Pengaruh Money Politic terhadap Partisipasi Politik Masyarakat

advertisement
PENGARUH MONEY POLITIC
TERHADAP PARTISIPASI POLITIK
MASYARAKAT PADA PEMILU TAHUN 2014
DI KABUPATEN SIMEULUE
KOMISI PEMILIHAN UMUM
KABUPATEN SIMEULUE
TAHUN 2015
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, sumber segala kekuasaan dan
kehendak di semesta alam, yang mengajari manusia dari apa yang tak pernah
diketahuinya. Shalawat beserta Salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga , para sahabat dan pengikutnya,
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Penelitian dan kajian money politic dalam konteks Pemilihan Umum baik
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRA dan DPRK maupun Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden 2014, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, karya tulis
ini didasari Surat Ketua KPU RI Nomor 155/KPU/2015 tanggal 06 April 2015 perihal
Pedoman Riset tentang Partisipasi dalam Pemilu dan Surat Ketua KIP Aceh Nomor
273/1034 tanggal 12 Mei 2015 perihal Tindak Lanjut Pertemuan tentang Pedoman Riset
Partispasi Masyarakat Dalam Pemilu. Menyelesaikan karya tulis ini bagi kami, rasanya
merupakan suatu anugerah yang sangat berharga dan hampir – hampir tak
terbayangkan. Harus diakui setelah melalui proses panjang dan dengan usaha yang
cukup melelahkan, karya tulis ini akhirnya dapat hadir di hadapan pembaca.
Terkait
dengan
penyusunan
karya tulis ini,
upaya-upaya
yang
telah
dilakukan KPU Kabupaten Simeulue adalah melaksanakan riset ataupun penelitian
agar mengetahui penyebab terjadinya fenomena politik uang (money politic) dalam
penyelenggaraan pemilihan umum 2014 di Kabupaten Simeulue.
Kami menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu diperlukan kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan kinerja KPU Kabupaten Simeulue. Semoga upaya yang telah dilakukan
mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Sinabang, Juli 2015
Ketua,
CHAIRUDDIN . T, SE
i
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar................................................................................
i
Daftar Isi .........................................…......……………………………
ii
Bab I PENDAHULUAN.………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………
1
B. Rumusan Masalah.............................…………..………….
3
C. Tujuan Penelitian...............................................………….
3
D. Manfaat Penelitian………………….………………………
4
E. Telahaan Pustaka……………………….………………….
4
F. Kerangka Teoritik…………………………………………….
5
G. Metode Penelitian…………………………………………..
6
H. Sistematika Pembahasan………………………………….
9
Bab II DESKRIPSI PENELITIAN DAN OBYEK PENELITIAN ……..
10
A. Letak Geografis…………………………..…………………..
10
B. Keadaan Penduduk...……………….……………………….
10
C. Keadaan Tingkat Kesejahteraan……………….………….
11
D. Jumlah Pemilih……………………………………………….
12
E. Tata Pemerintahan Desa…………………………………….
13
Bab III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................
14
A. Hasil Penelitian………………………………....………………
14
B. Pembahasan …………………………………..……...............
40
Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................
Daftar Pustaka
Lampiran - Lampiran
50
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengertian Money Politics ada beberapa alternatif pengertian. Diantaranya, suatu
upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga
diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagibagikan uang baik milik pribadi partai politik dan tim sukses untuk mempengaruhi suara
pemilih (vooters). Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberi uang atau
barang kepada seseorang karena memiliki maksud tertentu yang tersembunyi dibalik
pemberian itu. Jika tujuan tertentu tidak ada maka pemberian uang atau hadiah akan
dilakukan. Pratek semacam ini jelas bersifat ilegal dan merupakan kejahatan,
konsekwensinya apabila ditemukan bukti-bukti terjadinya praktek politik uang akan
terjerat undang-undang anti suap yang terdapat pada pasal 73 ayat 3 Undang-undang
No.3 Tahun 1999 dengan hukuman maksimal 3 tahun penjara.
Perpolitikan lokal selalu melahirkan dinamik, hal ini menuntut partai politik
(parpol) sebagai instrumen demokrasi harus menyelaraskan platform politiknya terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat. Tak sedikit perubahan tersebut menjadi tantangan
bagi parpol. Sebut saja bagi golongan Putih (golput) yang muncul akibat ketidak
percayaan kelompok ini kepada parpol, kini di masayarakat juga muncul kecendrungan
menginginkan figur-figur baru sebagai pemimpin, tentunya figur yang membawa
perubahan.
Hal ini membuktikan masyarakat masih bersifat apatis menantikan perbaikan dan
bosan dengan janji-janji politik, keberadaan golput di sejumlah pemilu maupun
2
pemilihan kepala daerah makin mengukuhkan ketidakpastian kepada rakyat terhadap
janji parpol. Secara global jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun lalu
memprediksikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol turun drastis, ini akibat
masyarakat memandang komitmen pertanggungjawaban parpol terhadap konstituennya
masih sangat minim sehingga membuat para pemilih menjadi tidak respek terhadap
parpol.
Dengan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon pemimpin
memberikan efek negatif bagi para elit-elit dengan menghambur-hamburkan uang dalam
waktu sekejab demi kekuasaan semata dan sebaliknya adalah sangat menggiurkan bagi
masyarakat meskipun sesaat, karena itu juga masyarakat merasa “berhutang budi” pada
calon yang memberikan uang tersebut.
Dengan cara Money Politics hanya calon yang memiliki dana besar yang dapat
melakukan kampanye dan sosialisasi ke seluruh Indonesia, ini memperkecil kesempatan
bagi kandidat perorangan yang memiliki dana terbatas walaupun memiliki integritas
tinggi sehingga mereka tidak akan dikenal masyarakat yang saat ini Kabupaten Simeulue
memerlukan pergantian elite politik
Panwas secara bertingkat dari pusat, provinsi, kabupaten kota hingga kecamatan
juga saling mengawasi . Panwas pusat dapat menegur dan menghentikan panwas provinsi
demikian pula dari tingkat provinsi kepada kabupaten/kota atau panwas kabupaten/kota
kepada panwas tingkat kecamatan dan desa.
Penyelenggaran Pemilhan Umum harus siap karena Pemilihan Kepala Daerah
Mendatang menampilkan kultur politik dari partai oriented ke kandidat oriented,
sementara dengan kondisi yang ada kandidat kepala daerah dan wakil Kepala Daerah
3
yang ada harus mampu mendanai partai sebagai timbal balik pencalonan. Akibatnya
terjadi perlombaan
untuk mengumpulkan uang dari berbagai sumber sehingga
mendorong adanya korupsi pada tingkat masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan untuk menjawab beberapa
pertanyaan berikut :
1. Apakah Money Politics dalam Pemilihan Umum 2014?
2. Bagaimana Money Politics Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD, DPRA dan DPRK maupun Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden, Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah ?
3. Sejauh Mana Praktik Money Politics Pada Pemilihan Umum Tahun 2014?
4. Mengapa Money Politics dapat menjadi ancaman ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara Umum, Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan apakah Money Politics (Politik Uang)
2. Untuk mengetahui bagaimana money politik pada Pemilu tahun 2014 di Kabupaten
Simeulue.
3. Untuk menjelaskan sejauh mana pengaruh Money Politic terhadap partisipasi Politik
pada Pemilu 2014 di Kabupaten Simeulue.
4
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
-
Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti –peneliti lain yang ingin
mengembangkan dunia sosial dan politik.
-
Penelitian ini di harapakan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan dan
pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan
permaslahan sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis.
-
Untuk pembelajaran bagi masyarakat agar lebih aktif dalam berpartisipasi
mengikuti pemilu.
-
Agar pemerintah lebih aktif mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat
baik kalangan atas, menengah, ataupun bawah mengenai pentingnya penjoblosan
pemilu.
E. TELAAHAN PUSTAKA
1. Karya Miriam Budiarjo dengan Judul “Partisipasi Politik” Tahun 1998
2. Karya Mirian Budiarjo dengan judul “ Partisipasi & Partai Politik Sebuah Bunga
Rampai” Tahun 1982.
3. Karya Samuel P. Huntington dan Joal Nelson “ Partisipasi Politik di Negara
Berkembang”
5
4. Karya Saiful Huda “ Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilukada 2012
Kabupaten Pati (Studi Kasus di Desa Tegal Harjo Kecamatan Trangkil).
F. KERANGKA TEORITIK
1. Teori Politik Uang (Money Politik)
Politik uang (money politik) adalah semua tindakan yang disengaja oleh
seseorang atau kelompok dengan memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya
kepada seseorang supaya menggunakan hak pilihnya dengan cara memilih calon tertentu
atau tidak menggunakan hak pilihnya dengan tidak memilih calon atau dengan sengaja
menerima atau memberi dana kampanye dari atau kepada pihak-pihak tertentu.
2. Teori Partisipasi Politik
Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam berdemokrasi. Partisipasi
merupakan taraf partisipasi warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang
bersifat aktif maupun pasif bersifat langsung maupun yang tidak langsung guna
mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.
3. Teori Keagamaan
Mengenai money politic, sejauh ini semua agama yang ada di Indonesia tidak
setuju dengan praktek tersebut, dikarenakan praktek money politic adalah praktek suap
menyuap yang bertentangan dengan norma-norma agama sehingga praktek tersebut dapat
dikatakan perbuatan haram yang tidak sesuai dengan ajaran agama, khususnya ajaran
agama Islam yang tertuang dalam Al Qur’an, surat Al Maidah ayat 42 dan surat Al
Baqarah ayat 188.
