BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian saat ini menunjukkan kecenderungan sektor swasta yang lebih menonjol. Peran swasta yang lebih memilih badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas menjadi lebih dominan dibandingkan dengan badan usaha lainnya seperti koperasi maupun BUMN. 2 Perseroan terbatas digolongkan sebagai asosiasi untuk menghimpun modal yang amat besar dari sejumlah orang yang amat banyak. Maka harus diberi karakteristik, sekali modal tersebut telah masuk ke dalam persekutuan, pada prinsipnya tidak dapat lagi ditarik kembali oleh pemegang saham, agar modal tersebut relatif stabil. Maka jika seorang pemegang saham itu ingin keluar dari perseroan terbatas maka ia tidak dapat menarik kembali modalnya dari perseroan terbatas. Tetapi dengan demikian tidak berarti ia tidak bisa keluar dari perseroan terbatas. Bahkan sesungguhnya sewaktuwaktu ia dapat keluar dari perseroan terbatas, tetapi bukan dengan jalan menarik kembali modal yang telah ditanamkannya, melainkan harus dengan jalan mengalihkan sahamnya kepada pihak lain yang berkeinginan mengambil alih. Disinilah letak keistimewaan dari perseroan terbatas. Perseroan terbatas 2 Absori, HukumEkonomi Indonesia, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2006), hal. 41. Universitas Sumatera Utara merupakan satu-satunya asosiasi yang bersaham. Tidak kita temukan asosiasi lain yang mengeluarkan saham. 3 Menurut Sri Rejeki Hartono perseroan terbatas banyak diminati oleh pengusaha Indonesia karena perseroan terbatas pada umumnya mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensial untuk memperoleh keuntungan baik bagi instansinya sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham). Oleh karena itu, bentuk badan perseroan terbatas usaha ini sangat diminati oleh masyarakat. Pendapat ini mendasarkan pada kenyataan bahwa perseroan terbatas mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri dan berpotensi memberikan keuntungan baik bagi instansinya sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham). Lebih lanjut ia berpendapat alasan praktis diminatinya perseroan terbatas antara lain pertama, setiap jenis usaha mempunyai jangkauan relatif luas, pada izin operasionalnya selalu menyatakan bahwa perusahaan yang bersangkutan harus berbentuk badan hukum (pilihan utama pasti perseroan terbatas). Kedua, setiap jenis yang bergerak di bidang keuangan diisyaratkan dalam bentuk badan hukum, pilihan utama adalah juga perseroan terbatas. Ketiga, perusahaan yang berpeluang memanfaatkan bursa modal hanyalah perseroan terbatas, maka sangat wajar apabila peningkatan jumlah perseroan terbatas di Indonesia semakin besar.Alasan tersebut sangat tepat sebab kenyataannya kreditur, dalam hal ini 3 Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas Teori dan Praktik, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hal. 17-18. Universitas Sumatera Utara pihak perbankan, di dalam menyalurkan dana pinjaman dalam jumlah besar mensyaratkan bahwa pihak debitur haruslah merupakan badan usaha yang berbadan hukum dan status badan hukum ini dimiliki oleh perseroan terbatas. 4 Korporasi menurut Michael Nwogugu adalah kumpulan hubungan hukum pihak internaldan eksternal dalam suatu badan. Pada badan terdapat atas hubungan-hubungan kontraktual, baik yang bersifat implisit maupun eksplisit antara pekerja, pemegang saham, manajemen, direksi, pemerintah, konsumen, penyedia kebutuhan barang/jasa, pesaing, dan pihak lainnya. 5 Ada juga pendapat lain yaitu suatu badan intelektual yang diciptakan oleh hukum, yang terdiri dari beberapa orang individu, yang bernaung dibawah 1 (satu) nama bersama, di mana perseroan terbatas tersebut sebagai badan intelektual tetap sama dan eksis meskipun para anggotanya salin berubah-ubah. 6 Menurut Indra Surya bahwa esensi dari korporasi adalah kumpulan sejumlah orang yang menginvestasikan uangnya untuk mendirikan badan usaha, kemudian menjadi milik korporasi untuk digunakan bagi seluruh operasional badan usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan finansial dari demand yang timbul. Beralihnya uang yang disetor investor memjadi milik badan usaha adalah ciri utama dari korporasi, termasuk badan usaha dengan bentuk Perseroan Terbatas. 