga
membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai
ligannya. Senyawa kompleks ini tidak larut (mengendap) dan memberikan
warna sesuai dengan pereaksi yang digunakan. Dengan pereaksi
Dragendorf akan terbentuk endapan orange. Berikut adalah reaksi yang
terjadi antara alkaloid dengan pereaksi Mayer :
Berikut ini adalah reaksi yang terjadi antara alkaloid dengan pereaksi
Dragendorf :
50
Pada uji flavonoid, sampel terlebih dahulu dikontakkan dengan
metanol, alasan digunakan metanol karena flavonoid merupakan senyawa
polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil sehingga dapat larut
dalam pelarut polar seperti metanol. Metanol berfungsi sebagai pembebas
flavonoid dari bentuk garamnya. Setelah itu ditambahkan logam Mg untuk
mendeteksi adanya senyawa flavonoid, dimana flavonoid akan bereaksi
dengan logam Mg. Setelah logam Mg larut, kemudian dilanjutkan dengan
penambahan HCl pekat dan dikocok, hasil positif ditandai dengan larutan
berbusa yang menandakan sampel tersebut mengandung flavonoid.
Penambahan HCl pekat dalam uji kualitatif flavonoid berguna sebagai
penghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis
O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya
elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa,
galaktosa dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan warna kompleks merah
atau jingga. Dibawah ini menunjukkan adanya reaksi antara flavonoid
dengan serbuk Mg dan HCl.
51
Pada pengujian polifenol dengan menggunakan pereaksi berupa
FeCl3 menghasilkan reaksi warna berupa biru hijau hal ini disebabkan
karena senyawa fenol yang terdapat dalam polifenol mempunyai ciri khas
yaitu adanya inti benzena yang mengikat gugus hidroksil. Fenol secara
sederhana mempunyai satu fenol sedangkan polifenol memiliki lebih dari
satu senyawa fenol.
5.4 Pembahasan hasil uji aktivitas ekstrak daun kopi terhadap S.aureus
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan
metode difusi cakram . pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur
diameter zona bening di sekitar area lubang sumuran yang ditanam pada
media selektif berupa MHA (Muller Hinton Agar).
Namun, sebelum
dilakukan pengujian aktivitas antibakteri tersbut, terlebih dahulu dilakukan
pembiakan bakteri Staphylococcus aureus pada media NA miring dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 2x24 jam. Hasil biakan tersebut
kemudian diinokulasikan dan dibuat suspensi bakteri pada NaCl steril
dengan konsentrasi 0,9% dan dihitung transmitan suspensi tersebut dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm hingga
didapatkan nilai % transmitasi sebesar 25. Alasan perhitungan suspensi
bakteri harus pada % T 25 adalah karena jumlah mikroba yang terkandung
52
dalam suspensi tersebut diperkirakan ekuivalen dengan 3,0 x 10 8 CFU/ml
atau sesuai dengan standar Mc Farland.
Selanjutnya dilakukan persiapan penentuan aktivitas dengan
meneteskan ekstrak pada lubang sumuran pada media yang telah
diinokulasikan bakteri Sebelum meneteskan ekstrak daun kopi arabika
pada lubang sumuran terlebih dahulu memipet 1 ml suspensi bakteri
kedalam cawan yang telah disterilkan kemudian di tuang media Muller
Hinton Agar kedalam cawan, ditunggu hingga memadat. Setelah memadat
lubangi media dengan alat sumuran berdiameter 5 mm. Setelah lubang
sumuran dibuat kemudian diinjeksikan ekstrak daun kopi pada lubang
sumuran tersebut dan kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1x24
jam.
Setelah dilakukan inkubasi selama 1x 24 jam kemudian diamati
zona bening yang terbentuk disekitar area sumuran. Diameter zona hambat
pada masing-masing konsentrasi yaitu sebagai berikut : pada konsentrasi
20% memiliki zona bening sebesar 13,6 mm, pada konsentrasi 40%
sebesar 14,3 mm, konsentrasi 60% sebesar 21,6 mm, konsentrasi 80%
sebesar 26,3 mm dan pada konsentrasi 100% sebesar 28,2 mm. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kopi arabika
memiliki aktivitas antibakteri yang baik ditinjau dari zona bening yang
terbentuk disekitar area lubang sumuran pada media tersebut.
Adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak daun kopi dikarenakan
terdapat beberapa senyawa berkhasiat seperti flavonoid, polifenol dan
alkaloid. Mekanisme kerja flavonoid berfungsi sebagai antiibakteri dengan
53
cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang
mengganggu keutuhan membran sel bakteri. mekanisme kerjanya dengan
cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa
dapat diperbaiki lagi. Sedangkan mekanisme kerja alkaloid sebagai
antibakteri yakni dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Selain itu
dalam senyawa alkaloid terdapat gugus basa yang mengandung nitrogen
akan bereaksi dengan asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan
DNA bakteri. reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan
susunan
asam
amino
sehingga
akan
menimbulkan
perubahan
keseimbangan genetik pada rantai DNA sehingga akan mengalami
kerusakan akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri yang akan
menyebabkan terjadinya kematian sel pada bakteri.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak daun kopi
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak daun kopi arabika mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
2. Ekstrak daun kopi arabika yang dibuat dalam berbagai konsentrasi
memberikan peningkatan aktivitas yang signifikan yang ditunjukkan
dengan peningkatan diameter zona bening.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian aktivitas ekstrak daun kopi menggunakan
bakteri atau jamur lain.