6
G. METODE PENELITIAN.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian
yang terjun langsung ke lokasi yang menjadi obyek penelitian lapangan. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan metode Kuantitatif dengan
penyebaran quisioner (angket) kepada responden.
2. Sifat Penelitian.
Sifat penelitian yang digunakan oleh tim dalam
menyusun makalah ini adalah
Emoiris Analitik, yaitu suatu penelitian yang berusaha
untuk menggambarkan,
menjelaskan dan memaparkan fakta –fakta seadanya (faat finding) serta menemukan
koreksi antara yang satu dengan yang lainnya yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan teori atau kaidah umum yang telah berlaku.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, tim menggunakan pendekatan sosiologi politik yaitu
pendekatan yang lebih mengukur atau menilai sosial politik masyarakat Kabupaten
Simeulue dengan menggunakan bantuan teori yang sesuai atau berhubungan dengan
judul penelitian yaitu “Pengaruh Money Politic Terhadap Partisipasi Politik
Masyarakat Pada Pemilu Tahun 2014 di Kabupaten Simeulue.”
4. Subjek Penelitian
Penelitian adalah untuk menentukan individu ataupun kelompok yang menjadi obyek
dalam penelitian itu sendiri sangatlah penting.
7
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah masyarakat Kabupaten
Simeulue yang dianggap sudah dapat memilih dalam pemilu 2014 yang kemudian
diambil sample 200 responden yaitu 20 orang per kecamatan.
5. Sumber Data.
a. Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, yaitu
mengumpulkan data primer dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dalam bentuk quisioner (angket).
b. Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data atau informasi kedua yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Data itu berupa Dokumen – Dokumen seperti rekapitulasi
jumlah pemilih, jumlah TPS, jumlah responden maupun aktivitas sosial dan
politik masyarakat. Selain itu data sekunder lainnya dengan melakukan kajian
pustaka yang bersumber dari buku-buku, karya ilmiah, jurnal, koran, internet dan
lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
6. Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalan
rangka mencapai tujuan penelitian untuk memperoleh data tersebut, teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
8
a. Observasi.
Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
maupun tidak langsung terhadap suatu obyek yang di teliti dan mengadakan
pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh politik uang terhadap partisipasi
politik masyarakat Kabupaten Simeulue pada pemilu 2014. Dengan hasil observasi
ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memetakan pertanyanpertanyaan (quisioner) yang akan disebutkan kepada sejumlah responden.
b. Daftar Pertanyaan/angket (quisioner)
Daftar pertanyaan (quisioner) adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan
untuk tujuan khusus yang memungkinkan seorang analis untuk mengumpulkan data
dan pendapat dari para responden yang telah dipilih. Daftar pertanyaan ini kemudian
akan dibagikan kepada para responden yang akan mengisinya sesuai dengan pendapat
mereka. Teknis penyebaran angket (kuisioner) kepada sejumlah orang yang dijadikan
sample menggunakan metode Purposive Random Sampling, yakni tekni pengambilan
sample diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseoarang atau sesuatu diambil
sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitinya.
c. Wawancara.
Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data tambahan dan memperkuat
hasil quisioner dalam penelitian ini. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan
metode wawancara santai (tidak terstruktur) dengan beberapa orang yang memang
9
berkapasitas dan patut untuk dimintai keterangan mengenai permasalahan yang
peneliti ambil.
7. Analisis Data.
Data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
atau menjawab dari pokok masalah dalam penelitian ini. Analis data ini digunakan
untuk mengolah data yang telah ditemukan peneliti selama melakukan penelitian
yang nantinya akan dirumuskan dan dapat mengambil kesimpulan tentang
permasalahan yang diteliti.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk memudahkan dalam membaca Makalah ini, Penulis merancang serta
membuat Sistematika Pembahasan sebagai berikut:
BAB I adalah Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan
dan kegunaan, telahaan pustaka, kerangka teoritik metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II adalah Dekrepsi Daerah penelitian dan obyek penelitian yang meliputi letak
geografis, keadaan penduduk, keadaan tingkat kesejahteraan jumlah pemilih, tata
pemerintahan desa.
BAB III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB IV adalah Kesimpulan dan Saran.
52
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Respoden Penelitian
Sebelum dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang pengaruh
money politik terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan
umum 2014 di Kabupaten Simeulue, terlebih dahulu akan dibahas tentang
karakteristik responden penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Karakteristik Responden Penelitian
No
Karakteristik
Responden
Umur
Kategori
17 – 30 Tahun
31 – 45 Tahun
46 – 60 Tahun
61 Tahun ke atas
Jumlah
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
3. Agama
Islam
Non Islam
Jumlah
4. Pendidikan
SD
SLTP
SMU
Diploma
Strata-1
Jumlah
5. Pekerjaan
Swasta
PNS
Petani
Nelayan
IRT
Lain-lain
Jumlah
Sumber: data primer diolah, 2015
1.
Frekuensi
43
100
45
7
195
149
46
195
195
195
32
49
86
14
14
195
74
17
49
7
29
19
195
Prosentase
(%)
22,1
51,3
23,1
3,6
100
76,4
23,6
100
100
100
16,4
25,1
44,1
7,2
7,2
100
37,9
8,7
25,1
3,6
14,9
9,7
100
52
Berdasarkan karakteristik responden penelitian yang merupakan
masyarakat Kabupaten Simeulue diketahui bahwa dari karakteristik umur
responden sebagian besar responden penelitian berumur antara 31-45
Tahun (51,3%) dan hanya 7 responden (3,6%) yang mempunyai umur 61
tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas masyarakat
Kabupaten Simeulue yang mempunyai hak pilih dari Pemilihan Umum
termasuk dalam kategori usai dewasa dan produktif, sehingga pola
pemikiran dan pertimbangan dalam melakukan pemilihan terhadap partai
politiknya sudah matang.
Pada kategori jenis kelamin dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat peserta pemilihan umum di Kabupaten Simeulue mempunyai
jenis kelamin laki-laki, hal ini terlihat dari responden penelitian bahwa
76,4% atau 149 orang mempunyai jenis kelamin laki-laki dan hanya
23,6% atau 46 orang mempunyai jenis kelamin perempuan. Banyaknya
responden dengan jenis kelamin laki-laki ini menunjukkan partisipasi lakilaki dalam mengikuti pemilihan umum tahun 2014 di Kabupaten Simeulue
cukup besar, hal ini dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung
keluarga yang mempunyai kewajiban menentukan masa depan keluarga,
sehingga dengan mengikuti pemilihan umum dapat merubah kesejahteraan
keluarga.
Karakteristik responden penelitian dilihat dari agama diketahui
bahwa seluruh responden penelitian ini beragama Islam (100%), hal ini
disebabkan mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue menganut
52
agama Islam, dan agama Islam menjadi agama mayoritas di Negara
Indonesia yang penyebarannya hampir merata di seluruh pelosok
Nusantara.
Distribusi tingkat pendidikan responden penelitian yang merupakan
warga Kabupaten Simeulue diketahui bahwa sebagian besar responden
penelitian mempunyai pendidikan terakhir pada tingkat SMU (44,1%) dan
untuk pendidikan pada tingkat Diploma maupun Strata-1 hanya 7,2% atau
14 responden. Hal ini menunjukkan bahwa program wajib belajar yang
dicanangkan pemerintah Indonesia sudah cukup berhasil, karena hampir
sebagian besar masyarakat di Kabupaten Simeulue sudah mendapatkan
pendidikan maksimal sampai dengan tingkat SLTP, meskipun hanya
sebagian kecil masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi.
Dilihat dari sektor pekerjaan, mayoritas masyarakat di Kabupaten
Simeulue mempunyai pekerjaan pada sektor swasta. Hal ini terlihat dari
distribusi data responden penelitian sebanyak 74 responden (37,9%)
mempunyai pekerjaan pada sektor swasta dan hanya 3,6% atau 7
responden yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan. Swasta merupakan
sektor pekerjaan yang menjadi favorit masyarakat di Kabupaten Simeulue,
hal ini disebabkan dengan semakin baik pertumbuhan perekonomian di
Kabupaten Simeulue, maka semakin berkembang pula industri-industri
yang
dapat
menyerap
sumber
daya
manusia,
sehingga
dengan
52
pertimbangan resiko yang rendah, banyak masyarakat di Kabupaten
Simeulue yang bekerja pada sektor swasta.
