IaktualI Bank OCBC NISP Tbk melakukan penawaran umum berkelanjutan melalui Obligasi Berkelanjutan I OCBC NISP dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp6 triliun. Obligasi Berkelan­ jutan I OCBC NISP Tahap I Tahun 2013 yang telah dilakukan pendistribusian pada tanggal 19 Februari 2013 sebesar Rp3 triliun. PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) justru sudah mulai menggelar penawaran umum obligasi global senilai US$300 juta, sebelumnya perseroan menargetkan jumlah target emisi sebesar US$650 juta. Dana hasil emisi obligasi tersebut akan digunakan perseroan untuk melunasi pinjaman jangka panjang, modal kerja, serta membiayai kebutuhan investasi. Obligasi global tersebut menawarkan tingkat kupon sebesar 6,5% dengan tenor lima tahun. Di pasar sekunder surat utang, pada Kamis 12 Februari, obligasi yang ramai diperdagangkan antara lain FR0068 (jatuh tempo 15/3/34) dengan harga penutupan bursa 105,6 dan yield to maturity sebesar 7,8%, diikuti FR0071 (15/3/29) dengan harga penutupan bursa 112,5 dan yield to maturity sebesar 7,54%), lalu Indosat Berkelanjutan I Ta­ hap I A (12/12/17) dengan harga penu­ tupan bursa 102 dan yield to maturity sebesar 9,19%. Obligasi lainnya yang juga ramai diperjualbelikan adalah Bank Panin Subordinasi I Tahap I (20/12/19) dengan harga penutupan bursa 96,2 dan yield to maturity sebesar 10,41%. Selanjutnya, seperti dilansir informasi dari Indopremier Securities, harga surat berharga negara (SBN) dan harga obli­ gasi korporasi masing–masing melemah dengan rata–rata 0,7% dan 0,01%. Volume jual-beli obligasi korporasi membesar menjadi Rp697,7 miliar pada Kamis (12/2) dari Rp365,6 miliar pada Rabu (11/2). Frekuensi perdagangannya terangkat menjadi 95 kali dari 63 kali. Sementara itu, volume perdagangan SBN mengecilmenjadi Rp13,69 triliun pada Rabu (11/2) dari Rp14,83 triliun pada Rabu (11/2). Namun, frekuensi perda­ gangannya terpangkas menjadi 617 kali dari 620 kali. [i] 12 Aktual Feb15.indd 12 Menanti Konsep Baru Perdagangan Derivatif Praktis sejak tahun 2008, aktivitas transaksi instrumen derivatif di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak aktif. BEI pun memanfaatkan momentum tersebut untuk merumuskan konsep dan sistem baru yang lebih terintegrasi. Para investor akan segera berkesempatan berinvestasi pada produk derivatif dengan konsep perdagangan model baru. P asca krisis ekonomi global mere­ bak tahun 2008, yang dipicu krisis pasar derivatif sub prime mortgage, instrumen derivatif di Bursa Efek Indonesia pun seperti mati suri. Akibat minat pasar yang minim serta dukungan sistem perdagangan yang tidak memadai, BEI akhirnya me­mutuskan menghentikan sementa­ra perda­gangan derivatif. BEI berjanji merumuskan konsep baru sekaligus mem­buat integrasi sistem, sehingga likuiditas perdagangan derivatif bisa terangkat. Jika dicermati, tidak optimalkanya pasar derivatif di Pasar Modal Indo­ nesia tidak semata karena meorostnya kepercayaan pemodal akibat subprime mortgage. Direktur IT & Risk Manaje­ men Bursa Efek Indonesia (BEI), Adikin Basirun mengatakan rata-rata transaksi harian hanya Rp 300 miliar merupakan kendala utama perkembangan produk yang didiseain untuk membatasi risiko dan menghindari masalah finansial ter­ sebut. Sistem perdagangan yang tidak ter­ koneksi langsung antara sistem Future Automatic Trading System (FATS) untuk produk LQ 45 Future yang kala itu di­ tangani Bursa Efek Surabaya, maupun sistem Bursa Efek Jakarta (BEJ) bernama Jakarta Option Trading System (JOTS) yang terpisah dengan sistem perdagang­ an saham (Jakarta Automotic Trading System/JATS) menghambat penyediaan dan dan informasi perdagangan secara cepat. Begitu pula dengan effort dalam penyediaan transaksi menjadi lebih lamban. “Kendala lainnya yaitu indeks LQ 45 yang kala itu masih di level 87, bandingkan dengan saat ini yang sudah mencapai 850 atau sudah naik 10 kali lipat,” Adikin Basirun. Direktur Perdagangan & Partisipan BEI, Samsul Hidayat mengatakan dua produk derivatif yang akan dihidup­ kan kembali yaitu Kontrak Berjangka Indeks Efek LQ 45 (LQ 45 Future) dan Kontrak Opsi Saham (KOS). Saat ini, peraturan untuk reaktivasi pasar deriva­ tif sedang dalam pembahasan Otoritas Jasa Keuang­an (OJK). BEI menargetkan, sebelum akhir semester pertama 2015, perdagangan derivatif dengan konsep baru sudah bisa diimpementasikan. Edisi 64 / 1 Februari 2015 / DANA PENSIUN >> 3/6/2015 7:22:42 PM