7 4 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 1-2. 5 Freedy Harris dan Teddy Anggoro, HukumPerseroan Terbatas kewajiban pemberitahuan oleh direksi, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hal. 13. 6 Munir Fuady, Perseroan Terbatas paradigma baru, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 3 7 Freedy Harris dan Teddy Anggoro, Op. Cit., hal. 14. Universitas Sumatera Utara Apabila dilihat dalam Pasal 3 ayat (1) UUPT, yang bunyinya : pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Maka dapat disimpulkan, bahwa pemegang saham tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi atas segala akibat yang timbul dari adanya perikatan yang dibuat oleh perseroan dengan pihak ketiga dan seandainya perseroan mengalami kerugian, maka pemegang saham tidak bertanggung jawab melebihi nilai saham yang dimilikinya atau yang telah diambilnya. Inilah resiko yang ditanggung oleh pemegang saham yang dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, ditinjau dari segi keamanan bagi para pemasok modal (pemegang saham), perseroan terbatas lebih dapat meminimalkan risiko dibanding bentuk usaha lainnya. Ketentuan di dalam pasal 3 ayat (1) UUPT tersebut memberi batasan seberapa besar kerugian yang harus ditanggung oleh pemasok modal (pemegang saham) apabila dia telah menyerahkan sejumlah uang sebagai sahamnya pada perseroan dan seandainya di kemudian hari perseroan mengalami kerugian. Ketentuan pasal ini mengatur masalah risiko kerugian bagi pemegang saham dan merupakan salah satu pertimbangan mengapa para usahawan memilih bentuk perseroan terbatas dalam melaksanakan aktivitas usahanya (bisnis). 8 Demokrasi bukan hanya ada dalam suatu politik dan ketatanegaraan, melainkan juga dalam bidang ekonomi, yang disebut dengan demokrasi ekonomi, seperti terlihat dalam kutipan berikut: jika demokrasi dibenarkan dalam 8 Agus Budiarto, Op. Cit., hal. 3-4. Universitas Sumatera Utara pengurusan negara, maka ia juga dibenarkan dalam mengurus usaha-usaha ekonomi. Apalagi bila ia tidak betul-betul tahu bagaimana ia dapat dibenarkan dalam pengurusan negara. Karena itu, kita tidak melihat alasan-alasan yang meyakinkan mengapa kita tidak boleh melaksanakan hak kita atas proses demokrasi dalam pemerintahan perusahaan, seperti yang telah dilakukan pada pemerinntahan negara. 9 Demokrasi dalam bidang ekonomi ini, diberlakukan baik secara luas, berupa adanya pembagian sumber daya alam yang adil antara pihak golongan yang kaya/kuat dengan golongan yang miskin/lemah maupun demokrasi ekonomi dalam perusahaan, yaitu berupa adanya pembagian kewenangan, hak dan kewajiban yang adil antara pihak stakeholder dalam suatu perusahaan, termasuk keseimbangan antara kewenangan, hak dan kewajiban antara pihak pemegang saham mayoritas dengan pihak pemegang saham minoritas, demikian juga halnya dengan keseimbangan dengan hak-hak dari pihak stakeholders lainnya seperti hak-hak dari para pekerja dalam suatu perseroan. 10 Karena itu, dengan berlakunya prinsip-prinsip demokrasi dalam suatu perseroan, menjadi sangat penting untuk meneropong aspek demokratis tersebut dengan mempertimbangkan apakah kepada pemegang saham minoritas telah diberikan sesuai haknya itu, terutama oleh rapat umum pemegang saham, yang merupakan perujudan dari kehendak pemegang saham mayoritas. 9 Robert A Dahl, Demokrasi Ekonomi Terjemahan : A. Setiawan Abadi, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1992), hal. 96. 10 Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas,(Bandung : CV.Utomo, 2005), hal. 8. Universitas Sumatera Utara Seperti biasanya dalam untuk demokrasi dalam bidang pemerintahan, maka apabila demokrasi dalam suatu perseroan terancam atau terkebiri, maka adalah tugas hukum untuk meluruskannya kembali. Bahkan unntuk hal seperti itu campur tangan pengadilan dapat dibenarkan oleh hukum, sepanjang rambu-rambu hukum dipenuhi. Sektor hukum mengharapkan agar campur tangan pengadilan termasuk ke dalam masalah-masalah internal dari suatu perseroan terbatas dapat efektif dan dapat hendaknya memberikan/mengembalikan keadilan, antara lain kepada pihak pemegang saham minoritas, atas kesewenang-wenangan dari pihak pemegang saham mayoritas. 