2. Pengaruh Money Politik terhadap Partisipasi Politik Masyarakat
dalam Pemilihan Umum 2014 di Kabupaten Simeulue
Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh money
politik terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum
2014 di Kabupaten Simeulue dilakukan secara deskriptif, dengan analisis
ini diharapkan dapat diketahui kecenderungan masyarakat di Kabupaten
Simeulue dalam pemilihan umum 2014. Adapun analisis terkait dengan
status terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum/Wakil
Presiden tahun 2014 diketahui sebagai berikut:
1,03%
0,51%
0,51%
97,95%
Terdaftar
Tidak Terdaftar
Tidak Tahu
Ragu-Ragu
Gambar 3.1 Status Terdaftar sebagai Pemilih pada Pemilihan Umum
Terkait dengan status terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan
Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan
52
Pemilihan Umum/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui bahwa 97,95%
masayrakat di Kabupaten Simeulu menyatakan sudah terdaftar dalam
status terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum/Wakil
Presiden tahun 2014 dan hanya 0,51% yang tidak terdaftar sebagai peserta
dalam pemilihan umum tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa kerja
keras Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai panitia penyelenggara
pemilihan umum di Kabupaten Simeulu sudah cukup berhasil dalam
melakukan pendataan, sehingga hampir seluruh masyarakat yang
mempunyai hak pilih mempunyai kesempatan untuk menyampaikan
aspirasinya melalui pemilihan umum, selanjutnya tanggapan masyarakat
terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum DPR, DPD,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum
Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui sebagai berikut:
0,51%
99,49%
Ikut Memilih
Tidak Ikut Memilih
Gambar 3.2 Partisipasi dalam Pemilihan Umum
52
Dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pemilihan
umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan
Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui bahwa
hampir seluruh responden (99,49%) menyatakan ikut berpartisipasi dalam
masyarakat dalam pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden tahun
2014. Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam kegiatan
Pemilihan Umum sangat tinggi, hal ini tentunya disebabkan tingginya
minat masyarakat dalam menginginkan perubahan pemerintah menuju
yang lebih baik. Dengan adanya partisipasi masyarakat ini, maka
pemerintahan yang ada merupakan cermin dari harapan masyarakat
Indonesia. Namun, di sisi lain ada sebagian kecil masyarakat yang tidak
menggunakan hak pilihnya, penyebabnya dapat dilihat pada diagram
sebagai berikut:
5,64%
12,31%
48,21%
19,49%
14,36%
Tidak Terdaftar dalam Daftar Pemilih
Tidak Percaya dengan Partai Politik dan Kandidat Calon
Tidak Mendapat Undangan Memilih dari PPS
Ada Pekerjaan Lain
Tidak Menjawab
Gambar 3.3 Alasan Tidak Berpartisipasi dalam Pemilihan Umum
52
Pada kenyataannya meskipun sudah dilakukan pendataan secara
mendalam dan terperinci, masih ada beberapa masyarakat yang enggan
untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum, adapun alasan tidak
menggunakan hak pilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD
Provinsi,
DPRD
Kabupaten
Simeulue
dan
Pemilihan
Umum
Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 sebagian besar disebabkan karena
tidak terdaftar dalam daftar pemilih. Adanya sebagian masyarakat yang
tidak terdaftar dalam daftar pemilih ini sangat dimungkinkan terjadi
karena masih banyak masyarakat di Indonesia yang secara administrasi
belum mempunyai Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk.
Masyarakat merasa bahwa Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk
belum merasa butuh dengan hal tersebut, sehingga adanya masyarakat
yang tidak terdaftar dalam daftar pemilihan umum ini menyebabkan
mereka tidak dapat berpartisipasi dalam menyampaikan hak suaranya,
adapun alasan lain adalah ada pekerjaan lain (12,3%). Adapun pendapat
masyarakat tentang pentingnya mengikut pemilihan umum dapat dilihat
pada gambar diagram sebagai berikut:
52
2,05%
1,54%
1,54%
21,54%
73,33%
Sangat Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Tidak Mau Tahu
Tidak Menjawab
Gambar 3.4 Tingkat Kepentingan dalam Pemilihan Umum
Pendapat masyarakat di Kabupaten Simeulue tentang tingkat
kepentingan dalam mengikut pemilihan umum diketahui bahwa mayoritas
masyarakat memandang sangat perlu untuk berpartisipasi dalam kegiatan
Pemilihan Umum (73,3%) dan hanya sebagian kecil dari masyarakat yang
memandang pemilihan umum tidak perlu (2,1%) dan bahkan ada
masyarakat yang tidak mau tahu dengan kegiatan pemilihan umum (1,5%).
Tingginya
jumlah
masyarakat
yang
menganggap
penting
untuk
berpartisipasi dalam Pemilihan Umum ini disebabkan masyarakat
Indonesia pada umumnya sudah mulai sadar dalam berdemokrasi,
sehingga untuk dapat menyampaikan aspirasinya dapat dilakukan dengan
mengikuti kegiatan pemilihan umum. Adanya beberapa masyarakat yang
mengaggap tidak perlu atau tidak mau tahu dengan kegiatan pemilihan
umum ini lebih disebabkan karena faktor pengetahuan yang rendah
tentang pemilihan umum, sehingga dibutuhkan sosialisasi yang lebih
52
mendalam kepadan masyarakat tentang urgency berpartisipasi dalam
pemilihan umum. Terkait dengan hal itu, tanggapan masyarakat tentang
adanya sosialisasi politik dari Partai Politik dalam Pemilihan Umum
Legislatif/Pilpres 2014 kepada masyarakat diketahui distribusinya sebagai
berikut:
3,08%
14,36%
33,33%
49,23%
Ada
Ada Tetapi Sebagian Partai
Tidak Ada
Tidak Tahu
Gambar 3.5 Sosialisasi Politik pada Masyarakat
Sosialisasi politik dari Partai Politik dalam Pemilihan Umum
Legislatif/Pilpres 2014 kepada masyarakat senantiasa dilakukan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilihan umum, hal
ini terbukti bahwa mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue
menyatakan adanya sosialisasi politik yang dilakukan oleh sebagian partai
(49,23%), namun hanya 3,08% yan menyatakan sosialisasi politik tidak
ada. Besarnya sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai ini sangat logis
dilakukan, karena dengan adanya sosialisasi politik ini masyarakat mulai
mengenai tentang partai-partai yang akan berpartisipasi dalam kegiatan
pemilihan umum, sehingga dengan adanya sosialisasi politik ini
52
masyarakat paham tentang visi dan misi yang menjadi tujuan utama partai
politik tersebut berpartisipasi dalam pemilihan umum. Adanya sebagian
kecil masyarakat yang tidak mengetahui adanya sosialisasi politik ini lebih
dimungkinkan karena faktor kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat
dan lebih mementingkan kehidupan sendiri, karena hampir di seluruh
pelosok daerah senantiasa dilakukan sosialisasi terkait dengan kegiatan
pemilihan umum. Sosialisasi politik ini tentunya tidak terlepas dari adanya
pihak keluarga dan teman yang memberikan pengaruh dalam menentukan
hak pilih pada pemilu legislatif/Pilpres tahun 2014 di Kabupaten Simeulue
sebagai berikut:
1,03%
5,64%
31,28%
53,33%
8,72%
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Tahu
Tidak Menjawab
Tidak Berpengaruh
Gambar 3.6 Sosialisasi Politik oleh Pihak Keluarga dan Teman
Adanya sosialisasi dari pihak keluarga dan teman baik secara
langsung
maupun
tidak
langsung
memberikan
pengaruh
dalam
menentukan hak pilih pada pemilu legislatif/Pilpres tahun 2014 di
Kabupaten Simeulue, namun adanya kedewasaan dari masyarakat yang
memahami secara benar arti pemilihan umum maka diketahui bahwa
52
sebagian masyarakat di Kabupaten Simeulue tidak berpengaruh dengan
adanya sosialisasi politik yang dilakukan oleh keluarga dan teman
(53,3%), namun meskipun seperti itu masih cukup besar pula masyarakat
yang masih sangat terpengaruh dengan adanya keluarga dan teman
(31,1%). Adanya masyarakat yang masih sangat terpengaruh dengan pihak
keluarga dan teman yang memberikan pengaruh dalam menentukan hak
pilih pada pemilu legislatif/Pilpres tahun 2014 di Kabupaten Simeulue ini
disebabkan masih banyak masyarakat yang lebih mengutamakan tokoh
dalam masyarakat dan apabila seruan itu disampaikan oleh tokoh
masyarakat atau keluarga dan teman akan memberikan dampak yang besar
dalam mempengaruhi suara dalam pemilihan umum. Keberhasilan
pemilihan umum masih sangat sulit sekali dengan adanya politik uang
(money politic), adapun pendapatan masyarakat di Kabupaten Simeulue
dengan adanya calon legislatif Tahun 2014 atau tim suksesnya yang
memberi uang atau hadia dalam melakukan kampanye agar dipilih
diketahui sebagai berikut:
1,03%
5,13%
14,36%
26,67%
52,82%
Ada
Tidak Ada
Tidah Tahu
Ragu-Ragu
Tidak Menjawab
Gambar 3.7 Pemberian Uang atau Hadiah dari Calon Legislatif
52
Keberadaan calon anggota legislatif yang curang dalam pemilihan
umum dengan memberikan uang atau hadiah dalam kegiatan kampanye
memang masih sulit untuk dihindari, hal ini terlihat bahwa masih ada
14,4% masyarakat yang mendapatkan uang atau hadiah dari calon
legislatif atau tim suksesnya dalam kegiatan kampanye, namun meskipun
seperti itu mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue menyatakan
bahwa kegiatan pembagian uang atau hadiah dari calon legislatif atau tim
suksesnya tidak ada (52,8%). Adanya sebagian kecil masyarakat di
Kabupaten Simeulue yang masih menerima uang atau hadiah dari calon
legislatif atau tim suksesnya dalam kegiatan kampanye ini sangat mungkin
disebabkan oleh faktor ekonomi yang senantiasa menjerat masyarakat
Indonesia, sehingga dengan kondisi semacam ini tidak ada pilihan lain
yang bisa dilakukan kecuali menerima uang atau hadiah yang diberikan
oleh calon legislatif atau tim suksesnya pada saat kampanye. Hal inipun
juga terjadi pada pemlihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014
sebagai berikut:
1,03%
4,62%
11,79%
12,82%
69,74%
Ada
Tidak Ada
Tidah Tahu
Ragu-Ragu
Tidak Menjawab
Gambar 3.8 Pemberian Uang atau Hadiah dalam Pilpres
52
Adanya politik uang (money politik) sedikit berkurang pada
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Hal ini diketahui
bahwa dari responden penelitian masih terdapat 11,79% tim sukses dari
calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 yang memberi uang atau
hadiah dalam melakukan kampanye, namun 69,74% masyarakat
menyatakan bahwa dalam kampanye tim sukses dari calon Presiden dan
Wakil Presiden tahun 2014 tidak memberi uang atau hadiah. Penurunan
kegiatan politik uang yang dilakukan dalam pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014 ini disebabkan masing-masing calon wakil presiden
dan wakil presiden memiliki kredibilitas yang kuat, sehingga tanpa adanya
politik uang, masyarakat sudah dapat menentukan calon presiden dan
wakil presiden yang akan memberikan kemajuan pada masyarakat
Indonesia. Tingginya partisipasi masyarakat di Kabupaten Simeulue dalam
menggunakan hak pilih saat pemilihan umum legislatif dan Pilpres 2014
tentunya
ini
bukan
hal
yang kebetulan,
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
1,54%
4,62% 1,03%
0,51%
92,31%
Sadar Akan Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara
Karena Memperoleh Imbalan Uang, Hadiah
Ajakan Keluarga, Teman dan Timses Partai Tertentu
Ikut-Ikutan
Tidak Menjawab
Gambar 3.9 Faktor Partisipasi dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres
52
Saat ini masyarakat sudah mulai memahami tentang kehidupan
berdemokrasi, sehingga dalam kegiatan pemilihan umum legislatif dan
pemilihan presiden tahun 2014 tidak mudah untuk diintervensi dari
berbagai pihak terkait dengan hak pilihnya. Hal ini terlihat dari faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan hak pilih saat pemilihan
umum legislatif dan Pilpres 2014 lebih dari 90% masyarakat karena sadar
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara (92,31%) dan hanya 1,54%
yang melakukan pemilihan karena faktor imbalan hadiah dan uang.