2. Perlu dilakukan isolasi zat aktif pada tanaman kopi arabika yang
berperan penting dalam kaitannya sebagai antibakteri.
3. Perlu dilakukan uji efektivitas antibakteri ektrak daun kopi arabika
dengan pembanding berupa antibiotik.
54
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2009. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta. Kanisius.
Ashihara, Hiroshi dan Suzuki Takeo, (2004), Distribution and Biosynthetis
of Caffein in Plants, http://www.bioscience.com. Diakses pada tanggal 4
Desember 2013
Astuti KW. 2012. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Perolehan Kembali.
Cannabinoid dari Daun Ganja. Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences.Vol.2(1): 21-23.
Berghe, P.A, and A.J. Vlientinck. 1991. Methods In Plant Biochemistry
Faculty F medicine. Unoversity of Antwerd. Belgium
Brawijaya, Tim mikrobiologi Fakultas Universitas. 2003. Bakteriologi Medik.
Campa,Claudine,et al,. 2012. A survey of mangiferin and hydroxynnamic acid
ester accumulation in coffe (Coffea) leaves : biological implications and uses.
Annals Of Botany.UK
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia.
Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ganiswarna, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia. Jakarta:73
Harmita
dan
Biomed,
Maksum
Radji.
2005.
Analisis
Hayati.
Depok :Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia
Hermawan,A., Hana, W. Dan Wiwiek, T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Surabaya :Unair
55
55
http://www.kompas.com/ , diakses 14 Desember 2013
Kusmayati, Agutini, N.W.R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari
Mikroalga (Porphyridium cruentum), J Biod. 8(1): 48-53
Jawelz,M.A.1995. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbology). Edisi 2.
EGC. Jakarta
Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen,
Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Paguyubansiluman.files.wordpress.com/2010/01/herbal-2.pdf. Diakses pada
tanggal 8 Februari 2014
Prasetyo,
Redy
Joko,
2008, Prinsip
Kerja
dan
tujuan
Ekstraksi,http://www.inforedia.com/ 2010/10 /prinsip-kerja-dan-tujuanekstraksi.html. Diakses pada tanggal 8 februari 2014
Priatna, Riza Pemi. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Putih
(Alpina galanga (L) Swartz) terhadap Staphylococcus aureus. Karya
Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Malang : Akademi Farmasi Putra
Indonesia.
Puspitasari, Indri. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum Linn) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus In Vitro.
Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro
Radydjencole. 2011. Indonesia Penghasil Kopi Terbesar ke-3 Dunia. Diakses
pada tanggal 13 Desember 2013 dari http://forum detik.com/indonesiapenghasil-kopi-terbesar-ke-3-dunia-t292411.html
56
Rahmawati, Weni dan Sri Winarsih. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kopi
Robusta (Coffea Robusta Lind) Terhadap Pertumbuhan Candida
albicans Secara In vitro. Malang : Universitas Brawijaya
Recio. M.Et Al. 1998. Journal of Echmopharmacology Madrid. Departemen
To De Farmacology Faculted De Farmacia Universidad Complutense.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadja
Mada Press, Yogyakarta.
Waluyo,Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM-Press. Malang
www.chemicalbook.com, diakses pada 2 Desember 2013.
LAMPIRAN
57
58
Lampiran 1. Gambar Simplisia Dan Ekstrak Daun Kopi Arabika
Simplisia Daun Kopi Arabika (Coffea Arabica L)
Ekstrak Daun Kopi Arabika
Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kopi
59
Lampiran 2. Gambar pengujian aktivitas antibakteri
Konsentrasi 20%
Konsentrasi 60%
Konsentrasi 40%
Konsentrasi 80%
60
Konsentrasi 100%
61
Lampiran 3. Perhitungan konsentrasi ekstrak dan rendemen
Perhitungan pengambilan sampel ekstrak daun kopi :
20%
=
x 20 = 5,53 g
40 %
=
x 40 = 11,06 g
60%
=
x 60 = 16,6 g
80%
=
x 80 = 22,13 g
100%
=
x 100 = 27,7 g
Perhitungan rendemen ektrak daun kopi :
Rendemen =
=
x 100%
x 100% = 27,7%
Perhitungan Konsentrasi Ekstrak daun kopi:
20%
=
x 100% = 19,96 %
40%
=
x 100% = 39,92 %
60%
=
x 100% = 59,92 %
80%
=
x 100% = 79,89 %
100 %
=
x 100% = 100 %
62
Lampiran 4. Hasil analisis data statistik dengan SPSS
63
64
65
Lampiran 5. Hasil Determinasi Tanaman Kopi Arabika
Download