11 Perlunya perlindungan terhadap pemegang saham minoritas mengingat sebelum berlakunya UUPT terdapat suatu kondisi dimana : 1. Berlakunya “prinsip mayoritas” yang menyebabkan pemegang saham minoritas berada pada posisi yang tidak berdaya dalam menegakkan kepentingan dan haknya. Kedudukan hukum pemegang saham minoritas begitu lemah dan tidak mampu menghadapi tindakan Direksi/Komisaris yang merugikan dirinya dan perseroan. Hal ini karena kedudukan pemegang saham mayoritas identik dengan Direksi/Komisaris selaku organ perseroan baik itu identik secara fisik maupun kepentingan; 2. Prinsip “personan standing in judicio” atau “capacity standing in court or in judgment”, yakni hak untuk mewakili perseroan, yang hanya 11 Ibid, hal. 9. Universitas Sumatera Utara boleh dilakukan oleh organ perseroan. Pemegang saham minoritas tidak boleh melakukan tindakan derivatif. Pada umumnya, pemegang saham minoritas tidak dapat mempergunakan mekanisme RUPS dalam mempertahankan hak-haknya. Hal ini terutama karena seringkali pemegang saham mayoritas identik dengan Direksi, baik secara fisik maupun kepentingannya. Tidaklah mudah bagi pemegang saham minoritas untuk memenangkan tuntutannya melalui mekanisme RUPS. Bila menyimak lebih lanjut pasal-pasal UUPT yang memberikan perlindungan pemegang saham minoritas, yang dilindungi bukan saja kepentingan pribadi pemegang saham minoritas yang didasarkan pada hak perseorangan (personal rights), melainkan juga kepentingan perseroan yang diwakilkan kepada pemegang saham minoritas untuk menjaga (hak derivatif). Hak perseorangan adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham (minoritas) untuk menuntut perseroan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat tindak atau perbuatan perseroan. Dalam hal ini pemegang saham minoritas dapat bertindak atas namanya sendiri untuk membela kepentingannya apabila tindakan perseroan merugikan pemegang saham tersebut. Hak ini lahir dari perikatan. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak diatur perlindungan perlindungan semacam ini, tetapi jika terjadi perbuatan melanggar hukum (melanggar anggaran dasar) yang merugikan pemegang saham, perseroan terbatas dapat digugat ke muka Pengadilan Negeri. Sementara itu, dalam hukum acara perdata tuntutan penghentian tindakan yang merugikan, pengambilan Universitas Sumatera Utara langkah-langkah tertentu untuk mengatasi akibat yang sudah timbul dan mencegah tindakan serupa dikemudian hari dapat berupa tuntutan provisi. Tuntutan provisi adalah merupakan permohonan supaya pengadilan negeri segera mengambil langkah-langkah yang perlu lebih dahulu untuk melindungi hak pemohon sebelum memutuskan pokok perkara. 12 Pada umumnya, pemegang saham minoritas akan memperoleh kendala untuk mewakili kepentingan perseroan terbatas, pertama oleh prinsip mayoritas dan kedua oleh konsep locus standi atau hak untuk mewakili perseroan terbatas di muka pengadilan. Pemegang saham minoritas tidak dapat mengontrol perseroan terbatas dan tidak dapat memilih Direksi. RUPS dalam mengendalikan perseroan terbatas bertolak dari prinsip mayoritas, sedang Direksi yang berhak mewakili perseroan terbatas, baik di dalam maupun di luar pengadilan dipilih oleh RUPS, yang dikuasai oleh pemegang saham mayoritas. Untuk mengatasi kendala ini, diciptakanlah apa yang disebut dengan hak derivatif, yaitu hak yang diberikan atau dimiliki oleh pemegang saham minoritas agar dapat melakukan tindakan tertentu dalam menjaga atau mewakili perseroan terhadap tindakan organ lainnya dalam perseroan terbatas bila kepentingan perseroan terbatas dirugikan. 13 Prinsip hak suara yang dianut dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah satu saham satu suara (one share one vote). Prinsip inilah yang seringkali disebut sebagai demokrasi perusahaan atau demokrasi kapitalisme. Apabila dilihat dari sejarah perkembangannya, demokrasi perusahaan ini atau demokrasi 12 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : PT. Alumni, 2004), hal. 120-122. 