Tingginya kesadaran masyarakat atas hak dan kewajiban sebagai warga
negara ini tidak terlepas dari nilai-nilai pendidikan karakter yang
ditanamkan kepada masyarakat untuk senantiasa berdemokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat, sehingga saat ini kegiatan kampanye dapat
dilakukan dengan berbagai media, diantaranya adalah sebagai berikut:
0,51%
0,51%
6,15%
33,85%
58,97%
Televisi, Radio dan Surat Kabar
Kampanye Lapangan Terbuka
Pertemuan Langsung dengan Calon di Ruang Tertutup
Tidak Ingat
Tidak Menjawab
Gambar 3.10 Media dalam Kegiatan Kampanye
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi, maka pola kegiatan
kampanye yang dilakukan untuk melakukan sosialisasi politik kepada
52
masyarakat sangat beranekaragam, hal ini terlihat bahwa 33,85%
masyarakat menyatakan bahwa kampanye yang dilakukan dalam pemilu
legislatif diketahui melalui televisi, radio dan surat kabar, namun sebagian
besar masyarakat mengetahui kampanye dalam pemilihan umum legislatif
dilakukan dengan kampanye lapangan terbuka (58,97%). Kegiatan
kampanye yang dilakukan di lapangan terbuka ini menjadi pilihan bahwa
para calon anggota legislatif karena dapat mengumpulkan masa dalam
jumlah yang besar serta efektif dalam menyampaikan orasi atau visi dan
misi dari calon anggota legislatif, sehingga mampu berpengaruh langsung
terhadap masyarakat. Meskipun seperti itu, dalam kegiatan kampanye
masih ada sebagian calon tim sukses yang membagikan uang atau hadiah
sebagaimana distribusi sebagai berikut:
1,03%
10,26%
37,44%
Ada
Tidak Ada
Tidak Tahu
15,38%
35,90%
Kurang Tahu
Tidak Menjawab
Gambar 3.11 Pembagian Uang atau Hadiah oleh Tim Sukses
Pembagian uang atau hadiah yang dilakukan oleh tim sukses calon
anggota legislatif di Kabupaten Simeulue memang tidak dapat dihindari,
terbukti bahwa 15,38% masyarakat pernah mendengar atau melihat tim
52
sukses dari calon anggota legislatif yang membagikan uang atau hadiah.
Namun meskipun seperti itu sebagian besar masyarakat di Kabupaten
Simeulue yaitu sebesar 35,90% dan 37,44% menyatakan tidak tahu dan
tidak ada calon anggota legislatif yang membagikan uang atau hadiah.
Masih adanya calon anggota legislatif yang membagikan uang atau hadiah
kepada masyarakat ini tidak terlepas dari sanksi yang kurang tegas
diberikan oleh pemerintah kepada bakal calon anggota legislatif yang
benar-benar terbukti melakukan money politik, karena hampir di setiap
daerah isu-isu terkait dengan pembagian uang atau hadiah dari tim sukses
calon anggota legislatif senantiasa muncul, adapun sikap masyarakat
terkait dengan hal itu sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1,03%
11,28%
29,23%
21,03%
37,44%
Dibiarkan
Menegur
Melaporkan
Diam-Diam Saja
Tidak Menjawab
Gambar 3.12 Sikap Masyarakat dengan Politik Uang
Sikap masyarakat terkati dengan adanya kegiatan calon atau tim
sukses yang memberikan hadiah atau uang kepada masyarakat sangatlah
beragam, namun diketahui di Kabupaten Simeulue terdapat 21,03% yang
berusaha menegur dan 37,44% yang melaporkan kepada pihak berwenang.
52
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten
Simeulue tidak bertindak apatis terhadap perilaku-perilaku atau tindakan
curang dengan memberikan uang atau hadiah kepada masyarakat.
Masyarakat sadar bahwa kegiatan-kegiatan semacam itu akan menjadikan
pemilihan umum menjadi tidak berkualitas, sehingga akan menghasilkan
pemimpin yang tidak berkredibilitas tinggi. Tingkat kesadaran yang tinggi
ini tidak terlepas dari alasan kuat masyarakat dalam menentukan pilihan
calon anggota legislatif/presiden dan wakil presiden sebagai berikut:
1,03%
11,79%
44,62%
41,03%
1,54%
Melihat dari Media
Berdasarkan Kampanye Terbuka
Berdasarkan kampanye Tertutup
Memiliki Pilihan Sendiri
Tidak Menjawab
Gambar 3.13 Faktor Penentu dalam Pemilihan
Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan
pemilihan calon anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden.
Faktor-faktor tersebut timbul baik dari dalam diri maupun dari faktor dari
luar masyarakat. Salah satu faktor kuat yang menentukan masyarakat di
Kabupaten Simeulue dalam memilih calon anggota legislatif maupun
presiden dan wakil presiden adalah memiliki pilihan sendiri (44,62%),
namun tidak sedikit pula masyarakat yang menentukan pilihan
52
berdasarkan kampanye yang dilakukan secara terbuka (41,03%). Hal ini
menunjukkan bahwa pada hakikatnya masyarakat di Kabupaten Simeulue
sudah mulai sadar dan mampu mengklasifikasikan calon legislatif dan
presiden/wakil presiden secara seksama, sehingga dengan kemampuan
tersebut masyarakat sudah mampu melakukan pemilihan berdasarkan
pilihan sendiri, meskipun masih banyak juga masyarakat yang menentukan
pilihan berdasarkan kampanye terbuka. Adapun faktor yang paling
mempengaruh masyarakat di Kabupaten Simeulue dalam memilih
diketahui sebagai berikut:
5,64%
6,15%
4,62%
83,59%
Figur Calon
Partai Politik yang Mendukung
Karena Keluarga
Karena ada Hadiah atau Imbalan
Gambar 3.14 Faktor Utama Pemilih
Dalam melakukan pemilihan terhadap calon anggota legislatif
maupun presiden dan wakil presiden sebenarnya banyak sekali faktor yang
mempengaruhi masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat membentuk atau
merubah pola pemilihan pada masyarakat. Berdasarkan distribusi tentang
faktor utama yang mempengaruhi pola pemilihan masyarakat di
Kabupaten Simeulue dikatahui bahwa sebagian masyarakat melakukan
52
pemilihan disebabkan karena faktor figur calon (83,59%) dan hanya
sebesar 4,62% yang menjadikan imbalan uang atau hadiah sebagai faktor
utama yang menentukan keputusan memilih. Ini memberikan gambaran
bahwa masyarakat di Kabupaten Simeulue benar-benar melakukan
pemilihan terhadap calon legislatif maupun calon presiden dan wakil
presiden berdasarkan pada figur calon yang mempunyai kredibilitas untuk
memimpin, adapun masih adanya masyarakat yang menjadikan imbalan
uang atau hadiah sebagai faktor utama ini disebabkan karena rendahnya
pengetahuan masyarakat tersebut tentang pentingnya dilakukan pemilihan
umum, sehingga mereka merasa tidak terlalu penting melihat figur calon
yang ada. Figur calon merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan, karena banyak pertimbangan dari figur calon yang menjadi
dasar masyarakat dalam menentukan pilihan, diantaranya adalah:
6,15% 2,56%
28,21%
63,08%
Visi/Misi Calon
Nama Baik dan Latar Belakang Calon
Hubungan Kekerabatan dengan Calon
Memperoleh Imbalan Uang atau Hadiah
Gambar 3.15 Pertimbangan Memilih Calon
Salah satu pertimbangan masyarakat dalam memilih calon legislatif
atau presiden dan wakil presiden disebabkan karena pada faktor figur
52
calon, dan inipun juga sangat beraneka ragam alasan yang disampaikan.
