PENGEMBANGAN RAMBU-RAMBU PEMILIHAN METODE PEMBELAJARAN INOVATIF Donald Samuel Slamet Santosa, Agni Era Hapsari ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan model pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru-guru di Salatiga; Mengembangan rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dapat memperbaiki model yang selama ini dilakukan oleh guru; dan Menguji efektifitas rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dikembangkan. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development) yang mengadopsi model dari Suryana (2007), yakni 1) studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi. Hasil penelitian menunjukkan terciptanya model final pemilihan metode pembelajaran inovatif yang berbasis pada karakteristik mapel, karakteristik siswa, dan ketersediaan sarana prasarana. Oleh karena itu disimpulkan tiga hal berikut: (1) Model pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru-guru di Salatiga hanya didasarkan pada pengalaman dan penguasaan guru mengenai satu metode pembelajaran tertentu. (2) Sintak rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dapat memperbaiki model yang selama ini dilakukan oleh guru adalah: Periksa tujuan pembelajaran dan karakter yang diharapkan, Periksa ketersediaan media pembelajaran pendukung, Periksa peta kompetensi, supaya materi lain tidak kacau akibat implementasi metode pembelajaran tertentu, Uji modalitas belajar siswa, Periksa keberagaman siswa, Perhitungkan jumlah siswa di kelas, Perhitungkan ruang kelas (keluasan, kebisingan, dll), Perhitungkan ketersediaan waktu, Periksa ketersediaan lingkungan pendukung; (3) Rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dikembangkan efektif untuk diterapkan setelah dilengkapi dengan lembar instrumen asessment metode pembelajaran. Oleh karena itu, jika guru ingin memilih metode pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi, disarankan untuk menggunakan rambu-rambu ini berikut instrumen asessment metode pembelajarannya. Kata kunci: Rambu-rambu, Pemilihan, Metode Pembelajaran PENDAHULUAN Orientasi dalam pembelajaran di sekolah saat ini memiliki perbedaan dengan masa lampau. Pada jaman diberlakukannya kurikulum 1975, pembelajaran mengusung konsep 4D (datang, duduk, diam, dengar). Tampak bahwa pembelajaran yang demikian cenderung berorientasi pada guru. Guru cenderung aktif mengajar, utamanya dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah. Sedangkan siswa cenderung pasif di kelas, mendengarkan ceramah guru, dan guru merupakan satu-satunya sumber Perkembangannya, pembelajaran berubah orientasi menjadi dalam pembelajaran. pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Dalam hal ini, siswa lebih banyak aktif, dan guru lebih pasif jika dibandingkan dengan orientasi yang sebelumnya. Saat ini, orientasi yang dipercaya lebih baik dibanding dua orintasi sebelumnya adalah pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan guru. Baik siswa maupun guru sama-sama aktif dalam pembelajaran dengan memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang dimiliki oleh masing-masing. Misalnya dalam pembelajaran EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi), siswa akan aktif pada tahapan eksplorasi dan elaborasi. Sedangkan pada tahap konfirmasi, guru lebih aktif dibanding siswa. Guna mewujudkan keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa, guru perlu mengenal dan menguasai metode-metode pembelajaran yang inovatif. Saat ini, para ahli telah mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif. Terdapat lebih dari 100 metode pembelajaran yang inovatif yang saat ini ada (Silberman, 1996), dan metode-metode tersebut dapat dimodifikasi atau dikembangkan sendiri oleh guru. Metode-metode pembelajaran yang belum pernah diimplementasikan oleh guru dapat diterapkan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Filosofi PTK berbeda dengan penelitian eksperimen. Jika penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode tertentu dalam pembelajaran, maka PTK bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran yang nantinya berdampak pada peningkatan hasil belajar. Singkatnya, PTK bertujuan untuk memperbaiki masalah pembelajaran yang terjadi di kelas. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, metode pembelajaran yang dipilih untuk digunakan dalam PTK harus relevan dengan masalah. Misalnya, ketika masalah yang dihadapi adalah buruknya kerja sama diantara siswa, maka metode pembelajaran kooperatif dapat dianggap relevan untuk menjawab masalah. Meski demikian, metode pembelajaran inovatif tidak akan cocok jika jumlah siswa di kelas kurang dari 5 orang. Oleh karena itu, terdapat berbagai pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih metode pembelajaran inovatif yang akan digunakan. Berdasarkan hasil grand tour empiris yang telah dilakukan, ditemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan idealisme. Grand tour tersebut dilakukan di kalangan guru-guru di Salatiga. Guru mengalami kebingungan dalam memilih metode pembelajaran untuk PTK. Untuk itu, guru menggunakan metode yang dikuasainya. Selain itu, beberapa guru mengakui terjadinya kegagalan dalam PTKnya. Hal ini merupakan akibat ketidak tepatan guru dalam memilih metode pembelajaran. Bertolak dari masalah tersebut, maka sangatlah strategis bila dilakukan penelitian mengenai Pengembangan Rambu-Rambu Pemilihan Metode Pembelajaran Inovatif. Rumusan masalah dalam penelitian ini terdiri dari 3 pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana model pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru-guru di Salatiga? 2. Bagaimana rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dapat memperbaiki model yang selama ini dilakukan oleh guru? 3. Bagaimana efektifitas rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dikembangkan? Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan model pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru-guru di Salatiga; Mengembangan rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dapat memperbaiki model yang selama ini dilakukan oleh guru; dan Menguji efektifitas rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dikembangkan. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini akan bermanfaat bagi guru sebagai rambu-rambu untuk menentukan metode pembelajaran inovatif yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Guru dapat menggunakan rambu-rambu ini dengan cara melihat kondisi yang dihadapi, dan menemukan metode yang paling sesuai. METODE Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2007), penelitian dan pengembangan bercirikan sebagai berikut: 1) melakukan studi awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang dikembangkan; 2) mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut; 3) dilakukannya uji lapangan dalam setting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nanti digunakan; 4) melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditentukan dalam tahap-tahap uji lapangan. Keempat ciri pengembangan dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga langkah utama seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2007), yakni 1) studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi. Pengembangan rambu-rambu rambu-rambu pemilihan metode pembelajaran inovatif ini akan menggunakan langkah-langkah pengembangan dari Suryana. Tahap pendahuluan dilakukan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan pada guruguru di Salatiga (ditarik dengan teknik purposive dan snow ball). Data dianalisis dengan teknik analisis data komponensial model Spradley (1980). Hasil dari tahap penelitian ini adalah model pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru-guru di Salatiga (yang disebut sebagai model faktual). Tahap pengembangan dilakukan dengan cara menganalisis kelemahan-kelemahan dari model faktual, untuk dikembangkan menjadi model yang lebih baik. Srategi pengembangan model akan dilakukan dengan cara memadukan model faktual dengan model yang efektif menurut teori (sehingga model ini disebut model hipotesis). Model yang dikembangkan kemudian diwujudkan dalam bentuk rambu-rambu supaya dapat langsung diaplikasikan oleh guru. Tahap uji efektifitas model dilakukan dengan cara validasi model. Validator yang digunakan dalam penelitian ini adalah ahli pembelajaran (dalam hal ini adalah Prof. Dr. Slameto, M.Pd); dan praktisi pembelajaran, yaitu guru (dalam hal ini adalah Endah Harin, M.Pd). Validasi dilakukan dengan teknik angket yang diisi oleh kedua validator. Hasil angket digunakan sebagai bahan revisi model, sehingga terbentuklah model final, yaitu ramburambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dinilai efektif jika diimplementasikan. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian terdiri dari hasil dari ketiga tahapan penelitian ini (tahap penelitian, pengembangan, dan uji efektifitas). Dalam hal ini akan disajikan hasil dari tahap uji efektifitas, yaitu model final yang berupa model pemilihan metode pembelajaran inovatif. Selain itu akan disajikan rambu-rambu pemilihan metode pembelajaran inovatif sebagai produk yang dihasilkan (penyerta model). Model pemilihan metode pembelajaran inovatif berupa komponen-komponen utama yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran inovatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran inovatif adalah sebagai berikut: Karakteristik Mata Pelajaran Pemilihan Metode Pembelajaran Inovatif Karakteristik Siswa Ketersediaan Sarana Prasarana Gambar Model Final Pemilihan Metode Pembelajaran Inovatif 1. Karakter mata pelajaran, terdiri dari: a. Tujuan pembelajaran (karakter yang akan dibangun, hasil yang diharapkan) b. Ketersediaan waktu c. Peta kompetensi 2. Karakteristik siswa yang terdiri dari: a. Jumlah siswa b. Keberagaman siswa: jenis kelamin, kualitas kerja sama antar siswa c. Modalitas belajar siswa (visual, auditory, dan kinestetik) 3. Ketersediaan sarana prasarana: a. Ruang kelas b. Media pembelajaran (internet, buku, komputer) c. Lingkungan pendukung (masyarakat sekitar sekolah, sekitar siswa) Setiap subkomponen selanjutnya diberikan urutan prioritas oleh kedua validator, sehingga tampak prioritas pertimbangan yang perlu dipikirkan oleh guru sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran 2) Ketersediaan media pembelajaran 3) Peta kompetensi 4) Modalitas belajar siswa 5) Keberagaman siswa 6) Jumlah siswa 7) Ruang kelas 8) Ketersediaan waktu 9) Lingkungan pendukung Urutan prioritas menjadi rambu-rambu utama dalam memilih metode pembelajaran yang paling tepat untuk kondisi tertentu. Dengan demikian, sintak rambu-rambu pemilihan metode pembelajaran mencakup kesembilan subkomponen tersebut yang telah diurutkan. Meski demikian, rambu-rambu yang telah dikembangkan akan sulit diimplementasi tanpa adanya operasionalisasi lebih lanjut. Prioritas atau rambu-rambu yang telah disusun kemudian menjadi dasar pengembangan instrumen asessment metode pembelajaran. Instrumen berupa tabel yang memuat metode-metode pembelajaran dan sembilan subkomponen diatas. Lebih lanjut, model instrumen asessment metode pembelajara tampak sebagai berikut. INSTRUMEN ASESSMENT METODE PEMBELAJARAN Petunjuk bagi guru: 1. Isi setiap matriks dengan nilai 1-5 sesuai kondisi yang anda hadapi 2. Jumlahkan 9 nilai pada setiap metode pembelajaran, isikan pada kolom total 3. Metode pembelajaran dengan nilai total tertinggi adalah metode paling cocok untuk 1 CTL 2 PMRI/RME 3 Jigsaw 4 TGT 5 STAD 6 Jigsaw Total Lingkungan Waktu Ruang kelas Jumlah siswa Keberagaman Modalitias Kompetensi Metode Pembelajaran Media No Tujuan digunakan di kelas anda Dan Seterusnya Hasil: Metode pembelajaran ................................. paling tepat untuk kondisi yang dihadapi adalah Setiap matriks dalam tabel kemudian perlu diisi oleh guru dengan angka 1-5 yang menunjukkan kelayakan setiap metode pembelajaran pada subkomponen tertentu. Misalnya metode pembelajaran Jigsaw akan mendapatkan poin 5 pada subkomponen jumlah siswa karena jumlah siswa di kelas tersebut relatif banyak, jumlahnya genap, dan jarang terjadi ketidak hadiran. Dengan demikian, setiap metode pembelajaran akan mendapatkan sembilan nilai pada masing-masing subkomponen. Kesembilan nilai tersebut kemudian dijumlahkan, dan diperoleh nilai total untuk setiap metode pembelajaran. Metode pembelajaran dengan nilai total tertinggi adalah metode pembelajaran yang paling tepat digunakan oleh guru. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Beberapa pustaka telah menyediakan komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran, diantaranya adalah: 1. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai atau garis besar program pembelajaran (Nursalam dan Efendi, 2008:9; Andayani, 2015:89; Anas, 2014:7). 2. Sarana/prasarana (Nursalam dan Efendi, 2008: 9; Andayani, 2015:90, Anas, 2014:6). 3. Bahan kajian atau materi ajar (Nursalam dan Efendi, 2008: 9; Anas, 2014:9) atau karakter materi yang diajarkan (Andayani, 2015:90). 4. Tingkat kemampuan mahasiswa (Nursalam dan Efendi, 2008:9; Andayani, 2015:89; Anas, 2014:2) atau perbedaan jenjang pendidikan (Anas, 2014:1). 5. Latar belakang peserta didik (Anas, 2014:1). 6. Alokasi waktu (Andayani, 2015:90; Anas, 2014:9). 7. Jumlah siswa (Andayani, 2015:90; Anas, 2014:2). 8. Pengalaman guru (Andayani, 2015:91) atau kesanggupan guru (Anas, 2014:10). 9. Karakter kelas (Anas, 2014:3). 10. Tingkat kooperasi warga belajar, adanya kelompok yang dominan, performa dan tingkat partisipasi (Anas, 2014:4-5). Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan tersebut kemudian dirangkum menjadi 7 faktor saja, yaitu jumlah siswa, ketersediaan waktu, ketersediaan media pembelajaran, ruang kelas, tujuan pembelajaran, peta kompetensi, dan keberagaman siswa. Sedangkan faktor pengalaman atau kesanggupan guru tidak diperhitungkan dalam faktor-faktor yang dikaji. Hal ini dikarenakan dalam konteks penelitian ini, guru merupakan faktor yang dianggap dapat dikondisikan (berbeda dengan faktor lain seperti siswa, sarana, dan sebagainya). Selain itu, dari berbagai faktor yang dikaji, tampak bahwa karakter siswa sebagaimana dijelaskan oleh Anas (2014:1) hanya mencakup latar belakang keluarga, pola didik, pola asuh, ekonomi, sosial, budaya, dan anak berkebutuhan khusus). Faktor ini tampak belum memuat konsep-konsep dalam psikologi belajar, yang salah satunya adalah modalitas belajar siswa. Oleh karena itu, modalitas belajar menjadi salah satu tambahan bagi ketujuh faktor yang telah ditetapkan. Di sisi lain, beberapa metode pembelajaran membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar (misalnya pembelajaran yang dilakukan dengan melihat alam sekitar atau masyarakat sekitar). Oleh karena itu, konsep lingkungan sekitar juga perlu dipertimbangkan dalam faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran. Demikian, maka terdapat 9 faktor yang menjadi kajian penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, dapat disimpulkan 3 hal berikut: 1. Model pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru-guru di Salatiga hanya didasarkan pada pengalaman dan penguasaan guru mengenai satu metode pembelajaran tertentu. Daftar metode yang akan dipilih guru untuk diimplementasikan hanya terdiri dari metode-metode yang sudah dikuasainya saja. 2. Sintak rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dapat memperbaiki model yang selama ini dilakukan oleh guru adalah: - Periksa tujuan pembelajaran dan karakter yang diharapkan - Periksa ketersediaan media pembelajaran pendukung - Periksa peta kompetensi, supaya materi lain tidak kacau akibat implementasi metode pembelajaran tertentu - Uji modalitas belajar siswa - Periksa keberagaman siswa - Perhitungkan jumlah siswa di kelas - Perhitungkan ruang kelas (keluasan, kebisingan, dll) - Perhitungkan ketersediaan waktu - Periksa ketersediaan lingkungan pendukung 3. Rambu-rambu pengambilan keputusan pemilihan metode pembelajaran inovatif yang dikembangkan efektif untuk diterapkan setelah dilengkapi dengan lembar instrumen asessment metode pembelajaran. Berdasarkan simpulan penelitian, maka disarankan pada guru untuk menggunakan rambu-rambu pemilihan metode pembelajaran yang telah dikembangkan beserta instrumen asessment metode pembelajaran ketika akan memilih metode pembelajaran yang paling sesuai pada kondisi yang dihadapinya. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis sampaikan pada berbagai pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini, khususnya validator model, yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd dan Endah Harin, M.Pd. DAFTAR PUSTAKA Anas, M. 2014. Mengenal Metode Pembelajaran. Pasuruan: Pustaka Hulwa Andayani. 2015. Problema dan Aksioma: dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Sleman: Deepublish Publisher Borg, R. W., Gall, J. P. 2007. Educational Research: An Introduction. Eight edition. New York: Pearson Nursalam, Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Silberman, L. M. 1996. Active Larning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Pearson Spradley, J. 1980. Participant Observation. Holt, Rinehart and Winston Suryana, Y. P. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Azkia Pustaka Utama BIODATA Donald Samuel S. S, S.Pd, M.M, M.Pd lahir di Salatiga, 31 Maret 1987. Meneyelesaikan studi S1 Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW, 2010; S2 Magister Manajemen SDM di STIE Pariwisata Indonesia; S2 Pendidikan IPS Universitas Negeri Semarang; dan saat ini sedang menjalani studi S3 Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta. Pengalaman mengajar diantaranya pada program studi PGSD, Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW, serta PGSD dan PAUD Universitas Terbuka. Dua tahun terakhir menjadi konsultan pendidikan pada PT. Astra International, khususnya program Corporate Social Responsibility bidang Pendidikan di Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim. Berbagai karya tulis telah dihasilkan dan dipublikasi pada seminar nasional dan internasional, serta berbagai jurnal ilmiah pendidikan. Agni Era Hapsari, S.Pd, M.Pd lahir di Surakarta, 28 Agustus 1985. Menyelesaikan studi S1 pendidikan Sejarah FKIP UNS dan S2 Magister Pendidikan di UNS. Pengalaman mengajar sekarang mengajar di UKSW jurusan pendidikan Sejarah.