13 Ibid, hal. 125 Universitas Sumatera Utara kapitalisme ini mengadopsi demokrasi politik yang berbasiskan pada orang (one men one vote) dimodifikasi menjadi basis uang (one share one vote) yang terpresentasikan dalam bentuk share (stock). Dari aspek ini mempersamakan (satuan) orang dengan (satuan) uang sejatinya merupakan bentuk dehumanisasi. Demokrasi perusahaan, telah melahirkan tirani mayoritas yang berada di tangan pemegang saham mayoritas. Satu orang pemegang saham yang memiliki saham perseroan 51% dapat mengalahkan 1000 orang yang apabila dikalkulasi jumlah saham yang dimiliknya hanya 49%. Kondisi demikian sejatinya telah melahirkan kesempatan penyalahgunaan posisi khususnya yang dapat dilakukan oleh pemegang saham mayoritas yang dapat merugikan pemegang saham minoritas. Kondisi ini masih diperparah oleh peran yang dilakukan oleh pengurus perseroan (Direksi) dan Dewan Komisaris yang cenderung berpihak pada pemegang saham mayoritas. Pemegang saham minoritas yang secara posisional jauh lebih lemah apabila dibandingkan dengan pemegang saham mayoritas, sangat sulit ketika mereka harus berhadapan dengan konspirasi pemegang saham mayoritas Direksi dan Dewan Komisaris. 14 Jadi untuk melindungi pemegang saham yang minoritas terhadap tindakan yang tidak wajar dan tidak adil tersebut, bukan hanya atas tindakan pemegang saham mayoritas, melainkan juga terhadap direksi ataupun dewan komisaris. Maka, selain hak untuk melakukan gugatan, dapat juga dilakukan dengan tindakan 14 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, (Salatiga : Griya Media, 2011), hal. 97-98. Universitas Sumatera Utara derivatif, misalnya, direksi dan atau komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan, maka pemegang saham dapat mengambil alih untuk mewakili perseroan demi kepentingan perseroan dengan cara yang diatur Pasal 114 ayat (6) dan pasal 80 ayat (1). 15 Berdasarkan hal di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti apa saja hak-hak pemegang saham dalam perseroan terbatas, Apa maksud hak derivatif dalam perseroan terbatas, Bagaimana pelaksanaan hak derivatif pemegang saham dalam perseroan terbatas, sehingga judul “ Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Hak Derivatif Pemegang Saham dalam Perseroan Terbatas” layak dan menarik untuk diteliti. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Apa saja hak-hak pemegang saham dalam perseroan terbatas? 2. Apa maksud hak derivatif dalam perseroan terbatas ? 3. Bagaimana pelaksanaan hak derivatif pemegang saham dalam perseroan terbatas? 15 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 83. Universitas Sumatera Utara C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Suatu tulisan atau uraian pada dasarnya bermaksud untuk memberitahukan atau menjelaskan sesuatu kepada pembaca atau pendengarnya. Adapun tujuan penulisan ini adalah : 1. Mengetahui hak-hak pemegang saham sebagai pihak yang membawa dana ke perusahaan, sehingga dia disamping disebut sebagai stakeholder, disebut juga sebagai bagholders dalam perseroan terbatas. 2. mengetahui pengertian dan perkembangan hak derivatif sebelum Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3. mengetahui pelaksanaan hak derivatif pemegang saham dalam perseroan terbatas. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis a. Diharapkan dapat mengerti dan memahami hak-hak pemegang saham yang telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, khususnya pelaksanaan hak derivatif pemegang saham dalam perseroan terbatas. b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat memperkaya bahanbahan pustaka yang berkaitan dengan Ilmu Hukum Ekonomi khususnya tentang hukum perusahaan. Universitas Sumatera Utara 2. Kegunaan Praktis Untuk mengetahui apa saja yang dapat dilakukan dan perlu diperhatikan oleh pemegang saham dalam hal pelaksanaan hak derivatif yang diberikan oleh UUPT kepadanya. Selain itu juga bermanfaat juga bagi para akedemisi, praktisi hukum dan pihak-pihak lain, untuk dapat