Berdasarkan persepsi masyarakat di Kabupaten Simeulue dikatahui bahwa
hampir sebagian masyarakat menentukan pilihan pada figur calon
berdasarkan visi/misi calon (63,08%) dan hanya 2,56% yang memilih
figur calon karena mendapatkan imbalan uang atau hadiah. Visi dan misi
calon anggota legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden
merupakan sebuah paradigma yang menjadi acuan masyarakat dalam
melakukan pilihan. Visi dan misi calon akan menjadi gambaran dari pola
kepemimpinan yang akan dilakukan kedepan apabila terpilih, sehingga
dengan mempertimbangan visi dan misi dari calon anggota legislatif
maupun calon presiden dan wakil presiden, masyarakat akan memahami
pola kepemimpinan yang akan dilakukan kedepan. Namun tetap saja
adanya politik uang dalam masyarakat tidak dapat dinafikan, diantaranya
dengan memberikan imbalan uang atau hadiah kepada anggota keluarga
sebagai berikut:
4,10%
10,26%
29,74%
55,90%
Pernah
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Ragu-Ragu
Gambar 3.16 Imbalan Hadiah atau Uang pada Keluarga
52
Keluarga juga menjadi salah satu faktor bagi masyarakat yang dapat
merubah atau menentukan arah pemilihan kepada calon anggota legislatif
maupun calon presiden dan wakil presiden. Oleh karena itu, meskipun
secara individu masyarakat tidak terpengaruh dengan adanya politik uang,
namun anggota keluarga yang memiliki pemahaman rendah tentang politik
dapat saja terjerumus untuk menerima imbalan uang atau hadiah dari tim
sukses. Hal ini terlihat bahwa 10,26% dari responden penelitian diketahui
bahwa anggota keluarganya pernah menerima imbalan uang atau hadiah
dari para peserta pemilihan umum, namun diketahui bahwa mayoritas
masyarakat di Kabupaten Simeulue tidak pernah anggota keluarganya
pernah menerima imbalan uang atau hadiah dari para peserta pemilihan
umum (55,90%). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melalui berbagai
media yang ada telah berhasil memberikan pendidikan demokrasi,
sehingga hampir seluruh masyarakat dapat memahami kerugian dari
politik uang, adapun umumnya kegiatan politik uang dilakukan pada
waktu-waktu sebagai berikut:
9,23%
3,08%
37,44%
40,51%
9,74%
Pada Hari H
Seminggu Sebelum Hari H
Tidak Menjawab
Malam Hari H
Jauh Sebelum Hari H
Gambar 3.17 Waktu Pelaksanaan Politik Uang
52
Kegiatan money politik (politik uang) dilakukan oleh calon maupun
tim sukses calon dan tidak mengenal waktu, bahkan selama ada
kesempatan hal itu akan dilakukan. Namun menurut pendapat masyarakat
di Kabupaten Simeulue mayoritas masyarakat pernah melihat, mendengar
seorang calon atau tim sukses yang memberikan uang atau hadiah kepada
masyarakat jauh sebelum hari H (40,51%) dan hanya sebagian kecil dari
calon atau tim sukses yang memberikan uang atau hadiah kepada
masyarakat pada hari H. Tingginya jumlah calon atau tim sukses yang
memberikan uang atau hadiah pada jauh hari sebelum hari H ini
disebabkan tingkat kewaspadaan aparatur pemerintahan pada hari-hari
yang jauh dari hari H masih bersifat longgar jika dibandingkan dengan
pada hari H, sehingga kesempatan tersebut dimanfaatkan secara maksimal
oleh para calon atau tim sukses untuk membagikan uang atau hadiah untuk
keberhasilan mereka. Upaya yang dilakukan oleh calon atau tim sukses
yaitu dengan mendatangi dan mengajak untuk memenangkan salah satu
calon, hal ini terlihad dari distribusi sebagai berikut:
52
3,08%
2,56%
0,51%
35,90%
57,95%
Pernah
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Kurang Tahu
Tidak Menjawab
Gambar 3.18 Kedatangan Calon atau Tim Sukses
Berbagai upaya akan senantiasa dilakukan oleh calon atau tim sukses
untuk menang dalam pemilihan umum, salah satunya adalah mendatangi
calon memilih untuk memenangkan salah satu calon. Berdasarkan persepsi
dari masyarakat di Kabupaten Simeulue diketahui bahwa 35,90%
masyarakat pernah didatangi oleh calon atau tim sukses untuk mengajak
memenangkan salah satu calon dan sebagian masyarakat berpendapat
bahwa calon atau tim sukses tidak pernah mendatangi masyarakat untuk
mengajak memenangkan salah satu calon (57,95%). Adanya calon atau
tim sukses yang mendatangi masyarakat untuk mengajak memenangkan
salah satu calon ini masih dianggap sebagai cara yang cukup efektif dalam
meningkatkan
jumlah
suara,
karena
sesuai
dengan
karakteristik
masyarakat Indonesia yang akan merasa sungkan apabila didatangi dan
dimohon bantuannya, dan bagi sebagian masyarakat bahkan justru
mendatangi calon peserti pemilihan umum, sebagaimana gambar berikut:
52
0,00%
0,51%
10,26%
15,90%
73,33%
Pernah
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Tidak Mau
Tidak Menjawab
Gambar 3.19 Mendatangi Calon atau Tim Sukses
Adanya kebutuhan perekonomian yang cukup mendesak terkadang
memaksa masyarakat untuk mendatangi calon atau tim sukses dalam
pemilihan umum untuk mendapat imbalan uang atau hadiah sehingga
dapat membantuk perekonomian. Hal ini terlihat dari hasil distribusi
menunjukkan bahwa 15,90% masyarakat di Kabupaten Simeulue rela
mendatangi calon atau tim sukses, namun sebagian masyarakat
menyatakan tidak pernah untuk mendatangi calon atau tim sukses
(73,33%). Tingginya jumlah masyarakat di Kabupaten Simeulue yang
tidak mendatangi calon atau tim sukses pemilu ini disebabkan karena
tingginya kesadaran masyarakat akan arti sebuah demokrasi, sehingga
mereka tidak akan menjual suaranya dengan harga yang murah hanya
dengan imbalan uang atau hadiah. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya
sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggaran pemilihan umum sebagai
berikut:
52
1,03% 1,03%1,54%
23,59%
72,82%
Sangat Bermanfaat
Tidak Bermanfaat
Tidak Menjawab
Bermanfaat
Sangat Tidak Bermanfaat
Gambar 3.20 Sosialisasi Penyelenggara Pemilu
Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu tentunya akan
memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan ruang lingkup
kegiatan pemilihan umum, diantaranya juga adalah berbagai tindakan
black campain dan politik uang yang sering kali merebak di seluruh
lapisan masyarakat. Oleh karena itu lebih dari 90% masyarakat yang
merasakan akan manfaat sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara
pemilu,
dan hanya
sebagian kecil
yang merasakan keberadaan
penyelenggaran pemilu tidak memberikan manfaat bagi masyarakat.
Tingginya tingkat manfaat yang diperoleh masyarakat dari adanya
sosialisasi penyelenggara pemilu ini disebabkan masyarakat menjadi lebih
paham bagaimana tata cara dalam mengikuti kegiatan pemilu dan tindakan
atau langkah-langkah yang tepat dilakukan untuk menghindari kecurangan
dalam kegiatan pemilu, sehingga tingkat kepuasan masyarakat dengan
hasil Pemilihan Umum di Kabupaten Simeulue cukup tinggi sebagaimana
distribusi berikut:
52
0,51%
12,31%
1,03%
5,13%
81,03%
Sangat Puas
Puas
Tidak Puas
Sangat Tidak Puas
Tidak Menjawab
Gambar 3.21 Kepuasan Hasil Pemilu di Kabupaten Simeulue
Pelaksanaan kegiatan Pemilihan Umum di Kabupaten Simeulue
dirasa sudah sangat bagus dan mencapai keberhasilan, hal ini terlihat dari
pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa 81,03% merasa puas dan
5,13% merasakan sangat puas terhadap hasil pemilihan umum di
Kabupaten Simeulue, meskipun terdapat 12,31% masyarakat yang masih
merasa tidak puas terhadap hasil pemilihan umum di Kabupaten Simeulue.
Tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil Pemilihan Umum
di Kabupaten Simeulue ini menunjukkan bahwa masyarakat dapat
melakukan pemilihan secara jujur dan adil serta pemilihan dilakukan
secara langsung, umum, bebas dan rahasia, adapun masih adanya beberapa
masyarakat yang menyatakan tidak puas dengah hasil pemilihan umum ini
dirasa masih wajar, karena masih adanya isu-isu terkait dengan politik
uang yang merebak di kalangan masyarakat, sehingga hasil pemilihan
umum sedikit dirasa ada kekurangan.
52
B. Pembahasan
1. Money Politik dalam Pemilihan Umum
MoneyPolitics merupakan suatu upaya mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli
suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan
uang baik milik pribadi atau partai unatuk mempengaruhi suara pemilih
(vooters). Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberian
uang atau barang kepada seseorang karena memiliki maksud politik yang
tersembunyi dibalik pemberian itu. Jika maksud tersebut tidak ada, maka
pemberian tidak akan dilakukan juga. Praktik semacam itu jelas bersifat
ilegal dan merupakan kejahatan. Konsekuensinya para pelaku apabila
ditemukan bukti-bukti terjadinya praktek politik uang akan terjerat
undang-undang anti suap.
Perpolitikan lokal selalu melahirkan dinamika. Hal ini menuntut
partai politik (parpol) sebagai instrumen demokrasi harus menyelaraskan
platform politiknya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat,
sehingga masyarakat muncul kecenderungan menginginkan figur-figur
baru sebagai pemimpin.Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah
letih menanti perbaikan dan bosan dengan janji-janji politik. Dengan
adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon pemimpin
memberikan efek negatif bagi para elit-elit dengan menghamburhamburkan uang dalam waktu sekejap, demi kekuasaan semata. Dan
sebaliknya adalah sangat menggiurkan juga bagi masyarakat meskipun
52
sesaat, karena itu juga masyarakat merasa berhutang budi pada calon yang
memberikan uang tersebut.