mengetahui perkembangan dan pelaksana hak derivatif tersebut. D. Keaslian Penulisan Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Hak Derivatif Pemegang Saham dalam Perseroan Terbatas” yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara administrasi dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum USU sebelumnya. Jadi penulisan dan pembahasan skripsi ini dengan mengangkat judul tersebut diatas dapat dikatakan asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuwan yang jujur, rasional dan objektif serta terbuka. Penyusunan skripsi ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan media elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Semua ini merupakan implikasi dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga penulisan skripsi ini asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah. Universitas Sumatera Utara E. Tinjauan Kepustakaan A. Hak derivatif Hak derivatif atau derivative action merupakan pengakuan atas perlindungan pemegang saham dari kesalahan manajemen korporasi. 16 Istilah yang dikenal atau yang populer yang dalam bahasa Indonesia disebut gugatan derivatif yaitu “derivative action” atau “derivative suit”, istilah “derivative action” berasal dari 2 (dua) kata, yaitu kata “derivative” dan kata “action”. Kata “derivative” berasal dari kata “derive” yang berarti “to receive from” atau “to get from” (bahasa Indonesianya “mendapat dari”), sehingga dengan istilah “derivative” berarti “yang dapat dari”. Sementara kata “action” (atau kata “suit”) sebagai istilah bahasa hukum berarti “gugatan”. Dengan demikian, istilah “derivative action” berarti suatu gugatan yang berasal dari sesuatu yang lain. 17 Henry Campbell Black mengartikan derivative action ialah suatu gugatan dari pemegang saham karena suatu tindakan tertentu. Perusahaan tersebut adalah pihak yang berkepentingan dan pembebasan yang dibolehkan adalah keputusan pihak ketiga untuk kepentingan perusahaan. 18 Hak derivatif yaitu hak yang diberikan atau dimiliki oleh pemegang saham minoritas agar dapat melakukan tindakan tertentu dalam menjaga atau mewakili perseroan terhadap tindakan organ lainnya dalam perseroan bila kepentingan perseroan dirugikan. 19 Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas bahwa pasal 85 16 Freddy harris, Op. Cit., hal. 69 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung : 2002, Citra Aditya Bakti), Hal. 74. 18 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, (Bogor : 2008, Ghalia Indonesia), hal. 102. 19 Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan, (Bandung : 2000, Citra Aditya Bakti), Hal 18. 17 Universitas Sumatera Utara ayat (3) jo pasal 98 ayat (2) memberi hak suara khusus kepada pemegang saham minoritas guna dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil perseroan dalam memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan yang merugikan sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh Direksi dan atau Komisaris. Hak itu dinamakan hak derivatif. 20Gugatan derivatif juga di atur dalam Pasal 97 ayat (6) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), yang menyebutkan bahwa atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. 21 B. Perseroan terbatas Menurut Sutantya dan Sumatoro bahwa defenisi perseroan terbatas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak dijumpai dalam pasal-pasalnya, tetapi dari pasal-pasal 36, 40, 42, dan 45 KUHD dapat disimpulkan, bahwa suatu perseroan terbatas mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing persero (pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan; adanya persero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) merupakan 20 I. G Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, (Bekasi : Kesaint Blanc, 2000), Hal 46-47. http://www.hukumperseroanterbatas.com/gugatan/gugatan-derivatif-atau-derivativeaction-dalam-perseroan-terbatas/(diakses pada tanggal 02 april 2007). 