Dengan cara Money Politics hanya calon yang memiliki dana besar
yang dapat melakukan kampanye dan sosialisasi ke seluruh Indonesia. Ini
memperkecil kesempatan bagi kandidat perorangan yang memiliki dana
terbatas, walaupun memiliki integritas tinggi sehingga mereka tidak akan
dikenal masyarakat. Panwas secara bertingkat dari pusat, provinsi,
kabupaten/kota, hingga kecamatan juga saling mengawasi. Panwas pusat
dapat menegur dan menghentikan Panwas provinsi. Demikian pula dari
tingkat provinsi kepada kabupaten/kota atau Panwas kabupaten/kota
kepada Panwas tingkat kecamatan.
Penyelenggara pemilu harus siap karena pemilihan presiden
mendatang menampilkan perubahan kultur politik dari partai oriented ke
kandidat oriented. Sementara dengan kondisi yang ada, kandidat presiden
harus mampu mendanai partai sebagai imbal balik pencalonan. Akibatnya
yang muncul adalah perlombaan untuk mengumpulkan uang dari berbagai
sumber dan tidak mendorong pemberantasan korupsi yang dibutuhkan
masyarakat.
2. Money
Politik
Mempengaruhi
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pemilihan Umum
Dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum secara
umum, banyak terjadinya perbuatan politik uang (Money Politics) yang
ikut mewarnai acara pesta dan peta demokrasi yang berlangsung di negara
52
ini. Money Politics banyak membawa pengaruh akan peta perpolitikan
Nasional serta juga dalam proses yang terjadi dalam pesta politik. Dalam
norma standar demokrasi, dukungan politik yang diberikan oleh satu aktor
terhadap aktor politik lainnya didasarkan pada persamaan preferensi
politik dalam rangka memperjuangkan kepentingan publik. Dan juga
setiap warga negara mempunyai hak dan nilai suara yang sama (satu
orang, satu suara, satu nilai). Namun, melalui Money Politics dukungan
politik diberikan atas pertimbangan uang dan sumber daya ekonomi
lainnya yang diterima oleh aktor politik tertentu.
Dalam politik uang (Money Politics) pemilihan kepala daerah baik
untuk mengisi jabatan Gubernur atau Wakil Gubernur, jabatan Bupati dan
Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota terdapat beberapa hal yang
mungkin tidak di ketahui oleh umum. Praktek politik ini sangat tertutup
yang hanya di ketahui oleh para calon atau orang-orang yang berada
disekitarnya.
Dalam permainan politik uang (Money Politics), seorang calon
kepala daerah berserta tim suksesnya (TIMSES) harus menguasai benar
kondisi di lapangan. Pertimbangan hati-hati ini dilakuakan oleh para calon
agar uang yang tersedia diberikan kepada orang yang tepat sasarannya.
Kalau penggunaan uang tidak hati-hati bukan hanya salah sasaran
berakibat uang hilang percuma saja, tetapi sangat beresiko apabila
informasi jatuh kepada mereka yang tidak dapat dipercaya, dalam
pemberian uang kepada pemilih dalam membeli suara calon pemilih.
52
Apabila uang jatuh kepada kelompok yang tidak dapat dipecaya, maka
boleh jadi akan menjadi bumerang apabila kelak terpilih dengan suara
terbanyak akan mendapat perlawanan dari kelompok yang kalah. Terutama
banyaknya pengungkitan dari pihak lawan akan pekerjaan yang dilakukan
oleh pihak kandidat yang menang dalam pemilihan kepala daerah. Pada
semua tingkatan yang ada. Biasanya kelompok yang kalah akan berusaha
mendapatkan bukti-bukti tentang adanya bukti praktek uang (Money
Politics) tersebut guna mereka untuk mencari keuntungan bagi pihakpihak kandidat yang kalah dalam acara pesta demokrasi tersebut.
Dalam pelaksanaan Pemilu perlu ditampakan bahwa asas jurdil ini
merupakan sesuatu yang benar-benar diterapkan.Melihat pengertian asas
Jurdil ini disatu pihak dan asas Luber pihak lain, keduanya memiliki
pengertian
yang berbeda, namun sangat
erat kaitannya. Dalam
pembahasan ini maka sewajarnyalah sebuah Pemilu harus menggunakan
asas JURDIL dan LUBER, guna terciptanya sebuah demokrasi serta pesta
demokrasi yang sehat dan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan juga
sesuai dengan amanat rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dari praktek KKN.
Dalam pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka asas ini
(JURDIL serta LUBER) hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada
dasarnya Money Politics merupakan sebuah sistem yang tidak akan pernah
hilang dalam proses demokrasi Indonesia dan hal ini akan terus menerus
terjadi dan dilakukan oleh para calon dan Jurkam serta Timses masing-
52
masing calon dalam pilkada dan pemilu guna mencari perhatian serta suara
dari para calon pemilih untuk memenangkan mereka dalam PILKADA
(Pemilihan Kepala Daerah) dan PEMILU (Pemilihan Umum). Walaupun
adanya partai politik yang berasaskan Islam akan tetapi praktek Money
Politics ini tetap ada walau dikemas dalam agenda yang sangat rapi. Akan
tetapi juga ada juga partai politik yang memang benar-benar mereka tidak
melakukan politik uang (Money Politics). Oleh karena itu, pemegang
kedaulatan adalah pemilik uang, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri dan bukan lagi rakyat mayoritas. Di tengah gelombang
demokratisasi yang gencar belakangan ini, maraknya Money Politics bisa
mempermudah masuknya penetrasi politik melalui uang. Maka dengan
demikian, Pilkada dengan sistem Money Politics akan terus terjadi
kejadian yang paling umum dalam praktek politik uang (Money Politics)
adalah pembelian suara menjelang hari pemilihan,artinya, masing-masing
calon mengadakan pendekatan kepada para anggota DPRD.
Pendekatan dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui
perantara orang ketiga. Pada saat inilah transaksi dilakukan baik dengan
memberikan uang kontan ataupun dengan suatu janji atau pemberian atas
pemberian. Ada hal yang menarik bahwa umumnya para anggota DPRD
lebih menginginkan uang kontan dari pada cheque. Akibatnya, jangan
heran kalau uang kontan berdampak lebih ampuh dibandingkan dengan
penggunaan selembar cheque. Karena itu harga suara itu sangat mahal
apabila seorang bakal calon kepala daerah berasal dari anggota TNI/
52
POLRI artinya, anggota fraksi ini mempunyai posisi tawar yang tinggi.
Mereka dapat mengajukan argument bahwaterikat rantai komando dan
terikat pemerintah komandan dan seterunya. Padahal, tidak ada lagi
perintah komando untuk memilih atau tidak memilih salah satu bakal
calon. Akibatnya, calon pembeli suara dihadapkan pada situasi sulit.
Dalam kondisi inilah dibutuhkan dana yang cukup besar. Biasanya strategi
yang dilakukan dengan mendapatkan informasi berupa dana yang
dikeluarkan oleh pihak lawan bagi suara mahal ini. Setelah mengetahui
harga suara maka kemudian diberikan dana jauh lebih besar lagi.
Dalam sistem politik yang lain ada yang namanya serangan Fajar
bagi para bakal calon kepala daerah beserta tim suksesnya pada calon
pemilih, adapun masa yang paling rawan adalah H-2 dan H-1 pemilihan.
Dalam masa inilah masing-masing calon saling melakukan pengintaian
guna semaksimal mungkin dan seakurat mungkin mendapatkan informasi
tentang berapa besar dan yang beredar bagi satu suara anggota DPRD.
Informasi ini menjadi sangat penting karena pada H-1 merupakan
kesempatan terakhir dalam perebutkan suara tersebut. Namun, dalam
praktek juga terjadi Serangan Fajar yang dimaksud sebenarnya adalah
dengan Serangan Fajar ialah pada hari Fajar hari H (Hari Pemilihan),
kandidat kepala daerah atau tim suksesnya memanfaatkan informasi paling
mutakhir tentang berapa harga satu suara dari para calon pemilih yang
akan melakukan pencoblosan pada pagi harinya dan anggota DPRD mana
saja yang kemungkinan masih dapat digarap untuk dimintai suaranya
52
dalam pemungutan suara dan masa uji publik serta masa pelantikan kepala
daerah.
3. Dampak Praktik Money Politik
Ciri khas demokrasi adalah adanya kebebasan (freedom), persamaan
derajat (equality), dan kedaulatan rakyat (people’s sovereghty). Di lihat
dari sudut ini, demokrasi pada dasarnya adalah sebuah paham yang
menginginkan adanya kebebasan, kedaulatan bagi rakyatnya yang sesuai
dengan norma hukum yang ada.Dengan demikian adanya praktik Money
Politics berarti berdampak terhadap bangunan, khususnya di Indonesia
berarti prinsi-prinsip demokrasi telah tercemari dalam praktek politik
uang. Suara hari nurani seseorang dalam bentuk aspirasi yang murni dapat
dibeli demi kepentingan. Jadi pembelokan tuntutan bagi nurani inilah yang
dapat dikatakan kejahatan.Sisi etika politik yang lainnya adalah pemberian
uang kepada rakyat dengan harapan agar terpilihnya partai politik tertentu
berimbas pada pendidikan politik, yaitu mobilisasi yang pada gilirannya
menyumbat partisipasi politik. Rakyat dalam proses seperti ini tetap
menjadi objek eksploitasi politik pihak yang memiliki kekuasaan.
Money Politics bukan secara moral saja yang salah dalam dimensi
agama juga tidak dibenarkan, sebab memiliki dampak yang sangat
berbahaya untuk kepentingan bangsa ini. Jika yang dihasilkan adalah
kekecewaan rakyat, maka sesungguhnya yang akan mengadili adalah
rakyat itu sendiri.
4. Money Politik masih Menjadi Ancaman
52
Dalam perkembangan demokratisasi dalam sistem politik Indonesia,
ada semacam permasalahan dalam politik yang di indikasikan salah
satunya pernah terlibat kasus korupsi dan masalah hukum lainnya. Untuk
itu paling tidak dapat disikapi dari dua aspek. Aspek pertama, bahwa ada
indikasi peningkatan kontrol publik atas mekanisme politik dan
mengalami institusinalisasi secara baik. Aspek kedua merupakan
keprihatinan, mengingat bahwa masih menggejalanya korupsi dalam
mekanisme politik nasional, yang diduga keras berasal dari politik uang.
Hal yang menurut hemat kami, merupakan gejala yang harus menjadi
perhatian seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong berkembangnya
demokrasi dalam proses politik yang lebih akuntabel dan yang lebih
transparan dalam sistim politik Indonesia.
Politik memang membutuhkan dana,belanja politik direncanakan dan
digunakan
untuk
berbagai
kegiatan
program
kampanye.
Untuk
membangun komunikasi politik dengan konstituen, serta menyerap dan
mengartikulasikan kepentingan masyarakat. Politisi dalam kompetisi
untuk meraih dukungan pemilih, tanpa dana hampir dapat dipastikan akan
kalah. Tetapi dana politik dan politik uang jelas berbeda. Letak perbedaan
adalah modus dalam pengunaan dana yang digunakan untuk menggalang
dukungan pemilih. Hal tekait pula sumber pendanaannya. Realitas politik
menunjukan, bahwa politisi yang tidak punya dana; sudah hampir dapat
dipastikan akan kalah dan tersingkir. Faktanya politisi tidak hanya
memerlukan dana kampanye yang cukup besar untuk meraih dukungan
52
dari konstituen. Justru umumnya politisi sebelumnya membutuhkan dana
untuk meraih restu dan dukungan walaupun tidak resmi dari elite partai,
yang mengusungnya.
Sumber dana politik umumnya dapat dikategorikan pada dua
sumber. Pertama, bersumber pada sektor negara atau menggunakan
APBN. Kedua, dana politik yang bersumber dari sektor publik atau
masyarakat. Dari perkembangan sisitem politik di Indonesia, yang
tercermin dari perubahan peraturan perundang-undangan, khususnya UU
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu yang digunakan sekarang, sematamata sumber dana politik dalam tataran infra strktur politik adalah dari
sektor masyarakat.Pada pasal 129 UU No. 10 Thn 2008 tentang Pemilu
sumber dana itu meliputi: Partai politik dan Caleg dari partai politik yang
bersangkutan serta Sumbangan pihak lain yang sah menurut hukum.
Partai politik memiliki sumber dana dari iuran anggota. Fakta
menujukan hampir semua Partai, sistem iuran anggota belum dapat
berjalan secara memadai. Yang digunakan adalah iuran atau kewajiban
anggota fraksi. Yang dapat memberi donasi kepada Partainya terbatas
kepada orang-orang tertentu saja. Karena tingkat sosial ekonomi anggota
atau masyarakat yang menjadi konstituen, dengan pendapatan perkapita
yang masih terdapat senjangan yang cukup besar pula.
Hal ideal yang semestinya berlangsung dalam mekanisme dan politik
yang sehat adalah pemberian donasi, mengharapkan output politik adalah
52
kebijakan publik yang berkualitas. Dalam hal ini, demokrasi menjadi
instrumen yang dapat diharapkan mendatangkan kebijakan yang adil, yang
mendatangkan kesejahteraan dan peningkatan pelayanan publik yang lebih
baik. Mekanisme politik yang ideal tersebut, mau tidak mau bila didukung
oleh pemberi donasi yang memiliki harapan terwujudnya tatakelola
pemerintahan yang lebih baik, untuk mencapai tujuan bernegara.
Pengalaman menujukan pemberi dana dalam kategori tersebut, adalah
kalangan masyarakat menengah yang sosial ekonomi mampu, disamping
memiliki kesadaran, karakter dan moralitas, sehingga akan menjadi
ancaman bagi masyarakat terkait dengan kebijakan-kebijakan yang lebih
memihak pada masyarakat pemberi donasi tersebut.
52
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak money politik terhadap
partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum 2014 di Kabupaten Simeulue
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. MoneyPolitics
dalam
pemilihan
umum
merupakan
suatu
upaya
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat
juga diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan
tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau partai unatuk
mempengaruhi suara pemilih.
2. Perbuatan politik uang (Money Politics) ikut mewarnai peta demokrasi
yang berlangsung suatu negara. Money Politics banyak membawa
pengaruh akan peta perpolitikan Nasional serta juga dalam proses yang
terjadi dalam pesta politik. Dalam norma standar demokrasi, dukungan
politik yang diberikan oleh satu aktor terhadap aktor politik lainnya
didasarkan
pada
persamaan
preferensi
politik
dalam
rangka
memperjuangkan kepentingan publik. Setiap warga negara mempunyai
hak dan nilai suara yang sama (satu orang, satu suara, satu nilai). Namun,
melalui Money Politics dukungan politik diberikan atas pertimbangan
uang dan sumber daya ekonomi lainnya yang diterima oleh aktor politik
tertentu.
52
3. Money Politics berdampak terhadap prinsip-prinsip demokrasi. Suara hati
nurani seseorang dalam bentuk aspirasi yang murni dapat dibeli demi
kepentingan. Jadi pembelokan tuntutan bagi nurani inilah yang dapat
dikatakan kejahatan. Etika politik yang lainnya adalah pemberian uang
kepada rakyat dengan harapan agar terpilihnya partai politik tertentu
berimbas pada pendidikan politik, yaitu mobilisasi yang pada gilirannya
menyumbat partisipasi politik. Rakyat dalam proses seperti ini tetap
menjadi objek eksploitasi politik pihak yang memiliki kekuasaan.
4. Permasalahan dalam politik yang di indikasikan salah satunya pernah
terlibat kasus korupsi dan masalah hukum lainnya. Untuk itu paling tidak
dapat disikapi dari dua aspek. Aspek pertama, bahwa ada indikasi
peningkatan kontrol publik atas mekanisme politik dan mengalami
institusinalisasi secara baik. Aspek kedua merupakan keprihatinan,
mengingat bahwa masih menggejalanya korupsi dalam mekanisme politik
nasional, yang diduga keras berasal dari politik uang. Hal yang menurut
hemat kami, merupakan gejala yang harus menjadi perhatian seluruh
lapisan masyarakat untuk mendorong berkembangnya demokrasi dalam
proses politik yang lebih akuntabel dan yang lebih transparan dalam sistim
politik Indonesia.
B. Saran
Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
52
1. Bagi pemerintah senantiasa melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya money politik dalam kehidupan berdemokrasi,
karena akan menghancurkan sendi-sendi kepercayaan masyarakat pada
pengelola pemerintahan.
2. Bagi masyarakat diharapkan berpartisipasi langsung dalam upaya
pemberantasan praktik money politik dengan sesegera mungkin menegur
dan melaporkan para pelaku money politik dalam masyarakat, dan
membentengi diri dengan agama agar tidak mudah terpengaruh dengan
adanya money politik.
3. Bagi ulama dan tokoh-tokoh agama diharapkan berpartisipasi langsung
dalam upaya pemberantasan money politik dengan cara dakwah serta
membuat fatwa bahwa praktik money politik adalah haram hukumnya bagi
yang melakukannya.
4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih
mendalam terkait dengan faktor-faktor kuat yang dapat mencegah
keberadaan money politik di Indonesia.
Frequencies
Statistics
N
Valid
Missing
Umur
195
0
Jenis
Kelamin
195
0
Agama
195
0
Pendidikan
195
0
Pekerjaan
195
0
Frequency Table
Umur
Valid
17 - 30 Tahun
31 - 45 Tahun
46 - 60 Tahun
61 > Ke atas
Total
Frequency
43
100
45
7
195
Percent
22,1
51,3
23,1
3,6
100,0
Valid Percent
22,1
51,3
23,1
3,6
100,0
Cumulative
Percent
22,1
73,3
96,4
100,0
Jenis Kelamin
Valid
Laki-Laki
Perempuan
Total
Frequency
149
46
195
Percent
76,4
23,6
100,0
Valid Percent
76,4
23,6
100,0
Cumulative
Percent
76,4
100,0
Agama
Valid
Islam
Frequency
195
Percent
100,0
Valid Percent
100,0
Cumulative
Percent
100,0
Pendidikan
Valid
SD
SLTP
SMU
Diploma
Strata-1
Total
Frequency
32
49
86
14
14
195
Percent
16,4
25,1
44,1
7,2
7,2
100,0
Valid Percent
16,4
25,1
44,1
7,2
7,2
100,0
Cumulative
Percent
16,4
41,5
85,6
92,8
100,0
Alamat
195
0
Pekerjaan
Valid
Swasta
PNS
Petani
Nelayan
IRT
Lain-lain
Total
Frequency
74
17
49
7
29
19
195
Percent
37,9
8,7
25,1
3,6
14,9
9,7
100,0
Valid Percent
37,9
8,7
25,1
3,6
14,9
9,7
100,0
Cumulative
Percent
37,9
46,7
71,8
75,4
90,3
100,0
Alamat
Valid
Alafan
Salang
Simeulue Barat
Simeulue Cut
Simeulue Tengah
Simeulue Timur
Teluk Dalam
Teupah Barat
Teupah Tengah
Teupah Selatan
Total
Frequency
20
20
20
17
19
19
20
20
20
20
195
Percent
10,3
10,3
10,3
8,7
9,7
9,7
10,3
10,3
10,3
10,3
100,0
Valid Percent
10,3
10,3
10,3
8,7
9,7
9,7
10,3
10,3
10,3
10,3
100,0
Cumulative
Percent
10,3
20,5
30,8
39,5
49,2
59,0
69,2
79,5
89,7
100,0
Frequencies
Frequency Table
ITEM 1
Valid
Ragu-Ragu
Terdaftar
Tidak Tahu
Tidak Terdatar
Total
Frequency
1
191
2
1
195
Percent
,5
97,9
1,0
,5
100,0
Valid Percent
,5
97,9
1,0
,5
100,0
Cumulative
Percent
,5
98,5
99,5
100,0
ITEM 2
Valid
Ikut Memilih
Tidak Ikut Memilih
Total
Frequency
194
1
195
Percent
99,5
,5
100,0
Valid Percent
99,5
,5
100,0
Cumulative
Percent
99,5
100,0
ITEM 3
Valid
Frequency
11
Ada Pekerjaan Lain
24
Tidak Mendapat Undangan Memilih
38
Tidak Percaya dengan Partai Politik dan Kandidat Calon
28
Tidak terdaftar dalam Daftar pemilih
94
Total
195
Percent
5,6
12,3
19,5
14,4
48,2
100,0
Valid Percent
5,6
12,3
19,5
14,4
48,2
100,0
ITEM 4
Valid
Perlu
Sangat Perlu
Tidak Mau Tahu
Tidak Perlu
Total
Frequency
3
42
143
3
4
195
Percent
1,5
21,5
73,3
1,5
2,1
100,0
Valid Percent
1,5
21,5
73,3
1,5
2,1
100,0
Cumulative
Percent
1,5
23,1
96,4
97,9
100,0
Cumulative
Percent
5,6
17,9
37,4
51,8
100,0
ITEM 5
Valid
Ada
Ada Tetapi Sebahagian Partai
Tidak Ada
Tidak Tahu
Total
Frequency
65
96
6
28
195
Percent
33,3
49,2
3,1
14,4
100,0
Valid Percent
33,3
49,2
3,1
14,4
100,0
Cumulative
Percent
33,3
82,6
85,6
100,0
ITEM 6
Valid
Berpengaruh
Sangat Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Tahu
Total
Frequency
2
17
61
104
11
195
Percent
1,0
8,7
31,3
53,3
5,6
100,0
Valid Percent
1,0
8,7
31,3
53,3
5,6
100,0
Cumulative
Percent
1,0
9,7
41,0
94,4
100,0
ITEM 7
Valid
Ada
Ragu-Ragu
Tidak Ada
Tidak Tahu
Total
Frequency
2
28
10
103
52
195
Percent
1,0
14,4
5,1
52,8
26,7
100,0
Valid Percent
1,0
14,4
5,1
52,8
26,7
100,0
Cumulative
Percent
1,0
15,4
20,5
73,3
100,0
ITEM 8
Valid
Ada
Ragu-Ragu
Tidak Ada
Tidak Tahu
Total
Frequency
2
23
9
136
25
195
Percent
1,0
11,8
4,6
69,7
12,8
100,0
Valid Percent
1,0
11,8
4,6
69,7
12,8
100,0
Cumulative
Percent
1,0
12,8
17,4
87,2
100,0
ITEM 9
Valid
Ajakan Keluarga, Teman dan Timses Partai Tertentu
Ikut-Ikutan
Karena Memperoleh Imbalan Uang, Hadiah
Sadar akan Hak Kewajiban Sebagai WN
Total
Frequency
1
9
2
3
180
Percent
,5
4,6
1,0
1,5
92,3
Valid Percent
,5
4,6
1,0
1,5
92,3
195
100,0
100,0
Cumulative
Percent
,5
5,1
6,2
7,7
100,0
ITEM 10
Valid
Kampanye Lapangan Terbuka
Pertemuan Langsung Dengan Calon Diruangan Tertutup
Televisi, Radio dan Surat Kabar
Tidak Ingat
Total
Frequency
1
115
Percent
,5
59,0
Valid Percent
,5
59,0
Cumulative
Percent
,5
59,5
1
66
,5
33,8
,5
33,8
60,0
93,8
12
195
6,2
100,0
6,2
100,0
100,0
ITEM 11
Valid
Ada
Kurang Tahu
Tidak Ada
Tidak Tahu
Total
Frequency
2
30
20
70
73
195
Percent
1,0
15,4
10,3
35,9
37,4
100,0
Valid Percent
1,0
15,4
10,3
35,9
37,4
100,0
Cumulative
Percent
1,0
16,4
26,7
62,6
100,0
ITEM 12
Valid
Diam-Diam Saja
Dibiarkan
Melaporkan
Menegur
Total
Frequency
2
57
22
41
73
195
Percent
1,0
29,2
11,3
21,0
37,4
100,0
Valid Percent
1,0
29,2
11,3
21,0
37,4
100,0
Cumulative
Percent
1,0
30,3
41,5
62,6
100,0
ITEM 13
Valid
Frequency
2
80
3
23
87
195
Berdasarkan Kampanye Terbuka
Berdasarkan Kampenye Tertutup
Melihat dari media
Memiliki Pilihan Sendiri
Total
Percent
1,0
41,0
1,5
11,8
44,6
100,0
Cumulative
Percent
1,0
42,1
43,6
55,4
100,0
Valid Percent
1,0
41,0
1,5
11,8
44,6
100,0
ITEM 14
Valid
Figur Calon
Karena Ada Hadiah atau Imbalan
Karena Keluarga
Partai Politik yang mendukung
Total
Frequency
163
9
11
12
195
Percent
83,6
4,6
5,6
6,2
100,0
Valid Percent
83,6
4,6
5,6
6,2
100,0
Cumulative
Percent
83,6
88,2
93,8
100,0
ITEM 15
Valid
Hubungan Kekerabatan Dengan Calon
Memperoleh imbalan uang atau hadiah
Nama Baik atau Latar Belakang Calon
Visi/Misi Calon
Total
Frequency
12
5
55
123
195
Percent
6,2
2,6
28,2
63,1
100,0
Valid Percent
6,2
2,6
28,2
63,1
100,0
ITEM 16
Valid
Pernah
Ragu-Ragu
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
Frequency
20
8
109
58
195
Percent
10,3
4,1
55,9
29,7
100,0
Valid Percent
10,3
4,1
55,9
29,7
100,0
Cumulative
Percent
10,3
14,4
70,3
100,0
Cumulative
Percent
6,2
8,7
36,9
100,0
ITEM 17
Valid
Jauh Sblm Hari H
Malam hari H
Pada Hari H
Seminggu Sblm Hari H
Total
Frequency
18
79
73
6
19
195
Percent
9,2
40,5
37,4
3,1
9,7
100,0
Valid Percent
9,2
40,5
37,4
3,1
9,7
100,0
Cumulative
Percent
9,2
49,7
87,2
90,3
100,0
ITEM 18
Valid
Kurang Tahu
Pernah
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
Frequency
1
6
70
113
5
195
Percent
,5
3,1
35,9
57,9
2,6
100,0
Valid Percent
,5
3,1
35,9
57,9
2,6
100,0
Cumulative
Percent
,5
3,6
39,5
97,4
100,0
ITEM 19
Valid
Pernah
Tidak Mau
Tidak Pernah
Total
Frequency
1
31
20
143
195
Percent
,5
15,9
10,3
73,3
100,0
Valid Percent
,5
15,9
10,3
73,3
100,0
Cumulative
Percent
,5
16,4
26,7
100,0
ITEM 20
Valid
Bermanfaat
Sangat Bermanfaat
Sangat Tidak Bermanfaat
Tidak Bermanfaat
Total
Frequency
3
142
46
2
2
195
Percent
1,5
72,8
23,6
1,0
1,0
100,0
Valid Percent
1,5
72,8
23,6
1,0
1,0
100,0
Cumulative
Percent
1,5
74,4
97,9
99,0
100,0
ITEM 21
Valid
Puas
Sangat Puas
Sangat Tidak Puas
Tidak Puas
Total
Frequency
2
158
10
1
24
195
Percent
1,0
81,0
5,1
,5
12,3
100,0
Valid Percent
1,0
81,0
5,1
,5
12,3
100,0
Cumulative
Percent
1,0
82,1
87,2
87,7
100,0
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
-
Ismawan , Indra, 1999. Money Politics Pengaruh Uang Dalam Pemilu : Media Pressindo,
Yogyakarta
-
Ratnawati, Tri, dkk, 2005. Konflik Elit Politik Pedesaan : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
-
Sanit, Arbi, Drs, 1986. Sitem Politik Indonesia, Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan
Pembangunan Edisi I Cetakan Ke – 4 : Rajawali Jakarta
-
Budiarjo, Miriam, 1998. Patisipasi Politik
-
Budiarjo, Miriam, 1982. Partispasi Partai Politik Sebuah Bunga Rampai
-
Huntington, Samuel P dan Joal Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang
-
Huda, Saiful. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilukada 2012 Kabupaten Pati
Download