21 Universitas Sumatera Utara kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang berwenang mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris, berhak menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan, menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar, dan lain-lain; adanya pengurus (direksi) dan pengawas (komisaris) yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan anggaran dasar atau keputusan RUPS. 22 Pasal 1 angka 1 UndangUndang Perseroan Terbatas 2007 berbunyi Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Bertitik tolak dari ketentuan pasal 1 angka 1 di atas, elemen pokok yang melahirkan suatu perseroan sebagai badan hukum (rechtsperson, legal person, legal entity), harus terpenuhi syarat-syarat antara lain merupakan persekutuan modal, dirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha, lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan pemerintah. 23 Adapun kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” 22 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Bogor : 2009 Ghalia Indonesia), hal. 17. 23 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015), hal. 33-36. Universitas Sumatera Utara menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya. 24 F. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, factual dan akurat terhadap suatu keadaan yang menjadi objek penelitian dengan mendasarkan penelitian pada ketentuan hukum normatif. Data Penelitian: Penelitian dilakukan menggunakan metode pendekatan hukum normatif, yaitu penelitian dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan hukum yang berhubungan dengan permasalahan. Sumber penelitian yang dipergunakan bersumber dari data sekunder, meliputi: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang terdiri dari kumpulan peraturan perundang-undangan, antara lain: Kitab UndangUndang Hukum Dagang, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti. 24 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis; Perseroan Terbatas, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000), hal 1. Universitas Sumatera Utara c. Bahan hukum tersier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka dan studi dokumen yang berupa pengambilan data yang berasal dari literatur atau tulisan ilmiah sesuai dan dokumen-dokumen dengan objek yang diteliti. 3. Analisis Data Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder, selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni dengan mengadakan pengamatan terhadap data maupun informasi yang diperoleh. Bahan hukum yang diperoleh dari penelitian akan dipilah-pilah sehingga diperoleh bahan hukum yang mempunyai kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang pelaksanaan hak derivatif dalam perseroan terbatas. Kemudian bahan hukum tersebut disistemasiskan sehingga dapat dihasilkan klasifikasi yang sejalan dengan permasalahan. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode induktif untuk sampai pada sebuah kesimpulan. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan hak derivatif dalam perseroan terbatas, sehingga akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan tentang pelaksanaan hak derivatif dalam perseroan terbatas. Universitas Sumatera Utara G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi dalam beberapa Bab yang dalam bab terdiri dari unit-unit demi bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam bentuk uraian: Bab pertama merupakan bab pendahuluan, yang memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua memuat tentang hak-hak pemegang saham dalam perseroan terbatas terbagi dalam dua yaitu hak-hak pemegang saham mayoritas dan hak-hak pemegang saham minoritas. Bab ketiga berisikan pengertian, pengaturan hak derivatif sebelum berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan setelah berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Bab keempat berisikan syarat-syarat yang harus ada dalam melakukan gugatan derivatif dan pelaksanaan hak derivatif di berbagai negara termasuk di Indonesia. Bab kelima Kesimpulan dan Saran. Bab ini adalah bab penutup yang merupakan bab terakhir berisi kesimpulan dan saran penulis yang berfungsi untuk memberikan masukan bagi perkembangan hukum di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara